RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENJUALAN
RITEL UNTUK USAHA MIKRO DAN KECIL BERBASIS
WEB
TUGAS AKHIR
Program Studi S1 Sistem Informasi
Oleh:
Ageng Permadi 10.41010.0089
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
▸ Baca selengkapnya: pak andi selalu memisahkan antara keuntungan usaha ritel yang digunakan untuk modal
(2)vii
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ... 24
Latar Belakang Masalah ... 24
Perumusan Masalah ... 27
Pembatasan Masalah ... 27
Tujuan ... 28
Manfaat ... 28
Sistematika Penulisan ... 29
BAB II LANDASAN TEORI ... 31
2.1 Sistem ... 31
2.2 Sistem Informasi ... 31
2.3 Penjualan ... 32
2.4 Ritel ... 33
2.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 36
viii
2.8 Siklus Hidup Pengembangan Sistem ... 40
2.9 Diagram Unified Modeling Language (UML) ... 43
2.9.1 Diagram Use Case Bisnis ... 43
2.9.2 Diagram Use Case... 46
2.9.3 Diagram Aktivitas ... 46
2.9.4 Diagram Sekuensial ... 47
2.9.5 Diagram Kelas ... 47
2.10Website ... 47
2.11MySQL ... 48
2.12PHP (Hypertext Preprocessor) ... 48
2.13Framework CodeIgniter ... 49
2.14Testing ... 50
2.14.1 White BoxTesting ... 51
2.14.2 Black Box Testing ... 52
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 53
3.1 Identifikasi Permasalahan ... 53
3.2 Analisis Sistem ... 56
3.2.1 Activity Diagram ... 57
3.2.2 Hasil Analisis ... 65
3.3 Perancangan Sistem ... 68
ix
3.3.4 Flow of Events ... 74
3.3.5 Diagram Sekuensial ... 96
3.3.6 Class Diagram ... 110
3.3.7 Component Diagram ... 111
3.3.8 Deployment Diagram ... 111
3.3.9 Physical Data Model (PDM) ... 112
3.3.10 Sitemap ... 112
3.3.11 Desain User Interface ... 113
3.3.12 Desain Input/Output ... 133
3.3.13 Rancangan Pengujian dan Evaluasi Sistem ... 139
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM... 151
4.1 Kebutuhan Sistem ... 151
4.1.1 Kebutuhan Server... 151
4.1.2 Kebutuhan Perangkat Keras ... 152
4.1.3 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 152
4.2 Pembuatan Sistem ... 152
4.3 Implementasi Sistem ... 153
4.3.1 Mendaftarkan Toko ... 153
4.3.2 Login Sistem ... 155
4.3.3 Halaman Dashboard ... 156
4.3.4 Halaman Profil Toko ... 157
x
4.3.8 Halaman Cabang Toko ... 165
4.3.9 Halaman Master Staff ... 167
4.3.10 Halaman Jabatan Staff... 170
4.3.11 Halaman Penerimaan Stok ... 171
4.3.12 Halaman Retur Penjualan ... 173
4.3.13 Halaman Retur Pembelian ... 175
4.3.14 Halaman Stok Opname... 177
4.3.15 Halaman Laporan ... 179
4.3.16 Halaman Laporan Penjualan ... 180
4.3.17 Halaman Laporan Stok ... 184
4.3.18 Halaman Laporan Retur ... 187
4.3.19 Halaman Produk Display... 190
4.3.20 Halaman Kasir ... 191
4.3.21 Halaman Web Katalog ... 194
4.4 Uji Coba dan Evaluasi Sistem ... 195
4.4.1 Uji Coba Registrasi Toko ... 196
4.4.2 Uji Coba Login ... 196
4.4.3 Uji Coba Data Profil Toko ... 197
4.4.4 Uji Coba Data Supplier ... 197
4.4.5 Uji Coba Data Kategori Produk ... 198
4.4.6 Uji Coba Data Produk ... 199
xi
4.4.10 Uji Coba Laporan ... 202
4.4.11 Uji Coba Tampilan Responsif ... 203
4.4.12 Uji Coba Implementasi Untuk Beberapa Jenis Toko ... 205
4.4.13 Evaluasi Kesesuaian Hasil Akhir Sistem ... 206
BAB V PENUTUP ... 208
5.1 Kesimpulan ... 208
5.2 Saran ... 209
xii
Tabel 3.1 Model Pengguna ... 71
Tabel 3.2 Flow of Events Mendaftarkan Toko ... 74
Tabel 3.3 Flow of Events Login ... 76
Tabel 3.4 Flow of Events Mengelola Profil Toko ... 78
Tabel 3.5 Flow of Events Mengelola Data Staff ... 79
Tabel 3.6 Flow of Events Mengatur Hak Akses Staff ... 81
Tabel 3.7 Flow of Events Mengelola Data Supplier ... 83
Tabel 3.8 Flow of Events Mengelola Data Produk ... 84
Tabel 3.9 Flow of Events Mengelola Data Cabang ... 86
Tabel 3.10 Flow of Events Mencatat Transaksi Penjualan ... 87
Tabel 3.11 Flow of Events Menerima Retur Penjualan ... 89
Tabel 3.12 Flow of Events Mencatat Transaksi Penerimaan ... 91
Tabel 3.13 Flow of Events Melakukan Retur Pembelian ... 92
Tabel 3.14 Flow of Events Menampilkan Produk di Web Katalog ... 94
Tabel 3.15 Flow of Events Melihat Laporan ... 95
Tabel 3.16 Rencana Pengujian Sistem Informasi Penjualan Berbasis Web ... 139
Tabel 3.17 Desain Uji Coba Registrasi Toko ... 141
Tabel 3.18 Desain Uji Coba Login ... 141
Tabel 3.19 Desain Uji Coba Data Profil Toko ... 142
Tabel 3.20 Desain Uji Coba Data Supplier ... 142
xiii
Tabel 3.24 Desain Uji Coba Data Penjualan ... 145
Tabel 3.25 Desain Uji Coba Data Stok Produk ... 146
Tabel 3.26 Desain Uji Coba Laporan ... 146
Tabel 3.27 Desain Uji Coba Tampilan Responsif ... 147
Tabel 3.28 Desain Uji Coba Implementasi Untuk Beberapa Jenis Toko... 149
Tabel 3.29 Desain Evaluasi Hasil Akhir Sistem ... 150
Tabel 4.1 Uji Coba Registrasi Toko ... 196
Tabel 4.2 Uji Coba Login ... 196
Tabel 4.3 Uji Coba Data Profil Toko ... 197
Tabel 4.4 Uji Coba Data Supplier... 198
Tabel 4.5 Uji Coba Data Kategori Produk ... 198
Tabel 4.6 Uji Coba Data Produk ... 199
Tabel 4.7 Uji Coba Data Staff ... 200
Tabel 4.8 Uji Coba Data Penjualan ... 201
Tabel 4.9 Uji Coba Data Stok Produk ... 202
Tabel 4.10 Uji Coba Laporan ... 203
Tabel 4.11 Uji Coba Tampilan Responsif ... 204
Tabel 4.12 Uji Coba Implementasi Untuk Beberapa Jenis Toko ... 205
xiv
Gambar 2.1 Pengembangan menggunakan Model Waterfall ... 41
Gambar 2.2 Notasi Aktor Bisnis... 44
Gambar 2.3 Notasi Pekerja Bisnis ... 44
Gambar 2.4 Notasi Use Case ... 45
Gambar 2.5 Notasi Entitas Bisnis ... 46
Gambar 3.1 Tahapan-tahapan Pembuatan Sistem ... 53
Gambar 3.2 BusinessUse Case Saat Ini ... 56
Gambar 3.3 Activity DiagramMencatat Transaksi Penjualan ... 58
Gambar 3.4 Activity DiagramMenerima Retur Penjualan... 59
Gambar 3.5 Activity Diagram Membuat Laporan Penjualan dan Pendapatan ... 60
Gambar 3.6 Activity Diagram Mengelola Stok Persediaan ... 61
Gambar 3.7 Activity Diagram Melakukan Pemesanan Produk ... 62
Gambar 3.8 Activity DiagramMencatat Transaksi Penerimaan ... 63
Gambar 3.9 Activity DiagramMembuat Laporan Penerimaan Produk ... 64
Gambar 3.10 Activity Diagram Melakukan Retur Produk ... 65
Gambar 3.11 Block Diagram ... 70
Gambar 3.12 Arsitektur Sistem Informasi Penjualan ... 71
Gambar 3.13 Use Case Diagram Sistem Informasi Penjualan ... 73
Gambar 3.14 Diagram Sekuensial Mendaftarkan Toko... 97
Gambar 3.15 Diagram Sekuensial Login ... 98
xv
Gambar 3.19 Diagram Sekuensial Mengelola Data Supplier... 102
Gambar 3.20 Diagram Sekuensial Mengelola Data Produk ... 103
Gambar 3.21 Diagram Sekuensial Mengelola Data Cabang ... 104
Gambar 3.22 Diagram Sekuensial Mencatat Transaksi Penjualan ... 105
Gambar 3.23 Diagram Sekuensial Menerima Retur Penjualan ... 106
Gambar 3.24 Diagram Sekuensial Mencatat Transaksi Penerimaan ... 107
Gambar 3.25 Diagram Sekuensial Melakukan Retur Pembelian ... 108
Gambar 3.26 Diagram Sekuensial Menampilkan Produk di Web Katalog ... 109
Gambar 3.27 Diagram Sekuensial Melihat Laporan ... 110
Gambar 3.28 Component Diagram Sistem Informasi Penjualan... 111
Gambar 3.29 Deployment Diagram Sistem Informasi Penjualan ... 112
Gambar 3.30 Sitemap Web Company Profile Pendaftaran ... 113
Gambar 3.31 Sitemap Sistem Informasi Penjualan Ritel Berbasis Web ... 113
Gambar 3.32 Desain Halaman Pendaftaran Toko ... 114
Gambar 3.33 Desain Form Login ... 115
Gambar 3.34 Desain Halaman Dashboard ... 116
Gambar 3.35 Desain Halaman Master Supplier ... 117
Gambar 3.36 Desain Halaman Master Produk ... 118
Gambar 3.37 Desain Halaman Master Kategori Produk... 119
Gambar 3.38 Desain Halaman Master Staff ... 120
Gambar 3.39 Desain Halaman Jabatan Staff ... 121
xvi
Gambar 3.43 Desain Halaman Kasir ... 125
Gambar 3.44 Desain Halaman Web Katalog ... 126
Gambar 3.45 Desain Halaman Penerimaan Stok... 127
Gambar 3.46 Desain Halaman Retur Penjualan ... 128
Gambar 3.47 Desain Halaman Retur Pembelian ... 129
Gambar 3.48 Desain Halaman Stok Opname ... 130
Gambar 3.49 Desain Halaman Laporan Penjualan ... 131
Gambar 3.50 Desain Halaman Laporan Stok ... 132
Gambar 3.51 Desain Halaman Laporan Retur ... 133
Gambar 3.52 Desain Ouput Nota Transaksi Penjualan ... 134
Gambar 3.53 Desain Output Laporan Penjualan ... 135
Gambar 3.54 Desain Ouput Ranking Penjualan Berdasarkan Kategori ... 135
Gambar 3.55 Desain Ouput Ranking Penjualan Berdasarkan Produk ... 136
Gambar 3.56 Desain Ouput Laporan Sisa Stok ... 137
Gambar 3.57 Desain Output Laporan History Transaksi User ... 137
Gambar 3.58 Desain Output Laporan Retur Penjualan ... 138
Gambar 3.59 Desain Ouput Laporan Retur Pembelian ... 139
Gambar 4.1 Tampilan Halaman Awal ... 153
Gambar 4.2 Form Pendaftaran Toko ... 154
Gambar 4.3 Email Konfirmasi Pendaftaran Toko ... 155
Gambar 4.4 Email Status Aktivasi Berhasil ... 155
xvii
Gambar 4.8 Halaman Profil Toko ... 158
Gambar 4.9 Pesan Berhasil Disimpan ... 159
Gambar 4.10 Halaman Master Supplier ... 159
Gambar 4.11 Form Tambah dan Ubah Supplier... 160
Gambar 4.12 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 160
Gambar 4.13 Form Persetujuan Menghapus Data ... 161
Gambar 4.14 Notifikasi Pesan Berhasil Dihapus ... 161
Gambar 4.15 Tampilan Halaman Master Kategori... 161
Gambar 4.16 Form Tambah dan Ubah Kategori ... 162
Gambar 4.17 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 162
Gambar 4.18 Form Persetujuan Menghapus Data ... 163
Gambar 4.19 Notifikasi Pesan Berhasil Dihapus ... 163
Gambar 4.20 Tampilan Halaman Master Produk ... 163
Gambar 4.21 Form Tambah dan Ubah Produk ... 164
Gambar 4.22 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 165
Gambar 4.23 Form Persetujuan Menghapus Data ... 165
Gambar 4.24 Notifikasi Pesan Berhasil Dihapus ... 165
Gambar 4.25 Tampilan Halaman Cabang Toko ... 166
Gambar 4.26 Form Tambah dan Ubah Lokasi ... 166
Gambar 4.27 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 167
Gambar 4.28 Form Persetujuan Menghapus Data ... 167
xviii
Gambar 4.32 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 169
Gambar 4.33 Form Persetujuan Menghapus Data ... 169
Gambar 4.34 Notifikasi Pesan Berhasil Dihapus ... 169
Gambar 4.35 Halaman Jabatan Staff ... 170
Gambar 4.36 Daftar Jabatan ... 171
Gambar 4.37 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 171
Gambar 4.38 Tampilan Halaman Penerimaan Stok Masuk ... 172
Gambar 4.39 Form Tambah Stok Masuk ... 172
Gambar 4.40 Form Pilih Produk ... 173
Gambar 4.41 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 173
Gambar 4.42 Tampilan Halaman Retur Penjualan ... 174
Gambar 4.43 Form Pencatatan Retur Penjualan ... 175
Gambar 4.44 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 175
Gambar 4.45 Tampilan Halaman Retur Pembelian ... 176
Gambar 4.46 Form Pencatatan Retur Pembelian ... 177
Gambar 4.47 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 177
Gambar 4.48 Tampilan Halaman Stok Opname ... 178
Gambar 4.49 Form Stok Opname Baru ... 179
Gambar 4.50 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 179
Gambar 4.51 Tampilan Halaman Laporan ... 180
Gambar 4.52 Tampilan Halaman Laporan Penjualan ... 181
xix
Gambar 4.56 Hasil Cetak Laporan Rangking Penjualan Berdasarkan Produk ... 183
Gambar 4.57 Tampilan Halaman Laporan Stok ... 184
Gambar 4.58 Tampilan Halaman Laporan Sisa Stok ... 185
Gambar 4.59 Tampilan Halaman Laporan Stok Masuk ... 186
Gambar 4.60 Tampilan Halaman Laporan Stok Keluar ... 186
Gambar 4.61 Hasil Cetak Laporan Stok Masuk ... 187
Gambar 4.62 Hasil Cetak Laporan Stok Keluar ... 187
Gambar 4.63 Tampilan Halaman Laporan Retur ... 188
Gambar 4.64 Menampilkan Laporan Retur Pembelian ... 188
Gambar 4.65 Menampilkan Laporan Retur Penjualan ... 189
Gambar 4.66 Hasil Cetak Laporan Retur Pembelian ... 189
Gambar 4.67 Hasil Cetak Laporan Retur Penjualan ... 190
Gambar 4.68 Tampilan Halaman Produk Display ... 190
Gambar 4.69 Notifikasi Pesan Berhasil Disimpan ... 191
Gambar 4.70 Halaman Kasir ... 191
Gambar 4.71 Halaman Pembayaran ... 192
Gambar 4.72 Notifikasi Nominal Uang Kembali ... 193
Gambar 4.73 Halaman Akhir Kasir ... 193
Gambar 4.74 Nota Penjualan ... 194
Gambar 4.75 Tampilan Halaman Web Katalog ... 195
xx
Lampiran 1 Desain Class Diagram ... 212
Lampiran 2 Desain Physical Data Model (PDM) ... 213
Lampiran 3 Uji Coba Tampilan Responsif ... 214
Lampiran 4 Uji Coba Sistem Pada Web Browser ... 217
Lampiran 5 Uji Coba Tampilan Sistem Pada Mobile Browser dan Berbagai Macam Device ... 219
Lampiran 6 Tarif Biaya Berlangganan Sistem Informasi Penjualan Ritel Berbasis Web ... 223
24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu jenis usaha yang banyak digeluti penduduk Indonesia adalah dalam bentuk ritel (Soliha, 2008). Di Indonesia ritel dibagi menjadi dua yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Ritel tradisional sendiri masuk dalam kategori Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ritel tradisional memiliki peran yang strategis dalam mendukung perekonomian nasional dan membuka lapangan kerja di sektor informal. Populasi ritel di Indonesia tumbuh subur menyebar di masyarakat. Namun ketatnya persaingan terutama dalam menghadapi ritel modern besar, menjadikan ritel tradisional berada dalam posisi yang kurang menguntungkan.
Karakteristik pengelolaan ritel secara tradisional mengakibatkan; (1) pemilik tidak dapat mengetahui tren penjualan yang diperlukan untuk mengetahui lifetime sebuah produk dan menentukan jumlah pemesanan kepada supplier pada periode berikutnya; (2) jenis barang dagangan yang menjadi tidak terarah dan menyebabkan kerugian karena membeli barang yang sudah tidak laku dalam jumlah banyak; (3) kesulitan mengetahui stok yang tersedia karena harus menghitung terlebih dahulu; (4) mengalami kehabisan stok atau penumpukan stok karena kesalahan perkiraan waktu saat reoder ke supplier; (5) tidak memiliki data
history transaksi penjualan per periode baik minggu, bulan atau tahun. Data
history tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui barang yang paling sering
dibeli, menentukan target penjualan di periode selanjutnya, dan mengevalusi produk yang selama ini dijual; (6) sering kali mengalami kendala biaya dalam pengadaan perangkat teknologi informasi yang dapat menunjang proses bisnis dari usaha yang dijalankan seperti biaya maintenance yang cukup tinggi untuk perangkat teknologi informasi serta SDM (Sumber Daya Manusia) yang melakukan maintenance. Informasi juga tidak dapat diakses kapanpun dan dimanapun serta banyak ancaman bagi keamanan data dan ketersediaan sistem.
Permasalahannya sistem informasi penjualan yang dibuat tidak kompatibel jika diakses melalui mobile device seperti smartphone atau tablet. Selain itu sistem juga tidak terintegrasi dengan web yang dapat digunakan oleh UMKM atau dalam penelitian ini adalah ritel tradisional untuk memasarkan produknya melalui internet.
Solusi dari permasalahan di atas ialah sebuah sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dapat digunakan mengelola stok barang, mencatat transaksi penjualan, dan menangani retur penjualan maupun pembelian, Sistem ini juga menghasilkan informasi-informasi yang dibutuhkan pemilik secara up to date seperti omset penjualan, barang yang paling sering dibeli oleh pelanggan, barang kurang laku yang harus dipromosikan, keuntungan yang diperoleh dalam sehari dan dapat mempromosikan barang yang dijual ke dalam bentuk web katalog produk. Semua informasi tersebut dapat digunakan pemilik usaha sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk memanajemen barang dagangan secara cepat karena dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui jaringan internet.
jumlah pengguna internet yang banyak maka dapat membantu ritel tradisional untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan memanfaatkan internet. Sistem sistem informasi penjualan dibangun sebagai software as a service sehingga ritel tradisional tidak perlu melakukan maintenance infrastrukturnya sendiri.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang bangun sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang mampu mengelola stok barang, mencatat transaksi penjualan, menangani retur, menghasilkan informasi yang dapat dijadikan pemilik sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam memanajemen barang dagangan?
2. Bagaimana merancang bangun sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dapat digunakan untuk mempromosikan barang yang tidak laku atau barang yang dijual dengan menggunakan web katalog produk?
3. Bagaimana merancang bangun sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui jaringan internet? 1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sistem informasi ini dapat digunakan jika tersedia koneksi internet.
3. Barang yang dipromosikan dengan menggunakan web katalog produk dapat dipilih berdasarkan barang yang tidak laku atau pemilihan barang tertentu. 4. Web katalog produk tidak menangani transaksi seperti e-commerce
melainkan hanya menampilkan barang yang dijual.
5. Jumlah barang yang digunakan dalam sistem adalah bilangan bulat. 6. Aplikasi tidak menangani multi gudang dan multi harga.
7. Studi kasus dilakukan pada UMKM yang dikategorikan sebagai toko ritel dengan jumlah barang tidak lebih dari dua puluh item dan berada di wilayah sekitar kota Surabaya.
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah merancang dan membangun sistem informasi penjualan ritel berbasis web sesuai dengan kebutuhan ritel tradisional antara lain :
1. Membuat sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang mampu mengelola stok barang, mencatat transaksi penjualan, menangani retur, menghasilkan informasi yang dapat dijadikan pemilik sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam memanajemen barang dagangan.
2. Membuat sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dapat digunakan untuk mempromosikan barang yang tidak laku atau barang yang dijual dengan menggunakan web katalog produk.
3. Membuat sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui jaringan internet.
1.5 Manfaat
1. Pelaku usaha ritel tradisional dapat mengelola stok barang, retur penjualan maupun retur pembelian, transaksi penjualan, dan omset penjualan yang dapat digunakan pihak manajemen sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usahanya.
2. Membantu ritel tradisional dalam mengelola usaha yang memiliki lebih dari satu lokasi usaha.
3. Membantu ritel tradisional dalam menjual dan mempromosikan barang yang kurang laku dengan memanfaatkan web katalog produk.
4. Mempermudah manajemen dalam mengelola usaha yang dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun dengan memanfaatkan jaringan internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Di dalam penyusunan laporan tugas akhir ini secara sistematis diatur dan disusun dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab. Adapun urutan dari bab pertama sampai bab terakhir adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan pembuatan sistem, manfaat bagi penggunanya, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini membahas analisa dan perancangan sistem. Analisa berisi penjelesan dari timbulnya masalah beserta penyelesaiannya, sedangkan perancangan sistem berisi Use Case Business Diagram,
Use Case Diagram, Activity Diagram, Flow of Events, Sequence
Diagram, Class Diagram, Entity Relationship Diagram,
Conceptual Data Model, Physical Data Model, Desain User
Interface, Desain Input / Output dan Rancangan Pengujian dan
Evaluasi Sistem.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM
Bab ini membahas tentang kebutuhan sistem, pembuatan program, langkah-langkah implementasi, penggunaan sistem dalam proses bisnis serta pengujian untuk mengetahui apakah sistem yang dibangun dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan evaluasi sistem berisi validasi dan uji coba sistem agar terhindar dari error serta berjalan sesuai yang diharapkan.
BAB V PENUTUP
31
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem
Menurut Sukoco (2007), sistem terdiri dari subsistem yang berhubungan dengan prosedur yang membantu pencapaian tujuan. Pada saat prosedur diperlukan untuk melengkapi proses pekerjaan, maka metode berisi tentang aktivitas operasional atau teknis yang menjelaskannya.
2.2 Sistem Informasi
mengubah, mengolah, dan mengkomunikasikan informasi yang diterima dengan menggunakan sistem informasi atau peralatan lainnya.
Kata “sistem” mengandung arti kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki keterkaitan anatara yang satu dengan lainnya. Dari definisi sistem, maka dapat didefinisikan bahwa “Sistem Informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang menyajikan informasi”. Sering orang salah mengartikan antara sistem informasi dengan teknologi informasi. Dengan mengesampingkan teknologi informasi beserta produk-produknya, sistem informasi yang dihasilkan tentunya tidak lebih baik jika dibandingkan dengan sistem informasi yang menggunakan teknologi informasi untuk mendukung penyajian informasinya.
Sistem informasi juga berfungsi sebagai alat bantu kompetisi bagi organisasi dalam mengupayakan pencapaian tujuan. Sistem Informasi dituntut tidak hanya mengolah data dari dalam organisasi saja, tetapi juga dapat menyajikan data dari pihak luar yang mampu menambah nilai kampetisi bagi dalam organisasi. Dengan demikian sistem informasi harus memiliki data yang telah terpolakan dan memiliki integritas dalam hal waktu dan tempat. Hal ini dimaksudkan supaya sistem informasi tersebut dapat menyajikan informasi yang tepat bagi pengguna.
2.3 Penjualan
Tujuan utama penjualan yaitu mendatangkan keuntungan atau laba dari produk ataupun barang yang dihasilkan produsennya dengan pengelolaan yang baik. Dalam pelaksanaannya, penjualan sendiri tak akan dapat dilakukan tanpa adanya pelaku yng bekerja didalamnya seperti agen, pedagang dan tenaga pemasaran.
Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana- rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba (Marwan A, 1991). Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari perusahaan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan.
Pada waktu menjual, terkadang perusahaan harus menerima pengembalian barang atau memberi potongan harga. Hal ini terjadi kalau barang yang dijual tidak sesuai dengan perminataan pembeli. Penerimaan kembali barang yang telah dijual disebut penjualan retur (sales return), sedangkan pemberian potongan harga disebut pengurangan harga (sales allowances). Pada umumnya, penjualan retur dan pengurangan harga dicatat dalam satu perkiraan (Mulyadi, 2008).
2.4 Ritel
Retail adalah sekelompok kegiatan yang menjual atau menambahkan nilai barang dan jasa pada konsumen akhir untuk digunakan secara pribadi, keluarga, atau rumah tangga. Dengan demikian, peran Retailing di sini adalah sebagai saluran bisnis terakhir distribusi dari mata rantai pabrik kepada konsumen akhir (Utami, 2008).
Dari definisi tersebut terlihat bahwa pada hakikatnya aktivitas bisnis retail tidak sekadar penjualan barang dalam arti fisik, namun juga meliputi penjualan jasa. Dalam pengertian ini, penjualan tiket pesawat, jasa telekomunikasi (wartel) warnet, dan sebagainya juga tercakup dalam kategori bisnis retail. Penjualan tersebut merupakan penjualan real services.
Berkaitan dengan tempat dilakukannya aktivitas penjualan, pengertian bisnis retail tidak hanya dilakukan pada sebuah retail (shop/store) tetapi juga mencakup aktivitas serupa yang tidak menggunakan tempat khusus dalam proses jual-beli, misalnya mail order (layanan pesan barang melalui surat/telepon) dan
direct selling (penjualan dari rumah ke rumah atau berdasarkan keanggotaan
multilevel marketing). Berdasarkan pengertian bisnis retail tersebut, mail order
dan direct selling juga merupakan bentuk lain dari entitas bisnis retail.
Selanjutnya, penjual partai besar (grosir atau wholesaler dan bahkan pabrikan atau manufacture) dapat pula berlaku sebagai retail jika mereka juga melakukan penjualan barang dan jasanya kepada konsumen akhir secara langsung. Contohnya adalah konsep retailing Makro dan Goro yang memosisikan diri sebagai wholesaler, namu juga melayani konsumen akhir. Kemudian, konsep
langsung kepada konsumen akhir (Bata Factory Outlet, Metro Factory Outlet, dan sebagainya).
Karakteristik dasar ritel dapat digunakan sebagai dasar mengelompokkan jenis ritel. Dalam hal ini, terdapat tiga karakteristik dasar sebagai berikut :
1. Pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk
memuaskan kebutuhan konsumen.
2. Harga barang dagangan.
3. Pengelompokan berdasarkan sarana atau media yang digunakan oleh
ritel.
Fungsi-fungsi yang dijalankan ritel :
a. Menyediakan berbagai macam produk dan jasa. Peritel selalu berusaha
menyediakan beraneka ragam produk dan jasa baik dari sisi variasi jenis,
merek dan ukuran.
b. Memecah (breaking bulk). Berarti memecah beberapa ukuran produk
menjadi lebih kecil, yang pada akhirnya akan menguntungkan produsen
dan konsumen.
c. Menyimpan persediaan. Ritel akan berperan sebagai penyimpan stok
(holding iventory) dengan ukuran lebih kecil. Dalam hal ini pelanggan
akan diuntungkan karena terdapat jaminan ketersediaan barang pada
saat mereka membutuhkannya.
d. Meningkatkan nilai produk dan jasa.
ekonomi yang dipicu oleh revolusi industry terjadilah pergeseran tren perilaku konsumen antara lain :
a. Arus urbanisasi yang pesat (perpindahan penduduk dari desa ke kota)
untuk mencari lapangan pekerjaan.
b. Semakin meningkatnya pendapatan/kemakmuran memberikan banyak
pilihan bagi konsumen untuk membelanjakan uangnya.
c. Meningkatnya tuntutan terhadap kemudahan dan kenyamanan
(pelayanan yang lebih baik) dalam berbelanja.
d. Meningkatnya oritentasi terhadap nilai (value) dalam berbelanja
2.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :
1. Pengertian UMKM
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sesuai dengan kriteria
Usaha Menengah.
2. Kriteria UMKM
a) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
c) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
3. Ciri-ciri UMKM
a) Ciri-ciri Usaha Mikro
Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap,
sewaktu-waktu dapat berganti.
Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat
pindah tempat.
Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana
sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan
keuangan usaha.
Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa
wirausaha yang memadai.
Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari
Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
b) Ciri-ciri Usaha Kecil
Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap
tidak gampang berubah.
Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak
berpindah-pindah.
Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau
masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan
dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.
Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
berwira usaha.
Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.
Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan
baik seperti business planning.
c) Ciri-ciri Usaha Menengah
Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang
lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian
tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran
dan bagian produksi.
Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan
auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh
perbankan.
Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi
perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll.
Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin
tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan
lingkungan dll.
Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.
Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih
dan terdidik.
2.6 Katalog Produk
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, katalog adalah carik kartu, daftar /buku yang memuat nama benda/informasi tertentu yang ingin disampaikan, disusun secara berurutan, teratur dan alfabetis.
lengkap dengan informasi tentang fakultas yang ada dan informasi tentang kampus. Definisi katalog produk adalah kumpulan informasi tentang produk-produk yang dijual oleh perusahaan tertentu yang dikemas ke dalam suatu media penyampaian. Suatu katalog produk memungkinakan konsumen untuk memperoleh informasi tentang produk-produk yang dijual di dalam satu format terstruktur dengan definisi produk yang konsisten.
2.7 Referensi Pawoon.com
Pawoon.com merupakan sebuah aplikasi kasir berbasis cloud yang dapat digunakan untuk memantau penjualan dalam suatu perusahaan hanya dengan memanfaatkan koneksi internet. Pawoon.com dapat digunakan untuk melakukan pencatatan penjualan, mengelola stok barang, dan lain sebagainya.
2.8 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Menurut Pressman (2015), System Develoment Life Cycle (SDLC) atau
Siklus Hidup Pengembangan Sistem ini biasanya disebut juga dengan model
waterfall. Menurut Pressman (2015), nama lain dari Model Waterfall adalah
Model Air Terjun kadang dinamakan siklus hidup klasik (classic life cyle),
dimana hal ini menyiratkan pendekatan yang sistematis dan berurutan
(sekuensial) pada pengembangan perangkat lunak. Pengembangan
perangkat lunak dimulai dari spesifikasi kebutuhan pengguna dan berlanjut
melalui tahapan-tahapan perencanaan (planning), pemodelan (modeling),
konstruksi (construction), serta penyerahan sistem perangkat lunak ke para
pelanggan/pengguna (deployment), yang diakhiri dengan dukungan
Gambar 2.1 Pengembangan menggunakan Model Waterfall
Gambar 2.1 menunjukkan tahapan umum dari model proses waterfall. Model ini disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Akan tetapi, Pressman (2015) memecah model ini meskipun secara garis besar sama dengan tahapan-tahapan model waterfall pada umumnya.
Model ini merupakan model yang paling banyak dipakai dalam
Software Engineering. Model ini melakukan pendekatan secara sistematis
dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap
Communication, Planning, Modeling, Construction, dan Deployment.
Berikut ini adalah penjelasan dari tahap-tahap yang dilakukan di
dalam Model Waterfall menurut Pressman (2015):
a. Communication
Langkah pertama diawali dengan komunikasi kepada
konsumen/pengguna. Langkah awal ini merupakan langkah penting
karena menyangkut pengumpulan informasi tentang kebutuhan
konsumen/pengguna.
Setelah proses communication ini, kemudian menetapkan rencana untuk
pengerjaan software yang meliputi tugas-tugas teknis yang akan
dilakukan, risiko yang mungkin terjadi, sumber yang dibutuhkan, hasil
yang akan dibuat, dan jadwal pengerjaan.
c. Modeling
Pada proses modeling ini menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah
perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat
coding. Proses ini berfokus pada rancangan struktur data, arsitektur
software, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural.
d. Construction
Construction merupakan proses membuat kode (codegeneration). Coding
atau pengkodean merupakan penerjemahan desain dalam bahasa yang
bisa dikenali oleh komputer. Programmer akan menerjemahkan
transaksi yang diminta oleh user. Tahapan inilah yang merupakan
tahapan secara nyata dalam mengerjakan suatu software, artinya
penggunaan komputer akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah
pengkodean selesai maka akan dilakukan testing terhadap sistem yang
telah dibuat. Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan
terhadap sistem tersebut untuk kemudian bisa diperbaiki.
e. Deployment
Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan sebuah software atau
sistem. Setelah melakukan analisis, desain dan pengkodean maka sistem
yang sudah jadi akan digunakan user. Kemudian software yang telah
2.9 Diagram Unified Modeling Language (UML)
2.9.1 Diagram Use Case Bisnis
Diagram use case bisnis digunakan untuk mempresentasikan bisnis yang dilakukan organisasi. Diagram ini menjawab pertanyaan: “apa yang bisnis lakukan?’ dan “mengapa kita membangun sistem untuk itu?’. Diagram use case
bisnis digunakan untuk memodelkan aktivitas bisnis organisasi sebagai landasan pembuatan use case sistem. Diagram use case bisnis juga digunakan untuk mendefinisikan bisnis apa saja yang dilakukan organisasi dalam rangka menjalankan visi organisasi (Sholiq, 2010).
Diagram use case bisnis digambarkan menurut perspektif organisasi. Ia tidak membedakan apakah aktivitas tersebut dilakukan secara manual atau otomatis menggunakan perangkat lunak.
Komponen pembentuk diagram use case bisnis : 1. Aktor Bisnis
Aktor bisnis adalah sesorang atau sesuatu yang ada di luar organisasi. Ia
berinteraksi dengan organisasi dan terlibat dalam kegiatan bisnis
organisasi. Contoh aktor bisnis, antara lain : pelanggan, kreditor, investor
atau pemasok. Jadi posisi mereka di luar organisasi yang sedang
dimodelkan, tetapi terlibat dalam kegiatan organisasi. Aktor bisnis
dimodelkan dengan menggunakan ikon berikut :
Gambar 2.2 Notasi Aktor Bisnis
Pekerja bisnis adalah suatu peran (role) di dalam organisasi, bukan
posisi atau jabatan. Seseorang bias memainkan banyak peran tetapi
memegang hanya satu posisi.
Gambar 2.3 Notasi Pekerja Bisnis
Memodelkan pekerja bisnis digunakan untuk memahami peran di dalam
aktivitas bisnis organiasi dan bagaimana peran tersebut berinteraksi
dengan proses bisnis organisasi. Sangat jelas perbedaan antara aktor
bisnis dan pekerja bisnis, jika aktor bisnis berada di luar ruang lingkup
bisnis yang sedang didefinisikan, sedangkan pekerja bisnis berada di
dalam bisnis yang didefinisikan.
3. Use Case Bisnis
Sebuah use case bisnis adalah model yang digunakan untuk
menggambarkan sebuah proses bisnis organisasi. Dengan kata lain, use
case bisnis menginformasikan tentang aktivitas bisnis utama yang
organisasi lakukan.
Gambar 2.4 Notasi Use Case
Use case bisnis memiliki format penulisan nama kata kerja atau frase kata
Bisnis “Memberi harga produk’ tidak memberikan banyak informasi
tanpa adanya bberaoa penjelasan tambahan. Setiap use case bisnis, dapat
dibuat penjelasan tambahan untuk menjelaskan secara rinci apa yang
terjadi di dalam use case bisnis. Untuk hal tersebut didokumentasikan
secara spesifik di dalam sebuat workflow.
4. Relasi
Untuk membuat diagram use case bisnis digunakan penghubung (relasi)
antara aktor bisnis dan atau pekerja bisnis dengan use case bisnis. Ada
dua jenis relasi yang mungkin terjadi, pertama adalah relasi antara aktor
bisnis atau pekerja bisnis dengan use case bisnis, relasi jenis ini disebut
asosiasi. Relasi asosiasi adalah relasi regular yang sering atau hampir
terjadi pada kegiatan pemodelan bisnis. Kedua, relasi pewarisan struktur
antara elemen-elemen pemodelan bisnis sendiri yang disebut
generalisasi.
5. Entitas Bisnis
Entitas bisnis adalah objek digunakan atau yang dihasilkan oleh
organisasi saat melakukan aktivitas bisnis. Entitas bisnis meliputi
sesuatu yang pekerja bisnis hadapi sehari-hari. Setiap entitas bisnis
harus diberi nama yang unik yang menggambarkan tanggung jawabnya.
Gambar 2.5 Notasi Entitas Bisnis
2.9.2 Diagram Use Case
Diagram use case menyajikan interaksi antara use case dan actor dalam sistem yang akan dikembangkan. Use case sendiri adalah fungsionalitas atau persyaratan-persyaratan sistem yang harus dipenuhi oleh sistem yang akan dikembangkan tersebut menurut pandangan pemakai sistem. Sedangkan actor bias berupa orang, peralatan, atau sistem lain yang berinteraksi terhadap sistem yang akan dibangun (Sholiq, 2010).
2.9.3 Diagram Aktivitas
Diagram aktivitas menggambarkan aliran fungsionalitas sistem. Ada dua kegunaan diagram aktivitas dalam pemodelan dengan UML, yaitu :
1. Pada tahap pemodelan bisnis, diagram aktivitas dapat digunakan untuk
menunjukan alur kerja bisnis (business workflow).
2. Pada tahap pemodelan sistem, diagram aktivitas dapat digunakan untuk
menjelaskan aktivitas yang terjadi didalam sebuah use case.
Diagram aktivitas mendefinisikan darimana workflow dimulai, dimana
workflow berakhir, aktivitas apa saja yang terjadi di dalam workflow, dan apa saja
yang dilakukan saat aktivitas terjadi. Aktivitas adalah tugas yang dilakukan selama dalam workflow.
2.9.4 Diagram Sekuensial
2.9.5 Diagram Kelas
Diagram kelas menunjukkan interaksi antar kelas-kelas dalam sistem. Kelas juga dapat dianggap sebagai cetak biru dari objek-objek di dalam sistem.
2.10 Website
Menurut Shelly dan Vermalat (2010), web adalah koleksi dokumen elektronik milik semua orang di dunia yang mengaksesnya melalui internet menggunakan web browser. Menurut Simamarta (2010), aplikasi web adalah sebuah sistem informasi yang mendukung interaksi pengguna melalui antarmuka berbasis web. Fitur-fitur aplikasi web biasanya berupa data persistence, mendukng transaksi dan komposisi halaman web dinamis yang dapat dipertimbangkan sebagai hibridasi, antara hypermedia dan sistem informasi. Aplikasi web adalah bagian dari client-side yang dapat dijalankan oleh browser web. Client-side
mempunyai tanggung jawab untuk pengeksekusian proses bisnis.
Interaksi web menurut Simamarta (2010), dibagi dalam tiga langkah utama, yaitu:
1. Permintaan
Pengguna mengirimkan permintaan ke server web, biasanya via halaman
web yang ditampilkan pada browser web.
2. Pemrosesan
Server web menerima permintaan yang dikirimkan oleh pengguna,
kemudian memproses permintaan tersebut.
3. Jawaban
2.11 MySQL
MySQL adalah sebuah perangkat lunak database (basis data) sistem terbuka yang sangat terkenal di kalangan pengembang sistem database dunia yang digunakan untuk berbagai aplikasi terutama untuk aplikasi berbasis web. MySQL mempunyai fungsi sebagai SQL (Structured Query Language) telah diperluas. MySQL umumnya digunakan bersama dengan PHP untuk membuat aplikasi yang dinamis dan powerful.
2.12 PHP (Hypertext Preprocessor)
Menurut Saputra (2011, p.1)PHP atau yang memiliki kepanjangan PHP
Hypertext Preprocessor merupakan suatu bahasa pemrograman yang difungsikan
untuk membangun suatu website dinamis. PHP menyatu dengankode HTML, maksudnya adalah beda kondisi. HTML digunakan sebagai pembangun atau pondasi dari kerangka layout web, sedangkan PHP difungsikan sebagai prosesnya sehingga dengan adanya PHP tersebut, web akan sangat mudah di-maintenance. PHP berjalan pada sisi server sehingga PHP disebut juga sebagai bahasa Server
Side Scripting. Artinya bahwa dalam setiap menjalankan PHP, wajib adanya web
server.
2.13 Framework CodeIgniter
Framework secara sederhana dapat diartikan kumpulan dari
fungsi-fungsi/prosedur-prosedur dan class-class untuk tujuan tertentu yang sudah siap digunakan sehingga bisa lebih mempermudah dan mempercepat pekerjaan seorang programer, tanpa harus membuat fungsi atau class dari awal.
Ada beberapa alasan mengapa menggunakan Framework:
• Relatif memudahkan dalam proses maintenance karena sudah ada pola
tertentu dalam sebuah framework (dengan syarat programmer mengikuti
pola standar yang ada)
• Umumnya framework menyediakan fasilitas-fasilitas yang umum dipakai
sehingga kita tidak perlu membangun dari awal (misalnya validasi, ORM,
pagination, multiple database, scaffolding, pengaturan session, error
handling, dll
• Lebih bebas dalam pengembangan jika dibandingkan CMS
Model View Controller merupakan suatu konsep yang cukup populer dalam pembangunan aplikasi web, berawal pada bahasa pemrograman SmallTalk, MVC memisahkan pengembangan aplikasi berdasarkan komponen utama yang membangun sebuah aplikasi seperti manipulasi data, user interface, dan bagian yang menjadi kontrol aplikasi. Terdapat 3 jenis komponen yang membangun suatu MVC pattern dalam suatu aplikasi yaitu :
1. View, merupakan bagian yang menangani presentation logic. Pada suatu
aplikasi web bagian ini biasanya berupa file template HTML, yang diatur
oleh controller. View berfungsi untuk menerima dan merepresentasikan
data kepada user. Bagian ini tidak memiliki akses langsung terhadap
bagian model.
2. Model, biasanya berhubungan langsung dengan database untuk
memanipulasi data (insert, update, delete, search), menangani validasi
dari bagian controller, namun tidak dapat berhubungan langsung dengan
3. Controller, merupakan bagian yang mengatur hubungan antara bagian
model dan bagian view, controller berfungsi untuk menerima request dan
data dari user kemudian menentukan apa yang akan diproses oleh
aplikasi.
Dengan menggunakan prinsip MVC suatu aplikasi dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan developernya, yaitu programmer yang menangani bagian model dan controller, sedangkan designer yang menangani bagian view, sehingga penggunaan arsitektur MVC dapat meningkatkan maintanability dan organisasi kode. Walaupun demikian dibutuhkan komunikasi yang baik antara programmer dan designer dalam menangani variabel-variabel yang akan ditampilkan.
2.14 Testing
Menurut Romeo (2003), testing adalah proses pemantapan kepercayaan akan kinerja program atau sistem sebagaimana yang diharapkan. Testing Software
adalah proses pengoperasikan software dalam suatu kondisi yang dikendalikan untuk verifikasi, mendeteksi error dan validasi. Verifikasi adalah pengecekkan atau pengetesan entitas-entitas, termasuk software, untuk pemenuhan dan konsistensi dengan melakukan evaluasi hasil terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan. Validasi adalah melihat kebenaran sistem apakah proses yang telah dituliskan sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pengguna. Deteksi error
hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun kegunaan dari test case ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk melakukan testing kesesuaian suatu komponen terhadap desain
White Box Testing.
2. Untuk melakukan testing kesesuaian suatu komponen terhadap
spesifikasi Black Box Testing.
2.14.1 White Box Testing
Menurut Romeo (2003), white box testing adalah suatu metode desain
test case yang menggunakan struktur kendali dari desain prosedural. Seringkali
white box testing diasosiasikan dengan pengukuran cakupan tes, yang mengukur
persentase jalur-jalir dari tipe yang dipilih untuk dieksekusi oleh test cases. White
box testing dapat menjamin semua struktur internal data dapat dites untuk
memastikan validitasnya.
Cakupan pernyataan, cabang dan jalur adalah suatu teknik white box
testing yang menggunakan alur logika dari program untuk membuat test cases alur
logika adalah cara dimana suatu bagian dari program tertentu dieksekusi saat menjalankan program. Alur logika suatu program dapat direpresentasikan dengan
flow graph.
2.14.2 Black Box Testing
Menurut Romeo (2003), Black box testing dilakukan tanpa adanya suatu pengetahuan tentang detail struktur internal dari sistem atau komponen yang dites, juga disebut sebagai functional testing. Black box testing bergfokus pada kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan dari
Dengan adanya black box testing, perekayasa software dapat menggunakan kebutuhan fungsional pada suatu program. Black box testing
dilakukan untuk melakukan pengecekan apakah sebuah software telah bebas dari
error dan fungsi-fungsi yang diperlukan telah berjalan sesuai dengan yang
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi masalah, analisis sistem, perancangan sistem, rancangan pengujian dan evaluasi sistem dalam Rancang Bangun Sistem Informasi Penjualan Berbasis Web Untuk Usaha Mikro dan Kecil. Model pengembangan yang digunakan pada penilitian ini adalah waterfall dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan, yaitu mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merancang sistem informasi penjualan ritel berbasis web, membangun sistem dan uji coba sistem informasi penjualan ritel berbasis web. Secara garis besar digambarkan seperti di bawah ini.
Gambar 3.1 Tahapan-tahapan Pembuatan Sistem 3.1 Identifikasi Permasalahan
Untuk mengidentifikasi masalah yang ada pada ritel tradisional, maka dilakukan wawancara dan observasi pada beberapa pemilik toko ritel tradisional. Ritel tradisional terdapat dua bagian penting dalam proses bisnisnya yaitu bagian penjualan dan pemilik toko. Namun dalam beberapa toko yang mampu
memperkerjakan banyak pegawai, pada toko tersebut terdapat pengawas toko atau dapat dikatakan sebagai supervisor atau manajer yang berfungsi untuk mengatur dan mengawasi toko ketika pemilik toko tidak berada di tempat.
Kasir dan pramuniaga merupakan deskripsi pekerjaan yang ada pada bagian penjualan. Kasir memiliki tanggung jawab untuk mencatat semua transaksi penjualan, menerima retur penjualan, dan membuat laporan pendapatan. Sedangkan pramuniaga memiliki tanggung jawab untuk melayani pelanggan, memberikan informasi yang benar kepada pelanggan terkait produk yang dijual, menjaga dan mengawasi barang-barang yang dijual. Namun bagi beberapa toko yang belum mampu untuk memperkerjakan banyak pegawai, pramuniaga diwajibkan untuk merangkap sebagai kasir. Selain sebagai kasir, pramuniaga juga mempunyai pekerjaan lain yang sebenarnya bukan bagian dari pekerjaannya yaitu menghitung jumlah stok barang yang tersisa di toko. Bagian penjualan sering memiliki masalah hilang atau rusaknya nota penjualan yang akan direkap bahkan di beberapa toko transaksi penjualan tidak menggunakan nota penjualan melainkan hanya sekedar dicatat pada buku besar. Hilang dan rusaknya nota-nota tersebut menjadikan informasi penjualan yang dihasilkan menjadi kurang tepat dan tidak bisa dijadikan tolak ukur bagi pemilik toko untuk pengambilan keputusan dalam mengembangkan tokonya. Selain itu, proses penghitungan dan perekapan data yang dilakukan secara manual memerlukan waktu yang lama dan sering terjadi kesalahan perhitungan terutama ketika transaksi dengan jenis dan jumlah barang yang banyak.
bagian penjualan dalam laporan mereka. Pemilik toko juga memiliki tanggung jawab untuk pengelolaan stok barang seperti mencatat transaksi penerimaan barang sekaligus memperbarui jumlah stok dan membuat laporan penerimaan barang, dalam melakukan tugas tersebut pemilik toko dibantu oleh pegawainya yang dalam hal ini kasir atau pramuniaga. Namun ada beberapa permasalahan yang dialami oleh pemilik toko yaitu pemilik tidak dapat mengetahui tren penjualan yang diperlukan untuk mengetahui lifetime sebuah produk dan menentukan jumlah pemesanan kepada supplier pada periode berikutnya. Akibatnya jenis barang dagangan yang menjadi tidak terarah dan menyebabkan kerugian karena membeli barang yang sudah tidak laku dalam jumlah banyak.
Proses promosi barang yang selama ini dilakukan hanya mengandalkan sebuah papan yang berisi promo potongan harga yang dipajang di depan toko, mengandalkan promosi dari mulut ke mulut dan sebaran brosur yang tidak dapat diketahui secara pasti peningkatan penjualan yang dialami dari proses tersebut. Hal ini menyebabkan pelanggan dari toko tersebut terbatas pada lingkungan mereka saja. Selain itu pemilik toko juga kurang memanfaatkan internet untuk dapat memasarkan produknya secara luas sehingga produk yang dijual tidak diketahui oleh banyak orang yang bisa berpotensi menjadi pelanggan mereka. 3.2 Analisis Sistem
Gambar 3.2 Business Use Case Saat Ini
Activity Diagram di bawah ini akan menjelaskan secara detil
masing-masing proses binis pada diagram bisnis use case di atas. 3.2.1 Activity Diagram
3.2.1.1 Mencatat Transaksi Penjualan
Gambar 3.3 Activity DiagramMencatat Transaksi Penjualan
3.2.1.2 Menerima Retur Penjualan
penjualan menyerahkan barang pengganti lalu membuat nota retur. Bagian penjualan menyerahkan nota berwarna putih ke pelanggan dan nota berwarna merah disimpan sebagai rekap. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Activity DiagramMenerima Retur Penjualan 3.2.1.3 Membuat Laporan Penjualan dan Pendapatan
dari laporan yang dibuat dan kemudian menyimpan laporan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Activity Diagram Membuat Laporan Penjualan dan Pendapatan
3.2.1.4 Mengelola Stok Persediaan
menyetujui data tersebut pemilik toko terlebih dahulu memeriksa laporan dan mencocokan dengan kondisi sebenarnya yang terdapat ditoko ataupun digudang. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Activity Diagram Mengelola Stok Persediaan
3.2.1.5 Melakukan Pemesanan Produk
panggilan telepon. Supplier mengirim pesanan kepada pemilik toko, kemudian pemilik toko mencocokan produk yang dikirim sesuai dengan pesanan. Setelah selesai pemilik toko melakukan update data stok. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Activity Diagram Melakukan Pemesanan Produk
3.2.1.6 Mencatat Transaksi Penerimaan Produk
membuat nota penerimaan produk dua rangkap lalu menyerahkan nota berwarna putih kepada supplier dan nota berwarna merah akan disimpan sebagai rekap. Bagian penjualan juga akan melakukan update data stok. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Activity DiagramMencatat Transaksi Penerimaan
3.2.1.7 Membuat Laporan Penerimaan Produk
membuat laporan penerimaan produk untuk kemudian diserahkan kepada pemilik. Pemilik akan menerima dan mengecek laporan yang telah dibuat untuk kemudian disimpan sebagai arsip. Untuk lebih jelasnya dapat melihat Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Activity DiagramMembuat Laporan Penerimaan Produk
3.2.1.8 Melakukan Retur Produk
Gambar 3.10 Activity Diagram Melakukan Retur Produk
3.2.2 Hasil Analisis
Dari proses analisis, didapatkan kelemahan-kelemahan sistem yang ada pada saat ini. Adapun kelemahan-kelemahan sistem pada saat ini adalah sebagai berikut :
yang dibeli beserta harga yang diberikan karena proses transaksi yang masih konvensional dengan mengandalkan bantuan nota dan kalkulator.
2. Pemilik toko tidak dapat mengetahui tren penjualan dan history transaksi dari pelanggan dan supplier. Pemilik toko tidak memiliki data history transaksi penjualan per periode baik minggu, bulan atau tahun. Data history tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui barang yang paling sering dibeli, menentukan target penjualan di periode selanjutnya, dan mengevalusi produk yang selama ini dijual.
3. Pemilik toko kesulitan untuk mengetahui stok yang tersedia karena harus menghitung terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan pemilik toko sering mengalami kehabisan stok atau penumpukan stok. Pemilik toko sering kali melewatkan order penjualan dengan jumlah besar dari pelanggan dikarenakan tidak dapat mengetahui jumlah stok produk yang dijual.
4. Laporan yang dibutuhkan pemilik toko tidak dapat diakses kapanpun dan dimanapun, karena diharuskan untuk datang langsung ke toko atau harus menunggu laporan yang dibutuhkan selesai dibuat.
5. Permasalahan biaya dalam pengadaan perangkat teknologi informasi serta SDM (sumber daya manusia) yang melakukan maintenance.
1. Sistem informasi penjualan ritel yang dapat membantu proses pencatatan transaksi penjualan dan meminimalkan kesalahan perhitungan jumlah barang yang dibeli beserta harga yang diberikan. Sistem informasi penjualan yang dibangun juga dapat menangani retur penjualan maupun pembelian. 2. Sistem informasi penjualan ritel yang dapat menampilkan history transaksi
dari pelanggan maupun supplier. History transaksi penjualan dari pelanggan ditampilkan sesuai periode mingguan, bulanan, dan tahunan.
3. Sistem informasi penjualan ritel dapat menampilkan jumlah stok produk yang tersedia sehingga tidak perlu menghitung terlebih dahulu.
4. Menghasilkan informasi-informasi yang dibutuhkan pemilik secara up to date
seperti omset penjualan, barang yang paling sering dibeli oleh pelanggan, barang kurang laku yang harus dipromosikan, keuntungan yang diperoleh dalam sehari dan dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui jaringan internet.
5. Pemilik toko dapat memakai layanan sistem informasi penjualan ritel tanpa dikenakan biaya berlangganan, sehingga dapat membantu menekan ongkos biaya operasional toko.
Selain untuk mengatasi kelemahan sistem penjualan saat ini dan memenuhi kebutuhan pemilik toko, terdapat fungsi lain dari sistem yang dibangun, yaitu :
2. Tampilan sistem informasi penjualan ritel yang dibangun dapat menyesuaikan secara otomatis dengan ukuran layar perangkat keras yang digunakan seperti laptop, smartphone, komputer tablet, dll.
3.3 Perancangan Sistem
Perancangan sistem ini bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan fungsional, menggambarkan aliran data dan alur sistem, dan sebagai tahap persiapan sebelum implementasi sistem. Perancangan sistem ini diharapkan dapat merancang dan mendesain sistem dengan baik, yang isinya meliputi langkah-langkah operasi dalam proses pengolahan data dan prosedur untuk mendukung operasi sistem.
Langkah-langkah operasi dalam perancangan dan pengembangan sistem ini adalah sebagai berikut :
a. Block Diagram
b. Arsitektur Sistem
c. Use Case Diagram
d. Flow of Events
e. Diagram Sekuensial
f. ClassDiagram
g. Component Diagram
h. Deployment Diagram
i. Physical Data Model (PDM)
j. Sitemaps
l. Desain Input/Output
m. Rancangan Pengujian dan Evaluasi Sistem
3.3.1 Block Diagram
Data Barang
Gambar 3.11 Block Diagram
3.3.2 Arsitektur Sistem
Server
Gambar 3.12 Arsitektur Sistem Informasi Penjualan
Dengan arsitektur sistem berbasis web, pengguna tidak perlu melakukan pengelolaan dan perawatan infrastruktur sistem karena hal tersebut merupakan tanggung jawab dari penyedia layanan. Pengguna cukup mendaftarkan diri melalui halaman web penyedia layanan maka sistem informasi penjualan ritel bisa langsung digunakan. Untuk mengakses sistem, pengguna perlu menyediakan perangkat keras seperti komputer, laptop, tablet atau smartphone yang tersambung dengan koneksi internet.
Model pengguna utama dari sistem didefinisikan sesuai fungsi dan tanggung jawab seperti di bawah ini.
Tabel 3.1 Model Pengguna
Pengguna Fungsi
Administrator/Pemilik Toko
Memantau penjualan melalui laporan. Mengelola data karyawan beserta hak aksesnya
Mengelola data master produk Mengelola data supplier
Pengguna Fungsi Mengelola persediaan produk
Mencatat transaksi penerimaan produk Menampilkan produk di web katalog Melayani dan mencatat retur penjualan Kasir Melayani penjualan dan mencatat semua
transaksi penjualan
Melayani dan mencatat retur penjualan
Model perancangan dan pembangunan sistem akan menggunakan konsep
object oriented. Konsep ini dipilih karena lebih mudah dalam mengakomodasi
perubahan, mengurangi kompleksitas perancangan dan desain serta kemampuan untuk bisa digunakan kembali. Pattern yang digunakan ialah MVC (Model, View,
Controller) agar pemisahan layer aplikasi semakin jelas dan mempermudah
3.3.3 Use Case Diagram Sistem Informasi Penjualan
Gambar 3.13 Use Case Diagram Sistem Informasi Penjualan
Sistem informasi penjualan yang akan dibangun memiliki 5 aktor, aktor dalam use case merupakan semua yang ada diluar lingkup sistem perangkat lunak dan berinteraksi dengan sitem perangkat lunak tersebut. Aktor administrator/pemilik toko, supervisor dan kasir merupakan actor internal dari toko. Ketiga aktor tersebut memberikan input dan menerima output dari sistem sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka. Sedangkan aktor pelanggan dan
supplier merupakan aktor eksternal dari toko. Kedua aktor menerima output dari
3.3.4 Flow of Events
Proses selanjutnya yang dilakukan adalah dengan membuat flow of
events dari masing-masing use case. Pembuatan flow of events bertujuan
mendokumentasikan alur logika dalam use case yang menjelaskan secara rinci apa yang pemakai akan lakukan dan apa yang sistem itu sendiri lakukan.
3.3.4.1 Flow of Events Mendaftarkan Toko
Proses mendaftarkan toko dilakukan sebelum sebuah toko dapat menggunakan sistem informasi penjualan ritel berbasis web yang akan dibangun. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi form pendaftaran yang disediakan dan melakukan konfirmasi email yang dikirim oleh sistem. Pengguna bisa mengakses halaman login jika proses pendaftaran dilalui. Flow of events proses mendaftarkan toko dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Flow of Events Mendaftarkan Toko Nama Use Case Mendaftarkan Toko
Kebutuhan terkait Sebelum dapat menggunakan sistem informasi penjualan ritel berbasis web, toko harus melakukan registrasi dengan mengisi data toko. Setelah semua data diisi, sistem akan mengirimkan email ke pendaftar untuk melakukan konfirmasi pendaftaran. Tujuan Menangani proses registrasi toko
Prasyarat Tidak ada
Kondisi akhir sukses Toko berhasil terdaftar
Kondisi akhir gagal Pengguna mendapatkan pesan registrasi toko gagal Aktor utama Pemilik Toko
Aktor sekunder Tidak ada
Nama Use Case Mendaftarkan Toko
Primary Flow Langkah Aksi
1 Pengguna membuka halaman pendaftaran pada website sistem informasi penjualan
2 Pengguna memasukkan nama lengkap, jenis kelamin, nomor telepon, alamat, kota, email, password dan nama domain. 3 Sistem memeriksa format masukan dari
pengguna. Jika ada format yang salah, masuk ke langkah 3.1
4 Sistem melakukan koneksi ke database
untuk memeriksa email yang didaftarkan telah digunakan. Jika email telah
digunakan, masuk ke langkah 4.1. Jika terjadi error saat melalukan koneksi ke
database, masuk ke langkah 4.2.
5 Sistem melakukan koneksi database
untuk meyimpan data toko baru. Jika terjadi error saat melakukan koneksi ke
database, masuk ke langkah 5.1.
6 Sistem mengirim email ke alamat email
yang didaftarkan pengguna untuk melakukan konfirmasi pendaftaran. Jika pengiriman email gagal, masuk ke langkah 6.1
7 Pengguna mengaktifkan akun melalui email konfirmasi yang dikirimkan sistem.
8 Sistem melakukan koneksi database
untuk mengaktifkan akun dan menampilkan halaman login ke pengguna sebagai tanda akun telah diaktifkan. Jika terjadi error saat melakukan koneksi ke database, masuk ke langkah 8.1
9 Use case berakhir
Alternate Flow Langkah Aksi Percabangan
3.1 Sistem menampilkan pesan format data pendaftaran toko salah dan meminta pengguna mengulangi langkah ke-2 4.1 Sistem menampilkan pesan email telah
Nama Use Case Mendaftarkan Toko
Error Flow Langkah Aksi Percabangan
4.2 Sistem menampilkan pesan koneksi
database untuk memeriksa email gagal.
Pengguna kembali ke langkah 2.
5.1 Sistem menampilkan pesan koneksi
database untuk menyimpan data
pengguna baru gagal. Pengguna kembali ke langkah 2.
6.1 Sistem menampilkan pesan pengiriman
email gagal dan meminta pengguna
mengulang langkah ke-2.
8.1 Sistem menampilkan pesan koneksi
database untuk mengaktifkan akun
gagal. Pengguna kembali ke langkah 7.
3.3.4.2 Flow of Events Login
Proses login dilakukan sebelum pengguna masuk ke dalam sistem dan mengakses menu-menu yang ada. Proses login dilakukan untuk memastikan apakah orang yang mengakses sistem merupakan orang yang memliki hak akses untuk membuka sistem tersebut. Sistem memberikan hak akses kepada pengguna berdasarkan login yang dilakukan. Flow of events proses login dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Flow of Events Login Nama Use Case Login
Kebutuhan terkait Salah satu proses untuk masuk ke dalam sistem adalah login. Pengguna memiliki data berupa
username dan password yang harus diverikasi oleh
sistem agar pengguna dapat masuk ke dalam sistem sesuai dengan hak akses yang dimiliki
Tujuan Menangani proses login pengguna Prasyarat Tidak ada