• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kebutuhan Dasar Gangguan Aktivitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kebutuhan Dasar Gangguan Aktivitas"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN AKTIVITAS

KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

DISUSUN DALAM RANGKAH MENYELESAIKAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

OLEH

ARI IRWANTO

112500081

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH Asuhan Keperawatan Pasien

Dengan Kebutuhan Dasar Gangguan Aktivitas

Medan, 30 JUNI 2014 Pembimbing

(Setiawan, S.Kp, MNS, PhD) NIP. 19710720 199903 1001

Penguji

(Iksanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS) NIP. 19740826 200212 1002

PRODI D III KEPERAWATAN Ketua,

(3)

Kata Pengantar

Alhamdulillah, Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT, berkat karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan prioritas masalah gangguan Kebutuhan Dasar Aktivitas di RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

Adapun maksud dan tujuan dari penulis dalam Karya Tulis Ilmiah Ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan USU.

Pada kesempatan ini izinkan saya mengucapkan terima kasih saya kepada Bapak Setiawan S.Kp, MNS, Phd selaku dosen pembimbing dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah saya, dimana beliu dapat meluangkan waktunya dan kesempatannya untuk membimbing dan mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini saya sebagai penulis banyak mandapatkan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu mengucapkan banyak terimah kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan. 2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan I.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, M.Kep selaku Pembantu dekan II.

4. Bapak Ikhsannudin A Harahap, S.Kp, MNs selaku pembantu Dekan III dan selaku dosen penguji Karya Tulis Ilmiah Ini.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selakun prodiD III Keperawatan Fakultas Keperawatan USU.

Dan saya juga mengucapkan terimah ksih kepada ibu saya yang telah memotivasi saya dalam proses pembuatan dan teman – teman saya yang telah memberikan arahan dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Demikianlah kata pengantar dari saya, bila ada kata dan penulisan dalam karya tulis ada yang salah, saya sebagai penulis meminta maaf, dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan untuk kita semua.

(4)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Bab 1 A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat ... 3

Bab 2 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasat Aktivitas ... 3

2.2 Konsep Dasar Asuhan Asuhan Keperawatan Masalah Kebutuhan Dasar Aktivitas ... 6

2.2.1 Pengkajian ... 6

2.2.2 Analisa Data ... 6

2.2.3 Rumusan Masalah ... 7

2.2.4 Perencanaan ... 8

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus ... 9

2.3.1 Pengkajian ... 9

2.3.2 Analisa data ... 13

2.3.3 Rumusan masalah ... 13

2.3.4 Perencanaan ... 14

2.3.5 Implementasi dan Evaluasi ... 16

Bab 3 3.1 Kesimpulan ... 18

3.2 Saran ... 19

Daftar Pustaka

(5)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan kepada pasien dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan

dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standar asuhan keperawatan dengan

lingkup wewenang, serta tanggung jawab keperawatan. Pasien yang mengalami gangguan

kesehatan pasti akan terganggu kehidupannya (Tarwoto, 2006).

Kebutuhan dasar manusia yaitu merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi bagi manusia

dimana kebutuhan itu meliputi kebutuhan oksigenasi, kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan

dan elektrolit, kebutuhan eliminasi, personal hygiene, aktivitas, istirahat, tidur, keselamatan,

keamanan dan kebutuhan psikososial terutama pada kebutuhan dasar manusia yang harus

terus diperhatikan yaitu aktivitas. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan

kemampuan gerak aktivitas manusia seperti usia, kecelakaan (insiden), penyakit yang

menyertai yang dapat menyebabkan gangguan intoleransi aktivitas.

Ketidakcukupan energi secara fisiologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktivitas

yang diminta atau aktifitas sehari-hari. Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang

lebih menitikberatkan respon tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena

tubuh tidak mampu memproduksi energi yang cukup. Secara sederhana dapat dijelaskan

bahwa untuk bergerak kita membutuhkan sejumlah energi. Pembentukan energi dilakukan di

sel, tepatnya di mitokondria melalui beberapa proses tertantu. Untuk membentuk energi,

tubuh memerlukan nutrisi dan CO2. Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan O2 tidak

sampai ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi energy yang banyak. Jadi, apapun

penyakit yang membuat terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dapat

mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktivitas misalnya pada penyakit gagal

jantung kongestif (Mutaqqin, 2009).

Congestive Heart Failur (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah keadaan

patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memopa darah

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau

disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Pada penyakit jantung kongestif terjadi

(6)

bendungan bersifat menyeluruh. Hal ini di akibatkan oleh kegagalan venterikel kanan jantung

memopakan darah dengan baik sehingga darah terkumpul pada vena atau kapiler, sehingga

menyebabakan timbulnya edema pada bagian ekstremitas bawah yang disebabkan adanya

bendungan balik dari vena ke jantung (Syarifuddin, 2001). Edema perifer dapat disebabkan

oleh insufisiensi vena atau penyakit hati dan ginjal (muttaqin, 2009). Edema pada extremitas

bawah mengakibatkan keterbatasan aktivitas.

pasien dengan gagal jantung ringan pun harus membatasi aktivitas fisiknya. Sekali pasien

menderita gagal jantung, kemungkinan ia akan selalu mempunyai kapasitas latihan yang

menurunkan, meskipun dengan adanya pengobatan modern. Pada penyakit chf, pasien

diidentikan dengan kelemahan, mudah letih dan sesak nafas sehingga adanya batasan

aktivitas. Dari data yang saya temukan saat melakukan pengkajian di rumah sakit, saat

mengambil kasus chf ditemukan pasien hanya berbaring total dan tidak dapat melakukan

aktivitas dikarenakan penyakitnya dan pasien menjadi malas beraktivitas karena pasien

mengeluh sesak nafas dan mudah lelah saat melukan aktivitas misanya ke toilet. Oleh karena

itu saya mengambil kasus chf dengan kebutuhan dasar gangguan dasar aktivitas.

B. Tujuan

Mengidentifikasi keterbatasan aktivitas pada pasien dengan gagal jantung kongestif dan

dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gagal jantung kongestif dengan

kebutuhan gangguan aktivitas.

C. Manfaat

1. Praktik Keperawataan

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat asuhan keperawatan

yang sistematis dan sesuai dengan konsep keperawatan dasar dengan prioritas masalah

kebutuhan dasar gangguan aktivitas.

2. Bagi Pendidikan

Hasil Karya Tulis ilmiah yang diperoleh dapat di aplikasikan untuk pasien dengan

kebutuhan dasar gangguan aktivitas.

3. Kebutuhan Klien

Hasil keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara memenuhi kebutuhan

(7)

BAB 2

PENGELOLAHAN KASUS

2.1KONSEP DASAR

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk

dapat memenuhi kebutuhan Hidup (Torwoto,2009). Sedangkan gangguan aktivitas/intoleransi

aktivitas adalah ketidakcukupan energy fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau

menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan (Nanda, 2007).

Fisiologi pergerakan aktivitas yaitu merupakan rangkaian yang berintegrasiantara sistem

musculoskeletal dan sistem persarafan. Adapun Fungsi dari sistem musculoskeletal yaitu

mendukung dan memberi membentuk jaringan tubuh, melindungi bagian tubuh tertentu

seperti paru, hati, ginjal otak, tempat melekatnya otot dan tendon, sumber mineral seperti

garam dan fosfat dan tempat produksi sel darah. Antara tulang satu dengan yang lainnya

dihubungkan dengan sendi yang memngkinkan terjadinya pergerakan. Tulang dan sendi

membentuk rangka, sedangkan sistem otot berfungsi sebagai pergerakan, membentuk postur,

produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi (Torwoto, 2009). Adapun tipe-tipe

Kontraksi yaitu:

1. Kontraksi isometrik terjadi saat otot membentuk daya atau tegangan tanpa harus

memendek untuk memindahkan suatu beban misalnya gerakan mendorong meja dengan

tangan lurus, tagangan yang terbentuk dalam otot untuk mempertahankan kepala dan

tubuh untuk tetap tegak.

2. Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek untuk mengangkat

atau memindahkan suatu beban.

Batasan karakteristik menurut Nanda pada pasien yang mengalami intoleransi aktivitas

didapatkan dengan data subjek yaitu ketidakyamanan atau dypnea yang membutuhkan

pergerakan tenaga dan melaporkan keletihan atau kelemahan keletihan secara verbal. Data

objek menurut Nanda yaitu denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon

terhadap aktivitas dan perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukkan aritmia atau

iskemia. Faktor yang berhubungan pada gangguan aktivitas yaitu tirah baring/imobilisasi

yang terlalu lama, nyeri, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

(8)

Body Mechanic

Body mechanic adalah penggunaan organ secara efisien dan efektif sesuai dengan

fungsinya. Ortopedik adalah pencegahan dan perbaikan dari kerusakan struktur tubuh, seperti

pada orang yang mengalami gangguan otot. Orang yang bedrest terlalu lama akan

menurunkan tonus otot. Tonus adalah istilah yang lama kemungkinan terjadi kontraktur

sehingga body mechanic juga terganggu. Untuk mempermudah pembahasan body mechanic

maka perlu dipahami body mechanic, keseimbangan, dan koordinasi pergerakan (Torwoto,

2009).

1. Bodiy alignment atau postur

Postur yang baik karena menggunakan otot dan rangka tersebut secara vena. Misalnya

pada posisi duduk, berdiri, mengangkat benda.

2. Keseimbangan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbuh dengan sentralnya adalah gravitasi.

3. Koordinasi pergerakan tubuh

Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan

mengangkat benda, maksimal 57% dari berat badan. Ada beberapa faktor – faktor yang

mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan di pengaruhi oleh 6 faktor yaitu tingkat

perkembangan tubuh, kesehatan fisik, keadaan nutrisi, emosi, kelemahan neuromuscular dan

skeletal dan pekerjaan.

1. Tingkat perkembangan Tubuh

Usia akan memepengaaruhi tingkat perkembangan neuromuskuler dan tubuh secara

proporsional, postur, pergerakan dan refleks akan berfungsi secara optimal.

2. Kesehatan Fisik

Penyakit, cacat tubuh, dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.

3. Keadaan Nutrisi

Kurangnya Nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat menyebabkan

(9)

4. Emosi

Rasa nyaman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang. Keresahan

dan kesusahan dapat menghilangkan semangat yang kemudian sering di manifestasikan

dengan kurangnya aktivitas.

5. Kelemahan neuromuskuler dan skeletal

Adanya abnormal postur seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis dapat berpengaruh

terhadap pergerakan.

6. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila dibandingkan dengan

petani dan buruh (Torwoto, 2009).

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Pergerakan atau Imobilisasi

Ada beberapa yang mempengaruhi gangguan aktivitas yang pertama, gangguan

musculoskeletal seperti penyakit osteoporosis yang biasanya terjadi pada usia lanjut yang

terjadi pengeroposan tulang, atropi pada otot ekstrsmitas seperti otot kaki akan

mempengaruhi gangguan aktivitas, dan kekakuan dan sakit sendi yang terjadi diakibatkan

karena kerja didepan ac sehingga otot menjadi kaku, kedua yaitu gangguan kardiovaskuler

seperti postural hipotensi, vasodilatasi vena, peningkatan penggunaan valsava maneuver,

ketiga, gangguan sistem respirasi dikarenakan penurunan gerak pernafasan, bertambahnya

sekresi paru contohnya pada penyakit Tb paru seperti yang di jelaskan diatas kekurang O2

dapat mempengaruhi aktivitas karena O2 tidak sampai ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat

memproduksi energy yang banyak, dan arelektasis dan hipotesis pneumonia juga terjadi pada

penyakit paru (Torwoto, 2009). Masalah yang terjadi yang dapat menyebabkan intoleransi

aktivitas yaitu:

1. Atropi otot merupakan keadaan dimana otot menjadi mengecil karena tidak terpakai dan

pada akhirnya serabut otot akan diinfiltrasi dan diganti dengan jaringn fibrosa dan lemak.

2. Hypertropi otot merupakan pembesaran otot, terjadi akibat aktivitas otot yang kuat dan

berulang, jumlah serabut tidak bertambah tetapi ada peningkatan diameter dan panjang

serabut terkait dengan unsur – unsur filamen.

3. Nekrosis ( jaringan mati ) terjadi akibat trauma atau iskemia dimana proses regenerasi

(10)

2.2Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Gangguan Aktivitas 2.2.1 Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

Kaji tanda dan gejala pada gangguan aktivitas seperti keletihan/kelelahan terus menerus

sepanjang hari, nyeri dada dengan aktivitas ditandai gelisa, perubahan status mental misalnya

letargi.

2. Neurosensori

Kaji neurosensori pada pasien gagal jantung kronis tanda dan gejala. Gejala yang terjadi

pada chf yang mempengaruhi aktivitas yaitu kelemahan yang terjadi pada pasien chf dan

tandanya tidak tenang, mudah tersinggung dan perubahan perilaku.

3. Nyeri

Pada pasien chf sering terjadi nyeri khususnya setelah melakukan aktivitas sehingga

pasien malas untuk melakukan aktivitas dan biasanya penderita pasien menjadi terlalu banyak

berbaring di tempat tidur. Timbulnya gejala nyeri yaitu karena kelemahan dan tandanya

gelisa, tidak tenang.

4. Pernafasan

Pada pasien chf terjadi gangguan pernafasan yang dapat mengganggu aktivitas misalnya

pada pasien chf dypnea dating pada saat aktivitas, tidur, duduk, yang ditandai dengan

pernafasan dangkal.

5. Sirkulasi dan Eliminsi

Mengkaji riwat hypertensi, gjk sebelumnya yang ditandai dengan tanda aktivitas meruhah

tekanan darah akan menurun, dan penurunan berkemih, urine berwarnah gelap (Doenges,

2002).

2.2.2 Analisa Data

Tahap pengkajian dari proses keperawatan yang merupakan proses yang merupakan

proses dinamis yang terorganisir yang meliputi tiga aktivitas dasar yang pertama

mengumpulka data secata sistematis, kedua menyortir dan mengatur data yang di kumpulkan,

mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali. Data dasar pasien adalah

kombinasi data yang dikumpulkan dari wawancara dan observasi untuk pengambilan riwayat

(11)

tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta

kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap

awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapat data dasar tentang

masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutkan data dasar itu digunakan untuk

menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan

keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak

pasien masuk ke rumah sakit, selama pasien dirawat dirumah sakit secara terus menerus (on

going assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah/ melengkapi data re-assessment

(Sigit, 2010). Adapun tujuan pengumpulan data yaitu

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien

2. Untuk menentukan keperawatan dan kesehatan klien

3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya

Pada analisa terdapat tipe - tipe analisa data dalam pengkajian antara lain:

1. Data subjektif

Data yang didapat dari klien dari klien sebagai suatu situasi dan kejadian. Informasi

tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, perasaan, ide klien

klien terhadap status kesehatannya, misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,

kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu.

2. Data objektif

Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh

menggunakan panca indra (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik,

misalnya frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat kesadaran,

berat badan, tinggi badan.

2.2.3 Rumusan Masalah

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energy fisiologis atau psikologis untuk

melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan. Pada

data yang di dapat pada pasien chf ditemukan bedrest yang terlalu lama, adanya pembatasan

pergerakan, nyeri, dan kelemahan pada pasien chf dan data yang ditemukan yaitu verbal

(12)

tidak normal. Tujuan yang diharapkan kelemahan berkurang, berpatisipasi dalam perawatan

diri dan mempertahankan kemampuan aktivitas seoptimal mungkin.

2.2.4 Perencanaan

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

ke jaringan dengan kebutuhan dengan akibat sekunder dari penurunan curah jantung yang

ditandai dengan klien mengeluh “tenaganya lemah, cepat lelah, sesak nafas, klien tampak

berbaring di tempat tidur, tungkai tampak edema, keringat dingin, lemah”.

Intervensi Mandiri

Pada pasien dengan gangguan aktivitas, adapun tindakan-tindakan mandiri seorang

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu (1) Anjurkan Istirahat baik fisiologis

dan psikologis dengan lingkungan yang tenang, (2) Periksa tanda vital sebelum dan sesudah

setelah aktivitas, (3) Berikan bantuan aktivitas perawatan diri sesuai indikasi dan selingi

periode aktivitas, (4) Evaluasi Peningkatan intoleransi aktivitas.

Kolaborasi

Adapun tindakan kolaborasi dalam memberikan asuhan keperawatan dalam menangani ganggauan aktivitas yaitu (1) Kolaborasi kepada keluarga untuk memotivasi pasien untuk berpatisipasi dalam beraktivitas, (2) Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet

Rasional Mandiri

1. Kelelahan dan Stres emosi dapat meningkatkan vasokontriksiyang terkait dengan

meningkatnya tekanan darah dan meningkatnya frekwensi/ kerja jantung 2. Hypotensi ortostatik dapat terjadi karena aktivitas

3. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress 4. Peningkatan aktivitas bertahap menghindari kerja jantung berlebihan

Kolaborasi

1. Peningkatan aktivitas bertahap menghindari kerja jantung berlebihan

(13)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DIRUMAH SAKIT BIODATA

I.IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Jenis kelamin : Laki - Laki

Umur : 70 Tahun

Status perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Pensiunan Pns

Alamat : Jl. X Kec.Medan Kota

Tanggal masuk RS : 31-05-2014

No. Register : 00.41.36.95

Ruangan / Kamar : No. 2

Golongan darah : A

Tanggak pengkajian : 2 -06 -2014

Diagnosa Medis : CHF

II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan bahwa tungkai kaki dan tumit bengkak serta badan lemas, lemah

sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas dan pasien hanya tirah baring di tempat

tidur.

III. RIWAYAT KESEHATAN A. Provocative/ Paliative

1. Apa Penyebabnya

Pasien mengatakan bahwa penyebab pasien terkena penyakit jantung di karenakan pasien

(14)

bahwa penyebab pasien terkenah chf di karenakan dari komplikasi penyakit DM dan

Hypertensi yang dimana itu merupakan factor resiko penyakit chf.

2. Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaan

Jika sesak dan nyeri pada pasien kambuh karna diakibatkan aktivitas, pasien biasanya

langsung istirahat, setelah beberapa menit, sesak dan nyeri berkurang.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Pasien sangat lelah pada saat berjalan pada hal berjalan tidak terlalu lama dan kadang

timbul nyeri seperti tertusuk.

2. Bagaimana dilihat

Pasien terlihat menggunakan otot bantu pernafasan dan pasien terlihat lemas pada saat

melakukan aktivitas dan wajah meringis kesakitan karena nyeri.

C. Region

1. Dimana lokasi

Nyeri terjadi di ekstremitas bawah pada tungkai dan lutut sehingga mengganggu aktivitas

dan nyeri yang dirasakan pasien setelah berativitas pada dada sebelah kanan.

2. Apakah menyebar

Nyeri yang di timbulkan karena aktivitas tidak menyebar.

D. Severity

Pasien merasa bahwa penyakit yang di deritanya ini sangat mengganggunya dalam

beraktivitas sehari - hari misalnya pasien tidak dapat berjalan terlalu lama, bila pasien

berjalan terlalu lama pasien muda letih dan terkadang timbul sesak sehingga mengganggu

aktivitas.

E. Time

Nyeri pada lutut, tungkai serta dada yang dialami pasien timbul pada saat berjalan terlalu

(15)

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

Pasien mempunyai riwayat penyakit masa lalu yaitu pasien pernah mengalami penyakit

DM dan pasien tidak mengigat obat yang diberikan dan pasien pernah dirawat dirumah sakit

selama 3 minggu.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Riwayat kesehatan keluarga pasien bahwa bapak pasien mengalami penyakit DM

sedangkan ibu tidak diketahui penyakitnya karna pasien tidak mengingatnya.dan abang pasien

juga mengalami penyakit yang sama dengan pasien yaitu DM, jantung. Pasien mempunyhai

penyakit keturunan yaitu hypertensi dan diabetes militus.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan bahwa penyebab pasien terkena penyakit jantung di karenakan

pasien jarang olaraga di karenakan pasien sibut dalam bekerja.

B. Konsepsi Diri

- Gambaran Diri : Pasien senang dengan bentuk tubuhnya

- Ideal Diri : Pasien ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah

- Harga Diri : Pasien ingin diperhatikan oleh istrinya.

- Peran Diri : Pasien sebagai kepala keluarga

- Personal Identity : Pasien anak ke 2 dari 5 bersaudara

C. Keadaan emosi

Mudah tersinggung dan mudah marah

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Compos mentis

B. Tanda-tanda vital

Pada saat melakukan pemeriksaan fisik dirumah sakit tanggal 2 juni 2014 didapatkan

suhu tubuh 36,7 C,pernafasan 23 kali /menit,tekanan darah 130/70 mmhg, tinggi badan 163

dan berat badan 70 kg.

(16)

Pada pemeriksaan fisik terdapat wajah pasien pucat, warna kulit kuning langsat dan

terdapat dua telinga dan dua mata,satu hidung dan mulut. Pada pemeriksaan mata tidak ada

masalah keadaan mata normal, sedangkan pada hidung tidak ada cuping hidung dan lubang

hidung bersih tidak kotoran, keadaan bibir pasien tidak ada tanda sianosis dan jumlah gigi

pasien masih normal dan pengecapan pasien masih baik, pada pemeriksaan leher teraba vena

jugularis keras dan membesar dan pada pemeriksaan kulit tugor kulit terlihat jelek crt > 1

menit, pada pemeriksaan dada terlihat pembesaran dada pada sebelah kanan, dan ada

kesulitan dalam bernafas setelah beraktivitas dan pada saat di auskultasi terdengar suara

gallop pada dada sebelah kanan, pada pemeriksaan paru fremitus taktil meningkat terhadap

udara dan cairan dan pada saat di perkusi terdenmgan suara dullness tetapi suara pasien jelas

berbicara dan pada pemeriksaan abdomen bentuk simetris dan warna kulit kuning langsat.

VIII. Pemeriksaan neurologi dan Nervus cranial

Tingkat kesadaran pasien dengan gcs 15 dan pada pemeriksaan Nervus cranial pasien

bermasalah pada nervus cranial yang kedelapan yaitu nervus vestibule bahwa pasien tidak

dapat berdiri tegak, pasien tidak dapat menjaga keseimbangan di karenakan adanya edema

pada tungkai dan tumit dan pesien terlihat lemah sehingga pasien tidak dapat beraktivitas.

.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI- HARI

Pada pola makan dan minum pada pasien, pasien makan dalam sehari 3 kali dan selera

makan pasien baik, tidak ada mual muntah, alergi tidak ada, jenis makanan pasien yaitu MB

(nasi), waktu pemberian makan jam 07.00: makan pagi,12.00: makan siang, 20.00: makan

malam. Pada saat makan pasien di sulangi sama saudaranya dan dalam perawatan diri pasien

juga di bantu oleh saudaranya misalnya ke toilet dan mandi, ganti pakaian dan dalam pola

(17)

2.3.2 Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem

1. DS:

Klien mengeluh “tenaganya

lemah, cepat lelah, sesak nafas,

nafsu makan menurun”

DO:

฀ Klien tampak berbaring

di tempat tidur, lemah, lemas

dan kuku, tungkai tampak

edema, keringat dingin.

Curah jantung menurun

Aliran darah menurun

Suplai nutrisi dan oksigen

menurun

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Intoleransi

Aktivitas

2.3.3 RUMUSAN MASALAH Masalah Keperawatan

1. Pasien mudah lelah dan lemas dan terkadang timbul nyeri sehingga pasie sulit

beraktivitas sehingga mengganggu pasien dalam beraktivitas.

2. Pasien mengeluh tidak bisa beraktivitas di karenakan adanya edema yang terjadi pada

tungkai kaki dan lutut pasien

3. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas di karenakan adanya edema pada lutut pasien dan

tumit, dan timbul sesak serta nyeri setelah beraktivitas misalnya berjalan terlalu lama

jalan sehingga pasien malas beraktivitas dan pasien hanya tidur di tempat tidurnya dan

pasian tidak melakukan aktivitas.

Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan dengan akibat sekunder dari penurunan curah jantung yang

ditandai dengan klien mengeluh “tenaganya lemah, cepat lelah, sesak nafas, klien tampak

(18)

2.3.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/

Tanggal

No. Dx Perencanaan Keperawatan

Selasa/3 Juni

2014 1.

2.

Tujuan dan Kriteria Hasil :

1-24 jam pasien tidak mengalami koagulasi intravaskuler difusi,

dengan criteria hasil : Klien dapat berpatisipasi pada aktivitas yang

diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri, mencapai

peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh

menurunnya kelemahan dan kelelahan dan TTV dalam batas normal

selama beraktivitas.

1-24 pasien dapat melukan aktivitas tanpa adanya keluhan, criteria

pasien mengalami tingkatan dalam melakukan aktivitas misal pasien

mulai dapat berjalan sampai bisa memenuhi kebuhannya sendiri seperti

makan,minum,dan perawatan dirinya sendiri.

Rencana Tindakan Rasional

Mandiri

1.Periksa Vital sign

sebelum dan sesudah aktivitas

2.Beri bantuan dalam

aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik

3.Evaluasi peningkatan

intoleransi aktivitas

Irama gallop umumnya dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi distensi, murmur dapat menunjukkan inkonpeten dan penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, dan tekanan darah karena penurunan cardiac output tampak pada nadi dan tekanan darah..

Kelelahan dan Stres emosi dapat meningkatkan vasokontriksiyang terkait dengan meningkatnya tekanan darah dan meningkatnya frekwensi/ kerja jantung.

(19)

Kolaborasi

Kolaborasi kepada keluarga untuk memotivasi pasien untuk beraktivitas.

Kolaborasi pemberi diet tanpa garam

klien juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard.

Peningkatan aktivitas bertahap menghindari kerja jantung berlebihan

.

Natrium meningkatkan retensi cairan

dan meningkatkan volume plasma yang

berdampak terhadap peningkatan beban

kerja jantung sehingga akan

(20)

2.3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Hari/

Tanggal

No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa 3 Juni 2014

1 Mandiri

-Memberi bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik

-Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas

-Mengevaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

Kolaborasi

-Kolaborasi dengan keluarga meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas.

- Kolaborasi pemberian Diet anti garam

S: Pasien mengatakan, pasien tidak dapat melakukan aktivitas. O: Pasien hanya berbaring

ditempat tidur, kondisi pasien lemah

TD: 100/70/70 mmhg HR: 72 kali/menit A : Masalah belum teratasi

karena pasien belum mampu melakukan aktivitas

P: Intervensi dilanjutkan karena pasien bedrest tidak bisa melakukan aktivitas

Rabu 4 Juni 2014

1 Mandiri

-Memberi bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik pada pasien

-Mengvaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

-Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas

Kolaborasi

-Kolaborasi dengan keluarga dalam meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas

-kolaborasi pemberian obat ferosemid -Kolaborasi pemberian diet anti garam

S: Pasien mengatakan, bahwa sudah ada kemajuan, pasien sudah dapat duduk di tempat tidur dan dapt makan sendiri

O: Td: 130/90 mmhg sesudah aktivitas, kondisi pasien lemah

HR: 73 kali/menit

A : Masalah teratasi sebagian karena pasien sudah mampu duduk di tempat tidur

P: Intervensi dilanjutkan karena pasien masih lemah

Kamis 5 Juni 2014

1 Mandiri

(21)

fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik pada pasien

-Mengvaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

-Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas

Kolaborasi

-Kolaborasi dengan keluarga dalam meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas

- Kolaborasi pemberian anti garam

bahwa pasien sudah mulai bisa berjalan waupun hanya sebentar tetapi di bantu.

O: Td: 140/80 mmhg sesudah aktivitas Kondisi lemah Nadi: 70 kali/menit T: 36 C

A : Masalah teratasi sebagian karena pasien belum mampu

melakukan aktivitas secaara bebas

P: Intervensi dilanjutkan karena kondisi pasien masih lemah

Jum’at 6 Juni 2014

1 Mandiri

-Memberi bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik

-Mengevaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

-Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas

Kolaborasi

-Kolaborasi dengan keluarga meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas.

-Kolaborasi pemberian anti garam

S: Pasien mengatakan, bahwa pasien sudah mulai bisa berjalan waupun hanya sebentar tanpa di bantu.

O: Td: 140/80 mmhg sesudah aktivitas, Kondisi lemah T: 37 C

Hr: 74 kali/menit A : Masalah teratasi

sebagian karena pasien sudah mampu

melakukan aktivitas yang ringan seperti berjalan walaupun sebentar.

(22)

BAB 3

3.1Kesimpulan

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan

untuk dapat memenuhi kebutuhan Hidup. Pergerakan merupakan rangkaian yang berintegrasi

antara sistem musculoskeletal dan sistem persarafan. Pada penyakit chf atau gangguan gagal

jantung,biasanya pasien mengalami gangguan aktivitas yang dikarenakan adanya

pembengkakan pada tungkai kaki dan menjalar sampai pada lutut, wajah dan sampai genital

skunder yang juga disertai dengan keletihan dan sesak nafas yang sering dialami oleh pasien

dan terkadang timbul nyeri pada dada pada pasien.

Ada pun faktor resiko manusia terkena penyakit jantung yang pertama kebiasaan

merokok, orang yang merokok 2-3 kali resiko penyakit jantung koroner dan penyakit

kardiovaskuler lainnya, kedua kurangnya aktivitas, ketiga yaitu perubahan pola diet, ke

empat yaitu diabetes dan hypertensi, ke lima yaitu factor keturunan dari orang tua, yang

terakhir yaitu faktor usia dan jenis kelamin untuk laki-laki 45tahun sedanngkan wanita 50

tahun. Sebagai seorang perawat sebaiknya harus memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien yang mengalami gangguan aktivitas fisik di karenakan kelebihan volume cairan yang

mengakibatkan edema. Adapun tindakan yang harus dilakukan dalam pasien chf yaitu

mencatat bunyi jantung dan kaji TTV, anjurkan istirahat, pemberian cairan iv sesuai

kebutuhan, tinggikan kaki pada saat tidur, kolaborasi pemberian obat ferosemid, mengkaji

tingkat edema pada ekstremitas yang edema, ubah posisi dengan sering, memberikan posisi

semi fowler, periksa ttv sebelum dan sesudah beraktivitas, dan kolaborasi kepada keluarga

untuk meningkatkan aktivitas pasien, berikan bantuan aktivitas fisik dan mengevaluasi

peningkatan aktivitas. Perawat harus terus memantau pasien chf dan melihat

perkembangannya dan bila perawat sudah melakukan askep dengan baik maka taraf hidup

(23)

3.2Saran

Saran saya agar Karya Tulis Ilmiah dapat memberikan informasi kepada mahasiswa dan

mahasiswi khususnya pada institusi pendidikan D III keperatwatan dalam bidang mata ajaran

KMB dalam memberikan asuhan keperawata pada pasien chf dengan kebutuhan dasar

gangguan aktivitas/intoleransi aktivitas. Dan Karya Tulis Ilmiah di harapkan dapat

memberikan pengetahuan kepada perawat yang bekerja di rumah sakit agar dapat

memberikan asuhan keperawatan CHF dengan kebutuhan dasar gangguan

aktivirtas/intoleransi aktivitas. Sehingga bila sudah dapat menerapkan asuhan keperawatan

dengan gangguan aktivitas pada diagnosa chf, diharapkan pasien chf dapat berpatisipasi

dalam melaklukan aktivitas.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem

Kardiovaskular dan Hematodologi. Jakarta: Salemba Medika

2. .Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24518/5/Chapter%20I.pdf

3. Baradero, Marry. (2008). Klien Gangguan Kardiovaskuler : Seri Asuhan Keperawatan.

Editor : Monica Ester. Jakarta: EGC

4. Ruhyanudin, Faqih. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Edisi Revisi Cetakan Kedua. Malang

5. Wartona, Torwoto. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi

Ketiga. Jakarta: Salemba Medika

6. Nanda,(2007). Diagnosa Keperawatan.Edisi 9, Jakarta:EGC

(25)

Lampiran

Catatan Perkembangan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN NO.

Dx

Hari/ Tanggal

Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi

1 Selasa/ 3

juni 2014 09.00

12.00

13.00

10.00

12.30

Mandiri

-Memberi bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik

-Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas

-Mengevaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

Kolaborasi

-Kolaborasi dengan keluarga meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas.

- Kolaborasi pemberian Diet anti garam

S: Pasien mengatakan, pasien tidak dapat melakukan aktivitas. O: Pasien hanya berbaring

ditempat tidur, kondisi pasien lemah

TD: 100/70/70 mmhg HR: 72 kali/menit A: Masalah belum teratasi

karena pasien belum mampu melakukan aktivitas

P: Intervensi dilanjutkan karena pasien bedrest tidak bisa melakukan aktivitas

1 Rabu/4

juni 2014 14.00

16.00 18.00 13.30 16.30 18.00 Mandiri

-Memberi bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik pada pasien

-Mengvaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

-Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas

Kolaborasi

-Kolaborasi dengan keluarga dalam meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas

-kolaborasi pemberian obat ferosemid

-Kolaborasi pemberian diet anti garam

S: Pasien mengatakan, bahwa sudah ada kemajuan, pasien sudah dapat duduk di tempat tidur dan dapt makan sendiri

O: Td: 130/90 mmhg sesudah aktivitas, kondisi pasien lemah HR: 73 kali/menit A : Masalah teratasi

sebagian karena pasien sudah mampu duduk di tempat tidur

(26)

1 Kamis/5

juni 2014 15.00

15.30

16.00

20.00

19.00

Mandiri

-Memberi bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik pada pasien

-Mengvaluasi peningkatan intoleransi aktivitas

-Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas

Kolaborasi

-Kolaborasi dengan keluarga dalam meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas

- Kolaborasi pemberian anti garam

S: Pasien mengatakan, bahwa pasien sudah mulai bisa berjalan waupun hanya sebentar tetapi di bantu.

O: Td: 140/80 mmhg sesudah aktivitas Kondisi lemah Nadi: 70 kali/menit T: 36 C

A :Masalah teratasi sebagian karena pasien belum mampu

melakukan aktivitas secaara bebas

P: Intervensi dilanjutkan karena kondisi pasien masih lemah

1 Jum’at/6

juni 2014 10.00

11.00

12.30

09.00

13.00

Mandiri

-Memberi bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik

-Mengevaluasi peningkatan

intoleransi aktivitas

-Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas

Kolaborasi

-Kolaborasi dengan keluarga meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas.

-Kolaborasi pemberian anti garam

S: Pasien mengatakan, bahwa pasien sudah mulai bisa berjalan waupun hanya sebentar tanpa di bantu.

O: Td: 140/80 mmhg sesudah aktivitas Kondisi lemah T: 37 C

Hr: 74 kali/menit A : Masalah teratasi

sebagian karena pasien sudah mampu

melakukan aktivitas yang ringan seperti berjalan walaupun sebentar.

Referensi

Dokumen terkait

Berbekal informasi yang dimilikinya seorang ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi dapat mengetahui resiko apa saja yang dapat terjadi pada kehamilan yang pertama kali (

Asisten Deputi Produktivitas Riset Iptek Masyarakat. Bidang Fasilitasi

Sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan sistem komunikasi nirkabel bergerak pada penerapan Intelligent Transport System (ITS) untuk aplikasi mengetahui posisi kendaraan

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai netonya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian jika, dan hanya jika, terdapat hak yang

Hasil penelitian berupa deskripsi mengenai kesulitan siswa dalam menyelesaikan SPLDV dengan metode substitusi dan pengajaran remidi bagi siswa yang mengalami kesulitan

Kuliah Kerja Media dan Tugas Akhir dengan judul “ Standar Operasional Prosedur Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Kota Surakarta ” disusun untuk memenuhi salah satu

Dalam penelitian ini menggunakan teknik yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (dalam Anonim, 2009: 25) yang meliputi tiga tahapan, yaitu reduksi data, sajian data,

 Inflasi yang terjadi di Provinsi Aceh disebabkan oleh peningkatan indeks harga konsumen Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,99 persen, diikuti