• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Ekstrak Tempuyung dan Meniran sebagai Antiasam Urat: Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Ekstrak Tempuyung dan Meniran sebagai Antiasam Urat: Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI EKSTRAK TEMPUYUNG DAN MENIRAN

SEBAGAI ANTIASAM URAT: AKTIVITAS

INHIBISINYA TERHADAP XANTIN OKSIDASE

CHINTYA GALUH TRI WARDANI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

CHINTYA GALUH TRI WARDANI. Potensi Ekstrak Tempuyung dan Meniran sebagai Antiasam Urat: Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase. Dibimbing oleh DYAH ISWANTINI PRADONO dan LATIFAH KOSIM DARUSMAN.

Penyakit gout merupakan suatu penyakit akibat terjadinya penimbunan kristal mononatrium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi (arthritis gout). Tempuyung dan meniran merupakan tanaman obat asli Indonesia yang biasa digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam tubuh. Berdasarkan kandungannya, kedua tanaman ini diduga dapat menginhibisi xantin oksidase. Dalam penelitian ini ekstrak tempuyung dan meniran (etanol, air, dan flavonoid) diuji aktivitas inhibisinya terhadap xantin oksidase pada kondisi optimum. Aktivitas enzim diukur pada suhu 20 °C, pH 7.5, 0.7 mM xantin sebagai substrat, 0.1 unit/ml enzim xantin oksidase dan diinkubasi selama 45 menit. Dari beberapa ekstrak tempuyung dan meniran, nilai LC50 tertinggi dan

terendah adalah ekstrak flavonoid tempuyung (2281 ppm) dan ekstrak air tempuyung (1252 ppm). Semua ekstrak dapat menghambat aktivitas xantin oksidase. Persen inhibisi tertinggi adalah ekstrak etanol meniran (150 ppm) dengan persen inhibisi sebesar 53.71%. Kandungan ekstrak etanol berdasarkan uji fitokimia adalah flavonoid, triterpenoid, dan tanin.

ABSTRACT

CHINTYA GALUH TRI WARDANI. Potention of Tempuyung and Meniran Extract as Anti Uric Acid: Inhibition Activity of Xanthine Oxidase. Under the direction of DYAH ISWANTINI PRADONO and LATIFAH KOSIM DARUSMAN.

Gout is certain a consequence indicated by accumulation of monosodium urate in body causing painful joint (gout arthritis).Tempuyung andmeniran are original plant of Indonesian commonly used to reduce uric acid contents in body. Based on their contents, it may be inhibit xanthine oxidase. In the research, tempuyung and meniran extracts (ethanol, water, and flavonoid) were assayed for xanthine oxidase inhibition at optimum condition. The activity enzyme was measured at 20 °C, pH 7.5, 0.7 mM xanthine as substrate, 0.1 unit/ml xanthine oxidase, and were incubated for 45 min. From several extracts of tempuyung and meniran, the highest and the lowest of LC50 value were

(3)

POTENSI EKSTRAK TEMPUYUNG DAN

MENIRAN SEBAGAI ANTIASAM URAT: AKTIVITAS

INHIBISINYA TERHADAP XANTIN OKSIDASE

CHINTYA GALUH TRI WARDANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Potensi Ekstrak Tempuyung dan Meniran sebagai Antiasam Urat: Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase

Nama : Chintya Galuh Tri Wardani

NIM : G44203020

Disetujui:

Diketahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. drh. Hasim, DEA

NIP 131578806

Tanggal lulus:

Pembimbing I

Dr. Dyah I Pradono, MAgr

NIP 131 956 706

Pembimbing II

Prof. Dr. Latifah K Darusman, MS

(5)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Potensi Ekstrak Tempuyung dan Meniran sebagai Antiasam Urat: Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Dyah Iswantini Pradono, MAgr dan Ibu Prof. Dr. Latifah K Darusman, MS selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta semangat dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf Kimia Analitik dan seluruh staf Pusat Studi Biofarmaka yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan pada papa, mama, beserta seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan dorongan semangat yang telah diberikan. Terima kasih pada saudara-saudara seperjuangan, Lina, Farah, dan Hesti atas ketulusan hati, kebersamaan, dukungan, dan bantuannya selama ini, teman-teman kimia 40 khususnya Nana, Rahma, Ita, dan Sabet atas bantuan serta ide-idenya dalam penyelesaian karya ilmiah ini, pada Ibu Mala atas bantuannya, dan kepada saudara-saudaraku di MSC atas doa, semangat danukhuwah.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2008

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 31 Desember 1984 dari Bapak H. Suwarto Utomo dan Ibu Hj. Sri Rejeki. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 74 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Tempuyung ... 1

Meniran ... 2

Xantin Oksidase ... 2

Gout ... 3

Flavonoid ... 4

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat... 4

Metode Penelitian ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air ... 6

Ekstraksi ... 6

Uji Fitokimia ... 6

Uji Toksisitas Larva Udang ... 7

Uji Inhibisi Ekstrak Kasar terhadap Aktivitas Xantin Oksidase ... 7

Uji Statistik ... 10

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 11

Saran ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Uji Fitokimia ekstrak air tempuyung dan meniran ... 7

2 Uji Fitokimia ekstrak etanol tempuyung dan meniran ... 7

3 Uji Fitokimia ekstrak flavonoid tempuyung dan meniran ... 7

4 Nilai LC50 ekstrak tempuyung dan meniran terhadap A.salina ... 7

5 Persamaan linear ekstrak tempuyung dan meniran ... 10

6 Nilai IC50 ekstrak tempuyung dan meniran ... 10

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Tempuyung (Sonchus arvensis) ... 1

2 Meniran (Phyllanthus niruri) ... 2

3 Skema reaksi xantin oksidase yang mengkonversi hipoxantin menjadi xantin dan asam urat... 3

4 Skema reaksi xantin oksidase yang dapat dihambat oleh alopurinol dalam pembentukan asam urat ... 4

5 Struktur umum senyawa flavonoid... 4

6 Persen inhibisi enzim dari ekstrak air meniran terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 8

7 Persen inhibisi enzim dari ekstrak air tempuyung terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 8

8 Persen inhibisi enzim dari ekstrak etanol meniran terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 9

9 Persen inhibisi enzim dari ekstrak etanol tempuyung terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 9

10 Persen inhibisi enzim dari ekstrak flavonoid meniran terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 9

11 Persen inhibisi enzim dari ekstrak flavonoid tempuyung terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 9

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Bagan alir penelitian ... 14

2 Uji toksisitas dengan larva udangA. salina... 15

3 Uji Inhibisi aktivitas xantin oksidase ... 17

4 Kadar air tempuyung dan meniran ... 18

5 Aktivitas ekstrak tempuyung dan meniran terhadap larvaA. salina... 19

6 Pembuatan kurva standar ... 20

7 Data hasil uji enzimatis berbagai ekstrak ... 21

(10)

PENDAHULUAN

Penyakit asam urat, biasa juga dikenal sebagai gout, merupakan suatu penyakit akibat terjadinya penimbunan kristal mononatrium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi (artritis gout), benjolan-benjolan pada bagian-bagian tertentu dari tubuh (tofi), serta gangguan dan batu pada saluran kemih. Kejadian artritis gout dalam beberapa dasawarsa terakhir ini baik di negara-negara maju maupun yang sedang berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun. Di Amerika, gout menyerang lebih dari 5 juta penduduk (Yu 2006).

Obat sintetik yang biasa dikonsumsi untuk mengobati asam urat oleh masyarakat adalah alopurinol yang menginhibisi aktivitas xantin oksidase. Xantin oksidase mengkatalisis oksidasi xantin menjadi asam urat. Penggunaan alopurinol yang terlalu sering atau berlebihan dapat menimbulkan efek samping, yaitu hepatitis, gangguan pencernaan, timbulnya ruam di kulit, berkurangnya jumlah sel darah putih, dan kerusakan hati. Oleh sebab itu, diperlukan obat yang lebih aman dengan harga terjangkau.

Penelitian mengenai khasiat tanaman obat sebagai anti-asam urat melalui mekanisme inhibisi enzim xantin oksidase telah banyak dilakukan. Di Cina, Conyza bonariensis dengan pelarut metanol dapat menginhibisi xantin oksidase dengan daya inhibisi yang lebih besar dari 50% (Konget al. 2000), tanaman obat asli India,Coccinia grandis dan Vitex negundo juga dapat menginhibisi xantin oksidase secarain vitro

dan in vivo (Umamaheswari et al. 2007), selain itu spesies Lychnopora dari Brazil juga dapat menginhibisi xantin oksidase dengan daya inhibisi di atas 60% (Filhaet al. 2006).

Beberapa tanaman obat asli Indonesia juga terbukti dapat menginhibisi xantin oksidase, seperti sidaguri yang ekstrak flavonoidnya dapat menginhibisi sampai 55.29% (Iswantini & Darusman 2003), seledri (Rhamdani 2004) dan gabungan ekstrak sidaguri dan seledri diteliti lebih lanjut untuk mengetahui efek penghambatannya terhadap xantin oksidase (Iswantini et al. 2005). Hasil yang didapat, yaitu gabungan kedua ekstrak dapat menginhibisi enzim xantin oksidase melebihi daya inhibisi alopurinol atau produk komersial lainnya. Gabungan ekstrak

juga menunjukan efek yang signifikan terhadap penurunan kadar asam urat pada tikus. Penelitian lain yang dapat membuktikan khasiat tanaman obat asli Indonesia lainnya sebagai anti-asam urat sangat perlu dilakukan mengingat bahwa beberapa tanaman obat asli Indonesia berpotensi untuk mengobati gout.

Tempuyung merupakan salah satu jenis tanaman obat potensial di Indonesia yang sering dikonsumsi untuk obat. Tempuyung mengandung ion-ion mineral dan beberapa flavonoid yang diduga dapat menghambat xantin oksidase (Chairul 1999). Meniran juga merupakan tanaman yang kandungan utamanya ialah flavonoid dan glikosida flavonoid. Data ilmiah pendukung yang mengungkapkan khasiat tempuyung dan meniran sebagaibiomedicine masih sedikit. Berdasarkan penelusuran, belum ada paten yang menyebutkan khasiat tempuyung dan meniran sebagai anti-asam urat.

Kandungan tempuyung dan meniran telah diteliti sebelumnya (Chairul 1999). Oleh karena itu, untuk membuktikan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini dilakukan uji inhibisi ekstrak tempuyung dan meniran terhadap xantin oksidase secara

in vitro untuk mengetahui potensinya sebagai anti-asam urat.

TINJAUAN PUSTAKA

Tempuyung (Sonchus arvensis)

Tempuyung (Gambar 1) termasuk tanaman obat asli Indonesia dari famili Asteraceae. Tanaman ini merupakan tumbuhan herba menahun, tegak, mengandung getah, mempunyai akar tunggang yang kuat (Rusdeyti 1985), tumbuh liar di Jawa, yaitu di daerah yang banyak hujan pada ketinggian 50-1650 m di atas permukaan laut. Tempuyung tumbuh di tempat terbuka seperti di pematang, dan di pinggir saluran air (Heyne 1987).

(11)

POTENSI EKSTRAK TEMPUYUNG DAN MENIRAN

SEBAGAI ANTIASAM URAT: AKTIVITAS

INHIBISINYA TERHADAP XANTIN OKSIDASE

CHINTYA GALUH TRI WARDANI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

CHINTYA GALUH TRI WARDANI. Potensi Ekstrak Tempuyung dan Meniran sebagai Antiasam Urat: Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase. Dibimbing oleh DYAH ISWANTINI PRADONO dan LATIFAH KOSIM DARUSMAN.

Penyakit gout merupakan suatu penyakit akibat terjadinya penimbunan kristal mononatrium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi (arthritis gout). Tempuyung dan meniran merupakan tanaman obat asli Indonesia yang biasa digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam tubuh. Berdasarkan kandungannya, kedua tanaman ini diduga dapat menginhibisi xantin oksidase. Dalam penelitian ini ekstrak tempuyung dan meniran (etanol, air, dan flavonoid) diuji aktivitas inhibisinya terhadap xantin oksidase pada kondisi optimum. Aktivitas enzim diukur pada suhu 20 °C, pH 7.5, 0.7 mM xantin sebagai substrat, 0.1 unit/ml enzim xantin oksidase dan diinkubasi selama 45 menit. Dari beberapa ekstrak tempuyung dan meniran, nilai LC50 tertinggi dan

terendah adalah ekstrak flavonoid tempuyung (2281 ppm) dan ekstrak air tempuyung (1252 ppm). Semua ekstrak dapat menghambat aktivitas xantin oksidase. Persen inhibisi tertinggi adalah ekstrak etanol meniran (150 ppm) dengan persen inhibisi sebesar 53.71%. Kandungan ekstrak etanol berdasarkan uji fitokimia adalah flavonoid, triterpenoid, dan tanin.

ABSTRACT

CHINTYA GALUH TRI WARDANI. Potention of Tempuyung and Meniran Extract as Anti Uric Acid: Inhibition Activity of Xanthine Oxidase. Under the direction of DYAH ISWANTINI PRADONO and LATIFAH KOSIM DARUSMAN.

Gout is certain a consequence indicated by accumulation of monosodium urate in body causing painful joint (gout arthritis).Tempuyung andmeniran are original plant of Indonesian commonly used to reduce uric acid contents in body. Based on their contents, it may be inhibit xanthine oxidase. In the research, tempuyung and meniran extracts (ethanol, water, and flavonoid) were assayed for xanthine oxidase inhibition at optimum condition. The activity enzyme was measured at 20 °C, pH 7.5, 0.7 mM xanthine as substrate, 0.1 unit/ml xanthine oxidase, and were incubated for 45 min. From several extracts of tempuyung and meniran, the highest and the lowest of LC50 value were

(13)

POTENSI EKSTRAK TEMPUYUNG DAN

MENIRAN SEBAGAI ANTIASAM URAT: AKTIVITAS

INHIBISINYA TERHADAP XANTIN OKSIDASE

CHINTYA GALUH TRI WARDANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Judul Skripsi : Potensi Ekstrak Tempuyung dan Meniran sebagai Antiasam Urat: Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase

Nama : Chintya Galuh Tri Wardani

NIM : G44203020

Disetujui:

Diketahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. drh. Hasim, DEA

NIP 131578806

Tanggal lulus:

Pembimbing I

Dr. Dyah I Pradono, MAgr

NIP 131 956 706

Pembimbing II

Prof. Dr. Latifah K Darusman, MS

(15)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Potensi Ekstrak Tempuyung dan Meniran sebagai Antiasam Urat: Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Dyah Iswantini Pradono, MAgr dan Ibu Prof. Dr. Latifah K Darusman, MS selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta semangat dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf Kimia Analitik dan seluruh staf Pusat Studi Biofarmaka yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan pada papa, mama, beserta seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan dorongan semangat yang telah diberikan. Terima kasih pada saudara-saudara seperjuangan, Lina, Farah, dan Hesti atas ketulusan hati, kebersamaan, dukungan, dan bantuannya selama ini, teman-teman kimia 40 khususnya Nana, Rahma, Ita, dan Sabet atas bantuan serta ide-idenya dalam penyelesaian karya ilmiah ini, pada Ibu Mala atas bantuannya, dan kepada saudara-saudaraku di MSC atas doa, semangat danukhuwah.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2008

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 31 Desember 1984 dari Bapak H. Suwarto Utomo dan Ibu Hj. Sri Rejeki. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 74 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Tempuyung ... 1

Meniran ... 2

Xantin Oksidase ... 2

Gout ... 3

Flavonoid ... 4

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat... 4

Metode Penelitian ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air ... 6

Ekstraksi ... 6

Uji Fitokimia ... 6

Uji Toksisitas Larva Udang ... 7

Uji Inhibisi Ekstrak Kasar terhadap Aktivitas Xantin Oksidase ... 7

Uji Statistik ... 10

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 11

Saran ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Uji Fitokimia ekstrak air tempuyung dan meniran ... 7

2 Uji Fitokimia ekstrak etanol tempuyung dan meniran ... 7

3 Uji Fitokimia ekstrak flavonoid tempuyung dan meniran ... 7

4 Nilai LC50 ekstrak tempuyung dan meniran terhadap A.salina ... 7

5 Persamaan linear ekstrak tempuyung dan meniran ... 10

6 Nilai IC50 ekstrak tempuyung dan meniran ... 10

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Tempuyung (Sonchus arvensis) ... 1

2 Meniran (Phyllanthus niruri) ... 2

3 Skema reaksi xantin oksidase yang mengkonversi hipoxantin menjadi xantin dan asam urat... 3

4 Skema reaksi xantin oksidase yang dapat dihambat oleh alopurinol dalam pembentukan asam urat ... 4

5 Struktur umum senyawa flavonoid... 4

6 Persen inhibisi enzim dari ekstrak air meniran terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 8

7 Persen inhibisi enzim dari ekstrak air tempuyung terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 8

8 Persen inhibisi enzim dari ekstrak etanol meniran terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 9

9 Persen inhibisi enzim dari ekstrak etanol tempuyung terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 9

10 Persen inhibisi enzim dari ekstrak flavonoid meniran terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 9

11 Persen inhibisi enzim dari ekstrak flavonoid tempuyung terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi... 9

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Bagan alir penelitian ... 14

2 Uji toksisitas dengan larva udangA. salina... 15

3 Uji Inhibisi aktivitas xantin oksidase ... 17

4 Kadar air tempuyung dan meniran ... 18

5 Aktivitas ekstrak tempuyung dan meniran terhadap larvaA. salina... 19

6 Pembuatan kurva standar ... 20

7 Data hasil uji enzimatis berbagai ekstrak ... 21

(20)

PENDAHULUAN

Penyakit asam urat, biasa juga dikenal sebagai gout, merupakan suatu penyakit akibat terjadinya penimbunan kristal mononatrium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi (artritis gout), benjolan-benjolan pada bagian-bagian tertentu dari tubuh (tofi), serta gangguan dan batu pada saluran kemih. Kejadian artritis gout dalam beberapa dasawarsa terakhir ini baik di negara-negara maju maupun yang sedang berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun. Di Amerika, gout menyerang lebih dari 5 juta penduduk (Yu 2006).

Obat sintetik yang biasa dikonsumsi untuk mengobati asam urat oleh masyarakat adalah alopurinol yang menginhibisi aktivitas xantin oksidase. Xantin oksidase mengkatalisis oksidasi xantin menjadi asam urat. Penggunaan alopurinol yang terlalu sering atau berlebihan dapat menimbulkan efek samping, yaitu hepatitis, gangguan pencernaan, timbulnya ruam di kulit, berkurangnya jumlah sel darah putih, dan kerusakan hati. Oleh sebab itu, diperlukan obat yang lebih aman dengan harga terjangkau.

Penelitian mengenai khasiat tanaman obat sebagai anti-asam urat melalui mekanisme inhibisi enzim xantin oksidase telah banyak dilakukan. Di Cina, Conyza bonariensis dengan pelarut metanol dapat menginhibisi xantin oksidase dengan daya inhibisi yang lebih besar dari 50% (Konget al. 2000), tanaman obat asli India,Coccinia grandis dan Vitex negundo juga dapat menginhibisi xantin oksidase secarain vitro

dan in vivo (Umamaheswari et al. 2007), selain itu spesies Lychnopora dari Brazil juga dapat menginhibisi xantin oksidase dengan daya inhibisi di atas 60% (Filhaet al. 2006).

Beberapa tanaman obat asli Indonesia juga terbukti dapat menginhibisi xantin oksidase, seperti sidaguri yang ekstrak flavonoidnya dapat menginhibisi sampai 55.29% (Iswantini & Darusman 2003), seledri (Rhamdani 2004) dan gabungan ekstrak sidaguri dan seledri diteliti lebih lanjut untuk mengetahui efek penghambatannya terhadap xantin oksidase (Iswantini et al. 2005). Hasil yang didapat, yaitu gabungan kedua ekstrak dapat menginhibisi enzim xantin oksidase melebihi daya inhibisi alopurinol atau produk komersial lainnya. Gabungan ekstrak

juga menunjukan efek yang signifikan terhadap penurunan kadar asam urat pada tikus. Penelitian lain yang dapat membuktikan khasiat tanaman obat asli Indonesia lainnya sebagai anti-asam urat sangat perlu dilakukan mengingat bahwa beberapa tanaman obat asli Indonesia berpotensi untuk mengobati gout.

Tempuyung merupakan salah satu jenis tanaman obat potensial di Indonesia yang sering dikonsumsi untuk obat. Tempuyung mengandung ion-ion mineral dan beberapa flavonoid yang diduga dapat menghambat xantin oksidase (Chairul 1999). Meniran juga merupakan tanaman yang kandungan utamanya ialah flavonoid dan glikosida flavonoid. Data ilmiah pendukung yang mengungkapkan khasiat tempuyung dan meniran sebagaibiomedicine masih sedikit. Berdasarkan penelusuran, belum ada paten yang menyebutkan khasiat tempuyung dan meniran sebagai anti-asam urat.

Kandungan tempuyung dan meniran telah diteliti sebelumnya (Chairul 1999). Oleh karena itu, untuk membuktikan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini dilakukan uji inhibisi ekstrak tempuyung dan meniran terhadap xantin oksidase secara

in vitro untuk mengetahui potensinya sebagai anti-asam urat.

TINJAUAN PUSTAKA

Tempuyung (Sonchus arvensis)

Tempuyung (Gambar 1) termasuk tanaman obat asli Indonesia dari famili Asteraceae. Tanaman ini merupakan tumbuhan herba menahun, tegak, mengandung getah, mempunyai akar tunggang yang kuat (Rusdeyti 1985), tumbuh liar di Jawa, yaitu di daerah yang banyak hujan pada ketinggian 50-1650 m di atas permukaan laut. Tempuyung tumbuh di tempat terbuka seperti di pematang, dan di pinggir saluran air (Heyne 1987).

(21)

Tempuyung termasuk dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, bangsa Asterales, suku Asteraceae, marga Sonchus, dan jenis

arvensis. Daun tempuyung di Indonesia menurut Sardjito dapat digunakan sebagai obat untuk "menghancurkan" batu ginjal (Chairul 1999). Kelarutan batu ginjal oleh tempuyung diduga melalui efek diuretiknya. Daun tempuyung mengandung ion-ion mineral cukup tinggi terutama K+ dan Na+ yang dapat mengatur keseimbangan elektrolit di dalam tubuh sehingga mempermudah keluarnya air seni.

Kandungan kimia yang terdapat di dalam daun tempuyung adalah ion-ion mineral, antara lain silika, kalium, magnesium, natrium, dan senyawa organik seperti flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-glukosida, dan apigenin-7-O-glukosida), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan vanilat). Kandungan flavonoid total di dalam daun tempuyung ialah 0.1044% (Chairul 1999). Menurut Cos (1998), flavonoid apigenin-7-O-glukosida adalah salah satu golongan flavonoid yang berpotensi cukup baik untuk menghambat kerja enzim xantin oksidase dan superoksidase.

Meniran (Phyllanthus niruri)

Meniran (Gambar 2) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk obat. Tumbuhan ini tumbuh liar di hutan, ladang, semak-semak, sepanjang jalan, pinggir sungai, pinggir pantai, tanah berumput, gembur atau berbatuan pada dataran rendah sampai pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Secara taksonomi, meniran diklasifikasikan dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae,

k

elas Dicotyledone, bangsa Geraniales, suku Euphorbiaceae, marga

Phylianthusdan jenisniruri.

Gambar 2 Meniran (Phyllanthus niruri).

Meniran berkhasiat sebagai antivirus. Senyawaan yang ditemukan pada meniran antara lain adalah triterpenoid, flavonoid, tanin, alkaloid, dan asam fenolat. Secara empiris, rebusan daun meniran sering dimanfaatkan secara tradisional untuk mengobati penyakit hati, diuretik, obat batuk, antidiare, dan sebagai tonik lambung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meniran menghambat DNA polimerase dari virus hepatitis B (Bermawie 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana dan Kulsum (2001) menunjukkan bahwa meniran juga dapat menghambat kerusakan hati dan antioksidan secara in vivo. Selain itu, menurut Ma'at (2005), ekstrak meniran dapat meningkatkan sistem imun atau kekebalan tubuh yang sangat dibutuhkan untuk penderita penyakit infeksi. Ekstrak ini telah lulus uji praklinis (uji keamanan) dan uji klinis (pembuktian khasiatnya). Menurut Chairul (1999), meniran mengandung senyawa-senyawa kimia golongan lignan, antara lain filantin, hipofilantin, niranin, nirtetralin, dan fitetralin. Beberapa senyawa lignan baru juga telah diisolasi dari

Phyllanthus niruri yaitu, seco-4-hidroksilintetralin, seco-isoarisiresinol trimetil eter, hidroksinirantin, dibenzilbutirolakton, nirfilin, dan neolignan (filnirurin).

Akar dan daun Meniran kaya senyawaan flavonoid, antara lain, kuersetin, keursetrin, isokuersetrin, astragalin dan rutin. Di samping itu, dilaporkan pula beberapa glikosida flavonoid dan senyawa flavonon baru. Dari minyak bijinya telah diidentifikasi beberapa asam lemak, yaitu asam ricinoleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Selain itu, meniran juga mengadung kalium, damar, dan zat samak. Karena meniran mempunyai kandungan utama senyawa golongan flavonoid dan glikosida flavonoid, beberapa senyawa flavonoid tersebut memberikan efek menginhibisi terhadap xantin oksidase dan superoksidase (Chairul 1999).

Xantin Oksidase

(22)

kerusakan fungsi hati. Xantin oksidase mengkatalisis oksidase hipoxantin dan xantin menjadi asam urat yang berperan penting dalam timbulnya gout. Selama proses oksidasi, oksigen bertindak sebagai akseptor elektron menghasilkan radikal superoksida (O2

*-) dan hidrogen peroksida (Ramdhani 2004).

Gambar 3 Skema reaksi xantin oksidase yang mengkonversi hipoxantin menjadi xantin dan asam urat.

Xantin oksidase juga dapat mengkatalisis reduksi nitrat dan nitrit menjadi nitrit oksida sekaligus membentuk radikal superoksida yang dapat menyebabkan peradangan. Meningkatnya aktivitas xantin oksidase dalam mengkatalisis xantin menjadi asam urat akan menyebabkan bertambahnya produksi asam urat dalam darah. Produksi asam urat berlebih dapat menyebabkan hiperurisemia, namun asam urat akan disimpan di dalam persendian sehingga menyebabkan peradangan dan gout.

Gout

Gout didefinisikan sebagai penyakit atau sindrom yang disebabkan oleh adanya pembengkakan atau inflamasi karena menumpuknya kristal monosodium urat pada tulang sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat dalam darah (Johnstone 2005). Gout merupakan penyakit yang biasa ditemui di seluruh dunia dan sebagian besar disebabkan oleh deposisi monosodium kristal urat dalam tulang sendi dan jaringan otot lainnya.

Kelebihan asam urat atau hiperurisemia terjadi apabila tingkat asam urat dalam darah > 7 mg/dl. Hiperurisemia dapat disebabkan oleh kelebihan produksi asam urat atau yang lebih jauh lagi biasanya disebabkan oleh

ekskresi yang tidak efisien dari ginjal (Luck 2005). Serangan gout dapat dicegah dengan gaya hidup yang sehat dari pasien. Jika pasien kelebihan berat badan maka dianjurkan untuk mengurangi berat badannya dengan bertahap sesuai dengan tingkat kemampuannya. Penurunan berat badan secara cepat dapat meningkatkan asam urat yang dapat menyebabkan serangan gout (Johnstone 2005).

Gout sering dibagi menjadi empat tingkat gejala, yaitu hiperurisemia asimptomatik, radang sendi gout akut, gout interkritikal, dan gout tofi. Hiperirusemia asimptomatik dicirikan oleh kondisi kadar asam urat abnormal tinggi tanpa radang sendi gout. Pada kondisi ini, monosodium urat cenderung terbentuk dan mengarahkan pada terjadinya gout. Keadaan ini dianggap sebagai tahap pertama dari gangguan dan sering terjadi pada umur 30-an, pengobatannya hanya dianjurkan untuk mengubah gaya hidup baik itu pola konsumsi maupun pola kegiatan. Radang sendi gout dicirikan oleh serangan sakit yang sangat tiba-tiba, disertai pembengkakan dan sukar digerakkannya sendi yang diserang. Tiga perlakuan yang dapat diterapkan untuk serangan gout akut, yaitu pengobatan dengan obat antiinflamasi nonsteroid dengan kortikosteroid dan kolkisin. Gout interkritikal menggambarkan periode antar serangan. Serangan gout pertama biasanya diikuti oleh hilangnya seluruh rasa sakit (gejala) tetapi jika dibiarkan tidak diobati, gout akan datang lagi pada waktu berikutnya. Gout kronis (tofi) terjadi jika gout akut terus menerus tidak diobati, maka gout akut dapat menjadi gout kronis yang menyebabkan perubahan bentuk. Kristal asam urat yang terus menerus terkumpul di bawah kulit sekitar persendian dan ujung otot menyebabkan kerusakan dan meningkatnya kekakuan sendi. Gumpalan keras dari kristal urat (tofi) terkumpul di bawah kulit telinga atau di sekitar siku. Bila tidak diobati, tophus pada tangan dan kaki dapat pecah dan mengeluarkan suatu kristal yang seperti kapur. Pencegahan serangan gout berulang dan tofi diberikan setelah serangan gout akut berakhir. Obat yang biasa diberikan adalah obat urikosurik ginjal dan alopurinol (Iswantini 2003).

(23)

oksidase. Struktur molekul obat ini mirip dengan struktur enzim xantin oksidase sehingga dapat menyainginya dan menghambat produksi asam urat.

Gambar 4 Skema reaksi xantin oksidase yang dapat dihambat oleh alopurinol dalam pembentukan asam urat.

Flavonoid

Flavonoid merupakan golongan senyawa polifenol yang terdiri atas 15 atom karbon sebagai kerangka dasarnya. Studi in vitro

menunjukkan bahwa beberapa flavonoid terutama luteolin dan apigenin dapat juga bekerja sebagai inhibitor xantin oksidase dengan daya inhibisi yang hampir sama dengan Alopurinol (Cos et al. 1998). Flavonoid kuersetin, kuersitin, mirisitin, dan miresetinasal tanaman salam juga berkhasiat dalam menghambat kerja xantin oksidase (Schemeda et al. 1987). Flavonoid krisin, baikelin, isorhamnetin, dan ester asam kafeat juga tergolong efektif (Nakanishi 1990). Inhibitor lain ialah antosianidin dan proantisianidin yang daya inhibisinya rendah.

Adanya ikatan rangkap pada flavonoid jenis flavonol dan flavone memungkinkan terjadinya reaksi adisi (oksidasi oleh xantin oksidase), ikatan rangkap pada atom C2 dengan C3 akan mengakibatkan posisi ring B co-planar terhadap ring A sehingga lebih memudahkan dalam berinteraksi dengan enzim xantin oksidase. Selain itu juga gugus hidroksil pada flavonoid turut berperan dalam efek penghambatan (Coset al.1998).

Gambar 5 Struktur umum senyawa flavonoid

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan ialah tempuyung, meniran, enzim xantin oksidase, xantin, pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendorf. Alat yang digunakan ialah spektrofotometer.

Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap seperti penentuan kadar air, ekstraksi, uji fitokimia, uji toksisitas A. salina, uji inhibisi terhadap xantin oksidase dan uji statistik. Diagram alir penelitian disajikan dalam Lampiran 1.

Penentuan kadar air

Pinggan porselen dikeringkan pada suhu 105 °C selama 30 menit. Pinggan porselen yang telah dikeringkan kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Serbuk tempuyung kering sebanyak 3 gram dimasukkan ke dalam pinggan porselen, dikeringkan pada suhu 105 °C selama 3 jam lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Serbuk tempuyung kering dalam cawan dikeringkan lagi selama 3 jam pada suhu 105 °C, serta didinginkan dan ditimbang kembali. Prosedur dilakukan secara berulang-ulang hingga diperoleh bobot yang stabil.

Ekstraksi air

Tempuyung dan meniran kering masing-masing diekstrak secara maserasi dengan air, disaring, dan filtrat yang dihasilkan dikeringkan dengan penguap putar hingga diperoleh residu kering.

Ekstraksi etanol

(24)

Ekstraksi flavonoid

Serbuk tanaman kering direndam dalam pelarut metanol-air dengan nisbah 9:1 dan 1:1. Masing-masing ekstrak digabungkan, disaring, dan filtratnya diuapkan dengan penguap putar hingga sepertiganya. Filtrat yang didapat dipartisi dengan menggunakan heksana dan kloroform untuk menghilangkan lemak dan senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran rendah dan diuapkan kembali dengan penguap putar.

Uji fitokimia

Uji alkaloid. Sebanyak 1 g contoh

dilarutkan dalam 10 ml kloroform dan beberapa tetes NH4OH kemudian disaring dan filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 10 tetes H2SO4 2 M dan lapisan asamnya dipisahkan dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan pada lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendorf yang akan menimbulkan endapan warna berturut-turut putih, coklat, dan merah jingga.

Uji triterpenoid dan steroid.Sebanyak 1 g contoh dilarutkan dengan 25 ml etanol panas (50 °C), disaring ke dalam pinggan porselen, dan diuapkan sampai kering. Residu ditambahkan eter dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes serta ditambahkan 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (uji Lieberman-Buchard). Warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan adanya steroid.

Uji saponin dan flavonoid.Sebanyak 1 g masing-masing contoh yang ingin diuji dimasukkan dalam gelas piala, ditambahkan 100 ml air panas, dan dididihkan selama 5 menit. Setelah itu, disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Uji saponin dilakukan dengan pengocokan 10 ml filtrat dalam tabung reaksi tertutup selama 10 detik lalu dibiarkan selama 10 menit. Saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih stabil. Sebanyak 10 ml filtrat lain ditambahkan 0.5 gram serbuk magnesium, 2 ml alkohol klorhidrat (campuran HCl 37% dan etanol 95% dengan perbandingan 1:1), dan 2 ml amil alkohol kemudian dikocok dengan kuat. Terbentuknya warna merah,

kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

Uji tanin. Sebanyak 1 g contoh

ditambah 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, dan disaring. Sebagian filtrat yang diperoleh ditambah larutan besi(III) klorida. Terbentuknya warna hitam kehijauan menunjukkan tanin.

Uji toksisitas ekstrak terhadapA. salina

Kista A. salina ditimbang sebanyak 50 mg, dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air laut yang sudah disaring, dan diaerasi selama 48 jam di bawah pencahayaan lampu agar menetas sempurna. Larva yang sudah menetas diambil untuk digunakan dalam uji toksisitas terhadapA. salina.

Sebanyak 10 ekor larva A. Salina

dimasukkan ke dalam vial yang berisi air laut lalu ditambahkan larutan ekstrak (air, etanol, alkaloid, dan flavonoid) sehingga konsentrasi akhirnya menjadi 1000, 100, dan 10 ppm. Dilakukan dengan bantuan kaca pembesar. Pengolahan persen mortalitas kumulatif digunakan analisis konsentrasi letal 50% (LC50) dengan selang kepercayaan 95% (Lampiran 2).

Pembuatan kurva standar

Larutan substrat (xantin) dibuat pada berbagai konsentrasi (0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, 0.6, 0.7 ppm). Kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 262 nm. Setelah itu dibuat kuva hubungan antara konsentrasi dengan serapan, serta persamaan linearnya. Persamaan linear ini akan digunakan untuk menghitung aktivitas enzim xantin oksidase.

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air

Sampel tempuyung dan meniran yang digunakan pada penelitian ini berbentuk simplisia yang telah kering. Serbuk tempuyung dan meniran ditentukan kadar airnya agar dapat diperkirakan cara penyimpanan terbaik bagi sampel untuk menghindari pengaruh aktivitas mikroba (jamur). Kadar air yang diperoleh dari serbuk tanaman tempuyung dan meniran masing-masing adalah 10.71 dan 8.03% (Lampiran 4). Dari hasil yang didapatkan, meniran relatif stabil dari serangan mikroba karena kadar air yang didapat kurang dari 10%, sedangkan tempuyung mudah terserang mikroba karena kadar airnya lebih besar dari 10%.

Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan berbagai macam pelarut, yaitu air, etanol serta penggunaan metanol dalam mengekstrak senyawa flavonoid. Penggunaan air dimaksudkan untuk melihat toksisitas dan aktivitas inhibisi xantin oksidase karena mengingat biasanya air selalu digunakan oleh masyarakat sebagai pelarut dalam menyeduh dan merebus obat. Rendemen ekstrak air meniran dan tempuyung masing-masing, yaitu 6.49% dan 7.95%. Selanjutnya, pelarut yang digunakan adalah etanol dikarenakan etanol merupakan pelarut yang baik untuk ekstraksi pendahuluan karena etanol memiliki dua gugus yang berbeda kepolarannya, yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat nonpolar. Adanya dua gugus ini diharapkan senyawa dengan tingkat kepolaran yang berbeda akan terekstrak ke dalam etanol. Rendemen ekstrak etanol meniran dan tempuyung masing-masing, yaitu 14.66 dan 17.15%.

Ekstraksi yang dilakukan berikutnya adalah flavonoid dengan menggunakan metanol. Rendemen ekstrak flavonoid meniran dan tempuyung masing-masing, yaitu 9 dan 10%. Pada ekstraksi ini dilakukan partisi cair-cair dengan menggunakan heksana untuk menghilangkan lemak dan kloroform untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran rendah. Proses ekstraksi ini dilakukan untuk melihat aktivitas flavonoid dalam menginhibisi xantin oksidase karena

berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa flavonoid dapat menyembuhkan penderita gout dengan cara penurunan kadar asam urat, yaitu dengan menghambat enzim xantin oksidase (Cos et al. 1998; Hoorn 2002). Beberapa flavonoid terutama luteolin (Cos et al. 1998) dapat bekerja sebagai inhibitor xantin oksidase, selain itu berdasarkan penelitian Lin et al. (2002), kuersetin, myrisetin genistein, dan isovitexin dapat menginhibisi xantin oksidase. Apigenin juga dapat menginhibisi xantin oksidase dengan efek inhibisi yang sebanding dengan alopurinol.

Uji Fitokimia

Senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak tanaman tempuyung dan meniran dapat diketahui melalui uji fitokimia. Uji yang dilakukan meliputi uji flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, steroid, dan triterpenoid. Uji pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya flavonoid di dalam ekstrak dan senyawa-senyawa lain yang kemungkinan berperan dalam menginhibisi xantin oksidase.

Hasil uji fitokimia dari serbuk tempuyung dan meniran (Tabel 1) menunjukkan bahwa serbuk kedua tanaman mengandung tanin dan flavonoid. Akan tetapi intensitas warna senyawa flavonoid dalam ekstrak tempuyung lebih besar dibandingkan dengan meniran. Hal ini diduga karena senyawa flavonoid yang terkandung dalam tempuyung lebih banyak. Selain itu dapat diduga karena jenis flavonoid yang terkandung dalam tempuyung berbeda dengan senyawa flavonoid yang terkandung dalam meniran.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, meniran mengandung flavonoid jenis kuersetin, keursetrin, isokuersetrin, astragalin dan rutin, sedangkan tempuyung mengandung jenis flavonoid kaempferol, luteolin-7-O-glukosida dan apigenin-7-O-glukosida (Chairul 1999). Tabel 2 menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol tempuyung adalah tanin, flavonoid, steroid, dan triterpenoid. Ekstrak etanol meniran juga mengandung senyawa metabolit sekunder yang sama dengan ekstrak etanol tempuyung, kecuali steroid. Ekstrak meniran uji steroid menunjukkan hasil yang negatif terhadap uji steroid.

(26)

tempuyung dan meniran. Dari tabel diketahui bahwa kedua ekstrak tidak hanya mengandung flavonoid tapi juga mengandung tanin. Hal ini diduga karena tanin termasuk senyawa yang memiliki kepolaran tinggi seperti flavonoid, Sehingga tidak hilang pada saat dilakukan partisi (pemisahan) cair-cair untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran rendah.

Tabel 1 Uji fitokimia ekstrak air tempuyung dan meniran

Hasil uji Golongan

senyawa Tempuyung Meniran

Saponin Tanin Flavonoid Steroid Triterpenoid Alkaloid -+ ++ -+ +

-Tabel 2 Uji fitokimia ekstrak etanol tempuyung dan meniran

Hasil uji Golongan

senyawa Tempuyung Meniran

Saponin Tanin Flavonoid Steroid Triterpenoid Alkaloid -+ ++ + + -+ + -+

-Tabel 3 Uji fitokimia ekstrak flavonoid tempuyung dan meniran

Hasil uji Golongan

senyawa Tempuyung Meniran

Saponin Tanin Flavonoid Steroid Triterpenoid Alkaloid -+ ++ -+ +

-Keterangan : tanda (+) menunjukkan tingkat intensitas warna

Uji Toksisitas Larva Udang

A. salina yang digunakan untuk uji toksisitas diperoleh dari hasil penetasan menggunakan air laut dengan bantuan aerator untuk memenuhi kadar oksigen yang terlarut. Gelembung udara yang berasal dari aerator dengan kekuatan sedang juga

berfungsi mengaduk telur sehingga telur tidak mengendap pada dasar wadah yang dapat menyebabkan telur sulit menetas akibat kekurangan oksigen.

Larva yang digunakan berumur 48 jam. Pada umur tersebut, larvaA. salina bersifat peka. Hal ini disebabkan membran sel larva masih lunak sehingga memudahkan senyawa asing dalam air laut masuk ke dalam tubuh larva dan menyebabkan kematian. Pemeriksaan toksisitas pada larva udang merupakan pemeriksaan toksisitas awal yang diperlukan untuk mengetahui berapa konsentrasi yang dapat menyebabkan keracunan. Tingkat konsentrasi yang dapat menyebabkan keracunan dapat ditentukan, salah satunya dengan letal konsentrasi 50% (LC50). LC50 adalah konsentrasi dari suatu bahan yang menyebabkan 50% kematian dalam suatu populasi. LC50dapat digunakan untuk menentukan toksisitas awal dari suatu zat. Data mortalitas hewan uji yang diperoleh dapat diolah untuk mendapatkan nilai LC50dengan selang kepercayaan 95% dengan menggunakan metode analisis probit. Pengujian toksisitas yang dilakukan terhadap tiap ekstrak diperoleh hasil seperti ditunjukkan dalam Tabel 4. Nilai LC50 masing-masing ekstrak ini menjadi batas penentuan ragam konsentrasi pada uji aktivitas xantin oksidase, mengingat dalam formula obat akan lebih aman jika dibuat di bawah LC50-nya.

Tabel 4 Nilai LC50 ekstrak tempuyung dan meniran terhadap A.salina

Ekstrak LC50 (ppm)

Air meniran Air tempuyung Etanol meniran Etanol tempuyung Flavonoid meniran Flavonoid tempuyung 1520.4361 1252.9093 1533.1764 1942.7612 1379.4716 2281.1349

Uji Inhibisi Ekstrak Kasar terhadap Aktivitas Xantin Oksidase

(27)

melihat pengaruh inhibisi ekstrak tersebut terhadap aktivitas enzim.

Uji enzimatik dilakukan pada kondisi optimum (Iswantini & Darusman 2003), yaitu pada suhu inkubasi 20 C, pH 7.5, konsentrasi xantin oksidase 0.1 unit/ml, konsentrasi xantin 0.7mM, waktu inkubasi 45 menit, dan pada panjang gelombang 262 nm. Serapan UV yang terukur merupakan serapan sisa xantin yang tidak terkonversi menjadi asam urat. Serapan ini nantinya dapat diubah menjadi konsentrasi xantin berdasarkan pada persamaan linier kurva standar yaitu y = 0.2147 + 1.5299x (Lampiran 6), dengan diperolehnya konsentrasi xantin yang bereaksi maka akan diketahui seberapa besar aktivitas enzim xantin oksidase dalam mengubah xantin menjadi asam urat sekaligus dapat ditentukan seberapa persen inhibisi ekstrak yang diujikan terhadap enzim xantin oksidase. Daya hambat ekstrak kasar diilustrasikan dalam bentuk persen inhibisi yang diperlihatkan pada gambar 6-12.

Daya inhibisi seluruh ekstrak tempuyung dan meniran baik dengan menggunakan pelarut air, etanol atau metanol menunjukkan bahwa semua ekstrak tempuyung dan meniran dapat menghambat xantin oksidase karena aktivitas ekstrak lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas blangko atau kontrol negatif (Lampiran 7). Hasil penelitian yang didapat membuktikan penelitian sebelumnya bahwa kandungan flavonoid yang terdapat pada tempuyung dan meniran dapat menginhibisi enzim xantin oksidase penyebab asam urat (Chairul 1999). Gambar 6 dan 7 menunjukkan daya inhibisi ekstrak air tempuyung dan meniran. Ekstrak air meniran menunjukkan daya inhibisi yang jauh lebih besar (41.68%) dibandingkan dengan ekstrak air tempuyung (14.76%) pada konsentrasi 125 ppm. Air merupakan pelarut yang bersifat polar sehingga akan mengekstrak senyawaan polar. Data ilmiah mengenai kandungan flavonoid dan senyawa-senyawa lain dari ekstrak air kedua tanaman masih belum ditemukan, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan kimia dari ekstrak air tempuyung dan meniran yang berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase.

Gambar 6 Persen inhibisi dari ekstrak air meniran terhadap enzim xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi.

Gambar 7 Persen inhibisi dari ekstrak air tempuyung terhadap enzim xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi.

Kandungan flavonoid yang terdapat di dalam ekstrak etanol meniran, yaitu kuersetin, rutin, dan leukodelfinidin (BPOM 2004). Berdasarkan penelitian Nagao et al.

(1999), kuersetin dan rutin merupakan golongan flavonoid yang dapat menginhibisi enzim xantin oksidase. Kandungan flavonoid yang terdapat di dalam ekstrak etanol tempuyung ialah flavonoid dengan komponen utama glukosilluteolin, 7-glukosilapigenin, dan kaempferol. Jenis-jenis flavonoid seperti apigenin, luteolin, kuersetin dan kaempferol mempunyai potensi cukup baik untuk menginhibisi kerja enzim xantin oksidase, sedangkan turunan flavonoid seperti 7-glukosilapigenin memiliki daya inhibisi lebih rendah dibandingkan dengan flavonoid aslinya, yaitu apigenin (Naganoet al. 1999; Cos et al. 1998).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Kuersetin memilki daya inhibisi yang lebih besar terhadap xantin oksidase dibanding kan dengan kaempferol (Naganoet al. 1999) dan rutin juga berpotensi sebagai inhibitor terhadap enzim xantin oksidase. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil yang didapat yang ditunjukkan pada Gambar 8 dan 9. Dari gambar tersebut terlihat bahwa

5.1 9.53 11.2 12.79 14.76

0 10 20

25 50 75 100 125 Konsentrasi ekstrak air tempuyung

(ppm) % in h ib is 20.48 23.91 28.26 41.68 45.86 0 10 20 30 40 50

50 75 100 125 150 Konsentrasi (ppm)

%

inh

(28)

daya inhibisi ekstrak etanol meniran pada konsentrasi 150 ppm (53.71%) jauh lebih besar dibandingkan daya inhibisi ekstrak etanol tempuyung pada konsentrasi 200 ppm (11.13%). Besarnya daya inhibisi ekstrak etanol meniran dibanding dengan ekstrak etanol tempuyung juga dipengaruhi oleh senyawaan lain selain flavonoid yang dapat menghasilkan efek sinergis yang lebih baik daripada ekstrak etanol tempuyung. Berdasarkan penelitian sebelumnya, meniran mengandung senyawa-senyawa kimia golongan lignan antara lain, filantin, hipofilantin, niranin, nirtetralin, dan fitetralin (Chairul 1999). Selain itu, meniran juga mengandung tanin dan triterpenoid.

Gambar 8 Persen inhibisi dari ekstrak etanol meniran terhadap enzim xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi.

Gambar 9 Persen inhibisi dari ekstrak etanol tempuyung terhadap enzim xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi.

Daya inhibisi yang kecil dari ekstrak flavonoid meniran dan tempuyung (Gambar 10 dan 11) dikarenakan kedua ekstrak tersebut hanya mengandung flavonoid dengan kadar rendah dan senyawaan yang memiliki kepolaran yang besar. Hal ini disebabkan pada proses ekstraksi dilakukan partisi atau pemisahan dengan heksana dan kloroform, sedangkan ekstrak etanol dan air tidak dilakukan partisi sehingga senyawa yang bersifat inhibitor banyak terkandung dalam ekstrak etanol dan air. Berdasarkan hasil yang didapat, flavonoid yang terkandung di dalam tempuyung dan

meniran memiliki efek inhibisi xantin oksidase walaupun tidak terlalu besar. Hal ini diduga karena kadar flavonoid yang relatif kecil di dalam ekstrak.

Berdasarkan penelitian Chairul (1999), flavonoid yang terkandung di dalam tempuyung adalah apigenin-7-O-glukosida, sedangkan meniran adalah kuersetin dan kuersetrin. Dari gambar (Gambar 10 dan 11) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi yang sama, ekstrak flavonoid meniran memiliki daya inhibisi (7.73%) yang tidak berbeda jauh dibandingkan dengan ekstrak flavonoid tempuyung (7.78%), yaitu pada konsentrasi 150 ppm. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa turunan flavonoid memiliki daya inhibisi yang lebih rendah dibanding kandungan flavonoid asli. Ketidaksesuaian hal ini dengan hasil yang didapat diduga karena sedikitnya kadar kuersetin dan kuersetrin yang terkandung di dalam meniran.

Gambar 10 Persen inhibisi dari ekstrak flavonoid meniran terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi.

Gambar 11 Persen inhibisi dari ekstrak flavonoid tempuyung terhadap xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi.

Gambar 12 menunjukkan daya inhibisi pada konsentrasi terbesar tiap ekstrak dan kontrol positif (dengan penambahan alopurinol). Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa ekstrak etanol dan air meniran memiliki daya inhibisi yang lebih besar dibandingkan ekstrak etanol dan air tempuyung. Hal ini dikarenakan di dalam 3.76 4.22

7.69 6.27 7.78 11.13

0 5 10 15

75 100 125 150 175 200 Konsentrasi ekstrak etanol tempuyung

(ppm) % in hi bi si 1.5 3.14 3.89 4.85 7.73 0 5 10

50 75 100 125 150 Konsentrasi ekstrak flavonoid meniran (ppm)

% in h ib isi 17.51 23.74 31.43 43.26 53.71 0 20 40 60

50 75 100 125 150 Konsentrasi ekstrak etanol meniran (ppm)

%

in

h

ibi

si

5.18 5.39 7.69 7.78

10.74 11.2

0 5 10 15

75 100 125 150 175 200 Konsentrasi ekstrak flavonoid t empuyung

(29)

ekstrak meniran terkandung lebih banyak senyawa-senyawa yang bersifat menghambat dibandingkan dengan ekstrak tempuyung. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa-senyawa kimia dalam ekstrak meniran selain flavonoid yang dapat berperan aktif dalam menghambat xantin oksidase. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Umaheswari et al. 2007), selain kandungan flavonoid, senyawa-senyawa seperti triterpenoida, lignan, alkoloid dan diterpen yang terdapat dalam tanaman Vitex negundo atau saponin dan polifenol yang terdapat pada tanaman

Coccinia grandisdapat berperan juga dalam menghambat xantin oksidase. Kedua tanaman ini dengan menggunakan pelarut metanol dan air dapat menginhibisi xantin oksidase secarain vitro dengan daya inhibisi lebih dari 50% pada konsentrasi 100 ppm.

Daya inhibisi rerata yang paling besar terdapat pada ekstrak etanol meniran dengan persen inhibisi 53.71% pada konsentrasi 150 ppm (Gambar 11). Pada konsentrasi yang sama, daya inhibisi ekstrak etanol meniran lebih besar bila dibandingkan dengan daya inhibisi ekstrak etanol seledri yang diteliti sebelumnya, yaitu 29.83% (Rhamdani 2004). Disamping itu, masih dalam konsentrasi yang sama, daya inhibisi ekstrak etanol meniran (53.71%) masih lebih kecil dibandingkan dengan daya inhibisi alopurinol (74.40%) sebagai kontrol positif, namun ekstrak etanol meniran masih dapat dikatakan berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase karena daya inhibisinya lebih besar dari 50% (Noro et al. 1983). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui khasiat ekstrak meniran atau tempuyung dalam menginhibisi xantin oksidase secara

in vivo. Berdasarkan kandungan flavonoidnya, tanaman yang telah diuji khasiatnya dalam menginhibisi xantin oksidase secara in vivo adalah seledri dan sidaguri yang dipatenkan pada tahun 2004 (Iswantini et al. 2004). Gabungan kedua tanaman ini menunjukkan efek yang signifikan dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah tikus selama satu minggu. Selain gabungan ekstrak seledri dan sidaguri, Vitex negundo dan Coccinia grandis (tanaman asli India) juga memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah tikus (Umaheswariet al. 2007).

Gambar 12 Persen inhibisi terbaik dari seluruh ekstrak dan kontrol positif terhadap xantin oksidase. Data yang diperoleh kemudian ditentukan kurva estimasinya dengan menggunakan program SPSS. Dari pengujian didapatkan bahwa daya inhibisi ekstrak etanol meniran memiliki R sebesar 97.5% pada kurva linear sehingga Persamaan yang digunakan adalah persamaan linier.

Tabel 6 Persamaan linear ekstrak tempuyung dan meniran

Dari persamaan yang digunakan maka dapat ditentukan nilai IC50 dari masing-masing ekstrak. IC50 merupakan nilai konsentrasi minimum ekstrak yang dapat menginhibisi enzim sampai 50% (Beheraet al. 2003). Tabel 7 Nilai IC50 dari ekstrak tempuyung

dan meniran

Ekstrak IC50 (ppm)

Air tempuyung Air meniran Etanol tempuyung Etanol meniran Flavonoid tempuyung Flavonoid meniran 512.18 165.58 893.28 143.57 929.57 902.56 Ekstrak Persamaan Air tempuyung Air meniran Etanol tempuyung Etanol meniran Flavonoid tempuyung Flavonoid meniran

Y = 3.904 + 0.09x Y = 4.632 + 0.274x Y = -0.917 + 0.057x Y = -2.834 + 0.368x Y = 0.733 + 0.053x Y = -1.446 + 0.057x

45.86 14.76 7.73 11.2 53.71 11.13 74.4 0 10 20 30 40 50 60 70 80

A B C D E F G

%

inhibis

i

(30)

Tabel 7 memuat nilai konsentrasi dari seluruh ekstrak yang dapat menginhibisi enzim xantin oksidase dengan persen inhibisi sebesar 50%. Dari tabel diketahui bahwa ekstrak etanol meniran yang paling efektif dalam menghambat xantin oksidase karena memiliki nilai IC50 yang paling kecil diantara ekstrak-ekstrak lain, yaitu 143.57 ppm yang artinya dengan konsentrasi 143.57 ppm dapat menghambat enzim sampai 50%.

Uji Statistik

Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik, yaitu uji beda perlakuan, dengan menggunakan uji F. Uji ini dilakukan untuk menguji apakah tiap perlakuan memiliki perbedaan yang nyata (Hanafiah 2005), dalam hal ini yaitu daya inhibisi terhadap aktivitas enzim xantin oksidase. Perlakuan yang dibandingkan adalah ekstrak air, etanol, dan flavonoid pada konsentrasi terbesar dari kedua tanaman, serta perlakuan dengan kontrol negatif dan kontrol positif. Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 8) diketahui bahwa ekstrak air dan etanol meniran memiliki daya inhibisi yang berbeda nyata terhadap ekstrak air dan etanol tempuyung. Hal ini terjadi karena daya inihibisi ekstrak air dan etanol meniran jauh lebih besar dibandingkan dengan air dan etanol tempuyung. Ekstrak flavonoid tempuyung juga memiliki daya inhibisi yang berbeda nyata dengan daya inhibisi flavonoid meniran karena daya inhibisi ekstrak flavonoid tempuyung sedikit lebih besar dibandingkan daya inhibisi flavonoid meniran. Uji beda perlakuan terhadap ekstrak etanol meniran, ekstrak air tempuyung, kontrol negatif dan kontrol positif menyatakan bahwa semua ekstrak memberikan pengaruh daya inhibisi yang berbeda nyata.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak tempuyung dan meniran dapat menghambat kerja xantin oksidase dalam mengubah xantin menjadi asam urat. Daya inhibisi maksimum ekstrak air, etanol, dan flavonoid tempuyung berturut-turut, yaitu 14.46% (125 ppm), 11.2% (200 ppm), dan 11.13% (200 ppm), sedangkan daya inhibisi maksimum ekstrak air, etanol, dan flavonoid

meniran berturut-turut, yaitu 45.86%(150 ppm), 7.73% (150 ppm) dan 53.71% (150 ppm). Dari seluruh ekstrak tempuyung dan meniran, ekstrak etanol meniran memiliki daya inhibisi terbesar, yaitu sebesar 53.71%. Berdasarkan hasil ini terbukti bahwa meniran berpotensi sebagai inhibitor terhadap enzim xantin oksidase karena memiliki daya inhibisi di atas 50%. Bobot meniran yang dibutuhkan untuk menginhibisi xantin oksidase sampai 53.73% adalah 0.004 g. Berdasarkan uji statistik, daya inhibisi yang dimiliki oleh kontrol negatif, kontrol positif, ekstrak etanol, air dan flavonoid dari tempuyung dan meniran memiliki daya inhibisi yang berbeda nyata.

Saran

Perlu dilakukan pengujian toksisitas lanjutan dengan menggunakan hewan lain, seperti tikus atau hewan lainnya untuk mengetahui konsentrasi yang aman digunakkan sebagai obat, selain itu juga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji daya inhibisi ekstrak tempuyung dan meniran secara in vivo dan senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak, yang secara khusus berpotensi menghambat aktivitas xantin oksidase. Salah satunya yaitu dengan dilakukannya fraksinasi, analisis ultraviolet, inframerah dan analisis NMR.

DAFTAR PUSTAKA

Bermawie N. 2006. Mengatasi demam berdarah dengan tanaman obat.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28:26. http:// www. litbang. deptan.go.id/berita/one/196/. [31 Agu 2007]

Chairul. 1999. Tempuyung untuk

Menghadang Asam urat. www. indomedia.

com/intisari/1999/juni/tempuyung.htm [21 Mei 2007].

(31)

Filha ZSF, Vitolo IF, Fietto LG, Lombardi, Guimaraes S. 2006. Xanthine oxidase inhibitory activity of Lychnophora

species from Brazil (“Arnica”). J Ethnopharmacol 107:79-82.

Hanafiah KA. 2005.Rancangan Percobaan Aplikatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Haryati N. 1994. Pengaruh daun Sonchus arvensis. terhadap kecepatan pengendapan asam urat [Tesis]. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Hidayat R. 2007. Kinetika inhibisi flavonoid dalam sidaguri (Sida rhombifolia) terhadap aktivitas enzim xantin oksidase [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

.

Iswantini D, Darusman LK. 2003. Effect of sidaguri as an uric acid lowering agent on the activity of oxidase enzyme.

Proceeding of International Symposium on Biomedicine, 18-19th 2003. Biopharmacia Research Center, Bogor Agricultural University. Hlm 89-93

Iswantini. 2003. Bioprospeksi sidaguri (Sida rhombifolia) dan seledri (Apium graveolens): formula obat gout dan aktivitas inhibisinya terhadap xantin oksidase. Laporan Riset Unggulan Terpadu Bidang Lingkungan. Kementrian Riset dan Teknologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Iswantini D, Darusman LK, Rahminiwati M, Iskandar, Heryanto R, penemu; Institut Pertanian Bogor. 2 Agustus 2004. Formula ekstrak gabungan

Apium graveolens dan Sida

rhombifolia. sebagai fitofarmaka untuk penyakit gout: inhibitor xantin oksidase. ID P00200400339

Iswantini et al. 2005. Sidaguri (Sida rhombifolia) and seledri (Apium graveolens) as anti gout: in vitro, In vivo assay and bioactive coumponds. Di dalam: Suitable Management and Utilization of Medical Plant Resources. Proceedings of the International Converence on Medical Plants; Kuala Lumpur, 5-7 December

2005. Malaysia: Universiti Putra Malaysia dan Jabatan Perhutanan Semenanjung Malaysia. 2006. hlm 242-253

Johnstone A. 2005. Gout; the disease and non-drug treatment. Hospital Pharm. 12:391-393

Luck A, Simkin PA..2005. Epidemiology of hyperuricemia and gout. The American Journal of Managed care. 11: 15

Kong LD, Cai C, Huang W, Cheng CHK, Tan RX. 2000. Inhibition of xanthine oxidase by some Chinese medicinal

Plants Used to Treat Gout. J

Ethnopharmacol. 73: 199-207 Lin CM, Chen CS, Chen CT, Liang YC dan

Lin JK. 2002.Molecular modeling of flavonoids that inhibits xanthine oxidase. Biochemical and Biophysical Research Communications. 294:167-172

Suprapto. 2005.Meneliti Khasiat Tanaman Obat. http://www.republika. co.id/ suplemen/cetak_detail.asp?mid=2& id =215847&kat_id = 105&kat_id1 =150 &kat_id2=207. [31 Agu 2007] Nakanishi T, Nishi M dan Inada A. 1990.

Two new potent inhibitors of xhantine oxidase from leaves of Perilla frustescen Britton var acuta Kudo.

Chem. Pharm. Bull. 38:17724 Nurdiana dan Kalsum U. 2001. Flavonoid

Meniran (Phyllantus niruri) sebagai Antioksidan pada Kerusakan Hepar Akibat Radikal Bebas. Malang: Universitas Brawijaya

Noro T, Oda Y, Miyase T, Ueno A, Fukushima S. 1983. Inhibition of xhantine oxidase from the flowers and

Buds of Daphne genkwa. Chem

Pharm Bull. 31:3984-3987.

Owen P dan Johns T. 1999. Xanthine oxidase inhibitory activity of northeastern north American plant

remedies used for gout. J

Ethnopharmacol. 64:149-160

(32)

[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor

Rosita SMD dan H Moko.1993. Kumis

kucing, cabe jawa dan tempuyung. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 9(1):11-13

Schemeda HG, Theoduloz C, Fransco L, Ferro E, Arias AR. 1987. Preliminary pharmalogical studies on eugenia uniflora leaves: xanthine oxidase inhibitory activity. J Ethnopharmacol. 21(2):183-186.

Theo. Edisi 7 Desember 02-Januari 03. Tanaman Obat Utama Penyembuh Rematik dan Asam Urat Tinggi.

Herba. Hlm 5-7

Umamaheswari et al.. 2007. Xanthine oxidase inhibitory activity of some

indian medical plant. J

Ethnopharmacol Communication

109:547-551

(33)
(34)

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Uji pada tempuyung dan meniran

Serbuk tempuyung dan meniran

Penentuan kadar air

Ekstrak air Ekstrak etanol Ekstrak metanol

Uji larva udang

Uji inhibisi enzim Uji Fitokimia

Diekstrak dengan air, etanol dan metanol

Uji Fitokimia

Uji larva udang

Uji inhibisi enzim

Ekstrak heksana

Ekstrak metanol

Ekstrak kloroform

Ekstrak metanol heksana

Ekstrak flavonoid

Uji larva udang

(35)

Lampiran 2 Uji toksisitas dengan larva udang A. salina L Pembuatan ekstrak 2000 ppm

Penetasan KistaA.salinaL

Pengujian terhadap larva Konsentrasi ekstrak 1000 ppm

25 ml air laut

0.05 mg ekstrak

Vial ukuran 25 ml

50 mg Telur A. salina

Wadah berisi air laut

Larva udang Lampu neon dan aerator

48 jam

Vial ukuran 2000 l

+ 10 larva udang

1)

+ 1000 l ekstrak2)

(36)

Vial ukuran 2000 l + 10 larva udang 1) Diisi 1900 l air laut

+ 100 l ekstrak2) Lanjutan lampiran 2

Konsentrasi ekstrak 100 ppm

Konsentrasi ekstrak 10 ppm

Vial ukuran 2000 l + 10 larva udang

1) Diisi 1990 l air laut

(37)

Lampiran 3 Uji inhibisi aktivitas xantin oksidase

1 Ekstrak

3

1 ml xantin 2.1

mM

2Buffer fosfat 0.05 M

5

0.1 ml xantin oksidase 0.1 unit/ml

6

Inkubasi pada pH 7.5, suhu 20°C selama 45 menit

8

diukur serapannya pada 262 nm

7

HCl 0.58 M 1 ml 4

(38)

Lampiran 4 Kadar air tempuyung dan meniran

Kadar air meniran Ulangan ke Bobot pinggan kosong (g) Bobot sampel Bobot pinggan + sampel kering Bobot sampel kering (g) Kadar air (%b/b) Kadar air rerata (% b/b) 1 2 3 10.8613 3.1450 3.1282 2.9714 2.9913 3.0084 13.6137 5.8894 5.8845 2.7524 2.7440 2.7523 7.32 8.27 8.51 8.03

Kadar air meniran Ulangan ke Bobot pinggan kosong (g) Bobot sampel Bobot pinggan + sampel kering Bobot sampel kering (g) Kadar air (%b/b) Kadar air rerata (% b/b) 1 2 3 3.1140 3.0766 3.0697 3.0390 3.1408 2.9925 5.8246 5.8809 5.7449 2.7106 2.8043 2.6752 10.81 10.71 10.60 10.71

Contoh perhitungan (ulangan 1 pada meniran)

Kadar air =

a b a−

dengan

a = bobot contoh sebelum dikeringkan (g)

b = bobot contoh setelah dikeringkan (g)

Kadar air =

2.9714 2.7524

2.9714− × 100%

(39)

Lampiran 5 Aktivitas ekstrak tempuyung dan meniran terhadap larva A. Salina setelah 24 jam Jumlah larva yang mati

Bahan Uji Konsentrasi

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

(40)

y = 1.5299x + 0.2147

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

0 0.2 0.4 0.6 0.8

Konsentrasi substrat (mM)

S

er

apan

Lampiran 6 Pembuatan kurva standar Konsentrasi Xantin

(ppm)

Absorban

0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

0.003 0.379 0.677 0.8 0.861 0.991 1.133 1.157 = 262

Kondisi optimum

Waktu inkubasi 45 menit suhu inkubasi 20 C, pH inkubasi 7.5, konsentrasi xantin oksidase 0.1 unit/ml, konsentrasi xantin total 0.7 mM dan panjang gelombang maksimum 262 nm

(41)

Lampiran 7 Data hasil uji enzimatis berbagai ekstrak

Blangko

Ulangan ke Serapan Aktivitas (mM/L menit)

1 2 0.096 0.086 173.2333 174.2489 Rearata 173.7411

Ekstrak air tempuyung Konsentrasi

(ppm)

Ulangan ke Serapan Aktivitas

(mM/L menit) Rerata aktivitas (mM/L menit) 25 50 75 100 125 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 0.147 0.154 0.214 0.193 0.237 0.237 0.244 0.241 0.281 0.251 165.3892 164.3724 155.6572 158.7072 156.2382 152.3164 151.2996 151.7354 145.9253 150.2829 164.8809 157.1824 154.2773 151.5175 148.1041

Ekstrak air meniran Konsentrasi

(ppm)

Ulangan ke Serapan Aktivitas

(mM/L menit) Rerata aktivitas (mM/L menit) 50 75 100 125 150 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 0.330 0.339 0.381 0.370 0.454 0.401 0.566 0.610 0.626 0.650 138.8079 137.5006 131.4 132.9978 120.7966 128.495 104.5283 98.1371 95.81309 92.32702 138.15427 132.1990 124.6458 101.3327 94.07

Ekstrak etanol tempuyung

Konsentrasi (ppm)

Ulangan ke Serapan Aktivitas

(42)

Lanjutan ekstrak etanol tempuyung

Ekstrak etanol meniran Konsentrasi

(ppm)

Ulangan ke Serapan Aktivitas

(mM/L menit) Rerata aktivitas (mM/L menit) 50 75 100 125 150 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 0.293 0.305 0.365 0.382 0.477 0.454 0.633 0.581 0.713 0.751 144.1823 142.4392 133.7241 131.2548 117.4558 120.7966 94.79632 102.3495 83.1761 77.6565 143.3107465 132.4894147 119.1262 98.57289 80.41629

Ekstrak flavonoid tempuyung Konsentrasi

(ppm)

Ulangan ke Serapan Aktivitas

(mM/L menit) Rerata aktivitas (mM/L menit) 75 100 125 150 175 200 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 0.155 0.148 0.169 0.139 0.188 0.175 0.187 0.178 0.218 0.218 0.228 0.129 164.2271 165.2439 162.1936 166.5512 159.4338 161.3221 159.5791 160.8863 155.0762 155.0762 153.6237 154.931 164.7355 164.3724 160.3779 160.2327 155.0762 154.2773 Konsentrasi (ppm)

Ulangan ke Serapan Aktivitas

(43)

Ekstrak flavonoid meniran Konsentrasi

(ppm)

Ulangan ke Serapan Aktivitas

(mM/L menit) Rerata aktivitas (mM/L menit) 50 75 100 125 150 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 0.112 0.103 0.114 0.14 0.132 0.14 0.148 0.147 0.183 0.181 170.4730 171.7803 170.1825 166.4059 167.568 166.4059 165.2439 165.3892 160.1601 160.4506 171.1266 168.2942 166.9869 165.3165 160.3053 Contoh perhitungan blanko

Y = 0.2147 + 1.5299x 0.093 = 0.2147 + 1.5299x

x = -0.07955

xantin total 0.7 mM

Xantin yang bereaksi = 0.7 – (-0.07955)

= 0.77955

Aktivitas xantin oksidase =

(menit) inkubasi x waktu (L) enzim Volume (mM) bereaksi yang xantin

Aktivitas xantin oksidase blanko =

menit 45 x 0.1 1000 x mM 0.77955 L

= 173.2333 mM/L menit

Aktivitas xantin oksidase rerata = ½ (173.2333 + 174.2489)

= 173.7411 mM/L menit

Ekstrak etanol meniran Y = 0.2147 + 1.5299x 0.293 = 0.2147 + 1.5299x

x = 0.0511

sisa xantin = 0.7 - 0.0511

= 0.6488

Aktivitas xantin oksidase = 0.6488 mM

1 x 10-4 L x 45 menit

(44)

Persen inhibisi = Aktivitas xantin oksidase blanko – Aktivitas xantin oksidase rerata ekstrak

Aktivitas xantin oksidase blanko

Persen inhibisi = 173.7411 – 141.3107 x 100 %

(45)

Lampiran 8 Perhitungan statistik ekstrak tempuyung dan meniran

a. Ekstrak air

Daya inhibisi (%) ekstrak air terhadap aktivitas xantin oksidase Tanaman

Ulangan

Tempuyung Meniran

Yj

1 16.0096 44.853 60.8626

2 13.5019 46.8594 60.3613

Yi 29.5115 91.7124 121.224

Analisis sidik ragam daya inhibisi ekstrak air terhadap aktivitas xantin oksidase

Sumber keragaman db JK KT F-hitung F-tabel

Perlakuan 1 967.24 967.2395 375.096 18.5

Galat 2 5.1573 2.5786

Total 3 972.3968

H0 : 1 = 2 (semua perlakuan memberikan daya inhibisi yang sama terhadap aktivitas xantin oksidase)

H1 : i j (paling sedikit ada satu pasang perlakuan yang memberikan daya inhibisi yang berbeda terhadap aktivitas xantin oksidase)

FK =

r

p

Y

2

..

= 1x2

2 121.2239

= 3673.809

JKP =

FK

r

Yi

Σ

2

=

2

2 91.7124 2

29.51148 +

- 3673.809 = 967.2395

JKT =

ΣΣ

Yij2 – FK = (16.212 + … + 46.71242) – 3673.809 = 972.3968 JKG = JKT – JKP = 176.6407 – 159.7536 = 16.8871

KTP =

dbp

JKP

= 1 967.2395

= 967.2395

KTG =

dbg

JKG

= 2 5.1573

= 2.5786

F hitung =

KTG

KTP

=

2.5786 967.2395

= 375.096

F0,05(1,2) = 18.5

Fhitung > Ftabel Kesimpulan : Tolak H0 (berarti ekstrak air tempuyung dan meniran memberikan pengaruh daya inhibisi yang berbeda nyata terhadap aktivitas xantin oksidase)

b. Ekstrak etanol

Daya inhibisi (%) ekstrak etanol terhadap aktivitas xantin oksidase Tanaman

Ulangan

Tempuyung Meniran

Yj

1 10.9938 52.1264 63.1198

2 12.8331 55.3034 68.1365

(46)

Analisis sidik ragam daya inhibisi ekstrak etanol terhadap aktivitas xantin oksidase

Sumber keragaman db JK KT F-hitung F-tabel

Perlakuan 1 1747.36 1747.36 518.6734 18.5

Galat 2 6.7381 3.3689

Total 3 1754.1

Fhitung > Ftabel Kesimpulan : Tolak H0 (berarti ekstrak etanol etanol tempuyung dan meniran memberikan pengaruh daya inhibisi yang berbeda nyata terhadap aktivitas xantin oksidase)

c. Ekstrak flavonoid

Daya inhibisi (%) ekstrak flavonoid terhadap aktivitas xantin oksidase Tanaman

Ulangan

Tempuyung Meniran

Yj

1 8.151286 7.8169 15.96819

2 7.39886 7.6497 15.04856

Yi 15.55015 15.4666 31.01675

Analisis sidik ragam daya inhibisi ekstrak flavonoid terhadap xantin oksidase

Sumber keragaman db JK KT F-hitung F-tabel

Perlakuan 1 0.001745 0.001745 0.011749 18.5

Galat 2 0.297051 0.148525

Total 3 0.298796

Fhitung < Ftabel Kesimpulan : Terima H0 (berarti ekstrak flavonoid tempuyung dan meniran memberikan pengaruh daya inhibisi yang tidak berbeda nyata terhadap aktivitas xantin oksidase)

d. Uji statistika daya inhibisi maksimum dari ekstrak tempuyung dan meniran terhadap kontrol negatif dan positif

Perlakuan:

I : tanpa penambahan ekstrak (kontrol negatif) II : penambahan ekstrak air tempuyung 125 ppm III : penambahan ekstrak etanol meniran 150 ppm IV : penambahan allopurinol 150 ppm (kontrol positif)

Daya inhibisi (%) sample terhadap aktivitas xantin oksidase Perlakuan Ulangan

I II III IV

Yj

1 0.00 16.0096 52.12644 75.7861 143.9221

2 0.00 13.5019 55.30335 73.0272 141.8324

Yi 0.00 29.5115 107.4298 148.813 285.7546

µ 0.00 14.7557 53.7149 74.4067

Analisis sidik ragam daya inhibisi sampel terhadap aktivitas xantin oksidase Sumber

keragaman

db JK KT Fhitung Ftabel

Perlakuan 3 7071.78 2357.261 785.985 6.59

Galat 4 11.9965 2.999

Total 7 7083.78

H0 : 1 = 2 = 3 = 4 (semua perlakuan memberikan daya inhibisi yang sama terhadap aktivitas xantin oksidase)

(47)

FK =

r

p

Y

2

..

=

(4x2) 2 (285.7546)

= 10207

F hitung =

KTG

KTP

=

2.9999 2537.261

Gambar

Gambar 1  Tempuyung (Sonchus arvensis).
Gambar 1  Tempuyung (Sonchus arvensis).
Gambar 2  Meniran (Phyllanthus niruri).
Gambar 3  Skema reaksi xantin oksidaseyang mengkonversihipoxantin menjadi xantin danasam urat.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan zakat sarang burung walet masih jauh dari ketentuan hukum Islam, Pelaksanaan zakat hasil usaha penangkaran burung walet di Kecamatan Tembilahan mengeluarkan

Dari penelitian ini teridentifikasi terdapat 9 faktor yang mempengaruhi kompetensi manajemen kontraktor jalan, Melalui metode CSI diketahui nilai

Asisten Tata Usaha &amp; Umum Bertanggung jawab pada penggajihan/upah Karyawan/Staff dan yang mengelola bidang. Pengadaan, Keuangan dan

Tagline “Perekat Komunitas Jawa Tengah” mencerminkan keinginan Suara Merdeka tetap berbasis pada pasar Jawa Tengah, namun tidak kehilangan pembaca yang mementingkan

Dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maka persepsi mahasiswa semester 4 yang belum menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi dan mahasiswa

Penelitian sebelumnya tentang potensi sampah perkotaan mengenai klasifikasi sampah kota berdasarkan kandungan holoselulosa di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Berdasarkan analisis Galtung yang membagi kekerasan menjadi dua yaitu kekerasan struktural dan kekerasan personal inilah, peneliti akan mengkaji dua bentuk kekerasan

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menentukan arahan pengendalian kegiatan informal di sekitar kawasan