PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 120 TON,
DAN PERHITUNGAN BAHAN CRANE PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
FERNANDO MANURUNG NIM. 040401033
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nikmat kesehatan, kelapangan waktu sehingga dapat menyelesaikan penulisan tugas
sarjana ini.
Tulisan tugas sarjana ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Sarjana S1 di Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
Pokok bahasan pada tulisan tugas sarjana ini adalah “Perancangan Overhead
Traveling Crane dengan kapasitas angkat 120 ton dan Perhitungan Bahan (Bill
of Quantity) Crane”.
Mengerjakan tulisan tugas sarjana ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi
akan tetapi berkat bimbingan dari para pendidik dan bantuan dari semua pihak
akhirnya penulisan tugas sarjana ini dapat diselesaikan. Untuk semua itu dengan hati
bersyukur penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua saya, ayahanda S. Manurung dan Ibunda R. Hutabalian atas
segala dukungan baik moril dan materil selama penulis menyelesaikan
pendidikan mulai dari kecil hingga saat ini.
2. Bapak Ir. Alfian Hamsi MSc, sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara dan sekaligus dosen pembimbing dalam tugas
3. Bapak Ir. Jaya Arjuna MSc, sebagai dosen Penasehat Akademik (PA), yang
telah membimbing saya selama saya menuntut ilmu di departemen Teknik
Mesin.
4. Bapak/Ibu Dosen serta Staf/ Pegawai di Departemen Teknik Mesin yang telah
memberikan pengetahuan dan bantuan kepada penulis.
5. Bapak Frans, sebagai Kepala Proyek Asahan I, yang telah memberikan
kesempatan pada saya untuk dapat melakukuan survey di Asahan I.
6. Serta sahabatku Fransiskus, Rifki, Edo, Teman-teman di Pasar I dan
teman-teman stambuk 2004 Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara
yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
7. Serta teman baik ku Ika yang selalu setia dan sabar menemani penulis baik
suka maupun duka.
Penulis menyadari bahwa tulisan tugas sarjana ini masih terdapat kelemahan,
oleh karena itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan tugas sarjana ini yang lebih baik.
Medan, Januari 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
SPESIFIKASI... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
DAFTAR SIMBOL... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Tujuan Perencanaan... 2
1.3. Ruang Lingkup Perencanaan... 2
1.4. Metodologi... 3
1.5. Sistematika Penulisan... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1. Mesin Pemindah Bahan... 5
2.2. Klasifikasi Crane... 6
2.3. Dasar Pemilihan Crane... 10
Crane... 12
2.3.2. Cara Kerja Overhead Travelling Crane... 13
2.4. Perhitungan Bahan (Bill Of Quantity)... 14
2.5. Data Perancangan... 15
BAB III PERENCANAAN MEKANISME PENGANGKATAN... 16
3.1. Perencanaan Mekanisme Pengangkatan (Hoisting)... 16
3.1.1. Tali Baja... 16
3.1.2. Puli... 24
3.1.3. Drum... 28
3.1.4. Kait... 31
3.1.5. Motor Mekanisme Pengangkatan... 37
3.1.6. Perancangan Kopling... 41
3.1.7. Perancangan Rem... 44
3.2. Perencanaan Mekanisme Traversing... 47
3.2.1. Perencanaan Motor... 49
3.2.2. Perancangan Kopling... 52
3.2.2. Perencanaan Rem... 54
3.3. Perencanaan Mekanisme Travelling... 57
3.3.1. Perencanaan Roda Jalan Crane... 57
3.3.3. Perencanaan Kopling... 62
3.3.4. Perencanaan Rem... 64
BAB IV PERHITUNGAN BAHAN (BILL of QUANTITY)... 67
4.1. Rel... 68
4.1.1. Klasifikasi Rel... 68
4.1.2. Komponen Utama rel... 72
4.1.3. Perhitungan Bahan (Bill of Quantity) Rel... 75
4.2. Drum... 76
4.2.1. Klasifikasi Drum... 76
4.2.2. Komponen Utama Drum... 77
4.2.3. Bill of Quantity Drum... 77
4.3. Trolli... 78
4.3.1. Komponen Utama Trolli... 78
4.3.2. Perhitungan Bahan (Bill of Quantity) Trolli... 79
4.4. Spreader... 80
4.4.1. Komponen Utama Spreader... 80
4.4.2. Perhitungan Bahan (Bill of Quantity) Spreader... 81
4.5. Mekanisme Hoisting... 82
4.5.1. Spesifikasi Motor Mekanisme Hoisting... 82
Hoisting... 82
4.6. Mekanisme Traversing Crane... 83
4.6.1. Spesifikasi Motor Mekanisme Traversing... 83
4.6.2. Perhitungan Bahan (Bill of Quantity) Mekanisme Traversing... 83
4.7. Mekanisme Travelling... 84
4.7.1. Spesifikasi Motor Mekanisme Traveling... 84
4.7.2. Perhitungan Bahan (Bill of Quantity) Mekanisme Travelling... 85
4.8. Crane Bridge (Girder)... 85
4.8.1. Komponen Utama Girder... 85
4.8.2. Perhitungan Bahan (Bill of Quantity) Girder... 86
4.9. General Assembling... 87
BAB V KESIMPULAN... 91
DAFTAR PUSTAKA... 97
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 : Crane Dinding ... 8
2. Gambar 2.2 : Crane Palang ... 8
3. Gambar 2.3 : Overhead Crane with Single Girder ... 8
4. Gambar 2.4 : Overhead Crane with Double Girder... 9
5. Gambar 2.5 : Crane gantry... 9
6. Gambar 2.6 : Crane semi gantry... 9
7. Gambar 2.7 : Crane Menara... 10
8. Gambar 3.1 : Konstruksi serat tali baja... 17
9. Gambar 3.2 : Diagram Sistem Mekanisme Pengangkatan... 18
10. Gambar 3.3 : Diagram Lengkung Tali... 19
11. Gambar 3.4 : Konstruksi roda puli... 25
12. Gambar 3.5. : Ulir Trapesium Kait Tanduk... 33
13. Gambar.3.6. : Penampang Trapesium... 35
14. Gambar 3.7. : Motor Penggerak... 37
15. Gambar 3.8. : Kopling Flens Kaku... 41
16. Gambar 3.9. : Rem Blok Ganda... 44
17. Gambar 3.10. : Diagram Untuk Menentukan Tahanan Gesek... 49
18. Gambar 3.11. : Diagram Untuk Menentukan Tahanan Gesek... 58
19. Gambar 4.1 : Rel Khusus untuk Crane Jalan... 70
21. Gambar 4.3 : Base Plate of Rail... 72
22. Gambar 4.4 : Base plate of stopper... 72
23. Gambar 4.5 : Anchor Bolt... 73
24. Gambar 4.6 : Binder Plate... 73
25. Gambar 4.7 : Rel Crane... 74
26. Gambar 4.8 : Assembling Rel... 74
27. Gambar 4.9. : Drum... 76
28. Gambar 4.10. : Trolli... 79
29. Gambar.4.11. : Spreader... 80
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1. : Dimensi Roda Puli Untuk Tali Kawat Baja... 26
2. Tabel 3.2. : Tabel hubungan antara v, dan p... 27
3. Tabel 3.3. : Dimensi alur drum... 29
4. Tabel 4.1 : Girder gerak...69
5. Tabel 4.2 : Rel Baja Rata... 69
6. Table 4.3 : Rel Baja Persegi...70
7. Table 4.4. : Rel Khusus untuk Crane jalan... 71
8. Table 4.5. : Karakteristik Penampang Rel Dan Beban Roda Maksimum Yang Diizinkan... 71
9. Table 4.6 : Bill Quantity Rel... 75
10. Table 4.7 : Bill Quantity Drum... 77
11. Table 4.8. : Bill Quantity Trolli... 79
12. Table 4.9. : Bill Quantity Spreader... 81
13. Table 4.10. : Spesifikasi Motor Mekanisme Hoisting... 82
14. Table 4.11. : Bill Quantity Mekanisme Hoisting... 82
15. Tabel 4.12. : Spesifikasi Motor Mekanisme Traversing... 83
16. Tabel 4.13. : Bill Quantity Mekanisme Traversing... 83
17. Table 4.14. : Spesifikasi Motor Mekanisme Travelling... 84
19. Table 4.16. : Bill Quantity Girder Crane... 86
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tegangan tarik maksimum berbagai diameter tali dan beban patah
untuk tali baja : tipe : 6 x 19 + 1 fibre core
Lampiran 2. Tegangan tarik maksimum berbagai diameter tali dan beban patah
untuk tali baja : tipe : 6 x 37 + 1 fibre core
Lampiran 3. Tegangan maksimum berbagai diameter tali dan beban patah untuk
tali baja : tipe : 18 x 7 + 1 fibre core
Lampiran 4. Tegangan tarik maksimum berbagai diameter tali dan beban patah
Untuk tali baja : tipe : 6 x 26 Warrington Seale + fibre core
Lampiran 5. Tegangan tarik maksimum berbagai diameter tali dan beban patah
untuk tali baja : tipe : 6 x 41 Warrington seale + 1 fibre core
Lampiran 6. Tegangan tarik maksimum berbagai diameter tali dan beban patah
untuk tali baja : tipe : 6 x 36 Warrington Seale + 1 fibre core
Lampiran 7. Tegangan tarik maksimum berbagai diameter tali dan beban patah
untuk tali baja : tipe : 18 x 17 Seale I.W.R.C.
Lampiran 8. Efisiensi Puli
Lampiran 10. Harga faktor C
Lampiran 11. Harga faktor C 1
Lampiran 12. Harga faktor C 2
Lampiran 13. Harga a, z2dan
Lampiran 14. d Dmin
Sebagai fungsi jumlah lengkungan
Lampiran 15. Kekuatan batang baja karbon difinis dingin
Lampiran 16. Ukuran standar ulir kasar metris (JIS B 0205)
Lampiran 17. Baja karbon untuk konstruksi mesin
Lampiran 18. Ukuran Kopling Flens Kaku
Lampiran 19. Dimensi roda rem
Lampiran 20. Sifat Mekanis Standart
Lampiran 21. JIS G 3221, Baja Khrom molibden tempa
Lampiran 22. JIS S 3222, Baja Tempa Nikel Khrom Molibden
Lampiran 23. Drum
Lampiran 24. Motor Mekanisme Travelling
Lampiran 26. Rel
Lampiran 27. Spreader
DAFTAR SIMBOL
t
F Gaya tangensial kg
N Daya motor kW
d
P Daya yang direncanakan kW
i Perbandingan transmisi
n Putaran poros rpm
T Momen torsi Nm
M Momen lentur Nm
τ Tegangan geser kg/mm2
a
τ Tegangan geser izin kg/mm2
b
τ Tegangam geser yang terjadi kg/mm2
1 f
S faktor keamanan bahan pengaruh massa
2 f
S faktor keamanan dengan pengaruh kekasaran permukaan
p
d Diameter poros mm
tarik maksimum
1
C Faktor tergantung diameter tali
2
C Faktor yang menentukan faktor produksi dan operasi tambahan yang
Tidak diperhitungkan oleh faktor C dan C 1
γ Berat jenis bahan kg/mm
g Konstanta gravitasi m/s2
p
W Berat poros kg
br
N Daya pengereman kW
dyn
M Momemn gaya dinamik kg.m
st
M Momen gaya static kg.m
GD Momen girasi kg.cm2
V Kecepatan keliling m/det
b
P Beban patah kg
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia tidak lepas dari kebutuhan dan ketersediaan
energi, terutama energi listrik. Kebutuhan listrik semakin lama semakin meningkat
sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan
pertumbuhan industri yang begitu pesat, dan juga karena pertumbuhan penduduk.
Kebutuhan akan listrik ini membawa dampak positif berkembangnya
perusahaan penyedia energi listrik. Untuk membangun pembangkit listrik tersebut
maka dibutuhkan tenaga-tenaga yang terampil, yang lebih penting lagi, dibutuhkan
mesin-mesin yang berguna untuk meringankan kerja manusia itu sendiri. Dalam hal
ini, mesin-mesin yang dapat dijadikan alat untuk meringankan kerja manusia itu
adalah pesawat pengangkat.
Dalam hal ini, salah satu pesawat pengangkat yang akan dibahas pada tulisan
adalah Overhead Travelling Crane. Penggunaan Overhead Travelling Crane
memerlukan rancangan yang seksama karena crane dipasang tetap (fixed installation)
di lokasi yang tepat dengan jangka waktu yang lama. Dari posisi tetapnya, Overhead
Travelling Crane harus mampu menjangkau semua area yang diperlukan untuk
Crane, perancang harus mengetahui jenis-jenis komponen yang ada pada crane yang
dirancang, baik nama komponen, ukuran maupun jumlah dari seluruh komponen
yang terpasang, sehingga akan memudahkan dalam perawatan crane tersebut. Oleh
kerena itu perhitungan bahan (bill of quantity) dari Crane juga akan dibahas.
1.2 Tujuan Perencanaan
Tujuan penulisan tugas sarjana ini adalah untuk merancang dan membahas
salah satu mesin pengangkat yaitu Overhead Travelling Crane dengan menjelaskan
teori tentang Overhead Travelling Crane, melakukan perhitungan pada
komponen-komponen mekanis dari Overhead Travelling Crane, merencanakan perhitungan
bahan (Bill of Quantity) dari Overhead Travelling Crane dan memberikan gambar
Overhead Travelling Crane. Perencanaan ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan dalam mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh di Perguruan Tinggi
dalam wujud yang nyata sesuai dengan tuntutan dilapangan.
1.3 Ruang Lingkup Perencanaan
Pada perencanaan ini, Overhead Travelling Crane yang direncanakan
digunakan untuk kapasitas angkat 120 Ton. Karena luasnya permasalahan yang
terdapat pada perencanaan Overhead Travelling Crane ini, maka perlu pembatasan
mengenai komponen-komponen mekanisme dari Overhead Travelling Crane sebagai
berikut: Tali baja, Puli, Drum, Kait, Motor Penggerak, Kopling dan Rem. Dalam
tugas akhir ini juga akan dibahas mengenai perhitungan bahan (Bill of Quatity) dari
rel, drum, trolli, spreader, girder, mekanisme traveling, traversing dan mekanisme
hoisting dari overhead travelling crane.
1.4 Metodologi
Dalam tugas sarjana ini penulis menggunakan metode analitik antara lain :
- Studi literatur, dengan mempelajari teori-teori Overhead Travelling Crane
dari berbagai buku kepustakaan.
- Survei lapangan untuk mendapatkan data sebagai bahan dalam perancangan.
Tempat survey yang ditujukan yaitu PT. BAJRADAYA SENTRA NUSA
(PROYEK ASAHAN I).
- Diskusi dengan pembimbing dan ahli yang memahami Overhead Travelling
Crane.
- Perhitungan.
1.5 Sistematika Penulisan
Tugas sarjana ditulis dalam 5 bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, bab ini menyajikan latar belakang perencanaan, tujuan
Bab II Pembahasan materi, bab ini menyajikan mesin pemindah bahan, klasifikasi
crane, dasar-dasar pemilihan mesin pemindah bahan, komponen-komponen utama,
cara kerja, perhitungan bahan dan spesifikasi dari Overhead Travelling Crane.
Bab III Perancangan komponen mekanisme crane, bab ini menyajikan mekanisme
gerak hoist seperti tali baja, puli, drum, kait, motor penggerak, kopling, sistem rem,
perancangan mekanisme traversing dan perencanaan mekanisme travelling.
Bab IV Bab ini menyajikan mengenai perhitungan bahan (Bill of Quantity) dari
Overhead Travelling Crane..
Bab V Kesimpulan, bab ini menyajikan kesimpulan dari perancangan dalam tugas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mesin Pemindah Bahan
Mesin pemindah bahan adalah salah satu alat yang digunakan untuk
memindahkan muatan yang berat dari suatu tempat ke tempat lain dalam jarak yang
tertentu, (misalnya antara bagian di dalam pabrik, pada tempat-tempat penumpukan
bahan, pemasangan alat, tempat penyimpanan dan sebagainya). Mesin pemindah
bahan hanya memindahkan muatan dalam jumlah dan besar tertentu serta jarak
tertentu dengan perpindahan bahan ke arah vertikal, horizontal, dan kombinasi
keduanya.
Pemilihan mesin pemindah bahan yang tepat pada tiap-tiap aktivitas di atas,
akan meningkatkan effesiensi dan daya saing dari aktivitas tersebut.
Mesin pemindah bahan dalam operasinya dapat diklasifikasikan atas :
1. Pesawat Pengangkat
Pesawat pengangkat dimaksudkan untuk keperluan mengangkat dan
memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain yang
jangkauannya relatif terbatas. Contohnya; Crane, elevator, lift, excalator dll.
2. Pesawat PengangkutPesawat pengangkut dapat memindahkan muatan secara
berkesinambungan tanpa berhenti dan dapat juga mengangkut muatan dalam
Karena yang direncanakan adalah alat pengangkat pada pembangkit listrik
maka pembahasan teorinya lebih dititik beratkan pada pesawat pengangkat.
2.2 Klasifikasi Crane
Menurut klasifikasinya mesin pemindah bahan jenis crane dapat dibagi
Atas: (Lit 1 hal 13)
• Crane putar stasioner (stationer crane)
• Crane dengan lintasan rel (crane traveling on rail)
• Crane lapangan kasar (trackless crane)
• Crane lokomotif atau traktor rantai (locomotif or crow less) • Crane tipe Jembatan (Bridge type crane)
A. Crane putar stasioner (stationer crane)
Crane putar stasioner terdiri dari :
• Crane lengan tetap (guyed boom crane) • Crane dinding (wailjib crane)
• Crane dengan lengan tetap (crane with turn table)
• Derrick crane
• Crane lengan (centillevier crane)
B. Crane dengan lintasan rel (crane traveling on rail)
Crane dengan lintasan rel terdiri atas :
• Crane menara (tower crane)
C. Kran lapangan kasar (trackless crane)
Crane lapangan kasar terdiri atas :
• Crane gerobak (crane on power driven truck)
• Crane gerobak tangan (crane on hand truck) • Crane mobil (truck mounted crane)
• Crane traktor (tractor mounted crane)
D. Crane lokomotif atau traktor rantai (locomotif or crow less)
Crane lokomotif atau traktor terdiri atas :
• Crane sputter
• Crane traktor rantai (crowler mounted crane)
E. Crane tipe jembatan (bridge type crane)
Crane tipe jembatan terdiri atas :
• Crane palang (ginder crane)
• Crane dengan lintasan atas berpalang tunggal (single ginder overhead
traveling crane)
• Crane jalan dengan lintasan atas berpalang ganda (overhead crane with
double girder)
Berikut ini merupakan gambar jenis – jenis crane :
Gambar 2.1 Crane Dinding
Gambar 2.2 Crane Palang
Gambar 2.4 Overhead Crane with double Girder
Gambar 2.5 Crane gantry
Gambar 2.7 Crane Menara (Tower Crane)
Sesuai dengan tugas yang diberikan untuk merancang mesin pemindah bahan,
maka disini penulis merancang Overhead Travelling Crane yang digunakan pada
pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
2.3 Dasar Pemilihan Crane
Pemilihan mesin crane yang tepat dan sesuai pada tiap-tiap aktivitas, akan
meningkatkan effisiensi dan optimalisasi pekerjaan. Faktor-faktor teknis penting yang
diperhatikan dalam menentukan pilihan jenis peralatan yang digunakan dalam proses
pemindahan bahan, yaitu:
1. Jenis dan sifat muatan yang akan diangkat.
Untuk muatan satuan (unit load) : bentuk, berat, volume, kerapuhan, keliatan,
dan temperatur. Untuk muatan curah (bulk load) : ukuran gumpalan,
kecenderungan menggumpal, berat jenis, kemungkinan longsor saat
perencanaan ini yang diangkat jenis dan muatan yang diangkat adalah yang
bersifat padat yang digunakan untuk pembangkitan listrik tersebut.
2. Kapasitas per jam yang dibutuhkan.
Kapasitas pemindahan muatan per jam yang hampir tak terbatas dapat
diperoleh pada peralatan, seperti konveyor yang bekerja secara kontinu.
Sedangkan pada peralatan lain yang mempunyai siklus kerja dengan gerak
balik muatan kosong, akan dapat beroperasi secara efisien jika alat ini
mempunyai kapasitas angkat dan kecepatan yang cukup tinggi dalam kondisi
kerja yang berat, seperti truk dan crane jalan. Dalam perancangan ini, beban
yang diangkat adalah 120 ton.
3. Arah dan jarak perpindahan.
Berbagai jenis peralatan dapat memindahkan muatan ke arah horizontal,
vertikal atau dalam sudut tertentu. Untuk gerakan vertikal diperlukan
pengangkat seperti : crane, bucket elevator. Dan untuk gerakan horizontal
diperlukan crane pada truk yang digerakkan mesin atau tangan, crane
penggerak tetap, dan berbagai jenis konveyor. Ada beberapa alat yang dapat
bergerak mengikuti jalur yang berliku dan ada yang hanya dapat bergerak
lurus dalam satu arah.
4. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir, dan antara.
Pemuatan ke kendaraan dan pembongkaran muatan ditempat tujuan sangat
sedangkan pada mesin lainnya membutuhkan alat tambahan khusus atau
bantuan operator.
5. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan.
Gerakan penanganan bahan berkaitan erat, bahkan terlibat langsung dengan
proses produksi. Misalnya : crane khusus pada pengecoran logam, penempaan
dan pengelasan; konveyor pada pengecoran logam dan perakitan; pada
permesinan dan pengecatan.
6. Kondisi lokal yang spesifik.
Hal ini meliputi luas dan bentuk lokasi, jenis dan desain gedung, keadaan
permukaan tanah, susunan yang mungkin untuk unit proses, debu,
kelembaban lingkungan, adanya uap dan berbagai jenis gas lainnya, dan
temperatur.
Berdasarkan faktor-faktor teknis di atas Yang perlu diperhatikan dalam
pemanfaatan Crane adalah berat, tinggi angkat maksimum, berat mesin yang
ditopang struktur, kecepatan angkat mesin, dan panjang kabel hoist drum yang dapat
melayani, maka dipilihlah Overhead Travelling Crane sebagai alat yang tepat untuk
memenuhi semua pertimbangan tersebut. Maka hanya Overhead Travelling Crane
yang dibahas dalam tugas akhir ini.
2.3.1 Komponen Utama Overhead Traveling Crane
1. Trolli
Trolley berfungsi sebagai tempat bergantungnya spreader kait dan juga untuk
menggerakkan spreader kait pada saat mengangkat dan menurunkan beban atau
muatan. Trolli terletak pada konstruksi boom.
2. Motor Penggerak
Motor penggerak pada crane ada 3 yaitu motor penggerak drum, motor penggerak
trolli, motor penggerak crane.
3. Drum
Drum adalah alat yang berfungsi sebagai tempat untuk menggulung atau mengulur
tali baja pada saat menaikkan atau menurunkan beban
4. Sistem Puli
Puli (kerek) adalah alat yang berbentuk cakra bundar beralur, berfungsi sebagai
laluan tali baja.
5. Tali Baja
Tali Baja adalah perlengkapan fleksibel yang berfungsi sebagai penarik atau
pengulur spreader kait atau trolli.
6. Kait (Hook)
7. Kopling
Kopling tetap adalah elemen mesin yang berfungsi meneruskan daya dan putaran dari
poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa slip).
8. Rem
Rem adalah alat yang digunakan untuk menghentikan pergerakan komponen
mekanisme, baik pada mekanisme Hoisting, Travelling dan Traversing.
2.3.2 Cara Kerja Overhead Travelling Crane
Cara kerja dari Overhead Travelling Crane ini dapat dibagi atas 3 gerakan,
yaitu :
a. Gerakan Angkat dan Turun (Hoisting)
Gerakan mengangkat dan menurunkan beban ini diatur oleh kerja
elektromotor yang berfungsi memutar drum yang akan menggulung tali baja.
Tali baja ini akan menggerakkan puli agar rumah puli yang diujungnya
memiliki kait (hook) akan bergerak naik-turun. Beban yang akan dipindahkan
digantungkan pada kait. Bila posisinya telah sesuai dengan yang dikehendaki
maka gerakan drum ini akan dihentikan oleh operator dengan menarik tuas
b. Gerakan Travelling
Gerakan Travelling adalah gerakan memanjang pada rel besi yang terletak
pada permukaan tanah yang dilakukan melalui roda gigi transmisi. Dalam hal
ini motor memutar roda jalan ke arah yang diinginkan (maju atau mundur)
dan setelah jarak yang diinginkan tercapai, maka arus listrik akan terputus dan
sekaligus rem bekerja.
c. Gerakan Traversing
Gerakan ini juga diatur oleh elektromotor yang berfungsi untuk menggerakkan
troli sesuai dengan arah yang diinginkan, dan gerakan ini juga dihentikan
dengan memutuskan arus listrik pada elektromotor melalui tombol operator
dan sekaligus rem bekerja.
2.4. Perhitungan Bahan (Bill Of Quantity)
Bill of Quantity atau perhitungan bahan adalah perhitungan jumlah
komponen-komponen yang diperlukan dalam suatu konstruksi dari suatu mesin. Banyaknya jenis
perkerjaan mempunyai pengaruh dan konstribusi pada suatu proyek, setiap jenis
pekerjaan harus dianalisis, dihitung dan ditetapkan jumlahnya. Karena estimasi
disiapkan sebelum pelaksanaan proyek, sehingga diperlukan adanya proses penelitian
dilapangan. Bill of quantity dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom nomor,
kolom Komponen (Part), kolom ukuran (size), Jumlah (Quantity) dan Kolom
2.5 Data Perencanaan
Sebagai data perbandingan atau dasar perencanaan pesawat pengangkat,
dibawah ini tercantum data teknik dari crane yang diambil dari hasil survei pada PT.
BAJRADAYA SENTRANUSA (PROYEK ASAHAN I) :
Kapasitas angkat = 120 ton
Tinggi angkat = 30 meter
Kecepatan angkat = 1,5 m/menit
Panjang perpindahan trolley = 16,5 meter
Kecepatan trolley = 12 m/menit
Panjang perpindahan crane = 59 meter
BAB III
PERENCANAAN KOMPONEN MEKANISME CRANE
3.1. PERENCANAAN MEKANISME PENGANGKATAN (HOISTING)
Perencanaan mekanisme untuk gerakan pengakatan meliputi perencanaan-
perencanaan :
1. Tali baja
2. Puli
3. Drum
4. Kait
5. Motor penggerak
6. Kopling
7. Rem
3.1.1. Perencanaan Tali Baja
Tali baja digunakan untuk mengangkat dan menurunkan beban pada gerakan
hoist. Tali baja adalah tali yang dikonstruksikan dari kumpulan jalinan serat (steel
wire). Beberapa serat (steel wire) dipintal hingga menjadi satu jalinan (strand),
kemudian beberapa strand dijalin pada suatu inti (core) sehingga membentuk tali.
Tali baja banyak sekali digunakan pada mesin atau perlengkapan pesawat
pengangkat. Hal ini dimungkinkan tali baja mempunyai keunggulan antara lain :
2. Lebih tahan terhadap sentakan
3. Operasi yang tenang
4. Menunjukkan tanda-tanda yang jelas bila putus
5. Lebih fleksible.
Berikut ini merupakan gambar konstruksi tali baja :
Gambar 3.1. Konstruksi Serat Tali Baja
Dalam perencanaan ini berat muatan yang diangkat adalah 120 ton. Karena
pada pengangkat dipengaruhi beberapa faktor, seperti overload, keadaan dinamis
dalam operasi, maka diperkirakan penambahan beban 10% dari beban semula
sehingga berat muatan yang diangkat menjadi :
Q0 = 120.000 + (10% x 120000)
= 132.000 Kg
Kapasitas angakat total pesawat adalah :
Q = Q0 + G
Dimana :
= 1000 Kg
Q = 133.000 Kg
Sistem pengangkat ini terdiri dari dua sistem yang masing-masing sistem
dibuat sedemikian rupa (gambar 3.2) dimana sistem yang pertama menggunakan satu
buah tali baja dengan arah pilinan kiri dan sistem yang kedua mempunyai arah pilinan
kanan. Penempatan posisi dan arah pilinan tali baja yang berbeda pada kedua sistem
ini maksudnya untuk mengurangi beban yang terjadi pada tali baja.
Diagram sistem pengangkat gerak hoist ini dapat dilihat pada gambar berikut
ini :
Diagram lengkungan tali pada mekanisme gerak hoist dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 3.3 Diagram Lengkung Tali
Dari gambar 3.3 dapat dilihat diagram lengkungan tali yang dapat menentukan
tegangan tali yang dapat menentukan tegangan tali maksimum baja yang terjadi.
Sistem pengangkat yang direncanakan ini terdiri dari 12 buah tali penggantung,
sehingga :
Q=S1 +S2 +S3 +S4 +S5 +S6 +S7 +S8 +S9 +S10 +S11+S12
Tegangan tali maksimum dari sistem tali puli dihitung dengan rumus :
1 ηη n
Q
Dimana :
S = Tegangan tali maksimum
Q = 133.000 Kg
n = Jumlah tali penggantung = 12
= Efesiensi puli = 0,892
1
= Efesiensi yang disebabkan kerugian tali akibat kekakuan akibat
menggulung pada drum yang diasumsikan 0,98
maka :
S 12678,8 12679kg 98
, 0 . 892 , 0 . 12
000 . 133
= =
=
dimana kekuatan putus tali sebenarnya
P = S.K (Lit 1, hal 40)
Dengan :
S = 12679 Kg
K = Faktor keamanan (K = 5,5) (Lit 1, hal 42)
Maka :
= 69733,6 Kg
Tipe tali baja yang dipilih adalah menurut standart United rope works, Roterdam
Holland yaitu 6 x 41+1 fibre core (Lampiran 5)
Maka tegangan maksimum tali yang diizinkan :
Sizin =
Tegangan tarik yang diizinkan :
izin =
F247 =
Dimana perbandingan diameter drum dan diameter tali baja
untuk jumlah
lengkungan (NB) = 15 seperti terlihat pada gambar 3.2 adalah 37,5 (Lamp 14)
Atau:
Tegangan tarik yang terjadi pada tali baja adalah :
t =
Terlihat bahwa perencanaan tali aman untuk digunakan mengingat tegangan
12679 Kg < 13872,7 Kg dan tegangan tarik yang diizinkan lebih besar dari tegangan
tarik yang direncanakan yaitu : 32,73 Kg/mm2 > 19,506 Kg/mm2.
Ketahanan tali baja ditentukan berdasarkan umur operasi dari tali baja
tersebut. Umur tali baja tergantung dari jumlah lengkungan, faktor konstruksi tali
baja, faktor operasi, dan faktor keausan serta material baja tersebut. Faktor keausan
tali baja didapat dari rumus berikut:
m =
2 1. . .CC C
A
σ (lit 1 hal 43)
dimana :
A = D/d = perbandingan diameter drum atau puli dengan diameter tali
m = Faktor yang tergantung pada lengkungan berulang tali selama periode
keausannya sampai tali tersebut rusak
t = Tegangan tarik sebenarnya pada tali (19,506 kg/mm2)
C = Faktor yang memberi karakteristik konstruksi tali dan kekuatan tarik
maksimum bahan kawat, C = 0,5 (Lampiran 10)
1
C = Faktor tergantung dari diameter tali = 1,24 ( Lampiran 11)
2
C = Faktor yang menentukan faktor produksi dan operasi tambahan yang tidak
maka :
didapat harga-harga untuk m (2,12) sebesar 370.000, m(2,27) sebesar 340.000.
Dengan melakukan interpolasi harga-harga ini dapat dicari nilai Z, yaitu :
(
340.000 370.000)
370.000 352.000didapat, Z1 = 352.000 lengkungan berulang yang menyebabkan kerusakan.
Umur tali baja dicari dengan rumus :
Z1 = Jumlah lengkungan berulang yang menyebabkan kerusakan tali
a = Jumlah siklus rata-rata perbulan
Z2 = Jumlah siklus berulang persiklus
= Faktor perubahan gaya tekan
Merujuk pada persamaan untuk mencari umur tali diatas, harga-harga faktor a,
Z2, dan , dapat diambil dari (lampiran 13) sebagai berikut :
Puli disebut juga kerek (katrol) yaitu cakra yang dilengkapi dengan tali atau
rantai. Cakra merupakan suatu kepingan yang bundar disebut juga dengan disk, yang
terbuat dari logam atau nonlogam. Pinggiran cakra tersebut diberi alur (groove) yang
berfungsi untuk laluan tali untuk mentransmisikan gerak dan gaya.
Puli ada dua macam, yaitu :
1. Puli tetap (fixed pulley)
1. Puli Tetap (fixed pulley)
Puli yang terdiri dari cakra dan seutas tali atau rantai yang dilingkarkan pada
alur pada bagian atasnya yang salah satunya digantungi beban Q sedangkan ujung
lainnya ditahan atau ditarik.
2. Puli Bergerak (movable pulley)
Puli bergerak mempunyai cakra yang bebas pada poros yang bebas pula. Tali
atau rantai dilingkarkan dalam alur pada bagian bawah. Salah satu ujung tali
diikatkan tetap dan ujung lainnya ditahan atau ditarik pada waktu pengangkatan,
beban digantungkan pada kait (hook) yang tergantung pada poros.
Sistem puli adalah kombinasi dari beberapa puli tetap den puli bergerak atau
terdiri dari beberapa cakra puli. Ada dua jenis system puli, yaitu :
a. Sistem puli yang menguntungkan pada gaya
b. Sistem puli yang menguntungkan pada kecepatan
Sistem puli yang menguntungkan pada gaya banyak dipakai pada pesawat-pesawat
pengangkat, sedangkan pada sistem puli yang menguntungkan pada kecepatan
banyak dipakai pengangkatan secara hidrolik dan pneumatik.
Puli yang direncanakan dapat dilihat pada gambar 3.3 yang terdiri dari
beberapa puli tetap dan puli bergerak termasuk pada sistem puli yang menguntungkan
pada gaya.
Gambar 3.4 Konstruksi Roda Puli
Berdasarkan jumlah lengkungan (NB) yang terjadi pada tali kawat baja diperoleh
hubungan perbandingan diameter minimum untuk puli dengan diameter tali :
NB d
D
=
min
Untuk NB = 15
Maka diameter puli adalah :
Dmin = 15 .d
= 15 . 36 mm = 540 mm
Maka dipilih diameter puli adalah, d = 540 mm.
Selanjutnya ukuran – ukuran utama puli dapat diketahui dengan menggunakan
Tabel 3.1. Dimensi roda puli untuk tali kawat baja
Dengan menggunakan interpolasi, untuk d = 36 mm didapat :
(
)
mma 110 90 90 96,6
5 , 34 0 , 39
5 , 34 36
= + −
− − =
Maka dengan cara yang sama dapat diperoleh ukuran – ukuran utama puli lainnya
yaitu :
b = 75 mm r = 22 mm
c = 16 mm r1 = 8 mm
e = 2 mm r2 = 9 mm
h = 58 mm r3 = 32 mm
Untuk dapat berputar dan mengurangi gesekan, maka puli dipasang pada
poros (gander yang didukung oleh bantalan luncur). Untuk menentukan diameter
poros puli digunakan rumus :
p = dg l
Q
. (lit 1 hal 72)
atau :
dg = l p Q
.
dimana :
p = tekanan pada bidang puli yang tergantung pada kecepatan keliling
permukaan lubang nap roda puli dan tekanan ini melebihi
yang terlampir pada tabel dibawah ini (lit1 hal 72)
Tabel 3.2. Tabel hubungan antara v, dan p
V (m/s) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3
P (kg/cm2) 75 70 66 62 60 57 55 54 53 52 51 50 49
Diasumsikan bahwa v = 0,1 m/det
Qg = beban tiap puli
i = perbandingan transmisi sistem puli, i pada sistem ini bernilai 6.
Qg =
Untuk memeriksa kekuatan cakra harus ditinjau dari tegangan tali maksimum (S)
yang terjadi, yaitu sebesar 12679 kg maka tegangan tarik yang terjadi adalah:
)
S = Tegangan Tali Maksimum (Kg)
d = Diameter tali
Maka :
) 36 ).( 04 , 23 (
12679
=
t σ
= 15,28 kg/mm2
Sesuai data yang diperoleh maka bahan puli dipilih dari bahan baja S30C
Dengan kekuatan tarik 48 kg/mm2. Dengan demikian, berdasarkan pemeriksaan
diatas maka cakra yang dirancang aman untuk digunakan karena harga tegangan tarik
yang terjadi lebih kecil dari tegangan tarik yang diizinkan.
3.1.3. Drum
Drum pada operasi pengangkatan dipergunakan untuk menggulung tali. Untuk
drum yang digerakkan mesin maka drum dilengkapi dengan alur spiral (helical
groove), sehingga tali akan tergulung secara merata dan mengurangi gesekan
sehingga keausan berkurang. Pada perencanaan ini drum memiliki dua alur, yaitu
spiral kiri dan alur spiral kanan.
Perencanaan diameter drum dapat dihitung dengan rumus :
Dimana :
D = Diameter drum pada dasar alurnya (mm)
d = Diameter tali (36 mm)
e1 = faktor yang tergantung pada alat pengangkat dan kondisi
operasinya (30) (lit 1 tabel 9)
e2 = faktor yang tergantung pada kondisi tali (0,85) (lit 1 tabel 10)
maka :
D ≥ 30 . 0,85 . 36
D ≥ 918 mm
Ukuran – ukuran drum dapat ditentukan dari tabel di bawah ini.
Tabel 3.3. Dimensi Alur Drum
s1 = 39 mm
c1 = 11 mm
Jumlah lilitan atau putaran tali pada drum dapat dihitung dengan rumus :
Z = . +2
D i H
π (lit 1 hal 74)
Dimana :
H = tinggi angkat muatan, H = 30 m
i = Perbandingan sistem tali, i = 6
maka :
Z = 2
918 ) 6 ( 30000
+
π
= 64,45 lilitan = 65 lilitan
Panjang total drum dapat dicari dengan rumus :
L = 2 12 s l1 D
Hi +
+
π (lit 1 hal 75)
Dimana :
l1 = lebar ruang antara bagian kanan dan kiri alur
= 195 mm
Tebal dinding drum ditentukan dengan rumus empiris dibawah ini :
cm
Dari hasil perhitungan di atas, maka ditentukan tebal dinding drum adalah
28,4 mm = 2,84 cm.
Untuk menghitung tegangan tekan maksimum pada permukaan dalam drum
digunakan rumus :
Maka bahan drum dipilh SFCM 95D dengan kekuatan tarik bahan t = 10100 kg/cm2.
Tegangan tarik yang diizinkan adalah :
zin =
k
σ
dimana :
k = faktor keamanan untuk pengangkat kran, diambil k = 8
maka :
izin =
8 10100
= 1262,5 kg/cm2
Dari hasil perhitungan didapat < izin maka drum cukup aman untuk
digunakan.
3.1.4. Kait
Kait digunakan untuk menggantungkan beban yang akan diangkat. Kait
umumnya mempunyai penampang trapesium dibagian dalam dibuat lebih lebar
daripada bagian luar. Bentuk penampang trapesium selain untuk menghemat
pemakaian bahan dan desain yang lebih sederhana, juga untuk mengantisipasi
Pada perencanaan ini digunakan jenis kait ganda, dengan kapasitas angkat 120
ton.
- Pemilihan Bahan Kait
Bahan untuk kait proses pengerjaannnya dilakukan dengan proses penempaan
dan pengecoran. Pada proses pengecoran bahan yang telah dicor dibersihkan
kemudian dikerjakan dengan mesin, selanjutnya dilakukan pemanasan atau
penempaan.
Bahan kait dipilih baja S 55 C (Lampiran 17) dengan komposisi sebagai
berikut :
• (0,52-0,58)% C
• (0,15-0,35)%Si • (0,60-0,90)%Mn
• (0,030)%P
• (0,35)%Si
• Kekuatan tarik bahan ( b) = 8000 kg/cm2
Ukuran dari batang yang licin dan yang berulir dari batang kait ganda sama
pada kait tunggal dan kekuatan dari batang yang berulir dicek sama seperti pada kait
tunggal. Begitu juga bagian yang melengkung dari kait ganda di cek dengan metode
yang sama pula dengan kait tunggal. Gambar kait ganda yang dipakai dalam
Gambar 3.5. Ulir Trapesium Kait Tanduk
- Tegangan Tarik Pada Ulir
Pada perencanaan ini baut yang dipilih adalah jenis ulir metris ( M 64 ) maka
berdasarkan tabel ukuran standar ulir kasar metris (Lampiran 16) diperoleh :
• Diameter luar (d0) = 64 mm
• Diameter dalam (d1) = 57,505 mm
• Diameter efektif (d2) = 60,103 mm
• Tinggi kaitan (H) = 3,426 mm
• Jarak bagi (p) = 6 mm
Untuk menghitung tegangan tarik pada ulir digunakan rumus :
t = 2
1) (
. 4
d Q π
= 2
) 505 , 57 (
132000 .
4
= 50,85 kg/mm2
Tegangan tarik yang terjadi dalam keadaan aman karena > t dimana 80 kg/mm2 >
50,85 kg/mm2.
- Panjang Minimum Ulir Kait
Panjang minimum ulir kait dihitung dengan menggunakan rumus :
= 2,5 . 57,505 = 143,76 mm
Z = 2
2 e
W
+
= 78,59 2
76 , 143
+ = 150,47 mm
Gambar penampang trapesium dari kait dapat dilihat pada gambar 3.6 di
bawah ini :
Gambar.3.6. Penampang Trapesium
Jadi luas penampang A-A
A-A = 3,72.57,505
= 3,72 . (57,505)2
Momen inersia untuk penampang A-A
Untuk luas penampang B-B
= 9258,30 mm2 = 92,58 cm2
Momen inersia untuk penampang B-B
I =
3.1.5. Motor Mekanisme Pengangkatan
Tenaga penggerak yang dapat digunakan dalam perancangan suatu pesawat
pengangkat ada bermacam – macam jenis, antara lain :
1. Penggerak daya hidrolik
2. Penggerak daya pneumatik
3. Penggerak daya mesin uap
4. Penggerak daya motor bakar
5. Penggerak daya motor listrik
Gambar motor penggerak untuk mekanisme hoisting dapat dilihat pada gambar 3.7
Gambar 3.7. Motor Penggerak
Perencanaan ini direncanakan tenaga penggerak menggunakan tenaga daya
motor listrik. Besarnya daya yang dibutuhkan oleh elektromotor dapat dihitung
dengan rumus :
N =
tot v Q
η . 75
.
(lit 1 hal 234)
Dimana :
tot= efisiensi mekanis pengangkat, diasumsikan 0,8 dengan tiga pasang
roda gigi penggerak (lit 1 hal 299)
v = Kecepatan angkat, direncanakan v = 1,5 m/menit = 0,025 m/det
sehingga :
N =
) 8 , 0 .( 75
= 55,4 Hp
Maka ditentukan elektromotor dengan N = 55,4 Hp untuk elektromotor
dengan putaran 560 rpm disesuaikan dengan standart, jumlah kutub enam buah,
momen girasi motor (GDrot = 0,22kg/m2).
Momen gaya ternilai dari motor (Mrated) adalah :
Mrated = 71620
n Nrated
= 71620
560 4 , 55
= 7085,3 kg.cm
Bahan poros penggerak dipilih S50C dengan kekuatan tarik bahan = 7500 kg/cm2.
Tegangan tarik yang diizinkan adalah :
zin =
k
σ
dimana :
k = faktor keamanan untuk pengangkat kran, diambil k = 8
maka :
= 937,5 kg/cm2
Tegangan puntir yang diizinkan ialah :
p = 0,7.( izin)
= 0,7 (937,5) = 656,25 kg/cm2
Maka diameter poros penggerak adalah
dp 3
Dipilih diameter poros penggerak dp = 38 mm yang diambil dari tabel standar
poros (lit 3 hal 9)
Momen girasi kopling dapat dicari dengan rumus :
GD2 kopling = 4.g.I (lit 1 hal 289)
Dimana :
G = percepatan gravitasi, g = 9,81 m/det2
Maka :
GD2kopling = 4.(9,81).(0,0078)
= 0,30607 kg/m2
Momen girasi rotor dan kopling pada poros motor adalah :
)
Momen gaya dinamis (Mdyn) dapat dihitung
η
δ = koefisien yang memperhitungkan pengaruh massa mekanisme
Momen gaya motor yang diperlukan untuk start adalah :
dyn st
mot M M
M = + (lit 1 hal 291)
Momen statis poros motor adalah :
n
Pemeriksaan motor terhadap beban terhadap beban lebih adalah sebagai berikut :
)
Dari perhitungan didapat harga di atas maka pemakaian motor aman terhadap beban
3.1.6. Perencanaan Kopling
Kopling tetap adalah elemen mesin yang berfungsi meneruskan daya dan
putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa slip),
dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada suatu garis lurus atau dapat sedikit
berbeda sumbunya.
Crane direncanakan memakai sebuah kopling jenis flens kaku, gambar 3.8
dibawah menunjukkan bentuk dari kopling flens yang direncanakan.
Gambar 3.8. Kopling Flens Kaku
Data-data awal perencanaan :
Putaran motor (n) = 560 rpm
Momen torsi (T) = 9,74.105 x
n f P. c
(lit.3 , hal 11)
dimana : fc adalah faktor koresi daya = 1,2
= 9,74.105 x
560 ) 2 , 1 ( 7 , 40
= 84946 kg.mm
Diameter poros (D) = 38 mm
Data-data ini dipakai sebagai dasar perhitungan rancangan selanjutnya yaitu :
Kopling yang digunakan untuk menghubungkan poros dari motor ke poros roda gigi
memakai kopling tetap jenis flens. Dimensi-dimensi kopling tersebut sesuai dengan
notasi yang dipakai pada gambar 3.8 dan dengan menggunakan tabel pada lampiran
18 maka diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :
Diameter lubang D = 38 mm, diameter terluar kopling A = 145,2 mm, lebar
kopling H = 32,5 mm, panjang dudukan poros L = 51,5 mm, diameter luar dudukan
poros C = 67,4 mm, diameter lobang baut d = 11 mm, diameter jarak pusat lobang
baut B = 103 mm, G = 128 mm, F = 18,5 mm, K = 4,5 mm dan jumlah baut n = 6
baut (lampiran 18).
Bahan kopling dipilih dari besi cor kelabu (FC 20) dengan kekuatan tarik bahan b =
20 kg/mm2. Bahan baut dan mur dari baja karbon dengan kekuatan tarik bahan b =
Tegangan geser pada baut dengan efektivitas baut 50 % (jumlah baut yang menerima
beban terbagi merata hanya 3 buah) dapat dicari dengan persamaan :
b =
d = diameter baut, sesuai dengan diameter lobang baut yang disarankan
untuk kopling dengan diameter 38,8 mm sebesar 11 mm,
sehingga :
Tegangan geser izin untuk baut dari baja karbon adalah :
ba =
Harga Sf1 dan Sf2 adalah faktor keamanan terhadap kelelahan puntir dan konsentrasi
tegangan.
Dari hasil terlihat bahwa tegangan geser yang terjadi lebih kecil daripada harga yang
diperbolehkan, sehingga baut cukup aman dipakai.
f =
π , harga-harga dimensi kopling dipakai disini, sehingga :
f =
Tegangan geser izin bahan baja karbon cor sebesar :
fa =
Dari perhitungan dapat dilihat bahwa tegangan geser izin kopling lebih besar daripada
tegangan geser yang terjadi sehingga kopling aman buat dipakai.
3.1.7 Perencanaan Rem
Pada pesawat pengangkat rem tidak hanya dipergunakan untuk menghentikan
mekanisme tetapi juga untuk menahan beban pada waktu diam dan mengatur
kecepatan pada saat menurunkannya. Adapun jenis rem yang dipergunakan pada
mekanisme pengangkatan yaitu jenis rem blok ganda.
Daya statik pengereman yang dipakai adalah :
= effisiensi total mekanisme = 0,8
maka :
Momen statis pada saat pengereman adalah :
Mst = 71620
Momen gaya dinamik saat pengereman adalah :
= koefisien efek massa bagian mekanisme transmisi ( = 1,1 s/d 1,25)
diambil 1,25
maka :
Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :
Mbr = Mst – Mdin
= 70,583 – 2,83 = 73,41 kg.m
Tekanan yang diperlukan untuk menggerakkan rem dengan sepatu ganda dapat
dihitung dengan rumus :
S =
F =
B = lebar sepatu (direncanakan = 80 mm)
= sudut kontak antara roda dan sepatu rem (600
s/d 1200)
Tekanan satuan antara sepatu dan roda rem adalah :
P =
Harga tekanan satuan ini masih dalam batas tekanan satuan yang diizinkan
yaitu untuk bahan asbes pada besi cor, P = (0,5 s/d 7) kg/cm2. Dengan demikian
bahan yang dipilih sudah tepat.
3.2. PERENCANAAN MEKANISME TRAVERSING
Trolli dirancang sedemikian rupa sebagai tempat bergantungnya puli dan
hook. Disamping harus dapat menahan beban yang diangkat, troli juga berfungsi
Gaya maksimum yang bekerja pada troli adalah :
q = berat trolli (10.000) kg diambil dari data survey
Maka :
Faktor perhitungan kecepatan gelinding adalah:
(
s d)
VwH = 0,2 / 1 (lit.1, hal 261)
dimana :
Vw = kecepatan gelinding direncanakan 0,2 m/det
Sehingga :
H = 1 x 0,2 = 0,2
Bahan roda trolley S30C dengan kekuatan tarik, t = 4800 kg/cm2.
Diameter roda trolley dapat dicari dengan rumus :
Dimana :
Diameter poros roda trolley dapat ditentukan dengan rumus :
3 10,2. max.
Dimana : L = jarak plat gantungan dengan roda trolley (direncanakan L = 25 cm). dan
bahan poros diplih S45C dengan kekuatan tarik t = 7000 kg/cm2 dan tegangan lentur
izin b = 3000 kg/cm2.
Tahanan akibat gesekan pada roda trolley adalah :
= koefisien gesek pada bantalan (0,1)
K = koefisien gesek roda gelinding (0,05)
Maka :
Gambar 3.10. Diagram Untuk Menentukan Tahanan Gesek
3.2.1 Perencanaan Motor
Daya motor penggerak yang dibutuhkan pada kecepatan konstan :
W = Tahanan untuk menggerakkan Trolley
= Effesiensi mekanisme pengangkat, diasumsikan 0,8 dengan tiga
pasang roda gigi penggerak
Vt = Kecepatan jalan trolley (Direncanakan = 0,2 m/detik)
Sehingga :
Mekanisme trolli yang direncanakan memakai 2 buah motor penggerak.
Sehingga daya tiap motor penggerak yang ditentukan adalah:
Hp
Maka dipilih elektromotor dengan N = 2,12 Hp, putaran (n) = 1200 rpm disesuaikan
dengan standart, jumlah kutub 6 buah, momen girasi motor (GDrot = 0,22 kg.m2).
Momen gaya ternilai dari motor (Mrated) adalah :
K p i
σ
σ =
Dimana K adalah faktor keamanan dan diambil K = 8
2
Tegangan puntir yang diizinkan adalah :
( )
Maka diameter poros penggerak :
( )
Dipilih diameter poros penggerak dp = 20 mm, diambil dari tabel standar poros.
Momen girasi kopling dapat dicari dengan rumus
GD2kop = 4.gI
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
Momen girasi rotor dan kopling pada poros motor adalah
GD2 = GD2kop + GD2rot
= 0,00011772 + 0,22 = 0,22001kg.m2
Momen gaya dinamis (Mdin) dapat dihitung :
η
= Koefisien pengaruh massa mekanisme transmisi (1,1 / 1,25)
ts = waktu start (1,5 s/d 5)
din st
mot M M
M = +
Momen statis (Mst) poros motor adalah :
cm
Pemeriksaan motor terhadap beban lebih adalah sebagai berikut :
5
Harga 1,01 < 2,5 ; Maka motor aman untuk dipakai.
3.2.2 Perencanaan Kopling
Kopling yang direncanakan untuk meneruskan daya dan putaran dari motor ke
Data-data awal perencanaan :
Daya motor (P) = 2,12 Hp (1,56 kW)
Putaran motor (n) = 1200 rpm
Momen torsi (T) = 9,74.105 x
n f P. c
dimana : fc adalah faktor koresi daya = 1,2
= 9,74.105 x
1200 ) 2 , 1 ( 56 , 1
= 1517,68 kg.mm
Diameter poros (D) = 20 mm
Data-data ini dipakai sebagai dasar perhitungan rancangan selanjutnya yaitu :
Kopling yang digunakan untuk menghubungkan poros dari motor ke poros roda gigi
memakai kopling tetap jenis flens. Dimensi-dimensi kopling tersebut sesuai dengan
notasi yang dipakai pada gambar 3.8 dan dengan menggunakan tabel pada lampiran
18 maka diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :
Diameter lubang D = 20 mm, diameter terluar kopling A = 112 mm, lebar
kopling H = 22,4 mm, panjang dudukan poros L = 40 mm, diameter luar dudukan
poros C = 45 mm, diameter lobang baut d = 10,5 mm, diameter jarak pusat lobang
Bahan kopling dipilih dari baja karbon cor dengan kekuatan tarik bahan b =
20 kg/mm2. Bahan baut dan mur dari baja karbon dengan kekuatan tarik bahan b =
60 kg/mm2.
Tegangan geser pada baut dengan efektivitas baut 50 % (jumlah baut yang menerima
beban terbagi merata hanya 2 buah) dapat dicari dengan persamaan :
b =
d adalah diameter baut, sesuai dengan diameter lobang baut yang disarankan
untuk kopling dengan diameter 20 mm sebesar 10,5 mm,
sehingga :
Tegangan geser izin untuk baut dari baja karbon adalah :
ba =
Harga Sf1 dan Sf2 adalah faktor keamanan terhadap kelelahan puntir dan konsentrasi
tegangan.
Tegangan geser pada kopling, dicari dengan rumus :
π , harga-harga dimensi kopling dipakai disini, sehingga : f
=
Tegangan geser izin bahan baja karbon cor sebesar :
fa =
Dari perhitungan dapat dilihat bahwa tegangan geser izin kopling lebih besar daripada
tegangan geser yang terjadi sehingga kopling aman buat dipakai.
3.2.3 Perancangan Rem
Jenis rem yang dipergunakan pada mekanisme traversing direncanakan sama
dengan jenis rem pada sistim pengangkat yaitu jenis rem blok ganda.
Daya statik pengereman yang dipakai adalah :
Nbr =
= Effisiensi total mekanisme = 0,8
Momen statis pada saat pengereman adalah :
Mst = 71620
Momen gaya dinamik saat pengereman adalah :
Mdin =
= koefisien efek massa bagian mekanisme tranmisi
Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :
Mbr = Mst – Mdin
= 252,8 – 5,3 = 247,6 kg.m
Tekanan yang diperlukan untuk menggerakkan rem dengan sepatu ganda dapat
dihitung dengan rumus :
S = µ . D Mbr
Dimana :
= koefisien gesekan ( 0,35 atau 0,65)
D = Diameter roda rem (direncanakan = 30 cm)
Maka :
S =
( )
0,35 6 , 06 , 247
= 1178,95 kg
Luas permukaan kontak antara sepatu dan roda rem adalah :
F =
360 . . . β π DB
Dimana :
= Sudut kontak antara roda dan sepatu rem (600 s/d 1200)
Tekanan satuan antara sepatu dan roda rem adalah :
P =
Harga tekanan satuan ini masih dalam batas tekanan satuan yang diizinkan yaitu
untuk bahan asbes pada logam, P = (0,5 s/d 7) kg/cm2, dengan demikian bahan yang
dipilih adalah tepat.
3.3. PERENCANAAN MEKANISME TRAVELLING
3.3.1 Perencanaan Roda Jalan Crane
Gaya maksimum yang terjadi pada roda jalan adalah :
Pmax =
w cr n W
dimana : Wcr = berat total girder dan troli 100 ton (data survey)
Pmax =
16 100000
= 6250 kg
Bahan roda jalan yang dipilih adalah S 30 C dengan kekuatan tarik t = 4800 kg/cm2
Diameter roda jalan ditentukan dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
Rw = 2
Vw = kecepatan gelinding (direncanakan 20 m/menit atau 0,33 m/dtk)
sehingga :
Hg = (0,2 – 1) Vw
Dimana :
Vw = kecepatan gelinding, direncanakan 0,33 m/det
Maka :
maka :
Diameter roda jalan adalah :
Dw = 2.Rw
= 2.(8) = 160 mm
Diameter poros roda jalan ditentukan dengan persamaan :
dw =
Bahan poros yang dipilih adalah S35C dengan kekuatan tarik t = 5200 kg/cm2 dan
Gambar 3.11. Diagram Untuk Menentukan Tahanan Gesek
3.3.2 Perencanaan Motor
Besar tahanan akibat gesekan pada roda jalan adalah :
Ww = Wcr+ Q+q
w
w D
K d 2.
. +
µ
dimana :
= koefisien gesek pada bantalan = 0,01
K = koefisien gesek gelinding roda = 0,05
maka :
Ww = 233.000
14 05 , 0 . 2 6 . 01 ,
0 +
= 2662,8 kg
N=
Voht = kecepatan jalan crane (direncanakan = 0,33 m/dtk)
t = effisiensi transmisi = 0,8
Mekanisme travelling yang direncanakan memakai 4 buah motor penggerak dengan
perincian tiap satu motor dipakai untuk menggerakkan dua buah roda jalan
sedangkan sisanya yaitu 8 buah roda jalan tanpa motor penggerak.
Sehingga daya tiap motor penggerak yang ditentukan adalah :
Noht =
Maka dipilih elektromotor dengan N = 3,7 Hp, putaran (n) = 1200 rpm, momen girasi
rotor (GD2rot = 0,468 kg.m).
Momen gaya ternilai dari motor (Mrated) adalah :
Mrated = 71620 x
= 71620 x
Bahan poros penggerak yang dipilih adalah S30C dengan kekuatan tarik bahan
p = 4800 kg/cm2.
Tegangan tarik yang diizinkan adalah :
i =
Tegangan puntir yang diizinkan adalah :
k= 0,7 ( i)
= 0,7 (600) = 420 kg/cm2
Maka diameter poros penggerak adalah :
dp≥1,4 cm
Dipilih diameter poros penggerak dp = 20 mm diambil dari tabel standar poros.
Momen girasi kopling dapat dicari dengan rumus :
GD2kop = 4.g.I
dimana :
g = percepatan gravitasi, g = 9,81 m/det2
I = momen inersia kopling, I = 0,002 kg.m
maka :
GD2kop = 4(9,81)(0,002) = 0,000784 kg.m2
Momen girasi rotor dan kopling pada poros motor adalah :
GD2 = GD2kop + GD2rot
= 0,000784 + 0,468 = 0,468784 kg.m2
Momen gaya dinamis (Mdin) dapat dihitung :
ts = waktu start (1,5 s/d 5)
Momen gaya motor yang diperlukan pada saat start adalah :
Mmot = Mst + Mdin
Momen statis (Mst) poros motor adalah :
Mst = 71620 x
rated
Harga 1,4 < 2,5, sehingga aman untuk dipakai.
3.3.3. Perencanaan Kopling
Kopling yang direncanakan untuk meneruskan daya dan putaran dari motor ke
poros tranmisi crane adalah kopling flens tetap.
Data-data awal perencanaan :
Diameter poros (D) = 20 mm
Data-data ini dipakai sebagai dasar perhitungan rancangan selanjutnya yaitu :
Kopling yang digunakan untuk menghubungkan poros dari motor ke poros roda gigi
memakai kopling tetap jenis flens. Dimensi-dimensi kopling tersebut sesuai dengan
notasi yang dipakai pada gambar 3.3 dan dengan menggunakan tabel pada lampiran
18 maka diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :
Diameter lubang D = 20 mm, diameter terluar kopling A = 112 mm, lebar
kopling H = 22,4 mm, panjang dudukan poros L = 40 mm, diameter luar dudukan
poros C = 45 mm, diameter lobang baut d = 10,5 mm, diameter jarak pusat lobang
baut B = 75 mm, G = 100 mm, F = 11,2 mm, K = 4 mm dan jumlah baut n = 4 baut.
Bahan kopling dipilih dari baja karbon cor dengan kekuatan tarik bahan b =
20 kg/mm2. Bahan baut dan mur dari baja karbon dengan kekuatan tarik bahan b =
40 kg/mm2.
Tegangan geser pada baut dengan efektivitas baut 50 % (jumlah baut yang menerima
beban terbagi merata hanya 2 buah) dapat dicari dengan persamaan :
b =
B n d
T
e. . .
. 8
2 π
dimana :
d adalah diameter baut, sesuai dengan diameter lubang baut yang disarankan
sehingga :
Tegangan geser izin untuk baut dari baja rol adalah :
ba =
Harga Sf1 dan Sf2 adalah faktor keamanan terhadap kelelahan puntir dan konsentrasi
tegangan.
Dari hasil terlihat bahwa tegangan geser yang terjadi lebih kecil daripada harga yang
diperbolehkan, sehingga baut cukup aman dipakai.
Tegangan geser pada kopling, dicari dengan rumus :
f =
π , harga-harga dimensi kopling dipakai disini, sehingga :
f =
Tegangan geser izin bahan baja karbon cor sebesar :
fa =
Dari perhitungan dapat dilihat bahwa tegangan geser izin kopling lebih besar dari
3.3.4. Perencanaan Rem
Jenis rem yang dipergunakan pada mekanisme travelling direncanakan sama
dengan jenis rem pada sistim pengangkat dan troli yaitu jenis rem blok ganda.
Daya statik pengereman yang dipakai adalah :
Nbr =
Dimana : W = Tahanan akibat gesekan roda crane
V = Kecepatan jalan = 0,33 m/det
Momen statis pada saat pengereman adalah :
Mst = 71620
Momen gaya dinamik saat pengereman adalah :
Dimana :
Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :
Mbr = Mst – Mdin
= 8,74 – 2,32 = 6,42 kg.m
Tekanan yang diperlukan untuk menggerakkan rem dengan sepatu ganda dapat
dihitung dengan rumus :
S =
D = Diameter roda rem (direncanakan = 30 cm)
S =
Luas permukaan kontak antara sepatu dan roda rem adalah :
F =
Dimana :B = Lebar sepatu (direncanakan = 100 mm)
= Sudut kontak antara roda dan sepatu rem (600 s/d 1200)
Tekanan satuan antara sepatu dan roda rem adalah :
P =
Harga tekanan permukaan kontak masih dalam batas tekan satuan yang diizinkan
yaitu untuk bahan asbes pada logam P = (0,5 s/d 7) Kg/cm2, sehingga bahan yang
BAB IV
PERHITUNGAN BAHAN ( BILL Of QUANTITY )
Perhitungan bahan (bill of quantity) adalah perhitungan jumlah
komponen-komponen yang diperlukan dalam suatu konstruksi dari suatu mesin.
Perhitungan Bahan (bill of quantity) bertujuan untuk :
1. Mengetahui jumlah komponen yang terpasang pada Overhead Travelling
Crane sehinga quantity surveyor mendapat data jumlah komponen yang
terpasang pada Overhead Travelling Crane,
2. Mengetahui komponen-komponen crane yang terpasang mulai dari
komponen yang sangat kecil sampai komponen yang besar,
3. mempermudah dalam pemasangan komponen-komponen crane karena
dengan bill of quantity ini dilengkapi dengan keterangan sehingga dapat
mempermudah dalam pemasangannya dan kita juga dapat
4. mengetahui ukuran dari komponen-komponen crane karena dilengkapi dengan
tabel ukuran (size).
Oleh karena itu selain merancang komponen-komponen utama dari suatu
Overhead Travelling Crane kita juga dituntut untuk dapat melakukan bill of quantity
dalam pemasangannya, baik komponen yang besar maupun komponen yang sangat
kecil. Dalam suatu perancangan Overhead Travelling Crane ketelitian dalam
pemakaian komponen sangat diperhitungkan. Untuk itu dalam perancangan
pemasangannya terlebih dahulu kita harus mendata komponen-komponen apa yang
diperlukan di dalam pemasangan komponen utama. Komponen–komponen tersebut
adalah :
1. Rel
2. Drum
3. Crab ( Trolley )
4. Block ( Spreader )
5. Crane Traveling Mekanisme
6. Crane Traversing Mekanisme
7. Crane Hoisting Mekanisme
8. Crane Bridge ( Girder )
9. General Assembly
4.1 Rel
4.1.1 Klasifikasi Rel
Menurut kegunaannya rel untuk crane dapat diklasifikasikan menjadi
1. Rel untuk troli crane jalan overhead dan rel untuk mekanisme penjalan crane
yang digerakan oleh tangan atau batang bentang. Rel tersebut dibuat dari baja
rata dari sudut yang dibulatkan atau dipotong miring dengan permukaan
gelinding yang cembung.
Dimensi standar rel yang terbuat dari baja rata dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
- Girder Gerak
Penandaan girder gerak 100 x 85
Dalam penampang lintang panjang 5.000 mm: Girder gerak 100 x 85; l = 5.000 ke 8.000 mm
Tabel 4.1 Girder gerak
B H r
Berat per
meter roda
sorong, Kg
Panjang, m
Minimum Maksimum
85 5 8
H