1
PENGARUH RISIKO AUDIT DAN INDEPENDENSI
AUDITOR
TERHADAP OPINI AUDIT
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DKI
Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
YOGY ARIFIYANTO
NIM: 104082002673
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM Yessi Fitri, SE. Ak. M.Si
NIP. 130 676 334 NIP. 150 377
2
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1430 H / 2009 M
Hari ini Kamis 26 November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Yogy Arifiyanto NIM: 104082002673 dengan judul Skripsi “PENGARUH RISIKO AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT” (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DKI Jakarta). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Ketua Sekretaris
... ...
NIP. ... NIP.
...
Penguji Ahli
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Profesi akuntan di Indonesia akan mengalami tantangan yang semakin berat pada masa yang akan datang, dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang terus mengalami regenerasi untuk lebih memudahkan dalam menjalani kehidupan ini. Kebutuhan informasi keuangan yang benar dan tepat bagi para pengguna laporan keuangan akan menentukan seberapa besar penggunaan atau penilaian informasi atas laporan keuangan. Tingkat kapabilitas seorang auditor menentukan suatu informasi keuangan yang akurat tepat dan tidak menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan, serta auditor dapat menunjukkan aturan etika-etika profesional dan diimplementasikan pada saat pembentukan laporan atau informasi mengenai keuangan sebuah organisasi atau perusahaan baik yang telah go public ataupun masih dalam proses perkembangan usaha.
4 mengkhususkan pada pengaruh risiko audit dan independensi auditor. Pengaruh akan risiko yang akan diambil bukan hanya sekedar ilustrasi atau imajinasi (rekayasa), akan tetapi harus dikelola sedemikian rupa menjadi sebuah penanganan yang mutakhir dan dapat dipercaya oleh pengguna laporan keuangan. Risiko yang dikelola harus senantiasa bercermin kepada kode etik yang dimiliki oleh profesi akuntan publik. Risiko audit menurut Konrath (2002) dalam Wondabio (2006) adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material, serta berdasarkan penelitian tersebut menyimpulkan bahwa manajemen dalam bidang risiko Kantor Akuntan Publik merupakan satu hal penting bagi profesi Akuntan Publik serta mempunyai dampak terhadap proses penerimaan klien.
5 Seorang akuntan publik dalam pemecahan suatu kasus laporan keuangan perusahaan memiliki peran dalam hal menentukan opini audit yang menyatakan bahwa perusahaan layak atau tidak dalam kinerja yang telah dihasilkannya. Berbagai macam bentuk opini audit yang ada dapat mencerminkan pada kode etik yang seharusnya dijalani oleh akuntan publik. Pembentukan sebuah opini audit yang berlandaskan pada pokok permasalahan pengelolaan risiko dan independensi audit dalam membentuk suatu kawasan yang terdifinisi dari adanya tingkat salah saji yang minimal pada sekian banyak data yang diperolehnya, serta kemampuan dalam pengelolaan risiko dan tuntutan peran dalam bersikap independen agar tidak mempengaruhi laporan opini audit sebagaimana mestinya.
6 bersikap independen sehingga membentuk suatu laporan opini audit yang relevan, handal, cukup dan materialistis. Namun seberapa besar pengaruh penentuan risiko audit dan independesi auditor terhadap opini audit masih belum diketahui secara pasti.
Oleh karena itu penulis menelitinya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Risiko Audit dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”. Dalam hal ini risiko audit dan independensi auditor berperan sebagai variabel independen, sedangkan opini audit berperan sebagai variabel dependen.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada faktor permasalahan di atas, sebagai perkembangan pada pokok permasalahan maka penulis akan meneliti sebagai berikut:
1. Apakah risiko audit dapat mempengaruhi opini audit ?
2. Apakah independensi auditor dapat mempengaruhi opini audit ?
3. Apakah risiko audit dan independensi auditor dapat secara bersamaan mempengaruhi opini audit ?
7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: a. Pengaruh risiko audit terhadap opini audit.
b. Pengaruh independensi auditor terhadap opini audit.
c. Pengaruh risiko audit dan independensi auditor secara bersamaan terhadap opini audit.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari adanya penelitian ini bagi penulis maupun para pengguna hasil penelitian ini adalah:
a. Bagi auditor
Agar auditor mengetahui seberapa besar pengaruh risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit yang dihadapi dalam menjalankan profesinya
b. Bagi para pengguna
8 c. Bagi peneliti berikutnya
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Risiko Audit
Risiko audit menurut Guy et.al. (2001) dalam Nurna, Nasir dan Daljono (2006) merupakan risiko kesalahan auditor dalam memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material sedangkan menurut Konrath, (2002) dalam Ludovicus (2006) merupakan risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Risiko audit menurut O’Regan (2003) menyatakan bahwa
a concept used to express uncertainty about events and or their out comes that could have amaterial effect on the goals and effectiveness of an organization.
10 Berdasarkan pendapat para pakar akuntansi, maka dapat disimpulkan bahwa risiko audit merupakan tingkat auditor dalam menerima suatu unsur ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit yang akan dilakukannya. Risiko audit memiliki berbagai macam jenis dan bentuknya, yaitu:
a. Risiko inhern (inherent risk) adalah risiko yang berasal dari adanya kemungkinan kesalahan material yang dikandung oleh laporan keuangan yang di audit.
Faktor utama yang harus ditelaah dalam menetapkan risiko inhern atau inherent risk:
1) Sifat bidang usaha klien 2) Integritas manajemen 3) Motivasi klien
4) Hasil audit sebelumnya
5) Penugasan pertama atau penugasan ulang 6) Hubungan istimewa
7) Transaksi non rutin
8) Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo perkiraan dan transaksi secara benar
9) Kerentanan terhadap fraud 10)Unsur-unsur populasi
11 dapat mempengaruhinya. Risiko ini dapat timbul dari adanya karakteristik dan lingkungan usaha perusahaan. Di antara faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya risiko inheren ini ada dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal dibagi menjadi dua bagian yaitu kondisi makro ekonomi dan kondisi sektor/industri, dimana pada kondisi makro ekonomi terdapat beberapa faktor, yaitu resesi, krisis moneter, politik, keamanan, tingkat suku bunga, kebijakan uang ketat, dan fluktuasi kurs mata uang asing yang material. Pada kondisi sektor/industri juga terdapat beberapa faktor, yaitu perubahan teknologi, selera masyarakat, produk substitusi, penurunan harga jual, deregulasi industri, struktur persaingan yang mematikan, trend industri, dan jasa-jasa keuangan.
Faktor internal dipengaruhi oleh kondisi perusahaan, yang tertera oleh beberapa faktor, yaitu kualitas dan reputasi manajemen, kecenderungan terjadinya kecurangan atau pencurian, overleverage idle capacity yang material, gagal membayar bunga atau hutang,
kerusakan fisik persediaan yang material, kekurangan arus kas bersih, operasional kerugian yang akut, besarnya ukuran klien, audit tahun pertama atau terdahulu, transaksi hubungan istimewa yang material, dan transaksi non-rutin.
12 sistem pengawasan intern untuk menemukan, menghindari kesalahan secara dini.
Risiko pengendalian mengandung unsur:
1) Penetapan apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan
2) Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut di bawah nilai maksimum dalam rencana audit.
Seperti risiko inhern, risiko pengendalian dengan risiko penemuan adalah berbanding terbalik, sementara dengan bahan bukti berbanding lurus. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dari penyebab terjadinya risiko pengendalian yaitu terdapat adanya pengabaian teknik dalam sistem pengendalian, kolusi/kecurangan salah saji material yang dilakukan oleh pihak manajemen.
c. Risiko deteksi (detection risk) adalah risiko yang berasal dari adanya kemungkinan akuntan tidak menemukan kesalahan atau salah saji material sewaktu melakukan audit. Risiko deteksi dapat terjadi karena seorang auditor memutuskan tidak memeriksa seratus persen saldo atau transaksi atau karena ketidakpastian lainnya.
Selain jenis risiko audit tersebut terdapat dua elemen yang mendasari adanya risiko audit, yaitu:
13 Penyajian tingkat salah saji yang material dapat terjadi akibat adanya faktor kesalahan (eror) atau kecurangan (fraud). Untuk membedakannya substansi tentang kesalahan adalah mengenai faktor penyebab timbulnya masalah yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan merupakan faktor penyebab timbulnya masalah yang disengaja dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kemampuan auditor dalam mengendalikan tingkat risiko deteksi tergantung pada efektivitas prosedur audit dan tingkat pengujiannya. Risiko deteksi atau detection risk dapat diantisipasi dengan melakukan prosedur analitis dan pengujian rinci saldo akun/siklus transaksi.
Penggambaran model risiko audit, adalah sebagai berikut:
AR adalah Audit Risk IR adalah Inheren Risk
CR adalah Control Risk DR adalah Detection Risk Adapun DR merupakan:
Dimana, AP adalah Analitical Prosedure Risk TD adalah Test of Detail Risk
Jadi dapat digabungkan model-model tersebut menjadi: AR = IR CR DR AP TD
14 Untuk meminimalisasi adanya kesalahan ataupun kecurangan diperlukan suatu pengelolaan risiko yang terpadu dan terdifinisi dengan baik dan benar. Adapun pengelolaan risiko merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi, mengakses, mengelola dan mengendalikan peristiwa atau situasi yang dapat menjadi risiko, untuk menambah kepastian tercapainya tujuan organisasi. Untuk merealisasikannya diperlukan alternatif tindakan yang dapat diambil oleh manajemen, yaitu sebagai berikut:
a. Menghindari Risiko (Avoid Risk), yaitu melakukan pengkajian ulang suatu proses untuk menghindari risiko tertentu (specifics risk) dengan cara membuat perencanaan untuk mengurangi
keseluruhan risiko.
b. Meragamkan Risiko (Diversity Risk), yaitu menyebarkan risiko ke beberapa asset atau proses untuk mengurangi keseluruhan risiko kerugian atau kerusakan.
c. Pengendalian Risiko (Control Risk), yaitu menyusun suatu kegiatan untuk mencegah, mendeteksi atau menciptakan keadaan sebaliknya sehingga dapat memberikan outcomes positif.
d. Membagi Risiko (Share Risk), yaitu mengalokasikan risiko melalui kontrak dengan pihak lain seperti entitas asuransi. e. Mentransfer Risiko (Transfer Risk), yaitu mengalokasikan
15 f. Menerima Risiko (Accept Risk), yaitu membiarkan terjadinya
risiko karena tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Dalam penilaian suatu risiko terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan, tahap-tahap tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.1:
2. Independensi Auditor
Standar profesional akuntan publik dan kode etik akuntan Indonesia, terdapat pernyataan yang diungkapkan pada bagian standar umum kedua, yaitu dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor, serta dimuat dalam PSA No.04 (SA Seksi 220) bagian pertama yang menyatakan bahwa auditor bersikap independen, artinya tidak
Penilaian Risiko
Identifikasi Risiko Pengukuran Risiko Prioritas Risiko
Melibatkan Melibatkan Melibatkan
• Hazard • Identifikasi
kegagalan
• Mengenali dampak
yang merugikan
• Mengestimasi
peluang risiko
• Mendiskripsikan
risiko
• Mengkuantifikasi risiko
• Mengestimasi risiko
yang signifkan
• Menilai/menetapkan
penerimaan risiko
[image:15.612.140.491.226.494.2]• Membandingkan risiko dengan manfaat Gambar. 2.1
16 mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern) dan dilanjutkan pada bagian kedua yang menyatakan bahwa kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik, serta dilanjutkan pada bagian ketiga yang menyatakan bahwa profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik akuntan publik, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi di masyarakat.
Berbagai macam pernyataan yang ada pada standar profesional akuntan publik dan kode etik akuntan publik dapat diartikan bahwa profesi akuntan publik selayaknya tetap dan harus menjaga sikap independen dalam menjalankan pekerjaannya sebagai auditor bagi setiap pengguna jasa atau kliennya, sehingga dapat selalu menjaga nama baik auditor dalam persepsi masyarakat luas.
17 terhadap independensi akuntan publik. Menurut hasil penelitian Manggala dan Hutapea (2007) independensi yang terbagi menjadi dua aspek, yaitu indepedensi sikap mental (independence in infact) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance). Indepedensi sikap mental (independence in infact) merupakan independensi yang ditentukan oleh kejujuran pikiran dan kemampuan akuntan publik mempertahankan sikap bebas dan tidak memihak selama pelaksanaan pemeriksaannya, sedangkan independensi dalam penampilan (independence in appearance) merupakan independensi yang ditentukan oleh kesan, penafsiran, pendapat masyarakat terhadap independensi akuntan publik secara individual maupun secara keseluruhan.
18 Sharaf hendak mengatakan independensi dalam kenyataan dengan istilah yang menurut mereka paling menggambarkan keadaan sebenarnya yaitu independensi praktisi. Profession-Independence merupakan persepsi yang timbul oleh anggota masyarakat keuangan/bisnis dan masyarakat umum tentang profesi akuntan sebagai kelompok. Independensi profesi merujuk kepada pengertian tentang citra akuntan publik keseluruhan atau berkelompok di mata masyarakat. Bagaimana masyarakat memandang akuntan publik, sebagai pribadi yang independen atau sebagai pribadi yang selalu menuruti kehendak kliennya, akan membentuk suatu gambaran independensi profesi. Atau dengan kata lain Mautz dan Sharaf (1985:205) ingin membahas pengertian yang terkandung dalam kata independensi dalam penampilan dengan istilah independensi profesi.
Menurut Supriyono (1988:34) dalam Rexana (2005), ada enam faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, salah satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Sering kali manajemen klien meminta kantor akuntan publik untuk memberikan jasa lain selain jasa audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit menimbulkan pertanyaan yang mendasar apakah akuntan publik dapat mempertahankan independensinya.
19 mengerjakan laporan audit hingga hasilnya dapat dipergunakan oleh pengguna laporan audit. Independensi audit dibagi menjadi dua macam, yaitu independensi dalam kenyataan atau independence infact dan independensi dalam penampilan independence in appearance, dimana keduanya mencerminkan tindakan yang semestinya diwaspadai dari setiap langkah kerja auditor independen.
Hasil penelitian Mayangsari (2003) menemukan bahwa hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan alat analisis ANOVA diperoleh hasil bahwa auditor yang memiliki keahlian dan independen memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya.
Independensi audit sering kali auditor diganggu dengan faktor-faktor penghambat, yaitu akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interst dengan klien, mengaudit pekerjaan akuntan publik
20 keputusan dari perusahaan. Faktor lain yang dianggap mempengaruhi independensi auditor, yaitu bayaran audit (audit fee), adanya non-audit service, ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik), dan lama jabatan
sebagai auditor. 3. Opini Auditor
Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Mengacu kepada Statement On Auditing Standard No. 59 (AICPA, 1998). Auditor harus memutuskan apakah mereka yakin bahwa perusahaan klien akan bisa bertahan di masa yang akan datang.
21 tidak memperhatikan going concern perusahaan ketika auditor menetapkan opini audit.
Pada bagian laporan audit terdapat sebuah opini audit atau pendapat auditor, merupakan laporan yang diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberi kesimpulan atas opini yang harus diberikan pada laporan keuangan yang diauditnya. Dengan demikian, auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
Opini audit menurut kamus standar akuntansi Ardiyos (2007) mengatakan bahwa laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Opini audit menurut kamus istilah akuntansi Tobink dan Talankky (2004) merupakan suatu laporan yang diberikan oleh auditor terdaftar yang menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan norma atau aturan pemeriksanaan akuntan, disertai dengan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diperiksa.
Opini yang diberikan atas asersi manajemen dari klien atau instansi perusahaan yang di audit dikelompokkan menjadi wajar tanpa pengecualian, wajar dengan pengecualian, tidak memberikan pendapat, dan tidak wajar.
22 a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing (SPAP), auditor tidak menemukan kesalahan material secara keseluruhan laporan keuangan atau tidak terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk laporan ini digunakan apabila terdapat keadaan berikut: 1) Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi
dan auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapat memastikan bahwa ketiga standar pelaksanaan kerja lapangan telah ditaati.
2) Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja.
3) Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang diterapkan pula secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya. Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan. 4) Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material
uncertainties) mengenai perkembangan di masa mendatang
23 b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan
(Modified Unqualified Oponion)
Pendapat yang diberikan ketika suatu keadaan tertentu yang tidak berpengaruh langsung terhadap pendapat wajar.
Keadaan tersebut dapat terjadi apabila:
1) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas pendapat auditor independen lain.
2) Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat menyimpang dari SAK.
3) Laporan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang yang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit.
4) Terdapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
5) Di antara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material dalam penerapan prinsip akuntansi.
6) Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tidak disajikan.
c. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
24 Dari pengecualian tersebut yang dapat mungkin terjadi, apabila: 1) Bukti kurang cukup.
2) Adanya pembatasan ruang lingkup.
3) Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).
Menurut SA 508 paragraf 20 (IAI, 2002: 508.11), jenis pendapat ini diberikan apabila:
1) Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
25 e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang dibatasi, sehingga auditor tidak dapat melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan IAI. Pembuatan laporannya auditor harus memberi penjelasan tentang pembatasan ruang lingkup oleh klien yang mengakibatkan auditor tidak memberikan pendapat.
PSA No. 30 dalam Petronela (2004) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini sebagai berikut: a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, ia harus
1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
2) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.
26 c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) efektivitas rencana tersebut.
d. Jika auditor berkesimpulan rencana tidak efektif, auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer).
e. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut di dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
f. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan keadaan tersebut di dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Selain itu, sebelum auditor memberikan pendapat (opininya), seorang auditor harus melaksanakan tahap-tahap audit. Adapun tahap-tahapnya menurut Arens et.al (2008:132) yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan dan pencanangan pendekatan audit b. Pengujian pengendalian dan transaksi
c. Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo d. Penyelesaian dan penerbitan laporan audit
4. Penelitian Sebelumnya a. Risiko Audit
27 penerimaan klien berdasarkan pertimbangan risiko klien, risiko audit, dan risiko bisnis KAP menyatakan bahwa manajemen dalam bidang risiko Kantor Akuntan Publik merupakan satu hal yang sangat penting bagi profesi akuntan publik serta mempunyai dampak terhadap proses penerimaan klien, kekurangan dari penelitian ini terdapat pada pengujian empiris yaitu tidak terdapat cukup bukti tentang variabel audit fee recovery mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan klien oleh Kantor Akuntan Publik.
b. Independensi Audit
28 c. Opini Audit
Penelitian Christiawan dan Sawarjuwono (2000) tentang konsistensi penyajian laporan keuangan perusahaan publik analisis kritis atas opini auditor dan laporan auditan tahun 2000 menyatakan bahwa laporan keuangan yang tidak disajikan secara konsisten akan memberikan dampak pada laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan dan menyesatkan pemakai laporan. Kekurangan pada penelitian ini adalah belum dilakukannya penelitian secara konfirmasi langsung dengan perusahaan atau akuntan publik perusahaan.
29 B. Kerangka Pemikiran
Risiko audit merupakan suatu hal yang mesti diperhitungkan oleh auditor dalam pembentukan sebuah pendapat atau opini audit, hal ini tercermin pada berbagai macam pendapat para pakar ilmu auditing bahwa risiko audit yang timbul dikarenakan auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Tingkat salah saji tersebut merupakan kurangnya kecermatan auditor dalam menilai atau menentukan tingkat risiko audit pada pokok permasalahan yang sedang dikajinya.
Independensi merupakan suatu istilah yang sering digunakan oleh profesi auditor. Independensi sebagai suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan aturan atau prinsip-prinsip profesionalnya. Berkaitan pengaruhnya dengan pembentukan sebuah opini audit, independensi audit memegang peranan dalam kemampuan untuk bertindak berdasarkan integritas dan objektifitas, sehingga hasil auditnya tidak bertentangan dengan kode etik maupun standar yang berlaku bagi keprofesionalismeannya.
30 penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka pada penelitian ini akan mengetahui dan menganalisis tentang pengaruh risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit, baik antara variabel independen dengan variabel dependen pada pokok permasalahan tersebut. Penelitian ini unsur variabel independen dimasukkan pada risiko audit dan independensi auditor dan unsur variabel dependen dimasukan pada bagian opini audit.
Untuk menyelaraskan antara konsep dan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, berikut gambar 2.2 merupakan pemikiran pada pokok permasalahan yang akan ditindaklanjuti:
C. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Risiko Audit terhadap Opini Audit
[image:30.612.161.472.401.538.2]Faktor pencegah kegagalan dalam pengaruh sebuah opini audit adalah dengan menelaah secara lebih terfokus pada pembuatan opini audit dari mulai perencanaan hingga terbentuknya sebuah opini audit
Gambar. 2.2
Kerangka Pemikiran Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen Opini Audit (Audit Opinion) Risiko Audit
(Audit Risk)
31 yang sesuai dengan kode etik dan standar pembuatan laporan audit. Berbagai macam bentuk risiko audit menjadikan alat perhitungan dalam menentukan faktor kegagalan pada saat pengambilan keputusan, serta cara yang lebih tepat untuk pembentukan opini audit tersebut. Apabila tingkat risiko audit lebih kecil maka tingkat salah saji pada opini audit akan lebih terkontrol secara maksimal. Berdasarkan penjelasan pada paragraf tersebut di atas, maka dapat dikembangkan hipotesa empiris sebagai berikut:
H1: Risiko audit berpengaruh terhadap opini audit. 2. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Opini Audit
32 pertimbangan tersebut maka dapat dikembangkan hipotesa empiris sebagai berikut:
H2: Independensi auditor merupakan faktor yang berpengaruh terhadap opini audit.
3. Pengaruh Risiko Audit dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit
Pengaruh faktor risiko audit dan independensi auditor yang akan dipergunakan dalam menentukan opini audit, dimana dalam meminimalisir terjadinya faktor kegagalan audit (audit failure) diperlukan adanya tingkat independensi dalam pembuatan sebuah opini audit tersebut, sehingga pernyataan auditor pada opini audit tersebut bukan termasuk dalam rekayasa atau hal lainnya yang dapat merusak citra profesi akuntan publik atau auditor.
Dari bermacam-macam bentuk risiko audit dapat diambil keterangan yang lebih tepat untuk memecahkan permasalahan dalam pembentukan opini audit, yaitu dengan menggunakan sikap independensi audit yang diperlukan dari berbagai aspek kategori risiko audit. Berdasarkan keterangan yang tertera pada paragraf di atas, maka dapat dikembangkan hipotesa empiris sebagai berikut: H3: Risiko audit dan independensi auditor secara bersamaan
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini mengetahui dan menganalisis risiko audit dan independensi auditor khususnya dalam hal dimana penelitian ini risiko audit dan independensi auditor sebagai variabel independen apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sebuah opini audit sebagai variabel dependen serta penulis juga ingin mengetahui hal-hal apa saja yang berperan dalam menilai risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit.
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik yang berlokasi di daerah Jakarta. Obyek penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah para auditor eksternal yang bekerja di Kantor Akuntan Publik minimal bekerja selama satu tahun tugas atau pernah melaksanakan audit, berlatar belakang pendidikan minimal D3 akuntansi dan berusia minimal 20 tahun, sedangkan Kantor Akuntan Publik dipilih hanya yang terdaftar pada Direktori Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Jakarta.
B. Metode Penetuan Sampel
34 pemilihan sampel dimana anggota populasi dengan senang hati memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode survai lapangan, dengan mendatangi langsung responden yaitu auditor di KAP yang akan mengisi kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada responden ada yang bersifat tertutup, yaitu data berupa pertanyaan mengenai pengaruh penetepan risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit di Jakarta dengan menggunakan skala ordinal.
Untuk jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Sekaran (2006) data primer ialah data yang diperoleh dari tangan pertama untuk analisis berikutnya guna menemukan solusi atau masalah yang diteliti. Data tambahan yang digunakan berasal dari literatur kepustakaan yang digunakan untuk menunjukkan landasan teori dalam penelitian ini.
D. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu. 1. Variabel Independen
35 a. Risiko Audit
Risiko audit merupakan tingkat auditor dalam menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit yang akan dilakukannya, dalam hal ini unsur variabel indikatornya, yaitu sebagai berikut:
1) Risiko Inhern
Risiko inheren merupakan risiko yang berasal dari adanya kemungkinan kesalahan material yang dikandung oleh laporan keuangan yang di audit.
2) Risiko Pengendalian
Risiko Pengendalian merupakan risiko yang berasal dari adanya kemungkinan kesalahan yang berasal dari ketidakmampuan sistem pengawasan intern untuk menemukan, menghindari kesalahan secara dini.
3) Risiko Deteksi
Risiko deteksi merupakan risiko yang berasal dari adanya kemungkinan akuntan tidak menemukan kesalahan atau salah saji yang material sewaktu melakukan audit
36 instrumen yang berupa pertanyaan atau pertanyaan dimana setiap jawabannya memiliki gradasi dari sangat setuju (skor 5), setuju (skor 4), netral (skor 3), tidak setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor 1) (Sugiono, 2004).
b. Independensi Auditor
Independensi audit merupakan penggunaan cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian tersebut dan pelaporan hasil temuan audit (Arens et.al 2008:132), dalam hal ini unsur variabel indikatornya, yaitu sebagai berikut:
1) Independensi Dalam Fakta
Independensi dalam fakta merupakan sikap kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan objektif, tidak memihak di dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
2) Independensi Dalam Penampilan
Independensi dalam penampilan merupakan ketaatan akuntan publik kepada sejumlah aturan yang ditetapkan oleh organisasi profesi guna menampilkan citra independensi akuntan publik di mata masayarakat, dirumuskan dengan pendekatan “sejumlah batasan” (Roger W. Bartlett 1991:11).
37 tentang fenomena sosial. Dengan skala ini, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut digunakan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan atau pertanyaan dimana setiap jawabannya memiliki gradasi dari sangat setuju (skor 5), setuju (skor 4), netral (skor 3), tidak setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor 1) (Sugiono, 2004).
2. Variabel Dependen
38 Tabel. 3.1
Operasional Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Risiko Audit
(X1) Risiko Inhern
•Bentuk dan jenis usaha •Budaya kerja usaha
•Pengukuran tingkat kompleksitas
transaksi
•Penilaian motivasi usaha
•Pengamatan laporan audit terdahulu •Penerimaan klien
•Pemeriksaan laporan transaksi tidak
rutin
•Pencatatan saldo perkiraan dan
transaksi
•Penggolongan tingkat
penyalahgunaan transaksi
Ordinal
Risiko Pengendalian
•Struktur organisasi klien •Pembagian tugas kerja •Uji kelayakan usaha
•Keberadaan dan kelengkapan asersi
pengendalian
•Kerjasama jaringan usaha
•Pengamatan aliran kinerja pelaporan usaha
•Teknik dalam sistem pengendalian
Ordinal
Risiko Deteksi
•Penetapan prosedur audit
•Sistem perencanaan dan supervisi •Perencanaan menerima tingkat resiko •Sistem pengawasan audit
•Penginterprestasian hasil prosedur audit
•Pengujian subtantif terhadap saldo
akun
•Hubungan penetapan dengan risiko
inhern dan pengendalian
Ordinal
39 Sambungan Table. 3.1
Independensi Auditor (X2)
Independensi Dalam Fakta
•Jujur dalam kata dan perbuatan •Pendapat berdasarkan hasil audit
•Bertanggung jawab atas semua
kinerja audit
•Kebebasan dalam berpikir dan
berpendapat
•Bersifat netral
•Rekomendasi sesuai kondisi dan
fakta
•Penyalahgunaan kata-kata laporan
audit
•Penilaian dan saran terhadap fakta dan dampak
Ordinal
Independensi Dalam Penampilan
•Menjaga nama baik profesi
•Memasyarakat dan
mensosialisasikan profesi
•Penghitungan besaran komisi
hasil audit
•Kepentingan pribadi dan usaha
klien
•Pertimbangan hubungan •Penggunanan advertensi untuk
memperoleh klien
•Penetapan pendapat atas laporan
audit Ordinal Opini Audit (Y) Pernyataan Pendapat
• Perencanaan dan pencanangan
pendekatan audit
• Menguji pengendalian usaha • Pelaksanaan prosedur analitis • Pelaksanaan pengujian terinci
terhadap saldo
• Perhatian tahap penyelesaian
• Perhatian tahap penerbitan • Pertimbangan keefektivan dalam
penentuan faktor risiko
Ordinal
40 E. Metode Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya diuji dan dianalisis dengan Statistical Package for The Social Sciences (SPSS) versi 16.0. Adapun
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Uji Kualitas Data
Dilakukan pengujian kualitas data yang terkumpul dengan menggunakan pengujian sebagai berikut:
a. Uji Validitas Data
Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Indriantoro dan Supomo, 2002). Untuk melakukan uji validitas instrumen penelitian digunakan teknik Pearson Correlation yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor totalnya. Jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0.05, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya (Ghozali, 2005:45).
b. Uji Reliabilitas Data
41 kestabilan, atau konsistensi instrumen tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu.
Untuk menguji tingkat reliabilitas konstruk dalam penelitian ini digunakan teknik uji Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan realiabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2001).
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (multikol) atau variabel tidak ortogonal. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Santoso, 2002).
Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan nilai VIF dan tolerance. Dimana jika nilai VIF terletak disekitar
1 dan tolerance mendekati angka 1 maka terjadi
multikolinieritias. Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF dan tolerance lemah, yakni dibawah angka 0,5.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya Multikoloneritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
42 2) Multikolinieritas yang dapat dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai angka tolarance mendekati 1.
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih
yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/ tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF di atas 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat dia tolerir. Sebagai misal nilai tolerance 0,10 sama dengan tingkat multikolonieritas 0,95. Walaupun multikolonieritas dapat dideteksi dengan nilai tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel bebas mana sajakah yang saling berkorelasi (Santoso, 2002).
b. Uji Heteroskedastisitas
Penggunaan uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
43 menyebar mengelilingi garis diagonal, maka pengujian ini bebas dari heteroskedastisitas dan sebaliknya jika titik-titik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh dari garis-garis diagonal maka diindikasikan adanya heteroskedastisitas. Sedangkan pada scater plot, jika pada grafik tersebut ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola teratur (bergelombang, melebar, dan menyempit) maka diindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2002). c. Uji Normalitas
62 3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dengan menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Metode ini digunakan untuk menguji kuat tidaknya pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan nilai signifikannya sebesar 0.05 (Ghozali, 2001).
a. Uji Koefesien Determinasi (Adjusted R-Square)
Uji koefesien determinasi ditunjukkan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang dilihat melalui adjusted R Square karena variabel independennya lebih dari satu. Jika nilai Adjusted R-Square adalah 1 berarti kuatnya kemampuan fluktusasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel indpenden dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen, sebaliknya jika nilainya mendekati angka 0, maka semakin rendah kemampuan fluktuasi variabel dependen (Santoso, 2002).
b. Uji t (Pengujian secara parsial)
63
dari 0.05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0.05 maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien signifikan) (Ghozali, 2005:85).
c. Uji F (Pengujian secara simultan)
64
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian
[image:46.612.237.455.480.691.2]Penelitian ini dilaksanakan di sembilan belas Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di wilayah Jakarta. Penelitian ini menganalisis tetang pengaruh risiko audit dan independensi auditor terhadap opini audit yang berada pada KAP di Jakarta. Adapun sembilan belas Kantor Akuntan Publik tersebut tidak termasuk dalam the big four, yang masih tergolong KAP menengah ke bawah dan beberapa ada yang berafiliasi dengan KAP asing dengan jumlah auditor masing-masing KAP berkisar antara 30 sampai dengan 70 orang auditor.
Tabel. 4.1
Nama-nama Kantor Publik No. Kantor Akuntan Publik 1. Chairani dan Rekan
2. Hasnil, M. Yasin dan Rekan 3. Mulyamin, Sensi, Suryanto 4. Hadori, Sugiarto, Adi dan Rekan 5. Noor Salim dan Sinaraharja 6. Yanuar, Drs
7. Joachim Sulistyo
8. Armen Budiman dan Rekan 9. Tasnim Ali Wijanarko dan Rekan 10. Usman dan Rekan
11. Soejatna, Mulyana dan Rekan
65
66
Sambungan Tabel. 4.1 14. Toni H. Ratim
15. Sahat dan Rekan 16. Handoyo Suparman 17. Syarif Basyir dan Rekan 18. Doli, Bambang dan Sudarmaji 19. Anwar
Sumber: Data Primer
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada responden. Penyebaran kuesioner dimulai dari pertengahan Agustus hingga akhir Oktober 2009. Kuesioner diberikan dan diterima kembali oleh peneliti dengan waktu yang sudah ditentukan serta menyesuaikan dengan jadwal kerja KAP yang dituju.
2. Karakteristik Responden
[image:48.612.235.454.108.211.2]Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini, kuesioner yang dibagikan berjumlah 125 eksemplar berdasarkan jumlah auditor dari sejumlah KAP di Jakarta, akan tetapi hanya 80 auditor yang bersedia menjawab atau mengisi kuesioner yang diberikan. Adapun gambaran karakteristik data kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel. 4.2
Karakteristik Data Kuesioner
Identifikas Sample Jumlah Persentase
Total kuesioner yang disebar 125 100 %
Total kuesioner yang tidak direspon 45 36 %
Total kuesioner yang direspon 80 64 %
67
[image:49.612.167.488.246.516.2]Total kuesioner yang direspon dan dapat digunakan untuk mengolah data sebanyak 80 kuesioner yaitu 64 % dari total kuesioner yang di sebar. Sedangkan deskriptif responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3, berikut ini:
Tabel. 4.3 Deskriptif Responden
Deskriptif Keterangan Frekuensi Persentase
Jumlah Sample 80 100 %
Pria 50 62,5 %
Jenis Kelamin
Wanita 30 37,5 %
20-25 48 60 %
25-30 23 28,75 %
Umur Responden
>30 9 11,25 %
1-3 Tahun 53 66,25 %
4-5 Tahun 17 21,25 %
Lama Bekerja
> 5 Tahun 10 12,5 %
D3 3 3,75 %
S1 72 90 %
S2 5 6,25 %
Jenjang Pendidikan
S3 - -
Yunior 50 62,5 %
Senior 25 31,25 %
Posisi di KAP
Supervisor 5 6,25 %
Sumber: Data diolah
68
yang berumur > 30 tahun berjumlah 9 orang (11,25 %). Untuk responden yang berdasarkan lama bekerja didapatkan bahwa responden yang lama bekerja 1-3 tahun berjumlah 53 orang (66,25 %), untuk rensponden yang lama bekerja 4-5 tahun berjumlah 17 orang (21,25 %), dan untuk responden yang lama bekerja > 5 tahun berjumlah 10 orang (12,5 %). Untuk responden berdasarkan jenjang pendidikan didapatkan bahwa responden yang berada pada jenjang pendiikan D3 berjumlah 3 orang (3,75 %), untuk responden yang berada pada jenjang pendidikan S1 berjumlah 72 orang (90 %), dan untuk responden yang berada pada jenjang pendidikan S2 berjumlah 5 orang (6,25 %). Untuk responden berdasarkan posisi di KAP mendapatkan hasil bahwa untuk responden yang berada pada posisi yunior berjumlah 50 orang (62,5 %), untuk responden yang berada pada posisi senior berjumlah 25 orang (31,25 %), dan untuk responden yang berada pada posisi supervisor berjumlah 5 orang (6,25 %).
B. Metode Analisis Data 1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
69
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation. Pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
[image:51.612.163.465.284.660.2]signifikansinya dibawah 0.05, maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
Tabel. 4.4
Uji Validitas Variabel Risiko Audit
Butir Pertanyaan
Pearson Correlation
Sig
(2-tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,539 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,663 0,000 Valid
Pertanyaan 3 0,765 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,634 0,000 Valid
Pertanyaan 5 0,613 0,000 Valid
Pertanyaan 6 0,657 0,000 Valid
Pertanyaan 7 0,562 0,000 Valid
Pertanyaan 8 0,365 0,001 Valid
Pertanyaan 9 0,449 0,000 Valid
Pertanyaan 10 0,634 0,000 Valid
Pertanyaan 11 0,659 0,000 Valid
Pertanyaan 12 0,593 0,000 Valid
Pertanyaan 13 0,587 0,000 Valid
Pertanyaan 14 0,522 0,000 Valid
Pertanyaan 15 0,476 0,000 Valid
Pertanyaan 16 0,552 0,000 Valid
Pertanyaan 17 0,486 0,000 Valid
Pertanyaan 18 0,364 0,001 Valid
Pertanyaan 19 0,579 0,000 Valid
Pertanyaan 20 0,499 0,000 Valid
Pertanyaan 21 0,622 0,000 Valid
Pertanyaan 22 0,473 0,000 Valid
Pertanyaan 23 0,526 0,000 Valid
70
Tabel. 4.5
Uji Validitas Variabel Independensi Auditor
Butir Pertanyaan
Pearson Correlation
Sig
(2-tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,494 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,349 0,002 Valid
Pertanyaan 3 0,526 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,712 0,000 Valid
Pertanyaan 5 0,458 0,000 Valid
Pertanyaan 6 0,670 0,000 Valid
Pertanyaan 7 0,577 0,000 Valid
Pertanyaan 8 0,604 0,000 Valid
Pertanyaan 9 0,423 0,000 Valid
Pertanyaan 10 0,544 0,000 Valid
Pertanyaan 11 0,548 0,000 Valid
Pertanyaan 12 0,303 0,006 Valid
Pertanyaan 13 0,513 0,000 Valid
Pertanyaan 14 0,446 0,000 Valid
Pertanyaan 15 0,443 0,000 Valid
[image:52.612.163.467.257.599.2]Sumber: Data diolah
Tabel. 4.6
Uji Validitas Variabel Opini Audit Butir
Pertanyaan
Pearson Correlation
Sig
(2-tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,701 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,729 0,000 Valid
Pertanyaan 3 0,662 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,762 0,000 Valid
Pertanyaan 5 0,722 0,000 Valid
Pertanyaan 6 0,757 0,000 Valid
71 Sumber: Data diolah
Pengujian validitas dari dua variabel independen dan satu variabel dependen dengan jumlah responden 80 orang menghasilkan output SPSS yang terlihat pada tabel 4.4, 4.5, dan 4.6 bahwa korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan nilai yang signifikan dengan koefesien Pearson Correlation < 0.05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid
b. Uji Reliabilitas
[image:53.612.198.509.461.519.2]Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian, instrumen dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha di atas 0,6
Tabel. 4.7 Analisis Reliabilitas
Tabel 4.7 memperlihatkan nilai cronbach’s alpha seluruh item pertanyaan adalah lebih dari 0,6 yang berarti semua pertanyaan yang berhubungan dengan risiko audit, independensi auditor, dan opini audit dinyatakan konsisten atau reliabel.
2. Uji Asumsi Klasik
Variabel Cronbach's Alpha Status
Risiko Audit (X1) 0.897 Reliabel
Independensi Auditor (X2) 0.759 Reliabel
Opini Audit (Y) 0.837 Reliabel
72 a. Uji Normalitas
[image:54.612.214.407.427.589.2]Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji normal probability plot yang dapat dilihat pada penyebaran data berupa titik-titik pada sumbu diagonal dari grafik, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya, jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka garis regresi tersebut tidak terdistribusi secara normal.
Gambar. 4.1
P-Plot Uji Normalitas Data
73
normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi risiko audit dan independensi auditor dalam mendeteksi opini audit. b. Uji Multikolinearitas
[image:55.612.201.460.319.407.2]Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, model penelitian yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen.
Tabel. 4.8
Hasil Uji Multikolineritas Coefficientsa
Collinearity Statistics Model
Tolerance VIF
Risiko Audit .856 1.169
1
Independensi Auditor .856 1.169 a. Dependent Variable: Opini Audit
Tabel di atas menunjukkan hasil multikolieneritas tampak bahwa untuk keseluruhan sampel tidak terjadi korelasi antar varibel independen karena nilai Variance Inflation Factor (VIF) di bawah angka 10 atau nilai tolerance lebih besar dari 0,10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi heteroskedastisitas dari suatu residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar. 4.2
74
Dalam gambar scatterplot tersebut, menunjukkan tidak adanya heteroskedastisitas karena titik-titik menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y sehingga tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian model regresi layak digunakan sebagai penelitian.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang menyatakan bahwa diperkirakan risiko audit dan independensi auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini audit.
a. Uji Koefesien Determinasi (Adjusted R Square)
Uji adjusted R square ini digunakan untuk melihat persentase variasi variabel independen terhadap variabel dependen serta melihat seberapa pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Tabel. 4.9
75
Model Summary Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of the Estimate
1 .602a .363 .346 2.561
a. Predictors: (Constant), Independensi Auditor, Risiko Audit
Berdasarkan tabel di atas diperoleh adjusted R square sebesar 34.6 %, hal ini berarti bahwa variabel opini audit dapat dijelaskan oleh variabel risiko audit dan independensi auditor sebesar 34.6 % sedangkan sisanya sebesar (100 % - 34.6 %) = 63.4 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini.
Menurut Suraida (2005) bahwa pengaruh risiko audit dan skeptisisme profesional auditor memiliki pengaruh terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik. Menurut Sari Lubis (2004) independensi akuntan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap opini audit.
Berdasarkan sumber-sumber di atas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dimiliki oleh seorang auditor baik risiko audit maupun independensi auditor secara keseluruhan memiliki suatu tujuan dan pengaruh yang signifikan yakni kemampuannya dalam mempengaruhi terbentuknya suatu opini audit, akan tetapi dalam penelitian ini faktor-faktor yang tercantum di atas bukanlah satu-satunya faktor-faktor. Faktor lain yang berpengaruh dan tidak dimasukkan dalam penelitan ini diperkirakan faktor lamanya auditor bekerja.
76
[image:58.612.141.469.193.303.2]Pengunaan uji F pada penelitian ini ditujukan untuk menguji secara simultan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel. 4.10
Uji F Statistik atau Anova ANOVAb
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Regression 287.808 2 143.904 21.938 .000a Residual 505.079 77 6.559
1
Total 792.887 79
a. Predictors: (Constant), Independensi Auditor, Risiko Audit b. Dependent Variable: Opini Audit
Dalam tabel Anova di atas diperoleh hasil nilai F hitung sebesar 21.938 dengan tingkat signifikan 0.000, karena nilai probabilitas (0.000) jauh lebih kecil dari 0.05 maka model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi risiko audit dan independensi auditor secara bersama-sama berpengaruh terhadap opini audit, dengan demikian Ha3 diterima.
c. Uji t-Statistik
Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk menguji secara individual pengaruh variabel independen terhadap dependen.
Tabel. 4.11 Uji t-Statistik
Coefficientsa Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients Model
B Std. Error Beta
t Sig.
[image:58.612.135.475.607.696.2]77
Risiko Audit .116 .038 .299 3.044 .003 Independensi
Auditor .231 .054 .421 4.285 .000
a.Dependent Variable: Opini Audit
Berdasarkan dari tabel coefficient di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Hipotesis1 (Pengaruh risiko audit terhadap opini audit)
Risiko audit berpengaruh terhadap opini audit karena signifikansinya 0.003 < 0.05. Hasil ini konsisten dengan penelitian Suraida (2005) dimana risiko audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik. Risiko audit merupakan tingkat auditor dalam menerima suatu unsur ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit yang akan dilakukannya, sehingga hal ini memiliki tingkat pengaruh secara langsung terhadap pemberian opini audit yang akan dipublikasikan.
78
mengerjakan laporan audit hingga hasilnya dapat dipergunakan oleh pengguna laporan audit.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa: 1. Risiko audit berpengaruh secara langsung terhadap opini audit dengan
menunjukkan angka 0.003 yang berarti berpengaruh secara signifikan, karena < 0.05.
2. Independensi auditor berpengaruh secara langsung terhadap opini audit dengan menunjukkan angka 0.000 yang berarti berpengaruh secara signifikan, karena < 0.05.
79
Dari beberapa jurnal dan makalah yang berkaitan dengan penelitian variabel-variabel di atas, peneliti telah menemukan secara konsisten hubungan dengan penelitian sebelumnya, walaupun berbeda variabel yang digunakan oleh peneliti sebelumnya.
B. Implikasi
1. Hasil pengujian pertama menyatakan bahwa ada pengaruh langsung antara risiko audit terhadap opini audit. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan khususnya pada risiko pengauditan auditor harus mewaspadai faktor ini lebih utama, karena akan mempengaruhi hasil dalam penetapan opini audit yang akan digunakan terhadap laporan usaha klien.
2. Hasil pengujian kedua menyatakan bahwa ada pengaruh langsung antara independensi auditor terhadap opini audit. Hal ini menunjukkan bahwa penentuan sikap seorang auditor harus independen baik dalam fakta maupun penampilan karena akan mempengaruhi hasil dalam penetapan opini audit yang akan digunakan terhadap hasil laporan usaha klien. 3. Hasil pengujian ketiga menyatakan bahwa ada pengaruh langsung antara
80
81
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno.“Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”, Jilid I, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004.
Alim, M. N, Hapsari, T, dan Purnawati, L.“Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi”, Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanudin.Makasar 26-28 Juli 2007.
Arens, Alvin A., Elder, Randal J., Beasley, Mark S. “Auditing dan Pelayanan Verifikasi : Pendekatan Terpadu (Judul Asli; Auditing Anssurance Service-Integrested Approach 10th Edition)”, Edisi Revisi, Jilid 1, Penerjamah Tim Dejacarta Jakarta: Indeks, 2008.
Ardiyos.“Kamus Standar Akuntansi”, Cipta Harta Prima, Jakarta, Desember 2007.
Arikunto, Suharsimi.“Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, Rineka Cipta, Jakarta, 2006.
Aziza, Nurna. Nasir, Mohammad, dan Daljono.”Hubungan Antara Risiko Manipulasi Earnings dan Risiko Corporate Governance dengan Perencanaan Audit (Studi Empiris pada Auditor Se-Jawa)”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 23-26 Agustus 2006.
Budileksmana, Antariksa.“Opini Auditor”, Pertemuan ke-5, artikel diakses tanggal 16 Juni 2008, dari http:/www.antariksa.info
Christiawan, Yulius J dan Sawarjuwono, Tjiptohadi.“Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan Publik Analisis Kritis atas Opini Auditor dan Laporan Keuangan Auditan Tahun 2000, artikel diakses tanggal 23 Juni 2008, dari http:/www.petra.ac.id
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit-Undip, Semarang, 2001.
82
Ikatan Akuntan Indonesia.“Standar Profesional Akuntan Publik”, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian: Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Jusuf, Amir A.“Auditing Arens dan Loebbeche Pendekatan Terpadu”, Selemba Empat, Jakarta, 2003.
Lastanti, Rexana Sri. “Tinjauan Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi atas Skandal Keuangan”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, April, 2005.
Lubis, Tapi Anda Sari. “Persepsi Auditor dan User Tentang Independensi Akuntan Sebagai Perilau Profesional dan Pengaruhnya Terhadap Opini Audit”, e-USU Repository, Universitas Sumatera Utara, 2004.
Mangala, Sulaiman S dan Hutapea, Jenny V.“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor Dalam Pelaksanaan Audit oleh Kantor Akuntan Publik di Palembang”, Akuntabilitas Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, Palembang, Juli 2007.
Mardalis.“Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal”, Bumi Aksara, Jakarta, 2008.
Mayangsari, Sekar.“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit Sebuah Kuasieksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 6 No 1, Jakarta, Januari 2003.
Murtini, Sri.“Persepsi Auditor Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor”, Jurnal Akuntansi, Bisnis, dan Perbankan Vol 9, Semarang, April 2003.
Novianty, Retty dan Kusuma, Indra W.“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik”, Jurnal Akuntansi Auditing Vol 3 No 1, Universitas Islam Indonesia,Yogyakarta, 1999.
Nursyofah, Siti. “Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007
83
Petronela, Thio A.“Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit”, Balance 1 Vol 1 No 1, FE Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Maret 2004.
Petronela, Thio A.“Auditing dan Keuangan.Balance.Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian Opini Audit”, Jurnal Auditing Vol. 1 No.1, Universitas Atmajaya, 2004.
Sawyer, Lawrence B, et.all.“Sawyer’s Internal Auditing”, Buku 1 Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta, 2003.
Sekaran ,Uma “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Buku Dua”, Salemba Empat, Jakarta, 2006
Singgih, Santoso.“Latihan SPSS: Statistik Parametrik”, Alex Media Komputindo, Jakarta, 2002.
Singgih, Santoso.“Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 14”, Alex Media Komputindo, Jakarta, 2006.
Sugiono.“Metodologi Penelitian Bisnis”, CV AFABETA, Bandung, 2004.
Sujianto, Agus Eko.“Aplikasi Statistik dengan SPSS 16”, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2009.
Suraida, Ida.“Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit, dan Resiko Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”, Sosiohumaniora Vol. 7 No. 3, FE Universitas Padjajaran, Bandung, November 2005
Tobink, Riduan dan Talankky, Nirwana.“Kamus Istilah Akuntansi”, Atalya Rileni Sudeco, Jakarta 2004.
Tunggal, Amin W.“Risk-Based Auditing Konsep dan Kasus”, Harvarindo, Jakarta 2007.
Umar, Husain.“Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2007.
84
(Audit Risk), dan Risiko Bisnis KAP (Auditor’s Business Risk)”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, Padang 23-26 Agustus 2006.
85 Lampiran 1: KUESIONER
Responden Yth.
Penulis adalah mahasiswa Program Strata 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi.
Nama : Yogy Arifiyanto NIM : 104 08200 2673
Untuk penyusunan skripsi ini besar harapan penulis kepada Bapak/Ibu/Saudara bersedia mengisi kuesioner yang dilampirkan bersama surat ini. Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktu bekerjanya.
Kuesioner ini akan penulis pergunakan untuk memperoleh data dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Penentuan Risiko Audit dan Independensi Auditor Terhadap Opini Audit. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Penulis menjamin sepenuhnya kerahasiaan identitas seluruh jawaban Bapak/Ibu/Saudara sesuai dengan etika penelitian.
• Mohon mengisi dengan lengkap dan sebenar-benarnya. Apabila salah satu
nomor yang tidak di isi maka kuesioner dianggap tidak berlaku dan tidak dapat digunakan.
• Adapun jawaban Bapak/Ibu/Saudara tidak ada yang salah atau benar dan tidak
akan berpengaruh terhadap penilaian kerja Bapak/Ibu/Saudara bekerja.
Demikian permohonan penulis, mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan atas hadirnya kuesioner ini, serta perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara penulis ucapkan terima kasih.
86 IDENTITAS RESPONDEN.
Berikan tanda ( ) pada identitas pengenal Anda, dan isi sesuai dengan karakteristik Anda.
Nama KAP :
Jenis Kelamin : ( )Pria ( ) Wanita Umur Responden : ( ) 20-25 ( )25-30 ( )>30 Lama Bekerja : ( ) 1-3 ( )4-5 ( ) >5 Tahun Jenjang Pendidikan : ( ) D3 ( )S1 ( )S2 ( )S3
Posisi Anda di KAP : ( ) Yunior ( ) Senior ( ) Supervisor
Tanggal Pengisian :
Tandatangan :
CARA PENGISIAN KUESIONER
Bapak/Ibu/Saudara responden cukup memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia (rentang angka dari 1 sampai dengan 5) sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu. Setiap pertanyaan penulis harapkan hanya satu jawaban dan bila memilih jawaban lain-lain maka diharapkan untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Setiap angka akan mewakili tingkat kesesuaian dengan pendapat Bapak/Ibu.
Keterangan Nilai
(SS) Sangat Setuju 5
(S) Setuju 4
(TP) Tidak Pasti 3
(TS) Tidak Setuju 2
87 DAFTAR PERTANYAAN
Resiko Audit No. Pertanyaan
SS S TP TS STS I.Risiko Inheren
1. Auditor mempertimbangkan bentuk atau jenis
usaha klien 5 4 3 2 1
2. Auditor memperhatikan budaya kerja usaha
klien 5 4 3 2 1
3. Auditor mengukur seberapa besar tingkat
kompleksitas transaksi usaha klien 5 4 3 2 1 4. Auditor menilai terlebih dahulu motivasi
pekerjaan dari setiap usaha klien 5 4 3 2 1 5. Auditor mempelajari laporan audit terdahulu
sebelum melakukan pengauditan 5 4 3 2 1
6. Auditor menerima klien tidak m