SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
CICI INDRAYANTI NIM: 206011000031
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
CICI INDRAYANTI NIM. 206011000031
Di Bawah Bimbingan:
Drs. H. PAIMUN NIP. 150 012 567
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i MOTIVASI BELAJAR SISWA
Bimbingan dan konseling dewasa ini telah menjadi salah satu pelayanan pendidikan yang sangat dirasakan keperluan dan urgensinya di sekolah Indonesia mulai tahun 1962-1963 telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memasukkan program bimbingan konseling sebagai salah satu bidang penting dalam program sekolah yang bertujuan membimbing untuk membantu siswa menyelesaikan masalah-masalah pendidikan dan jurusan yang dipilih.
Ada tiga permasalahan yang menjadi kajian pokok penelitian ini, yang pertama bagaimana motivasi belajar siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang, yang kedua apa saja pelayanan bimbingan konseling yang diberikan sekolah kepada siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang dan ketiga seberapa besar pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap motivasi belajar siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang, jenis layanan bimbingan konseling yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang dan seberapa besar pengaruh bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang.
Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Babus Salam Cimone Tangerang sebanyak 303 orang, semetara sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang siswa dan 27 orang guru Babus Salam Cimone tangerang. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling yaitu dengan cara diacak dan undian. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan angket.
Adapun pengaruh bimbingan dan konseling terhadap motivasi belajar siswa yaitu berpengaruh positif dengan pemberian pelayanan BK yang meliputi layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok dan layanan konsultasi.
ii
penyayang yang maha kuat dan lagi maha perkasa, segala rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang karena berkat taufiq, hidayah, dan
rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas akhir dalam studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berupa penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Bimbingan dan Konseling Terhadap Motivasi Belajar Siswa”.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW sebagai pemberi syafaat dan penyelamat ummat dari
kebodohan dan kenistaan menuju keimanan dan keislaman.
Disamping itu tak lupa pula penulis haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut andil demi terselesainya penulisan skripsi ini, baik berupa bimbingan, saran, kritik, motivasi maupun do’a. Terkhusus ucapan terima
kasih ini penulis haturkan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bpk. Drs. H. Paimun, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak-bapak dan ibu- ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik penulis dengan rasa pengabdian yang tinggi. Semoga ilmu yang diberikan dapat dijadikan bekal perjalanan selanjutnya.
iii
memberikan pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
6. Keluarga besar SMP Babus Salam Cimone Tangerang yang telah memberikan fasilitas bagi penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Ayahanda (Huzaini) dan Ibunda (Sutia) yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, memberikan motivasi dan bantuan baik moril
maupun materil. Terimakasih atas do’a dan pengorbanan yang telah diberikan. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka berdua. Amin.
8. Kekasih tersayang Robby Habibie yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat kepada penulis untuk terus menulis skripsi ini hingga dapat terselesaikan, serta sahabatku tercinta Ika & Vina terimakasih atas do’a dan support dari kalian. Chayyooo!!!
9. Seluruh keluarga besar penulis dan semua pihak yang telah membantu penulis baik berupa nasehat maupun dorongan semangat yang tidak mungkin disebutkan satu persatu namanya, hanya doa kepada Allah yang
dapat penulis panjatkan semoga menjadi amal yang sholeh dan semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Dengan tersusunnya skripsi ini semoga bermanfaat bagi kita semua serta mendapat ridlo dari Allah SWT. Amin
iv
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORI ... 5
A. Motivasi Belajar ... 5
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 5
2. Macam-macam Motivasi ... 6
3. Fungsi Motivasi ... 8
4. Perlunya Motivasi ... 9
5. Cara Memotivasi Siswa ... 10
B. Bimbingan dan Konseling ... 13
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 13
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 16
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling ... 18
4. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan motivasi ... 19
5. Peran Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan motivasi ... 23
C. Kerangka Bepikir dan Hipotesis ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
A. Variabel Penelitian ... 29
v
C. Metode Penelitian ... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ... 31
E. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34
A. Gambaran Umum SMP Babus Salam Cimone Tangerang ... 34
B. Deskripsi Data ... 43
C. Analisa Data ... 49
D. Interpretasi Data ... 57
BAB V PENUTUP ... 59
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi Tabel 2 Interpretasi Nilai Kritik
Tabel 3 Keadaan Guru SMP Babus Salam Menurut Ijazah dan Bidang Tugasnya
Tabel 4 Keadaan Karyawan SMP Babus Salam Menurut Ijazah dan Tugasnya
Tabel 5 Keadaan Siswa SMP Babus Salam menurut Kelas dan Jenis
Kelamin
Tabel 6 Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Babus SalamMenurut Jumlah dan Kondisinya
Tabel 7 Hasil Angket Siswa Variabel X (Bimbingan Konseling)
Tabel 8 Hasil Angket Siswa Variabel Y (Motivasi Belajar)
Tabel 9 Hasil Angket Guru Variabel X (Bimbingan dan Konseling) Tabel 10 Hasil Angket Guru Variabel Y (Motivasi Belajar)
Tabel 11 Korelasi Product Moment Angket Siswa Variabel X terhadap Y Tabel 12 Harga Kritik dan Korelasi Product Moment Siswa
Tabel 13 Korelasi Product Moment Angket Guru Variabel X Terhadap Y Tabel 14 Harga Kritik dan Korelasi Product Moment Guru
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling dewasa ini telah menjadi salah satu pelayanan pendidikan yang sangat dirasakan keperluan dan urgensinya. Di sekolah Indonesia mulai tahun 1962-1963 telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memasukkan program bimbingan konseling sebagai salah satu bidang penting dalam program sekolah. Pekerjaan pelopor dalam
bidang ini dimulai di Amerika Serikat kira-kira 80 tahun yang lalu.1
Namun dalam hal ini penulis memfokuskan bimbingan konseling dalam ruang lingkup sekolah, yang bertujuan membimbing untuk membantu siswa menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah pendidikan dan jurusan yang dipilih. Dalam proses pendidikan, bimbingan dan konseling
sangatlah diperlukan karena bimbingan konseling membantu seseorang agar mencapai prestasi, hasil dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 “Pendidikan nasioanal berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, …”.2
1
Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling), (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 1
2
Depdiknas, Panduan Model Pengembangan Diri, h.8
Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi tersebut
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Interaksi dalam peristiwa pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan
penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.3
Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas belajar siswa
adalah motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi
berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi
harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.4
Dengan melihat perkembangan motivasi belajar siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang yang berlandaskan pendidikan agama Islam, tentunya perlu bimbingan yang memadai dan tenaga pembimbing atau
konselor yang profesional, baik dari segi kompetensi, sistem metode ataupun hal-hal yang terkait dengan bimbingan demi terbentuknya kepribadian siswa yang Islami. Dengan melihat fenomena yang ada, maka penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Bimbingan dan Konseling Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang”.
3
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 4
4
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis mengidentifikasikan
masalah di atas sebagai berikut: a. Motivasi belajar siswa
b. Hal-hal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa
c. Bimbingan konseling di SMP Babus Salam Cimone Tangerang.
d. Layanan bimbingan konseling belajar di SMP Babus Salam Cimone Tangerang.
e. Pengaruh layanan bimbingan konseling terhadap motivasi belajar. 2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan yang
dikarenakan luasnya pembahasan juga keterbatasan peneliti dalam hal kemampuan dan pengetahuan, untuk itu peneliti bermaksud membatasi masalah ini hanya pada:
a. Motivasi belajar siswa SMP Babus Salam Cimone Tangerang.
b. Layanan bimbingan konseling di SMP Babus Salam Cimone
Tangerang.
c. Pengaruh layanan bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa SMP Babus Salam Cimone Tangerang.
3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut yaitu:
a. Bagaimana motivasi belajar siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang?
b. Apa saja pelayanan bimbingan konseling yang diberikan sekolah
kepada siswa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa di SMP Babus Salam
Cimone Tangerang.
b. Ingin mengetahui jenis layanan bimbingan konseling yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang.
c. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
a. Sebagai masukan bagi para guru di SMP Babus Salam Cimone
Tangerang untuk melakukan kegiatan bimbingan dan konseling dalam rangka manumbuhkan motivasi belajar siswa.
b. Sebagai masukan bagi para siswa di SMP Babus Salam Cimone Tangerang agar bisa memilih jenis layanan bimbingan konseling yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata “motif”, diartikan sebagai daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek, untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai
suatu kondisi intern (kesiap siagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut M. Alisuf Sabri motif adalah ”dorongan atau kekuatan dari
dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.1
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu:
1
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-2, h. 128
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem yang ada pada organisme
manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.2
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang
yang sewaktu-waktu dapat muncul karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan yang sangat mendesak.
2. Macam-Macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang
aktif itu sangatlah bervariasi, diantaranya yaitu: a. Motif dilihat dari dasar pembentukannya
1) Motif-Motif Bawaan
Yang dimaksud dengan motif pembawaan adalah motif
yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya : dorongan untuk makan, dorongan untuk
2
minum, seksual, bergerak dan istirahat, dan lain sebagainya. Motif-motif yang diisyaratkan secara biologis.3
2) Motif-Motif Yang Dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif
yang diisyaratkan secara sosial.4 b. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa adanya paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan diri sendiri.5 Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh
pengetahuan. c. Motivasi Ektrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang anak mau belajar karena disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Dari berbagai macam motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bisa timbul tanpa harus dipelajari. Dalam hal ini adalah
dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seprti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan motif yang dipelajari yaitu motif yang diisyaratkan secara sosial atau dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti dorongan ingin selalu berbuat baik, dan Kencana, 2008), Cet. 3, h. 193-194
4
Sardiman A. M, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, h. 89
5
3. Fungsi Motivasi
Seorang pelajar akan giat belajar apabila akan menghadapi ujian. Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang pelajar sebanarnya
dilatar belakangi oleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan motivasi. Mativasi inilah yang mendorong mengapa pelajar itu melakukan suatu kegiatan belajar.
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil
belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa.
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi yaitu:6
a. Pengarah Perbuatan
Yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat
lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
b. Pendorong Perbuatan
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
c. Penggerak Perbuatan
Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
6
4. Perlunya Motivasi
Motivasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam belajar, dan dengan motivasi
itu pulalah kualitas hasil belajar siswa juga kemungkinan dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Hal ini dapat dipahami karena siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun
dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar.
Dalam hal ini guru bertanggung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik. Keberhasilan ini bergantung pada
upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswanya. Menurut Oemar Hamalik pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:7
a. Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan
secara optimal.
b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa. Pembelajaran tersebut sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
c. Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru hendaknya berupaya agar siswa memiliki motivasi
sendiri (self motivation) yang baik.
d. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya
7
pembinaan disiplin kelas. Masalah ketidakdisiplinan kelas dapat timbul karena kegagalan dalam penggerak motivasi belajar.
e. Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam
proses pembelajaran. Motivasi merupakan bagian yang integral daripada prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran. Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif.
Alisuf Sabri mengemukakan peranan motivasi dalam belajar adalah
sebagai berikut:
a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
b. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai
motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang
hendak dicapai.8 5. Cara Memotivasi Siswa
Di dalam kegiatan pembelajaran peranan motivasi baik intrinsik maupun ektrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, diantaranya adalah :
a. Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik, sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah
nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport.
Banyak murid belajar untuk mencapai angka baik dan untuk itu berusaha dengan segenap tenaga. Angka itu bagi mereka merupakan
8
motivasi yang kuat. Akan tetapi ada pula yang bekerja untuk naik kelas saja. Angka itu harus benar-benar menggambarkan hasil belajar anak.9 b. Hadiah
Hadiah dapat membangkitkan motivasi apabila setiap orang mempunyai harapan untuk memperolehnya. Bagi pelajar, hadiah juga dapat merusak oleh sebab menyimpangkan pikiran anak dari tujuan
belajar yang sebenarnya.10 c. Kompetisi
Kompetisi sering kali digunakan sebagai alat untuk mencapai
prestasi yang lebih tinggi di lapangan industri, perdagangan, dan juga di sekolah. Kompetisi sering mempertinggi hasil belajar, baik kompetisi individu maupun kompetisi antar kelompok, dalam hal ini
banyak sikap anak yang berlainan.11 d. Memberi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana
motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau akan
ulangan harus diberitahukan kepada siswa.12 e. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya
terus meningkat.13
9
Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1982), h. 81
10
Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan, h. 82
11
Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan., h. 83
12
Sardiman A.M, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, h. 93
13
f. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.14 g. Hasrat Untuk Belajar
Harat untuk belajar, berarti ada unsur kesenganjaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar,
sehingga sudah barang tentu hasil akan lebih baik.15 h. Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat.
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tetaplah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses
belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.16
i. Pemberian Pelayanan BK
Apabila ada siswa yang tidak termotivasi atau malas dalam belajar, maka perlu diberikan pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam prosesnya siswa diberikan nasehat-nasehat dan motivasi agar lebih giat dalam belajar. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.
14
Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan., h. 84
15
Sardiman A. M, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, h. 94
16
B. Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari
”Guidance” berasal dari kata kerja ”to guide” yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.17 Namun meskipun demikian, tidak berarti
semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Bantuan dalam pengertian bimbingan menurut terminologi bimbingan dan konseling haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana dikemukakan di bawah ini.
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s
Book of Education 1955, yang menyatakan:
Guidance is a process of helping individual through their own
effort to discover and develop their potentialities both for personal
happiness and social usefulness
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui
usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.18
Bimbingan merupakan pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian, dan pemecahan masalah.19
Para ahli memiliki pengertian yang beragam untuk memahami pengertian bimbingan, namun peneliti hanya mengambil beberapa diantaranya, DR. Moh, Surya (1986;6) mengemukakan definisi bimbingan sebagai berikut:
…bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
17
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. Ke-1, h. 3
18
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, h. 3
19
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.20
Miller (1961) dalam Surya (1988), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah),
keluarga dan masyarakat.21
Sementara Rohman Natawidjaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.22
Adapun pengertian konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.23
Rogers (1942) mengemukakan pengertian konseling sebagai berikut:
”Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2005), h. 6
23
Depdiknas, Panduan Model Pengembangan Diri, h.188
24
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap siswa agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal dengan cara
menginternalisasikan kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Dalam hubungan ini hendaknya firman Allah berikut ini tetap
dijadikan pegangan, karena mengandung nilai optimisme dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling.
!
"
“… dan sesungguhnya kamu dapat memberikan petunjuk kepada orang lain ke arah jalan yang benar” (QS. Assyura: 52)25
Dengan demikian bimbingan konseling mempunyai pengertian sebagai suatu bantuan yang diberikan oleh seorang pembimbing kepada orang lain (klien) dengan harapan klien tersebut dapat memecahkan masalahnya dan dapat memahami dirinya dan mengarahkan dirinya sesuasi dengan kemampuan dan potensinya sehingga mencapai
penyesuaian diri dengan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari uraian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa bimbingan dan konseling sangat perlu diberikan kepada siswa agar tercapainya kemandirian dalam pemahaman diri serta dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sesuai dengan
bakat dan kemampuannya, dan untuk membantu peserta didik agar mampu mencegah dan menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya serta mengatasi masalah yang dialaminya.
25
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Dalam Buku W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Menengah:
Tujuan bimbingan dapat dibedakan atas tujuan sementara dan
tujuan akhir. Tujuan sementara adalah: supaya orang bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya sekarang ini, misalnya melanjutkan atau memutuskan hubungan percintaan, mengambil sikap dalam pergaulan, mendaftarkan diri pada fakultas perguruan tinggi tertentu. Tujuan akhir ialah: supaya orang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri, mempunyai pandangan sendiri dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko dari tindakan-tindakannya. Diharapkan supaya orang yang dibimbing sekarang ini akan berkembang lanjut, sehingga semakin memiliki kemampuan berdiri sendiri.26
Adapun menurut Drs. Paimun tujuan umum dari bimbingan dan konseling yaitu mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan, yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan harmonis diantara unsur-unsurnya yang meliputi fisik, mental, emosional, sosial, dan moral, bahkan spiritual (religius). Apabila kepribadian telah berkembang secara optimal dan harmonis maka peserta didik dapat dikatakan telah dewasa. Tujuan pendidikan adalah kedewasaan, sedangkan tujuan bimbingan adalah kemandirian. Dalam ilmu pendidikan orang dewasa adalah orang yang sudah mampu mandiri. Orang yang sudah mandiri adalah orang yang sudah mampu bertanggung jawab.27
Tujuan bimbingan secara khusus yang merupakan penjabaran dari tujuan umum telah banyak dirumuskan dalam definisi Bimbingan, antara
lain bimbingan dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu tersebut:
a. Mengerti dirinya dan lingkungan. Mengerti diri meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus, minat, cita-cita dan nilai-nilai hidup yang dimilikinya untuk perkembangan dirinya. Mengerti lingkungan meliputi
pengenalan lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya. b. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara
bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sosial-pribadi.
26
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia, 1987), Cet. Ke-1, h. 17.
27
Termasuk di dalamnya membantu individu untuk memilih bidang studi, karier, dan pola hidup pribadinya.
c. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal.
d. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan ini termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk atau sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah. e. Mengelola aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut
pandangannya, dan mengambil keputusan serta mempertanggung jawabkannya.
f. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungannya.28
Tujuan bimbingan di atas selaras dengan firman Allah SWT dalam
surat Al-Baqarah ayat 148 yang berbunyi:
####
$ %
&
'()
"
”...maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan...”
(Qs. Al-Baqarah: 148)29 pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula”.
(Q. S. An-Nahl: 125)30
28
Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2001), h. 41-42.
29
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 37
30
Adapun tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah agar siswa yang dibimbing dapat membimbing dirinya sendiri (self-guidance).
Individu dipandang telah mampu membimbing dirinya sendiri apabila: a. Telah mampu memahami diri (self understanding) baik memahami
kekuatan-kekuatannya ataupun kelemahan-kelemahannya.
b. Menerima dirinya (self acceptance) dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
c. Dapat mengarahkan diri (self direction) kepada tujuan mulia yang bermanfaat bagi kehidupannya.
d. Mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya (self actualization, self realization) dengan cara-cara yang terpuji tanpa ada pihak-pihak yang dirugikan.
Apabila seseorang sudah berada dalam keadaan demikian maka itulah yang dikatakan self-reliance, yaitu orang yang mampu berdiri diatas kaki sendiri, orang yang mampu bertanggung jawab, orang yang sudah mandiri (independence). Kemandirian memungkinkan tercapainya kesejahteraan (welfare). Inilah tujuan akhir bimbingan dan konseling.31
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Adapun fungsi bimbingan dan konseling yaitu:
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
b. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
c. Fungsi pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik memelihara dan menumbuhkembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.32
Dilihat dari beberapa fungsi yang telah dijelaskan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bimbingan dan konseling sangat perlu
diberikan kepada siswa karena dalam kehidupan manusia selalu dihadapkan pada masalah kehidupan. Oleh karena itu, bimbingan konseling dibutuhkan untuk mencegah atau memberi solusi atas
31
Paimun, Bimbingan dan Konseling Sari Perkuliahan, h. 20-21
32
persoalan tersebut, dengan fungsi yang telah disebutkan di atas, maka setiap individu dapat menikmati kehidupan secara normal dan bahagia. 4. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan
Motivasi
Adapun jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang akan penulis sampaikan yaitu mencakup beberapa hal sebagai berikut:
a. Layanan Orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya.33 Adapun pelayanan yang dapat diberikan antara lain orientasi kehidupan di sekolah yang lebih tinggi,
misalnya kehidupan di sekolah menengah (struktur sekolah, peraturan-peraturan sekolah, kewajiban-kewajiban siswa, mata-mata pelajaran, penjurusan di SMA). Apabila siswa telah dikenalkan dengan pilihan sekolah lanjutan maka siswa dapat mengetahui mana yang lebih cocok dan mana yang tidak cocok dengan dirinya, kemudian dengan pilihan
sekolah lanjutan yang cocok dengan bakat dan minatnya maka akan dapat menimbulkan motivasi.
Pelayanan ini sangat bermanfaat karena siswa memperoleh pengalaman-pengalaman praktis sebelum mereka terjun ke lapangan kerja atau masyarakat yang sebenarnya. Mereka yang telah melakukan
orientasi biasanyan tidak canggung lagi menghadapi situasi yang sebenarnya yang akan mereka alami dan tidak belajar terlalu banyak dalam situasi baru yang mereka masuki, karena dalam orientasi mereka sudah belajar melakukan adjustment.34
33
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2004), Cet. Ke-2, h. 255
34
b. Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi seperti informasi belajar,
sosial, karir atau jabatan, dan pendidikan lanjutan. Layanan ini bertujuan agar para siswa mengetahui cara-cara belajar yang efektif, jenis-jenis sekolah untuk melanjutkan pendidikan, jenis-jenis jabatan/pekerjaan yang ada dalam masyarakat, serta jenis-jenis
organisasi atau lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat untuk selanjutnya bagi mereka yang berpotensi, berbakat dan berminat dapat merencanakan untuk memasukinya apabila telah selesai menempuh pendidikan yang sekarang sedang berlangsung.
Manfaat pelayanan informasi sangat besar, terutama karena
pelayanan tersebut dapat mendorong motivasi untuk melanjutkan pelajaran, menambah kemampuan dan keterampilan serta memilih pekerjaan yang sesuai dengan cita-citanya, membantu menyalurkan bakat dan cita-cita siswa, menunjang keberhasilan belajar, membantu merencanakan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat,
latar belakang pendidikan dan kepribadiannya.35 c. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi,
program latihan, magang, dan kegiatan ekstrakurikuler.36 Layanan ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya.
Manfaat pelayanan penempatan dan penyaluran adalah
membantu siswa agar dapat berhasil dalam belajar, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat mengembangkan potensi dan bakat siswa serta menunjang tercapainya cita-cita. Siswa yang
35
Paimun, Bimbingan dan Konseling Sari Perkuliahan, h. 39
36
memperoleh pelayanan penempatan dan penyaluran yang tepat memungkinkan dia meningkatkan motivasinya untuk belajar agar dapat meneruskan pendidikannya dengan sukses dan dapat menduduki
jabatan (pekerjaan) secara professional yang akan mengantarkannya kepada kesejahteraan dalam pekerjaannya.
d. Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten yaitu layanan yang membantu
peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah atau madrasah, keluarga dan masyarakat.
Layanan ini memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang
cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
e. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan yaitu layanan yang membantu
peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya. Layanan ini memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan yang menghambat perkembangan dirinya.
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik
dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Pelayanan konseling merupakan pelayanan dan sekaligus merupakan teknik bimbingan dan konseling. Pelayanan konseling perorangan biasanya diberikan kepada siswa yang memiliki permasalahan pribadi. Jadi apabila permasalahan
f. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan
sosial, kegiatan belajar, karir atau jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
Layanan ini bertujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang
pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Kegiatan kelompok merupakan teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan
tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegaiatan kelompok. Dengan kegiatan ini setiap anak mendapat kesempatan untuk meyumbangkan pikirannya, juga dapat mengembangkan rasa tanggung jawab. Dengan adanya rasa
tanggung jawab maka dapat menimbulkan semangat dan motivasi dalam belajar.
g. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi
melalui dinamika kelompok. Layanan ini memungkinkan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok misalnya memberikan layanan konseling kepada sekelompok siswa yang
h. Layanan Konsultasi
Layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan
cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. Bagi siswa yang mengalami masalah belajar bisa konsultasi dengan guru BK, misalnya kesulitan dalam mengingat pelajaran, kesulitan cara membagi waktu belajar, kesulitan dalam
menyusun jadwal kegiatan belajar. Dengan adanya layanan konsultasi ini memungkinkan siswa diberikan motivasi atau solusi yang benar sehingga dapat mengurangi masalah yang dialami para siswa.
5. Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Motivasi
Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak
dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Dalam kaitan itu, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa
mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan ke sana. Di sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan konseling di
sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka, yang meliputi keempat dimensi kemanusiaannya yaitu dimensi keindividualan (individualitas), kesosialan (sosialitas), kesusilaan (moralitas), dan keberagamaan (religiusitas) dalam
rangka mewujudkan manusia seutuhnya.
a. Mengurangi sampai seminimal mungkin dampak sumber-sumber permasalahan yang dapat menghambat pengembangan hakikat kemanusiaan dengan keempat dimensi menuju manusia seutuhnya yang
sesuai dengan tuntutan masyarakat
b. Mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh individu dan kelompok individu
c. Memperkembangkan diri individu dan kelompok individu seoptimal
mungkin.37
Dikemukakan dalam Surat Keputusan Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor 026 Tahun 1989 menyebutkan secara eksplisit pekerjaan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dan pekerjaan megajar yang satu sama lain berkedudukan seimbang dan sejajar. Dalam Surat Keputusan
tersebut disebutkan bahwa seorang guru di sekolah dapat mengerjakan kegiatan mengajar atau kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan.38 Keberadaan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah di pertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1990 (tentang Pendidikan Dasar) dan No. 29 tahun 1990 (tentang Pendidikan Menengah). Dalam
kedua peraturan pemerintah itu disebutkan dalam Bab X, bahwa:
a. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan;
b. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing
Dalam penjelasannya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 menyebutkan bahwa:
1) Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa, dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang
ada pada dirinya;
37
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, h. 35
38
2) Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan untuk membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya serta alam yang ada;
3) Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta karirnya di masa depan.39
Peraturan perundangan tersebut di atas memberikan legalisasi
yang cukup mantap tentang keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Boleh dikatakan pekerjaan bimbingan dan konseling tidak dapat diganggu gugat lagi keberadaannya.
Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan
menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya jelas. Jadi, dalam memenuhi misinya itu sekolah perlu menyelenggarakan kegiatan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya agar dapat menciptakan suasana pengajaran dan suasana kelas yang menyejukkan, bersemangat, luwes dan subur. Isi pengajaran dalam arti yang luas itu secara langsung
mengait materi-materi yang relevan dengan keempat dimensi dan pengembangan manusia yang seutuhnya.
C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Kerangka Berpikir
Minat belajar berbeda dengan kesenangan atau minat terhadap hal-hal yang sifatnya sementara, dimana hal-hal tersebut bukan dalam kekuatan atau motivasi tindakan, melainkan dalam ketetapan. Rasa bosan adalah lawan dari minat. Minat siswa memegang peranan penting dalam
kehidupan siswa sebagai sumber motivasi untuk belajar, sumber aspirasi, kegembiraan dan prestasi.
Anak yang merasa bosan atau sesungguhnya tidak suka belajar, menunjukkan dengan prilaku yang menjengkelkan para guru dan teman
39
sekelasnya yang akan meningkatkan rasa tidak suka mereka akan belajar. Rasa bosan ini sangat berpengaruh pada minat belajar anak di sekolah, oleh karena itu seorang guru dituntut harus pandai mengatur kondisi dan
situasi agar anak didiknya tidak merasa bosan.
Motivasi memang merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi ke sekolah tanpa motivasi untuk belajar. Untuk bermain-main berlama-lama di sekolah
adalah bukan waktunya yang tepat. Untuk mengganggu teman atau membuat keributan adalah suatu perbuatan yang kurang terpuji bagi orang terpelajar seperti anak didik. Maka, anak didik datang ke sekolah bukan untuk itu semua, tetapi untuk belajar demi masa depannya kelak di kemudian hari.
Setiap proses pembelajaran selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses belajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkat keberhasilan belajar tersebut adalah sebagai berikut:
a. Istimewa (maksimal): apabila seluruh bahan pelajaran yang dipelajari siswa dapat dikuasai olehnya.
b. Baik sekali (optimal): apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran yang dipelajari siswa dapat dikuasainya.
c. Baik (minimal): apabila bahan pelajaran yang dipelajari siswa hanya
60%-75% saja yang dikuasainya
d. Kurang: apabila bahan pelajaran yang dipelajari oleh siswa 60% dikuasainya.40
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa
dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan instruksional khusus tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar siswa yang telah dilakukannya.
40
Setiap tujuan yang dirumuskan menghendaki penggunaan metode yang sesuai. Untuk mencapai satu tujuan tidak mesti menggunakan satu metode, tetapi bisa juga menggunakan lebih dari satu metode. Apalagi bila
rumusan tujuan itu lebih dari dua rumusan tujuan. Dalam hal ini diperlukan penggabungan penggunaan metode mengajar. Dengan begitu kekurangan metode yang satu dapat ditutupi oleh kelebihan metode yang lain. Strategi metode mengajar yang saling melengkapi ini akan
mengahasilkan hasil belajar siswa yang lebih baik dari pada penggunaan satu metode.
Penggunaan metode yang bervariasi akan memicu keberhasilan belajar siswa. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka pelayanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan motivasi belajar siswa akan sangat
dominan. Karena bagaimanapun juga belajar tanpa motivasi yang kuat dari diri siswa itu sendiri tidak akan bisa mencapai tujuan keberhasilan belajar siswa itu sendiri. Disamping itu sejalan dengan inti tujuan pendidikan yaitu terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik. Tujuan ini pulalah yang ingin dicapai oleh layanan bimbingan dan
konseling. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan untuk tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai potensi dan karakteristiknya masing-masing. Guna mewujudkan pribadi yang berkembang optimal, kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh dan tidak hanya bersifat instruksional
belaka, tetapi yang meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik secara pribadi memperoleh layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan, yaitu
berarti bimbingan konseling yang pernah diterima oleh siswa dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa tersebut.
2. Hipotesis
Ho : tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara bimbingan konseling dengan motivasi belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang peneliti maksud adalah variabel bebas (X) ialah bimbingan konseling dan variabel terikat (Y) ialah motivasi belajar. Adapun variabel bebas (X) yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat (Y), sedangkan variabel terikat (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (X).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan wilayah secara umum yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya.1
Populasi yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa siswi SMP Babus Salam Cimone Tangerang tahun ajaran 2010 yang terdiri dari kelas
I, kelas II, dan kelas III yang berjumlah 303 orang.
1
Sugiono, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV. Alfabeta, 1999) h. 7
2. Sampel
Sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”2
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random
sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak. Teknik ini dapat digunakan karena dilakukan secara acak, yaitu sampel yang diambil dari siswa-siswi di SMP Babus Salam Cimone Tangerang yang terdiri dari 3 kelas, yang masing-masing kelasnya diambil sampel 10 orang yaitu dengan
cara undian, dan langkah-langkahnya antara lain sebagai berikut: a. Membuat daftar nama semua subjek atau individu di kertas kecil b. Menggulung kertas itu baik-baik
c. Memasukkan gulungan kertas tersebut ke dalam tempolong
d. Mengambil kertas gulungan satu-persatu sampai jumlah yang penulis
perlukan tercapai.
Sampel ini digunakan untuk menentukan siswa-siswi SMP Babus Salam Cimone Tangerang yang akan menjadi responden, sehingga 30 orang tersebut terpilih sebagai sampel dan ditambah 27 orang guru yang akan menjadi sampel. Adapun perincianya terdapat pada tabel berikut.
TABEL 1
KEADAAN SISWA SMP BABUS SALAM
DALAM POPULASI DAN SAMPEL
NO KELAS POPULASI SAMPEL
1 I 95 10
2 II 85 10
3 III 123 10
JUMLAH 303 30
2
C. Metode Penelitian
1. Penelitian Kepustakaan (library research)
Penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data dan informasi
dengan cara membaca buku-buku , majalah, naskah, makalah-makalah dan sumber lain yang berkaitan dengan judul skripsi.
2. Penelitian Lapangan (field research)
Penelitian lapangan yaitu pengumpulan data dari lokasi penelitian
yang tujuan utamanya mencari jawaban dari pertanyaan dalam perumusan masalah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, maka peneliti
mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan pada objek yang diselidiki secara seksama serta melakukan pencatatan secara sistematis. Dalam melakukan observasi,
peneliti melakukannya dengan cara mengamati lingkungan sekolah dan mencatat apabila ada hal-hal yang dianggap penting dalam melakukan penelitian ini.
Dalam penelitian ini teknik observasi penulis gunakan untuk: a. Mengamati lokasi penelitian secara langsung
b. Mengamati kondisi siswa dan para guru c. Mengamati sarana dan prasarana.
2. Interview atau Wawancara
Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwancara3. Target yang
akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data akurat, jujur dan dapat dipertanggung jawabkan tentang pengaruh bimbingan dan
3
konseling terhadap motivasi belajar siswa. Untuk keperluan itu maka peneliti akan menggunakan petunjuk umum wawancara dimana peneliti harus membuat kerangka dan garis besar pokok pertanyaan4. Peneliti
melakukan wawancara khususnya kepada guru bimbingan konseling seputar pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Babus Salam Cimone Tangerang.
3. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang motivasi belajar dan pelayanan bimbingan dan konseling yang diperlukan.
Dalam hal ini, penulis menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada seluruh responden yang berisikan pertanyaan tentang masalah yang akan diteliti dan responden hanya memilih satu jawaban yang paling tepat
sesuai keadaan sebenarnya.
E. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan peneliti akan
mempergunakan analisa data yang sesuai dengan jenis data dalam penelitian ini. Sedangkan rumus yang akan di pergunakan adalah rumus korelasi product moment.
r
XY = xy
( x2 ) ( y2 )
4
Keterangan : r
XY = Koefisien korelasi antara gejala x dan gejala y xy = Jumlah product dari x dan y
x² = jumlah gejala x kecil kuadrat
y² = jumlah gejala y kecil kuadrat
TABEL 2
INTERPRETASI NILAI KRITIK
Besar Nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 0,600 sampai dengan 0,800 0,400 sampai dengan 0,600 0,200 sampai dengan 0,400 0,000 sampai dengan 0,200
Tinggi Cukup Agak rendah Rendah Sangat rendah
(Tidak berkorelasi)5
5
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Babus Salam Cimone Tangerang
1. Sejarah Berdirinya SMP Babus Salam Cimone Tangerang
SMP Babus Salam adalah Sekolah Menengah Pertama yang berada
di bawah naungan
Yayasan Pondok Pesantren Babus Salam sebagai
salah satu Lembaga Pendidikan Islam tua, bertujuan untuk
membentuk pribadi muslim yang bertaqwa dengan kualitas Iman,
Ilmu dan Amal serta memenuhi harapan Agama, Nusa dan Bangsa.
Jauh sebelum tahun kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, KH. Arsyad telah merintis Yayasan Pendidikan Islam. Sekian tahun lamanya Kyai Arsyad mengajarkan berbagai ilmu kepada para muridnya yang datang dari berbagai pelosok daerah. Namun kemudian, pada tahun-tahun dimana terjadi agresi Belanda terhadap Indonesia dan keadaan
negara yang terus bergolak di bawah pemerintah Hindia Belanda, berbagai aktifitas dan kegiatan selalu berada dibawah tekanan pihak penjajah, sampai-sampai ibadah pun adakalanya mendapat tekanan. Pendidikan Islam ini pun mengalami gangguan besar karena tekanan-tekanan dari sana-sini yang akhirnya Kyai Arsyad terpaksa menghentikan
sementara pendidikan Islam ini dan meninggalkan yayasan pendidikan Islam ini untuk bergerilya memanggul senjata bersama pejuang lainnya
karena tak rela martabat Indonesia terus diinjak-injak, yang pada akhirnya beliau gugur sebagai syahid.
Namun 16 tahun kemudian lamanya tanpa kegiatan belajar mengajar,
Kyai Rifa’I yang mana beliau adalah menantu dari Kyai Arsyad harus memulai semuanya dari awal lagi dengan mengajar murid pertama beliau bernama H. Said yang telah berkeluarga dan juga telah memiliki Yayasan pendidikan sendiri. Namun pada akhirnya murid-muridnya terus
bertambah sampai mencapai 60 orang.
Tahun 1992, beliau mengangkat menantu bernama Anwar Wahdi Hasi yang menikah dengan putri ke-4 beliau, yang pada akhirnya melanjutkan estafet kepemimpinan Yayasan Pendidikan Islam ini mulai dari tahun 1993. Atas ide Kyai Rifa’i sendiri nama Yayasan Pendidikan
Islam ini dirubah menjadi Yayasan Pondok Pesantren Babus Salam. Begitu juga dengan metode belajar mengajar pun telah dikembangkan
Tahun 1993, Anwar Wahdi Hasi melanjutkan proses belajar mengajar di Yayasan Pondok Pesantren Babus Salam. Dengan berbagai pengalaman akademik yang beliau punya dengan mencoba terus
mengembangkan Yayasan Pondok Pesantren Babus Salam dengan menerapkan sistem baru. Awalnya jumlah murid Yayasan Pondok Pesantren Babus Salam masih 5 orang. Namun kepercayaan masyarakat pun kian bertambah dan sampailah murid berjumlah 78 orang. Pada saat itulah Yayasan Pondok Pesantren Babus Salam mencoba untuk
memadukan kurikulum pendidikan Islam dengan kurikulum pemerintah yang akhirnya memakai kurikulum DIKNAS (Pendidikan Nasional), ini semua bertahan sampai saat ini.
Dengan status yang sudah berubah, dan bangunan yang sudah
ke jenjang yang lebih tinggi, mengingat kepercayaan masyarakat semakin besar untuk menitipkan putra-putrinya di Yayasan Pondok Pesantren Babus Salam, maka didirikanlah satu jenjang lagi yaitu SMP Babus Salam,
tepatnya pada bulan Juli tahun 1995 Yayasan Pondok Pesantren Babus Salam menunjuk Bapak Faizuddin Said sebagai Kepala SMP. Namun karena kesibukan beliau dan ingin lebih berkonsentrasi di tempat lain, maka pada Tahun Pelajaran 2003 Yayasan Pondok Pesantren Babus Salam
kembali menunjuk Amin Mustakim, S. Sos. I sebagai Kepala Sekolah berikutnya. Hal tersebut berlanjut sampai tahun 2008 yang kemudian Unit SMP ini di pimpin oleh Achmad Rhojali Syahri, S. Ag.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat : 1) filosofis, 2) khas, 3) syarat makna. Adapun visi yang dirumuskan oleh SMP Babus Salam Cimone Tangerang ialah:
“Mempersiapkan insan-insan didik berkualitas, dengan keshalihan dunia dan akhirat, yang memungkinkan mereka menjadi insan-insan
berprestasi dan berakhlak mulia”.
SMP Babus Salam memilih visi ini untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi ini menjiwai warga SMP Babus Salam untuk selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sekolah.
Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah yang : a. Berorientasi ke depan
b. Berpegang pada prinsip pengembangan potensi secara inovatif dengan tetap memperhatikan kearifan lokal.
c. Mendorong profesionalisme dengan tetap mengusung semangat egalitarianisme.
d. Mendorong terbangunnya komitmen seluruh warga sekolah untuk tercapainya tujuan pendidikan
Untuk mencapai visi tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan misi yang dirumuskan berdasarkan visi di atas.
b. Misi
Adapaun misi SMP Babus Salam Cimone Tangerang adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga
setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2. Menumbuhkan semangat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) kepada seluruh warga sekolah.
3. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi
dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.
4. Menumbuhkan dan mendorong terbentuknya kepribadian yang sesuai dengan prinsip akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari 5. Mendorong lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlak mulia,
dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
Berikut ini merupakan jabaran tujuan yang diuraikan dari visi dan misi SMP Babus Salam Cimone Tangerang agar komunikatif dan bisa diukur sebagai berikut:
1. Menciptakan dan menyelenggarakan proses pendidikan yang berorientasi pada target pencapaian efektivitas proses pendidikan
dan pembelajaran berdasarkan konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
2. Mewujudkan sistem kepemimpinan yang kuat dalam mengakomodasi, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber
daya pendidikan yang tersedia
4. Penanaman budaya mutu kepada seluruh warga pendidikan yang di dasarkan pada keterampilan atau skill dan profesionalisme
5. Menciptakan sistem kebersamaan melalui team work yang kompak,
cerdas dan dinamis dalam rangka menghasilkan output pendidikan yang berkualitas dan berakhlak mulia
6. Menciptakan sikap kemandirian secara kelembagaan melalui peningkatan sumbar daya yang memadai
7. Mengembangkan dan meningkatkan adanya partisipasi seluruh stake holders pendidikan dengan dilandasi sikap tanggung jawab dan
dedikasi
8. Menciptakan dan mengembangkan sistem pengelolaan yang transparan dalam pengambilan keputusan
9. Program peningkatan mutu, kualitas prestasi output santri dalam bidang akademik maupun non akademik secara berkelanjutan (sustainabilitas)
10.Memprioritaskan pelayanan pendidikan kepada seluruh santri dalam rangka meminimalisasi angka drop out
11.Memberi rasa kepuasan bagi seluruh warga pendidikan sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan kewenangannya.
3. Keadaan Guru dan Karyawan
a. Guru
Guru atau Pendidik merupakan salah satu bagian integral dalam
keseluruhan proses pembelajaran. Pendidik merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Dengan tersedianya para pendidik maka proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
guru/pendidik di SMP Babus Salam Cimone Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 3
KEADAAN GURU SMP BABUS SALAM
MENURUT IJAZAH DAN BIDANG TUGASNYA
TAHUN 2010/20111
No Nama L/P Pendidikan
Terakhir Guru Bid. Studi
1 Achmad Rhojali Syahri, S.Ag L S1 TIK
2 H. Ahmad. Zaenuri, S.Pd.I L S1 PAI
3 Abdurrachman, S.Pd.I L S1 PAI
4 Muh. Eman, S.Pd.I L S1 PAI
5 Luki Lukmansyah L D3 PKN
6 Zaenal Arifin, S.Pd.I L S1 Bhs. Indonesia
7 Fathurrahman Hasi, S.Sos.I L S1 Bhs. Indonesia
8 Alfan Wahyuddin, SS L S1 Bhs. Indonesia
9 M. R. Budiman, S.Pd.I L S1 Bhs. Inggris
10 Sutisna L D3 Bhs. Inggris
11 Syarifah Alawiyah P D3 Bhs. Inggris
12 Riyanto, S.Ag L S1 Matematika
13 Roihanatus Sh, SP P S1 Matematika
14 Ahmad Saefi, SPd.I L S1 Matematika
15 Yuni Sakbania, SP P S1 IPA
16 Nurrohmah, S.Pd P S1 IPA
1
17 Lukman Hidayat, S.Tk L S1 IPA
18 Irma Afriyanti, S.Pd P S1 IPS
19 Muh. Yusuf, S.Pd.I L S1 IPS
20 Amin Mustakim, S.Sos.I L S1 IPS
21 Syifa Fauziyah P - Seni dan Budaya
22 Zein Alaydrus, S.Pd.I L S1 Penjaskes
23 Muh. Epan, S.Kom L S1 TIK
24 Hj. Yayah Fauziah P - Peng. Diri
25 Ahmad Sya'roni, S.Pd.I L S1 Bhs. Arab
26 Sarjana Syarifi L - Bhs. Arab
27 Abdul Haris, S.Pd.I L S1 Bhs. Arab
b. Karyawan
Kelancaran dan keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta karyawan yang baik, teratur, serta terencana. Yang dimaksud karyawan disini adalah kepala perpustakaan, kepala Lab. IPA, kepala Lab. IPS, staff tata usaha, staff kebersihan, dan satpam.
Selanjutnya untuk mengetahui keadaan karyawan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL 4
KEADAAN KARYAWAN SMP BABUS SALAM
MENURUT IJAZAH DAN TUGASNYA
TAHUN 2010/2011
No Nama L/P Lulusan Jabatan
2 Siti Juhanah P Administrasi/ SMK Staf TU Cimone Tangerang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
TABEL 5
KEADAAN SISWA SMP BABUS SALAM