• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi alokasi modal portofolio pemasaran produk dengan pendekatan minimisasi risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi alokasi modal portofolio pemasaran produk dengan pendekatan minimisasi risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO

PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN

MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN

SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR

SKRIPSI

MARIA MONTESORI H34066077

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

MARIA MONTESORI. H34066077. 2009. Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan NARNI FARMAYANTI).

Revitalisasi pertanian yang menjadi program pemerintah telah turut mendorong bergeraknya sektor pertanian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor pertanian sebesar 1,3 dari 6.5 persen total Produk Domestik Bruto tahun 2007 (BPS, 2007). Berbagai program Departemen Pertanian terlihat berlomba serius dalam mencapai tujuan revitalisasi pertanian, salah satunya gerakan “Go Organic 2010” yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (ecoagribusiness), apalagi adanya perubahan preferensi masyarakat terhadap pola hidup sehat (back to nature) juga mendorong berkembangnya trend industri pertanian yang bersifat ramah lingkungan.

Lembaga Pertanian Sehat (LPS) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri pertanian ramah lingkungan, Jenis-jenis produk yang telah dipasarkan oleh LPS sampai tahun 2008 adalah sebagai berikut : beras SAE (sehat, aman dan enak; beras bebas pestisida ), OFER (organik fertilizer) dan Top Soil, PASTI (insektisida nabati) dan Bio Mentari (pupuk organik cair), dan VIR (Vitura dan Virexi). Melalui modal yang terbatas, LPS mengalokasikan modal yang tersedia untuk kegiatan diversifikasi/portofolio pemasaran produknya. Portofolio pemasaran produk yang dilakukan LPS meningkatkan penerimaan, dan yang utama untuk menekan fluktuasi/risiko penerimaan. Pengalokasian modal yang tidak optimal dapat meningkatkan risiko portofolio pemasaran, oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan usaha, LPS perlu melakukan optimalisasi untuk menganalisis kebijakan diversifikasi yang dilakukan, sehingga dapat diketahui apakah proporsi alokasi modal yang telah dilakukan dalam portofolio pemasaran sudah optimal dan apakah mampu meminimumkan risiko portofolio pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko portofolio pemasaran produk LPS dengan pendekatan single-index portofolio dan menentukan proporsi alokasi modal optimal dari produk-produk yang dipasarkan yang memberikan risiko minimum. Data yang digunakan adalah data penerimaan penjualan dan beban-beban pemasaran perbulan pada tahun 2008. Penelitian ini merupakan studi kasus pada Lembaga Pertanian Sehat (LPS), Kelurahan Harja Sari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui preferensi LPS terhadap risiko. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis korelasi antara produk, menganalisis tingkat risiko portofolio pemasaran, dan menganalisis proporsi alokasi modal tingkat optimal yang mampu meminimum tingkat risiko portofolio.

(3)

negatif terhadap dua dari tiga kelompok produk, yaitu - 0,116 terhadap OFER dan Top Soil, dan - 0,054 terhadap VIR (Vitura dan Virexi), serta 0,454 terhadap PASTI dan Bio Mentari. Kombinasi diversifikasi terbaik adalah produk yang memiliki nilai koefisien korelasi negatif terkecil. Dengan demikian urutan kombinasi diversifikasi terbaik adalah: beras SAE dan VIR (Vitura dan Virexi), dan beras SAE dan OFER dan Top Soil. Untuk benih PASTI dan Bio Mentari masih bisa dijadikan pasangan kombinasi diversifikasi karena koefisien korelasi bernilai positif kecil, walaupun hasil kombinasi tidak sebaik produk yang memiliki koefisien korelasi yang bernilai negatif.

Berdasarkan hasil analisis risiko, diperoleh bahwa kelompok produk beras SAE memiliki risiko portofolio tertinggi, yaitu 0,991 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran, dan tingkat risiko terendah diperoleh pada kelompok produk OFER dan Top Soil yaitu sebesar -0,105 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Tingkat risiko kelompok produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR (Vitura dan Virexi) masing-masing adalah sebesar 0,401 dan 0,023 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Pada kelompok produk SAE dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai koefisien portofolio maka semakin tinggi pula penerimaan rata-ratanya, hal ini menunjukkan semakin tinggi penerimaan suatu produk maka semakin tinggi pula risiko yang diakibatkannya. Namun tidak demikian pada kelompok produk lain. Pada kelompok produk PASTI dan Bio Mentari walaupun memiliki nilai koefisien portofolio yang tertinggi kedua setelah beras SAE, justru memiliki rata-rata penerimaan yang terendah diantara keempat kelompok produk lainnya. Begitu pula pada kelompok produk OFER dan Top Soil walaupun memiliki nilai koefisien portofolio terendah justru memiliki rata-rata penerimaan tertinggi dibandingkan kelompok produk VIR (Vitura dan Virexi) dan PASTI dan Bio Mentari. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa faktor kekhasan masing-masing kelompok produk dan faktor risiko non sistemik, lebih dominan dalam mempengaruhi tingkat risiko secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil optimalisasi, menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara proporsi alokasi modal aktual dengan proporsi alokasi modal optimal. Pada kelompok produk beras SAE mengalami penyesuaian dari sebesar 92.61 persen menjadi 88,62 persen atau turun sebesar 3,99 persen dari kondisi aktualnya. Kelompok produk OFER dan Top Soil mengalami penyesuaian dari sebesar 5,11 persen menjadi 11,38 persen atau naik sebesar 6,27 persen dari kondisi aktualnya. Sementara pada kelompok produk PASTI dan Bio mentari dan VIR (Vitura dan Virexi) alokasi modal sudah optimal.

(4)

OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO

PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN

MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN

SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR

MARIA MONTESORI H 3406677

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor

Nama : Maria Montesori

Nomor Registrasi Pokok : H3406677

Disetujui, Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, M.Sc NIP 19630228 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Optimalisasi

Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi

Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor”

adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Kemala, Sumatera Selatan pada tanggal 27

September 1980 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara keluarga Bapak M

Ikhsan dan Ibu Nursaniah.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Tanjung

Kemala, Lubai 1993. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis

pada tahun 1996 di SMP Negeri 2 Muara Kuang, Ogan Ilir. Pendidikan tingkat

atas diselesaikan penulis pada tahun 1999 di SMK Negeri 1 Gelumbang,

Prabumulih. Pada tahun 1999, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Pengelola

Perkebunan, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program Diploma III, penulis

melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus,

Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006 hingga tahun 2009.

Semasa kuliah, penulis aktif pada beberapa organisasi kampus, antara lain

Kepala Biro Kerohanian dan Kepala Biro Pendidikan IMASMAKERTAN

1999-2001, Bendahara TALASETA 2001-2002, Kepala Biro Syiar MT Al-Bustan

2001-2002, anggota Biro Humas, Kepala Biro Kajian Strategis Pertanian, dan

Kepala Departemen Keputrian L-SIMA 2006-2009, dan sebagai Manajer

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb Penguasa awal dan akhir,

Pemegang jiwa dan tempat bergantungnya manusia. Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarganya, dan para

sahabat serta orang-orang yang mengikuti risalah-Nya hingga akhir zaman.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan

skripsi yang berjudul “Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pamasaran Produk

dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan

Bogor Selatan, Kota Bogor”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko portofolio dari

kegiatan pemasaran produk Lembaga Pertanian Sehat dengan pendekatan single-index portofolio, menentukan kombinasi proporsi alokasi modal yang optimal, yang mampu meminimumkan risiko dan sekaligus meningkatkan pendapatan

portofolio pemasaran, dan menganalisis kemungkinan rekomendasi hasil

optimalisasi terhadap kondisi perusahaan.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya selesainya penulisan skripsi ini

tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, baik institusi maupun pihak lain yang

terkait, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan yang telah

didedikasikan.

Penulis berupaya melakukan secara optimal agar memberikan yang terbaik

dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis tetap mengharapkan adanya kritik

dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan tulisan ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada

umumnya.

Bogor, September 2009

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk,

pertolongan, dan kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan manusia Rasulullah Muhammad SAW atas nikmat islam dan risalahnya.

Penulis menyadari proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc., sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya hingga penyusunan

skripsi ini selesai.

2. Ir. Burhanuddin, MM., atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam

kolokium yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan

proposal penelitian.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si, selaku dosen penguji sidang penulis, yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini.

4. Dra. Yusalina, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan sidang penulis,

yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi

perbaikan skripsi ini.

5. Ebak, Emak, Kakak, Ayuk, dan adik-adik tercinta yang selalu mendoakan,

memberikan motivasi dan kasih sayang kepada penulis.

6. Ir. Samsuddin, M.Si. selaku Direktur Lembaga Pertanian Sehat, Amir

Mutaqin, SP selaku Manajer Produksi dan Bisnis, dan seluruh staf LPS yang

tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas waktu, kesempatan,

informasi, dan bantuan yang telah diberikan.

7. Seluruh staf sekretariat ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis.

8. Desty Mariana Harahap, atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar

hasil skripsi yang telah memberikan masukan yang berarti dalam perbaikan

(10)

9. Teman terbaik, saudara seperjuangan di Lembaga Studi Islam Mahasiswa

Ekstensi (L-SIMA), di Komunitas Gaul Sehat (KOGASE), di IPB Sharia

Business Community, dan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Sungguh pertemuan kita adalah haq,

perjuangan dan cita-cita kita adalah benar, semoga Allah senantiasa

menyatukan kita.

10. Teman-teman MAMI Agribisnis angkatan I, atas motivasi dan semangat yang

diberikan.

Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.

Bogor, September 2009

(11)

OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO

PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN

MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN

SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR

SKRIPSI

MARIA MONTESORI H34066077

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

MARIA MONTESORI. H34066077. 2009. Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan NARNI FARMAYANTI).

Revitalisasi pertanian yang menjadi program pemerintah telah turut mendorong bergeraknya sektor pertanian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor pertanian sebesar 1,3 dari 6.5 persen total Produk Domestik Bruto tahun 2007 (BPS, 2007). Berbagai program Departemen Pertanian terlihat berlomba serius dalam mencapai tujuan revitalisasi pertanian, salah satunya gerakan “Go Organic 2010” yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (ecoagribusiness), apalagi adanya perubahan preferensi masyarakat terhadap pola hidup sehat (back to nature) juga mendorong berkembangnya trend industri pertanian yang bersifat ramah lingkungan.

Lembaga Pertanian Sehat (LPS) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri pertanian ramah lingkungan, Jenis-jenis produk yang telah dipasarkan oleh LPS sampai tahun 2008 adalah sebagai berikut : beras SAE (sehat, aman dan enak; beras bebas pestisida ), OFER (organik fertilizer) dan Top Soil, PASTI (insektisida nabati) dan Bio Mentari (pupuk organik cair), dan VIR (Vitura dan Virexi). Melalui modal yang terbatas, LPS mengalokasikan modal yang tersedia untuk kegiatan diversifikasi/portofolio pemasaran produknya. Portofolio pemasaran produk yang dilakukan LPS meningkatkan penerimaan, dan yang utama untuk menekan fluktuasi/risiko penerimaan. Pengalokasian modal yang tidak optimal dapat meningkatkan risiko portofolio pemasaran, oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan usaha, LPS perlu melakukan optimalisasi untuk menganalisis kebijakan diversifikasi yang dilakukan, sehingga dapat diketahui apakah proporsi alokasi modal yang telah dilakukan dalam portofolio pemasaran sudah optimal dan apakah mampu meminimumkan risiko portofolio pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko portofolio pemasaran produk LPS dengan pendekatan single-index portofolio dan menentukan proporsi alokasi modal optimal dari produk-produk yang dipasarkan yang memberikan risiko minimum. Data yang digunakan adalah data penerimaan penjualan dan beban-beban pemasaran perbulan pada tahun 2008. Penelitian ini merupakan studi kasus pada Lembaga Pertanian Sehat (LPS), Kelurahan Harja Sari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui preferensi LPS terhadap risiko. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis korelasi antara produk, menganalisis tingkat risiko portofolio pemasaran, dan menganalisis proporsi alokasi modal tingkat optimal yang mampu meminimum tingkat risiko portofolio.

(13)

negatif terhadap dua dari tiga kelompok produk, yaitu - 0,116 terhadap OFER dan Top Soil, dan - 0,054 terhadap VIR (Vitura dan Virexi), serta 0,454 terhadap PASTI dan Bio Mentari. Kombinasi diversifikasi terbaik adalah produk yang memiliki nilai koefisien korelasi negatif terkecil. Dengan demikian urutan kombinasi diversifikasi terbaik adalah: beras SAE dan VIR (Vitura dan Virexi), dan beras SAE dan OFER dan Top Soil. Untuk benih PASTI dan Bio Mentari masih bisa dijadikan pasangan kombinasi diversifikasi karena koefisien korelasi bernilai positif kecil, walaupun hasil kombinasi tidak sebaik produk yang memiliki koefisien korelasi yang bernilai negatif.

Berdasarkan hasil analisis risiko, diperoleh bahwa kelompok produk beras SAE memiliki risiko portofolio tertinggi, yaitu 0,991 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran, dan tingkat risiko terendah diperoleh pada kelompok produk OFER dan Top Soil yaitu sebesar -0,105 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Tingkat risiko kelompok produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR (Vitura dan Virexi) masing-masing adalah sebesar 0,401 dan 0,023 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Pada kelompok produk SAE dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai koefisien portofolio maka semakin tinggi pula penerimaan rata-ratanya, hal ini menunjukkan semakin tinggi penerimaan suatu produk maka semakin tinggi pula risiko yang diakibatkannya. Namun tidak demikian pada kelompok produk lain. Pada kelompok produk PASTI dan Bio Mentari walaupun memiliki nilai koefisien portofolio yang tertinggi kedua setelah beras SAE, justru memiliki rata-rata penerimaan yang terendah diantara keempat kelompok produk lainnya. Begitu pula pada kelompok produk OFER dan Top Soil walaupun memiliki nilai koefisien portofolio terendah justru memiliki rata-rata penerimaan tertinggi dibandingkan kelompok produk VIR (Vitura dan Virexi) dan PASTI dan Bio Mentari. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa faktor kekhasan masing-masing kelompok produk dan faktor risiko non sistemik, lebih dominan dalam mempengaruhi tingkat risiko secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil optimalisasi, menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara proporsi alokasi modal aktual dengan proporsi alokasi modal optimal. Pada kelompok produk beras SAE mengalami penyesuaian dari sebesar 92.61 persen menjadi 88,62 persen atau turun sebesar 3,99 persen dari kondisi aktualnya. Kelompok produk OFER dan Top Soil mengalami penyesuaian dari sebesar 5,11 persen menjadi 11,38 persen atau naik sebesar 6,27 persen dari kondisi aktualnya. Sementara pada kelompok produk PASTI dan Bio mentari dan VIR (Vitura dan Virexi) alokasi modal sudah optimal.

(14)

OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO

PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN

MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN

SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR

MARIA MONTESORI H 3406677

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor

Nama : Maria Montesori

Nomor Registrasi Pokok : H3406677

Disetujui, Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, M.Sc NIP 19630228 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Optimalisasi

Alokasi Modal Portofolio Pemasaran Produk dengan Pendekatan Minimisasi

Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor”

adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Kemala, Sumatera Selatan pada tanggal 27

September 1980 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara keluarga Bapak M

Ikhsan dan Ibu Nursaniah.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Tanjung

Kemala, Lubai 1993. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis

pada tahun 1996 di SMP Negeri 2 Muara Kuang, Ogan Ilir. Pendidikan tingkat

atas diselesaikan penulis pada tahun 1999 di SMK Negeri 1 Gelumbang,

Prabumulih. Pada tahun 1999, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Pengelola

Perkebunan, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program Diploma III, penulis

melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus,

Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006 hingga tahun 2009.

Semasa kuliah, penulis aktif pada beberapa organisasi kampus, antara lain

Kepala Biro Kerohanian dan Kepala Biro Pendidikan IMASMAKERTAN

1999-2001, Bendahara TALASETA 2001-2002, Kepala Biro Syiar MT Al-Bustan

2001-2002, anggota Biro Humas, Kepala Biro Kajian Strategis Pertanian, dan

Kepala Departemen Keputrian L-SIMA 2006-2009, dan sebagai Manajer

(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb Penguasa awal dan akhir,

Pemegang jiwa dan tempat bergantungnya manusia. Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarganya, dan para

sahabat serta orang-orang yang mengikuti risalah-Nya hingga akhir zaman.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan

skripsi yang berjudul “Optimalisasi Alokasi Modal Portofolio Pamasaran Produk

dengan Pendekatan Minimisasi Risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan

Bogor Selatan, Kota Bogor”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko portofolio dari

kegiatan pemasaran produk Lembaga Pertanian Sehat dengan pendekatan single-index portofolio, menentukan kombinasi proporsi alokasi modal yang optimal, yang mampu meminimumkan risiko dan sekaligus meningkatkan pendapatan

portofolio pemasaran, dan menganalisis kemungkinan rekomendasi hasil

optimalisasi terhadap kondisi perusahaan.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya selesainya penulisan skripsi ini

tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, baik institusi maupun pihak lain yang

terkait, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan yang telah

didedikasikan.

Penulis berupaya melakukan secara optimal agar memberikan yang terbaik

dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis tetap mengharapkan adanya kritik

dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan tulisan ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada

umumnya.

Bogor, September 2009

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk,

pertolongan, dan kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan manusia Rasulullah Muhammad SAW atas nikmat islam dan risalahnya.

Penulis menyadari proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc., sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya hingga penyusunan

skripsi ini selesai.

2. Ir. Burhanuddin, MM., atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam

kolokium yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan

proposal penelitian.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si, selaku dosen penguji sidang penulis, yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini.

4. Dra. Yusalina, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan sidang penulis,

yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi

perbaikan skripsi ini.

5. Ebak, Emak, Kakak, Ayuk, dan adik-adik tercinta yang selalu mendoakan,

memberikan motivasi dan kasih sayang kepada penulis.

6. Ir. Samsuddin, M.Si. selaku Direktur Lembaga Pertanian Sehat, Amir

Mutaqin, SP selaku Manajer Produksi dan Bisnis, dan seluruh staf LPS yang

tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas waktu, kesempatan,

informasi, dan bantuan yang telah diberikan.

7. Seluruh staf sekretariat ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis.

8. Desty Mariana Harahap, atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar

hasil skripsi yang telah memberikan masukan yang berarti dalam perbaikan

(20)

9. Teman terbaik, saudara seperjuangan di Lembaga Studi Islam Mahasiswa

Ekstensi (L-SIMA), di Komunitas Gaul Sehat (KOGASE), di IPB Sharia

Business Community, dan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Sungguh pertemuan kita adalah haq,

perjuangan dan cita-cita kita adalah benar, semoga Allah senantiasa

menyatukan kita.

10. Teman-teman MAMI Agribisnis angkatan I, atas motivasi dan semangat yang

diberikan.

Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.

Bogor, September 2009

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

2.7. Penelitian-penelitian Terdahulu ... 13

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1. Konsep Risiko ... 18

3.1.2 Konsep Portofolio ... 18

3.1.3. Preferensi Investor Terhadap Risiko ... 19

3.1.4. Penurunan Risiko Karena Diversifikasi ... 22

3.1.5 Korelasi dan Koefisien Korelasi ... 23

4.3.1. Analisis Koefisien Korelasi ... 34

4.3.2. Analisis Risiko dengan Model Single-Index Portofolio .... 35

(22)

4.3.3.1. Fungsi Tujuan ... 37 4.3.3.2. Kegiatan/Aktivitas ... 37 4.3.3.3. Fungsi Kendala ... 38 4.3.4. Analisis Sumberdaya dengan Analisis Dual dan Primal... 39 4.3.5. Analisis Kepekaan ... 39 6.2. Analisis Risiko dengan ModelSingle-Index Portofolio ... 55 6.3. Tingkat Risiko dan Keutungan Optimal ... 59 6.4. Analisis Penggunaan Sumberdaya ... 61 6.5. Analisis Kepekaan ... 62 6.6. Rekomendasi Hasil Optimalisasi Terhadap Kondisi Perusahaan 64

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66 7.1. Kesimpulan ... 66 7.2. Saran ... 67

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Kontribusi Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Menurut

Lapangan Usaha (Persentase) ... 1

2. Perubahan Proporsi Alokasi Modal Untuk Keempat Produk

Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2007 dan 2008 ... 6

3. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ... 17

4. Enam Bidang Aktivitas Pokok Lembaga Pertanian Sehat

Tahun 2005 ... 43

5. Rekapitulasi Karyawan Lembaga Pertanian Sehat Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Tahun 2008 ... 46

6. Daftar Harga Beras SAE Berdasarkan Jenis Kemasan Tahun 2008 .. 47

7. Daftar Harga OFER dan Top Soil Berdasarkan Jenis Kemasan

Tahun 2008 ... 48

8. Daftar Harga PASTI dan Bio Mentari Berdasarkan Jenis

Kemasan Tahun 2008 ... 49

9. Daftar Harga VIR (Vitura dan Virexi) Tahun 2008 ... 49

10. Penerimaan Penjualan Produk Lembaga Pertanian Sehat

Periode Januari – Desember Tahun 2008 ... 52

11. Produksi, Biaya, Modal, Penerimaan, danGross Margin Lembaga Pertanian Sehat Berdasarkan Produk Tahun 2008 ... 52

12. Beban, Nilai Penjualan, danGross Margin Per Satuan Produk

Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2008 ... 53

13. Koefisien Korelasi Antara Dua Jenis Produk Lembaga

Pertanian Sehat Perioede Januari – Desember 2008 ... 54

14. Hasil DugaanSingle-Index Portofolio untuk Masing-masing

Produk Lembaga Pertanian Sehat Periode Januari – Desember 2008 . 57

15. Perbandingan Alokasi Modal pada Tingkat Risiko Kondisi Optimal dengan Alokasi Modal pada Tingkat Risiko

Aktual dalam Persen ... 60

16. Perbandingan Tingkat Risiko dan Keuntungan pada Kondisi Optimal dengan Tingkat Risiko dan Keuntungan Aktual

dalam Rupiah ... 61 17. Nilai Konversi Nilai Slack/Surplus dan Dual dari Model

Optimalisasi Risiko ... 62

18. Nilai Konversi Selang Kepercayaan Kendala pada Model

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Realisasi dan Target Penjualan Produk Lembaga Pertanian

Sehat Periode Januari – Desember 2008 ... 5

2. Grafik Penerimaan Penjualan Produk Lembaga Pertanian Sehat

Periode Januari – Desember 2008 ... 5

3. Skema Pengawasan Produk Organik ... 13

4. Fungsi Utilitas Berbagai Preferensi Risiko ... 21

5. KurvaIndifference bagi Investor yangRisk Averse ... 22 6. Pengurangan Risiko dengan Diversifikasi ... 22

7. Pengaruh Portofolio Terhadap Tingkat Pengembalian pada

Investasi yang Memiliki Koefisien Korelasi Negatif ... 24

8. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32

9. Struktur Organisasi Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2009 ... 45

10. Jaringan Penjualan dan Distribusi Lembaga Pertanian

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tabel Realisasi dan Target Penjualan Produk Lembaga Pertanian

Sehat Periode Januari – Desember 2008 ... 71

2. Penerimaan Penjualan Masing-masing Produk Lembaga

Pertanian Sehat Periode Januari – Desember 2008 ... 72

3. Denah Lokasi Kantor Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2009 ... 74

4. Alur Proses Pembuatan OFER Lembaga Pertanian Sehat

Tahun 2009 ... 75

5. Alur Proses Pembuatan PASTI Lembaga Pertanian Sehat

Tahun 2009 ... 76

6. Alur Proses Pembuatan Bio-Pestisida VIR Lembaga Pertanian

Sehat Tahun 2009 ... 77

7. Gambar Produk-produk Lembaga Pertanian Sehat ... 78

8. Hasil Analisis Koefisien Korelasi Produk Lembaga Pertanian

Sehat Tahun 2009 ... 79

9. Hasil Uji Normalitas Produk Lembaga Pertanian Sehat

Tahun 2009 ... 80

10. Hasil Uji Regresi ... 83

11. Output Optimalisasi LINDO ... 87

12. Rekapitulasi Biaya Administrasi dan Umum Lembaga

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Revitalisasi pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah turut membantu

perkembangan sektor pertanian di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) tercatat pertumbuhan ekonomi tahun 2007 mencapai 6,5 persen, yang

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sumbangan tertinggi pertumbuhan

ekonomi dicapai oleh sektor pertanian yaitu sebesar 1,3 persen dari total Produk

Domestik Bruto (PDB). Tabel 1 menunjukkan kontributor beberapa lapangan

usaha terhadap laju pertumbuhan PDB sepanjang tahun 2007.

Tabel 1. Kontribusi Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha (Persentase) Tahun 2007

Lapangan Usaha Persentase Kontributor Terhadap PDB 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1.3

2 Pertambangan dan Pengendalian 0.2

3 Industri Pengolahan 1.2

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.1

5 Konstruksi 0.5

6 Perdagangan, Hoteln dan Restoran 1.2

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.8

8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 0.7

9 Jasa-Jasa 0.5

PDB 6.5

PDB Tanpa Migas 6.4

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (Diolah)

Lebih lanjut program revitalisasi pertanian semakin diperhatikan oleh

pemerintah, hal ini ditunjukkan dengan dikeluarkannya program kebijakan

ketahanan dan kedaulatan pangan. Hal yang sama juga dilakukan oleh

Departemen Pertanian, dengan mengeluarkan program yang bertujuan untuk

mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan

(ecoagribusiness) yaitu gerakan “Go Organic 2010”, tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat

dengan visi mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik

terbesar dunia pada tahun 2010. Program ini seolah menemukan jalan mulus

(27)

(back to nature), sehingga mendorong berkembangnya trend industri pertanian yang bersifat ramah lingkungan (LPS, 2009).

Pertanian Organik dipandang sebagai alternatif pengelolaan pertanian yang

lebih ramah lingkungan dan memperhatikan aspek pemeliharaan tanah dan

kesehatan. Salah satu tujuan dari pengembangan pertanian organik adalah untuk

menghasilkan pangan yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia

yang mematikan. Citra produk pertanian organik sebagai produk sehat dan ramah

lingkungan mendorong hasil pertanian organik dihargai lebih tinggi oleh

konsumen (premium price). Studi Departemen Sosial Ekonomi Institut Pertanian Bogor (2006) menunjukkan bahwa setelah beberapa musim, pertanian model

organik dan input luar rendah (LEISA) lebih menguntungkan daripada pertanian

konvensional1.

Menurut staf senior Departemen Pertanian, permintaan produk organik

nasional meningkat hingga 600 persen dalam tiga tahun terakhir. Ini mulai

ditandai dengan pertambahan jumlah pedagang danoutlet/swalayan yang menjual produk organik. Hal ini dikuatkan oleh Amani Masta, salah satu trader organik

besar di Jakarta, dimana mereka menyatakan pertumbuhan permintaan terus

meningkat untuk produk pertanian organik2.

Keunggulan dari produk pertanian organik3, yaitu (1) mampu menjaga

kesehatan, dengan mengonsumsi pangan organik, tubuh akan menciptakan zat

antibodi yang dapat melawan segala macam penyakit, contohnya beras, konsumsi

nasi (beras) berkisar 60 - 70 persen dari total yang kita makan setiap hari,

sehingga nasi sangatlah berpengaruh bagi kesehatan; (2) rasa produk organik

lebih enak, misalnya beras organik dinilai memiliki kelebihan seperti: beras tidak

berbau, bersih, licin, putih, rasanya gurih, tidak cepat basi dalam 48 jam, dan

kualitas lebih baik dari beras impor; (3) produk organik sebagai terapi penyakit,

karena produk ini banyak mengandung antioksidan sehingga dapat

menghilangkan toksin dalam tubuh; (4) menghemat biaya untuk ke dokter; dan (5)

1

www.satudunia-oneworld.net. Beras Organik, Beras Ideologis. Diakses 8 Maret 2009

2

www.organic-rice.blogspot.com. Bisnis Makanan Organik Malilea. Diakses 6 Maret 2009

3

(28)

bila di konsumsi akan lebih cepat kenyang. Selain keunggulan yang dimilikinya,

ada beberapa alasan mengapa harus bertani organik :

1. Melindungi kualitas air, udara dan tanah. Pertanian organik akan membantu

pemulihan ekosistem yang telah rusak serta berperan serta secara aktif

menjaga keseimbangan alam.

2. Melindungi kesehatan pekerja pertanian.

3. Meningkatkan taraf hidup petani. Misal, padi organik dihargai lebih mahal,

“Harga beras dari bibit organik mencapai Rp 6.500,00 per kilogram sedangkan

beras biasa hanya Rp 4.000,00 per kilogram.

Pasar pertanian organik di Indonesia masih sangat potensial, tahun 2005

pasar produk pertanian organik masih terkonsentrasi di Jabotabek Surabaya dan

Denpasar. Di Jakarta terdapat 12 supermarket, dua restoran, duaoutlet khusus dan enam pedagang/distributor produk organik. Produsen produk pertanian organik

terdapat di Bogor, Sukabumi, Malang, Bandung, dan Bali (sayur dan buah),

Sragen, Boyolali, Klaten, Jogjakarta, Mojokerto (beras), Bandung (susu),

Lampung hingga Riau (rempah-rempah), Aceh (kopi), dan Flores (Kacang Mete).

Sebagian besar produk organik di Jawa masih didistribusikan melalui jalur

alternatif, seperti model keagenan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Sarana

Bakti (BSB) di Bogor, pesan antar oleh MBI di Malang, SAHANI di Jogjakarta,

ELSPPAT di Bogor, dan Konphalindo di Jakarta), atau juga melaluioutlet khusus seperti yang dilakukan oleh ELSPPAT, SAHANI, BSB, dan Pasar Tani di

Boyolali . Umumnya produk organik yang dipasarkan masih belum disertifikasi,

kecuali produk BSB yang disertifikasi oleh PT NASAA, dan produkBionic Farm dan PT Surya Ciptani Wangunharja yang disertifikasi oleh BIOCert4.

1.2. Perumusan Masalah

Lembaga Pertanian Sehat (LPS) merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak di industri pertanian ramah lingkungan. LPS pertama kali didirikan tahun

1999 di Desa Cibanteng Kelurahan Darmaga Kabupaten Bogor. LPS bergerak

dalam kegiatan produksi dan pemasaran hasil produksi pertanian dan sarana

produksi pertanian (saprotan).

4

(29)

Lembaga Pertanian Sehat memasarkan produknya ke kota-kota seperti

Bogor, Jakarta, Depok, dan Bekasi. Walaupun tergolong baru dalam industri ini,

LPS telah mampu memproduksi dan memasarkan produk, berupa produk

pertanian dan saprotan yang sehat, tepat guna, menggunakan bahan baku lokal,

mudah diperoleh, dan berdaya saing. Produk-produk tersebut diproduksi secara

ramah lingkungan, dengan standar mutu, tenaga ahli, dan pengawasan ketat baik

dari proses pengadaan bahan baku, produksi (atau pembelian dengan perjanjian

kualitas, pada produk tertentu) hingga kegiatan pemasaran.

Dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya, LPS sebagai salah

satu produsen produk pertanian ramah lingkungan dihadapkan pada masalah.

Bertambahnya jumlah perusahaan yang masuk ke dalam industri ini serta risiko

perubahan preferensi konsumen ke produk perusahaan lain, menyebabkan

munculnya persaingan, apalagi pada produk tertentu penjualan masih terkendala

karena aspek legalitas, sehingga kondisi tersebut bisa menurunkan penerimaan

perusahaan.

Berdasarkan laporan manajemen LPS, pada tahun 2008 terjadi penurunan

penerimaan penjualan pada produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR (Vitura dan

Virexi), dimana penurunan masing-masing adalah sebesar Rp 3.717.00 dan Rp

9.819.500. Penurunan ini disebabkan oleh tidak tercapainya target pemasaran,

dimana dari target penjualan, LPS hanya mampu menjual beras SAE sebesar 41

persen, OFER dan top Soil 31 persen, PASTI dan Bio Mentari 17 persen, dan VIR

(Vitura dan Virexi) 17 persen, kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan

rincian target dan realisasi penjualan LPS tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran

(30)

0.00

Gambar 1. Realisasi dan Target Penjualan Produk Lembaga Pertanian Sehat Periode Januari - Desember 2008

Gambar 1, mengindikasikan bahwa terdapat kendala/gangguan dalam

pencapaian tujuan untuk memaksimalkan nilai penjualan perusahaan. Kendala ini

dapat menimbulkan kerugian (risiko) bagi perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh

fluktuasi penerimaan penjualan produk (dapat dilihat pada Gambar 2, sedangkan

penerimaan penjualan masing-masing produk dapat di lihat pada Lampiran 1),

sehingga dapat dikatakan secara agregat dapat mengakibatkan penurunan

penerimaan bersih perusahaan.

Gambar 2. Grafik Penerimaan Penjualan Lembaga Pertanian Sehat Periode Januari – Desember 2008

Selain itu penurunan penerimaan yang terjadi, diduga karena adanya

(31)

tahun 2008 untuk produk beras SAE terjadi penambahan alokasi modal sebesar

3,1 persen, sedangkan pada produk OFER dan Top Soil, PASTI dan Bio Mentari,

dan VIR (Vitura dan Virexi), terjadi pengurangan alokasi modal masing-masing

sebesar: 1,77 persen, 0,64 persen, dan 0,69 persen (dapat dilihat pada Tabel 2),

kebijakan proporsi alokasi modal tersebut menyebabkan LPS menderita kerugian

karena mengakibatkan perusahaan mengalami penurunan kemampuan laba hingga

82,76 dari kemampuan laba tahun sebelumnya.

Tabel 2. Perubahan Proporsi Alokasi Modal Untuk Keempat Produk Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2007 dan 2008

2007 2008

41.252.268 6,88 52.573.100 46.496.744 5,11 67.162.500 1,77

3 PASTI dan Bio Mentari

6.397.089 1,07 12.686.500 3.862.336 0,43 8.969.500 0,64

4 VIR (Vitura dan Virexi)

15.219.500 2,54 41.312.500 16.856.974 1,85 31.493.000 0,69

Total 599.661.80 7

100 715.184.70 0

909.206.844 100 1.071.964.0 0 Total

Penerimaan Bersih (Rp)

82.591.843 14.241.741 82,76

Keterangan : Ditambah sebesar, dikurangi sebesar

Berdasarkan Tabel 2, kebijakan proporsi alokasi modal LPS untuk

keempat produknya dinilai mengandung risiko. Menurut Husnan (2003) investasi

yang berisiko tidak hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang

diharapkan tetapi juga perlu mempertimbangkan tingkat risiko yang dihadapi,

karena terdapat asumsi semakin besar tingkat keuntungan yang diharapkan maka

semakin tinggi pula risiko yang akan dihadapi. Sehingga dengan demikian LPS

perlu memperhatikan kebijakan investasi yang dilakukan dan melakukan evaluasi

kinerja kebijakan investasi tersebut.

Menurut pihak manajemen LPS, diversifikasi atau portofolio yang

dilakukan bertujuan untuk meningkatkan penerimaan dan sekaligus untuk

menekan fluktuasi /risiko penerimaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam

(32)

kebijakan alokasi modal, karena penentuan alokasi modal yang tidak tepat dapat

meningkatkan risiko yang dihadapi. Sehingga LPS perlu menganalisis apakah

proporsi alokasi modal yang telah dilakukan untuk memasarkan berbagai

produknya mampu menekan risiko dan sekaligus meningkatkan penerimaannya.

Berdasarkan teori portofolio, meminimumkan risiko portofolio, berarti

mengurangi fluktuasi tingkat keuntungan portofolio tersebut dari waktu ke waktu,

untuk itu perlu untuk memilih kombinasi alokasi modal yang mempunyai

koefisien korelasi yang rendah (akan lebih baik lagi jika negatif), karena akan

lebih efektif mengurangi fluktuasi. Dengan demikian efektivitas pengurangan

risiko sangat ditentukan oleh jumlah modal yang dimiliki, penentuan berapa

proporsi alokasi modal yang digunakan untuk masing-masing produk/portofolio

optimal, dan koefisien korelasi antar tingkat penerimaan masing-masing produk

(Husnan, 2003).

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis tingkat risiko portofolio dari kegiatan pemasaran produk

Lembaga Pertanian Sehat dengan pendekatansingle-index portofolio. 2. Menentukan kombinasi proporsi alokasi modal yang optimal, yang mampu

meminimumkan risiko dan sekaligus meningkatkan pendapatan dari

portofolio pemasaran produk Lembaga Pertanian Sehat.

3. Menganalisis kemungkinan rekomendasi hasil optimalisasi yang telah

dilakukan berdasarkan kondisi perusahaan saat ini.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi

pihak manajemen LPS sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan

pengambilan keputusan terkait strategi diversifikasi pemasaran produknya dengan

mempertimbangkan tingkat risiko dan penerimaan perusahaan. Bagi penulis,

penelitian ini bermanfaat untuk melatih kemampuan analisis dalam memecahkan

suatu masalah berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sekaligus menambah

pengalaman dan wawasan baru. Sedangkan bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai

(33)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada optimalisasi

alokasi modal portofolio pemasaran produk dengan pendekatan minimisasi risiko.

Produk yang analisis dalam penelitian dibatasi hanya pada empat produk, yaitu

beras SAE, OFER dan Top Soil, PASTI dan Bio Mentari, dan VIR (Vitura dan

Virexi). Fokus kajian meliputi analisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam

menentukan kombinasi optimal dari produk yang dipasarkan LPS.

Analisis-analisis yang dilakukan antara lain adalah Analisis-analisis koefisien korelasi, Analisis-analisis

risiko, analisis optimalisasi, analisis sumberdaya, analisis kepekaan, dan analisis

hasil penelitian terhadap kondisi aktual perusahaan. Model-model analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah modelsingle-index portofolio, modellinear programming, dan model analisis deskriptif.

ModelSingle-Index Portofolio untuk menganalisis tingkat risiko portofolio yang dihadapi perusahaan, model linear programminguntuk menganalisis kondisi optimalisasi, sedangkan analisis deskriptif kualitatif untuk mengidentifikasi

bagaimana sikap/kebijakan LPS terkait dengan risiko portofolio pemasaran

produk.

Analisis-analisis ini dilakukan terhadap data-data yang menyangkut

biaya-biaya operasional dan data penerimaan serta kebijakan-kebijakan perusahaan

dalam memasarkan produk-produknya. Fungsi tujuan yang ingin dicapai adalah

meminimumkan tingkat risiko keseluruhan yang masing-masing produk diwakili

oleh besarnya nilaiSingle-Index portofolio. Pencapaian fungsi tujuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang akan menjadi kendala dalam meminimumkan tingkat

risiko dalam penelitian ini, meliputi biaya yang dikeluarkan perusahaan dan

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Optimalisasi

Secara umum optimalisasi adalah pencapaian suatu keadaan yang terbaik.

Dengan kata lain optimalisasi merupakan pendekatan normatif dengan

mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan

pada titik maksimum atau minimum fungsi tujuan. Salah satu pendekatan yang

dapat digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi adalah metode Linear Programming ( Soekartawi, 1992).

2.2. Definisi Risiko

Menurut Philippatos (1991) risiko didefinisikan sebagai standar deviasi

dari tingkat pengembalian yang ditawarkan suatu investasi. Sementara Koewn, et

al (1999) mendefenisikan risiko sebagai prospek suatu hasil yang tidak disukai.

Konsep ini telah diukur secara operasional sebagai standar deviasi atau beta, yaitu

akar rata-rata penyimpangan pangkat dua dari setiap kemungkinan pengembalian

terhadap pengembalian yang diharapkan. Lebih lanjut Basyaib (2007)

mendefenisikan risiko sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan.

Tampubolon (2004) menjelaskan bahwa munculnya risiko dapat

diprediksi, tetapi sulit dihindari. Risiko dapat menyebabkan kerugian finansial

secara nyata, menimbulkan kesulitan yang signifikan, seperti menambah volume

pekerjaan, tenaga kerja dan lain-lain. Selain itu risiko dapat menimbulkan

kehilangan kepercayaan dari konsumen, kepercayaan konsumen merupakan faktor

penting dalam dunia usaha, karena sulit untuk mengembalikan kepercayaan dari

konsumen, yang artinya usaha akan kesulitan dalam memasarkan produk atau jasa

perusahaan.

Menurut Kadarsan (1995), risiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu

keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau berbagai

akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaan dari kedua hasil itu adalah, bahwa

risiko menjabarkan keadaan yang hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran

kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan

(35)

2.3. Definisi Portofolio

Menurut Kadarsan (1995), portofolio didefinisikan sebagai kombinasi atau

gabungan dari beberapa investasi. Teori ini yang menerangkan penyaluran modal

ke arah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan resiko dan menjamin

pendapatan seaman dan seuntung mungkin.

Menurut Husnan (1999), portofolio secara harfiah didefinisikan sebagai

sekumpulan surat-surat. Teori portofolio didasarkan pada kenyataan bahwa

umumnya para investor tidak menginvestasikan seluruh dana mereka pada satu

jenis surat berharga, tapi membagi-baginya ke dalam berbagai jenis surat

berharga. Dengan kata lain perusahaan melakukan diversifikasi untuk mengurangi

risiko yang harus mereka tanggung. Diversifikasi adalah penggabungan berbagai

investasi yang komplementer dengan maksud menurunkan risiko dan sekaligus

memenuhi tujuan penghasilan investor (Kertonegoro, 1995).

Portofolio dapat diartikan sekumpulan investasi (Husnan, 2003), hampir

semua investasi mengandung unsur risiko, para investor tidak tahu dengan pasti

hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Dalam keadaan ini

dikatakan investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko, pilihan

investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang

diharapkan. Apabila investor mengarapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan

yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula.

Dikaitkan dengan pemasaran, portofolio dapat diartikan diversifikasi

produk-produk yang dipasarkan, dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada

masing-masing produk.

2.4. Manajemen Risiko

Menurut Salim (1998) manajemen risiko berhubungan erat dengan fungsi

keuangan, fungsi akutansi, fungsi pemasaran, fungsi produksi, fungsi personalia,

fungsi teknik, dan fungsi pemeliharaan. Fungsi-fungsi tersebut mengandung

banyak risiko dalam pengelolaannya. Tujuan dari manajemen risiko adalah

mencegah perusahaan mengalami kegagalan, mengurangi pengeluaran, menaikan

keuntungan perusahaan, dan menekan biaya produksi. Risiko hubungannya

dengan pemasaran merupakan kerugian yang mungkin terjadi dalam pemasaran

(36)

Lebih lanjut manajemen risiko juga dapat diartikan sebagai proses yang

terarah dan bersifat proaktif, yang ditujukan untuk mengakomodasi kemungkinan

gagal pada salah satu, atau sebagian dari transaksi atau instrumen (Tampubolon,

2004).

2.5. Definisi Pertanian Organik

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan

bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan sintesis (Karama, 2002).

Oleh sebab itu sistem pertanian organik merupakan suatu pendekatan sistem

produksi secara menyeluruh yang mendorong keberlanjutan agroekosistem yang

meliputi keanekaragaman hayati secara fungsi-fungsi biologis dalam sistem

(Partohardjono, 2002).

Menurut Pracaya (2006), terdapat perbedaan antara pertanian organik dan

pertanian konvensional, perbedaan tersebut secara teknis adalah sebagai berikut :

1. Persiapan benih ; benih pertanian organik berasal dari pertumbuhan tanaman

secara alami, sedangkan pertanian konvensional berasal dari rekayasa

genetika.

2. Pengolahan tanah ; pertanian organik memperkecil kerusakan tanah oleh

traktor serta pengolahan tanah yang minimum agar perkembangan organisme

tanah dan aerasi tanah tetap terjaga. Sedangkan pertanian konvensional

pengolahan tanah maksimum yang menyebabkan pemadatan tanah dan

matinya beberapa organisme tanah.

3. Persemaian ; pertanian organik pertumbuhan bibit secara alami, sedangkan

pada pertanian konvensional bibit dikembangkan menggunakan bahan

sintetik.

4. Penanaman ; pertanian organik menerapkan rotasi tanaman secara bertahap

dan melakukan kombinasi tanaman dalam satu luasan. Sedangkan pada

pertanian konvensional rotasi secara bertahap tidak dilakukan dan tidak

melakukan kombinasi tanaman dalam satu luasan tanam.

5. Pengairan dan penyiraman tanaman ; pada pertanian organik air dibutuhkan

untuk keperluan pengairan sehingga air harus bebas dari bahan kimia sintetis,

sedangkan pada pertanian konvensional air yang digunakan dapat berasal dari

(37)

6. Pemupukan ; pertanian organik hanya menggunakan pupuk organik sedangkan

pada pertanian konvensional penggunaan pupuk kimia lebih dominan.

7. Pengendalian hama penyakit, dan gulma ; pertanian organik kunci

pengendalian hama dan penyakit berdasarkan keseimbangan alami, sedangkan

pertanian konvensional penggunaan pestisida kimia lebih dominan.

8. Panen dan pasca panen ; hasil pertanian organik adalah bahan yang sehat bagi

konsumen dan tidak diberi perlakuan dengan bahan kimia, sedangkan hasil

panen pertanian konvensional mengandung residu bahan kimia sintetis serta

penanganan pasca panen diberi perlakuan dengan bahan kimia.

2.6. Produk Pertanian Organik

Menurut Pakpahan (2002), kesadaran konsumen akan pentingnya

kesehatan mendorong untuk mengkonsumsi produk organik, hal ini

mengakibatkan terjadinya over demand pangan organik di Indonesia, kondisi ini ditunjukkan dengan lebih besarnya permintaan daripada penawaran yang tersedia.

Sehingga harga pangan organik rata-rata lebih tinggi daripada produk pangan

yang dihasilkan dari pertanian konvensional. Penghargaan konsumen terhadap

produk organik ini antara lain dinilai dari sisi pemeliharaan ekosistem dan

kelestarian lingkungan, sehingga dapat menghasilkan produk yang bebas dari

bahan kimia termasuk pestisida dan pupuk, serta sesuai dengan mutu yang

diharapkan yaitu aman dikonsumsi.

Lebih lanjut, secara umumnya masih terdapat kekeliruan dalam

mendefinisikan pangan organik, apabila sudah tidak diproduksi dengan bahan

kimia sintetis, termasuk pupuk atau pestisida, maka produk tersebut dapat dijual

dengan label “oganik’. Pengertian ini salah, karena apabila lahan pernah

digunakan untuk pertanian konvensional yang menggunakan bahan kimia, tanah

tersebut perlu masa konversi untuk mendegredasikan bahan kimia yang tersisa

dalam tanah. Pada masa konversi ini produk biasanya dikatakan sebagai “transisi

organik” atau bisa disebut “Go-Organic”. Setelah melalui masa konversi, produk hasil dari lahan tersebut yang diproduksi dengan sistem pertanian organik baru

dapat dilabel “organik”.

Saat ini Indonesia telah memiliki Standar Nasional Indonesia Sistem

(38)

untuk pengembangan sampai dengan pelabelan produk organik Indonesia. Untuk

mendapatkan label organik diperlukan serangkaian kegiatan sertifikasi organik

oleh lembaga sertifikasi yang kredibel. Ada empat jenis sertifikat yang dihasilkan

dari kegiatan sertifikasi yaitu : 1) label Biru, untuk produk non pestisida; 2) label

Kuning, untuk transisi organik; 3) label Hijau, untuk produk setara dengan SNI

organik; dan 4) produk pertanian yang tumbuh secara organik dengan sendirinya

(Organically Grown). Mekanisme di atas juga dilengkapi dengan mekanisme pengawasan produk organik, dimana skema pengawasan produk organik dapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Skema Pengawasan Produk Organik Standar Nasional Indonesia Tahun 2002

Sumber : Pakpahan, 2002

2.7. Penelitian-penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk

Lembaga Pertanian Sehat belum pernah dilakukan sebelumnya. Studi terdahulu

yang berkaitan dan relevan dengan penelitian adalah sebagai berikut.

(39)

Penelitian Agoesfiansyah tahun 1999 mengenai optimalisasi risiko

portofolio pemasaran buah-buahan pada PT Moena Putra Nusantara. Berdasarkan

model analisis Single-Index Portofolio (yang merupakan penyempurnaan dari model Full Variance-Covariance Markowitz), alokasi modal dari kegiatan pemasaran kelompok komoditi yang dilakukan perusahaan belum optimal dalam

menekan risiko penerimaan. Kombinasi alokasi modal yang optimal dalam

periode analisis adalah masing-masing sebesar 35,7 persen untuk kelompok

komoditas melon, 14,9 persen untuk kelompok komoditas semangka, 3,2 persen

untuk kelompok komoditas pepaya, 17,1 persen untuk kelompok komoditas

nenas, dan 29,1 persen untuk kelompok komoditas lokal. Dengan alokasi modal

demikian perusahaan akan mampu menekan risiko penerimaan sebesar 19 persen

dengan rata-rata penerimaan aktual perusahaan meningkat hingga Rp 93.873.159

atau naik sebesar 1,27 persen dari rata-rata penerimaan aktual per bulannya.

Dalam periode analisis diketahui ada beberapa biaya-biaya yang masih bisa

dihemat oleh perusahaan, seperti biaya pengepakan, biaya transportasi pemasaran,

biaya pemasaran lain, dan biaya administrasi umum. Selain itu perusahaan juga

dapat menaikkan tingkatgross margin untuk masing-masing komoditas.

Penelitian Johan tahun 2000 mengenai optimalisasi risiko portofolio

pemasaran produk turunan susu pada PT Yummy Food Utama. Penelitian ini

menganalisis tiga kelompok komoditi yang dipasarkan, yaitu yoghurt, krim, dan

keju. Berdasarkan model analisis Single-Index Portofolio menunjukkan bahwa alokasi modal selama periode analisis belum optimal. Alokasi modal pada tingkat

risiko aktual diperoleh 19,12 persen untuk yoghurt, 62,65 untuk krim, dan 18,23

untuk keju. Pada tingkat optimal alokasi modal untuk masing-masing komoditi

adalah sebesar, 19,10 persen, 63,40 persen, dan 17,50 persen. Selain itu juga

terjadi penambahan alokasi modal untuk krim dan pengurangan alokasi modal

untuk yoghurt dan keju. Tingkat risiko dan penerimaan pada tingkat aktual

masing-masing adalah Rp 81.416.284 dan Rp 4.085.562.153. Dengan kombinasi

alokasi modal, tingkat risiko optimal perusahaan menjadi Rp 82.117.055 dan Rp

4.086.689.404. Perusahaan juga masih bisa melakukan penghematan biaya tenaga

kerja langsung dan biaya kemasan, dimana penghematan ini mampu

(40)

Penelitian Widodo tahun 2003 mengenai optimalisasi pendapatan dengan

minimisasi risiko portofolio produk-produk herbisida studi kasus PT Branita

Sandhini. Berdasarkan model analisis Single-Index Portofolio menunjukkan bahwa alokasi modal perusahaan belum optimal. Kombinasi alokasi modal

optimal untuk memberikan pendapatan yang optimal dari keenam produk

herbisida adalah 3,90 persen untuk Eagle, 65,48 persen untuk roundup, 23,12

persen untuk Polaris, 3,70 persen untuk Spark, 0,40 persen untuk Roundup-WSG,

dan 3,40 persen untuk Polado. Kombinasi ini dapat menekan risiko hingga 19,90

persen dari tingkat risiko aktual, mengurangi kerugian dari fluktuasi penerimaan

sebesar Rp 505.765.000, dan dapat meningkatkan tingkat penerimaan sebesar 6,65

persen dari tingkat penerimaan aktual.

Penelitian Wahyu tahun 2004 mengenai optimalisasi risiko portofolio

pemasaran produk sari mengkudu pada CV Morinda House Bogor. Berdasarkan

model analisis Single-Index Portofolio menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran perusahaan belum optimal. Kombinasi alokasi modal optimal untuk menekan

tingkat risiko portofolio dan meningkatkan keuntungan adalah masing-masing

sebesar 10,61 persen untuk kelompok produk Raos Nusaena, 32,44 persen untuk

kelompok produk Morinda Bogor, dan 29,3 persen untuk kelompok produk

Morinda Kapsul. Sedangkan kelompok produk Mengkudu Juice alokasi modal sudah optimal untuk menekan tingkat risiko portofolio perusahaan.

Penelitian Sulistyawati tahun 2005 mengenai analisis pendapatan dan

risiko diversifikasi usahatani sayur-sayuran pada perusahaan Pacet Segar.

Penelitian ini menganalisis tingkat pendapatan dan risiko, tingkat keamanan, dan

menentukan alternatif diversifikasi antar komoditas yang diusahakan. Berdasarkan

model analisis pendapatan, diperoleh nilai R/C rasio lebih dari satu (R/C >1),

usahatani daun bawang besar dan jagung acar lebih efisien dibandingkan

komoditas yang lain, dimana nilai R/C rasio rata-ratanya sebesar 1,50 dan 1,51.

Berdasarkan analisis korelasi menunjukkan nilai koefisien korelasi rata-rata

positif kecuali kombinasi wortel-sawi putih (-0,01) dan kombinasi brokoli-sawi

putih (-0,01). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa komoditas jagung acar

memiliki rasio total yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang

(41)

dan risiko, komoditas daun bawang besar, bunga kol, wortel baby, dan wortel besar memiliki tingkat risiko lebih rendah dibandingkan tingkat risiko yang

dihadapi komoditas lain.

Penelitian Trangjiwani tahun 2008 mengenai manajemen risiko

operasional CV Bimandiri. Penelitian ini menganalisis risiko-risiko yang terdapat

dalam perusahaan dan melakukan tindakan penanganan untuk meminimalisasi

kerugian dari berbagai aktivitas perusahaan. Metode analisis yang digunakan

adalah aproksimaksi, matrik frekuensi dan signifikasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa risiko operasional yang teridentifikasi dapat dikelompokkan

menjadi risiko sistem, proses, SDM, dan risiko eksternal. Penanganan risiko

berdasarkan nilai status risiko diutamakan untuk komoditi tomat dengan keempat

komoditi lainnya. Alternatif penanganan risiko dengan mitigasi atau detect and minitor yang dilakukan untuk : 1) risiko sistem, SDM, proses, dan eksternal pada tomat, 2) risiko sistem dan eksternal pada kol, 3) risiko sistem, proses, dan

eksternal padalettuce head, dan 4) risiko sistem, proses, dan eksternal pada cabe merah. Penanganan risiko secara low control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan dampak risiko yang rendah, yaitu : 1) risiko

sistem dan SDM pada kentang, 2) risiko proses dan SDM pada kol, 3) risiko SDM

padalettuce head, dan 4) risiko SDM pada cabai merah.

Penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian

sebelumnya. Persamaan dengan Agoesfiansyah, Johan, Widodo, dan Wahyu

adalah sama-sama menganalisis optimalisasi risiko portofolio pemasaran dan

metode analisis yang digunakan yaitu Single-Index Portofolio, tetapi ada juga perbedaan dalam komoditas yang diteliti dan lokasi penelitian. Perbedaan dengan

penelitian Sulistiyawati adalah menganalisis pendapatan dan risiko diversifikasi,

model analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan, serta komoditas dan

lokasi yang diteliti. Perbedaan dengan penelitian Trangjiwani adalah menganalisis

manajemen risiko operasional, model analisis yang digunakan yaitu aproksimaksi,

matrik, dan signifikasi, serta komoditas dan lokasi yang diteliti. Daftar studi

(42)

Tabel 3. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian

1999 Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Buah-buahan pada

2000 Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Turunan Susu pada PT. Yummy Food Utama Jakarta

2003 Optimalisasi Pendapatan dengan Minimisasi Risiko Portofolio

2004 Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Sari Sulistyawati 2005 Analisis Pendapatan dan Risiko

Diversifikasi Usahatani

(43)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko

Pengambilan keputusan dari perencanaan finansial suatu perusahaan akan

menimbulkan tingkat risiko dan tingkat pendapatan tertentu, sehingga keputusan

finansial yang diambil haruslah dengan mempertimbangkan pendugaan terhadap

tingkat risiko dan pendugaan tingkat pendapatan dari kegiatan tersebut terhadap

perusahaan.

Menurut Kadarsan (1995), risiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu

keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau berbagai

akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaan dari kedua hasil itu adalah, bahwa

risiko menjabarkan keadaan yang hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran

kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan

yang hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui.

Lebih lanjut, risiko perusahaan terjadi karena adanya berbagai alternatif

penyaluran modal atau investasi yang mengakibatkan perbedaan tingkat

pendapatan yang diterima oleh setiap arus investasi. Perbedaan tingkat pendapatan

ini disebabkan karena setiap unit usaha memiliki sifat dan kegiatan produksi

sendiri.

Di bidang pertanian dikenal ada dua macam risiko, yaitu risiko perusahaan

dan risiko keuangan. Risiko perusahaan berhubungan dengan bermacam-macam

tingkat pendapatan yang diterima akibat bermacam-macam kegiatan usaha yang

dijalankan oleh suatu perusahaan agribisnis. Risiko keuangan berhubungan

dengan pelaksanaan keputusan-keputusan di bidang keuangan dan pembiayaan.

Sekurang-kurangnya ada lima sebab utama terjadinya suatu risiko, yakni

ketidakpastian produksi, tingkat harga, perkembangan teknologi,

tindakan-tindakan perusahaan dan orang atau pihak lain, dan karena sakit, kecelakaan atau

kematian (Kadarsan, 1995)

3.1.2. Konsep Portofolio

Menurut Kadarsan (1995), portofolio didefinisikan sebagai kombinasi atau

(44)

modal ke arah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan

menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori ini menjelaskan

bagaimana memilih alternatif investasi dari berbagai portofolio yang optimum,

yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi dari suatu tingkat

resiko tertentu.

Lebih lanjut, toeri ini dibangun atas asumsi bahwa para investor tidak

menginvestasikan seluruh dananya hanya untuk satu jenis investasi dan investor

cenderung menghindari resiko, dimana jika memiliki beberapa pilihan portofolio

yang efisien maka yang dipilih portofolio yang paling optimal, sehingga

harapannya bahwa dengan diversifikasi investasi, fluktuasi tingkat keuntungan

akan semakin berkurang karena saling menghilangkan.

Koewn (1999) menjelaskan ada dua motif suatu perusahaan melakukan

portofolio, yaitu motif internal dan motif eksternal. Motif internal berasal dari

sikap dan tindakan-tindakan dalam manajemen perusahaan, sedangkan motif

eksternal berasal dari pertimbangan kecenderungan industri dalam jangka

panjang, siklus fluktuasi bisnis, inflasi, dan risiko tingkat harga. Dalam

implementasinya portofolio dibatasi oleh dua alasan berikut, 1) modal yang dapat

digunakan investor relatif kecil, sehingga portofolio dalam banyak jenis akan

mengakibatkan nilai yang sangat kecil pada setiap jenisnya; 2) secara individu

akan sulit dan mahal untuk mengawasi perkembangan banyak produk.

Lebih lanjut, perusahaan bisa memilih portofolio jika mencapai portofolio

yang efisien. Dalam toeri portofolio, portofolio yang efisien disebut sebagai

efficient frontier, yaitu kombinasi aset yang menghasilkan pengembalian yang maksimal dengan tingkat risiko tertentu, sehingga setiap portofolio yang terletak

padaefficient frontiermerupakan portofolio yang efisien.

3.1.3. Preferensi Investor Terhadap Risiko

Menurut Husnan (2003), pemilihan salah satu dari berbagai alternatif

portofolio sangat tergantung kepada preferensi investor terhadap risiko. Kesulitan

dalam merumuskan preferensi risiko bisa dibantu dengan menggunakan model

(45)

memberikan utilitas yang diharapkan tertinggi. Utilitas yang diharapkan yang

tertinggi tidak selalu sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan tertinggi.

Berdasarkan model ini digunakan beberapa aksioma tentang perilaku investor

dalam pengambilan keputusan investasi. Aksioma-aksioma tersebut adalah;

1. Para investor mampu memilih berbagai alternatif dengan menyusun

peringkat dari alternatif-alternatif tersebut sehingga bisa diambil

keputusan.

2. Setiap peringkat alternatif-alternatif tersebut bersifat transitif. Artinya, jika

investasi A lebih disukai daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka

A tentu lebih disukai daripada C.

3. Para investor akan memperhatikan risiko alternatif yang dipertimbangkan,

dan tidak memperhatikan sifat alternatif-alternatif tersebut. Misalnya,

investor tidak akan mempertimbangkan apakah suatu kesempatan investasi

lebih padat modal ataukah lebih padat karya.

4. Para investor mampu menentukancertainty equivalent dari setiap investasi yang tidak pasti. certainty equivalent suatu investasi menunjukkan nilai pasti yang ekuivalen dengan nilai pengharapan dari suatu investasi.

Keempat aksioma tersebut bisa digunakan untuk menyusun fungsi utilitas

dari investor. Fungsi utilitas ini, kemudian bisa digunakan sebagai basis untuk

menentukan model sikap investor terhadap risiko, sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

Model utilitas yang diharapkan menggunakan asumsi bahwa sikap investor

terhadap risiko dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sikap investor yang tidak

menyukai risiko (risk averse), netral terhadap risiko (risk nuetral), dan sikap yang menyukai risiko (risk seeker). Sikap risk averse berarti bahwa investor akan menolak taruhan yang fair. Sikap risk nuetral berarti bahwa investor bersikap indifference terhadap taruhan yang fair. Sedangkan sikap risk seeker berarti bahwa investor akan memilih taruhan yang fair.

(46)

bentuk kurvanya akan melengkung dengan peningkatan yang makin meningkat.

Keadaan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Fungsi Utilitas Berbagai Preferensi Risiko Sumber : Husnan, 2003

Secara umum, dalam analisis portofolio diasumsikan bahwa para investor

adalah risk averse. Jika dikaitkan dengan aksioma di atas, risk avertion berarti bahwa nilai certainty equivalent akan selalu lebih kecil dari nilai pengharapan (expected value). Pada risk averse diagram fungsi utilitas bisa dirubah menjadi diagram dengan sumbu datar risiko ( ) dan sumbu tegak tingkat keuntungan yang

diharapkan (E[R]). Perubahan ini perlu, karena analisis portofolio selalu

digambarkan dalam diagram seperti itu. Dengan diagram seperti itu, maka fungsi

utilitas akan digambarkan sebagai garis lengkung yang meningkat dengan tingkat

yang makin tinggi. Karekteristik ini sesuai dengan ciri yang menjelaskan bahwa

investor yang risk averse menghargai unitwealth yang pertama lebih tinggi dari unit wealth berikutnya. Juga berarti bahwa investor harus dikompensir dengan tambahan tingkat keuntungan yang makin tinggi kalau mereka diharuskan

menanggung tambahan unit risiko yang sama. Keadaan tersebut ditunjukkan pada

Gambar 5.

Indeks Utilitas

Risk Neutral

Risk Sekker Risk Averter

Gambar

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..........................................   41
Tabel 1.  Kontribusi Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha(Persentase) Tahun 2007
Gambar 1.  Realisasi dan Target Penjualan Produk Lembaga Pertanian Sehat
Tabel 2. Perubahan Proporsi Alokasi Modal Untuk Keempat Produk Lembaga
+7

Referensi

Dokumen terkait