DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 2
1.3. Batasan Masalah ... 2
1.4. Tujuan ... 3
1.5. Sistematika Penulisan ... 3
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
2.1. Industri Galangan Kapal ... 5
2.2. Orientasi Industri Galangan Kapal ... 6
2.3. Karakteristik Industri Galangan Kapal ... 7
2.4. Floating Dock ... 9
2.5. Kriteria Galangan Kapal ... 10
2.6. Analytical Hierarchy Process ... 10
2.7. Bentuk Hirarki ... 16
2.8. Matriks Perbandingan ... 17
2.9. Skala Prioritas ... 18
Halaman
2.10. Eigen Vector ... 20
2.11. Kemantapan (Consistensy) ... 21
2.12. Perangkat Lunak Aplikasi ... 23
2.13. Sistem Flow ... 24
BAB III METODE PENELITIAN / PERANCANGAN SISTEM ... 25
3.1. Metode Penelitian ... 25
3.2. Uraian Permasalahan ... 26
3.3. Analisis Permasalahan ... 27
3.4. Perancangan Sistem ... 28
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 42
4.1. Implementasi ... 42
4.2. Penjelasan Pemakaian Program ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1. Kesimpulan ... 54
5.2. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 56
LAMPIRAN ... 58
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tabel Kriteria Tipe Galangan Kapal ... 10
Tabel 2.2. Tabel Skala Banding Secara Berpasangan ... 19
Tabel 2.3. Tabel Nilai Kemantapan Acak ... 22
Tabel 3.1. Tabel Alternatif ... 39
Tabel 3.2. Tabel Kriteria ... 39
Tabel 3.3. Tabel Perijinan ... 40
Tabel 3.4 Tabel Bobot Kriteria ... 40
Tabel 3.5. Tabel Bobot Alternatif ... 40
Tabel 3.6. Tabel Prioritas Global ... 41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Bentuk Hirarki Sederhana ... 17
Gambar 2.2. Matrik Perbandingan Berpasangan ... 17
Gambar 2.3. Matrik Perbandingan Preferensi ... 18
Gambar 2.4. Sistem Flow ... 24
Gambar 3.1. Analisa Sistem Lama ... 28
Gambar 3.2. Analisa Sistem Baru ... 30
Gambar 3.3. DFD Context Diagram ... 33
Gambar 3.4. DFD Level 0 ... 34
Gambar 3.5. DFD Level 1 ... 35
Gambar 3.6. DFD Level 2 ... 36
Gambar 3.7. DFD Level 2 ... 37
Gambar 3.8. Entity Relasionship Diagram ... 38
Gambar 4.1. Menu Utama ... 44
Gambar 4.2. Penetapan Data – Bagan ... 45
Gambar 4.3. Jumlah Alternatif Yang Diinginkan ... 46
Gambar 4.4. Matrik Perbandingan Sub Kriteria ... 47
Gambar 4.5. Matrik Perbandingan Sub Kriteria Tiap Kriteria ... 48
Gambar 4.6. Matrik Perbandingan Kriteria ... 49
Gambar 4.7. Matrik Perbandingan Alternatif Tiap Kriteria ... 50
Gambar 4.8. Prioritas Global ... 51
Gambar 4.9. Laporan Form ... 52
Gambar 4.10. Laporan Diagram Batang ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Listing Program ... 58
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Perkembangan dan kemajuan yang berkaitan dengan teknologi informasi pada saat sekarang ini terjadi begitu cepat dan pesat. Dan hal tersebut memacu dan menuntut manusia untuk berbuat sesuatu yang lebih baik daripada yang ada sekarang, baik dari segi teknis, ilmu pengetahuan maupun skill atau kompetensinya.
Wilayah nusantara yang membentang luas di katulistiwa yang terdiri dari 13.000 lebih pulau yang dipersatukan oleh laut dan selat. Dengan perairan yang cukup luas dan posisi wilayah pada jalur pelayaran internasional serta banyaknya kapal yang melintas sangat memungkinkan untuk menanamkan investasi dalam bidang usaha galangan kapal.
Namun dihadapkan pada keterbatasan sumber-sumber pembangunan dan investasi maka diperlukan urutan prioritas dan optimalisasi penggunaan sumber-sumber tersebut terutama menghadapi era perdagangan pasar bebas, sehingga untuk dapat menetapkan prioritas dan optimalisasi investasi diperlukan kejelasan sasaran dan ketepatan obyek investasi khususnya dalam bidang usaha galangan kapal.
Pada dasarnya galangan kapal merupakan industri yang produk akhirnya termasuk dalam klasifikasi product oriented / job shops production, yaituindustri yang bekerja berdasarkan pesanan (job order), dan jumlah atau volume produksi
yang dihasilkan rendah, umumnya digunakan untuk memenuhi pesanan yang spesifik, sehingga banyak variasi pekerjaan yang harus dilakukan.
Dengan demikian kemajuan dalam bidang teknologi informasi sangat relevan apabila dimanfaatkan untuk mengolah sumber-sumber yang menghasilkan keluaran yang dapat menetapkan prioritas dan optimalisasi investasi berdasarkan kejelasan sasaran dan ketepatan obyek investasi yang diharapkan.
Selanjutnya untuk merealisasikan pengadaan alat bantu guna memproses data sumber-sumber untuk menghasilkan keputusan yang diharapkan, diperlukan sistem aplikasi yang sesuai. Yang mana sistem aplikasi ini sangat berguna dalam pengolahan data untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas informasi yang akurat, cepat, dan tepat.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan yaitu bagaimana membuat sistem aplikasi yang mendukung proses pengolahan sumber daya alam dan infrastruktur secara akurat, cepat, dan tepat, guna optimalisasi investasi dalam bidang usaha galangan kapal.
1.3. Batasan Masalah
1. Penelitian yang dilakukan untuk pendukung pengembangan sistem hanya dilakukan di wilayah Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Tuban dan Probolinggo.
2. Penentuan lokasi galangan kapal berdasarkan type Floating Dock dengan jenis Caisson Dock.
3. Sedangkan panjang kapal kurang dari 100 meter dengan kapasitas berat kapal kurang dari 3000 dwt.
1.4. Tujuan Masalah
Di bawah ini merupakan tujuan yang diharapkan dalam pengembangan aplikasi sistem ini :
“Membuat program aplikasi untuk mengetahui prioritas lokasi galangan kapal dalam proses pengembangan industri galangan kapal di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Tuban dan Probolinggo”.
1.5. Sistematika Tugas Akhir
Sistematika tugas akhir ini diatur dan disusun dalam 5 (lima) bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari sub bab. Untuk memberikan gambaran tugas akhir ini diuraikan secara singkat materi dari bab-bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang melandasi dalam pembuatan program.
BAB III PERANCANGAN SISTEM
Bab ini membahas mengenai perancangan sistem flow serta struktur database yang dipergunakan dalam pembuatan aplikasi Analytical Hierarchy Process (AHP).
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Bab ini membahas mengenai implementasi sistem penentuan lokasi galangan kapal dengan menggunakan metode AHP secara keseluruhan serta penjelasan dari rancangan input dan outputnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada landasan teori ini disajikan tentang pengertian galangan kapal dan proses pengambilan keputusan dengan pendekatan proses hirarki analitik yang disajikan dalam bentuk hirarki sederhana, matrik perbandingan, eigen faktor dan kemantapan.
2.1. Industri Galangan Kapal
Industri Galangan kapal adalah suatu bengkel-bengkel kerja tetap yang mengerjakan bangunan-bangunan kapal baru dan reparasi kapal dari suatu konstruksi benda terapung yang cukup berat dan terbuat dari baja atau non baja, dan mempuyai tempat perairan yang cukup lebar dan dalam, guna mempermudah pengapungan konstruksi tersebut serta mempuyai luasan tertentu dan bekerja terus menerus sepanjang tahun.
Adapun dalam cakupan sistem yang akan dikembangkan ini dikenal dua macam galangan kapal :
2.1.1. Galangan Kapal Daerah Terbuka
Yaitu suatu galangan kapal yang dibangun menghadap langsung ke perairan terbuka, sehingga landasan pembangunan atau peluncuran kapal dapat dibangun secara memanjang maupun melintang.
2.1.2. Galangan Kapal Daerah Tertutup
Yaitu suatu galangan kapal yang dibangun ditepi kanal atau sungai serta mempunyai perairan atau daerah pengapungan yang terbatas, dimana galangan kapal jenis ini biasanya digunakan hanya untuk membangun atau memperbaiki kapal-kapal yang berukuran kecil dan sedang.
2.2. Orientasi Industri Galangan Kapal
Secara umum orientasi dari suatu industri galangan kapal didasarkan pada sifat dan bentuk dari jenis pekerjaan, yaitu :
2.2.1. Orientasi Pekerjaan Bangunan Baru
Untuk memenuhi kebutuhan angkutan laut baik angkutan untuk penumpang maupun angkutan untuk barang, dan baik angkutan antar pulau maupun antar negara, maka perlu adanya penangan dalam bidang pembangunan baru.
2.2.2. Orientasi Pekerjaan Reparasi / Perbaikan Kapal
2.3. Karakteristik Industri Galangan Kapal
Karakteristik dari industri galangan kapal didasarkan pada bentuk produknya, jenis aktivitasnya, aspek lokasi dan aspek ekonomi.
2.3.1. Karakter berdasarkan bentuk produknya
Industri galangan kapal merupakan industri yang bekerja berdasarkan pesanan dan jumlah atau volume produksi yang dihasilkan rendah.
2.3.2. Karakter berdasarkan jenis aktifitas atau proses produksinya
Industri galangan kapal merupakan industri berat yang produksinya terdapat berbagai macam aktifitas sehubungan dengan penyelesaian produk yang sangat kompleks.
Karena produk tersebut sangat kompleks, maka pelaksanaan produksi dibagi lagi kedalam berbagai macam subproses dan akan dilaksanakan proses pemasangan dari hasil subproses tersebut. Dengan menggunakan subproses masing-masing bagian akan terdapat kemungkinan penggunaan jenis produksi yang berbeda-beda.
2.3.3. Karakter berdasarkan aspek lokasi
Industri galangan kapal dalam penentuan lokasi ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut menurut Scholtt, “Shipyard Layout and
Equipment” (1985), bahwa lokasi untuk industri galangan kapal ditentukan
A. Keuntungan secara alami
Merupakan kriteria yang bergantung atau dipengaruhi oleh kondisi alam yang ada pada lokasi dimana galangan kapal akan dibangun. Kriteria berupa kondisi alam ini terbagi secara terperinci menjadi beberapa faktor yaitu :
− Harga dan luas lahan yang dibutuhkan
− Jarak dan kondisi transportasi dari sumber bahan baku
− Kecepatan angin
− Pasang surut
− Kondisi gelombang dan arus laut
− Kedalaman perairan
− Sedimentasi / pendangkalan
B. Keuntungan dari prospek laba atau profit
Lokasi galangan yang dekat dengan konsumen dan dekat dengan jalur pelayaran menghasilkan keuntungan tersendiri sehubungan dengan pendapatan perusahaan. Demikian pula tenaga kerja yang tersedia tidak jauh dari lokasi akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Infrastruktur yang tersedia seperti jalan dan/atau rel, bandara, telekomunikasi yang memadai, dan sebagainya juga merupakan keuntungan bagi pendapatan perusahaan.
untuk perencanaan pengembangan wilayah. Biasanya aturan ini berupa pajak bagi penyediaan infrastruktur dalam rangka menyerap tenaga kerja.
Seperti halnya perencanaan bidang ekonomi di Indonesia, pemerintah membimbing industri-industri dalam penentuan lokasi yang seharusnya, guna memperluas pembangunan dan mengurangi arus urbanisasi dan pemusatan hanya pada satu tempat tertentu.
Analisis keuntungan dan biaya yang dilakukan dalam mengurangi kerugian dapat menjadi poin utama dalam proposal akhir untuk lokasi galangan kapal.
2.4. Floating Dock
Jenis dock ini merupakan satu-satunya dock yang portable. Jadi dapat dibawa kemana-mana. Dock dibuat dari plat baja, sehingga biaya perawatannya cukup mahal. Proses pengedokan dengan cara menenggelamkan dan mengapungkan dock pada sarat tertentu, yang dilaksanakan oleh sejumlah pompa. Hal yang terpenting pada saat pengedokan adalah urutan pemompaan air kedalaman kompartemen / tangki agar tidak terjadi defleksi yang berlebihan. Floating dock modern dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
2.4.1. Caisson Dock
2.4.2. Self Docking
Jenis floating dock yang dapat melakukan pengedokan sendiri (self docking). Ponton dock dibagi menjadi beberapa bagian / seksi, sehingga setiap seksi dapat dilepas dan diangkat secara bergantian keatas seksi yang lainnya untuk melaksanakan pemeliharaan, perbaikan dan pengecatan. Selanjutnya ponton/seksi yang telah selesai diperbaiki dipasang kembali ditempat semula. Perbaikan ponton dapat dilakukan bersama-sama dengan perbaikan kapal yang ukurannya lebih kecil dari kapasitas dock maksimum. Disesuaikan dengan sisa ponton yang dapat digunakan.
2.5. Kriteria Galangan Kapal
Berdasarkan sumber, Scholtt, “ Shipyard Layout and Equipment” (1985) telah mengemukakan tentang tipe galangan kapal dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 2.1. Kriteria Tipe Galangan Kapal
Ukuran Shipsize Steelhroughput Jumlah tenaga Jumlah produktifitas Jumlah luas galangan
(tipe) tdw t / a kerja T/ sh . w . a . m
Kecil 1000 - 5000 1000 50 - 150 10 38 10,000 - 30,000
Menengah 5000 - 30000 10000 400 - 1000 40 - 15 30,000 - 100,000
Besar 30000 - 10000 50000 1500 - 3000 50 - 24 100,000- 200,000
Sangat Besar 100.000 150000 3000 - 6000 75 37 200.000
2.6. Analytical Hierarchy Process
hirarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah kedalam kelompok-kelompoknya dan kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Dalam perkembangannya AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan dengan banyak kriteria, tetapi penerapannya telah meluas sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah seperti pemilihan lokasi galangan kapal yang tepat, pemilihan jenis mobil, promosi jabatan, pemberian insentif bagi karyawan dll.
2.6.1. Model Umum Analytical Hierarchy Process Jenjang 1 : Goal
Merupakan tujuan akhir dari pemecahan masalah yang timbul yaitu menentukan lokasi galangan kapal yang terbaik.
Jenjang 2 : Kriteria
Merupakan beberapa unsur pertimbangan dalam menentukan lokasi galangan kapal sehingga menghasilkan suatu nilai terbaik diantara beberapa kriteria yang ada
Jenjang 3 : Alternatif
Merupakan beberapa pertimbangan nama-nama lokasi yang akan diolah melalui perhitungan matriks dengan tidak mengabaikan nilai kriteria diatas untuk menghasilkan lokasi galangan kapal yang terbaik.
2.6.2 Karakteristik Model AHP
tersebut harus jenius, pintar, bergelar doktor dan sebagainya, tetapi lebih mengacu pada orang yang benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Karena menggunakan input kualitatif (presepsi manusia), maka model ini juga dapat mengolah hal-hal kualitatif disamping hal-hal yang kuantitatif. Jadi bisa dikatakan bahwa model AHP ini adalah model yang komprehensif, karena mempunyai kemampuan yang ‘multiobjektif’ dan ‘multikreteria’ yang berdasar perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki dengan menggunakan metode AHP antara lain :
a. Kesatuan.
AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.
b. Kompleksitas.
AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
c. Saling ketergantungan.
AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier.
d. Penyusunan hierarki.
e. Pengulangan proses.
AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.
f. Penilaian dan konsensus.
AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensistensis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
g. Tawar menawar.
AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
h. Sintesis.
AHP menuntun kesuatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.
i. Konsistensi.
AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
j. Pengukuran.
AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu metode untuk menetapkan suatu prioritas.
nilai yang keliru. Kondisi ini ditambah juga belum adanya kriteria yang jelas untuk seorang ekspert, membuat orang sering ragu-ragu dalam menanggapi solusi yang dihasilkan model ini.
2.6.3 Penyusunan Model Analytical Hierarchy Process Langkah-langkah dalam metode AHP adalah sebagai berikut
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Melakukan Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu decomposisi yaitu memecahkan persoalan utuh menjadi unsur-unsurnya, dilakukan sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut sehingga didapat beberapa tingkatan tadi (hirarki). Jadi pekerjaan dalam hirarki adalah : mengidentifikasikan permasalahan, mengelompokkan dan menyusun kedalam level yang berbeda.
3. Comparative Judgment
Prinsip ini membuat penilaian terutama kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena pengaruh terhadat prioritas elemen-elemen. Jumlah perbandingan berpasangan sebanyak [n x (n–1)] / 2 buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil ini disajikan dalam bentuk matrik (pairwise comparison).
4. Melakukan Synthesis of Priority
maka untuk medapatkan prioritas global harus dilakukan sintesa diantara prioritas lokal.
5. Melakukan Logical Consistency
Menilai kemantapan (consistency) penilaian yang telah diberikan dengan batasan-batasan tertentu, dapat diketahui apakah pengambilan keputusan konsisten dalam melakukan penilaian.
Consistency Ratio (CR) dapat diterima jika berkisar 10% atau kurang, dan pada beberapa kasus 20% dapat ditolerir tetapi tidak pernah lebih. Jika CR ini tidak masuk dalam range maka penilaian harus direvisi dengan menganalisa kembali permasalahan.
Sebelum melangkah jauh proses bekerjanya model AHP, perlu diperhatikan aksioma-aksioma yang dimiliki model AHP. Pengertian Aksioma sendiri adalah suatu yang tidak dapat dibantah kebenarannya atau yang pasti terjadi. Ada 4 aksioma yang harus diperhatikan dalam model AHP, dan pelanggaran dari setiap aksioma berakibat tidak validnya model yang dipakai. Keempat aksioma tersebut adalah :
Aksioma 1 :
Aksioma 2 :
Homogenety, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen yang dibandingkan tidak homogenous dan harus dibentuk suatu ‘Cluster’ ( kelompok elemen ) yang lain.
Aksioma 3 :
Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan
bahwa kriteria tidak dipengaruhi dengan alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara keseluruhan.
Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas. Artinya perbandingan elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam level diatasnya.
Aksioma 4 :
Expertations, untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi, maka sipengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil tidak lengkap.
2.7. Bentuk Hirarki
31 32 33 34 35 36 37 38
21 22 23 24
1
41 42 43
Tingkat 1
(Fokus)
Tingkat 2
(Kriteria)
Tingkat 3
(Sub Kriteria)
Tingkat 4
(Alternatif)
Gambar 2.1. Bentuk Hirarki Sederhana (Saaty, 1993)
2.8. Matriks Perbandingan
Formulasi matematis dalam AHP menggunakan suatu matrik dengan suatu n elemen operasi, yaitu : A1 , A2 , A3 , A4 ,….,…., An , maka hasil perbandingan secara berpasangan elemen-elemen operasi tersebut akan membentuk matrik perbandingan.
A1 A2 … An
A1 A11 A12 … A1n
A2 A21 A22 … A2n
… … … … …
An An1 An2 … Ann
Gambar 2.2. Matrik Perbandingan Berpasangan
Nilai (judgment) perbandingan secara berpasangan antara (wi , wj), dapat dipresentasikan seperti matrik diatas, yaitu :
Setiap elemen memiliki sifat timbal balik, yaitu nilai aij = 1/aij. Sifat tersebut
elemen operasi A2 terhadap A1. Bila vektor pembobotan elemen operasi A1, A2,…, An dinyatakan sebagai vektor w, maka matrik pada gambar dapat dirubah
bentuk menjadi :
A1 A2 … An
A1 w1/w1 w1/w2 … w1/wn A2 w2/w1 w2/w2 … w2/wn
… … … … …
An wn/w1 wn/w2 … wn/wn Gambar 2.3. Matrik Perbandingan Preferensi (Saaty, 1988)
2.9. Skala Prioritas
Ketika seseorang hendak membuat perbandingan, misalnya dua alternatif dengan berdasarkan suatu kriteria, maka seseorang tersebut akan mengidentifikasikan yang satu lebih dari yang lainnya meskipun dia tidak menggunakan alat bantu untuk mengukurnya dengan besaran karena secara naluri manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui inderanya.
Tabel 2.2. Skala Banding Secara Berpasangan Intensitas
Kepentingan Definisi Variabel Penjelasan 1 Kedau elemen sama
pentingnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit mendukung satu elemen terhadap elemen lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat mendukung satu elemen dengan elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya
Satu elemen yang kuat dan didukung dan didominasinya terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan
2, 4, 6, dan 8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan berdekatan
Kompromi diperlukan diantara dua perbandingan
Kebalikan nilai diatas
Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila
2.10. Eigen Vektor
Nilai-nilai antar komponen kriteria secara lokal akan dihubungkan pada rangkaian alternatif untuk menentuka urutan kemungkinan alternatif atau pilihan, maka perlu dihitung kumpulan eigen vektor dari setiap matrik dan dinormalisir untuk mengintegrasikan hasil yang diperoleh mejadi vektor-vektor prioritas. Dalam menghitung eigen vektor yang efektif adalah secara geometris.
Langkah-langkah pemahaman dalam menghitung vector prioritas dapat dijelaskan sebagai berikut:
2.10.1. Matrik berpasangan
A1 A2 An
A1 w1/w1 w1/w2 w1/w3 A2 W2/w1 W2/w2 W2/w3 A3 W3/w1 W3/w2 W3/w3
2.10.2. Komponen eigen vector
a w w w w w w = × × 3 1 2 1 1 1 3 b w w w w w w = × × 3 2 2 2 1 2 3 c w w w w w w = × × 3 3 2 3 1 3 3
2.10.3. Vector prioritas Σ = a X1 Σ = b X2 Σ = c X3
2.10.4. Urutan alternatif atau pemilihan
Υ = • Χ + • Χ + • Χ Υ = • Χ + • Χ + • Χ Υ = • Χ + • Χ + • Χ = Χ Χ Χ ∗ 3 3 3 3 2 3 2 1 3 1 2 3 2 3 2 2 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 1 1 1 3 2 1 3 3 3 2 3 1 2 3 2 2 2 1 1 3 1 2 1 1 w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w
2.11. Kemantapan (Consistency)
Pada dasarnya kemantapan yang sempurna dalam suatu penilaian sulit didapatkan, maka nilai dari kemantapan dapat diketahui dangan menghitung dua persamaan berikut :
2.11.1.Indeks Kemantapan ( Consistency Index )
Rumus Indeks Kemantapan (AHP, Thomas L. Saaty, 1993) yaitu:
1 max − − = n n CI λ
dimana: λ max = eigen value
Nilai λ max adalah hasil penjumlahan dari pada elemen kolom pertama dikalikan dengan vektor prioritas pertama, jumlah elemen kolom kedua dikalikan dengan prioritas kedua dan jumlah elemen kolom ke- n dikalikan dengan prioritas ke- n yang telah dinormalisir.
2.11.2.Rasio Kemantapan ( Consistency Ratio )
Rumus Rasio Kemantapan (AHP, Thomas L. Saaty, 1993) yaitu:
c r CI
CR=
dimana : CI = indeks kemantapan
rc = kemantapan acak
Nilai rc dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Nilai Kemantapan Acak Ukuran Matrik Kemantapan Acak
1,2 0
3 0,58
4 0,9
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
Nilai CR dapat dapat diterima jika berkisar 10% atau kurang, dan pada beberapa kasus 20% dapat ditolerir tetapi tidak pernah lebih. Jika nilai CR tidak masuk dalam range maka penilaian harus direvisi dengan menganalisa kembali permasalahan yang dihadapi.
2.12. Perangkat Lunak Aplikasi
Dalam sistem aplikasi penentuan lokasi galangan kapal dengan metode AHP ini menggunakan perangkat lunak Borland Delphi ver. 5.0. Delphi merupakan bahasa pemrograman yang mempunyai cakupan kemampuan yang luas dan sangat canggih.
2.13. System Flow
System flow adalah bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara menyeluruh dari suatu sistem dimana bagan ini menjelaskan urutan prosedur-prosedur yang ada didalam sistem dan biasanya dalam membuat sistem flow sebaiknya ditentukan pula fungsi-fungsi yang melaksanakan atau bertanggung jawab terhadap sub-sub sistem.
Sistem kegiatan yang dilakukan terhadap informasi atau data digambarkan dalam bentuk simbol-simbol. Adapun simbol-simbol yang dapat menggambarkan sebuah kegiatan dalam sistem flow antara lain :
Proses Manual Display Proses
Terkomputerisasi
Decision Dokumen
Database
Input Manual Terminator
BAB III
METODE PENELITIAN / PERANCANGAN SISTEM
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini antara lain adalah :
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku serta literature yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
2. Identifikasi Masalah dan Pengumpulan Data
Pengidentifikasian masalah dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Observasi
Melakukan pengamatan terhadap bentuk data yang akan digunakan dalam sistem aplikasi.
b. Wawancara
Mengadakan komunikasi untuk mendapatkan informasi yang lengkap, dengan mengadakan wawancara di PT. Salam Pasific Indonesia Line Surabaya dengan pihak-pihak yang terlibat.
3. Analisa Data dan Permasalahan
Teknik yang digunakan dalam analisis permasalahan adalah teknik deskriptif,
artinya data yang diperoleh dari penelitian langsung di PT. Salam Pasific
Indonesia Line Surabaya, dianalisa dan disusun kemudian dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan sehingga diperoleh kesimpulan serta solusi untuk permasalahan yang ada.
4. Perancangan Sistem
Setelah dibuat analisis permasalahan dan diketahui permasalahan utamanya, proses selanjutnya adalah merancang sistem yang nantinya dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang ada dan memiliki keakuratan data yang cukup baik.
5. Implementasi Sistem
Langkah selanjutnya adalah implementasi sistem dengan membuat program aplikasi berdasarkan hasil perancangan sistem yang telah dibuat sebelumnya. 6. Uji Coba dan Evaluasi
Untuk meguji validitas aplikasi yang dibuat, dilakukan pengujian terhadap program, terutama pengecekan data yang dihasilkan oleh aplikasi, apakah sesuai dengan yang diharapkan. Apabila terdapat suatu kesalahan maka program tersebut direvisi.
3.2. Uraian Permasalahan
Indentifikasi masalah yang ada di PT. Salam Pasific Indonesia Line Surabaya dilakukan pada saat survey lapangan. Masalah yang berhasil diidentifikasi adalah penentuan lokasi galangan kapal.
Berdasarkan hasil survey keputusan yang diambil merupakan pertimbangan dari beberapa masukkan data hasil survey lokasi. Dimana penilaian tersebut secara garis besar dibagi menjadi tiga kriteria yaitu profit, alami, dan dukungan
pemerintahan. Dimana kriteria profit yang memiliki sub kriteria perkembangan infra struktur, harga dan luas lahan serta jarak dan kondisi transportasi. Sedangkan untuk kriteria alami memiliki sub kriteria kecepatan angin, pasang surut, kondisi gelombang, kedalaman perairan, sedimentasi atau pendangkalan. Dan untuk dukungan pemerintah hanya ada satu sub kriteria yaitu kebijakan pemerintah mengenai lokasi industri.
Dari kriteria-kriteria dan subkriteria tersebut diatas maka dihasilkan lokasi yang terbaik untuk didirikan galangan kapal.
3.3. Analisis Permasalahan
PT. Salam Pasific Indonesia Line Surabaya akan mendirikan lokasi galangan kapal. Dan dari sistem penentuan lokasi tersebut dipengaruhi oleh tiga kriteria yaitu profit, alami, dan dukungan pemerintah disertai dengan subkriteria-subkriteria dari masing-masing kriteria.
Setelah dilakukan analisis permasalahan pada lokasi yaitu PT. Salam Pasific Indonesia Line Surabaya ternyata tidak mempertimbangkan kriteria-kriteria dan subkriteria-kriteria yang ada.
Berdasarkan analisis masalah yang telah dilakukan tentang penentuan lokasi galangan kapal di PT. Salam Pasific Indonesia Line Surabaya, dibutuhkan suatu model pengambil keputusan yang tepat dan akurat, yang mampu menyelesaikan permasalahan yang ada secara sederhana. Salah satu model pengambilan keputusan tersebut adalah Analytical Hierarchy Process atau disingkat AHP. AHP juga memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi
dari setiap eleman dalam hierarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.
Penerapan model AHP untuk menyelesaikan masalah membutuhkan perhitungan yang cukup rumit sehingga sulit untuk digunakan oleh orang awam. Dibutuhkan suatu program aplikasi yang mampu melakukan semua proses yang rumit dari model AHP ini dan pengguna bisa langsung mengunakan model AHP dalam pengambilan keputusan tanpa harus melalui proses yang rumit tersebut. Yang mana sistem aplikasi ini sangat berguna dalam pengolahan data untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas informasi yang akurat, cepat, dan tepat.
3.4. Perancangan Sistem 3.4.1. Analisa Sistem Lama
Menetapkan Perijinan, Kriteria dan Alternatif Menetapkan Tata Ruang Galangan Kapal Data Layout Galangan Kapal Menetapkan Lokasi Galangan Kapal Survey Geografis Terpilih Dok. Penetapan Kriteria & Alternatif
Dok. Data Layout Galangan Kapal
Dok. Tata Ruang Galangan Kapal
Dok. Penetapan Type Dok Kapal Dok. Survey Geografis
Terpilih
Dok. Penetapan Perijinan Tanah & Industri
Mulai
Selesai
PIMPRO SURVEYOR ADMIN
Dok. Perijinan, Kriteria dan Alternatif
[image:33.595.95.504.318.726.2]Dok. Penetapan Lokasi Galangan Kapal
Gambar 3.1. Analisa Sistem Lama dari Galangan Kapal
Pada gambar 3.1 dijelaskan mengenai alur kerja sistem yang belum terkomputerisasi. Alur sistem dimulai dengan melakukan penetapan kriteria dan alternatif dimana penetapan kriteria dan alternatif diperoleh dari dokumen hasil survey dan hasil survey tersebut diperoleh dari surveyor yang telah melakukan survey setelah memperoleh dokumen penetapan perijinan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Penetapan jenis perijinan tanah dan industri disini berbentuk surat keterangan yang menyatakan bahwa PT. Salam Pasific Indonesia Line Surabaya akan mendirikan galangan kapal. Dokumen tersebut diperoleh dari bagian administrasi. Sebelum melakukan penentuan lokasi galangan kapal terlebih dahulu ditentukan tipe dok kapal. Penentuan tipe dok kapal yang digunakan disini yaitu dengan tipe Floating Dock.
Dalam proses tersebut telah ditentukan lokasi galangan kapal yang terpilih yaitu di Jl. Nilam Barat Surabaya. Setelah penentuan lokasi galangan kapal proses selanjutnya yaitu mencari data-data tata ruang galangan kapal yang diperlukan serta strategis. Membuat kondisi dalam penyusunan fasilitas yang telah ada maupun yang masih dalam perencanaan, termasuk kebutuhan ruangan untuk pemindahan material, gudang, karyawan dan semua peralatan bantu serta pelayanan yang baik pada waktu operasi. Dan kemudian data layout galangan kapal tersebut disimpan untuk dijadikan dokumen.
Dari hasil proses tersebut kemudian menetapkan tata ruang galangan kapal. Penetapan tata ruang galangan kapal disini berbentuk gambaran dari tata ruang galangan kapal. Dari hasil penetapan tata ruang
galangan kapal tersebut maka akan dibuatkan arsip terhadap tata ruang galangan kapal. Pengarsipan tata ruang galangan kapal disini berbentuk penyimpanan dari penetapan tata ruang galangan kapal. Kemudian hasil dari penentuan lokasi galangan kapal tersebut maka akan dilakukan penyimpanan untuk dijadikan dokumen.
3.4.2. Analisa Sistem Baru
Dok. Survey Geografis Terpilih
Dok. Survey Geografis Terpilih Survey Geografis Terpilih Mulai Dok. Penetapan Perijinan Tanah &
Industri
Dok. Penetapan Kriteria & Alternatif
Dok. Penetapan Dock Kapal Input Data Survey
Geografis Terpilih
[image:35.595.92.503.311.763.2]Menetapkan Perijinan, Kriteria & Alternatif Tabel Perijinan
Tabel Kriteria
Tabel Alternatif
Dok. Penetapan Perijinan, Kriteria &
Alternatif
Input Nilai Kriteria
Normalisasi Kriteria Tabel Kriteria Indeks Konsistensi Kriteria Tabel Kriteria Konsistensi ?
Simpan Bobot Kriteria
Tabel Bobot Kriteria
Tidak
Ya
PIMPRO SURVEYOR ADMIN
A
A
Input Nilai Alternatif
[image:36.595.93.500.88.586.2]Normalisasi Alternatif Tabel Alternatif
Indeks Konsistensi Alternatif Tabel Alternatif
Konsistensi ?
Simpan Bobot Alternatif
Tabel Bobot Alternatif
Tidak
Ya
PIMPRO SURVEYOR ADMIN
Perhitungan Prioritas Global
Alternatif Lokasi Yang Terpilih
Tabel Alternatif Yang Terpilih
Dok. Alternatif Yang
Terpilih Selesai
Gambar 3.2. Gambar Analisa Sistem Baru Galangan Kapal
Proses perancangan sistem yang baru diawali dari penetapan kriteria dan alternatif, dimana penetapan kriteria berisi profit, alami, dan dukungan pemerintah. Alternatif yang telah ditentukan oleh sistem yaitu Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Tuban, dan Probolinggo.
Penetapan kriteria dan alternatif diperoleh dari dokumen survey Geografis terpilih. Dokumen survey Geografis terpilih diperoleh dari hasil proses Survey yang dilakukan oleh surveyor.
Sedangkan data-data dalam survey tersebut diperoleh dari dokumen penetapan perijinan tanah dan industri serta dokumen penetapan kriteria dan alternatif. Dimana dokumen-dokumen tersebut didapat dari bagian administrasi.
Setelah mendapatkan dokumen-dokumen pimpinan proyek memasukkan data yaitu menetapkan kriteria dan alternatif yang kemudian disimpan didalam tabel kriteria serta tabel alternatif dan juga dijadikan arsip yang untuk dijadikan dokumentasi.
[image:37.595.94.511.307.533.2]Pimpinan Proyek memasukkan nilai kriteria yang kemudian diperoleh nilai normalisasi, setelah nilai normalisasi diperoleh maka dilakukan perhitungan indek konsistensi. Indek Konsistensi ini yang akan menghasilkan bobot kriteria. Hasil bobot kriteria akan disimpan didalam tabel bobot kriteria.
Dalam proses AHP selain mencari bobot kriteria juga mencari bobot alternatif, dimana proses pencarian bobot alternatif sama halnya dengan proses bobot kriteria. Setelah bobot kriteria dan bobot altenatif diperoleh maka selanjutnya proses perhitungan prioritas global untuk mendapatkan hasil alternatif lokasi galangan kapal yang terbaik. Yang kemudian disimpan didalam tabel alternatif terpilih, dan sebagai arsipnya hasil tersebut dijadikan dokumen.
3.4.3. Data Flow Diagram
Langkah selanjutnya dalam pembangunan sistem aplikasi penentuan lokasi galangan kapal ini adalah data flow diagram. DFD ini merupakan representasi grafik dari suatu sistem DFD yang menggambarkan komponen-komponen sebuah sistem, analisa-analisa data diantara komponen-komponen tersebut, serta tujuan dan penyimpanan dari data tersebut. Dalam penentuan aplikasi ini penulis membuat suatu DFD sebagai berikut :
Input Nilai Alternatif Input Nilai Kriteria
Data Hasil Survey Perijinan Hasil Galangan Kapal Terpilih Data Hasil Survey Kriteria
Data Hasil Survey Alternatif
Hasil Survey Data Perijinan Hasil Survey Data Kriteria
Hasil Survey Data Alternatif
Hasil Data Perijinan Hasil Data Alternatif Hasil Data Kriteria
Data Kriteria
Data Perijinan Data Alternatif
0
Sistem Penentuan Lokasi Galangan
Kapal
+
Admin
Surveyor
[image:38.595.92.505.317.535.2]PimPro
Gambar 3.3. DFD Context Diagram
Keterangan gambar :
Bagian administrasi memasukkan data kriteria dan data alternatif didalam proses penentuan lokasi galangan kapal. Dan pada bagian surveyor memperoleh hasil data kriteria dan data alternatif, kemudian surveyor melakukan survey untuk mendapatkan data survey yang kemudian hasilnya digunakan oleh pimpinan proyek. Sedangkan proses selanjutnya pimpinan
proyek memasukkan nilai krteria dan nilai alternatif. Dan setelah seluruh rangkaian proses selesai maka pimpinan proyek akan mendapatkan hasil lokasi galangan kapal yang terbaik.
Data Hasil Survey Alternatif Data Hasil Survey Kriteria Data Hasil Survey Perijinan
Input Nilai Alternatif
Input Nilai Kriteria Data Hasil Survey Perijinan
Hasil Galangan Kapal Terpilih
Data Hasil Survey Kriteria Data Hasil Survey Alternatif Hasil Survey Data Perijinan Hasil Survey Data Kriteria
Hasil Survey Data Alternatif Hasil Data Perijinan Hasil Data Alternatif Hasil Data Kriteria
Data Kriteria Data Perijinan Data Alternatif Admin Admin Admin Surveyor Surveyor SurveyorSurveyorSurveyorSurveyor
PimPro PimPro PimProPimProPimPro PimPro 1 Penetapan Perijinan Kriteria & Alternatif 2 AHP + 3 Data Perijinan
4 Data Kriteria
[image:39.595.96.506.185.521.2]5 Data Alternatif
Gambar 3.4. DFD Level 0
Keterangan gambar :
Pada tahap ini terdapat 2 tahapan proses, yaitu proses penetapan kriteria dan alternatif serta proses AHP. Proses penetapan kriteria dan alternatif ini berfungsi untuk menetapkan kriteria dan alternatif yang digunakan dalam penentuan lokasi galangan kapal. Sedangkan pada proses AHP ini digunakan untuk perhitungan matrik perbandingan yang kemudian dinormalisasikan serta perhitungan indek konsistensi. Dimana dalam proses ini akan menghasilkan nilai prioritas global dan mendapatkan informasi lokasi galangan kapal yang terbaik untuk dipilih.
Hasil Alternatif Terpilih Input Nilai Alternatif
Nilai Bobot Alternatif
Nilai Bobot Kriteria Hasil Galangan Kapal Terpilih
Hasil Bobot Alternatif Hasil Bobot Kriteria Input Nilai Kriteria
1 Input Nilai Kriteria 2 Input Nilai Alternatif 3 Perhitungan Prioritas Global PimPro PimPro
1 Bobot Kriteria
2 Bobot Alternatif
[image:40.595.97.500.91.584.2]6 Alternatif Terpilih
Gambar 3.5. DFD Level 1
Keterangan gambar :
1. Proses pertama dari sistem penentuan lokasi galangan kapal ini adalah pimpinan proyek memasukkan nilai kriteria yang kemudian diproses dan menghasilkan data kriteria. Dimana hasil dari data kriteria tersebut dimasukkan kedalam tabel bobot kriteria.
2. Proses kedua dari sistem penentuan lokasi galangan kapal ini adalah pimpinan proyek memasukkan nilai alternatif yang kemudian diproses dan menghasilkan data alternatif. Dimana hasil dari data alternatif tersebut dimasukkan kedalam tabel bobot alternatif.
3. Proses ketiga dari sistem penentuan lokasi galangan kapal ini adalah proses perhitungan prioritas global. Didalam proses perhitungan prioritas global ini data diperoleh dari hasil proses kriteria dan proses alternatif. Proses perhitungan prioritas global ini yang akan menghasilkan suatu alternatif penentuan lokasi galangan kapal yang
terpilih. Dan hasilnya akan disimpan didalam tabel altenatif galangan kapal terpilih.
Data Indeks Konsistensi Kriteria Data Normalisasi Kriteria
Data Nilai Kriteria
Hasil Bobot Kriteria Input Nilai Kriteria PimPro
1 Bobot Kriteria
1 Input Nilai
Kriteria
2 Normalisasi
Kriteria
3 Indeks Konsistensi
Kriteria
4
[image:41.595.97.510.143.540.2]Bobot Kriteria
Gambar 3.6. DFD Level 2
Keterangan gambar :
1. Setelah pimpinan proyek memasukkan nilai kriteria galangan kapal maka hasilnya berupa data nilai kriteria.
2. Proses selanjutnya sistem akan melakukan proses normalisasi.
3. Setelah proses normalisasi selesai maka proses pengecekan konsistensi akan dilakukan sampai menemukan nilai konsistensi yang diharapkan. 4. Dan proses yang terakhir yaitu proses perhitungan bobot kriteria dimana
dalam proses tersebut akan menghasilkan data kriteria yang kemudian disimpan didalam tabel bobot kriteria.
Data Indeks Konsistensi Alternatif Data Normalisasi Alternatif
Data Nilai Alternatif
Hasil Bobot Alternatif Input Nilai Alternatif PimPro
2 Bobot Alternatif
1 Input Nilai
Alternatif
2 Normalisasi
Alternatif
3 Indeks Konsistensi
Alternatif
[image:42.595.103.512.78.553.2]4 Bobot Alternatif
Gambar 3.7. DFD Level 2
Keterangan gambar :
1. Setelah pimpinan proyek memasukkan nilai alternatif galangan kapal maka hasilnya berupa data nilai alternatif.
2. Proses selanjutnya sistem akan melakukan proses normalisasi.
3. Setelah proses normalisasi selesai maka proses pengecekan konsistensi akan dilakukan sampai menemukan nilai konsistensi yang diharapkan. 4. Dan proses yang terakhir yaitu proses perhitungan bobot alternatif
dimana dalam proses tersebut akan menghasilkan data alternatif yang kemudian disimpan didalam tabel bobot alternatif
3.4.4. ER Diagram
Entity Relationship Diagram (ERD) digunakan untuk menginter-pretasikan, menentukan dan mendokumentasikan kebutuhan-kebutuhan untuk sistem pemrosesan database. ERD menyediakan bentuk untuk menunjukkan struktur keseluruhan kebutuhan data dari pemakaian database.
Dalam sistem penentuan lokasi galangan kapal ini penulis membuat 3 (tiga) tabel yang saling terkait untuk menyediakan data yang diperlukan oleh sistem tersebut.
Berikut ini adalah ERD conceptual model dan physical model yang digunakan dalam sistem pengambilan keputusan penentuan lokasi galangan kapal dengan menggunakan metode AHP seperti gambar berikut ini :
Relation_38 Relation_37
Relation_36 Relation_35 Relation_34
T abel Krite ria K ode Krite ria Nama Krite ria T abel Alte rnatif K ode Alternatif Nama Alte rnatif
T abel Peri jinan K ode Perij inan Nama Peri jinan
T abel Bob ot Alternati f K ode Alternatif Nama Alte rnatif B obot Alte rnatif
T abel Bob ot Kriteria K ode Krite ria K ode Perij inan Nama Krite ria Nama Peri jinan B obot Krite ria B obot Peri jinan
T abel Prio ritas Globa l K ode Alternatif K ode Krite ria K ode Perij inan B obot Alte rnatif B obot Krite ria B obot Peri jinan
T AB EL_K RITE RIA K ODE_K RI TE RIA varc har(10) NAMA_K RI TE RIA varc har(10) T AB EL_A LT ERNA TI F K ODE_A LT ERNA TIF varc har(10) NAMA_A LT ERNA TIF varc har(10)
T AB EL_P E RIJ INAN K ODE_P ERIJ INAN varc har(10) NAMA_P ERIJ INAN varc har(10)
T AB EL_B OBOT_A LT ERNA TIF K ODE_A LT ERNA TIF varc har(10) NAMA_A LT ERNA TIF varc har(10) B OB OT _AL TE RNAT IF numeric (10 )
T AB EL_B OBOT_K RI TE RIA K ODE_K RI TE RIA varc har(10) K ODE_P ERIJ INAN varc har(10) NAMA_K RI TE RIA varc har(10) NAMA_P ERIJ INAN varc har(10) B OB OT _KRIT ERIA numeric (10 ) B OB OT _PE RIJ INA N numeric (10 )
T AB EL_P RIORITA S_ GLOBA L K ODE_A LT ERNA TIF varc har(10) K ODE_K RI TE RIA varc har(10) K ODE_P ERIJ INAN varc har(10) B OB OT _AL TE RNAT IF numeric (10 ) B OB OT _KRIT ERIA numeric (10 ) B OB OT _PE RIJ INA N numeric (10 )
Gambar 3.8. Entity Relationship Diagram – Conceptual Model
[image:43.595.95.503.317.729.2]3.4.5. Perancangan Database
Adapun struktur database yang digunakan didalam sistem penentuan lokasi galangan kapal berdasarkan ERD yang telah dibuat pada gambar dibawah ini :
1. Nama Tabel Alternatif
[image:44.595.92.507.311.525.2]Fungsi : Tabel ini digunakan untuk menyimpan data alternatif yang digunakan dalam pemilihan tujuan. Dengan adanya tabel ini maka akan dapat dengan mudah menetapkan dan menyimpan nama-nama kriteria. Sehingga walaupun jumlah kriteria bersifat tetap namun jenis kriteria ditentukan sesuai dengan kasus yang akan selesaikan dengan sistem ini.
Tabel 3.1. Alternatif
Nama Field Tipe Lebar Constraint Keterangan
Kd_Alt Varchar 10 PK Kode Alternatif
Nama_Alt Varchar 10 Nama Alternatif
2. Nama Tabel : Kriteria
[image:44.595.113.499.642.687.2]Fungsi : Tabel ini digunakan untuk menyimpan data kriteria. Didalam tabel ini jumlah kriteria tetap namun jenis kriteria ditentukan sesuai dengan yang akan diselesaikan dengan sistem ini.
Tabel 3.2. Kriteria
Nama Field Tipe Lebar Constraint Keterangan
Kd_Krt Varchar 10 PK Kode Kriteria
Nama_Krt Varchar 10 Nama Kriteria
3. Nama Tabel : Perijinan
Fungsi : Tabel ini digunakan untuk menyimpan data perijinan. Didalam tabel ini data perijinan ditentukan sesuai dengan yang akan diselesaikan dengan sistem ini.
Tabel 3.3. Perijinan
Nama Field Tipe Lebar Constraint Keterangan
Kd_Perj Varchar 10 PK Kode Perijinan
Nama_Perij Varchar 10 Nama Perijinan
4. Nama Tabel : Bobot Kriteria
[image:45.595.94.509.282.549.2]Fungsi : Tabel ini digunakan untuk menyimpan hasil bobot kriteria. Didalam tabel ini hasil bobot kriteria diperoleh dari hasil normalisasi dan indeks konsistensi.
Tabel 3.4. Bobot Kriteria
Nama Field Tipe Lebar Constraint Keterangan
Kd_Krt Varchar 10 PK Kode Kriteria
Kd_Perij Varchar 10 PK Kode Perijinan
Nama_Krt Varchar 10 Nama Kriteria
Nama_Perij Varchar 10 Nama Perijinan
Bobot_Krt Numeric 10 Bobot Kriteria
Bobot_Perij Numeric 10 Bobot Perijinan
5. Nama Tabel : Bobot Alternatif
Fungsi : Tabel ini digunakan untuk menyimpan hasil bobot alternatif. Didalam tabel ini hasil bobot alternatif diperoleh dari hasil normalisasi dan indeks konsistensi.
Tabel 3.5. Bobot Alternatif
Nama Field Tipe Lebar Constraint Keterangan
Kd_Alt Varchar 10 PK Kode Alternatif
Nama_Alt Varchar 10 Nama Alternatif
Bobot_Alt Numeric 10 Bobot Alternatif
6. Nama Tabel : Prioritas Global
Fungsi : Tabel ini digunakan untuk menyimpan data hasil dari proses utama sistem ini yaitu prioritas global. Data-data yang tersimpan pada tabel ini digunakan dalam proses penyajian laporan dan pembentukan laporan berupa grafik.
Tabel 3.6. Prioritas Global
Nama Field Tipe Lebar Constraint Keterangan Kd_Alt Varchar 10 PK Kode Alternatif Kd_Krt Varchar 10 PK Kode Kriteria Kd_Perij Varchar 10 PK Kode Perijinan Bobot_Alt Numeric 10 Bobot Alternatif
Bobot_Krt Numeric 10 Bobot Kriteria
Bobot_Perij Numeric 10 Bobot Perijinan
[image:46.595.95.506.312.531.2]
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
4.1. Implementasi
Pengertian implementasi program adalah penerapan dalam bentuk aplikasi program berdasarkan tahapan analisa dan desain sistem yang sebelumnya telah dilakukan. Tahapan implementasi dalam bentuk program memerlukan perangkat pendukung tertentu. Dengan demikian harus dipersiapkan kebutuhan-kebutuhan dari program, baik dari segi perangkat keras maupun perangkat lunak komputer, untuk selanjutnya dapat dilakukan tahapan implementasi.
4.1.1. Kebutuhan Sistem
Sub bab ini memberikan gambaran berbagai perangkat pendukung yang digunakan sebagai pembangun aplikasi sistem manajemen proyek kontruksi ini.
Adapun perangkat yang dibutuhkan adalah dua jenis perangkat yaitu perangkat keras dan perangkat lunak komputer.
Perangkat lunak yang dibutuhkan adalah:
a. Sistem operasi Microsoft Windows 98 atau lebih. b. Bahasa pemrograman Borland Delphi 5.0.
c. Database Microsoft Access 2000.
d. Penanganan grafis dengan Adobe Photoshop 6.0.
Perangkat keras yang dibutuhkan adalah:
a. Komputer dengan processor minimal Pentium 166 MMX. b. Memory minimal 16 Mb Bus 66.
c. Kapasitas penyimpanan hardisk minimal 1 Gb. d. VGA minimal 2 Mb.
e. Monitor SVGA.
f. Compatible mouse 2 button. g. Keyboard win 101 keys.
4.2. Penjelasan Pemakaian Program 4.2.1. Menu Utama
Bagian awal penjelasan pemakaian program adalah pembahasan form yang mengendalikan system secara umum yaitu menu utama. Pada menu utama ini pemakai dapat memilih berbagai fasilitas yang disediakan oleh aplikasi sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 4.1 Menu Utama
Dengan memperhatikan gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini mempunyai tiga tahapan umum yang harus dijalankan oleh pemakai dalam mengoperasikan aplikasi ini. Tidak ada keharusan bagi pemakai untuk mendahulukan klik tombol tertentu. Pembahasan masing-masing menu dapat dilihat pada sub bab berikut ini.
4.2.2. Bagan Alternatif
Gambar 4.2 Penetapan Data – Bagan
Melalui antarmuka bagan ini pemakai dapat melihat kriteria, subkriteria, dan alternatif yang berfungsi sebagai komponen hierarki yang akan digunakan pada proses AHP selanjutnya.
4.2.3 Tahapan Proses AHP
Tombol menu utama yang kedua adalah Tahapan Proses AHP. Bila tombol ini diklik maka sistem akan menyajikan form yang berfungsi sebagai antarmuka penanganan tahapan pertama suatu sistem dengan metode Analytical Hierarchy Proses (AHP) pada aplikasi ini.
a. Jalur Alternatif yang diinginkan
lokasi galangan kapal. Pada tahap ini pemakai bisa memilih alternatif yang sesuai dengan ketentuan yang telah ada. Tampilan form jalur alternatif ini dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Jumlah Alternatif yang diinginkan
b. Matrik Perbandingan Sub Kriteria
Gambar 4.4 Matrik Perbandingan Sub Kriteria
Untuk memasukkan nilai hasil pengukuran ke dalam tabel perbandingan maka klik pada field isian yang telah ditentukan agar pemakai dapat melakukan input data hasil pengukuran. Hal ini dapat dilakukan pada kedua jenis sub kriteria dengan cara klik tombol angka kriteria untuk memilih salah satu dari dua sub kriteria.
Setelah proses selesai dilaksanakan sistem secara otomatis menampilkan form informasi hasil proses pemilihan subkriteria terbaik yang nantinya akan mewakili level kriteria.
c. Matrik Perbandingan Sub Kriteria Untuk Tiap Kriteria
[image:54.595.95.505.310.684.2]Tahap kedua pada sistem ini adalah penetapan matrik perbandingan sub kriteria untuk tiap kriteria. Dikarenakan kasus yang ditangani oleh sistem ini mempunyai sub kriteria, dimana sub kriteria tersebut didalamnya ada sub kriteria lagi. Tampilan form penetapan matrix perbandingan sub kriteria untuk tiap kriteria dapat dilihat pada gambar 4.5.
Setelah proses selesai dilaksanakan sistem secara otomatis menampilkan form informasi hasil proses pemilihan subkriteria terbaik yang nantinya akan mewakili level kriteria.
d. Matrik Perbandingan Kriteria
[image:55.595.96.505.324.639.2]Tahapan proses AHP yang kedua adalah pengukuran dengan menggunakan matrik perbandingan. Namun pada bagian ini yang diukur adalah kriteria yang mana telah terwakili dengan pengukuran sub kriteria yang dilakukan sebelumnya, yang dapat dilihat pada gambar 4.6.
Gambar 4.6 Matrik Perbandingan Kriteria
melanjutkan klik tombol Proses sehingga sistem dapat menghasilkan pengolahan nilai berupa normalisasi tabel untuk memperoleh nilai preference.
e. Matrik Perbandingan Alternatif Untuk Tiap Kriteria
[image:56.595.98.504.319.579.2]Bagian form yang kedua adalah bagian yang digunakan untuk melakukan proses perbandingan alternatif terhadap alternatif untuk tiap kriteria, dimana dapat dilihat pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Matrik Perbandingan Alternatif Tiap Kriteria
f. Prioritas Global
[image:57.595.93.506.256.529.2]Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari keseluruhan proses AHP. Pada tahap inilah nantinya diperoleh keputusan yang menjadi keluaran aplikasi ini yang dibutuhkan oleh pemakai. Tampilan form untuk prioritas global dapat dilihat pada gambar 4.8.
Gambar 4.8 Prioritas Global
4.2.4 Laporan
Terdapat dua jenis laporan yang terdapat pada aplikasi ini, yang pertama yaitu laporan dalam bentuk form yang dapat dicetak, disimpan, dan sebagainya. Kedua adalah jenis laporan berupa grafik dengan kegunaan sebagai penjelas informasi yang dihasilkan oleh sistem dalam bentuk gambaran. Form menu laporan dapat dilihat pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Laporan Form
Untuk bentuk laporan yang kedua, dari menu laporan pemakai dapat melakukan klik pada tombol Tampil Grafik. Selanjutnya akan tampil laporan dalam bentuk diagram Batang dan tampilannya dapat dilihat pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Laporan Diagram Batang
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil perancangan dan implementasi sistem aplikasi penentuan lokasi galangan kapal ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dengan adanya sistem aplikasi penentuan lokasi galangan kapal ini,
diharapkan dapat mendukung proses pengolahan sumber daya alam dan infrastruktur secara akurat, cepat dan tepat, guna optimalisasi investasi dalam bidang usaha galangan kapal.
2. Dengan menggunakan metode AHP ini dapat mendukung proses pengambilan keputusan dengan menggunakan pendekatan terstruktur berjenjang (hierarchy), dengan input utamanya persepsi manusia.
5.2. Saran
Sistem aplikasi penentuan lokasi galangan kapal dengan menggunakan model AHP ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan pengembangan sistem yaitu dengan menambah beberapa fasilitas yang dapat disarankan sebagai berikut :
1. Field-field pada database yang bernilai tetap hendaknya dibuat bersifat fleksibel (dapat diubah) sehingga aplikasi ini dapat digunakan untuk bermacam-macam kasus penentuan lokasi.
2. Pada sistem aplikasi penentuan lokasi galangan kapal ini belum bisa diimplementasikan secara on-line melalui internet.
3. Peningkatan kedalaman kriteria, subkriteria, dan alternatif hendaknya ditingkatkan agar sistem dapat menjangkau lebih banyak lokasi penentuan.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, M. Agus J. 2000. Belajar Sendiri Borland Delphi 5.0. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Bambang Permadi S, SE, 1992, AHP (Analytical Hierarchy Process),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Antar Universitas – Studi Ekonomi Universitas Indonesia.
Budi Permana, 1999, 36 Jam Belajar Komputer Microsoft Access 2000, PT. Elex Media Komputindo.
Hans W. Schlott, 1984, Shipyard Layout and Equipment, Faculty of Marine Technology, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Thomas L. Saaty, 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Alam, M. Agus J. 2000. Belajar Sendiri Borland Delphi 5.0. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Bambang Permadi S, SE, 1992, AHP (Analytical Hierarchy Process),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Antar Universitas – Studi Ekonomi Universitas Indonesia.
Budi Permana, 1999, 36 Jam Belajar Komputer Microsoft Access 2000, PT. Elex Media Komputindo.
Hans W. Schlott, 1984, Shipyard Layout and Equipment, Faculty of Marine Technology, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Thomas L. Saaty, 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Thomas L. Saaty, 1993, The Hierarchon : A Dictionary of Hierarchies, PT. Pustaka Binaman Pressindo.