SKRIPSI
FLYPAPER EFFECT PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAHAN
KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA
OLEH :
NAMA : PRAMELA AUGUSTINA SIAGIAN
NIM : 0 5 0 5 0 3 1 0 8 DEPARTEMEN : AKUNTANSI – S1
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
“Flypaper Effect Pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara”
adalah benar hasil karya Saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi
tingkat Program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar
apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia
menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 02 Februari 2009
Yang Membuat Pernyataan
Pramela Augustina Siagian
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan karuniaNya yang senantiasa menyertai, membimbing dan memberikan
kemampuan serta kekuatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
skripsi ini. Tanpa campur tanganMu tak mungkin penulis dapat melalui segala
rintangan dan hambatan dalam kehidupan ini.
Skripsi yang berjudul “Flypaper Effect Pada Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Daerah Pada
Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara” ini ditujukan sebagai
salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program
S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Atas bimbingan dan petunjuk serta nasehat yang telah diterima selama
penyusunan Skripsi ini dan juga selama mengikuti pendidikan di Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Fahmi Natigor
Nst, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
3. Bapak Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak. selaku pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak. selaku penguji I dan Bapak Drs. Idhar
Yahya, MBA, Ak. selaku penguji II yang telah memberikan masukan yang
bermanfaat kepada penulis. Ibu Dr. Erlina, M.Si, Ak selaku dosen metode
penelitian yang banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
5. Seluruh staf pengajar terima kasih atas ilmu yang telah diberikan, pegawai
Departemen Akuntansi, Bang Hairil, Bang Oyong dan Kak Dame serta
para pegawai PPAK, Bang Kartun dan Kak Vida.
6. Ayahanda tercinta L. Siagian dan Ibunda terkasih R. br Panjaitan yang
senantiasa memberikan dorongan serta doa selama menjalani perkuliahan
di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Saudara saudariku yang
aku cintai dan sayangi David Siagian / Vaceanty br. Panjaitan, Rebekka
Siagian, SE, Ak. dan Yulius Siagian, S.Ds yang selalu ada untukku dan
selalu menerima segala kekuranganku. Sepupuku, Abraham Siagian,
terimakasih bantuannya ketika seminar proposal. Teristimewa untuk
keponakanku, Kevin Alexander Jansihar Siagian yang tak bosan
menemani hari-hariku di kala suka dan duka.
7. Sahabat-sahabat terbaikku, Rara Putri, Fitrah Maisarah, Nabila Syafrina,
Eka Pramudita, dan Martha Yurdila terima kasih atas segala kebersamaan,
semangat dan inspirasi. Seluruh teman-teman yang penulis kasihi Herry
Monika Siagian, Kak Irene, Bang Eddy Sebayang yang selalu memberi
semangat dan teman-teman AKSI 2005 lainnya. Untuk Teguh Mikha,
terima kasih telah menjadi teman curhat yang sangat menyenangkan.
8. Pihak yang memberikan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)
kepada penulis sejak penulis duduk di semester II.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan pengalaman
penulis belumlah cukup untuk menyempurnakan Skripsi ini sehingga masih
banyak terdapat kekurangan baik dalam penggunaan bahasa maupun penyajian
data. Dengan demikian penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 02 Februari 2009
Penulis,
Pramela Augustina Siagian
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap belanja daerah. Variabel independen yang digunakan adalah PAD dan DAU sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah belanja daerah.
Penelitian ini dilakukan dengan jumlah sampel 13 kabupaten/ kota dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara untuk periode 2004-2006.
Penarikan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Data diperoleh
melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (www.djpkpd.go.id). Data yang dianalisis dalam
penelitian ini diolah dari Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Metode statistik yang digunakan adalah statistik inferensial dengan
analisis regresi sederhana dan berganda menggunakan perangkat SPSS (Statistic
Product and Service Solution) versi 15.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, PAD maupun DAU berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Hasil uji t menunjukkan PAD mempunyai koefisien regresi 0,180 dan nilai sig 0,001. Hasil uji t menunjukkan DAU mempunyai koefisien regresi 0,837 dengan nilai sig 0,000. Uji F menunjukkan bahwa kedua variabel independen yaitu PAD dan DAU secara simultan berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah dengan nilai sig 0,000.
Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi flypaper effect, sesuai dengan syarat
bahwa nilai koefisien DAU lebih besar dari nilai koefisien PAD dan keduanya signifikan. Untuk memprediksi kecenderungan peningkatan belanja daerah karena
adanya flypaper effect dilakukan regresi dengan lag satu tahun dan hasil yang ada
pada pengujian tersebut dibandingkan dengan pengujian tanpa lag. Setelah
dilakukan pengujian maka ada indikasi bahwa pengaruh DAU periode lalu
terhadap belanja daerah periode sekarang lebih besar daripada pengaruh DAU periode sekarang terhadap belanja daerah periode sekarang.
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the effect of local own revenue (PAD) and intergovernmental transfer (DAU) to region government expense. Independent variables which are used in this research are local own revenue (PAD) and intergovernmental transfer (DAU), and dependent variable is region government expense.
This research is committed with 13 regency/ city as a sample from 33 regency/ city at North Sumatera Province. This research is done for 2004-2006 period. The data are taken from the website Financial Department of the Republic
Indonesia (www.djpkpd.go.id). The data which is analyzed in this research are
collected through the region budget of Revenue and Expense (APBD). The analyzing method that is used is the inferensial statistic method with simple and
multiple regression and used SPSS (Statistic Product and Service Solution) 15.0
version.
The research result shows that partially, local own revenue (PAD) or intergovernmental transfer (DAU) have significant effect to region government expense. t test result shows that local own revenue (PAD) has regression coefficient 0,180 with sig value 0,001. t test result shows that intergovernmental transfer (DAU) has regression coefficient 0,837 with sig value 0,000. F test shows that both of the two independen variables simultaneously affect region government expense with sig value 0,000. It indicates that there have occurred flypaper effect. Flypaper effect is defined as region government expense that is greater than intergovernmental transfer (DAU). Result of test to examine whether or not flypaper effect that tend to increase amount of region government expense is significant.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………... i
KATA PENGANTAR ……….…. ii
ABSTRAK ……….……... v
ABSTRACT ……….….... vi
DAFTAR ISI ………..….. vii
DAFTAR TABEL…. ………..…. xi
DAFTAR GAMBAR ………..……. xii
DAFTAR LAMPIRAN ………..…... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1
B. Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan………. 3
1. Perumusan Masalah………. 3
2. Batasan Permasalahan………. 4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………. 4
1. Tujuan Penelitian………. 4
2. Manfaat Penelitian………... 5
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis………... 5
1. Kerangka Konseptual………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis……… 8
1. Keuangan Daerah……… 8
a. Pengertian Keuangan Daerah……… 8
2. Penganggaran Daerah dan APBD……… 9
a. Pengertian dan Prinsip Anggaran……… 9
b. Pengertian APBD……… 11
c. Klasifikasi APBD……… 11
d. Konsep Pertanggungjawaban APBD……….... 12
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)……… 14
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah……… 14
b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah……….……. . 15
4. Dana Alokasi Umum (DAU)………. 19
a. Pengertian Dana Alokasi Umum……… 19
b. Tujuan Dana Alokasi Umum……… 19
5. Belanja Daerah………. 20
a. Pengertian Belanja Daerah………. 20
b. Klasifikasi Belanja Daerah……… 21
6. Flypaper Effect………... 22
7. Pengaruh Flypaper Effect pada Prediksi Belanja Daerah.... 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian …..……….. 31
B. Populasi dan Sampel Penelitian ………...……... 31
C. Jenis dan Sumber Data..……….. 32
D. Teknik Pengumpulan Data ………. 33
E. Defenisi Operasional ……….. 33
F. Metode Analisis Data ………...………... 34
1. Uji Asumsi Klasik ………. 35
2. Pengujian Hipotesis ……….. 39
G. Jadwal Penelitian………. 42
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Secara Statistik ……….. 43
B. Uji Asumsi Klasik ………. 46
1. Uji Normalitas……….. 46
2. Uji Multikolinearitas ……… 48
3. Uji Heteroskedastisitas……… 49
4. Uji Autokorelasi………... 50
C. Pengujian Hipotesis………... 51
1. Analisis Koefisien Determinasi………... 52
2. Uji Simultan (F test)……….. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……….. 60
B. Ketarbatasan Penelitian ………... 60
C. Saran ……….... 61
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 34
Tabel 3.1 Defenisi Operasional 35
Tabel 4.1 Daftar Kabupaten/Kota Sampel 38
Tabel 4.2 Descriptive Statistics 45
Tabel 4.3 Uji Normalitas (3) 48
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas 49
Coefficients(a)
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi 51
Model Summary(b)
Tabel 4.6 Model Summary 52
Tabel 4.7 ANOVA(b) 53
Tabel 4.8 Coefficients(a) 54
Tabel 4.9 Uji Statistik t 55
Tabel 4.10 Coefficients(a) 57
Tabel 4.11 Coefficients(a) 57
Tabel 4.12 Coefficients(a) 58
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual 6
Gambar 4. 1 Uji Normalitas (1) 46
Normal P-Plot of Regression Standard Residual
Gambar 4.2 Uji Normalitas (2) 47
Histogram
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran 1 Laporan APBD T.A. 2004 Kabupaten/ Kota dan Propinsi
se-Provinsi Sumatera Utara
Lampiran 2 Laporan APBD T.A. 2005 Kabupaten/ Kota dan Propinsi
se-Provinsi Sumatera Utara
Lampiran 3 Laporan APBD T.A. 2006 Kabupaten/ Kota dan Propinsi
se-Provinsi Sumatera Utara
Lampiran 4 Data Dana Alokasi Umum (DAU) 2004-2006
Lampiran 5 Data Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2004-2006
Lampiran 6 Data Belanja Daerah 2004-2006
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 8 Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 10 Hasil Uji Autokorelasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum di Undang-Undang Otonomi Daerah
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah menggantikan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Pelaksanaan kebijakan pemerintahan
Indonesia tentang Otonomi Daerah, dimulai secara efektif pada tanggal 1 Januari
2001, merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi
aspek desentralisasi yang sesungguhnya. Desentralisasi sendiri mempunyai tujuan
untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat,
pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antar daerah (dalam Sidik et al,
2002).
Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 disebutkan bahwa untuk
pelaksanaan kewenangan Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Pusat akan
mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari Dana Bagi Hasil yang
terdiri dari pajak dan sumber daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut,
Pemerintahan Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan
semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintahan Daerah. Seharusnya dana
transfer dari Pemerintahan Pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien
oleh Pemerintahan Daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.
Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan
akuntabel.
Pada praktiknya, transfer dari Pemerintahan Pusat merupakan sumber dana
utama Pemerintahan Daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang
oleh Pemerintahan Daerah dilaporkan diperhitungan APBD. Tujuan dari transfer
ini adalah untuk mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan) kesenjangan
fiskal antar pemerintahan dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik
minimum di seluruh negeri (Simanjuntak dalam Sidik et al, 2002).
Fenomena utama dalam penelitian ini adalah flypaper effect, yang
merupakan suatu kondisi yang terjadi saat pemerintahan daerah merespon
(belanja) lebih banyak/boros dengan menggunakan dana transfer (grants) yang
diproksikan dengan DAU daripada menggunakan kemampuan sendiri,
diproksikan dengan PAD.
Penelitian sebelumnya telah banyak yang mengangkat permasalahan
transfer ini, di Amerika Serikat, persentase transfer dari seluruh pendapatan
mencapai 50% untuk pemerintahan federal dan 60% untuk pemerintahan daerah
(Fischer, 1996). Di Indonesia, pada masa sekarang ini, sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, transfer yang dalam hal ini disamakan istilahnya
dengan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri
Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Pemerintahan Daerah di Pulau
Jawa dan Bali sebelumnya telah diteliti dan menghasilkan analisis bahwa ketika
digunakan dengan lag, pengaruh DAU terhadap Belanja daerah justru lebih kuat
daripada PAD (Sukriy dan Halim, 2004). Hal ini berarti terjadi flypaper effect
dalam respon Pemerintahan Daerah terhadap DAU. Penelitian terdahulu ini
memiliki keterbatasan dimana penggunaan sampel Kabupaten/Kota di Jawa dan
Bali tidak sepenuhnya dapat dijadikan landasan untuk kasus di luar Jawa-Bali.
Selain itu, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di Jawa-Bali memiliki
kemampuan keuangan berbeda dengan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di
luar Jawa-Bali. Pulau Sumatera, khususnya Propinsi Sumatera Utara memiliki
karakteristik ekonomi dan geografis yang berbeda dengan pulau Jawa.
Oleh karena keterbatasan penelitian terdahulu tersebut, penulis ingin
melakukan penelitian replikasi dengan mengambil sampel di luar Pulau
Jawa-Bali. Penelitian replikasi ini akan mengambil sampel Kabupaten/ Kota di Propinsi
Sumatera Utara.
B. Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan 1. Perumusan Masalah
a. Apakah DAU dan PAD berpengaruh terhadap Belanja Pemerintahan
Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara?
b. Apakah terjadi flypaper effect pada Belanja Pemerintahan Kabupaten/
c. Apakah flypaper effect cenderung menyebabkan peningkatan jumlah
Belanja Daerah?
2. Batasan Permasalahan
a. Batasan aspek dalam penelitian ini adalah hanya terhadap Laporan APBD
saja, berkaitan dengan nilai realisasi DAU, PAD dibandingkan dengan
Belanja Daerah.
b. Batasan Lokasi dalam penelitian ini adalah hanya pada 13 Kabupaten/
Kota di Propinsi Sumatera Utara.
c. Batasan waktu penelitian ini adalah hanya meliputi tahun 2004-2006.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai :
a. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap Belanja Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi
Sumatera Utara.
b. Kemungkinan terjadinya flypaper effect pada Belanja Pemerintahan
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
c. Kecenderungan flypaper effect menyebabkan peningkatan jumlah belanja
daerah.
a. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dalam menulis karya ilmiah
dan memperdalam wawasan sehubungan dengan flypaper effect pada DAU
dan PAD terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Propinsi
Sumatera Utara.
b. Kontribusi kebijakan, memberikan masukan baik bagi Pemerintahan Pusat
maupun daerah dalam hal penyusunan kebijakan di masa yang akan datang
yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi dari
APBN dan APBD, serta UU dan PP yang menyertainya.
c. Kontribusi teori, sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi
peneliti-peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu DAU dan PAD, serta satu variabel dependen yaitu Belanja Daerah. Dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan
Pemerintahan Daerah (membiayai belanja daerah), Pemerintahan Pusat akan
mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari Dana Bagi Hasil yang
terdiri dari pajak dan Sumber Daya Alam. Disamping dana perimbangan tersebut,
Pemerintahan Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa PAD,
pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Dari keterangan diatas dapat diambil
adalah berpengaruh positif baik sacara simultan maupun parsial. Flypaper effect
tidak disimbolkan dalam kerangka konseptual karena flypaper effect merupakan
sebuah fenomena yang terjadi saat pemerintah daerah merespon (belanja) lebih
banyak/ boros dengan menggunakan DAU daripada menggunakan PAD. Dari
fenomena flypaper effect, muncul kecenderungan peningkatan belanja daerah
bahwa penggunaan DAU tahun sebelumnya dapat dijadikan prediksi belanja
daerah periode berikutnya. Kecenderungan peningkatan belanja daerah ini juga
tidak disimbolkan dalam kerangka konseptual.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan keterangan diatas maka
dapat digambarkan sebuah kerangka konseptual sebagai berikut :
H1
H2
H3
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2
Belanja Daerah
(Y)
Dana Alokasi Umum (DAU)
X1
Gambar 1.1
KERANGKA KONSEPTUAL
Sumber : Penulis, 2009
Menurut Sugoyono (2004:10) “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Hipotesis merupakan dugaan
atau jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang
relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian.
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : DAU dan PAD secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Daerah.
H2 : DAU berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah
H3 : PAD berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah
Untuk menentukan flypaper effect, tidak digunakan hipotesis, karena flypaper
effect merupakan sebuah fenomena yang terjadi saat pemerintah daerah merespon
(belanja) lebih banyak/ boros dengan menggunakan DAU daripada menggunakan
PAD.
Untuk menentukan kecenderungan peningkatan belanja daerah karena adanya
flypaper effect digunakan hipotesis. Hipotesis untuk menguji hubungan DAU
sebagai prediksi belanja daerah periode berikutnya adalah :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Keuangan Daerah
a. Pengertian Keuangan Daerah
Menurut Mamesah (1995 : 16), keuangan daerah dapat diartikan sebagai :
“Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah
sepanjang belum dimiliki/ dikuasai oleh Negara atau Daerah yang lebih tinggi
serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/ peraturan perundangan yang berlaku.”
Menurut Halim (2004 : 20), ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari :
“Keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Yang termasuk dalam kekayaan daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik
daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD).”
2. Penganggaran Daerah dan APBD a. Pengertian dan Prinsip Anggaran
Menurut Yuwono (2005 : 27) “anggaran adalah suatu rencana terinci yang
dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang
(perencanaan keuangan) untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan
Suatu anggaran harus terorganisasi secara rapi, jelas, rinci dan
komprehensif. Proses penganggaran harus dilakukan secara jujur dan terbuka serta
dilaporkan dalam suatu struktur yang mudah dipahami dan relevan dalam proses
operasional dan pengendalian organisasi. Untuk menyusun suatu anggaran,
organisasi harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui
perencanaan strategis tersebut, anggaran mendapatkan kerangka acuan strategis.
Disini, anggaran menjadi bermakna sebagai alokasi sumber daya (keuangan)
untuk mendanai berbagai program dan kegiatan.
Prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan anggaran daerah adalah
sebagai berikut :
1) transparansi, adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan
dan pelaksanaan anggaran daerah. Transparansi memberikan arti bahwa
anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui
proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat,
terutama pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat ;
2) akuntabilitas, adalah pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa
proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan
pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat tidak
hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut, tetapi juga
berhak menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan
3) value for money, yakni diterapkannya tiga prinsip dalam proses
penganggaran daerah yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi
berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah
dan kualitas tertentu pada harga yang paling murah. Efisiensi berarti
bahwa penggunaan dana masyarakat (public money) tersebut
menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas berarti
bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-target atau
tujuan kepentingan publik.
Dalam konteks otonomi daerah, value for money merupakan jembatan
untuk mengantarkan pemerintahan daerah mencapai good governance.
Value for money tersebut harus dioperasionalkan dalam pengelolaan
keuangan daerah dan anggaran daerah. Untuk mendukung dilakukannya
pengelolaan dana publik (public money) yang mendasarkan konsep value
for money diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
daerah yang baik. Hal tersebut dapat tercapai apabila pemerintahan daerah
memiliki sistem akuntansi yang baik.
b. Pengertian APBD
Menurut Yuwono (2005 : 92), APBD didefinisikan sebagai “ suatu
rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.”
Dalam satu tahun anggaran, APBD meliputi :
1) hak pemerintahan daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
2) kewajiban pemerintahan daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih ;
3) penerimaan yang perlu dibayar kembali, dan atau pengeluaran yang akan
diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
c. Klasifikasi APBD
Klasifikasi APBD yang terbaru adalah berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan
daerah. Adapun bentuk dan susunan APBD yang didasarkan pada Permendagri
13/ 2006 pasal 22 ayat (1) terdiri atas 3 bagian, yaitu : “pendapatan daerah,
belanja daerah, dan pembiayaan daerah.”
Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (1) dikelompokkan atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah. (Permendagri 13/ 2006)
Oleh karena penelitian ini menggunakan laporan APBD yang memakai
format Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002, maka APBD yang
berdasarkan format tersebut terdiri atas 3 bagian, yaitu : “pendapatan, belanja, dan
pembiayaan.”
Belanja digolongkan menjadi 4 yakni belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak tersangka. Belanja aparatur daerah diklasifikasi menjadi 3 kategori yaitu belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/ pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan menjadi 3 yakni belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal. Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan yaitu : sumber penerimaan daerah dan sumber pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan berupa penerimaan daerah adalah : sisa lebih anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan dan transfer dari dana cadangan. Sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas : pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa lebih anggaran tahun sekarang. (Halim, 2004 : 18).
d. Konsep Pertanggungjawaban APBD
Pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan penyampaian laporan
pertanggungjawaban APBD yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan
disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintah untuk mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas. Penjelasan mengenai konsep pertanggungjawaban
APBD memiliki hubungan dengan assymetry information theory dan commander
theory.
1) Assymetri Information Theory
Mohamad dkk. (2004) dalam Mulyana (2006 : 65) berpendapat bahwa
assymetri information theory beranggapan bahwa banyak terjadi kesenjangan
informasi antara pihak manajemen yang mempunyai akses langsung terhadap
informasi dengan pihak konstituen atau masyarakat yang berada di luar
manajemen.
Dalam hal ini pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara
dengan pengelolaan keuangan daerah kepada publik secara terbuka dan jujur
melalui media berupa penyajian laporan APBD yang dapat diakses oleh berbagai
pihak yang berkepentingan dengan anggapan bahwa publik berhak mengetahui
informasi tersebut.
Pada kenyataannya, publikasi laporan APBD oleh pemerintahan daerah
melalui surat kabar, internet atau dengan cara lain belum menjadi hal yang umum.
Kebijakan penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel.
2) Commander Theory
Commander theory mengungkapkan bahwa yang perlu dijadikan sebagai
pusat perhatian atau sebagai pemilik perusahaan adalah commandernya atau
mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan kontrol
ekonomi atas resorsis yang efektif terhadap suatu perusahaan. Penekanan
informasi menurut teori ini adalah pertanggungjawaban bagaimana mereka yang
dipercayai mengelola kekayaan yang diamanahkan kepadanya.
Pada pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang
pengelolaan keuangan daerah bagian keempat tentang belanja daerah ayat 1
dinyatakan bahwa ,“kekayaan yang dimiliki daerah seharusnya digunakan dalam
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau
kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan
Pada kenyataan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan, kategori
pengeluaran kebutuhan non esensial atau kebutuhan luxury seperti taman dan
rekreasi, kebudayaan dan pelayanan pendidikan adalah lebih kuat daripada
kebutuhan esensial seperti keamanan (police), pelayanan dasar, kesehatan dan
proteksi terhadap kebakaran yang layak serta mengembangkan sistem jaminan
sosial.
3. Dana Alokasi Umum
a. Pengertian Dana Alokasi Umum
Menurut Halim (2004 : 141), Dana Alokasi Umum adalah “dana yang
berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.”
b. Tujuan Dana Alokasi Umum
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 104 tahun 2000, Mardiasmo
(2002 : 157) mengungkapkan bahwa “tujuan DAU adalah untuk horizontal equity
dan sufficiency. Tujuan horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah
pusat dalam rangka melakukan distribusi pendapatan secara adil dan merta agar
tidak terjadi kesenjangan yang lebar antar daerah. Sementara itu yang menjadi
kepentingan daerah adalah kecukupan (sufficiency), terutama adalah untuk
menutup fiscal gap.”
Fiscal gap terjadi karena karakteristik daerah di Indonesia sangat beraneka
juga daerah yang sebenarnya tidak memiliki kekayaan alam yang besar namun
karena stuktur perekonomian mereka telah tertata dengan baik maka potensi pajak
dapat dioptimalkan sehingga daerah tersebut menjadi kaya. Namun, banyak juga
daerah yang secara alamiah maupun struktur ekonomi masih sangat tertinggal.
Untuk itulah maka transfer dari Pemerintahan Pusat dalam bentuk DAU masih
diberikan untuk mengatasi kesenjangan antar daerah (fiscal gap).
4. Pendapatan Asli Daerah
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah
adalah “pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.”
Disamping Dana Perimbangan yang berasal dari Pemerintahan Pusat,
daerah juga dapat membiayai pelaksanaan pembangunan daerahnya melalui
Pendapatan Asli Daerah. PAD inilah yang sebenarnya menjadi barometer utama
suksesnya pelaksanaan otonomi daerah. Diharapkan dengan adanya otonomi,
kemandirian daerah dapat diwujudkan yang dimanifestasikan lewat struktur PAD
yang kuat.
b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Sebagaimana dinyatakan Halim (2004 : 67), PAD merupakan sumber
murni daerah yang terdiri dari :
a. pajak daerah
c. hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik
daerah yang dipisahkan
d. lain-lain PAD yang sah
Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh Halim (2004 : 67) adalah sesuai
dengan klasifikasi PAD berdasarkan Kepmendagri 29/ 2002.
Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas
Undang-Undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah,
yang dimaksud dengan “pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah
dan pembangunan daerah.”
Jenis pajak Kabupaten/Kota menurut Undang-Undang No. 34 tahun 2000
antara lain :
1) Pajak hotel
2) Pajak restoran
3) Pajak hiburan
4) Pajak reklame
5) Pajak penerangan jalan
6) Pajak pengambilan bahan galian golongan C
7) Pajak parkir
Retribusi Daerah
Yang dimaksud dengan retribusi menurut Saragih (2003 : 65) adalah
khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.”
Macam retribusi untuk kabupaten/ kota meliputi objek pendapatan sebagai
berikut :
a. Retribusi Jasa Umum, terdiri dari :
1) Pelayanan kesehatan
2) Pelayanan kebersihan dan persampahan
3) Penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil
4) Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
5) Pelayanan parkir di tepi jalan umum
6) Pelayanan Pasar
7) Pelayanan air bersih
8) Pengujian kendaraan bermotor
9) Pemeriksaan alat pemadam kebakaran
10) Penggantian biaya cetak peta
11) Pengujian terhadap kapal perikanan
b. Retribusi Jasa Usaha
2) Pasar grosir atau pertokoan
3) Pelayanan terminal
4) Pelayanan tempat khusus parkir
5) Pelayanan tempat penitipan anak
6) Penginapan/pesanggrahan/ vila
7) Penyedotan kakus
8) Rumah potong hewan
9) Tempat pendaratan kapal
10) Tempat rekreasi dan olahraga
11) Penyeberangan di atas air
12) Pengelolaan air limbah
13) Penjualan usaha produksi daerah
c. Retribusi Perijinan Tertentu
1) Ijin penggunaan tanah
2) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
3) Ijin tempat penjualan minuman beralkohol
5) Ijin trayek
6) Ijin pengambilan hasil hutan
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan
Menurut Halim (2004 : 68), jenis pendapatan ini meliputi objek
pendapatan berikut “1) bagian laba perusahaan milik daerah, 2) bagian laba
lembaga keuangan bank, 3) bagian laba lembaga keuangan nonbank, 4) bagian
laba atas penyertaan modal/ investasi.”
Lain-lain PAD yang sah
Menurut Halim (2004 : 69), jenis pendapatan ini meliputi objek
pendapatan berikut “1) hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, 2)
penerimaan jasa giro, 3) penerimaan bunga deposito, 4) denda keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, 5) penerimaan ganti rugi atas kerugian/ kehilangan
kekayaan daerah.”
5. Belanja Daerah
a. Pengertian Belanja Daerah
Menurut Kepmendagri No. 29 tahun 2002, belanja daerah adalah “semua
kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan kekayaan bersih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan.”
Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dinyatakan bahwa belanja
daerah dilaksanakan untk mendanai urusan pemerintah yang menjadi kewenangan
daerah, sedangkan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
b. Klasifikasi Belanja Daerah
Berdasarkan Kepmendagri 29/2002, belanja daerah terdiri dari :
a. Belanja aparatur daerah, terdiri dari :
1) Belanja administrasi umum
2) Belanja operasi dan pemeliharaan
3) Belanja modal/ pembangunan
b. Belanja pelayanan publik
1) Belanja administrasi umum
2) Belanja operasi dan pemeliharaan
3) Belanja modal
c. Bagi Hasil
d. Bantuan Keuangan
Belanja daerah menurut kelompok belanja berdasarkan Permendagri 13/
2006 terbagi atas :
a. belanja tidak langsung yaitu belanja yang anggarannya tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Contohnya adalah belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga ;
b. belanja langsung yaitu belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan seperti belanja pegawai honorarium/ upah, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
6. Flypaper Effect
Istilah flypaper effect diperkenalkan pertama kali oleh Courant, Gramlich,
dan Rubinfeld (1979) untuk mengartikulasikan pemikiran Arthur Okun (1930)
flypaper effect dalam bahasa indonesia sehingga kata ini dituliskan sebagaimana
adanya tanpa diterjemahkan. Fenomena flypaper effect membawa implikasi lebih
luas bahwa transfer dari pemerintah pusat akan meningkatkan belanja
pemerintahan daerah yang lebih besar daripada penerimaan transfer itu sendiri
(Turnbull, 1998).
Dalam khasanah ekonomi, telaah mengenai flypaper effect dapat
dikelompokkan menjadi 2 aliran pemikiran, yaitu model birokratik (bureaucratic
model) dan ilusi fiskal (fiscalillusion model). Model birokratik menelaah flypaper
effect dari sudut pandang birokrat, sedangkan model ilusi fiskal mendasarkan
kajiannya dari sudut pandang masyarakat yang mengalami keterbatasan informasi
terhadap anggaran pemerintahan daerahnya. Aliran pemikiran birokratik diawali
oleh Niskanen (1968). Dalam pandangannya, posisi birokrat lebih kuat dalam
pengambilan keputusan publik. Ia mengasumsikan birokrat berperilaku
memaksimisasi anggaran sebagai proksi kekuasaannya. Secara implisit, model
birokratik menegaskan flypaper effect sebagai akibat dari perilaku birokrat yang
lebih leluasa membelanjakan transfer daripada menaikkan pajak sebagai salah satu
Pendapatan Asli Daerah. McGuire (1973) mengistilahkan hal ini sebagai
ketamakan politisi (a greedy politiciansmodel). Dengan demikian, flypaper effect
terjadi karena superioritas pengetahuan birokrat mengenai transfer. Informasi
lebih yang dimiliki birokrat memungkinkannya memberikan pengeluaran yang
berlebih.
Holtz-Eakin et al (1985) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat
erat antara transfer dari Pemerintahan Pusat dengan belanja Pemerintahan Daerah.
Secara spesifik mereka menegaskan bahwa variabel-variabel kebijakan
Pemerintahan Daerah dalam jangka pendek disesuaikan (adjusted) dengan transfer
yang diterima, sehingga memungkinkan tejadinya respon yang non-linier dan
assymetric. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Sukriy dan Halim (2004) bahwa
daya prediksi DAU terhadap Belanja Daerah adalah lebih kuat pada regresi
dengan lag (DAU tahun 2001 terhadap Belanja Daerah 2002).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Abdullah dan Halim (2004) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
Belanja Pemerintah Daerah di Indonesia dengan menggunakan sampel sebanyak
70 kabupaten dan 20 kota di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Bali. Data yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah data cross section yakni data tahun 2001 dan 2002 dari
laporan APBD Pemda yang diperoleh dari situs Departemen Dalam Negeri dan
Departemen Keuangan. Statistik yang digunakan dalam penelitian Abdullah dan
Halim (2004) ini adalah regresi sederhana (simple regression) dan regresi
berganda (multiple regression). Regresi sederhana dipakai untuk melihat pengaruh
jumlah DAU, pajak daerah dan PAD secara terpisah terhadap jumlah belanja.
Regresi berganda digunakan dengan tujuan untuk memprediksi apakah
komponen-komponen pendapatan daerah tersebut secara serentak mempengaruhi
secara terpisah dan atau secara bersama-sama DAU dan PAD berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja daerah.
Haryo Kuncoro (2007) melakukan penelitian dengan mengangkat judul
Fenomena Flypaper effect pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota dan
Kabupaten Di Indonesia. Studi ini berbeda dengan studi-studi sebelumnya
setidaknya dalam tiga hal. Pertama, studi ini mengklarifikasi keterkaitan langsung
antara penerimaan transfer dengan upaya pemerintah daerah dalam menggali
PAD. Hal ini ditujukan agar transfer mampu menciptakan kinerja fiskal yang
lebih baik dalam mengurangi ketidakseimbangan fiskal secara vertikal. Kedua,
dari sisi belanja adalah dengan mengamati sensitivitas belanja pemerintahan
daerah dalam merespon perolehan transfer. Hal ini merupakan prasyarat penting
yang harus dikaji agar transfer yang didistribusikan mampu mengurangi
ketidakseimbangan fiskal secara horizontal. Ketiga, kedua aspek tersebut di atas
dirangkum ke dalam satu kerangka kerja dengan memperhatikan eksternalitas
fiskal (budget spillover), baik sisi penerimaan dan belanja, yang muncul secara
timbal balik antardaerah. Data utama yang dikumpulkan meliputi pos-pos PAD,
transfer antar pemerintah, Pengeluaran Rutin (Belanja Operasional), dan
Pengeluaran Pembangunan (Belanja Modal) pemerintah daerah, serta PDRB. Di
samping itu, penelitian ini memerlukan pula data pendukung lainnya seperti
tingkat luas wilayah, tingkat harga (inflasi), dan jumlah penduduk di tiap kota dan
kabupaten. Penelitian ini memanfaatkan data sekunder yang diperoleh dari BPS
dan DitjenPKPD Departemen Keuangan. Data yang diteliti merupakan data
mencakup periode tahun 1988 hingga 2003. Cakupan spasial studi adalah kota dan
kabupaten. Atas dasar pertimbangan ini terkumpul 280 kota dan kabupaten.
Sampel ini mencapai 75 persen atas jumlah populasi pada tahun 2003. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa alokasi transfer dari pemerintahan pusat diikuti
dengan pertumbuhan belanja pemerintahan daerah yang lebih tinggi. Gejala ini
memperlihatkan bahwa birokrat pemerintahan daerah bertindak sangat reaktif
terhadap transfer yang diterima dari pusat. Ada indikasi peningkatan belanja yang
tinggi tersebut disebabkan karena inefisiensi belanja pemerintahan daerah
terutama belanja operasional.
Monika Siagian (2008) melakukan penelitian untuk meguji Pengaruh Dana
Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan lain-lain
yang Dianggap Sah Terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Studi Kasus
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara. Data dalam penelitian Monika
Siagian diperoleh dari situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpkpd.go.id). Adapun periode waktu
yang digunakan terdiri dari data time series mulai tahun 2004 hingga 2006 yang
dikombinasikan dengan data cross section pada 8 kabupaten dan 4 kota di
Propinsi Sumatera Utara yang dipilih sebagai daerah sampel. Pengolahan data
adalah dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, uji F dan uji t.
Hasil analisis yang dilakukan Monika Siagian menunjukkan bahwa DAU, PAD
dan Pendapatan Lain-lain Yang Dianggap Sah secara simultan dan parsial
Tabel 2.
TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
No Peneliti (Tahun Penelitian)
Judul Variabel Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1. Sukriy
Abdullah
dan Abdul
Halim
(2004)
Pengaruh Dana
Alokasi Umum
(DAU) dan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
terhadap
Belanja
Pemerintah
Daerah : Studi
Kasus
Kabupaten/Kota
di Jawa dan
Bali
Variabel
Independen :
DAU dan
PAD
Variabel
dependen :
Belanja
Pemerintahan
Daerah
Analisis
regresi
sederhana
(simple
regression)
dan regresi
berganda
(multiple
regression)
Hasil penelitian
Sukriy dan Abdul
Halim
menunjukkan
bahwa bahwa
ketika tidak
digunakan tanpa
lag, pengaruh
PAD terhadap
Belanja daerah
lebih kuat
daripada DAU,
tetapi dengan
digunakan lag,
pengaruh DAU
terhadap Belanja
daerah justru lebih
kuat dari pada
PAD
2. Haryo
Kuncoro
(2007)
Fenomena
Flypaper effect
pada Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Variabel
Independen :
DAU dan
PAD
Variabel
Analisis
ekonometrika
spasial
melalui
pendekatan
Alokasi transfer
diikuti dengan
pertumbuhan
belanja yang lebih
Daerah Kota
dan Kabupaten
Di Indonesia
dependen :
Belanja
Pemerintahan
Daerah
sistem
persamaan
simultan.
memperlihatkan
bahwa birokrat
pemerintahan
daerah bertindak
sangat reaktif
terhadap transfer
yang diterima dari
pusat. Ada
indikasi
peningkatan
belanja yang
tinggi tersebut
disebabkan karena
inefisiensi belanja
pemerintahan
daerah terutama
belanja
operasional.
3. Monika
Siagian
(2008)
Pengaruh Dana
Alokasi Umum
(DAU),
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
dan Pendapatan
lain-lain yang
Dianggap Sah
Terhadap
Belanja
Pemerintah
Daerah :
Variabel
Independen :
DAU, PAD
dan
Pendapatan
Lain-lain
yang
dianggap sah
Variabel
dependen :
Setelah dilakukan
pengujian
hipotesis dapat
diambil
kesimpulan bahwa
secara parsial
DAU, PAD dan
pendapatan
lain-lain yang dianggap
sah mempunyai
pengaruh
Studi Kasus
Kabupaten/Kota
di Propinsi
Sumatera Utara.
Belanja
Pemerintahan
Daerah
terhadap belanja
daerah.
DAU, PAD dan
pendapatan
lain-lain yang dianggap
sah secara
simultan
(bersama-sama)
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap belanja
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. “Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan antara variabel X dengan variabel Y dimana variabel
dependen ( sebut: variabel Y) dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen tertentu (sebut: variabel X), maka dapat dinyatakan bahwa variabel X
menyebabkan variabel Y.” ( Indriantoro dan Supomo, 2002 : 90)
B. Populasi dan Sampel Penelitian
“Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai
karakteristik tertentu” (Erlina dan Mulyani, 2007 : 73).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pemerintahan
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara, dalam hal ini seluruh
Kabupaten/Kota yang telah membuat dan mempublikasikan laporan APBDnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 Kabupaten dan 8 Kota.
“Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi” (Erlina dan Mulyani, 2007 : 74). Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara
purposive sampling yaitu “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.” (Arikunto, 1990 : 128). Sampel tersebut adalah data dari 13
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
1. Kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan
laporan APBD dalam situs Departemen Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpkpd.go.id).
2. Kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan
laporan APBDnya selama periode 2004-2006.
3. Kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera yang laporan APBDnya telah
memakai format Kepmendagri 29/ 2002.
C. Jenis dan Sumber Data
Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. “Data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam
arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.”
(Indriantoro dan Supomo, 2002 : 147). Data yang diperoleh adalah kombinasi
antara data time series dan data cross section. Data time series adalah data yang
secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu dan data
cross section yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik tertentu. (Kuncoro,
Mudrajat 2003 : 125).
Data diperoleh dari laporan APBD Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Propinsi Sumatera Utara tersebut, yakni data PAD, DAU dan total Belanja Daerah
yang diperoleh dari situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan
dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan
penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah
dibutuhkan pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang merupakan data yang telah dikumpulkan sebelumnya dan
telah menjadi dokumentasi. Data penelitian diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara yaitu internet yang diperoleh dari situs Departemen
Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah
(www.djpkpd.go.id).
E. Defenisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan defenisinya akan
dijelaskan melalui tabel berikut :
Tabel 3.
TABEL DEFENISI OPERASIONAL Jenis
Variabel
Nama Variabel
Defenisi
Independen DAU DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Independen PAD PAD adalah pendapatan daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Dependen Belanja
Daerah
Belanja Daerah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh
Pemda untuk melaksanakan wewenang dan
tanggungjawab kepada masyarakat dan pemerintah
diatasnya.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik model analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS
15 for windows. Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum
melakukan pengujian hipotesis.
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian data dilakukan dengan uji asumsi klasik yang meliputi :
a. Uji Normalitas
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 103), ”uji ini berguna untuk tahap
awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik
parametrik dan jika data tidak normal gunakan statistik non parametrik atau
Menurut Ghozali (2005 : 110), ”uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.”
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak menurut Ghozali (2005 : 110), yaitu :
1) Analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability
plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal
dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya.
2) Analisis statistik
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis
dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik
Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau
merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat
dilihat dari :
a) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data
adalah tidak normal.
b). Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel
independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut
variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang
bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara
sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama
variabel bebas, maka konsekuensinya adalah: (1). Koefisien-koefisien regresi
menjadi tidak dapat ditaksir. (2). Nilai standar error setiap koefisien regresi
menjadi tak terhingga. Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas.
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF dan
korelasi diantara variabel independen. Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka
model dikatakan terdapat gejala multikolinearitas, jika korelasi diantara
variabel independen lebih besar dari 0,1 (Ghozali, 2005 :92).
Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinieritas, yaitu :
a). Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independent A dan B
saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang
dikeluarkan dari model regresi.
b). Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas. (Ghozali, 2005 : 105).
Menurut Ghozali (2005 : 105), ada beberapa cara untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskesdatisitas :
Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskesdatisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dasar analisis :
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdatisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdatisitas.
Menurut Gujarati (1995) dalam Hadi (2006 : 172), “untuk mengetahui
adanya masalah heteroskesdatisitas ini kita bisa menggunakan korelasi jenjang
Glejser.” Bila menggunakan korelasi jenjang Spearman, maka kita harus
menghitung nilai korelasi untuk setiap variabel independen terhadap nilai
residu, baru kemudian dicari tingkat signifikansinya. Park dan Glejser test
memiliki dasar test yang sama yaitu meregresikan kembali nilai residu ke
variabel independen.
Menurut Hadi (2006 : 174), salah satu cara untuk mengurangi masalah
heteroskesdatisitas adalah “menurunkan besarnya rentang (range) data. Salah
satu cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan rentang data adalah
melakukan transformasi (manipulasi) logaritma. Tindakan ini bisa dilakukan
bila semua data bertanda positif.”
d. Uji Autokorelasi
Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah data
runtut waktu (timeseries). “Autokorelasi akan muncul bila data sesudahnya
merupakan fungsi dari data sebelumnya atau data sesudahnya memiliki
korelasi yang tinggi dengan data sebelumnya pada data runtut waktu dan
besaran data sangat tergantung pada tempat data tersebut terjadi.”(Hadi, 2006 :
175).
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin Watson
(DW). Deteksi autokorelasi dengan cara ini dimulai dengan menghitung nilai
d, setelah nilai d diketemukan maka tahapan berikutnya adalah menentukan
nilai du dan dl dengan menggunakan tabel Durbin Watson.
Ketentuan :
d < dl Terdapat autokorelasi positif
d > 4-dl Terdapat autokorelasi negatif
dl < d < du Tidak ada keputusan tentang autokorelasi
4-du < d < 4-dl Tidak ada keputusan tentang autokorelasi
(Hadi, 2006 : 176)
“Salah satu cara untuk mengatasi adanya masalah autokorelasi (bila ada)
adalah dengan cara menambahkan satu variabel baru, yaitu variable lag -1.”
(Hadi, 2006 : 176).
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Simultan (Uji F statistik)
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test (ANOVA
test). Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Variabel-variabel independen tersebut dikatakan
mempunyai pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap variabel
independen apabila memiliki nilai signifikansi (sig) dibawah 0,05. (Ghozali, 2005
: 84).
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H1 : DAU dan PAD secara bersama berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Daerah.
Kemudian data dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda
untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Model regresi yang digunakan yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Y = Total Belanja Daerah
a = konstanta
b1, b2 = koefisien regresi
X1 = Dana Alokasi Umum (DAU)
X2 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
e = Tingkat kesalahan pengganggu
b. Uji Signifikansi Parsial (t-test)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat besarnya masing-masing variabel
dependen dengan menggunakan t-test yaitu pengujian yang dilakukan untuk
melihat ada tidaknya pengaruh secara signifikan dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.. Variabel independen dikatakan memiliki
pengaruh terhadap variabel dependen apabila variabel tersebut memiliki nilai
signifikansi (sig) dibawah 0,05.
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H2 : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Daerah.
H3 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Daerah.
c. Menentukan Flypaper Effect
Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect, maka efek DAU
terhadap BD dibandingkan dengan efek PAD terhadap BD (pada hipotesis 2 dan
3). Syarat terjadinya flypaper adalah (1) apabila efek (nilai koefisien) DAU
signifikan, atau (2) PAD tidak signifikan, maka dapat disimpulkan terjadi flypaper
effect.
Untuk menentukan kecenderungan peningkatan belanja daerah karena
adanya flypaper effect dilakukan regresi dengan lag satu tahun, yakni antara DAU
tahun lalu dengan Belanja Daerah tahun ini. Hasil yang ada pada pengujian
tersebut akan dibandingkan dengan pengujian tanpa lag yaitu DAU tahun ini
dengan Belanja daerah tahun ini.
G. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian direncanakan sebagai berikut :
Tahapan Penelitian Sep Okt Nov Des Jan Feb
Penyelesaian Proposal
Pencarian data awal
Pengajuan proposal
Penyerahan proposal kepada
dosen pembimbing
Bimbingan dan perbaikan
proposal
Seminar Proposal
Pengumpulan Data
Pengolahan data
Analisis data
Bimbingan Skripsi
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Secara Statistik
Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik harus
terlebih dahulu memperhatikan data kabupaten/ kota yang telah ditentukan
sebagai sampel. Adapun kabupaten/ kota yang terpilih menjadi sampel
penelitian berdasarkan pertimbangan yang ditentukan oleh penulis pada
halaman ??? adalah sebanyak 13 sampel untuk setiap tahunnya. Kabupaten/
kota yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar Kabupaten/ Kota Sampel KRITERIA NO NAMA KABUPATEN/ KOTA
1 2 3
SAMPEL
1. Kabupaten Asahan √ x X -
2. Kabupaten Batubara x x x -
3. Kabupaten Dairi √ x √ -
4. Kabupaten Deli Serdang √ √ √ Sampel 1
5. Kabupaten Humbang Hasundutan √ √ √ Sampel 2
6. Kabupaten Tanah Karo √ √ √ Sampel 3
7. Kabupaten Labuhanbatu √ √ √ Sampel 4
8. Kabupaten Labuhanbatu Selatan x x x -
9. Kabupaten Labuhanbatu Utara x x x -
10. Kabupaten Langkat √ √ √ Sampel 5
11. Kabupaten Mandailing Natal √ √ √ Sampel 6
12. Kabupaten Nias √ x √ -
13. Kabupaten Nias barat x x x -
14. Kabupaten Nias Selatan √ x x -
15. Kabupaten Nias Utara x x x -
16. Kabupaten Padang Lawas x x x -
17. Kabupaten Padang Lawas Utara x x x -
18. Kabupaten Pakpak Barat √ x √ -
20. Kabupaten Serdang Bedagai √ x √ -
21. Kabupaten Simalungun √ √ √ Sampel 7
22. Kabupaten Tapanuli Selatan √ x √ -
23. Kabupaten Tapanuli Tengah √ x √ -
24. Kabupaten Tapanuli Utara √ √ √ Sampel 8
25. Kabupaten Toba Samosir √ √ √ Sampel 9
26. Kota Binjai √ √ √ Sampel 10
27. Kota Gunung Sitoli x x x -
28. Kota Medan √ x √ -
29. Kota Padang Sidempuan √ x √ -
30. Kota Pematang Siantar √ x √ -
31. Kota Sibolga √ √ √ Sampel 11
32. Kota Tanjung Balai √ √ √ Sampel 12
29. Kota Tebing Tinggi √ √ √ Sampel 13
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki, 2009
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka deskripsi statistik dari data
penelitian dapat dilihat pada tabel 4. berikut ini. Tabel 4. Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum DAU 39 233361.7436 136317.67450 71368,00 637495,00 PAD 39 14916.7190 13328.82821 3087,31 62104,60 BD 39 312416.1413 177829.39166 91795,02 831734,83
Catatan : Angka-angka tersebut dinyatakan dalam jutaan rupiah (Rp 000000). Misalnya DAU teringgi adalah Rp 637495000000
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Dari tabel 4.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa (dalam jutaan rupiah) :
1. Rata-rata dari DAU (X1) adalah 233361,7436 dengan standar deviasi
sebesar 136317,67450 dan jumlah data yang ada sebanyak 39. Nilai DAU
(X1) terendah adalah 71368 dan nilai DAU (X1) tertinggi adalah 637495
2. Rata-rata dari PAD (X2) adalah 14916,7190 dengan standar deviasi
(X2) terendah adalah 3087,31 dan nilai PAD (X2) tertinggi adalah
62104,60
3. Rata-rata dari belanja daerah (Y) adalah 312416,1413 dengan standar
deviasi sebesar 177829,39166 dan jumlah data yang ada sebanyak 39.
Nilai belanja daerah (Y) terendah adalah 91795,02 dan nilai belanja
daerah (Y) tertinggi adalah 831734,83
B. Uji Asumsi Klasik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan analisis
regresi sehingga terhadap data penelitian terlebih dahulu harus dilakukan uji
asumsi klasik yang terdiri dari :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data variabel independen
dan variabel dependen berdistribusi normal. Pengujian normalitas ini dilakukan
dengan menggunakan analisis normal probabilty plot, grafik histogram serta
Kolmogorov-Smirnov Test dengan hasil sebagai berikut :
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Expec
ted Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: BD
Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2009
Dari grafik normal probability plot di atas dapat dilihat bahwa sebaran
data yang digunakan dalam penelitian ini membentuk titik-titik yang letaknya
menyebar di sekitar garis normal. Begitu juga dari grafik histogram dapat dilihat
bahwa grafik tidak menceng ke kanan atau ke kiri maka dinyatakan berdistribusi
normal.