• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA N 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA N 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

BUNGA PRATIWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Bunga Pratiwi

ABSTRAK

PENGARUH PENGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI

POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA N 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

BUNGA PRATIWI

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi dan observasi di kelas XI SMA Negeri 1 Talang Padang, diketahui bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media audio visual dalam meningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain pretes postes kelompok non ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas

(3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan rata-rata berkriteria tinggi yaitu 76,95 % hal ini juga terlihat dari peningkatan untuk semua aspek yang diamati yaitu

mengemukakan ide atau pendapat berkriteria tinggi (86,12%); bekerja sama dalam tim berkriteria sedang (73,86%), bertukar informasi berkriteria sedang (71,67%), dan mempresentasikan kegiatan kelompok berkriteria tinggi (76,11%). Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen juga mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata N-gain (55,34) yaitu dengan kriteria sedang. Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada indikator aspek kognitif (C2 dan C4) dengan rata-rata N-gain berkriteria sedang (56,94) dan indikator kognitif C4 memiliki kriteria sedang (53,10). Selain itu, semua siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media audio visual. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual

berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi Sistem Pernapasan Pada Manusia.

(4)
(5)
(6)
(7)

Halaman

C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe TPS ... 17

D. Hasil Belajar ... 19

H. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Media Audio-Visual dengan Model Kooperatif TPS ... 40

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

(8)

xiv V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN 1. Silabus ... 59

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 65

3. Lembar Kerja Siswa ... 85

4. Rubrik LKS ... 108

5. Jawaban LKS ... 122

6. Soal Pretes dan Postes ... 133

7. Kisi-Kisi Pretes Dan Postes ... 139

8. Rubrik Soal Pretes dan Postes ... 146

9. Data Hasil Penelitian ... 148

10. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 159

11. Foto-Foto Penelitian ... 170

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan proses kerja antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari siswa seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk

mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pembelajaran yang diajarkan dan memahami berbagai metode dan media pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan berfikir siswa secara langsung agar dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa

(10)

dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan. Pembelajaran IPA ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan (kognitif), keterampilan

(psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi (Trianto, 2010: 141-142).

Meskipun demikian proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada penyampaian target materi kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep (Amri dan Ahmadi, 2010: 88). Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi dan

wawancara dengan guru biologi SMA Negeri 1 Talang Padang pada bulan Oktober 2012, kegiatan pembelajaran di dalam kelas selalu didominasi oleh guru. Dalam menyampaikan materi Sistem Pernapasan pada Manusia biasanya guru menggunakan metode ceramah, padahal materi ini

mempunyai karakteristik khusus yaitu membahas mekanisme proses yang rumit sehingga sulit untuk dipahami serta melibatkan berbagai organ lain dalam menjalankan fungsinya. Penggunaan metode ceramah membuat pemahaman siswa hanya terbatas pada konsep yang terajarkan dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan tidak terapresiasi secara

mendalam. Kondisi seperti ini mengakibatkan suasana pembelajaran kurang interaktif, siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya.

(11)

belajar siswa seperti turut serta dalam melakukan penyelidikan dan menemukan suatu konsep jarang dilakukan. Padahal aktivitas tersebut merupakan salah satu pengalaman belajar yang penting bagi siswa. Siswa tidak banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran akibatnya siswa pasif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan harian pada materi pokok Sistem Pernapasan Pada Manusia yang diperoleh siswa yaitu 60,00. Nilai rata-rata tersebut belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditetapkan SMAN 1 Talang Padang, yaitu 75,00.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu alternatif media pembelajaran yang menarik dan efektif sehingga meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pemilihan media yang tepat harus disesuaikan dengan materi pokok yang akan dipelajari oleh siswa. Salah satu media pembelajaran yang diduga sesuai untuk materi sistem pernapasan pada manusia adalah media audio visual. Media audio visual dapat

memudahkan siswa dalam memahami keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem

pernapasan pada manusia.

Media audio visualadalah media pembelajaran yang menarik dan efektif. Menurut Suleiman (1979:17) media audio visual dapat memotivasi siswa serta membangkitkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki

(12)

komunikatif dalam waktu yang lebih singkat. Media audio visual dapat merangsang satu atau lebih indra manusia, menurut Arsyad (1996:9)

belajar dengan mengunakan indra dengar dan indra pandang akan

memberikan keuntungan bagi siswa karena siswa lebih mudah memahami

materi pelajaran. Menurut hasil penelitian Dale (1946, dalam Latuheru,

1988:16) memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indra pandang berkisar 75%, melalui indra dengar sekitar 13%, dan melalui indra lainnya sekitar 12%. Pembelajaran yang melibatkan lebih banyak indra akan mempermudah siswa dalam memahami dan mengingat pelajaran yang disampaikan.

Berdasarkan hasil penelitian Suryani (2012:40) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikombinasikan dengan multimedia terbukti dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem pernapasan pada manusia kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012.Selain itu penelitian Ariansyah (2009:44) menemukan bahwa pengaruh penggunaan animasi multimedia melalui model pembelajaran cooperative tipe TPS dapat meningkatkan penguasaan materi sistem reproduksi pada manusia kelas XI SMA Negeri 5 Bandar lampung tahun ajaran 2008/2009.

(13)

Manusia Kelas XI SMA Negeri 1 Talang Padang Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan media audio visual berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa pada sub materi pokok Sistem Pernapasan pada Manusia?

2. Apakah penggunaan media audio visual berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada sub materi Sistem Pernapasan pada Manusia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pengaruh penggunaan media audio visual terhadap hasil

belajar kognitif siswa pada sub materi pokok Sistem Pernapasan pada Manusia.

(14)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa yaitu dapat memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa.

2. Guru yaitu mendapatkan wawasan tentang penggunaan media audio visual sebagai alternatif pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa sub materi pokok Sistem Pernapasan Pada Manusia

3. Peneliti yaitu memberikan wawasan, pengalaman, bahan masukan bagi peneliti sebagai calon guru untuk memilih media dan metode

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada sub materi pokok sistem pernapasan pada manusia. 4. Sekolah yaitu dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam

upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMAN 1 Talang Padang.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA1 dan XI IPA2 semester genap SMA Negeri 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.

(15)

3. Hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif. Ranah kognitif diperoleh dari hasil pretest dan postes.

4. Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang meliputi mengungkapkan ide atau gagasan, bekerja sama dalam tim, bertukar informasi, mempersentasikan kegiatan kelompok.

5. Sub materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah Sistem Penapasan Pada Manusia.

F. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada siswa dengan harapan terjadinya respon yang positif pada diri siswa. Proses pembelajaran ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar yang memuaskan. Untuk memperoleh aktivitas dan hasil belajar yang memuaskan tersebut dipengaruhi beberapa faktor, yaitu penguasaan materi oleh guru, model pembelajaran dan media yang digunakan pada saat pembelajaran.

Guru sebaiknya kreatif dalam pemilihan media dan model pembelajaran karena media dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi akan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran biologi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu alternatif untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut yaitu dengan mengunakan media audio visual.

(16)

proses pembelajarannya melibatkan lebih dari satu indra. Hal ini sesuai dengan pendapat Dale (1946, dalam Latuheru, 1988:16) yang menyatakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indra pandang berkisar 75%, melalui indra dengar kitar 13%, dan melalui indra lainnya sekitar 12%.

Pengunaan media audio visual akan lebih baik apabila disampaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share. Karena pembelajaran kooperatif memacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Sedangkan TPS dapat mempengaruhi cara berpikir siswa, menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan dapat melibatkan siswa langsung secara aktif dalam proses pembelajaran, dengan demikian diharapkan pembelajaran menggunakan audio visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS akan memberikan hasil belajar yang lebih maksimal jika dibandingkan dengan pembelajaran hanya dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS saja.

(17)

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat gambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Diagram Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. (Keterangan: X = media audio visual dan Y= hasil belajar kognitif siswa)

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. H0= Penggunaan media audio visual tidak berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. H1= Penggunaan media audio visual berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa

2. Penggunaan media audio visual berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada sub materi pokok sistem pernapasan pada manusia.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Audio Visual

Kata “media” berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟ , „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa arab, media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2000:3). Menurut Gerlach dan Ely (dalam arsyad, 2000:3) menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

(19)

Media pembelajaran, menurut Rossi dan Breidle (1966 dalam Sanjaya 2008:204) merupakan alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Media pembelajaran ini memiliki kontribusi yang sangat penting terhadap proses pembelajaran menurut Kemp dan Dayton (1985 dalam Sanjaya 2008:210) kontribusi tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Penyampai pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. 2. Pembelajaran dapat lebih menarik.

3. Pembelajaran dapat lebih interaktif. 4. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

5. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

Menurut Sanjaya (2008:224) ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran, diantaranya yaitu:

a. Media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, tidak semua media pembelajaran dapat cocok untuk semua tujuan pembelajaran. Setiap media memiliki karakteristik tertentu yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam pemakaiannya.

b. Media pembelajaran harus berdasarkan konsep yang jelas. Artinya pemilihan media tertentu bukan didasarkan kepala kesenangan guru atau sekedar selingan dan hiburan, melainkan harus menjadi bagian integral dalam keseluruhan proses pembelajaran.

c. Media pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik siswa.

(20)

Media pembelajaran dapat digunakan untuk menciptakan komunikasi yang efektif antara guru dan murid. Media pembelajaran dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Media pembelajaran mengandung aspek-aspek alat dan teknik yang serat pertaliannya dengan metode mengajar (Angkowo, 2007: 11).

Secara umum terdapat tiga jenis media pembelajaran menurut Sanjaya (2008:211) yaitu :

1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. 2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Yang termasuk media ini adalah film slide, foto, transparasi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.

3. Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, Slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.

(21)

atau lebih. Banyak ahli berpendapat bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otak nya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera yang lain (Suleiman, 1988:12-13).

Media audio visual merupakan media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan pembelajaran. Adanya unsur audio kemungkinan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan menciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi. Menurut Anderson (1994:103-105) bahwa dalam media audio visual terdapat kelebihan dan kekurangan antara lain:  Kelebihan media audio visual :

1. Dapat digunakan untuk klasikal atau individual 2. Dapat digunakan seketika.

3. Digunakan secara berulang.

4. Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya. 5. Dapat menyajikan objek secara detail.

6. Menyajikan gambar dan suara.  Kelemahan media audio visual:

1. Sukar untuk dapat direvisi. 2. Relatif mahal.

3. Memerlukan keahlian khusus.

Menurut Arsyad (1996:9) belajar dengan mengunakan indra pandang dan indra dengar akan memberi keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak daripada jika materi pembelajaran hanya disajikan dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Pemerolehan hasil belajar melalui indra pandang dan indra dengar sangat menonjol

(22)

pandang berkisar 75%, melalui indra dengar sekitar 13%, dan melalui indra lainnya sekitar 12%. Pembelajaran yang melibatkan lebih banyak indra akan mempermudah siswa dalam memahami dan mengingat pelajaran yang disampaikan.

Media audio visual adalah media pembelajaran yang menarik dan efektif. Menurut suleiman (1979:17) media audio visual dapat memotivasi siswa serta membangkitkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki permasalahan yang akhirnya menjurus kepada pengertian yang lebih baik. Media audio visual dapat menghasilkan cara belajar yang efektif dan komunikatif dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2011:206) bahwa suatu media dapat dikatakan baik apabila bersifat efektif dan komunikatif. Efektif artinya memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesan dan kepentingan siswa yang sedang belajar, sedangkan yang dimaksud dengan komunikatif ialah bahwa media tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya dengan kata lain, apa yang ditampilkan melalui media tersebut mudah untuk

ditangkap/dipahami oleh siswa.

Media audio visual merupakan salah satu media pembelajaran yang

banyak dikembangkan saat ini. Media audio visual adalah media

intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman

(kemajuan ilmu pngetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat

(23)

Menurut Rohani (1997:28-29) pemilihan dan pemanfaatan media perlu memperhatikan kriteria berikut ini:

1. Tujuan

Media hendaknya menunjang tujuan instruksional yang telah dirumuskan.

2. Ketepatgunaan (validitas)

Tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari.

3. Keadaan peserta didik

Kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik, dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu pertimbangan.

4. Ketersediaan

Pemilihan perlu memperhatikan ada/tidak media tersedia di sekolah/ perpustakaan serta mudah sulitnya diperoleh.

5. Mutu Teknis

Media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik.

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam melaksanakan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membatu untuk memahami materi pelajaran. Dalam

(24)

teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Amri dan Ahmadi, 2010:90).

Pembelajaran cooperative mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Siswa bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan tujuan belajar. 2. Tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan

tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis kelamin.

4. Sistem penghargaan diorientasikan baik pada kelompok maupun individu (Estiti, 2006:8)

Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih

keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi serta keterampilan tanya-jawab (Ibrahim dalam Trianto, 2007:45). Selanjutnya Ahmadi dan

Piasetya (2005:62) menuliskan bahwa: Keunggulan pembelajaran

kooperatif adalah: (1) Melatih keterampilan intelektual, (2) Siswa terlibat secara langsung, (3) Saling tukar menukar informasi, (4) Melatih

(25)

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim ( dalam Trianto, 2007 : 48) adalah sebagai berikut (Tabel 1).

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase-6

Memberi penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Sumber: Ibrahim (dalam Trianto, 2007 : 48)

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Strategi Think Pair and Share atau berfikir, berpasangan dan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think Pair Share ini

(26)

efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas, dengan asumsi bahwa semua resitasi atau disuksi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share dapat memberikan banyak waktu berfikir untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya.

Menurut Lie (2002:57) Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk

membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling

membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu

langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Langkah-langkah (fase) TPS menurut Trianto (2007 : 61) adalah sebagai berikut:

1. Langkah 1: Berfikir (Thinking)

(27)

bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berfikir. 2. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. 3. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan menjadi efektif jika dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Kelebihan dan kekurangan tipe TPS menurut Lie (2004: 46) adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan partisipasi; 2) Cocok untuk tugas sederhana; 3) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok; 4) interaksi lebih mudah; 5) lebih mudah dan cepat membentuknya. Sedangkan kekurangan tipe TPS adalah sebagai

berikut:1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor; 2)Lebih sedikit ide yang muncul; 3) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.

D. Hasil Belajar

(28)

mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan proses mencapai tujuan, dengan demikian terjadi perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran. Guru dalam kegiatan pembelajaran, merumuskan tujuan-tujuan dari belajar yang harus dicapai siswa. Siswa yang berhasil adalah siswa yang mampu mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Hasil belajar kognitif menjadi cerminan tingkat keberhasilan siswa, seperti yang dikatakan oleh Eggen (1997:441) bahwa sebagian besar tujuan dan hasil belajar yang muncul dalam panduan kurikulum sekolah di beberapa negara bagian adalah dalam ranah kognitif, yang fokus pada pengetahuan dan pemahaman pada suatu fakta, konsep, prinsip, aturan, keterampilan, dan pemecahan masalah. Hal ini juga senada dengan pernyataan Anderson dan Krathwhohl (dalam Prawiradilaga, 2009:94) yaitu bila seseorang sedang belajar, maka akan terjadi peningkatan kognitif dalam dirinya. Setiap potensi terkait motorik atau sikap berawal dari proses kognitif. Dengan kata lain, berpikir kognitiflah yang menjadi dasar dari segala penguasaan ilmu dan peningkatan kemampuan. Anderson dan Krathwhohl merumuskan jenjang berpikir kognitif yang merupakan revisi dari

(29)

Tabel 2. Proses Berfikir Kognitif

Berpikir Uraian Rincian

Mengingat Memunculkan pengetahuan dari jangka panjang

Mengenali Mengingat Mengerti Membetuk arti dari pesan

pembelajaran (isi) : lisan, tulisan, grafis atau gambar.

Memahami Menerapkan Melaksanakan atau mengunakan

prosedur dalam situasi tertentu

Melaksanakan Mengembangkan Menganalisis Menjabarkan komponen atau

struktur dengan membedakan dari bentuk dan fungsi, tujuan dan seterusnya

Membedakan Menyusun kembali Menandai

Menilai Menyusun pertimbangan berdasarkan kriterian persyaratan khusus

Mengecek Mengkritik Berkreasi Menyusun, sesuatu hal baru,

memodifikasi suatu model lama, menjadi suatu yang berbeda.

Menghasilkan Merencanakan Membentuk

Hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk

(30)

Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tes hasil belajar meliputi tes hasil belajar produk, tes hasil belajar proses, dan tes hasil belajar psikomotorik. Tes hasil belajar dikembangkan sesuai dengan jenjang kemapuan kognitif. Untuk pensekoran hasil tes, menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal (Trianto, 2010:114).

E. Aktivitas Belajar

Menurut Hamalik (2003:171) bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2007:95) yang menyatakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Aktivitas adalah segala usaha yang mengarah pada perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang terarah dan yang diharapkan.

Aktivitas siswa menurut Diedrich (Sardiman, 2007:101) digolongkan ke dalam delapan jenis kegiatan, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual, meliputi kegiatan; membaca, melihat gambar, mengamati, eksperimen, pameran, dan mengamati orang lain atau bermain.

(31)

memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, meliputi kegiatan; mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu

permainan.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, meliputi kegiatan; menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengerjakan lembar kerja, menulis cerita, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, meliputi kegiatan; menggambar, membuat grafik, diagram peta dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan matrik, meliputi kegiatan; melakukan percobaan, melaksanakan pameran, menyelanggarakan permainan, dan membuat model.

7. Kegiatan-kegiatan mental, meliputi kegiatan; mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, meliputi kegiatan; minat, membedakan, berani, tenang.

(32)

Manfaat aktivitas belajar dalam proses pembelajaran menurut Hamalik (2003:91) adalah:

a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. b. Berbuat sendiri dan akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. c. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada

gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu.

e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar demokrasi, kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat.

f. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, guru dengan orang tua, siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa. g. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit,

sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis.

h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada 05 April 2013 di SMA Negeri 1 Talang Padang.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA1 sebagai kelompok eksperimen, dan kelas XI IPA2 sebagai kelompok kontrol. Teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling, karena di dalam pengambilan sampel, peneliti memilih sampel secara acak (Arikunto, 2006:134).

C. Desain Penelitian

(34)

tipe TPS saja, tanpa audio visual. Kedua kelas tersebut diberikan pretes sebelum proses pembelajaran berlangsung pada pertemuan I. Selanjutnya, setelah proses pembelajaran diberikan postes pada pertemuan II terhadap kedua kelas penelitian. Sehingga struktur desainnya adalah sebagai berikut:

Keterangan: : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 = Postes; X = Perlakuan eksperimen; C = Perlakuan kontrol (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)

Gambar 2. Desain pretes postes kelompok non ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut :

a. Mengurus surat penelitian pendahuluan (observasi) ke FKIP Unila untuk sekolah tempat penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.

d. Menetapkan waktu penelitian

(35)

e. Membuat media audio visual untuk setiap pertemuan dengan cara : 1) Penentuan konsep media audio visual dengan cara menetapkan :

 Tujuan pembelajaran dengan media audio visual pada

penelitian ini adalah siswa dapat menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi organ dan proses pernapasan pada manusia, serta kelainan dan penyakit sistem pernapasan manusia.

 Kategori multimedia yang akan digunakan berupa media audio

visual dalam bentuk CD.

2) Perancangan pembelajaran menggunakan media audio visual dengan cara :

 Pembuatan skenario pembelajaran dengan media audio visual

untuk setiap pertemuan. Uraian materi pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut. Pertemuan ke :

a) Satu : Alat pernapasan manusia, membahas tentang keterkaitan struktur, fungsi organ-organ dan proses pernapasan pada manusia.

b) Dua : Kelainan atau penyakit pada sistem pernapasan

pada manusia 3) Mengumpulkan objek media audio visual

Objek media audio visual dikumpulkan dengan cara mengunduh dari beberapa sumber, yaitu :

www.google.com

 Youtube.com yang berjudul :

(36)

 Patofisiologi Enfisema, Pneumonia, Asthma, Bronchitis

pada pertemuan kedua.

 Buku Histologi Dasar Junqueira Edisi 12

f. Pembuatan media audio visual

Media audio visual meliputi teks, gambar, dan video. Media audio visual dibuat dengan mengunakan software pinnecle version 12 untuk

memotong video dan software movie maker untuk menyisipkan gambar, teks, video dan suara.

g. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). h. Membuat lembar observasi aktivitas siswa. Pengamatan atau observasi

adalah kegiatan mendokumentasikan dengan mencatat segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran melalui lembar

observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian sebagai bahan untuk mengetahui kesesuaian antar perencanaan dan pelaksanaan tindakan. i. Membuat instrumen evaluasi kognitif berupa soal prestes dan postes

dalam bentuk pilihan jamak beralasan yang diuji ahli.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan media audio visual dengan model kooperatif tipe TPS untuk kelas eksperimen dan model

(37)

pembelajaran pada pertemuan I dan postes diberikan setelah pembelajaran pada pertemuan II. Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen sebagai berikut:

Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1. Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan awal (pertemuan I).

2. Siswa mendengarkan informasi mengenai tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.

3. Siswa diberi apersepsi

Pertemuan pertama: Sekarang tutup hidung dan mulut kalian? apa yang kalian rasakan?Mengapa kita harus bernafas?” Tentu untuk

bertahan hidup bukan?” Lalu organ-organ apa saja yang menyusun

sistem pernapasan pada manusia?

Pertemuan kedua: Apakah kalian pernah melihat sesorang yang mengidap penyakit asma? mengapa seseorang yang menderita penyakit asma sukar untuk bernapas?

4. Siswa diberi motivasi

Pertemuan pertama: Di dalam sistem pernapasan pada manusia memiliki organ-organ pernapasan, dimana setiap organ satu dengan organ lain memiliki keterkaitan. Untuk itu kita harus mengetahui hubungan antara struktur, fungsi dan proses pada sistem

(38)

Pertemuan kedua : “Sering kali terjadi gangguan pada sistem pernapasan pada manusia. Dari kesemua gangguan tersebut memiliki penyebab yang berbeda-beda, untuk itu kita harus mengetahui apa penyebab dari setiap gangguan yang terjadi agar kita dapat menghindarinya”.

b. Kegiatan Inti

1. Siswa dikelompokkan ke dalam 16 pasang, masing-masing pasangan terdiri dari 2 orang.

2. Siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan materi yang disampaikan melalui media audio visual.

3. Siswa menerima LKS kemudian diberi waktu berpikir (thinking) selama 7 menit untuk setiap soal.

4. Siswa berpasangan (pairing) dengan teman sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS selama 7 menit untuk tiap soal.

5. Siswa mengemukakan (sharing) hasil diskusinya di depan kelas. 6. Siswa yang lain menanggapi hasil diskusi.

7. Siswa memperoleh penguatan dengan penjelasan materi yang diberikan oleh guru.

(39)

c. Penutup

1. Guru melakukan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

2. Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan atau rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 3. Siswa diberi tugas untuk membaca materi yang akan disampaikan

pada pertemuan berikutnya.

4. Siswa mengerjakan postes (pertemuan II).

Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol sebagai berikut: a. Pendahuluan

1. Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan awal (pertemuan I).

2. Siswa mendengarkan informasi mengenai tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.

3. Siswa diberi apersepsi

Pertemuan pertama: Sekarang tutup hidung dan mulut kalian? apa yang kalian rasakan?Mengapa kita harus bernapas?” Tentu untuk

bertahan hidup bukan?” Lalu organ-organ apa saja yang menyusun sistem pernapasan manusia?

(40)

4. Siswa diberi motivasi

Pertemuan pertama: “Di dalam sistem pernapasan pada manusia

memiliki organ-organ pernapasan, dimana setiap organ satu dengan organ yang lain memiliki keterkaiatan. Untuk itu kita harus

mengetahui hubungan antara struktur, fungsi dan proses pada sistem pernapasan”.

Pertemuan kedua : “Sering kali terjadi gangguan pada sistem pernapasan pada manusia. Dari kesemua gangguan tersebut memiliki penyebab yang berbeda-beda, untuk itu kita harus mengetahui penyebab dari setiap gangguan yang terjadi agar kita dapat menghindarinya”.

5. Siswa menerima informasi dari guru bahwa pada pembelajaran ini akan dilakukan dengan metode diskusi kemudian akan

dipresentasikan di depan kelas. b) Kegiatan Inti

1. Siswa dikelompokkan ke dalam 15 pasang, masing-masing pasangan terdiri dari 2 orang.

2. Siswa mendengarkanpenjelasan tahapan pembelajaran dengan menggunakan model TPS yang disampaikan oleh guru

3. Siswa mendengarkan penjelasan materi secara singkat yang disampaikan oleh guru.

(41)

5. Siswa berpasangan (pairing) dengan teman sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS selama 7 menit untuk tiap soal.

6. Siswa mengemukakan (sharing) hasil diskusinya di depan kelas. 7. Siswa yang lain menanggapi hasil diskusi.

8. Siswa memperoleh penguatan dengan penjelasan materi yang diberikan oleh guru.

9. Siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya. c) Penutup

1. Guru melakukan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

2. Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan atau rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 3. Siswa diberi tugas untuk membaca materi yang akan disampaikan

pada pertemuan berikutnya

4. Siswa menjawab soal postes (pertemuan II).

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data

(42)

setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran pertemuan kedua pada setiap kelas baik kelas eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak beralasan. Hasil belajar ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (Loranz, 2008 : 3) sebagai berikut:

Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi

terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan tanggapan siswa terhadap media audio visual yang diambil dengan menggunakan angket pada akhir pertemuan II.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a) Tes

(43)

setelah pembelajaran pertemuan kedua baik kelas eksperiman maupun kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa pilhan jamak beralasan.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

100

x N R

S

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

(Purwanto, 2008 : 112)

b) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada

lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

c) Angket Tanggapan Siswa.

Data angket siswa dimaksudkan untuk mengetahui pendapat siswa tentang media audio visual yang diberikan setelah proses

pembelajaran. Angket diukur menggunakan skala Guttman, skala pengukuran dengan tipe ini akan mendapatkan jawaban yang tegas. Dalam skala guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” dan

“tidak setuju”. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu untuk

(44)

Rubrik variabel, instrumen, jenis data dan analisis data secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data dan analisis data

No Variabel Instrumen Jenis Data

Analisis Data 1 Hasil Belajar Test Test

Tertulis

Uji t `2 Aktivitas siswa

selama proses

Angket Interval Persentase

F. Teknik Analisis Data

1. Data Hasil Belajar

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

a) Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Liliefors dengan

program SPSS versi 17 (Pidekso, 2009 : 162). 1. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal 2. Kriteria Pengujian

(45)

b) Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan uji kesamaan dua varian yang dihitung melalui uji Barlett dengan program SPSS versi 17 (Pidekso, 2009 : 162).

1. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda 2. Kriteria Uji

- Jika χ2hit< χ 2 tab sehingga Ho diterima - Jika χ2hit> χ 2 tab sehingga Ho ditolak (Pratisto, 2004 : 71).

2. Pengujian Hipotesis

Setelah data dinyatakan normal dan homogen, berikutnya data di uji dengan pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata, kemudian data dimasukkan dalam uji t1 untuk uji kesamaan dua rata-rata, dan t2 untuk uji perbedaan dua rata-rata.

a) Uji hipotesis dengan uji t  Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Kriteria Uji

- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004 : 12)

 Uji Perbedaan Dua Rata-rata

1. Hipotesis

(46)

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

2. Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004 : 10)

b) Uji U (Uji Mann Whitney)

Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji U atau Uji Mann Whitney.

1. Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelaseksperimen dengan kelas kontrol

2. Kriteria Uji

- Jika p-value> 0,05 maka terima Ho - Jika p-value< 0,05 maka tolak Ho

(Pratisto. 2004:36)

G. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

X = ∑X

Keterangan : X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑x = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum

(47)

Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa :

A. Mengungkapkan ide atau gagasan

1. Tidak mengungkapkan ide atau gagasan (diam saja).

2. Mengungkapkan ide atau gagasan namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi sistem pernapasan manusia.

3. Mengungkapkan ide atau gagasan sesuai dengan pembahasan pada materi sistem pernapasan manusia.

B. Bekerja sama dalam tim

1. Tidak melaksanakan tugas apa pun. 2. Bekerja sendiri tanpa melibatkan teman. 3. Bekerjasama dengan anggota kelompok.

C. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja).

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan dalam lembar kerja.

3. berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk

memecahkan permasalahan pada lembar kerja sesuai dengan model pembelajaran yang telah dilakukan pada materi sistem pernapasan manusia.

D. Mempresentasikan kegiatan kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan tidak menjawab pertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok, tetapi menjawab pertanyaan dengan benar.

(48)

Menafsirkan atau menentukan kategori indeks aktivitas siswa sesuai klasifikasi pada tabel berikut:

Tabel 5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Interval (%) Kategori 0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi

Dimodifikasi dari Hake (dalam Ristiani, 2010 :32 ).

H. Pengolahan Data Anggket Tanggapan Siswa Terhadap Media Audio Visual pada pembelajaran biologi

Data angket tanggapan siswa terhadap media audio visual diambil melalui penyebaran angket. Angket berisikan 10 pernyataan, 7 pernyataan positif, dan 3 pernyataan negatif. Setiap pernyataan memiliki skor 1(satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan positif dan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk menyatakan tidak setuju bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan negatif. Jumlah skor setiap pernyataan pada angket dihitung dalam bentuk persentase. Menghitung persentase tanggapan siswa tentang media audio visual dihitung dengan menggunakan rumus:

Persentase (%) = N

n

×100

Keterangan : n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel

(49)

Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks kemenarikan media audio visual sesuai klasifikasi pada tabel berikut:

Tabel 6. Kriteria tingkat tanggapan siswa mengenai media audio visual

(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan media audio visual berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada sub materi pokok sistem pernapasan pada manusia dengan rata-rata N-gain sebesar 55,34

2. Penggunaan media audio visual berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar kognitif siswa sebesar 76,95% pada sub materi pokok sistem pernapasan pada manusia.

B. Saran

Dengan adanya kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini maka peneliti menyarankan sebaiknya :

(51)
(52)

56

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Ahmadi, A dan J. T. Piasetya. 2005. Strategi belajar mengajar. Pustaka setia. Bandung

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung Anderson, Ronald.H.1994.Pemilihan dan Pengembangan Media Video

Pembelajaran. Grafindo Pers. Jakarta

Angkowo, R. Dan A, Kosasih. 2007. Optimalisme Media Pembelajaran. Grasindo. Jakarta

Anonim. 2011. Pneumonia. Diakses dari

www.umm.edu/patiented/articles/000628.htm.(10 Desember 2012 pukul 20.10 WIB)

. 2012. Welch Allyn Master Elite Plus Stethoscope. Diakses dari http://www.dremed.com/catalog/product_info.php/products_id/1217.(10 Desember 2012 pukul 20.15 WIB)

. 2012. Negative Presure Ventilator. Diakses dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Negative_pressure_ventilator.(10 Desember pukul 20.15 WIB)

Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Rhineka Cipta. Jakarta.

Ariansyah.2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS. Skripsi. UNILA: Bandar Lampung

(53)

Detisilfia. 2012 . Sistem Pernapasan Pada Manusia. Diakses dari

http://detisilfia9f199701.blogspot.com/2012/03/sistem-pernapasan-pada manusia-sistem.html.(10 Desember 2012 pukul 20.00 WIB).

Eggen, P. dan D. Kauchak. 1997. Educational Psychology. Prentice-Hall Inc. New Jersey

Estiti, M. 2006. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS pada Mata Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Prestasi dan Belajar Siswa Kelas XII IPA SMAN I Gondangwetan Pasuruan. Skripsi. UM: Malang

Fadholi, A. 2009. Kelebihan dan Kekurangan TPS.

http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/kelebihan-kekurangan-tps.html. (07 April 2013; 11:00 WIB).

Fazriyah, Novri. 2012. Sistem Pernapasan Manusia. Diakses dari

http://norvifazriyah.blogspot.com/2012/04/sistem-pernafasan-manusia.html (10 Desember 2012 pukul 20.00 WIB)

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung

Komalasari, Kokom.2010. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama.Refika Aditama Bandung

Latuheru, J. 1988. Media Pembelajaran (Dalam Proses Belajar-Mengajar Masa Kini). Depdikbud. Jakarta

Lie, A. 2004. Cooperative Learning. PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/archi ves/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf.(05 November 2012: 11.45)

Merta, Tresyia Riza. 2012. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet denga Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Terhadap Penguasaaan Konsep Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Skripsi. UNILA: Bandar Lampung

Munawar, Syarif. 2012. Sistem Respirasi Manusia.Diakses dari http://syarifmunawar.blogspot.com/search?updated-min=2012-01- 01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=22.(10 Desember 2012 pukul 20.00 WIB)

(54)

Pidekso,Ari. 2009. SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang

Purwanto, M. Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan perubahan dengan SPSS 12. Bumi Aksara. Jakarta.

Prawiradilaga, Dewi Salma.2009. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana. Jakarta Ristiani, Ria. 2010. Efektivitas Model Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil belajar siswa pada sub materi vertebrata.Skripsi. UNILA: Bandar Lampung

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. Rohani, A. 1997. Media Intruksional Edukatif. PT Rineka Cipta. Jakarta Sanjaya, Wina. 2008. Perancangan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenada Media Group. Jakarta

Sardiman, A. M. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung

Suleiman, A.H. 1988. Media Audio Visual. Gramedia.Jakarta

Suryani, Siti. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dikombinasikan Dengan Animasi Multemidia Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia. Skripsi. UNILA: Bandar Lampung

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta

Gambar

Gambar 1.  Diagram Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. (Keterangan: X = media audio visual dan Y= hasil belajar kognitif siswa)
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Tabel 2. Proses Berfikir Kognitif
Gambar 2. Desain pretes postes kelompok non ekuivalen
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Suku Bunga Kredit Investasi, Inflasi, Produk Domestik Bruto,

In analyzing Rage of Angels, the researcher is interested in conducting a study based on the psychological perspective for research entitled: The Power of Love for Survival in

Tabel 5.1 Penilaian Faktor-Faktor Prioritas yang Mempengaruhi Tingkat Efektivitas Fungsi Terminal .... xi

Apakah Infra Red, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation, dan terapi latihan William Flexion Exercise dapat mengurangi nyeri akibat spondylosis?.. Apakah Infra Red,

The research finding is divided into the translation variation of wh-questions sentences in It Happened One Autumn and the discussion is about the equivalence Indonesian.

Yusli

materi yang diajarkan serta kurang mengoptimalkan dirinya untuk mengikuti pembelajaran, yang akhirnya hasil belajarnyapun kurang optimal.Kemudian dapat diketahui pula