TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG
(Zea mays L.) VARIETAS PIONEER 23 TERHADAP
SISTEM JARAK TANAM DAN JUMLAH
TANAMAN PER LUBANG TANAM
SKRIPSI
OLEH :
JOJOR CINTA BAKKARA
040301047
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG
(Zea mays L.) VARIETAS PIONEER 23 TERHADAP
SISTEM JARAK TANAM DAN JUMLAH
TANAMAN PER LUBANG TANAM
SKRIPSI
OLEH :
JOJOR CINTA BAKKARA
040301047/BDP – AGR
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
JOJOR C. BAKKARA: Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Sistem Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam, dibimbing oleh Ir. MARIATI, MSc dan Ir. Hj. SABAR GINTING, MS.
Permintaan jagung di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya diperlukan peningkatan produksi. Salah satu cara yang mungkin dilakukan yaitu dengan mengatur sistem jarak tanam dan penambahan jumlah tanaman per lubang tanam. Telah dilakukan penelitian di lahan Masyarakat Tanjung Sari (±25 mdpl) pada September 2009 sampai Januari 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan 2 faktor. Faktor perlakuan pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam yaitu satu baris (60 cm x 30 cm), dua baris (60 cm x 30 cm; 30 cm x 30 cm) dan baris segitiga (30 cm x 30 cm x 30 cm). Faktor perlakuan kedua sebagai anak petak adalah jumlah tanaman per lubang tanam yaitu 1/lubang tanam, 2/lubang tanam dan 3/lubang tanam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur keluar rambut, bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan, produksi/tanaman dan nilai indeks panen, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang dan klorofil daun. Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST, diameter batang 4, 6, 8 MST, klorofil daun, bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan, produksi/tanaman dan nilai indeks panen, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, 4, 5, 7, 8 MST dan umur keluar rambut. Interaksi berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan dan produksi/tanaman, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, klorofil daun, umur keluar rambut dan nilai indeks panen.
ABSTRACT
JOJOR C. BAKKARA: Growth and Production Respons of Maize Pioneer 24 Variety to the Plant Distance System and the Number of Plant Per Hole, supervisioned by Ir. MARIATI, MSc and Ir. Hj. SABAR GINTING, MS.
In Indonesia, the demand of maize increases year by year. To supply the demand need increase in production. One of several possible ways is organizing the system of planting distance and increasing the number of plant per planting hole. A research program has been done in Tanjung Sari Farm Area (±25m above sea level) during September 2009 until January 2010. The research has been implemented a Split Plot Design with 2 factors. The first is a mainframe of one row space system (60 cm x 60 cm), two rows space (60 cm x 30 cm; 30 cm x 30 cm), and triangle rows (30 cm x 30 cm x 30 cm). The second one is subordinate of sum of plants by the planted hole, 1/ planted hole, 2/ planted hole and 3/ planted hole.
The results of the research shown, the plant distance system significantly effects the age of grown hair, weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, harvest index, but it was not significantly effects to the height of plant, the diameter of stem and leaf chlorofill. Number of plant per hole significantly effects to the plant height of 6 MST, stem diameter of 4, 6 and 8 MST, leaf chlorofill, weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, harvest index and it was not effects to the plant height of 2, 3, 4, 5, 7, 8 MST, age of grown hair. The interaction significantly effects to the weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, and it was not significantly effects to height of plant,diameter of stem, leaf chlorofill, age of grown hair, harvest index.
RIWAYAT HIDUP
Jojor Cinta Bakkara, lahir di Tarutung, Kecamatan Tarutung, Kabupaten
Tapanuli Utara, pada tanggal 18 Juni 1986. Anak Keempat dari tujuh bersaudara
dari pasangan Bapak D. Bakkara (Alm.) dan Ibu N. Hutabarat.
Selama menjalani pendidikan, penulis bertempat tinggal di Desa Perumnas
Simalingkar, Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang. Adapun pendidikan yang
pernah ditempuh hingga saat ini adalah pendidikan dasar di SD Negeri 04
Tarutung lulus tahun 1998, Pendidikan Menengah Pertama di SLTP Negeri 04
Tarutung lulus tahun 2001, Pendidikan Menengah Atas di SMU Negeri 01
Tarutung lulus tahun 2004 dan terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi
Agronomi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten di
laboratorium Budidaya Tanaman Semusim I (Pangan), Dasar Ilmu Hortikultura,
Budidaya Tanaman Hortikultura Sayur-sayuran, dan Budidaya Tanaman
Leguminosae.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Periode Juni 2008
sampai dengan Juli 2008 di PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Gambus,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan atas segala kebaikan,
anugrah dan pertolongan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23
Terhadap Sistem Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam.”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Ibu Ir. Mariati, MSc selaku ketua komisi pembibing dan Ibu. Ir. Hj. Sabar
Ginting, MS selaku anggota yang telah banyak memberikan masukan dan arahan
kepada Penulis selama melakukan penelitian ini hingga penyelesaian penulisan
skripsi ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya Penulis juga ucapkan kepada Ibunda
tercinta (N. Hutabarat) yang selalu mendukung, memotivasi, dan mendoakan
Penulis selama ini, Ayahanda tercinta (Alm. D. Bakkara) yang semasa hidupnya
telah berusaha memberikan yang terbaik pada Penulis. Kakak-kakak (Delta,
Netty, Mei, Benny, Edo) dan Adik-adik yang tercinta (Ronald, Udur, Cahaya,
Polkon) terkhusus buat Udur yang telah sangat banyak membantu. Kepada
sahabat-sahabatku (Yessy, Adifa, Bosco, Rimember, Eko) terkhusus buat Bosco
dan Rimember. Terima kasih juga buat Frans Panjaitan, Sony, Diana dan seluruh
BDP Stambuk ’04 atas segala doa, perhatian sehingga Penulis dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu
Penulis menerima kritik dan saran yang dapat memberikan perbaikan bagi skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung ... 4
Akar ... 4
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam ... 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 10
Bahan dan Alat ... 10
Metode Penelitian... 10
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 13
Penyiapan Benih ... 13
Pemeliharaan Tanaman ... 14
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 15
Panen ... 15
Pengeringan dan Pemipilan ... 15
Parameter ... 16
Tinggi Tanaman (cm) ... 16
Diameter Batang (mm) ... 16
Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3) ... 16
Umur Berbunga (Bunga Betina) (hari) ... 16
Bobot 100 Biji Per Tanaman Sampel (g) ... 16
Bobot Brangkasan Kering (g) ... 17
Produksi Per Tanaman (g) ... 17
Nilai Indeks Panen ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18
Tinggi Tanaman (cm) ... 18
Diameter Batang (mm) ... 20
Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3) ... 21
Umur Keluar Rambut (hari)... 22
Bobot 100 Biji Per Tanaman Sampel (g) ... 24
Bobot Brangkasan Kering (g) ... 26
Produksi Per Tanaman (g) ... 29
Nilai Indeks Panen ... 31
Pembahasan ... 33
Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Sistem Jarak Tanam ... 33
Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam ... 33
DAFTAR TABEL
1. Rataan tanggap tinggi tanaman (cm) jagung umur 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 MST terhadap sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 18
2. Rataan tanggap diameter batang (mm) jagung umur 4, 6 dan 8 MST terhadap sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 20
3. Rataan tanggap klorofil daun (unit/6 mm3) jagung umur 8 MST terhadap sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 21
4. Rataan tanggap umur keluar rambut jagung (hari) terhadap sistem. jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 22
5. Rataan tanggap bobot 100 biji per tanaman (g) terhadap sistem jarak. tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 24
6. Rataan tanggap bobot brangkasan kering (g) terhadap sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 26
7. Rataan tanggap produksi per tanaman (g) terhadap sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 29
DAFTAR GAMBAR
1. Bagan sistem jarak tanam ... 14
2. Tanggap tinggi jagung (cm) umur 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 MST terhadap
jumlah tanaman per lubang tanam ... 19
3. Tanggap diameter batang jagung (mm) umur 4, 6 dan 8 MST terhadap
jumlah tanaman per lubang tanam ... 21
4. Tanggap klorofil daun (unit/6 mm3) terhadap jumlah tanaman per
lubang tanam ... 22
5. Tanggap umur keluar rambut (hari) terhadap sistem jarak tanam ... 23
6. Tanggap bobot 100 biji per tanaman (g) terhadap sistem jarak tanam ... 24
7. Tanggap bobot 100 biji per tanaman (g) terhadap jumlah tanaman per
lubang tanam ... 25
8. Tanggap bobot 100 biji per tanaman (g) terhadap jumlah tanaman per
lubang tanam ... 26
9. Tanggap bobot brangkasan kering (g) terhadap sistem jarak tanam ... 27
10. Tanggap bobot brangkasan kering (g) terhadap jumlah tanaman per
lubang tanam ... 27
11. Tanggap bobot brangkasan kering (g) terhadap interaksi sistem jarak
tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 28
12. Tanggap produksi per tanaman (g) terhadap sistem jarak tanam ... 29
13. Tanggap produksi per tanaman (g) terhadap jumlah tanaman per lubang tanam ... 30
14. Tanggap produksi per tanaman (g) terhadap interaksi sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 31
15. Tanggap nilai indeks panen terhadap sistem jarak tanam ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
1. Deskripsi jagung varietas Pioneer 23 ... 39
2. Bagan lahan ... 40
3. Bagan tata letak tanaman ... 41
4. Rencana kegiatan penelitian ... 42
5. Rataan tinggi tanaman (cm) 2 MST ... 43
6. Sidik ragam tinggi tanama (cm) 2 MST ... 43
7. Rataan tinggi tanaman (cm) 3 MST ... 44
8. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 3 MST ... 44
9. Rataan tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 45
10. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 45
11. Rataan tinggi tanaman (cm) 5 MST ... 46
12. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 5 MST ... 46
13. Rataan tinggi tanaman (cm) 6 MST ... 47
14. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 6 MST ... 47
15. Rataan tinggi tanaman (cm) 7 MST ... 48
16. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 7 MST ... 48
17. Rataan tinggi tanaman (cm) 8 MST ... 49
18. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 8 MST ... 49
19. Rataan diameter batang (mm) 4 MST ... 50
20. Sidik ragam diameter batang (mm) 4 MST ... 50
21. Rataan diameter batang (mm) 6 MST ... 51
22. Sidik ragam diameter batang (mm) 6 MST ... 51
23. Rataan diameter batang (mm) 8 MST ... 52
24. Sidik ragam diameter batang (mm) 8 MST ... 52
25. Rataan klorofil daun (unit/6 mm3) ... 53
26. Sidik ragam klorofil daun (unit/6 mm3) ... 53
27. Rataan umur keluar rambut (hari) ... 54
28. Sidik ragam umur keluar rambut (hari) ... 54
29. Rataan bobot 100 biji per tanaman (g) ... 55
30. Sidik ragam bobot 100 biji per tanaman (g) ... 55
31. Rataan bobot brangkasan kering (g) ... 56
32. Sidik ragam bobot brangkasan kering (g) ... 56
33. Rataan produksi per tanaman (g) ... 57
34. Sidik ragam produksi per tanaman (g) ... 57
35. Rataan nilai indeks panen ... 58
36. Sidik ragam nilai indeks panen ... 58
37. Data hasil analisis tanah ... 59
38. Foto tongkol jagung per plot ... 60
39. Foto sampel per plot ... 61
40. Umur tanaman 2 MST (08/10) ... 62
41. Umur tanaman 3 MST (15-10) ... 63
42. Umur tanaman 4 MST (22/10) ... 64
43. Umur tanaman 5 MST (29/10) ... 65
ABSTRAK
JOJOR C. BAKKARA: Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Sistem Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam, dibimbing oleh Ir. MARIATI, MSc dan Ir. Hj. SABAR GINTING, MS.
Permintaan jagung di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya diperlukan peningkatan produksi. Salah satu cara yang mungkin dilakukan yaitu dengan mengatur sistem jarak tanam dan penambahan jumlah tanaman per lubang tanam. Telah dilakukan penelitian di lahan Masyarakat Tanjung Sari (±25 mdpl) pada September 2009 sampai Januari 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan 2 faktor. Faktor perlakuan pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam yaitu satu baris (60 cm x 30 cm), dua baris (60 cm x 30 cm; 30 cm x 30 cm) dan baris segitiga (30 cm x 30 cm x 30 cm). Faktor perlakuan kedua sebagai anak petak adalah jumlah tanaman per lubang tanam yaitu 1/lubang tanam, 2/lubang tanam dan 3/lubang tanam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur keluar rambut, bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan, produksi/tanaman dan nilai indeks panen, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang dan klorofil daun. Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST, diameter batang 4, 6, 8 MST, klorofil daun, bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan, produksi/tanaman dan nilai indeks panen, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, 4, 5, 7, 8 MST dan umur keluar rambut. Interaksi berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan dan produksi/tanaman, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, klorofil daun, umur keluar rambut dan nilai indeks panen.
ABSTRACT
JOJOR C. BAKKARA: Growth and Production Respons of Maize Pioneer 24 Variety to the Plant Distance System and the Number of Plant Per Hole, supervisioned by Ir. MARIATI, MSc and Ir. Hj. SABAR GINTING, MS.
In Indonesia, the demand of maize increases year by year. To supply the demand need increase in production. One of several possible ways is organizing the system of planting distance and increasing the number of plant per planting hole. A research program has been done in Tanjung Sari Farm Area (±25m above sea level) during September 2009 until January 2010. The research has been implemented a Split Plot Design with 2 factors. The first is a mainframe of one row space system (60 cm x 60 cm), two rows space (60 cm x 30 cm; 30 cm x 30 cm), and triangle rows (30 cm x 30 cm x 30 cm). The second one is subordinate of sum of plants by the planted hole, 1/ planted hole, 2/ planted hole and 3/ planted hole.
The results of the research shown, the plant distance system significantly effects the age of grown hair, weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, harvest index, but it was not significantly effects to the height of plant, the diameter of stem and leaf chlorofill. Number of plant per hole significantly effects to the plant height of 6 MST, stem diameter of 4, 6 and 8 MST, leaf chlorofill, weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, harvest index and it was not effects to the plant height of 2, 3, 4, 5, 7, 8 MST, age of grown hair. The interaction significantly effects to the weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, and it was not significantly effects to height of plant,diameter of stem, leaf chlorofill, age of grown hair, harvest index.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selai
sebagai alternative sumber pangan. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga
ditanam sebagai
pertambahan penduduk, mengakibatkan permintaan jagung di dalam negeri terus
meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya, diperlukan langkah peningkatan
produksi jagung
Menurut Badan Pusat Statistika, produksi jagung tahun 2008 diperkirakan
sebesar 14,85 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2007 terjadi kenaikan
sebanyak 1,57 juta ton atau sebesar 11,79%, kenaikan produksi jagung diperkirakan
terjadi karena peningkatan luas panen seluas 178,67 ribu hektar (4,92%) dan naiknya
produktivitas lahan sebesar 2,40 kuintal per hektar (6,56%) (BPS, 2009).
Peningkatan produktivitas lahan ini dapat terealisasi dengan program peningkatan
hibridisasi di Indonesia. Jenis jagung varietas hibrida mempunyai keunggulan dapat
menghasilkan produksi 3 kali lebih banyak dibandingkan jenis varietas komposit.
Varietas komposit per hektar menghasilkan 2,5 – 3 ton pipilan kering, sementara hibrida
dapat mencapai 8 - 10 ton pipilan kering per hektar, oleh sebab itu para ahli selalu
berusaha mengeluarkan varietas-varietas hibrida yang baru yang dapat meningkatkan
produksi. Salah satunya adalah jagung varietas Pioneer 23 dengan potensi hasil mencapai
10-12 ton pipilan kering/ha (DuPont, 2008).
Pengaturan jarak tanam pada suatu areal tanah pertanian juga dapat
mempengaruhi produksi jagung. Setyati (2002), mengatakan bahwa jarak tanam
mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara,
adalah satu baris, namun saat ini telah dikenal sistem pertanaman dua baris karena
ternyata mampu memberikan hasil yang lebih besar (Stalcup, 2008). Baris segitiga juga
menjadi perhatian petani untuk meningkatkan produksi per satuan lahan. Populasi yang
lebih banyak pada baris segitiga meningkatkan produksi berkisar 8,98% dibandingkan
satu baris dan 4,59% dengan dua baris (Cox et al, 2006).
Pada umumnya, para petani menanam 1 tanaman per lubang tanam untuk jarak
tanam yang sempit dan 2 tanaman per lubang tanam untuk jarak tanam yang lebar, agar
tanaman tidak bersaing dalam mengambil air, hara, dan cahaya matahari (Purwono dan
Rudi, 2007). Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian, yang
memungki nkan dapat meningkatkan produksi jagung, yaitu dengan sistem jarak tanam
tertentu akan menanam 1, 2, dan 3 tanaman per lubang .Penelitian ini berjudul tanggap
pertumbuhan dan produksi jagung (zea mays l.) varietas pioneer 23 terhadap sistem jarak
tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui tanggap pertumbuhan dan produksi
jagung (zea mays l.) varietas pioneer 23 terhadap sistem jarak tanam dan jumlah
tanaman per lubang tanam.
Hipotesis Penelitian
1. Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
jagung (Zea mays L.) varietas Pioneer 23.
2. Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
produksi jagung (Zea mays L.) varietas Pioneer 23.
3. Interaksi sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas
Kegunaan Penelitian
- Untuk mendapatkan informasi tentang jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang
tanam yang mampu memberikan pertumbuhan dan produksi jagung yang optimal
agar dapat diterapkan oleh masyarakat.
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tanaman Jagung
- Akar
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar
seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar
yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan
melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah. Akar adventif adalah akar
yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar
adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10
buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi
serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup
jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Akar kait atau
penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas
permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap
tegak dan mengatasi rebah batang. (Effendi, 1984).
- Batang
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku. Pada buku terdapat tunas yang
berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol
yang produktif .
- Daun
Jumlah daun umumnya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya
daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah
beriklim sedang (temperate) (Suprapto dan Marzuki, 2002).
- Bunga
Jagung disebut tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan
dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Tanaman jagung adalah protandri, di
mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari
sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Penyerbukan pada jagung terjadi
bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol (putik). Hampir
95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain (serbuk silang)
dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri (serbuk sendiri), oleh
karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop).
Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari bergantung pada varietas, suhu, dan
kelembaban (Sudaryono, 1998).
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Syarat Tumbuh
- Iklim
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan
lingkungan yang terlalu ketat. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di
daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah
dengan ketinggian optimum antara 0 - 600 m dpl merupakan ketinggian yang baik
bagi pertumbuhan tanaman jagung. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk
pertumbuhan terbaiknya antara 27-32 0C (Warisno, 1998).
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.
Intensitas sinar matahari sangat penting bagi tanaman, terutama dalam masa
pertumbuhan. Sebaiknya tanaman jagung mendapatkan sinar matahari langsung,
dengan demikian, hasil yang akan diperoleh akan maksimal. Tanaman jagung
yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat atau merana, produksi biji yang
dihasilkan pun kurang baik.
Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak,
terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga dan saat pengisian biji.
Pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan
selama masa pertumbuhan.
- Tanah
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol (berasal dari
gunung berapi), Latosol dan Grumosol. Tanah bertekstur lempung atau liat
berdebu (Latosol) merupakan jenis tanah terbaik untuk pertumbuhan tanaman
jagung. Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur,
gembur dan kaya humus.
Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara
tumbuh maksimal karena keracunan ion aluminium (Warisno, 1998). Kandungan
P dalam jaringan tanaman dapat mempercepat masa berbunga tanaman Mochamat
Bintoro (2000).
Kesuburan tanah banyak dihubungkan orang dengan keadaan lapisan
olahnya (top soil). Pada lapisan ini, biasanya sistem perakaran tanaman
berkembang dengan baik, untuk itu, pengolahan tanah sebelum penanaman dan
pengolahan tanah pada waktu pemeliharaan tanaman memegang peran penting
bagi suburnya tanaman. Pada pengolahan tanah, perbandingan kandungan zat
padat, cair dan udara di dalam lapisan olah menjadikan tanah gembur dan
menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman.
Sistem Jarak Tanam
Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar
tanaman, hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan
unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman. Pada umumnya, produksi yang tinggi per satuan luas akan
dicapai dengan populasi yang tinggi, akan tetapi, penampilan masing-masing
tanaman secara individu menurun karena persaingan terhadap cahaya dan
faktor-faktor tumbuh lainnya (Setyati, 2002).
Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk
mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak
tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman
mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal
populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan
tercapai pada populasi yang lebih padat.
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara
yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang
pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan
dan produksi jagung (Barri, 2003). Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan
produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji
(Maddonni, 2006). Sedangkan menurut Liu (2004) variasi jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, indeks luas daun,
indeks panen serta jumlah tongkol namun berpengaruh nyata terhadap produksi
per ha.
Menurut Purwono dan Rudi (2005), umur tanaman berkaitan dengan jarak
tanam. Tanaman berumur sedang, jarak tanamnya adalah 75 x 25 cm dengan satu
tanaman per lubang, sedangkan untuk jagung berumur genjah, jarak tanamnya
50 x 20 cm dengan satu tanaman per lubang.
Penyebab perbedaan hasil dari pengaruh jarak tanam terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung belum diketahui secara pasti. Menurut Barbieri
(2000), faktor iklim mempengaruhi produksi jagung pada jarak tanam yang
berbeda. Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan produksi
jagung lebih tinggi pada jarak yang lebih sempit. Tetapi, menurut Westgate
(1997) jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung karena
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Jarak tanam berpengaruh terhadap jumlah tanaman per lubang tanam,
jarak tanam yang sempit (50 cm x 20 cm) sebaiknya 1 tanaman per lubang tanam
sedangkan jarak tanam yang lebar (100 cm x 40 cm) dapat ditanami 2 tanaman per
lubang tanam (Purwono dan Rudi, 2007).
Kerapatan tanaman per hektar dapat didekati dengan pengaturan jarak
tanam dan jumlah tanaman per lubang. Jarak tanam optimal untuk setiap jenis
tanaman untuk setiap daerah, berbeda-beda akibat perbedaan tingkat kesuburan
tanah, curah hujan dan cahaya serta umur panen (Setyati, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Sudika (2007) pada tanaman jagung varietas
Arjuna, jarak tanam 70 cm x 25 cm dengan dua tanaman per lubang dapat
memberikan hasil yang paling tinggi yakni 23,808 kg/plot (7,086 t/ha)
dibandingkan dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm dengan 1 tanaman per lubang
tanam (4,631 t/ha) dan 80 cm x 25 cm dengan 1 tanaman per lubang tanam
(3,474 t/ha).
Semakin banyak jumlah tanaman per lubang tanam, maka jumlah tanaman
per hektar akan semakin banyak dan hal ini dapat meningkatkan jumlah produksi
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Lahan Masyarakat Tanjung Sari pada
ketinggian tempat 25 m dpl. Penelitian dilakukan pada September 2009 sampai
Januari 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas
Pioneer 23 (Lampiran 1), Nitrogen (Urea), Posfor (TSP), Kalium (KCl),
insektisida (Decis 2,5 EC), fungisida (Dithane M-45).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, knapsack,
meteran, timbangan, tugal, pacak sampel, label, tali plastik, ember, pisau, plakat
nama, alat tulis dan kalkulator serta peralatan lain yang mendukung pelaksanaan
penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) Faktorial
dengan dua faktor perlakuan, yaitu :
Faktor I: Sistem Jarak Tanam (J) sebagai main plot 3 perlakuan :
J1 = Sistem satu baris (60 cm x 30 cm)
J2 = Sistem dua baris (60 cm x 30 cm, jarak dengan baris berikutnya
30 x 30cm)
J3 = Sistem baris segitiga ( 30 cm x 30 cmx 30 cm, jarak dengan baris
Faktor II: Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam (B) sebagai sub plot dengan 3
perlakuan yaitu:
B1 = 1 tanaman per lubang tanam
B2 = 2 tanaman per lubang tanam
B3 = 3 tanaman per lubang tanam
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu :
J1B1 J1B2 J1B3
J2 B1 J2B2 J2B3
J3B1 J3B2 J2B3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot : 9 plot
Jumlah plot seluruhnya : 27 plot
Ukuran main plot : 980 cm x 275 cm
Ukuran sub plot : 300 cm x 275 cm
Jarak antar main plot : 60 cm
Jarak antar sub plot : 40 cm
Jarak antar blok : 100 cm
Ukuran lahan : 32 m x 10 m
Jumlah tanaman sampel per plot : 6 tanaman
Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut:
Yijk = µ + ρi + αj + dij + βk + (αβ)jk + εijk
Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok i akibat sistem jarak tanam perlakuan
ke-j dan ke-jumlah tanaman per lubang tanam perlakuan ke-k
µ : Nilai tengah
ρi : Pengaruh blok ke-i
αj : Pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j
dij : Galat pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j
βk : Pengaruh jumlah tanaman per lubang tanam perlakuan ke-k
(αβ)jk : Pengaruh interaksi sistem jarak tanam perlakuan ke-j dengan jumlah
tanaman per lubang tanam perlakuan ke-k
εijk : Galat percobaan pengaruh jumlah tanaman per lubang tanam perlakuan
ke-k
Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji beda rataan berdasarkan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian
- Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian diolah dengan menggunakan cangkul
dengan kedalaman olah tanah 15-25 cm. Pengolahan dilakukan hingga tanah menjadi
gembur, rata dan bersih dari sisa-sisa gulma dan perakaran. Dibuat plot-plot penelitian
- Penyiapan Benih
Benih yang digunakan adalah benih jagung varietas pioneer 23. Sebelumnya
benih ini telah direndam dalam larutan Rhidomi untuk mencegah serangan penyakit bulai.
- Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3-5 cm. Jarak antar lubang
ditentukan sesuai dengan perlakuan pola tanam. Pada sistem satu baris menggunakan
jarak tanam 60 cm x 30 cm, sistem dua baris menggunakan jarak 30 cm x 30 cm,
sedangkan pada sistem baris segitiga berjarak 30 cm x 30 x 30 cm (Gambar 1). Jumlah
tanaman per lubang tanam ditentukan sesuai dengan perlakuan, yaitu 1 tanaman/lubang
tanam, 2 tanaman/lubang tanam dan 3 tanaman/lubang tanam.
a b c
Gambar 1. Bagan sistem jarak tanam: a. satu baris, b. dua baris, c. baris segitiga
(ket = 30 cm, = 60 cm)
- Pemeliharaan Tanaman
• Penjarangan
Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Penjarangan dilakukan
dengan memotong bibit jagung.
• Pemupukan
Pupuk yang diberikan yaitu 135 Kg N/Ha, 36 Kg P2O5/Ha dan 25 Kg K2O/Ha
(Warisno, 1998). Dosis pemupukan dikonversikan dalam 300 Kg Urea/Ha, 100 Kg
SP-36/ Ha dan 50 Kg KCl. Pemberian Nitrogen dibagi atas dua tahap, dimana diberikan 1/2
bagian dari dosis pada masing-masing tahap berturut-turut pada umur 12 hari, umur 50
hari. Sedangkan pupuk P dan K diberikan seluruhnya pada umur 12 hari. Pemupukan
dilakukan dengan cara larikan.
• Penyiraman
Selama melakukan penelitian ini tidak pernah dilakukan penyiraman karena
curah hujan yang cukup tinggi (data curah hujan tahun 2009 terlampir).
• Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan dilakukan secara manual
yaitu menggunakan tangan atau cangkul.
• Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk memperkokoh posisi batang sehingga tanaman
tidak mudah rebah. Adapun cara pembumbunan yaitu tanah di sebelah kanan dan kiri
barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST.
• Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama (belalang) dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 cc/L air. Pengendalian penyakit (jamur) dilakukan dengan
menyemprotkan Dithane M-45 dengan dosis 0,5 cc/L air. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan ketika tanaman berumur 6 MST.
- Panen
Jagung dipanen pada umur 110 hari setelah tanam yaitu saat warna kelobot telah
berubah warna menjadi kuning dan biji telah keras dan sesuai dengan deskripsi tanaman.
- Parameter
• Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga ujung daun tertinggi dengan
menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan umur 2 MST dengan interval satu
minggu sekali hingga muncul bunga jantan sebanyak 75 %.
• Diameter batang (mm)
Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
Batang yang diukur diameternya adalah ruas yang terdekat dengan pangkal batang.
Pengukuran pertama dilakukan umur 4 MST dengan interval dua minggu sekali hingga
muncul bunga jantan sebanyak 75 %.
• Jumlah klorofil daun
Jumlah klorofil daun dihitung dengan menggunakan alat pengukur klorofil
(klorofil meter). Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang paling tengah.
Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung daun lalu diratakan.
Pengukuran dilakukan pada saat tanaman telah berbunga 75% (umur 8 MST).
• Umur keluar rambut (hari)
Umur keluar rambut ditentukan pada saat bunga betina tanaman muncul, yaitu
sejak bunga pertama keluar sampai dengan tanaman per plot berbunga sebanyak 75 %.
• Bobot 100 biji per tanaman
Tongkol dikeringkan sampai kadar air 18% dan dipipil lalu secara acak diambil
100 biji per tanaman dan ditimbang. Kadar air diukur dengan menggunakan alat moisture
tester.
• Bobot brangkasan kering (gr)
• Produksi per tanaman
Tongkol dipipil setelah dikeringkan. Produksi pipilan kering per tanaman
ditimbang.
• Nilai indeks panen
Nilai indeks panen dihitung dengan membagikan bobot biji pipilan kering per
tanaman dengan bobot brangkasan kering per tanaman.
Nilai indeks panen =
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
- Tinggi tanaman (cm)
Tinggi jagung umur 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 MST pada sistem jarak tanam
dan jumlah tanaman per lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman jagung (cm) umur 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 MST pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
Waktu
Pengamatan Sistem Jarak Tanam
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Rataan
Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi jagung umur 2
hingga 8 MST.
Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi
jagung umur 6 MST tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi jagung umur 2, 3,
4, 5, 7 dan 8 MST. Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap
tinggi jagung umur 6 MST. Tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan dua
per lubang tanam sebesar 189,02 cm yang berbeda nyata dengan tiga per lubang,
tetapi tidak berbeda nyata dengan satu per lubang tanam.
Tidak ada interaksi antara sistem jarak tanam dengan jumlah tanaman per
lubang tanam terhadap tinggi jagung.
Hubungan tinggi tanaman jagung dengan perlakuan jumlah tanaman per
lubang tanam umur 6 MST ditampilkan pada Gambar 2.
- Diameter batang (mm)
Diameter batang jagung umur 4, 6, dan 8 MST pada sistem jarak tanam
dan jumlah tanaman per lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan diameter batang (mm) tanaman jagung umur 4, 6 dan 8 MST pada
perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
Waktu Pengamatan
Sistem Jarak Tanam
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Rataan
Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang
jagung umur 4 hingga 8 MST. Sedangkan jumlah tanaman per lubang tanam
berpengaruh nyata terhadap diameter batang jagung umur 4 hingga 8 MST.
Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap diameter
batang jagung umur 4 MST. Diameter batang tertinggi dijumpai pada perlakuan
satu per lubang tanam sebesar 16,39 mm yang berbeda nyata dengan dua per
lubang tanam dan tiga per lubang tanam. Jumlah tanaman per lubang tanam
berpengaruh nyata terhadap diameter batang jagung umur 6 MST. Diameter
batang tertinggi dijumpai pada perlakuan satu per lubang tanam sebesar 22,89 mm
Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap diameter batang
jagung umur 8 MST. Diameter batang tertinggi dijumpai pada perlakuan satu per
lubang tanam sebesar 24,26 mm yang berbeda nyata dengan dua per lubang tanam
dan tiga per lubang tanam.
Tidak ada interaksi antara sistem jarak tanam dengan jumlah tanaman per
lubang tanam terhadap diameter batang jagung.
Diameter batang tanaman jagung pada perlakuan jumlah tanaman per
lubang tanam umur 4, 6 dan 8 MST ditampilkan pada Gambar 3, 4 dan 5.
Gambar 3. Hubungan diameter batang jagung dengan perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam umur 4 MST
Gambar 4. Hubungan diameter batang jagung dengan perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam umur 6 MST
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
22,89
Gambar 5. Hubungan diameter batang jagung dengan perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam umur 8 MST
- Klorofil daun (unit/6mm3)
Klorofil daun jagung pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per
lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan klorofil daun tanaman jagung umur 8 MST pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
Sistem Jarak Tanam
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Rataan
Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap klorofil daun.
Sedangkan jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap klorofil
daun. Klorofil daun tertinggi dijumpai pada perlakuan satu per lubang tanam
sebesar 52,51 unit/6mm3 dan mempunyai perbedaan yang tidak signifikan
terhadap dua per lubang tanam dan tiga per lubang tanam.
Pada Tabel 3 diperlihatkan bahwa tidak ada interaksi antara sistem jarak
tanam dengan jumlah tanaman per lubang tanam terhadap klorofil daun jagung.
24,26
Hubungan klorofil daun jagung pada perlakuan jumlah tanaman per
lubang tanam ditampilkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan klorofil daun jagung dengan perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam
- Umur keluar rambut
Umur keluar rambut jagung pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman
per lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan umur keluar rambut tanaman jagung (hari) pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
Sistem Jarak Tanam
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Rataan
Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur keluar rambut. Umur
keluar rambut tertinggi dijumpai pada perlakuan sistem jarak tanam satu baris
yaitu 53,56 hari dan mempunyai perbedaan yang tidak nyata dengan sistem jarak
tanam dua baris dan segitiga. Sedangkan jumlah tanaman per lubang tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap umur keluar rambut.
52,51 51,22 48,99
Pada Tabel 4 diperlihatkan bahwa tidak ada interaksi antara sistem jarak
tanam dengan jumlah tanaman per lubang tanam terhadap umur keluar rambut.
Hubungan umur keluar rambut jagung pada perlakuan sistem jarak tanam
ditampilkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan umur keluar rambut jagung dengan perlakuan sistem jarak tanam
- Bobot 100 biji per tanaman (g)
Bobot 100 biji per tanaman pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman
per lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot 100 biji per tanaman (g) jagung pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
Sistem Jarak Tanam
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Rataan
Ket:Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Interaksi sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji per tanaman. Dalam sistem satu baris
bobot terbesar terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 31, 93 yang mempunyai
perbedaan tidak signifikan dengan dua per lubang tanam tetapi mempunyai
pengaruh yang nyata dengan tiga per lubang tanam. Pada sistem dua baris bobot
53,56 52,56 51,44
0 20 40 60
Satu Baris Dua Baris Segitiga
terbesar terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 29, 17 g yang tidak berbeda
nyata dengan dua dan tiga per lubang tanam. Pada sistem baris segitiga bobot
terbesar juga terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 31,37 g yang berbeda
tidak nyata dengan dua per lubang tanam tetapi berbeda nyata dengan tiga per
lubang tanam.
Hubungan bobot 100 biji per tanaman dengan kombinasi perlakuan sistem
jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ditampilkan pada Gambar 8
dan 9.
Gambar 8. Hubungan bobot 100 biji per tanaman dengan sistem jarak tanam pada jumlah tanaman yang berbeda
Gambar 9. Hubungan bobot 100 biji per tanaman dengan jumlah tanaman per
31,93
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
J1
J2
- Bobot brangkasan kering (g)
Bobot brangkasan kering pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per
lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot brangkasan kering (g) tanaman jagung pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
Sistem Jarak Tanam
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Rataan
Ket:Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Interaksi sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
berpengaruh nyata terhadap bobot brangksan kering. Dalam sistem satu baris
bobot terbesar terdapat pada dua per lubang tanam yaitu 371,60 g yang
mempunyai perbedaan tidak nyata dengan tiga per lubang tanam tetapi
mempunyai pengaruh yang nyata dengan satu per lubang tanam. Pada sistem dua
baris bobot terbesar terdapat pada tiga per lubang tanam yaitu 335,10 g yang
tidak berbeda nyata dengan dua dan tiga per lubang tanam. Pada sistem baris
segitiga bobot terbesar terdapat pada tiga per lubang tanam yaitu 317,40 g yang
berbeda tidak nyata dengan dua per lubang tanam tetapi berbeda nyata dengan
satu per lubang tanam.
Hubungan bobot brangkasan kering dengan kombinasi perlakuan sistem
jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ditampilkan pada Gambar 10
Gambar 10. Hubungan bobot brangkasan kering dengan sistem jarak tanam pada jumlah tanaman yang berbeda
Gambar 11. Hubungan bobot brangkasan kering dengan jumlah tanaman per lubang tanam pada berbagai sistem jarak tanam yang berbeda
Jumlah tanaman per lubang tanam
- Produksi per tanaman (g)
Produksi per tanaman pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per
lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan produksi per tanaman (g) jagung pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
Sistem Jarak Tanam
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Rataan
Ket:Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Interaksi sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman. Dalam sistem satu baris
produksi terbesar terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 156,37 g yang
mempunyai perbedaan tidak nyata dengan dua per lubang tanam tetapi
mempunyai perbedaan yang nyata dengan tiga per lubang tanam. Pada sistem dua
baris produksi terbesar terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 146,93 g yang
berbeda nyata dengan dua dan tiga per lubang tanam. Pada sistem baris segitiga
produksi terbesar juga terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 158, 30 g yang
berbeda tidak nyata dengan dua per lubang tanam tetapi berbeda nyata dengan tiga
Hubungan produksi per tanaman dengan kombinasi perlakuan sistem jarak
tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ditampilkan pada Gambar 12 dan
13.
Gambar 12. Hubungan produksi per tanaman dengan sistem jarak tanam pada jumlah tanaman yang berbeda
Gambar 13. Hubungan produksi per tanaman dengan jumlah tanaman per
156,37
Jumlah tanaman per lubang tanam
- Nilai indeks panen
Nilai indeks panen pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per
lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan nilai indeks panen tanaman jagung pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
Sistem Jarak Tanam
Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Rataan
Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap nilai indeks panen. Nilai
terbesar terdapat pada sistem segitiga yaitu 1,00 namun mempunyai perbedaan
yang tidak signifikan dengan dua baris dan satu baris.
Hubungan nilai indeks panen jagung pada perlakuan sistem jarak tanam
ditampilkan pada Gambar 14.
Gambar 14. Hubungan nilai indeks panen jagung pada perlakuan sistem jarak tanam
Satu Baris Dua Baris Segitiga
Nilai indeks panen berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman per lubang
tanam. Nilai terbesar terdapat pada tiga per lubang tanam yaitu 1,07 yang berbeda
nyata dengan satu per lubang tanam dan dua per lubang tanam.
Hubungan nilai indeks panen jagung pada perlakuan jumlah tanaman per
lubang tanam ditampilkan pada Gambar 15.
Gambar 15. Hubungan nilai indeks panen jagung pada perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam
Pembahasan
Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Sistem Jarak Tanam
Sistem jarak tanam mempengaruhi umur keluarnya rambut (bunga betina).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam (sistem
segitiga), semakin cepat keluar rambut (bunga betina). Hal ini mungkin
berhubungan dengan ketersediaan P dalam tanah, dimana diketahui bahwa P dapat
membantu mempercepat masa pembungaan (Mochamat Bintoro, 2000). Namun
hal ini tidak jelas diketahui karena seharusnya tanaman yang paling cepat
berbunga adalah pada sistem satu baris dimana kerapatannya lebih kecil
dibandingkan dengan yang lain. Dimana diketahui bahwa kerapatan tanaman
dapat mempengaruhi penyerapan unsur hara.
Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Tinggi tanaman menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah
tanaman per lubang tanam (6 MST). Jumlah tanaman dengan 2 per lubang tanam
menunjukkan tinggi tanaman yang tertinggi dibandingkan dengan 1 dan 3
tanaman per lubang tanam. Jumlah tanaman per lubang tanam juga menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap diameter batang. Perlakuan ini memberi pengaruh
yang nyata mulai dari umur 4 hingga 8 MST. Diameter batang tertinggi dijumpai
pada perlakuan satu tanaman per lubang tanam berturut-turut ke 2 dan 3 tanaman
per lubang tanam.
Jumlah tanaman per lubang tanam dapat mempengaruhi kerapatan
tanaman dimana akan terjadi persaingan dalam mengambil cahaya, CO2, angin
memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter (Barri, 2003). Hal ini juga
didukung oleh Maddonni (2006) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah
tanaman per lubang tanam dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman, tetapi
dapat menurunkan bobot biji.
Jumlah tanaman per lubang tanam dapat mempengaruhi kandungan
klorofil dalam daun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin rapat
tanaman (3 tanaman per lubang tanam), maka semakin rendah klorofil daun dan
semakin meningkat dengan berkurangnya jumlah tanaman per lubang tanam
(2 dan 1). Pada umumnya klorofil daun digunakan untuk mengukur N dalam
tanaman. Semakin rendah klorofil daun berarti N yang dikandung semakin
rendah. Hal ini dapat terjadi karena adanya persaingan tanaman dalam merebutkan
hara. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin
tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan
cahaya (Liu, 2004).
Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam
Interaksi berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji per tanaman. Bobot
terbesar terdapat pada sistem jarak tanam satu baris dengan satu tanaman per
lubang tanam sebesar 31,93 g dan yang terkecil pada sistem segitiga dengan tiga
tanaman per lubang tanam sebesar 22,20 g. Hal ini masih berpengaruh dengan
kerapatan tanaman. Tanaman dengan jarak tanam yang lebih sempit yaitu sistem
segitiga (30 x 30 x 30 cm) dengan tiga per lubang tanam akan mempunyai daya
saing yang lebih ketat dibanding dengan sistem satu baris (60 x 30 cm) dengan
Interaksi berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi antara sistem dua baris dengan jumlah
tanaman 3/lubang tanam mempunyai produksi tertinggi (366,50 g) dan yang paling
rendah adalah interaksi antara sistem jarak tanam dua baris dengan jumlah
tanaman 1/lubang tanam (146,93 g). Hal ini sangat mungkin terjadi karena dengan
semakin banyaknya jumlah tanaman dan semakin sempit jarak tanam maka
produksi tanaman akan semakin besar. Hal ini didukung oleh Maddonni (2006)
yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanaman per lubang tanam,
maka jumlah tanaman per hektar akan semakin banyak dan hal ini dapat
meningkatkan jumlah produksi tanaman, tetapi dapat menurunkan bobot biji.
Diperkuat dengan pendapat Setyati (2002) yang menyatakan bahwa pada
umumnya, produksi yang tinggi per satuan luas akan dicapai dengan populasi
yang tinggi, akan tetapi, penampilan masing-masing tanaman secara individu
menurun karena persaingan terhadap cahaya dan faktor-faktor tumbuh lainnya.
Liu (2004) juga menyatakan bahwa jika peningkatan populasi masih di bawah
peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan tercapai pada populasi
yang lebih padat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Interaksi berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji per tanaman, bobot brangkasan
dan produksi per tanaman. Bobot 100 biji terbesar diperoleh pada kombinasi sistem
jarak tanam satu baris dengan satu tanaman per lubang tanam yaitu sebesar 31,93 g.
Bobot brangkasan terbesar diperoleh pada kombinasi sistem jarak tanam satu baris
dengan dua tanaman per lubang tanam yaitu sebesar 371,60 g. Produksi tanaman
terbesar diperoleh pada kombinasi sistem jarak tanam segitiga dengan dua tanaman
per lubang tanam yaitu sebesar 366,50 g.
2. Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur keluar rambut dan nilai indeks
panen. Umur keluar rambut tercepat diperoleh pada perlakuan sistem jarak tanam
segitiga. Nilai indeks panen terbesar diperoleh pada perlakuan sistem jarak tanam
segitiga.
3. Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
6 MST, diameter batang 4, 6 dan 8 MST, klorofil daun dan nilai indeks panen. Tinggi
tanaman yang tertinggi diperoleh pada perlakuan dua tanaman per lubang tanam yaitu
sebesar 189,02 cm. Diameter batang terbesar umur 4, 6 dan 8 MST diperoleh pada
perlakuan satu tanaman per lubang tanam. Klorofil daun terbesar diperoleh pada
perlakuan satu tanaman per lubang tanam. Nilai indeks panen terbesar diperoleh pada
perlakuan tiga tanaman per lubang tanam.
Saran
Untuk meningkatkan produksi, disarankan untuk menanam jagung dengan sistem
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Barbieri, P.A., H.R.S. Rozas, F.H. Andrade and H.E. Echeverria. 2000. Soil Management; Row Spacing Effects at Different Levels of Nitrogen Availability in Maize. Agron. J. 92:283-288.
Barri, N. L. 2003. Peremajaan Kelapa Berbasis Usahatani Polikultur Penopang Pendapatan Petani Berkelanjutan. Makalah falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Desember 2003. Diakses 15 Mei 2008.
Business Director PT Du Pont Indonesia. 2008. Sumber: Andy Gumala.
Chikoye, D., U.E. Udensi and S. Ogunyemi. 2005. Integrated Management of Cogongrass (Imperata cyliandrica L. Rauesch) in Corn Using Tillage, Glyphosate, Row Spacing, Cultivar, and Cover Cropping. Agron. J. 97:1164-1171.
Cox, W.J., D.R. Cherney and J.J. Hanchar. 2006. Row Spacing, hybrid, and Plant Density Effects on Corn Silage Yield and Quality. J. Prod. Agric. 11:128-134. In Row Spacing, Plant Density and Hybrids Effects on Corn Grain Yield and Moisture. 2001. Agron. J. 93:1049-1053.
Effendi, S. 1984. Bercocok Tanam Jagung. CV. Yasaguna. Jakarta. 94 hal.
Efrain, P. 2008. Analisis Pengaruh Dosis Pupuk Urea Terhadap Produktivitas Jagung Hibrida P-21. Dikutip dari: Diakses tanggal 17 April 2009.
Liu, W., M. Tollenaar, G. Stewart and W. Deen. 2004. Within-Row Plat Spacing Variability Does Not Effect Corn Yield. Agron. J. 96:275-280.
Maddonni, G.A., A.G. Cirilo and M.E. Otegui. 2006. Row Width and Maize Grain Yield. Agron. J. 98:1532-1543.
Pederson, P. and J.G. Lauer. 2003. Corn and Soybean Response to Rotation Sequence, Row Spacing and Tillage System. Agron. J. 95:965-971.
Purwono dan Rudi, H. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1988. Jagung Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Setyati, S., H. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Hal. 168-169.
Stalcup, L. 2008. Twin Rows Help Boost Yields: Stil, The Jury’s Out on Whether Twin Rows are Always Profitable. Corn and Soybean Digest; Jan 2008; 68,1; ABI/Inform Trade and Industry. Pg. 6.
Sudaryono. 1998. Teknologi produksi Jagung. Dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya nasional jagung. Balitjas. Maros.
Sudika. 2007. Upaya Peningkatan Daya Hasil Tanaman Jagung Di Lahan Kering
Melalui Perbaikan Genetik dan Lingkungan.
Sumber:http://www.unram.ac.id.
Suprapto H.S. dan Marzuki, A. R., 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lampiran 1. Deskripsi jagung varietas Pioneer 23
Nama varietas : Pioneer 23
Golongan : Hibrida
Umur : 50% keluar rambut + 55 hari panen 100 –
110 hari
Batang : Tegak dan kokoh
Daun : Panjang dan lebar
Tongkol : Cukup besar dan silinder
Warna daun : Hijau tua
Warna biji : Kuning, kadang-kadang terdapat 2-3 biji Berwarna putih pada satu tongkol
Kedudukan tongkol : Di bawah pertengahan tinggi tanaman (74 cm)
Bentuk biji : Mutiara
Kelobot : Menutup tongkol dengan baik
Perakaran : Baik
Baris biji : Lurus dan rapat
Jumlah baris/tongkol : 14-16 baris Kebutuhan benih/Ha : 10 kg/ha
Bobot 1000 biji : 301 gram
Rata-rata hasil : 7-9 ton/ha pipilan kering Potensi hasil : 10-12 ton/ha pipilan kering
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhadap penyakit : Cukup tahan terhadap bulai
(Sclerospora maydis), karat dan bercak daun