• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Sistem Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Sistem Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG

(Zea mays L.) VARIETAS PIONEER 23 TERHADAP

SISTEM JARAK TANAM DAN JUMLAH

TANAMAN PER LUBANG TANAM

SKRIPSI

OLEH :

JOJOR CINTA BAKKARA

040301047

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG

(Zea mays L.) VARIETAS PIONEER 23 TERHADAP

SISTEM JARAK TANAM DAN JUMLAH

TANAMAN PER LUBANG TANAM

SKRIPSI

OLEH :

JOJOR CINTA BAKKARA

040301047/BDP – AGR

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

JOJOR C. BAKKARA: Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Sistem Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam, dibimbing oleh Ir. MARIATI, MSc dan Ir. Hj. SABAR GINTING, MS.

Permintaan jagung di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya diperlukan peningkatan produksi. Salah satu cara yang mungkin dilakukan yaitu dengan mengatur sistem jarak tanam dan penambahan jumlah tanaman per lubang tanam. Telah dilakukan penelitian di lahan Masyarakat Tanjung Sari (±25 mdpl) pada September 2009 sampai Januari 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan 2 faktor. Faktor perlakuan pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam yaitu satu baris (60 cm x 30 cm), dua baris (60 cm x 30 cm; 30 cm x 30 cm) dan baris segitiga (30 cm x 30 cm x 30 cm). Faktor perlakuan kedua sebagai anak petak adalah jumlah tanaman per lubang tanam yaitu 1/lubang tanam, 2/lubang tanam dan 3/lubang tanam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur keluar rambut, bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan, produksi/tanaman dan nilai indeks panen, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang dan klorofil daun. Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST, diameter batang 4, 6, 8 MST, klorofil daun, bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan, produksi/tanaman dan nilai indeks panen, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, 4, 5, 7, 8 MST dan umur keluar rambut. Interaksi berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan dan produksi/tanaman, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, klorofil daun, umur keluar rambut dan nilai indeks panen.

(4)

ABSTRACT

JOJOR C. BAKKARA: Growth and Production Respons of Maize Pioneer 24 Variety to the Plant Distance System and the Number of Plant Per Hole, supervisioned by Ir. MARIATI, MSc and Ir. Hj. SABAR GINTING, MS.

In Indonesia, the demand of maize increases year by year. To supply the demand need increase in production. One of several possible ways is organizing the system of planting distance and increasing the number of plant per planting hole. A research program has been done in Tanjung Sari Farm Area (±25m above sea level) during September 2009 until January 2010. The research has been implemented a Split Plot Design with 2 factors. The first is a mainframe of one row space system (60 cm x 60 cm), two rows space (60 cm x 30 cm; 30 cm x 30 cm), and triangle rows (30 cm x 30 cm x 30 cm). The second one is subordinate of sum of plants by the planted hole, 1/ planted hole, 2/ planted hole and 3/ planted hole.

The results of the research shown, the plant distance system significantly effects the age of grown hair, weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, harvest index, but it was not significantly effects to the height of plant, the diameter of stem and leaf chlorofill. Number of plant per hole significantly effects to the plant height of 6 MST, stem diameter of 4, 6 and 8 MST, leaf chlorofill, weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, harvest index and it was not effects to the plant height of 2, 3, 4, 5, 7, 8 MST, age of grown hair. The interaction significantly effects to the weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, and it was not significantly effects to height of plant,diameter of stem, leaf chlorofill, age of grown hair, harvest index.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Jojor Cinta Bakkara, lahir di Tarutung, Kecamatan Tarutung, Kabupaten

Tapanuli Utara, pada tanggal 18 Juni 1986. Anak Keempat dari tujuh bersaudara

dari pasangan Bapak D. Bakkara (Alm.) dan Ibu N. Hutabarat.

Selama menjalani pendidikan, penulis bertempat tinggal di Desa Perumnas

Simalingkar, Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang. Adapun pendidikan yang

pernah ditempuh hingga saat ini adalah pendidikan dasar di SD Negeri 04

Tarutung lulus tahun 1998, Pendidikan Menengah Pertama di SLTP Negeri 04

Tarutung lulus tahun 2001, Pendidikan Menengah Atas di SMU Negeri 01

Tarutung lulus tahun 2004 dan terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi

Agronomi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten di

laboratorium Budidaya Tanaman Semusim I (Pangan), Dasar Ilmu Hortikultura,

Budidaya Tanaman Hortikultura Sayur-sayuran, dan Budidaya Tanaman

Leguminosae.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Periode Juni 2008

sampai dengan Juli 2008 di PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Gambus,

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan atas segala kebaikan,

anugrah dan pertolongan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23

Terhadap Sistem Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada Ibu Ir. Mariati, MSc selaku ketua komisi pembibing dan Ibu. Ir. Hj. Sabar

Ginting, MS selaku anggota yang telah banyak memberikan masukan dan arahan

kepada Penulis selama melakukan penelitian ini hingga penyelesaian penulisan

skripsi ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya Penulis juga ucapkan kepada Ibunda

tercinta (N. Hutabarat) yang selalu mendukung, memotivasi, dan mendoakan

Penulis selama ini, Ayahanda tercinta (Alm. D. Bakkara) yang semasa hidupnya

telah berusaha memberikan yang terbaik pada Penulis. Kakak-kakak (Delta,

Netty, Mei, Benny, Edo) dan Adik-adik yang tercinta (Ronald, Udur, Cahaya,

Polkon) terkhusus buat Udur yang telah sangat banyak membantu. Kepada

sahabat-sahabatku (Yessy, Adifa, Bosco, Rimember, Eko) terkhusus buat Bosco

dan Rimember. Terima kasih juga buat Frans Panjaitan, Sony, Diana dan seluruh

BDP Stambuk ’04 atas segala doa, perhatian sehingga Penulis dapat

menyelesaikan pendidikan ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu

Penulis menerima kritik dan saran yang dapat memberikan perbaikan bagi skripsi

ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. Sekian dan terima kasih.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung ... 4

Akar ... 4

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian... 10

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 13

Penyiapan Benih ... 13

(8)

Pemeliharaan Tanaman ... 14

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 15

Panen ... 15

Pengeringan dan Pemipilan ... 15

Parameter ... 16

Tinggi Tanaman (cm) ... 16

Diameter Batang (mm) ... 16

Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3) ... 16

Umur Berbunga (Bunga Betina) (hari) ... 16

Bobot 100 Biji Per Tanaman Sampel (g) ... 16

Bobot Brangkasan Kering (g) ... 17

Produksi Per Tanaman (g) ... 17

Nilai Indeks Panen ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18

Tinggi Tanaman (cm) ... 18

Diameter Batang (mm) ... 20

Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3) ... 21

Umur Keluar Rambut (hari)... 22

Bobot 100 Biji Per Tanaman Sampel (g) ... 24

Bobot Brangkasan Kering (g) ... 26

Produksi Per Tanaman (g) ... 29

Nilai Indeks Panen ... 31

Pembahasan ... 33

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Sistem Jarak Tanam ... 33

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam ... 33

(9)

DAFTAR TABEL

1. Rataan tanggap tinggi tanaman (cm) jagung umur 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 MST terhadap sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 18

2. Rataan tanggap diameter batang (mm) jagung umur 4, 6 dan 8 MST terhadap sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 20

3. Rataan tanggap klorofil daun (unit/6 mm3) jagung umur 8 MST terhadap sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 21

4. Rataan tanggap umur keluar rambut jagung (hari) terhadap sistem. jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 22

5. Rataan tanggap bobot 100 biji per tanaman (g) terhadap sistem jarak. tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 24

6. Rataan tanggap bobot brangkasan kering (g) terhadap sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 26

7. Rataan tanggap produksi per tanaman (g) terhadap sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 29

(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan sistem jarak tanam ... 14

2. Tanggap tinggi jagung (cm) umur 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 MST terhadap

jumlah tanaman per lubang tanam ... 19

3. Tanggap diameter batang jagung (mm) umur 4, 6 dan 8 MST terhadap

jumlah tanaman per lubang tanam ... 21

4. Tanggap klorofil daun (unit/6 mm3) terhadap jumlah tanaman per

lubang tanam ... 22

5. Tanggap umur keluar rambut (hari) terhadap sistem jarak tanam ... 23

6. Tanggap bobot 100 biji per tanaman (g) terhadap sistem jarak tanam ... 24

7. Tanggap bobot 100 biji per tanaman (g) terhadap jumlah tanaman per

lubang tanam ... 25

8. Tanggap bobot 100 biji per tanaman (g) terhadap jumlah tanaman per

lubang tanam ... 26

9. Tanggap bobot brangkasan kering (g) terhadap sistem jarak tanam ... 27

10. Tanggap bobot brangkasan kering (g) terhadap jumlah tanaman per

lubang tanam ... 27

11. Tanggap bobot brangkasan kering (g) terhadap interaksi sistem jarak

tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 28

12. Tanggap produksi per tanaman (g) terhadap sistem jarak tanam ... 29

13. Tanggap produksi per tanaman (g) terhadap jumlah tanaman per lubang tanam ... 30

14. Tanggap produksi per tanaman (g) terhadap interaksi sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ... 31

15. Tanggap nilai indeks panen terhadap sistem jarak tanam ... 32

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Deskripsi jagung varietas Pioneer 23 ... 39

2. Bagan lahan ... 40

3. Bagan tata letak tanaman ... 41

4. Rencana kegiatan penelitian ... 42

5. Rataan tinggi tanaman (cm) 2 MST ... 43

6. Sidik ragam tinggi tanama (cm) 2 MST ... 43

7. Rataan tinggi tanaman (cm) 3 MST ... 44

8. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 3 MST ... 44

9. Rataan tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 45

10. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 45

11. Rataan tinggi tanaman (cm) 5 MST ... 46

12. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 5 MST ... 46

13. Rataan tinggi tanaman (cm) 6 MST ... 47

14. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 6 MST ... 47

15. Rataan tinggi tanaman (cm) 7 MST ... 48

16. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 7 MST ... 48

17. Rataan tinggi tanaman (cm) 8 MST ... 49

18. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 8 MST ... 49

19. Rataan diameter batang (mm) 4 MST ... 50

20. Sidik ragam diameter batang (mm) 4 MST ... 50

21. Rataan diameter batang (mm) 6 MST ... 51

22. Sidik ragam diameter batang (mm) 6 MST ... 51

23. Rataan diameter batang (mm) 8 MST ... 52

24. Sidik ragam diameter batang (mm) 8 MST ... 52

25. Rataan klorofil daun (unit/6 mm3) ... 53

26. Sidik ragam klorofil daun (unit/6 mm3) ... 53

27. Rataan umur keluar rambut (hari) ... 54

28. Sidik ragam umur keluar rambut (hari) ... 54

29. Rataan bobot 100 biji per tanaman (g) ... 55

30. Sidik ragam bobot 100 biji per tanaman (g) ... 55

31. Rataan bobot brangkasan kering (g) ... 56

32. Sidik ragam bobot brangkasan kering (g) ... 56

33. Rataan produksi per tanaman (g) ... 57

34. Sidik ragam produksi per tanaman (g) ... 57

35. Rataan nilai indeks panen ... 58

36. Sidik ragam nilai indeks panen ... 58

37. Data hasil analisis tanah ... 59

38. Foto tongkol jagung per plot ... 60

39. Foto sampel per plot ... 61

40. Umur tanaman 2 MST (08/10) ... 62

41. Umur tanaman 3 MST (15-10) ... 63

42. Umur tanaman 4 MST (22/10) ... 64

43. Umur tanaman 5 MST (29/10) ... 65

(12)

ABSTRAK

JOJOR C. BAKKARA: Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Sistem Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam, dibimbing oleh Ir. MARIATI, MSc dan Ir. Hj. SABAR GINTING, MS.

Permintaan jagung di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya diperlukan peningkatan produksi. Salah satu cara yang mungkin dilakukan yaitu dengan mengatur sistem jarak tanam dan penambahan jumlah tanaman per lubang tanam. Telah dilakukan penelitian di lahan Masyarakat Tanjung Sari (±25 mdpl) pada September 2009 sampai Januari 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan 2 faktor. Faktor perlakuan pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam yaitu satu baris (60 cm x 30 cm), dua baris (60 cm x 30 cm; 30 cm x 30 cm) dan baris segitiga (30 cm x 30 cm x 30 cm). Faktor perlakuan kedua sebagai anak petak adalah jumlah tanaman per lubang tanam yaitu 1/lubang tanam, 2/lubang tanam dan 3/lubang tanam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur keluar rambut, bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan, produksi/tanaman dan nilai indeks panen, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang dan klorofil daun. Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST, diameter batang 4, 6, 8 MST, klorofil daun, bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan, produksi/tanaman dan nilai indeks panen, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, 4, 5, 7, 8 MST dan umur keluar rambut. Interaksi berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji/tanaman, bobot brangkasan dan produksi/tanaman, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, klorofil daun, umur keluar rambut dan nilai indeks panen.

(13)

ABSTRACT

JOJOR C. BAKKARA: Growth and Production Respons of Maize Pioneer 24 Variety to the Plant Distance System and the Number of Plant Per Hole, supervisioned by Ir. MARIATI, MSc and Ir. Hj. SABAR GINTING, MS.

In Indonesia, the demand of maize increases year by year. To supply the demand need increase in production. One of several possible ways is organizing the system of planting distance and increasing the number of plant per planting hole. A research program has been done in Tanjung Sari Farm Area (±25m above sea level) during September 2009 until January 2010. The research has been implemented a Split Plot Design with 2 factors. The first is a mainframe of one row space system (60 cm x 60 cm), two rows space (60 cm x 30 cm; 30 cm x 30 cm), and triangle rows (30 cm x 30 cm x 30 cm). The second one is subordinate of sum of plants by the planted hole, 1/ planted hole, 2/ planted hole and 3/ planted hole.

The results of the research shown, the plant distance system significantly effects the age of grown hair, weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, harvest index, but it was not significantly effects to the height of plant, the diameter of stem and leaf chlorofill. Number of plant per hole significantly effects to the plant height of 6 MST, stem diameter of 4, 6 and 8 MST, leaf chlorofill, weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, harvest index and it was not effects to the plant height of 2, 3, 4, 5, 7, 8 MST, age of grown hair. The interaction significantly effects to the weight of 100 seed/plants, weight of dry crown, production/plant, and it was not significantly effects to height of plant,diameter of stem, leaf chlorofill, age of grown hair, harvest index.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selai

sebagai alternative sumber pangan. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga

ditanam sebagai

pertambahan penduduk, mengakibatkan permintaan jagung di dalam negeri terus

meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya, diperlukan langkah peningkatan

produksi jagung

Menurut Badan Pusat Statistika, produksi jagung tahun 2008 diperkirakan

sebesar 14,85 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2007 terjadi kenaikan

sebanyak 1,57 juta ton atau sebesar 11,79%, kenaikan produksi jagung diperkirakan

terjadi karena peningkatan luas panen seluas 178,67 ribu hektar (4,92%) dan naiknya

produktivitas lahan sebesar 2,40 kuintal per hektar (6,56%) (BPS, 2009).

Peningkatan produktivitas lahan ini dapat terealisasi dengan program peningkatan

hibridisasi di Indonesia. Jenis jagung varietas hibrida mempunyai keunggulan dapat

menghasilkan produksi 3 kali lebih banyak dibandingkan jenis varietas komposit.

Varietas komposit per hektar menghasilkan 2,5 – 3 ton pipilan kering, sementara hibrida

dapat mencapai 8 - 10 ton pipilan kering per hektar, oleh sebab itu para ahli selalu

berusaha mengeluarkan varietas-varietas hibrida yang baru yang dapat meningkatkan

produksi. Salah satunya adalah jagung varietas Pioneer 23 dengan potensi hasil mencapai

10-12 ton pipilan kering/ha (DuPont, 2008).

Pengaturan jarak tanam pada suatu areal tanah pertanian juga dapat

mempengaruhi produksi jagung. Setyati (2002), mengatakan bahwa jarak tanam

mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara,

(15)

adalah satu baris, namun saat ini telah dikenal sistem pertanaman dua baris karena

ternyata mampu memberikan hasil yang lebih besar (Stalcup, 2008). Baris segitiga juga

menjadi perhatian petani untuk meningkatkan produksi per satuan lahan. Populasi yang

lebih banyak pada baris segitiga meningkatkan produksi berkisar 8,98% dibandingkan

satu baris dan 4,59% dengan dua baris (Cox et al, 2006).

Pada umumnya, para petani menanam 1 tanaman per lubang tanam untuk jarak

tanam yang sempit dan 2 tanaman per lubang tanam untuk jarak tanam yang lebar, agar

tanaman tidak bersaing dalam mengambil air, hara, dan cahaya matahari (Purwono dan

Rudi, 2007). Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian, yang

memungki nkan dapat meningkatkan produksi jagung, yaitu dengan sistem jarak tanam

tertentu akan menanam 1, 2, dan 3 tanaman per lubang .Penelitian ini berjudul tanggap

pertumbuhan dan produksi jagung (zea mays l.) varietas pioneer 23 terhadap sistem jarak

tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui tanggap pertumbuhan dan produksi

jagung (zea mays l.) varietas pioneer 23 terhadap sistem jarak tanam dan jumlah

tanaman per lubang tanam.

Hipotesis Penelitian

1. Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi

jagung (Zea mays L.) varietas Pioneer 23.

2. Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan

produksi jagung (Zea mays L.) varietas Pioneer 23.

3. Interaksi sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh

nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas

(16)

Kegunaan Penelitian

- Untuk mendapatkan informasi tentang jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang

tanam yang mampu memberikan pertumbuhan dan produksi jagung yang optimal

agar dapat diterapkan oleh masyarakat.

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tanaman Jagung

- Akar

Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar

seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar

yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan

melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah. Akar adventif adalah akar

yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10

buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi

serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup

jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Akar kait atau

penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas

permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap

tegak dan mengatasi rebah batang. (Effendi, 1984).

- Batang

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk

silindris dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku. Pada buku terdapat tunas yang

berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol

yang produktif .

- Daun

Jumlah daun umumnya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya

(18)

daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah

beriklim sedang (temperate) (Suprapto dan Marzuki, 2002).

- Bunga

Jagung disebut tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan

dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Tanaman jagung adalah protandri, di

mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari

sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Penyerbukan pada jagung terjadi

bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol (putik). Hampir

95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain (serbuk silang)

dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri (serbuk sendiri), oleh

karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop).

Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari bergantung pada varietas, suhu, dan

kelembaban (Sudaryono, 1998).

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.

Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada

bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang

terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang

jumlahnya selalu genap (Suprapto dan Marzuki, 2002).

Syarat Tumbuh

- Iklim

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan

lingkungan yang terlalu ketat. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara

(19)

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di

daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah

dengan ketinggian optimum antara 0 - 600 m dpl merupakan ketinggian yang baik

bagi pertumbuhan tanaman jagung. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk

pertumbuhan terbaiknya antara 27-32 0C (Warisno, 1998).

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.

Intensitas sinar matahari sangat penting bagi tanaman, terutama dalam masa

pertumbuhan. Sebaiknya tanaman jagung mendapatkan sinar matahari langsung,

dengan demikian, hasil yang akan diperoleh akan maksimal. Tanaman jagung

yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat atau merana, produksi biji yang

dihasilkan pun kurang baik.

Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak,

terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga dan saat pengisian biji.

Pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan

selama masa pertumbuhan.

- Tanah

Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol (berasal dari

gunung berapi), Latosol dan Grumosol. Tanah bertekstur lempung atau liat

berdebu (Latosol) merupakan jenis tanah terbaik untuk pertumbuhan tanaman

jagung. Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur,

gembur dan kaya humus.

Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara

(20)

tumbuh maksimal karena keracunan ion aluminium (Warisno, 1998). Kandungan

P dalam jaringan tanaman dapat mempercepat masa berbunga tanaman Mochamat

Bintoro (2000).

Kesuburan tanah banyak dihubungkan orang dengan keadaan lapisan

olahnya (top soil). Pada lapisan ini, biasanya sistem perakaran tanaman

berkembang dengan baik, untuk itu, pengolahan tanah sebelum penanaman dan

pengolahan tanah pada waktu pemeliharaan tanaman memegang peran penting

bagi suburnya tanaman. Pada pengolahan tanah, perbandingan kandungan zat

padat, cair dan udara di dalam lapisan olah menjadikan tanah gembur dan

menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman.

Sistem Jarak Tanam

Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar

tanaman, hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan

unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman. Pada umumnya, produksi yang tinggi per satuan luas akan

dicapai dengan populasi yang tinggi, akan tetapi, penampilan masing-masing

tanaman secara individu menurun karena persaingan terhadap cahaya dan

faktor-faktor tumbuh lainnya (Setyati, 2002).

Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk

mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak

tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman

mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal

(21)

populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan

tercapai pada populasi yang lebih padat.

Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara

yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang

pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan

dan produksi jagung (Barri, 2003). Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan

produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji

(Maddonni, 2006). Sedangkan menurut Liu (2004) variasi jarak tanam

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, indeks luas daun,

indeks panen serta jumlah tongkol namun berpengaruh nyata terhadap produksi

per ha.

Menurut Purwono dan Rudi (2005), umur tanaman berkaitan dengan jarak

tanam. Tanaman berumur sedang, jarak tanamnya adalah 75 x 25 cm dengan satu

tanaman per lubang, sedangkan untuk jagung berumur genjah, jarak tanamnya

50 x 20 cm dengan satu tanaman per lubang.

Penyebab perbedaan hasil dari pengaruh jarak tanam terhadap

pertumbuhan dan produksi jagung belum diketahui secara pasti. Menurut Barbieri

(2000), faktor iklim mempengaruhi produksi jagung pada jarak tanam yang

berbeda. Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan produksi

jagung lebih tinggi pada jarak yang lebih sempit. Tetapi, menurut Westgate

(1997) jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung karena

(22)

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Jarak tanam berpengaruh terhadap jumlah tanaman per lubang tanam,

jarak tanam yang sempit (50 cm x 20 cm) sebaiknya 1 tanaman per lubang tanam

sedangkan jarak tanam yang lebar (100 cm x 40 cm) dapat ditanami 2 tanaman per

lubang tanam (Purwono dan Rudi, 2007).

Kerapatan tanaman per hektar dapat didekati dengan pengaturan jarak

tanam dan jumlah tanaman per lubang. Jarak tanam optimal untuk setiap jenis

tanaman untuk setiap daerah, berbeda-beda akibat perbedaan tingkat kesuburan

tanah, curah hujan dan cahaya serta umur panen (Setyati, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Sudika (2007) pada tanaman jagung varietas

Arjuna, jarak tanam 70 cm x 25 cm dengan dua tanaman per lubang dapat

memberikan hasil yang paling tinggi yakni 23,808 kg/plot (7,086 t/ha)

dibandingkan dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm dengan 1 tanaman per lubang

tanam (4,631 t/ha) dan 80 cm x 25 cm dengan 1 tanaman per lubang tanam

(3,474 t/ha).

Semakin banyak jumlah tanaman per lubang tanam, maka jumlah tanaman

per hektar akan semakin banyak dan hal ini dapat meningkatkan jumlah produksi

(23)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Lahan Masyarakat Tanjung Sari pada

ketinggian tempat 25 m dpl. Penelitian dilakukan pada September 2009 sampai

Januari 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas

Pioneer 23 (Lampiran 1), Nitrogen (Urea), Posfor (TSP), Kalium (KCl),

insektisida (Decis 2,5 EC), fungisida (Dithane M-45).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, knapsack,

meteran, timbangan, tugal, pacak sampel, label, tali plastik, ember, pisau, plakat

nama, alat tulis dan kalkulator serta peralatan lain yang mendukung pelaksanaan

penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) Faktorial

dengan dua faktor perlakuan, yaitu :

Faktor I: Sistem Jarak Tanam (J) sebagai main plot 3 perlakuan :

J1 = Sistem satu baris (60 cm x 30 cm)

J2 = Sistem dua baris (60 cm x 30 cm, jarak dengan baris berikutnya

30 x 30cm)

J3 = Sistem baris segitiga ( 30 cm x 30 cmx 30 cm, jarak dengan baris

(24)

Faktor II: Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam (B) sebagai sub plot dengan 3

perlakuan yaitu:

B1 = 1 tanaman per lubang tanam

B2 = 2 tanaman per lubang tanam

B3 = 3 tanaman per lubang tanam

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu :

J1B1 J1B2 J1B3

J2 B1 J2B2 J2B3

J3B1 J3B2 J2B3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 9 plot

Jumlah plot seluruhnya : 27 plot

Ukuran main plot : 980 cm x 275 cm

Ukuran sub plot : 300 cm x 275 cm

Jarak antar main plot : 60 cm

Jarak antar sub plot : 40 cm

Jarak antar blok : 100 cm

Ukuran lahan : 32 m x 10 m

Jumlah tanaman sampel per plot : 6 tanaman

(25)

Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yijk = µ + ρi + αj + dij + βk + (αβ)jk + εijk

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok i akibat sistem jarak tanam perlakuan

ke-j dan ke-jumlah tanaman per lubang tanam perlakuan ke-k

µ : Nilai tengah

ρi : Pengaruh blok ke-i

αj : Pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j

dij : Galat pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j

βk : Pengaruh jumlah tanaman per lubang tanam perlakuan ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi sistem jarak tanam perlakuan ke-j dengan jumlah

tanaman per lubang tanam perlakuan ke-k

εijk : Galat percobaan pengaruh jumlah tanaman per lubang tanam perlakuan

ke-k

Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji beda rataan berdasarkan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

- Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk penelitian diolah dengan menggunakan cangkul

dengan kedalaman olah tanah 15-25 cm. Pengolahan dilakukan hingga tanah menjadi

gembur, rata dan bersih dari sisa-sisa gulma dan perakaran. Dibuat plot-plot penelitian

(26)

- Penyiapan Benih

Benih yang digunakan adalah benih jagung varietas pioneer 23. Sebelumnya

benih ini telah direndam dalam larutan Rhidomi untuk mencegah serangan penyakit bulai.

- Penanaman

Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3-5 cm. Jarak antar lubang

ditentukan sesuai dengan perlakuan pola tanam. Pada sistem satu baris menggunakan

jarak tanam 60 cm x 30 cm, sistem dua baris menggunakan jarak 30 cm x 30 cm,

sedangkan pada sistem baris segitiga berjarak 30 cm x 30 x 30 cm (Gambar 1). Jumlah

tanaman per lubang tanam ditentukan sesuai dengan perlakuan, yaitu 1 tanaman/lubang

tanam, 2 tanaman/lubang tanam dan 3 tanaman/lubang tanam.

a b c

Gambar 1. Bagan sistem jarak tanam: a. satu baris, b. dua baris, c. baris segitiga

(ket = 30 cm, = 60 cm)

- Pemeliharaan Tanaman

Penjarangan

Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Penjarangan dilakukan

dengan memotong bibit jagung.

Pemupukan

Pupuk yang diberikan yaitu 135 Kg N/Ha, 36 Kg P2O5/Ha dan 25 Kg K2O/Ha

(Warisno, 1998). Dosis pemupukan dikonversikan dalam 300 Kg Urea/Ha, 100 Kg

SP-36/ Ha dan 50 Kg KCl. Pemberian Nitrogen dibagi atas dua tahap, dimana diberikan 1/2

(27)

bagian dari dosis pada masing-masing tahap berturut-turut pada umur 12 hari, umur 50

hari. Sedangkan pupuk P dan K diberikan seluruhnya pada umur 12 hari. Pemupukan

dilakukan dengan cara larikan.

Penyiraman

Selama melakukan penelitian ini tidak pernah dilakukan penyiraman karena

curah hujan yang cukup tinggi (data curah hujan tahun 2009 terlampir).

Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan dilakukan secara manual

yaitu menggunakan tangan atau cangkul.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan untuk memperkokoh posisi batang sehingga tanaman

tidak mudah rebah. Adapun cara pembumbunan yaitu tanah di sebelah kanan dan kiri

barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.

Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama (belalang) dilakukan dengan menyemprotkan insektisida

Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 cc/L air. Pengendalian penyakit (jamur) dilakukan dengan

menyemprotkan Dithane M-45 dengan dosis 0,5 cc/L air. Pengendalian hama dan

penyakit dilakukan ketika tanaman berumur 6 MST.

- Panen

Jagung dipanen pada umur 110 hari setelah tanam yaitu saat warna kelobot telah

berubah warna menjadi kuning dan biji telah keras dan sesuai dengan deskripsi tanaman.

(28)

- Parameter

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga ujung daun tertinggi dengan

menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan umur 2 MST dengan interval satu

minggu sekali hingga muncul bunga jantan sebanyak 75 %.

Diameter batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.

Batang yang diukur diameternya adalah ruas yang terdekat dengan pangkal batang.

Pengukuran pertama dilakukan umur 4 MST dengan interval dua minggu sekali hingga

muncul bunga jantan sebanyak 75 %.

Jumlah klorofil daun

Jumlah klorofil daun dihitung dengan menggunakan alat pengukur klorofil

(klorofil meter). Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang paling tengah.

Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung daun lalu diratakan.

Pengukuran dilakukan pada saat tanaman telah berbunga 75% (umur 8 MST).

Umur keluar rambut (hari)

Umur keluar rambut ditentukan pada saat bunga betina tanaman muncul, yaitu

sejak bunga pertama keluar sampai dengan tanaman per plot berbunga sebanyak 75 %.

Bobot 100 biji per tanaman

Tongkol dikeringkan sampai kadar air 18% dan dipipil lalu secara acak diambil

100 biji per tanaman dan ditimbang. Kadar air diukur dengan menggunakan alat moisture

tester.

Bobot brangkasan kering (gr)

(29)

Produksi per tanaman

Tongkol dipipil setelah dikeringkan. Produksi pipilan kering per tanaman

ditimbang.

Nilai indeks panen

Nilai indeks panen dihitung dengan membagikan bobot biji pipilan kering per

tanaman dengan bobot brangkasan kering per tanaman.

Nilai indeks panen =

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

- Tinggi tanaman (cm)

Tinggi jagung umur 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 MST pada sistem jarak tanam

dan jumlah tanaman per lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman jagung (cm) umur 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 MST pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

Waktu

Pengamatan Sistem Jarak Tanam

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Rataan

(31)

Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi jagung umur 2

hingga 8 MST.

Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi

jagung umur 6 MST tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi jagung umur 2, 3,

4, 5, 7 dan 8 MST. Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap

tinggi jagung umur 6 MST. Tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan dua

per lubang tanam sebesar 189,02 cm yang berbeda nyata dengan tiga per lubang,

tetapi tidak berbeda nyata dengan satu per lubang tanam.

Tidak ada interaksi antara sistem jarak tanam dengan jumlah tanaman per

lubang tanam terhadap tinggi jagung.

Hubungan tinggi tanaman jagung dengan perlakuan jumlah tanaman per

lubang tanam umur 6 MST ditampilkan pada Gambar 2.

(32)

- Diameter batang (mm)

Diameter batang jagung umur 4, 6, dan 8 MST pada sistem jarak tanam

dan jumlah tanaman per lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan diameter batang (mm) tanaman jagung umur 4, 6 dan 8 MST pada

perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

Waktu Pengamatan

Sistem Jarak Tanam

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Rataan

Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang

jagung umur 4 hingga 8 MST. Sedangkan jumlah tanaman per lubang tanam

berpengaruh nyata terhadap diameter batang jagung umur 4 hingga 8 MST.

Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap diameter

batang jagung umur 4 MST. Diameter batang tertinggi dijumpai pada perlakuan

satu per lubang tanam sebesar 16,39 mm yang berbeda nyata dengan dua per

lubang tanam dan tiga per lubang tanam. Jumlah tanaman per lubang tanam

berpengaruh nyata terhadap diameter batang jagung umur 6 MST. Diameter

batang tertinggi dijumpai pada perlakuan satu per lubang tanam sebesar 22,89 mm

(33)

Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap diameter batang

jagung umur 8 MST. Diameter batang tertinggi dijumpai pada perlakuan satu per

lubang tanam sebesar 24,26 mm yang berbeda nyata dengan dua per lubang tanam

dan tiga per lubang tanam.

Tidak ada interaksi antara sistem jarak tanam dengan jumlah tanaman per

lubang tanam terhadap diameter batang jagung.

Diameter batang tanaman jagung pada perlakuan jumlah tanaman per

lubang tanam umur 4, 6 dan 8 MST ditampilkan pada Gambar 3, 4 dan 5.

Gambar 3. Hubungan diameter batang jagung dengan perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam umur 4 MST

Gambar 4. Hubungan diameter batang jagung dengan perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam umur 6 MST

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

22,89

(34)

Gambar 5. Hubungan diameter batang jagung dengan perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam umur 8 MST

- Klorofil daun (unit/6mm3)

Klorofil daun jagung pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per

lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan klorofil daun tanaman jagung umur 8 MST pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

Sistem Jarak Tanam

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Rataan

Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap klorofil daun.

Sedangkan jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap klorofil

daun. Klorofil daun tertinggi dijumpai pada perlakuan satu per lubang tanam

sebesar 52,51 unit/6mm3 dan mempunyai perbedaan yang tidak signifikan

terhadap dua per lubang tanam dan tiga per lubang tanam.

Pada Tabel 3 diperlihatkan bahwa tidak ada interaksi antara sistem jarak

tanam dengan jumlah tanaman per lubang tanam terhadap klorofil daun jagung.

24,26

(35)

Hubungan klorofil daun jagung pada perlakuan jumlah tanaman per

lubang tanam ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan klorofil daun jagung dengan perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam

- Umur keluar rambut

Umur keluar rambut jagung pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman

per lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan umur keluar rambut tanaman jagung (hari) pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

Sistem Jarak Tanam

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Rataan

Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur keluar rambut. Umur

keluar rambut tertinggi dijumpai pada perlakuan sistem jarak tanam satu baris

yaitu 53,56 hari dan mempunyai perbedaan yang tidak nyata dengan sistem jarak

tanam dua baris dan segitiga. Sedangkan jumlah tanaman per lubang tanam

berpengaruh tidak nyata terhadap umur keluar rambut.

52,51 51,22 48,99

(36)

Pada Tabel 4 diperlihatkan bahwa tidak ada interaksi antara sistem jarak

tanam dengan jumlah tanaman per lubang tanam terhadap umur keluar rambut.

Hubungan umur keluar rambut jagung pada perlakuan sistem jarak tanam

ditampilkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan umur keluar rambut jagung dengan perlakuan sistem jarak tanam

- Bobot 100 biji per tanaman (g)

Bobot 100 biji per tanaman pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman

per lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot 100 biji per tanaman (g) jagung pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

Sistem Jarak Tanam

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Rataan

Ket:Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Interaksi sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji per tanaman. Dalam sistem satu baris

bobot terbesar terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 31, 93 yang mempunyai

perbedaan tidak signifikan dengan dua per lubang tanam tetapi mempunyai

pengaruh yang nyata dengan tiga per lubang tanam. Pada sistem dua baris bobot

53,56 52,56 51,44

0 20 40 60

Satu Baris Dua Baris Segitiga

(37)

terbesar terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 29, 17 g yang tidak berbeda

nyata dengan dua dan tiga per lubang tanam. Pada sistem baris segitiga bobot

terbesar juga terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 31,37 g yang berbeda

tidak nyata dengan dua per lubang tanam tetapi berbeda nyata dengan tiga per

lubang tanam.

Hubungan bobot 100 biji per tanaman dengan kombinasi perlakuan sistem

jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ditampilkan pada Gambar 8

dan 9.

Gambar 8. Hubungan bobot 100 biji per tanaman dengan sistem jarak tanam pada jumlah tanaman yang berbeda

Gambar 9. Hubungan bobot 100 biji per tanaman dengan jumlah tanaman per

31,93

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

J1

J2

(38)

- Bobot brangkasan kering (g)

Bobot brangkasan kering pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per

lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot brangkasan kering (g) tanaman jagung pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

Sistem Jarak Tanam

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Rataan

Ket:Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Interaksi sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

berpengaruh nyata terhadap bobot brangksan kering. Dalam sistem satu baris

bobot terbesar terdapat pada dua per lubang tanam yaitu 371,60 g yang

mempunyai perbedaan tidak nyata dengan tiga per lubang tanam tetapi

mempunyai pengaruh yang nyata dengan satu per lubang tanam. Pada sistem dua

baris bobot terbesar terdapat pada tiga per lubang tanam yaitu 335,10 g yang

tidak berbeda nyata dengan dua dan tiga per lubang tanam. Pada sistem baris

segitiga bobot terbesar terdapat pada tiga per lubang tanam yaitu 317,40 g yang

berbeda tidak nyata dengan dua per lubang tanam tetapi berbeda nyata dengan

satu per lubang tanam.

Hubungan bobot brangkasan kering dengan kombinasi perlakuan sistem

jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ditampilkan pada Gambar 10

(39)

Gambar 10. Hubungan bobot brangkasan kering dengan sistem jarak tanam pada jumlah tanaman yang berbeda

Gambar 11. Hubungan bobot brangkasan kering dengan jumlah tanaman per lubang tanam pada berbagai sistem jarak tanam yang berbeda

Jumlah tanaman per lubang tanam

(40)

- Produksi per tanaman (g)

Produksi per tanaman pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per

lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan produksi per tanaman (g) jagung pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

Sistem Jarak Tanam

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Rataan

Ket:Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Interaksi sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman. Dalam sistem satu baris

produksi terbesar terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 156,37 g yang

mempunyai perbedaan tidak nyata dengan dua per lubang tanam tetapi

mempunyai perbedaan yang nyata dengan tiga per lubang tanam. Pada sistem dua

baris produksi terbesar terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 146,93 g yang

berbeda nyata dengan dua dan tiga per lubang tanam. Pada sistem baris segitiga

produksi terbesar juga terdapat pada satu per lubang tanam yaitu 158, 30 g yang

berbeda tidak nyata dengan dua per lubang tanam tetapi berbeda nyata dengan tiga

(41)

Hubungan produksi per tanaman dengan kombinasi perlakuan sistem jarak

tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam ditampilkan pada Gambar 12 dan

13.

Gambar 12. Hubungan produksi per tanaman dengan sistem jarak tanam pada jumlah tanaman yang berbeda

Gambar 13. Hubungan produksi per tanaman dengan jumlah tanaman per

156,37

Jumlah tanaman per lubang tanam

(42)

- Nilai indeks panen

Nilai indeks panen pada sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per

lubang tanam yang berbeda ditampilkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan nilai indeks panen tanaman jagung pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam

Sistem Jarak Tanam

Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Rataan

Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap nilai indeks panen. Nilai

terbesar terdapat pada sistem segitiga yaitu 1,00 namun mempunyai perbedaan

yang tidak signifikan dengan dua baris dan satu baris.

Hubungan nilai indeks panen jagung pada perlakuan sistem jarak tanam

ditampilkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Hubungan nilai indeks panen jagung pada perlakuan sistem jarak tanam

Satu Baris Dua Baris Segitiga

(43)

Nilai indeks panen berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman per lubang

tanam. Nilai terbesar terdapat pada tiga per lubang tanam yaitu 1,07 yang berbeda

nyata dengan satu per lubang tanam dan dua per lubang tanam.

Hubungan nilai indeks panen jagung pada perlakuan jumlah tanaman per

lubang tanam ditampilkan pada Gambar 15.

Gambar 15. Hubungan nilai indeks panen jagung pada perlakuan jumlah tanaman per lubang tanam

(44)

Pembahasan

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Sistem Jarak Tanam

Sistem jarak tanam mempengaruhi umur keluarnya rambut (bunga betina).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam (sistem

segitiga), semakin cepat keluar rambut (bunga betina). Hal ini mungkin

berhubungan dengan ketersediaan P dalam tanah, dimana diketahui bahwa P dapat

membantu mempercepat masa pembungaan (Mochamat Bintoro, 2000). Namun

hal ini tidak jelas diketahui karena seharusnya tanaman yang paling cepat

berbunga adalah pada sistem satu baris dimana kerapatannya lebih kecil

dibandingkan dengan yang lain. Dimana diketahui bahwa kerapatan tanaman

dapat mempengaruhi penyerapan unsur hara.

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Tinggi tanaman menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah

tanaman per lubang tanam (6 MST). Jumlah tanaman dengan 2 per lubang tanam

menunjukkan tinggi tanaman yang tertinggi dibandingkan dengan 1 dan 3

tanaman per lubang tanam. Jumlah tanaman per lubang tanam juga menunjukkan

pengaruh yang nyata terhadap diameter batang. Perlakuan ini memberi pengaruh

yang nyata mulai dari umur 4 hingga 8 MST. Diameter batang tertinggi dijumpai

pada perlakuan satu tanaman per lubang tanam berturut-turut ke 2 dan 3 tanaman

per lubang tanam.

Jumlah tanaman per lubang tanam dapat mempengaruhi kerapatan

tanaman dimana akan terjadi persaingan dalam mengambil cahaya, CO2, angin

(45)

memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter (Barri, 2003). Hal ini juga

didukung oleh Maddonni (2006) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah

tanaman per lubang tanam dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman, tetapi

dapat menurunkan bobot biji.

Jumlah tanaman per lubang tanam dapat mempengaruhi kandungan

klorofil dalam daun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin rapat

tanaman (3 tanaman per lubang tanam), maka semakin rendah klorofil daun dan

semakin meningkat dengan berkurangnya jumlah tanaman per lubang tanam

(2 dan 1). Pada umumnya klorofil daun digunakan untuk mengukur N dalam

tanaman. Semakin rendah klorofil daun berarti N yang dikandung semakin

rendah. Hal ini dapat terjadi karena adanya persaingan tanaman dalam merebutkan

hara. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin

tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan

cahaya (Liu, 2004).

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas Pioneer 23 Terhadap Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman Per Lubang Tanam

Interaksi berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji per tanaman. Bobot

terbesar terdapat pada sistem jarak tanam satu baris dengan satu tanaman per

lubang tanam sebesar 31,93 g dan yang terkecil pada sistem segitiga dengan tiga

tanaman per lubang tanam sebesar 22,20 g. Hal ini masih berpengaruh dengan

kerapatan tanaman. Tanaman dengan jarak tanam yang lebih sempit yaitu sistem

segitiga (30 x 30 x 30 cm) dengan tiga per lubang tanam akan mempunyai daya

saing yang lebih ketat dibanding dengan sistem satu baris (60 x 30 cm) dengan

(46)

Interaksi berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi antara sistem dua baris dengan jumlah

tanaman 3/lubang tanam mempunyai produksi tertinggi (366,50 g) dan yang paling

rendah adalah interaksi antara sistem jarak tanam dua baris dengan jumlah

tanaman 1/lubang tanam (146,93 g). Hal ini sangat mungkin terjadi karena dengan

semakin banyaknya jumlah tanaman dan semakin sempit jarak tanam maka

produksi tanaman akan semakin besar. Hal ini didukung oleh Maddonni (2006)

yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanaman per lubang tanam,

maka jumlah tanaman per hektar akan semakin banyak dan hal ini dapat

meningkatkan jumlah produksi tanaman, tetapi dapat menurunkan bobot biji.

Diperkuat dengan pendapat Setyati (2002) yang menyatakan bahwa pada

umumnya, produksi yang tinggi per satuan luas akan dicapai dengan populasi

yang tinggi, akan tetapi, penampilan masing-masing tanaman secara individu

menurun karena persaingan terhadap cahaya dan faktor-faktor tumbuh lainnya.

Liu (2004) juga menyatakan bahwa jika peningkatan populasi masih di bawah

peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan tercapai pada populasi

yang lebih padat.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Interaksi berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji per tanaman, bobot brangkasan

dan produksi per tanaman. Bobot 100 biji terbesar diperoleh pada kombinasi sistem

jarak tanam satu baris dengan satu tanaman per lubang tanam yaitu sebesar 31,93 g.

Bobot brangkasan terbesar diperoleh pada kombinasi sistem jarak tanam satu baris

dengan dua tanaman per lubang tanam yaitu sebesar 371,60 g. Produksi tanaman

terbesar diperoleh pada kombinasi sistem jarak tanam segitiga dengan dua tanaman

per lubang tanam yaitu sebesar 366,50 g.

2. Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur keluar rambut dan nilai indeks

panen. Umur keluar rambut tercepat diperoleh pada perlakuan sistem jarak tanam

segitiga. Nilai indeks panen terbesar diperoleh pada perlakuan sistem jarak tanam

segitiga.

3. Jumlah tanaman per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

6 MST, diameter batang 4, 6 dan 8 MST, klorofil daun dan nilai indeks panen. Tinggi

tanaman yang tertinggi diperoleh pada perlakuan dua tanaman per lubang tanam yaitu

sebesar 189,02 cm. Diameter batang terbesar umur 4, 6 dan 8 MST diperoleh pada

perlakuan satu tanaman per lubang tanam. Klorofil daun terbesar diperoleh pada

perlakuan satu tanaman per lubang tanam. Nilai indeks panen terbesar diperoleh pada

perlakuan tiga tanaman per lubang tanam.

Saran

Untuk meningkatkan produksi, disarankan untuk menanam jagung dengan sistem

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Barbieri, P.A., H.R.S. Rozas, F.H. Andrade and H.E. Echeverria. 2000. Soil Management; Row Spacing Effects at Different Levels of Nitrogen Availability in Maize. Agron. J. 92:283-288.

Barri, N. L. 2003. Peremajaan Kelapa Berbasis Usahatani Polikultur Penopang Pendapatan Petani Berkelanjutan. Makalah falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Desember 2003. Diakses 15 Mei 2008.

Business Director PT Du Pont Indonesia. 2008. Sumber: Andy Gumala.

Chikoye, D., U.E. Udensi and S. Ogunyemi. 2005. Integrated Management of Cogongrass (Imperata cyliandrica L. Rauesch) in Corn Using Tillage, Glyphosate, Row Spacing, Cultivar, and Cover Cropping. Agron. J. 97:1164-1171.

Cox, W.J., D.R. Cherney and J.J. Hanchar. 2006. Row Spacing, hybrid, and Plant Density Effects on Corn Silage Yield and Quality. J. Prod. Agric. 11:128-134. In Row Spacing, Plant Density and Hybrids Effects on Corn Grain Yield and Moisture. 2001. Agron. J. 93:1049-1053.

Effendi, S. 1984. Bercocok Tanam Jagung. CV. Yasaguna. Jakarta. 94 hal.

Efrain, P. 2008. Analisis Pengaruh Dosis Pupuk Urea Terhadap Produktivitas Jagung Hibrida P-21. Dikutip dari: Diakses tanggal 17 April 2009.

Liu, W., M. Tollenaar, G. Stewart and W. Deen. 2004. Within-Row Plat Spacing Variability Does Not Effect Corn Yield. Agron. J. 96:275-280.

Maddonni, G.A., A.G. Cirilo and M.E. Otegui. 2006. Row Width and Maize Grain Yield. Agron. J. 98:1532-1543.

Pederson, P. and J.G. Lauer. 2003. Corn and Soybean Response to Rotation Sequence, Row Spacing and Tillage System. Agron. J. 95:965-971.

(49)

Purwono dan Rudi, H. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1988. Jagung Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Setyati, S., H. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Hal. 168-169.

Stalcup, L. 2008. Twin Rows Help Boost Yields: Stil, The Jury’s Out on Whether Twin Rows are Always Profitable. Corn and Soybean Digest; Jan 2008; 68,1; ABI/Inform Trade and Industry. Pg. 6.

Sudaryono. 1998. Teknologi produksi Jagung. Dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya nasional jagung. Balitjas. Maros.

Sudika. 2007. Upaya Peningkatan Daya Hasil Tanaman Jagung Di Lahan Kering

Melalui Perbaikan Genetik dan Lingkungan.

Sumber:http://www.unram.ac.id.

Suprapto H.S. dan Marzuki, A. R., 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

(50)

Lampiran 1. Deskripsi jagung varietas Pioneer 23

Nama varietas : Pioneer 23

Golongan : Hibrida

Umur : 50% keluar rambut + 55 hari panen 100 –

110 hari

Batang : Tegak dan kokoh

Daun : Panjang dan lebar

Tongkol : Cukup besar dan silinder

Warna daun : Hijau tua

Warna biji : Kuning, kadang-kadang terdapat 2-3 biji Berwarna putih pada satu tongkol

Kedudukan tongkol : Di bawah pertengahan tinggi tanaman (74 cm)

Bentuk biji : Mutiara

Kelobot : Menutup tongkol dengan baik

Perakaran : Baik

Baris biji : Lurus dan rapat

Jumlah baris/tongkol : 14-16 baris Kebutuhan benih/Ha : 10 kg/ha

Bobot 1000 biji : 301 gram

Rata-rata hasil : 7-9 ton/ha pipilan kering Potensi hasil : 10-12 ton/ha pipilan kering

Kerebahan : Tahan rebah

Ketahanan terhadap penyakit : Cukup tahan terhadap bulai

(Sclerospora maydis), karat dan bercak daun

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)

Gambar

Gambar 1. Bagan sistem jarak tanam: a. satu baris, b. dua baris, c. baris segitiga
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman jagung (cm) umur 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 MST  pada perlakuan sistem jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam
Gambar 2. Hubungan tinggi tanaman jagung dengan perlakuan jumlah tanaman       per lubang tanam umur 6 MST
Tabel 2. Rataan diameter batang (mm) tanaman jagung umur 4, 6 dan 8 MST pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jarak tanam jagung berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali umur berbunga.Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tanaman jagung belum menunjukkan pengaruh

Interaksi antara jarak tanam dengan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6 dan 8 MST, jumlah daun4, 6 dan 8 MST, luas daun, umur berbunga, produksi

Hasil penelitian menunjukkan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun, lebar kanopi, indeks luas daun (ILD), bobot brangkasan kering per tanaman,

Hasil penelitian menunjukkan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun, lebar kanopi, indeks luas daun (ILD), bobot brangkasan kering per tanaman,

kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang/tanaman, jumlah polong/tanaman, bobot kering brangkasan/tanaman, kadar air biji panen dan kadar air

Perlakuan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 35 HST, bobot basah umbi dan bobot kering tanaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) pengaruh jarak tanam berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) pengaruh jarak tanam berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah