.Iudul Penelitian
Nama
Nomor Pokok
Pembinaan
Narapidana
di
Lembaga :
Pemasyarakatan
Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia. Noinor. 12
Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,
(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Tanjung Gusta Medan).
Marlina
992105117
セ
Harkristuti Har .'
IlOwo.
SIl. MA. Ph.D.
nggota
limn
Hukum.
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Bachtiar Aglls Salim, SR. (AIm)
Ketua
Program Studt
Prof.
Cllainur Arrasjid.•
SH.
Anggota
GNH
-/セ
LLNN
.;;
I .
,
PEMBINAAN NARAPIDANA
or
LEMBAGA PEMASYARAKATAN MENDRUT
DNDANG-UNDANG REPDBLIK INDONESIA NOMOR. I2 TAHUN 1995
TENTANG PEMASYARAKATAN
(Studi Kasus
Lernbaga
Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan).
Marlina'
Bachtiar Agus Salim (AIm)'"
Chainur Arrasyid
**
Harkristuti Harkrisnowo,,.
INTISARI
MasaJah pembinaan narapidana sejak tahun
.J
964 telah mengalami perubahan
dari sistern kepenjaraan berdasarkan Reglemen Penjara 19.17 NO.708 kepada sistem
pemasyarakatan. Untuk mengimplemtasikan sistem pemasyarakatan tersebut maka
pemerintah pada tanggal30 Desember J995 menetapkan Undang-Undang RI Nomor.
12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan beserta peraturan pelaksananya. Dengan
sistem pemasyarakatan diharapkan warga binaan pemasyarakatan
menyadari
kesalahan, memperbaiki diri dan tidak melakukan tindak pidana
sehingga
setelah
selesai menjalani rnasa pidananya dapat diterima oleh rnasyarakat dan dapat berperan
dalam
pembangunan.
Namun
demikian
dalam
pelaksanaanya
lembaga
pemasyarakatan dihadapkan pada suatu kondisi dimana jumlah narapidana yang tidak
sebanding dengan jurnlah pembina narapidana, tingkat pendidikan petugas lembaga
pemasyarakatan yang masih relatif rendah, terbatasnya sarana dan prasarana dalarn
pelaksanaan serta kurangnya partisifasi dari masyarakat.
Penelitian ini selain ditujukan untuk rnengetahui terlaksana tidaknya
ketentuan Undang-Undang RI Nomor.12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan dalam
pembinaan narapidana di. lembaga pemasyarakatan, juga untuk mengetahui faktor
penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pembinaan narapidana serta
upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala-kendala - dalarn pelaksanaan
pembinaan narapidana di lembaga pemayarakatan. Dalam menjawab pennasalahan
dalam penelitian tersebut, maka metode penelitian yang dilakukan yaitu dengan
pendekatan yuridis nonnatif dan yuridis sosiologis dengan sifat penelitian deskriptif
analitis dengan lokasi penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta
Medan. Penentuan lembaga pemasyarakatan dikarenakan merupakan lembaga
rujukan untuk wilayah Sumatera Utara dan penghuninya terbesar. Data yang
digunakan adalah data skunder yang diperoleh dengan studi kepustakaan dan data
primer yang diperoleh dari studi lapangan melalui responden yaitu narapidana
, Fakultas Hukum UniversitasSriwijaya.
.. Fakultas Hukum Sumatera Utara.
.u*
Fak:ultas Hukum Universitas Indonesia.
•
sebanyak 45 orang,
pembina narapidana (petugas LP) sebanyak 22 orang dan
masyarakat dalam hal ini mantan narapidana dan keluarga narapidana masing-masing
sebanyak 30 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
wawancara dan observasi. Selanjutnya dari data yang diperoleh tersebut akan
dianalisa dan ditafsirkan seeara sistematis seeara kualitatif dengan terlebih dahulu
membuat tabulasi jawaban kuesioner dan hasil wawancara yang diperoleh dari
responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembinaan narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta telah melaksanakan ketentuan
didalam Undang-Undang NomoL12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dan
peraturan pelaksana lainnya dengan mengadakan program pendidil.an agama,
program ketrampilan, euti menjelang bebas, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan
bersyarat
selain itu terhadap narapidana diberikan kegiatan-kegiatan untuk kerja
diluar tembok lembaga pemasyarakatan. Namun dalam pelaksanaanya rnasih terdapat
beberapa hambatan sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan ketidakpereayaan
antara narapidana dan pembina yang pada akhirnya akan menghambat proses
pembinaan, disamping kurangnya sarana dan prasarana serta partisipasi masyarakat.
Faktor tersebut merupakan paktor pendukung dalam keberhasilan pembinaan.
Adapun upaya yang dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan dalam menghadapi
kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan antara lain; menjalin kerja sarna
dengan instansi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, peningkatan
prinsip-prinsip moralitas dan idealismedalam din pembina dan' narapidana, peningkatan
kesejahteraan petugas lembaga pemasyarakatan, pelengkapan sarana dan prasarana
teknis, peningkatan partisipasi masyarakat untuk menerima mantan narapidana dan
mengadakan reformasi personil dalam struktur organisasi lembaga pemasyarakatan
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan
non formal.
Kata kunei:
Pembinaan Narapidana
Lembaga Pemasyarakatan
Undang-Undang RI NomoL12 Tahun 1995.
TREATMENT OF OFFENDERS IN THE CORRECTIONAL
FAClLITY ACCORDING TO ACT NUMBER 12 OF
1995
.
.
Marlina
Bachtiar Agus Salim (AIm)"
Chainur Arrasyid
**
Harkristuti Harkrinowo'"
ABSTRACT
Problem of treatment of offenders since 1964 has been changing from the
Prison system on Prison Act of 1917 Number 708 to correctional system. To
implement the new correctional system, in December 30, 1995 the Indonesia
government promulgated Act Number 12 of 1995 on Correctional. By the
correctional system, it was hoped that correctional facility occupant realize their
fault, correct thenseves and not repeat criminal act, so ware they could be accepted
by the community at large and participating in the development. However, in its
implementations, correctional facility is facing a condition where the number of
convict was unequal to the number of officer, education level of the correctional
officers is relatively low, limitation infrastructures in its and lack of community
participation.
This research is conducted in order to understand whether the provision of
Act Number 12 of 1995 on Correctional has been implemented appropriately, to
understand the obstacle and supporting factor in implementing treatment of offenders
and efforts made to cope with it. Research method that used was nonnative and
social legal approach. Location of this research was in Correctional Facility of
Tanjung Gusta, Class I, Medan. This Correctional facility was chosen because it is a
referred correctional facility for the region of North Sumatra and has large number of
occupants. Data used in this research were secondary data (documents), which were
obtained from the library study and primary data which were obtained from field
study. In the field study respondents consisted of convict (45 persons); correctional
officers (22 persons) and community members (in this case, the ex-convicts and its
relative) 30 persons. Data were collected by use of questionnaires, interviews and
observation. Then the collected data were analyses and interpreted qualitative by.
• Faculty of Law, University ofSriwijaya.
•• Faculty of Law University of Sumatera Utara.
"'**
Faculty ofLaw
University
of Indonesia.
Result of this research indicates that the implementation of treatment of
offenders in the Tanjung Gusta Class I Correctional Facility has been done in
accordance with the provisions of Act Number 12 of 1995 on Correctional and other
implementing regulation.
It
was done through a number of activities, such as
religious education program, skill development program, leave, family visit leave and
conditional release. Moreover, in the activities for works outside the correctional
facility wall were also officered to the convicts. However, in the execution of the
programs, there were also some obstacles that could create misunderstanding and
mistrust between the convicts and the officers, which intern could impede the
treatment process. The other problem is lack of infrascture and community
participation, whereas those arc-the supporting elements of the successful treatment.
Some efforts which have been done by the correctional facility, to cope with the
obstacles, are by establishing co-operation with other government institutions and
non government organizations, upgrading correctional officer
and convicts high
morality and idealism principle, raising the prosperity of the correctional officer,
improving the infrastructure, raising community participation to accept the
ex-convicts. In addition it is also necersarce to build the capacity of the correctional
officers, through formal as well as in formal education programs.
Keyword
Treatment of offenders.
Correctional Facility.
Republic ofIndonesia Act Number 12 of 1995.