• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.3. Metode Pengolahan dan Analisa Data

4.3.3. Optimalisasi dengan Model Linear Programming

Optimalisasi bertujuan untuk mendapatkan kombinasi alokasi modal terbaik dengan minimisasi risiko sehingga mampu memberikan pendapatan yang optimal bagi perusahaan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi adalah metode Linear Programming ( Soekartawi, 1992).

Optimalisasi dilakukan terhadap parameter-parameter fungsi tujuan yang merupakan nilai koefisien beta portofolio yang diperoleh dari metode single-

index. Optimasi dilakukan dengan meminimumkan variasi penerimaan untuk masing-masing kelompok produk.

4.3.3.1. Fungsi Tujuan

Tujuan optimalisasi risiko portofolio dalam penelitian ini adalah bagaimana meminimumkan tingkat risiko yang terjadi pada diversifikasi yang dilakukan oleh LPS. Sehingga perlu untuk menganalisis bagaimana pengalokasian modal yang dimiliki LPS untuk masing-masing produk agar mencapai risiko minimum, yang sekaligus menjadi fungsi tujuannya atau tingkat risiko optimal.

Fungsi yang ingin dicapai adalah meminimumkan tingkat risiko keseluruhan yang masing-masing produk diwakili oleh besarnya nilai Single- Index portofolio Xi i)/beta portofolio (Husnan, 2003). Nilai ini didapat dengan mengatur proporsi alokasi modal dari investasi yang digunakan untuk masing- masing produk, dimana nilai keseluruhan proporsi diharapkan bernilai 1, artinya keseluruhan modal dari investasi (Supranto, 2005). Berdasarkan rumus umum model Linear Programming, maka secara lengkap fungsi tujuan model optimalisasi risiko portofolio dapat dinyatakan sebagai berikut (Supranto, 2005):

Minimum Z = 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4 Dimana

Z = Risiko.

X1 = Proporsi alokasi modal pada pemasaran produk beras SAE.

X2 = Proporsi alokasi modal pada pemasaran produk OFER dan Top Soil. X3 = Proporsi alokasi modal pada pemasaran produk PASTI dan Bio Mentari. X4 = Proporsi alokasi modal pada pemasaran produk VIR (Vitura dan Virexi).

1 = Besarnya risiko produk beras SAE yang diperoleh dari analisissingle index. 2 = Besarnya risiko produk OFER dan Top Soil yang diperoleh dari analisis

single index.

3 = Besarnya risiko produk PASTI dan Bio Mentari yang diperoleh dari analisis

single index.

4 = Besarnya risiko produk VIR (Vitura dan Virexi) yang diperoleh dari analisis

single index.

4.3.3.2. Kegiatan/aktivitas

Kegiatan yang akan ditelaah dalam penelitian ini meliputi kegiatan produksi dan pemasaran, yang kemudian kesatuan kegiatan ini akan diukur dengan satuan rupiah, rupiah/liter, rupiah/botol, sesuai dengan kondisi dilapang.

4.3.3.3. Fungsi Kendala

Faktor-faktor yang akan menjadi kendala dalam meminimumkan tingkat risiko dalam penelitian ini meliputi biaya yang dikeluarkan perusahaan dan penyesuaian alokasi modal.

Kendala yang dihadapi LPS dalam pencapaian tingkat risiko optimal adalah pengaruh alokasi modal tersebut terhadap :

1) Kendala pengalokasian seluruh modal yang tersedia untuk memproduksi dan memasarkan produk. Pengalokasian modal merupakan rata-rata modal LPS yang digunakan untuk seluruh jenis produk, sedangkan total modal yang dialokasikan pada masing-masing kelompok produk dibuat sama dengan satu (1).

2) Kendalagross marginmerupakan selisih dari rata-rata penjualan terhadap harga pokok penjualan dari masing-masing produk. Koefisien fungsi kendala merupakan hasil olahan nilai selisih tersebut, dimana hasil tersebut dapat menunjukan pengaruh alokasi modal terhadap perubahan nilaigross margin dari total seluruh kelompok produk (yang bernilai sama dengan satu (1).

3) Kendala beban operasional penjualan dan biaya administrasi dan umum, ditunjukkan oleh koefisien, yang merupakan rata-rata biaya perbulan yang dikeluarkan oleh LPS untuk masing-masing kelompok produk, sehingga dapat menunjukan pengaruh perubahan pengalokasian modal. Sedangkan nilai ruas kanan masing-masing kendala adalah total rata-rata biaya tersebut perbulan (yang bernilai sama dengan satu (1).

Lebih lanjut fungsi kendala dapat di uraikan menjadi beberapa bagian berikut ini :

1. Kendala pengalokasian seluruh modal yang tersedia X1+ X2+ X3+ X4= a (= 1)

2. Kendala gross margin

m1X1 + m2X2 + m3X3 + m4X4 b ( 1)

m1,...,m4 = koefisien teknologi gross margin masing-masing kelompok produk.

3. Kendala beban operasional penjualan P1X1 + P2 X2 + P3 X3 + P4 X4 c ( 1)

P1,...,P4 = koefisien beban operasional penjualan.

c = total beban operasional penjualan produk aktual.

4. Kendala biaya administrasi dan umum a1X1 + a2 X2 + a3X3+ a4 X4 d ( 1)

a1,...,a4 = koefisien teknologi penggunaan biaya administrasi dan umum.

d = total biaya administrasi dan umum.

4.3.4. Analisis Sumberdaya dengan Analisis Primal dan Dual

Berdasarkan analisis primal akan diperoleh nilai kombinasi investasi (produk) yang terbaik yang menghasilkan tujuan yang optimal pada tingkat risiko minimum. Nilai ini diperoleh dengan membandingkan antara kombinasi optimal dengan kombinasi aktual, sehingga dapat diketahui apakah kombinasi yang selama ini sudah optimal. Sedangkan dari analisis dual akan diperoleh nilai slack/surplus dan nilai dualnya. Nilai yang diperoleh akan sangat membantu dalam penentuan apakah ada sumberdaya yang masih bisa dihemat atau tidak (Taha, 1982).

4.3.5. Analisis Kepekaan

Kondisi optimal yang telah diperoleh dapat mengalami perubahan sebagai akibat adanya perubahan-perubahan nilai kendala yang terdapat dalam model optimalisasi. Untuk itu perlu dilakukan analisis kepekaan untuk mengetahui pengaruh perubahan-perubahan tersebut. Hasil analisis ini akan sangat membantu

tindakan penyesuaian-penyesuaian dalam alokasi modal pada masing-masing produk, yang kemudian bisa direkomendasikan kepada pihak LPS.

4.3.6. Rekomendasi Hasil Optimalisasi Terhadap Kondisi Perusahaan

Implementasi dari hasil optimalisasi sangat tergantung pada sikap pihak manajemen LPS dalam menghadapi risiko yang mereka terima.

4.4. Definisi Operasional

1. Proporsi penggunaan modal, merupakan prosentase penggunaan modal suatu jenis produk terhadap total modal yang tersedia.

2. Gross margin, merupakan selisih harga jual dikurangi harga pokok penjualan.

3. Penerimaan penjualan, merupakan penerimaan dari produk yang dijual yang dikuantifikasi ke dalam rupiah (Rp).

4. Beban operasional penjualan merupakan seluruh biaya yang diperlukan untuk menjual produk, seperti honor sales, sewa kantor dan gudang, advertensi, angkut dan BBM, akomodasi pengiriman, penagihan, dan akomodasi marketing, perawatan kendaraan, administrasi kendaraan, komunikasimarketing dan distribusi, komunikasi sales, transportasi sales, dan lain-lain.

5. Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya rumah tangga kantor, beban gaji, perlengkapan kantor, listrik, telepon, PDAM, gas, administrasi, penjamuan dan rapat, akomodasi umum, benda-benda pos, dan beban lainnya.

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Lembaga Pertanian Sehat (LPS) pada awalnya didirikan tahun 1999 di Desa Cibanteng Kelurahan Darmaga Kabupaten Bogor. Lembaga ini berbentuk Laboratorium Biologi Dompet Dhuafa Republika dengan tugas utama mengembangkan dan memproduksi biopestisida berbahan aktif NPV (nuclear polyhedrosis virus) yang ramah lingkungan. Produk biopestisida yang berbahan aktif virus patogen serangga hama. LPS merupakan produsen pertama di Indonesia yang menghasilkan biopestisida dengan nama VIR-L, VIR-X dan VIR- H. Selain itu dari perluasan program tahun 2000, juga telah dikembangkan pupuk organik OFER dan pestisida nabati PASTI yang ramah lingkungan.

Adanya perubahan tugas dan reposisi kelembagaan dalam kegiatan jejaring asset reform Dompet Dhuafa Republika, maka sejak tahun 2002 LPS berubah menjadi sebuah lembaga otonom yang memiliki tugas dan fungsi lebih luas di bidang pertanian. LPS saat ini ditangani oleh tenaga ahli peneliti dan tenaga ahli/trainer pertanian organik yang berpengalaman di bidangnya yang memiliki visi dan misi sebagai berikut:

• Visi : Menjadi lembaga yang mandiri dan profesional dalam bidang penelitian, pembinaan dan usaha pertanian sehat (agro-sehat) yang memberikan manfaat ekonomi secara langsung bagi kesejahteraan petani dhuafa dan masyarakat secara keseluruhan.

• Misi

1. Meneliti dan mengembangkan teknologi-teknologi sarana produksi pertanian yang menggunakan bahan baku lokal, murah dan ramah lingkungan secara mandiri maupun menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta. 2. Merakit teknologi sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan yang berbasis

pada potensi sumber daya alam lokal yang bermanfaat bagi petani dhuafa. 3. Membina kemandirian dan menjalin kemitrausahaan dengan para petani alam

bidang kegiatan produksi sarana pertanian sehat berskala home industry dan produk-produk pangan/sayuran organik yang menguntungkan dan memberikan dampak ekonomi dan kesehatan secara langsung bagi petani maupun masyarakat secara umum.

4. Mensosialisasikan dan melakukan kegiatan bisnis saprotan dan produk-produk sehat mitra jejaringasset reformyang memiliki nilai tambah, daya saing, halal dan thoyib serta berkelanjutan.

Penelitian dan pengembangan teknologi saprotan yang dilaksanakan oleh LPS yang bertujuan menghasilkan saprotan yang alami dan tepat guna, telah menghasilkan beberapa produk unggulan yang menggunakan bahan baku lokal, mudah diperoleh dan bardaya saing serta dapat diproduksi secara mandiri oleh petani. Selain itu LPS juga memiliki program kegiatan yang diperuntukkan bagi petani dhuafa dan masyarakat secara umum dan juga dalam rangka mewujudkan pertanian sehat dan ramah lingkungan dan berkelanjutan.

5.2. Aktivitas Lembaga Pertanian Sehat

Latar belakang aktivitas adalah untuk mencapai pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan dengan merubah pola tanam dan prilaku petani dari konvensional ke sistem bertani sehat dengan melakukan pembinaan secara bertahap dan berkesinambungan kearah pertanian minimal berbasis bertani bebas pestisida. Petani dibimbing dan dikenalkan dan dianjurkan untuk menggunakan sarana produksi yang aman, bijak, berbahan lokal dan harga terjangkau denganproses bio-teknologi maupun rendah bahan kimia melalui pola pertanian terpadu yang berwawasan ramah lingkungan.

Selain itu LPS juga melakukan aktivitas yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan petani dalam hal keterbatasan lahan, rendahnya kesuburan lahan, tingginya harga saprotan, keterbatasan permodalan, rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterampilan, dan fluktuatifnya harga hasil panen, serta rendahnya nilai tukar petani terhadap barang industri dan jasa, yang mengindikasikan kehidupan petani semakin tidak sejahtera. Aktivitas pokok LPS dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Enam Bidang Aktivitas Pokok Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2005 No. Bidang Pokok Garis Besar Kegiatan

1. Penelitian dan

Pengembangan Sarana Produksi Pertanian Sehat

• Penelitian dan perakitan sarana produksi pertanian

sahat yang tepat guna

• Pelkasanaan uji coba efektivitas produk melalui

demonstrasi plot (demplot)

• Uji laboratorium dan standarisasi saprotan seha/organik

• Membantu proses standarisasi dan sertifikasi produk

pertanian sehat bagi petani binaan dan umum 2. Pelayanan

Informasi

Teknologi Sistem Pertanian Sehat Terpadu

• Pelayan studi pustaka tentang pertanian organik secara

terpadu dan berkelanutan

• Kerjasama kegiatan pertanian sehat dengan pihak

swasta terkait baik tingkat daerah maupun nasional (pelatihan, seminar, workshop)

• Penyusunan buku panduan, modul pelatihan dan

brosur-brosur tentang pertanian organik dan pertanian terpadu

3. Pembangunan Pusat Pertanian Sehat Terpadu

• Membangun sarana fisik dan wisata pertanian terpadu

(kantor, laboratorium,ruang dan mess pelatian, ruang produksi, workshop)

• Budidaya tanaman secara organik : padi, sayuran, buia-

buahan, tanaman obat dan tanaman pengendali hama

• Peternakan terpadu skala usaha, meliputi sapi pedaging,

domba garut, ayam kampung dengan pengelolaan kompos dan biogas serta perikanan darat.

• Budidaya jamur shimeji/tiram organik skala usaha

4. Pelatihan dan bina

Kader Pertanian Sehat

• Kegiatan magang bagi petani dhufa dan masyarakat

secara umum

• Bimbibgab penelitian dan konsultasi teknologi

pertanian sehat bagi mahasiswa (S1, S2 dan S3) dan pelaku agribisnis

• Pembentukan dan pembinaan kelompok tani sehat

(KTS)

• Pelatihan manajemen dan budidaya pertanian sehat

• Pengkaderan petani inovator untuk pertanian sehat

5. Produksi dan

Pemasaran Sarana dan Hasil

Pertanian Sehat

• Kerjasama dengan berbagai lembaga pemerintah atau

swasta dalam upaya sosialisasi saprotan dan teknologi

• Produksi sarana pertanian dan sayuran organik/padi

bebas pestida bekerjasama dengan petani

• Melakukan kegiatan bisnis saprotan sehat dan

membentuk jaringan pemasaran hasil pertanian sehat yang kuat dan tangguh

6. Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S)

• Penyediaan lahan garapan beserta subsidi sarana

produksi dalam jangka waktu tertentu

• Pendamping kegiatan usaha pertanian sehat

• Transfer teknologi produ-produk pertanian sehat

kepada petani untuk diproduksi secara mandiri

5.3. Lokasi Perusahaan

Lembaga Pertanian Sehat berlokasi di jalan Rancamaya No. 22, Kelurahan Harja Sari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Denah lokasi LPS dapat di lihat pada Lampiran 3. Untuk melakukan aktivitas produksi, pengemasan produk, dan administrasi, LPS menggunakan satu rumah yang sekaligus berfungsi sebagai kantor, mini laboratorium, dan gudang.

5.4. Struktur Organisasi Perusahaan

Berdasarkan Surat Keputusan No. 001/SK-Dir/LPS/II/1430/2008, struktur organisasi LPS terdiri dari Direktur, Manajer Umum, Manajer Umum dibantu oleh beberapa manajer yaitu: Manajer Program, Manajer Produksi dan Bisnis (probis), dan Manajer Administrasi dan Keunagan. Masing-masing manajer membawahi beberapa divisi, koordinator divisi, staf pendamping dan staf karyawan. Direktur bertugas sebagai pengawas, pengambil keputusan tertinggi dan utama, serta penasehat bagi seluruh aktivitas yang berlangsung di perusahaan. Manajer Program bertugas menjamin kelancaran perencanaan dan pelaksanaan program-program LPS termasuk menjamin keberhasilan, keberlanjutan, dan perluasan program. Manajer Probis bertugas menjamin kelancaran produksi termasuk didalamnya menjamin kualitas produk yang dihasilkan, pengelolaan pemasaran produk yang dihasilkan termasuk didalamnya mencari pelanggan- pelanggan baru. Sedangkan Administrasi dan Keuangan bertugas mengelola sumberdaya manusia dan aktivitas-aktivitas yang bersifat umum dan bertugas mengelola arus keluar masuk kas dari aktivitas-aktivitas perusahaan. Struktur organisasi secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Struktur Organisasi Lembaga Pertanian Sehat Tahun 2009 Sumber : Profil Lembaga Pertanian Sehat, Tahun 2009

5.5. Sistem Ketenagakerjaan

Komposisi ketenagakerjaan LPS terdiri dari divisi/unit kerja yang terdiri atas satu orang karyawan manajemen (Direktur) dan satu orang karyawan manajemen (Produksi), satu orang karyawan produksi, lima orang karyawan penelitian dan pengembangan, enam orang karyawan bisnis, tujuh orang karyawan pemberdayaan, satu orang karyawan keuangan dan tiga orang karyawan administrasi.

Tingkat pendidikan karyawan LPS bervariasi, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, D1, S2, dan S2. Rekapitulasi karyawan LPS dapat dilihat pada Tabel 5. Tenaga kerja tersebut dilatih, diarahan dan dibina, serta diberikan fasilitas peningkatan kualitas seperti workshop, training, dan lain-lain.

Tabel 5. Rekapitulasi Karyawan Lembaga Pertanian Sehat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008

Pendidikan

No Divisi/Unit Kerja S2 S1 D1 SMA SMP SD

1 Manajemen (Direktur) 1 2 Manajemen (Produksi) 1 3 Produksi 1 4 Litbang 2 1 2 5 Bisnis 2 3 1 6 Pemberdayaan 5 1 1 7 Keuangan 1 8 Administrasi 1 1 1 Total 1 13 1 5 4 1

Sumber : Laporan Tahunan Lembaga Pertanian Sehat, Tahun 2008 5.6. Fasilitas Produksi

Produk-produk yang dipasarkan oleh LPS tidak semuanya diproduksi secara langsung oleh LPS. Produk yang diproduksi oleh LPS adalah OFER dan Top soil, PASTI dan Bio Mentari, dan VIR (Vitura dan Virexi). Fasilitas produksi utama yang digunakan dalam memproduksi OFER dan Top Soil adalah gudang, siller, karung, dan timbangan. Untuk produk PASTI dan Bio Mentari, fasilitas utama yang digunakan adalah gudang, bak, botol, filter, blender, alat takar, corong, pengaduk, siller, dan stiker tempel. Sedangkan fasilitas yang digunakan dalam memproduksi VIR (Vitura dan Virexi) adalah mini laboratorium, frezzer, mixer, blender, bak, alat penakar, alat pengaduk, baki plastik, pengering, tampa, inner(aluminium foil),siller, dus, dan label.

Khusus beras SAE, produk ini tidak diproduksi oleh LPS. Beras SAE didapatkan dengan cara membeli beras dari petani binaan LPS dengan perjanjian mutu. Fasilitas yang digunakan dalam memproduksi beras SAE adalah gudang, karung, mesin jahit, timbangan 15 dan 50 kilogram,siller, danlot number.

5.7. Deskripsi Produk 5.7.1. Beras SAE

Beras SAE merupakan beras bebas pestisida, SAE merupakan singkatan dari sehat, aman, dan enak. Sampai saat ini beras SAE sebagai produk penyumbang pendapatan terbesar bagi LPS, juga mulai menjadi branding LPS. Permintaan terhadap beras terus meningkat sejalan pola hidup back to nature. Permintaan beras 10 persen (Jakarta) dan lima persen (Bogor, Depok, dan Bekasi). Dasar penentuan harga beras didasarkan kepada harga pokok pembelian, biaya promosi, dan biaya distribusi, dan lain-lain. Harga berdasarkan jenis kemasan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Daftar Harga Beras SAE Berdasarkan Jenis Kemasan Tahun 2008

Kemasan (Kg) Harga Agen (Rp)

2,5 19.000

5 38.000

20 136.000

25 165.000

Sumber : Laporan Tahunan Lembaga Pertanian Sehat, Tahun 2008

Realisasi penjualan tahun 2008 mencapai 136.238 kg (± 136 ton) dengan nilai transaksi mencapai Rp 964.339.000 atau 68 persen mencapai target. Penjualan tertinggi terjadi pada bulan Ramadhan (zakat fitrah) karena ada penjualan yang berkerja sama dengan Dewan Keluarga Masjid (DKM) sejabodetabek melalui penjualan beras SAE dalam kemasan 2.5 kg dengan harga khusus.

5.7.2. OFER dan Top Soil

OFER adalah pupuk organik, ramah lingkungan, tidak berbau, tidak panas, dan dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. OFER mengandung unsur hara yang komposisinya terdiri dari: Nitrogen, P2O5, K2O, CaO, dan MgO. Sedangkan Top Soil merupakan media semai dan tanam organik. Sampai saat ini produk masih dijadikan satu paket penjualan bersama dengan OFER.

OFER dijual dalam dua jenis kemasan yaitu kemasan 2 kg dan kemasan 20 kg, (untuk para hobies biasanya mereka lebih menyukai dalam kemasan kecil, sedangkan pengusaha menyukai dalam kemasan besar), sedangkan Top Soil hanya dijual dalam kemasan 2.5 kg. Tahun 2008 Realisasi penjualan OFER mencapai 58.403 kg (± 58 ton) dan Top Soil mencapai 12.490 kg (± 12 ton) dengan nilai transaksi keduanya mencapai Rp 67.162.500 atau 50 persen mencapai target. Tidak terpenuhi target diperkirakan karena turunnya daya beli akibat krisis global, turunya trend florist, serta petani cenderung menunggu paket pupuk bantuan dari pemerintah. Harga OFER dan Top Soil berdasarkan jenis kemasan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Daftar Harga OFER dan Top Soil Berdasarkan Jenis Kemasan Tahun 2008

Jenis Produk Harga Agen (Rp)

OFER 2 kg 1.800

OFER 20 kg 18.000

Top Soil 2,5 kg 2.500

Sumber : Laporan Tahunan Lembaga Pertanian Sehat, Tahun 2008 5.7.3. PASTI dan Bio Mentari

PASTI merupakan pestisida nabati yang berbahan aktif ekstrak biji mimba (Azadirachtia). PASTI mampu mengendalikan hama jenis ulat, kutu daun, wereng, belalang penghisap polong, kumbang, lalat bibit, dan lalat buah. Juga cocok untuk tanaman sayur, buah, padi, dan palawija. Produk ini masih membutuhkan promosi untuk memperkenalkan produk karena masih dianggap produk baru, juga membutuhkan penyebaran informasi tentang cara pengaplikasian di lapangan.

Bio Mentari merupakan pupuk organik cair yang terbuat dari bahan alami lumpur cair (Slurry) keluaran dari biologis peternakan sapi yang mudah terurai di alam dan ramah lingkungan. Pupuk bisa membantu pertumbuhan tanaman dan juga membantu menyuburkan tanah. Produk ini untuk jenis sayur-sayuran, palawija, dan tanaman hias.

PASTI dan Bio Mentari dijual dalam kemasan botol 500 ml, di tahun 2008 realisasi penjualan mencapai 438 botol (219 liter ) dengan nilai transaksi

mencapai Rp 8.969.500. Harga PASTI dan Bio Mentari berdasarkan jenis kemasan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Daftar Harga PASTI dan Bio Mentari Berdasarkan Jenis Kemasan Tahun 2008

Jenis Produk Harga Agen (Rp)

PASTI 500 ml 18.000

Bio Mentari 500 ml 10.000

Sumber : Laporan Tahunan Lembaga Pertanian Sehat, Tahun 2008 5.7.4. VIR (Vitura dan Virexi)

Vitura merupakan bioinsektisida berbahan aktif virus Spodoptera litura nuclear polyheddrosis (SI-NPV), sedangkan Virexi merupakan bioinsektisida berbahan aktif virus Spodoptera exigua nuclear polyheddrosis (Se-NPV). Vitura digunakan untuk membasmi ulat grayak yang menyerang cabe, tembakau, kedelai, dan kacang-kacangan. Sedangkan Virexi digunakan untuk membasmi ulat grayak yang menyerang bawang merah, bawang putih, dan bawang daun. Kedua produk pada saat penggunaan dapat dicampur dengan bahan perekat atau pupuk organik cair.

Vitura dan Virexi diproduksi berdasarkan pesanan PT NASSA, sehingga penjualan sangat tergantung dari permintaan pelanggan, orientasi PT NASSA yang mengarah pada optimalisasi produk “food grade” menyebabkan permintaan kedua produk ini mengalami penurunan dikarenakan aspek legalitas yang belum masih diragukan oleh PT NASSA.

Vitura dan Virexi dijual dalam dus 100 gram, di tahun 2008 realisasi penjualan Vitura mencapai 1579 dus, sedangkan Virexi mencapai 1655 dus, dengan nilai transaksi mencapai Rp 31.493.000. Harga Vitura dan Virexi berdasarkan jenis kemasan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Daftar Harga Vitura dan Virexi Tahun 2008

Jenis Produk Harga Agen (Rp)

Vitura 100 Gram 9.500

Virexi 100 Gram 10.000

5.8. Proses Produksi

Beras SAE merupakan beras bebas pestisida yang diproduksi dengan teknologi ramah lingkungan oleh kader petani sehat yang ikut serta dalam Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) yang dibina oleh LPS. Khususnya beras SAE produk ini tidak langsung diproduksi oleh LPS, melainkan membeli produk dari petani dengan perjanjian kualitas. Produk yang dibeli kemudian dikemas dan dipasarkan oleh LPS.

OFER merupakan pupuk kompos (Organic Fertilizer) yang terbuat dari limbah kotoran sapi, jerami/hijauan dan arang sekam dan diolah dengan proses fermentasi dan bisa dijadikan media tumbuh. Top soil menggunakan bahan baku yang relatif sama dengan OFER, pada Top Soil ada komposisi tambahan dan pada saat finishing ditambah perlakuan yakni pemberian tanah kering dan sekam. Alur proses pembuatan OFER dapat dilihat pada Lampiran 4.

PASTI merupakan pestisida nabati yang terbuat dari biji nimba yang diekstraksi dan dicampur dengan bahan-bahan lain. Alur proses pembuatan PASTI dapat dilihat pada Lampiran 5.

Vitura merupakan bioinsektisida yang terbuat dari virusSpodoptera litura nuclear polyheddrosis (SI-NPV) generasi X, yang diekstraksi menjadi VIR X setengah jadi, kemudian ekstraksi dibuat menjadi adonan yang kemudian dikeringkan sampai menghasilkan produk akhir berupa granul Vitura yang siap kemas. Proses pembuatan Virexi relatif sama dengan pembuatan Vitura, hanya saja pada Virexi bahan yang digunakan adalah virus Spodoptera exigua nuclear polyheddrosis (Se-NPV) generasi L yang diekstraksi menjadi VIR L. Alur proses pembuatan Bio-Insektisida VIR dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.9. Pemasaran Produk

Pemasaran dilakukan melalui agen lama dan pembentukan agen baru. Kunjungan rutin kepada agen lama sekaligus mendatangi calon konsumen baru sepanjang jalur kunjungan dan jalur distribusi. Upaya penetrasi pasar dan promosi dilakukan melalui iklan di koran, iklan di websitewww.pertaniansehat.or.id, juga melalui promosi dengan model diskon penjualan dalam jumlah tertentu, ini juga diberikan kepada calon agen yang tertarik memasarkan produk LPS. Selain itu LPS juga menggunakan ajang pameran untuk promosi dengan tujuan untuk

memperkenalkan produk dan meningkatkan hubungan emosional dengan

Dokumen terkait