• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA BERCERAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA BERCERAI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI KONSEP

DIRI POSITIF PADA REMAJA YANG ORANG

TUANYA BERCERAI

SKRIPSI

Oleh:

Tomy Bayu Hana Trislianto 05810249

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji

Pada tanggal 5 Februari 2011

Dewan penguji

Ketua penguji : Dra Cahyaning Suryaningrum, Msi ( )

1. Diana Savitri H.M.Psi ( )

2. Dr. Drs. Latipun, M. kes ( )

3. Istiqomah, S.Psi. M.Si ( )

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi

Maha Penyayang. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah dan karunianya atas berakhirnya penyusunan skripsi ini.

Setelah melalui perjalanan yang cukup lama dan banyak membawa kenangan

baik suka maupun duka bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini

guna meraih gelar sarjana Strata Satu Psikologi Universitas Muhammadiyah malang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan dukungan begitu banyak

dan berarti berupa bantuan menyelesaikan skripsi. Teriring salam dan do’a pada

kesempatan ini tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.si, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

2. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, Msi dan Ibu Diana Savitri H.M.Psi selaku

dosen Pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Ari Firmanto S.Psi Selaku dosen wali yang telah mendukung dan

memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Seluruh dosen di fakultas psikologi yang telah banyak memberikan ilmunya

kepada penulis.

5. Kedua Orang tua Penulis tercinta yang selalu mendukung serta sabar dalam

menunggu terselesaikannya skripsi ini.

6. Teman-teman dari PLP (Pusat Layanan Psikologi) yang tidak henti-hentinya

memberikan support serta dukungan kepada saya hingga dapat menyesaikan

skripsi ini. Mbak Vika, Mbak Yanti, Mbak Dita, Mbak Dika, Wulan, Faisol,

Riki, serta adekku Dila dan Irma terima kasih atas semuanya serta Ibu

Suminarti selaku Pimpinan di PLP.

7. Adek-adekku di Bell BaBa yang tercinta yang sudah seperti saudaraku

sendiri. Riris, Ardi, Ferdian, Naila, Intan, Sandra, Vivid, Mela, Fadli Izul, dan

(4)

iv

8. Sahabat PMII Universitas Muhammadiyah Malang. Adekku Jaka, Via, Sri,

iboy, Mia, Mita, Widi, Wahib.

9. Teman- teman Lisfa yang memberikan support serta ilmu agama.

10.Teman-teman di Ponpes Miftahul ulum yang seperti keluarga sendiri. Gus

Syaifudin Arif, Bpk Hasan selaku pengasuh. Teman-temanku Zaki Isnaini,

Firdaus, Mas Wahid, Ustd Rofiq, Adekku Darul, Masruri, Ulum, Erwin,

Beni, Agung dan lainnya.

11.Teman-teman kelas E. Budi, Desvita, Agus, Fuad, Laila madura, Soniya,

Wulan, Tya, Emma, mbak Muamilah dan lainnya, tak lupa Santoso, Dini, Herlyn dan Happy ku tercinta yang telah menemaniku kemana saja.

12.Keluargaku tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan bekal baik

moral, materiil, maupun spiritual.

13.Bagi pihak-pihak yang belum penulis sebutkan hanya ucapan terima kasih

atas dorongan, motivasi, dan do’anya. Semoga Semua mendapat ridho dari

Allah SWT.

Sebagai penutup penulis menyadari bahwa tugas akhir yang sederhana ini

masih jauh dari sempurna untuk itu kritikan dan saran sangat penulis harapkan guna

kesempurnaan karya sederhana ini. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Malang, 16 Februari 2011

Penulis,

(5)

v DAFTAR ISI

Halaman sampul ……….. i

Lembar pengesahan……….. ii

Kata Pengantar………. iii

Daftar isi………... v

Daftar lampiran………. vii

Daftar Pustaka………...,,,,,,,,,,, viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah………. 1

B. Rumusan masalah……… 4

C. Tujuan penelitian……… 4

D. Manfaat penelitian……….. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep diri 1. Pengertian konsep diri……….. 6

2. Komponen konsep diri……….. 7

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri……….. 8

4. Konsep diri positif………. 11

5. Konsep diri negatif……… 13

B. Remaja 1. Pengertian remaja……… 14

2. Ciri-ciri masa remaja………. 15

3. Tugas perkembangan………. 17

4. Karakteristik-karakteristik remaja………... 20

C. Perceraian 1. Pengertian perceraian……….. 21

2. Sebab-sebab terjadinya perceraian……….. 22

(6)

vi

D. Keadaan remaja yang orang tuanya bercerai……… 24

BAB III. METODE PENELITIAN 1. Rancangan penelitian………. 26

2. Batasan istilah……… 27

3. Subjek penelitian……… 27

4. Metode pengumpulan data……… 27

5. Prosedur penelitian……… 28

6. Teknik analisa data……… 31

7. Keabsahan data………. 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian………. 32

2. Analisa data ……… 38

3. Pembahasan ………. 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan……….. 49

2. Saran……… 49

(7)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat kesediaan menjadi subjek penelitian………... 51

Lampiran 2. Guide interview……… 56

Lampiran 3. Hasil wawancara……….... 60

Lampiran 4. Tabel Indikator konsep diri positif……….…….... 89

(8)

viii

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. 2006. Psikologi perkembangan pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT Refika Aditama

Alsa, A. 2004. Pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Caulhoun, J.F.1990. Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusiaan. Edisi ketiga, Semarang: Penerbit IKIP Semarang Press.

Dagun, S.M.2002. Psikologi keluarga. Jakarta: Rieneka cipta.

Desmita. 2006. Psikologi perkembangan. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Goode, W.J. 2004. Sosiologi keluarga. Jakarta: Sinar Grafika Offset

Hurlock, E.B. 2002. Psikologi perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hamidi. 2005. Metode penelitian kualitatif aplikasi praktis pembuatan proposal dan laporan peelitian. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Leeds. 1978. Konsep diri, teori, pengukuran, perkembangan dan prilaku. Jakarta: Sinar Grafika Offset

Mappiare,A. 1982. Psikologi remaja. Surabaya: Penerbitan Usaha Nasional Surabaya.

Moleong,L.J. 2006. Metode penelitian kualitatif. Edisi ketiga, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyana,D.2008. Metodologi penelitian kualitatif paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pudjiojogyanti, S.R. 1993. Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta: Penerbit Arcan

I Doi.A. 1992. Karakteristik hukum Islam dan perkawinan. Jakarta: PT Raja Grafida Offset

Rakhmat, J. 2002. Psikologi komunikasi. Bandung: Penerbitan PT Remaja Rosdakarya.

Satori. D & Komariah.A. 2009. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

(9)

ix

Su’adah. 2003. sosiologi keluarga. Jakarta: penerbitan Bumi Aksara

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, kasus perceraian pada pasangan suami istri banyak sekali terjadi

dikalangan masyarakat. Menurut beberapa ahli perceraian ini biasanya berawal dari

konflik kedua orang tua yang tidak menemukan titik penyelesaian masalah, sehingga

permasalahan tersebut semakin runcing dan tidak terselesaikan hingga berakhir pada

perceraian.

Perpecahan dalam keluarga merupakan salah satu masalah yang kerap terjadi

dalam kehidupan berumah tangga. Apalagi di era digital yang seakan serba mudah

dan bebas. Perkawinan dan perceraian sudah merupakan hal yang biasa dan sudah

dianggap tidak tabu lagi. Hal ini sudah menjadi masalah yang umum untuk tiap

komunitas keluarga di muka bumi ini.

Pada kasus perceraian di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan bahwa

peristiwa perceraian setiap tahunnya meningkat dengan cepat. Dari biro statitik

diperoleh data bahwa antara tahun 1965 dan tahun 1976, angka perceraian itu

rata-rata bertambah menjadi dua kali lipat dari kurun waktu sebelumnya. Yang sangat

memprihatinkan, menurut hasil beberapa penelitian yang lain mendapatkan bahwa,

hampir 60% kasus perceraian di Amerika Serikat dan 75% di Inggris tersebut

melibatkan anak-anak. (Dagun, 2002)

Kasus meningkatnya angka perceraian tersebut tidak hanya dialami oleh

nagara- negara barat atau negara maju, akan tetapi juga dialami oleh negara

berkembang khususnya negara Indonesia. Jumlah perceraian di Indonesia

menunjukkan tren peningkatan. Data terakhir hasil perhitungan Kementrian Agama

RI mencatat terjadinya 250 ribu kasus perceraian di Indonesia pada tahun 2009.

Angka ini setara dengan 10% dari jumlah pernikahan di tahun 2009 sebanyak 2,5

juta. Jumlah perceraian tersebut naik 50 ribu kasus dibanding tahun 2008 yang

mencapai 200 ribu perceraian. Jumlah perceraian di Indonesia terus menunjukkan

(11)

2

Nasaruddin Umar di Jakarta. Pada periode 5-10 tahun lalu, di Indonesia hanya terjadi

20 ribu hingga 50 ribu kasus perceraian per tahun.

Di dalam konflik rumah tangga terutama konflik antara suami– istri kadang

menimbulkan ha-hal yang berdampak negatif. Salah satu dampak negatif dari konflik

yang terjadi dalam rumah tangga yang paling dominan adalah dampak terhadap

perkembangan anak. Orang tua sebagai pelaku utama dalam masalah ini, kadang

jarang memikirkan dampak apakah yang akan terjadi pada anak-anaknya apabila

terjadi perpecahan atau perpisahan rumah tangga.

Dagun (2002) menyatakan bahwa peristiwa perceraiaan atau perpisahan

orang tua dalam keluarga senantiasa membawa dampak yang mendalam yang dapat

menimbulkan stres, tekanan, dan menimbulkan perubahan fisik, dan mental. Keadaan

ini dialami oleh seluruh anggata keluarga ayah, ibu dan anak.

Dampak terhadap perkembangan anak dari konflik orang tua yang harus

berakhir dengan perceraian tersebut antara lain kejiwaan anak akan mengalami

tekanan mental yang berat dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan orang lain.

Sebagai misal di lingkungan, dia akan merasa malu dan minder terhadap orang di

sekitarnya karena kondisi orang tuanya kondisi berpisah atau bercerai. Di sekolah,

disamping menjadi gunjingan teman sekitar, proses belajarnya juga terganggu karena

pikirannya tidak terkonsentrasi ke pelajaran. Anak itu akan menjadi pendiam dan

cenderung menjadi anak yang menyendiri serta suka melamun. (Dagun, 2002).

Pikiran-pikiran dan bayangan-bayangan negatif seperti menyalahkan takdir

yang seolah membuat keluarganya seperti itu. Seakan sudah tidak ada rasa percaya

terhadap kehidupan religi yang sudah mendarah daging sejak dia lahir dan lainnya.

Tekanan mental itu mempengaruhi kejiwaannya sehingga dapat mengakibatkan

stress dan frustrasi bahkan seorang anak bisa mengakhiri hidupnya dengan bunuh

diri.

Tumbuh dan berkembang merupakan hal yang paling penting harus dilewati

oleh setiap manusia, hal ini terjadi agar individu tersebut dapat bertahan hidup untuk

melanjutkan kehidupannya yang akan datang. Salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi perkembangan tersebut adalah bagaimana individu melihat akan

dirinya atau konsep dirinya. Remaja yang memiliki konsep diri yang positif akan

(12)

3

Remaja merupakan tahap yang paling penting dan menentukan dalam

perkembangan pembentukan kepribadian. Hal ini dikarenakan pada masa ini,

remaja harus melewati masa-masa yang kritis seperti menemukan identitas diri, jati

diri dan juga masa transisi yang sangat menentukan perkembangannya ke depan.

Sehingga berhasil tidaknya remaja dalam perkembangannya pada masa-masa yang

akan datang, sangat ditentukan oleh masa-masa ini yaitu masa remaja.

Orang yang penting di sekitar kita sewaktu kecil adalah orang tua dan

saudara-saudara yang tinggal dibawah satu atap. Merekalah yang secara

perlahan-lahan membentuk konsep diri kita. Segala sanjungan, senyuman, pujian dan

penghargaan, akan menyebabkan penilaian positif terhadap diri kita sedangkan

ejekan cemoohan dan hardikan, akan menyebabkan, penilaian yang negatif terhadap

diri kita.

Lingkungan pertama yang menanggapi perilaku kita adalah lingkungan

keluarga, maka dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan ajang pertama dalam

pembentukan konsep diri anak. Cara orang tua memenuhi kebutuhan fisik anak

misalnya kebutuhan pakaian, makanan, dan tempat tinggal dan kebutuhan

psikologisnya misalnya rasa aman, kasih sayang, dan penerimaan. Merupakan faktor

yang sangat berpengaruh terhadap seluruh perkembangan kepribadian anak.

Pengalaman anak dalam berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga merupakan

penentu pula dalam berinteraksi dengan orang lain dikemudian hari. Jadi bagaimana

pandangan dan sikap individu terhadap dunia luar, mempercayai atau mencurigai,

banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil ketika berinteraksi dengan

lingkungan keluarga.

Menurut G.H. Mead (dalam Pudjijogyanti, 1993) konsep diri merupakan

produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi

pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman-pengalaman-pengalaman psikologis ini merupakan hasil

eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya yang

diterima dari orang-orang penting (significant others) disekitarnya. Sehingga

lingkungan keluarga yang baik akan membentuk remaja memiliki konsep diri yang

positif begitu pula sebaliknya, lingkungan keluarga yang kurang baik akan

(13)

4

baik itu adalah remaja yang tinggal di lingkungan keluarga dimana bapak ibunya

bercerai.

Tetapi dalam realitasnya, tidak semua remaja yang orang tuanya mengalami

perceraian mempunyai konsep diri yang negatif. Ada pula dari remaja tersebut yang

dapat bertahan dan beraktualisasi diri dalam mengembangkan dirinya. Mereka

mampu hidup bersosialisasi dengan masyarakat, mampu membina hubungan baik

dengan teman, mampu mengembangkan potensi dirinya baik akademis ataupun

pekerjaan, dan menganggap dirinya berarti untuk orang lain sehingga dapat

dikatakan mereka memiliki konsep diri yang positif. Seperti yang ditunjukkan oleh

subjek sebut saja AI yang harus mengalami kenyataan bahwa kedua orang tuanya

telah bercerai. Akan tetapi subjek mampu beradaptasi dan mengembangkan dirinya

tanpa terganggu oleh keadaan keluarganya. Subjek memiliki penerimaan diri yang

positif, evaluasi diri yang positif, mengenal dirinya dengan baik, memiliki

penghargaan diri yang positif dan tidak kaku dalam membina hubungan dengan

orang lain.

Sehingga dari hal tersebut menarik minat dan ketertarikan penulis untuk

meneliti dan mengetahui latar belakang yang mempengaruhi remaja yang orang

tuanya bercerai, tetapi memiliki konsep diri yang positif yaitu dengan melakukan

penelitian dan mengangkat judul faktor yang melatar belakangi konsep diri positip

pada remaja yang orang tuanya bercerai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis mengajukan rumusan

masalah penelitian ini yaitu Apakah faktor-faktor yang melatar belakangi konsep diri

positif pada remaja yang orang tuanya bercerai?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi konsep diri positif remaja yang

(14)

5

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan berarti sebagai referensi tambahan bagi

pengembangan disiplin ilmu psikologi, terutama psikologi klinis dan psikologi

perkembangan dan pendidikan yang berkaitan dengan konsep diri.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi yang lebih jelas mengenai konsep

diri remaja yang orang tuanya mengalami perceraian, yang harapannya dapat

digunakan oleh orang tua dan para pendidik atau guru sebagai referensi tambahan

untuk membantu dalam mendidik atau mengembangkan anak- anak korban

Referensi

Dokumen terkait

PLTN memiliki prinsip kerja yang mana dalam reaktor terjadi reaksi fisi bahan bakar uranium sehingga menghasilkan energi panas, kemudian air dalam reakor dididihkan, energi

Telah mengajukan pindah ke salah satu lembaga TK terpilih dengan alasan mengikuti orang tua yang akan pindah tempat tinggal.. Bersama ini kami sertakan Buku

Jadi yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah bagaimana Jaksa Agung membuktikan konsep kepentingan umum tersebut, karena seperti yang dikatakan oleh z µ•Œ]o /

Selain sebagai indikator pelayanan yang menunjukkan seberapa cepat dan tanggap petugas kesehatan dalam menangani masalah dan memberikan pertolongan medis kepada

Sebab-sebab ketidakpuasan itu dapat beraneka ragam seperti penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak

Dari hasil analisis diatas maka sa- ran yang diberikan sebagai berikut: (1) Dalam meningkatkan penanaman modal pemerintah Provinsi Jawa Timur ha- rus memperbaiki sarana dan prasarana

a) The goal of house construction systems is to complete the conical roof. b) The radius rafter is supported at numerous points on conical top, the peripheral beams