• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI di SMA Negeri 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI di SMA Negeri 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG UPAYA DETEKSI DINI KANKER

PAYUDARA DENGAN SADARI DI SMA NEGERI 1 DAN SMA CITRA HARAPAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

YUSTIA HAYATI 117032211/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE EFFECTIVENESS OF SIMULATION METHOD ON TEENAGERS’ KNOWLEDGE AND ATTITUDE ABOUT EARLY DETECTION

OF BREAST CANCER WITH SADARI AT SMA NEGERI I AND SMA CITRA HARAPAN, PERCUT SEI TUAN,

DELI SERDANG DISTRICT

THESIS

By

YUSTIA HAYATI 117032211/IKM

MAGISTRATE IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

EFEKTIFITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG UPAYA DETEKSI DINI KANKER

PAYUDARA DENGAN SADARI DI SMA NEGERI 1 DAN SMA CITRA HARAPAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUSTIA HAYATI 117032211/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : EFEKTIVITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN SADARI DI SMA NEGERI 1 DAN SMA CITRA

HARAPAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : YUSTIA HAYATI Nomor Induk Mahasiswa : 117032211

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M)

Ketua Anggota

(dr. Yusniwarti Yusad, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 28 Mei 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

(6)

PERNYATAAN

EFEKTIFITAS METODE SIMULASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG UPAYA DETEKSI DINI KANKER

PAYUDARA DENGAN SADARI DI SMA NEGERI 1 DAN SMA CITRA HARAPAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

(7)

ABSTRAK

SADARI merupakan metode paling efektif dan efisien untuk menemukan kanker payudara pada stadium dini. Masalah utama pada SADARI adalah ketidakteraturan dan jarang dilakukan dengan benar. Sehingga perlu adanya intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik. Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan sadari. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan

Non Equivalent Control Group. Populasi seluruh remaja putri di SMAN 1 sebanyak 443 orang dan SMA Citra Harapan sebanyak 213 orang. Sampel berjumlah 80 orang terdiri dari 40 orang kelompok perlakuan dan 40 orang kelompok kontrol. Data dianalisis dengan tahapan univariat dan bivariat menggunakan uji wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan remaja pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dengan nilai p=0,008, dan terdapat perbedaan sikap remaja pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dengan nilai p=0,046. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan pengetahuan dan sikap tentang deteksi dini kanker payudara sebagai SADARI.

Para remaja agar bisa menerapkan SADARI dengan rutin dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya deteksi dini kanker payudara.

(8)

ABSTRACT

SADARI is one of the efforts to detect breast cancer. The main problem of SADARI is the very irregular and seldom used properly. Therefore, intervention such as counseling and direct demonstration is needed to increase knowledge and attitude, and practice. Early detection will reduce mortality rate of 25% to 30%.

The aim of the research was to analyze the effectiveness of simulation method on knowledge and attitude of female teenagers on early detection of breast cancer, using SADARI at SMAN I and SMA Citra Harapan. The type of the research was quasi experiment with Non Equivalent Control Group design. The population was 443 female students at SMAN I and 213 female students at SMA Citra Harapan. The samples were 80 female students that comprised 40 students in the treatment group and 40 students in the control group. The data were analyzed by using univatriate and bivatriate stages, using wilcoxon.

The result of the research showed that there was the difference in the teenagers’ knowledge in the treatment group before and after the treatment with the value of p = 0.008, there was the difference in the teenagers’ attitude in the treatment group before and after the treatment with the value of p = 0.046, while there was no difference in knowledge and attitude in the control group about early detection of breast cancer as SADARI.

Teenagers should be able to implement SADARI regularly in their daily life in order to detect breast cancer as early as possible.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI di SMA Negeri 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua dan Dr. Ir. Evawany Aritonang,

M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas

(10)

4. Dr. Drs. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku ketua komisi pembimbing dan dr.

Yusniwarti Yusad, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang dengan

penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan

waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis

selesai.

5. Dra. Syarifah, M.S dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes selaku penguji tesis yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga

penulisan tesis selesai.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 dan SMA Citra Harapan yang telah berkenan

memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sehingga tesis ini selesai.

7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

8. Teristimewa buat suami Yudhi Hadianto beserta anakku Bambang Prasetyo

yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril

maupun materil kepada penulis.

9. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Marwoto dan Ibunda .Leginah yang telah

memberikan kasih sayang selama ini.

10. Rekan – rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

(11)

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2013 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Yustia Hayati, lahir pada tanggal 3 Agustus 1973 di Tebing Tinggi, sudah

menikah dan dikaruniai seorang anak dengan alamat jalan Tempuling gang ibu No.71

Medan.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SD Negeri 165728 pada tahun 1985,

kemudian pada tahun 1988 menamatkan SMP Negeri 1 Tebing Tinggi, menamatkan

Sekolah Perawat Kesehatan di SPK Pemda Tebing Tinggi pada tahun 1991 dan

menamatkan Program Pendidikan Bidan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

di Medan tahun 1993 dan pada tahun 2004 menamatkan Akademi Kebidanan di

Akbid Depkes RI Medan, pada tahun 2005 menamatkan program pendidikan D-IV

Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitan Sumatera Utara Medan.

Penulis memulai karir sebagai bidan PTT pada tahun 1993 sampai 2005

kemudian bekerja sebagai PNS di Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang

dari tahun 2006 sampai dengan sekarang, dan sebagai tenaga pendidik dosen tidak

(13)

DAFTAR ISI

2.1.2 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 11

2.1.3 Cara Melakukan SADARI ... 13

2.4.4 Masalah Pengukuran Efektivitas ... 28

(14)

2.9 Kerangka Konsep... 43

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMAN 1 Percut Sei Tuan... 55

4.1.2 Visi dan Misi SMAN 1 ... 55

4.1.3 Sarana dan Prasarana SMAN 1 Percut Sei Tuan ... 56

4.1.4 Gambaran Lokasi Penelitian SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan ... 57

4.1.5 Visi dan Misi SMA Citra Harapan ... 57

4.1.6 Sarana dan Prasarana SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan 57

4.2 Analisis Univariat ... 58

4.2.1 Karakteristik Responden ... 58

4.2.2 Gambaran Pengetahuan Remaja tentang SADARI pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 59

4.2.3 Gambaran Pengetahuan Remaja tentang SADARI pada Kelompok Perlakua n dan Kontrol Setelah Metode Simulasi (Post) ... 63

(15)

4.2.5 Gambaran Sikap Remaja Putri tentang SADARI pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Setelah Metode Simulasi

(Post) ... 69

4.3 Uji Perbedaan ... 73

4.3.1 Efektifitas Simulasi Remaja Putri terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI ... 73

4.3.2 Efektifitas Simulasi Remaja Putri terhadap Peningkatan Sikap tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI ... 75

BAB 5. PEMBAHASAN ... 77

5.1 Gambaran Pengetahuan Remaja Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi ... 77

5.2 Gambaran Sikap Remaja Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi ... 80

5.3 Perbedaan Pengetahuan Remaja Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi ... 82

5.4 Perbedaan Sikap Remaja Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Simulasi ... 85

5.5 Efektivitas Intervensi Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Rem aja ... 87

5.6 Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 89

6.1 Kesimpulan ... 89

6.2 Saran ... 90

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan ... 50

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Sikap... 50

4.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 58

4.2 Distribusi Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 60

4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 62

4.4 Gambaran Pengetahuan Remaja tentang SADARI pada kelompok

Perlakuan dan Kelompok Kontrol setelah Metode Simulasi (Post) ... 63

4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI pada

Kelompok Perlakuan setelah Metode Simulasi (Post) ... 66

4.6 Gambaran Sikap Remaja tentang SADARI pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 67

4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri tentang SADARI pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Metode Simulasi (Pre) ... 69

4.8 Gambaran Sikap Remaja tentang SADARI pada Kelompok Perlakuan

setelah Metode Simulasi (Post) ... 70

4.9 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri tentang SADARI pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol setelah Metode Simulasi (Post) ... 72

4.10 Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Pengetahuan responden pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 73

4.11 Hasil Uji Beda Proporsi Tingkat Sikap Responden pada Kelompok

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Pemeriksaan Payudara di Depan Cermin ... 14

2.2 Pemeriksaan Kedua Tangan di Pinggang ... 15

2.3 Pengamatan Perubahan Bentuk Payudara... 15

2.4 Pemeriksaan Posisi Berbaring ... 16

2.5 Bagan Proses Inovasi-Adopsi ... 42

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 43

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 96

2 Satuan Acara Penyuluhan ... 100

3 Materi Simulasi ... 102

4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 111

5 Hasil Statistik ... 115

6 Master Data ... 151

7 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 153

(19)

ABSTRAK

SADARI merupakan metode paling efektif dan efisien untuk menemukan kanker payudara pada stadium dini. Masalah utama pada SADARI adalah ketidakteraturan dan jarang dilakukan dengan benar. Sehingga perlu adanya intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik. Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan sadari. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan

Non Equivalent Control Group. Populasi seluruh remaja putri di SMAN 1 sebanyak 443 orang dan SMA Citra Harapan sebanyak 213 orang. Sampel berjumlah 80 orang terdiri dari 40 orang kelompok perlakuan dan 40 orang kelompok kontrol. Data dianalisis dengan tahapan univariat dan bivariat menggunakan uji wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan remaja pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dengan nilai p=0,008, dan terdapat perbedaan sikap remaja pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dengan nilai p=0,046. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan pengetahuan dan sikap tentang deteksi dini kanker payudara sebagai SADARI.

Para remaja agar bisa menerapkan SADARI dengan rutin dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya deteksi dini kanker payudara.

(20)

ABSTRACT

SADARI is one of the efforts to detect breast cancer. The main problem of SADARI is the very irregular and seldom used properly. Therefore, intervention such as counseling and direct demonstration is needed to increase knowledge and attitude, and practice. Early detection will reduce mortality rate of 25% to 30%.

The aim of the research was to analyze the effectiveness of simulation method on knowledge and attitude of female teenagers on early detection of breast cancer, using SADARI at SMAN I and SMA Citra Harapan. The type of the research was quasi experiment with Non Equivalent Control Group design. The population was 443 female students at SMAN I and 213 female students at SMA Citra Harapan. The samples were 80 female students that comprised 40 students in the treatment group and 40 students in the control group. The data were analyzed by using univatriate and bivatriate stages, using wilcoxon.

The result of the research showed that there was the difference in the teenagers’ knowledge in the treatment group before and after the treatment with the value of p = 0.008, there was the difference in the teenagers’ attitude in the treatment group before and after the treatment with the value of p = 0.046, while there was no difference in knowledge and attitude in the control group about early detection of breast cancer as SADARI.

Teenagers should be able to implement SADARI regularly in their daily life in order to detect breast cancer as early as possible.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada akhir abad 20 prevalensi penyakit menular mengalami penurunan,

sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak

menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

risiko yang sama (common underlying risk factor). Penyakit tidak menular

mengalami peningkatan karena perubahan gaya hidup masyarakat seperti pola

konsumsi yang lebih mementingkan makanan berlemak, kurang serat, maupun yang

diproses seperti diawetkan, diasinkan, dan diasap (DepKes RI, 2008).

Menurut Organisasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) 8-9 % wanita akan

mengalami kanker payudara.Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker

yang paling banyak ditemui pada wanita. Laporan WHO tahun 2005 jumlah

perempuan penderita kanker payudara mencapai 1.150.000 orang,dan 700.000

diantaranya tinggal dinegara berkembang termasuk Indonesia (DepKes RI, 2008).

Berdasarkan data Globocan (IARC) di negara maju kanker payudara

menempati urutan pertama seluruh kanker pada perempuan (incidence rate 38 per

100.000 perempuan), kasus baru ditemukan 22,7% dengan jumlah kematian 14% per

tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan didunia Kanker leher rahim

menempati urutan kedua dengan incidence rate 16 per 100.000 perempuan, kasus

(22)

kasus kanker pada perempuan di dunia (DepKes RI, 2010). Di Indonesia data dari

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010 kanker payudara menempati

urutan pertama dari seluruh kanker dengan proporsi sebesar 28,7 % dan kanker leher

rahim menempati urutan kedua sebesar 12,8 % (PusKom RI, 2013).

Di Inggris setiap tahunnya 24.000 wanita terdiagnosis kanker payudara

dan 15.000 diantaranya meninggal dunia karena penyakit ini. Di Amerika jumlah

penderita payudara tidak begitu banyak dibanding dengan jumlah penderita kanker

jenis lainnya. Hal ini dikarenakan di negara tersebut kesadaran untuk melakukan

deteksi dini sudah berkembang baik. Kebanyakan kanker payudara ditemukan di

stadium awal, sehingga bisa diobati dan disembuhkan. Sedangkan di negara

Indonesia, kebanyakan kasus kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut, ketika

penyembuhan sudah sulit dilakukan (Tilong, 2012).

Di Swiss Angka kejadian payudara berkisar 70-75 kasus per-1000, penduduk

setiap tahun. Di benua Australia, satu dari sebelas wanita meninggal akibat kanker

payudara setiap tahunnya. Sebaliknya, di Asia, kanker payudara mempunyai insiden

rendah. Diperkirakan di Jepang berkisar 15 hingga 18 kasus per-100.000 penduduk

pertahun. Kuwait sekitar 15 hingga 17 per-100.000 penduduk, dan di Cina kejadiannya

di bawah 10 kasus per-100.000 penduduk per-tahun (Suryaningsih,2009).

Untuk menanggulangi masalah penyakit kanker akibat transisi epidemiologi

di Indonesia, maka perlu dilakukan peningkatan pengendalian penyakit kanker secara

(23)

menyebabkan kematian pada perempuan di Indonesia sehingga memerlukan

intervensi yang memadai melalui pencegahan dini atau deteksi dini.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan

Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker

Payudara dan Kanker Leher Rahim, penanggulangan secara terpadu harus

dilaksanakan agar keberhasilan program pengendalian kanker dengan deteksi dini

dapat dilaksanakan dengan baik dan diikuti dengan pengobatan adekuat. Hal ini

berdasarkan fakta bahwa lebih dari 50% perempuan yang terdiagnosis kanker tidak

pernah melakukan penapisan atau deteksi dini.

Di Negara-Negara Asia, insiden kanker payudara mencapai 20 per 100.000

penduduk (Medicastore, 2002). Disamping itu, berdasarkan data Globocan,

International Agency for Research on Cancer (IARC) (2002), didapatkan estimasi

insiden kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan

(Depkes RI, 2008).

Dalam Hopkins (2008) menyebutkan kanker payudara adalah penyebab

kematian akibat kanker paling besar bagi perempuan pada usia 18 hingga 54 tahun,

dan perempuan yang berusia lebih muda dari 45 tahun memiliki resiko terjangkit

kanker payudara kembali, berjumlah 25% lebih tinggi dibandingkan perempuan yang

lebih tua. Serta usia yang paling umum terdeteksinya tahap-tahap pertama kanker

payudara adalah 5 tahun atau lebih sebelum menopause. 30% kanker payudara adalah

(24)

sebanyak 99%. Dan dalam Tilong (2012) disebutkan sekitar 8 dari 10 kanker

payudara adalah jenis IDC (Invansif Duktal Carcinoma).

Penelitian Prastiwi (2009) menyatakan bahwa ada hubungan antara

penggunaan kontrasepsi oral dengan peningkatan risiko kanker payudara dan

diketahui bahwa perempuan pengguna kontrasepsi oral memiliki risiko dua kali lebih

besar daripada perempuan yang bukan pengguna kontrasepsi oral untuk mengalami

kanker payudara (OR=2,20; 95%CI 0,78-6,21). Penelitian Urban, et al (2012) juga

menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan peningkatan

risiko terjadinya kanker payudara ( OR 1,66 95%CI 1,28 – 2,16, p < 0,001).

Insiden kanker payudara meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Usia

perempuan yang lebih sering terkena kanker payudara adalah diatas 40 tahun, yang

disebut dengan “cancer age group”. Namun usia muda juga bukan jaminan aman dari

kanker payudara (Luwia, 2003).

Saat ini telah banyak ditemukan penderita kanker payudara pada usia muda,

bahkan tidak sedikit remaja putri usia empat belas tahun menderita tumor di

payudaranya. Dimana tumor yang terjadi bisa menjadi kanker, bila tidak terdeteksi

lebih awal. Meskipun tidak semuanya ganas, tetapi ini menunjukkan bahwa saat ini

sudah ada tren gejala kanker payudara yang semakin tinggi di usia remaja

(Lily, 2008).

Data yang tercatat dari RSUP H. Adam Malik Medan periode

Januari-Desember 2008, tercatat 121 kasus kanker payudara tercatat pada stadium I-IV

(25)

wanita (83,1%) yang menderita kanker payudara dari sejumlah 267 orang yang

menderita neoplasma payudara (Taha, 2010). Tahun 2011 terdapat 292 orang yang

menderita kanker payudara pada usia < 20 tahun sebanyak 7 orang di RSUP H.

Adam Malik Medan (Mala, 2012). Data diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit

Haji Medan pada tahun 2010-2012 terdapat 168 kasus kanker payudara. Sedangkan

data dari RSUD. Dr. Pirngadi jumlah penderita kanker payudara yang berobat ke

RSUD dr. Pirngadi tahun 2006-2010 sebanyak 350 orang dan terjadi peningkatan

jumlah penderita setiap tahunnya. Dimana dari data tahun 2011 tersebut, ditemukan 2

kasus kanker payudara pada remaja usia 17 tahun dan 18 tahun (Rahma, 2009).

Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun

perubahan biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah control

hormone-hormon khusus. Pada wanita, hormon-hormon ini bertanggung jawab atas

permulaan proses ovulasi dan mensturasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini

sudah seharusnya para remaja puteri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada

dirinya, misalnya pada payudaranya.

Menurut Jane Wardle dari Badan Penelitian Kanker Amal Inggris, sebagian

besar remaja putri disetiap negara tidak menyadari faktor pola hidup dapat

mempengaruhi resiko mereka terserang kanker payudara. Hanya 5% yang menyadari

bahwa menyantap makanan, minuman alkohol serta kurang berolahraga beresiko

terserang kanker payudara (Kollinko, 2007).

Masa remaja adalah masa kritis bagi para remaja yang mengakibatkan kanker,

(26)

karena itu diperlukan upaya deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan payudara

sendiri (Sadari). Tindakan ini sangat penting sebelum terlanjur menjadi kanker pada

stadium lanjut. Ada sekitar 70% pasien kanker terlambat dideteksi dan baru datang ke

dokter pada stadium lanjut (Wibisono, 2009).

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari

masyarakat tradisional menuju masyarakat modern yang juga mengubah

norma-norma dan gaya hidup mereka, dimana gaya hidup dan pola makan merupakan faktor

penting yang dapat memicu kanker payudara. Untuk di Indonesia makanan yang bisa

memengaruhi remaja terkena kanker payudara adalah gorengan, fastfood dan junk

food, ditambah lagi remaja saat ini kurang melakukan aktifitas fisik dan olahraga

(Setiati, 2009).

Saat ini program dari pemerintah belum terfokus pada promosi tentang

pengendalian dan pelaksanaan SADARI bagi remaja, tapi masih berfokus pada

pelaksanaan mamografi saja dan tekhnik SADARI masih dianggap awam karena

masih sedikitnya jumlah wanita yang rutin melakukan SADARI setiap bulan.

Penemuan dini kanker payudara dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan

yang mudah dan dapat dilakukan sendiri, yaitu pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) Rasjidi, 2009).

SADARI merupakan metode yang paling efektif dan efisien untuk

menemukan kanker payudara pada stadium dini. Masalah utama pada SADARI

(27)

adanya intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

praktik (Erniyati, 2006).

Menurut hasil penelitian Handayani dkk, (2012) menunjukkan bahwa hasil

penelitian diperoleh sebanyak 92 responden (45,5%) memiliki pengetahuan kurang

tentang prosedur SADARI. Hasil penelitian Siallagan (2010) menunjukkan bahwa

sikap remaja putri di SMA Surya Nusantara Kota Tebing Tinggi pada kategori baik

yaitu 33 responden (46,4%).

Umumnya, kanker payudara terdeteksi pertama kali oleh penderitanya sendiri.

Untuk itu, agar kanker tersebut dapat dideteksi lebih awal, pemeriksaan payudara

sendiri perlu dilakukan secara rutin setiap bulan oleh para wanita, baik wanita yang

beresiko tinggi maupun wanita tanpa resiko. Selain mudah untuk dilakukan,

pemeriksaan ini juga membuat para wanita merasa nyaman karena pemeriksaan ini

dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan sadari.

Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Pemeriksaan payudara

sendiri (Sadari) sangat penting dianjurkan kepada masyarakat karena hampir 86%

benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri (Saryono, 2009).

Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa terhadap

kesehatan adalah melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang diberikan

secara dini, akan memudahkan remaja mencapai sikap dan tingkah laku yang

(28)

Beberapa bentuk metode pendidikan kesehatan yang sering dilakukan

misalnya penyuluhan atau ceramah, namun kenyataannya metode ini belum

memberikan kontribusi pengetahuan yang memadai bagi siswa dan cenderung

membosankan. Maka perlu dilakukan metode lain seperti simulasi, hal ini cenderung

dinilai lebih bermuatan, karena sifatnya tidak monoton dan langsung berdasarkan

analisis kasus, dan melibatkan objek secara menyeluruh dan aktif.

Menurut Syaefuddin (2002), metode simulasi dapat digunakan untuk

menyampaikan materi pendidikan kesehatan dalam bentuk demonstrasi, permainan

curah pendapat dan dramatisasi serta menonton video. Metode ini bertujuan untuk

melatih dan memahami konsep atau prinsip dari pendidikan yang disampaikan

sehingga dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan kesehatan

Survei awal pada 10 siswi di SMAN 1 Percut Sei Tuan, ditemukan 6 orang (60%)

yang tidak mengetahui tentang kanker payudara. Dalam wawancara tersebut terdapat 4

orang yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri, siswi juga mengatakan

kurangnya informasi yang didapat tentang SADARI sedangkan SADARI ini sangat

penting dilakukan pada usia remaja sebagai tindakan deteksi dini atau sebagai

tindakan pencegahan (preventif) untuk mencegah kanker payudara.

Adanya fakta bahwa kanker payudara dapat dicegah secara dini dengan

melakukan SADARI menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk meneliti

bagaimana efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri

tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA

(29)

1.2 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah semakin meningkatnya

penderita kanker payudara sehingga peneliti ingin melihat pengaruh efektifitas

metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang upaya deteksi

dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan SMA Citra Harapan

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan

sikap remaja putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di

SMAN 1 dan SMA Citra Harapan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Serdang.

1.4 Hipotesis

Terdapat efektifitas metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja

putri tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI di SMAN 1 dan

SMA Citra Harapan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai sarana penambah pengetahuan bagi remaja puteri di SMAN 1 dan SMA

Citra Harapan Percut Sei Tuan agar melaksanakan program SADARI untuk

(30)

2. Bagi Dinas Kesehatan agar aktif untuk mensosialisasikan program pengendalian

kanker payudara dengan SADARI pada seluruh wanita usia subur.

3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dan

pengembangan pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SADARI sebagai Alat Deteksi Dini Kanker Payudara 2.1.1 Deteksi Dini

Deteksi dini kanker adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau

kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan, atau

prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat untuk membedakan orang-orang

yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya

menderita kelainan (Rasjidi, 2009).

2.1.2 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Hampir 85% kejadian kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita

itu sendiri dengan menemukan atau merasakan adanya gejala-gejala kanker payudara.

Oleh karena itu dikembangkanlah metode pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

atau disebut juga breast self exam (BSE). SADARI merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara. SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana

seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan

dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya

(Singh dkk., 1999).

SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker

payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh

(32)

dengan posisi tegak menghadap kaca dan berbaring, dilakukan pengamatan dan

perabaan payudara secara sistematis (Dalimartha, 2007), sedangkan Ihea (2003)

menyatakan bahwa Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah salah satu cara

untuk mendeteksi dini kanker payudara.

SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia remaja,

segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita

muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga

dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia remaja karena pada

umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna.

Pemeriksaan ini tidak hanya dilakukan oleh wanita yang berisiko tinggi, tetapi

sebaiknya dilakukan oleh seluruh wanita karena sekitar 75% kasus kanker payudara

ditemukan pada wanita yang tidak dianggap berisiko tinggi.

Pemeriksaan SADARI dilakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1 minggu

dari hari pertama haid terakhir. Karena pada saat itu payudara akan terasa lebih lunak

dan longgar sehingga memudahkan perabaan. SADARI dilakukan 3 hari setelah

menstruasi atau 7-10 hari dari menstruasi karena pada saat itu pengaruh hormon

ovarium sudah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti

menjelang menstruasi (Swart et al., 2010).

Pemeriksaan payudara secara rutin sangat diperlukan untuk mendeteksi

adanya kanker atau tumor pada payudara sedini mungkin. Hal ini terutama bagi

wanita yang memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara. Semakin dini kanker

(33)

harapan hidup yang semakin besar (Luwia, 2003). Tujuan dilakukannya skrining

kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI

menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan

prognosis yang baik. SADARI hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan

pada payudara, Dengan melakukan SADARI sejak dini akan membantu deteksi

kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar

(Rasjidi,2009).

2.1.3 Cara Melakukan SADARI

Ada 3 langkah tata laksana yang sederhana dalam melakukan SADARI, yaitu

(Indonesian Breast Selft Examination, 2003):

1. Pemeriksaan di Kamar Mandi

Memeriksa kedua payudara sambil berdiri ketika mandi. Menaruh satu tangan

di belakang kepala, sementara tangan yang satu melakukan gerak pijatan memutar

searah jarum jam di daerah jaringan payudara, putting, dan jaringan di bawah ketiak.

Kemudian mengulangi cara ini pada payudara yang sebelah lagi. Gunakan tangan

kanan untuk memeriksa payudara sebelah kiri dan tangan kiri untuk payudara sebelah

kanan. Bagi kebanyakan wanita, paling mudah untuk merasakan payudaranya adalah

ketika payudaranya sedang basah dan licin, sehingga paling cocok adalah ketika

(34)

Gambar 2.1. Pijatlah Payudara Saat Mandi 2. Pemeriksaan di Depan Cermin

Berdiri di depan cermin sambil kedua kedua tangan diletakkan di sisi tubuh,

angkat kedua lengan dan amati dengan saksama kulit di payudara apakah ada kerutan,

lekukan, perubahan ukuran atau bentuk. Melihat apakah ada perubahan bentuk

simetri pada kedua payudara. Kemudian mengamati juga apakah puting susu masuk

ke dalam atau ada cairan aneh yang keluar dari puting (baik itu cairan bening, seperti

susu, berwarna kuning, atau bercampur darah). Kemudian ulangi pengamatan dengan

kedua tangan di pinggang dada dibusungkan dan kedua siku ditarik kebelakang

Setelah itu meletakkan kedua tangan di belakang kepala dan melakukan hal serupa..

Seluruh pengamatan in bertujuan mengetahui adanya benjolan yang terletak dengan

dengan kulit. Selanjutnya meletakkan kedua tangan di samping pinggul lalu amati

(35)

Gambar 2.2. Bercermin dengan Kedua Tangan di Pinggang

Gambar 2.3. Angkat Kedua Tangan Cermati Setiap Perubahan pada Payudara 3. Pemeriksaan dalam Posisi Baring

Untuk memeriksa payudara anda sebelah kanan, letakkan bantal atau handuk

yang dilipat dibawah bahu kanan anda. Tempatkan tangan kanan dibelakang kepala.

(36)

tengah dari tangan kiri dan susun jari-jari tersebut dalam keadaan rata. Tekan secara

mantap dengan gerakan lingkaran kecil. Geserkan jari-jari tersebut dari satu posisi ke

posisi selanjutnya. Jangan angkat jari-jari lepas dari payudara sebelum keseluruhan

jaringan payudara telah diperiksa. Dalam pemeriksaan tersebut temukan tanda-tanda

seperti benjolan, penebalan atau keadaan yang tidak normal bagi anda. Pemeriksaan

keseluruhan payudara meliputi tulang selangka, tulang dada dan daerah dibawah

lengan. Pada akhir pemeriksaan, pijat puting susu dari masing-masing payudara

secara lembut diantara ibu jari dan jari telunjuk. Bila ditemukan adanya pelepasan

cairan jernih atau darah, sebaiknya laporkan pada dokter anda secepat mungkin.

Setelah selesai melakukan pemeriksaan lengkap pada buah dada sebelah kanan,

lakukan juga pemeriksaan pada buah dada sebelah kiri dengan cara yang sama.

Bandingkan apa yang ditemukan pada kedua buah dada.

(37)

2.2 Kanker Payudara

Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan

yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke

jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah

pertumbuhan sel-sel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada

bagian tubuh tertentu seperti payudara (Smeltzer, 2002).

Kanker Payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan kelenjar,

saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara terjadi karena

adanya kerusakan gen yag mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel pada

payudara, sehingga sel-sel ini tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat

dikendalikan. Sel kanker ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh

(Mardiana, 2004).

Kanker payudara adalah masa ganas yang berasal dari pembelahan diluar

kendali sel-sel yang ada di jaringan payudara. Kanker payudara dapat berasal dari

jaringan payudara itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil metastase

dari kanker lain (Hopkins,2008). Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang

abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak

beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan

bentuk, ukuran maupun fungsinya. Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain

seperti paru-paru, hati, dan otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening

aksila ataupun supraklavikula membesar akibat dari penyebaran kanker payudara

(38)

Untuk menentukan lokasi tumor, payudara dibagi menjadi empat kwadran.

Kwadran lateral (pinggir) atas, lateral bawah, medial (tengah) atas, dan medial

bawah. Daerah sentral adalah daerah sekitar putting susu. Bagian terbesar kanker

payudara terletak pada kwadran lateral atas dengan penjalarannya ke arah ketiak

(Dalimartha, 2004).

2.2.1 Etiologi dan Faktor Resiko

Menurut Ramli (1997), dapat dicatat bahwa faktor etiologi kanker payudara

sampai saat ini belum diketahui pasti, namun dapat dicatat pula bahwa penyebab itu

sangat mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain:

1. Konstitusi genetika

a. Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker payudara

daripada keluarga lain.

b. Adanya distribusi predileksi antar bangsa atau suku bangsa. c. Pada kembar monozigot, terdapat kanker yang sama.

d. Terdapat persamaan lateralitas kanker buah dada pada keluarga dekat dari

penderita kanker buah dada.

e. Seorang dengan Klinifelter akan mendapat kemungkinan 66 kali dari pria

normal.

2. Pengaruh hormon

a. Kanker payudara umumnya pada wanita, pada laki-laki kemungkinan ini

sangat rendah.

(39)

c. Ternyata pengobatan hormonal banyak memberikan hasil pada kanker

payudara lanjut.

Terjadinya kanker payudara. Beberapa diantaranya, adalah (Yayasan Kanker

Indonesia, 2008):

1. Usia, Penyakit kanker payudara meningkat pada usia remaja keatas.

2. Pemakaian obat-obatan, misalnya seorang wanita yang menggunakan therapy obat

hormon pengganti {hormone replacement therapy (HRT)} seperti hormon

esterogen akan bisa menyebabkan peningkatan resiko mendapat penyakit kanker

payudara.

3. Diet yang tidak sehat/tidak seimbang. Pola makan yang tidak seimbang yang

menyebabkan risiko munculnya penyakit kanker antara lain kebiasaan makanan

cepat saji (fast food).

4. Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker payudara adalah; tidak menikah,

menikah tapi tidak punya anak, melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun,

tidak pernah menyusui anak.

5. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penyakit kanker payudara meningkat

pada orang yang sering menghadapi kondisi stress (goncangan jiwa) dan juga bagi

wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi dibawah usia 11 tahun.

7. Paparan di tempat kerja (paparan dari gelombang elektromagnetik).

8. Wanita yang obesitas (kegemukan) pasca menopause, mengkonsumsi lemak, dan

(40)

2.2.2 Gejala Kanker Payudara

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal

pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala

umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena

pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak

merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.

Beberapa gejala klinis dari kanker payudara :

1. Benjolan, adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan.

Semakin lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.

2. Perubahan kulit pada payudara, kulit tertarik (skin dimpling), benjolan yang dapat

dilihat (visible lump), gambaran kulit jeruk (peu d’orange), eritema, ulkus

3. Kelainan pada putting, Puting tertarik (nipple retraction), eksema, cairan pada

puting (nipple discharge) (Suryaningsih dan Sukaca, 2009).

2.2.3 Stadium Kanker Payudara

Pembagian stadium menurut Portmann dalam Suryaningsih (2009) yang

disesuaikan dengan aplikasi klinik yaitu:

1. Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak

ada fiksasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar

tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional

belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar

sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya.

(41)

2. Stadium II : Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada

satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter

kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi

dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel

kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita

adalah 30 - 40 %.

3. Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm, tapi

masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu

sama lain. Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada

stadium ini.

4. Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada

edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah

bening aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan

diameter 2 - 5 cm. Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan

mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

5. Stadium IV: Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah

disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan Metastasis jauh.

Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang,

paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher.

Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan

(42)

2.2.4. Pencegahan Kanker Payudara

Kanker payudara dapat dicegah dengan beberapa tindakan sebagai berikut :

1. Hindari makanan berkadar lemak tinggi, dari hasil penelitian, konsumsi makanan

berkadar lemak tinggi berkorelasi dengan peningkatan kanker payudara.

2. Jaga kesehatan dengan mengkonsumsi buah dan sayur segar.

3. Berikan air susu ibu (ASI) pada anak selama mungkin, hal ini dapat mengurangi

risiko terkena kanker payudara.

4. Lakukan pemeriksaan SADARI setiap bulan (Rasjidi,2009).

2.3 Remaja

Menurut Asrori (2009) yang mengutip pendapat Hurlock, remaja

(adolescence) berasal dari bahasa latin yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk

mencapai kematangan. Sementara itu Yusuf (2000) mengatakan bahwa, fase remaja

merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan

matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

Batasan yang tegas pada remaja sulit ditetapkan, tetapi periode ini biasanya

digambarkan pertama kali dengan penampakan karakteristik seks sekunder pada

sekitar usia 11 sampai 12 tahun dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh

(43)

2.3.1. Perkembangan Fisik

Tahap Perkembangan Remaja yaitu :

1. Remaja Awal

Seorang remaja pada tahap mi masih terheran-heran akan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang

mdnyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik

pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

2. Remaja Madya

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau

banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic” yaitu mencintai din

sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama

dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu

harus memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis

atau pesimis, idealis atau matrealis dan sebagainya.

3. Remaja Akhir

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai

dengan pencapaian lima hal dibawah ini :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatun dengan orang-orang lain dan

pengalaman-pengalaman baru.

(44)

d. Egosentrisme diganti dengan kescimbangan antara kepentingan din sendiri dengan

orang lain.

e. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam

perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer

dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai ciri-ciri

sekunder primer dan sekunder pada remaja puteri :

a. Ciri-ciri seks primer remaja perempuan

Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi), menstruasi

adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya

lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.

b. Ciri-ciri seks sekunder remaja perempuan

Menurut Sarwono (2011), Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah

Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta

berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. Kulit

menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar,

kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif lagi. Otot semakin besar dan

semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga

memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai. Suara menjadi lebih penuh dan

semakin merdu. Pada saat perempuan dilahirkan, banyak sel telur berisi cairan yang

(45)

merangsang pertumbuhan, sehingga diberinama hormon perangsang folikel. Pada

mulanya folikel yang tumbuh sedikit. Sementara itu sel-sel yang mengelilinginya

membuat hormon sendiri yang disebut esterogon. Hormon inilah yang membuat

seorang anak perempuan menjadi wanita setelah remaja, menurut usia rata-rata

terjadilah tahap-tahap perubahan pada remaja, yaitu:

a) 9-10 tahun : Tulang pinggul mulai tumbuh ke bentuk yang khas untuk pinggul

wanita, lemak mulai tertimbun, membentuk garis-garis tubuh yang khas pada

wanita, puting susu mulai tumbuh.

b) 10-11 tahun : puting susu semakin membesar

c) 12-13 tahun : lingkaran disekitar putting susu mulai terbentuk

d) 12-14 tahun : payudara berkembang lebih lanjut, dan putingnya semakin

menghitam

e) 15-17 tahun : lemak disekitar pinggul dan payudara semakin tebal (Lewellyn &

Jones, 2005)

2.4 Efektifitas

2.4.1 Definisi Efektifitas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata efektif yang

berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan

yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektifitas

merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan

(46)

pengertian efektifitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya

suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang

dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan (Starawaji, 2009).

Dapat disimpulkan bahwa pengertian efektifitas adalah keberhasilan suatu

aktifitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan dan target, sesuai dengan yang telah

ditentukan sebelumnya, dan apabila tujuan dan target dapat tercapai sesuai dengan

yang telah ditentukan sebelumnya, dikatakan efektif dan sebaliknya apabila tujuan

dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya maka

aktifitas itu dikatakan tidak efektif.

2.4.2 Cara Pengukuran Efektifitas

Terdapat cara pengukuran terhadap efektifitas yang secara umum dan yang

paling menonjol adalah sebagai berikut :

1. Keberhasilan program

2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program

4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel dalam Starawaji, 2009)

2.4.3 Pendekatan Efektifitas

Pendekatan efektifitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas itu

(47)

1. Pendekatan sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran

efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan

keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Selain tercapainya tujuan,

efektifitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu

dalam efektifitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan

waktu yang tepat maka program tersebut efektif..

2. Pendekatan sumber

Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga

dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga

harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan

sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan

sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan

yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh

sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan out put yang dihasilkan juga

dilemparkannya pada lingkungannya.

3. Pendekatan proses

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari

suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan

lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi.

(48)

terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga,

yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

2.4.4 Masalah dalam Pengukuran Efektifitas

Efektifitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas dan laba.

Pengukuran efektifitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya dan

memberikan hasil dari pada pengukuran efektifitas berdasarkan sasaran resmi dengan

memperhatikan masalah yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut :

1. Adanya macam-macam output

Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan pengukuran

efektifitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan. Pengukuran

juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan sasaran lainnya.

Efektifitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu indikator atau

efektifitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan efektifitas

yang rendah pada sasaran lainnya. Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran

efektifitas adalah profil atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektifitas

pada setiap sasaran yang dimilikinya. Selanjutnya hal lain yang sering

dipermasalahkan adalah frekuensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektifitas

seperti yang dikemukakan oleh R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan

hal-hal tersebut dalam pengukuran efektifitas adalah :

a. Adaptabilitas dan fleksibilitas

b. Produktivitas

(49)

d. Keterbukaan dalam komunikasi

e. Keberhasilan pencapaian program

f. Pengembangan program (Steers dalam Starawaji, 2009)

2. Subjektivitas dalam adanya penilaian

Pengukuran efektifitas dengan menggunakan pendekatan sasaran seringkali

mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang sebenarnya dan

juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam mencapai sasaran. Hal

ini terjadi karena sasaran yang sebenarnya dalam pelaksanaan. Untuk itu ada baiknya

bila meninjau kedalam suatu lembaga untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya

karena informasi yang diperoleh hanya dari suatu lembaga untuk melihat program

yang berorientasi ke masyarakat sering dipengaruhi oleh subjektivitas. (Steers dalam

Starawaji, 2009).

2.5 Metode Simulasi

Simulasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada

pembelajar untuk meniru satu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari atau

yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari atau yang berkaitan dengan tanggung

jawabnya. Dapat dikatakan pula bahwa simulasi diartikan sebagai satu kegiatan

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk meniru satu

kegiatan atau pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari atau yang

berkaitan dengan tugas-tugas yang akan menjadi tanggung jawabnya jika kelak

(50)

Tujuan metode simulasi adalah sebagai berikut : 1) meningkatkan akselarasi

pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik pembelajar, kemampuan

pembelajar ditingkatkan dalam keterampilan berkomunikasi sederhana dan kepekaan

terhadap aksi orang lain agar terbentuk sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya;

2) menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi olehg peran yang

dimainkan; 3) menggunakan pengalaman perannya dalam simulasi untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi; 4) memperoleh persepsi, pandangan ataupun mengalami

perasaan kejiwaan dan batin tertentu; 5) menanamkan disiplin dan sikap berhati-hati;

6) memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi

buatan, sehingga pembelajar terbebas dari risiko pekerjaan berbahaya. Sedangkan

kelebihan dan kekurangan dari metode simulasi adalah sebagai berikut :

A.Kelebihan:

1) Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan

tanpa menanggung kerugian;

2) Melibatkan pembelajar secara aktif; dan memberikan kesempatan kepada

pembelajar secara langsung terlibat dalam kegiatan belajar dan melakukan

eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam

lingkungan yang sesungguhnya;

3) Meningkatkan berfikir secara kritis, karena pembelajar dilibatkan secara ktif

dalam proses pembelajaran;

4) Belajar mengalami suatu kegiatan tertentu;

(51)

6) Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek

tidak memadai;

7) Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat

dilakukan dalam situasi nyata;

8) Dapat membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat pertimbangan

berdasarkan kemungkinan yang muncul;

9) Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian.

B. Kekurangan:

1) Kurang efektif menyampaikan informasi umum;

2) Kurang efektif untuk kelas yang telalur besar.

3) Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat

latihan, karena diperlukan banyak alat bantu;

4) Dibutuhkan waktu yang lama, bila semua pembelajar harus melakukannya;

5) Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama dengan

situasi sebelumnya, baik dalam hal kecanggihan alat, lingkungan dan

sebagainya;

6) Memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak (Syaefuddin, 2002).

Penerapan proses belajar aktif dengan metode simulasi bagi remaja putri

dilakukan dengan cara sebagai berikut: fasilitator memberikan lengkap seluruh materi

secara tertulis terlebih dahulu kepada remaja puteri untuk dibaca secara mandiri,

materi yang diberikan tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI

(52)

diagnosa dan upaya deteksi dini dengan SADARI. Selanjutnya fasilitator melakukan

intervensi simulasi pada kelompok remaja puteri yang mendapat perlakuan,dan

fasilitator meluruskan beberapa konsep dalam proses belajar aktif menggunakan

metode simulasi pada remaja putri kelompok perlakuan yaitu dengan:

1. Penyuluhan

Fasilitator menyampaikan materi kepada remaja putri yang berada di dalam

ruangan mulai dari materi kanker payudara, etiologi dan faktor risiko, gejala, serta

diagnosisnya. Kemudian fasilitator menjelaskan tentang upaya deteksi dini kanker

payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan cara melakukannya.

Kemudian fasilitator menggali pengetahuan remaja puteri dengan curah pendapat atau

bertukar pikiran tentang deteksi dini kanker payudara dengan SADARI. Kemudian

fasilitator melakukan klarifikasi hal-hal yang perlu.

2. Video

Fasilitator memutar video tentang prosedur pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) mulai dari melihat perubahan bentuk payudara di hadapan cermin,

memeriksa perubahan bentuk payudara dengan posisi berbaring, periksa payudara

dengan menggunakan Vertical Strip dan pemutaran, memeriksa payudara dengan

secara pemutaran, pemeriksaan cairan di puting payudara, serta memeriksa ketiak.

3. Phantom (Demonstrasi)

Setelah fasilitator memberikan materi dan memutar video kepada remaja putri

(53)

menggunakan phantom tentang cara melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) dengan posisi berdiri dan berbaring.

2.6 Pengetahuan dan Sikap Individu 2.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui proses belajar.

Pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa dan peraba serta pengetahuan di dapat di mana

individu berada dan tinggal yaitu faktor budaya mempengaruhi individu berprilaku.

Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan

mereka. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan berorientasi kepada kemampuan berfikir, mencakup

kemampuan intelektual yang paling sederhana, yaitu mengingat, sampai dengan

kemampuan untuk memecahkan suatu masalah yang menuntut individu untuk

menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui proses belajar. Pengetahuan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

perasa dan peraba serta pengetahuan di dapat di mana individu berada dan tinggal

(54)

yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Tetapi sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Usia remaja merupakan tahap pembelajaran, dimana remaja mulai tertarik

untuk mempelajari hal-hal yang dianggap baru oleh mereka. Media pembelajaran

yang didapat oleh remaja melalui aktivitas penglihatan, pendengaran dan tindakan,

dimana sumber pembelajaran didapat dari media massa, proses belajar mengajar dan

penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di tempat mereka berada. (Nurhidayah,

2009). Pengetahuan remaja tentang pemeriksaan payudara sendiri dapat diperoleh

dari petugas kesehatan, media massa dan lingkungan. Tingkat pengetahuan remaja

dapat diukur dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan

tentang kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri.

Pengetahuan yang mencakup di dalamnya 6 (enam) tingkatan yaitu

(Notoatmodjo, 2003):

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah

diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang

(55)

paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh menyimpulkan meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek terhadap komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun.

f. Evaluasi (Evaluation)

Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran dapat dilakukan dengan

(56)

penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).

2.6.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek, dimana manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb yang dikutip dalam Notoatmodjo

(2003), salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah

merupakan pre-disposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka/tingkah laku terbuka. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Allport, sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang

berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual

masing-masing, mengarahkan dan menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi

(Sarwono dan Meinarno, 2009).

Menurut Allport (1954) yang dikutip dalam Notoadmodjo (2007) sikap

(57)

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan

emosi memegang peranan penting.

Sikap adalah konsep yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu kognitif, afektif

dan perilaku. Komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide seseorang yang

berkenan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal-hal yang

diketahuinya sekitar objek sikap, dapat berupa tanggapan atau keyakinan, kesan,

atribusi, dan penilaian terhadap objek.

Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap

objek. Adanya komponen afeksi dari sikap, dapat diketahui melalui perasaan suka

atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Isi perasaan atau

emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah yang mewarnai sikap

menjadi suatu dorongan atau kekuatan/daya. Apabila orang suka dengan objek, maka

dia akan memilih objek tersebut. Hal ini terjadi karena didorong perasaan dan

keyakinan terhadap objek tersebut.

Komponen perilaku dapat diketahui melalui respons subjek yang berkenaan

dengan objek sikap. Respons yang dimaksud dapat berupa tindakan atau perbuatan

yang dapat diamati dan dapat berupa intensi atau niat untuk melakukan perbuatan

Gambar

Gambar 2.1. Pijatlah Payudara Saat Mandi
Gambar 2.2.  Bercermin dengan Kedua Tangan di Pinggang
Gambar 2.4. Pijatlah Payudara Sambil Berbaring
Gambar 2.5 Bagan Proses Inovasi-Adopsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

M erancang dan melaksanakan akt ivit i sukan/ permainan yang bert eraskan ilmu penget ahuan, kemahiran dan kreat ivit i/ inovasi, merekod, menganalisis dat a dan mengambil t

Jarak kehamilan terlalu dekat adalah jarak kehamilan satu dengan berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Dalam keluarga ibu berperan penting, ibu harus memikirkan

Oemikian  juga  seperti  yang  terlihat  dalam  tabel  12  dimana  suami  dari   responden  sabagian  besar  bekerja  sebagai  pagawai  nageri  dan  swasta.  

Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi.. Setelah selesai membaca

Membran PIM yang mengandung senyawa tertaut silang berbasis senyawa epoksida, yakni poli- BADGE 4:1 dapat mentranspor fenol pada pH fasa sumber 4,5 dengan konsentrasi

The high differences of birth, weaning and yearling weight may be caused by genetic factors where Boerawa goat is a result of female Etawah grade and male Boer crossbreeding,

Pengatur Temperatur Casing dengan Power Mobo ini terbagi dalam beberapa rangkaian, diantaranya yaitu rangkaian regulator, rangkaian sensor, rangkaian pembagi tegangan,

Aplikasi pencatatan tagihan jasa angkutan kontainer selama ini masih dilakukan secara manual sehingga menimbulkan berbagai masalah antara lain kesalahan dalam mencatat laporan