GABUNGAN PROKSI INVESTMENT OPPORTUNITY SET DAN HUBUNGANNYA TERHADAP REALISASI PERTUMBUHAN DENGAN
PENDEKATAN ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI (Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)
Oleh
Akibar NIM : 206081003966
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gabungan proksi peluang investasi set dan hubungannya terhadap realisasi pertumbuhan perusahaan dengan menggunakan model persamaan struktural (SEM) pada pendekatan analisis faktor konfirmatori. Metode sampel purposive sampling. Data yang digunakan sebanyak 25 perusahaan dari tahun 2006 sampai 2009 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara proksi IOS berbasis harga saham terhadap realisasi pertumbuhan sebesar 0.059. Dan terdapat hubungan yang signifikan antara proksi IOS berbasis investasi terhadap realisasi pertumbuhan sebesar 0.013.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the composite proxy Investment Opportunity Set (IOS) and correlation to realized growth in corporate by using structural equation model with confirmatory factor analysis approach. The data analysis method for this research is purposive sampling. The population in researching manufacturing business which listed in Indonesia Stock Exchange, at period time 2006 to 2009 amount to 25 company. The result of this research is significant between price related IOS proxy with realized growth is 0,059 and investment related IOS proxy with realized growth is 0,013
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmanirrahiim, Assalamu’alakum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayah-Nya yang diberikan kepada umatnya. Atas ridha-Nya penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gabungan Proksi Invesment Opportunity Set dan Hubungannya Terhadap Realisasi Pertumbuhan dengan Pendekatan Analisis Faktor Konfirmatori (Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)” Periode 2006-2009.
Pada kesempatan ini penyusun menyapaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya sehingga skripsi dapat diajukan untuk melengkapi gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Keuangan pada Universitas Islam Negeri Jakarta, kepada :
1. Ayanda Sugiman dan Ibunda jauriah, selaku orang tua yang tidak pernah berhenti memanjatkan do’a serta selalu mengiringi langkahku dengan penuh keikhlasan. Karena restu dari merekalah penyusun mendapatkan kekuatan menjadi lebih tegar dan kuat dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa mereka skripsi ini bukanlah apa-apa.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan FEB menjadi lebih baik dan maju.
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan selalu semangat dalam menjalankan segala tegasnya.
5. Mas Gun dan ayuk Santi, yang telah meneteskan keringat untukku dan keluarga, atas do’a, motivasi dan dana segar yang selalu mas suntikan dengan mengucur deras pada adikmu ini, sehingga adikmu ini bisa merasakan bangku perkuliahan, semoga Allah SWT membalas semua pengorbanan dan kebaikan Mas Gun. Amin.
6. Kakak-kakakku tercinta (mba April, Mas Eka, Mas Tris, Mba Ningsih, Mas yalid, Mba Sap, Mba Mita) terima kasih atas do’a, motivasi, dan kasih sayangnya yang tak pernah berhenti tercurahkan kepada adikmu ini sehingga penulis tak pernah merasa terabaikan. 7. Ka Perdy Irmawan, S.Si, dan Ka Khoir, selaku pembimbing non
formal. Terima kasih banyak atas semua waktu luang dan pengertiannya. Atas ilmu yang diberikan, penulis jadi lebih berwawasan dan dapat dengan mudah menghadapi segala hambatan yang selama ini penulis alami.
8. Khania Vissiani Amrullah SE, my Friendship terima kasih atas waktu, dukungan dan segala pengorbanannya sekaligus selaku pembimbing non formal, berkat dirimu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Ka Herman yang banyak memberikan motivasi untuk cepat-cepat menyelesaikan kuliah agar bisa membanggakan orang tua, keluarga. 10. Temen – temen Manajemen A yang selalu memberikan semangat
dan warna kehidupan, yang menjadi hidup lebih hidup selama 4 tahun kita bersama dan selebihnya kita udah jarang bertemu. Walaupun begitu kita akan selalu bersama.
Fajriah, terimah kasih atas waktu dan dukungannya selama ini yang telah banyak membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Epi Saputri, berkat saran dan masukan dari nya lah penulis menjadi lebih bisa menjalani kenyataan pahitnya hidup. Terus semangat oke
Avri dan Rama, dua sejoli dan sekaligus teman baik, terus perjuangkan apa yang kalian harus perjuangkan, meskipun dunia adalah tempat tinggal sementara tapi kita berhak mendapatkan apa yang harus kita dapatkan, dan selamat atas wisudanya januari kemaren.
Ade terima kasih atas kebaikannya yang telah bersediah memberikan pinjaman buku Amosnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik.
Seluruh teman-teman Manajemen Keuangan, teruslah berjuang, menumbuhkan rasa semangat dan motivasi belajar. Karena akan sangat bermanfaat baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Dan dan selalu pertahankan persaingan yang sportif dan sehat, karena itu adalah kunci kesuksesan yang murni. Karena kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
11. Kepada semua pihak-pihak yang banyak membantu dari awal hingga skripsi ini selesai dengan baik, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Dan kepada semua pihak penulis meminta ma’af atas segala kekurangan yang penulis miliki dan kelebihan yang sempurnah hanya-Nya lah milik Allah SWT. Penulis ucapkan banyak terimah kasih.
Semoga dengan terselesainya penyusunan skripsi ini membawa banyak manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum waramatullahi wabarakatuh
Jakarta, Januari 2011
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Riwayat Hidup……….. i
Abstrak………. ii
Abstract……… iii
Kata Pengantar………. iv
Daftar Isi………... vii
Daftar Tabel………... x
Daftar Gambar……….. xii
Daftar Lampiran………... xiii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang Penelitian………... 1
B. Perumusan Masalah………... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 14
A. Pengertian Investment Opportunity Set (IOS)………… 14
B. Alternatif Proksi IOS………. 17
1. Proksi IOS Berbasis Harga Saham……… 17
2. Proksi IOS Berbasis Investasi……….. 20
C. Realisasi Pertumbuhan (Pertumbuhan Perusahaan)….. 23
D. Penelitian Terdahulu……….. 26
E. Kerangka Pemikiran...……… 28
F. Hipotesis………. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 32
A. Ruang Lingkup Penelitian………... 32
B. Metode Penentuan Sampel……….. 32
D. Metode Analisis……….. 34
1. Uji Asumsi …….………. 35
2. Model Pengukuran………. 36
3. Uji Kesesuaian atau kelayakan model ... 37
E. Operasional Variabel Penelitian………...……... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data………. 46
B. Analisis Data dengan Menggunakan Structural Equation Modeling Proksi Berbasis Harga Saham...... 47
C. Menilai Indentifikasi Model Struktural Proksi Berbasis Harga Saham...…... 47
D. Menilai Kriteria Goodness of Fit Proksi Berbasis Harga Saham...... 51
E. Kelayakan Parameter Estimasi Proksi Berbasis Harga Saham...... 54
F. Evaluasi Multikolinieritas Proksi Berbasis Harga Saham... 56
G. Uji Discriminant Validity Proksi Berbasis Harga Saham... 56
H. Analisis Data Investasi Dengan Menggunakan SEM Proksi Berbasis Investasi...... 59
I. Menilai Identifikasi Model Structurak Proksi Berbasis Investasi……… 59
J. Menilai Kriteria Goodness of Fit Proksi Berbasis Investasi...... 63
K. Kelayakan Parameter Estimasi Proksi Berbasis Investasi... 66
ix
M. Uji Discriminant Validity Proksi Berbasis
Investasi... 68
N. Interpretasi ... 71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 76
B. Saran... 77
DAFTAR PUSTAKA……… 78
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
2.1. Penelitian Terdahulu……….. 26
3.1. Data Sampel Perusahaan……… 33
4.1. Parameter Summary Proksi Harga Saham………. 48
4.2. Parameter Summary Proksi Harga Saham Konstrain……… 50
4.3. Nilai Chi-Square (CMIN) Proksi Harga Saham…..……….. 51
4.4. Goodness of Fit Index (GFI) dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Proksi Harga Saham……….. 51
4.5. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) Proksi Harga Saham……...51
4.6. Nilai Modification Indices Proksi Harga Saham Terhadap Realisasi Pertumbuhan……….. 53
4.7. Standarized Regression Weights Proksi Harga Saham……….. 55
4.8. Variances Proksi Harga Saham……….. 55
4.9. Uji Multikolonieritas Proksi Harga Saham……… 56
4.10. Hubungan Proksi Harga Saham Terhadap Realisasi Pertumbuhan……….. 58
4.11. Korelasi antar Konstruk dan Akar Kuadrat AVE Proksi Harga Saham……….. 58
4.12. Parameter Summary Proksi Investasi……… 60
4.13. Parameter Summary Proksi Investasi Konstrain………62
4.14. Nilai Chi-Square (CMIN) Proksi Investasi..……….. 63
4.15. Goodness of Fit Index (GFI) dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Proksi Investasi………. 63
4.16. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) Proksi Investasi………. 63
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran……….. 28
2.2. Model Gabungan Proksi Individu IOS Berbasis Harga Saham
Dan Hubungannya Terhadap Realisasi Pertumbuhan……… 29 2.3. Model Gabungan Proksi Individu IOS Berbasis Investasi dan
Hubungannya Terhadap Realisasi Pertumbuhan………... 30
4.1. Grafik Data Keseluruhan………... 46
4.2. Model SEM Proksi Harga Saham Terhadap Realisasi
Pertumbuhan……….. 47 4.3. Model SEM Proksi Harga Saham Terhadap Realisasi
Pertumbuhan Konstrain………. 49 4.4. Model SEM Proksi Saham dengan Modification Indices…………. 54 4.5. Model SEM Proksi Investasi Terhadap Realisasi Pertumbuhan……59 4.6. Model SEM Proksi Investasi Terhadap Realisasi Pertumbuhan
xiii
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan penting yang di
inginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen secara internal
maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur. Pertumbuhan ini
diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan seperti
adanya suatu kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut. Prospek
perusahaan yang bertumbuh bagi investor merupakan suatu prospek yang
menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan diharapkan akan
memberikan return yang tinggi. Setiap perusahaan pasti memiliki konsep
going concern dalam menjalankan kegiatan bisnisnya (Nopratiwi, 2004). Konsep going concern tersebut menuntut perusahaan untuk menjalankan kegiatan bisnisnya secara berkelanjutan. Dalam menjalankan
keberlanjutan tersebut diharapkan perusahaan akan tumbuh dari tahun ke
tahun. Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan baik oleh kalangan
internal maupun eksternal dari sebuah perusahaan. Perusahaan dengan
pertumbuhan yang tinggi membutuhkan lebih banyak dana karena banyak
kesempatan investasi yang akan mereka lakukan. Dana tersebut dapat
diperoleh perusahaan salah satunya adalah dengan penjualan saham.
di mana pendanaan tersebut dapat diperoleh dari pendanaan internal maupun
eksternal.
Pendanaan internal merupakan pendanaan yang berasal dari dalam
perusahaan sendiri yang dapat diperoleh dari modal saham yang disetor
ataupun laba ditahan yang tidak dibagikan sebagai dividen kepada para
pemegang saham, sedangkan pendanaan eksternal berasal dari hutang yang
diperoleh dari pihak kreditor. Karena itu setiap perusahaan akan memiliki
suatu kebijakan tersendiri di dalam menyediakan pendanaan untuk
melaksanakan investasi.
Secara spesifik (Ross, 2005) menyatakan bahwa perencanaan keuangan
memformulasikan metode yang akan menunjukkan tujuan-tujuan dari
pendanaan yang akan dicapai, yang terdiri atas dua dimensi yaitu : rangkaian
waktu (time frame) dan tingkatan dari agregasi (level of aggregation). Di dalam melaksanakan investasi tersebut, manajemen perusahaan dituntut untuk
dapat memaksimalkan nilai yang didapat dan yang akan diperoleh oleh
perusahaan. Sehingga diperlukannya usaha untuk mengatasi hal tersebut
dengan menetapkan suatu kebijakan yang sesuai dengan kondisi perusahaan.
Kekayaan materi suatu masyarakat pada akhirnya ditentukan oleh kapasitas
produktif ekonomi barang dan jasa yang dapat diberikan kepada anggotanya.
Kapasitas produktif ini merupakan fungsi dari real asset (asset riil) perekonomian, seperti: tanah, bangunan, pengetahuan dan mesin yang
digunakan untuk memproduksi barang serta para pekerja yang keahliannya
asset fisik dan sumber daya manusia dapat menghasilkan keseluruhan
spectrum output yang diproduksi dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat Kebalikan dari aset riil adalah aset keuangan (financial asset) seperti saham atau obligasi. Aset ini secara terpisah, tidak mencerminkan kekayaan
masyarakat. Saham hanya merupakan lembaran kertas atau mungkin jurnal
komputer dan tidak secara langsung memiliki kontribusi terhadap kapasitas
produktif dalam suatu perekonomian. Sebaliknya, aset keuangan memiliki
kontribusi secara tidak langsung terhadap kapasitas produktif suatu
perekonomian, karena aset ini memisahkan kepemilikan dan manajemen
dalam suatu perusahaan dan memfasilitasi pemindahan dana untuk
perusahaan dengan peluang investasi yang menarik. Aset keuangan memiliki
kontribusi terhadap kekayaan individu dan perusahaan yang memilikinya.
Karena aset keuangan merupakan klaim atas laba yang dihasilkan oleh aset
riil (Bodie,et al, 2006).
Nilai perusahaan menurut (Gaver dan Gaver, 1993) digambarkan
sebagai sebuah kombinasi antara assets in place (aset yang dimiliki) dengan
investment options (pilihan investasi) di masa depan. Dimana nilai investment options ini tergantung pada discretionary expenditures yang dikeluarkan oleh manajer di masa depan, sedangkan assets in place tidak memerlukan investasi semacam itu. Pilihan-pilihan investasi ini kemudian dikenal dengan istilah
pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang
akan datang (Saputro, 2003).
Investment Opportunity Set (IOS) menguraikan pengertian perusahaan yaitu sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (asset in place) dan opsi investasi masa depan. Opsi investasi masa depan tidak hanya ditunjukkan
dengan adanya proyek – proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan
pengembangan saja namun juga kemampuan perusahaan dalam
mengekploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibanding dengan
perusahaan sejenis dalam kelompok industrinya. Bentuk yang membedakan
pilihan investasi atau pertumbuhan adalah nilai perusahaan itu tergantung
pada kebebasan pemilihan pengeluaran yang ditentukan oleh manajer dimasa
depan. Faktor utama yang menentukan IOS adalah faktor industri seperti
rintangan untuk masuk dan daur hidup produk. Faktor tersebut
memungkinkan perusahaan untuk membuat investasi yang dapat
meningkatkan rintangan untuk masuk (substitusi modal untuk tenaga kerja
yang merupakan hasil dari skala ekonomi). Peluang pertumbuhan tidak hanya
diwujudkan dalam proyek baru yang didukung oleh penelitian dan aktivitas
pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang lebih untuk
melaksanakan proyek baru. (Jefri Riyadi, 2008)
secara langsung (laten) sehingga dalam perhitungannya menggunakan
proksi (Kallapur dan Trombley, 1999 dalam Hasnawati, 2005).
Proksi IOS yang banyak digunakan dalam penelitian sebelumnya
adalah: (1) Proksi IOS berbasis harga (price based proxies) mendasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai pasar saham. Jadi proksi ini sangat
tergantung pada harga saham. Proksi ini mendasarkan pada suatu ide yang
menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial
dinyatakan dengan harga-harga saham, selanjutnya perusahaan yang
memiliki pertumbuhan tinggi akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi
secara relatif dari aktiva-aktiva yang dimiliki (assets in place). Harga saham dapat dijadikan proksi sebagai nilai perusahaan apabila pasar telah
memenuhi syarat efisisen secara informasional. Namun harga saham di
pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan
penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price. (2) Proksi
IOS berbasis investasi (investment based proxies) menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS
perusahaan (Kallapur dan Trombley, 1999 et al). Perusahaan dengan IOS
tinggi akan memiliki investasi yang tinggi. Selanjutnya ditemukan bahwa
aktivitas investasi modal yang diukur dengan ratio capital expenditures to assets sebagai proksi IOS mempunyai hubungan positif dengan realisasi pertumbuhan.
perusahaan yang tumbuh maupun yang tidak tumbuh. Korelasi positif
signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara M arket t o book value
of equit y (MVEBVE) terhadap pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan
ekuitas, M arket t o book value of asset s (MVABVA) terhadap pertumbuhan
ekuitas, Rasio Capit al expendit ure t o book value of asset s (CAPBVA) terhadap
pertumbuhan aset dan VPPE terhadap pertumbuhan penjualan dan ekuitas.
Untuk perusahaan yang tidak tumbuh antara Rasio Capit al expendit ure t o book
value of asset s (CAPBVA) terhadap pertumbuhan laba dan Rasio Capit al
expendit ure t o market value of asset s (CAPM VA) terhadap pertumbuhan aset. Korelasi yang negatif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara
Rasio Capit al expendit ure t o market value of asset s (CAPMVA) terhadap pertumbuhan ekuitas. Untuk perusahaan yang tidak tumbuh terjadi antara
Price of earning rat io (PER) terhadap pertumbuhan laba dan Rasio Current
asset s t o net sales (CAONS) terhadap pertumbuhan penjualan dan
pertumbuhan ekuitas.
Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang
luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun
sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat
diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan
dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan,
variabel kebijakan dan lain-lain. Dari berbagai penelitian tentang IOS dapat
perusahaan sebagai kategori perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh, dan
IOS memiliki hubungan dengan berbagai variabel kebijakan perusahaan
(Nopratiwi, 2004).
Kesempatan investasi memainkan peranan penting dalam teori
keuangan perusahaan. Kesempatan bertumbuh yang diukur dengan
Investment Opportunity Set (IOS) dipengaruhi oleh keunggulan perusahaan dalam bentuk reputasi perusahaan, jenis perusahaan multinasional, size dan
profitabilitas perusahaan, sedangkan keterbatasan dalam bentuk leverage dan risiko sistematis. Hartono (2002) menunjukkan bahwa perusahaan yang
bertumbuh akan direspon positif oleh pasar pertumbuhan yang selalu
meningkat serta bertambahnya nilai asset perusahaan diharapkan tercapai
sesuai dengan ekspektasi atau peramalan perusahaan.
Fijrijanti dan Hartono (2002) menyatakan kesempatan investasi atau
pilihan-pilihan pertumbuhan (growth aptions) suatu perusahaan merupakan suatu yang melekat dan bersifat tidak dapat diobservasi (Inherenfly unobservable) oleh karena itu, Invesment 0pportunity Set (IOS) memerlukan sebuah proksi.
Proksi IOS digunakan untuk menilai apakah perusahaan itu
dikategorikan perusahaan bertumbuh atau tidak bertumbuh. Proksi IOS
dinyatakan sebagai proksi yang valid sebagai proksi pertumbuhan, jika proksi
tersebut dapat digunakan sebagai sinyal kondisi perusahaan emiten. Berbagai
penelitian tentang IOS menunjukkan bahwa IOS merupakan proksi realisasi
kebijakan perusahaan. Sami et al, (2000) menunjukkan bahwa teori IOS
memiliki explanatory power yang lebih tinggi dalam hal kebijakan pendanaan dan kompensasi dari pada aspek dividen.
Purwanto (2001) menyatakan bahwa perlu dilakukan pertimbangan
untuk melakukan penyederhanaan data dengan menggabungkan
variabel-variabel terukur (observed variabel). Penggabungan variabel-variabel terukur menjadi variabel gabungan dapat membantu peneliti dalam memahami
fenomena yang sedang diteliti dan dapat digunakan sebagai deskripsi atau
dapat pula digunakan dalam analisis lebih lanjut sebagai variabel dalam
analisis regresi.
Iswahyuni dan Suryanto (2000) menganalisa perbedaan perusahaan dan
tidak tumbuh dengan kebijakan pendanaan, deviden, perubahan harga saham
dan volume perdagangan pada Bursa Efek Jakarta, dengan proksi Invesment Opportunity Set (IOS), yang terdiri dari book value of plant property and equitment to assets ratio (PPE/BVA), Price to earning (P/E), M arket t o book value of equit y (MVE/BE), M arket t o book value of asset s (MVA/BVA), Rasio
Capit al expendit ure t o m arket value of asset s (CAP/MVA) dan VAR. hasil
penelitiannya menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
perusahaan yang tumbuh dan tidak bertumbuh dalam hal pengambilan
kebijakan pendanaan (book debt/equity), deviden, respon perubahan harga
dan volume perdagangan, sedangkan dalam hal pengambilan kebijakan
pendanaan terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang
Prasetyo (2000) menyatakan bahwa penelitian pasar modal yang
diasosiasikan dengan struktur modal perusahaan, terutama dengan set peluang
investasi atau Investment Opportunity Set (IOS) masih sedikit sekali.
Subekti dan Kusuma (2000) melakukan penelitian Asosiasi antara Set
Kesempatan Investasi dengan kebijakan Deviden perusahaan, serta
implikasinya pada perusahaan Harga Saham. Proksi IOS digunakan dalam
penelitian ini adalah book value of plant property and equitment to assets ratio (PPE/BVA), M arket t o book value of asset s (MVE/BVA), Price to Earning (P/E). M arket t o book value of asset s (MVA/BVA), dan M arket t o book value of asset s (CAP/BVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa IOS
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan dan harga saham
yang tercerminkan pada perbedaan reaksi pasar terhadap growth firms dan
nongrwth firms.
Menurut Nopratiwi (2001) menguji korelasi antara IOS terhadap Return
Saham dengan menggunakan proksi Rasio Market Value to Book of Asset
(MKTBKASS), Rasio Market Value to Book of Equity (MKTBKEQ), M arket t o book value of asset s (CAPBVA), dan Earning to Share/Price (EP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya Market Value to Book of Asset
(MKTBKASS), Rasio Market Value to Book of Equity (MKTBKEQ), dan M arket t o book value of asset s (CAPBVA) mempunyai hubungan signifikan
Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang
mengimplikasikan nilai aktiva di tempat yaitu berupa nilai buku aktiva
maupun ekuitas dan nilai kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan
dimasa depan. Berbagai penelitian tentang IOS telah berhasil membuktikan
bahwa IOS merupakan proksi realisi pertumbuhan perusahaan dan
berhubungan dengan berbagai variabel kebijakan perusahaan, yaitu antara
lain kebijakan pendanaan atau struktur utang, kebijakan dividen, kebijakan
leasing kebijakan kompensasi.
Penelitian ini akan melakukan penggabungan variabel-variabel terukur
dari proksi IOS individual menjadi satu variabel laten menggunakan
structural equation models dengan pendekatan confirmatory factor analysis,
yaitu membangun model dengan mendasarkan pada teori yang mendasari
variabel-variabel terukur itu dalam variabel latennya. Gabungan proksi IOS
ini akan dikorelasikan dengan realisasi pertumbuhan untuk melihat
kemampuan dan konsistensi proksi IOS dalam memprediksi pertumbuhan
perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan meneliti bagaimana Hubungan
Gabungan Proksi Investment Opportunity Set dan Hubungannya Terhadap
Realisasi Pertumbuhan Dengan Pendekatan Analisis Faktor Konfirmatori
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006-2009.
Masalah yang diteliti tidak terlalu luas pembahasannya maka penulis
membatasi masalah pada laporan keuangan yang digunakan untuk
yang laporan keuangannya dipublikasikan di BEI, bukan lembaga keuangan,
perbankan maupun perusahaan pemerintah, hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi adanya pengaruh regulasi dan industri yang dapat
mempengaruhi variabel dalam penelitian ini. Penelitian ini memiliki
perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yang membedakan dengan
penelitian sebelumnya adalah jumlah sampel yang digunakan tahunnya lebih
sedikit, yaitu tahun yang diambil dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.
Tahun ini diambil sebagai sampel karena tahun-tahun yang diperkirakan
masih terjadinya krisis moneter di Indonesia (1997 sampai 2000) tidak
dimasukkan pada sampel ini karena dapat mengganggu analisis confirmatory factor, sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil sampel 2006 sampai 2009 yang dapat dinilai tidak ada masalah krisis. sedangkan jenis sampel
yang digunakan adalah manufaktur, Populasi target dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan public kecuali bank dan lembaga keuangan bukan bank (asuransi, kredit agensi, perusahaan sekuritas). Alasan ini didukung oleh
Jensen dan Meckling (1976) dalam (Hasnawati, 2005:120) menyatakan
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.Apakah model gabungan proksi IOS dengan klasifikasi IOS memiliki
kesesuaian dengan data sesungguhnya?
2.Apakah gabungan proksi individual IOS berbasis harga memiliki korelasi
positif dengan realisasi pertumbuhan?
3.Apakah gabungan proksi individual IOS berbasis investasi memiliki
korelasi positif dengan realisasi pertumbuhan?
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk menganalisis model gabungan proksi IOS dengan klasifikasi
IOS memiliki kesesuaian dengan data sesungguhnya.
2. Untuk menganalisis proksi individual IOS berbasis harga memiliki
korelasi positif dengan realisasi pertumbuhan.
3. Untuk menganalisis proksi individual IOS berbasis investasi memiliki
2. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya yaitu:
a. Bagi investor, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk
meningkatkan eksistensi dan konsistensi proksi IOS sebagai proksi
prediksi pertumbuhan perusahaan.
b. Bagi akademis, hasil penelitian ini daharapkan menjadi literatur dan
dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut.
c. Bagi peneliti, penelitian ini akan menambah pengetahuan penulis
tentang gabungan proksi investment opportunity set dan hubungan
terhadap realisasi pertumbuhan dengan pendekatan analisis faktor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Invesment Opportunity Set (IOS)
IOS adalah set peluang investasi yang berfungsi sebagai prediktor
pertumbuhan perusahaan. Subekti dan Kusuma (2002) mengurai set peluang
investasi tersebut berupa: plant, property and aquipment to book value of asset ratio (PPE/BVA), market to book of equity ratio, (MVE/BE), price to earning (P/E), market to book asset ratio (MVA/BVA), dan capital addition to book of assets ratio (CAP/BVA),
Julianto dan Jogianto (2002) IOS (Invesment Opportunity Set) digunakan sebagai proksi keputusan investasi, karena keputusan investasi
tidak dapat diamati secara langsung. Karena IOS sebagai variabel laten yang
tidak dapat diukur secara langsung, maka perlu dibentuk atau dikonfirmasi
dengan berbagai variabel terukur.
Adam dan Goyal (2003) menyatakan bahwa Invesment Opportunity
memainkan paranan yang penting didalam keuangan perusahaan dalam
kaitannya dengan pencapaian tujuan perusahaan.
Myers et al yang dikutip dari Subekti dan Kusuma (2000),
menyatakan bahwa perusahaan dalam kombinasi antara nilai aktiva riil (asset in place) dengan pilihan investasi dimasa yang akan datang, opsi masa depan tidak semata–mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang
kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan
mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara
dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi
ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable). Berdasarkan pengertian tersebut para peneliti telah mengembangkan proksi pertumbuhan perusahaan
menjadi IOS sesuai dengan tujuan dan jenis data yang tersedia dalam
penelitiannya. Investment Opportunity Set (IOS) dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi pertumbuhan dimasa depan.
Karekteristik perusahaan yang mengalami pertumbuhan dapat diukur
antara lain dengan peningkatan penjualan, pembuatan produk baru atau
diversifikasi produk, perluasan pasar, ekspansi atau peningkatan kapasitas,
penambahan asset, pengakuisisi perusahaan lain, investasi jangka panjang,
dan lain-lain. Pagalung (2000) menyatakan bahwa pilihan pertumbuhan
memiliki pengertian yang fleksibel dan tidak hanya berupa projek baru.
Perusahaan yang bertumbuh tidak selalu merupakan perusahaan kecil atau
aktif melakukan penelitian dan pengembangan. Perusahaan kecil seringkali
menghadapi keterbatasan atau kesulitan pilihan dalam menentukan dan
menjalankan projek baru, atau kesulitan dalam merestrukturisasi asset yang
ada, sementara perusahaan besar cenderung mendominasi posisi pasar dalam
industrinya (Mueller dalam Gaver dan Gaver di kutip oleh Nugroho dan
Hartono,2002). Bahkan perusahaan besar lebih memiliki keunggulan
Nilai pilihan investasi sangat tergantung pada nilai asset yang dimiliki
oleh perusahaan. Kesempatan investasi tidak selalu berwujud fisik tetapi
dapat berupa suatu kesempatan yang bersifat intangible namun memiliki peluang yang memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sebagai contoh
apabila perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan pembelian suatu
brand name, maka perusahaan harus dapat memanfaatkan setiap celah
keunggulan dan kelemahan brand name tersebut untuk menghasilkan
keuntungan yang lebih besar dimasa yang akan datang.
Smith dan Watts dank Ester dalam Gaver & Gaver yang dikutip Jati
(2003), menyatakan bahwa dalam membuat keputusan investasi dan
employment setiap perusahaan dapat menginvestasikan dalam bentuk modal fisik dan sumber daya manusia secara khas. Investasi spesifik perusahaan
tersebut mengakibatkan adanya variasi dalam ksempatan investasi yang
prosfektif serta ekspektasi distribusi hasil dari kesempatan investasi tersebut.
Perbedaan keputusan investasi yang diambil oleh perusahaan dalam rangka
mengahadapi perusahaan pesaing yang hendak memasuki pasar serta variasi
pilihan-pilihan strategi perusahaan dalam rangka memperoleh keunggulan
kompetitif mengakibatkan IOS sangat bervariasi secara cross-section antar
perusahaan (Gaver& Gaver dalam Nugroho dan Hartono, 2002).
Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang
luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun
B. Alternatif Proksi IOS
Berbagai proksi IOS telah digunakan dalam bidang keuangan untuk
memahami pemikiran IOS. Kallapur dan Trombley yang dikutip prasetyo
(2000), menyatakan bahwa proksi-proksi tersebut dapat digolongkan menjadi
tiga jenis yaitu:
1. Proksi IOS berbasis pada Harga Saham,
Merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan
perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi ini didasari
pada anggapan yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan
perusahaan secara persial dinyatakan dalam harga-harga saham,dan
perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi
secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place) dibandingkan perusahaan yang tidak tumbuh. IOS yang didasari pada
harga saham akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang
dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Pendekatan ini dimaksudkan untuk
membandingkan antara nilai buku perusahaan dengan nilai pasar yang
terefleksi dalam harga saham.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
Dalam melakukan investasi pada pasar modal khususnya
saham, perubahan harga saham menjadi perhatian penting bagi
investor selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga
saham yang digunakan dalam melakukan transaksi dipasar modal
dan penawaran pasar. Jadi harga saham yang digunakan bukanlah
harga nominal dari saham tersebut. Menurut Agus Sartono (2000;41)
harga saham adalah: Sebesar nilai sekarang atau present value dari
aliran kas yang diterima. Sedangkan menurut Ridwan S. Sundjaja
(2003;349) adalah: Saham yang dinilai per lembarnya telah
tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
Harga saham dibursa dipengaruhi oleh faktor, baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif antara lain adalah: pengaruh
peraturan saham, ketat tidaknya pengawasan atas pelanggaran oleh
pelaku bursa, psikologi, pemodal, dan sebagainya. Berikut ini adalah
faktor yang mempengaruhi harga saham di pasar modal:
1. Penawaran dan Permintaan
Harga saham akan terbentuk melalui jumlah penawaran dan
permintaan akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah
penawaran lebih besar daripada jumlah permintaan, pada
umumnya kurs harga akan turun sebaliknya jika permintaan
lebih besar dari pada jumlah penawaran maka harga saham
akan cenderung naik.
2. Perilaku Investor,
Pasar investor yang masuk kepasar modal berasal dari
bermacam-macam kalangan masyarakat dan berbagai tujuan.
Jika ditinjau dari tujuannya, maka investor dapat dibagi
a. Kelompok investor yang bertujuan memperoleh dividen.
b. Kelompok investor yang bertujuan berdagang.
c. Kelompok investor yang berkepentingan dalam pemilihan
saham perusahaan. d. kelompok spekulator.
3. Kondisi ekonomi dan politik pada umumnya,
Faktor ini akan mempengaruhi supply dan demand akan
saham. Keadaan ekonomi yang stabil dan situasi politik yang
aman akan menarik minat investor (terutama investor asing)
untuk berinvestasi.
b. Rasio-rasio perusahaan yang telah digunakan dalam beberapa
penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai
berikut:
1. Market to book value equity, MKTBKEQ (Collins dan Kothari, 1989; Lewellwn et al., 1987; Chung dan Charoenwong, 1991)
2. Tobin’s Q (Skinner,1993; Kallapur dan Trombley 1999; dan Denis 1994)
3. Ratio of proferty,plan, and aquipment to firm valie, PPE (Skinner 1993; Ho, et al 1999; Subekti dan Kusuma 2001; Jones dan
Sharma,2001)
4. Ratio of depreciatiaon to firm value, VDEP (Amith dan Watts 1992; Kallapur dan Tombley 1999; Ho, Lam, dan Sami 1999, dan
5. Market to book value of assets, MKTBKASS (Belkaouli dan picur 1998, smith dan Watts 1992; Cahan danHossain 1996;
Baber, Janakiraman, dan Hyon Kang 1996; Ho, Lam, dan Sami
1999; Kallapur dan Trombley 1999; Gul dan Kealey 1999;
Hartono 1999: Adam dan goyal 2000; Subekti dan Kusuma 2001,
alnajjar dan Belkaouli 2001; Belkaouli dan Picur 2001, About
2001; Jones dan Sharma 2001)
6. Earnings to price ratio EP (Kester 1984; Belkaouli dan Picur 1998; Chung dan Charoenwong,1991, Baber, Janakiraman, dan
Hyon Kang 1996, Cahan dan Hossein 1996, Ho, Lam, dan Sami
1999; Kallapur dan Trombley 1999; Gul dan Kealey 1999;
Hartono 1999, Adam dab Goyal 2000; Subekti dan Kusuma 2001;
Alnajjar dan Belkaouli 2001; Bekaouli dan Picur 2001; Jones dan
Sharma 2001)
2. Proksi IOS Berbasis pada Investasi,
Merupakan proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level
kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS
suatu perusahaan. Rasio-rasio yang sering digunakan oleh penelitian
antara lain: Rasio Investment to net sales IONS. (Hartono 1999), Rasio capital expenditure to book assets CAPBVA. (Jones dan Sharma 2001),
Definisi Investasi, pada dasarnya investasi berkaitan dengan pasar
modal dan pasar uang. Aktiva keuangan dapat pula menunjukan mata
uang. Tabungan dibank-bank atau asset lainnya seperti saham-saham dan
obligasi yang sering disebut sekuritas. Jogiyanto (2003;5) mendefinisikan
investasi sebagai berikut : Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang
untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu
yang tertentu. Dari definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa
investasi itu adalah suatu komitmen keuangan yang diharapkan tingkat
pengembaliannya atas investasi tersebut secara positif. Hal ini diperjelas
lagi dengan pengertian investasi menurut Kamaruddin (2004;3) yang
menjelaskan bahwa: investasi adalah menempatkan uang atau dana
dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu
atas uang atau dana tersebut.
a. Tujuan investasi
Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi,
diantaranya yaitu :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang
akan datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana
cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau
setidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat
pendapatannya agar tidak berkurang dimasa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam
menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak
merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia
banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong
tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan
yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi
pada bidang-bidang tertentu.
b. Strategi Investasi
1. Strategi investasi pasif
Strategi investasi pasif mendasarkan diri pada asumsi bahwa (a)
pasar modal tidak melakukan mispricing, dan (b) meskipun terjadi mispricing, para pemodal berpendapat mereka tidak bisa mengidentifikasikan dan memanfaatkannya. Tujuan
dilakukannya strategi ini, untuk menyusun portofolio yang
sesuai dengan preferensi resiko, atau pola arus kas yang mereka
inginkan. Sebagau misal, kalau pemodal tidak ingin
menanggung risiko yang tinggi, mereka akan membentuk dari
portofolio yang terdiri dari saham-saham yang mempunyai
harga rendah. Mereka yang ingin memperoleh arus kas tertentu,
mungkin memilih saham-saham yang membagikan dividen
secara teratur. Mereka yang mempunyai tarif pajak tinggi, akan
cenderung membentuk portofolio yang tidak membagikan
transaksi akan diminimumkan. Para pemodal dapat menganut
strategi investasi sesuai dengan indeks pasar.
2. Strategi investasi aktif
Strategi ini mendasarkan diri pada asumsi bahwa (a) pasar
modal melakukan kesalahan dalam penentuan harga (mispriced), dan (b) para pemodal berpendapat bisa mengidentifikasikan
mispriced ini dan memanfaatkannya. Dalam strategi ini, digunakan tiga analisis yaitu, technical analysis, fundamental,
dan market timing. Market timing pada dasarnya menentukan kapan seharusnya pemodal membeli atau menjual. Dengan
demikian analisis ini merupakan variasi dari analisis teknikal.
C. Realisasi Perusahaan (Pertumbuhan Perusahaan)
Kallapur dan Trombley (2001) dalam Riyadi (2008:19) memberi
penjelasan bahwa untuk membedakan antara IOS dengan growth, kata growth
pada umumnya merujuk kepada kemampuan perusahan untuk meningkat
dalam ukuran (size), sedangkan IOS adalah pilihan untuk berinvestasi pada
proyek-proyek yang memiliki net present value positif. Disebutkan pula bahwa investment opportunities juga menghasilkan peningkatan dalan ukuran perusahaan, namun tidak semua growth opportunities memiliki net present value positif.
Dalam hampir setiap studi, ukuran perusahan dinyatakan sebagai
menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar
modal (Sawir, 2004). Perusahaan yang sedang tumbuh akan membutuhkan
dana yang besar sehingga cenderung untuk menahan sebagian besar
pendapatannya. Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan
semakin besar pula kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan tersebut. Dan semakin besar kebutuhan dana untuk waktu
mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya
lebih senang untuk menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang
dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin
besar bagian pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti
makin rendah dividen payout ratio.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian
rupa sehingga perusahaan telah "well establish" dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana
eksternal lainnya maka keadaan adalah berbeda. Dalam hal yang demikian
perusahaan dapat menetapkan dividen payout ratio yang tinggi.
Tingkat pertumbuhan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan
sedang mengadakan ekspansi. Semakin tinggi tingkat ekspansi perusahaan,
semakin besar kebutuhan akan dana untuk mendanai ekspansi tersebut.
Semakin besar kebutuhan dana masa depan semakin besar kemungkinan
dengan emisi saham baru, tetapi bila pendapatan semuanya dibayarkan
sebagai dividen (yang juga merupakan subyek pajak pendapatan yang tinggi)
hanya sebagian kecil yang dapat di investasikan kembali. Dengan demikian
perusahaan yang sedang berkembang cenderung menahan laba disamping
menerbitkan emisi baru.
Pertumbuhan suatu perusahaan diharapkan dapat memberikan aspek
yang positif bagi perusahaan seperti dapat menarik minat para investor untuk
melakukan investasi diperusahaan tersebut. Investor dapat memilih akan
melakukan investasi dalam bidang apa saja. Prospek perusahaan yang
bertumbuh bagi investor merupakan suatu prospek yang menguntungkan,
karena investor yang ditanamkan diharapkan akan memberikan return yang
tinggi. Penelitian Vogt (1997) menunjukan bahwa perusahaan yang
bertumbuh akan direspon positif oleh pasar. Pertumbuhan perusahaan dapat
diketahui dengan cara mengetahui nialai buku dan nilai pasar. Menurut
Hartono (2003) nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan
perusahaan emiten dan nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham.
Pertumbuhan perusahaan menunjukan Investment Opportunity Set (IOS) atau
D. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian Variabel yang digunakan Metode yang digunakan Hasil Penelitian Analisis Korelasi
Invesment Opportunity Set Terhadap Return Saham. Agustina M. V Nopratiwi (2001)
Variabel devenden(Y) Commulative abnormal return.Variabel
indevendennya(X) adalah MKTBKASS, MKTBKEQ, CAPBVA,EP RASIO.
Pengujian penelitian menggunakan
Nonparametric correlatioan Kendall’s Tau-b. Data pusposive sampling, dengan menggunakan laporan keuangan dari tahun 2001-2003 yang dipublikasikan di BEJ
Hasil pengujian penelitian ini ditunjikan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara proksi IOS dengan return saham.
Analisis Hubungan Invesment Opportunity Set (IOS) dengan Realisasi Pertumbuhan Serta Perbedaan Perusahaan yang Tumbuh dan tidak Timbuh Terhadap kebijakan Pendanaan dan Dividen. Isnaeni Rokhayati (2005)
Variabel –variabel utama dalam penelitian ini adalah Dependen IOS, dan Variabel Indevenden adalah MVEBVE, MVABVA ,PER, CAPBVA, CAPMVA, VPPE, COANS
Teknik analisa yang digunakan adalah Data sekunder dan laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi, dari tahun 1999-2002 yang diperoleh dari BEI
Hasil pengujian penelitian IOS mempunyai korelasi terhadap semua unsur realisasi pertumbuhan perusahaan, baik untuk perusahaan yang tumbuh maupun yang tidak tumbuh .korelasi positif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara MVEBVE, terhadap pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan ekuitas, MVABVA, terhadap pertumbuhan ekuitas, CAPMVA terhadap pertumbuhan asset dan VPPE terhadap pertumbuhan penjualan dan ekuitas, untuk perusahaan yang tidak tumbuh antara CAPBVA terhadap pertumbuhan laba dan CAPMVA terhadap pertumbuhan asset. Korelasi yang negatif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara CAPMVA, terhadap pertumbuhan ekuitas, untuk perusahaan yang tidak tumbuh terjadi antara PER terhadap laba dan CAONS terhadap pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan ekuitas. Rasio market debt to equity tidak signifikan terhadap kebijakan pendanaan perusahaan Rasio deviden payout mempunyai korelasi yang tidak signifikan terhadap kebijakan deviden perusahaan.
Pengaruh Invesment opportunity set (IOS) dengan Tingkat
Pertumbuhan (Sustainable Growth) RM. Riadi, Ngadlan
Variabel Devenden (Y) adalah IOS dan Variabel Indevenden adalah MVEBVE, MVEBVA, PER, CAPBVA, CAPMVA, VPPE, COANS.
Penguijian penelitian menggunakan program Mikrosof Excell dan SPSS versi 13.00. Data sekunder yang difublikasikan dari tahun 2004-2005. yang terdaptar di BEI
Penelitian Variabel yang digunakan Metode yang digunakan Hasil Penelitian Dampak Set
Peluang Invesment Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta Sri Hasnawati (2005)
Variabel yang digunakan adalah data yang realisasi pertumbuhan investasi. Alas an menggunakan data realisasi kerena keputusan investasi perusahaan public pada umumnya sehingga sulit diobservasi dan apabila keputusan investasi diumumkan hal tersebut merupakan resolusi
Analisa yang digunakan adalah model Struktural Equation Modeling (SEM), populasi target yang dijadikan unit penelitian ini sebanyak 256 perusahaan dari kelompok industri yang tedaptar di BEI tahun 2002.
Hasilnya nilai loadingi factor indicator keputusan investasi menunjukan nilai diatas nilai kritis sebesar 0.30 (Bachurudin dan Tobing, 2003) dengan demikian semua indicator bermakna sebagai indicator yang membentuk variable keputusan investasi. Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25%, sisanya dipengaruhi oleh factor lain seperti: keputusan pendanaan, kebijakn deviden, factior eksternal perusahaan seperti: tingkat inflasi, kurs mata uang, pertumbuhan ekonomi, politik, dan psychology pasar, Searcing Proxies
Of Invesment Opportunity Set and Identifying Information Content.
Hermeindito Kaaro (2002)
Variabel tidak terukur : IOS, variabel laten : proksi IOS berdasarkan harga, investasi, & varian.
Penelitian ini menggunakan structural equation models (SEM) dengan pendekatan confirmatory model. Universitas Kristen Petra
Hasil penelitian menunjukkan bahwa IOS tidak dapat dilakukan observasi langsung harus melalui proksi-proksi sesuai dengan laporan keuangan perusahaan yang ada.
Invesment Opportunity Set, Corporate Governance Practices and Firm Performance. Marion Hutchinson dan Ferdinant A. Gul
(2004)
Variabel independen : IOS dengan menggunakan tiga variabel proksi yaitu : MBVA, MBVE, & PPEMVA. Variabel dependen : ROE (Return on Equity). Variabel kontrol : ukuran perusahaan termasuk pada variabel kontrol dalam analisis karena untuk menentukan hubungan dari karakteristik variasi perusahaan
Penelitian ini menggunakan analisis cross-sectional dari 500 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia. Sampel yang digunakan dari tahun 1998-1999.
E. Kerangka pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Data Laporan Keuangan Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2006 - 2009
IOS Realisasi Pertumbuhan
Proksi Berbasis Harga Saham Proksi Berbasis Investasi
MVABVA MVEBVE PER EP
IONS CAPBVA CAPMVA
GROWSAL GROWEAR GROWEQ GROWAS
Uji Structural Equation Model
Uji Asumsi
Identifikasi Model
Model Pengukuran (Confirmatory Factor Analysis)
Uji Kesesuaian Model
Uji Kelayakan Parameter Estimasi
Interpretasi
Gambar 2.2
Model Gabungan Proksi Individual IOS Berbasis Harga Saham dan Hubungannya terhadap Realisasi Pertumbuhan
Model gabungan proksi IOS berbasis harga saham dan realisasi
pertumbuhan pada gambar 2.2 menunjukkan berbagai variabel yang
digunakan yaitu variabel terukur (dalam bentuk empat persegi panjang) dan
variabel laten (bentuk lingkaran). Variabel terukur endogenous (observed endogenous) adalah MVEBVA, MVEBVE, EPR, PER, GROWSAL, GROWEAR, GROWEQ, dan GROWAS, yang merupakan variabel tidak
terukur exogenous (unobserved exogenous) adalah Err1, Err2, Err3, Err4, Err5, Err6, Err7, Err8, IOS Berbasis Harga Saham dan Realisasi
Pertumbuhan. Parameter yang diestimasi berjumlah 17, yaitu variance dari
error (Err) berjumlah 8 (ditunjukkan dengan garis lurus dengan satu anak panah), variance dari variabel terukur berjumlah 8 (ditunjukkan dengan garis lurus dengan satu anak panah), dan korelasi dari variabel laten berjumlah 1
Gambar 2.3
Model Gabungan Proksi Individual IOS Berbasis Investasi dan Hubungannya terhadap Realisasi Pertumbuhan
Model gabungan proksi IOS berbasis investasi dan realisasi
pertumbuhan pada gambar 2.3 menunjukkan berbagai variabel yang
digunakan yaitu variabel terukur dan variabel laten. Variabel terukur
endogenous adalah IONS, CAPBVA, CAMPVA, GROWSAL, GROWEAR, GROWEQ, dan GROWAS. Variabel tidak terukur exogenous adalah Err1, Err2, Err3, Err4, Err5, Err6, Err7, IOS Berbasis Investasi dan Realisasi
Pertumbuhan. Parameter yang diestimasi berjumlah 15, yaitu variance dari
F. Hipotesis
H0 : Model gabungan proksi IOS dengan klasifikasi IOS tidak memiliki
kesesuaian dengan data sesungguhnya.
Ha : Model gabungan proksi IOS dengan klasifikasi IOS memiliki
kesesuaian dengan data sesungguhnya
H0 : Gabungan proksi individual IOS berbasis harga saham tidak memiliki
korelasi positif dengan realisasi pertumbuhan.
Ha : Gabungan proksi individual IOS berbasis harga saham memiliki
korelasi positif dengan realisasi pertumbuhan.
H0 : Gabungan proksi individual IOS berbasis investasi tidak memiliki
korelasi positif dengan realisasi pertumbuhan.
Ha : Gabungan proksi individual IOS berbasis investasi memiliki korelasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian yang akan diamati dalam penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari tahun 2006 hingga Desember 2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel digunakan dengan metode purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini
harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : (1) Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI sejak tahun 2006; (2) Mempublikasikan
datanya berupa laporan keuangan, harga penutupan saham, dan jumlah saham
yang beredar yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory; (3) Tidak memiliki laba dan total ekuitas negatif pada tahun 2006 sampai tahun
2009.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas maka diperoleh sampel penelitian
sebanyak 25 (dua puluh lima) perusahaan, sebagaimana diuraikan di bawah
Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan Tanggal Pencatatan 1 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk 1 Januari 1992 2 KBLI PT. GT Kabel Indonesia Tbk 6 Juli 1992 3 BATA PT. Sepatu Bata Tbk 24 Maret 1982 4 BUDI PT. Budi Acid Jaya Tbk 8 Mei 1995 5 CLPI PT. Colorpak Indonesia Tbk 30 Nopember 1991 6 UNTR PT. United Tractor Tbk 19 September 1989 7 SMGR PT. Semen Gresik Persero Tbk 8 Juli 1991 8 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk 27 Juli 1995 9 SMSM PT. Selamet Sempurna Tbk 9 September 1996 10 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk 15 Juni 1998 11 LTLS PT. Lautan Luas Tbk 21 Juli 1997 12 AKRA PT. AKR Corporindo Tbk 3 Oktober 1994 13 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk 20 Juli 1982 14 ASII PT. Astra International Tbk 4 April 1990 15 BRAM PT. Branta Mulia Tbk 5 September 1990 16 SRSN PT. Indo Acidatama Tbk 11 Januari 1993 17 INTA PT. Intraco Penta Tbk 23 Agustus 1993 18 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk 21 Januari 1991 19 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk 18 Nopember 1992 20 TURI PT. Tunas Ridean Tbk 6 Mei 1995 21 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk 30 Oktober 1990
22 MERK PT. Merk Tbk 23 Juli 1991
23 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk 11 Januari 1982 24 MYOR PT. Mayora Indah Tbk 4 Juli 1990 25 AQUA PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 1 Maret 1990
C. Metode Penentuan Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi
laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang dimuat dalam
Indonesia Capital Market Directory. Sumber data yang digunakan untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek
D. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan structural equation models dengan pendekatan confirmatory factor analysis. Pendekatan ini digunakan karena model yang dibuat menggunakan variabel-variabel terukur yang
mendefinisikan sebuah variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung
atau dengan kata lain mengkonfirmasi berbagai variabel terukur untuk sebuah
variabel laten yang didasarkan pada berbagai teori. Selain itu pendekatan ini
digunakan untuk menguji kesesuaian model berdasarkan data empiris yang
diteliti. Karena penelitian ini juga akan menguji korelasi antara gabungan
proksi IOS dengan realisasi pertumbuhan, maka confirmatory factor analysis
yang dilakukan menggunakan multidimensional model yang ditunjukkan
dengan garis lengkung dengan dua anak panah pada masing-masing
ujungnya. Metode estimasi yang digunakan pada pendekatan confirmatory factor analysis adalah dengan maximum likelihood. Analisis ini dilakukan dengan bantuan program AMOS 16.0 student version.
Analisis yang akan dilakukan uji asumsi, yang meliputi ukuran sampel,
normalitas, multivariate outliers, dan multikolonieritas. Adapun model pengukuran dilakukan untuk menyelidiki variabel-variabel terukur yang
menjelaskan sebuah variabel laten. Uji kesesuaian dilakukan dengan melihat
ukuran indeks kesesuaian. Indeks kesesuaian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Chi-Square (X2), CMIN/DF (the minimum sample discrepancy function dibagi dengan degree of freedom), goodness of fit index
Tucker-Lewis Index (TLI). Uji yang terakhir adalah uji hipotesis untuk menguji apakah hipotesis pada penelitian ini diterima atau ditolak.
1. Uji Asumsi
a. Ukuran Sampel
Ukuran sampel yang digunakan sebaiknya berjumlah minimum
100 atau menggunakan perbandingan 5 observasi untuk setiap
parameter yang diestimasi (Hair, 1995).
b. Normalitas Data
Asumsi data terdistribusi normal didasarkan pada central limit theorem, yang mengatakan bahwa selama ukuran sampel yang diambil relatif besar, maka distribusi penyampelan dari rata-rata sampel akan
mendekati normal (Nester,dkk, 1993; Dillon, 1984; Dielman, 1991).
Ukuran sampel dapat dikatakan cukup besar jika mempunyai ukuran
30 atau lebih (Dielman, 1991), dengan demikian maka asumsi bahwa
data terdistribusi normal telah terpenuhi karena jumlah sampel lebih
dari 30.
c. Uji Multivariate Outliers
d. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinieritas dilakukan dengan dasar nilai variance inflation factor (VIF) dan tolerance, yang menunjukkan tidak adanya indikasi multikolonieritas pada semua variabel yang digunakan pada
penelitian ini. Multikolonieritas bisa dideteksi dengan melihat korelasi
linear antara variabel independen di dalan regresi. Jika korelasi cukup
tinggi yaitu di atas 0.85 maka dapat diduga terdapat multikolonieritas
dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi kurang dari 0.85
maka diduga model tidak mengandung unsur multikolonieritas.
(Widarjono, 2010:77).
2. Model Pengukuran
Metode pengukuran variabel laten ini menggunakan metode analisis
faktor konfirmatori. Analisis faktor konfirmatori merupakan model
pengukuran di mana variabel indikator membentuk variabel laten. Model
pengukuran mendefinisikan atau membentuk baik variabel independen
laten maupun variabel dependen laten. Pada gambar 2.1 dan 2.2
menunjukkan model pengukuran dengan menggunakan analisis faktor
konfirmatori. Yang menggambarkan dua variabel independen laten yang
berubah berkorelasi di mana setiap variabel independen laten dibentuk
oleh beberapa variabel indikator. Korelasi antara variabel independen
Analisis faktor merupakan cara untuk mencari atau mendapatkan
sejumlah variabel indikator yang mampu memaksimumkan korelasi
antara variabel indikator. Ada dua jenis analisis faktor yaitu: analisis
faktor eksploratori (Exploratory Factor Analysis/EFA) dan analisis faktor konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis/CFA). Pada analisis faktor eksplanatori, mencari sejumlah indikator untuk membentuk faktor umum
(common factor) tanpa ada landasan teori sebelumnya. Dengan kata lain analisis faktor eksplanatori merupakan sebuah metode untuk membangun
sebuah teori (theory building). Sedangkan pada analisis faktor konfirmatori, mencari sejumlah variabel indikator yang membentuk
variabel yang tidak terukur langsung tersebut didasarkan pada landasan
teori yang ada. (Widarjono, 2010:275)
3. Uji Kesesuaian/Kelayakan Model
Setelah melakukan estimasi analisis faktor konfirmatori, maka
langkah pertama dalam menginterpretasikan hasil dari analisis faktor
konfirmatori adalah mengevaluasi kebaikan sesuai model secara
menyeluruh (overall model fit) atau uji kelayakan model. Ada beberapa metode untuk melihat kebaikan sesuai model secara menyeluruh yaitu: (1)
uji statistika Chi Square; (2) Goodness of Fit Index (GFI); (3) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI); dan Root Mean Squares Residual (RMSR). Dari beberapa uji kelayakan model tersebut, model dikatakan layak jika
kelayakan model bisa memenuhi lebih dari satu kriteria kelayakan model,
model analisis konfirmatori akan jauh lebih baik daripada hanya satu yang
terpenuhi.
a. Chi-Square (X2)
Uji statistika Chi Square (X2) digunakan untuk menguji kelayakan model analisis faktor konfirmatori. Hipotesis nol dalam uji
Chi Squares ini adalah perbedaan antara sampel dan matriks kovarian yang diestimasi adalah nol sedangkan hipotesis alternatifnya
menyatakan ada perbedaan antara sampel dan matriks kovarian yang
diestimasi. Nilai df untuk uji Chi Squares ini besarnya sama dengan
jumlah elemen kovarian matriks yang tidak sama dikurangi dengan
jumlah parameter yang diestimasi. Jika nilai Chi Squares lebih besar dari Chi Squares kritis maka menolak hipotesis nol dan sebaliknya jika nilai Chi Squares lebih kecil dari Chi Squares kritisnya maka menerima hipotesis nol. Atau bisa menerima maupun menolak
hipotesis nol dengan membandingkan antara p-value dengan besarnya α yaitu derajat kepercayaan yang dipilih. Jika nilai p-value lebih kecil dari α maka kita menolak hipotesis nol dan sebaliknya jika p-value lebih besar dari α maka menerima hipotesis nol. Jika menerima
hipotes nol atau menolak hipotesis alternatif berarti dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan antara sampel dan matriks kovarian.
hipotesis nol atau menerima hipotesis alternatif maka model tidak
layak (Widarjono, 2010:282).
b. Goodness of fit index (GFI)
Uji kelayakan model analisis faktor konfirmatori juga dapat
dievaluasi dengan menggunakan Goodness of Fit Index (GFI). GFI dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
di mana : tr = trace matriks
S = kovarian matriks awal S = kovarian matriks model I = identitas matriks
Uji kelayakan GFI seperti nilai koefisien determinasi (R2) di
dalam uji kelayakan atau kebaikan hasil regresi, nilainya 0 ≤ GFI ≤ 1.
Semakin tinggi nilai GFI atau mendekati 1 maka semakin layak model
sedangkan nilai GFI semakin mendekati model maka semakin tidak
layak model. Sebagai rule of thumb biasanya model dianggap layak bila nilai GFI ≥ 0.90 sebagai cut off value-nya (Widarjono, 2010:283).
c. Adjusted goodness of fit index (AGFI)
Uji kelayakan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) merupakan uji kelayakan GFI yang disesuaikan. AGFI, analog dengan
koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R2) dalam regresi
tr ( ∑ - 1 S – I )2 GFI = 1 –
tr (∑ - 1 S )2 ^
berganda. AGFI merupakan GFI yang disesuaikan dengan derajat
kebebasan (degree of freedom). Adapun formula untuk AGFI sebagai berikut :
di mana : P = Jumlah indikator df = degree of freedom
Nilainya terletak antara 0 ≤ GFI ≤ 1. Sebagaimana uji kelayakan
GFI, semakin nilainya mendekati 1 maka semakin baik model dan
sebaliknya semakin mendekati angka 0 maka semakin tidak layak
model. Namun, tidak ada nilai yang pasti AGFI untuk menentukan
apakah model layak. Sebagai rule of tumb, cut off value adalah bila AGFI ≥ 0.80 sebagai model yang layak (goodness of fit) (Widarjono, 2010:284).
d. Root Mean Squares Error of Approximiation (RMSEA)
Kelemahan uji Chi Squares adalah sangat sensitif terhadap jumlah sampel. Sebagai alternatif dan pembanding uji Chi Squares para telah mengembangkan uji kelayakan analisis faktor konfirmatori. Salah
satunya adalah Root Mean Squares Error of Approximiation
(RMSEA). Sebagai rule of tumb untuk melihat kelayakan model, cut
off value adalah bila RMSEA ≤ 0.08. jika nilai RMSEA besarnya 0.08 p ( p + 1 )
AGFI = 1 - 1 – GFI
atau lebih kecil maka model dianggap layak. Sebaliknya jika nilainya
di atas 0.08 maka model dianggap tidak layak
e. Tucker-Lewis Index (TLI)
Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI) pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis
faktor, tetapi sekarang dikembangkan oleh SEM. Ukuran ini
menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara
proposed model dengan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. nilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0.90.
f. Normed Fit Index (NFI)
Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit all) sampai 1 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolut yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan
sama atau > 0.90.
E. Operasional Variabel Penelitian 1. Proksi IOS
a. Proksi berbasis pada harga saham
1. Market to Book Value of Asset Ratio
Aset – Total Ekuitas + (Le