KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KELINCI FLEMISH GIANT, ENGLISH SPOT, DAN REX
DI KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI LIDIA FAFARITA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
LIDIA FAFARITA. D14102017. 2006. Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex di Kabupaten Magelang. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama :Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer
Pembimbing Anggota : Ir. Bram Brahmantiyo M.Si.
Kelinci (Oryctolagus cuniculus) merupakan ternak mamalia yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil daging untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Beberapa bangsa kelinci dapat dimanfaatkan sebagai panghasil fur
ataupun wol, ada juga yang menghasilkan daging sekaligus menghasilkan fur.
Kabupaten Magelang merupakan daerah penghasil kelinci, peternakan kelinci tersebut merupakan peternakan rakyat. Terdapat tiga bangsa kelinci yang disukai peternak dari segi bobot badan dan produksi dagingnya. Ketiga bangsa kelinci ini adalah Flemish Giant, English Spot dan Rex. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif ketiga bangsa kelinci yang dapat digunakan untuk budidaya ternak kelinci yang terpola dan sistematis.
Penelitian ini dilakukan terhadap: 20 ekor jantan dan 20 ekor betina Flemish Giant, 20 ekor jantan dan 20 ekor betina English Spot, 20 ekor jantan dan 20 ekor betina Rex. Kelinci yang diamati adalah kelinci dewasa kelamin (umur lebih dari 6 bulan). Pengamatan sifat kualitatif terdiri atas pola dan warna kelinci, warna mata, kualitas rambut, bentuk muka, dan bentuk pangkal paha. Sifat kuantitaf yang diamati adalah ukuran-ukuran tubuh yang diperoleh dengan pengukuran secara langsung.
Sifat-sifat kualitatif dianalisis secara deskriptif berdasarkan fenotipe setiap bangsa kelinci. Sifat-sifat kuantitatif dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Lengkap Faktorial untuk mengetahui pengaruh bangsa dan jenis kelamin terhadap bobot badan dan ukuran tubuh ketiga bangsa kelinci. Analisis Komponen Utama digunakan untuk mengetahui penciri ukuran dan bentuk tubuh ketiga bangsa kelinci dan untuk mendapatkan diskriminasi ukuran dan bentuk tubuh ketiga bangsa kelinci. Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur (umur 6-9 bulan dan umur ≥10 bulan) terhadap ukuran tubuh kelinci.
Hasil pengamatan sifat kualitatif menunjukkan kelinci Flemish Giant berpola
kelinci tidak berbeda nyata. Hasil Analisis Komponen Utama menunjukkan ukuran tubuh ketiga bangsa kelinci dicirikan oleh panjang tulang punggung dan bentuk tubuh dicirikan oleh lingkar dada.
ABSTRACT
Qualitative and Quantitative Characters of Flemish Giant, English Spot and Rex Rabbits in Magelang Regency
Fafarita, L., S. S. Mansjoer, B. Brahmantiyo.
Flemish Giant, English Spot and Rex are types of rabbits that are bred in the traditional farm in Magelang. These types of rabbit have great potential in meat and fur production. This research work was aimed to gather information on qualitative and quantitative characters of these species which further can be used to support systematic rabbits breeding. We observed that there are differences in qualitative characters of these three variants. Quantitative character i.e. size, is visible (P<0.01) for variant Rex compared to Flemish Giant and English Spot. Except that for thorax region (perimeter, deep and wide) ulna and humerus of these variants do not differ significantly. Analysis result of the Principal Component Analysis showed that the size of the three variants is characterized by the length of backbone, for female English Spot and Rex are also characterized by thorax perimeter. This character positively corresponds to the size of the animals. Shape is characterized by thorax perimeter, for male Rex rabbits are also characterized by length of their tibia and for female are characterized by length of their backbone. Size of the rabbits also corresponds to shape, except the character of female Rex rabbits i.e. thorax perimeter which negatively corresponds to their shape.
KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KELINCI FLEMISH GIANT, ENGLISH SPOT, DAN REX
DI KABUPATEN MAGELANG
LIDIA FAFARITA D14102017
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KELINCI FLEMISH GIANT, ENGLISH SPOT, DAN REX
DI KABUPATEN MAGELANG
Oleh
LIDIA FAFARITA D14102017
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 28 Desember 2006
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer Ir. Bram Brahmantiyo, M.Si. NIP. 130 354 159 NIP. 131 898 644
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kumango, Tanah Datar, Sumatera Barat, pada tanggal 15 Mei 1984 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Basri Samad dan Hafnah Syarif.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri 01 Kumango Utara, Tanah Datar, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP Negeri 3 Sungai Tarab, Tanah Datar, dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Sungai Tarab, Tanah Datar.
Tahun 2002 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor me-lalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex di Kabupaten Magelang” dibawah bimbingan Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer dan Ir. Bram Brahmantiyo M.Si.
Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Maret hingga April 2006 pada peternakan kelinci rakyat di lima kecamatan Kabupaten Magelang. Penulis tertarik melakukan penelitian ini karena kelinci merupakan salah satu ternak mamalia yang dapat diternakkan sebagai ternak penghasil daging, fur, wol dan berfungsi ganda. Disamping itu kelinci menghasilkan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Kabupaten Magelang dipilih sebagai lokasi penelitian sehubungan dengan populasi kelinci yang diternakkan oleh masyarakat sebagai ternak penghasil daging dan diusahakan secara serius.
Selama melakukan penelitian penulis tidak banyak mengalami kendala. Salah satu kendala yang penulis hadapi adalah jauhnya jarak antara peternak yang satu dengan peternak lainnya. Namun kendala ini dapat penulis hadapi dengan penuh semangat bersama teman sepenelitian dan tentunya dengan bantuan para peternak kelinci yang memberikan jasa transportasi dan sebagai petunjuk jalan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk memperbaiki karya ini. Mudah-mudahan informasi yang terkandung dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi peternak kelinci di Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
Keadaan Umum ... 24
Sifat Kualitatif ... 25
Pola dan Warna Rambut ... 25
Warna Mata... 27
Kondisi Kelinci ... 27
Sifat Kuantitatif... 29
Pertumbuhan dan Faktor yang Mempengaruhinya ... 29
Bobot Badan dan Ukuran Tubuh ... 33
Hasil Analisis Komponen Utama ... 44
Kelinci Jantan ... 44
Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES), dan Rex (R) ... 46
Kelinci Betina ... 48
Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Betina Flemish Giant (FG), English Spot (ES), dan Rex (R) ... 50
Gambaran Umum Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex pada Peternakan Kelinci Rakyat Kabupaten Magelang ... 51
Flemish Giant... 52
English Spot ... 52
Rex ... 52
KESIMPULAN... 54
Kesimpulan ... 54
UCAPAN TERIMA KASIH ... 55
DAFTAR PUSTAKA... ... 56
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.Fenotipe dan Genotipe Warna dan Pola Warna Kelinci... 12
2.Persentase fenotipe Kelinci Flemish Giant (FG),
5.Rerata dan Simpangan Baku Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kelinci Jantan dan Betina English Spot pada Dua Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R)
(umur>6 bln)... 33
8.Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Kepala Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) (umur>6 bln)... 35
9.Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Dada Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R)... 37
10.Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Kaki Kelinci Dewasa
Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R)... 38
11.Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Panjang Tulang Punggung Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R)... 40
12.Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Lebar Tulang Pinggul Kelinci
Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R)... 42
13.Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Daun Telinga Kelinci Dewasa
Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R)... 42
14.Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total (KT) dan Nilai Eigen (λ) pada Kelinci Jantan Flemish Giant (FG), English Spot (ES), Rex (R)... 45
15.Ringkasan Penciri Ukuran Dan Bentuk Tubuh Pada Kelinci
16.Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total (KT) dan Nilai Eigen (λ) pada Kelinci Betina Flemish Giant (FG), English Spot (ES), Rex (R)... 48
17.Ringkasan Penciri Ukuran Dan Bentuk Tubuh Pada Kelinci Betina
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kelinci Flemish Giant ... 6
2. Kelinci English Spot ... 7
3. Kelinci Rex ... 9
4. Peralatan Pengukuran Sifat Kuantitatif Ternak Kelinci ... 18
5. Metode Pengukuran Peubah Kerangka Kelinci ... 21
6. Fenotipe Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex ... 27
7. Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan Flemish Giant, English Spot dan Rex ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peta Wilayah Kabupaten Magelang... 59 2. Kondisi Geogafis Lima Kecamatan ... 59 3. Variasi Pola dan Warna Kelinci Flemish Giant, English Spot
dan Rex ... 60 4. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan
Betina Flemish Giant ... 61 5. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan
Betina English Spot... 61 6. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan
Betina Rex... 62 7. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kelinci Jantan dan
PENDAHULUAN Latar belakang
Kebutuhan protein yang meningkat dan belum terpenuhi di Indonesia sangat perlu diperhatikan. Kekurangan protein dapat merugikan generasi yang akan datang dilihat dari segi tingkat kecerdasan, pola pikir, dan tingkah laku sosial. Sumber protein dengan kualitas yang tinggi dapat diperoleh dari daging, susu, telur dan bahan lain yang dihasilkan oleh ternak. Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai dampak dari adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk perkotaan, pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang perlunya makanan yang berkualitas dan bergizi serta adanya dukungan membaiknya pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain peternakan belum mampu menyediakan produk daging dan susu untuk memenuhi permintaan konsumen dan industri, sehingga berakibat ketergantungan terhadap impor yang semakin besar.
Kelinci merupakan ternak pilihan untuk sumber daging keluarga, terutama keluarga yang berpenghasilan rendah. Konsumsi daging kelinci mulai digalakkan pada tahun 1982. Namun masyarakat Indonesia belum terbiasa mengkonsumsi daging kelinci karena anggapan bahwa kelinci merupakan ternak hias (fancy). Meskipun masyarakat Indonesia masih ragu untuk mengkonsumsi daging kelinci, permintaan dari luar negeri merupakan peluang untuk mengembangkan usaha ternak kelinci di Indonesia. Amat disayangkan sekali apabila permintaan-permintaan dari luar negeri tidak dapat dipenuhi, padahal Indonesia memiliki daerah-daerah yang cocok untuk mengembangkan usaha ternak kelinci. Populasi kelinci yang diharapkan sebagai penghasil daging juga masih sangat terbatas dan pusat-pusat pembibitan kelinci juga belum tersedia sehingga sangat sulit memperoleh bibit kelinci yang berkualitas. Pemanfaatan ternak kelinci yang tersedia di Indonesia dapat dilakukan dengan cara persilangan dan seleksi agar dapat dihasilkan ternak kelinci yang unggul.
dalam satu tahun), selain itu juga menghasilkan litter size yang cukup tinggi dibanding ternak lain (6-8 ekor per kelahiran). Kelinci juga menghasilkan limbah yang berguna antara lain urine dan feses yang bisa dijadikan pupuk organik untuk tanaman.
Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah penghasil kelinci di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. Pada saat ini ternak kelinci di Magelang mencapai ±22.399 ekor (Widodo, 2006), terdiri atas berbagai ras kelinci lokal maupun semi lokal dan kelinci impor yang asal usulnya sudah tidak diketahui dengan jelas. Bangsa kelinci yang banyak dipelihara peternak adalah Flemish Giant, English Spot dan Rex. Peternak Magelang memelihara ternak kelinci pedaging dalam skala rumah tangga sebagai usaha sambilan. Mereka sangat tertarik dalam usaha pengembangan ternak kelinci, meskipun sistem pengelolaan yang masih sederhana dan belum memperhatikan pola pembibitan yang baik. Peternak membiakkan kelinci tanpa memperhatikan asal usul dan kemurnian kelinci, dan hanya untuk mendapatkan kelinci dengan ukuran dan bobot yang besar. Pemeliharaan dengan pembibitan yang tidak terpola ini disebabkan kurangnya informasi tentang bagaimana pemeliharaan kelinci yang baik. Untuk itu perlu dilakukan sistem pengembangan yang lebih terpola dengan memanfaatkan potensi yang ada baik dari segi bibit maupun pakan yang tersedia.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi karakteristik sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif kelinci Flemish Giant, English Spot, dan Rex yang banyak dikembangkan di Kabupaten Magelang.
Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci
Sejarah dan Klasifikasi
Kelinci pertama kali didomestikasi pada Zaman Romawi dengan tujuan utama domestikasi adalah untuk mendapatkan dagingnya sebagai sumber pangan. Pada saat itu kelinci disebut leporaria (Cheeke et al., 1987). Kelinci liar (Oryctolagus cuniculus) berasal dari Eropa dan Afrika Utara. Beberapa bangsa kelinci ditemukan pada abad ke-16 yang menyebar di Perancis dan Itali (Lebas et al., 1986). Pada tahun 1606 Oliver de Series mengklasifikakan kelinci atas tiga kelas yaitu kelinci liar, semi liar, dan kelinci peliharaan (domestik). Pada mulanya kelinci diklasifikasikan kedalam ordo rodensia (binatang mengerat) yang bergigi seri empat,
tetapi akhirnya dimasukkan kedalam ordo lagomorpha karena bergigi seri enam (Cheeke et al., 1987). Linnaeus, pada tahun 1750 mengklasifikasikan kelinci ke
dalam:
Kerajaan : Animalia Philum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Lagomorpha Famili : Leporidae Genus : Oryctolagus Spesies : cuniculus
Potensi Produksi Kelinci
Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan (Ensminger, 1991). Umumnya kelinci dikelompokkan berdasarkan tujuan pemeliharaannya, yaitu sebagai penghasil daging, kulit rambut atau kelinci hias, meskipun ada tujuan ganda (Raharjo, 1988). Cheeke et al. (1987) berpendapat bahwa kelinci merupakan sumber daging karena mempunyai sifat-sifat yang cocok sebagai ternak kecil penghasil daging di Negara sedang berkembang. Disamping menghasilkan daging dan fur kelinci juga menghasilkan pupuk yang berupa campuran kotoran, sisa pakan dan urine, pupuk ini sangat baik untuk tanaman (Herman, 2003).
Karkas kelinci mencapai 60% dari bobot hidup (Lebas et al., 1986). Daging kelinci mengandung protein tinggi (18,5%) dan rendah kolesterol (136mg/100g) (Cheeke et al., 1987). Menurut Eschborn (1985) kelinci mempunyai rata-rata reproduksi yang tinggi dibanding ternak lain (bunting 30-32 hari, litter size rata-rata 7-8 ekor, selang beranak singkat, dan pertumbuhan relatif cepat).
Sanford (1980) menyatakan bahwa kelinci dapat dikembangkan dengan tiga cara. Pertama dengan mengendalikan sifat-sifat yang diwariskan untuk menghasilkan warna atau tipe kulit-rambut (fur), kedua mengkombinasikan sifat-sifat yang tampak pada dua atau lebih bangsa kelinci, ketiga sistim seleksi untuk sifat-sifat khusus yang dilakukan sampai derajat tertentu.
Biologi Umum Kelinci
Kelinci mempunyai kemampuan produksi yang cepat, dalam satu tahun kelinci dapat beranak 6-7 kali. Kelinci mencapai dewasa kelamin pada umur 5-6 bulan (Robinson, 1984). Kelinci baik dikawinkan pada umur sembilan bulan (Mahalovich, 2004). Masa bunting kelinci adalah 31-32 hari. Litter size sangat bervariasi tergantung bangsa dan tipe kelinci. Kelinci tipe besar mempunyai litter size 3-12 ekor dengan rata-rata perkelahiran 6-7 ekor per induk. Tipe medium dengan litter size 1-8 ekor dengan rata-rata kelahiran 5-6 ekor, dan tipe ringan dengan litter size 1-5 ekor dengan rata-rata perkelahiran 4 ekor (Robinson, 1984). Kelinci dapat dikawinkan kembali dua minggu setelah melahirkan (Raharjo, 1988).
Lebas et al. (1986), mengelompokkan kelinci berdasarkan ukuran tubuh dewasa, pertumbuhan rata-rata, dan umur mulai dewasa. Empat kelompok bangsa kelinci berdasarkan bobot hidup dan ukuran tubuh adalah
1) kelinci besar: bobot dewasa lebih dari 5 kg, potensi pertumbuhan bangsa ini dapat diekploitasi terutama untuk crossbreeding, seperti kelinci Bouscat Giant White, French Lop, Flemish Giant dan French Giant Papillon, bangsa ini secara genetik dapat memperbaiki pertumbuhan pada bangsa lain;
2) kelinci medium: bobot dewasa 3,5-4,5 kg, kelinci ini merupakan kelinci yang dapat dipelihara secara intensif untuk produksi daging, kelinci ini memiliki nilai produktivitas yaitu fertilitas yang tinggi, pertumbuhan cepat, perkembangan perototan yang bagus, kualitas daging yang baik, bangsa kelinci yang termasuk kedalam bangsa ini adalah English Silver, German Silver, Champagne d’Argent, New Zealan Red, New Zealand White dan Grand Chinchilla;
3) kelinci tipe ringan: bobot dewasa 2,5-3,0 kg, kelinci tipe ringan dapat berkembang dengan sangat cepat dan merupakan induk yang baik, konsumsi pakan lebih sedikit dari pada kelinci tipe besar dan medium dan bisa disilangkan untuk menghasilkan tipe ringan dengan berat karkas 1-1,2 kg, tipe ini terdiri atas Himalaya, Small Chinchilla , Dutch, dan French Havana; 4) kelinci kecil: bobot dewasa 1 kg, kelinci ini merupakan kelinci pertunjukkan,
Bangsa Kelinci
Flemish Giant. Ras ini di Indonesia dikenal sebagai Vlaames reus, kelinci raksasa dari Vlaam. Kelinci ini menonjol karena ukurannya yang besar dan kualitas fur nya yang bagus. Flemish Giant mempunyai karakteristik rambut pendek (Short hair). Bobot badan jantan rata-rata mencapai 6,3 kg, betina 6,8 kg dan ada yang mencapai 10-12 kg. Kelinci ini dipelihara untuk dikawinsilangkan dengan kelinci lain dalam usaha meningkatkan produksi daging.Variasi warna rambutnya banyak. Paling sering dijumpai adalah steel gray (abu-abu besi) dan sandy (seperti pasir). Warna lainnya adalah hitam, putih, light gray (abu-abu muda), biru, dan fawn. Umumnya kelinci ini bisa dikawinkan pada umur 10-12 bulan (Sarwono, 2001).
Gambar 1. Fenotipe Kelinci Flemish Giant (Mahalovic 2004)
memiliki pertulangan/kerangka yang besar dibanding kelinci komersial lainnya (Mahalovich, 2004).
English Spot. Ras ini berwarna putih dengan tutul hitam. Sepanjang punggung ada garis hitam dari pangkal telinga memanjang sampai ujung ekor. Perut bertutul hitam seperti puting susu, telinga hitam, mata dilingkari rambut hitam, sehingga tampak seperti memakai kaca mata. Hidung ditutupi rambut hitam berbentuk kupu-kupu. Selain dengan tutul hitam ada juga Eglish Spot dengan tutul biru, abu-abu, cokelat, kuning emas dan lembayung. Semua genetik Spot bersifat heterozigot, sehingga sulit mendapatkan keturunan yang serupa umumnya hanya 50% keturunan yang memiliki ciri-ciri serupa dengan induknya. Bobot kelinci dewasa 2,7-3,6 kg. Anak kelinci pertumbuhannya pesat, cocok untuk penghasil fur sekaligus daging. Kualitas rambutnya sangat baik untuk bahan pakaian dan karkasnya cukup banyak (Sarwono, 2001).
Gambar 2. Fenotipe Kelinci English Spot (Berry, 2005)
Bangsa kelinci English Spot merupakan kelinci tipe sedang dengan bobot badan rata-rata 3 kg. Betina Spot dapat dikawinkan pada umur 5 atau 6 bulan, sehingga English Spot dapat beranak sebelum umur satu tahun. Spot memiliki tipe rambut pendek, telinga yang panjang dan tegak (Usagi no Tsukiyo Rabitry, 2005). Menurut Berry (2005), English Spot jantan dewasa memiliki bobot 3 kg dan betina dewasa 3,5 kg.
halus, disamping itu kelinci ini juga diambil daging dan kulit rambutnya. Beberapa tahun kemudian mulai terdapat usaha-usaha untuk mengembangkannya sebagai penghasil bahan baku pada industri garmen (Cheeke et al., 1987). Kelinci Rex pertama kali masuk ke Indonesia melalui importasi oleh Balai Penelitian Ternak Ciawi pada bulan Februari 1988 (Yumiaty, 1991). Rex merupakan kelinci ras baru yang dipelihara di China sejak 1990 (Zhu et al., 2005).
Bangsa kelinci Rex dapat dikembangkan di daerah dataran tinggi tempat penghasil sayuran karena suhu ideal untuk pertumbuhan badan dan perkembang biakan adalah 16-18 oC. makin dingin suhu udara makin baik rambut yang dihasilkan. Suhu udara 5-15 oC adalah suhu ideal untuk menghasilkan rambut kualitas terbaik (Raharjo, 1994)
Rex memiliki badan yang besar, kulit yang lebar, fur yang sangat baik, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan bagian utara Cina (Zhu et al., 2005). Ras Rex dapat diternakkan untuk penghasil daging sekaligus penghasil fur bermutu. Proporsi tubuhnya bagus, bagian belakang membulat dengan baik, tulang-tulangnya kuat, kepala lebar, telinga berdiri tegak, kaki belakang kuat, kokoh berisi. Bobot dewasa 2,7-3,6 kg, rambutnya halus seperti beludru, panjang 1,27 cm atau lebih sesuai dengan standar (Sarwono, 2001).
Gambar 3. Fenotipe Kelinci Rex (Balai Penelitian Ternak Ciawi)
Warna rambut kelinci Rex sangat bervariasi, antara lain putih (White Rex), hitam (Black Rex), biru (Blue Rex), ungu, merah muda (Lilac Rex), cokelat emas (Nutria Rex), merah kuning keemasan (Orange Rex), cokelat gelap kehitam-hitaman (Havana Rex), bertotol-totol seperti anjing Dalmatian (Dalmatian Rex) kombinasi hitam dan orange (Harlequin Rex), cokelat keemasan (Cinnamon Rex), dan sepeti kucing siam (Siamese sable Rex). Ras Rex yang paling terkenal White Rex, yaitu berrambut putih mulus dan tebal. Kualitas rambutnya sangat baik, lembut seperti beludru. Ras ini juga disebut Ermine Rex (Sarwono, 2001).
Sifat Kualitatif
Pola dan Warna Rambut Kelinci
Sumber semua warna rambut, kulit, dan mata pada ternak adalah pigmen melanin. Pada mamalia terdapat dua macam melanin yaitu melanin hitam (eumelanin) dan melanin merah (phaeomelanin). Warna-warna yang muncul pada ternak merupakan kombinasi dari kedua macam pigmen ini. Warna rambut, dan kulit dikontrol oleh gen-gen yang terletak pada beberapa lokus yang mempengaruhi sintesis pigmen melalui kerja enzim, begitu juga dengan penyebaran dan lokasi granul pigmen pada sel kulit dan rambut (Noor, 2000). Kerja enzim sensitif terhadap suhu (Johanson dan Randel, 1968).
Menurut Mahalovich (2004), terdapat enam lokus yang menentukan fenotipe warna dan pola warna kelinci. Warna kelinci merupakan penurunan sederhana yang ditentukan oleh efek utama gen. Pola warna kelinci berasal dari kelinci liar yang berwarna agouti yang kemudian mengalami mutasi.
Warna agouti dijumpai pada spesies liar, umumnya dijumpai pada kelinci dan tikus liar. Gen agouti bersifat dominan (A-) terhadap non Agouti (aa). Individu yang bersifat non-agouti biasanya berwarna hitam, kecuali jika dimodifikasi oleh gen-gen lain. Gen-gen pada lokus C mengontrol pemunculan warna penuh, apabila gen resesif pada lokus C muncul maka warna tidak dimunculkan (albino). Alel chincilla merupakan alel lain yang muncul pada lokus albino. Warna chinchilla adalah warna abu-abu muda yang merupakan pelunturan warna agouti. Gen-gen pada lokus B memunculkan warna hitam atau coklat, pada beberapa kasus memunculkan warna merah atau kuning. Gen pada lokus D mengontrol pelunturan pigmen yang menyebabkan menurunnya penyerapan cahaya dan pelunturan warna, bukan pengurangan pigmen. Gen-gen pada lokus E mengontrol jumlah eumelanin (hitam atau coklat) dan phaeomelanin (merah atau kuning) pada rambut. Warna yang paling dominan dari serangkaian alel ini adalah warna hitam dan paling resesif adalah warna merah dan kuning (Noor, 2000).
1. Lokus A terdiri atas AA, Aa, aa, AA merupakan agouti gelap, Aa agouti lebih terang, aa bersifat epistasis resesif dalam keadaan homozigot memunculkan warna hitam tanpa pola warna. Agouti terang meliputi warna sandy, fawn, light and steel grey dan adanya pengaruh gen pola warna w yang disebut wide-band.
2. Lokus B terdiri atas BB, Bb, bb. B dominan memunculkan warna hitam, bersifat agouti dalam bentuk BB dan Bb. Dalam bentuk homozigot resesif bb memunculkan warna coklat. Pemunculan gen B pada kelinci Flemish Giant mempengaruhi terang gelap fenotipnya.
3. Lokus C terdiri atas CC, Cc dan cc. Rangkaian gen C mengekspresikan perkembangan pigmen hitam dan kuning sepanjang rambut kelinci. Alel C dalam keadaan homozigot dominan dan heterozigot mengatur pemunculan warna. Dalam keadaan resesif cc akan menyebabkan albino. Alel cch- merupakan dominan tidak lengkap yang menunjukkan adanya penurunan produksi pigmen
4. Lokus D terdiri atas DD, Dd dan dd. Alel D dominan merupakan respon terhadap warna agouti dalam bentuk dominan lengkap DD dan heterozigot Dd. Alel D dalam keadaan homozigot resesif dd menyebabkan penurunan penyerapan warna. Warna hitam ke biru. Munculnya alel dd juga mempengaruhi warna mata kelinci hingga berwarna biru (blu-eyes)
5. Lokus E. Terdapat tiga alel dominan ED,Es, E dan dua alel resesif ej dan e. ini disebut juga dengan perpanjangan lokus, agouti hitam EDE memunculkan warna yang sama dengan warna hitam aa. Alel Es menyebabkan warna steel agouti pada Flemish dan juga pada steel Dutch. Alel Es memperpanjang warna hitam pada pertengahan pita dan memungkinkan munculnya warna kuning atau putih pada pertengahan pita. Alel E merupakan perpanjangan gen normal yang ditemukan pada Flemish agouti hitam, ee memunculkan warna fawn.
heterozigot. Homozigot resesif memunculkan warna yang lebih hitam. Genotip warna pada kelinci papilon (Giant Checker in English Mariposa pada spanyol) tidak dapat dipastikan. Pada lokus yang lain genotip dudu memunculkan karakteristik pola warna Dutch (Lebas et al., 1986).
Tabel 1. Fenotipe dan Genotipe Warna dan Pola Warna Kelinci
Fenotipe Genotipe
Broken English3) En en
Tricolor (Japanese Brindling)2) ej ej Pola warna
Lukefahr, S.D, dan R. Robinson. 1988. Coat color genetics and breeding plans for the commercial Rex rabbit. The Journal of Applied Rabbit Research vol. 11 : 2
Karakteristik Rambut
Kelinci memiliki tipe rambut yang berbeda, perbedaan tipe ini adalah pengaruh genotipe. Genotip rambut panjang muncul dalam keadaan homozigot resesif ll, untuk rambut normal adalah Ll, dan rambut pendek LL. Kelinci dengan rambut panjang adalah bangsa Anggora yang dapat menghasilkan wool, dan kelinci
Rex mempunyai rambut pendek yang halus sebagai penghasil fur (Johanson dan Randel, 1968). Flemish Giant dan English Spot berrambut pendek
namun termasuk kedalam rambut normal (Mahalovich, 2004). Genotipe rr untuk Rex mengekspresikan rambut halus (Lebas et al., 1986).
umumnya lebih panjang daripada rambut halus Rambut halus pada umumnya tidak mempunyai kelenjar keringat dan otot penegak rambut. Kelenjar palit mensekresikan suatu zat yang menyebabkan rambut terasa halus dan mempertahankan tekstur kulit tetap baik (Cheeke et al., 1987). Batang rambut kasar berpermukaan halus karena sisi kutikula menempel erat pada bagian korteks dari batang rambut, sedangkan batang rambut halus berpermukaan kasar. Batang rambut kasar dan rambut halus pada bagian atas lebih besar daripada bagian bawahnya. Rambut kasar batangnya lurus mulai dari atas sampai bawah, sedangkan batang rambut halus lurus di bagian atas dan bergelombang dibagian bawah (Prasetyo, 1999).
Bentuk Pangkal Paha
Bentuk pangkal paha menggambarkan kondisi tubuh kelinci. Kelinci dengan pangkal paha bulat mencerminkan tubuh yang bulat dan padat. Kondisi ini menunjukkan keadaan fisik yang prima dan mencerminkan kandungan dagingnya yang baik (Sarwono, 2001).
Sifat Kuantitatif
Sifat kuantitatif seperti ukuran badan, produksi susu, kandungan lemak dalam susu dan produksi telur diwariskan dengan cara yang sama (Johansson dan Rendel, 1968). Sifat kuantitatif bersifat aditif, dan pada populasi ternak yang cukup besar maka variasi sifat kuantitatif bersifat kontinu yang dipengaruhi oleh beberapa pasang gen dan perbedaan lingkungan (Noor, 2000). Menurut Lebas et al. (1986), pengaruh lingkungan yang mempengaruhi sifat kuantitatif antara lain iklim, habitat, kondisi lingkungan kelinci, kelembaban, aliran udara, peralatan pemeliharaan, teknik breeding, pemberian pakan praktis dan faktor manusia (breeder).
Pertumbuhan dan Faktor yang Mempengaruhinya
Respon pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu genetik, jenis kelamin, pakan dan manajemen pemeliharaan dan pencegahan penyakit. Perkembangan jaringan otot dan lemak bervariasi berdasarkan umur kelinci. Sebelum mencapai masa pubertas jaringan otot tumbuh lebih awal, stabil dan cenderung menurun seiring meningkatnya umur, diikuti oleh meningkatnya pertumbuhan jaringan lemak. Pertumbuhan tubuh dipengaruhi oleh pakan, suhu, kelembaban dan kesehatan ternak (Eschborn, 1985).
Ukuran-ukuran Tubuh
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk pada spesies dalam populasi, khususnya polimorfisme (Campbell dan Lack, 1985). Morfometrik adalah pengukuran bentuk yang dilakukan pada spesies. Pengukuran panjang tulang-tulang mempunyai ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan pengukuran bobot badan (Mansjoer, 1981). Ishii et al. (1996) menyatakan bahwa ukuran dan bentuk tubuh ternak digunakan untuk menentukan pertumbuhan baku dan menilik ternak. Ukuran-ukuran tubuh dapat juga digunakan untuk mengetahui morfogenetik dari jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antar wilayah atau Negara. Hasilnya dapat menggambarkan hubungan morfogenetik atau sebarannya dalam suatu wilayah atau Negara dan memberikan gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas bangsa ternak tertentu (Mulliadi, 1996).
Pengukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak yaitu sebagai sifat kuantitatif untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak ataupun digunakan dalam melakukan seleksi (Mulliadi, 1996). Ukuran tubuh sangat bermanfaat sebagai peubah seleksi, karena mempunyai nilai heritabilitas dan keragaman yang cukup besar (Diwyanto, 1982). Ukuran-ukuran tubuh dengan keragaman yang tinggi memberikan petunjuk bahwa ukuran tubuh tersebut dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk meningkatkan produksi di masa yang akan datang. Keragaman yang diperoleh karena pelaksanaan pemuliaan belum dilakukan secara jelas disamping masalah keragaman tatalaksana pemeliharan/lingkungan (Nugrahani, 1997).
Ukuran tubuh bertambah sesuai dengan bertambahnya umur (Saleh et al., 1982). Keragaman bobot badan maupun ukuran-ukuran tubuh
meningkatnya umur. Ukuran-ukuran tubuh tidak terlalu beragam karena ditentukan oleh kerangka yang mencapai ukuran maksimal lebih dini dibandingkan otot dan lemak. Tulang kerangka terus tumbuh dan berkembang sampai menjadi maksimal pada umur dewasa tubuh (Suwartono et al., 1983). Ukuran tubuh ternak dipengaruhi oleh status gizi dan jenis kelamin (Devendra dan Burns, 1994).
Ukuran-ukuran permukaan kepala dan bagian tubuh ternak berguna untuk menaksir bobot badan serta memberi gambaran bentuk tubuh yang merupakan ciri khas suatu bangsa ternak tertentu (Doho, 1994). Banyak pengamatan yang menunujukkan adanya perbedaan spesies ternak terutama pada bagian kepala (Frandson, 1992).
Analisis Komponen Utama (AKU)
Menurut Gasperz (1992), analisis komponen utama (principal component analysis) bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari variabel-variabel. Analisis komponen utama menerangkan keragaman total sistem.
Menurut Otsuka et al. (1982), AKU sudah sering digunakan untuk membedakan antar populasi. Menurut Nishida et al. (1982), AKU digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran tubuh. Pada aplikasi morfometri, komponen utama pertama dapat diterima sebagai vektor ukuran dan komponen utama kedua sebagai vektor bentuk. Hal tersebut menunjukkan tingkat variasi yang berbeda pada kondisi tubuh dari kelompok hewan.
Seleksi
Terdapat dua teknik dalam melakukan seleksi yaitu seleksi massa dan seleksi berdasarkan kerabat. Seleksi massa merupakan bentuk sederhana dari seleksi individu yaitu seleksi berdasarkan performa yang dimiliki oleh ternak tersebut. Seleksi kerabat merupakan seleksi yang menggunakan catatan hubungan antar individu yaitu seleksi berdasarkan silsilah, hubungan saudara kandung, hubungan saudara tiri dan uji keturunan (Warwick et al., 1995).
Seleksi massa untuk ukuran dan bentuk tubuh dikategorikan dalam beberapa ukuran yaitu berat, medium, kecil dan sangat kecil. Karakteristik (performa) ternak yang dijadikan sebagai standar seleksi antara lain bentuk tubuh (kompak atau tidak kompak), warna rambut dan kepadatannya, ukuran telinga, yang berelasi terhadap daya tahannya terhadap iklim yang bebeda-beda, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi suhu tubuh ternak. Program seleksi dikembangkan untuk pemeliharaan secara intensif skala komersial pada iklim sedang dengan sistem backyard yang dapat disesuaikan dengan tujuan pemeliharaaan. Seleksi akan efektif dengan melakukan 2 tahap yaitu pemeliharaan dan produksi (Lebas et al., 1986). Dalam melakukan seleksi ternak kelinci perlu diperhatikan bobot dan ukuran tubuh, tipe kelinci (tipe pedaging, penghasil wool, penghasil fur, atau tipe ganda) warna rambut, karakteristik rambut dan fur dan keseimbangan tubuh (Keyes, 1997).
Pemeliharaan dan Pakan
Pada awal abad ke-19 kelinci dipelihara secara tradisional dengan sistem semi intensif memanfaatkan lahan yang tersedia di belakang rumah. Seiring meningkatnya kebutuhan protein sistim pemeliharaan menjadi lebih intensif. Kelinci dapat dipelihara pada suhu optimum 21oC, suhu 25-30 oC dapat menyebabkan stres pada kelinci (Lebas et al., 1986). Suhu 30oC dapat mengakibatkan penurunan fertilitas kelinci (menurunnya kualitas sperma, kematian embrio lebih awal) dan menurunkan kemampuan produksi kelinci (pertumbuhan rambut yang terhambat dan produksi daging yang rendah), suhu rendah juga berpengaruh terhadap bobot badan dan produksi rambut. Kelembaban kurang dari 70%. Konsentrasi gas Amonia kurang dari 30 ppm, H2S <10 ppm, pencahayaan: 12-16 jam untuk kelinci penggemukan,
sering dibesihkan untuk menghindari timbulnya bibit penyakit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987)
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada peternakan rakyat yang termasuk anggota
Perhimpunan Peternak Kelinci Magelang (PPKM) di lima kecamatan Kabupaten
Magelang yaitu Kecamatan Borobudur, Mungkid, Muntilan, Ngluwar dan
Mertoyudan. Penelitian dilakukan dari awal Maret sampai akhir April 2006.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan adalah 3 bangsa kelinci dewasa yang siap kawin
(umur 6 bulan lebih) yang terdiri atas Flemish Giant (FG) (20 ekor jantan dan 20 ekor
betina), English Spot (ES) (20 ekor jantan dan 20 ekor betina), dan Rex (R) (20 ekor
jantan dan 20 ekor betina, yang dipelihara oleh anggota perhimpunan peternak
rakyat Kabupaten Magelang. Total kelinci yang digunakan adalah 120 ekor kelinci.
Ternak kelinci ini dikumpulkan dari populasi kelinci yang dipelihara anggota
PPKM sebesar 66% dari 30 orang anggota.
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah alat-alat ukur antara lain jangka sorong
berskala 15 cm, pita ukur berskala 150 cm, timbangan pegas berkapasitas 11 kg
dengan skala terkecil 0,25 kg, keranjang kelinci, borang, dan alat tulis.
(b) (d)
(a) (c)
Prosedur
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
terdiri dari data sifat kualitatif dan data sifat kuantitatif diperoleh dari pengamatan
dan pengukuran tubuh kelinci. Data sekunder diperoleh dari catatan yang ada pada
peternakan dan dari Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (KIPPK)
Magelang, yang mencakup kedaan wilayah dan keadaan iklim dari lima kecamatan
tersebut. Data sifat kualitatif dan kuantitaif yang diperoleh dikumpulkan dan
dikelompokkan berdasarkan bangsa, jenis kelamin dan umur(umur 6-9 bulan, umur ≥10 bulan).
Pengumpulan Data
Sifat kualitatif diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap
penampilan fisik ketiga bangsa kelinci. Peubah yang diamati :
1) warna rambut; warna rambut antara lain warna dasar dan warna pembentuk pola
warna,
2) sebaran pola warna rambut pada bagian badan yang diamati mulai dari kepala
dan badan, sebaran pola warna dibagi ke dalam kelompok pola warna polos,
spot (broken), tricolor dan white-belly;
3) warna mata terdiri dari 2 kategori yaitu hitam dan merah;
4) karakteristik rambut dikategorikan atas rambut halus, medium dan kasar
(karakteristik rambut berdasarkan ketajaman dan ketebalan rambut pada
permukaan rambut kelinci, rambut halus apabila pada saat perabaan tidak terasa
tajam dan kaku, rambut medium terasa lebih tajam tetapi tidak terlalu kaku,
rambut kasar merupakan rambut yang tajam dan kaku);
5) tipe muka yang dikategorikan atas oval memanjang, oval dan oval membulat,
yang ditentukan berdasarkan indeks ukuran lebar kepala dengan ukuran pajang
kepala (indeks antara lebar dengan panjang kepala sesuai dengan tipe muka
secara berturut-turut adalah <0,45, ≥0,45-≤0,50 dan >0,50) dan
6) bentuk pangkal paha; ditentukan dengan perabaan dan melihat bentuk
permukaan pangkal paha dari belakang; bentuk pangkal paha terdiri atas tiga
tipe yaitu bulat, menonjol, dan lancip, (bulat apabila tidak adanya penonjolan
paha pada kedua sisi pangkal paha, lancip apabila bagian tengah pangkal paha
lebih tinggi sehingga membentuk segi tiga).
Sifat kuantitatif diperoleh dengan melakukan pengukuran pada bagian-bagian tubuh
individu kelinci yang meliputi :
1) bobot badan (BB), diperoleh dengan cara penimbangan menggunakan
timbangan pegas berkapasitas 11 kg dan keranjang kelinci (kg);
2) panjang kepala (X1) adalah jarak antara titik tertinggi (pangkal telinga) sampai
titik terdepan tengkorak (ujung tulang hidung), diukur menggunakan pita ukur
(cm);
3) lebar kepala (X2) adalah jarak antara titik penonjolan tengkorak kiri dan kanan,
diukur menggunakan jangka sorong (cm);
4) tinggi kepala (X3) adalah jarak antara titik tertinggi tengkorak sampai titik
terendah rahang bawah; diukur menggunakan jangka sorong (cm);
5) lingkar dada (X4) adalah lingkar rongga dada di belakang sendi bahu (os
scapula) menggunakan pita ukur (cm);
6) dalam dada (X5) adalah jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada,
diukur dengan jangka sorong (cm);
7) lebar dada (X6) adalah jarak antara kerangka dada di belakang skapula kanan
dan scapula kiri diukur dengan menggunakan jangka sorong (cm);
8) panjang kaki depan dan belakang adalah panjang kaki atas dan kaki bawah.
Panjang kaki depan bawah adalah panjangnya tulang hasta (X7), panjang kaki
depan atas adalah panjangnya tulang Humerus (X8), panjang kaki bawah
belakang adalah panjang tulang Tarsus (X9), panjang kaki belakang atas adalah
panjangnya tulang Tibia (X10);
9) panjang tulang punggung (X11) diukur dari tulang punggung pertama hingga
tulang pangkal ekor diukur dengan menggunakan pita ukur (cm);
10) lebar tulang panggul adalah jarak antara tulang pangkal paha kiri dan pangkal
paha kanan (X12) diukur dengan jangka sorong (cm);
11) panjang daun telinga (X15) adalah jarak antara pangkal daun telinga sampai titik
ujung telinga menggunakan pita ukur (cm) dan
12) lebar daun telinga (X14) adalah jarak antara dua titik terluar daun telinga secara
Pengukuran peubah pada bagian tubuh kelinci dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Metode Pengukuran Peubah Bagian Tubuh Kelinci
Keterangan :
1) panjang kepala 13) panjang daun telinga
2) lebar kepala 14) lebar daun telinga
3) tinggi kepala
4) lingkar dada
5) dalam dada
6) lebar dada
7) panjang tulang hasta (radius dan ulna)
8) panjang tulang humerus
9) panjang tulang tarsus
10) panjang tulang tibia
11) panjang tulang punggung
Analisis Data
Data sifat kualitatif dijelaskan secara deskriptif berdasarkan persentase nilai
fenotipe yang diperoleh untuk mengetahui ciri-ciri fenotipe dan genotipe setiap
bangsa kelinci yang terdapat pada PPKM.
Data sifat kuantitatif berupa ukuran-ukuran tubuh dikelompokkan
berdasarkan kelompok bangsa, jenis kelamin dan umur. Uji t dilakukan untuk membandingkan rataan pada dua kelompok umur yaitu umur 6-9 bulan dan umur
>10 bulan. Data ini dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 3 x 2.
Faktor pertama adalah bangsa kelinci yaitu, Flemish Giant, English Spot dan Rex.
Faktor kedua adalah jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Data ini diolah
menggunakan ANOVA pada perangkat lunak statistik Minitab 14. Uji beda Tukey
digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh bangsa terhadap ukuran tubuh ketiga
bangsa kelinci. Model matematika yang digunakan menurut Gasperzs (1991) adalah
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + єijk
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan bangsa kelinci, jenis kelamin dan interaksinya
µ = rataan umum
αi = pengaruh faktor α (bangsa kelinci) βj = pengaruh faktor β (jenis kelamin)
(αβ)ij = interaksi antara faktor bangsa dan jenis kelamin єijk = pengaruh galat perlakuan
Untuk mendapatkan diskriminasi terhadap ukuran dan bentuk tubuh ketiga
bangsa kelinci baik jantan maupun betina data yang diperoleh dianalisis dengan
Analisis Komponen Utama (AKU). Penggunaan AKU untuk mendapatkan
persamaan ukuran dan bentuk menggunakan model matematika menurut Gasperz
(1992) sebagai berikut:
YP = a1pX1 + a2pX2 +…+ appXP
Keterangan :
YP = komponen utama ke-p,
a1p-app = vektor ciri atau vektor Eigen ke-p untuk p = 1,2,3,4,…dst, dan
Dua komponen utama yang mempunyai nilai keragaman total tertinggi
digunakan sebagai persamaan ukuran dan bentuk, perhitungan korelasi menggunakan
vektor Eigen dan nilai Eigen yang diperoleh dari AKU yang diturunkan dari matriks kovarian, dengan model matematika sebagai berikut
rxiyj =
aij
λ
jSi
Keterangan :
rxiyj = korelasi antara peubah-peubah xi dan komponen-kompenen utama ke-j
(j= 1,2,3,…),
aij = vektor Eigen/vektor ciri ke-j,
λ
j = nilai Eigen/ akar ciri ke-j, dan Si = simpangan baku dari peubah xi .Skor komponen utama yang diperoleh dari persamaan ukuran dan bentuk
disajikan dalam bentuk diagram. Sumbu X sebagai vektor ukuran dan sumbu Y
sebagai vektor bentuk. Pengolahan data hasil penelitian dan pembuatan diagram
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum
Kabupaten Magelang termasuk kedalam provinsi Jawa Tengah, terdiri atas 21
kecamatan, 372 desa, dengan luas wilayah 108.573 Ha. Suhu udara di Kabupaten
Magelang berkisar antara 22-26o C, dapat mencapai 32ºC pada beberapa daerah,
kelembaban berkisar antara 70-92%. Curah hujan rata-rata 159,5 mm/th. Pada bulan
Mei-Oktober curah hujan rata-rata 28 mm dan bulan November-April 281,5 mm.
Populasi kelinci pada saat ini mencapai ±22.399 ekor yang terdiri atas
berbagai ras kelinci lokal maupun persilangan dan kelinci impor yang asal usulnya
sudah tidak diketahui dengan jelas. Bangsa kelinci yang banyak dipelihara peternak
adalah Flemish Giant, English Spot dan Rex, sebagian lainnya berupa kelinci hias.
Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex diternakan sebagai kelinci penghasil
daging, kelinci ini dipasarkan sampai ke Yogyakarta yang merupakan pasar ternak
kelinci.
Masyarakat Magelang memelihara ternak kelinci sebagai usaha sampingan,
ada juga peternak yang memelihara ternak kelinci sebagai usaha pokok. Sistem
pemeliharaan dilihat dari segi perkandangan sudah termasuk pemeliharaan intensif
dengan memanfaatkan lahan yang ada di belakang rumah (back yard) secara
sederhana. Pemberian pakan kelinci memanfaatkan sumberdaya yang ada, yaitu
memanfaatkan hijauan berupa rumput lapang dan limbah yang berupa ampas tahu.
Sebagian peternak juga menggunakan konsentrat sapi dan pakan ayam pedaging
sebagai pakan kelinci. Pakan diberikan tanpa penyediaan air minum, karena peternak
menganggap bahwa hijauan dan ampas tahu cukup mengadung air. Limbah ternak
kelinci dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman.
Dalam pengembangan ternak kelinci, peternak tidak memperhatikan pola
pembibitan yang tepat. Kelinci dikawinkan berdasarkan keinginan peternak. Kelinci
yang dikawinkan adalah kelinci yang mempunyai bobot badan dan ukuran tubuh
yang besar tanpa memperhatikan bangsa dan asal usul kelinci, terutama untuk kelinci
pejantan. Kelinci ini diharapkan menghasilkan keturunan dengan litter size yang
Sifat Kualitatif Pola dan Warna Rambut
Pola dan warna rambut kelinci merupakan salah satu pembeda/penciri setiap
bangsa kelinci. Hasil pengamatan sifat kualitatif pola dan warna rambut, dan warna
mata beserta genotipe penentu warna kelinci Flemish Giant (FG), English Spot (ES)
dan Rex (R) disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Fenotipe Kelinci Flemish Giant (FG), English Spot (S) dan Rex (R)
Keterangan: - dapat diisi gen dominan atau gen resesif
Fenotipe kelinci yang dapat digunakan sebagai penciri yang khas dari setiap
bangsa kelinci adalah warna dan pola warna. Tiga bangsa kelinci yang diamati pada
peternakan kelinci rakyat Kabupaten Magelang adalah Flemish Giant, English Spot
dan Rex mempunyai warna yang bervariasi. Pemunculan warna dipengaruhi alel
yang dominan dalam satu lokus dan alel yang epistasis terhadap alel lainnya. Pada
kelinci alel homosigot resesif bersifat epistasis.
Kelinci Flemish Giant terdiri atas warna hitam, fawn, steelgrey, dan agouti, pada populasi kelinci Flemish Giant di peternakan kelinci rakyat Kabupaten
yang lebih terang atau cenderung krem pada bagian perut dengan pendugaan
genotipenya enen Aw-BBC-D-ee. Penentu warna fawn (kuning) pada kelinci terletak pada lokus E dalam keadaan homosigot resesif ee yang bersifat epistasis terhadap ekspresi gen lain dalam keadaan heterozigot. Gen Aw mengatur pemunculan warna agouti yang mempunyai warna lebih terang pada bagian perut.
Kelinci yang disebut Spot oleh peternak dapat diduga sebagai kelinci English
Spot karena mempunyai ciri-ciri dengan warna putih dan pola warna bercak pada
bagian perut dan punggung, warna pada daun telinga, hidung, dan lingkar mata
(Berry, 2005). Sebagian kelinci mempunyai warna yang berupa garis terputus putus
sepanjang punggung kelinci. Warna Spot pada populasi kelinci ini umumnya berwarna coklat dengan pendugaan genotipenya EnEn aabbC-D-E-. Genotipe En
merupakan genotipe yang mengatur pola warna broken yang merupakan mutasi pada
lokus English (Lebas et al., 1986). Dalam keadaan homosigot dominan (EnEn) memunculkan pola yang bagian putihnya lebih banyak daripada warna Spot nya, dan dalam keadaan homosigot resesif enen memunculkan pola yang bagian berwarna lebih banyak daripada bagian putihnya. Warna coklat diatur oleh gen b yang muncul dalam keadaan homosigot resesif (bb) dan bersifat epistasis terhadap gen a yang muncul dalam keadaan homosigot resesif (aa),dan menutupi ekspresi gen lain dalam
keadaan heterozigot.
Kelinci Rex dengan warna dasar putih dan bercak hitam mendominasi
populasi Rex yang terdapat pada peternakan kelinci rakyat di Kabupaten Magelang.
Pendugaan genotipe Rex berpola warna hitam adalah En- aaBBC-D-E-. Tiga mecam genotipe yang menentukan pola warna Rex antara lain EnEn aaBBC-D-E-, yang memunculkan bagian putih lebih banyak daripada bagian hitam, enen aaBBC-D-E-,
yang memunculkan bagian hitam lebih banyak daripada bagian putih, dan Enen aaBBC-D-E-, yang memunculkan pola papilon dan dikenal sebagai Rex papilon. Warna hitam merupakan ekspresi dari gen a dalam keadaan homosigot resesif (aa) dan bersifat epistasis terhadap gen lain dalam keadaan heterozigot. Pada populasi
kelinci Rex terdapat kelinci Rex yang berwarna putih dengan genotipe cc yang berarti albino dengan warna mata merah, dan Rex dengan pola tiga warna yang
warna sekaligus. Pola dan warna kelinci ketiga bangsa kelinci yang banyak
dipelihara peternak Magelang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Fenotipe Kelinci Flemish Giant, English Spot dan Rex
Gambar 6 memperlihatkan fenotipe berupa pola dan warna rambut ketiga
bangsa kelinci secara berurutan yaitu Flemish Giant berwarna fawn dengan pola
white-belly, English Spot dengan pola warna coklat, dan Rex dengan pola warna hitam.
Warna Mata
Warna mata merupakan ekspresi genotipe kelinci. Warna mata ketiga bangsa
kelinci pada peternakan rakyat ini berwarna hitam untuk kelinci yang mempunyai
rambut berwarna dan berwarna merah untuk kelinci yang berambut putih. Pada
peternakan kelinci rakyat di Kabupaten Magelang hanya terdapat satu ekor kelinci
Rex yang bermata merah. Mata merah yang muncul pada kelinci berambut putih
merupakan ekspresi gen cc yang menyebabkan albino pada permukaan tubuh dan merah muda pada mata.
Kondisi Kelinci
Sifat kualitatif merupakan sifat luar yang tampak pada setiap individu ternak
sehingga ternak dapat diklasifikasikan pada kelompok yang berbeda. Sifat kualitatif
juga dapat memperlihatkan kondisi kesehatan ternak dan mencerminkan kemampuan
produksi setiap individu. Kondisi dan karakteristik rambut, bentuk muka dan bentuk
pangkal paha dapat dijadikan indikator kondisi kesehatan dan kemampuan produksi
individu kelinci. Persentase sifat kualitatif berupa kondisi rambut, bentuk muka dan
Tabel 3. Karakteristik Bentuk Kelinci Flemish Giant (FG), English Spot (ES)
Kondisi dan Karakteristik Rambut. Kondisi rambut pada kelinci dapat menunjukkan kondisi kesehatan kelinci. Rambut yang halus kuat dan tidak rontok
menunjukkan bahwa kelinci tersebut dalam keadaan sehat dan terawat. Kerontokan
pada kelinci betina bisa disebabkan karena fase moulting. Kualitas fur juga dilihat dari kondisi rambutnya. Kelinci yang mempunyai rambut halus dan kuat mempunyai
nilai fur yang lebih baik daripada kelinci yang mempunyai rambut medium dan kasar. Flemish Giant dan English Spot adalah kelinci yang mempunyai nilai fur yang baik dan rambut normal. Kualitas rambut kelinci Flemish Giant pada peternakan
rakyat ini adalah medium dan kasar. Kelinci English Spot mempunyai rambut yang
berkualitas medium. Kualitas rambut kelinci pada peternakan ini dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan antara lain pakan, pameliharaan dan suhu lingkungan.
Pemeliharaan kelinci pada peternakan rakyat ini masih dikatakan sederhana
(semi intensif) dengan memanfaatkan sumber pakan yang tersedia pada daerah
tersebut antara lain ampas tahu dan hijauan, dan tanpa pemberian air minum. Suhu
lingkungan yang berkisar antara 26-32 ºC mempengaruhi pertumbuhan rambut
kelinci tersebut, karena suhu optimal untuk pemeliharaan kelinci adalah 21 ºC, suhu
diatas 25 ºC dapat mengakibatkan stress pada kelinci (Lebas et al., 1986). Sebagian besar Rex adalah berambut Halus yang merupakan ciri bangsa Rex yaitu kelinci
berambut halus. Seekor kelinci Rex mempunyai rambut yang tidak halus
sebagaimana mestinya. Rex yang tidak berambut halus diduga telah terjadi
rambut pada kelinci Rex berubah, hal ini disebabkan gen yang mengekspresikan
karakteristik rambut untuk Rex dalam keadaan homosigot resesif.
Bentuk Muka. Bentuk muka dapat menggambarkan bentuk badan bangsa kelinci, bentuk muka yang dilihat dari depan terdiri atas tiga kategori yaitu bentuk muka oval
memanjang, bentuk muka oval, dan bentuk muka oval membulat. Gambaran bentuk
muka berdasarkan nilai ukuran-ukuran kepala. Bentuk muka oval memanjang
mempunyai nilai indeks antara lebar kepala dan panjang kepala sebesar <0,45 dan
untuk kategori muka oval mempunyai indeks ≥0,45-≤0,50, bentuk muka oval
membulat dengan nilai indeks >0,50. Bentuk muka ketiga bangsa kelinci adalah oval
memanjang dimana indeks lebar kepala dan panjang kepala adalah <0,45.
Sesuai dengan bentuk tubuhnya, kelinci dengan bentuk muka oval
memanjang memiliki tubuh yang panjang pula seperti kelinci Flemish Giant dan
English Spot. Hal ini dapat dilihat dari ukuran panjang kepala Flemish Giant, English
Spot dan Rex sebesar 12,97cm, 12,90cm dan 11,00cm berbanding ukuran panjang
tulang punggung sebesar 40,70cm, 42,27cm dan 35,17cm secara berurutan.
Bentuk Pangkal Paha. Bentuk pangkal paha menggambarkan kondisi perototan kelinci. Kondisi pangkal paha mencerminkan kelinci yang baik atau kurang baik
untuk dikembangkan sebagai kelinci pedaging. Bentuk pangkal paha yang membulat
mempunyai kemampuan yang baik untuk dikembangkan sebagai kelinci pedaging.
Sebagian kelinci Flemish Giant mempunyai bentuk pangkal paha menonjol,
bentuk pangkal paha English Spot cenderung berbentuk lancip, Rex mempunyai
bentuk pangkal paha yang cenderung membulat. Kondisi bentuk pangkal paha
dipengaruhi pertumbuhan tubuh kelinci yang juga dipengaruhi oleh manajemen
pemberian pakan dan genetik. Dalam hal ini kelinci Rex berpotensi dikembangkan
sebagai kelinci pedaging.
Sifat Kuantitatif Pertumbuhan dan Faktor yang Mempengaruhinya
Respon pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu genetik, jenis
kelamin, pakan, manajemen pemeliharaan dan pencegahan penyakit. Pertumbuhan
bobot badan dipengaruhi pertumbuhan tiga jaringan tubuh yaitu pertumbuhan
sesuai dengan bertambahnya umur (Saleh et al.,1982). Pertumbuhan kerangka maksimal pada umur dewasa tubuh yang mengikuti dewasa kelamin.
Flemish Giant. Pertambahan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh kelinci Flemish Giant dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rerata dan Simpangan Baku Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Flemish Giant pada Dua Kelompok Umur Panjang kepala (cm) 12,82±1,15 13,17±0,56 13,13±0,63 12,56±0,96 Lbr. kepala (cm) 5,15±0,40 5,41±0,33 4,85±0,52 4,87±0,43 Tinggi kepala (cm) 5,78±0,95 6,21±0,49 6,13±0,38 6,03±0,43 Lingkar dada (cm) 27,77±2,21 28,33±2,14 27,25±2,50 28,78±2,47 Dalam dada (cm) 6,97±0,75 7,18±1,21 6,93±0,95 7,50±1,36 Lbr. dada (cm) 6,22±0,61 6,46±0,77 5,87±0,56 6,63±0,76 Pj. tlg. hasta (cm) 6,82±0,68 6,94±0,39 7,13±0,48 6,59±0,49 Pj. tlg. humerus (cm) 6,82±1,08 6,88±0,53 7,13±0,85 6,50±0,58 Pj. tlg. tarsus (cm) 5,09±1,09 5,61±1,05 5,00±0,41 4,81±0,51 Pj. tlg. tibia (cm) 11,23±1,72 11,58±0,90 11,13±0,63 10,72±0,95 Pj. tlg. punggung (cm) 39,91±3,33 41,67±3,40 42,87±6,33 43,87±4,54 Lbr. tlg. pinggul (cm) 6,75±0,78 7,29±0,65 6,77±0,57 7,36±0,79 Pj. daun telinga (cm) 15,36±1,00 15,44±0,77 15,13±1,18 15,06±1,48 Lbr. daun telinga (cm) 7,55±0,52a 8,00±0,35b 7,87±0,63 7,56±0,83
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris dalam kolom jenis kelamin yang sama menunjukkan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05), dan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01)
Flemish Giant tidak mengalami pertumbuhan bobot badan dan kerangka
tubuh pada umur dewasa kelamin. Hal ini ditunjukkan tidak adanya perbedaan nyata
antara bobot badan dan ukuran tubuh dari dua kelompok umur 6-9 bulan dan ≥10
bulan. Perbedaan nyata dapat dilihat pada nilai lebar telinga kelinci Flemish Giant
jantan, pada umur 6-9 bulan ukuran lebar telinga 7,55 cm dan pada umur ≥10 bulan
ukuran lebar telinga menjadi 8,00 cm, hal ini menunjukkan bahwa pada umur dewasa
English Spot. Pertambahan bobot badan dan ukuran tubuh kelinci jantan dan betina English Spot dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rerata dan Simpangan Baku Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kelinci Jantan dan Betina English Spot pada Dua Kelompok Umur
Panjang kepala (cm) 12,60±0,07a 13,80±0,57b 12,56±0,68 13,33±1,35 Lbr. kepala (cm) 5,19±0,43 5,33±0,61 4,67±0,18 4,84±0,32 Tinggi kepala (cm) 5,98±0,68 5,33±0,61 5,73±0,46 6,13±0,64 Lingkar dada (cm) 28,60±1,76 6,10±1,04 28,13±2,42 29,29±2,67
Dalam dada (cm) 7,47±0,83 29,30±2,95 6,67±1,45 6,52±1,99 Pj. tlg. punggung (cm) 41,07±3,05A 45,90±2,61B 41,56±5,69 44,46±3,99 Lbr. tlg. pinggul (cm) 7,05±0,62 7,51±1,24 7,37±0,51 7,13±1,05 Pj. daun telinga (cm) 15,73±1,21 14,60±2,30 15,37±0,92 15,42±1,67 Lbr. daun telinga (cm) 8,29±0,49 8,28±0,26 7,87±0,44 7,54±0,62
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris dalam kolom jenis kelamin yang sama menunjukkan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05) dan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01)
English Spot jantan mengalami pertumbuhan pada beberapa bagian kerangka
tubuh, dapat dilihat dari nilai yang berbeda nyata (P<0,05) pada nilai ukuran panjang
kepala dan panjang tulang tarsus. Ukuran panjang kepala dan ukuran panjang tulang
tarsus bertambah sesuai bertambahnya umur setelah dewasa kelamin. Pada umur 6-9
bulan ukuran panjang kepala 12,60 cm menjadi 13,80 cm pada umur ≥10 bulan.
Untuk panjang tulang tarsus sebesar 4,90 cm pada umur 6-9 bulan menjadi 5,60 cm
pada umur ≥10 bulan. Pertumbuhan terlihat jelas pada pertambahan panjang tulang
pungung yang dinyatakan berbeda sangat nyata (P<0,01), pada umur 6-9 bulan
ukuran panjang tulang punggung 41,07 cm menjadi 45,90 cm pada umur ≥10 bulan.
Panjang tulang punggung bertambah sesuai bertambahnya umur setelah dewasa
kelamin. Kelinci betina English Spot tidak menunjukkan adanya pertumbuhan
Rex. Pertambahan bobot badan dan ukuran tubuh kelinci jantan dan betina Rex dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rerata dan Simpangan Baku Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Kelinci Jantan dan Betina Rex pada Dua Kelompok Umur
Jantan Betina Panjang kepala (cm) 11,25±0,38 10,85±0,89 10,68±0,79 10,67±0,87 Lbr. kepala (cm) 4,84±0,37a 5,06±0,18b 4,33±0,30 4,54±0,28 Tinggi kepala (cm) 5,87±1,34 5,90±1,06 5,27±0,39 5,14±0,65 Lingkar dada (cm) 27,00±2,20 28,65±1,70 27,21±1,63 28,42±3,38 Dalam dada (cm) 6,87±0,95 6,81±1,00 6,69±0,99 7,50±1,48 Pj. tlg. punggung (cm) 34,69±2,17 35,58±2,73 34,68±1,53a 37,08±2,31b Lbr. tlg. pinggul (cm) 6,23±0,71 6,88±0,79 5,92±0,62 6,52±0,77 Pj. daun telinga (cm) 11,81±1,10 11,35±0,80 11,02±0,48 10,67±0,75 Lbr. daun telinga (cm) 6,44±0,56 6,25±0,52 6,08±0,42 6,00±0,45
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris dalam kolom jenis kelamin yang sama menunjukkan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05), dan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01)
Kelinci Rex mengalami pertambahan pada bobot badan pada dua tingkat
umur saat dewasa. Nilai bobot badan pada umur 6-9 bulan berbeda nyata (P<0,05)
dengan nilai bobot badan pada umur ≥10 bulan, bobot 2,43 kg pada umur 6-9 bulan
menjadi 2,78 kg pada umur ≥10 bulan untuk kelinci jantan. Bobot 2,58 kg pada umur
6-9 bulan menjadi 3,13 kg pada umur ≥10 bulan. Pertambahan bobot badan pada
umur dewasa dipengaruhi oleh pertumbuhan jaringan lemak yang secara tidak
langsung merupakan dampak dari pemberian pakan.
Kelinci Rex jantan juga mengalami pertambahan ukuran kerangka tubuh pada
ukuran lebar kepala, ukuran lebar kepala semakin bertambah sesuai dengan
bertambahnya umur setelah dewasa kelamin, hal ini ditunjukkan oleh nilai ukuran
lebar kepala yang berbeda nyata (P<0,05) pada umur 6-9 bulan sebesar 4,84 cm dan
umur ≥10 bulan sebesar 5,06 cm. Kelinci betina mengalami pertumbuhan pada
nyata (P<0,05) pada umur 6-9 bulan sebesar 34,68 dan umur ≥10 bulan sebesar 37,08
cm.
Pertambahan ukuran tubuh tidak berbeda nyata pada sebagian besar ukuran
kerangka tubuh kelinci, pada dasarnya kelinci mengalami dewasa tubuh setelah
dewasa kelamin. Hal ini sesuai dengan Suwartono et al. (1983) yang menyatakan pertumbuhan kerangka maksimal pada saat umur dewasa.
Bobot Badan dan Ukuran Tubuh
Bobot badan dan ukuran kerangka tubuh untuk setiap jenis dan bangsa kelinci
adalah berbeda-beda. Terdapat perbedaan dan persamaan antara tiga bangsa kelinci
Flemish Giant, English Spot dan Rex yang dipelihara di peternakan kelinci rakyat
Kabupaten Magelang. Perbedaan terlihat sangat nyata untuk tipe kelinci yang
berbeda yaitu antara kelinci tipe besar dan kelinci tipe medium. Flemish Giant adalah
kelinci tipe besar, English Spot dan Rex adalah tipe medium.
Bobot Badan. Perbandingan Bobot badan kelinci jantan dan betina Flemish Giant, English Spot dan Rex dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rerata Bobot Badan dan Simpangan Baku Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) (umur>6 bln)
Bangsa
Keterangan : - Huruf vokal untuk kolom dan konsonan untuk baris
-Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01) dan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05)
-KK: koefisien keragaman
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kelinci jantan dan betina ketiga
bangsa mempunyai nilai bobot badan yang berbeda sangat nyata (P<0,01). Perbedaan
yang sangat nyata adalah pada kelinci Rex, hal ini menunjukkan bahwa kelinci Rex
yang dikembangkan pada peternakan rakyat Kabupaten Magelang berbeda dengan
dua bangsa kelinci Flemish Giant dan English Spot. Kelinci English Spot dan
English Spot adalah kelinci tipe medium yang seharusnya mempunyai kisaran bobot
badan yang sama dengan kelinci Rex yaitu 2,7-3,6 kg pada saat dewasa, dan kelinci
jantan mempunyai bobot yang lebih rendah yaitu sebesar 3 kg dari bobot betina
sebesar 3,5 kg (Berry, 2005). Flemish Giant mempunyai bobot yang lebih besar
dibanding kedua kelinci English Spot dan Rex dengan bobot badan rata-rata 6,3 kg
untuk jantan dan 6,8 kg untuk betina (Sarwono, 2001). Hasil analisis memperlihatkan
bahwa bobot badan kelinci Flemish Giant tidak mencapai rata-rata bobot badan
Flemish Giant pada Sarwono (2001). Bobot badan kelinci betina lebih besar daripada
bobot badan kelinci jantan, terlihat dari hasil analisis bobot badan antar kelinci jantan
dan betina Flemish Giant yang yang berbeda nyata. (P<0,05). Untuk kelinci English
Spot dan Rex, bobot badan kelinci jantan dan betina tidak berbeda nyata.
Ketiga bangsa kelinci ini baik jantan maupun betina mempunyai keragaman
bobot badan yang cukup tinggi, sehingga memungkinkan untuk dilakukan seleksi
berdasarkan bobot badan pada populasi kelinci di peternakan rakyat Kabupaten
Magelang. Kelinci yang paling beragam adalah kelinci Rex betina dan yang paling
seragam adalah kelinci Flemish Giant betina. Kelinci English Spot jantan dan betina
mempunyai keragaman yang sama. Keragaman bobot badan yang tinggi dipengaruhi
oleh faktor umur, genetik dan lingkungan.
Kepala. Ukuran panjang, lebar dan tinggi kepala mempengaruhi bentuk muka. Bentuk muka untuk setiap bangsa kelinci adalah berbeda. Rerata dan simpangan
baku ukuran kerangka kepala disajikan pada Tabel 8.
Ukuran panjang kepala Flemish Giant, English Spot dan Rex secara berurutan
12,97 cm, 12,90 cm, dan 11,00 cm untuk kelinci jantan, 12,67 cm, 13,03 cm, dan
10,68 cm untuk betina berbeda sangat nyata (P<0,01). Ukuran panjang kepala pada
kelinci Flemish Giant dan English Spot relatif sama untuk kedua jenis kelamin.
Dilihat dari reratanya, kelinci betina Flemish Giant dan Rex mempunyai ukuran
panjang kepala yang lebih panjang daripada kelinci jantannya, dan sebaliknya untuk
kelinci English Spot.
Ketiga bangsa kelinci memiliki ukuran lebar kepala yang berbeda nyata
(P<0,05) untuk kelinci jantan dengan ukuran lebar kepala Flemish Giant, English
Spot dan Rex secara berurutan adalah 5,27 cm, 5,23 cm dan 4,96 cm. Ukuran lebar
kepala Flemish Giant, English Spot dan Rex secara berurutan adalah 12,67 cm, 13,03
cm dan 10,68 cm. Perbedaan nyata dan sangat nyata adalah pada ukuran lebar kepala
kelinci Rex dengan ukuran yang lebih sempit daripada ukuran lebar kepala kelinci
Flemish Giant dan English Spot dengan ukuran lebar kepala yang sama.Pada ketiga
bangsa kelinci, jenis kelamin jantan mempunyai ukuran lebar kepala yang lebih lebar
daripada kelinci betina. Secara statistik ukuran lebar kepala jantan dan betina kelinci
Flemish Giant dan English Spot adalah berbeda nyata (P<0,05) dan sangat berbeda
nyata untuk kelinci jantan dan betina Rex (P<0,01). Hal ini berarti bahwa antara
kelinci jantan dengan kelinci betina ketiga bangsa dapat dibedakan dari lebar
kepalanya.
Tabel 8. Rerata dan Simpangan Baku Ukuran Kepala Kelinci Dewasa Flemish Giant (FG), English Spot (ES) dan Rex (R) (umur>6 bln)
Bangsa
Keterangan : - Huruf vokal untuk kolom dan konsonan untuk baris
-Superskrip yang berbeda menyatakan berbeda sangat nyata untuk huruf besar (P<0,01) dan berbeda nyata untuk huruf kecil (P<0,05)
-KK: koefisien keragaman
Indeks lebar kepala kelinci Flemish Giant jantan adalah 0,41 dan Flemish
Giant Betina adalah 0,38. kelinci jantan dan betina Flemish Giant sama-sama
mempunyai bentuk muka oval memanjang, namun kelinci betina Flemish
mempunyai muka yang lebih panjang. Indeks lebar dan panjang kepala kelinci
English Spot jantan adalah 0,37 dan untuk English Spot betina mempunyai indeks
oval memanjang, namun kelinci jantan mempunyai bentuk muka yang lebih panjang
daripada kelinci betina. Indeks lebar dan panjang kepala kelinci Rex jantan adalah
0,45 dan untuk betina Rex adalah 0,41. Kelinci Rex jantan mempunyai muka yang
lebih oval daripada kelinci Rex betina.
Kelinci jantan ketiga bangsa kelinci mempunyai ukuran tinggi kepala yang
berbeda nyata (P<0,05), perbedaan nyata adalah pada ukuran tinggi kepala kelinci
Rex (5,74 cm), sedangkan ukuran tinggi kepala kelinci jantan Flemish Giant (5,97
cm) dan English Spot (6,01 cm) tidak berbeda nyata. Kelinci betina Rex mempunyai
ukuran tinggi kepala 5,24 cm yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap ukuran
tinggi kepala kelinci betina Flemish Giant 6,05 cm dan English Spot 5,96 cm yang
tidak berbeda nyata. Kelinci Rex jantan dan betina mempunyai ukuran tinggi kepala
yang berbeda nyata (P<0,05), kelinci Rex jantan mempunyai ukuran tinggi kepala
yang lebih tinggi sebesar 0,5 cm daripada tinggi kepala kelinci Rex betina.
Sementara ukuran tinggi kepala antara jantan dan betina Flemish Giant dan English
Spot tidak berbeda nyata.
Ukuran panjang kepala yang beragam pada populasi kelinci jantan dan betina
English Spot. Kelinci jantan dan betina Flemish Giant dan Rex mempunyai
keragaman yang sama. Ukuran lebar kepala yang paling beragam adalah kelinci
betina Flemish Giant dan kelinci jantan English Spot, keragaman terkecil adalah
pada populasi kelinci betina English Spot dan kelinci jantan Rex. Ukuran tinggi
kepala sangat beragam untuk kelinci jantan ketiga bangsa, kelinci jantan yang paling
beragam adalah kelinci Rex jantan. Ukuran tinggi kepala yang paling seragam adalah
ukuran tinggi kepala kelinci betina Flemish Giant, dan ukuran tinggi kepala Rex
betina lebih seragam daripada kelinci jantan. Tinggi kepala yang beragam pada
populasi ketiga bangsa kelinci akan menyebabkan bentuk kepala yang beragam
untuk tiap bangsa. Keragaman ini hanya pada kelinci jantan yang dapat dipengaruhi
oleh tingkat umur yang berbeda.
Dada. Ukuran kerangka tubuh kelinci dilihat dari ukuran kerangka dada secara statistik tidak berbeda nyata untuk ketiga bangsa. Hasil analisis statistik ukuran
lingkar dada dapat dilihat pada Tabel 9. Lingkar dada ketiga bangsa kelinci tidak
berbeda nyata baik kelinci jantan maupun kelinci betina, ukuran lingkar dada