SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA SISWA KELAS 3 SMA MUHAMMADIYAH - 2
TANJUNG SARI MEDAN
OLEH :
DESI EKA RANI 070502008
PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
Nama : Desi Eka Rani
NIM : 070502008
Program Studi : Strata I Manajemen
Judul Skripsi : Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Kestabilan Emosi Pada Siswa Kelas 3 SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan
Medan, 2011
Penulis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN
BERITA ACARA UJIAN
Hari :
Tanggal : 2011
Nama : Desi Eka rani
NIM : 070502008
Program Studi : Strata I Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Kestabilan
Emosi Pada Siswa Kelas 3 SMA Muhammadiyah-2
Tanjung Sari Medan
Ketua Program Studi S1 Pembimbing Skripsi
Manajemen
Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi NIP : 19620513 199203 2 001 NIP : 196210211986012001
Penguji I Penguji II
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
Nama : Desi Eka Rani
NIM : 070502008
Program Studi : Strata I Manajemen
Judul Skripsi : Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Kestabilan Emosi Pada Siswa Kelas 3 SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan
Tanggal : ... Ketua Program Studi
Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si NIP : 19620513 199203 2 001
Tanggal : ... Dekan
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS DENGAN
KESTABILAN EMOSI PADA SISWA KELAS 3
SMA MUHAMMADIYAH-2 TANJUNG SARI MEDAN”
Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir guna
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara Medan. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2011
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Kestabilan Emosi Pada Siswa Kelas 3 SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas dengan kestabilan emosi pada siswa kelas 3 SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan. Penulis menarik hipotesis bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara spiritualitas dengan kestabilan emosi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sensus artinya seluruh populasi yang ada digunakan sebagai sampel penelitian sejumlah 68 orang. Data dikumpulkan menggunakan keusioner. Variable diukur menggunakan skala likert. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17.00. Pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara spiritualitas dengan kestabilan emosi dengan nilai signifikan 0,000 dibawah 0,01.
ABSTRACT
This study titled “The Relationship Between Spirituality With Emotional Stability on a Class 3 High School Students Muhammadiyah 2 Tanjung Sari Medan”. The purpose of this study is to investigate the relationship between spirituality with emotional stability at class 3 high school students Muhammadiyah 2 Tanjung Sari Medan. Interesting authors hypothesized that there is a positive and significant relationship between spirituality with emotional stability.
Sampling techniques used in this research is census method, meaning the entire population is used as a sample study of 68 people. Data were collected using a quesionnaire. The variabels measured using a likert scale. Processing data using SPSS software version of 17.00. Testing hypotheses with pearson correlation analysis. Results of research show there is a positive and significant relationship between spirituality and emotional stability with significant value below 0.01 0.000.
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala karena atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan kuliah yang diakhiri dengan penulisan skripsi ini yang berjudul
“Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Kestabilan Emosi Pada Siswa SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan”. Tidak lupa pula penulis sampaikan Sholawat berangkaikan salam pada Nabi Muhammad Salallahu ‘Alahi Wassalam
semoga kita mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Amiin. Terima kasih
pada Ayahanda Jumani, SE. dan Ibunda Nurhayati untuk setiap butiran dan
untaian do’a dan motivasinya.
Penulisan skripsi ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis dengan rendah hati akan menerima saran
dan petunjuk yang bersifat membangun.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih dalam kesempatan ini dengan hati
yang tulus kepada :
1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia,SE,ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si yang telah membimbing penulis.
5. Ibu Dr. Dra. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dalam penulisan skipsi ini.
6. Bapak Drs. Chairuddin Nasution selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dalam penulisan skipsi ini.
7. Terima kasih untuk seluruh Dosen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU yang telah banyak mendidik mahasiswa/I dengan penuh dedikasi.
8. Terima kasih untuk kakak-kakak, teman-teman, dan adik-adik di MoS-Club Pancur Batu, JPRMI-MeTung, dan BP2M Baiturrahmah Fakultas Ekonomi USU atas doa dan dukungannya.
9. Terima kasih untuk Dodi Iswanto, Septi Wulan, Noviandi Syahputra, Sri Handayani, Lili Sumasni, Khairani, Raissa Ida Verinda, dan Dian Aprillia atas motivasi, doa, dan masukkannya selama penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Juli 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 6
2.1.1 Spiritualitas ... 6
1. Pengertian Spiritualitas ... 6
2. Perkembangan Spiritualitas ... 8
3. Dimensi-dimensi Spiritualitas ... 13
2.1.2 Emosi ... 13
1. Pengertian Emosi ... 13
2. Kategori Emosi ... 15
3. Perkembangan Emosi ... 16
4. Kestabilan Emosi ... 17
2.2 Penelitian Terdahulu ... 19
2.3 Kerangka Konseptual ... 21
2.4 Hipotesis ... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
3.3 Batasan Operasional ... 23
3.4 Operasionalisasi Variabel ... 24
3.5 Operasional Variabel ... 25
3.6 Skala Pengukuran Variabel ... 26
3.7 Populasi dan Sampel ... 26
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 26
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas………27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Sekolah………..29
4.1.1 Sejarah Muhammadiyah………. 29
4.1.3 Identitas Sekolah ... 32
4.1.4 Identitas Kepala Sekolah ... 32
4.1.5 Identitas Penyelenggara ... 33
4.1.6 Visi dan Misi ... 33
4.1.7 Logo Sekolah Muhammadiyah ... 34
4.2 Hasil Penelitian ... 34
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 34
1. Deskriptif Responden ... 34
2. Deskriptif Variabel ... 35
4.2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41
1. Uji Validitas ... 41
2. Uji Reliabilitas ... 47
4.2.3 Analisisis Korelasi ... 48
4.3 Pembahasan ... 48
1. Berdasarkan Analisis Deskriptif ... 48
2. Berdasarkan Analisis Korelasi ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50
5.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Hal.
3.1 Operasional Variabel………..25
4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan Gender ...34
4.2 Variabel Spiritualitas………..35
4.3 Variabel Kestabilan Emosi....……….38
4.4 Item-Total Statistics………...42
4.5 Item-Total Statistics………...43
4.6 Item-Total Statistics………...44
4.7 Item-Total Statistics………...45
4.8 Item-Total Statistics………...46
4.9 Reliability Statistic……..………...………....47
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1. Daftar Kuesioner……….55
2. Hasil Validitas dan Reliabilitas………...57
3. Hasil Validitas dan Reliabilitas………...60
4. Hasil Validitas dan Reliabilitas………...63
5. Hasil Validitas dan Reliabilitas………...66
6. Hasil Validitas dan Reliabilitas………...69
7. Analisis Deskriptif Responden………...72
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Kestabilan Emosi Pada Siswa Kelas 3 SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas dengan kestabilan emosi pada siswa kelas 3 SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan. Penulis menarik hipotesis bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara spiritualitas dengan kestabilan emosi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sensus artinya seluruh populasi yang ada digunakan sebagai sampel penelitian sejumlah 68 orang. Data dikumpulkan menggunakan keusioner. Variable diukur menggunakan skala likert. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17.00. Pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara spiritualitas dengan kestabilan emosi dengan nilai signifikan 0,000 dibawah 0,01.
ABSTRACT
This study titled “The Relationship Between Spirituality With Emotional Stability on a Class 3 High School Students Muhammadiyah 2 Tanjung Sari Medan”. The purpose of this study is to investigate the relationship between spirituality with emotional stability at class 3 high school students Muhammadiyah 2 Tanjung Sari Medan. Interesting authors hypothesized that there is a positive and significant relationship between spirituality with emotional stability.
Sampling techniques used in this research is census method, meaning the entire population is used as a sample study of 68 people. Data were collected using a quesionnaire. The variabels measured using a likert scale. Processing data using SPSS software version of 17.00. Testing hypotheses with pearson correlation analysis. Results of research show there is a positive and significant relationship between spirituality and emotional stability with significant value below 0.01 0.000.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan
hampir di semua kehidupan manusia, sehingga permasalahan yang ada dapat
diselesaikan jika menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Terjadinya berbagai
perubahan dalam setiap perubahan tersebut telah membawa manusia dalam
persaingan global yang semakin ketat. Oleh karena itu agar dapat berperan dalam
persaingan, sebagai warga negara yang baik kita harus mampu dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya
manusia berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu memberdayakan
kemampuannya dengan baik.
Kualitas sumber daya manusia disebut juga sebagai kualitas fisik dan non
fisik. Kualitas fisik ditampakkan oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan,
kesehatan, dan kesegaran jasmani. Dari sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas
non fisik manusia mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kualitas
domain kognitif digambarkan oleh tingkat kecerdasan individu, sedangkan
kualitas domain afektif digambarkan oleh kadar keimanan, budi pekerti, integritas
kepribadian, serta ciri-ciri kemandirian lainnya. Sementara itu, kualitas domain
psikomotorik dicerminkan oleh tingkat keterampilan, produktivitas, dan
kecakapan mendayagunakan peluang berinovasi.
Sumberdaya yang memiliki kualitas sangat berkaitan dengan kestabilan emosi
agar dapat bekerja dengan baik diperusahaan. Kestabilan emosi adalah keadaan
individu mampu menampilkan reaksi yang tidak berlebihan atas rangsangan yang
diterima. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan tepat, sehingga aktivitas
lain tidak terganggu. Kemampuan mengatasi dan menerima gejolak naik turunnya
emosi serta dapat mengarahkan emosi tidak menyenangkan kedalam bentuk
pemahaman yang lebih positif. Kestabilan emosi merupakan satu tahapan yang
harus dicapai oleh individu untuk dapat lebih tenang dalam menghadapi segala
permasalahan, baik yang disebabkan oleh faktor ekstern, maupun intern. Menurut
Cyssco (dalam Marito, 2005: 20), stabil merupakan asal kata dalam bahasa Inggris
stable mempunyai arti tetap, seimbang, atau dapat kembali pada posisi semula. Emosi yang stabil menunjukkan emosi yang tetap, tidak mengalami perubahan,
atau tidak cepat terganggu meskipun dalam keadaan sedang menghadapi masalah.
Individu yang mempunyai emosi stabil mampu mengekspresikan dengan tepat,
tidak berlebihan, sehingga emosi yang sedang dialami tidak tidak mengganggu
aktivitas lain.
SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan merupakan salah satu sekolah
berbasis Islam yang fokus pada kualitas kepribadian (akhlak) setiap siswanya.
Penanaman nilai-nilai agama ditanamkan pada beberapa bagian mata pelajaran
agama seperti Al-Quran dan hadist, fiqih, aqidah akhlak, bahasa arab; dan
kegiatan ekstrakurikuler agama seperti tapak suci dan ibadah malam. Siswa tidak
hanya diberikan mata pelajaran umum tapi juga diberi pemahaman tentang
Sesungguhnya pengaruh perasaan (emosi) terhadap agama, jauh lebih besar
daripada rasio (logika). Beberapa orang yang mengerti agama dan agama itu dapat
diterima oleh pikirannya, tapi dalam pelaksanaannya ia sangat lemah,
kadang-kadang tidak sanggup mengendalikan dirinya sesuai dengan pengertiannya itu.
Apabila kita tahu, bahwa masa remaja adalah masa tidak stabilnya emosi yakni
perasaan sering tidak tenteram, maka keyakinannya pun akan terlihat maju
mundur dan pandangannya terhadap sifat-sifat Tuhan akan berubah-ubah sesuai
dengan kondisi emosinya pada waktu tertentu (Daradjat, 2005: 94-95).
Sebuah organisasi termasuk sekolah akan mampu mencapai tujuannya dengan
baik apabila sekolah itu sendiri mampu memperkerjakan guru-guru yang
kompeten dibidangnya sehingga menghasilkan pelajar yang produktif nantinya.
Kemampuan para siswa dapat terlihat dari antusias para siswa dalam mengikuti
ajang perlombaan seperti olimpyade sains dan teknologi serta perlombaan
pengembangan bakat. Antusias para siswa dalam mengikuti beberapa ajang
perlombaan merupakan bukti bahwa mereka juga ingin berpartisipasi dalam
pembangunan bangsa yang mereka mulai dari membangun prestasi diri.
Pada sekolah-sekolah yang berbasis Islam seperti MI, MTs, MA ataupun
Sekolah Islam Terpadu, perlu adanya pembelajaran yang berbeda dengan
pembelajaran-pembelajaran di sekolah umum lainnya, seperti telah dianjurkan
baik oleh Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional tahun
antara mata pelajaran yang sedang disampaikan dengan nilai-nilai keimanan
terutama yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an (dalam Pambudi,2006: 1).
Dari beberapa mata pelajaran agama yang telah diberikan serta kegiatan
ekstrakurikuler yang diadakan, sekolah Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan
berharap para siswanya mampu mengaplikasikannya dengan baik. Namun pada
kenyataannya, masih saja ada siswanya yang tidak mampu mengaplikasikan ilmu
yang telah diberikan. Hal ini dapat terlihat dari masih banyak siswanya yang
bertindak tidak sesuai dengan semestinya seperti masih ditemukannya siswa yang
menyontek saat belajar, mengopek saat ujian, melawan pada guru dan orang tua,
sering membolos, datang telat ke sekolah, bertengkar hebat sesama siswa, bahkan
ada yang masih mau mencuri barang-barang temannya, dan perilaku kurang baik
lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Hubungan Antara Spiritualitas dengan Kestabilan Emosi Pada Siswa Kelas 3 SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka perumusan
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas
dengan kestabilan emosi pada siswa kelas 3 SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari
Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan
teori-teori yang selama ini diperoleh selama dalam masa perkuliahan serta
memenuhi rasa ingin tahu penulis terhadap suatu hal yang bisa
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, yakni hubungan antara
spiritualitas dengan kestabilan emosi pada siswa kelas 3 SMA
Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan.
b. Bagi Pihak Sekolah
Penelitian diharapkan menjadi masukan bagi para pengajar tentang
pentingnya penanaman spiritualitas sejak masa kanak-kanak karena hal
tersebut mempengaruhi perkembangan emosi anak menuju kepribadian
yang baik melalui pembentukan kestabilan emosi yang baik pada anak.
c. Bagi Pihak Lainnya
Penelitian diharapkan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Spiritualitas
1. Pengertian Spiritualitas
Menurut kamus Webster (dalam Hasan, 2006: 288) kata “spirit” berasal dari kata benda bahasa Latin “spiritus” yang berarti napas dan kata kerja “spipare” yang berarti untuk bernapas. Melihat asal katanya, untuk hidup adalah untuk
bernafas, dan memiliki napas artinya memiliki spirit. Spiritualitas merupakan
pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup. Spiritualitas merupakan
bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Doe (dalam Muntohar, 2010: 36) mengartikan bahwa spiritualitas adalah dasar
bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral dan rasa memiliki. Spiritualitas
memberi arah dan arti pada kehidupan. Spiritualitas adalah kepercayaan akan
adanya kekuatan non fisik yang lebih besar daripada kekuatan diri kita; suatu
kesadaran yang menghubungkan kita langsung kepada Tuhan, atau apapun yang
kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.
Zohar (2001: 8) mengatakan spiritualitas tidak harus berhubungan dengan
kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab menurutnya seorang humanis
ataupun atheis pun dapat memiliki spiritualitas. Dalam bukunya disebutkan bahwa
agama formal adalah seperangkat aturan dan kepercayaan yang dibebankan secara
ditanamkan melalui keluarga dan tradisi. Sedangkan spiritualitas adalah
kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalamnya
adalah inti alam semesta sendiri.
Menurut Ahmad Suaedy (dalam Efendi, 2004: 202-203), spiritualitas dalam
bahasa Inggris adalah spirituality, berasal dari kata spirit yang berarti roh atau jiwa. Spiritualitas adalah dorongan bagi seluruh tindakan manusia, maka
spiritualitas baru bisa dikatakan dorongan bagi respon terhadap problem-problem
masyarakat konkrit dan kontemporer. Spiritualitas baru berbeda dengan bentuk
istimewa yang lebih berupa ajaran formal. Dalam konteks Islam, sebenarnya bisa
dikatakan spiritualitas baru dimaksudkan disini adalah kehidupan iman itu sendiri
yang dalam Islam dinyatakan dan bersumber pada kepercayaan utama yaitu
“Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Pengakuan dan
kesaksian dalam hati itu tidak terjadi secara insidental melainkan terus menerus
sepanjang hidup dan karena itu merupakan tuntutan atas implementasi dari iman
yakni seruan untuk berbuat baik dan larangan berbuat jelek yang juga berlangsung
secara terus-menerus sepanjang hayat dan abadi sifatnya. Ketika pengakuan hati
itu mewujud dalam aktivitas, maka akan menjadi manusiawi dan karena itu tidak
suci, dengan demikian terbuka untuk kritik dan keberatan dan juga sebaliknya
terbuka bagi dukungan dari arah manapun. Dengan sendirinya ukuran tuntutan
kebaikan dan larangan buruk bersifat rasional dan mengikuti standar-standar
kemanusiaan universal belaka, sedangkan pengakuan dan kesaksian iman
Spiritualitas adalah pencarian dan perenungan akan keberadaan kekuatan di
luar kemampuan diri seperti kepincangan, kealpaan, dan perangai buruk lainnya.
Hal ini memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kemauan dan
kemampuan intelektual dalam mengetahui sebab musababnya. Bell Hooks
seorang intelektual dari Amerik
mengatakan kita bisa menyaksikan tidak hanya dengan intelektual kita bekerja
tetapi dengan diri kita sendiri, kehidupan kita. Pada saat darurat, kita diminta
untuk memberi semua yang ada pada diri kita walaupun semua pekerjaan telah
kita lakukan, tanpa masalah bagaimana kita menjadi revolusioner cemerlang atau
beraksi, kita akan kehilangan kekuatan dan makna jika kita tidak memiliki
integritas.
2. Perkembangan Spiritualitas
Hasan (2006: 305-306) menyebutkan tentang perkembangan spiritualitas,
manusia yang lahir dengan jiwa yang suci (nafsi zakiya). Namun, manusia juga lahir ke dunia dengan memiliki eksistensi yang terdiri dari daging dan tulang.
Keberadaan fisik manusia menimbulkan keterikatan dengan dunia tempat mereka
tinggal, dan dapat memberikan kegelapan serta menutupi keindahan dan
kebijaksanaan yang tersimpan dalam diri mereka.
Allah menurunkan kitab-kitab-Nya sebagai petunjuk manusia untuk menjalani
hidupnya dan mengirimkan nabi-Nya untuk dijadikan teladan. Namun dalam
perjalanan manusia akan mengalami berbagai macam ujian, sehingga ada yang
agar manusia kembali pada cahaya kebenaran dari kegelapan yang menutup diri
mereka.
Menurut Hasan (2006: 306-311) ada tujuh tingkat spiritualitas manusia, dari
yang bersifat egoistik sampai yang suci secara spiritual, yang dinilai bukan oleh
manusia, namun langsung oleh Allah. Mereka yang mencari jalannya, harus
menyadari karakter dan perilaku dirinya secara jujur, sebelum naik pada tingkat
yang paling tinggi. Ia juga harus tahu tentang karakteristik masing-masing
tingkatan, khususnya ia tahu berada pada tingkatan dimana. Tingkatan tersebut
yaitu:
a. Nafs Ammarah
Orang yang berada pada tahap ini adalah orang yang nafsunya
didominasi godaan yang mengajak ke arah kejahatan. Pada tahap ini orang
tidak dapat mengontrol kepentingan dirinya dan tidak memiliki moralitas
atau perasaan kasih. Dendam, kemarahan, ketamakan, gairah seksual, dan
iri hati merupakan contoh sifat-sifat yang muncul pada tahap ini. Pada
tahap ini kesadaran dan akal manusia dikalahkan oleh keinginan hawa
nafsu.
b. Nafs Lawwamah
Pada tahap ini, manusia mulai memiliki kesadaran terhadap perilakunya,
ia dapat membedakan yang baik dan benar, dan menyesali
kesalahan-kesalahannya. Namun ia belum memiliki kemampuan untuk mengubah
gaya hidupnya dengan cara yang signifikan. Mereka membutuhkan obat
yang diberikan agamanya, seperti sholat, berpuasa, membayar zakat dan
mencoba berperilaku baik. Nafsu manusia selalu mengajak hal-hal yang
jahat dan juga hal yang keji. Pada tahap ini, terdapat tiga hal yang dapat
menjadi bahaya, yaitu kemunafikan, kesombongan dan kemarahan.
Mereka juga tidak bebas dari godaan yang akan menyertainya setiap kali
beraktifitas.
c. Nafs Mulhiman (The Inspireda Self)
Pada tahap ini, orang mulai merasakan ketulusan dari ibadahnya. Ia
benar-benar termotivasi pada cinta kasih, pengabdian dan nilai-nilai moral.
Tahap ini merupakan awal dari praktik sufisme yang sesungguhnya.
Meskipun seseorang belum terbebas dari keinginan dan ego pada tahap ini,
namun pada tahap ini motivasi dan pengalaman spiritual dapat mengurangi
kekuatannya untuk pertama kalinya.
Perilaku yang umum pada tahap ini adalah kelembutan, kasih sayang,
kreativitas dan tindakan moral. Secara keseluruhan, orang yang berada
pada tahap ini memiliki emosi yang matang, menghargai dan dihargai
orang.
d. NafsMuthma’innah
Pada tahap ini orang merasakan kedamaian. Pergolakan pada tahap
awal telah lewat. Kebutuhan dan ikatan-ikatan lama tidak dibutuhkan.
Kepentingan diri mulai lenyap, membuat seseorang lebih dekat dengan
Tuhannya. Tingkat ini membuat orang menjadi berpikiran terbuka,
menerima segala kesulitan dengan kesabaran dan ketakwaan, tidak
berbeda dengan ketika ia mendapatkan kenikmatan, dapat dikatakan
bahwa seseorang telah mencapai tingkat jiwa yang tenang. Dari segi
perkembangan, tahap ini menandai periode transisi. Seseorang mulai dapat
melepaskan semua belenggu diri sebelumnya dan mulai melakukan
integrasi kembali semua aspek universal kehidupan.
Ia menemukan kedamaian, kebahagiaan, kegembiraan dalam Tuhannya.
Ia seperti diberi surga di atas dunia. Setiap kata-katanya yang diucapkan
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis atau kata-kata suci lainnya. Ibadah
dan pengabdiannya berbuah pada perkembangan spiritualnya.
e. Nafs Radhiyah
Pada tahap ini, seseorang tidak hanya tenang dengan dirinya, namun
juga tetap bahagia dalam keadaan sulit, musibah atau cobaan dalam
kehidupannya. Ia menyadari segala kesulitan datang dari Allah untuk
memperkuat imannya. Keadaan bahagia tidak bersifat hedonistik atau materalistik, dan sangat berbeda dengan hal yang biasa dialami oleh orang-orang yang berorientasi pada hal yang bersifat duniawi, prinsip
memenuhi kesenangan (pleasure principle) dan menghindari rasa sakit (paint principle). Jika seseorang telah sampai pada tingkat mencintai dan bersyukur kepada Allah, ia telah mencapai tahap perkembangan spiritual
f. NafsMardhiyah
Pada tahap ini, seseorang tidak hanya tenang dengan dirinya, namun
juga tetap bahagia dalam keadaan sulit, musibah atau cobaan dalam
kehidupannya. Ia menyadari segala kesulitan datang dari Allah untuk
memperkuat imannya. Keadaan bahagia tidak bersifat hedonistik atau
materalistik, dan sangat berbeda dengan hal yang biasa dialami oleh
orang-orang yang berorientasi pada hal yang bersifat duniawi, prinsip memenuhi
kesenangan (pleasure principle) dan menghindari rasa sakit (paint principle). Jika seseorang telah sampai pada tingkat mencintai dan bersyukur kepada Allah, ia telah mencapai tahap perkembangan spiritual
ini. Namun sedikit yang dapat mencapai tahap ini. Ia melihat segala
kejadian adalah atas tindakan Allah yang sempurna, yang mencintai
mereka setiap situasi. Ia berada dalam tahta spiritual, dimana dunia luar
ada untuk melayaninya. Ketakwaan, kepasrahan, kesabaran, kesyukuran,
dan kecintaan kepada Allah demikian sempurna, sehingga Allah
menanggapinya dengan cepat ketika hamba-Nya kembali kepada-Nya.
g. Nafs Safiyah
Mereka yang telah mencapai tahap akhir telah mengalami transedensi
diri yang seutuhnya. Tidak ada nafas yang tersisa, hanya penyatuan dengan
Allah. Pada tahap ini seseorang telah menyadari Kebenaran sejati, “Tidak
Ada Tuhan Selain Allah”, dan hanya keilahian yang ada, dan setiap indra
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan
spiritual, seseorang menempuh tahap-tahap perkembangan yaitu melalui suatu
cara, sarana atau siasat. Tentunya yang berdasarkan ajaran Islam.
3. Dimensi-dimensi Spiritualitas
Ginanjar (2004: 107-109) mengatakan spiritualitas merupakan energi dalam
diri yang menimbulkan rasa kedamaian dan kebahagiaan tidak terperi yang
senantiasa dirindukan kehadirannya. Dimensi-dimensi spiritualitas itu sendiri
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan kemampuan menyelesaikan semua tugas secara
tuntas sebagai wujud ihsan kepada Al-Wakil.
b. Pemaaf
Pemaaf merupakan sikap menerima maaf sebagai wujud ihsan pada
Al-Ghafar.
c. Pengasih
Pengasih merupakan dorongan untuk menyayangi sesama sebagai wujud
ihsan pada Ar-Rahman.
2.1.2 Emosi
1. Pengertian Emosi
Emosi adalah setiap pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, serta setiap keadaan
dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis , dan
serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Adapun perasaan adalah pengalaman
yang disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh
bermacam-macam keadaan jasmaniah (Ali, 2004: 76).
Ginanjar (2004: 100) mengatakan bahwa emosi adalah getaran pada qalbu
yang terjadi akibat tersentuhnya spritualitas seseorang. Begitupun suara hati kasih
sayang yang terdapat di relung hati yang tersentuh, maka ia dengan serta merta
akan merasa terharu. Ketika getaran-getaran hati bersinggungan dengan sifat-sifat
keadilan, maka signal pada otak pun mengalami getaran yang sama.
Kemungkinan terbesar, sikap-sikap yang muncul adalah sikap kemarahan, sikap
sedih, sikap bahagia, atau sikap ingin menolong. Maka kesimpulannya, ketika
suara hati tersentuh, maka situasi yang sama berlaku pula pada emosi yaitu berupa
getaran emosi. Namun biasanya banyak orang keliru dan tertukar antara
keduanya, karena tidak mampu membedakan yang mana suara hati dan yang
mana yang dinamakan emosi. Emosi adalah sebuah signal yang terbentuk haru,
sedih, kecewa, marah atau bahagia (pada limbic system), ketika suara hati spiritual kita mengalami singgungan pada god spot.
Menurut Imam (2009: 100), emosi merupakan hal yang penting dalam
perkembangan otak seseorang. Banyak orang mengira bahwa emosi secara
keseluruhan ada di luar kendali diri sehingga reaksi atas berbagai kejadian terjadi
secara spontan. Padahal, kemampuan dalam mengendalikan emosi merupakan
faktor penting penentu keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Hanya
Pemahaman, penerimaan diri akan suasana emosi, mengetahui secara jelas
makna dari perasaan, mampu mengungkapkan perasaan secara konstruktif
merupakan hal-hal yang mendorong tercapainya kesejahteraan psikologis,
kebahagiaan, dan kesehatan jiwa individu. Orang yang mampu memahami emosi
yang sedang mereka alami, akan lebih mampu dalam mengelola emosinya secara
positif (Safaria, 2009: 14).
2. Kategori Emosi
Ginanjar (2004: 112), emosi tercipta karena adanya gelombang spiritual
elektromagnetik yang dipancarkan oleh God Spot. Berikut, beberapa jenis respon yang sering dirasakan pada limbic system, yang termasuk dalam kategori emosi, tercipta ketika manusia menjauh atau keluar dari garis orbit (off line), atau masuk dalam garis orbit (in line). Off line adalah keluar dari tuntutan hati nurani. Ini line adalah sesuai dengan hati nurani (God Spot). Emosi-emosi tersebut antara lain:
1. Marah, ketika harga diri tergoncang (off line)
2. Kecewa, ketika suara hati tidak sesuai dengan kenyataan (off line) 3. Sedih, pada saat merasa kehilangan (off line)
4. Menangis, ketika God spot tergetar (off line atau ini line) 5. Bahagia, ketika suara hati tersentuh (in line)
6. Merasa damai, ketika suara hati menjadi kenyataan (in line)
7. Termotivasi, ketika bersemangat merealisasikan suara hati (in line) 8. Terdukung, ketika dibantu untuk merealisasikan harapan (in line) 9. Terhargai, ketika merasakan bahwa harga diri terpenuhi (in line) 10. Bangga, ketika mencapai tujuan & menjadi kenyataan (in line) 11. Terinspirasi, saat teringat potensi diri (in line)
12. Antusias, saat diri merasa mampu merealiasasikan suara hati (in line) 13. Merasa aman, ketika suara hati terpenuhi (in line)
3. Perkembangan Emosi
Ali (2004: 76-77) mengatakan karakteristik perkembangan emosi remaja
sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri, yaitu sebagai berikut:
a.Perubahan fisik tahap awal pada periode praremaja disertai kepekaan
terhadap rangsangan dari luar menyebabkan respons berlebihan sehingga
mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang
atau bahkan meledak-ledak.
b.Perubahan fisik yang semakin jelas pada periode awal, menyebabkan
mereka cenderung menyendiri sehingga tidak jarang merasa terasing,
kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan mereka merasa tidak ada
orang yang mau mempedulikannya.
c.Pada remaja sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat
dipegang teguh sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat
yang menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka
ketahui menyebabkan remaja seringkali emosional ingin membentuk
nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik dan pantas untuk
dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau
orang dewasa di sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya.
d.Periode remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan
mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin
dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan
juga menjadi semakin bagus dan lancar karena mereka sudah semakin bebas
penuh serta emosinya pun stabil.
4. Kestabilan Emosi
Menurut Cyssco (dalam Marito, 2005: 20), stabil merupakan asal kata dalam
bahasa Inggris stable mempunyai arti tetap, seimbang, atau dapat kembali pada posisi semula. Emosi yang stabil menunjukkan emosi yang tetap, tidak mengalami
perubahan, atau tidak cepat terganggu meskipun dalam keadaan sedang
menghadapi masalah. Individu yang mempunyai emosi stabil mampu
mengekspresikan dengan tepat, tidak berlebihan, sehingga emosi yang sedang
dialami tidak tidak mengganggu aktivitas lain.
Kestabilan emosi adalah keadaan dimana individu mampu menampilkan reaksi
yang tidak berlebihan atas rangsangan yang diterima. Kemampuan
mengekspresikan emosi dengan tepat, sehingga aktivitas lain tidak terganggu.
Kemampuan mengatasi dan menerima gejolak naik turunnya emosi serta dapat
mengarahkan emosi tidak menyenangkan kedalam bentuk pemahaman yang lebih
positif. Kestabilan emosi merupakan satu tahapan yang harus dicapai oleh
individu untuk dapat lebih tenang dalam menghadapi segala permasalahan, baik
yang disebabkan oleh faktor ekstern, maupun intern.
a. Ciri-ciri Kestabilan Emosi
Menurut Eysenk dan Wilson (dalam Marito, 2005: 22-23), untuk
menentukan stabil tidaknya emosi seseorang, perlu diperhatikan beberapa
1) Rasa Harga Diri
Rasa percaya diri yang mengandung arti percaya terhadap
kemampuan-kemampuan diri yang tinggi. Dalam hal ini individu menganggap diri
sebagai manusia yang berguna dan berharga serta disukai orang lain.
2) Kebahagiaan
Sifat riang, optimis, puas dengan keadaannya, dan mempunyai rasa
damai dengan alam sekitar.
3) Kecemasan
Sifat tenang, tenteram, menolak ketakutan-ketakutan yang irrasional.
Pada umumnya remaja wanita mempunyai tingkat kecemasan yang
tinggi dibandingkan remaja laki-laki.
4) Keformilan
Sifat hati-hati, teliti, disiplin, serius, dan memperhatikan tata nilai.
5) Kebebasan
Menyukai banyak kebebasan dan keterikatan pada orang lain untuk
membuat keputusan. Memandang bahwa dirinya adalah tuan untuk
menentukan nasibnya sendiri sehingga dia dapat mengambil tindakan
realistis untuk masalah yang dihadapi.
6)Hipokondrisiasis
Hipokondria adalah kecemasan yang tidak beralasan mengenai
kesehatan diri atau rasa pedih tanpa alasan. Remaja yang hipokondria
selalu memberikan penafsiran yang bukan-bukan tentang segala gejala
7)Rasa Bersalah
Individu yang mempunyai kestabilan emosi hanya mempunyai
kecendrungan sedikit untuk menyalahkan diri sendiri di dalam
mengatasi segala masalah.
b. Cara-cara Memperoleh Kestabilan Emosi
Saran & Aplikasi Pengendalian Emosi (Ginanjar, 2004: 237) :
N o Kondisi Emosi Gelomba ng Otak Lakukan /Ucapkan Hasil Emosi Gelombang Otak 1 Marah Beta Astaghfirullah Tenang Alfa
(relaks) 2 Sedih
(Kehilangan)
Beta Inna lilahi Pasrah Alfa (relaks) 3 Bahagia Beta Alhamdulillah Terkendali Alfa
(relaks) 4 Kagum Beta Subhanallah Tenang Alfa
(relaks) 5 Takut Beta Allahu Akbar Normal Alfa
(relaks) 6 Panik Beta Laa hawlaa
walaa quwwata illa
billah
Ikhlas Alfa (relaks)
7 Cemas Beta Laa ilaaha illallah
Siap Mental
Alfa (relaks) Catatan :1. Gelombang Beta (9-13 Hz) pada otak adalah ketika manusia sedang menghadapi masalah
atau tantangan berat (concious mind).
2. Gelombang Alfa (7 Hz) adalah ketika manusia rileks, emosinya90)
2.2 Penelitian Terdahulu
Marito (2005) melakukan penelitian “ Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Kestabilan Emosi Pada Siswa Kelas 3 MAN 1 Medan”. Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara religiusitas
dengan kestabilan emosi pada siswa kelas 3 MAN 1 Medan. Penelitian ini adalah
teknik pearson product moment. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala religiusitas dan kestabilan emosi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
positif dan signifikan dengan rxy = 0,651 ; p = 0,000. Berdasarkan analisis lebih
lanjut terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan
kestabilan emosi pada subjek perempuan dan laki-laki yang berusia 17-18 tahun.
Kemudian juga dapat diketahui ada hubungan positif dan tidak signifikan antara
religiusitas dengan kestabilan emosi pada subjek perempuan dan laki-laki yang
berusia 19 tahun.
Suciati (2008) melakukan penelitian tentang “Studi Korelasi Antara
Kestabilan Emosi Dan Religiusitas Dengan Prestasi Belajar Pada Anak Tuna
Laras SLB-E“Bhina Putera” Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008 “. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: 1) tingkat kestabilan emosi, religiusitas, dan prestasi
belajar; 2) hubungan antara kestabilan emosi dan religiusitas dengan prestasi
belajar; 3) hubungan antara kestabilan emosi dengan prestasi belajar;
4) hubungan antara religiusitas dengan prestasi belajar. Subjek yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SLB-E “Bhina Putera” Surakarta
tahun ajaran 2007/2008. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penentuan subjek penelitian ini yaitu studi populasi. Alat ukur yang digunakan
yaitu skala kestabilan emosi, skala religiusitas, dan data dokumentasi prestasi
belajar. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara
variabel kestabilan emosi dan religiusitas dapat dijadikan sebagai prediktor untuk
memprediksikan prestasi belajar siswa.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek
ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan antar variabel yang secara logis
diterangkan, dikembangkan, dari perumusan yang telah diidentifikasi melalui
proses wawancara, observasi, dan survey literature.
Menurut Ahmad Suaedy (dalam Efendi, 2004:202-203), spiritualitas dalam
bahasa Inggris adalah spirituality, berasal dari kata spirit yang berarti roh atau jiwa. Spiritualitas adalah dorongan bagi seluruh tindakan manusia, maka
spiritualitas baru bisa dikatakan dorongan bagi respon terhadap problem-problem
masyarakat konkrit dan kontemporer. Spiritualitas baru berbeda dengan bentuk
istimewa yang lebih berupa ajaran formal. Dalam konteksIislam, sebenarnya bisa
dikatakan spiritualitas baru dimaksudkan disini adalah kehidupan iman itu sendiri
yang dalam Islam dinyatakan dan bersumber pada kepercayaan utama yaitu
“Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Pengakuan dan
kesaksian dalam hati itu tidak terjadi secara insidental melainkan terus menerus
sepanjang hidup dan karena itu merupakan tuntutan atas implementasi dari iman
yakni seruan untuk berbuat baik dan larangan berbuat jelek yang juga berlangsung
secara terus-menerus sepanjang hayat dan abadi sifatnya. Ketika pengakuan hati
itu mewujud dalam aktivitas, maka akan menjadi manusiawi dan karena itu tidak
terbuka bagi dukungan dari arah manapun. Dengan sendirinya ukuran tuntutan
kebaikan dan larangan buruk bersifat rasional dan mengikuti standar-standar
kemanusiaan universal belaka, sedangkan pengakuan dan kesaksian iman
memberi dasar komitmen.
Sesungguhnya pengaruh perasaan (emosi) terhadap agama, jauh lebih besar
daripada rasio (logika). Beberapa orang yang mengerti agama dan agama itu dapat
diterima oleh pikirannya, tapi dalam pelaksanaannya ia sangat lemah,
kadang-kadang tidak sanggup mengendalikan dirinya sesuai dengan pengertiannya itu.
Apabila kita tahu, bahwa masa remaja adalah masa tidak stabilnya emosi di mana
perasaan sering tidak tenteram, maka keyakinannya pun akan terlihat maju
mundur dan pandangannya terhadap sifat-sifat Tuhan akan berubah-ubah sesuai
dengan kondisi emosinya pada waktu tertentu (Daradjat, 2005: 94-95).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka kerangka konseptual dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Sumber : Ahmad Suaedy (dalam Efendi, 2004:202-203) dan Daradjat (2005: 94-95). (Diolah) Gambar 2.1 : Model Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang sudah diuraikan, maka peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut : “Ada hubungan positif antara spiritualitas dengan kestabilan emosi”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian menurut tingkat eksplanasi (penjelasan), penelitian ini dapat
dikaji menurut tingkatnya yang didasarkan kepada tujuan dan objeknya. Pada
tingkat eksplanasi penelitian termasuk ke dalam penelitian asosiatif, yakni
penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat hubungan
antara spiritualitas (X) dengan kestabilan emosi (Y) (Situmorang, 2008: 57).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah-2, Jl. Abdul Hakim No.2
Tanjung Sari Medan. Waktu penelitian ini dilakukan bulan Pebruari 2011- bulan
Maret 2011.
3.3 Batasan Operasional
Dalam hal ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas 3 SMA
Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan, yang pelajaran agamanya lebih banyak
daripada sekolah negeri dan lingkungannya cukup mendukung tapi tidak sampai
seketat seperti yang di pondok pesantren. Peneliti memilih siswa kelas 3 karena
selama 2 tahun mereka relatif sudah mendapatkan suasana pendidikan yang sama
dan umur relatif sebaya. Hal ini juga didukung oleh pendapat Daradjat (2005:
109) yang mengatakan bahwa biasanya semangat beragama terjadi pada usia 17
3.4 Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas (X)
Spiritualitas merupakan energi dalam diri yang menimbulkan rasa
kedamaian dan kebahagiaan tidak terperi yang senantiasa dirindukan
kehadirannya. Beberapa hal yang termasuk dalam spiritualitas diantaranya
adalah sifat tanggung jawab, pemaaf, dan pengasih.
2. Variabel Terikat (Y)
Kestabilan emosi merupakan suatu keadaan dimana seseorang dapat
menampilkan reaksi yang tidak berlebihan atas rangsangan yang diterima,
terutama dalam menghadapi masalah-masalah, sehingga tidak mudah
terpancing untuk menampilkan bentuk-bentuk emosi negatif. Kemampuan
menampilkan emosi dengan tepat, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang
lain. Adapun faktor kestabilan emosi yakni maturasi emosi, kontrol emosi,
3.5Operasional Variabel
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Indikator Definisi Skala
Spiritualitas a) Tanggung Jawab b) Pemaaf c) Pengasih
a) Tanggung jawab merupakan kemampuan menyelesaikan semua tugas secara tuntas sebagai wujud ihsan kepada Al-Wakil
b) Pemaaf merupakan sikap menerima maaf sebagai wujud ihsan pada Al-Ghafar c) Pengasih merupakan dorongan
untuk menyayangi sesama sebagai wujud ihsan pada Ar-Rahman Likert Kestabilan Emosi b) Maturasi Emosi c) Kontrol Emosi d) Adekuasi Emosi
a) Maturasi emosi adalah kematangan emosi yang akan
menuntut adanya perkembangan emosi yang
memadai yang nantinya akan menjadi dasar untuk penyesuaian diri dengan baik dan memberi reaksi secara emosional sesuai dengan tingkat perkembangan kepribadian individu.
b) Kontrol emosi mencakup kemampuan mengatur emosi sesuai dengan tuntutan lingkungan dan standar dalam individu yang bersangkutan dengan nilai, prinsip dan cita-cita.
c) Adekuasi adalah kesesuaian antara reaksi emosi dengan rangsang yang diterima, menyangkut isi dan arah emosi.
Likert
3.6 Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala Likert, skala ini mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan
skalan Likert, maka variabel akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2008:
132-133).
3.7 Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas 3 SMA
Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan yang berjumlah 68 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode sensus artinya seluruh populasi yang ada digunakan sebagai sampel
penelitian. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil (Sugiyono,
2008:116). Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 68 orang.
3.8 Metode Pengumpulan Data
1. Daftar Pertanyaan / Kuesioner (Primer)
Menyebarkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh para siswa-siswi Kelas 3
SMA Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan yang telah ditetapkan sebagai
2. Studi dokumentasi (Sekunder)
Mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku.
3. Wawancara (Primer)
Percakapan langsung antara narasumber dengan pewawancara, dimana
pewawancara melontarkan pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang
diwawancarai.
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.
Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:
45). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.00. dengan kriteria sebagai berikut :
a) Jika rhitung > rtable , maka pertanyaan dinyatakan valid
b) Jika rhitung < rtable , maka pertanyaan dinyatakan tidak valid
Pengujian validitas ini dilakukan pada siswa kelas 3 SMK
Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan yang berjumlah 30 orang.
2. Uji Realibilitas
Realibilitas bisa diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan atau
konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang
realibilitas berkisar 0-1 (>0,6). Semakin tinggi koefisien realibilitas
(mendekati angka 1), maka semakin reliable alat ukur tersebut (Ghozali,
2006: 41-42).
3.10. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku sifat umum (Sugiyono, 2008 :
206).
2. Analisis Korelasi
Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
korelasi pearson, ditujukan untuk pasangan pengamatan data rasio yang menunjukkan hubungan linear. Koefisien korelasi besarnya antara -1 sampai
+1. Menghitung nilai koefisien korelasi pearson dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut (Situmorang, 2010: 83) :
k
Dimana :
k = koefisien korelasi
x = deviasi rata-rata variabel X =
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum Sekolah 4.1.1 Sejarah Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan 18 Nopember 1912 oleh seorang yang
bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KH Ahmad Dahlan.
Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan
sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan
jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau
tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan
pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan
para pedagang. Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan
kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya.
Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam
waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke
luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka
didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada
diseluruh pelosok tanah air. Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya
kepada laki-laki, beliau juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam
anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah
dewasa. Disamping memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada
ibu-ibu dan anak-anak, beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai
tahun 1918 beliau telah mendirikan Sekolah Dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919
mendirikan Hooge School Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun 1921
diganti namanya menjadi Kweek School Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah
menjadi dua, laki-laki sendiri perempuan sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930
namanya dirubah menjadi Mu`allimin dan Mu`allimat.
Suatu ketika KH.Ahmad Dahlan menyampaikan usaha pendidikan setelah
selesai menyampaikan santapan rohani pada rapat pengurus Budi Utomo cabang
Yogyakarta. Ia menyampaikan keinginan mengajarkan agama Islam kepada para
siswa Kweekschool Gubernamen Jetis yang dikepalai oleh R. Boedihardjo, yang
juga pengurus Budi Utomo. Usul itu disetujui, dengan syarat di luar pelajaran
resmi. Lama-lama peminatnya banyak, hingga kemudian mendirikan sekolah
sendiri. Di antara para siswa Kweekschool Jetis ada yang memperhatikan susunan
bangku, meja, dan papan tulis. Lalu, mereka menanyakan untuk apa, dijawab
untuk sekolah anak-anak Kauman dengan pelajaran agama Islam dan pengetahuan
sekolah biasa. Mereka tertarik sekali, dan akhirnya menyarankan agar
penyelelenggaraan ditangani oleh suatu organisasi agar berkelanjutan sepeninggal
K.H. Ahmad Dahlan kelak.
Setelah pelaksanaan penyelenggaraan sekolah itu sudah mulai teratur,
sekolah itu. Dipilihlah nama "Muhammadiyah" sebagai nama organisasi itu
dengan harapan agar para anggotanya dapat hidup beragama dan bermasyarakat
sesuai dengan pribadi Nabi Muhammad saw. Penyusunan anggaran dasar
Muhamadiyah banyak mendapat bantuan dari R. Sosrosugondo, guru bahasa
Melayu Kweekschool Jetis. Rumusannya dibuat dalam bahasa melayu dan
Belanda. Kesepakatan bulat pendirian Muhamadiyah terjadi pada tanggal 18
November 1912 M atau 8 Zulhijah 1330 H. Tgl 20 Desember 1912 diajukanlah
surat permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, agar perserikatan
ini diberi izin resmi dan diakui sebagai suatu badan hukum. Setelah memakan
waktu sekitar 20 bulan, akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengakui
Muhammadiyah sebagai badan hukum, tertuang dalam Gouvernement Besluit
tanggal 22 Agustus 1914 No. 81.
Muhammadiyah juga mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan
Nama 'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, Nyi Walidah Ahmad Dahlan
berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya. KH. A. Dahlan
memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu
masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke
11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH. Ibrahim yang kemudian
memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.
kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian
hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi
4.1.2 Logo Muhammadiyah
Keterangan Logo:
1. Tulisan Arab Muhammadiyah mengartikan pengikut ajaran Nabi Muhammad 2. Matahari Bersinar 12 artinya organisasi Muhammdiyah berdiri tahun 1912 3. Dua Kalimat Syahadat mengartikan ikrar dalam ajaran Islam yaitu kesaksian bahwa tidak ada Robb selain Allah dan Pengakuan Muhammad sebagai utusan Allah
4.1.3 Identitas Sekolah
1. Nama Sekolah : SMA Muhammadiyah-2 Medan
2. Program Keahlian : -
3. NSS : 304076007073, NDS : 3007120057 4. SK Pendirian Sekolah/SIOP : 400/3453/2004 5. Jenjang Akreditasi : Akreditasi B 6. Alamat
a. Jalan : Jl.Abdul Hakim No.2
b. Kode Pos : 20132
c. Desa Kelurahan : Tanjung Sari
d. Kecamatan : Medan Selayang
e. Kabupaten : Medan
f. Propinsi : Sumatera Utara
g. Telepon : (061) 8225749
7. Luas Tanah Seluruhnya : 13.500 m2 8. Luas Bangunan Seluruhnya : 945 m2
9. Status Kepemilikan Tanah : Milik Persyarikatan
4.1.4 Identitas Kepala Sekolah
1. Nama Kepala Sekolah : Maulana Malik Muttaqin
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Nomor SK Pengangkatan : 05/KEP/IV.4/D/2008
5. Oleh : Majelis Dikdasmen PCM Tanjung Sari
6. Tanggal Mulai Menjabat : 1 Agustus 2008 7. Pangkat/Gol.Ruang/TMT : -
4.1.5 Identitas Penyelenggara
1. Nama Penyelenggara : Majelis Dikdasmen PCM Tanjung Sari 2. Alamat Penyelenggara
a. Jalan : Jl.Abdul Hakim No.2
b. Desa Kelurahan : Tanjung Sari
c. Kecamatan : Medan Selayang
d. Kabubaten/Kota : Medan
e. Propinsi : Sumatera Utara
f. Telepon : (061) 8225749
3. Nama Ketua Penyelenggara : Hasnan, S.Ag 4. Piagam Pendirian Dikdasmen Pusat
a. Nomor : 1602/II-50/SU-80/1981
b. Tanggal : 30 Nopember 1981
4.1.6 Visi Dan Misi
Visi: menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas untuk mewujudkan generasi unggul mandiri dan berahlak karimah.
Misi:
1. Mendekatkan siswa/i pada Al-Qur’an dan Sunnah
2. Mempersiapkan siswa/i yang memiliki keseimbangan ilmu, iman, dan amal
3. Melaksanakan kegiatan belajar, mengajar (KBM) yang dapat mengembangkan bakat pribadi untuk mewujudkan produktivitas, kreativitas, dan kemandirian
4. Mempersiapkan siswa/i yang siap untuk menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna dalam masyarakat
4.1.7 Logo Sekolah Muhammadiyah
Keterangan Logo:
1. Tulisan Arab Muhammadiyah mengartikan pengikut ajaran Nabi Muhammad 2. Matahari Bersinar 12 artinya organisasi Muhammdiyah berdiri tahun 1912 3. Dua Kalimat Syahadat mengartikan ikrar dalam ajaran Islam yaitu kesaksian bahwa tidak ada Robb selain Allah dan Pengakuan Muhammad sebagai utusan Allah
4.2Hasil Penelitian 4.2.1Analisis Deskriptif
1. Deskriptif Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas 3 SMA
Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan yang berjumlah 68 orang.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan Gender
Umur Total
16.00 17.00 18.00 19.00
Gender Pria Wanita
Total
2 12
14
16 16
32
7 6
13
6 3
9
31 37
68
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat jumlah responden yang diambil
merupakan seluruh populasi yang ada digunakan juga sebagai sampel penelitian
karena peneliti menggunakan metode sensus.
2. Deskriptif Variabel
Secara deskriptif persentase hasil penelitian setiap dimensi faktor
spiritualitas berhubungan dengan kestabilan emosi siswa kelas 3 SMA
Muhammadiyah-2 Tanjung Sari Medan.
a) Variabel Spritualitas (X)
Spiritualitas merupakan energi dalam diri yang menimbulkan rasa
kedamaian dan kebahagiaan tidak terperi yang senantiasa dirindukan
kehadirannya. Beberapa hal yang termasuk dalam spiritualitas
[image:51.595.142.535.458.661.2]diantaranya adalah sifat tanggung jawab, pemaaf, dan pengasih.
Table 4.2 Variable Spiritualitas Tanggapan
Respon TP KK SR SL Total
Responden
Total % Item No. F % F % F % F %
1 11 16.2 9 13.2 39 57.4 9 13.2 68 100
2 6 8.8 25 36.8 23 33.8 14 20.6 68 100
3 8 11.8 12 17.6 36 52.9 12 17.6 68 100
4 7 10.3 21 30.9 29 42.6 11 16.2 68 100
5 8 11.8 13 19.1 40 58.8 7 10.3 68 100
6 8 11.8 11 16.2 33 48.5 16 23.5 68 100
7 7 10.3 20 29.4 23 33.8 18 26.5 68 100
8 6 8.8 10 14.7 30 44.1 22 32.4 68 100
9 6 8.8 14 20.6 26 38.2 22 32.4 68 100
10 10 14.7 13 19.1 27 39.7 18 26.5 68 100
11 8 11.8 19 27.9 17 25.0 24 35.3 68 100
Sumber: Hasil Penelitian (2011), (diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa:
1. Melalui pernyataan spiritualitas dalam indikator tanggung jawab, ada 11
kadang-kadang (13,2%), 39 orang yang menyatakan sering (57,4%), dan 9
orang yang menyatakan selalu (13,2%).
2. Melalui pernyataan spiritualitas dalam indikator pemaaf, ada 6 orang yang
menyatakan tidak pernah (8,8%), 25 orang menyatakan kadang-kadang
(36,8%), 23 orang yang menyatakan sering (33,8%), dan 14 orang yang
menyatakan selalu (20,6%).
3. Melalui pernyataan spiritualitas masih dalam indikator pemaaf, ada 8
orang yang menyatakan tidak pernah (11,8%), 12 orang menyatakan
kadang-kadang (17,6%), 36 orang yang menyatakan sering (52,9%), dan
12 orang yang menyatakan selalu (17,6%).
4. Melalui pernyataan spiritualitas masih dalam indikator pemaaf, ada 7
orang yang menyatakan tidak pernah (10,3%), 21 orang menyatakan
kadang-kadang (30,9%), 29 orang yang menyatakan sering (42,6%), dan
11 orang yang menyatakan selalu (16,2%).
5. Melalui pernyataan spiritualitas masih dalam indikator pemaaf, ada 8
orang yang menyatakan tidak pernah (11,8%), 13 orang menyatakan
kadang-kadang (19,1%), 40 orang yang menyatakan sering (58,8%), dan 7
orang yang menyatakan selalu (10,3%).
6. Melalui pernyataan spiritualitas masih dalam indikator pemaaf, ada 8
kadang-kadang (16,2%), 33 orang yang menyatakan sering (48,5%), dan
16 orang yang menyatakan selalu (23,5%).
7. Melalui pernyataan spiritualitas dalam indikator pengasih, ada 7 orang
yang menyatakan tidak pernah (10,3%), 20 orang menyatakan
kadang-kadang (29,4%), 23 orang yang menyatakan sering (33,8%), dan 18 orang
yang menyatakan selalu (26,5%).
8. Melalui pernyataan spiritualitas masih dalam indikator pengasih, ada 6
orang yang menyatakan tidak pernah (8,8%), 10 orang menyatakan
kadang-kadang (14,7%), 30 orang yang menyatakan sering (44,1%), dan
22 orang yang menyatakan selalu (32,4%).
9. Melalui pernyataan spiritualitas masih dalam indikator pengasih, ada 6
orang yang menyatakan tidak pernah (8,8%), 14 orang menyatakan
kadang-kadang (20,6%), 26 orang yang menyatakan sering (38,2%), dan
22 orang yang menyatakan selalu (32,4%).
10.Melalui pernyataan spiritualitas masih dalam indikator pengasih, ada 10
orang yang menyatakan tidak pernah (14,7%), 13 orang menyatakan
kadang-kadang (19,1%), 27 orang yang menyatakan sering (39,7%), dan
18 orang yang menyatakan selalu (26,5%).
11.Melalui pernyataan spiritualitas masih dalam indikator pengasih, ada 8
kadang-kadang (27,9%), 17 orang yang menyatakan sering (25,0%), dan
24 orang yang menyatakan selalu (35,3%).
b) Variabel Kestabilan Emosi (Y)
Kestabilan emosi merupakan suatu keadaan dimana seseorang dapat
menampilkan reaksi yang tidak berlebihan atas rangsangan yang
diterima, terutama dalam menghadapi masalah-masalah, sehingga tidak
mudah terpancing untuk menampilkan bentuk-bentuk emosi negatif. Ia
akan tetap menampilkan emosi dengan tepat, sehingga tidak
mengganggu aktivitas yang lain. Adapun faktor kestabilan emosi yakni
[image:54.595.144.534.523.752.2]maturasi emosi, kontrol emosi, dan adekuasi emosi.
Table 4.3
Variable Kestabilan Emosi
Tanggapan
Respon TP KK SR SL Total
Responden
Total %
Item No. F % F % F % F %
1 13 19.1 12 17.6 28 41.2 15 22.1 68 100
2 6 8.8 12 17.6 37 54.4 13 19.1 68 100
3 7 10.3 13 19.1 33 48.5 15 22.1 68 100
4 3 4.4 15 22.1 35 51.5 15 22.1 68 100
5 3 4.4 7 10.3 38 55.9 20 29.4 68 100
6 0 0 14 20.6 24 35.3 30 44.1 68 100
7 0 0 12 17.6 24 35.3 32 47.1 68 100
8 0 0 14 20.6 20 29.4 34 50.0 68 100
9 6 8.8 4 5.9 31 45.6 27 39.7 68 100
10 6 8.8 2 2.9 40 58.8 20 29.4 68 100
11 0 0 12 17.6 32 47.1 24 35.3 68 100
12 0 0 6 8.8 38 55.9 24 35.3 68 100
13 3 4.4 9 13.2 33 48.5 23 33.8 68 100
15 3 4.4 7 10.3 24 35.3 34 50.0 68 100
Sumber: Hasil Penelitian (2011), (diolah)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa:
1. Melalui pernyataan kestabilan emosi dalam indikator maturasi emosi, ada
13 orang yang menyatakan tidak pernah (19,1%), 12 orang menyatakan
kadang-kadang (17,6%), 28 orang yang menyatakan sering (41,2%), dan
15 orang yang menyatakan selalu (22,1%).
2. Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator maturasi
emosi, ada 6 orang yang menyatakan tidak pernah (8,8%), 12 orang
menyatakan kadang-kadang (17,6%), 37 orang yang menyatakan sering
(54,4%), dan 13 orang yang menyatakan selalu (19,1%).
3. Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator maturasi
emosi, ada 7 orang yang menyatakan tidak pernah (10,3%), 13 orang
menyatakan kadang-kadang (19,1%), 33 orang yang menyatakan sering
(48,5%), dan 15 orang yang menyatakan selalu (22,1%).
4. Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator maturasi
emosi, ada 3 orang yang menyatakan tidak pernah (4,4%), 15 orang
menyatakan kadang-kadang (22,1%), 35 orang yang menyatakan sering
(51,5%), dan 15 orang yang menyatakan selalu (22,1%).
5. Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator maturasi
menyatakan kadang-kadang (10,3%), 38 orang yang menyatakan sering
(55,9%), dan 20 orang yang menyatakan selalu (29,4%).
6. Melalui pernyataan kestabilan emosi dalam indikator kontrol emosi, ada 0
orang yang menyatakan tidak pernah (0%), 14 orang menyatakan
kadang-kadang (20,6%), 24 orang yang menyatakan sering (35,3%), dan 30 orang
yang menyatakan selalu (44,1%).
7. Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator kontrol emosi,
ada 0 orang yang menyatakan tidak pernah (0%), 12 orang menyatakan
kadang-kadang (17,6%), 24 orang yang menyatakan sering (35,3%), dan
32 orang yang menyatakan selalu (47,1%).
8. Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator kontrol emosi,
ada 0 orang yang menyatakan tidak pernah (0%), 14 orang menyatakan
kadang-kadang (20,6%), 20 orang yang menyatakan sering (29,4%), dan
34 orang yang menyatakan selalu (50,0%).
9. Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator kontrol emosi,
ada 6 orang yang menyatakan tidak pernah (8,8%), 4 orang menyatakan
kadang-kadang (5,9%), 31 orang yang menyatakan sering (45,6%), dan 27
orang yang menyatakan selalu (39,7%).
10.Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator kontrol emosi,
kadang-kadang (2,9%), 40 orang yang menyatakan sering (58,8%), dan 20
orang yang menyatakan selalu (29,4%).
11.Melalui pernyataan kestabilan emosi dalam indikator adekuasi emosi, ada
0 orang yang menyatakan tidak pernah (0%), 12 orang menyatakan
kadang-kadang (17,6%), 32 orang yang menyatakan sering (47,1%), dan
24 orang yang menyatakan selalu (35,3%).
12.Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator adekuasi
emosi, ada 0 orang yang menyatakan tidak pernah (0%), 6 orang
menyatakan kadang-kadang (8,8%), 38 orang yang menyatakan sering
(55,9%), dan 24 orang yang menyatakan selalu (35,3%).
13.Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator adekuasi
emosi, ada 3 orang yang menyatakan tidak pernah (4,4%), 9 orang
menyatakan kadang-kadang (13,2%), 33 orang yang menyatakan sering
(48,5%), dan 23 orang yang menyatakan selalu (33,8%).
14.Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator adekuasi
emosi, ada 3 orang yang menyatakan tidak pernah (4,4%), 7 orang
menyatakan kadang-kadang (10,3%), 24 orang yang menyatakan sering
(35,3%), dan 34 orang yang menyatakan selalu (50,0%).
15.Melalui pernyataan kestabilan emosi masih dalam indikator adekuasi
menyatakan kadang-kadang (10,3%), 24 orang yang menyatakan sering
(35,3%), dan 34 orang yang menyatakan selalu (50,0%).
4.2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.
Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan s