• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Mikrokontroller Atmega8535 dan Sensor Ultrasonik sebagai Pendeteksi Dini Banjir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Mikrokontroller Atmega8535 dan Sensor Ultrasonik sebagai Pendeteksi Dini Banjir"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI MIKROKONTROLLER ATMEGA8535 DAN SENSOR ULTRASONIK SEBAGAI PENDETEKSI DINI BANJIR

TUGAS AKHIR

FITRIA RAHMAH PANE 112408001

PROGRAM STUDI D-3 FISIKA DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN

POTENSI MIKROKONTROLLER ATMEGA8535 DAN SENSOR ULTRASONIK SEBAGAI PENDETEKSI DINI BANJIR

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 26 Juni 2014

Fitria Rahmah Pane

(3)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

karunia dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

dengan baik. Didalam hal ini, berbagai masalah yang timbul dalam proses

penyelesaian Tugas Akhir ini dapat penulis lalui dengan bantuan moril maupun

material dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada : Kedua orang tua tercinta, serta keluarga yang telah memberikan

bantuan dan dorongan secara moril dan material, Ibu Dr. Susilawati, M.Si selaku

Ketua Program Studi Fisika Instrumentasi, Bapak Dr. Perdinan Sinuaji M.Si

sebagai Sekretaris Departemen, Bapak Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc selaku Dosen

pembimbing, dan rekan-rekan mahasiswa/I Fisika Instrumentasi yang telah

membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Upaya yang dilakukan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini,

walaupun telah dilakukan semaksimal mungkin, tetapi penulis menyadari masih

jauh untuk tingkat kesempurnaan di dalam penyusunan.

Oleh sebab itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran

yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat

digunakan sebagai mana mestinya. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat

(4)

ABSTRAK

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan dibutuhkannya sumber daya manusia yang handal, mampu menciptakan suatu alat yang dapat mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaan. Alat-alat tersebut ada yang bekerja secara otomatis atau semi permanen. Untuk keperluan monitoring alat pendeteksi banjir membutuhkan perangkat instrumentasi untuk mengukur besaran parameter suatu proses. Penanggulangan banjir haruslah dilakukan secara terintegrasi karena meluapnya sungai di suatu daerah bisa jadi disebabkan kiriman dari hulunya. Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang mampu mendeteksi adanya bahaya banjir secara real time dan continuous.

(5)

PERSETUJUAN

Judul : POTENSI MIKROKONTROLLER

ATMEGA8535 DAN SENSOR ULTRASONIK

SEBAGAI PENDETEKSI DINI BANJIR

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : FITRIA RAHMAH PANE

No Induk Mahasiswa : 112408001

Program Studi : D3 FISIKA

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Diluluskan di

Medan, 26 Juni 2014

Diketahui / Disetujui oleh

Ketua Program Studi D3 Fisika Pembimbing

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Pernyataan i

Penghargaan ii

Abstrak iii

Persetujuan iv

Daftar isi v

Daftar Gambar vii

Daftar Tabel viii

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Sistematika Penulisan 3 BAB 2 : LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 6

2.2 Mikrokontroller ATMega8535 6

2.2.1 Arsitektur ATMega8535 7

(7)

2.2.4 Pin-Pin pada Mikrokontroller ATMega8535 15

2.3 Sensor Jarak Ultrasonik PING 18

2.3.1 Spesifikasi Sensor PING 19

2.3.2 Prinsip Kerja Sensor PING 19

2.4 Buzzer 21

2.5 Transistor 22 2.5.1 Transistor n p n 23 2.6 LCD (Liquid Crystal Display) 28

2.6.1 Klasifikasi LCD 30

2.7 Perangkat Lunak 31

2.7.1 CodeVisionAVR 31

BAB 3 : PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1 Diagram Blok & Rangkaian 36

3.1.1 Diagram Blok Rangkaian 36

3.2 Perancangan Rancangan Kendali 37

3.2.1 Sensor Ultrasonik 37

3.2.2 Mikrokontroller 38

3.2.3 Penguat 40

3.2.4 Display / LCD 40

3.2.5 Buzzer 41

3.2.6 Flow Chart 42

(8)

BAB 4 : PENGUJIAN PROGRAM DAN PENGUKURAN RANGKAIAN

4.1 Pengujian Program 50

4.2 Pengukuran Rangkaian 52

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 57

5.2 Saran 58

Daftar Pustaka

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konfigurasi Pin Mikrokontroller AT89S51 ... 15

Gambar 2.2 Sensor Jarak Ultrasonik PING ... 18

Gambar 2.3 Prinsip Kerja Sensor PING ... 21

Gambar 2.4 Bentuk Buzzer ... 22

Gambar 2.5 LCD (Liquid Crystal Display) ... 28

Gambar 2.6 Blok Diagram LCD ... 29

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian ... 36

Gambar 3.2 Rangkaian Skematik Sensor Ultrasonik PING ... 38

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535 ... 39

Gambar 3.4 Rangkaian LCD ... 40

Gambar 3.5 Rangkaian Buzzer ... 42

Gambar 3.6 Flow Chart Pendeteksi Banjir ... 43

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port B ... 16

Tabel 2.2 Fungsi Khusus Port C ... 17

Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port D ... 17

Tabel 2.4 Pin dan Fungsi LCD ... 30

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Tegangan PIN Mikrokontroller ... 70

(11)

ABSTRAK

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan dibutuhkannya sumber daya manusia yang handal, mampu menciptakan suatu alat yang dapat mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaan. Alat-alat tersebut ada yang bekerja secara otomatis atau semi permanen. Untuk keperluan monitoring alat pendeteksi banjir membutuhkan perangkat instrumentasi untuk mengukur besaran parameter suatu proses. Penanggulangan banjir haruslah dilakukan secara terintegrasi karena meluapnya sungai di suatu daerah bisa jadi disebabkan kiriman dari hulunya. Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang mampu mendeteksi adanya bahaya banjir secara real time dan continuous.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan

dibutuhkannya sumber daya manusia yang handal, mampu menciptakan suatu alat

yang dapat mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaan. Alat-alat

tersebut ada yang bekerja secara otomatis atau semi permanen. Untuk keperluan

monitoring alat pendeteksi banjir membutuhkan perangkat instrumentasi untuk

mengukur besaran parameter suatu proses. Penanggulangan banjir hanyalah

dilakukan secara terintegrasi karena meluapnya sungai/daerah tempat tinggal di

suatu daerah bisa jadi disebabkan kiriman dari hulunya.

Penentuan rangkaian pendeteksi banjir yang tepat harns mengacu pada

kondisi sungai tempat sensor tersebut akan dipasang. Hal ini berkaitan dengan

kelebihan dan kekurangan masing-masing metode pendeteksian sensor yang

digunakan. Untuk itu beberapa rangkaian pendeteksi banjir dapat digunakan dan

dipadu dengan mikrokontroller sebagai pengaturnya.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan

dibutuhkannya sumber daya manusia yang handal, mampu menciptakan suatu alat

yang dapat mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaan. Alat-alat

tersebut ada yang bekerja secara otomatis atau semi permanen. Untuk keperluan

monitoring alat pendeteksi banjir membutuhkan perangkat instrumentasi untuk

mengukur besaran parameter suatu proses. Penanggulangan banjir harnslah

(13)

disebabkan kiriman dari hulunya. Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang

mampu mendeteksi adanya bahaya banjir secara real time dan continuous.

Mengingat akan pentingnya pemantauan terhadap ketinggian air

sungai/daerah tempat tinggal, penulis mencoba merancang dan membuat sistem

pemantauan ketinggian air secara elektronik yang dapat digunakan untuk

memantau perubahan ketinggian air. Dengan memanfaatkan sensor ultrasonic

sebagai detektor guna mendeteksi jarak. Sensor ini bekerja berdasarkan prinsip

pantulan gelombang suara, dimana sensor memancarkan gelombang suara yang

kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu dan mikrokontroller

ATMega8535 sebagai mikrokontrollernya.

Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang mampu mendeteksi adanya bahaya

banjir secara real time dan continuous. Penentuan rangkaian pendeteksi banjir

yang tepat harus mengacu pada kondisi sungai tempat sensor tersebut akan

dipasang. Hal ini berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing

metode pendeteksian sensor yang digunakan. Untuk itu beberapa rangkaian

pendeteksi banjir dapat digunakan dan dipadu dengan mikrokontroller sebagai

pengaturnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang dibahas

dalam tugas akhir ini , yaitu:

1. Bagaimana mendeteksi air berdasarkan ketinggian menggunakan sensor

ultrasonik.

(14)

3. Bagaimana membuat perangkat lunak untuk mengendalikan sensor dan buzzer

pada rangkaian pendeteksi banjir.

1.3Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dan waktu pelaksanaan

pembuatan tugas akhir, maka dibuat batasan masalah sebagai berikut :

1. Rancangan menggunakan sebuah mikrokontroller ATMega8535 sebagai

pengendali sistem.

2. Rancangan menggunakan sensor ultrasonic type SR 04 sebagai pendeteksi

ketinggian air.

3. Pemrograman IC mikrokontroller menggunakan bahasa pemrograman C++

yaitu CVAVR versi 2.0.3.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Merancang alat untuk mendeteksi ketinggian air akibat banjir.

2. Merancang rangkaian pengendali alat detektor banjir menggunakan

mikrokontroller AVR ATMega 8535.

3. Membuat program untuk membaca ketinggian air dengan sensor ultrasonic

dan membunyikan alarm peringatan.

1.5Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja sistem pendeteksi

(15)

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung

yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian

Teori pendukung itu antara lain tentang Sensor Ultrasonik (PING),

mikrokontroller ATMega8535 (hardware), bahasa program yang

digunakan. Serta karekteristik dari komponen-komponen

pendukung.

BAB III. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram

blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian.

BAB IV. PENGUJIAN PROGRAM DAN PENGUKURAN RANGKAIAN

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem

kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan

untuk mengaktifkan rangkaian, dan diagram alir dari program yang

akan diisikan ke mikrokontroller ATMega8535.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan

(16)

diberikan agar rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan

dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang

(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1Perangkat Keras

Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat

keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan. Mikrokontroler merupakan salah satu jawabannya. Vendor

dari mikrokontroler ini ada beberapa macam, diantaranya yang paling terkenal

adalah ATMega8535. Selain menggunakan mikrokontroler juga digunakan sensor

ultrasonik sebagai pendeteksi jarak obyek dengan cara memancarkan gelombang

ultrasonik dengan frekuensi 40 KHz dan kemudian mendeteksi pantulannya.

Selain itu juga terdapat beberapa perangkat seperti : Mikrokontroler ATMega

8535, Transistor, Buzzer, LCD dan CVAVR.

2.2 Mikrokontroller ATMega 8535

ATMega8535 memiliki fitur yang cukup lengkap, mulai dari kapasitas

memori program dan memori data yang cukup besar, interupsi, timer/counter,

PWM, USART, TWI, analog comparator, EEPROM internal dan juga ADC

internal semuanya ada dalam ATMega8535. Sehingga dengan fitur yang cukup

lengkap ini memungkinkan kita untuk dapat merancang suatu sistem yang

sederhana sampai dengan sistem yang relatif kompleks hanya dengan

menggunakan satu IC saja, yaitu dengan IC ATMega8535.

ATMega8535 merupakan salah satu mikrokontroler 8 bit buatan Atmel untuk

keluarga AVR. Pada tahun 1997 Atmel mengembangkan AVR (Alf and Vegard’s

(18)

(Reduced Instruction Set Computing). Beberapa fitur yang dimiliki Mikrokontroler ATmega8535 adalah berbasis RISC dengan kecepatan maksimal

16 MHz, memiliki memori Flash 8K Bytes, 512 Bytes EEPROM (Electrically

Erasable Programmable Read Only Memory), dan 512 Bytes Internal SRAM. Mikrokontroler ATmega8535 memiliki 2 8-bit Timer/Counter, RTC (Real Time

Counter), 4 PWM chanel, 8-chanel 10-bit ADC, 1 programable serial USART, master/slave SPI serial interface, dan memiliki 32 programmable I/O. Sedangkan

untuk power, ATmega 8535 dapat dicatu menggunakan tegangan 2.7 – 5.5V

(untuk ATmega8535L) dan 4.5 – 5.5V (untuk ATmega8535) dengan frekuensi

clock maksimum adalah 16MHz.

ATMega8535 adalah mikrokontroler CMOS 8 bit daya rendah berbasis

arsitektur RISC. Instruksi dikerjakan pada satu siklus clock, ATMega8535 mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz, hal ini membuat

ATMega8535 dapat bekerja dengan kecepatan tinggi walaupun dengan

penggunaan daya rendah. Mikrokontroler Atmega8535 memiliki beberapa fitur

atau spesifikasi yang menjadikannya sebuah solusi pengendali yang efektif untuk

berbagai keperluan.

2.2.1 Arsitektur ATMega8535

Mikrokontroler ATMega8535 memiliki arsitektur Harvard, yaitu memisahkan

memori untuk kode program dan memori untuk data sehingga dapat

memaksimalkan unjuk kerja dan paralelisme. Instruksi-instruksi dalam memori

program dieksekusi dalam satu alur tunggal, dimana pada saat satu instruksi

(19)

Konsep inilah yang memungkinkan instruksi-instruksi dapat dieksekusi dalam

setiap satu siklus clock. 32 x 8-bit register serba guna digunakan untuk

mendukung operasi pada Arithmetic Logic Unit (ALU) yang dapat dilakukan

dalam satu siklus. 6 dari register serba guna ini dapat digunakan sebagai 3 buah

register pointer 16-bit pada mode pengalamatan tak langsung untuk mengambil

data pada ruang memori data. Ketiga register pointer 16-bit ini disebut dengan

register X (gabungan R26 dan R27), register Y (gabungan R28 dan R29), dan

register Z (gabungan R30 dan R31). Hampir semua instruksi AVR memiliki

format 16-bit (word). Setiap alamat memori program terdiri dari instruksi 16-bit atau 32-bit. Selain register serba guna diatas, terdapat register lain yang terpetakan

dengan teknik memory mapped I/O selebar 64 Byte. Beberapa register ini

digunakan untuk fungsi khusus antara lain sebagai register kontrol Timer/Counter,

Interupsi, ADC, USART, SPI, EEPROM dan fungsi I/O lainnya. Register-register

ini menempati memori pada alamat 0x20h – 0x5Fh.

2.2.2 Organisasi Memori

Mikrokontroler ATMega8535 memiliki 3 jenis memori yaitu memori

program, memori data dan memori EEPROM. Ketiganya memiliki ruang sendiri

dan terpisah.

a. Memori Program

ATMega8535 memiliki kapasitas memori program sebesar 8 Kbyte yang

terpetakan dari alamat 0000h – 0FFFh dimana masing-masing alamat memiliki

lebar data 16 bit. Sehingga organisasi memori program seperti ini sering

(20)

bagian program boot dan bagian program aplikasi. Jika kita tidak menggunakan fitur Boot Loader Flash maka semua kapasitas memori program diatas dapat digunakan untuk program aplikasi. Tetapi jika yang digunakan fitur Boat Loader

Flash maka pembagian ukuran kedua bagian ini ditentukan oleh BOOTSZ fuse.

b. Memori Data

ATMega8535 memiliki kapasitas memori data sebesar 608 Byte yang

terbagi menjadi 3 bagian yaitu register serba guna, register I/O dan SRAM. 32

byte alamat terendah digunakan untuk register serba guna yaitu R0 – R31. 64 byte

berikutnya digunakan untuk register I/O yang digunakan untuk mengatur fasilitas

seperti timer/counter, interupsi, ADC, USART, SPI, EEPROM dan port I/O

seperti Port A, Port B, Port C dan Port D. Selanjutnya 512 Byte diatasnya

digunakan untuk memori data SRAM.

c. Memori EEPROM

ATMega8535 memiliki memori EEPROM sebesar 512 Byte yang terpisah

dari memori program maupun memori data. Memori EEPROM ini hanya dapat

diakses dengan menggunakan register-register I/O yaitu register EEPROM

Address (EEARH-EEARL), register EEPROM Data (EEDR) dan register

EEPROM Control (EECR). Untuk mengakses memori EEPROM ini diperlakukan

seperti mengakses data eksternal sehingga waktu eksekusinya relatif lebih lama

bila dibandingkan dengan mengakses data dari SRAM.

Adapun kelebihan dari mikrokontroller adalah sebagai berikut :

Pada dasarnya yang membedakan masing – masing kelas adalah memori,

(21)

mereka bisa dikatakan hampir sama. Oleh karena itu, dipergunakan salah satu

AVR produk Atmel, yaitu ATMega 8535. Selain mudah didapatkan dan lebih

murah ATMega 8535 juga memiliki fasilitas yang lengkap. Untuk tipe AVR ada 3

jenis yaitu AT Tiny, AVR klasik, AT Mega. Perbedaannya hanya pada fasilitas

dan I/O yang tersedia serta fasilitas lain seperti ADC,EEPROM dan lain

sebagainya. Salah satu contohnya adalah AT Mega 8535. Memiliki teknologi

RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz membuat ATMega 8535 lebih cepat

bila dibandingkan dengan varian MCS 51. Dengan fasilitas yang lengkap tersebut

menjadikan ATMega 8535 sebagai mikrokontroler yang powerfull.

Fitur-fitur yang dimiliki oleh mikrokontroler Atmega 8535 adalah sebagai

berikut:

1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port D.

2. ADC internal sebanyak 8 saluran.

3. Dua buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.

4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

5. SRAM sebesar 512 byte.

6. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write.

7. Port antarmuka SPI

8. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.

9. Antarmuka komparator analog.

10. Port USART untuk komunikasi serial.

11. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16

MHz.

(22)

2.2.3 Konstruksi ATMega8535

Mikrokontroler ATmega8535 memiliki 3 jenis memori, yaitu memori

program, memori data dan memori EEPROM. Ketiganya memiliki ruang sendiri

dan terpisah.

a. Memori program

ATmega8535 memiliki kapasitas memori progam sebesar 8 Kbyte yang

terpetakan dari alamat 0000h – 0FFFh dimana masing-masing alamat memiliki

lebar data 16 bit. Memori program ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian

program boot dan bagian program aplikasi. b. Memori data

ATmega8535 memiliki kapasitas memori data sebesar 608 byte yang terbagi

menjadi 3 bagian yaitu register serba guna, register I/O dan SRAM. ATmega8535

memiliki 32 byte register serba guna, 64 byte register I/O yang dapat diakses

sebagai bagian dari memori RAM (menggunakan instuksi LD atau ST) atau dapat

juga diakses sebagai I/O (menggunakan instruksi IN atau OUT), dan 512 byte

digunakan untuk memori data SRAM.

c. Memori EEPROM

ATmega8535 memiliki memori EEPROM sebesar 512 byte yang terpisah

dari memori program maupun memori data. Memori EEPROM ini hanya dapat

diakses dengan menggunakan register-register I/O yaitu register EEPROM

Address, register EEPROM Data, dan register EEPROM Control. Untuk

mengakses memori EEPROM ini diperlakukan seperti mengakses data eksternal,

sehingga waktu eksekusinya relatif lebih lama bila dibandingkan dengan

(23)

Interupsi

ATMega8535 menyediakan 21 macam sumber interupsi yang masing-masing

memiliki alamat program vector interupsi. Setiap interupsi yang aktif akan

dilayani segera setelah terjadi permintaan interupsi, tetapi jika dalam waktu

bersamaan terjadi lebih dari satu interupsi maka prioritas yang akan diselesaikan

lebih dulu adalah interupsi yang memiliki nomor urut lebih kecil. Sebagai contoh

jika interupsi timer0 overflow dan timer1 overflow terjadi bersamaan maka prioritasnya interupsi timer 1 lebih dulu yang akan diselesaikan karena interupsi

timer 1 memiliki nomor urut diatas timer 0.

Port I/O

Semua port keluarga AVR bersifat bi-directional (dua arah) pada saat

berfungsi sebagai port I/O digital. Bahkan setiap pin dapat dikonfigurasikan baik

sebagai input maupun output secara individu tanpa mempengaruhi pin-pin yang

lain. Hal ini dapat dilakukan dengan perintah SBI dan CBI. Pengaturan port I/O

baik sebagai input maupun output otomatis akan diikuti dengan pengaturan pull-up resistor internal. Meskipun demikian pengaturan pull-up resistor bias saja

dinon-aktifkan melalui bit PUD pada register SFIOR. Jika bit PUD diset ‘1’ maka

berarti konfigurasi pull-up port I/O non-aktif.

Tiga alamat memori I/O dialokasikan untuk mengatur konfigurasi setiap port

I/O yaitu :

- Data Register (PORTx)

(24)

Timer / Counter

ATMega8535 memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah timer / counter

8-bit dan 1 buah timer / counter 16-bit. Ketiga modul timer / counter ini dapat

diatur dalam mode yang berbeda secara individu dan tidak saling mempengaruhi

satu sama lain. Selain itu semua timer / counter juga dapat difungsikan sebagai

sumber interupsi. Masing-masing timer / counter ini memiliki register tertentu

yang digunakan untuk mengatur mode dan cara kerjanya tetapi ada 2 register yang

digunakan secara bersama-sama yaitu register TIMSK dan register TIFR.

USART

Universal Synchronous and Asynchronous Serial Receiver and Transmitter

(USART) juga merupakan salah satu mode komunikasi serial yang dimiliki oleh

ATMega8535. USART merupakan komunikasi yang memiliki fleksibilitas tinggi,

yang dapat digunakan untuk melakukan transfer data baik antar mikrokontroler

maupun dengan modul-modul eksternal termasuk PC yang memiliki fitur UART.

USART memungkinkan transmisi data baik secara synchronous maupun

asynchronous sehingga dengan demikian USART pasti kompatibel dengan

UART. Pada ATMega8535, secara umum pengaturan mode komunikasi baik

synchronous maupun asynchronous adalah sama. Perbedaannya hanyalah terletak

pada sumber clock saja. Jika pada mode asynchronous masing-masing peripheral memiliki sumber clock sendiri maka pada mode synchronous hanya ada satu sumber clock yang digunakan secara bersama-sama. Dengan demikian secara

(25)

ATmega8535 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran

ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalammode operasinya, ADC ATmega8535

dapat dikonfigurasi, baik secara single ended input maupun differential input.

Selain itu, ADC ATmega8535 memiliki konfigurasi pewaktuan, tegangan

referensi, mode operasi, dan kemampuan filter derau yang amat fleksibel,

sehingga dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan ADC itu sendiri.

ATmega8535 memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah timer/counter

8 bit dan 1 buah timer/counter 16 bit. Ketiga modul timer/counter ini dapat diatur

dalam mode yang berbeda secara individu dan tidak saling mempengaruhi satu

sama lain. Selain itu, semua timer/counter juga dapat difungsikan sebagai sumber

interupsi. Masing-masing timer/counter ini memiliki register tertentu yang

digunakan untuk mengatur mode dan cara kerjanya.

Serial Peripheral Interface (SPI) merupakan salah satu mode komunikasi

serial syncrhronous kecepatan tinggi yang dimiliki oleh ATmega8535. Universal

Syncrhronous and Asyncrhronous Serial Receiver and Transmitter (USART) juga

merupakan salah satu mode komunikasi serial yang dimiliki oleh ATmega8535.

USART merupakan komunikasi yang memiliki fleksibilitas tinggi, yang dapat

digunakan untuk melakukan transfer data baik antar mikrokontroler maupun

dengan modul-modul eksternal termasuk PC yang memiliki fitur UART.

USART memungkinkan transmisi data baik secara syncrhronous maupun

asyncrhronous, sehingga dengan memiliki USART pasti kompatibel dengan

UART. Pada ATmega8535, secara umum pengaturan mode syncrhronous maupun

asyncrhronous adalah sama. Perbedaannya hanyalah terletak pada sumber clock

(26)

Jika pada mode asyncrhronous masing-masing peripheral memiliki sumber

clock sendiri, maka pada mode syncrhronous hanya ada satu sumber clock yang

digunakan secara bersama-sama. Dengan demikian, secara hardware untuk mode

asyncrhronous hanya membutuhkan 2 pin yaitu TXD dan RXD, sedangkan untuk

mode syncrhronous harus 3 pin yaitu TXD, RXD dan XCK.

2.2.4 Pin-pin pada Mikrokontroler ATmega8535

Gambar 2.1. Konfigurasi pin ATmega8535 (Data Sheet AVR)

Konfigurasi pin ATmega8535 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual Inline

Package) dapat dilihat pada gambar 2.1. Dari gambar di atas dapat dijelaskan

fungsi dari masing-masing pin Atmega8535 sebagai berikut:

1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya.

(27)

3. Port A (PortA0...PortA7) merupakan pin input/output dua arah dan pin

masukan ADC.

4. Port B (PortB0...PortB7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi

khusus, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Pin Fungsi Khusus

PB7 SCK (SPI Bus Serial Clock)

PB6 MISO (SPI Bus Master Input/ Slave Output)

PB5 MOSI (SPI Bus Master Output/ Slave Input)

PB4 SS (SPI Slave Select Input)

PB3 AIN1 (Analog Comparator Negative Input) OC0

(Timer/Counter0 Output Compare Match Output)

PB2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input) INT2 (External

Interrupt 2 Input)

PB1 T1 (Timer/ Counter1 External Counter Input)

PB0 T0 T1 (Timer/Counter External Counter Input) XCK

(USART External Clock Input/Output)

Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port B

5. Port C (PortC0...PortC7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi

khusus, seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Pin Fungsi khusus

PC7 TOSC2 ( Timer Oscillator Pin2)

PC6 TOSC1 ( Timer Oscillator Pin1)

(28)

PC4 Input/Output

PC3 Input/Output

PC2 Input/Output

PC1 SDA (Two-wire Serial Buas Data Input/Output Line)

PC0 SCL (Two-wire Serial Buas Clock Line)

Tabel 2.2. Fungsi Khusus Port C

6. Port D (PortD0...PortD7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi

khusus, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Pin Fungsi khusus

PD7 OC2 (Timer/Counter Output Compare Match Output)

PD6 ICP (Timer/Counter1 Input Capture Pin)

PD5 OC1A (Timer/Counter1 Output Compare A MatchOutput)

PD4 OC1B (Timer/Counter1 Output Compare B MatchOutput)

PD3 INT1 (External Interrupt 1 Input)

PD2 INT0 (External Interrupt 0 Input)

PD1 TXD (USART Output Pin)

PD0 RXD (USART Input Pin)

Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port D

7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.

8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.

(29)

2.3 Sensor Jarak Ultrasonik PING

Sensor jarak ultrasonik ping adalah sensor 40 khz produksi parallax yang

banyak digunakan untuk aplikasi atau kontes robot cerdas. Kelebihan sensor ini

adalah hanya membutuhkan 1 sinyal ( SIG ) selain jalur 5 v dan ground. Berikut

adalah contoh gambar sensor PING:

Gambar 2.2 Sensor jarak ultrasonik ping

Sensor ini dapat mengukur jarak antara 2 cm sampai 300 cm (blank area

yaitu sensor tidak dapat mengukur jarak jika jarak benda < 2cm). Keluaran dari

sensor ini berupa pulsa yang lebarnya merepresentasikan jarak. Lebar pulsanya

bervariasi dari 115 uS sampai 18,5 mS. Sensor ultrasonic ping parallax terdiri dari sebuah chip pembangkit sinyal 40KHz, sebuah speaker ultrasonik dan sebuah mikropon ultrasonik. Speaker ultrasonik mengubah sinyal 40 KHz menjadi suara

(30)

2.3.1 Spesifikasi sensor PING

a.Kisaran pengukuran 3cm-3m.

b.Input trigger –positive TTL pulse, 2uS min., 5uS tipikal.

c.Echo hold off 750uS dari fall of trigger pulse.

d.Delay before next measurement 200uS.

e.Burst indicator LED menampilkan aktifitas sensor.

2.3.2 Prinsip Kerja Sensor PING

Berikut adalah prinsip kerja sensor ultrasonic ping parallax.

1. Pin yang digunakan sebagai jalur data sensor dijadikan output.

2. Mikrokontroler memberikan pulsa trigger (pulsa high dengan tOUT selama 2

µs sampai 5 µs).

3. Kemudian setelah memberikan trigger, pin tersebut dijadikan input.

4. Sensor memancarkan gelombang ultrasonic sebesar 40KHz selama 200 µs

(tBURST).

5. Gelombang ultrasonic ini akan merambat diudara dengan kecepatan 344.424

m/detik atau 1 cm setiap 29.034 µs.

6. Gelombang tersebut akan mengenai objek kemudian terpantul kembali ke

sensor.

7. Selama menunggu pantulan, sensor akan menghasilkan sebuah pulsa (high)

8. Pulsa ini akan berhenti (low) ketika gelombang suara pantulan terdeteksi oleh

sensor.

9. Lebar pulsa tersebutlah yang yang dipresentasikan sebagai jarak antara sensor

(31)

10. Lebar pulsa high (tIN) akan sesuai dengan lama waktu tempuh gelombang

ultrasonik untuk 2x jarak ukur dengan obyek yang kemudian dapat

merepresentasikan jarak antara sensor ping dengan objek.

11. Sinyal yang diterima oleh rangkaian receiver dikirimkan ke rangkaian

mikrokontroler untuk selanjutnya diolah untuk menghitung jarak terhadap benda.

12. Benda di sini adalah benda yang bersifat memantul, bukan benda yang

bersifat meredam sinyal.

Pada dasanya, Sensor PING terdiri dari sebuah chip pembangkit sinyal

40KHz, sebuah speaker ultrasonik dan sebuah mikropon ultrasonik. Speaker

ultrasonik mengubah sinyal 40 KHz menjadi suara sementara mikropon ultrasonik

berfungsi untuk mendeteksi pantulan suaranya. Sensor PING mendeteksi jarak

obyek dengan cara memancarkan gelombang ultrasonik (40 kHz) selama tBURST

(200 μs) kemudian mendeteksi pantulannya. Sensor PING memancarkan

gelombang ultrasonik sesuai dengan kontrol dari mikrokontroler pengendali

(32)

Gelom

detik, men

pulsa outp

setelah ge

SIG. Leba

ultrasonik

2.4 Buzze

Buzze getaran li tegangan buzzer ham yang terp sehingga mbang ultra ngenai oby

put high pa

elombang pa

ar pulsa Hig

k untuk 2x ja

er

er adalah se

istrik menja

antara 5 vo

mpir sama

pasang pada

[image:32.595.150.488.87.333.2]

menjadi el

Gambar 2.

asonik ini

yek dan me

ada pin SIG

antulan terd

gh (tIN) ak

arak ukur de

ebuah komp adi getaran olt sampai dengan lou a diafragma lektromagne

.3 Prinsip k

melalui ud

emantul kem

G setelah me

deteksi PIN

kan sesuai d

engan obye

ponen elektr

suara. Bu

dengan 12

ud speaker,

a dan kem

et, kumpar

erja sensor

dara dengan

mbali ke se

emancarkan

NG akan me

dengan lama

ek.

ronika yang

zzer akan

volt DC. P

jadi buzzer

mudian kum

ran tadi ak PING

n kecepatan

ensor. PING

n gelomban

embuat outp

a waktu tem

g berfungsi u

menyala jik

Pada dasarn

r juga terdir

mparan terse

kan tertarik

n 344 mete

G mengelu

ng ultrasonik

put low pad mpuh gelom

untuk meng

ka mendap

nya prinsip

ri dari kum

ebut dialiri

(33)

dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan

diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan

menghasilkan suara. Di dalam tugas akhir ini, buzzer digunakan sebagai indikator

[image:33.595.246.397.223.346.2]

bahwa telah terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).

Gambar 2.4 Bentuk Buzzer

2.5 Transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai

sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi

sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran

listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET),

memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber

listriknya. Transistor through-hole (dibandingkan dengan pita ukur sentimeter)

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang

di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal

lainnya.

Transistor merupakan alat dengan tiga terminal. Setelah bahan semikonduktor

(34)

pembuatannya banyak, pada dasarnya transistor merupakan tiga lapis gabungan

kedua jenis bahan tadi, yaitu n p n atau p n p. Transistor adalah komponen yang

sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog,

transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi

pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam

rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.

Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi

sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen lainnya.

2.5.1 Transistor n p n

Kolektor dan emitter merupakan bahan n dan lapisan diantara mereka merupakan jenis p. Pada mulanya diperkirakan bahwa transistor seharusnya

bekerja dalam salah satu arah, ialah dengan saling menghubungkan ujung-ujung

kolektor dan emitter karena mereka terbuat dari jenis bahan yang sama. Namun,

hal ini tidaklah mungkin karena mereka tidak berukuran sama. Kolektor

berukuran lebih besar dan kebanyakan dihubungkan secara langsung kekotaknya

untuk penyerapan panas. Ketika transistor digunakan hampir semua panas yang

terbentuk berada pada sambungan basis-kolektor yang harus mampu

menghilangkan panas ini. Sambungan basis emitter hanya mampu menahan

tegangan yang rendah.

Operasi dalam arah balik dapat dijalankan tetapi tidak efisien, sehingga tidak

sesuai dengan metode hubungan praktis karena sangat sering merusakkan alat.

Pada umumnya transistor dianggap sebagai suatu alat yang beroperasi karena

(35)

emitter, suatu suplai positif pada kolektor akan menyebabkan arus mengalir diantara kolektor dan emitter. Dua hal yang harus diperhatikan pada arus kolektor

ini ialah :

1. Untuk arus basis nol, arus kolektor turun sampai pada tingkat arus

kebocoran, yaitu kurang dari 1µA dalam kondisi normal (untuk transistor silikon).

2. Untuk arus basis tertentu, arus kolektor yang mengalir akan jauh lebih

besar daripada arus basis itu.

Salah satu fungsi Transistor yang paling banyak digunakan di dunia

Elektronika Analog adalah sebagai penguat yaitu penguat arus,penguar tegangan,

dan penguat daya. Fungsi komponen semikonduktor ini dapat kita temukan pada

rangkaian Pree-Amp Mic, Pree-Amp Head, Mixer, Echo, Tone Control, Amplifier

dan lain-lain.

Cara kerja transistor apabila pada terminal transistor tidak diberi tegangan

bias dari luar, maka semua arus akan nol atau tidak ada arus yang mengalir.

Sebagaimana terjadi pada persambungan dioda, maka pada persambungan emiter

dan basis (JE) serta pada persambungan basis dan kolektor (JC) terdapat daerah

pengosongan. Tegangan penghalang (barrier potensial) pada masing- masing

persambungan

Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar

transistor, bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect

transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara berbeda. Transistor bipolar

dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua polaritas

(36)

arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan

depletion zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi

dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut. FET (juga dinamakan

transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan (elektron

atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir

dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya

(dibandingkan dengan transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus

listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat dirubah dengan

perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi

tersebut.

Transistor adalah komponen elektronika multitermal, biasanya memiliki 3

terminal. Secara harfiah, kata ‘Transistor’ berarti ‘ Transfer resistor’, yaitu suatu

komponen yang nilai resistansi antara terminalnya dapat diatur. Secara umum

transistor terbagi dalam 3 jenis :

1. Transistor Bipolar

2. Transistor Unipolar

3. Transistor Unijunction

Transistor bipolar bekerja dengan 2 macam carrier, sedangkan unipolar satu

(37)

Dari susunan bahan semikonduktor yang digunakan, transistor dapat

dibedakan menjadi dua buah tipe yaitu transistor tipe PNP dan transistor tipe

NPN. Pada prinsipnya transistor sama dengan dua buah dioda yang disusun saling

bertolak belakang, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :

Struktur PNP Struktur NPN

Transistor di desain dari pemanfaatan sifat diode, arus menghantar dari diode

dapat dikontrol oleh electron yang ditambahkan pada pertemuan PN diode.

Dengan penambahan elekdiode pengontrol ini, maka diode semi-konduktor dapat

dianggap dua buah diode yang mempunyai electrode bersama pada pertemuan.

Transistor dapat bekerja apabila diberi tegangan, tujuan pemberian tegangan pada

transistor adalah agar transistor tersebut dapat mencapai suatu kondisi penghantar

atau menyumbat. Baik transistor NPN maupun PNP tegangan antara emitor dan

basis adalah forward bias, sedangkan antara basis dengan kolektor adalah reverse

bias.

Berdasarkan cara pemasangan ground dan pengambilan output, penguat

transistor dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Common Base Penguat Common Base digunakan sebagai penguat tegangan.

Pada rangkaian ini Emitor merupakan input dan Collector adalah output

sedangkan Basis di-ground-kan/ ditanahkan. Sifat-sifat Penguat Common Base:

(38)

 Cocok sebagai Pre-Amp karena mempunyai impedansi input tinggi yang

dapat menguatkan sinyal kecil

 Dapat dipakai sebagai penguat frekuensi tinggi

 Dapat dipakai sebagai buffer

2. Penguat Common Emitor Penguat Common Emitor digunakan sebagai

penguat tegangan. Pada rangkaian ini Emitor di-ground-kan/ ditanahkan, Input

adalah Basis, dan output adalah Collector. Sifat-sifat Penguat Common Emitor:

 Signal output berbeda phasa 180 derajat

 Memungkinkan adanya osilasi akibat feedback, untuk mencegahnya sering

dipasang feedback negatif.

 Sering dipakai sebagai penguat audio (frekuensi rendah)

 Stabilitas penguatan rendah karena tergantung stabilitas suhu dan bias

transistor

3. Penguat Common Collector

Penguat Common Collector digunakan sebagai penguat arus. Rangkaian ini

hampir sama dengan Common Emitor tetapi outputnya diambil dari Emitor. Input

dihubungkan ke Basis dan output dihubungkan ke Emitor. Rangkaian ini disebut

juga dengan Emitor Follower (Pengikut Emitor) karena tegangan output hapir

sama dengan tegangan input.

Sifat-sifat Penguat Common Collector:

 Signal output dan sigal input satu phasa (tidak terbalik seperti Common

Emitor)

 Penguatan tegangan kurang dari 1 (satu)

(39)

 Impedansi input tinggi dan impedansi output rendah sehingga cocok

digunakan sebagai buffer

2.6 LCD (Liquid Crystal Display)

[image:39.595.137.485.178.336.2]

Gambar 2.5 LCD (Liquid Crystal Display)

Display LCD sebuah liquid crystal atau perangkat elektronik yang dapat

digunakan untuk menampilkan angka atau teks. Ada dua jenis utama layar LCD

yang dapat menampilkan numerik (digunakan dalam jam tangan, kalkulator dll)

dan menampilkan teks alfanumerik (sering digunakan pada mesin fotokopi dan

telepon genggam). Dalam menampilkan numerik ini kristal yang dibentuk

menjadi bar, dan dalam menampilkan alfanumerik kristal hanya diatur kedalam

pola titik. Setiap kristal memiliki sambungan listrik individu sehingga dapat

dikontrol secara independen. Ketika kristal off' (yakni tidak ada arus yang melalui

kristal) cahaya kristal terlihat sama dengan bahan latar belakangnya, sehingga

kristal tidak dapat terlihat. Namun ketika arus listrik melewati kristal, itu akan

merubah bentuk dan menyerap lebih banyak cahaya. Hal ini membuat kristal

terlihat lebih gelap dari penglihatan mata manusia sehingga bentuk titik atau bar

(40)

perbedaan antara layar LCD dan layar LED. Sebuah LED display (sering

digunakan dalam radio jam) terdiri dari sejumlah LED yang benar-benar

mengeluarkan cahaya (dan dapat dilihat dalam gelap). Sebuah layar LCD hanya

mencerminkan cahaya, sehingga tidak dapat dilihat dalam gelap. LMB 162A

adalah modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan

setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1 baris terakhir

adalah kursor). Memori LCD terdiri dari 9.920 bir CGROM, 64 byte CGRAM

dan 80x8 bit DDRAM yang diatur pengalamatannya oleh Address Counter dan

akses datanya (pembacaan maupun penulisan datanya) dilakukan melalui register

data. Pada LMB162A terdapat register data dan register perintah. Proses akses

data ke atau dari register data akan mengakses ke CGRAM, DDRAM atau

CGROM bergantung pada kondisi Address Counter, sedangkan proses akses data

ke atau dari Register perintah akan mengakses Instruction Decoder (dekoder

instruksi) yang akan menentukan perintah–perintah yang akan dilakukan oleh

LCD. Kegunaan LCD banyak sekali dalam perancangan suatu sistem dengan

menggunakan mikrokontroller. LCD dapat berfungsi untuk menampilkan suatu

nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi

[image:40.595.159.458.586.714.2]

mikrokontroller.

(41)

2.6.1 Klasifikasi LCD

a. 16 karakter x 2 baris

b. 5x7 titik Matrix karakter + kursor

c. HD44780 Equivalent LCD kontroller/driver Built-In

d. 4-bit atau 8-bit MPU Interface

e. Tipe standar

f. Bekerja hampir dengan semua Mikrokontroler.

Berikut table dan fungsi dari LCD :

Pin Nama Fungsi

1 VSS Ground voltage

2 VCC +5V

3 VEE Contrast voltage

4 RS Register Select

0 = Instruction register

1 = Data register

5 R/W Read/write, to choose write or read mode

0 = Write mode

1 = Read mode

6 E Enable

0 = Start to lacht data to LCD character

1 = Disable

7 BPL Back Plane Light

8 GND Ground voltage

(42)

Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW: Jalur EN

dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa anda

sedang mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka

melalui program EN harus dibuat logika low “0” dan set pada dua jalur kontrol

yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika

“1” dan tunggu untuk sejumlah waktu tertentu ( sesuai dengan datasheet dari LCD

tersebut ) dan berikutnya set EN ke logika low “0” lagi.

Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS berlogika low “0”, data akan

dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus ( seperti clear screen,

posisi kursor, dll ). Ketika RS berlogika high “1”, data yang dikirim adalah data

text yang akan ditampilkan pada display LCD. Sebagai contoh, untuk

menampilkan huruf “T” pada layar LCD maka RS harus diset logika high “1”.

Jalur RW adalah jalur kontrol Read/Write. Ketika RW berlogika low (0), maka

informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika

high ”1”, maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD.

Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu diberi logika low ”0”. Pada

akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalur ( bergantung pada mode operasi yang

dipilih oleh user). Pada kasus bus data 8 bit, jalur diacukan sebagai DB0 s/d DB7

2.7 Perangkat Lunak 2.7.1 CodeVisionAVR

CodeVisionAVR merupakan sebuah software yang digunakan untuk

memprogram mikrokontroler sekarang ini telah umum. Mulai dari penggunaan

untuk kontrol sederhana sampai kontrol yang cukup kompleks, mikrokontroler

(43)

dilakukan menggunakan compiler yang selanjutnya didownload ke dalam

mikrokontroler menggunakan downloader. Salah satu compiler program yang umum digunakan sekarang ini adalah CodeVision AVR yang menggunakan

bahasa pemrograman C.

CodeVision AVR mempunyai suatu keunggulan dari compiler lain, yaitu

adanya codewizard, fasilitas ini memudahkan kita dalam inisialisasi

mikrokontroler yang akan kita gunakan, codevision telah menyediakan

konfigurasi yang bisa diatur pada masing-masing chip mikrokontroler yang akan

kita gunakan, sehingga kita tidak perlu melihat datasheet untuk sekedar mengonfigurasi mikrokontroler.

CodeVisionAVR merupakan sebuah cross-compiler C, Integrated

Development Environtment (IDE), dan Automatic Program Generator yang

didesain untuk mikrokontroler buatan Atmel seri AVR. CodeVisionAVR dapat

dijalankan pada sistem operasi Windows 95, 98, Me, NT4, 2000, dan XP.

Cross-compiler C mampu menerjemahkan hampir semua perintah dari bahasa ANSI C,

sejauh yang diijinkan oleh arsitektur dari AVR, dengan tambahan beberapa fitur

untuk mengambil kelebihan khusus dari arsitektur AVR dan kebutuhan pada

sistem embedded. File object COFF hasil kompilasi dapat digunakan untuk

keperluan debugging pada tingkatan C, dengan pengamatan variabel,

menggunakan debugger Atmel AVR Studio. IDE mempunyai fasilitas internal

berupa software AVR Chip In-System Programmer yang memungkinkan Anda

untuk melakukan transfer program kedalam chip mikrokontroler setelah sukses

(44)

Software In-System Programmer didesain untuk bekerja dengan Atmel

STK500/AVRISP/AVRProg, Kanda Systems STK200+/300, Dontronics DT006,

Vogel Elektronik VTEC-ISP, Futurlec JRAVR dan MicroTronics

ATCPU/Mega2000 programmers/development boards. Untuk keperluan

debugging sistem embedded, yang menggunakan komunikasi serial, IDE

mempunyai fasilitas internal berupa sebuah Terminal.

Selain library standar C, CodeVisionAVR juga mempunyai library tertentu untuk:

• Modul LCD alphanumeric

• Bus I2C dari Philips

• Sensor Suhu LM75 dari National Semiconductor

• Real-Time Clock: PCF8563, PCF8583 dari Philips, DS1302 dan DS1307 dari

Maxim/Dallas Semiconductor

• Protokol 1-Wire dari Maxim/Dallas Semiconductor

• Sensor Suhu DS1820, DS18S20, dan DS18B20 dari Maxim/Dallas

Semiconductor

• Termometer/Termostat DS1621 dari Maxim/Dallas Semiconductor

• EEPROM DS2430 dan DS2433 dari Maxim/Dallas Semiconductor

• SPI

• Power Management

• Delay

• Konversi ke Kode Gray

CodeVisionAVR juga mempunyai Automatic Program Generator bernama

CodeWizardAVR, yang mengujinkan Anda untuk menulis, dalam hitungan menit,

(45)

• Set-up akses memori eksternal

• Identifikasi sumber reset untuk chip

• Inisialisasi port input/output

• Inisialisasi interupsi eksternal

• Inisialisasi Timer/Counter

• Inisialisasi Watchdog-Timer

• Inisialisasi UART (USART) dan komunikasi serial berbasis buffer yang

digerakkan oleh interupsi

• Inisialisasi Pembanding Analog

• Inisialisasi ADC

• Inisialisasi Antarmuka SPI

• Inisialisasi Antarmuka Two-Wire

• Inisialisasi Antarmuka CAN

• Inisialisasi Bus I2C, Sensor Suhu LM75, Thermometer/Thermostat DS1621 dan

Real-Time Clock PCF8563, PCF8583, DS1302, dan DS1307

• Inisialisasi Bus 1-Wire dan Sensor Suhu DS1820, DS18S20

• Inisialisasi modul LCD

CodeVisionAVR merupakan hak cipta dari Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.

Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh CodeVisionAVR antara lain :

1. Menggunakan IDE (Integrated Development Environment).

2. Fasilitas yang disediakan lengkap (mengedit program, mengkompile

program, mendownload program) serta tampilannya terlihat menarik dan

mudah dimengerti. Kita dapat mengatur settingan editor sedemikian rupa

(46)

3. Mampu membangkitkan kode program secara otomatis dengan

menggunakan fasilitas CodeVisionAVR.

4. Memiliki fasilitas untuk mendownload program langsung dari

CodeVisionAVR dengan menggunakan hardware khusus seperti Atmel

STK500, Kanda System STK200+ / 300 dan beberapa hardware lain yang

telah didefinisikan oleh CodeVisionAVR.

5. Memiliki fasilitas debugger sehingga dapat menggunakan software

compiler lain untuk mengecek kode assembler nya, contohnya

AVRStudio.

6. Memiliki terminal komunikasi serial yang terintegrasi dalam

CodeVisionAVR sehingga dapat digunakan untuk membantu pengecekan

program yang telah dibuat khususnya yang menggunakan fasilitas

(47)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

3.1 Rangkaian Perangkat Keras (Hardware)

3.1.1 Diagram Blok Rangkaian

Diagram blok merupakan diagram kotak (blok diagram) system yang

dirancang yaitu deteksi dini banjir dengan alarm. Rancangan berupa suatu proses

deteksi input dan mengeluarkan output tertentu. Dalam hal ini adalah ketinggian

air pada saat terjadi luapan akibat banjir. Dengan menggunakan sensor jarak

ultrasonic dapat diukur ketinggian air yang masuk dalam suatu wadah yang dibuat

dengan tabung plastik.

Bagian proses terdiri dari sebuah kontroler yang bekerja membaca

ketinggian air melalui sensor ultrasonic pada keadaan tertentu yaitu ketinggian air

tertentu kontroler harus memberikan isyarat melalui output suara yaitu buzzer

(48)

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian

3.2 Perancangan Rangkaian Kendali

Rancangan rangkaian kendali adalah suatu rangkaian elektronik berbasis

mikrokontroller. Rancangan terdiri dari beberapa bagian utama antara lain yaitu:

Sensor Ultrasonik, Mikrokontroller, Penguat, Display / LCD, Buzzer dan Flow

(49)

3.2.1 Sensor Ultrasonik

Pada rancangan ini menggunakan sensor jarak sensor jarak yaitu sensor

ultrasonic. Tipe sensor ultrasonic yaitu SR 04. Cara kerja sensor pada rangkaian

adalah sebagai berikut: Sensor akan memancarkan sebuah gelombang ultrasonic

dengan frekuensi 40 kHz kemudian sensor akan mendeteksi pantulan gelombang

ultrasonic tersebut jika mengenai suatu objek pemantul. Antara dipancarkan

gelombang ultrasonic dengan diterimanya kembali gelombang tersebut terdapat

selisih waktu dan dengan mengetahui kecepatan suara kecepatan suara diudara

maka dapat dihitung jarak objek dengan sensor. Dengan persamaan:

s = V × ………. 1

Dimana: s = jarak objek dengan sensor

v = kecepatan suara (340 m/s)

(50)
[image:50.595.134.508.81.439.2]

Gambar 3.2 Rangkaian Skematik Sensor Ultrasonik PING

3.2.2 Mikrokontroller

Mikrokontroller adalah bagian rangkaian yang berfungsi mengendalikan

sistem secara keseluruhan yaitu membaca input dari sensor, mengkalkulasikan

jarak dan memutuskan jika harus mengeluarkan suatu output peringatan atau

isyarat. Mikrokontroller yang digunakan dalam rancangan adalah AVR

ATmega8535. Mikrokontroller tersebut diprogram dengan bahasa C yaitu CV

(51)

sedangkan output mikrokontroller diprogram pada port B yaitu PB.0. Kristal pada

pin 12 dan 13 berfungsi sebagai masukan pulsa clock, sedangkan resistor pada pin

9 berfungsi sebagai riset awal saat mikrokontroller diaktifkan. Mikrokontroller

akan membaca sensor dengan cara mendeteksi waktu pancar gelombang

ultrasonic dan diterimanya kembali gelombang tersebut yaitu dengan mendeteksi

pulsa atau logika yang diberikan oleh sensor saat diterimanya gelombang

ultrasonic pantulan. Mikrokontroller mengeluarkan output dengan cara

(52)
[image:52.595.140.484.85.523.2]

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535

3.2.3 Penguat

Yang dimaksud dengan penguat dalam rangkaian ini adalah rangkaian

penguat arus yaitu rangkaian yang berfungsi menguatkan arus agar dapat

(53)

dan sebuah resistor. Transistor dikonfigurasikan sebagai penguat common emitor

dan bekerja pada daerah on-off dengan memberikan logika 1 pada basis akan

menyebabkan transistor jenuh karena mendapat bias positif sehingga arus akan

terputus. Tipe transistor dalam rangkaian adalah BD139 yaitu transistor NPN

(Negatif Positif Negatif) dengan arus 1 ampere.

3.2.4 Display / LCD

Gambar 3.4 Rangkaian LCD

Display LCD sebuah liquid crystal atau perangkat elektronik yang berfungsi

untuk menampilkan angka atau teks. Dalam menampilkan numerik ini kristal yang

dibentuk menjadi bar, dan dalam menampilkan alfanumerik kristal hanya diatur

kedalam pola titik. Setiap kristal memiliki sambungan listrik individu sehingga

dapat dikontrol secara independen. Ketika kristal off (yakni tidak ada arus yang

melalui kristal) cahaya kristal terlihat sama dengan bahan latar belakangnya,

(54)

akan merubah bentuk dan menyerap lebih banyak cahaya. Hal ini membuat kristal

terlihat lebih gelap dari penglihatan mata manusia sehingga bentuk titik atau bar

dapat dilihat dari perbedaan latar belakang.

Modul display LCD sudah dilengkapi dengan sebuah kontroler yang memiliki

dua register 8 bit yaitu instruction register (IR) dan data register (DR). IR

menyimpan kode instruksi, seperti display clear, cursor shift dan informasi

address untuk display data RAM (DDRAM) dan character generator (CGRAM).

3.2.5 Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk

mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja

buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan

yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus

sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau

keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan

dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan

diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan

menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah

selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).

Dalam rancangan ini digunakan buzzer tipe piezo elektrik dengan

frekuensi ± 1000 Hz. Dengan memberikan arus pada buzzer menyebabkan getaran

(55)
[image:55.595.161.487.79.452.2]

Gambar 3.5 Rangkaian Buzzer

3.2.6 Flow Chart

Flowchart ( Bagan Alir ) merupakan suatu bagan yang menggambarkan arus

logika dari data yang akan diproses dari awal sampai akhir. Tujuan utama dari

penggunaan Flowchart adalah untuk menggambarkan suatu tahapan penyelesaian

masalah secara sederhana, terurut, rapi dan jelas dengan menggunakan

simbol-simbol yang standar. Tahap masalah yang disajikan harus jelas, sederhana, efektif

(56)

S ta rt

In is id a s i L C D Is i N ila i A w a l P o rt

P e m b e ria n S in y a l P ic u (T rig g a r) P a d a S e n s o r

B a c a N ila i P u ls a P a n tu la n D a ri S e n s o r U ltra s o n ik

P u ls a A d a A ta u P a n tu la n ?

K a lk u la s i J a ra k O b je k

T a m p ilk a n P a d a L C D J a ra k Y a n g T e ru k u r

A k tifk a n B u z z e r S e s u a i J a ra k Y a n g T e ru k u r

(57)

Gambar 3.6 Flow Chart Pendeteksi Banjir

Diagram diatas adalah diagram alir sistem yaitu proses kerja dari awal

hingga selesai. Diagram tersebut menggambarkan 1 siklus dari start hingga stop

yang merupakan proses yang dilakukan oleh mikrokontroller mulai dengan start

mikrokontroller akan menginisialisasi port dan mengisi nilai awal dari semua port

kemudian mulai memicu sensor untuk bekerja mendeteksi jarak atau ketinggian

jika mikrokontroller membaca pulsa akibat diterima kembali gelombang

ultrasonic maka tahap selanjutnya adalah mengkalkulasi ketinggian air kemudian

membandingkan ketinggian yang terdeteksi dengan suatu acuan dalam hal ini 10

cm ketinggian air jika bacaan sensor melebihi batas tersebut mikrokontroller akan

(58)
(59)

Gambar 3.7 Rancangan Rangkaian Deteksi Banjir Berbasis ATmega8535

Berikut Ini Adalah Program Utuh Deteksi Banjir

#include <alcd.h>

#include <mega8535.h>

#include <delay.h>

#include <stdio.h>

#define SIG_in PINC.1

#define trigger PINC.0

unsigned int US;

unsigned int Constant;

void main(void)

{

PORTA=0x00;

DDRA=0x00;

PORTB=0x00;

DDRB=0x0F;

PORTC=0x02;

(60)

PORTD=0xFF;

DDRD=0x00;

lcd_init(16);

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf(" SISTEM ALARM");

lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf(" DETEKSI BANJIR");

delay_ms(2000);

Constant = 27;

lcd_clear();

while (1)

{

PORTC.0 = 1;

delay_us(20);

PORTC.0 = 0;

TCNT1=0;

while (PINC.1 == 0){};

TCCR1B=0x02;

while ((PINC.1 == 1) && !(TIFR & 0x80)); TCCR1B=0x00;

US = TCNT1;

(61)

if ( US >= 1000) {US = (US/Constant)*10;}

if ( US < 2000){

lcd_gotoxy(0,0);lcd_putsf("TINGGI: CM");

US = 198 - US;

if (US < 0){US = 0;}

if ( US > 50 ) {PORTB.0 = 1;}else{PORTB.0 = 0;}

lcd_gotoxy(8,0);

lcd_putchar(US/1000 %10 + 0x30);

lcd_putchar(US/100 %10 + 0x30);

lcd_putchar(US/10 %10 + 0x30);

lcd_putsf(".");

lcd_putchar(US %10 + 0x30);

delay_ms(100);

PORTB.1 = 0;

delay_ms(500);

PORTB.1 = 1;}

}

(62)

Keterangan yang ada pada CV AVR:

1. USART untuk komunikasi data serial.

2. Analog Computer untuk pembanding sinyal analog.

3. ADC untuk mengubah analog menjadi digital.

4. SP1, I2C, 1 Wire, TW1 (I2C) untuk mengkomunikasi data serial.

5. Alphanumeric LCD untuk pengaturan port LCD.

6. Chip untuk pemilihan IC mikrokontroller.

7. External IRQ untuk pengaturan interupsi eksternal.

8. Timer untuk pengaturan waktu atau delay.

9. Bit-Banged untuk penggunaan periveral tertentu. Misalnya sensor project

(63)

BAB 4

PENGUJIAN PROGRAM DAN PENGUKURAN RANGKAIAN

4.1 Pengujian Program

#include <alcd.h>

#include <mega8535.h>

#include <delay.h>

#include <stdio.h>

#define SIG_in PINC.1

#define trigger PINC.0

unsigned int US;

unsigned int Constant;

void main(void)

{

PORTA=0x00;

DDRA=0x00;

PORTB=0x00;

(64)

PORTC=0x02;

DDRC=0x01;

PORTD=0xFF;

DDRD=0x00;

lcd_init(16);

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf(" SISTEM ALARM");

lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf(" DETEKSI BANJIR");

delay_ms(2000);

Constant = 27;

lcd_clear();

while (1)

{

PORTC.0 = 1;

delay_us(20);

PORTC.0 = 0;

(65)

while (PINC.1 == 0){};

TCCR1B=0x02; while ((PINC.1 == 1) &&

!(TIFR & 0x80)); TCCR1B=0x00;

US = TCNT1;

if ( US < 1000 ) {US = (US*10)/Constant;}

if ( US >= 1000) {US = (US/Constant)*10;}

if ( US < 2000){

lcd_gotoxy(0,0);lcd_putsf("TINGGI: CM");

US = 198 - US;

if (US < 0){US = 0;}

if ( US > 50 ) {PORTB.0 = 1;}else{PORTB.0 = 0;}

lcd_gotoxy(8,0);

lcd_putchar(US/1000 %10 + 0x30);

lcd_putchar(US/100 %10 + 0x30);

lcd_putchar(US/10 %10 + 0x30);

lcd_putsf(".");

lcd_putchar(US %10 + 0x30);

(66)

delay_ms(100);

PORTB.1 = 0;

delay_ms(500);

PORTB.1 = 1;}

}

}

Berikut adalah proses pengujian program yang dibuat dengan bahasa C,

dimana program diuji langsung pada alat atau rangkaian sistem. Sebelumnya

program diunduh kedalam IC mikrokontroller kemudian dijalankan. Hasil yang

diperoleh dari pengujian program adalah bahwa sensor memberikan input pada

mikrokontroller sehingga mikrokontroller akan merespon pada jarak tertentu yaitu

mengeluarkan output buzzer. Dalam hal ini, jarak sensor dengan objek untuk

memberikan output buzzer adalah lebih kecil dari 17 cm. Dengan asumsi bahwa

alat ukur ketinggian air telah mencapai 3 cm yaitu tinggi sensor dikurangi selisih

antara jarak sensor dengan ketinggian air yaitu 20 cm – 17 cm = 3 cm. Dari uji

coba tersebut dapat disimpulkan bahwa rancangan program telah berjalan dengan

baik yaitu memberikan output yang diinginkan sesuai dengan kondisi input.

4.2 Pengukuran Rangkaian

Pengukuran Rangkaian

(67)

Pin Tegangan PIN

1 0

2 4,9

3 0

4 0

5 1,48

6 1,46

7 1,46

8 1,46

9 4,96

10 4,97

11 0

12 0,78

13 0,95

14 4,94

15 4,94

(68)

17 4,94

18 4,94

19 4,94

20 4,94

21 4,93

22 0,01

23 0,60

24 0,57

25 0,58

26 1,58

27 0,63

28 0,58

29 1,56

30 4,97

31 0

32 4,97

(69)

34 1,61

35 1,57

36 1,60

37 0,09

38 1,58

39 1,60

[image:69.595.133.370.81.353.2]

40 1,59

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Tegangan PIN Mikrokontroller

2. Hasil Pengukuran Tegangan Catu Daya

12,43

3. Hasil Pengukuran Tegangan Regulator

4,97

4. Hasil Pengukuran Pulsa Keluaran Sensor PING

Jarak (cm) Lebar Pulsa Tegangan Pulsa Gambar

16 0,96 ms 4,8 v Gambar 1

14 0,78 ms 4,8 v Gambar 2

(70)

10 0,48 ms 4,8 v Gambar 4

[image:70.595.122.521.84.163.2]

8 0,4 ms 4,8 v Gambar 5

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Pulsa Keluaran Sensor PING

Analisa Perhitungan :

Jarak Kecepatan suara x waktu

S V. t

S

m

s x , s

S1 = 0,163 m = 16,3 cm

S V. t

S

m

s x , s

(71)

S V . t

S

m

s x , s

S3 = 0,108 m = 10,8 cm

S V . t

S

m

s x , s

S4 = 0,081 m = 8,1 cm

(72)

S

m

s x , s

S5 = 0,068 m = 6,8 cm

Perhitungan % Error :

% error , x %

= 1,8%

% error , x %

= 5,7%

% error , x %

= 10%

% error , x %

(73)

% error , x %

(74)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Melalui data hasil pengukuran dan pengujian, dapat diambil beberapa

kesimpulan yaitu:

1. Pada pengujian sensor, persentase error dapat disebutkan oleh perubahan

kecepatan suara yang diakibatkan oleh suhu udara maupun tekanan udara

sehingga hasil pengukuran dapat menyimpang.

2. Penyebab kesalahan sensor juga dapat diakibatkan oleh bentuk objek yang

memantulkan suara, karena cara kerja sensor adalah mendeteksi pantulan

ultrasonik dari objek sehingga jika bentuk permukaan objek pemantul

sangat mempengaruhi hasil pengukuran.

3. Rancangan mendeteksi banjir berdasarkan deteksi ketinggian air hujan.

Dalam rancangan ini ditentukan jika ketinggian air melebihi 3 cm maka

ada indikasi akan terjadi banjir. Parameter ini tidak mutlak dan dapat

berbeda, tergantung pada lokasi yang akan dideteksi.

4. Mikrokontroller ATMega8535 berpotensi untuk mendeteksi banjir

berdasarkan kenaikan tinggi air dengan pemrograman sederhana

(75)

5.2 Saran

1. Rancangan dapat dikembangkan menjadi sistem deteksi dini banjir akibat

luapan air sungai maupun bendungan, yaitu dengan mengembangkan sistem

dengan sensor khusus.

2. Rancangan dapat dilengkapi dengan sistem pemantau online yang dapat

(76)

DAFTAR PUSTAKA

Bejo, Agus. 2008. C&AVR . Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Woollard, Barry. 2003. Elektronika Praktis. Cetakan Kelima. Jakarta: Pradnya

Paramita

Malvino, Albert Paul. 2004. Prinsip-Prinsip Elektronika. Edisi Pertama. Jakarta:

Salemba Teknika

www.repository.usu.ac.id diakses Tanggal 16 April, 2014

www.skp.unair.ac.id diakses Tanggal 16 April, 2014

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1teknikinformasi/205511002/bab2.pdf

diakses Tanggal 22 Juni, 2014

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/528/jbptunikompp-gdl-andriyanan-26373-4-unikom_a-i.pdf

Gambar

Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port B
Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port D
Gambar 2.2 Sensor jarak ultrasonik ping
Gambar 2..3 Prinsip kerja sensor PING
+7

Referensi

Dokumen terkait

Standar Akuntansi Keuangan adalah himpunan prinsip, prosedur, metode dan teknik akuntansi yang mengatur penyusunan laporan keuangan, khususnya yang ditujukan kepada pihak

Dalam membantu masalah yang dihadapi para pencipta musik atau lagu tersebut maka di Indonesia banyak terbentuk suatu lembaga kolektif performing right (hak

Peucang yang tidak sama ini, maka dilakukan penyusunan struktur populasi dalam KU yang sama dengan cara membagi ukuran populasi pada tiap KU yang ada dengan

Jika Ketua Peneliti tidak menyerahkan laporan kemajuan sesuai dengan jadwal, maka layanan LPPM untuk perjalanan dinas dan insentif karya tulis ilmiah terhadap tim

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai persepsi tidak setuju terhadap waktu antrian lebih banyak terdapat pada responden

Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan , permintaan untuk melakukan perbuatan seksual, tindakan lisan atau À sik atau isyarat yang bersifat

Mahasiswa memajang pekerjaan di tempat yang telah ditentukan, (8) 2 dari anggota kelompok menjelaskan dari hasil pekerjaan yang telah dibuat, anggota yang lain

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI AKSARA JAWA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA AKSARA JAWA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA