UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT PADA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY
OLEH :
NAMA : RAHMAN
NIM : 030503083
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Pada Rumah Sakit Umum
Pusat H. Adam Malik Medan Dengan Menggunakan Metode Economic
Order Quantity”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
level program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas
benar apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 11 Januari 2010 Penulis,
Rahman
ABSTRAK
Perencanaan obat di RSUP H. Adam Malik Medan ini berdasarkan
rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu. Padahal fluktuasi
penjualan obat-obatan tidak sama antara minggu yang telah lalu dengan minggu
ini. Apabila rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu tinggi
tetapi penjualan minggu-minggu selanjutnya rendah dapat mengakibatkan
obatan yang telah dibeli tersimpan lama. Namun apabila rata-rata penjualan
obat-obatan beberapa minggu yang lalu rendah tetapi penjualan minggu-minggu
selanjutnya tinggi akan mengakibatkan obat-obatan cepat habis sebelum waktu
pembelian selanjutnya. Hal ini dapat memperbesar biaya pemesanan obat-obatan.
Karena itu, penulis menghitung jumlah yang harus dipesan dan kapan seharusnya
dilakukan pemesanan itu agar tidak terjadi pemborosan biaya persediaan.
Untuk mencari tahu jumlah yang harus dipesan dan kapan waktu
pemesanan perlu juga diketahui karakteristik obatan. Karakteristik
obat-obatan ini digolongkan menjadi 3, yaitu obat-obat-obatan tingkat perputaran rendah,
obat-obatan tingkat perputaran sedang dan obat-obatan tingkat perputaran tinggi.
Perbedaan karakteristik obat-obatan akan membuat perbedaan juga di
dalam jumlah yang harus dipesan dan waktu pemesanan.
Kata kunci : Manajemen Persediaan, Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ).
ABSTRACT
Purchasing plan in RSUP H. Adam Malik Medan hospital is based on
the average sales some weeks ago. Whereas, medicine sales fluctuation keeps on
changing. Therefore, if the sales average some weeks ago high, but the sales on
the following weeks is low, the medicine will be stored longer. On the contrary, if
the sales average some weeks ago low, but on the following weeks it is high. The
inventory will be zero before the next order so it can enlarge the ordering cost.
Because of those reason, the writer counts the quantity that has to be bought, and
when to order to avoid waste inventory cost.
In order to find out the quantity and the time to order, medicine
characteristics must be known. The characteristics of medicine can be divided into
three, they are : low turn over medicine, average turn over medicine, and high turn
over medicine.
The differences of medicine characteristics will influence in the
quantity and time of order.
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan keadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Pada
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Dengan Menggunakan Metode
Economic Order Quantity” dengan baik guna memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Pendidikan Program S1-Reguler Akuntansi di Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan. Tidak lupa penulis ucapkan shalawat serta
salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
kebodohan kea lam yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril
maupu materil dari berbagai pihak. Terutama kepada Ibunda Hasniar dan
Ayahanda Syahminan, yang telah memberikan segalanya kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Bapak Fahmi Natigor
Nasution, SE. M.Acc, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen
3. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si. Ak, selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan serta penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Bapak
Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding II yang telah
memberikan banyak arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Pimpinan RSUP H. Adam Malik Medan serta seluruh staf dan
karyawan rumah sakit yang telah memberikan data dan informasi serta
bimbingan bagi penulis.
6. Kakanda Midar, Emy, dan adinda Raden Saleh, Randi Saputra, serta buat
yang tersayang Adinda Evy Yani, yang telah banyak memberikan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Ponten Tarigan, Bunda Rismawati br.Ginting, dan adinda Dessy,
Manda, Kia, Pak Tengah, dll.
8. Saudaraku Irwantauhid, Amd, Aulia Rahman, dan buat keluarga besar
Istana Gantung…Salam Kompak Slalu..Trim’s atas masukannya.
9. Teman-teman yang tergabung di Ikatan Pelajar Mahasiswa Kecamatan
Tanah Putih (IPMKTP-Medan), Perhimpunan Pelajar Mahasiswa Rokan
Hilir (PerPeM ROHI-Medan), Karang Taruna Kab.Rokan Hilir, Pramuka
Universitas Sumatera Utara (USU), Pramuka Kwartir Ranting Tanah
Putih, Gabungan Anak Melayu Medan (GAMMe), HMI Koms.FE-USU.
Salam kompak slalu..
10.Keluarga Besar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPC-Rokan
Lembaga Bantuan Hukum Mahatva Rokan Hilir dan Koalisi Hak Azazi
Manusia Rokan Hilir. Salam Perjuangan…
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya dalam
kehidupan kita semua, Amin.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat
pembaca da yang membutuhkannya.
Medan, 11 Januari 2010
Penulis,
Rahman
ABSTRAK
Perencanaan obat di RSUP H. Adam Malik Medan ini berdasarkan
rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu. Padahal fluktuasi
penjualan obat-obatan tidak sama antara minggu yang telah lalu dengan minggu
ini. Apabila rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu tinggi
tetapi penjualan minggu-minggu selanjutnya rendah dapat mengakibatkan
obatan yang telah dibeli tersimpan lama. Namun apabila rata-rata penjualan
obat-obatan beberapa minggu yang lalu rendah tetapi penjualan minggu-minggu
selanjutnya tinggi akan mengakibatkan obat-obatan cepat habis sebelum waktu
pembelian selanjutnya. Hal ini dapat memperbesar biaya pemesanan obat-obatan.
Karena itu, penulis menghitung jumlah yang harus dipesan dan kapan seharusnya
dilakukan pemesanan itu agar tidak terjadi pemborosan biaya persediaan.
Untuk mencari tahu jumlah yang harus dipesan dan kapan waktu
pemesanan perlu juga diketahui karakteristik obatan. Karakteristik
obat-obatan ini digolongkan menjadi 3, yaitu obat-obat-obatan tingkat perputaran rendah,
obat-obatan tingkat perputaran sedang dan obat-obatan tingkat perputaran tinggi.
Perbedaan karakteristik obat-obatan akan membuat perbedaan juga di
dalam jumlah yang harus dipesan dan waktu pemesanan.
Kata kunci : Manajemen Persediaan, Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ).
ABSTRACT
Purchasing plan in RSUP H. Adam Malik Medan hospital is based on
the average sales some weeks ago. Whereas, medicine sales fluctuation keeps on
changing. Therefore, if the sales average some weeks ago high, but the sales on
the following weeks is low, the medicine will be stored longer. On the contrary, if
the sales average some weeks ago low, but on the following weeks it is high. The
inventory will be zero before the next order so it can enlarge the ordering cost.
Because of those reason, the writer counts the quantity that has to be bought, and
when to order to avoid waste inventory cost.
In order to find out the quantity and the time to order, medicine
characteristics must be known. The characteristics of medicine can be divided into
three, they are : low turn over medicine, average turn over medicine, and high turn
over medicine.
The differences of medicine characteristics will influence in the
quantity and time of order.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, persaingan terjadi di berbagai sektor, termasuk sektor jasa.
Salah satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit
harus menggunakan berbagai strategi untuk dapat bertahan menghadapi
competitor yang lain. Dengan adanya perbedaan strategi yang diterapkan disetiap
rumah sakit membuat setiap rumah sakit memiliki keunggulannya masing-masing.
Keunggulan yang dapat dimiliki seperti keunggulan dalam hal harga, kualitas
pelayan, dan lain sebagainya. Salah satu strategi yang harus diperhatikan adalah
biaya.
Untuk mendapatkan keunggulan dalam hal harga, rumah sakit harus
menekan biaya yang dikeluarkan seminimalisasi adalah persediaan. Setiap rumah
sakit perlu mengadakan persediaan terutama obat-obatan yang biasanya harganya
mahal.
Tanpa adanya persediaan, rumah sakit dihadapkan pada resiko bahwa
rumah sakit tidak dapat mengobati pasiennya. Jikalau hal ini terjadi, pasien dapat
meninggal atau penyakitnya bertambah parah. Persediaan obat-obatan di rumah
sakit harus dapat mencukupi kebutuhan pasien. Persediaan yang terlalu berlebihan
akan menyulitkan rumah sakit itu sendiri karena akan meningkatkan modal kerja
yang ditanamkan di persediaan. Modal kerja itu seharusnya dapat digunakan
untuk hal-hal yang lain seperti membeli alat kesehatan untuk meningkatkan
Persediaan yang terlalu sedikit akan menimbulkan masalah juga. Jikalau
sewaktu-aktu obat-obatan yang persediaannya sedikit itu diperlukan dalam jumlah besar
akan tidak terpenuhi.
Untuk mengatasi hal itu perlu adanya pengaturan persediaan agar
persedian yang ada tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil. Dengan adanya
pengaturan ini, biaya persediaanpun dapat diefisiensikan. Uang yang didapat dari
penerapan efesiensi itu dapat digunakan untuk hal lain yang lebih penting.
Persediaan barang (inventory) bagi kebanyakan perusahaan merupakan
salah satu modal kerja yang sangat penting, dimana prosesnya terus–menerus
mengalami perubahan dan perputaran. Pada umumnya persediaan meliputi jenis
barang yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup berarti dari seluruh
aktiva perusahaa, baik itu perusahaan dagang ataupun perusahaan industri. Hal ini
karena persediaan diperoleh dengan menyediakan sejumlah dana yang tertanam di
perusahaan. Bagi perusahaan dagang persediaan dibeli dalam bentuk barang
dagang kemudian dijual kembali tanpa adanya pemrosesan lebih lanjut. Sedang
bagi perusahaan industri persediaan dibeli dalam bentuk bahan baku dan
kemudiaan diproses menjadi barang jadi yang siap dipasarkan. Meski demikian
tidak berarti perusahaan harus menyediakan persediaan sebanyak-banyaknya
untuk maksud tertentu.
Persediaan yang tinggi memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan
mendadak dari pelanggan. Namun persediaan yang tinggi akan menyebabkan
perusahaan memerlukan modal kerja yang makin besar pula. Apabila perusahaan
mampu memprediksi dengan tepat kebutuhan akan bahan baku atau barang jadi,
jumlah yang diperlukan pada saat diperlukan. Pada saat diperlukan, jumlah
persediaan bisa saja sangat kecil. Selain itu persediaan yang terlalu lama
tersimpan digudang akan menyebabkan kerusakan dan turunnya kualitas barang.
Perhitungan jumlah obat-obatan yang akan dibeli menggunakan rata-rata
penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu. Padahal fluktuasi penjualan
obat-obatan tidak sama antara minggu-minggu yang telah lalu dengan minggu ini.
Apabila rata-rata penjualan obat-obatan pada minggu yang lalu tinggi tetapi
penjualan minggu selanjutnya rendah dapat mengakibatkan obat-obatan yang
telah dibeli tersimpan lama. Namun apabila rata-rata penjualan obat-obatan
beberapa minggu yang lalu rendah tetapi penjualan minggu-minggu selanjutnya
tinggi akan mengakibatkan obat-obatan cepat habis sebelum waktu pembelian
selanjutnya. Hal ini dapat memperbesar biaya pemesanan obat-obatan.
Dari berbagai macam persediaan tersebut dapat dikelompokan menjadi
beberapa macam obat-obatan setiap bulannya yang memberi kontribusi
pendapatan yang paling besar. Obat-obatan ini biasanya memiliki harga jual dan
harga beli yang tinggi. Obat-obatan jenis ini mempengaruhi biaya kesempatan
(opportunity cost). Agar terjadi efesiensi biaya, obat-obatan jenis ini harus
dipertimbangkan dengan baik. Apabila obat-obat jenis ini tidak diperhatikan
dengan baik, rumah sakit akan kehilangan keuntungan yang seharusnya ia
dapatkan. Selain itu, kelancaran pemberian obat akan terganggu.
Pengaruh yang besar dari obat-obatan jenis ini membuat perencanaan dan
pengendaliannya harus dipertimbangkan dengan baik.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk
pengawasan , sehingga penulis memilih judul “Perencanaan dan Pengendalian
Persediaan Obat Pada Rumah sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity”.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut timbul permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana karakteristik obat-obatan dilihat dari aspek turnover-nya ?
b. Berapa jumlah yang harus dipesan untuk setiap obat-obatan supaya tidak
terjadi pemborosan biaya penyimpanan ?
c. Kapan seharusnya dilakukan pemesanan ulang supaya tidak terjadi
pemborosan biaya pemesanan ?
C. Batasan Penelitian
a. Penelitian ini hanya membahas penerapan metode economic order
quantity persediaan obat pada rumah sakit.
b. Data persediaan yang akan diambil terbatas pada obat-obatan setiap
bulannya yang memberikan kontribusi pendapatan paling besar menurut
Rumah Sakit dan terbatas 1 tahun.
c. Untuk menerapkan kuantitas pesanan ekonomis ada 6 asumsi yang harus
dipenuhi. Tetapi pada kenyataannya sulit untuk menerapkan 6 asumsi
itu. Jadi penulis menggunakan asumsi relatifitas yang berarti apabila
varian yang ada kecil di asumsikan konstan. Dari obat-obat yang ada
hanya ada 3 obat yang memenuhi asumsi kuantitas pesanan ekonomis
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian ini adalah :
a. Melihat karakteristik obat dilihat dari aspek turnover-nya.
b. Menentukan jumlah yang harus dipesan untuk setiap obat-obatan
supaya tidak terjadi pemborosan biaya penyimpanan.
c. Mengetahui waktu pemesanan ulang supaya tidak terjadi
pemborosan biaya pemesanan.
2. Manfaat Penelitian
Diperolehnya informasi tentang :
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Penulis
Dapat mengimplementasikan dan menambah pengetahuan di dalam
manajemen persediaan.
b. Rumah Sakit
Pihak Rumah Sakit dapat menetapkan informasi yang didapat dari
penelitian ini untuk meminimalisasi biaya persediaan.
c. Calon Peneliti
Sebagai bahan referensi untuk penelitian mendatang yang berkaitan
dengan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Pada Rumah
Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan Dengan Menggunakan
1.5.Kerangka Konseptual
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah Perusahaan yang
bergerak dibidang jasa pelayanan kesehatan masyarakat. Dimana dalam
memenuhi kebutuhan operasional perusahaan , manajemen harus terlebih dahulu
membuat perencanaan persediaan. Setelah adanya perencanaan, maka dilakukan
penyusunan anggaran dan melihat hasilnya pada realisasi anggaran perencanaan.
Untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan maka perlu dilakukan tindakan
pengendalian. Dari uraian tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut :
1.5.Kerangka Konseptual
Gambar II.2 Kerangka Konseptual
Rumah sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
Persediaan Obat
Perputaran Obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Arti Penting Persediaan
1. Pengertian Persediaan
persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau
dijual pada periode mendatang. Persediaan erat hubungannya dengan operasional
perusahaan, baik perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan maupun
industri. Jika penanganan persediaan tidak dilaksanakan dengan baik maka akan
mengakibatkan resiko terganggunya proses produksi atau tidak terpenuhinya
pesanan pembelian, akibatnya dapat merugikan perusahaan.
Sifat atau batasan barang yang dapat diklasifikasikan sebagai persediaan
adalah bervariasi sesuai dengan aktivitas perusahaan. Untuk mengetahui apakah
pengertian persediaan itu, penulis akan menjelaskan batasan-batasannya.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:14) pengertian persediaan
adalah sebagai berikut :
Persediaan adalah aktiva :
a. Tersedianya untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplier) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
Sedang menurut Soemarso S.R (2004:384) “persediaan adalah
barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual kembali”. Persediaan terjadi
Dan menurut Warren et al (2004:440) istilah persediaan dapat disrtikan
sebagai :
a. Barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasional normal
perusahaan.
b. Bahan yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
tujuan perusahaan tersebut.
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan
merupakan salah satu unsure yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang
secara kontinue diperoleh atau diproduksi maupun dijual. Persediaan pada
perusahaan industri dan jasa adalah berbeda ditinjau dari sifat dan jenisnya, tetapi
fungsinya sama yaitu untuk dijual dan merupakan unsur yang sangat aktif didalam
perusahaan.
Menurut M. Arief (2004:47) “Persediaan obat adalah semua bahan
tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian
dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan”.
Jika secara tegas dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan persediaan
obat adalah semua bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam
menentukan diagnosi, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan jasmani ataupun rohani pada
manusia atau hewan.
Alasan-alasan untuk menyimpan persediaan :
a. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau perencanaan dan biaya
penyimpanan (carrying cost). Tindakan memaksimalkan keuntungan
diminimalkan. Namun demikian, meminimalkan biaya penyimpanan
berarti menimbulkan biaya pemesanan membesar, sementara
meminimalkan biaya pemesanan akan menimbulkan pesanan dalam
jumlah besar. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara kedua
biaya ini agar biaya persediaan dapat diminimalkan.
b. Untuk memuaskan permintaan pelanggan (misalnya, untuk memenuhi
jatuh tempo pengiriman). Adanya ketidakpastian dalam permintaan
merupakan alasan kedua untuk menyimpan persediaan. Bahkan walau
biaya memesan dan mengatur persediaan tidak terlalu besar, perusahaan
tetap akan menyimpan persediaan karena adanya biaya-biaya kekurangan
persediaan.
c. Untuk menghindari fasilitas manufaktur yang tidak bisa bekerja lagi
karena adanya kegagalan mesin, suku cadang yang rusak, suku cadang
yang tidak tersedia ataupun karena pengiriman suku cadang yang
terlambat.
d. Proses produksi yang tidak dapat diandalkan dapat juga menciptakan
permintaan untuk memproduksi persediaan ekstra. Misalnya, suatu
perusahaan memutuskan untuk memproduksi berlebih dari yang
dibutuhkan untuk memenuhi permintaan karena proses produksi seringkali
menghasilkan produk yang tidak seragam dalam jumlah yang cukup besar.
e. Untuk mengambil keuntungan dari diskon-diskon, perusahaan juga dapat
mengambil keuntungan karena adanya diskon jika perusahaan membeli
f. Untuk berjaga-jaga jika terjadi kenaikan harga di masa
mendatang..Perusahaan akan membeli bahan baku dalam jumlah yang
lebih besar dari yang di butuhkan jika akan terjadi kenaikan harga di masa
yang akan datang.
2. Fungsi Persediaan
Disamping persediaan sebagai fungsi cadangan, persediaan juga
memiliki :
a. Fungsi “decoupling“
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi
perusahaan internal dan eksternal mempunyai “kebebasan”
(independence). Persediaan “decouples” ini memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa
tergantung pada supplier.
b. Fungsi “Economic Lot Sizing“
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi
dan membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang
dapat mengurangi biaya per unit.
c. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau
data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Perusahaan juga sering
mengalami ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan
Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses tidak
terganggu.
3. Jenis-jenis Persediaan
Persediaan atau inventory adalah sejumlah bahan-bahan atau barang-barang yang
disediakan oleh perusahaan baik barang jadi, bahan mentah, maupun barang yang
masih dalam proses. Oleh sebab itu persediaan merupakan suatu unsure yang
penting dalam usaha mencapai tingkat penjualan yang dikehendaki. Persediaan
yang disimpan perusahaan mungkin terdiri dari barang-barang yang tahan lama,
barang-barang yang mudah rusak, yang mahal dan yang murah. Hal tersebut
tergantung dari sifat perusahaannya.
Menurut Rangkuti (2000:7) dilihat dari fungsinya, persediaan dapat
dibedakan atas :
a. Batch Stock atau Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan
karena kita membeli atau membuat bahan-bahan/barang-barang dalam
jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
Keuntungan batch stock atau lot size inventory antara lain :
1. Potongan harga pada harga pembelian.
2. Efesiensi produksi.
3. Penghematan biaya angkutan.
b. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
c. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi
yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau
penjualan permintaan yang meningkat.
Walaupun kita mengetahui persediaan menurut fungsinya, tetapi perlu kita ketahui
bahwa persediaan itu sendiri merupakan fungsi cadangan dank arena itu
hendaknya harus dapat digunakan secara efesien.
4. Biaya-biaya Persediaan
Biaya-biaya yang timbul dari adanya persediaan meliputi :
a. Biaya Pemesanan (ordering cost) merupakan biaya-biaya penempatan
dan penerimaan pesanan. Biaya-biaya pemesanan secara terperinci
meliputi adanya penghematan di dalam biaya angkutan, pemrosesan
pesanan dan biaya ekspedisi, upah, biaya telephone,
pengeluaransurat-menyurat, biaya pengepakan dan penimbangan, biaya pemeriksaan
(inspeksi) penerimaan, biaya pengiriman ke gudang, biaya hutang lancer,
dan sebagainya.
b. Biaya perencanaan (Persediaan) (set up cost) merupakan biaya untuk
menyiapkan peralatan dan fasilitas sehingga mereka dapat digunakan
untuk memproduksi komponen atau produk tertentu. Biaya-biaya ini
terdiri dari biaya mesin-mesin menganggur, biaya persiapan tenaga kerja
langsung, biaya penjadwalan, biaya ekspedisi, dan sebagainya.
c. Biaya Penyimpanan (carrying cost) merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menyimpan persediaan. Termasuk didalamnya adalah
yang tersimpan dalam persediaan, biaya-biaya penanganan persediaan,
dan biaya gudang.
Biaya pemesanan dan biaya perencanaan (persediaan) pada
dasarnya sama, keduanya mewakili biaya-biaya yang timbul untuk
memperoleh persediaan. Perbedaan di antara mereka terletak pada
kegiatan yang mendahului (mengisi dan menempatkan pesanan dengan
perencanaan peralatan dan fasilitas).
d. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost) merupakan biaya-biaya
yang timbul karena tidak memiliki produk disaat ada permintaan oleh
pelanggan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah
biaya kehilangan penjualan, kehilangan langganan, biaya pemesanan
khusus, biaya ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi,
tambahanpengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.
5. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Pada perusahaan perdagangan, persediaan selalu dalam perputaran, yang
selalu dibeli dan dijual. Tingkat perputaran persediaan selalu dalam perputaran,
yang selalu dibeli dan dijual. Tingkat perputaran persediaan dalam suatu periode
tertentu dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :
Tingkat perputaran persediaan = Harga Pokok Penjualan/Rata-rata persediaan.
Sedangkan,
Rata-rata persediaan = (persediaan awal tahun + persediaan akhir tahun ) : 2
Tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan mempunyai efek yang
Makin tinggi tingkat perputaran persediaannya, berarti makin cepat
perputarannya. Hal ini berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam
persediaan, sehingga untuk memenuhi volume penjualan atau harga pokok
penjualan tertentu dengan naiknya tingkat perputaran persediaannya dibutuhkan
modal yang lebih kecil.
Apabila modal yang digunakan untuk membelanjai persediaan tersebut
adalah modal asing, maka kenaikan tingkat perputaran persediaan akan
memperkecil beban bunganya dan apabila yang digunakan modal sendiri, maka
kelebihan modal tersebut dapat diinvestasikan pada aktiva lainnya yang lebih
efisien.
2.2. Sistem Persediaan
1. Pengertian Sistem Persediaan
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang
memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus
dijaga, kapan persediaan harus di isi, dan berapa besar pesanan yang harus
dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber
daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat.
Ada dua sistem persediaan yang umum yaitu kuantitas pesana yang ekonomis
(atau disebut juga economic order quantity,EOQ, modelQ, dan fixed order quantity) dan model fixed time periop (juga berarti periode system,periodic review system,fixed order interval system, dan model P). perbedaan utama di
antara keduanya adalah model fixed order quantity dipicu oleh kejadian
Model fixed order quantity menempatkan pesanan apabila terjadi kejadiaan
tercapainya tingkat pemesanan kembali (reorder point). Kejadiaan ini dapat
terjadi kapanpun juga, tergantung pada permintaan untuk bahan yang
dipertimbangkan. Kebalikannya, model fixed time period menempatkan
pesananya pada akhir periode yang telah ditetapkan. Untuk menggunakan
model fixed order quantity dimana pesanan ditempatkan apabila persediaan
yang ad turun titik pemesanan kembali, R., persediaan yang masih ada harus
selalu di monitor. Model ini merupakan system perpetual yang menghendaki
bahwa setiap waktu ada pengambilan dari persediaan atau pun ada tambahan
ke persediaan, catatan harus diperbaharui untuk memastikan titik pemesanan
kembali sudah atau belum terlampaui. Dalam model fixed time period
menghitung persediaan hanya pada saat periode yang telah ditentukan
(review period)
Ada beberapa perbedaan antara kedua system itu:
a. model fixed time period mempunyai rata-rata persediaan yang besar
karena itu harus mamberikan perlindungan terhadap kehabisan stock
selama satu periode yang telah ditetapkan ,T; sedangkan model fixed
order quantity tidak ada periode yang telah ditetapkan.
b. Model fixed order quantity biasanya untuk bahan yang mahal karena
rata-rata persediaan yang rendah.
d. Model fixed oerder quantity menghendaki lebih banyak waktu karena
setiap pengurangan atau penambahan harus dicatat.
Ada dua sistem persediaan yang umum yaitu yaitu kuantitas pesanan
yang ekonomis
a. Model kuantitas pesanan yang ekonomis (atau disebut juga
economic order quantity, EOQ, model Q, dan fixed order quantity)
b. Model fixed time period (juga berarti periodic system,
periodic review system, fixed order interval system, dan
model P)
Perbedaan utama diantara keduanya adalah model fixed order
quantity dipicu oleh kejadian, sedangkan model fixed time period
dipicu oleh waktu.
2. Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economc Order Quantiy-EOQ).
Kuantitas pesanan Ekonomis adalah ukuran pesanan yang
meminimumkan jumlah biaya pemesanan serta biaya penyimpanan
persediaan.
Dalam mengembangkan kebijakan persediaan, terdapat 2
pertanyaan pokok yang harus diperhatikan :
a. Berapa banyak yang harus dipesan (atau diproduksi)?
b. Kapan seharusnya pemesanan dilakukan (atau kapan perencanaan
Pertanyaan pertama tersebut di atas harus dijawab terlebih
dahulu sebelum pertanyaan kedua dapat dijawab.
Asumsi Kuantitas Pesanan Ekonomis adalah :
a. Permintaan diketahui dengan pasti dan relatif konstan
sepanjang waktu
b. Harga per unit produk adalah konstan
c. Biaya Penyimpanan per unit per tahun adalah konstan
d. Biaya pemesanan per pesanan adalah konstan
e. Waktu tunggu antara pesanan dilakukan dan penerimaan
pesanan adalah konstan
f. Tidak terjadi kekurangan barang atau “back orders”
Kuantitas pesanan ekonomis berusaha untuk
memperkirakan titik yang spesifik, R, dimana pesanan akan
diletakan dan jumlah dari pesanan it, Q. Titik pesanan, R,
selalu jumlah unit yang spesifik. Jumlah pesanan (Q)
ditempatkan ketika persediaan yang tersedia mencapai titik
R. Posisi persediaan diartikan sebagai persediaan yang ada
di tangan ditambah persediaan yang sudah dipesan
dikurangi jumlah order yang tidak terpenuhi.
Untuk menghitung jumlah yang dipesan digunakan rumus :
H DS Qopt
2
Jumlah biaya tahunan = Biaya pembelian tahunan + Biaya
pemesanan tahunan + Biaya penyimpanan tahunan
Atau
TC=DC+ S QH
Q D
2
Dimanan :
TC = Total Biaya Tahunan
D = Permintaan (Tahunan)
C = Biaya per unit
Q = Jumlah yang dipesan ( jumlah optimum ini yang ditunjukan oleh
economic order quantity-EOQ-atauQopt)
S = Biaya penempatan pesanan
R = Titik pemesanan kembali
L = Waktu tunggu(lead time)
H = Biaya penyimpanan per unit dari rata-rata persediaan (seringkali,
biaya penyimpanan ini dalam persentase dari biaya per bahan,
seperti H=iC dimana I adalah persentase dari biaya penyimpanan)
2.2.2.1.Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)
Titik pemesanan ulang merupakan titik waktu dimanan pesanan
baru (atau produksi baru) harus dilakukan. Titik waktu ini
merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu, dan tingkat dimana
diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis ketika
suatu pesanan dilakukan atau ketika produksi dimulai.
Bila diasumsikan permintaan konstan dan waktu tunggu
konstan, tidak memerlukan persediaan pengaman, R atau titik
pemesanan kembali dapat dirumuskan sebagai :
R = dL
Dimana :
d= Rata-rata permintaan harian (konstan)
L = Waktu tunggu dalam hari (konstan)
2.2.2.2.Potongan Harga
Kebanyakan supplier menawarkan insentif kepada pembeli dalam bentuk
harga per unit yang lebih rendah untuk jumlah pembelian tertentu. Biasanya
discount atau potonggan akan diberikan pada jumlah pembelian yang
besar.Pembeli yang melakukan pembelian dalam jumlah besar akan memperoleh
beberapa keuntungan antara lain harga per-unit yang lebih rendah, Biaya
transportasi yang lebih rendah , Biaya pesan lebih rendah, terhindar dari
kemunggkinan kehabisan persediaan (out of stock)
Akan tetapi pembelian dalam jumlah besar bisa juga menimbulkan beberapa
akibat yang merugikan seperti carrying cost menjadi lebih tinggi, persediaan
terlalu lama disimpan sehingga terancam kerusakan kualitas, perputaran
Keuntungan dan kerugian seperti itu harus dipertimbangkan sebelum
memutuskan untuk menerima tawaran discount dari supplier.
Dasar pertimbangkan yang bisa dipakai untuk memutuskan apakah
perusahaan sebaiknya memanfaatkan tawaran discount atau tidak adalah total
biaya dalam setahun.
Misalnya, Perusahaan apabila tidak ada tawaran pongan harga dari supplier
melakukan pembelian sebanyak 4x dalam setahun, dengan setiap kali beli
sejumlah 400kg (EOQ). Adanya tawaran discount dapat merubah kebijaksaan ini.
Perushaan memiliki kebutuhan setahun 1600 kg, ordering cost Rp. 100,- untuk
setiap kali pesan dan carrying cost 20% dari nilai rata-rata.
Table 2.1. Potongan Harga
Jumlah Pembelian (kg) Potongan Harga (%) Harga per kg (Rp)
1-499 0 Rp.10,-
500-999 2 Rp.9,8
1000-lebih 3 Rp.9,7
Dari data ini total incremental cost (TIC) pada berbagai alternative pembelian
dapat dihitung pada table di bawah ini.
Table 2.2. Total Biaya Pada Berbagai Alternatif Pembelian
Pembelian pada
EOQ, 400 kg (Q1)
Pembelian 500 kg Pembelian 1600 kg
harga Rp. 10/kg (Pi) kg(Pi) kg(Pi)
Pembelian setahun
(Pi x 1600 kg)
Rp. 16.000,00 Rp. 15.680,00 Rp. 15.520,00
Ordering cost
(Rp. 100 x (1600:Q))
Rp. 400,00 Rp. 320,00 Rp.100,00
Carrying cost
(20% x (9QxHarga/unit):2)
Rp. 400,00 Rp. 490,00 Rp. 1.552,00
TIC Rp. 16.800,00 Rp. 16.490,00 Rp. 17.172,00
Perhitungan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Jika perusahaan tidak membeli sebesar 400 kg pada setiap pembelian
berarti perusahaan tidak memperoleh potongan harga, sehingga jumlah
biaya pembelian setahun = 1600 kg x Rp. 10,- = Rp.16.000,-. Dalam
setahun berarti terjadi 4x pembelian sehingga ordering cost = 4 x Rp. 100,-
= Rp. 400,-. Sedangkan carrying cost = 20%x((400 kg x Rp. 10,-):2) = Rp.
400,-
b. Jika perusahaan akan membeli sebesar 500 kg pada setiap kali pembelian,
perusahaan akan memperoleh potongan harga sebesar 2% atau pada harga
Rp. 9,8. Biaya pembelian setahun = 1600 kg x Rp. 9,8 = Rp. 15.680,-.
Dalam setahun berarti ada 3,2 kali pembelian. Ordering cost = 3,2 x Rp.
100,- = Rp. 320,-. Adapun carrying cost = 20% x ((500 kg x Rp. 9,8):2) =
Rp. 490,-.
c. Jika pembelian sebesar 1.000 kg perusahaan akan memperoleh potongan
harga sebesar 3% atau pada harga Rp. 9,7. Biaya pembelian setahun =
sebanyak 1 kali. Ordering cost = 1x Rp. 100,-. Carrying cost = 20% x
((1600 kg x Rp. 9,7):2) = Rp. 1.552,-.
Dari hasil perhitungan ini dapat dilihat bahwa pembelian sejumlah 500 kg
dengan discount 2% lebih menguntungkan dari pada pembelian pada tingkat
400 kg atau 1600 kg.
2.2.2.3. Menetapkan Persediaan Pengaman
Persediaan Pengaman (safety stock) merupakan persediaan ekstra yang
disimpan sebagai jaminan dalam menghadapi permintaan yang berfluktuasi. Jika
perusahaan menyimpan persediaan pengaman yang tidak mencukupi, maka
interupsi serta kesemerawutan operasi dapat terjadi dan stockout bisa sering
timbul. Stok pengaman dalam jumlah yang ideal akan memperkecil kemungkinan
terjadinya stockout dan biaya penyimpanan persediaan. Biaya tidak berwujud
yang diakibatkan oleh stockout sulit untuk diukur nilai dari hubungan baik dengan
pelanggan dan penjualan yang tidak dapat dipenuhi.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman
adalah :
a. penggunaan bahan rata-rata
salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama
periode tertentu , khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata
penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan
karena setelah kita mengadakan pesanan penggantian, maka pemenuhan
kebutuhan atau permintaan dari langganan sebelum barang yang di pesan
permintaan dari langganan biasanya turun naik (variable) dan tidak dapat
diramalkan dengan penuh keyakinan. Oleh karena itu walaupun kita telah
meramalkan atau menaksir penggunaan untuk kebutuhan atau permintaan
langgan, akan tetapi tetap ada resiko yang tidak dapat dihindarkan dari
persediaan yang telah ditetapkan sebelumnya atas taksiran tersebut habis sama
sekali sebelum pergantian bahan /barang dari pesanan datang . turun naiknya
penggunaan ini membutuhkan kita mencari metode untuk dapat
memperkirakannya,seperti metode rata-rata hitung (average mean).
Disamping rata-rata, perlu pula diketahui penyimpangan dari rata-rata
tersebut, karena adanya penggunaan yang turun naik.
b. faktor waktu atau lead time
Didalam pengisian kembali persediaan terdapat suatu perbedaan
waktu yang cukup lama antara saat mengadakan pesanan untuk penggatian
atau pengisiaan kembali persediaan dengan saat penerimaan barang-barang
yang dipesan tersebut diterima dan di masukkan ke dalam persediaan.
Perbedaan waktu ini lah yang disebut “ lead time”. Jadi yang dimaksudkan
dengan lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan
bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang di pesan tersebut
dan diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidaklah sama
antara satu pesanan dengan pesanan yang lain tetapi bervariasi. Oleh karena
itu untuk suatu pesanan yang dilakukan lamanya waktu ini harus diperkirakan
atau ditaksir, walaupun resiko kesalahan masih tetap ada karena mungkin
menutupi kebutuhan selama lead time yang diperkirakan. Akan tetapi apabila
kedatangan bahan tersebut terlambat atau lead time yang terjadi lebih besar
dari pada yang diperkirakan. Maka persediaan yang ditetapkan semula tidak
dapat memenuhi kebutuhan penggunaan.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya persediaan pengaman untuk menghadapi
keterlambatan kedatangan bahan yang dapat menggakibatkan kemacetan
produksi.perkiraan atau penaksiran lead time dari suatu pesanan yang
melakukan , biasanya dengan menggunakan rata-rata hitung dari lead time
dari beberapa kali pemesanan sebelumnya. Sedangkan resiko kesalahan dari
perkiraan ini diatasi dengan menetapkan persediaan pengaman dapat
didasarkan atas deviasi standar dari lead time dari beberapa kali pemesanan
sebelumnya tersebut atau dengan melihat kemungkinan (probabilitas) dari
adanya keterlambatan kedatagan bahan dari beberapa pesanan yang lalu.
Ada beberapa cara untuk mengestimasi persediaan pengaman. Salah
satunya adalah dengan menetapkan kuantitas bahan yang digunakan dalam
beberapa hari tertentu sebagai persediaan pengaman. Metode lainnya
mempertimbangkan fluktuasi di antara penggunaan harian maksimum dengan
penggunaan rata-rata.
Persediaan pengaman di hitung sebagai berikut:
Persediaan pengaman = (penggunaan harian maksimum – penggunaan harian
rata-rata) x waktu tunggu
Dengan adanya persediaan pengaman, titik pemesanan ulang dapat dihitung
Titik pemesanan ulang = (tingkat pemakaian rata-rata x waktu tunggu) +
persediaan penggaman
Metode lainnya lagi adalah dengan menghitung probabilitas terjadinya
stock out pada berbagai tingkatan atau jumlah persediaan pengaman dan
menetukan perkiraan biaya stockout tahunan. Biaya tahunan untuk
menyimpan persediaan pengaman ditambahkan ke dalam biaya ini. Total
biaya penyimpanan per tahun meningkat dengan bertambahnya tingkat
persediaan pengaman,tetapi biaya stockout itu. Sasaranya adalah untuk
menentukan berapa jumlah persediaaan pengaman yang mengakibatkan biaya
tahunan terendah.
Dalam menggunakan metode ini dipakai asumsi bahwa lead time
adalah konstan dan seluruh barang yang dipesan diserahkan oleh supplier pada
suatu saat yang sama. Dengan asumsi ini, terjadinya stockout bukan
disebabkan karena perubahan (fluktuasi) dari lead time atau penyerahan bahan
yang dipesan tidak pada saat yang sama,akan tetapi stockout terjadi karena
adanya penambahan dalam permintaan atau penambahan dalam
penggunaan.Misalnya, sebuah perusahaan membutuhkan bahan tertentu
sebanyak 3600 unit untuk keperluan produksinya. Pimpinan perusahaan telah
menetapkan atas dasar analisis jumlah pesanan yang ekonomis, bahwa
pesanan dilakukan sebanyak 5 kali dalam setahunnya adalah yang optimum
bagi perusahaan. Penggunaan bahan tersebut setiap harinya adalah 50 unit,
bahwa pada tingkat persediaan 300 unit. Perusahaan akan melakukan
pemesanan kembali, bila seandainya tidak ada persediaan penyelamat.
Kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya kekurangan bahan (stockout)
satu unit adalah sebesar Rp. 50,00 sedangkan carrying cost dari adanya
persediaan penyelamat satu unit Rp. 10,00. Atas dasar pengalaman selama
[image:35.595.109.514.305.592.2]periode pemesanan seperti terdapat pada table 2.1. dibawah ini.
Table 2.3. Probabilitas Penggunaan Bahan Selama Periode Pemesanan
Penggunaan selama Banyaknya Probabilitas
Periode pemesanan penggunaan penggunaan
(dalam unit) (dalam kali)
150 3 0.03
200 4 0.04
250 6 0.06
300 68 0.68
350 9 0.09
400 7 0.07
450 3 0.03
100 kali 100%
Dari tabel diatas diketahui bahwa apabila perusahaan melakukan persediaan
kembali pada tingkat persediaan 300 unit, maka kemungkinan perusahaan selamat
sebesar 81% dan kemungkinan terjadinya stockout sebesar 19% (0,09+0,07+0,03)
Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa dalam usaha melakukan
pengadaan persediaan penyelamat yang menguntungkan, perusahaan akan
memilih tingkat persediaan penyelamat di mana total cost (cost of stockout +
carrying cost) adalah yang terendah.Untuk ini perusahaan akan menghitung
kerugian-kerugian dan biaya-biaya yang ditimbulkan pada tingkat persediaan
pengaman seperti tersebut di bawah ini.
1. Dengan pengadaan persediaan penyelamat sebesar 50 unit, kemungkinan
terjadinya stockout hanya terjadi pada tingkat penggunaan 400 dan 450
unit, yaitu sebesar 0,07 + 0,03 + 0,1.
2. Dengan pengadaan persediaan penyelamat sebesar 100 unit, kemungkinan
terjadinya stockout hanya terjadi pada tingkat penggunaan 450 unit, yaitu
sebesar 0,03 + 0,3.
[image:36.595.84.539.499.718.2]3. Dengan persediaan penyelamat 150 unit, kemungkinan stockout tidak ada.
Tabel 2.4. Biaya Dari Kebijaksanaan Pengadaan Persediaan Penyelamat
Persediaan
penyelamat
(safety stock)
Biaya karena
stockout
Biaya carrying cost
per tahun
Total biaya
per tahun
0 Rp.4000,00 0 Rp.4000,00
50 Rp.1625,00 50 x Rp.10,00
= Rp.500,00
Rp.2125,00
100 Rp.375,00 100 x Rp.10,00
= Rp.1000,00
Rp.1375,00
150 Rp.0,00 150 x Rp.10,00
= Rp.1500,00
Dari tabel diatas terlihat bahwa pengadaan persediaan penyelamat (safety
stock) yang sebaiknya dimiliki perusahaan adalah sebesar 100 unit, karena
menghasilkan total biaya yang terendah, yaitu sebesar Rp.1375,00. Dengan
demikian apabila seandainya perusahaan melakukan pengadaan persediaan
penyelamat, maka titik pemesanan kembali (reorder point) akan berubah,
yaitu pada jumlah dari hasil perkalian besarnya rata-rata penggunaan setiap
harinya dengan panjangnya masa waktu tunggu, ditambah dengan persediaan
penyelamat (safety stock). Dalam contoh ini, apabila perusahaan mengadakan
persediaan penyelamat sebesar 100 unit, titik pemesanan kembali (reorder
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra, Gunawan, Marwan Asri, 2003. Anggaran Perusahaan, Buku I, Edisi
Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Carter, William K dan Milton F. Usry, 2004. Akuntansi Biaya, Penerjemah:
Krista, Buku I, Edisi 13, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Gudono, 2000. Akuntansi Manajemen, Editor D. Danan Priyatmoko, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen, 2002. Manajemen Biaya, Penerjemah:
Ancella A. Hermawan, Edisi Pertama, Buku Dua, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta
Hartanto. D., 2001. Anggaran Perusahaan, Edisi Kelim, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Unuversitas Indonesia, Jakarta
Munandar, M., 2001. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja,
Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, BPFE, Yogyakarta.
Nafarin, M., 2000, Penganggaran Perusahaan, Ediis Pertama, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Sukanto, Edy, 2000. Sistem Pengendalian Manajemen – Suatu Pendekatan
Praktis, Penerbit Pt. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Supriyono, R. A, 2000. Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian Biaya
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut :
A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a. Data Kuantitatif merupakan data yang dapat diukur dalam bentuk
angka yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu, data ini
merupakan laporan jumlah persediaan, lead time, biaya pemesanan,
juga biaya penyimpanan.
b. Data Kualitatif merupakan data yang tidak berdasarkan jumlah atau
banyaknya sesuatu, data ini merupakan data historis perusahaan,
deskripsi data obat, dan proses pesanan. Termasuk didalamnya adalah
data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam Rumah Sakit.
2. Sumber Data
1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau dari perusahaan tempat diadakannya penelitian.
Data tersebut diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain),
dalam bentuk dokumen dan laporan yang berkaitan dengan
manajemen persediaan di perusahaan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah :
a. Observasi, merupakan pengamatan yang dilakukan oleh penulis
terhadap objek yang diteliti (surrvey pendahuluan sebelum
melakukan penelitian).
b. Wawancara, yakni dengan melakukan tanya-jawab secara
langsung dengan pihak perusahaan mengenai masalah yang
diteliti.
c. Dokumentasi, yakni dengan melakukan analisis terhadap isi atau
pesan dari suatu dokumen.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif tanpa menggunakan analisis statistik, yaitu data yang
diperoleh dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian ditarik
kesimpulan.
Tahapan analisis meliputi :
Data yang digunakan adalah persediaan awal. Persediaan akhir
obat-obatan dan harga pokok penjualan. Cara menghitung inventory turnover
ada beberapa langkah . pertama-tama persediaan awal ditambah dengan
persediaan akhir.
Hasilnya dibagi dua. Hasil yang di sebut sebagai persediaan rata-rata.
Inventory turnover didapat dari harga pokok penjualan dibagi dengan
persediaan rata-rata. Klafikasi inventory turnover digolongkan menjadi tiga.
Inventory turnover digolongkan tinggi apabila lebih besar dari 25,
digolongkan kecil apabila dibawah 12.
b. Mengghitung kuantitas pesanan yang ekonomis.
Data yang digunakan untuk perhitungan ini adalah penggunakan
obat-obatan selama periode waktu tertentu, biaya pemesanan, dan biaya
penyimpanan. Cara perhitungan dengan mengalikankan permintaan selama
setahun dengan biaya penyimpanan. Untuk mendapatkan kuantitas pesanan
yang ekonomis hasil pembagian yang sudah ada diakar kuadratkan.
c. Menghitung persediaan pengaman
Pertama-tama menentukan probabilitas penjualan obat-obatan.
Probabilitas ini didapat dari dokumentasi rumah sakit mengenai jumlah
penjualan selama periode. Setelah itu, membuat probabilitas terjadinya
stockout untuk setiap tingkat persediaan penyelamat .perhitungan ini di
lanjutkan dengan mencari biaya stockout dan biaya penyimpanan untuk setiap
tingkat persediaan penyelamat. Kedua biaya itu di jumlahkan . persediaan
penyelamat yang akan dipakai adalah tingkat persediaan penyelamat yang
d. Menghitung titik pemesanan kembali
perhitungan ini menggunakan data penggunaan bahan baku selama
periode tertentu, lead time, dan safety stock. Cara menghitung titik pemesanan
kembali adalah dengan men-galikan tingkat pemakaian rata-rata dengan waktu
tunggu. Hasilnya ditambahkan dengan persediaan penyelamat (safety stock).
E. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian berlokasi di Jln. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan,
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Jadwal penelitian
[image:42.595.128.557.392.636.2]direncanakan dapat dilihat pada tabel penelitian berikut.
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
KEGIATAN
TAHUN 2009
TAHUN 2010 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Penyusunan proposal Pengajuan proposal Bimbingan proposal Pengumpulan data
Seminar proposal Analisis data
Bimbingan skripsi
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
a. Sejarah Singkat Perusahaan
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah Rumah
Sakit umum milik Pemerintah Pusat yang secara teknis berada di bawah
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Berlokasi
di Jl. Bunga Lau No.17 Medan Tuntungan.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan
pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera bagian Utara
dan bagian tengah yang meliputi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Riau, dan Propinsi Sumatera Barat.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dibangun secara
bertahap dimana pembangunan tahap pertama meliputi Gedung Poliklinik,
Gedung CMU (Central Medical Unit), Rawat Inap dengan kapasistas 300
tempat tidur, Gedung Farmasi, Dapur dan cuci, Kamar Jenazah,
ME Utility dan Asrama Perawat.
Pembangunan Gedung berikutnya dilaksanakan secara bertahap
tiap tahun, yaitu :
- Tahun 1992/1993, pembangunan Gedung Instalasi Gawat Darurat
- Tahun 1993/1994, pembangunan Gedung Adminsitrasi (lantai 1 dari
lantai yang direncanakan).
- Tahun 1994/1995, pembangunan Gedung Rawat Inap B (l150TT) dan
selasar penghubung.
- Tahun 1997/1998, pembangunan lanjutan Gedung rawat Inap B dalam
bentuk rnagka/konstruksi bangunan saja. Pada tahun 2004 sudah
dilanjuti penyelesaian pembangunannya dan pada tahun 2005 sudah
digunakan untuk pelayanan jantung anak dan VIP.
- Tahun 1999/2000, pembangunan Gedung Adminsitrasi lantai II dan
lantai III).
- Tahun 2006/2007, penambahan tempat tidur 150 TT.
Namun secara keseluruhan pembangunan gedung belum sesuai Master
Plan semula, seperti belum adanya Gedung Pendidikan.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 335/MenKes/SK/VII/1990 tanggal 11 Juli 1990 : Rumah Sakit Umum Pusat
H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas A, dan ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.502/MenKes/SK/IX/1991 tanggal 6 September 1991, dengan telah
ditetapkannya Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit
Pendidikan, maka Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat
menggunakannya sebagai Pusat Pendidikan Klinik Calon Dokter dan Pendidikan
Keahlian calon dokter Spesialis, untuk tempat Penelitian dan pengembangan
teknologi Kedokteran. Selain digunakan oleh Fakultas Kedokteran USU, Rumah
tanggal 15 juni 1991
tanggal 26 mei 2007
Sekolah Perawat Kesehatan dan Akademi Kesehatan lainnya untuk sarana
pendidikan.
Untuk pengaturan penggunaan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
sebagai tempat pendidikan FK-USU, telah disusun dan disepakati suatu Piagam
Kerja Sama antara Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Nomor : 490/RSUP-A/SKB/VI/1991
Nomor : 49/PT05. H4/FK/H.1991
Piagam kerja sama ini sudah beberapa kali diperbaharui, yang terakhir
dengan nomor :
Nomor : KS.01.02.5.3.3379
Nomor : 2759/JO5.5/PS/2007
Demikian pula halnya dengan Sekolah Akademi Kesehatan lainnya telah
diterbitkan piagam yang sama.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik secara bertahap mulai
difungsikan sejak juni 1991, dimulai dengan Rawat Jalan dan pelayanan Rawat
Inap pada bulan Agustus 1992. Sejak 11 Januari 1993 secara resmi FK-USU telah
menjadikan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagai Pusat pendidikan
dan Bersamaan dengan itu dilakukan soft Openeing. Disusul kemudian pada
tanggal 21 Juli 1993. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik diresmikan oleh
Presiden RI, yang selanjutnya tanggal tersebut ditetapkan sebagai tanggal Hari
b. Struktur Organisasi
Dalam mencapai tujuan umum perusahaan, yaitu mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan dengan kemajuan perusahaan diperlukan suatu
wadah-wadah untuk mengatur seluruh aktivitas-aktivitas dan faktor-faktor
produksi ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan perusahaan yang telah
diterapakan sebelumnya yang dihasilkan dalam bentuk struktur organisasi dari
perusahaan ini.
Struktur organisasi RSUP H. Adam Malik Medan berbentuk garis dan
terdiri dari staf,dimana setiap departemen sudah ada pemisahan antara fungsi dan
tanggung jawab.Masing-masing pimpinan departemen bertanggung jawab kepada
tingkatan jabatan diatasnya.
Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
berdsarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.244/Menkes/PER III/2008.Untuk
lebih jelasnya struktur organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
Medan di lampirkan pada lampiran 1.
4.1.4 Pelayanan dan fasilitas
Adaberbagai macam fasilitas yang ada di rumah sakit ini. Semua fasilitas
untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. Adapun fasilitas
itu adalah unit gawat darurat (UGD) 24 jam. Poliklinik umum, poliklinik
speaslis, dan sub spealis , klinik penyakit dalam,klinik bedah, klinik
kandugan, dan bidan, klinik kesehatan anak, klinik bedah orthopedic,
telingga hidung dan tenggorokan, klinik andrologi dan infertility, klinik
syaraf dan jiwa, klinik fisioterapi dan klinik kesehatan gigi.
Klinik penyakit dalam dibagi lagi menjadi klinik umum dan klinik
sub speallis yang terdiri dari nefrologi, endokrinnologi, gastroenterology,
haematologi, hepatologi, dan tropical infection.Klinik bedah juga dibagi
menjadi bedah umum dan sub speallis yang terdiri dari bedah
urologi,bedah digestif, bedah , bedah plastik/kosmetik, bedah onkologi
dan bedah anak. Demikian juga klinik kesehatan gigi dibagi menjadi gigi
umum dan sub speallis yang terdiri dari orthodontist, bedah mulut dan
prostodontist.
Pelayanan khusus yang ada di rumah sakit adalah klinik keluarga
berencana, laboratorium infertilitas, senam hamil, konsultasi ibu pasca persalinan
dan bayi, konsultasi gizi dan skinning kesehatan (medical check up).
Adapun pelayanan penunjang yang ada adalah laboratorium patologi
klinik, rehabilitas medik, diagnostic, radiology dan ultrasonografi (USG),
haemodialisa (cuci darah), kamar bersalin, kamar operasi,ruang rawat sehari,
intensive care unit(ICU), intensive neonatal care unit dan corporate account.
Pelayanan diagnostik di bagi menjadi elektrokardiografi (EKG), echocardiografi,
4.1.5. Proses Pemesanan dan Penyimpanan Obat-Obatan
Apabila poliklinik atau unit-unit lainnya kekurangan persediaan
obat-obatan, mereka akan meminta obat-obatan itu kebagian instalasi farmasi.
Permintaan dilakukan dengan memberikan surat permintaan obat yang dibuat
rangkap 2. Rangkap yang pertama diberikan kepada instansi farmasi dan yang
kedua diarsipkan sendiri oleh unit yang bersangkutan.
Instalasi farmasi akan memesan melalui telepon ataupun melalaui sales
obat-obatan yang datang ke rumah sakti. Surat pesanan dibuat rangkap 3.
Rangkap pertama diarsiapkan oleh kepala instansi farmasi. Rangkap yang kedua
dan yang ketiga diberikan kepada supplier. Surat pesanan ini akan menjadi
lampiran yang diberikan bersama faktur pada waktu menagih.
Setelah obat-obatan yang dipesan datang, bagian gudang akan memeriksa
jumlah, nama obat dan tanggal kadaluarsanya. Selain itu, dilakukan pencocokan
obatan dengan faktur yang diterima dari supplier. Apabila jumlah
obat-obatan yang diterima jumlahnya hampir sama dengan penerimaan-penerimaan
sebelumnya, bagian gudang tidak meminta keterangan kepada bagian instalasi
farmasi. Sesudah pencocokan faktur yang diterima dari supplier dengan obat,
bagian gudang akan mencatatnya pada kartu stok.
Faktur yang diterim bagian gudang akan diberikan kepada bagian
administrasi. Bagian administrasi akan memasukkan data itu ke komputer.
Pembayaran, bagian akuntansi akan mencocokkan faktur dengan surat pesanan
Apabila ada penjualan obat-obatan, bagian gudang akan menerima surat
lembaran permintaan. Dengan adanya surat lembaran tersebut, bagian gudang
akan mencatat penjualan tersebut di kartu stok.
Adapun penjualan obat-obatan dapat dilakukan melalui 2 cara. Cara
pertama pasien rawat jalan membeli sendiri obat-obatan itu. Cara kedua pasien
rawa inap dapat membeli sendiri ataupun obat dapat diamvilkan oleh petuigas
rumah sakit. Pembayaran obat yang diambilkan oleh petugas dapat dilakukan
sendiri dalam waktu 2 hari. Apabila jangka waktu itu terlewati, obat itu akan
dimasukkan ke dalam tagihan pasien yang harus dibayar waktu pasien itu
meninggalkan rumah sakit.
4.1.6. Pengawasan Obat-obatan
Pengawasan fisik merupakan hal yang sangat penting, mengingat
persediaan terdiri dari benda-benda fisk yang membutuhkan adanya penjagaan
tempat penyimpanan obat-obatan agar tidak tedrjadi pencurian atau kehilangan
atas obat-obat tersebut. Obat-obatan yang ada diasuransikan terhadap pencurian
dan kebakaran. Setiap hari ada orang yang bertugas mencocokkan jumlah fisik
dan catatan komputer secara acak. Stock opname dilakukan tiga-empat kali
setahun.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Deskripsi Data
Obat-obatan yang diteliti adalah :
a. Albutein (Kelompok Intravenous dan other sterile sulitions)
Kemasan : vial 20 ml 25%, vial 50 ml 25%, vial 100 ml 25%
b. Albutein (Kelompok Intravenous dan other sterile sulitions)
Indikasi : difisiensi albumin
Kemasan : botol infus 50 ml, 100 ml
c. Broadced (Kelompok Antibiotics)
Indikasi : infeksi saluran pernafasan, GIT, GUT, kuliat dan infeksi lainnya
Kemasan : dos 1 vial 1.000 mg injeksi
d. Claforan (Kelompok Antibiotics)
Indikasi : infeksi serius dan mengancam jiwa terutama yang disebabkan
oleh kuman gram negatif seperti E. coli, H. influenza, klebsiella
Spp; aerogenes, citobacter Spp, enterobacter cluacae,
bacteroides Spp, shigela Spp, serta kuman gram positif yang
resisten terhadap antibiotikum lain sepertu ctaphylococci,
streptococci erobik dan anerobik, steptococcus pneumoniae,
clostridium Spp.
Kemasan : dos 1 vial 0,5 gr + ampul 2 ml air untuk injeksi; vial 1 gr +
ampul 4 ml air.
e. Cefobid (Kelompok Antibiotics)
Indikasi : Infeksi parah terutama disebabkan organisme gram negatif
kemih (atas dan bawah), peritonitis, kolesistitis, kolangitis,
infeksi intraabdomal lainnya, septikemia, meningitis, infeksi
kulit dan mukos, infeksi tulang dan sendi, penyakit radang
pelvis, endometritis, gonorea dan infeksi saluran genital.
Kemasan : dos stiforoam 10 vial 1 gr
f. Cefrom (Kelompok Antibiotics)
Indikasi : infeksi saluran nafas bagian bawah : saluran kemih yang
terkomplikasi, kulit dari jaringan lunak; infeksi pada penderita
neutropenic (kecuali yang disebabkan oleh ps. Aerobinosa) dan immunocompromised; septikemia; infeksi berat pada pasien intensive care.
Kemasan : vial 1,433 gr + pelurat ampul 10 ml; vial 2,866 gr + pelurat
ampul 20 ml
g. Clacef (Kelompok Antibiotics)
Indikasi : antibiotik
Kemasan : 1 vial 500 mg; 1 vial 1 gr untuk injeksi; vial 2 gr + ampul 10 ml
air untuk injeksi
h. Ciproxin (Kelompok Antibiotics)
Indikasi : infekisi saluran kemih termasuk sistitis, protatitis uretritis dan
paratifoid, saluran nafas kecuali pneumonia akibat steptokokus,
infeksi kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi.
Kemasan : dos 5 x 6 tablet 100 mg; 5 x 10 tablet 500 mg; 5 x 10 tablet 750
mg; botol 100 ml larutan infus 200 mg, botol 200 ml larutan
infus 400 mg.
i. Eprex (Kelompok Cardiovascular dan hematoporetic system)
Indikasi : Recombinant human erythropoietin 2000 UI; 4000 UI/ vial
injeksi
Kemasan : dos 6 vial 2000 UI; 6 vial 4000 UI
j. Kytril (Kelompok Neuro-Muscular System)
Indikasi : pencegahan mual dan muntah karena pengobatan sitostatik
Kemasan : dos 5 ampul 3 mg/ml
k. Maxipime (Kelompok Antibiotics)
Indikasi : saluran pernafasan bawah, kulit dan struktur kulit, saluran
kemih, septikemia
Kemasan : injeksi 1 gr, 2 gr
l. Plasbumin (Kelompok Intravenous dan other sterile solutions)
Indikasi : shok hipovelemik, luka bakar, hipoproteinemia dengan atau
tanpa edem
m. Rochepin (Kelompok Antibitics)
Indikasi : infeksi saluran nafas terutama pneumonia, infeksi THT, infeksi
ginjal dan saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi pada
penderita dengan gangguan mekanisme pertahanan tubuh,
pencegahan infeksi perioperasi, infeksi tulang, sendi, jaringan
lunak, kulit dan luka, infeksi abdomen (perotonis, infeksi
saluran empedu dan saluran cerna), infeksi kelamin terutama
gonorhea
Kemasan : dos 1 vial 0,25 gr, 1 vial 0,5 gr, 1 vial 1 gr
n. Recormon (Kelompok Cardiova scular dan hematopoietic)
Indikasi : penyembuhan anemia yang berkaitan dengan gagal ginjal kronik
pada pasien yang dialis, penyembuhan dari simptom anemia
ginjal pada pasien yang tidak dialis
Kemasan : vial
o. Albutein (Kelompok Antibiotics)
Indikasi : penyembuhan infeksi pernafasan atas dan bawah. UTI,
peritonitis, cholecystitis, cholangitis dan infeksi intraabdominal
lain dan infeksi kulit dan struktur kulit
Kemasan : vial
p. Sandostatin (Kelompok Cardiovascular dan hormones)
Kemasan : 5 ampul 0,1 mg/ml
q. Somatostatin (Kelompok Cardiovascular dan hormones)
Indikasi : penyembuhan jaringan pankreas, simptom penyembuhan
berlebih dari endokrin dari GIT, penyembuhan haemorrhage
akut, akibat dari gastric/duodenal ulcers, haemorrhiac gastritis
dan oesphageal varices, yang didapati dari endoscopy
Kemasan : vial 250 mg, 3 mg
r. Tricefin (Kelompok Antibiotics))
Indikasi : saluran pernafasan bagiab bawah, kulit dan struktur kulit, tulang
dan sendiri intraabdominal, saluran kemih, meningitis,
septikemia, gonore
Kemasan : 1 vial injeksi
s. Toradol (Kelompok Neuro Muscular System)
Indikasi : nyeri akut, nyeri pasca bedah, nyeri kolik/trauma, derajat sedang
sampai berat diberikan jangka pendek 2-5 hari
Kemasan : ampul 10 mg, 30 mg
4.2.2. Gambaran Persediaan Obat-obatan
Gambar persediaan awal dan persediaan akhir obat-obatan dapat dilihat
Nama Obat Persediaan Awal (Rp)
Persediaan Akhir (Rp)
Albutein 100 ml 25% 13.389.376 7.303.296
Albumin Behring 100 ml 18.000.000 12.000.000
Broadces 1 gr 2.983.750 10.622.150
Claforan 1 gr 16.909.200 13.889.700
Cafobid 1 gr 2.904.732 2.097.862
Cefrim 1 gr 5.522.000 4.693.700
Clacef 1 gr 3.366.000 187.000
Ciproxin Infus 0,4 gr 3.339.600 4.250.400
Eprex 4.000 Inj Syringe 1.650.000 4.537.500
Kytril 3 mg Inj 735.460 4.596.625
Maxipim Inj 1 gr 3.175.480 4.763.220
Plasbumin 25% 100 ml 3.646.500 4.862.000
Plasbumin 20% 100 ml 8.395.200 1.049.400
Rochephin 1 gr 17.915.424 16.049.234
Recormon 10.000 IU 3.300.000 7.425.000
Sulperason 17.107.860 1.047.420
Sandostatin Inj 6.488.568 10.003.209
Somatostatin UCB 3 mg 880. 000 11.440.000
Tricefin 1 gr 1.557.600 19.989.200
Toradol 30 mg Inj 3.684.186 5.205.915
Toradol 10 mg Inj 1.498.551 4.097.304
(sumber : Rumah Sakit, 2009)
[image:55.595.114.510.87.605.2]4.2.3. Gambaran Harga Pokok Penjualan
Gambaran harga pokok penjualan obat-obatan dapat dilihat dari tabel 4.2.
Tabel 4.2. Harga Pokok Penjualan Obat-obatan
Nama Obat Harga Pokok Penjualan (Rp)
Albutein 100 ml 25% 323.779.456
Albumin Behring 100 ml 249.000.000
Broadces 1 gr 188.573.000
Claforan 1 gr 291.683.700
Cafobid 1 gr 40.827.622
Cefrim 1 gr 14.909.400
Clacef 1 gr 89.386.000
Ciproxin Infus 0,4 gr 89.865.600
Eprex 4.000 Inj Syringe 71.775.000
Kytril 3 mg Inj 16.363.985
Maxipim Inj 1 gr 204.364.820
Plasbumin 25% 100 ml 164.092.500
Plasbumin 20% 100 ml 68.211.000
Rochephin 1 gr 199.309.092
Recormon 10.000 IU 28.050.000
Sulperason 356.122.800
S