• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP INSTABILITAS POLITIK DI SOLOMON TAHUN 2003 – 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP INSTABILITAS POLITIK DI SOLOMON TAHUN 2003 – 2013"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

i

INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP INSTABILITAS

POLITIK DI SOLOMON TAHUN 2003

2013

SKRIPSI

OLEH :

DEVI ARVA RAHAYU NIM. 09260084

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

i

INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP INSTABILITAS

POLITIK DI SOLOMON TAHUN 2003

2013

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata 1

OLEH :

DEVI ARVA RAHAYU NIM. 09260084

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Devi Arva Rahayu

NIM : 09260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Intervensi Australia Terhadap Instabilitas Politik di Solomon

Tahun 2003 – 2013

Disetujui,

DOSEN PEMBIMBING

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Devi Arva Rahayu

NIM : 09260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Intervensi Australia Terhadap Instabilitas Politik di Solomon

Tahun 2003 – 2013

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Kamis, 18 Desember 2014

(5)

iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Devi Arva Rahayu

NIM : 09260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Intervensi Australia Terhadap Instabilitas Politik di Solomon

Tahun 2003 – 2013

Pembimbing : 1. Dyah Estu Kurniawati, M.Si

(6)
(7)

vi

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : Devi Arva Rahayu

NIM : 09260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Intervensi Australia Terhadap Instabilitas Politik di Solomon

Tahun 2003 – 2013

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul :

INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP INSTABILITAS POLITIK DI

SOLOMON TAHUN 2003 – 2013

Merupakan hasil karya ilmiah (Skripsi) saya sendiri (bukan karya tulis orang lain), diselesaikan dengan bantuan dan bimbingan bapak dan ibu dosen Jurusan Hubungan Internasional. Saya menyatakan semua sumber dikutip dan dirujuk dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Kebijakan luar negeri Australia merupakan fokus kajian yang sering

diteliti oleh mahasiswa hubungan internasional. Melalui penelitian ini, penulis

mejelaskan kebijakan luar negeri Australia melalui intervensi terhadap instabilitas

politik di Solomon tahun 2003 – 2013. Australia, dalam pandangan penulis

memiliki banyak sekali kajian menarik untuk diteliti, seperti geografis dan sejarah

Australia menjadi daya tarik dalam penelitian ini. Letak geografis Australia

berdekatan dengan negara – negara yang secara kultural memiliki perbedaan

dengan Australia adalah salah satu latar belakang dalam kajian kebijakan luar

negeri Australia di Kawasan Pasifik Selatan.

Kebijakan luar Negeri Australia dalam penanganan instabilitas politik di

Solomon berhasil mengembalikan stabilitas politik di Solomon. Kebijakan luar

negeri tersebut menggambarkan bahwa Australia memiliki beberapa faktor yang

mempengaruhi kebijakan luar negeri Australia yang akan dijelaskan pada bahasan

selanjutnya. Melalui teori K.J. Holsti yang digunakan yaitu Kebijakan Luar

Negeri dan konsep Keamanan Nasional dari Buzan menjelaskan pengaruh yang

mendorong Australia mengeluarkan kebijkan luar negeri. Pengaruh tersebut

berasal dari faktor internal, eksternal, dan adanya faktor lain sebagai tujuan

Australia dalam kebijkan Luar negeri.

Penulis berharap, penelitian ini dapat menjadi kontribusi positif bagi ilmu

hubungan internasional dan dapat menjadi referensi untuk diteruskan dalam

penelitian- penelitian berikutnya. Penulis menerima apabila penelitian ini

dijadikan bahan diskusi dan menerima saran agar penelitian ini menjadi

bermanfaat.

Malang,

Penulis,

(9)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, penelitian ini telah diselesaikan. 28 Februari 2015 saya

telah dikukuhkan sebagai Sarjana Ilmu Politik lulusan Universitas

Muhammadiyah Malang. Jalan hidup yang sangat membanggakan. Tuhan,

penguasa segala yang ada, seandainya nama MU tidak tertulispun dalam lembar

ini, engkau tidak akan mempermasalahkannya, namun bagiku suatu hal yang tidak

mungkin menghilangkan nama MU dalam kesempatan apapun, bahkan dalam

keadaan bernafas sekalipun. Terima kasih Tuhan telah bersama, menguatkan hati,

dan memberi jalan dalam penyelesaian penelitian ini. Orang tua termulia, Bunda

dan bapak yang tidak akan berhenti dalam mengharapkan kebaikan pada anakmu,

terima kasih atas restu dan pengertiaanya selama ini. Adek – adek akak, terima

kasih, great man ever ( Firmansyah) Terima kasih atas semua yang telah

diberikan.

Kepada UMM, seluruh jajaran dosen UMM yang telah berbagi ilmu saya

ucapkan terima kasih sebanyak – banyaknya. Semoga selalu diberi keberkahan

ilmu bagi kita semua, Amin Allahumma Amin.

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

BARITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

(11)

x

1.7.2 Batasan Materi ... 21

1.8 Hipotesa ... 21

1.9 Sistematika Penulisan ... 21

BAB II INSTABILITAS POLITIK SOLOMON DAN

INTERVENSI AUSTRALIA

2.1 Gambaran Umum Solomon………... ... 23

2.2 Kondisi Instabilitas Politik Solomon ... 26

2.2.1 Kondisi Solomon Tahun 1998 – 2013

: Instabilitas Politik di Solomon ... 26

2.2.2 Kondisi Solomon Tahun 2003- 2013

: Masa Intervensi Australia di Solomon ... 30

BAB III FAKTOR- FAKTOR INTERVENSI AUSTRALIA

TERHADAP INSTABILITAS POLITIK DI SOLOMON

3.1 Faktor Eksternal ... 36

3.1.1 Sistem Politik : Great Power ... 36

3.1.2 Tujuan dan Kebijakan Negara Lain :

Permohonan Intervensi Australia Oleh PIF ... 38

3.1.3 Masalah Global / Regional dari Aktifitas Perorangan

: Tindakan Terorisme di Solomon ... 39

3.2 Faktor Internal / Domestik ... 42

3.2.1 Kebutuhan Keamanan Australia di Kawasan ... 42

3.2.2 Karakter Geografis Australia : Tetangga Dekat

Solomon ... 45

3.2.3 Atribut Nasional ... 47

3.2.4 Pemerintahan Australia : Pengaruh Partai Politik

di Australia ... 48

3.2.4.1 Partai Liberal ( John Howard) ... 50

3.2.4.2 Partai Buruh ( Kevin Rudd dan Julia Gillard) 52

(12)

xi

3.3 Perspektif : Australia dalam Menciptakan Citra,

Nilai,dan Ideologi ... 57

3.3.1 Good Heighbourhood dan Pemimpin Kawasan ... 57

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 59

4.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63 xi

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.5.1 Substansi Kebijakan Luar Negeri ... 16

Gambar 2.1 Peta Negara Solomon ... 25

Gambar 3.1.2 Peta Australia dan Solomon ... 45

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.4.1 Posisi Penelitian ... 10

Tabel 1.9 Sistematika Penulisan... 21

Tabel 2.2 Diagram Pertumbuhan Ekonomi Solomon ... 33

Tabel 2.3 Faktor- faktor Instabilitas Solomon ... 40

Tabel 3.1 Daftar Perdana Menteri Australia (2003-2013) ... 48

(15)

xiv

Commenwealth of Australia , 2003,Australia’s National Security Defence Update

2003, Australia: Commenwealth of Australia.

Coulombis dan Wolfe, 1990, Pengantar Hubungan Internasional, Bandung:

Abardin.

J. Art, Robert, dan Robert Jervis, 2007, International Politics, Enduring Concepts

and Contemporary Issues, Eighth edition, AS: Pearson Longman.

K.J, Holsti, 1995, International Politics, A Framework for Analysis, Seventh

Editions, London: Prentice Hall.

Mas’oed, Mochtar, 1998, Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Pustaka Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1998.

Pemerintah Australia, 2006, Aid program : Promoting Growth and

Stability, Canberra: Australian Governtment AusAid.

Wainwright, Elsiana, 2003, Our Failing Neighbour, Australia and The Future of

Solomon Island, an ASPI Report, Australia : ASPI.

Jurnal:

Jemadu, Aleksius, 2006, Volume 10, no. : 2, Kebijakan Politik dan Keamanan

Australia di Kawasan Asia Pasifik, Bandung : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Kabutaulaka, Tarcisius Tara, 2005, The Contemporary Pacific, Australian

Foreign Policy and The RAMSI Intervention in Solomon Islands, Volume 17, no. 2, Hawai Press.

Lambach, Daniel, 2003, Security, Development, and The Australian Security

(16)

xv

Wainwright, Elsina, 2003, Voume 57, no. 3, Responding to State Failure-The

Case of Austraia and Solomons Isands, Australia : Carfax Publising :

Austraian Journal of International Affairs.

Tesis:

Kearens, Heggy, 2012, Kebijakan Luar Negeri Australia Terhadap Indonesia :

Kebijakan Kontra-Terorisme Pasca Serangan Bom Bali (2002-2008), Jakarta.

Internet:

Arah Politik Australia Masa Kini, dalam :

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197101011 9990 31WAWAN_DARMAWAN/arah_politik_australia.pdf (diakses pada tanggal 12 Desember 2012 pukul 12.50 WIB).

http://australia.gov.au/directories/australia/defence (diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 15.40 WIB).

Robert J. Art dan Robert Jervis, International Politics, Enduring Concepts and

Contemporary Issues, dalam http://www.aspi.org.au/pdf/SI_AJIA.pdf (diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 09.40 WIB).

Australian Foreing Policy and The RAMSI Intervention in Solomon Island, dalam:

http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/UN/UNPAN022 611.p df (diakses pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 9.32 WIB)

Australian Concil for International Development, dalam:

http://def.acfid.asn.au/acfid/what-we-do/docs_what-we-http://www.ramsi.org/solomon- islands/peoples-survey.html (diakses

(17)

xvi

K.J. Holsti, 1992, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Bandung

dalam:

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/politik_luar_neger i.pdf (diakses pada tanggal 12 September 2014, pukul 15.27)

Solomon Island Country Profile, SPC, Secretariat of The Pacific Community,

dalam:

http://www.spc.int/sppu/images/COUNTRYPROFILES/solomon%20isla nds %20country%20profile%20final.pdf (diakses pada tanggal 27 Desember 2013pukul 19.45 WIB)

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---protrav/---ilo_aids/documents/legaldocument/wcms_126201.pdf ( diakses pada

tanggal 29 Desember 2013, pukul 15.15 WIB)

http://www.ecdpm.org/Web_ECDPM/Web/Content/Download.nsf/0/6C7D14DF3 095 1E0FC125798E0056981B/$FILE/07-76-e.pdf (diakses pada tanggal 15 November 2013 pukul 09.19 WIB)

“Failed State” and The War on Terror. Intervention in Solomon Island , dalam : http://www.eastwestcenter.org/sites/default/files/private/api072.pdf

(diakses pada 23 November 2013, pukul 17.20)

People’s survey 2013 Summary, dalam :

http://www.ramsi.org/Media/docs/People- Survey-2013-summary-FINAL-with-cover-f3e7b4b6-3d60-4a76-986f- 368fc4bcfe09-0.pdf (diakses pada 11 November 2013, pukul 12.30 WIB)

Responding To State Failure, The Case of Australia and Solomons Island, Ellie

Submissions by Regionalm Assistance Mission to Solomon Island Special

Coordinator Tim George, dalam:

(18)

xvii

Solomons Island, dalam: https://www.dfat.gov.au/geo/fs/solo.pdf , (diakses pada tanggal 12 Januari, pukul 11.35 WIB)

http://www.ramsi.org/Media/docs/Feb-2012-Think-Act-Plans-to-update-Solomons- Police-Act-eba96127-8c5d-4535-b657-9dbcbf433bf7-0.pdf (diaksese pada 12 Januari 2014, pukul 09.48 WIB)

Solomon Island dalam: http://www.mfat.govt.nz/Countries/Pacific/Solomon-Islands.php (diakses pada tanggal 21 Januari 2014, pukul 12.30 WIB)

The Solomons Island Contry Report dalam : http://www.gfmag.com/gdp-data-

country-reports/178-the-solomon-islands-gdp-country-report.html#axzz2uRCZIjZv (diakses pada tanggal 21 Januari, pukul

12.49 WIB)

Solomon Island : Government, dalam:

http://globaledge.msu.edu/countries/solomon- islands/government (diakses pada tanggal 14 Januari 2014, pukul 16.45 WIB)

The World;s Most Politically Stable Countries and Most Politically Unstable Countries, dalam : http://www.expatinvesting.org/the-worlds-most-politically- stable-countries-and-most-http://www.expatinvesting.org/the-worlds-most-politically-unstable-countries/ (

diakses pada 12 Desember 2013, pukul 15.50 WIB)

Australian Government, Department of Foreign Affairs and Trade : Solomon

Island Country Brief, dalam :

http://www.dfat.gov.au/geo/solomon_islands/solomon_islands_brief.html ( diakses pada tanggal 07 September 2014 pukul 20.16 WIB)

Pidato Perdana Menteri John Howard dalam RAMSI pada 12 Agustus 2003,

dalam :

http://nautilus.org/publications/books/australian-forces-abroad/solomon- islands/australian-government-policy-on-solomon-islands/#axzz2uRSElGkq ( diakses pada tanggal 21 Januari 2014, pukul 21.20 WIB)

PrimeFact, The Australian Prime Ministers Centre, dalam:

http://static.moadoph.gov.au/ophgovau/media/images/apmc/docs/Prime-Ministers-list.pdf (diakses pada tanggal 12 Februari 2013, puku 13.40 WIB)

Dibb, Paul, The Self-Reliant Defence of Australia : The History of an Idea, dalam

: http://press.anu.edu.au/wp-content/uploads/2011/05/ch0143.pdf (

diakses pada tanggal 25 Desember 2013 Pukul 12.35)

(19)

xviii

Economic Roundup Spring 2004, dalam :

http://archive.treasury.gov.au/documents/930/HTML/docshell.asp?URL= 04_ Yir.asp (daikses pada 29 Maret 2014, pukul 17.15 WIB)

ADF budget- Solomon Island, dalam:

http://nautilus.org/publications/books/australian-forces-abroad/solomon-islands/adf-budget-solomon-islands/#axzz2xobvo0A0 (diaksespada 21

Maret 2014, pukul 13.45 WIB)

Sistem Pemerintahan Australia , dalam :

http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/sistem_pemerintah an.ht ml (diakses pada tanggal 12 Januari 2014, pukul 15.20 WIB)

Prime Facts The Australian Prime Minister Centre dalam : http://static.moadoph.gov.au/ophgovau/media/images/apmc/docs/Prime-Ministers-list.pdf (diakses pada tanggal 12 Januari 2014, pukul 17.15 WIB)

The First National Security Statement of Parliament, dalam:

http://www.royalcommission.vic.gov.au/getdoc/596cc5ff-8a33-47eb-8d4a- 9205131ebdd0/TEN.004.002.0437.pdf ( diakses pada tanggal 12

Februari 2014, pukul 13.15 WIB)

Government Statement- Rudd Statement, dalam :

http://nautilus.org/publications/books/australian-forces-abroad/east-timor/government-statements-rudd-government/#axzz2xobvo0A0 (

diakses pada tanggal 22 Januari 2014, pukul 21.05 WIB)

Australian Government Policy on Solomon Island dalam : http://nautilus.org/publications/books/australian-forces-abroad/solomon-

islands/australian-government-policy-on-solomon-islands/#axzz2xobvo0A0 ( diakses pada tanggal 15 Januari, pukul 20.30 WIB)

Pietch, Juliet and Ian McAllister, Terrorism and Public Opinion in Australia,

dalam :

http://press.anu.edu.au/wp-content/uploads/2012/11/ch065.pdf ( diakses pada tanggal 12 Desember 2013, Pukul 20.15)

Promoting Growth and Stability dalam:

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Australia merupakan Negara yang memiliki letak georafis berdekatan dengan

Negara-negara di Pasifik Selatan dan Asia Tenggara, sehingga letak geografis

Australia berada di lingkungan Negara-negara yang berbeda secara sosial,

kultural, ras, etnis dan adat kebudayaan dengan Australia. Faktor tersebut

merupakan alasan bagi Australia disebut sebagai misplaced continent atau

frightened country. Latar belakang Australia sebagai misplaced continent terlihat

dari pelaksanaan sistem pemerintahan Australia yang mengarah ke Eropa. Namun

secara geografis letak Australia berada pada lingkaran masyarakat yang berbeda,

seperti Pasifik Selatan.1 Dalam kenyataan seperti ini, posisi politik Australia

berada di antara akar budaya Inggris dan hubungannya dengan Negara-negara

Asia Pasifik karena kedekatan geografis.

Posisi politik Australia pun mulai tampak saat Perang Dunia (PD) II,

ketika terdesaknya kekuatan pertahanan Inggris di Asia oleh tentara Jepang pada

PD II. Serangan Jepang tersebut merubah pandangan politik Australia. Australia

beranggapan bahwa Inggris sebagai negara kuat yang dapat menyelamatkan

1

Misplaced continent atau frightened country adalah istilah bagi Australia karena karakteristik fisik penduduk Australia yang tidak memiliki kesamaan dengan karakteristik Negara-negara tetangga dalam letak geografis yang berdekatan. Istilah tersebut menjelaskan bahwa Australia seakan akan benua yang salah tempat, selain karakteristik fisik Australia memiliki kedekatan dengan Negara-negara yang letak geografisnya jauh, seperti Eropa. Dalam Arah Politik Australia Masa Kini, hal 93.

Melalui

(21)

2 Australia, ternyata tidak dapat menghadapi Perang Pasifik yang sedang di hadapi

Australia. Lemahnya pertahanan Inggris di Asia yaitu dengan jatuhnya Malaya

dan benteng pertahanan Inggris di Singapura serta pengeboman atas Darwin oleh

tentara Jepang. Keadaan tersebut menghadapkan Australia pada kenyataan bahwa

Australia tidak mendapat jaminan keselamatan dari Inggris sehingga

menimbulkan perasaan khawatir terhadap kelangsungan keamanan Australia.2

Kondisi PD II mempengaruhi Australia merubah orientasi politik luar

negerinya bahwa Inggris tidak sepenuhnya dapat melindungi Australia, maka

melalui PD II Australia menganggap Amerika Serikat lebih dapat diandalkan

untuk menjadi mitranya dalam menghadapi situasi dan kondisi di wilayah Pasifik

setelah AS berhasil menyelamatkan Darwin dari serangan Jepang. Kesuksesan AS

dalam menyelamatkan Darwin menjadi pengaruh bagi Australia untuk mulai dekat

dengan Amerika. Perubahan kebijakan luar negeri Australia tersebut dikarenakan

kurangnya kontribusi Inggris pasca PD II, sehingga mengalihkan keberpihakan

Australia kepada Amerika. Perubahan wajah politik dunia setelah berakhirnya PD

II sangat berpengaruh terhadap politik luar negeri Australia karena Australia

berhubungan dekat dengan AS dalam menciptakan pertahanan di Pasifik.

Langkah penciptaan pertahanan Austraia tidak terhenti pada kerjasama

dengan AS, sebab masalah pertahanan Australia tidak hanya diselesaikan dengan

pertempuran. Salah satu permasaahan Australia adalah letak geografis yang

berada di Pasifik, mengharuskan Australia menyadari bahwa lingkungan

sekitarnya berbeda secara fisik maupun budaya. Faktor tersebut menyebabkan

2

(22)

3

Australia menata kehidupan politik luar negeri dengan mempertimbangkan good

neighbourhood 3dengan Negara-negara sekitarnya. Niat Australia menciptakan

good neighbourhood tersebut terbukti karena departemen pertahanan Australia

mengatakan bahwa kebijakan strategi Australia meliputi kamanan bagi Asia

Pasifik, termasuk di dalamnya kepedulian terhadap Negara-negara Pasifik

Selatan.4 Memiliki dua kekuatan besar, yaitu Inggris sebagi Negara induk dan

Amerika sebagai sekutu dianggap kurang cukup oleh Australia untuk

melaksanankan politik luar negeri pada masa depan.

Upaya Australia untuk menciptakan goodneighbourhood dilakukan melalui

strategi politik luar negeri Australia dengan memberikan kepeduliannya kepada

Negara tetangga yaitu Pasifik Selatan, dengan ikut melaksanakan peyelesaian

konflik di Pasifik Selatan seperti konflik di Solomon, salah satu Negara anggota

di kawasan Pasifik. Solomon merupakan salah satu anggota Negara Pasifik

Selatan yang juga merupakan tetangga dekat Australia.

Intervensi Australia kepada Solomon adalah penanganan kasus etnik

penyebab instabilitas politik di Solomon. Kasus yang dialami Solomon adalah isu

penting bagi Australia yang masuk dalam perumusan kebijakan luar negerinya

karena merupakan Negara yang mempengaruhi stabilitas regional Pasifik.5

Instabilitas politik Solomon meliputi konflik etnik antara Guadalkanal dan

Malaita yang menyebabkan kerusuhan di Solomon seperti pembunuhan,

3Good neighbourhood

merupakan kebijakan Australia dalam membangun hubungan baik dengan negara tetangga yang letaknya berdekatan secara geografis, salah satunya adalah Negara-negara di Pasifik Selatan.

4

http://australia.gov.au/directories/australia/defence diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 15.40 WIB.

(23)

4 penyerangan terhadap pemerintah melalui kelompok-keompok bersenjata,

rendahnya pelayanan publik, dan korupsi yang meraja lela. Kekacauan tersebut

tidak dapat ditangani oleh pemerintah karena pemerintah Solomon sehingga

Solomon dapat dikatakan sebagai Negara yang memiliki ciri-ciri akan menjadi

Negara gagal.6

Intervensi Australia dilaksanakan pada tahun 2003 dengan mengirimkan

personil militer Australia yang ditempatkan di Solomon dan bantuan dana untuk

menangani masalah kekacauan ekonomi Solomon. Kasus tersebut berawal dari

dua daerah yang terlibat kekacauan besar di Solomon yaitu Malaita dan

Guadalkanal yang menyebabkan Solomon mengalami kelumpuhan pada sistem

pemerintahannya. Malaita merupakan salah satu pulau di Solomon yang memiliki

tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, namun dalam kasus tersebut

diperparah dengan tidak meratanya pembangunan infrastruktur di Malaita.

Pembangunan infrastruktur terfokus pada ibu kota Solomon Honaira di

Guadalkanal. Akibatnya pada tahun 1970 gerakan besar-besaran transmigrasi

penduduk Malaita ke Guadalkanal mempengaruhi aspek sosial di Guadalkanal.

Pengaruh trasmigrasi tersebut menyebabkan timbulnya lapangan kerja yang

menyempit akhirnya mulai banyak penganguran di Guadalkanal akibat

transmigrasi dari Malaita. Ketegangan pun mulai timbul ketika warga asli

Guadalkanal mengajukan protes kepada pemerintah karena tidak membatasi arus

6

Robert J. Art, Robert Jervis, International Politics, Enduring Concepts and Contemporary Issues, Eighth edition, AS: Pearson Longman, 2007. Hal. 453. Serta dalam

(24)

5 transmigrasi, menerapkan sistem pemerintah federal dan mengajukan ganti rugi

akibat penjualan tanah asli warga Guadalkanal kepada trasmigran.

Protes kepada pemerintah tersebut, dilakukan dengan kampanye pada masa

pemerintahan perdana menteri Bartholomeu Ulafa’alu tahun 1998. Kampanye

tersebut digerakan oleh kelompok yang bernama Guadalcanal Revolutionary

Army (GRA) atau Isatabu Freedom Fighter dengan nama lain Isatabu Freedom

Movement (IFM). 7Kampanye IFM tersebut mengalami perubahan dengan

melakukan tindakan kekerasan dan pelanggaran tindakan kemanusiaan, dan aksi

teror kepada pemerintahan. Dalam tindakan teror tersebut mempengaruhi

industrialisasi Solomon. Sumber industri tambang emas Ridge dan perkebunan

mengalami gangguan ekonomi. Ulafa’alu mencoba menangani maslah tersebut

dengan perundingan dengan IFM, namun gagal.

Kondisi Solomon menunjukan kompleksitas permasalahan kepemerintahan

yang menyebabkan instabilitas politik, ketidak beraturan keamanan hukum,

tatanan masyarakat, ketidak stabilan ekonomi, serta melemahnya legitimasi

pemerintah dan institusi Negara akibat konflik etnis tersebut.

Konflik etnis yang belum mereda tersebut menyebabkan pelayanan umum

tidak berjalan lancar, banyaknya pengangguran, serta meluasnya peredaran senjata

api. Kemampuan pemerintah yang lemah dalam menangani permasalahan tersebut

diperparah dengan gangguan teror yang terjadi di Guadalkanal oleh pemimpin

etnis yaitu Harold Keke.

7

(25)

6 Merasakan konflik etnik tersebut telah merugikan Negara, perdana menteri

Ulafa’alu dianggap tidak mampu memberikan solusi keamanan, lahirlah

kelompok pemberontak lain yang didukung oleh elemen polisi, yaitu Malaita

Eagle Force (AMF) dan memaksa pengunduran diri Ulafa’alu. 8Pada masa

pergantian kepemimpinan tahun 2001, perdana menteri baru Sir Allan Kamakeza,

melakukan perundingan dengan Pasifik Island Forum (PIF) untuk meminta

permohonan intervensi Australia ke Solomon.

Pada tahun 2003 Regional Assistance Mission to Solomon Island (RAMSI) di

kerahkan kepada Solomon dengan Australia sebagai pemimpin misi bantuan

tersebut.9 Melalui survei yang dilakukan Badan Statistik Nasional Solomon yang

dilaksanakan pada Juni 2013 menunjukan bahwa hasil dari RAMSI yang

mengantarkan militer dan bantuan dana ternyata mampu mengembalikan

keamanan dan kesejahteraan warga Solomon.10 Intervensi Australia

mengembalikan sistem pemerintahan dari keadaan instabilitas menjadi kondisi

stabil.

1.2Rumusan Masalah

Melalui uraian orientasi politik luar negeri Australia di Pasifik Selatan dan

penjelasan intervensi Australia terhadap konflik yang terjadi di Solomon,

8

Ibid hal. 286.

9

Australian Concil for International Development diakses melalui :

http://def.acfid.asn.au/acfid/what-we-do/docs_what-we-do/docs_countries-regions/docs_solomon-islands/docs_ramsi/mcmullan-and-peebles_lessons-from-ramsi_apr06.pdf hal. 4 diakses pada tanggal 18 Desember 2012 pukul 11.22 WIB.

RAMSI adalah organisasi Kawasan Pasifik yang digalang oleh anggota Negara-negara Pasifik beserta Australia dan New Zealand. Australia menjadi ketua dalam misi tersebut untuk menghentikan konflik dan aksi terror di Solomon.

10

(26)

7 menjelaskan bahwa terdapat peran Australia di Kawasan Pasifik. Selanjutnya,

penelitian ini berupaya menjawab rumusan masalah, yaitu mengapa Australia

melakukan intervensi penanganan instabiitas politik di Solomon?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini menjelaskan orientasi politik luar Australia di Kawasan Pasifik.

Politik luar negeri yang mencakup kebijakan di kawasan Pasifik Selatan, serta

menjelaskan peran Australia di Kawasan Pasifik melalui tujuan Kebijakan luar

negeri Australia.

1.4 Penelitian Terdahulu

Terdapat empat penelitian terdahulu yang digunakan untuk menganalisis

penelitian ini. Penelitian terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang

memiliki keterkaitan bahasan dengan penelitian ini, yaitu yang mengkaji perilaku

Australia di dalam kawasan melalui politik internasional. Selain menggunakan

penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan tema, digunakan pula penelitian

yang menggunakan pendekatan dan pola yang sama untuk mengkaji penelitian ini.

Studi terdahulu pertama yang digunakan berasal dari jurnal milik Aleksius

Jemadu yang berjudul Kebijakan Politik dan Keamanan Australia di Kawasan

Asia Pasifik.11 Penelitian tersebut menjelasakan bahwa perkembangan kebijakan

politik dan keamanan Australia pasca perang dingin, khususnya setelah peristiwa

11 September dan serangan bom Bali pada tahun 2002. Perilaku politik

internasional Asutralia di Kawasan Asia Pasifik dipengaruhi oleh sosial budaya

yang berakar pada masyarakat Eropa, namun secara geografi dan ekonomi tidak

11

(27)

8 terlepas dari Asia Pasifik. Faktor tersebut menjelaskan bahwa Australia berupaya

mencari kombinasi yang sinergis antara ketergantungan keamnanan pada AS

dengan engagement ekonomi ke Kawasan Asia Pasifik yang dapat berkontribusi

pada keamanan jalur ekonomi Australia.

Melanjutkan penelitian Aleksius yang mengatakan bahwa Australia

memiliki upaya dalam membangun keamanan melailui kerja sama dengan AS dan

membangun hubungan baik dengan Asia Pasifik. Posisi penulis dalam penelitian

tersebut adalah sebagai penerus penelitian Aleksius yang memfokuskan pada

kebijakan keamanan di Kawasan Pasifik Selatan. Terdapat perbedaan dengan

fokus bahasan oleh Aleksius, penulis ingin melanjutkan dengan memfokuskan

penelitian pada Kebijakan Australia di Pasifik Selatan dengan bahasan intervensi

Austraia dalam penanganan instabilitas politik di Solomon.

Studi terdahulu selanjutnya menggunakan jurnal milik Elsiana Wainwright

yang berjudul Responding to State Faiure- The Case of Austraia and Solomon

Islands.12 Wainwright menjelaskan bahwa kebijkan Australia dalam merespons kasus Negara gagal sebagai langkah awal dalam kebijakan di Pasifik Selatan.

Respons tersebut dimaksudkan untuk mencegah munculnya Negara-negara gagal

lain di Pasifik Selatan setelah Solomon beraih menjadi Negara gagal. Pengaruh

negatif tersebut adalah instabilitas karena tindakan-tindakan anarkis dan tindakan

teror. Respons Australia terhadap penanganan Negara gagal tersebut merupakan

agenda keamanan internasional. Melanjutkan penelitian Wainwright yang

mengatakan bahwa respons Australia terhadap kasus Negara gagal adalah bagian

12

(28)

9 dari agenda. Melalui penjelasan tersebut penulis melanjutkan dengan meneliti

tujuan dilaksanakannya kebijakan intervensi Austraia di Solomon.

Terdapat pula studi terdahlu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

jurnal oleh Tara Kabutaulaka yang berjudul Australia Foreign Poicy and The

RAMSI Intervention in Solomon Isands.13 Kabutaulaka menjelaskan keputusan

pemerintah Australia untuk memimpin PIF dalam intervensi kawasan melalui

RAMSI sebagai pemimpin bantuan intervensi ke Solomon. Kebijakan tersebut

merupakan upaya menciptakan keamanan regional dari respon peristiwa 11

September 2001. Kebijakan intevensi tersebut tidak hanya meneyelesaikan

konflik di Solomon, tetapi juga pengaruh kebijakan Anglo-Amerika. Pengaruh

tersebut dapat dilihat dari kerjasama Australia bersama AS dan Inggris dalam

memerangi terorisme internasional. Analisis Kabutaulaka terhadap kebijakan luar

negeri Australia dalam intervensi ke Solomon membantu penelititi mengetahui

bahwa Australia memiliki komitmen dalam memerangi bentuk-bentuk tindakan

teror dalam menciptakan keamanan global. Sehingga isu keamanan global adalah

isu penting bagi Australia.

Studi terdahulu selanjutnya adalah penelitian dari Daniel Lambarch yang

berjudul Security, Development, and The Australian Security Discourse about

Failed State.14 Lambarch menganalisis kebijakan luar negeri Australia dengan

menggunakan teori Mark Duffield yang menjelaskan bahwa Negara berkonflik

memiliki potensi negatif dalam pertumbuhan ekonomi dan keamanan bagi Negara

13

Tarcisius Tara Kabutaulaka, The Contemporary Pacific, Australian Foreign Policy and The RAMSI Intervention in Solomon Islands, Volume 17, no. 2, Hawai Press , 2005. hal. 283-308. 14

Daniel Lambarch, Australian Journal of Political Science, Vol. 41, no. 3, Security,

(29)

10 lain. Lambarch menggunakan tiga Negara tetangga Australia yang mengalami

konflik dan menimbulkan isu sebagai Negara gagal dalam menganalisis keamanan

Australia. Hasil dari penelitian Lambarch tersebut mengatakan bahwa status atau

keadaan Negara gagal mempengaruhi keamanan dan pertumbuhan ekonomi

kawasan.

Dua penelitian yaitu penelitian dari Tarcius Tara Kabutaulaka dan Daniel

Lambarch memberikan kontribusi dalam menjelaskan fenomena intervensi

Australia ke Pasifik Selatan, terutama intervensi Australia di Solomon merupakan

upaya mengendalikan pengaruh negatif, seperti pertumbuhan ekonomi yang

lambat dan pencegahan terorisme sebagai agenda internasional, sekaligus sebagai

upaya menjaga keamanan nasional Australia. Keempat penelitian tersebut dapat

dilihat dalam tabel penelitian berikut:

dan Keamanan Australia di Kawasan Asia Pasifik

Australia berupaya melakukan kebijakan keamanan melalui kerjasama dengan AS dan berusaha membangun hubungan

baik dengan Negara-negara

Asia Pasik. Keinginan Australia tersebut diupayakan berjalan

sinergis demi menciptakan

akses baik bagi kepentingan politik internasional Australia.

2. Skripsi : Responding to

State Failure- The Case of Australia and Solomon Islands.

Australia melakukan respons

terhadap penanganan kasus

(30)

11

Kebijakan respons terhadap

Solomon merupakan langkah awal dalam mencegah Negara gagal lainnya.

3. Skripsi :

Australian Foreign Policy

and The RAMSI

Intervention in Solomon Island. dilihat dari kasus yang terjadi di Solomon saja, namun terdapat

alasan keamanan global

terutama dalam memerangi

terorisme internasional.

4. Skripsi :

Security, Development, and The Australian Security Discourse about Failed State.

sebagai Negara gagal

merupakan ancaman keamanan bagi Negara lain di kawasan

(Australia). Karena Negara

gagal mengalami instabilitas

politik yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi internasional dan keamanan di kawasan.

5. Skripsi: Intervensi

Australia Terhadap Instabilitas Politik di Solomon Tahun 2000-

Instabilitas politik Solomon

perlu ditangani untuk

menciptakan keamanan

kawasan, karena Australia

dalam menjaga keamanan

(31)

12 1.5Landasan Teori dan Konsep

1.5.1 Kebijakan Luar Negeri

Teori merupakan susunan dari berbagai konsep yang saling berhubungan

dalam membentuk suatu pernyataan tertentu. Melalui pernyataan tersebut dapat

menjelaskan fenomena yang dikaji secara ilmiah.15 Dengan penjelasan lain, bahwa

teori sebagai tempat menjelaskan fenomena yang akan dipelajari. Studi hubungan

internasional merupakan studi yang mengkaji fenomena internasional yang

meliputi berbagai isu yang menghubungkan interaksi antar Negara di dunia.

Interaksi yang terjadi antar Negara tersebut memiliki tujuan yang ingin dicapai

oleh setiap Negara berdasarkan kepentingan nasional yang berasal dari dalam

negeri maupun luar negeri. Hubungan internasional dilaksanakan karena setiap

Negara memiliki kepentingan nasional dalam mewujudkan kesejahteraan warga

negaranya. Untuk mewujudkan kepentingan tersebut, masing-masing Negara

mewujudkannya dalam kebijakan luar negeri.

Terkait dengan Kebijakan Luar Negeri, Holsti menjelaskan dalam bukunya

yang berjudul International Politics, A framework for Analysis, sebagai berikut:

“What is foreign policy? How do we make sense of all the phenomena that

transcened national borders-sending a diplomatic note, attending a summit meeting, enunciating a doctrine, making an alliance or formulating long-range but vague, objective such ass “peace with freedom” or a “new ideas or world

Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Pustaka Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1998, hal. 61.

16

(32)

13

“A major line of foreign policy is seldom chosen for a single reason or purpose.

Governments operate in highly complex external and domestic environments. These contexts offer both opportunities and constraints, and policy makers have to respond to them constantly by making choices, all time trying to protect or

advance their nations interests.”17

Berdasarkan dua penjabaran di atas, Holsti menjelaskan bahwa, kebijakan

luar negeri adalah komitmen yang dilaksanakan dengan menggunakan tingkat

kompleksitas yang mempertimbangkan unsur-unsur internal dan eksternal dari

suatu Negara. Kebijakan luar negeri terlaksanan karena adanya peluang bagi

Negara untuk melindungi tujuan nasionalnya dan pembuat keputusan yang

berupaya melakukan pencitraan serta analisis kepentingan nasional mereka pada

waktu mendatang.

Menurut Holsti, kebijakan luar negeri memiliki lingkup yang meliputi

keseluruhan tindakan serta aktifitas Negara terhadap lingkungan eksternalnya.

Tindakan tersebut merupakan upaya memperoleh keuntungan dari lingkungan

tersebut (eksternal dan internal), serta merespons akan berbagai kondisi internal

yang menopang tindakan tersebut. 18 Sehingga kebijakan luar negeri tersebut

dilaksanakan karena dipengaruhi oleh kepentingan nasional Negara pemilik

kebijakan luar negeri. Holsti mendefinisikan bahwa,pengaruh ( influence)

digunakan sebagai alat-alat untuk menjaga perilaku aktor. Pengaruh tersebut

dilihat dari aspek kekuatan (power) merupakan perangkat untuk mencapai tujuan

dalam pemerintahan. Negara tersebut akan mencari pengaruh untuk kepentingan

negaranya yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional,

17

Ibid, hal : 252. 18

(33)

14

diantaranya prestice, keutuhan wilayah, semangat nasional, kekayaan alam,

keamanan, dan persekutuan. 19

Terkait dengan kebijakan luar negeri, Holsti menjelaskan bahwa kebijakan

luar negeri memiliki empat komponen yang meliputi orientasi kebijakan, peran

nasional, tujuan nasional, dan tindakan nasional. Dalam komponen tersebut Holsti

menjelaskan bahwa orientasi kebijakanyang dimaksudkan Holsti adalah sikap dan

komitmen umum suatu Negara terhadap lingkungan eksternal dan strategidasar

Negara. Melalui orientasi tersebut karenaadanya sistem internasional dan

kebijakan luar negeri yang dikaitka dengan domestik, dan adanya perspektif

terhadap ancaman. Holsti menganggap juga bahwa lokasi geografisdan keadaan

topografi Negara dikaitkan dengan orientasi. Menurut Holsti, yang berusaha

membangun suatu koalisi atau aliansi militer dikarenakan adanya ancaman,hal

tersebut merupakan pertimbangan penting dalam orientasi.20

Holsti menjelaskan dalam kebijakan luar negeri terdapat komponen peran

nasional yang merupakan pembela kawasan tertentu yang membantu penyelesaian

konflik internasional. Peran nasional memiliki beberapa tipe sebagau berikut: 21

pemimpin regional, pelindung regional, bebasaktif, pendukung kebebasan, agen

anti inperialis, pembela keyakinan, mediator intergrator, kolaborator sub sistem

regional, pembangun, sekutu setia, bebas, meneladani, Pembangun dalam

negeri,dan selain tipeyang disebutkan, termasuk dalam tipe penyeimbang.

Ketentuan tipe didasarkan atau diperoleh dari keaktifan suatu Negara dalam

keterlibatan penyelesaian masalah internasional.

19

Ibid hal 201 , Holsti, K.J, International Politics, A Framework for Analysis. 20

K.J. Holsti, Politik Internasional : Kerangka Analisa, Pedoman Ilmu Jaya, 1987. Hal. 135- 136 21

(34)

15 Holsti menjelaskan juga bahwa dalam keterkaitan dengan kebijakan luar

negeri terdapat tujuan dan tindakan nasional dalam pelaksanaan kebijakan luar

negeri. Menurut Holsti, tujuan dan tingkah laku politik berhubungan dengan nilai

yang menjadi target Negara dalam jangka waktu tertentu. Hal-hal yang

dilaksanakan olehpemerintahan terhadap pemerintah lainnya dalam rangka

orientasi tertentu, negaradapat memerankan beberapa peran nasional dalam

mencapai tujuan.

Sehingga kebijakan luar negeri memiliki sekumpulan komitmen yang

mengacu pada strategi kepentingan,tujuan, serata sarana untuk mencapainya.22

Maka bila dijabarkan, menurut Holsti kebijakan luar negeri memiliki substansi

pembentuk kebijakan luar negeri yang meliputi tiga pengaruh terciptanya

kebijakan luar negeri, yaitu : 23

1. Faktor Eksternal, meliputi sistem politik dan ekonomi ekonomi

internasional, tujuan dan kebijakan Negara lain, masalah-masalah global atau

regional yang ditimbulkan oleh aktifitas perorangan.

2. Faktor Internal, meliputi berbagai kebutuhan sosio- ekonomi, keamanan,

karakter geografis, atributnasional, opini publik, partai politik.

3. Faktor Lain ( persepsi dan Perilaku), meliputi citra, nilai, doktrin, dan

ideologi.

Tiga substansi kebijakan luar negeri tersebutdapat digambarkan seperti

berikut:

22

Ibid, hal. 88 & 133.Holsti : Politik Internasional. 23

(35)

16 Gambar 1.5.1 Substansi Kebijakan Luar Negeri

Substansi tersebut bila digunakan untuk menganalisis kebijakan luar

negeri Australia dalam penanganan instabilitas politik di Solomon dipengaruhi

oleh faktor geografi Australia yang berada di lingkungan Negara-negara yang

memiliki perbedaan fisik dan budaya. Sehingga menimbulkan niat bagi Australia

membangun good neighbourhood yang terlihat dari kesediaan Australia

membantu Solomon. serta partai politik di Australia yang memiliki perspektif

dalam memandang kasus di Solomon perlu ditangani karena masing-masing partai

tidak lepas dari kepentingan Negara yaitu menciptakan stabilitas regional. Faktor

eksternal dapat terihat dari adanya pengaruh AS dan Inggris bagi Australia dalam

menciptakan keamanan kawasan. serta Faktor perilaku politik Australia yang

memiliki ideologi bahwa bentuk teroris merupakan pengaruh buruk bagi

(36)

17 keamanan nasional maupun kawasan. Sedangkan faktor pembuat keputusan dapat

dilihat dari adanya kepentingan yang ingin dicapai oleh pembuat keputusan.

1.5.2 Keamanan Nasional

Realis menempatkan keamanan sebagai derivasi dari power.24 Kondisi

keamanan dapat diperoleh suatu Negara jika sebah Negara tersebut melakukan

untuk menggunakan seluruh power yang dimiliki untuk mencapai posisi dalam

hubungan dengan aktor lain, serta sekaligus dapat mengatasi sumber-sumber

instabilitas yang dikhawatirkan dapat mengganggu keamanan nasionalnya.

Barry Buzan merupakan seorang pemikir yang mengasumsikan bahwa

keamanan adalah turunan dari power. Buzan membagi kondisi keamanan menjadi

dasar konsep, yaitu kondisi keamanan yang berdiri sendiri dan kondisi keamanan

yang memiliki kaitan dengan sistem internasional.25 Jika kondisi keamanan suatu

Negara berdiri sendiri, maka keamanan tersebut didefinisikan kebebasan dari

ancaman. Sedangkan jika kondisi keamanan tersebut terkait dengan sistem

keamanan internasional, maka konsep keamanan tersebut dihubungakan dengan

tujuan mempertahankan identitas kemandirian dan integrasi fungsional mereka.

Sehingga keamanan memiliki konsekuensi seperti keamanan bersifat

relasional,dalam arti bersifat dinamis mengikuti pola interaksi antar Negara dalam

sistem internasional. Dalam menciptakan keamanan nasional, Negara melakukan

24

Ibid, hal : 57. 25

(37)

18 kebijakan luar negeri dengan memperhatikan beberapa dimensi, yaitu militer,

politik, sosial, ekonomi, lingkungan.26

Keamanan memiliki beberapa karakteristik, yaitu: Pertama, keamanan

memiliki beragam dimensi, seperti kepemilikan militer dan ekonomi negera.

Kedua, keamanan bersifat relatif, dalam artian setiap Negara merasa tidak aman

dengan ancaman yang terjadi di Negara lain, sehingga setiap Negara berupaya

meningkatkan power. Ketiga, keamanan berkaitan dengan power, power tersebut

terdapat dalam keadaan ketika Negara berinteraksi dengan aktor, sehingga

keamanan bersifat relasional karena keamanan merupakan suatu fungsi yang

terjadi ketika ada interaksi antara dua subjek atau lebih. Keempat, keamanan

secara inheren memiliki nilai, tujuan, dan kepentingan Negara yang hendak

dicapai. Kepentingan nasional tersebut dapat diaplikaskan melalui kebijakan

keamanan yang diarahkan oleh kepemiikan power untuk menciptakan

kepentingan nasional. Sehingga, upaya yang dilakukan oleh Negara menggunakan

kemampuan yang dimilikinya dalam menciptakan keamanan nasional terwujud

untuk kebijakan keamanan nasionalnya. Kebijakan keamanan Negara meliputi

kepentingan nasional dan sumber-sumber ancaman dari Negara lain yang dapat

mengganggu usaha pencapaian kepentingan nasional tersebut.

Pengertian keamanan menurut Buzan tersebut digunakan untuk

menganalisis kebijakan luar negeri Australia dalam intervensinya terhadap

instabiitas Solomon, maka ditarik pengertian bahwa Australia memiliki

karakteristik keamanan secara inheren dengan nilai dan tujuan sebagai

26

(38)

19 kepentingan nasional yang berhubungan dan keamanan yang bersifat relasional

dengan sistem internasional. Pada karakteristik dimensi militer Australia yang

merupakan bentuk stategi pertahanan Australia dan AS di Pasifik. Pada dimensi

politik terlihat dari Aglo-Amerika yang diterapkan Australia yang berdampak

pada lingkungan internal dan eksternal Australia yang memandang bahwa segala

macam bentuk kekerasan seperti anarki dan teror adalah tindakan yang perlu

diperangi, sehingga ditarik kesimpulan bahwa penciptaan keamanan Australia

berhubungan dengan sistem internasional.

Secara inheren, Keamanan Australia memiliki nilai untuk mewujudkan

kepentingan nasionalnya, melalui kebijakan intervensi Solomon Austraia

berupaya menciptakan stabilitas kawasan untuk melindungi stabilitas nasionalnya.

1.6Metode Penelitian

1.6.1 Level Analisis

Menentukan dua variabel menjadi variabel independen (unit eksplanasi) dan

variabel dependen (unit analisis) akan membantu menjelaskan permasalahan pada

sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, Intervensi Australia sebagai variabel

dependen atau analisis karena merupakan akibat dari adanya istabilitas politik di

Solomon, sedangkan variabel independen pada penelitian ini yaitu instabilitas

politik di Solomon. Istabilitas politik di Solomon merupakan variabel eksplanatif,

kerena merupakan sebab dari keluarnya kebijakan intervensi Australia. Tingkat

variabel independen dalam penelitian ini sejajar dengan variabel dependen yaitu

tingkat Negara. Kepentingan Australia dalam kebijakan luar negeri penanganan

(39)

20 kepentingan Negara pula sehingga dua variabel tersebut memiliki tingkat analisis

sejajar. Melalui penempatan variabel, disimpulkan bahwa jenis penelitian ini

adalah penelitian korelasionis, karena variabel unit analisanya sejajar dengan unit

eksplanasinya.

1.6.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif

digunakan untuk menganalisis dua variabel atau lebih dengan menguji teori.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Upaya untuk menganalisa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

menggunakan studi pustaka. Data yang dimanfaatkan berupa data sekunder,

seperti data dari media cetak, yaitu buku, juga melalui media elektronik berupa

informasi yang diakses melalui internet. Melalui sejumlah studi pustaka dengan

tema terkait tersebut, kemudian digunakan sebagai dasar kajian penelitian ini.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, mengunakan metode

kualitatif. Metode kualitatif, digunakan melalui pengelolaan data-data menjadi

instrumen dasar untuk merumuskan jawaban dari permasalahan pada penelitian

ini.

1.7Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Batasan Waktu

Menjawab rumusan masalah penelitian ini, menentukan titik fokus untuk

(40)

21 menangani instabilitas politik di Solomon pada tahun 2003 hingga Juni tahun

2013.

1.7.2 Batasan Materi

Penelitian ini menganalisis Intervensi Australia dalam menangani

instabilitas politik di Solomon yang fokus terhadap kebijakan Australia sebagai

pemimpin misi bantuan kawasan di Solomon.

1.8 Hipotesa

Melalui rumusan masalah mengapa Australia melakukan intervensi

terhadap instabilitas politik di Solomon, didapatkan jawaban sementara, yaitu

kebijakan penanganan instabilitas politik di Solomon oleh Australia dikarenakan

Australia berupaya mengembalikan stabilitas nasional Solomon dari status Negara

gagal Solomon agar tidak menjadi tempat berkembangnya tindakan teror karena

dampak instabilitas di Solomon. Serta Australia mencegah masuknya Negara

agresor lain ke kawasan Pasifk melalui intervensi di Solomon. sehingga

instabilitas politik Solomon perlu ditangani untuk menciptakan keamanan

nasional Australia melalui penciptaan keamanan Pasifik.

1.9 Sistematika Penulisan

BAB ISI

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Penelitian Terdahulu

(41)

22

II INSTABILITAS POLITIK SOLOMON DAN INTERVENSI

AUSTRALIA 2.1 Gambaran Umum Solomon

2.2 Kondisi Instabilitas Solomon

2.2.1 Kondisi Solomon Tahun 1998 – 2003 : Instabilitas

Politik Solomon

2.2.2 Kondisi Solomon Tahun 2003-2013 : Masa Intervensi Australia di Solomon

III FAKTOR INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP

INSTABILITAS POLITIK DI SOLOMON

3.1.3 Masalah Global / Regional dari Aktifitas Perorangan:

Tindakan Terorisme di Solomon. 3.2 Faktor Internal

3.2.1 Kebutuhan Keamanan Australia di Kawasan

3.2.2 Karakter Geografis Australia : Tetangga Dekat Solomon 3.2.2 Atribut Nasional

3.2.3 Pemerintahan Australia : Pengaruh Partai Politik di Australia 3.2.4 Opini Publik

3.3 Perspektif Australia dalam Menciptakan Citra, Nilai, dan Ideologi

IV

PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Gambar

Gambaran Umum Solomon………………............... ..........
Tabel 1.4.1 Posisi Penelitian
Gambar 1.5.1 Substansi Kebijakan Luar Negeri

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Usaha peternakan ayam pedaging ini menggunakan alat – alat yang canggih diantaranya tempat makan dan tempat minum yang digunakan untuk memberikan pakan atau

Dicirikan dengan relief landai (3% - 7%) menempati bagian barat dan ujung timur daerah penelitian yang disusun oleh Satuan batulanau Steenkool di bagian paling

Setelah data diisi semua kemudian kilik “Masukan data” untuk menyimpan data jika ingin mengedit dapat klik “edit” untuk merubah data tersebut.. Saldo

Adalah suatu pengujian kekerasan yang paling banyak digunakan, pada pengujian brinell digunakan bola baja yang digunakan sebagai indentor, indentor ini ditusukkan

Penggantian ion-ion ini tentu akan mengubah nilai hantaran dari larutan tersebut sesuai dengan nilai muatan, jumlah, dan ukuran dari ion-ion analit dan ion- ion titran di

Gempa bumi adalah getaran yang berasal dari energi dalam bumi yang bisa disebabkan oleh pergerakan batuan atau pergerakan lempeng, aktivitas.. magma, maupun aktivitas yang

Anak 'asien mengatakan 'asien a"alah 'erokok $erat2 namun $erhenti merokok saat 'asien $erumur 60 tahun.. namun $erhenti merokok saat 'asien $erumur