• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Risiko

Pengambilan keputusan dari perencanaan finansial suatu perusahaan akan menimbulkan tingkat risiko dan tingkat pendapatan tertentu, sehingga keputusan finansial yang diambil haruslah dengan mempertimbangkan pendugaan terhadap tingkat risiko dan pendugaan tingkat pendapatan dari kegiatan tersebut terhadap perusahaan.

Menurut Kadarsan (1995), risiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau berbagai akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaan dari kedua hasil itu adalah, bahwa risiko menjabarkan keadaan yang hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan yang hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui.

Lebih lanjut, risiko perusahaan terjadi karena adanya berbagai alternatif penyaluran modal atau investasi yang mengakibatkan perbedaan tingkat pendapatan yang diterima oleh setiap arus investasi. Perbedaan tingkat pendapatan ini disebabkan karena setiap unit usaha memiliki sifat dan kegiatan produksi sendiri.

Di bidang pertanian dikenal ada dua macam risiko, yaitu risiko perusahaan dan risiko keuangan. Risiko perusahaan berhubungan dengan bermacam-macam tingkat pendapatan yang diterima akibat bermacam-macam kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan agribisnis. Risiko keuangan berhubungan dengan pelaksanaan keputusan-keputusan di bidang keuangan dan pembiayaan. Sekurang-kurangnya ada lima sebab utama terjadinya suatu risiko, yakni ketidakpastian produksi, tingkat harga, perkembangan teknologi, tindakan- tindakan perusahaan dan orang atau pihak lain, dan karena sakit, kecelakaan atau kematian (Kadarsan, 1995)

3.1.2. Konsep Portofolio

Menurut Kadarsan (1995), portofolio didefinisikan sebagai kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio ini menerangkan penyaluran

modal ke arah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori ini menjelaskan bagaimana memilih alternatif investasi dari berbagai portofolio yang optimum, yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi dari suatu tingkat resiko tertentu.

Lebih lanjut, toeri ini dibangun atas asumsi bahwa para investor tidak menginvestasikan seluruh dananya hanya untuk satu jenis investasi dan investor cenderung menghindari resiko, dimana jika memiliki beberapa pilihan portofolio yang efisien maka yang dipilih portofolio yang paling optimal, sehingga harapannya bahwa dengan diversifikasi investasi, fluktuasi tingkat keuntungan akan semakin berkurang karena saling menghilangkan.

Koewn (1999) menjelaskan ada dua motif suatu perusahaan melakukan portofolio, yaitu motif internal dan motif eksternal. Motif internal berasal dari sikap dan tindakan-tindakan dalam manajemen perusahaan, sedangkan motif eksternal berasal dari pertimbangan kecenderungan industri dalam jangka panjang, siklus fluktuasi bisnis, inflasi, dan risiko tingkat harga. Dalam implementasinya portofolio dibatasi oleh dua alasan berikut, 1) modal yang dapat digunakan investor relatif kecil, sehingga portofolio dalam banyak jenis akan mengakibatkan nilai yang sangat kecil pada setiap jenisnya; 2) secara individu akan sulit dan mahal untuk mengawasi perkembangan banyak produk.

Lebih lanjut, perusahaan bisa memilih portofolio jika mencapai portofolio yang efisien. Dalam toeri portofolio, portofolio yang efisien disebut sebagai efficient frontier, yaitu kombinasi aset yang menghasilkan pengembalian yang maksimal dengan tingkat risiko tertentu, sehingga setiap portofolio yang terletak padaefficient frontiermerupakan portofolio yang efisien.

3.1.3. Preferensi Investor Terhadap Risiko

Menurut Husnan (2003), pemilihan salah satu dari berbagai alternatif portofolio sangat tergantung kepada preferensi investor terhadap risiko. Kesulitan dalam merumuskan preferensi risiko bisa dibantu dengan menggunakan model utilitas yang diharapkan (expected utility model), yaitu suatu model yang mendasari pemilihan portofolio dalam konteks mean-variance model. Model ini menyatakan bahwa para investor akan memilih suatu kesempatan investasi yang

memberikan utilitas yang diharapkan tertinggi. Utilitas yang diharapkan yang tertinggi tidak selalu sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan tertinggi. Berdasarkan model ini digunakan beberapa aksioma tentang perilaku investor dalam pengambilan keputusan investasi. Aksioma-aksioma tersebut adalah;

1. Para investor mampu memilih berbagai alternatif dengan menyusun peringkat dari alternatif-alternatif tersebut sehingga bisa diambil keputusan.

2. Setiap peringkat alternatif-alternatif tersebut bersifat transitif. Artinya, jika investasi A lebih disukai daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka A tentu lebih disukai daripada C.

3. Para investor akan memperhatikan risiko alternatif yang dipertimbangkan, dan tidak memperhatikan sifat alternatif-alternatif tersebut. Misalnya, investor tidak akan mempertimbangkan apakah suatu kesempatan investasi lebih padat modal ataukah lebih padat karya.

4. Para investor mampu menentukancertainty equivalent dari setiap investasi yang tidak pasti. certainty equivalent suatu investasi menunjukkan nilai pasti yang ekuivalen dengan nilai pengharapan dari suatu investasi.

Keempat aksioma tersebut bisa digunakan untuk menyusun fungsi utilitas dari investor. Fungsi utilitas ini, kemudian bisa digunakan sebagai basis untuk menentukan model sikap investor terhadap risiko, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Model utilitas yang diharapkan menggunakan asumsi bahwa sikap investor terhadap risiko dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sikap investor yang tidak menyukai risiko (risk averse), netral terhadap risiko (risk nuetral), dan sikap yang menyukai risiko (risk seeker). Sikap risk averse berarti bahwa investor akan menolak taruhan yang fair. Sikap risk nuetral berarti bahwa investor bersikap indifference terhadap taruhan yang fair. Sedangkan sikap risk seeker berarti bahwa investor akan memilih taruhan yang fair.

Investor yang risk averse bentuk kurva fungsi utilitasnya adalah melengkung dengan peningkatan yang makin berkurang. Untuk investor yangrisk nuetral, bentuk kurvanya akan berupa garis lurus, dan investor yang risk seeker

bentuk kurvanya akan melengkung dengan peningkatan yang makin meningkat. Keadaan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Fungsi Utilitas Berbagai Preferensi Risiko Sumber : Husnan, 2003

Secara umum, dalam analisis portofolio diasumsikan bahwa para investor adalah risk averse. Jika dikaitkan dengan aksioma di atas, risk avertion berarti bahwa nilai certainty equivalent akan selalu lebih kecil dari nilai pengharapan (expected value). Pada risk averse diagram fungsi utilitas bisa dirubah menjadi diagram dengan sumbu datar risiko ( ) dan sumbu tegak tingkat keuntungan yang diharapkan (E[R]). Perubahan ini perlu, karena analisis portofolio selalu digambarkan dalam diagram seperti itu. Dengan diagram seperti itu, maka fungsi utilitas akan digambarkan sebagai garis lengkung yang meningkat dengan tingkat yang makin tinggi. Karekteristik ini sesuai dengan ciri yang menjelaskan bahwa investor yang risk averse menghargai unitwealth yang pertama lebih tinggi dari unit wealth berikutnya. Juga berarti bahwa investor harus dikompensir dengan tambahan tingkat keuntungan yang makin tinggi kalau mereka diharuskan menanggung tambahan unit risiko yang sama. Keadaan tersebut ditunjukkan pada Gambar 5. Indeks Utilitas Risk Neutral Risk Sekker Risk Averter Rupiah (Wealth)

Gambar 5. KurvaIndifference bagi Investor yangRisk Averse

Sumber : Husnan, 2003

Dokumen terkait