SKRIPSI
PERAN INGO “SAVE THE CHILDREN” DALAM MENANGANI KASUS EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DI INDONESIA
TAHUN 2010-2015
The Role of INGO “Save the Children” to Handle the Case of Commercial Sexual Exploitation of Children In Indonesia 2010-2015
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
SRI SUGIHARTI
20130510029
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
PERAN INGO “SAVE THE CHILDREN” DALAM MENANGANI KASUS
EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DI INDONESIA
TAHUN 2010-2015
The Role of INGO “Save the Children” to Handle the Case of Commercial Sexual
Exploitation of Children In Indonesia 2010-2015
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
SRI SUGIHARTI
20130510029
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
PERAN INGO “SAVE THE CHILDREN” DALAM MENANGANI KASUS
EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DI INDONESIA TAHUN 2010-2015
The Role of INGO “Save the Children” to Handle the Case of Commercial Sexual Exploitation of Children In Indonesia 2010-2015
SRI SUGIHARTI 20130510029
Telah dipertahankan dalam ujian pendadaran, dinyatakan lulus dan disahkan
didepan Tim Penguji Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya ini asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lain.
Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atas pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta, April 2017
v
MOTO
“Hidup itu butuh perjuangan dan
pengorbanan, jika Anda malas
untuk berjuang, lebih baik Anda
TIDUR”
“Jika kamu melibatkan Allah SWT
disetiap usahamu, percayalah tidak
ada yang tidak mungkin karena
Allah selalu memberikan yang
terbaik untuk hamba-Nya dan
tidak akan memberikan cobaan
diluar batas kemampuan
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir dalam perkuliahan Strata Satu ini
dapat terselesaikan. Tak lupa pula penulis sampaikan sholawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah meninggikan derajat manusia dan membawa
manusia kepada era pencerahan dari zaman kejahilan.
Skripsi yang penulis susun dengan judul “Peran INGO “Save the Children”
Dalam Menangani Kasus Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indonesia Tahun
2010-2015”. Merupakan salah satu syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S1). Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah menerima
banyak dukungan, bimbingan serta bantuan yang sangat bermakna dari berbagai
pihak, sehingga apa yang ditargetkan oleh penulis untuk menyelesaikan tugas akhir
dengan cepat dapat tercapai. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat serta
berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
Melalui kata pengantar ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
kepada berbagai pihak antara lain :
1. Bapak Dr.Ir.Gunawan Budiyanto, M.P selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
2. Bapak. Dr. Ali Muhammad, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Nur Azizah selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada ananda untuk turut serta berkontribusi
kepada jurusan.
4. Ibu Siti Muslihati, S.IP., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hubungan
vii
5. Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan
arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi tepat waktu
6. Bapak Ade Marup Wirasenjaya., S.IP., M.A selaku dosen NGO yang telah
mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk membantu saya diawal
pembuatan skripsi.
7. Bapak Ali Muhammad, M.A.,Ph.D selaku Dosen Penguji Skripsi I,
terimakasih atas masukan dan saran semoga bisa bermanfaat kedepannya.
8. Bapak Prof. Dr. Tulus Warsito, M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi II,
terimakasih untuk segala masukan, saran dan dukungannya dalam
menjadikan skripsi penulis menjadi lebih baik.
9. Seluruh Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional UMY, terima kasih atas
ilmu pengetahuannya yang selama ini telah diajarkan kepada saya selama
perkuliahan, dan kepada administrasi TU HI pak Jumari, pak Ayyub, dan
pak Waluyo yang membantu proses administrasi dijurusan berjalan lancar.
10.Ibu Witrijani dan Ibu Ekandari Sulistyaningsih selaku staff Save the
Children dalam penanganan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di
Indonesia yang telah meluangkam waktunya untuk memberikan informasi
dan pengetahuan tentang Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indonesia.
11.Terimakasih kepada seluruh teman-teman yang tidak bisa sebutkan satu per
satu telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Yogyakarta, April 2017
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas akhir yang penuh perjuangan dan pengorbanan ini,
Penulis persembahkan kepada :
Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dan
kelancaran hingga akhir penulisan skripsi ini .
Kedua Orang Tua
Tercinta Ayah dan Mama
Kakak dan Adik Tercinta yang telah memberikan dukungan penuh baik
moral, materil, maupun doa.
Keluarga besarku yang selalu mendukungku.
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Tiada henti-hentinya saya ucapkan rasa syukur dan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada saya hingga saat ini.
2. Special Thankyou Kepada orang tua saya Alm. Ayahanda tercinta Kandar
Suprapto yang selalu membimbing saya menjadi anak yang patuh kepada Allah
SWT semoga Allah selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk ayah di
akherat, untuk Mama yang selalu sabar menghadapi saya yang kadang keras
kepala dan susah diatur, terimaksih untuk semangat dan doa yang tak
henti-hentinya untuk anakmu ini.
3. Untuk kakakku, A Rama dan teh Vita, serta teh Sinta yang selalu
memberikan semangat, dukungan moral maupun materil hingga akhir
penulisan skripsi ini.
4. Untuk Adikku yang bandel, Afifudin yang selalu memarahi saya untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Untuk keponakanku yang masih dalam kandungan, Insya Allah nanti kita
foto bareng ya kalo aunty wisuda S2. Aminnn
6. Sepupuku Megi terimaksih sudah selalu berkenan direpotin dari semester
satu hingga semester akhir
7. Keluarga besar bapak Sahuri dan bapak Suratno untuk doa dan semangat
yang selalu diberikan selama ini
8. Makasih untuk teman-teman di Cirebon yang terus nyemangatin buat cepet
x
9. Teman-teman Kost Nawangsari ( Mbak bleeh Atika, Bleeh Dilla, Nana, Siti,
dan Mba Diah) yang ga pernah berhenti ngingetin skripsi dan ngajak refreshing
kalo sudah penat.
10. Geng Kost Shavira Satu makasih untuk semua keceriaan dan kehebohan
selama satu tahun ini.
11. Teman-Teman maen di Jogya, Hani, Adena, Fitri, Putri, Ismi, Ike yang
selalu ngajak maen ketika kejenuhan dateng, makasih buat keceriaannya dan
bantuanya selama ini.
12. Untuk Amalia Rizky dan Ismi Fadhilah, my bestfriend makasih buat setiap
bantuan, motovasi, dan waktu untuk selalu bertukar pikiran selama 7 semester
ini.
13. Teman-teman KKN29 (Adityas, Ines, Dante, Ulfa, Mbenin, Aling, Dilla,
Intan, Wahyu, Dimas, Aziz, Roni, Gilang, Alvian) terimaksih untuk satubulan
penuh tawa dan semoga silahturahmi tetap terjaga ya ....
14. Teman-teman seperjuangan HI Regular A, makasih buat kebersamaan
selama empat tahun ini, selamat berjuang guys... SEE YOU, SEMANGAT
SEMUANYA
15. Teman-teman Konsentrasi Non-Governmental Organization makasih
untuk kebersamaan disemester 5 dan 6 selamat menghadapi ujian hidup
sesungguhnya setelah skripsi guys...
16. Keluarga besar bimbingan bapak Takdir Ali Mukti tahun 2017, semangat
xi
17. Keluarga Perpustakaan Mesjid Gedhe Kauman, terimakasih untuk semua
ilmu dan pengalamannya selama ini, semoga Perpustakaan Mesjid Gedhe
Kauman selalu Jaya dan ramai .
Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Saya menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu proses penyelesaian Skripsi saya. Semoga kebaikan kalian dibalas
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
HALAMAN MOTO ... v
KATA PENGANTAR ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
ABSTRAK ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Kerangka Konseptual ... 8
D. Hipotesa ... 15
xiii
F. Tujuan Penelitian ... 16
G. Jangkauan Penelitian ... 16
H. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II SAVE THE CHILDREN SEBAGAI INTERNATIONAL NON-GOVERNMENTAL ORGANIZATION YANG PEDULI TERHADAP HAK- HAK ANAK ... 18
A. Sejarah Save The Children ... 18
B. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Global Save the Children ... 20
C. Pendanaan Save the Children ... 21
D. Program Save the Children Internasional ... 26
E. Save the Children di Indonesia ... 31
BAB III EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DI INDONESIA... 39
A. Kondisi Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indonesia ... 39
B. Faktor Penyebab Anak-Anak Berada Dalam Situasi Eksploitasi Seksual Komersial... 48
C. Dampak Eksploitasi Seksual Komersial Terhadap Anak ... 52
BAB IV SAVE THE CHILDREN DAN PENANGANAN KASUS EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DI INDONESIA ... 56
xiv
B. Memberikan Pelayanan Sosial dan Keterampilan Ekonomi Kepada
Korban Eksploitasi Seksual Komersial Anak ... 65
1. Kegiatan Outreach (Pendekatan, Penjangkauan dan Pendampingan) ... 69
2. Pelayanan Yang Diberikan Kepada Korban Eksploitasi Seksual Komersial Anak ... 73
1) Layanan Kesehatan Bagi Para Korban ... 73
2) Layanan Pendidikan ... 75
3) Pelatihan Keterampilan Ekonomi dan Kesempatan Magang ... 76
4) Reintegrasi Anak Korban ESKA kedalam Lingkungan Keluarga ... 80
3. Pencapaian Save the Children Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Korban Eksploitasi Seksual Komersial Anak... 82
C. Kerjasama Save the Children dan Pemerintah Daerah dalam Penanganan dan Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indonesia ... 85
BAB V KESIMPULAN ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 94
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Wawancara dengan Ibu Witrijani yang merupakan staff Save the
Children dan Pelaksana lapangan dalam Kasus ESKA di Indonesia ... 105
Gambar 2. Wawancara dengan Ibu Ekandari Sulistyaningsih yang merupakan staff
Save the Children yang melakukan Monitoring and Evaluation Program EXCEED
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Negara-negara Wilayah Kerja Save The Children ... 101
Tabel 2.2. Negara Anggota Save the Children ... 104
Tabel 4.1. EXCEED Project Outputs, Indicators, and Targets ... 67
Tabel 4.2. NGO Lokal Partner Save the Children dalam Menangani ESKA ... 68
Tabel 4.3 Partner Save the Children dalam memberikan pelatihan ekonomi dan kesempatan magang ... 79
xvii
PERAN INGO ‘‘SAVE THE CHILDREN” DALAM MENANGANI KASUS
EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DI INDONESIA
TAHUN 2010-2015
Sri Sugiharti
20130510029
Email: srsugiharti@gmail.com
Diajukan Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRAK
Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia, dalam hal ini anak-anak yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan hak-haknya dijadikan sebagai objek seksual dan komersial oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan dari hal tersebut.
Pemerintah Indonesia sebagai aktor utama yang memberikan perlindungan kepada anak-anak, berusaha untuk mengatasi masalah ESKA di Indonesia melalui kebijakan mengenai upaya penanganan dan pencegahan ESKA di Indonesia. Pada tahun 2010, Save the Children sebagai International Non-Governmental Organization (INGO) yang peduli terhadap perlindungan dan masalah anak-anak berusaha agar anak-anak yang terlibat dalam ESKA bisa keluar dari situasi tersebut dan mendapatkan kembali hak-hak mereka.
Penelitian ini akan meneliti tentang alasan Save the Children berpartisipasi dalam mengatasi masalah-masalah ESKA di Indonesia dan peran Save the Children dalam kasus Eksploitasi Seksual Anak di Indonesia tahun 2010-2015.
xviii
ABSTRACT
The Commercial Sexual Exploitation Of Children (CSEC) is one of the problems that faced by developing countries including Indonesia, in this case the children who supposed to get protection and their rights are used as sexual objects and commercial by irresponsible parties to get the benefits from it.
The Indonesian government as the main actor who provide protection to children, strive to overcome the problem of CSEC in Indonesia through the policies about the handling and the prevention efforts of CSEC in Indonesia. In 2010, Save the Children as an International Non-Governmental Organization (INGO) who care about the protection and children’s problem strive for the children that involved into CSEC can get out from the CSEC situation and regain their rights.
This thesis will research about the reason Save the Children participated in addressing the problems of CSEC in Indonesia and the role of Save the Children in the case of Commercial Sexual Exploitation of Children in Indonesia from 2010 until 2015.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang dalam dirinya melekat
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, oleh karena itu anak perlu
mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal, baik fisik maupun mental serta tumbuh dan berkembang
dilingkungan yang kondusif dan aman serta terlindungi dari segala macam tindakan
yang mengancam hak-hak mereka. Menurut Konvensi Hak Anak Pasal 1 yang
dimaksud dengan Anak dalam hal ini adalah setiap orang yang berusia dibawah 18
tahun, kecuali berdasarkan undang-undang menetapkan usia dewasa dicapai lebih
awal (Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak, 2008).
Kurangnya kepedulian terhadap hak-hak anak membuat banyak anak-anak
di dunia saat ini menjadi pekerja anak dimana anak-anak tersebut menjadi sasaran
bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk dipekerjakan bahkan
diperjualbelikan. Anak-anak tersebut bukan hanya dipekerjakan pada sektor
industri, pembantu rumah tangga, maupun sektor jasa lainnya, tetapi banyak
diantara anak-anak juga dieksploitasi secara seksual untuk dipekerjakan pada
pekerjaan seksual komersial maupun untuk tujuan seksual lainnya. Dalam hal ini
anak-anak dieksploitasi secara seksual maupun komersial dalam bentuk prostitusi,
2
terkadang anak-anak yang menjadi obyek prostitusi juga menjadi obyek pornografi
anak sedangkan pariwisata seks merupakan bentuk khusus dari prostitusi anak,
prostitusi anak dalam konteks ini dapat diartikan sebagai tindakan menawarkan
pelayanan langsung seorang anak untuk melakukan tindakan seksual demi
mendapatkan uang atau bentuk imbalan lain dengan seseorang atau kepada
siapapun sedangkan pornografi anak dapat diartikan sebagai pertunjukan apapun
atau dengan cara apa saja yang melibatkan anak di dalam aktivitas seksual yang
nyata atau yang menampilkan bagian tubuh anak demi tujuan-tujuan seksual.
Perdagangan anak untuk tujuan seksual dapat diartikan sebagai rekruitmen,
pengiriman, pemindahtanganan, penampungan atau penerimaan orang, dengan
ancaman atau penggunaan kekuatan atau bentuk-bentuk pemaksaan lainnya,
dengan penculikan, muslihat, atau tipu daya, dengan penyalahgunaan kekuasaan
atau penyalahgunaan posisi rawan atau dengan pemberian atau penerimaan
pembayaran atau keuntungan guna memperoleh persetujuan sadar dari orang yang
memegang kontrol atas orang lainnya, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi meliputi
setidak-tidaknya, eksploitasi prostitusi orang lain atau bentuk-bentuk eksploitasi
lainnya, kerja atau layanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek serupa
perbudakan, perhambaan atau pengambilan organ tubuh (Shalahuddin &
Budiyawati, 2011).
Fenomena anak-anak yang dijadikan obyek seksual dan komersial dalam
bentuk prostitusi, pornografi maupun perdagangan anak untuk tujuan seksual
merupakan tindakan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA). Istilah
3
ketika dilangsungkannya Kongres Dunia pertama mengenai Penghapusan
Eksploitasi Seksual Komersial terhadap Anak yang berlangsung di Stockholm,
Swedia. Kongres ini diselenggarakan atas inisiatif dari ECPAT (End Child
Prostitution, Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual Purposes),
UNICEF dan Pemerintah Swedia yang menghasilkan dokumen yang sering disebut
sebagai Deklarasi dan Agenda Aksi Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial
terhadap Anak (Declaration and Action Against the Commercial Sexual
Exploitation of Children) atau dikenal dengan sebutan Deklarasi dan Agenda Aksi
Stockholm (Shalahuddin & Budiyawati, 2011). Berdasarkan dokumen tersebut
Eksploitasi Seksual Komersial terhadap Anak dapat diartikan sebagai sebuah
pelanggaran terhadap hak-hak anak. Pelanggaran tersebut terdiri dari kekerasan
seksual oleh orang dewasa dan pemberian imbalan dalam bentuk uang tunai atau
barang terhadap anak atau orang ketiga atau orang-orang lainnya, anak tersebut
diperlakukan sebagai obyek seksual dan sebagai obyek komersial. Namun yang
jelas tindakan ESKA tersebut memiliki dampak yang buruk terhadap anak-anak,
hal ini dikarenakan anak-anak yang seharusnya mendapatkan kehidupan yang baik
harus melakukan pekerjaan yang dapat merusak masa depan mereka.
Anak-anak diseluruh dunia sangat berpotensi menjadi korban kekerasan
maupun eksploitasi seksual, hal ini dapat dilihat dari jumlah korban trafficking pada
skala Internasional menurut pemerintah Amerika Serikat pada tahun 2004 yaitu
600.000 - 800.000 orang, 80 persen dari korban perdagangan manusia tersebut
adalah perempuan, dimana 50 persennya adalah anak-anak dan 70 persennya
4
yang dieksploitasi secara seksual juga dikeluarkan oleh UNICEF dimana terdapat
sekitar 2 juta anak di seluruh dunia yang dieksploitasi secara seksual setiap
tahunnya, jumlah ini telah mencakup prostitusi serta pornografi anak di seluruh
dunia dan jumlah terbesar anak-anak dan wanita yang diperdagangkan di seluruh
dunia berasal dari Asia dimana perkiraannya berkisar dari 250.000 sampai 400.000
(30 persen dari angka perkiraan global) (UNICEF, 2011). Banyaknya kasus
perdagangan dan industri seks anak yang terjadi diseluruh dunia dikarenakan
kegiatan ini menghasilkan milyaran dolar Amerika Serikat sehingga sangat
menguntungkan bagi oknum-oknum tertentu yang menjalankan bisnis tersebut.
Negara berkembang seperti Indonesia juga tidak dapat terhindar dari
permasalahan eksploitasi seksual komersial terhadap anak. ECPAT Indonesia
pernah melakukan penelitian pada tahun 2011 tentang anak yang menjadi korban
ESKA dan ditemukan 30 persen perempuan yang terlibat dalam prostitusi di
Indonesia masih berumur dibawah 18 tahun serta 40.000-70.000 anak Indonesia
menjadi korban eksploitasi seksual (ECPAT,2013). Data KPAI (Komisi
Perlindungan Anak Indonesia) menunjukan bahwa anak-anak yang menjadi korban
ESKA dari tahun 2010 sampai dengan Maret 2015 yaitu sebanyak 1344 kasus
dengan kategori pada kejahatan seksual online, korban pornografi media online,
korban trafficking, prostitusi online dan kasus prostitusi lainnya termasuk
pariwisata seks di Indonesia (KPAI, 2015).
Melihat banyaknya kasus ESKA yang terjaadi di Indonesia, Pemerintah
sejak tahun 2002 telah mengeluarkan kebijakan Rencana Aksi Nasional
5
dalam Rencana Aksi Nasional Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Eksploitasi
Seksual Komersial Anak Tahun 2009-2014. Hal ini merupakan langkah pemerintah
Indonesia untuk menangani kasus ESKA yang ada di Indonesia dimana sebelumnya
pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui
Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 yang berarti Indonesia telah mengikatkan
diri secara hukum untuk memenuhi hak-hak anak khususnya untuk melindungi
anak dari masalah ESKA dan Indonesia juga memiliki kewajiban untuk melakukan
pelarangan bagi siapapun memasuki wilayah Indonesia untuk melakukan aktivitas
eksploitasi seksual komersial pada anak.
Pada tahun 1996 Indonesia juga terlibat dalam perumusan dan kesepakatan
dalam pertemuan di Stockholm, yang didalamnya melahirkan beberapa agenda
yang memberikan pijakan dasar bagi berbagai negara, lembaga Internasional dan
nasional dalam menentang ESKA. Selanjutnya dalam aksi nasionalnya, pada tahun
2002 Indonesia menetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang berisi tentang hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh
negara termasuk perlindungan terhadap anak-anak korban ESKA (Rio Hendra,
2016).
Walaupun Indonesia merupakan negara yang meratifikasi Konvensi Hak
anak dan memiliki peraturan yang mengatur tentang pemenuhan hak-hak anak
termasuk anak-anak korban ESKA, pada tahun 2010 Save the Children sebagai
International Non-Governmental Organization yang peduli terhadap kesejahteraan
anak diseluruh dunia termasuk di Indonesia turut serta dalam menangani kasus
6
Save the Children merupakan NGO yang berasal dari Inggris dengan slogan
“We save children’s lives. We fight for their rights. We help them fulfill their
potential." Dengan slogan tersebut INGO ini mengupayakan agar anak-anak
diseluruh dunia mendapatkan hak-haknya seperti pendidikan yang layak, akses
kesehatan yang mudah dan perlindungan dari kondisi yang berbahaya seperti
bencana alam, perang maupun eksploitasi seksual terhadap anak (Save the
Children, 2015). Save the Children telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1976,
tujuan keberadaannya di Indonesia yaitu untuk mendukung dan mengupayakan
pemenuhan hak-hak anak yang memerlukan bantuan karena hal-hal tertentu seperti
perlindungan dari kekerasan, eksploitasi seksual dan keadaan darurat bencana agar
mencapai kehidupan yang lebih baik dan produktif.
Save the Children mengelola dan mengimplementasikan program-program
yang membantu anak-anak dan mengubah kehidupan anak serta keluarga Indonesia
dengan meningkatkan kapasitas lokal untuk mencari pemecahan masalah
masyarakat yang kurang beruntung. Program-program organisasi ini berupa
program-program yang memiliki pengaruh langsung dan penting serta
perlindungan strategis jangka panjang serta memberdayakan masyarakat agar dapat
menjaga hak-hak anak mereka dan menjamin masa depannya.
Save the Children sebagai International Non-Governmental Organization
yang peduli terhadap hak-hak anak memiliki tanggung jawab yang besar untuk
memperjuangkan hak-hak anak yang hilang akibat tindakan eksploitasi seksual
komersial karena tindakan ini tidak hanya dapat merusak psikologis anak tetapi juga
7
the Children lebih banyak berfokus pada kegiatan prostitusi anak sebab anak-anak
yang menjadi obyek prostitusi sangat berpotensi pula menjadi korban pornografi
anak maupun perdagangan anak untuk tujuan seksual lainnya, tetapi hal ini tidak
membuat Save the Children mengesampingkan anak-anak dari bentuk ESKA yang
lainnya dalam penanganannya .
Save the Children dalam menangani kasus ESKA hanya bekerja di empat
kota besar di Indonesia yaitu di Pontianak (Kalimantan Barat), Bandar Lampung
(Lampung), Bandung (Jawa Barat) dan Surabaya (Jawa Timur). Kota-kota tersebut
merupakan kota yang menjadi target Save the Children dikarenakan kota-kota
tersebut merupakan wilayah yang rawan dan banyak terdapat praktek prostitusi
sehingga berpotensi banyak terjadinya prostitusi, pornografi maupun perdagangan
anak untuk tujuan seksual tertentu dimana merupakan tindakan Eksploitasi Seksual
Komersial Anak (Sulistyaningsih, 2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
muncul permasalahan yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu :
1. Mengapa “Save the Children” turut serta dalam menangani kasus
Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indonesia?
2. Apa cara yang dilakukan oleh Save the Children dalam Menangani
8 C. Kerangka Konseptual
Kehadiran NGO sebagai aktor baru dalam hubungan Internasional dewasa
ini menjadi pertimbangan karena peran mereka yang cukup signifikan dibanding
negara, dimana negara terkadang tidak dapat menyelesaikan suatu permasalahan
tertentu secara maksimal. Perbedaan NGO ataupun INGO hanya berbeda dalam
cakupan area NGO itu, jika NGO tersebut bekerja dalam cakupan area yang
melintasi batas negara atau telah bekerja dibeberapa negara lain bisa dikatakan
NGO tersebut sebagai INGO.
Dalam menjawab permasalahan dalam rumusan masalah penulis
mengunakan konsep peranan NGO menurut Noelen Heyzer, James V.Ryker, dan
Antonio B. Quizon untuk melihat alasan Save the Children turut serta dalam
menangani kasus ESKA di Indonesia. Penulis juga menggunakan peranan NGO
menurut David Lewis dan Nazneen Kanji untuk melihat apa cara yang digunakan
Save the Children dalam menangani Kasus Eksploitasi Seksual Komersial Anak di
Indonesia.
1. Peranan Non-Governmental Organization Menurut Noelen Heyzer, James V.Ryker, dan Antonio B. Quizon
Kehadiran NGO dalam sebuah masyarakat merupakan kenyataan yang tidak
dapat dinafikan. Hal itu terjadi karena bagaimanapun juga, kapasitas pemerintah
terbatas. Tidak semua kebutuhan warga masyarakat dapat dipenuhi oleh
pemerintah, apalagi di negara-negara yang sedang membangun seperti Indonesia.
9
melakukan penghematan (Noeleen, V. Ryker, & B. Quizon, 1995). Melihat
keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah, bukan suatu hal yang aneh jika NGO
hadir sebagai The Best Provider atau agen penyedia terbaik karena sebagian besar
agenda dan kegiatan pelayanan mereka lebih efisien dan efektif daripada kegiatan
ataupun kebijakan yang disediakan oleh pemerintah, dimana pemerintah terkadang
tidak efektif dan efisien dalam menjalankan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat.
NGO tidak jarang memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan
dengan lembaga pemerintahan, sebab NGO memiliki kedekatan yang sangat kuat
dengan masyarakat kalangan bawah (grassroots) sehingga lebih dipercaya oleh
masyarakat ketimbang lembaga pemerintahan, hal ini dapat dilihat sebagai
keterbatasan pemerintah dalam menangani suatu permasalahan dinegaranya dan
NGO hadir untuk mengisi permasalahan yang tidak dapat diatasi oleh pemerintah
itu sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa hadirnya NGO disebabkan NGO memiliki
kelebihan yang terkadang tidak dimiliki oleh pemerintah untuk menjangkau
masyarakat grassroots ketika program maupun kebijakan pemerintah tidak berjalan
dengan efektif dan efisien, dalam hal ini juga menunjukkan bahwa NGO dapat
mengatasi suatu permasalahan atau memberikan solusi atas suatu permasalahan
yang terjadi disuatu negara karena pemerintah tidak dapat menjalankan
kebijakannya dengan efektif ataupun pemerintah mengesampingkan kebijakan
tersebut, sehingga NGO dalam hal ini hadir untuk mengganti atau menyediakan
pelayanan atau bantuan kepada masyarakat yang seharusnya dapat dijangkau oleh
10
Konsep ini memperlihatkan bahwa kehadiran Save the Children untuk turut
serta dalam menangani kasus ESKA di Indonesia karena adanya ketidak efektifan
pemerintah dalam kebijakan penangangan ESKA di Indonesia karena
keterbatasan-keterbatasan pemerintah dalam menangani kasus tersebut seperti kebijakan
pemerintah banyak yang tidak menjelaskan ESKA secara rinci atau bahkan
kebijakan pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada anak-anak korban
ESKA tidak dapat memenuhi sasaran.
2. Peranan Non-Governmental Organization Menurut David Lewis dan Nazneen Kanji
David Lewis dan Nazneen Kanji mendefiniskan bahwa NGO
(Non-Government Organization) sebagai solusi baru dalam pemecah permasalahan
pemerintah, Non-Governmental Organization juga merupakan pelaku utama sektor
ketiga dalam lanskap pembangunan, hak asasi manusia, aksi kemanusian,
lingkungan dan area lainnya dalam aksi publik dimana sebuah NGO dapat
didefinisikan sebagai sebuah “voluntary associations” yang memiliki kepedulian
untuk merubah sebuah lingkungan tertentu dalam konteks yang lebih baik (Lewis
& Kanzi, 2009). David Lewis dan Nazneen Kanji dalam bukunya yang berjudul
“Non-Governmental Organization and Development” mengklasifikasikan peran
NGO menjadi 3 hal yaitu Service Delivery atau Implementer, Catalysis, dan
Partnership . Sebuah NGO bisa hanya melakukan salah satu perannya saja, tetapi
bisa juga melakukan ketiga perannya sekaligus (Lewis & Kanzi, 2009) .
Peran Service Delivery atau Implementer didefinisikan sebagai mobilisasi
11
program NGO itu sendiri atau pemerintah maupun lembaga donor lainnya. Peran
Service Delivery atau Implementer ini banyak dilakukan oleh NGO melalui
program-program atau proyek-proyek yang dibentuk oleh NGO untuk
menyediakan bantuan berupa pelayanan langsung kepada masyarakat yang
membutuhkan (seperti perawatan kesehatan, pinjaman maupun bantuan dalam
bidang ekonomi lainnya, penyuluhan pertanian, nasihat hukum atau bantuan
darurat). Pelayanan bisa dilakukan ataupun diberikan secara langsung kepada
masyarakat di mana ketika tidak ada layanan yang disediakan atau di mana layanan
yang telah disediakan tidak memadai, banyak NGO yang berperan sebagai
Implementer atau Service Delivery ini memilih untuk bekerja bersama dengan
pemerintah untuk memperkuat penyediaan layanan secara keseluruhan. Terkadang
bentuk dari pelayanan ini juga diberikan melalui pelatihan-pelatihan baik kepada
NGO, pemerintah maupun sektor privat, melalui penelitian serta pemberian input
spesialis mengenai pelatihan suatu isu seperti konflik. Dilema dalam peran Service
Delivery adalah apakah Service Delivery yang dilakukan oleh NGO untuk
menjembatani gap yang ada sampai pemerintah mampu mengatasinyasendiri atau
NGO sebagai sektor privat melakukan Service Delivery melalui kontrak dengan
pemerintah (Lewis & Kanzi, 2009).
Peran Catalyst dapat diartikan sebagai kemampuan NGO untuk
menginspirasi dan mengubah kerangka berpikir aktor lain. Dapat diartikan bahwa
NGO menjadi agen yang mampu menimbulkan perubahan, baik melalui advokasi
maupun inovasi untuk menemukan solusi baru mengenai suatu isu. Peran ini dapat
12
Advokasi tersebut juga kemudian dapat berkaitan dengan partnership dimana NGO
dapat melakukan kerjasama langsung dengan pemerintah untuk mengubah
paradigma mereka. Advokasi juga merupakan strategi NGO untuk meningkatkan
efektivitas dan dampak dari kerjanya di sebuah negara. Sebuah NGO dalam
melakukan advokasi dapat menjadi aktor “Policy Entrepreneur”. Untuk menjadi
Policy Entrepreneur, ada tiga tahapan yang dilalui yaitu Agenda Setting, Policy
Development dan Policy Implementation. Agenda Setting adalahpersetujuan yang
dilakukan atas isu dan prioritas yang akan dilakukan, Policy Development
merupakan penyusunan pilihan-pilihan kebijakandari kemungkinan alternatif yang
ada dan Policy Implementation adalah bentuk tindakan yang merupakan hasil dari
kebijakan yang dipilih. Sedangkan kemampuan untuk melakukan inovasi sering
diklaim sebagai kualitas khusus atau bahkan sebagai bidang keunggulan
komparatif. Inovasi yang dilakukan LSM dapat mempermudah masyarakat keluar
dari masalah mereka, dari inovasi yang telah ditemukan oleh NGO tersebut, NGO
tersebut kemudian mulai bekerja untuk melobi pemerintah dan melatih pemerintah
untuk menggunakan serta mengamankan penggunaan dari inovasi baru oleh para
pekerja pemerintah diwilayah lainnya untuk memperluas manfaat dari inovasi
tersebut
.
Peran sebagai Catalys juga dapat dilakukan melalui Watchdog dimanaNGO bertindak melakukan pengawasan bagi suatu kebijakan pemerintah tertentu
agar tetap diimplementasikan (Lewis & Kanzi, 2009).
Peran Partnership dilakukan NGO melalui kerjasamadengan aktor lain baik
pemerintah, donatur ataupun sektor privat dimana kedua belah pihak berbagi
13
terjalin antara NGO dengan pemerintah dapat membantu pemerintah untuk
menangani suatu permasalahan tertentu dimana terkadang program ataupun
kebijakan pemerintah tersebut tidak berjalan dengan baik. Bentuk Partnership juga
dapat dilihat pada kerjasama antara NGO dengan aktor lain baik individu maupun
NGO berupa pembentukan program Capacity Building untuk meningkatkan dan
memperkuat kapabilitas NGO ataupun masyarakat yang menjadi sasarannya (Lewis
& Kanzi, 2009).
Berdasarkan konsep peranan NGO menurut David Lewis dan Nazneen
Kanji Save The Children sebagai salah satu NGO berskala Internasional
menunjukkan peran yang cukup besar dalam memberikan bantuan pemenuhan hak
anak yang merupakan korban ESKA, dalam hal ini Save The Children
menunjukkan perannya sebagai Service Delivery dan Partnership.
Setelah penarikan para korban ESKA yang dilakukan oleh Save the
Children, Save The Children tetap konsisten membantu anak-anak korban ESKA
untuk menjalani tahap rehabilitasi. Service Delivery yang dilakukan oleh Save The
Children yaitu dilakukan dengan cara memenuhi beberapa hak anak melalui
pelayanan langsung seperti pendidikan, dan kesehatan dan pelayanan lainnya yang
bertujuan untuk mencegah mereka untuk kembali kedalam situasi eksploitasi
seksual. Service Delivery yang diberikan kepada anak-anak korban ESKA juga
melibatkan pemerintah daerah setempat untuk mempermudah NGO tersebut dalam
14
Selain memberikan pelayanan langsung kepada anak-anak korban ESKA,
Save the Children juga berperan sebagai Partnership dimana dalam hal ini Save the
Children menekankan pada kerjasama dengan pemerintah. Kerjasama yang
dilakukan oleh Save the Children dan pemerintah tertuang dalam Memorandum of
Understanding ( MoU) pada tahun 1976 dengan Departemen Sosial, MoU tersebut
dilaksanakan ketika Save the Children pertama masuk ke Indonesia, dengan adanya
MoU tersebut Save the Children menjalin kemitraan dan melibatkan Departemen
Sosial disetiap program perlindungan anak Indonesia. Setelah pengesahan tersebut
program Save the Children tersebar dibeberapa Provinsi di Indonesia. Komitmen
Save the Children terus berlanjut dimana salah satunya dengan menjalin kerjasama
dengan pemerintah Indonesia dalam kasus Eksploitasi Seksual Komersial Anak di
beberapa wilayah Indonesia yaitu di Bandar Lampung, Bandung, Pontianak dan
Surabaya. Banyaknya kasus ESKA diwilayah tersebut membuat Save the Children
berinisiatif bersama pemerintah setempat untuk melakukan upaya pencegahan di
wilayah tersebut, dengan adanya kerjasama tersebut pemerintah dan Save the
Children sama-sama mendapatkan keuntungan dimana pemerintah dapat
merealisasikan suatu upaya penanganan dan pencegahan ESKA sedangkan Save
the Children dapat memperlihatkan kapasitasnya sebagai International
15 D. Hipotesa
Dengan menggunakan kerangka konseptual yang telah disebutkan diatas
akhirnya penulis mengambil hipotesa sebagai berikut :
1. Save the Children ikut serta dalam menangani kasus ESKA di Indonesia
dikarenakan ketidakefektifan pemerintah dalam menjalankan kebijakan
penanganan dan pencegahan ESKA di Indonesia
2. Save the Children menangani ESKA dengan cara memberikan pelayanan
langsung kepada anak-anak korban ESKA yang berupa pelayanan sosial dan
pelatihan keterampilan ekonomi
3. Save the Children bekerjasama dengan pemerintah daerah sebagai upaya
untuk merealisasikan kebijakan mengenai penanganan dan pencegahan
ESKA.
E. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif analisis yaitu menjelaskan dengan menggambarkan suatu fenomena
dengan fakta-fakta yang aktual. Dalam teknik pengumpulan data, penulis
menggunakan data primer yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak Save
the Children dan melalui data sekunder melalui studi pustaka (library reaserch)
dengan bahan pustaka seperti buku, jurnal, surat kabar, materi kuliah, media
internet, serta segala dokumen tertulis yang memiliki data yang tepat dijadikan
16 F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin penulis capai dari penulisan skripsi ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan peranan Save the Children dalam
menangani kasus Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indoenssia
2. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
G. Jangkauan Penelitian
Untuk lebih mempermudah dalam penulisan skripsi dan menghindari
ketidakfokusan dalam pembahasannya, penulis hanya berfokus pada Peran Save the
Children dalam menangani kasus ESKA diempat kota Indonesia yaitu di Pontianak,
Bandar Lampung, Bandung dan Surabaya.
H. Sistematika Penulisan
Bab I ,bab ini merupakan bab pendahuluan yang didalamnya berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, kerangka konseptual,
hipotesis, metode penelitian, tujuan penulisan, jangkauan penelitian dan sistematika
penulisan. Hal tersebut dikarenakan yang tertulis dalam bab ini merupakan dasar
atau kerangka pemikiran untuk melakukan langkah selanjutnya dalam penulisan
17
Bab II dalam skripsi ini akan membahas tentang gambaran Save the
Children yang penulis paparkan mulai dari profil, program-program Save the
Children dan beberapa program yang telah berjalan di Indonesia.
Bab III dalam skripsi ini penulis akan memaparkan tentang gambaran
kondisi Eksploitasi Seks Komersial Anak di Indonesia secara umum yang
kemudian dilanjutkan dengan kondisi Eksploitasi Seks Komersial Anak di empat
kota yaitu Bandar Lampung, Bandung, Surabaya dan Pontianak yang merupakan
wilayah target Save the Children dalam menangani kasus ESKA. Kemudian
memaparkan faktor-faktor penyebab ESKA, dampak dari adanya ESKA bagi para
korban dan kebijakan Indonesia dalam menangani kasus ESKA.
Bab IV dalam skripsi ini akan memaparkan tentang alasan Save the Children
turut serta dalam menangani kasus ESKA di Indonesia dan menjelaskan tentang
cara yang dilakukan oleh Save the Children dalam menangani kasus ESKA di
Indonesia yang digambarkan melalui peran Save the Children sebagai Service
Delivery kepada para korban ESKA dan sebagai partner pemerintah dalam
merealisasikan maupun mengimplementasikan kebijakan penanganan dan
pencegahan ESKA di tingkat Provinsi maupun Kota.
Bab V pada skripsi ini merupakan akhir dari pembahasan yang akan
memaparkan mengenai Kesimpulan dari apa yang telah dikaji dari bab-bab
18 BAB II
SAVE THE CHILDREN SEBAGAI INTERNATIONAL
NON-GOVERNMENTAL ORGANIZATION YANG PEDULI TERHADAP HAK- HAK ANAK
Secara umum dalam bab II ini akan membahas dan menjelaskan tentang
kiprah Save the Children sebagai International Non-Governmental Organization
yang peduli terhadap hak-hak anak, hal tersebut mencakup profile Save the
Children secara umum dan program-program global Save the Children. Save the
Children sebagai INGO yang beroperasi di Indonesia, maka dalam bab II ini juga
akan menjelaskan beberapa program Save the Children yang telah berjalan di
Indonesia.
A. Sejarah Save The Children
Save the Children merupakan International Non-Governmental
Organization yang memiliki kantor pusat di London, saat ini Save the Children
Internasional diketuai oleh Alan Parker sejak tahun 2008. International
Non-Governmental Organization ini didirikan oleh Eglantyne Jebb yang merupakan
seorang guru dan sosiolog dari Oxford, hal ini berawal dari kepedulian Eglantyne
Jebb pada nasib anak-anak di Eropa setelah perang dunia pertama, dimana Inggris
pada saat itu terus melanjutkan blokade tanpa memperhatikan nasib para anak-anak
di wilayah Eropa seperti Berlin dan Wina yang mengalami kelaparan dan malnutrisi
19
membuat Eglantyne Jebb menyebarkan informasi tentang apa yang terjadi di Eropa
dengan membagikan selebaran di Trafalgar Square, pada selebaran tersebut
memperlihatkan gambar mengejutkan dari anak-anak yang terkena dampak
kelaparan di Eropa, selebaran tersebut berjudul: “Our Blockade has caused this –
millions of children are starving to death'’. Tindakannya ini menyebabkan
Eglantyne Jebb ditahan dan diadili tetapi kemudian Eglantyne Jebb bebas karena
dalam persidangan Eglantyne Jebb menyampaikan argumen yang meyakinkan
tentang pentingnya hak-hak anak yang terabaikan akibat perang dan argumenya
tersebut membuat hakim yang menghakiminya saat itu menjadi donor pertama
untuk menyelamatkan para anak-anak yang terlantar akibat perang dunia yang
pertama. Setelah bebas Eglantyne Jebb memutuskan untuk membentuk suatu
organisasi yang memperjuangkan dan melindungi hak-hak anak yang harus
dipenuhi akibat hal-hal yang berbahaya yang terjadi disekitar mereka karena
Eglantyne Jebb sadar bahwa kampanye yang selama ini dilakukan tidak cukup
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Maka pada pada bulan Mei 1919, Save the
Children resmi didirikan pada pertemuan publik di London Royal Albert Hall.
Setelah pembentukannya Save the Children berkembang menjadi organisasi
yang telah menyelamatkan ribuan nyawa anak-anak diseluruh dunia setiap
tahunnya dan hingga saat ini Save the Children telah bergerak di 120 negara didunia
dan memiliki 29 negara anggota (Lihat Lampiran 1) untuk melindungi hak-hak anak
di seluruh dunia terutama dinegara-negara berkembang. Pada tahun 1923, Save the
Children merubah pandangan dunia terhadap anak-anak dengan menuliskan
20
menjadi hukum internasional pada tahun 1990 dan dikenal sebagai Konvensi PBB
tentang Hak Anak / United Nations Convention on the Rights of the Child
(UNCRC).
B. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Global Save the Children
Save the Children sebagai International Non-Governmental Organization
yang mengupayakan perlindungan kepada anak-anak di seluruh dunia, International
Non-Governmental Organization ini memiliki visi untuk menciptakan dunia di
mana setiap anak mendapatkan pemenuhan hak atas kelangsungan hidup,
perlindungan, pengembangan dan partisipasi, sedangkan misi organisasi ini yaitu
untuk menginspirasi terjadinya terobosan-terobosan baru tentang bagaimana dunia
memperlakukan anak-anak dan untuk mencapai perubahan langsung dan
berkesinambungan dalam hidup mereka (Save the Children Indonesia, 2015). Save
the Children juga memiliki nilai-nilai global untuk mencapai visi dan misi yang
terkandung dalam organisasi ini. Nilai-nilai tersebut yaitu :
a. Akuntabilitas
Nilai ini menggambarkan bahwa Save the Children bertanggung jawab
secara pribadi untuk menggunakan sumber daya secara efisien, mencapai
hasil yang terukur dan bertanggung jawab kepada para mitra pendukung
dan yang paling penting bertanggung jawab pada pemenuhan hak-hak
21 b. Ambisi
Save the Children memiliki tujuan dan komitmen yang tinggi untuk
meningkatkan kualitas dari segala kegiatan yang dilakukan untuk
kehidupan anak-anak yang lebih baik.
c. Kolaborasi
Save the Children dalam mengembangkan dan menjalankan
program-programnya berupaya untuk selalu menghormati keberagaman,
menghargai satu sama lain dan bekerja dengan partner untuk
memanfaatkan kekuatan global agar menciptakan keadaan yang lebih baik
untuk anak-anak.
d. Kreativitas
Save the Children selalu terbuka untuk ide-ide baru, merangkul perubahan,
dan mengambil resiko untuk mengembangkan solusi berkelanjutan untuk
anak-anak.
e. Integritas
Save the Children berupaya untuk dapat bekerja dengan kejujuran dan
bertindak dengan standar tertinggi, Save the Children selalu melakukan
dan mengupayakan hal-hal yang terbaik untuk anak-anak di seluruh dunia.
C. Pendanaan Save the Children
Dalam menjalankan setiap kegiatannya, Save the Children tidak dapat selalu
bergantung dari donor yang berasal dari negara anggotanya sehingga Save the
Children melakukan kegiatan fundraising untuk membiayai setiap kegiatannya.
22
fundraising diantaranya yaitu: strategi Face to Face Fundraising, Corporate
Fundraising, dan Multichannel Fundraising (Rachmasari, Nulhaqim, & Apsari,
2015). Pada awalnya, Save the Children menggunakan satu strategi saja yaitu;
strategi face to face. Namun, Save the Children melihat perkembangan dalam
kegiatan fundraising, seperti perkembangan donatur, teknologi maupun organisasi
pelayanan sosial serupa yang melakukan kegiatan penggalangan dana karena
strategi penggalangan dana setiap organisasi bervariasi tergantung apa yang mereka
capai dan disesuaikan dengan keadaannya.
Beberapa strategi fundraising Save the Children diantaranya yaitu :
a. Strategi Face to Face Fundraising (Dialogue Fundraising)
Strategi face to face fundraising ini dilakukan oleh Save the Childrenkarena
merupakan strategi yang efektif dalam memperkenalkan Save the Children dalam
memperoleh dana. Save the Children sering menyebut strategi face to face
fundraising dengan sebutan strategi dialogue fundraising karena Save the Children
memperkenalkan kepada masyarakat terkait profil, program dan kegiatan yang
dilakukan oleh Save the Children. Melalui strategi dialogue fundraising ini, Save
the Children berupaya untuk mensosialisasikan profil dan program kegiatan Save
the Children melalui kampanye terkait isu-isu anak (Rachmasari, Nulhaqim, &
Apsari, 2015).
Kegiatan dialogue fundraising Save the Children biasanya dilakukan di mall
atau pusat perbelanjaan, alasan pemilihan tempat di pusat perbelanjaan atau mall
karena selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat. Dalam hal ini, juga memudahkan
23
untuk menyalurkan donasinya. Oleh karena itu, Save the Children membuka booth
di tempat umum yaitu di mall atau di pusat perbelanjaan untuk memudahkan
donatur untuk berdonasi. Strategi bertatap muka tersebut dilakukan di pusat
perbelanjaan karena target donor potensial menurut Save the Children yaitu
masyarakat dari kelas menengah agar dapat menjadi donatur dalam jangka panjang.
Selain itu, minimal berusia 21 tahun, memiliki penghasilan tetap, kartu kredit atau
buku tabungan dan memiliki ketertarikan dalam kampanye dan program Save the
Children. Jenis dan target donatur yang telah ditentukan sebelumnya oleh Save the
Childrendalam strategi ini bertujuan untuk memudahkan Save the Childrendalam
melakukan pendekatan kepada masyarakat (Rachmasari, Nulhaqim, & Apsari,
2015).
b. Strategi Corporate Fundraising
Strategi corporate fundraising yang dilakukan oleh Save the Children
bertujuan untuk dapat mengembangkan sumber pendanaan dan keberlanjutan
program pelayanan dalam jangka panjang dalam membangun jaringan kemitraan
dengan perusahaan. Melalui strategi ini Save the Children membangun jaringan
kemitraan dengan perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan mempercepat
kemajuan terhadap kampanye isu-isu yang terkait dengan anak, baik di bidang
pendidikan, kesehatan, maupun perlindungan terhadap anak-anak. Selain itu,
kegiatan penggalangan dana dengan menggunakan strategi corporate fundraising
ini bertujuan untuk menindaklanjuti program-program yang telah disusun bersama
24
agar dapat saling bersinergi satu sama lain yang disesuaikan dengan kebutuhan
bersama.
Save the Children melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan
Internasional seperti IKEA, Accenture, Bulgari, C&A Foundation, Reckitt
Benkisser, Hyundai, Prudential, Unilever, Accenture, GlaxoSmithKline (GSK),
Mondelēz International Foundation andMondelēz Cocoa Life, Procter & Gamble,
RB and TOMS (Save the Children , 2017). Perusahaan Internasional seperti IKEA
melakukan kerjasama dengan Save the Children dalam program pengembangan
melawan pekerja anak. Dalam hal ini, IKEA memproduksi soft toys (mainan
anak-anak) untuk kampanye terkait pendidikan. Untuk setiap pembelian mainan, uang
tersebut disumbangkan untuk membantu dan mendanai program Save the Children
sejak tahun 2013 di seluruh dunia, termasuk program perlindungan anak-anak di
Indonesia. Selanjutnya, terdapat Unilever yang berkomitmen selama tiga tahun
untuk mendukung kampanye global dari Save the Children: EVERY ONE
(Unilever, 2013). Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kehidupan 2 juta
anak-anak dan ibu mereka dengan memberikan akses ke tenaga kesehatan, nutrisi
dasar, dan intervensi penyelamatan hidup. Save the Children juga melakukan
kerjasama dengan perusahaan Accenture dalam membantu remaja-remaja di
negara-negara seperti Indonesia, mesir, Filipina, Vietnam, Bangladesh dan Cina
dalam keterampilan dan keahlian untuk mendapatkan pekerjaan atau memulai
usaha. Terdapat pula Prudential yang berkomitmen selama tiga tahun bersama Save
25
Indonesia, Filipina, Kamboja dan Vietnam yang berfokus pada pengasuhan dan
pendidikan usia dini (Chandra, 2007).
Save the Children juga pernah melakukan pendekatan berdasarkan Cause
Related Marketing (CRM). Pendekatan CRM yang dilakukan oleh Save the
Children yaitu dengan perusahaan Dettol. Perusahaan Dettol tersebut menjual
sabun cuci tangan yang kemudian di kemasan sabun cuci tangan tersebut di
tambahkan stiker #savechild sehingga masyarakat yang membeli sabun cuci tangan
Dettol telah ikut berdonasi sebesar 10% dari pembelian sabun Dettol tersebut,
dalam kerjasama tersebut Dettol dan Save The Children global telah
mengkampanyekan kesehatan anak dan kebersihan .
c. Strategi Multichannel Fundraising
Save the Childrenberupaya mengembang-kan strategi lainnya yaitu dengan
strategi multichannel fundraising karena strategi ini bertujuan untuk memperbesar
sumber pendanaan yang diperoleh dan sebagai langkah antisipasi bila salah satu
strategi lainnya tidak berfungsi secara efektif.
Variasi dari strategi multichannel fundraising yang dilakukan oleh Save the
Children diantaranya yaitu dengan online fundraising atau digital fundraising ini
terkait dengan aktivitas fundraising yang dilakukan secara online. Masyarakat
dapat berdonasi melalui website Save the Children secara online, kemudian sign up
dan setelah itu baru melakukan donasi. Donasi online memberikan pilihan cara
cepat dan mudah bagi masyarakat yang aktif dengan internet dan ingin mendukung
program-program perlindungan anak Save The Children, dalam hal ini Save the
26
berdonasi dandonasi online yang disediakan oleh Save the Children hanya dapat
dilakukan bagi masyarakat yang menggunakan kartu kredit (Rachmasari,
Nulhaqim, & Apsari, 2015) .
D. Program Save the Children Internasional
Save the Children sebagai International Non-Governmental Organization
yang mengupayakan hak-hak anak di seluruh dunia berusaha untuk menciptakan
program-program yang menjangkau kebutuhan dasar anak-anak diseluruh dunia,
dimana program-program tersebut mempunyai dampak jangka panjang yang dapat
melindungi dan menguntungkan bagi anak-anak . Program-program kerja yang
merupakan jangkauan Save the Children yaitu :
1. Kesehatan dan gizi
Save the Children adalah organisasi global yang salah satu tujuan dari
kegiatannya di seluruh dunia yaitu untuk meningkatkan kesehatan anak-anak.
Dalam menjalankan program kesehatan dan gizi, Save the Children telah
melakukan pelatihan kepada para tenaga kerja kesehatan dan memberikan bantuan
agar anak-anak diseluruh dunia terutama di negara berkembang untuk mendapatkan
fasilitas kesehatan yang baik dan bantuan pengobatan kepada para anak-anak yang
membutuhkan bantuan medis maupun pemenuhan gizi. Tujuan dari program
kesehatan dan gizi Save the Children yaitu agar anak-anak di seluruh dunia
mendapatkan kesehatan dan gizi yang baik serta terhindar dari kelaparan.
Sejak tahun 2010, Save the Children telah melatih hampir 400.000 tenaga
27
menjangkau lebih dari 50 juta anak-anak dan ibu-ibu melalui kesehatan, gizi, dan
program HIV dan AIDS. Sedangkan pada tahun 2015 Save the Children telah
mendukung dan memberikan pelatihan kepada 116.000 tenaga kesehatan di seluruh
dunia (Save the Children, 2015).
Save the Children juga telah mendukung pengobatan 5,8 juta kasus diare,
pneumonia, malaria dan malnutrisi pada anak di bawah usia lima tahun. Save the
Children juga mengurangi dampak HIV dan AIDS dengan meningkatkan kesadaran
dan membantu keluarga yang anggota keluarganya terkena HIV maupun AIDS
dengan melakukan konseling tentang kesehatan. Pada tahun 2013, program HIV
dan AIDS Save the Children telah menjangkau 13,5 juta anak-anak dan orang
dewasa secara langsung (Save the Children, 2015).
2. Perlindungan Anak
Perlindungan anak merupakan program utama dari program-program yang
dijalankan oleh Save the Children, dimana Save the Children berusaha untuk
menyelamatkan dan melindungi anak-anak yang berisiko mendapatkan perlakuan
pelecehan, eksploitasi seksual maupun penelantaran yang dilakukan oleh keluarga
(Save the Children, 2015). Save the Children dalam menjalan program-program
perlindungan anak bekerja sama dengan pemerintah dinegara Save the Children
beroperasi, hal ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat sistem
perlindungan anak di negara tersebut dengan tujuan agar anak-anak diseluruh dunia
mendapatkan hak-hak mereka termasuk hak untuk dapat hidup dalam lingkungan
28
mendirikan tempat yang aman untuk membantu anak-anak yang mengalami trauma
dari situasi buruk yang telah mereka alami seperti dalam situasi bencana alam
maupun perang yang terjadi di negaranya.
Pada tahun 2014, Save the Children telah bekerja di 15 negara untuk
menyatukan kembali anak yang terpisah dari anggota keluarganya selama krisis
kemanusiaan dan pada tahun 2015 program perlindungan anak Save the Children
telah membantu 383.000 anak-anak untuk dapat hidup dalam lingkungan yang
aman dan kondusif (Save the Children, 2015).
3. Pendidikan
Setiap anak diseluruh dunia memiliki hak atas pendidikan, tetapi pada
kenyataanya 61 juta anak-anak di seluruh dunia tidak dapat mendapatkan haknya
untuk dapat bersekolah (Save the Children, 2015). Hal ini diantaranya disebabkan
oleh kondisi negaranya yang sedang mengalami krisis kemanusiaan, keadaan
darurat atau konflik bersenjata, bahkan kemiskinan yang terjadi di negara-negara
berkembang juga menyebabkan anak-anak tidak dapat bersekolah dan
mendapatkan pendidikan yang layak. Dengan keadaan yang seperti ini, Save the
Children mengimplementasikan program pendidikan untuk meningkatkan
pembelajaran di sekolah dan di masyarakat, Save the Children juga berusaha untuk
mempengaruhi kebijakan global dan nasional untuk meningkatkan akses anak-anak
untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Save the Children juga bekerja
29
kualitas yang baik, memberikan pelatihan maupun pengembangan keterampilan
dan pengetahuan yang mereka butuhkan di era globalisasi.
Anak-anak yang berada di negara berkembang terkadang tidak
mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas
sehingga banyak diantara anak-anak tersebut tidak mempunyai kemampuan dasar
pendidikan seperti membaca. Untuk mengatasi hal ini Save the Children membuat
program Literasi dengan tujuan untuk mendukung kemampuan dasar membaca di
kalangan anak-anak. Program literasi ini telah berhasil dilaksanakan di Malawi,
Nepal, Mozambik dan Pakistan, dengan keberhasilan tersebut Save the Children
memperluas program tersebut ke negara-negara berkembang lainnya sehingga
anak-anak diseluruh dunia memiliki kemampuan dasar untuk dapat membaca (Save
the Children, 2015).
Pada tahun 2013, 77% dari program pendidikan Save the Children di seluruh
dunia telah memberikan pelatihan kepada anak-anak remaja diseluruh dunia tentang
keterampilan berpikir, linguistik (kemampuan bahasa), kebutuhan fisik maupun
psikososial (emosional dan sosial) (Save the Children, 2015).
4. Respon Tanggap darurat
Beberapa tahun terakhir ini banyak terjadi konflik disuatu negara yang
menyebabkan banyak terjadinya krisis kemanusiaan disuatu negara, pada saat
seperti ini terkadang banyak negara-negara yang tidak memperhatikan nasib
anak-anak di negara mereka sehingga banyak dari anak-anak-anak-anak tersebut mendapatkan
30
maupun hidup dalam kondisi yang berbahaya yang dapat mengancam hidup
mereka. Krisis apapun yang terjadi diseluruh dunia, anak-anak selalu menjadi
bagian yang paling rentan mendapatkan dampak buruk dari konflik tersebut, oleh
karena itu Save the Childrem memberikan pertolongan dan memastikan bahwa
anak-anak yang terkena dampak banjir, kelaparan, gempa bumi, wabah penyakit
dan konflik bersenjata mendapatkan bantuan medis, tempat tinggal, makanan dan
air bersih (Save the Children, 2015). Save the Children juga bekerja dalam kondisi
darurat untuk membantu anak-anak untuk sembuh dari krisis dengan memberikan
dukungan emosional dan tempat-tempat yang aman untuk belajar dan bermain.
Beberapa aksi tanggap darurat yang telah dilaksanakan Save the Children
diantaranya yaitu :
• Pada kasus Ebola yang menyerang Sierra Leone, Guinea dan Liberia Save
the Children telah membantu lebih dari 867.000 orang dengan perawatan
yang menyelamatkan hidup mereka, peningkatan kesadaran dan
perlengkapan kebersihan.
• Pada bencana gempa bumi yang melanda Nepal Save the Children
memberikan tanggapan dengan segera berkolaborasi dengan pemerintah
Nepal dan mencapai tempat yang paling sulit diakses seperti Gorkha yang
paling parah mendapatkan dampak dari gempa bumi tersebut dan sangat
membutuhkan bantuan, dimana pada saat itu tim Save the Children
diterbangkan ke 16.000 penampungan darurat untuk memberikan perawatan
primer untuk masyarakat yang mendapatkan dampak dari gempa bumi
31
• Pada konflik Suriah yang terjadi sejak tahun 2011, Save the Children
berupaya untuk memberikan bantuan kepada para pengungsi Suriah di
Yordania, Lebanon, Irak dan Mesir dengan memberikan kebutuhan dasar
mereka, termasuk makanan, pakaian dan tempat tinggal bagi anak-anak dan
keluarga yang menghadapi kondisi yang sangat sulit.
E. Save the Children di Indonesia
Save the Children sebagai International Non-Governmental Organization
yang telah aktif dalam memenuhi hak-hak anak di Indonesia sejak tahun 1976,
secara langsung Save the Children mendukung anak-anak serta keluarganya dalam
hal pendidikan anak, kesehatan, dan perlindungan anak, juga membantu anak-anak
yang terkena dampak keadaan darurat. Save the Children mempunyai kantor pusat
di Indonesia yang terletak di Jakarta dan Save the Children di Indonesia diketuai
oleh Ibu Selina Patta Sumbung.
Save the Children telah menjalan programnya di 12 provinsi di seluruh
Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Barat, Jakarta, Banten, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan
Sulawesi Selatan (Save the Children Indonesia, 2015). Pada tahun 2014, Save the
Children berhasil menjangkau lebih dari 3,6 juta anak Indonesia serta keluarga
mereka dan secara langsung mengubah kehidupan 545.521 orang (Save the
32
Program-program yang dijalankan oleh Save the Children di Indonesia telah
berhasil menjangkau anak-anak yang memerlukan bantuan dan mengupayakan agar
hak-hak anak dapat terpenuhi, beberapa program Save the Children yang telah
berjalan di Indonesia diantaranya sebagai berikut :
1. Kesehatan dan Gizi
a. Saving Newborn Lives
Setiap tahunnya di Indonesia, 1 dari 210 ibu di Indonesia meninggal saat
melahirkan, melihat kondisi ini Save the Children mengimplementasikan program
Saving Newborn lives. Program ini bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan
dan gizi bagi para ibu, bayi dan anak-anak agar dapat hidup dengan sehat dan semua
ibu dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dengan bantuan staf yang
terlatih. Save the Children melatih lebih banyak lagi pekerja kesehatan untuk
memberikan layanan kesehatan kepada para ibu dan bayi selama masa kehamilan,
melahirkan dan masa-masa awal setelah bayi dilahirkan serta memberikan kepada
para pekerja kesehatan peralatan yang diperlukan untuk mendiagnosa dan
mengobati berbagai penyakit yang mematikan dan kekurangan gizi di klinik
kesehatan setempat. Save the Children juga menangani masalah kesehatan di
sekolah dengan mengajarkan para siswa mengenai kebersihan rutin, seperti
mencuci tangan dan menyikat gigi. Beberapa siswa juga diajarkan pertolongan
pertama pada kecelakaan dan cara berbagi pengetahuan tentang kesehatan kepada