OLEH: SITI BADRIYAH
KONSENTRASI PIDANA ISLAM PROGRAM STUD I JINA YAH SIYASAH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH
SKRIP SI
Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Saijana Hukum !slain
O!eh: SIT! BADRIY AH NIM: 102045125119
Di Bawah Bimbingan
<
]FNセ@
.
Dedy
nエイイZZmNセ@
NIP. 150 264 001
KONSENTRASI PIDANA ISLAM PROGRAM STUD I JINA YAH SIY ASAH
FAKULTAS SYARl'AH DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAYATULLAH
HUKUM ISLAM DAN I-IUKUM POSITIF (Studi Kasus PN Jakarta Selatan)" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah Dan I-Iukum
UIN Syarifl-Iidayatullah Jakarta, pada tanggal 14 Maret 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam pada Program Studi Jinayah Siyasah
Jakarta, 14 Maret 2007 Mengesahkan
Dekan,
Prof. r. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
P ANITIA UJIAN
Ketua : Asmawi, M. Ag
Sekretaris
NIP. 150 282 394
: Sri Hidayati, M. Ag NIP. 150 282 403
Pembimbing : Dedy Nur Syamsi. SH, M. Hum NIP.150261 001
Penguji I
Penguji II
: Drs. Ahmad Y ani, M. Ag NIP. 150 269 678
: Burhanuddin, SH, MH NIP. 130 770 738
(
...
)HNセᆪセ@
G
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis susun dengan maksud untuk mt.;menuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (SI) jurusan Pidana Islam, Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syari'ah pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakaiia. Dengan judul shipsi"TINDAK PIDANA PENGANIA Y AAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF"
Terlebih dahulu penulis haturkan sembah bakti kepada ayahanda H.
Muhammad Tohir (almrhum) dan ibunda Hj. Muhaya yang telah mendidik, mengai·ahkan dan mengajarkan penulis yang telah berjasa dalam mengasuh dan memberi motivasi, juga dalam memberikan dukungan moril maupun materil serta selalu mendoakan dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan kasih sayang semoga Allah SWT selalu mengampuni dan menempatkannya pada derajat yang tinggi. Mudah-mudahan ini menjadi langkah awal mengimbai1gi segala kebaikan yang tak mungkin terbalaskan. Oleh karena itulah, ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sainpaikan kepada yang terhormat, antara lain:
!. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakaiia.
2. Bapak Drs, H. Afifi Fauzi Abbas, MA selaku ketua Jurusan dan Bapak Abu Thamrin, M.Hum selaku sehetaris Jurusai1 Pidana Islam periode terdahulu. 3. Bapak Asmawi M.Ag selaku ketua jurusai1 dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag selaku
terselesaikan.
5. Staf perpustakaan umum dan Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis untuk mendapatkan buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini.
6. Kepada Pegawai Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang telah memberikan dan mencarikan data-data yang berkaitan dengan mated skripsi ini.
7. Untul( Kakak-kakakku tercinta Encung, Ani, Yakub,Erna, dan untuk keponakan-keponakanku yang lucu-lucu Faiz, Pue!, Kiki, Ria, Maya, Mui.
8. Untuk orang yang kusayangi Aby, yang selalu menberikan support dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk sahabat-sahabatku yang selalu bersama dalam menyelesaikan skripsi ini Nia, Pipih, Irma, zulfa, dan untuk teman-teman Pidana Islam angkatan 2002 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
10. Untuk sahabatku Neha dan Ank Miss U
Akhirnya penulis berdoa semoga Allah selalu memberikan pahala kepada para pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penulisan skripsi ini. Harapan penulis semoga skipsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi penulis.
Jakarta 14 Maret 2007
KATA PENGANTAR ... ..
DAFT AR ISI ... iii
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.. .. . ... .. .. .. ... ... .. .... . . .. .. ... .. ... ... . . ... .. ... .. .... .. . . I B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metode Penelitian... .. . .. . . .. . .. . .. . ... .. . .. . . . ... . . . .. .. ... . . .. . .. . .. .. ... . .. . .. ... . . . 7
E. Sistematika Penulisan... 8
BAB II TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Pengertian Hukum Pidana.. .. ... . .. . ... . .... ... . .. .. .. . .. .. ... ... .. .. . .. ... ... . .. . . .. I 0 B. Pengertian Tindak Pidana... 12
C. Unsur-Unsur Tindak Pidana... 18
D. Pembagian Tindak Pidana... 20
E. Sistem Pemidanaan ... 25
F. T1\juan Pemidanaan ... 31
A. Pengertian Penganiayaan... 35 B. Hukuman tindak Pidana Penganiayaan ... 43 C. Persamaan dan Perbedaan Tindak Pidana Penganiayaan... 53
BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI
JAKARTA SELA TAN TENT ANG PERKARA PENG ANIA Y AAN
A. Perkara Penganiayaan Di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan... 56
B. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Tentang
Perkara Penganiayaan ... 57 C. Analisis Hukum Islam dan Hukum PositifTerhadap Putusan Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Seiatan. ... 59
BABY PENUTUP
A. Kesimpulan.... .. . .. . . .. . ... . .. . .. . .. . . .. . .. . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . .. . . .. . . ... .. 63 B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama suci (hanif) yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai agama yang rahmatan Iii alamin, untuk memberi petunjuk dan pelajaran kepada manusia. Setiap mahluk hidup mempunyai hak untuk menikmati indahnya sebuah kehidupan. Oleh karena itu Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima ha!, yaitu, agama, jiwa, aka!, keturunan, dan harta.
Memelihara jiwa dan melindunginya dari berbagai ancaman berarti memelihara serta melindungi eksistensi kehidupan manusia yang damai dan sejahtera. Oleh karenanya Islam sangat menghargai jiwa terlebih-lebih terhadap jiwa manusia, sebagai agama yang universal Islam juga mengatur kehidupan manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia akhirat
Di dalam hukum islam diatur perbuatan pidana baik secara formal maupun materiel yang berisikan norma, aturan dan sanksi berkaitan dengan pencurian, perzinaan, perampokan, minum-minuman keras, tuduhan perzinaan, tindak pidana pembunuhan dan kekerasan fisik lainnya.
masyarakat semakin mengabaikan aturan yang berlaku. Selain itu dengan melihat perkambangan makro dapat diprediksikan bahwa kejahatan-kejahatan semakin marak yang ditunjang oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga berbagai kejahatan dan pelanggaran pidana semakin marak dengan berbagai modus operandinya.
Tindakan kekerasan baik yang dilakukan perseorangan maupun dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok seperti tawuran pelajar, sangat menggangu ketertiban masyarakat bahkan dapat meresahkan masyarakat. Kekerasan tersebut dapat pula menyebabkan perampasan jiwa seseorang dengan jalan membunuh maupun berbagai macam bentuk penganiayaan terhadap tubuh seseorang, hal demikian membuat masyarakat semakin resah karena terabaikannya payung hukum yang melindungi masyarakat, tampaknya kesadaran akan menghargai hak asasi seseorang dan rasa mencintai sesama umat semakin menipis atau pertumbuhannya tidak sebagaimana yang diharapkan sehingga perilaku berbuat baik untuk sesama atau terhadap orang lain sudah semakin tidak kelihatan lagi.
anggota tubuh orang lain, 1 dalam istilah pidana Indonesia disebut sebagai perbuatan penganiayaan, salah satu hukumnya dalam pidana Islam adalah berupa hukuman qishas.
Sanksi yang telah ditetapkan Allah tersebut antara lain untuk melindungi jiwa atau pertumpahan darah manusia beserta haknya. Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah dimuka bumi ini memeliki hak-hak tertentu yang harus dihormati, firman Allah:
Artinya: "Dan sesungguhnya kami telah memuliakan anak-anak Adam. "
Hak yang paling utama yang dijamin oleh Allah adalah hak hidup, hale kepemilikan, hak memelihara kehormatan, hak kemerdekaan, hak persamaan, dan hak menuntut ilmu pengetahuan.
Hak yang palig penting dan perlu mendapat perhatian diantara hak-hak tersebut ialah hak hidup, karena hal ini adalah hak yang paling suci, tidak dibenarkan secara hukum dilanggar kemuliaannya dan tidak boleh dianggap remeh eksistensinya. 2
Dalam setiap kasus kejahatan di negara ini memang mendapatkan perhatian yang cukup baik, dan ini dapat di lihat dari hukum yang ada dalam KUHP. Hal ini membuktikan bahwa penegakkan keadilan kita tetap berjalan
1
Wardi muslih, hukum pidana Islam (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 2002) h.91
2
meskipun sering terhambat, serta didukung oleh penyiaran dari med,a massa dan beberapa televisi swasta misalnya banyak menayangkan beberapa berita aktual dan transparan dari kasus-kasus kejahatan yang ada pada masyarakat. Pada awalnya pembunuhan itu di dahului dengan penganiayaan atau pelukaan, seperti halnya perkelahian baik antar warga ataupun lainnya, yang dapat mengakibatkan kerusakan fisik (Iuka-Iuka) ataupun mengakibatkan kematian. Sehingga masyarakat selalu akan waspada terhadap dirinya masing-masing beserta keluarganya.
Tindak pidana penganiayaan yang aturan serta hukumannya telah jelas terdapat dalam sistematika hukum pidana Indonesia, bahkan tindak pidana ini disimpan dalam bab khusus yaitu bab XX yang terdapat dalam pasal 3 51 sampai dengan pasal 358.3
Berdasarkan hal-hal di atas maim penulis bermaksud untuk menulis dan menyusun skripsi dengan judul "Tindak Pidana Pcnganiayaan Mcnurut Hukum Islam dan Hukum Positif " (Studi Kasus di Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan). Dengan harapan skripsi ini dapat membantu kapadulian dan
kepekaan terhadap hak-hak seseorang untuk hidup tanpa mengabaikan aturan-aturan hukum baikyang terdapat dalam KUHP maupun yang telah diatur dalam pidana Islam, sehinga dapat diketahui perbandingan antara hukum pidana Islam dan hukum Pidana Positif yang berlaku di Indonesia dalam menegakan dan
3
menciptakan keadilan di masyarakat khususnya yang menyangkut tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengabaikan norma-norma hukum.
B. Pembatasan dan Pernmnsan Masalah
Berangkat dari luasnya permasalahan yang ada tentang penganiayaan seperti yang telah diw-aikan diatas, maka penulis membatasi ruang lingkup penulisan skripsi ini hanya pada masalah tindak pidana penganiayaan yang terjadi antara tahun 2003-2005 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menurut hukum islam dan hukum positif. Untuk mencapai pengupasan dan hasil yang mendalam, setidaknya mendekati kesempurnaan terhadap perumusan yang akan di balms sebagai berikut:
I. Bagaimana penganiayaan menurut tinjauan hukum islam dan hukum positif? 2. Bagaimana ketentuan pidana terhadap pelaku penganiayaan menurut hukum
Islam dan hukum positif?.
3. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara hukum islam dan hukum positif tentang tindak pidana penganiayaan.?
4. Bagaimana putusan hakim pengadilan negeri Jakarta Selatan tentang pelaku tindak pidana penganiayaan?
5. Bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap putusan hakim pengadilan negeri jakarta tentang pelaku tindak pidana penganiayaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan umum penulisan ini adalah:
I. Untuk mengetahui serta memberikan wawasan tentang tindak pidana penganiayaan menurut tinjauan hukum Islam dan hukum positif
2. Untuk mengetahui hukuman apa yang dijatuhkan bagi pelaku tindak pidana penganiayaan menurut hukum Islam dan hukum positif
3. Untuk melihat antara persamaan dan perbedaan terhadap tindak pidana pengamayaan
4. untuk mengetahui putusan hakim pengadilan negeri Jakarta Selatan terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan.
5. untuk mengetahui pandangan hukum islam dan lmkum positif terhadap putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tentang pelaku tindak pidana penganiayaan
Sedangkan manfaat yang diambil dalam penulisan skripsi ini adalah: I. Dapat diketalmi antara perbandingan hukum pidana positif dalam
menerapkan aturan dan hukuman bagi pelaku tindak pidana penganiayaan sehingga dapat diketahui pula keadilan yang diciptakan oleh normu hukum terse but.
D. Metode Penelitian
Adapun jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan kejadian yang sebenamya guna menjawab permasalahan yang akan dibahas. Penelitian ini adalah analisis dokumen (conyent analisis) yaitu penyelidikan kita meliputi pengumpulan informasi melalui dokumen yang akan dianalisis terhadap perkara penganiayaan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Teknik pengumpulan data berupa studi dokumentasi(kepustakaan) yang mengumpulkan data-data yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 14 /PID.B 2005/PN. Jak.Sel tentang penganiayaan, buku-buku, media cetak yang berkaitan dengan skripsi ini.
Adapun jenis data yang digunakan meliputi data yang bersifat primer meliputi perundang-undangan, yakni dokumentasi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, KUHP dan KUHAP serta dalil-dalil yang terdapat dalam Al-qu 'ran dan hadits, dan ketentuan-ketentuan fiqih yang mengatur permasalahan yang ada. Sedangkan data sekunder adalah bahan hukum primer yaitu buku-buku hukum yang ada korelasinya dengan materi yang menjadi pokok masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.Sedangkan sumber data yang bersifat tersier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.
dengan jalan mengumpulkan data-data atau informasi yang terkaitan dengan yang diteliti dengan cara menganalisis putusan menurut hukum islam dan hukum positif.
Tekhnik penulisan ini menggunakan"pedoman penulisan skripsi fakultas Syari'ah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005". Dengan beberapa pengecualian yaitu ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist ditulis tanpa memandang sedikit atau banyaknya baris. Penulisan ayat-ayat Al-Qur'an tidak dicantumkan catatan kaki karena langsung ditulis dari ayatnya pada akhor ayat tersebut
E. Sistematika Penulisan
Penulisan penehtian ini terdiri dari lima bab, yang perinciannya sebagai
berikut:
Bab pertama, yaitu pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, yaitu tindak pidana menurut hukum pidana Islam dan hukum positif meliputi tentang hukum pidana, tujuan hukum pidana, pengertian tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, jenis tindak pidana dan sistim pemidanaan.
Bab keempat, yaitu tentang putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang meliputi: perkara penganiayaan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, putusan hakim Pengadilan Negeri Jakm1a Selatan terhadap tindak pidana penganiayaan dan analisis hukum Islam dan hukum positif terhadap putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
DAN HUKUM POSITIF
A. Pengertian Pidana Dan Tujuan Hukum Pidana
21.
750.
Dalam The Penguin Conside Columbia Ensyclopedia sebagaimana dikutip oleh Topo Santoso disebutkan bahwa hukum (Law) adalah aturan-aturan dari tingkah laku masyarakat yang terorganisir, ditegakkan dengan ancaman hukuman. 1 Sedang kata "pidana" menurut bahasa berarti kejahatan atau kriminal 2 sedangkan menurut Wiljono hukum pidana adalah peraturan-peraturan mengenai pidana. 3 Prof. Moeljatno mendefinisikan hokum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar - dasar dan aturan-aturan untuk4 :
1. Menentukan perbuatan- perbuatan mana yang yang tidak boleh dilakukan,
yang dilarang, yang disertai ancaman atau sanksi pidana tertentu bagi siapa yang melanggarnya.
i ; .. ,
1
Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, (Bandung,: Asy-Syamil, 200 I), cet ke-1, h
2
W.J.S. Poerwadanninta, Kan1us u1t1u111 bahasa Indonesia, (Jakarta: balai Pustaka, 1976), h
3
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia, (Bandung, Eresco, 1986), h. l
4
2. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melakukan Jarangan -Jarangan itu dapat dikenai atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana dapat dilaLsanakan apabila orang yang diduga telah melanggar ketentuan tersebut.
Kalau diperhatikan secara umum dari pandangan para ahli hukum, maka hukum pidana itu mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum. Dimana perbuatan itu adalah melanggar hukum dan merugikan tata aturan masyarakat serta meresahkan kehidupan anggota masyarakat, karenanya perlu diterapkan sanksi yang dapat menjerakan pelaku
kejahatan dan memenuhi rasa keadilan.
Hukum Islam menentukan hukuman yang tegas dan berat serta memenuhi rasa keadilan terhadap pelaku kejahatan yang melanggar hak-hak masyarakat. Hukuman yang diterapkan bersifat meajerakan pelaku kejahatan untuk mengurangi perbuatan haramnya, dan juga bersifat pendidikan pada masyarakat Juas untuk tidak meniru perbuatan jahat.
Demikian pula yang dituju oleh hukum Indonesia yang secara umum adalah untuk memberi rasa keadilan warga serta untuk memperbaiki kepuasan
pendidikan pada masyarakat dan melenyapkan pelaku kejahatan dari pergaulan masyarakat. 5
Dengan demikian untuk menentukan suatu perbuatan masuk dalam kejahatan yang harus dihukum bagi orang yang melanggarnya harus ada ketentuan yang menetapkan bahwa perbuatan itu memang dilarang atau diwajibkan dan terhadap pelanggarnya diancam dengan suatu hukuman yang telah ditentukan, ini berarti dalam melaksanakan aturan hukum pidana harus jelas dasar hukumnya, dan sesuai dengan ketentuan yang telah diatur.
B. Pcngertian Tindak Pidana
I. Menurut Hukum Islam
Dalam hukum Islam pengertian tindak pidana dikenal dengan istilah ''.jarimah", pengertian jarimah tersebut oleh Abdul Qadir Audah diterangkan sebagai berikut: 6
Artinya: "Jarimah menurut Syari 'at Islam yaitu larangan-larangan syara' yang diancam oleh Allah dengan hukuman had atau ta 'zir. "
5
Satochid Kertanegara, Hukum Pidana, (Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa ), vol I, h 60.
6
Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan. Kata-kata "syara" pada pengertian di atas, yang dimaksud adalah suatu perbuatan baru dianggap jarimah apabila dilarang oleh syara', juga berbuat atau tidak berbuat dianggap sebagai jarimah, kecuali apabila diancamkan hukuman terhadapnya.
Ada istilah lain yang dipakai dalam oleh ulama fiqih yang harnpir sama dengan istilah "jarimah" yaitu "jinayat"yang merupakan bentuk masdar dari kata 4,iU;.. - セ@ - c.;4 yang mengandung arti berbuat dosa atau berbuat jahat. Kata jinayah dapat pula diartikan dengan memetik, memotong, mengambil, memungut. 7
Menurut istilah syara' jinayah adalah perbuatan yang dilarang oleh syara' baik perbuatan itu merugikan jiwa atau harta benda ataupun yang lainnya.8 Adapun kebanyakan fuqaha menggunakan kata-katajinayah hanya untuk perbuatan yang mengenai jiwa atau anggota badan, seperti membunuh, melukai, memukul, menggugurkan kandungan, dan sebagainya. Dan juga diartikan pelanggaran yang dibuat manusia selaku memperkosa hak Allah SWT, hak manusia, dan hak lainnya, yang berkehendak kepada perrbalasan,
atau hukuman yang setimpal di dunia dan di akhirat mendapat hukuman dari Allah SWT yang amat berat.
7 Sayid Sabiq,
Fiqih sunnah, ( Beirut : Daar Al- Fikr, 1983 ), j ilid 2, h 426.
Kemudian Sayid Sabiq dalam bukunya Fiqih sunah memberikan
suatu batasan tentang jinayah :9
セQ@
jl
セZuQ@
セ@ セQS@
;'>
セ@ セ@
w_
セ@ セI@
エMOセセQ@
[セ@
セ@
/ 0 ,, 0 ,, 0 ,..
.JUI JI ,_;.:,JI JI J.AJI jl
,, ,, ,, / ,, ,.. ,,.
Artinya: "Yang dimaksud dengan jinayat menurut istilah syara adalah setiap perbuatan yang diharamkan, dan perbuatavt yang diharamkan itu adalah setiap perbuatan yang diancam dan
dicegah o/eh syara ', karena perbuatan tersebut dapat
mendatangkan kemudharatan atau kerusakan pada agama, jiwa,
aka!, kehormatan, dan harta. "
2. Menurut Hukum Positif
Dalam hukum Pidana Positif tindak pidana biasanya dikenal dengan kata" Het strafbaarfeil" yang berasal dari bahasa Belanda dan mempunyai arti tindakan yang dapat dihukum, peristiwa pidana atau tindak pidana itu sendiri. Dan kata "het strafbaar feit" juga mempunyai beberapa arti lain yaitu perbuatan pidana, peristiwa pidana, perbuatan yang dapat atau boleh dilakukan, dan delik. Hal ini menunjukkan bahwa tindak pidana merupakan perbuatan yang pelakunya dikenakan lmkuman pidana. Arti kata ini merujuk
kepada istilah pemidanaan yang bera1ii penghukuman yang kemudian melahirkan istilah pidana. 10
Sementara R. Tresna mengemukakan bahwa tidak mudah memberikan definisi yang tepat tentang istilah "het strafbaar feit" tersebut, ia memilih peristiwa pidana yang mempunyai arti suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan lainnya terhadap perbuatan yang diadakan tindakan penghukuman. 11
Sedangkan Moeljatno merumuskan istilah tersebut sebagai perbuatan yang clilarang dan cliancam dengan pidana apabila melanggar suatu larangan, dan perbuatan tersebut hams benar-benar dirasakan masyarakat. Sebagai perbuatan yang ticlak boleh atau menghambat alcan tercapainya tata pergaulan masyarakat yang clicita-citakan oleh masyarakat itu.
Dari uraian tentang pengertian tindak pidana clari para ahli hukum bahwa tindak piclana adalah suatu perbuatan yang bertentangan dengan unclang-undang dimana pelakunya dapat clipertanggungjawabkan atas perbuatannya. Maka untuk menentukan apakah perbuatan seseorang termasuk tindak piclana atau ticlak, ha! ini untuk rnengetahui rumusnya.
10
Djoko Prakoso dan Nurwadina, Pidana A!fati di Indonesia De1vasa ini, ( Jakarta : Graha
Indonesia, 1985), cet ke 2, h I 3.
11
Untuk tiap-tiap unclang-undang merumuskan bahwa tiap tindakan terdapat unsur-unsurnya yaitu unsur obyektif dan unsur subyektif:
a. Unsur-unsur obyektif adalah unsur-unsur yang terdapat di luar dari
manusia, yaitu berupa :
I) Suatu tindak-tanduk,jadi suatu tindakan
2) Suatu akibat tertentu
3) Keadaan
Yang kesemuanya ini dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang.:
a) Suatu tindak-tanduk atau tindakan yang dilarang dan diancam dengan
hukmnan oleh undang-undang, seperti sumpah palsu dalam pasal 242. Dalam perbuatan ini yang merupakan unsur obyektif dan yang dilarang
dan diancam dengan hukuman adalah memberikan keterangan palsu
dalam sumpah, memalsnkan surat pasal 263 (unsur obyektif pemalsuan)
pasal 362 unsur obyektif, mengambil (wegnemen).
b) Suatu akibat tertentu yang dilarang dan diancam dengan hukmnan oleh
undang-undang seperti diantaranya : pembunuhan pasal 338, didalam
perbuatan ini yang merupakan unsur obyektif adalah akibat (gevolg)
perbuatan seseorang yaitu matinya orang lain. Dan penganiayaan pasal
sakit pada badan atau cidera pada orang lain, unsur obyektifnya
mengakibatkan sakit dan cidera pacla orang lain.
c) Hal-ha! khusus yang clilarang dan diancam dengan hukuman dan undang-undang, misalnya menghasut pasal 160, unsur obyektifnya adalah dilakukannya perbuatan itu di depan orang banyak (umum). Melanggar kesusilaan umum pasal 281, unsur obyektifnya clalam pasal
ini adalal1 apabila perbuatan ini dilakukan didepan unmm.
d) Unsur- unsur subyektif yakni berupa diantaranya :
1) Dapat dipertanggungjawabkan
2) Kesalahan 12
Dari penjelasan diatas dapat diambil secara ringkas tentang unsur-unsur tindak pidana, yaitu :
a) Subyek
b) Kesalahan
c) Besifat melawan hukum
d) Suatu tindakan aktif atau pasif yang dilarang atau diharuskan oleh
undang-undang dan terhadap pelanggarnya diancam dengan pidana
e) Waktu, tempat, dan keadaan
12
C. Unsur - Unsur Tindak Pidana
I. Menurut Hukum Islam
Menurut Ahmad Hanafi bahwa unsur-unsur tindak pidana (,'arimah) adalah bahwa tiap-tiap jarimah harus mempunyai unsur-unsur umum yang l rnrus 1penu d. I . 11, yaitu : · 13
a. Nash yang melarang perbuatan dan mengancamkan hukuman terhadapnya, dan unsur ini disebut unsur "formil" (rukun syar 'i).
b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah baik berupa perbuatan-perbuatan ataupun sikap tidak berbuat, unsur ini disebut dengan unsur "materiil" ( rukun maddi).
c. Pembuat adalah orang mukallaf, yaitu orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban terhadap jarimah (tindak pidana) yang diperbuatnya, dan unsur ini disebut dengan unsur "moril"( rukun adabi).
Ketiga unsur tersebut merupakan bukti seseorang dianggap melakukan dan dikenai hukuman. Dan apabila tidal< memenuhi unsur-unsur umum diatas, maka orang yang melakukan tindak pidana itu tidak dapat diadili dan dihukum.
2. Menurut Hukum Positif
Sebagaimana penulis jelaskan diatas tentang tindak pidana ( delict), bahwa suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana
13
kalau sudah memenuhi unsur- unsur pidananya. Dan unsur-unsur itu tediri dari:
a. Obyektif, yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang bertentangan dengan hukum dan mengabaikan akibat yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukum,
b. Subyektif, yaitu suatu perbuatan seseorang yang berakibat tidak dikehendaki oleh undang-undang.
Kemudian yang dijadikan sebagai titik utama dari unsure obyektif adalah tindakannya. Sedangkan unsure subyektif adalah adanya pelaku baik seseorang ataupun beberapa orang. Dari kedua unsur tersebut dapat diketahui apabila seseorang telah memenuhi syarat melakukan tindak pidana atau belum. Dan adapun syarat-syarat tindak pidana adalah:
a. Harus ada perbuatan
b. Perbuatan tersebut sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam ketentuan urn um
c. Adanya bukti tentang kesalahan yang dapat dipertanggung jawabkan d. Melanggar hukum, kecuali bila ada pembenaran
e. Harus tersedianya ancaman hukuman.
Sedangkan unsur- unsur kumulatif tindak pidana menurut Simons adalah:
b) Perbuatan tersebut diancam dengan hukuman yang dimuat oleh
undang-undang.
c) Perbuatan itu dilakukan oleh orang yang dapat mempe1ianggung jawabkannya.
D. Pembagian Tindak Pidana
I. Menurut Hukurn Pidana Islam
Kalau dilihal dari segi hukuman yang diancamkan dalam hukum Pidana Islam terdapat beberapa jenis tindak pidana atau jarimah. Dirnana jarimah tersebut diancarnankan kepada pelakunya berdasarkan berat
ringannya hukuman. Jenis- jenis tersebut sebagai berikut:
a. Jarimah Hudud
Jarimah hudud, yaitu jarimah yang diancamkan hukuman had yaitu hukuman yang telah ditentukan dan telah menjadi hak Allah. Dan yang dirnaksud dengan hak Allah adalah hukuman tersebut tidak bias dihapuskan oleh perorangan ataupun masyarakat yang diwakili oleh negara. Adapun tindak pidana yang diancamkan hukuman had salah
sengaJa. Menurut Dzahiri zma adalah hubungan senggama yang diharamkan. Ancaman tersebut tersebut telah termaktub dalam Al-Qur'an.14
b. Jarimah Qishas dan Diyat
Qishas menurut bahasa adalah memotong, sedang qishas menurut istilah adalah jarimah yang dijatuhi hukuman setimpal dengan perbuatannya.
Diyat adalah hukuman pokok bagi pembunuhan dan penganiayaan semi sengaja dan tidak sengaja. Sedang menurut Ahmad Hanafi dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana Islam bahwa diyat itu adalah campuran dari hukuman ganti kerugian bersama.
c. Jarimah Ta'zir
Ta'zir berasal dari "azara " yang memuut bahasa mencela. Sedangkan menurut istilah adalah peraturan-peraturan larangan yang perbuatan pidana dan ancaman hukumannya tidak secara tegas disebutkan dalam al-Qur'an, tetapi diserahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan hakim.
2. Menurut Hukum Pidana Positif
Kalau dilihat dari segi system Kitab Undang- Undang Hukum Pidana berlaku di Indonesia, tindak pidana ini terdiri dari dua jenis tindak 14
pidana yaitu "kejahatan" (misdrijven) dan "pelanggaran" ( oventredingen). Pembagian dua jenis ini tidak secara jelas ditegaskan oleh KUHP melainkan masalah kedua jenis tersebut masing-masing buku II dan buku III KUHP yang mana tentang kejahatan disimpan dalam buku II, sedangkan pelanggaran diatur dalam buku Ill K UHP. 15
Selain dibedakan dalam kejahatan dan pelanggaran, perbuatan pidana biasanya dalam teori dan praktek dibedakan pula antara lain dalam : a. Delik dolus dan delik Julpa
Bagi delik dolus diperlukan adanya kesengajaan : misalkan yang terdapat pada pasal 338 KUHP, yang mana "sengaja merampas nyawa orang lain". Sedangkan dalam delik culpa, orang sudah dapat dipidana bila kesalahannya itu berbentuk kealpaan, misalnya terdapat dalam pasal 359 KUHP, yang mana "yang menyebabkan matinya orang lain karena kealpaan.
b. Delik commisionis dan delikta ommisionnis.
Delik yang pertama adalah delik yang terdiri dari melakukan sesuatu perbuatan yang dilarang oleh aturan-aturan pidana, misalnya mencuri, menggelapkan dan menipu, sebagaimruia yang terdapat dalam pasal 362, 372, dan 378. yang kedua adalah delik yang terdiri dari tidak
berbuat atau melakukan sesuatu padahal mestinya berbuat. Seperti yang
15
terdapat pada pasal 164, yaitu mengetahui sesuatu pemufakatan jahat dan tidak berbuat apa-apa.
Selain itu, adapula yang dinamakan dengan delikta peromissionem commisa, yaitu delik-delik yang umumnya terdiri dari berbuat sesuatu, tetapi dapat pula dilakukan dengan tidak berbuat, seperti seorang ibu yang merampas nyawa anaknya dengan cara tidak memberi makan pada anak itu.
c. Delik Biasa dan Delik yang dikualifisir ( dikhususkan).
Delik yang dikualifisir adalah delik biasa ditambah dengan unsur lain yang memberatkan ancaman pidana. Adakalanya unsur-unsur lain itu mengenai cara yang khas dalam melakukan delik biasa tadi, misalkan yang terdapat dalam pasal 362 adalah pencurian biasa, dan pasal 363 adalah pencurian yang dikualifisir.
d. Delik seketika dan delik yang berlangsung terns menerns.
bahwa itu meniru, memalsu, atau mengurangkan nilai mata uang serta untuk meniru atau memalsukan uang negara atau bank.
e. Delik formal dan delik materil.
Pada delik formal, yang clirumuskan aclalah tinclakan yang dilarang, clan ticlak mempersoalkan akibat dari tinclakan itu, seperti yang terdapat dalam pasal 160 penghasutan, pasal 209 penyuapan, 2·'12 sumpah palsu clan 362 pencurian.
Seclangkan pacla delik materil aclalah selain clari pacla tinclakan yang clilarang itu clilakukan. Masih harus acla akibat karena tinclakan itu, barn clikatakan telah te1jacli tinclakan piclana tersebut secara utuh clan sepenuhnya. Sebagai contoh pacla pasal 187 ,338, clan 3 78 yaitubpembakaran clan sebagainya.
f. Gabungan Perbuatan Piclana.
Ada tiga macam gabungan tindak piclana, yaitu:
1) Eencloasche samenloop(gabungan berupa satu perbuatan).
2) Voortgezette Handeling
Y aitu seseorang melakukan beberapa perbuatan yang masing-masing merupakan tindak pidana, tetapi dengan adanya hubungan dengan antara satu dengan yang lain dianggap sebagai satu perbuatan yang dilanjutkan, sebaimana yang diatur dalmn pasal 64 ayat I KUHP, 3) Meerdadsche Sameenloop( gabungan beberapa perbuatan).
Yaitu seseorang melakukan beberapa perbuatan yang tidak ada hubungan satu sama lain, dan masing-masing merupakan tindak pidana atau dinamakan juga dengan concorsus rea!is, sebaimana diatur dalam pasal 65 dan 66 KUHP
E. Sistem Pemidanaan.
I. Menurut Hukum pidana islam.
Menurut prof.Drs I-l.A.Dzajuli bahwa maksud dari pokok hukuman adalah memelihara dan menciptakan kemaslahatan manusia dan menjaga dari hal-hal yang mafsadah, serta memberi petunjuk dan pelajaran kepada manusia, begitu juga menurut A, Hanafi, MA bahwa tujuan daripada
penjatuhan hukuman menurrut syariat islam adalah pencegahan dan pengajaran serta pendidikan.16
16 Prof. Drs. I-I.A. Dzajuli,
Fiqih Jinayah upaya menanggulangi kejahatan Dalam !slam,
Hukum pidana islam yang merupakan aturan-aturan yang bersumber dari syariat islam yang memiliki tujuan yamg luhur dan baik untuk kepentingan pelaku tindak pidana maupun masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu menurut keduanya bahwa hukuman dibagi menjadi bebrapa macam sesuai dengan tindak pidananya yaitu:
a. Hukuman dari segi terdapat atau tidaknya terdapat nashnya dalam Al-Qur'an dan al-hadist, yaitu:
I) Hukuman yang ada nashnya, yaitu hudud,qishas,diyat kifarat. Misalnya hukuman bagi pezina, pencuri,perampok,pemberontak pembunuh, dan orang yang mendzihar istrinya.
2) Hukuman yan g tidak ada nashnya, hukuman ini disebut dengan hukuman ta'zir, seperti percobaan melakukan tinclak piclana, ticlak melaksanakan amanah, saksi palsu, clan melanggar aturan lalu lintas. b. Hukuman clari segi hubungan antara satu hukuman clengan hukuman lain,
yaitu:
I) Hulrnman pokok (al-uqubat al-ashliyah), yaitu hukuman yang asal bagi satu kej aha tan, seperti hukuman mati bagi pembunuh clan hukuman jilicl seratus kali bagi pezina ghairu muhsan.
2) Hukuman pengganti (al-uqubat al abadaliyah), yaitu hukuman yang menempati tempat hukuman pokok apabila hukuman pokok itu ticlak clapat clilaksanakan karena suatu alasan hukum, seperti hukuman
oleh kekuarga korban atanu hukuman tazir apbila suatu alasan hukum pokok yang berupa had tidak dapat dilaksanakan.
3) Hukuman tambahan (al-uqubat at tabaiyah), yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok, seperti terhalangnya seorang pembunuh.
4) Hukuman pelengkap (al-uqubat al takmiliyah), yaitu hukuman yang dijatuhkan sebagai pelengkap trehadap hukuman yang dijatuhkan, seperti menggalungkan tangan pencuri yang telah dipotong lehernya (harus berdasarkan keputusan hakim tersendiri ).
c. Hukuman dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan hukuman, yaitu: I) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu, dimana hakim tidak
dapat menambah atau mengurangi batas itu, seperti hukuman had.
2) Hukuman yang memiliki dua batas, yaitu batas tertinggi dan
terendah dimana hakim dapat memilih hukuman yang paling adil
dijatuhkan kepada terdakwa, seperti dalam kasus maksiat yang
diancam dengan ta'zir.
d. Hukuman dari segi sasaran hukum yaitu:
I) Hukuman badan, yaitu hukuman yang dikenakan kepada badan
manusia seperti hukuman jilid.
3) Hukuman yang dikenakan kepada kemerdekaan manusia, sepe1ti
hukuman penjara atau pengasingan.
4) Hukuman yang dikenakan kepada harta seperti diyat, denda, dan
perampokan.
2. Menurut Hukum Pidana Positif
Dalam titel 11 buku 1 KUHP yang be1judul"Hukuman "(sraffen) tergambar sistem hukuman pidana yang ada dilndonesia. Sistem ini sederrhana hanya disebutkan dalam pasal 10 empat macam lmkuman pokok:17
a. Hukuman Mati. b. I-I ukuman penj ara. c. Hukuman kurungan. d. Denda.
Sedangkan hukuman tambahannya terdiri atas tiga macam: a. Pencabutan hak-hak te1tentu.
b. Perampasan barang-barang tertentu. c. Pengumuman putusan hak
17
Prof. Dr. Wirjono Prodjodikiro, S.H. Asas-asas hukum pidana di Indonesia (Bandung, PT
1. Hukuman pokok
a) Hukuman mati
Hukuman mati adalah hukuman yang dilakukan dengan mengambil jiwanya pelaku yang melanggar undang-undang pidana, seperti kejahatan berat terhadap keamanan negara, kejahatan pmbunuhan terhadap orang tertentu, pembunuhan berencana, kejahatan-kejahatan terhadap harta benda yang disertai unsur yang sangat memberatkan, seperti kejahatan pembajakan laut.18
Hukurnan mati biasanya dugelar dilapangan yang luas dan dapat dilihat oleh masyarakat dari berbagai tempat. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang melihat hukuman mati tidak melakukan perbuatan kejam yang mengakibatkan dijatuhkannya hukuman mati. b) Hukuman penjara dan kurungan.
Kedua hukmnan ini sama-sama menghilangkan kemerdekaan seseorang untuk sementara waktu atau seumur hidup. Salah satu
perbedaan yang sangat jelas adalah hukuman penjara dijatuhkan
pada tindak pidana berat, sedangkan hukuman pidana kurungan dijatuhkan pada tindak pidana ringan.
18
Drs. Adami Chazawi, S.I-1. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I Ste/sel Pidana, Teori-teori
c) Hukuman denda.
Hukuman denda m1 kebanyakan dijatuhkan kepada pelanggaran, hukuman denda dijatuhkan sebagai alternatif dari hukuman kurungan. Dan menurut pasal 30 ayat I KUHP, jumlah denda sekurang-kurangnya dua puluh lima sen.kini tidak diadakan maksimum umum, maka tiap-tiap pasal yang mengancam dengan hukuman denda, tidak terbatas dalam menentukan maksimum denda untuk tindak pidana tertentu.
Undang-undang No 20 yang termuat dalam berita republik Indonesia mengadakan suatu hukuman pidana baru yang dinamakan "Hukuman tutupan". Undang-undang tersebut terdiri dari dari 6(enam) pasal dan berdasarkan pasal 2 ayat I PP No.8 tahun 1948 bahwa hukuman tutupan bukan hukuman yang berdiri sendiri melainkan sama dengan hukuman penjara juga perbedaannya hanyalah terletak pada orang yang melakukan tindak pidana karena maksud yang pa tut dihormati.
2. Hulrnman Tambahan
F. Tujuan Pemidanaan
I. Menurut Hukum Pidana Islam
Hukum pidana islam, sebagai realisasi dari hukum islam itu sendiri menerapkan hukuman dengan tujuan untuk menciptakan ketentraman individu dan masyarakatserta mencegah perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan kerugian terhadap masyarakat, yag berkenaan dengan jiwa, harta, maupun kehormatan.tujuan pemberian hukuman dalam islam sesuai dengan konsep tujuan umum di syariatkannya hukum, yaitu untuk merealisasikan kemaslahatan umat dan sekaligus menegakkan keadilan.
Hukuman yang ditegakkan dalam syariat Islam mempunyai dua aspek, preventif (pencegahan) dan refresif (pendidikan). Dengan ditegakkan kedua aspek tersebut akan dihasilkan satu aspek kemaslahatan, yaitu terbentuknya moral yang baik, maka akan menjadikan masyarakat menjadi arnan tentram damai dan penuh dengan keadilan, karena moral yang dilandasi agama akan membawa prilaku manusia sesuai dengan tuntutan agama. 19
Menurut Andi hamzah dan Simanglipu, merumuskan tujuan pemidanaan menj adi em pat bagian yaitu:
a. Pembalasan(revenge ), seseorang yang telah menyebabkan kerusakan dan malapetaka pada orang lain.
b. Penghapusan dosa ( eksiation)
19
Drs. Makhrus Munajat, M.Hum, Dekontruksi Hukum Pidana Islam, Qogjakarta, Logung
c. Menjerakan
d. Memperbaiki pelaku tindak kejahatan (rehabilition of the criminal) pidana ini diterapkan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan prilaku jarimah agar tidak mengulangi kejahatnnya.20
2. Menurut Hukum Pidana Positif
Bagian penting dalam sistem pemidanaan adalah menetapkan sanksi. Keberadaannya akan memberikan arah dan pertimbangan mengenai apa yang yang seharusnya dijadikan sanksi dalam suatu tindak pidana untuk menegakkan berlakunya norma. Di sisi lain, pemidanaan itu sendiri merupakan proses paling kompleks dalam sistem peradilan pidana karena melibatkan banyak oprang dan intitusi yang berbeda.
Pemidanaan dapat diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana. Hal ini dapat disimaJ( dalam pendapat Sudarto21 yang menyatakan bahwa pemberian pidana in abstracto
adalah menetapkan stelsel sanksi hukum pidanan yang menyamgkut pembentukan undang-undang. Sedangkan pemberian m concreto menyangkut berbagai badan yang kesemuanya mendukung dan melaksanalrnn stelsel hukum pidana itu.
20
Andi Hamzah dan Simanglipu, Pidana Mali di Indonesia di masa /alu, masa kini dan masa
yang akan datang, cet. 2, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1985), h.15
Di Indonesia hukum pidana positif belum pernah merumuskan tujuan pemidanaan. Selama ini wacana tentang tujuan pemidanaan tersebut masih dalam tataran yang bersifat teoritis, namun Rancangan KUHP Nasional telah menetapkan tujuan pemiclanaan pacla buku kesatu ketentuan umum clal;am Bab 111 clengan juclul: pemiclanaan, piclana, clan tinclakan.
Rancangan KUHP Nasional talmn 1968 clalam pasal 50 ayat I nya telah ditetapkan empat tujuan pemiclanaan sebagai berikut:22
a. Mencegah clilakukannya tinclak pidana dengan menegakkan norma humum demi pengayoman masyarakat.
b. Memasyarakatkan terpiclana clengan mengaclakan pembinaan sehingga menjacli orang yang baik clan berguna
c. Menyelesaikan konflik yang clitimbulakan oieh tinclak piclana, memulihkan keseimbangan dan menclatangkan rasa damai dalam masyarakat, clan
cl. Membebaskan rasa bersalah pada terpiclana
Menurut Barela Nawawi Arief yang juga sebagai salah satu anggota Tim Penyusunan Rancangan KUHP Nasional itu bahwa perumusan tujuan
pemidanaan di dalam konsep (Rancangan KUHP Nasional, pen.) bertolak clari pokok-pokok pemikiran antara lain:
a. Pacla hakikatnya undang-undang merupakan sistem hukum yang bertujuan (purposive system) sehingga clirumuskannya piclana clan aturan 22
pemidanaan dalam undang-undang, pada hakikatnya hanya merupakan sarana untuk mencapaii tujuan.
b. Dilihat secara fungsional, pemidanaan merupakan suatu rangakaian proses kebijakan yang konkretisasinya sengaja direncakanakan melalui tiga tahap. Agar ada keterjalinan dan keterpaduan antara ketia tahap itu sebagai satu kesatuan sistem pemidanaan, maka diperlukan perumusan tujuan pemidanaan.
Perumusan tujuan pemidanaan dimaksudkan sebagai 'fungsi pengendali/ kontrol' dan sekaligus memberikan dasar filosofis, dasar rasionalitas dan motivasi pemidanaan yang jelas dan terarah.
Karena di Indonesia rumusan tentang tujuan pemidanaan dalam hukum pidana positif belum pernah ada. Jadi pembahasan mengenai apa, kenapa dan untuk apa pemidanaan itu, selama ini lebih banyajk bersifat teoritis. Sebagai akibat dari ketiadaan rumusan tujuan pemidanaan secara formal (terutama dalam hukum pidana induk), maka banyak sekali rumusan jenis dan bentuk sanksi dalam perundang-undangan pidana di Indonesia yang tidak konsisten dan tumpang tindih. Hal seperti ini merupakan indikasi
DAN HUKUM POSITIF
A. Pengertian Penganiayaan
I. Menurut Hukum Pidana Islam
Berbicara mengenai penganiayaan sebagai suatu kejabatan atau tindak pidana, secara otomatis dapat dipahami sebagai suatu kerangka persoalan yang sangat kompleks.
Menurut Madjloes, yang dimaksud dengan penganiayaan dalam hukum Islam adalah: dengan sengaja melakukan perbuatan sehingga menimbulkan cidera atau cacat pada seseorang yang terkena perbuatan itu.1•
Penganiayaan sebagai bentuk kejahatan (jarimah) oleh fuqaha di bawa dalam satu bab (kitab) khusus yang dimasukan dalan1 kitab jinayat,
termasuk dalam pembahasan mengenai masalah pembunuhan, pencurian, prostitusi, penganiayaan, perampokan dan bentuk !criminal lainnya.
Penganiayaan diindetikan dengan melukai, yang dalam bahasa arab disebut dengan istilah jirahah yang artinya pelukaan Istilah jirab ini dipergunakan dalam lapangan ilmu fiqih pada perbuatan yang melukai badan, menghilangkan nyawa, baik disertai dengan Iuka atau tidak, seperti
1
membunuh dengan racun, serta tindakan-tindakan lain yang menghilangkan manfaat alat tubuh manusia, seperti menjadi buta, tuli dan laim1ya.
Kejahatan atas fisik tetapi tidak dimenimbulkan kematian, dalam litertur fiqih jinayah disebut dengan ...,...ill\ uJJI.. セ@ [|L[セi@ baik dilakukan
secara sengaja atau tidak sengaja. 2
Ada dua klasifikasi dalam menentukan pembagian tindak pidana penganiayaan, yaitu:
!. Ditinjau dari segi niatnya
Ditinjau dari segi niat pelaku, tindak pidana Penganiayaan dibagi kepada dua bagian:
a. Penganiayaan sengaja
Perbuatan sengaja adalah setiap perbuatan dimana pelaku sengaja melakukan perbuatan dengan maksud melawan hukum.
Dari definisi tersebut dapat diambil asumsi bahwa tindak
pidanapenganiayaan dengan sengaja, pelaku sengaja melakukan perbuatan yang dilarang dengan maksud supaya perbuatannya itu mengenai dan menyakiti orang lain
b. Penga11iayam1 tidak sengaja
Penganiayaan sengaja dan tidak sengaja dalam tindak pidana penganiayaan, masih diperselisihkan oleh para fuqaha. Sepe1ii halnya dalam tindak pidana ini, syafi 'iyah dan Hanabilah
2
berpendapat bahwa tindak pidana penganiayaan 1111 juga ada
pembagian yang ketiga, yaitu syibhul amd atau menyerupai sengaja. 2. Ditinjau dari segi objek (sasarannya)
Ditinjau dari segi objek atau sasarannya, tindak pidana penganiayaan, baik sengaja maupun tidak sengaja dapat dibagi kepada lima bagian:
a. Penganiayaan atas anggota badan dan semacamnya
Adapun yang dimaksud dengan jenis yang pertama ini ada!ah tindakan perusakan terhadap anggota badan dan anggota lainnya yang disetarakan dengan anggota badan baik berupa pemotongan maupun pelukaan. Dalam kelompok ini termasuk pemotongan tangan, kaki, jari, kuku, hidung, zakar, biji pelir,telinga, bibir, pencongkelan mata, merontokkan gigi, pemotongan rambut, alis bulu mata, jenggot, kumis, bibir kemaluan perempuan, dan lidah. b. Menghilangkan manfaat anggota badan sedangkan jenisnya masih
tetap utuh.
c. Asy-syajaj
Yang dimaksud asy-syajaj adalah pelukaan khusus pada bagian muka dan kepala. Sedangkan pelukaan atas badan selain muka dan kepala termasuk kelompok keempat, yaitu jirah.
Imam abu Hanifah berpendapat bahwa syajaj adalah pelukaan pada bagian muka dan kepala, tetapi khusus dibagian tulang, seperti dahi. Sedangkan pipi yang banyak dagingnya tidak termasuk syajaj, tetapi ulama lain berpendapat bahwa syajaj adalah pelukaan pada bagian muka dan kepala secara mutlak
d. Al- Jirah
Al- jirah adalah pelukaan pada anggota badan se\ain wajah, kepala, dan athraf. Anggota badan yang pelukaannya termasuk jirah in meliputi leher, dada, perut, sampai batas pinggul.
e. Tindakan selain yang telah disebutkan diatas
2. Menurut Hukum Pidana Positif
Penganiayaan adalah tindak kejahatan/delict yang merupakan perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang disertai ancaman, yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.3
Menurut prof Lamintang dalam bukunya mendefinisikan penganiayaan sebagai kesengajaan yang menimbulkan rasa sakit dan menimbulan Iuka pada orang lain.4.
Penganiayaan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dimuat artinya sebagai "perlakuan yang sewenang-wenang" Pengertian penganiayaan yang dimuat kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengertian dalam arti luas: yakni yang menyangkut "perasaan" atau "batiniah". Penganiayaan yang dimaksud dalam ilmu lrnkum pidana adalah yang berkenaan dengan tubuh manusia.
Mr. M.H Tirtamidjaja membuat pengartian penganiayaan sebagai perbuatan atau tindakan yang dengan sengaja menyebabkan sakit atau Iuka pada orang lain. Akan tetapi, suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau
3
Prof. Hermin Hadiati Koeswadji, Kejahatan terhadap Nyawa Serta Penyelesaiannya, (Bandung, Sinar Wijaya, 1984) eet ke-1 h. 9
4
Iuka pada orang lain tidak dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu dilakukan untuk menambah keselamatan badan.5
Berbicara tentang pasal 351 KUHP kita harus talm apa yang dimaksud dengan perbuatan penganiayaan yang menurut istilal1 KUHP adalah "Mishandeling" tetapi dalam BAB IX buku I KUHP" tidak ada aiii penganiayaan. Untuk mengetahui perbuatan penganiayaan harus kita lihat pada.6
a. Pada sumbernya
b. Dalam praktek peradilan, dan c. Dalam ilmu pengetahuan
Menurut yurisprudensi maupun ilmu pengetahuai1 memberi pengertian pengai1iayaan adalah setiap perbuatan ya11g dilalrnka11 dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau Iuka kepada ora11g lain.
Dalam ha! ini Hoge Raad dalam menafsirkan perbuata11 penganiayaan meneka11kan kepada perbuatan "sengaja" (opzet).
Dal am pasal 3 51, yang merupakan inti dari bab xx ini, tidak ada
uraiai1 unsur-unsur selain hanya disebut penganiayaan saja, karenanya jika kita menguraikan unsur-unsurnya maka sebaliknya istila penga11iayaan itu diuraikan sehingga berbunyi"Barang siapa yang dengan sengaja da11 tanpa hak menyakiti atau melukai badan orang lain karena penganiayaa11, diancam
5
M. Tirtaamidjaja, Pokok-Pokok Hukum Pidana, (Jakarta, Fresco, 1955), h. 74
6
dengan pidana penjara maksimum dua tahun delapan bulan atau denda tiga
. l 7
ratus rupia 1.
Chaidir Ali, mengemukakan dalam bukunya yang berjudul"Responsi Hukum Pidana" penyertaan dan gabungan tindak pidana disebutkan bahwa KUHP tidak merumuskan elemen-elemen/unsur-unsue dari penganiayaan, melainkan hanya menyebutkan qualifikasinya saja, yaitu penganiayaan (Mishandeling). 8
Oleh karena pasal 351 KUHP tidak menyebutkan tentang penganiayaan dan hanya menyebutkan kualifikasinya saja, malca kita dapat mengetahui apa perbuatan penganiayaan itu maka kita harus mempergunakan penafsiran.d alam KUHP sendiri, didalam buku liltle IX
dikenal penafsiran resmi/interprestasi autentik daripada beberapa kata-kata yang dipergunakan dalam KUHP.
Tetapi bila kita cari maka istilah penganiayaan tidak terdapat dalam title 1 X tersebut hingga belum diketahui apa yang dimaksud dengan mishandeling.
Perumusan penganiayaan didalam rencana undang-undang pasal 351 yang disusun oleh mentri kehakiman, maka perbuatan penganiayaan itu dirum uskan se bagai:
7
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP serta Pelaksanaannya, (Jakarta, Balai Aksara), h.501
8
a. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk memberikan penderitaan kepada orang Ian, atau.,
b. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk merugikan kesehatan badan orang lain.
Dalam tafsiran doktrin pasal 351 itu ditafsirkan sebagai"perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau Iuka kepada orang lain.Sedangkan menurut penafsiran Hoge Raad, penganiayaan yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaj a untuk menimbulkan rasa sakit atau Iuka semata-mata menjadi tujuan dari perbuatan itu dan merupakan suatu alat untuk mencapai suatu tujuan yang di inginkan 9
Dan yang dimaksud dengan rasa sakit atau pijn dalam pasal 351 KUHP yaitu, dimana seseorang cukup merasa sakit akibat perbuatan orang lain, dan perubahan badan tidaklah menjadi syarat mutlak.
Misalnya: kalau dipukul itu akan menimbulkan rasa sakit. Sedangkan yang dimaksud dengan Iuka dalam pasal 351 KUHP diartikan setiap perubahan dari sebagian bentuk baclan manusia yang tidak merupakan bentuknya semula. Dalam ha! ini bisa saja misalnya jika seseorang dengan menikam itu akan menimbulkan perubahan pada bentuk badan manusia.
Kemuclian tentang perbuatan penganiayaan yang dilakukan seseorang karena kealpaan atau culpose mishandeling atau clapat dilihat dalam pasal 360 KUHP.sedangkan perbedaan antara pasal 351 clengan pasal
360 adalah,dalam pasal 351 dilakukan dengan sengaJa, sedag pasal 360 dilakukan dengan keaalpaan.
Kejahatan penganiayaan yang terdapat dalam pasal 360 KUHP merupakan delik materiel, karena dalam ha! ini yang dipentingkan adalah akibatnya, yaitu menimbulkan akibat;
a. Luka parah kepada orang lain, atau
b. Sakit yang disebabkan oleh sesuatu Iuka yang di derita, atau c. Halangan untuk menge1jakan peke1jaan atau jabatannya sehari-hari
B. Hukuman Tindak Pidana Penganiayaan
1. Menurut Hulmm Islam
Pembahasan mengenai hukuman pelaku penganiayaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu penganiayaan yang dikenakan qisas dan penganiayaan yang dikenakan diyat.
a. Hukuman pokok, yaitu qishas atau balasan setimpal. Hal ini diberlakukan qishas atau balasan setimpal itu memang dapat dilaksanakan tidak melebihi dan mengurangi.10
Apabila seseorang memotong anggota badan manusia, tidak diperselisihkan bahwa ia dikenakan q1sas, suatu penganiayaan adakalanya membinasakan salah satu anggota badan orang yang dianiaya atau tidak membinasakannya. Apabila termasuk penganiayaan
yang membinaskan anggota badan malrn kesengajaan padanya ialah apabila sengaja memukul korban dengan disertai arah dan dengan memakai alat yang dapat melukai pada ghalibnya.
Tetapi apabila penganiayaan itu karena main-main atau dengan memakai alat yang tidak melukai pada ghalibnya atau karena untulc memberikan pengajaran, maka perbedaan pendapat fuqaha dalam hal ini mirip clcngan perbcdaan pcndapal lcnang pembunuhan, sebagian mengatakan diqisas clan sebagian lagi tidak diqisas.
Jadi penganiayaan sengaja apabila te1jacli menurut syara yang telah clitentukan masa hukumannya aclalah qisas, sebagaimana firman Allah SWT clalam surat al-Maiclah ayat 45.
Artinya: Dan kami Telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan Iuka Iuka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu
(menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.(QS.
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa hukuman pembalasan yang terkesan sangat kejam terdapat pada syari'at terdahulu sebelum datangnya Islam, tetapi setelah datang Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad saw bahwa hukurnan yang ditetapkan adalah rahmat dan penuh keadilan.
Dan di dalam surat al-Baqarah ayat 194 dinyatakan:
Artinya; Barangsiapa yang menganiaya kamu, maka balaslah
sebagaimana ia menganiaya kamu. (QS. al-Baqa.rah; 194)
b. Hukurnan diyat
Hukuman diyat merupakan hukuman pengganti untuk qishas apabila hukuman qishas terhalang karena suatu sebab. Diyat sebagai hukurnan pengganti berlaku dalarn tindak pidana penganiayaan sengaja. Disarnping itu juga diyat merupakan hukuman poko apabila kejahatannya menyerupai sengaja atau kesalahan.
Diyat, baik sebagai hukuman pokok maupun sebagai ht1kurnan pengganti digunakan untuk diat kamilah.
Diat kamilah atau diat sempurna berlaku apabila manfaat jenis anggota badan hiiang seluruhnya.
1) Diyat bagi luka berat, yaitu:
Luka sampai kelihatan tulang, dendanya 5 ekor unta, Iuka sampai pecah tulang dendanya 10 ekor unta, Iuka sampai beralih tulang dendanya 15 ekor unta, luka sampai membukus tcngkorak dendanya 1/3 dari 100 ekor unta, luka yang sampai kc benak, dendanya seperti denda luka yang sampai ke kulit kepala yaitu 1/3 diyat penuh. Apabila seorang Iuka sampai kelihatan tulang, kemudian datang lagi yang kedua, dilukainya pula sampai pecah tulang, kemudian datang lagi yang ketiga dipukulinya sampai beralih tulang, kemudian datang lagi yang keempat lalu dipukulinya pula sampai kulit tengkorak kepala, maka yang pertama didenda 5 ekor unta, yang kedua didenda 5 ekor unta, yang ketiga didenda 5 ekor unta, dan yang ke empat didenda 18 ekor unta ditambah lagi 1/3 dari diyat penuh.
a) Luka perut: Iuka berat sampai ke dalam perut dengan melalui pernt, pungung dada dan leher, maka dendanya 1/3 dari l 00 ekor unta.
b) Luka mata: merusak atau menghilangkan manfaatnya, misalnya merusakkan biji mata, dendanya I 00 ekor unta, satu biji mata 50 ekor unta,
d) Luka hidung: apabila merusakkan batang hidung diyatnya penuh e) Luka bibir: apabila merusakaan dua belah bibir dengan denda
lengkap, jika sebelah saja Yi dari I 00 ekor unta.
f) Luka lidah: apabila merusakan lidah diyatnya penuh jika terpotong setengalmya maka dityatnya Yi jika terpotongnya Y. maka diyatnya Y. pula.
g) Luka gigi tiap-tiap sebuah gigi diyatnya 5 ekor unta, jika merusakan semua gigi maka diayatnya mengalikan jumlah gigi yang dirusak dengan seekor unta. Misalnya jika semnua gigi yang dirusakkan 32 biji maka dendanya 32 x 5 ekor unta
=
160 ekor unta.h) Luka tangan: merusakkan tangan diyatnya 50 ekor unta untuk satu tangan dan I 00 ekor unta untuk dua tangan.
i) Luka kaki: merusakkan dua kaki diyatnya penuh Yi untuk satu
kaki dan tiap-tiap jari yang dirusak di denda 1/10 diyat yakni I 0 ekor unta.
j) Luka zakar: merusak zakar orang lain yang masih berfungsi dan sehat diyatnya 2 penuh, karena merusak manfaat dan memutuskan lahirnya keturunan.
I) Luka payudara: merusak payudara perempuan berarti merusak keindahan dari wanita maka diyatnya penuh yakni I 00 ekor unta jika dirusakan keduanya, Y, diyat jika jika yang dirusakan satu
buah saja.
m) Bibir kemaluan: merusakan farj wanita yang bermanfaat untuk membuat keturunan maka dendanya I 00 ekor unta karena menghilangkan manfaat dan kindahannya.
2) Diyat bagi Iuka ringan yaitu:
Luka terkelupas kulit, berdarah, Iuka terguris daging, Iuka dalam sampai ke daging dan dan Iuka sampai ke lapis tulang, maim lmkum dendanya diukur menurut dangkalnya Iuka, kemudian diperbandingkan dengan Iuka kelihatan tulang sampai dijatuhi denda
Y,, 113, \'4, dari Iuka tulang, tergantung atas kebijaksanaan hakim
yang memutuskan dan menurut pertimbangan hakim.
Adapun jarimah ta'zir yang berhubungan dengan pelukaan atau penganiayaan sebagai berikut: 11
a) Imam Malik mengatakan boleh digabuingkan antara ta 'zir
dengan qisas dalam tindak pidana penganiayaan dengan alasan bahwa qisas itu suatu hak alami. Sedangkan ta 'zir adalah sanksi yang bersifat mendidik dan memberikan pelajaran yang
berkaitan dengan hak jama'ah. Beliau juga berpendapat ta 'zir
dapat dikenakan terhadap jarimah pelukaan yang qisasnya dapat dihapuskan atau tidak dapat dilaksanakan karena suatu sebao
hukum.
b) Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'l dan Imam Hambali mengatakan boleh dilakukan terhadap orang yang berualangkali dijatuhi hukuman. Bahkan mereka diperbolehkan menyatakan sanksi ta 'zir terhadap sanksi had untuk residivis, karena dengan mengulangi perbuatan jarimah menunjukkan bahwa 1'.ukum yang telah diberikan kepadanya tidak menjadikannya jera, oleh karnna itu sanksinya harus ditambah.
c) Sebagian ulama lain mengatakan bahwa pelukaan dengan yang kosong , tongkat ataaupun cambuk, itu diancam dengan hukuman ta 'zir.
2. Menurut Hukum Positif
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 353 dan 355, dapat dijatuhkan pencabutan hak tersebut dalam pasal 35 No. 1-4 penyerangan atau perkelahian (pasal 358).
Hukuman bagi pelaku penganiayaan menurut hukum positif telah tertera pada pasal-pasal dalam KUHP sebagai berikut: 12
a. Penganiayaan biasa diatur di dalam pasal 351 KUHP diancam dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan atau didenda paling banyak 300 (tiga ratus) rupiah. Apabila penganiayaan biasa berakibat luka berat yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
lima tahunJika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun, dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan, percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana .. Luka berat atau mati disini, harus merupakan akibat yang tidak dimaksud oleh si pembuat. Apabila Iuka berat itu dimaksud maka dikenakan pasal 355 dan kematian yang dimaksud maka perbuatan itu termasuk pembunuhan (pasal 338) ..
b. Penganiayaan Ringan diatur dalam pasal 352 KUHP, tindak pidana ini termasuk kejahatan ringan. Penganiayaan yang tidak mengakibatkan rasa sakit atau terhalangnya orang di dalam melakukan jabatannya atau mata pencahariannya. Ancaman hukumannya yaitu hukuman penjara
12
M. Sudrajat Bassar, SH, Tindak Pidana Tertentu Dalam K U f/P,(Bandung, CV, Remaja
paling lama 3 (tiga) bulan atau didenda paling besar 300 (tiga ratus) rupiah.
Hukuman ini dapat ditambah dengan sepe1iiga bagi yang bersalah melakukan perbuatan itu terhadap orang yang beke1ja padanya atau yang berada dibawah kekuasaannya.
c. Penganiayaan direncanakan terlebih dahulu.
Di atur dalam pasal 353 KUHP diancam dengan hukuman penJara paling lama 4 tahun. Apabila perbuatan itu membawa Iuka berat pada tubuh, dihukum dengan hukuman penjara 7 tahun. Apabila penganiayaan itu mengakibatkan matinya orang, dihukum dengan hukuman penjara paling lama 9 tahun.
d. Penganiayaan yang disengaj a untuk melukai berat
Diatur dalam pasal 354 KUHP diancam dengan hukuman penjara paling lama 8 tahun. Daiam penganiayaan ini, niat sipembuat harus ditunjukan pada "meiukai berat" a11inya Iuka berat itu harus dimaksud oleh si pembuat. Jika mengakibatkan mati korbannya, maka dikenakan pidana penjara paling lama I 0 (sepuluh) tahun.
e. Penganiayaan yang disengaja untuk melukai berat
f. Penganiayaan terhadap orang-orang tertentu dan dengan menggunakan benda-benda yang membahayakan kesehatan orang.
Diatur dalam pasal 356 KUHP. Ancaman hukuman yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah dengan sepertiganya.
1) Apabila kejahatan dilakukan terhadap ibunya, bapaknya yang sah, isterinya, atau suaminya atau analmya.
2) Apabila kejahatan seorang pejabat ketika atau karena menjalankan tugasnya yang sah.
3) Apabila kejahatan dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum. g. Dalam pemidanaan karena salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 353 dan 355, dapat dijatuhkan pencabutan hak tersebut dalam pasal 35 no 1-4
h. Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau pe;kelahian, dimana terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab masing-masing terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya diancam:
Ke-! Dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang Iuka-Iuka berat;
Subyeknya adalah barang siapa. Jadi perlu di perhatikan kemungkinan subyek itu di pandang berhak, berwenang untuk melakukan sesuatu yang membuat objek yang besangkutan sakit/luka. Denikian juga perlu di perhatikan ada tidaknya hubungan tertentu antara subyek da objek sebaimana diatur atau tersirat dalam pasal 356.
Unsur kesalahan di sini harus sengaja apabila tidak dengan sengaja, lebih tepat di terapkan dalam pasal 360 atau pasal 359. dengan demikian petindak menghendaki atau mengetahui tindakan yang dilakukannya dan menghendaki sakit atau lukanya objek tersebut. Bahkan dapat juga di katakan bahwa tujuan dari si petindak/subyek melakukan suatu tindakan (misalnya memukul, memotong, membedah)
C. Persamaan dan Perbedaan
Penulis akan meninjauanya melalui analisis perbandingan hukum antara persamaan dan perbedaan.
1. Persamaan
Untuk menghindari te1jadinya kesewenang-wenangan dalam
Dikalangan para fuqaha telah sepakat, keluarga korban dapat melaksankan qirns dalam perkara pembunuhan dan penganiayaan dengan izin penguasa, sebab pelaksanaan qisas memerlukan keteian agar terhindar melampaui batas. Jika dilaksanakan tanpa restu dari petugas negara, maka tidak akan terjadi qisas, karena ia dianggap menghianati kekuasaan negara.
Begitu pula dalam KUHP sama dengan hukum Islam memandang perbuatan penganiayaan sebagai perbuatan yang tidak pernah akan diterima masyarakat. Dan yang berhak melaksanakan sanksi terhadap pelaku tindak pidana Adalah pemerintah. Dalam ha! ini instansi byang ditunjuk untuk menjadi pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap adalah pihak kejaksaan, sebagaimana diatur dalan1 KUHP pasal 270. dari sini dapat dipertegas bahwa hukum Islam dan KUHP memiliki beberapa persamaan-persamaan itu adalah: melarang tindak pidana penganiayaan, memberikan sanksi yang berat terhadap pelaku, memberikan sanksi tambahan, dan menyerahkan pelaksanaan hukum pada penguasa.
2. Perbedaan
Adapun KUHP hanyalah sebuah karya sekelompok manusia yang dianggap ahli dalam bidang hukum, sehingga kebenarannya tidaldah bersifat mutlak dan akan berubah mengikuti perkembangan zaman dan terikat pada masa serta tempat tertentu saja. KUHP di ciptakan hanya untuk ketertiban dan ketentranmn dalam kehidupan bermasyaralmt, melaksanakannya hanyalah suatu kepatuhan pada hukum atau pemerintah, bukan tennasuk ibadal1 karena tidak berpengaruh pada kehidupan alchirat. Dan dalam KUHP dengan segala ketentuannya mengenai tindak pidana penganiayaan, tidak pernah melibatkan keluarga korban untuk menentukan hukuman, padahal mereka pihak secara langsung yang di rugikan dengan terbunuhnya seseorang dari anggota keluarga mereka.
Dan di lihat dari segi sanksi yang di ancamkan kepada si エ・イセ。ャ。ィ@
JAKARTA SELATAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN
A. Perkara Penganiayaan Di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Seperti diuraikan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana penganiayaan yang dianalisis ini adalah perkara NO. 14/PID B/2005/PN. Jak.Sel dipengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tahun 2005, dengan terdkwa Teuku Syauki Markam, yang berusia 46 tahun,beralamat di jl. Bakti no 48 lt 03 Rw 07 kelurahan Cilandak Timur Kecamatan Pasar Minggu Kota Madya Jakarta Selatan
Dengan jumlah perkara penganiayaan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa perk