UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
SKRIPSI
EVALUASI AKUNTANSI ATAS PENDAPATAN DAN BIAYA PADA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA
OLEH :
NAMA : NURKAMARIAH
NIM : 080522011
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :“ Evaluasi
Akuntansi Atas Pendapatan dan Biaya pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara ” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum
pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain. Dalam konteks
penulisan skripsi program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh,
telah dinyatakan jelas, dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan
ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 21 Oktober 2010 Yang Membuat Pernyataan,
(Nurkamariah)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya. Salawat dan Beriring Salam kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW, yang sampai hari ini saya diberikan kesehatan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas
Sumatera Utara. Adapun skripsi ini berjudul “ Evaluasi Akuntansi Atas
Pendapatan dan Biaya Pada PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA
UTARA”.
Selama dalam perkuliahan hingga proses penyusunan skripsi ini, peneliti
telah banyak menerima banyak bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan
bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati dan tulus peneliti menghanturkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultaas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak., selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., selaku Sekretaris
3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak., selaku Dosen Pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan dan masukan kepada peneliti sehingga terselesainya
skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembanding / Penguji I dan
Bapak Drs. Zainal Abidin Tarigan Silangit, Ak., selaku Dosen Pembanding /
Penguji II yang telah memberikan kritikan membangun kepada peneliti.
5. Seluruh Pimpinan, Staf dan Karyawan PT. PLN (PERSERO) WILAYAH
SUMATERA UTARA.
6. Kepada Seluruh Keluarga yang telah memberikan dukungan kepada saya yaitu
Abanghanda dan Kakanda, kemudian teman-teman semuanya.
Dengan penuh kesadaran diri dan segala kerendahanhati, peneliti
menyadari bahwa hanya Allah-lah yang memiliki segala kesempurnaan. Oleh
karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya atas segala bantuan dan budi baik yang telah diberikan, semoga Allah
SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang berlipat ganda. Amin.
Medan, 21 Oktober 2010
Peneliti
(Nurkamariah)
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah menerapkan pengakuan akuntansi pendapatan dan biaya sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Penelitian ini dilakukan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Medan yang beralamat Jl. K.L. Yos Sudarso No.284 Medan .Sumber data dalam penelitian ini diambil dari bagian akuntansi serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data digunakan metode deskriptif dan komperatif
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat menyimpulkan bahwa akuntansi pendapatan dan biaya yang diterapkan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Penerapan pendapatan dan biaya diperusahaan ini juga telah didukung dengan baik.
ABSTRACT
Pursuant clarification make research that the aim of to know whether by PT. PLN (Persero) Regional North Sumatera already apply confession accountancy income and cost appropriate with standard accountancy finances the valid.
This research has done in PT. PLN (Persero) Regional North Sumatera on K.L.Yos Sudarso road 284 Medan. Data resource in this research has taken from the part of accounting and the other documents related with this research. The technic of data collecting through interview, observation and documentation. The methode of data analyzed is used descriptive and comperative method.
Pursuant to research result, the write could conclude that the Accounting Income and Cost at PT. PLN (Persero) Regional North Sumatera appropriate with standard accountancy finances the valid. Application financial statement income and cost in business too already in support with good.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN……… i
KATA PENGANTAR……….. ii
ABSTRAK ……….. iv
ABSTRACT ……… v
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL ………. viii
DAFTAR GAMBAR ……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ………... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Perumusan Masalah ………. 6
C. Tujuan Penelitian ……….. 6
D. Manfaat Penelitian ………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi ………7
B. Pengertian Pengakuan ……….. 7
C. Pengertian Pendapatan ………... 9
D. Sumber dan Jenis - jenis Pendapatan ……….. 11
E. Pengertian dan Jenis Biaya ………. 13
F. Pengakuan Pendapatan dan Biaya ………...17
1. Pengakuan Pendapatan ………... 17
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu .……… 25
H. Kerangka Konseptual ..……… 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………... 28
B. Jenis Data ………….………... 28
C. Teknik Pengumpulan Data ………... 29
D. Metode Analisis Data ………. 29
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan……….. 30
2. Struktur Organisasi Perusahaan……… 33
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal ………... 64
2. Analisa dan Evaluasi Akuntansi Pendapatan dan Biaya ..……… 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 72
B. Saran …...……….... 73
DAFTAR PUSTAKA ………... 74
DAFTAR TERMINOLOGI ………... 77
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu 25
3.1 Jadwal Penelitian 28
4.1 Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Tahun 2007 64
4.1 Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Tahun 2008 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Struktur Organisasi PT.PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara ……….. 79
Lampiran ii Laporan Neraca Konsolidasi Tahun 2008
PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara ………. 80
Lampiran iii Surat Izin Research dari PT.PLN (Persero)
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah menerapkan pengakuan akuntansi pendapatan dan biaya sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
Penelitian ini dilakukan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Medan yang beralamat Jl. K.L. Yos Sudarso No.284 Medan .Sumber data dalam penelitian ini diambil dari bagian akuntansi serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data digunakan metode deskriptif dan komperatif
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat menyimpulkan bahwa akuntansi pendapatan dan biaya yang diterapkan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Penerapan pendapatan dan biaya diperusahaan ini juga telah didukung dengan baik.
ABSTRACT
Pursuant clarification make research that the aim of to know whether by PT. PLN (Persero) Regional North Sumatera already apply confession accountancy income and cost appropriate with standard accountancy finances the valid.
This research has done in PT. PLN (Persero) Regional North Sumatera on K.L.Yos Sudarso road 284 Medan. Data resource in this research has taken from the part of accounting and the other documents related with this research. The technic of data collecting through interview, observation and documentation. The methode of data analyzed is used descriptive and comperative method.
Pursuant to research result, the write could conclude that the Accounting Income and Cost at PT. PLN (Persero) Regional North Sumatera appropriate with standard accountancy finances the valid. Application financial statement income and cost in business too already in support with good.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris
evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan
Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi
sebagai the process of delineating, obtaining, and providing useful information for
judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk
merumuskan suatu alternatif keputusan.
Definisi Akuntansi yang dikemukakan oleh American Institute of
Certified Public Accountant (AICPA) yaitu “ Akuntansi adalah suatu seni
pencatatan, pengelompokan dan pengikhisaran menurut cara-cara yang berarti
dinyatakan dalam nilai uang, segala transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan
dan kemudian menafsirkan artinya”. Sedangkan American Accounting
Assosiation menyatakan akuntansi sebagai “proses pengumpulan,
pengindentifikasian dan pencatatan serta pengikhtisaran dari data keuangan serta
melaporkannya kepada pihak yang menggunakannya, kemudian menafsirkan guna
pengambilan keputusan ekonomi”.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan merupakan :
2. Didalamnya terdapat berbagai kegiatan yaitu pengumpulan,
pengindentifikasian, pencatatan serta pengikhtisaran dari data keuangan.
3. Data keuangan yang telah diikhitisarkan merupakan informasi keuangan yang
disampaikan kepada para pemakai yang kemudian akan ditafsirkan untuk
kepentingan pengambilan keputusan ekonomi.
Sebagaimana telah diketahui bahwa evaluasi akuntansi atas pendapatan
dan biaya merupakan dua hal yang sangat berkaitan dengan kegiatan operasional
perusahaan, dimana pendapatan merupakan suatu hasil yang diperoleh dari
kegiatan perusahaan sedangkan biaya merupakan alat yang dipergunakan untuk
menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai tujuan
utama yang sama yaitu memperoleh profit yang maksimum dari kegiatan operasi
perusahaannya. Pemimpin perusahaan yang bijaksana akan selalu berusaha untuk
meningkatkan pendapatan dan berusaha untuk menekan biaya seefisien mungkin
agar diperoleh laba yang ditargetkan lebih dulu bahkan melebihi target yang lebih
ditetapkan.
Untuk memperoleh laba yang akurat, maka arus pendapatan dan biaya
harus diterapkan dengan baik. Akuntansi pendapatan dan biaya tersebut harus
sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum untuk menghasilkan laporan
keuangan yang relevan bagi semua pihak, bagi pihak-pihak didalam perusahaan
sendiri maupun bagi pihak-pihak diluar perusahaan yang berkepentingan atas
informasi tersebut. Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal dibagi menjadi 2
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007 : 23.2) pendapatan adalah
“arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.”
Pada umumnya, aktiva bertambah pada waktu penjualan atau
penyerahan barang dan jasa. Akuntansi pendapatan berkaitan pada waktu
pencatatan, sebagai sarana untuk melaksanakan sistem informasi akuntansi yang
berguna bagi pembuat keputusan.
Saat kapan Pendapatan dianggap sebagai Penghasilan adalah suatu
pengakuan akan diakui sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan utama
yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai.
Committee on Terminology mendefinisikan Pendapatan sebagai hasil dari penjualan barang dan pemberian jasa yang dibebankan kepada langganan,
atau mereka yang menerima jasa.
APB (Accounting Principle Board) mendefinisikan sebagai kenaikan
gross didalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba. Kemudian
FASB (Financial Accounting Standard Board) memberikan definisi pendapatan sebagai arus masuk atau peningkatan nilai asset dari suatu entity atau penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan keduanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan produksi barang, pemberian jasa atas pelaksana kegiatan
Biaya menurut Committee on Terminology adalah semua biaya yang telah dikenakan dan dapat dikurangkan pada penghasilan. Sedangkan APB
(Accounting Principle Board) mendefinisikan sebagai penurunan gross dalam asset atau kenaikan gross dalam kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan mencari laba yang
dilakukan perusahaan.
FASB (Financial Accounting Standard Board) mendefinisikan biaya sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau
kombinasi keduanya selama suatu periode yang disebabkan oleh pengiriman
barang atau pembuatan barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan
lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.
Biaya biasanya dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu :
1. Biaya yang dihubungkan dengan penghasilan para peride tertentu.
2. Biaya yang dihubungkan dengan peride tertentu yang tidak dikaitkan dengan
penghasilan.
3. Biaya yang karena alasan praktis tidak dapat dikaitkan dengan periode
manapun.
Akuntansi dalam dunia usaha memegang peranan penting karena
akuntansi dapat memberikan keterangan atau informasi keuangan dari suatu badan
usaha. Untuk mendapatkan data keuangan yang baik haruslah melalui sistem
akuntansi yang baik.
Informasi mengenai laba rugi perusahaan sangat dibutuhkan oleh
berhubungan dengan perusahaan tersebut. Adapun pihak-pihak yang
berkepentingan tersebut antara lain pihak manajemen perusahaan, calon investor,
kreditur dan pemerintah. Oleh karena itu, laba atau rugi perusahaan harus
ditentukan secara cermat sehingga menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari
arus pendapatan dan biaya selama periode yang bersangkutan.
PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang melayani penyediaan tenaga listrik. Pendapatan yang
diperoleh dari jasa penyediaan listrik merupakan bagian yang penting untuk
membiayai pengeluaran atau biaya/beban usaha dan melakukan investasi
pembangunan ketenagalistrikan.
Pada umumnya, aktiva bertambah pada waktu penjualan atau
penyerahan barang dan jasa. Akuntansi pendapatan berkaitan pada waktu
pencatatan, sebagai sarana untuk melaksanakan sistem informasi akuntansi yang
berguna bagi pembuat keputusan.
Akuntansi pendapatan dan biaya adalah masalah penting yang harus
dipahami oleh perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan yang andal dan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, karena tidak sedikit
perusahaan mengabaikan dan menganggap tidak penting masalah akuntansi
pendapatan. Oleh karena itu, penulis melakukan riset untuk mengetahui
bagaimana akuntansi pendapatan dan biaya dalam perusahaan jasa penyediaan
listrik seperti PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, dengan judul
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dan uraian mengenai latar belakang
permasalahan tersebut di atas, maka peneliti mencoba merumuskan masalah:
Apakah PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah menerapkan pengakuan
akuntansi pendapatan dan biaya sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT. PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai gambaran nyata
sebuah akuntansi pendapatan dan biaya yang diterapkan oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Utara.
2. Membantu peneliti untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh
selama perkuliahan sekaligus membandingkan dengan aplikasi yang
terdapat di perusahaan.
3. Memberikan masukan mengenai akuntansi pendapatan dan biaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Akuntansi
Akuntansi merupakan alat untuk menghasilkan informasi yang bersifat
keuangan secara akurat dan dapat dipercaya oleh seluruh pihak yang memerlukan
untuk digunakan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Jadi jelaslah, bahwa
akuntansi merupakan salah satu subsistem yang ada dalam suatu organisasi
perusahaan disamping subsistem-subsistem lainnya. Subsistem akuntansi ini
melaksanakan fungsi pemberian jasa kepada organisasi. Jasa yang diberikan
akuntansi adalah mengolah data keuangan menjadi informasi yang bermanfaat dan
membantu manajemen, kreditur, investor, dan pihak lainnya dalam aktivitas
pengambilan keputusan.
Jika akuntansi merupakan penghasil dari informasi, maka yang menjadi
bahan bakunya adalah data yang bersangkutan dengan kegiatan akuntansi itu
sendiri. Dalam hal ini data menjadi input adalah transaksi sehari-hari PT. PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Utara. Data yang berupa fakta atas
transaksi-transaksi perusahaan baru merupakan masukan (input). Oleh karena itu,
diperlukan suatu sistem yang berfungsi sebagai pengolah data menjadi satu
informasi.
B. Pengertian Pengakuan
Menurut Rosjidi (1995 :247) mendefinisikanPengakuan sebagai berikut:
kedalam laporan keuangan, sebagai : aktiva, kewajiban, pendapatan dan dan
beban/ biaya dari suatu entitas”.
Dalam pengertian tersebut diatas, unsur laporan keuangan yang terdiri
dari aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya/beban, diperlukan pencatatan dan
memasukan unsur - unsur yang memenuhi kriteria dalam bentuk uraian dan
jumlah.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan (2002
: 15) menyebutkan tentang pengakuan sebagai berikut :
Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu proses yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca dan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca ataupun laporan laba rugi. Kelalaian untuk mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan maupun melalui catatan atau materi penjelasan.
Pengertian pengakuan merupakan proses menyatakan suatu item dalam
laporan laba rugi dan neraca dalam jumlah uang ataupun keterangan dalam bentuk
kata-kata, kesalahan dalam pengakuan tidak bisa diungkapkan dalam bentuk
apapun.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan
menyebutkanPos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui jika :
a) Ada kemungkinan bahwa manfaaat ekonomi yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau kedalam perusahaan; dan
b) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Dalam mengkaji apakah suatu pos memenuhi kriteria untuk diakui maka
suatu pos yang memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur tertentu
misalnya, suatu aktiva, secara otomatis memerlukan pengakuan unsur lain,
misalnya penghasilan dan kewajiban.
C. Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan hal yang penting dalam operasi suatu
perusahaan, karena didalam melakukan suatu aktivitas usaha, perusahaan akan
mengharapkan laba yang dipengaruhi oleh pendapatan dari aktivitas tersebut.
Pendapatan juga merupakan faktor untuk menjamin kelangsungan hidup dan
sekaligus merupakan ukuran keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan
operasinya.
Standar atau prinsip akuntansi yang mengatur penentuan atau
pengukuran laba-rugi periodik, yaitu : prinsip realisasi pendapatan dan prinsip
mempertemukan secara layak antara pendapatan dan biaya yang terkait. Didalam
menetapkan prinsip realisasi, harus dipertimbangkan beberapa faktor termasuk
saat, waktu, atau periode dan sifat pendapatan yang diakui. Didalam menerapkan
prinsip mempertemukan secara layak antara pendapatan dan biaya yang terkait,
harus diidentifikasi biaya-biaya yang harus dipertemukan dengan pendapatannya.
Permasalahan utama didalam akuntansi dalam hal pendapatan
menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar
kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan
manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pada dasarnya ada dua pendekatan
terhadap konsep pendapatan didalam akuntansi, yaitu : pendekatan yang
operasional perusahaan, dan pendekatan yang memusatkan perhatian pada
penciptaan barang dan jasa tersebut kepada konsumen atau produsen lain.
Perbedaan penghasilan dan biaya membantu kita untuk dapat memahami
sebuah laporan laba rugi, maka definisinya adalah sebagai berikut :
Menurut Skousen, W. Steve Albrecht (2001 : 50-51) “ Penghasilan
adalah kenaikan sumber-sumber perusahaan dengan penjualan barang atau jumlah
asset yang dihasilkan melalui operasi usaha. Biaya adalah jumlah asset yang
digunakan melalui kegiatan usaha untuk beban yang terjadi dalam kegiatan
normal perusahaan untuk menghasilkan laba”.
Menurut Jay M. Smith dan K. Fred Skousen (1997: 123) “ Pendapatan
(Revenue) adalah arus masuk atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal
dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitas-aktivitas lain
yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu
entitas”.
Menurut Donald E. Kieso dan Jerry J. Weygandt (1995: 56)“ Pendapatan
adalah arus masuk atau penambahan lain atas harta suatu kesatuan atau
penyelesaian suatu kewajiban (atau kombinasi keduanya) selama satu periode
dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa, atau aktivitas lain yang
merupakan operasi utama kesatuan tersebut”.
Menurut Slamet Sugiri, MBA (1992 : 30) menerangkan tentang
atau aktivitas penjualan barang atau penyerahan jasa dalam akuntansi disebut
pendapatan”.
Ada dua pandangan tentang Revenue, Menurut Sofyan Syafri Harahap (1995 : 39) yaitu :
1. Secara luas, revenue dianggap termasuk seluruh hasil dari perusahaan dan kegiatan investasi. Termasuk revenue ialah seluruh perubahan net asset yang timbul dari kegiatan produksi dan dari laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva dan investasi. Sikap ini dianut oleh Accounting Terminology Bulletin
No. 2 dalam buku Harahap, yang menjelaskan definisi revenue sebagai berikut :
Revenue berasal dari penjualan barang dan pemberian jasa dan diukur dengan jumlah yang dibebankan kepada langganan, klaim atas barang dan jasa yang disiapkan untuk mereka. Juga termasuk laba dari penjualan atau pertukaran asset (kecuali surat berharga), hak deviden dari investasi dan kenaikan lainnya pada equity pemilik kecuali yang berasal dari modal donasi dan penyelesaian modal.
2. Secara sempit, revenue hanya berasal dari kegiatan produksi tidak termasuk laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva tetap. Definisi ini membedakan istilah revenue dari laba rugi. AAA (American AccountingAssociation) dalam buku Harahap mendefinisikan net income sebagai berikut : Kelebihan revenue
dibandingkan dengan biaya yang dibebankan ditambah dengan laba rugi perusahaan lainnya yang berasal dari penjualan, pertukaran, atau penggantian asset lainnya.
D. Sumber dan Jenis Pendapatan
Pendekatan pertama dalam konsep pendapatan berhubungan dengan
pertambahan didalam sumber penghasilan suatu satuan usaha yang berasal dari
penjualan barang-barang dan jasa. Pertambahan tersebut diperoleh dari operasi
normal perusahaan. Pendapatan juga diartikan sebagai penghasilan yang sudah
direalisir yang berasal dari transaksi selama periode tertentu dengan harga pokok
historis yang bersangkutan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan No.23
“ Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain)”.
Pendekatan kedua dalam konsep pendapatan yang memusatkan perhatian
pada arus keluar menekankan bahwa dasar timbulnya pendapatan adalah diawali
dengan proses penciptaan barang atau jasa yang kemudian menimbulkan
pendapatan bagi perusahaan.
Pendapatan juga merupakan hasil usaha perusahaan, yakni penciptaan
barang/jasa yang diperoleh atas usaha perusahaan secara keseluruhan melalui
proses operasi yang terpadu.
Dari berbagai definisi pendapatan yang telah disebutkan sebelumnya,
maka dapat diinterprestasikan bahwa pendapatan merupakan:
1. Arus masuk aktiva bersih sebagai hasil dari penjualan barang maupun jasa.
2. Arus keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada konsumen.
Pendapatan diperoleh melalui transaksi dan kegiatan ekonomi dari
penjualan barang, penjualan jasa, dan penggunaan aktiva perusahaan oleh
pihak-pihak lain. Pendapatan dan laba diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas perusahaan
yang memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan
Pendapatan yang diperoleh perusahaan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Hasil operasi, adalah semua hasil yang diterima perusahaan yang ada
hubungannya langsung dengan kegiatan operasi utama perusahaan.
b. Hasil non operasi, adalah hasil yang diterima perusahaan di luar hasil operasi
utama dan tidak berhubungan dengan operasi utama perusahaan.
E. Pengertian dan Jenis Biaya
Untuk mengelola perusahaan dengan baik, diperlukan informasi beban
yang sistematis dan lengkap, dengan maksud informasi tersebut disertai dengan
dokumen-dokumen yang lengkap.
Istilah beban sering dianggap sebagai sama dengan biaya, padahal dalam
kenyataannya kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Secara umum,
pengertian biaya adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk
memperoleh barang atau jasa. Sedangkan beban adalah arus keluar atau
penggunaan aktiva atau terjadinya hutang atau kombinasi keduanya akibat
penyerahan jasa-jasa, penyerahan barang atau aktiva lainnya yang mengacu pada
operasi-operasi utama dalam memperoleh pendapatan.
Perbedaan antara biaya (cost) dengan beban (expenses) terkait waktu penggunaan dan manfaat. Beban digunakan jika kejadian atau transaksi keuangan
sudah memberikan manfaat dan sekarang sudah kadarluarsa, yang biasanya
berbentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas, persediaan dan
aktiva tetap, sedangkan biaya digunakan untuk transaksi yang belum memberikan
manfaat serta belum kadarluarsa. Berikut dibawah ini dijelaskan beberapa
Menurut Mulyadi (1999 : 7) “ biaya dapat didefinisikan yaitu
Pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang sudah terjadi
atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
Menurut Smith-Skousen (1997 : 123) “Biaya adalah pengeluaran yang
belum habis masa manfaatnya dan masih harus dibebankan periode berikutnya.
Sedangkan beban adalah pengeluaran yang sudah habis masa manfaatnya dan
seluruhnya sudah dibebankan pada periode yang berjalan serta merupakan
pengurangan terhadap aktiva bersih perusahaan”.
Biaya merupakan jumlah yang diukur dengan satuan uang dari uang kas
yang dibelanjakan, harta lainnya yang diserahkan, modal saham yang diterbitkan,
jasa yang diberikan ataupun hutang yang terjadi dalam rangka memperoleh barang
atau jasa yang diterima atau yang akan diterima. Beban merupakan seluruh biaya
yang sudah terpakai yang akan dikurangkan dari pendapatan. Beban dalam istilah
yang lebih sempit adalah seluruh beban operasional atau beban periode yaitu
beban komersil (beban administrasi dan umum, beban pemasaran dan penjualan).
Menurut Rosjidi (1999 : 269) “Beban adalah setiap aliran keluar atau
penggunaan aktiva, atau timbulnya kewajiban, atau kombinasi keduanya, dalam
rangka pengiriman barang atau dihasilkannya barang, pemberian jasa, atau
aktivitas lainnya, dari operasi pokok perusahaan”.
Menurut Eldon S. Hendriksen & Nugroho Wibowo (1999 : 177) Beban
adalah“penggunaan atau pemakaian barang dan jasa didalam proses mendapatkan
langsung atau tidak langsung dengan pembuatan dan penjualan produk
perusahaan”.
Yang dimaksud sumber beban, adalah faktor-faktor yang mengakibatkan
timbul atau mengakibatkan terjadinya sesuatu beban.
Jenis biaya dijelaskan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hubungannya dengan produksi, beban/biaya terbagi kepada :
a. Biaya pabrikase/biaya produksi (factory cost),yang meliputi biaya bahan langsung, upah, dan overhead pabrik.
b. Beban komersial, yang dapat dibagi menjadi beban pemasaran dan
penjualan, beban umum dan administrasi.
2. Berdasarkan hubungannya dengan volume produksi, biaya terbagi atas:
a. Biaya variable, secara umum biaya ini mempunyai ciri-ciri perubahan jumlah total dengan proporsi yang sama dengan perubahan volume, dapat
dibebankan kepada departemen operasional dengan cukup mudah. Contoh
: biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan langsung.
b. Biaya tetap. Menurut Hansen dan Mowen (1999 : 52), biaya tetap adalah
“biaya yang secara total tidak berubah dalam rentang relevan ketika
tingkat output aktivitasnya berubah”. Rentang relevan adalah rentang
tertentu yang mana hubungan biaya tetap yang diasumsikan masih berlaku.
Ciri-cirinya adalah jumlah keseluruhan yang tetap dalam jenjang keluaran
yang relevan, penurunan biaya per unit bila volume bertambah dalam
jenjang yang relevan, dapat dibebankan kepada departemen-departemen
dan lain-lain. Contoh : beban penyusutan peralatan, beban asuransi, beban
reparasi, dan lain-lain.
c. Biaya semi variable, yakni biaya yang mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dalam rentang keluaran yang relevan dan sebagian tetap
dalam rentang keluaran yang relevan dan bagian lainnya bervariasi
sebanding dengan perubahan jumlah output. Misalnya : biaya listrik yang
digunakan untuk penerangan cenderung menjadi biaya tetap, karena
berapapun jumlah output yang dihasilkan penerangan akan tetap
diperlukan namun besarnya tenaga listrik yang digunakan untuk
mengoperasikan peralatan akan bervariasi sesuai dengan pemakaian
peralatan tersebut.
3. Berdasarkan hubungannya dengan departemen pabrikase, biaya terbagi atas :
a. Biaya langsung dan biaya tidak langsung departemen. Jika biaya yang
berasal dari suatu departemen dapat segera diidentifikasi terhadap
departemen tersebut, maka disebut biaya langsung. Contoh : biaya bahan
langsung dan tenaga kerja langsung. Jika suatu biaya dipikul bersama oleh
beberapa departemen yang mengambil manfaat dari terjadinya biaya
tersebut, maka dinamakan biaya tidak langsung/ biaya bersama. Contoh :
beban sewa gedung atau beban penyusutan gedung.
b. Biaya bersama dan biaya gabungan. Biaya bersama adalah biaya yang
berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh dua operasi atau lebih,
seperti gaji direktur pemasaran merupakan biaya bersama bagi wilayah
tertentu. Biaya gabungan terjadi bila proses produksi pasti akan
menghasilkan lebih dari satu jenis produk, contoh :industri pengepakan
daging, industri perminyakan, dan lain-lain.
4. Berdasarkan hubungannya dengan periode akuntansi,biaya terbagi atas :
a. Pengeluaran modal (capital expenditure), dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat dalam periode-periode mendatang dan dicatat
sebagai aktiva ini akan masuk dalam arus beban bila digunakan atau habis
masa manfaatnya. Contoh : biaya perawatan mesin dimana biaya ini dapat
menambah masa manfaat mesin tersebut.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran ini memberi manfaat dalam periode berjalan dan dicatat sebagai beban. Contoh beban :
beban reparasi mesin yang tidak menambah masa manfaat mesin.
F. Pengakuan Pendapatan dan Biaya 1. Pengakuan Pendapatan
Kriteria pengakuan pendapatan akan membantu dalam mengevalusi
informasi pendapatan apakah memiliki nilai perkiraan dan umpan balik pada saat
yang sama dan disampaikan pada waktu yang tepat. Informasi tersebut membantu
pemakai menilai kebenaran proses informasi akuntansinya.
Menurut Dyckman, empat kriteria dasar yang harus dipenuhi sebelum
suatu item dapat diakui :
1. Definisi
Item atau kejadian dalam pernyataan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban-beban, keuntungan atau kerugian).
Item atau kejadian tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu : karakteristik, sifat, atau aspek yang dapat diukur. Contohnya adalah biaya historis, biaya sekarang, nilai pasar, nilai bersih yang dapat direalisasi dari nilai bersih sekarang.
3. Relevansi.
Informasi mengenai item atau kejadian tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam keputusan pemakai.
4. Reliabilitas.
Informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar, dapat diuji, dan netral.
Pendapatan diakui pada saat proses merealisasikan pendapatan sudah
diselesaikan dan transaksi pertukaran yang menyangkut pertukaran barang atau
jasa telah terjadi (pengakuan pendapatan saat penjualan). Biasanya tanggal
penjualan merupakan ukuran objektif dan dapat diverifikasi untuk mengakui
pendapatan selama produksi, pengakuan pendapatan setelah proses produksi
selesai dan pengakuan pendapatan pada saat penerimaan kas.
Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah
menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar
kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan
manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pendapatan untuk suatu periode umumnya
ditentukan tersendiri terlepas dari beban dengan menerapkan prinsip pengakuan
pendapatan.
Menurut Donald E. Kieso dan Jerry J. Weygandt (1995 : 61) Pengakuan
pendapatan dan keuntungan selama periode, secara konseptual dapat diakui pada
saat :
1. Direalisasi atau dapat direalisasi.
2. Dihasilkan.
Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan, yakni bila proses mencari laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.
Didalam akuntansi, istilah pendapatan berkaitan erat dengan konsep
return on investment, yang berarti perusahaan melakukan investasi berupa sumber-sumber dalam suatu usaha atau kegiatan dengan harapan untuk
memperoleh return dari usaha atau kegiatan tersebut.
Secara konseptual, pendapatan didefinisikan sebagai aliran masuk
sumber-sumber atau kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban dari suatu entitas
(atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan barang, penyerahan jasa, atau
aktivitas lain yang merupakan operasi yang berkelanjutan atau usaha pokok dari
entitas terkait. Analisa secara cermat terhadap definisi pendapatan tersebut akan
diperoleh beberapa karakteristik penting yang harus dimiliki atau terdapat dalam
suatu peristiwa atau transaksi untuk dapat diakui sebagai suatu elemen
pendapatan.
Menurut Harnanto (2003 : 389) berpendapat :
“ Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi atau dimiliki oleh sesuatu untuk dapat diakui sebagai pendapatan, yaitu : (1) harus sudah diperoleh; (2) dapat diukur; (3) kolektibel. Pendapatan harus diakui pada saat yang paling awal dari ketiga kriteria pengakuannya tersebut. Untuk pendapatan yang berasal dari aktivitas pengadaan barang, saat yang paling awal tersebut seringkali adalah pada saat terjadinya penjualan atau penyerahan barang.
Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui
pada saat direalisasi dan dihasilkan. Pendapatan direalisasi pada saat barang dan
jasa, barang dagangan, atau harta lain ditukar dengan kas atau klaim atas kas
dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan, yakni bila
proses mencari laba telah selesai. Untuk memberikan keseragaman akuntansi,
antar pengakuan pendapatan yang sebanding dengan aturan harga perolehan untuk
penilaian harta sangat dibutuhkan. Pengakuan pada saat penjualan memberikan
suatu pengujian yang seragam dan layak.
Sesuai dengan prinsip pengakuan pendapatan, maka saat diakuinya
pendapatan diperjelas dengan perincian sebagai berikut :
a. Pendapatan dari transaksi penjualan produk diakui pada tanggal penjualan,
umumnya merupakan tanggal penyerahan produk kepada langganannya.
b. Pendapatan atau jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa
tersebut telah dilakukan dan dibuat fakturnya.
c. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva/sumber-sumber ekonomis
perusahaan oleh pihak lain, seperti : pendapatan bunga, sewa, dan royalty
diakui sejalan dengan berlalunya waktu pada saat digunakannya aktiva yang
bersangkutan.
d. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan, seperti : penjualan
aktiva tetap atau surat berharga diakui pada tanggal penjualan.
Sebagai tambahan untuk kriteria pengakuan pendapatan diatas, prinsip
pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan
ketika :
Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan
semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari
pendapatan yang terkait.
2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
Pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual.
Pendapatan dapat direalisasi ketika klaim atas kas (misalnya piutang usaha)
diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan kedalam jumlah kas
tertentu.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 23.13) Pendapatan dari
penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi :
a. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.
b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual.
c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut ; dan
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan akan memiliki
identifikasi tertentu. Kriteria pengakuan ditetapkan secara terpisah kepada setiap
transaksi. Kegiatan normal perusahaan bisa berupa penjualan barang, penjualan
jasa, dan penggunaan aktiva perusahaan oleh perusahaan/pihak lain yang
menimbulkan pendapatan dalam bentuk bunga, royalty, dan dividen.
Barang yang dijual atau jasa yang diberikan untuk dipertukarkan dengan
barang atau jasa yang tidak sama maka pertukaran dianggap sebagai transaksi
tersebut sama, maka pertukaran itu tidak dianggap sebagai transaksi yang
mengakibatkan pendapatan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (1994 : 81) umumnya pendapatan akan
diakui secara :
1. Accrual Basis
Pengakuan pendapatan secara accrual basis berarti bahwa revenue harus dilaporkan selama kegiatan produksi (dimana laba dapat dihitung secara proporsional dengan penyelesaian pekerjaan) pada akhir produksi, pada saat penjualan barang atau pada saat penagihan piutang.
a. Pendapatan umumnya diakui selama kegiatan produksi dalam hal :
1. Sewa, bunga, komisi dianggap diakui sebagai pendapatan berdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya yang menjelaskan tentang kenaikan bertahap dari klaim kepada langganan.
2. Perusahaan/lembaga profesional seperti konsultan, akuntan, dokter, notaris, pengacara, dan lain-lain.
b. Pendapatan atas kontrak jangka panjang diakui berdasarkan kemajuan kerja atau persentase siap. Persentase siap dapat dihitung dengan cara : 1. Taksiran para ahli.
2. Jumlah biaya yang sudah dikeluarkan dibandingkan dengan taksiran biaya seluruh proyek.
c. Pendapatan dari cost plus fixed fee contract, kontrak yang dibuat berdasarkan fee yang tetap ditambah biaya-biaya tertentu.
d. Perubahan asset sebagai akibat pertumbuhan yang menaikkan pendapatan seperti pabrik anggur, perkayuan, perternakan, hutan tanaman industri.
2. Critical Event Basis/Cash Basis
Dalam metode ini, yang diperhatikan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi perusahaan, kejadian kritis itu dapat berupa :
a. Pada saat penjualan.
Cara pengakuan revenue pada saat penjualan dapat digunakan apabila : 1. Harga pokok produk diketahui secara pasti.
2. Pertukaran telah selesai dengan penerimaan barang sehingga sudah dapat diketahui biaya yang sudah dikeluarkan.
3. Dari segi realisasi, penjualan tersebut dianggap sebagai kejadian penting.
b. Pada saat selesainya produksi.
Cara pengakuan pendapatan pada saat selesainya produksi dapat digunakan dalam situasi pasar stabil dan harga komoditi juga stabil.
c. Pada saat pembayaran setelah dilakukan penjualan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001 : 229) alternatif yang dipakai
dalam pengakuan pendapatan, yaitu :
1. Selama produksi.
Pengakuan pendapatan selama proses produksi berlangsung diterapkan pada proyek pembangunan jangka panjang.
2. Pada saat proses produksi selesai.
Pada saat selesainya produksi dapat diterapkan pada kegiatan pertanian atau pertambangan.
3. Pada saat penjualan.
Dipakai untuk barang perdagangan. 4. Pada saat penagihan kas.
Pada saat penagihan diterapkan pada metode penjualan angsuran.
2. Pengakuan Biaya
Biaya berhubungan dengan hasil yang akan datang. Sedangkan beban
adalah biaya yang sudah memberikan manfaat pada periode berjalan. Biaya-biaya
yang sudah memberikan manfaat pada periode berjalan diakui dan dilaporkan
pada daftar laba rugi, sedangkan biaya yang berhubungan dengan hasil yang akan
datang diakui dan dilaporkan di neraca sebagai aktiva.
Untuk pengukuran yang layak, maka penentuan dan pengakuan biaya
harus sama dengan pengakuan dan penentuan pendapatan sehingga penentuan
laba rugi menjadi akurat.
Menurut Smith and Skousen (1992:123), pada umumnya ada tiga prinsip
penandingan biaya yang penting untuk pelaporan biaya pada akhir periode usaha
dalam hubungannnya dengan penentuan dan pengakuan pendapatan dan laba pada
periode yang bersangkutan yaitu:
a. Pengasosiasian sebab akibat
Dalam konsep penandingan biaya ini pendapatan dapat dibandingkan secara
langsung dalam hal ini. Menurut pandangan umum, konsep penandingan
seluruh biaya produk yang layak dan perlu dibebankan ke produk dan
dilaporkan sebgai biaya pada saat pelaporan pendapatan yang berkaitan.
Sehingga dalam laporan keuangan dapat dilihat dengan jelas adanya
penandingan antara pendapatan dan biaya.
b. Alokasi sistematis dan rasional
Jika biaya tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan pendapatan,
maka biaya-biaya tersebut dibandingkan dalam suatu pola yang sistematis dan
rasional dengan produk atau periode yang memperoleh manfaat darinya.
Konsep alokasi ini didalam akuntansi adalah suatu proses pemisahan jumlah
nilai serta pembebanan yang dihasilkan ke periode waktu yang berbeda.
Alokasi ini meliputi baik pembebanan aktiva ke beban dan pembebanan
kewajiban atau aktiva ke pendapatan pada beberapa periode. Contoh dalam
konsep ini adalah penyusutan.
c. Pengakuan segera
Ini dilakukan apabila cara yang pertama dan kedua tidak dapat dilaksanakan.
Untuk biaya pengembangan pada perusahaan yang baru berdiri disajikan
dengan cara yang sama seperti untuk perusahaan yang sudah mapan. Akan
tetapi biaya ini masih sering dikompensasikan ke depan untuk dibandingkan
dengan pendapatan dimasa mendatang dengan alasan bahwa biaya tersebut
dianggap akan memberikan manfaat bagi beberapa periode mendatang, tetapi
yang lalu. Umumnya hal ini dilakukan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan
masa lalu.
[image:38.595.107.521.257.750.2]G. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian
Rini Afriyanti Hasibuan (2006)
Analisa pengakuan pendapatan dan biaya konstruksi sesuai dengan standar akuntansi keuangan no.34 pada PT. Harfa Rahmat Utama
Hasil penelitian
menyatakan bahwa pada PT. Harfa Rahmat Utama mempunyai kebijakan akuntansi yang sesuai dari Standar Akuntansi
Keuangan no.34, metode yang digunakan adalah metode kontrak selesai, metode persentase penyelesaian. Elsa Butar-butar
(2005)
Pengakuan pendapatan dan beban pada PT. Pomona Indah Permai
Pengakuan pendapatan dan beban pada PT. Pomona Indah Permai telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dimana yang diakui sebagai pendapatan dan beban adalah dari laporan keuangan pendapatan dan beban terlihat pada laporan laba rugi perusahaan.
Andry Roy P.S (2004)
Analisa Pengakuan dan Pengukuran Biaya selama kegiatan bongkar muat kapal pada
PT.Pelayaran Nusantara Meratus Cabang Medan
Yusnita Nasution (2005)
Penerapan PSAK No.23 dan 36 dalam pengakuan dan pengukuran
pendapatan pada PT. Adisarana Wana Artha
PT. Adisarana Wana Artha telah sesuai dengan PSAK No.23 sebab jumlah pendapatan dapat diakui dan diukur dengan andal, sedangkan PSAK No.36 kurang sesuai, sebab pendapatan terkadang tidak diakui berdasarkan periode kontrak maupun pada saat jatuh tempo dari pemegang polis, walaupun tidak berpengaruh terhadap jumlah pendapatan.
Irmayenti (2004)
Pengakuan dan
Pengukuran Beban pada Perusahaan Jasa
Angkutan Darat Antar Kota Propinsi di Lingkungan Dinas Perhubungan Sumatera Utara
Hasil penelitian
menyatakan bahwa pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Propinsi di Lingkungan Dinas Perhubungan Sumatera Utara telah sesuai dengan standar yang berlaku maupun SAK, seperti halnya pengakuan, dalam hal pengukuran beban.
H. Kerangka Konseptual
[image:39.595.108.510.110.462.2]Kerangka Konseptual dari penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 2.1
PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
Akuntansi Pendapatan dan Biaya
PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah perusahaan jasa
penyediaan listrik yang memiliki pendapatan dan biaya yang digunakan dalam
rangka mendukung kegiatan operasional perusahaan. Dalam penggunaan
akuntansi pendapatan dan biaya PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
berpedoman pada kebijakan akuntansi pendapatan dan biaya yang berlaku dari
laporan keuangan.
Akuntansi Pendapatan dan Biaya adalah rangkaian prosedur formal di
bagian pendapatan dan biaya yang timbul dari aktifitas perusahaan antara lain
transaksi penjualan dan penerimaan kas dimana data dikumpulkan, diproses
menjadi laporan pendapatan dan biaya yang memadai diharapkan dapat
mendukung kelancaran aktivitas di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
Akuntansi Pendapatan dan Biaya juga diharapkan untuk menghasilkan laporan
keuangan yang akurat dan andal. Hasil analisis ini kemudian dirangkum sehingga
menghasilkan suatu laporan keuangan yang baik dan akurat sesuai dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara yang beralamat di Jalan. K.L.Yos Sudarso No.284 Medan, dan waktu
[image:41.595.149.505.362.464.2]penelitian di bulan Juli 2010 sampai dengan selesai.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian sebagai berikut :
Tahap Penelitian Juli Agustus September Oktober
Pengajuan Proposal 9
Bimbingan Proposal 9 9
Seminar Proposal 9
Bimbingan dan Penulisan Skripsi
9
Penyelesaian Skripsi 9
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Data Primer yaitu data atau informasi yang belum diolah oleh
perusahaan diperoleh melalui wawancara.
b. Data Sekunder yaitu data yang sudah tersedia dari perusahaan secara
langsung sehingga siap digunakan, seperti : sejarah perusahaan,
struktur organisasi, data yang berhubungan dengan akuntansi
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Observasi yaitu peneliti mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian, yaitu PT. PLN (Persero)Wilayah Sumatera
Utara.
b. Wawancara yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan
pihak perusahaan akuntansi pendapatan dan biaya, dimana responnya
adalah bagian akuntansi dan keuangan pada PT. PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara.
c. Dokumentasi yaitu peneliti mengumpulkan data-data yang dibutuhkan,
yang berasal dari objek yang diteliti, yaitu PT. PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara. Data-data berupa sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, dan laporan keuangan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Metode Deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan
mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis serta
menginterprestasikan data sehingga memberikan keterangan yang
lengkap bagi pemecahan permasalahan yang terjadi.
b. Metode Komperatif yaitu suatu metode analisis yang dilakukan
dengan membandingkan teori-teori dengan praktek didalam
perusahaan, kemudian mengambil kesimpulan selanjutnya
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah listrik di Sumatera Utara bukanlah baru. Kalau listrik mulai ada
di wilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia (Jakarta sekarang), maka 30
tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun di tanah
pertapakan Kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di Jl. Listrik No. 12
Medan, dibangun oleh NV NIGEM / OGEM perusahaan swasta Belanda.
Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan
Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga (NV ANIWM) Brastagi dan
Tarutung (1929), Tanjung Balai (1931) milik Gemeente – Kotapraja, Labuhan
Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).
Masa penjajahan Jepang , Jepang hanya mengambil alih pengelolaan
Perusahaan Listrik Swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan
perluasan jaringan. Daerah kerja dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera
Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi
pemerintahan tentara Jepang waktu itu.
Setelah Proklamasi RI 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan
Aksi Karyawan Perusahaan Listrik di seluruh penjuru tanah air untuk mengambil
alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan
Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu, maka
dengan Penetapan Pemerintah No.1 SD/45 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai
Hari Listrik. Sejarah memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana yang
makin memburuk dalam hubungan Indonesia – Belanda, tanggal 3 Oktober 1953
keluar Surat Keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi
Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33
ayat (2) UUD 1945.
Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri
Perusahaan Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara (Sumatera Timur
dan Tapanuli) yang mula-mula dikepalai R. Sukarno (merangkap kepala di Aceh),
tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri dengan
SK Menteri PPUT No. 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan
dirubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumbar, Riau menjadi PLN Eksploitasi.
Tahun 1965, BPU PLN dibubarkan dengan Peraturan Menteri PUT No.
9 /PRT/64 dan dengan Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian
daerah kerja PLN menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi. Sumatera Utara tetap
menjadi Eksploitasi I.
Dari Eksploitasi I Sampai Wilayah II
Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Ekploitasi I Sumatera
Utara tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No. KPTS 009/DIRPLN/66
tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu
sektor, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, P.Siantar (Berkedudukan di Tebing
Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab
membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh
Wilayah RI. Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah
menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara.
Kemudian menyusul Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang
merubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi
PLN Wilayah II Sumatera Utara.
Dari Perum menjadi Persero
Dengan keluarnya peraturan pemerintah No. 23 / 1994 tanggal 16 Juni
1994 maka ditetapkan status PLN sebagai persero. Adapun yang melatarbelakangi
perubahan status tersebut adalah untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang
terus meningkat dewasa ini.
Dimana pada abad 21 nanti, PLN tidak dapat tidak harus mampu
menghadapi tantangan yang ada. PLN harus mampu menggunakan tolak ukur
Internasional, dan harus mampu berswadaya tinggi, dengan manajemen yang
berani transparan, terbuka, desentralisasi, profit center dan cost center.
Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mendorong perkembangan industri pada PJPT II yang tanggung jawabnya
cukup besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan instansi
dan lembaga yang terkait perlu dibina dan ditingkatkan terus.
Pemisahan Wilayah, Pembangkitan dan Penyaluran
Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami
semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan,
kemampuan pasokan listrik dan indikasi – indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk
mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara
dimasa – masa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Nomor
078.K/023/DIR/1996 tanggal 8 Agustus 1996 dibentuk organisasi baru bidang
jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran
Sumatera Bagian Utara.
Dengan pembentukan Organisasi baru PT. PLN (Persero) Pembangkitan
dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PT. PLN (Persero)
Wilayah II, maka fungsi – fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya
dikelola PT. PLN (Persero) Wilayah II berpisah tanggung jawab pengelolaanya ke
PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara itu, PT. PLN (Persero)
Wilayah II berkonsentrasi pada distribusi dan penjualan tenaga listrik.
Pada Tahun 2003 PT. PLN (Persero) Wilayah II Berubah Menjadi PT.
PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
upaya mencapai tujuan perusahaan. Untuk itulah struktur organisasi dibuat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan keadaan perusahaan. Suatu struktur organisasi
harus menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan secara
optimal. Struktur organisasi itu harus mampu mengatur tata hubungan yang
haruslah memberikan kejelasan fungsi dan mudah dimengerti oleh semua pihak
yang terlibat dalam organisasi sehingga akan mempermudah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Dibawah ini dijelaskan dari tugas pokok dan tanggung jawab dari unsur
Pelaksana dari PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yang tentunya
disesuaikan dengan struktur organisasi perusahaan yang bersangkutan.
1. GENERAL MANAGER
Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh
sumber daya secara efisien, efektif dan sinergis; pengelolaan pengusahaan
pembangkitan, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan
mutu yang memadai secara efisien, meningkatkan mutu dan keandalan serta
pelayanan pelanggan; dan memastikan terlaksananya Good Corporate Governance (GCG) di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Melakukan kegiatan pengusahaan pembangkitan (skala kecil) secara
efisien, hemat energi, handal dan ramah lingkungan.
b. Mengusulkan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)
Wilayah Sumatera Utara.
c. Memastikan program rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)
Wilayah Sumatera Utara dilaksanakan sesuai penetapan direksi.
d. Menetapkan kebijakan strategis terkait pengelolaan pengusahaan
pembangkitan, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik Wilayah
e. Menjamin pengelolaan kegiatan pengusahaan pembangkitan,
pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu
yang baik dalam upaya peningkatan pelayanan pelanggan.
f. Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu
termasuk menetapkan target kinerja unit-unit dibawah koordinasinya,
memonitor dan mengendalikan pelaksanaannya.
g. Memastikan pelaksanaan kebijakan pokok pengembangan mekanisme
niaga dan operasi yang telah ditetapkan Direksi.
h. Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan
manajemen resiko Wilayah Sumatera Utara.
i. Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota organisasi.
j. Menetapkan Laporan Manajemen Wilayah Sumatera Utara.
2. BIDANG PERENCANAAN
Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan kerja, sistem menajemen
kinerja, perencanaan investasi, pengembangan aplikasi sistem informasi,
untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang memiliki efisiensi,
mutu dan keandalan yang baik serta upaya pencapaian sasaran dan
ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Menyusun Rencana Umum Pengembangan Tenaga Listrik (RUPTL),
Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja
Anggaran Perusahaan (RKAP).
c. Menyusun sistem manajemen kinerja unit-unit kerjanya.
d. Menyusun metoda evaluasi kelayakan investasi dan melakukan
penilaian finansialnya.
e. Mengembangkan hubungan kerjasama dengan pihak lain dan
penyandang dana, baik secara bilateral maupun multilateral.
f. Menyusun rencana pengembangan sistem teknologi informasi dan
aplikasi pengembangan sistem informasi.
g. Mengendalikan aplikasi-aplikasi teknologi informasi.
h. Menyiapkan SOP pengelolaan aplikasi sistem informasi.
i. Menyusun laporan manajemen dan database pada Bidang
Perencanaan.
2.1 SUB BIDANG PERENCANAAN PERUSAHAAN
Bertanggung jawab atas tersusunnya rencana pengusahaan tenaga
listrik, sistem manajemen kinerja, perencanaan investasi, serta
menggali potensi kerjasama dengan pihak luar, menciptakan kerangka
pelaksanaan kerja sehingga dapat mendukung upaya pengusahaan
tenaga listrik yang efektif, efisien dengan mutu serta keandalan yang
baik dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Memonitor lingkungan eksternal yang berkaitan dengan
ketenagalistrikan.
b. Melaksanakan, koordinasi dan konsolidasi dalam
c. Mengkoordinasikan penyusunan kebutuhan investasi
(LKAI).
d. Membuat proyeksi keuangan untuk jangka menengan dan
panjang.
e. Mereview penetapan target kinerja unit pelaksana.
f. Mengevaluasi permasalahan kinerja unit-unit pelaksana.
g. Membuat pedoman penilaian kinerja unit pelaksana.
h. Membuat laporan kinerja unit sesuai pedoman.
i. Mengidentifikasi dan mengumpulkan data pihak yang
mempunyai potensi kerjasama.
j. Membuat laporan manajemen dan statistik.
k. Merencanakan pengembangan listrik pedesaan.
l. Menyusun laporan konsolidasi keuangan listrik pedesaan.
m. Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.
2.2 SUB BIDANG PERENCANAAN SISTEM
Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan umum penyediaan
tenaga listrik beserta kebutuhan investasinya. Merencanakan
pengembangan sistem pembangkit, transmisi, Gardu Induk dan
distribusi sesuai standar, menciptakan kerangka pelaksanaan kerja,
sehingga dapat mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang
efektif, efisien dengan tingkat mutu serta keandalan yang baik dan
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Menyusun dan memutakhirkan RPTL.
b. Membuat perkiraan beban untuk jangka pendek, menengah, dan
jangka panjang.
c. Menyusun kebutuhan investasi untuk penyediaan tenaga
listrik.
d. Membuat desain standar konstruksi jaringan distribusi.
e. Membuat desain standar konstruksi pembangkit isolated.
f. Membuat pedoman untuk evaluasi kelayakan investasi.
g. Melakukan evaluasi sesuai pedoman kelayakan investasi dan
penilaian finansial.
h. Membuat, mengendalikan dan mereview rencana
pengembangan sistem ketenagalistrikan.
i. Membuat dan mereview standar pengembangan sistem dalam
kaitannya dengan kelayakan sistem tenaga listrik untuk PB/PD
pelanggan besar diatas 5 Mva.
j. Menyusun rencana pengembangan sarana komunikasi dan
scada.
k. Mengendalikan anggaran investasi dengan memperhatikan
efisiensi dan kinerja perusahaan.
2.3 SUB BIDANG SISTEM INFORMASI
Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan, pengembangan,
pengendalian dan pemeliharaan sistem dan aplikasi teknologi
informasi, menyusun laporan manajemen, menciptakan kerangka
pelaksanaan kerja sehingga dapat mendukung upaya pengusahaan
tenaga listrik yang efektif, efisien dengan mutu serta keandalan yang
baik dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Merencanakan program pengembangan aplikasi sistem
informasi berdasarkan bisnis proses.
b. Merencanakan dan mengembangkan sistem multi media.
c. Mengevaluasi kinerja sistem informasi yang ada.
d. Mengevaluasi infrastruktur sistem informasi yang ada.
e. Menyiapkan SOP pengelolaan aplikasi sistem informasi.
f. Mengendalikan aplikasi-aplikasi teknologi informasi.
g. Mengelola penyediaan, operasi dan pemeliharaan sistem
informasi.
h. Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.
2.3.1 SUB SUB BIDANG OPERASI APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI
Bertanggung jawab beroperasinya sistem-sistem aplikasi
serta menjaga terpeliharanya sistem aplikasi, menyiapkan
menyiapkan pengembangan sistem aplikasi sesuai kebutuhan
perusahaan.
2.3.2 SUB SUB BIDANG OPERASI JARINGAN DAN MULTI MEDIA
Bertanggung jawab beroperasinya sarana jaringan,
komunikasi data dan sarana multi media, menyiapkan
pengembangan kebutuhan sarana multimedia.
2.3.3 SUB SUB BIDANG LAYANAN DATABASE
Bertanggung jawab atas rancangan data base sesuai
kebutuhan dalam rangka pengembangan aplikasi dan sistem
aplikasi dari masing-masing user, dan pengembangan
layanan database serta pengamanannya.
3. BIDANG TEKNIK
Bertanggung jawab atas tersusunnya strategi, standarisasi dan penerapan
sistem pengelolaan jaringan distribusi dan pembangkit serta penerapan
manajemen lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan serta upaya
pencapaian sasaran dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja, untuk
mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang efektif, efisien dengan
tingkat mutu dan keandalan yang baik serta upaya pencapaian sasaran dan
ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Menyusun dan membina penerapan sistem pengelolaan jaringan
1. Strategi pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit, jaringan
distribusi dan membina penerapannya.
2. SOP penerapan dan pengujian peralatan distribusi, serta SOP untuk
operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi.
3. Standar desain konstruksi jaringan distribusi, kriteria konstruksi
dan peralatan kerjanya.
4. Pengembangan sarana komunikasi dan optimalisasi operasi
jaringan distribusi.
5. Manajemen pengadaan dan perbekalan dalam sistem pengelolaan
jaringan distribusi.
6. Pengendalian susut energi listrik dan gangguan serta usulan
perbaikan.
b. Menyusun regulasi untuk penyempurnaan data induk pembangkit dan
data induk jaringan (DIJ).
c. Memantau dan mengevaluasi data induk jaringan.
d. Memantau dan mengevaluasi data induk jaringan.
e. Menyusun rencana kegiatan konstruksi dan administrasi pekerjaan
serta membina penerapannya.
f. Membuat usulan RKAP terkait bidang teknik.
g. Menyusun laporan manajemen dan database pada bidang teknik.
3.1 SUB BIDANG KONSTRUKSI
Bertanggung jawab atas tersusunnya standarisasi, analisa harga satuan
pembangkit dan sarana, yang memenuhi kriteria manajemen
lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan, menciptakan kerangka
pelaksanaan kerja, sehingga dapat mendukung upaya pengusahaan
tenaga listrik yang efektif, efisien, memenuhi tingkat mutu dan
keandalan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Menyusun metoda tata kelola konstruksi dan administrasi
pekerjaan.
b. Membuat pedoman manajemen konstruksi.
c. Membina penerapan pelaksanaan konstruksi dan rehabilitasi
jaringan distribusi, pembangkit dan sarana.
d. Melaksanakan pembinaan terhadap prosedur pengadaan barang
dan jasa.
e. Menyusun analisa harga satuan material dan jasa.
f. Mengendalikan pekerjaan pembangunan dan rehabilitasi jaringan
distribusi, pembangkit dan sarana.
g. Melaksanakan koordinasi dan mengurus perijinan dengan pihak
terkait.
h. Mengelola administrasi pekerjaan konstruksi.
i. Mengendalikan administrasi material PDP dan pemeliharaan.
j. Mengelola e-procurement.
l. Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.
3.2 SUB BIDANG DISTRIBUSI
Bertanggung jawab atas tersusunnya rencana operasi dan
pemeliharaan jaringan distribusi serta penerapan manajemen
lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan, menciptakan kerangka
pelaksanaan kerja sehingga dapat mendukung upaya pengusahaan
tenaga listrik yang efektif, efisien, memenuhi tingkat mutu dan
keandalan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
Rincian tuga