• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN OPERASI BEDAH CAESAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN OPERASI BEDAH CAESAR"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN OPERASI BEDAH CAESAR

Oleh

ABUNG PRATAMA

Kesehatan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia, Hal tersebut juga berlaku bagi seorang ibu yang sedang mengandung, yang mana pasti menginginkan sang buah hati terlahir dengan selamat dan sehat. Persalinan terdapat dua macam yakni persalinan secara normal (alamiah) dan persalinan yang dilakukan dengan tindakan medis. Persalinan normal merupakan proses persalinan yang diidamkan oleh para ibu yang sedang menjalani kehamilan. Sedangkan peralinan yang dilakukan dengan tindakan medis yaitu operasi Bedah Caesar. Penelitian ini mengkaji bagaimana hak dan kewajiban dokter serta pasien dalam persetujuan tindakan medis (Informed Consent) operasi Bedah Caesar serta bagaimana perlindungan hukum terhadap pasien operasi bedah caesar dalam persetujuan tindakan medis (Informed Consent) apabila terjadi kerugian yang dialami oleh pasien dikarnakan kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau dokter.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (normative law research) dan tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mewawancarai pihak yang terkait sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengadakan studi kepustakaan (library research). Pengolahan data dilakukan dengan cara merapikan data, menganalisa data, seleksi data, editing data, klasifikasi data, dan sistemasi data. Selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

(2)

Abung Pratama

dokter serta pasien telah diatur oleh undang-undang serta peraturan-peraturan. Apabila dalam melakukan tindakan medis seorang dokter melakukan kelalaian yang mengakibatkan kerugian oleh pasien atau membahayakan pasien maka yang bertanggung jawab adalah rumah sakit tempat dokter bekerja atau tempat pasien dirawat dan pasien dilindungi oleh UU No 24 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Dalam menyelesaikan sengketa medis terdapat dua cara yaitu dengan cara mediasi dan dengan cara pengadilan (Litigasi).

(3)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap dari penulis adalah Abung Pratama, penulis dilahirkan di Padang Cermin pada tanggal 04 Juli 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan bapak Arib Budi dan ibu Saidah.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Nurul Iman Padang Cermin pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar di SDN 3 Durian Padang Cermin pada tahun 1999 hingga tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Padang Cermin pada tahun 2005 hingga tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 8 Bandar Lampung pada Tahun 2008 hingga tahun 2011.Penulis terdaftar sebagai mahasiwa Fakultas Hukum melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Undangan (SNMPTN UDANGAN) pada tahun 2011.

(4)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Operasi Bedah Caesar” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung dibawah bimbingan dari dosen pembimbing serta atas bantuan dari berbagai pihak lain. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., sebagai Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

(5)

4. Ibu Selvia Oktaviana, S.H., M.H., sebagai Pembimbing II yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Aprilianti, S.H., M.H., sebagai Pembahas I yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;

6. Siti Nurhasanah, S.H., M.H., sebagai Pembahas II yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

7. Charles Jakson, S.H,. M.H., Pembimbing Akademik atas bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menjalankan masa studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi; 9. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayah Arib

Budi yang penulis banggakan dan Ibu Saidah tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Terimakasih atas segalanya semoga kelak dapat membahagiakan, membanggakan, dan selalu bisa membuat kalian tersenyum dalam kebahagiaan;

10.Almarhum adik ku atas semua dukungan moril, motivasi, kegembiraan, dan semangatnya.

(6)

Ahmad Hilman, Adnan Husein, Andriawan, Ridho, Beri Ikhlas Syani, Beri Hermawan, serta teman-teman angkatan 2011 lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

12. Semua teman-teman Himpunan Mahasiswa Perdata angkatan 2011 : Geri Prasetya, Bramantya Ariwibowo, Chelsilia Hernidons, Astari Maharani, Clara Lucky Respati, Danan Jaya, Himawan Amri, Asep Rian Bintang, Arviando Josua, dan seluruh teman-teman Hukum Keperdataan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan kerjasamanya. Semoga kita semua sukses;

13.Untuk teman sekaligus saudara seperjuangan Himpunan Mahasiwa Islam Komisariat Hukum Unila, Imam Mukhlasin, Rendi Andika, Arahmat Panca, Beni Prawira, Maryanto, Agung, Rido aulia, Mamad, Shintia Sardi, Rantika, Feri, Prabu Natagama, serta seluruh kanda, adinda kader-kader terbaik Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Hukum Unila yang telah memberika dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya.

14.Keluarga KKN, Desa Tanjung Inten, Lampung Timur, Bowo, Ade, Agung, Mas Tri, Adam, Nizi, Belinda, Mumun, Andini, Bu supro, Pak supro, Wahid, Kancil, Mas Deden, Udin Aceh, terimakasih telah menjadi bagian dalam suka dan duka selama 40 hari masa KKN.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua doa, bantuan dan dukungannya.

(7)

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis,

(8)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN OPERASI BEDAH CAESAR

Oleh

ABUNG PRATAMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(9)

MOTO

“Kekeliruan dokter tidak dirasakan sendiri oleh dokter tersebut, melainkan oleh orang lain”

(Jalauddin Rumi)

Hidup sehat merupakan investasi untuk mencapai masa depan”

(Abung Pratama)

“Berobatlah, karena tiada satu penyakit yang diturunkan Allah, kecuali diturunkan pula obat penangkalnya, selain dari satu penyakit, yaitu ketuaan”

(10)

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Arib Budi dan Ibunda Saidah yang telah membesarkanku dengan sabar dan penuh kasih sayang serta selalu menyertaiku

dalam doa agar setiap langkahku dipermudah oleh Allah, seta mengajarkankku untuk kuat dalam menjalani hidup agar lebih baik lagi.

(11)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN

OPERASI BEDAH CAESAR

(Skripsi)

Oleh Abung Pratama

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(12)
(13)
(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Produktivitas dan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh kondisi kesehatan orang tersebut. Dengan kesehatan orang dapat berfikir dengan baik dan dapat melakukan aktivitas secara optimal. Ketika kesehatan orang tersebut terganggu, mereka akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kesehatan mereka kembali. Hal tersebut juga berlaku bagi seorang ibu yang sedang mengandung, yang mana pasti menginginkan sang buah hati terlahir dengan selamat dan sehat.

(15)

2

Di dalam beberapa dasawarsa terakhir ini teknologi modern telah mengalami kemajuan yang amat pesat, oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan tersebut di satu sisi merupakan rahmat bagi manusia, teknologi ini telah berjasa menyelamatkan hidup manusia.

Hal yang difikirkan manusia dengan kemajuan itu adalah bagaimana cara memanfaatkan dan menggunakannya untuk kepentingan dan kebutuhan kehidupan. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) telah menjadi sebuah alat tranformasi peradaban maupun kebudayaan manusia, baik yang memberikan manfaat maupun mudarat. Kenyataan yang sangat menggembirakan dalam bidang kedokteran terkait pada ilmu kebidanan dan kandungan, telah ditemukan solusi apabila terjadi kesulitan atau komplikasi dalam proses persalinan, yaitu melalui proses operasi bedah caesar.

Penemuan operasi bedah caesar tentunya sangat banyak menolong ibu hamil yang memiliki masalah atau komplikasi medis pada kandungannya, sehingga dapat menyelamatkan banyak nyawa ibu dan anak yang tidak bisa tercapai pada proses persalinan normal. Operasi bedah caesar diminati oleh sebagian ibu hamil dikarenakan prosesnya persalinannya cepat, tidak menimbulkan rasa sakit seperti persalinan normal dan pasien tidak harus mengeluarkan banyak tenaga. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa operasi caesar juga mempunyai dampak negatif pada kesehatan.

(16)

3

kesepakatan tertentu dengan pihak rumah sakit untuk melakukan operasi bedah caesar, sehingga lahirlah sebuah perjanjian.

Perjanjian yang dilakukan adalah perjanjian operasi bedah caesar antara pasien dengan pihak rumah sakit dimana rumah sakit diwakili oleh dokter anestesi dan dokter bedah yang bertanggung jawab dalam hal penanganan pasien tersebut. Perjanjian operasi bedah caesar ini juga disebut juga sebagai Surat Persetujuan Tindakan Medik (SPTM) atau biasa disebut Informed Consent.

Informed Consent pada dasarnya adalah persetujuan tindakan yang diwajibkan untuk dibuat terlebih dahulu sebelum dokter melakukan tindakan medis terhadap pasiennya. Persetujuan ini dilakasanakan setelah sebelumnya pasien diberikan informasi yang cukup mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya yang mencakup resiko, fakta-fakta penting maupun efek samping.

Selama perjanjian berlangsung mungkin saja terdapat kendala mengenai pelaksanan operasi bedah caesar seperti gagalnya operasi yang dapat mengakibatkan pendarahan pada pasien pasca operasi dan kematian pada pasien, hal ini membuat tanggung jawab dari pihak rumah sakit sangat diperlukan.

(17)

4

pasien ibu hamil yang melakukan persalinan dengan cara operasi bedah caesar dan 554 pasien ibu hamil melakukan persalinan secara normal.

Salah satu kasus mengenai operasi bedah caesar adalah yaitu yang dialami oleh nyonya A. Nyonya A adalah pasien yang sedang hamil dirujuk ke rumah sakit abdul muluk Bandar lampung dari seorang bidan . Pasien dirujuk pada tanggal 28 desember 2012 lalu dirawat di Rumah Sakit Abdul Muluk Bandar lampung di ruang kebidanan dan pulang pada 2 Januari 2013. Pasien datang kembali ke Rumah Sakit Abdul Muluk pada 3 Januari 2013 pada pukul 7.30 WIB pada saat itu usia kehamilan pasien 36 minggu. Pasien datang ke Rumah Sakit Abdul Muluk dikarnakan mengalami pendarahan, dan dr R mendiaknosa pasien Hemoragi Antepantum Excausa Plasenta Previa Totalis, pendarahan aktif ,Inpartu ,janin tunggal ( hidup ) ,dengan presentasi kepala dan gawat janin. Dokter R melakukan

Cito dan Informed Consent terhadap pasien. Setelah pasien menyetujui dan menandatangani Informed Consent maka pada pukul 10.30 WIB operasi bedah Caesar dilakukan dan selesai pada pukul 12.00 WIB. Pada 14.30 WIB pasien di pindahkan ke ruangan kebidanan. Setelah 6 jam dari operasi tepatnya pada pukul 18.30 WIB pasien mengeluh sesak nafas dikarnakan pendarahan yang dialami oleh pasien sebelum operasi belum berhenti dan kondisi pasien sangat lemah .

(18)

5

Berdasarkan kasus diatas, maka penulis mengangkat judul pada penulisan ini yaitu “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM OPERASI BEDAH CAESAR “.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka penulisan skripsi dengan judul “ Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Operasi Bedah Caesar dalam Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) merumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana Hak dan Kewajiban Dokter serta Pasien dalam Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)?

(19)

6

2. Ruang Lingkup

a. Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah mengenai perlindungan hukum terhadap pasien operasi bedah caesar bidang ilmu dalam penelitian ini adalah hukum perdata khususnya hukum perjanjian dan hukum kesehatan.

b. Ruang Lingkup dan Objek Kajian

Ruang lingkup objek kajian ini adalah mengkaji tentang perlindungan hukum terhadap pasien operasi bedah caesar.

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan penelitian diatas adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana Hak dan Kewajiban Dokter serta Pasien dalam Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent).

b. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan pasien operasi bedah caesar dalam persetujuan tindakan medis Informed Consent.

2. Kegunaan Penelitian

(20)

7

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum khususnya hukum kesehatan yang permasalahannya selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran.

b. Kegunaan Praktis

Bagi para dokter, studi ini dapat dijadikan bahan renungan dan kajian dalam memberikan pelayanan medis yang sesuai dengan standar profesi dan etika kedokteran terhadap pasien. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap ilmu hukum kesehatan.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.5

Sedangkan perlindungan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi dalam pelanggaran HAM berat adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.

5

(22)

9

2. Bentuk – Bentuk Perlindungan Hukum

Bentuk-bentuk perlindungan hukum terdapat dua bentuk yaitu :

1. Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.

2. Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.6

B. Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Perjanjian adalah suatu perbuatan/tindakan hukum yang berbentuk dengan tercapainya kata sepakat yang merupakan pernyataan kehendak bebas dari dua orang ( pihak ) atau lebih , dimana tercapainya sepakat tersebut tergantung dari pihak yang menimbulkan akibat hukum untuk kepentingan pihak yang satu dengan yang lain atau timbal balik dengan mengindahkan ketentuan perundang-undangan .7

Menurut Abdulkadir Muhammad Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan.

6

http://perlindungan-hukum-menurut-para-ahli.html diakses pada tanggal 21 november 2014

pada pukul 14:30.

7

(23)

10

Apabila diperinci, maka perjanjian itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut: a. Ada pihak-pihak sedikit-dikitnya dua orang (subjek)

b. Ada persetujuan antara pihak-pihak itu (konsensus) c. Ada objek yang berupa benda

d. Ada tujuan bersifat kebendaan (mengenai harta kekayaan) e. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan8

Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau di mana kedua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa itu timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perjanjian. 9

2. Syarat Sah Perjanjian

Mengenai syarat sah perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHperdata. Dalam pasal tersebut terdapat empat syarat yang harus dipenuhi yaitu :

1. Kesepakatan

Adanya kesepakatan yang ditandai dengan perasaan rela, setuju serta ikhlas diantara para pihak pembuat perjanjian mengenai hal-hal yang dituangkan di dalam perjanjian.

2. Kecakapan Bertindak

Bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Bagi orang-orang yang akan mengadakan suatu perjanjian

8

Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 224-225.

9

(24)

11

haruslah sudah dewasa. Dewasa adalah jika telah berumur 21 tahun, telah menikah atau sudah pernah menikah walaupun belum berumur 21 tahun dan tidak berada dibawah pengampuan.

3. Adanya Objek Perjanjian

Adanya objek perjanjian memperjelas bahwa objek yang diatur dalam kontrak harus jelas, tegas dan dapat dipastikan ada.

4. Suatu sebab yang halal

Setiap perjanjian yang dibuat para pihak tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Dalam akta perjanjian sebab dari perjanjian dapat dilihat pada bagian setelah komparasi, dengan syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif, yaitu syarat mengenai orang-orang atau subjek hukum yang mengadakan perjanjian, apabila kedua syarat ini dilanggar, maka perjanjian tersebut dapat diminta pembatalan. Juga syarat ketiga dan keempat merupakan syarat objektif, yaitu mengenai objek perjanjian dan isi perjanjian, apabila syarat tersebut dilanggar, maka perjanjian tersebut batal demi hukum. Namun, apabila perjanjian telah memenuhi unsur-unsur sahnya suatu perjanjian dan asas-asas perjanjian, maka perjanjian tersebut sah dan dapat dijalankan.

(25)

12

3. Asas Hukum Perjanjian

Di dalam hukum perjanjian kita mengenal lima asas penting yang sekaligus merupakan esensi hukum perjanjian.

Kelima asas tersebut adalah sebagai berikut :

1. Asas Kebebasan Mengadakan Perjanjian

Asas kebebasan mengadakan perjanjian adalah suatu asas yang member kebebasan kepada para pihak yang mengadakan perjanjian untuk :

a. Membuat atu tidak membuat perjanjian. b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya. d. Menentukan perjanjian, yaitu tertulis dan tidak tertulis.

e. Menerima atau menyimpang dari ketentuan perundang-undangan yang bersifat opsional

2. Asas Konsensualisme

(26)

13

3 Asas pacta sunt servanda

Asas pacta sunt servanda atau diterjemahkan sebagai asas kepastian hukum yaitu perjanjian yang wajib untuk ditepati.

4. Asas Itikad Baik

Asas itikad baik menyatakan bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur, harus melaksanakan substansi kontrak berlandaskan kepercayaan atau keyakinan teguh atau kemauan baik dari para pihak.

5. Asas Kepribadian

Asas kepribadian adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan membuat perjanjian hanya untuk kepentingan perseroan saja.10

4. Akibat Hukum Perjanjian Yang Sah

Pasal 1338 ayat (1) KUHperdata, yang menyatakan bahwa :

“Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan

itikad baik.”

Berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) KUHperdata disimpulkan adanya asas kebebasan berkontrak, akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para pihak yang membuat perjanjian harus menaati hukum yang sifatnya memaksa. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain

10

(27)

14

dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. Suatu perjanjian tidak diperbolehkan membawa kerugian kepada pihak ketiga.

5. Berakhirnya Perjanjian

1. Berakhirnya masa berlaku perjanjian

Biasanya dalam sebuah perjanjian telah di tentukan kapan sebuah perjanjian akan berakhir, sehingga dengan lampaunya waktu maka secara otomatis perjanjian akan berakhir , kecuali di tentukan lain oleh para pihak.

2. Dibatalkan Oleh Para Pihak

Hal ini biasanya terjadi jika ada salah satu pihak yang melanggar ketentuan perjanjian, atau salah satu pihak mengetahui jika dalam perbuatan perjanjian terdapat unsur kekhilafan atau penipuan .Kekhilafan bisa menyangkut objek perjanjian atau mengenai orangnya .

3. Salah Satu Pihak Meninggal Dunia

(28)

15

memberikan sesuatu, katakanlah dalam bentuk uang/barang, maka perjanjian tetap berlaku bagi ahli warisnya.11

C. Operasi Caesar

1. Pengertian Bedah Caesar

Bedah Caesar adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus, dengan kata lain bedah Caesar adalah histerotornia untuk melahirkan janin dalam rahim.12

2. Penyebab Terjadinya Operasi Bedah Caesar

Sebelum melakukan pelaksanaan bedah Caesar dokter menjelaskan kepada pasien bahwa pasien tersebut tidak dapat melahirkan secara normal dikarnakan ada beberapa faktor yang dapat mengancam pasien dan bayi yang ada dalam kandungan yaitu :

a. Posisi Sungsang, inilah posisi yang menunjukkan menjelang kelahiran posisi kepala bayi masih berada di atas. Padahal seharusnya, menjelang persalinan posisi kepala bayi seharusnya ada di bawah.

b. Placenta Previa, kondisi yang berkaitan ketika ari-ari menutupi sebagain

atau seluruh jalan lahir.

c. Giant Baby, adalah kondisi yang menunjukkan bayi memiliki berat badan

di atas 4,5kg menjelang persalinan.

11

Ghofur Abdul, 2010, Hukum Perjanjian Di Indonesia, Yogyakarta, Gadjah Mada Universiy

Press, hlm 37-38. 12

(29)

16

d. Ukuran pinggul ibu terlalu kecil sehingga mempersulit proses jalan lahir alami bagi bayi.

e. Operasi caesar yang belum terlalu lama (jarak persalinan sebelumnya di bawah dua tahun). Untuk ibu yang menjalani operasi caesar sebelumnya disarankan untuk menjaga jarak minimal dua tahun untuk bisa menjalani persalinan normal.

f. Ari-ari terlepas lebih dahulu (abruption placenta), biasanya hal ini terjadi karena plasenta tidak terletak di rahim bagian atas.

g. Tali plasenta melilit tubuh bayi. Jika tali plasenta melilit bayi maka si ibu harus segera menjalani operasi caesar, karena bila terlambat bisa menghalagi pernafasan bayi yang berdampak pada kematian bayi.

h. Bayi kembar, untuk ibu yang hamil dengan bayi kembar lebih dua, biasanya dokter akan menyarankan agar ibu melakukan persalinan caesar. i. Kontraksi terlalu lemah, suatu kondisi yang menunjukkan kontraksi

pada ibu yang akan melahirkan semakin lama makin lemah bahkan berhenti. Maka dokter akan segera merujuk untuk melakukan persalinan dengan operasi caesar untuk mencegah kematian ibu dan bayi.

j. Terjadi pendarahan, bila calon ibu mengalami pendarahan terlalu banyak maka bisa mengancam nyawa ibu, maka tidak disarankan menjalani persalinan normal

k. Fetal distress, bayi memiliki kelainan atau mengalami stres. Fetal distress

bisa terdeteksi dengan melihat denyut jantung bayi yang semakin melemah

l. Hipertensi dan diabetes. Jika ibu hamil memiliki penyakit hipertensi atau

(30)

17

operasi caesar menjadi solusi untuk menyelamatkan ibu dan bayi dalam kandungan13.

D. Informed Consent

1. Pengertian Informed Consent

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 maka

Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat pasien setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

Informed consent yaitu suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien dan keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Persetujuan (Informed consent) ini sangat penting mengingat tindakan medis tidak dapat dipaksakan karena tidak ada yang tau pasti hasil akhir dari pelayanan kedokteran tersebut .14

Persetujuan tindakan tersebut dilakukan secara tertulis dan dapat menjadi dokumen medis maupun alat bukti yang sah secara hukum. Sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, sekurang-kurangnya mencakup :

1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis

13

Trisha duffett-smith, 1992, Persalinan dengan bedah Caesar, Jakarta, Arcan, hlm 7-9.

14

(31)

18

2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan 3. Alternatif tindakan lain dan resikonya 4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi 5. Pragnosis terhadap tindakan yang dilakukan 6. Perkiraan pembiayaan

2. Isi Informed Consent

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 290/MENKES/PER/III/2008 Pasal 11 ayat 1 secara garis besar isi dari Informed Consent yang harus disampaikan oleh doker kepada pasien atau keluaga pasien adalah :

1. Garis besar penyakit yang diderita dan prosedur perawatan / pengobatan yang akan diterapkan.

2. Resiko yang dihadapi.

3. Keberhasilan ataupun kegagalan.

4. Alternatif metode perawatan / atau pengobatan.

5. Hal-hal yang dapat terjadi bila pasien menolak untuk memberikan persetujuan.

6. Manfaat dilakukan tindakan tersebut.

7. Resiko-resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan kedokteran tersebut.

8. Konsekuensi bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara pengobatan lain.

(32)

19

(33)

20

3. Tujuan Informed Consent

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 290/MENKES/PER/III/2008 Pasal 3 tujuan Informed Consent yaitu :

a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.

b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko.

4. Aspek Hukum Informed Consent

a. Aspek Hukum Pidana

Pasien harus memberikan persetujuan lebih dahulu terhadap tindakan medis dokter,misalnya operasi. Sebab apabila dikaitkan dengan Pasal 351 KUHP, mengenai penganiayaan, maka operasi oleh dokter, misalnya dengan menusukkan pisau bedah ketubuh pasien tanpa persetujuan terlebih dahulu, dapat dikenai sanksi pidana karena di kategorikan penganiayaan. b. Aspek Hukum Perdata

(34)

21

Sudah merupakan kebiasaan pada setiap rumah sakit untuk menyodorkan formulir persetujuan operasi, hal tersebut untuk keperluan administrasi Rumah Sakit jadi wajib dilakukan.15

15

(35)

22

5 Kerangka Fikir

DOKTER

Pasien

INFORMED CONSENT

OPERASI BEDAH CAESAR

HAK dan KEWAJIBAN DOKTER SERTA PASIEN dalam PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

(INFORMED CONSENT )

(36)

23

Keterangan :

Sebelum melakukan Operasi Bedah Caesar Dokter melakukan Informed Consent

terhadap pasien, dimana Informed Consent adalah persetujuan tindakan medis yang harus di setujui oleh pasien dan keluarga pasien, setelah informed consent

(37)

III. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (normative law research), yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan umum Pasal demi Pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu Undang-Undang, serta bahasa hukum yang digunakan.16

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan (deskripsi) secara lengkap, rinci, jelas dan sistematis tentang beberapa aspek yang diteliti pada Undang-Undang atau peraturan daerah atau objek kajian lainnya.

3. Pendekatan Masalah

Dalam membahas permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, penulis melakukan pendekatan yuridis normatif guna untuk mendapatkan suatu hasil

16

(38)

24

penelitian yang benar dan objektif. Pendekatan yuridis normatif yaitu suatu pendekatan dengan cara menelaah kaedah-kaedah, norma-norma dan/atau aturan-aturan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti melalui studi kepustakaan (library research). Pendekatan tersebut dimaksud untuk mengumpulkan berbagai macam peraturan perundang-undangan, teori-teori dan literatur-literatur yang erat hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.

4. Data dan Sumber Data

Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat sifatnya. bahan hukum primer yang digunakan adalah :

1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata .

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Kesehatan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 290/ Menkes/ Per/ III/ 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.

5. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) b. Bahan Hukum Sekunder

(39)

buku-25

buku literatur dan karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara lain Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum maupun majalah dan surat kabar atau media cetak.

5. Metode Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data guna pengujian penelitian ini, maka digunakan prosedur pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mewawancarai pihak yang terkait sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengadakan studi kepustakaan (library research), dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mengutip dan menelaah literatur-literatur maupun peraturan perundang-undangan, serta bahan hukum lainnya yang menunjang dan berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

6. Metode Pengolahan Data

(40)

26

Prosedur pengolahan data tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Editing data, yaitu memeriksa atau meneliti data yang keliru, menambah serta melengkapi data yang kurang lengkap.

b. Klasifikasi data, yaitu penggolongan atau pengelompokan data menurut pokok bahasan yang telah ditentukan.

c. Sistematisasi data, yaitu penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis hingga memudahkan interpretasi data.

7. Analisis Data

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Hak dan kewajiban dokter dalam operasi bedah caesar telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pada pasal 52, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 56 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Kode Etik Kedokteran. Dalam pengaturannya antara dokter dan pasien sama-sama sudah mendapatkan posisi yang seimbang (balance) dan perlindungan hukum sesuai dalam tindakan medis operasi bedah sesar.

2. Perlindungan hukum terhadap pasien.

(42)

57

b) Di dalam menyelesaikan sengketa medis operasi bedah caesar, terdapat dua cara yaitu mediasi dan pengadilan (Litigasi). Mediasi merupakan suatu cara yang dilakukan dalam menyelesaikan sengketa medis. Mediasi diatur pada PERMA No 1 Tahun 2008 tentang Mediasi dalam Pasal 1 ayat (7). Pengadilan (Litigasi) merupakan pengajuan gugatan ke pengadilan dilakukan apabila tidak ditemukan kesepakatan antara pasien dan rumah sakit melalui jalur mediasi (non litigasi). Mengajukan gugatan ke pengadilan diperbolehkan dalam sengketa medis, sesuai dengan Pasal 32 huruf (q) Undang-Undang N0 44 tentang Rumah Sakit dan Pasal 66 Ayat (3) Undang-Undang tentang Praktek Kedokteran.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disarankan sebagai berikut :

a) Bagi tenaga medis khususnya dokter agar lebih berhati-hati dalam menangani pasien agar tidak terjadi kelalaian yang dapat merugikan serta membahayakan pasien.

b) Disarankan kepada penegak hukum agar dapat memberikan sanksi yang tegas terhadap tenaga medis yang melakukan kelalaian dalam menjalankan tugas sehinga menyebabkan kerugian pasien.

(43)

58

(44)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Ghofur Abdul. 2010. Hukum Perjanjian Di Indonesia. Yogyakarta, Gadjah Mada Universiy Press.

Muhammad Abdulkadir. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung. . 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. PT. Cintra

Aditya Bakti.

Budiono Herlin. 2011. Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.

Hanafiah Jusuf. 1999. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Jakarta. Kedokteran EGC.

Priharjo Robert. 1995. Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta. Kanisius.

Shinta Febriana, Titik triwulan tutik. 2010. Perlindungan Hukum Bagi Pasien. Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher.

Siswati Sri. 2003. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Smith, Trisha duffett. 1992. Persalinan dengan bedah Caesar . Jakarta. Arcan. Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa.

(45)

2. Sumber Peraturan

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan PERMA Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Mediasi

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 Kode Etik Kedokteran (KODEKI)

3. Sumber Wawancara

Wawancara dengan dokter Asep Sukohar selaku Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Provinsi Lampung

4. Sumber Website

http://perlindungan-hukum-status-hukum.html http://perlindungan-hukum-menurut-para-ahli.html

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi sosial-budaya di Kabupaten Kuningan pada masa kolonial sampai masa kemerdekaan, Adapun tujuan

Suatu edisi yang merujuk pada karya yang dipersiapkan oleh editor atau orang lain kecuali pengarang, nama editor dicantumkan setelah judul buku..

Analisis Standar Belanja yang selanjutnya disingkat ASB adalah alat untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau belanja setiap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

Akan tetapi, meskipun penggunaan mesin-mesin kantor memberikan banyak dampak positif bagi sekretaris pimpinan di Politeknik Negeri Sriwijaya untuk menunjang

The Minangkabau ethnic group, also known as Minang ( Urang Minang in Minangkabau language), is indigenous to the Minangkabau Highlands of West.. Sumatra,

Tanaman yang sesuai dibudidayakan dengan cara vertikultur adalah jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang memiliki perakaran yang

(2001), kelebihan sorgum manis dibanding tebu, yaitu tanaman sorgum memiliki produksi biji dan biomassa yang jauh lebih tinggi dibanding tanaman tebu; adaptasi sorgum jauh lebih

Potensiometer linier digunakan sebagai pengukur sudut atau posisi dari garasi sistem rotary parking, dengan meletakkan poros motor pada poros potensiometer,