PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUALSUAMI-ISTRI PENGUNGSI(Studi di
Lokasi Pengungsian Pasar Porong Baru Sidoarjo)
Oleh: HAYYIN MUBAROK ( 02810276 ) Psikology
Dibuat: 2007-09-11 , dengan 3 file(s).
Keywords: Kebutuhan Seksual, Suami-Istri, Pengungsi
Pemenuhan kebutuhan seksual suami-istri pengungsi merupakan tindakan yang dilakukan oleh suami-istri pengungsi untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Keadaan yang tidak jelas akan privasi dan teritori adalah salah satu alasan kebutuhan seksual tidak bisa terpenuhi dengan mudah. Untuk itu, dibutuhkan cara tertentu agar kebutuhan seksualnya tetap terpenuhi, mengingat bahwa kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar.
Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pemenuhan kebutuhan seksual suami-istri pengungsi ini dilakukan di Pasar Porong Baru Sidoarjo dari tanggal 24 Maret 2007 sampai tanggal 17 April 2007 dengan subyek penelitian berjumlah 5 pasangan suami-istri. Adapun analisa data yang digunakan adalah analisa data deskriptif kualitatif dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Prosedur penelitian meliputi tahap pra lapangan, tahap lapangan dan dilanjutkan dengan analisa data. Pemerikasaan data dilakukan dengan menggunakan metode triangulasi metode.
Hasil penelitian tentang pemenuhan kebutuhan seksual suami-istri pengungsi, meliputi gambaran tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan seksual mereka, dimana kondisi tempat pengungsian menyulitkan mereka untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Dampak positif seperti tingkat stres menjadi turun dan emosi tidak menjadi tegang, akan dirasakan para suami-istri pengungsi saat kebutuhan seksual bisa terpenuhi. Keadaan ini berbeda saat kebutuhan seksual tidak bisa terpenuhi. Dampak negatif seperti mudah marah tanpa sebab yang jelas dan tingkat stres meningkat, akan dirasakan para suami-istri saat kebutuhan seksual tidak bisa dipenuhi. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa memang tidak mudah memenuhi kebutuhan seksual di tempat pengungsian. Diperlukan persiapan yang matang agar saat memenuhi kebutuhan seksual tidak terganggu orang lain atau menggangu lingkungan sekitar. Sungguhpun sebenarnya aktivitas pemenuhan kebutuhan seksual suami-istri pengungsi tidaklah terganggu secara internal, tapi karena harus tinggal di tempat pengungsian menjadikan mereka tidak bisa melakukan dengan mudah. Ketidakjelasan privasi adalah salah satu alasannya.
Abstract
The fulfillment of sexual needs conjugal refugees was an act committed by husband and wife refugees to fulfill her sexual needs. The situation is not clear to privacy and territories is one of the reasons sexual needs could not be fulfilled easily. For that, it takes a certain way to keep her sexual needs met, given
that sexual needs are basic needs.
Research with the aim to find out how the sexual needs of spouses of refugees was conducted in New Porong Market Sidoarjo from March 24, 2007 to April 17, 2007 with the research subject has 5 couples. The data analysis used is descriptive qualitative data analysis with interviews, observation and
and proceed with data analysis. Examination data were calculated using triangulation method. Results of research on sexual fulfillment refugee couple, includes an overview of how their sexual fulfillment, where the condition of the refugee difficult for them to satisfy their sexual needs. Positive impacts such as stress levels to be down and emotions do not become tense, will be felt the husband and wife during the sexual needs of refugees can be met. This situation is different when the sexual
needs could not be fulfilled. Negative impacts such as irritable for no apparent reason and stress levels increase, will be felt when the husband and wife's sexual needs could not be fulfilled. On the whole it can be concluded that it is not easy to meet the sexual needs in the camp. Required preparation for current sexual needs are not disturbed others or interfere with the surrounding environment. Even though actual sexual activity needs a husband and wife are not disturbed internally displaced, but having to stay in the camp made them can not do with ease. The ambiguity of privacy is one of the