• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Terhadap Kesadaran Perokok (Studi Korelasional Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Pada Bungkus Rokok Terhadap Kesadaran Perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Terhadap Kesadaran Perokok (Studi Korelasional Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Pada Bungkus Rokok Terhadap Kesadaran Perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PESAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP

KESADARAN PEROKOK

SKRIPSI

CALVIN

100904032

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

(2)

PENGARUH PESAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP

KESADARAN PEROKOK

(Studi Korelasional Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Pada

Bungkus Rokok Terhadap Kesadaran Perokok di Kelurahan Sei

Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

CALVIN 100904032

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Calvin

NIM : 100904032

Judul Skripsi : Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Terhadap Kesadaran Perokok (Studi Korelasional Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Pada Bungkus Rokok Terhadap Kesadaran Perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Drs.Humaizi, M.A)

NIP. 195908091986011002 NIP. 196208281987012001 (Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A)

Dekan FISIP USU,

(

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Calvin NIM : 100904032

Tanda Tangan :

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh: Nama : Calvin NIM : 100904032 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Terhadap Kesadaran Perokok (Studi Korelasional Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Pada Bungkus Rokok Terhadap Kesadaran Perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :

Penguji :

Penguji Utama :

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua terkasih Joehardy Joelianto, S.E. dan Suryani, S.E. yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, dorongan, nasihat, serta doa yang tidak pernah berhenti kepada penulis.

2. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Wali penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan dan motivasi dengan kesabaran dalam membantu pengerjaan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Kak Ros, Kak Icut, Pak Tangkas, Kak Maya yang telah banyak membantu peneliti dalam segala urusan administrasi selama masa perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi ini. Tanpa bantuan mereka penulis akan sangat kesulitan dalam pengerjaan skripsi ini.

(7)

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar FISIP USU, khususnya para Dosen Departemen Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama masa perkuliahan.

8. Teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi 2010 seperti Verra, Anita, Kiki Agus, Nicky, Jessica, Anggie, Adinda, M. Fajar, Indra Prasetia, Bg Paulus dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang telah banyak memberikan masukan dan ide kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Pihak Kelurahan Sei Rengas II yang telah memberikan data-data untuk keperluan penelitian kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, April 2014

(8)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Calvin NIM : 100904032 Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty – Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Terhadap Kesadaran Perokok (Studi Korelasional Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Pada Bungkus Rokok Terhadap Kesadaran Perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan) Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada tanggal : April 2014 Yang Menyatakan

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Terhadap Kesadaran Perokok (Studi Korelasional Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Pada Bungkus Rokok Terhadap Kesadaran Perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pesan peringatan kesehatan yang terdapat pada bungkus rokok terhadap kesadaran perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Disonansi Kognitif. Penelitian ini bersifat kuantitatif, dan menggunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain.

Populasi dalam penelitian ini masyarakat berjumlah 7.519 orang, sehingga dengan rumus Taro Yamane didapati sampel sebanyak 99 orang. Teknik penarikan sampelnya menggunakan multistage sampling yaitu Stratified Random Sampling, Purposive Sampling, dan Accidental Sampling dengan kriteria sampel adalah masyarakat berusia 21 sampai >61 tahun yang menetap di Kelurahan Sei Rengas II dan merupakan perokok aktif.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus koefisien tata genjang (Rank Order Correlation Coefficient) oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien dengan piranti lunak SPSS versi 13.0.

Berdasarkan hasil penelitian didapati hasil Ho: “Tidak ada pengaruh pesan peringatan kesehatan pada bungkus rokok terhadap kesadaran perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan.”

(10)

ABSTRACT

This research is titled The Influence of Health Warning Label on Smoker’s Awareness (Correlational Study on The Influence of Health Warning Label on Cigarette Packs to Smoker’s Awareness at Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area in Medan). This research is intended to find out about the influence of the health warning label on cigarette packs on smoker’s awareness at Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area in Medan. The theory used in this research is Cognitive Dissonance Theory. This research is quantitative in nature and uses correlational method, a method used to find out about the influence of variety of one factor on the variety of another factor. The population of this research is 7.519 people in total, which results in 99 people as sample based on the Taro Yamane formula. The technique of the sampling uses Stratified Random Sampling, Purposive Sampling, and Accidental Sampling with sampling criteria as follows: people from the age of 21 to >61 who live at Kelurahan Sei Rengas II and smoke regularly. Data analysis technique used is single table analysis, cross table analysis, and hypothesis test using

Rank Order Correlation Coefficient by Spearman or Spearman Rho Coefficient with software SPSS version 13.0. based on the research, the writer got an Ho result: “there is no influence of health warning label on cigarette packs on smoker’s awareness at Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area in Medan”

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN……….. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

KATA PENGANTAR……… iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………... vi

ABSTRAK……….. vii

2.1.2 Teori Disonansi Kognitif………. 13

2.1.3 Teori S-O-R………. 19

2.1.4 Kesadaran……… 22

2.1.5 Rokok……….. 28

2.2 Kerangka Konsep……… 31

2.3 Variabel Penelitian………... 31

2.4 Definisi Operasional………. 34

2.5 Hipotesis……….. 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………. 36

3.1.1 Letak Geografis………... 41

3.1.2 Struktur Organisasi……….. 41

3.2 Metode Penelitian……… 43

3.3 Populasi dan Sampel……… 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….. 48

(12)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data……….. 51

4.2 Analisis Tabel Tunggal……… 52

4.3 Analisis Tabel Silang………... 79

4.4 Pengujian Hipotesis………. 83

4.5 Pembahasan………. 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan……….. 88

5.2 Saran Responden Penelitian……… 89

5.3 Saran dalam Kaitan Akademis……… 89

5.4 Saran dalam Kaitan Praktis……….. 89

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Variabel Penelitian 33

3.1 Data Umum 37

3.2 Pelayanan Umum 37

3.3 Jenis Pendidikan 38

3.4 Jenis Perdagangan 38

3.5 Lembaga Keuangan 38

3.6 Tempat Hiburan 39

3.7 Kelurahan 40

3.8 Data Umum Kelurahan Sei Rengas II 44

3.9 Stratified Proporsional Random Sampling 47

4.1 Jenis Kelamin 53

4.2 Usia 54

4.3 Pendidikan 55

4.4 Pekerjaan 56

4.5 Tingkat Pendapatan 57

4.6 Kuantitas Merokok Per Hari 58

4.7 Terdapat Pesan Peringatan Kesehatan 59

4.8 Membaca Pesan Peringatan Kesehatan 60

4.9 Makna Pesan Peringatan Kesehatan 61

4.10 Isi Pesan Peringatan Kesehatan 62

(14)

4.12 Membaca Dengan Jelas Pesan Peringatan Kesehatan 64 4.13 Warna Hitam Untuk Pesan Peringatan Kesehatan 65 4.14 Warna Hitam Dalam Kolom Pesan Peringatan Kesehatan 66

4.15 Letak Pesan Peringatan Kesehatan 67

4.16 Kesesuaian Letak Pesan Peringatan Kesehatan 68

4.17 Rokok Tidak Baik Bagi Kesehatan 69

4.18 Rokok Menghabiskan Uang dan Membunuh 70

4.19 Dampak Setelah Membaca Pesan Peringatan Kesehatan 71 4.20 Setelah Membaca Pesan Peringatan Kesehatan 72

4.21 Rokok Dapat Menyebabkan Penyakit 73

4.22 Mengalami Gejala Penyakit 74

4.23 Mengambil Sikap Setelah Membaca Pesan Peringatan 75 Kesehatan

4.24 Penggunaan Smoking Room 76 4.25 Mengurangi Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap 77 4.26 Berhenti Merokok 78 4.27 Hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan 79

terhadap pesan peringatan kesehatan

4.28 Hubungan antara kuantitas merokok dengan pengetahuan 81 terhadap merokok bagi kesehatan

4.29 Hubungan antara kuantitas merokok dengan mengalami 82 gejala penyakit

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Model S-O-R 21

2.2 Model Teoritis 32

(16)

DAFTAR LAMPIRAN Kuesioner Penelitian

Tabel Tunggal Tabel Silang

Tabel Foltron Cobol

Dokumentasi Gambar Bungkus Rokok Biodata

Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Penelitian

(17)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Terhadap Kesadaran Perokok (Studi Korelasional Pengaruh Pesan Peringatan Kesehatan Pada Bungkus Rokok Terhadap Kesadaran Perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pesan peringatan kesehatan yang terdapat pada bungkus rokok terhadap kesadaran perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Disonansi Kognitif. Penelitian ini bersifat kuantitatif, dan menggunakan metode korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain.

Populasi dalam penelitian ini masyarakat berjumlah 7.519 orang, sehingga dengan rumus Taro Yamane didapati sampel sebanyak 99 orang. Teknik penarikan sampelnya menggunakan multistage sampling yaitu Stratified Random Sampling, Purposive Sampling, dan Accidental Sampling dengan kriteria sampel adalah masyarakat berusia 21 sampai >61 tahun yang menetap di Kelurahan Sei Rengas II dan merupakan perokok aktif.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus koefisien tata genjang (Rank Order Correlation Coefficient) oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien dengan piranti lunak SPSS versi 13.0.

Berdasarkan hasil penelitian didapati hasil Ho: “Tidak ada pengaruh pesan peringatan kesehatan pada bungkus rokok terhadap kesadaran perokok di Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area Kota Medan.”

(18)

ABSTRACT

This research is titled The Influence of Health Warning Label on Smoker’s Awareness (Correlational Study on The Influence of Health Warning Label on Cigarette Packs to Smoker’s Awareness at Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area in Medan). This research is intended to find out about the influence of the health warning label on cigarette packs on smoker’s awareness at Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area in Medan. The theory used in this research is Cognitive Dissonance Theory. This research is quantitative in nature and uses correlational method, a method used to find out about the influence of variety of one factor on the variety of another factor. The population of this research is 7.519 people in total, which results in 99 people as sample based on the Taro Yamane formula. The technique of the sampling uses Stratified Random Sampling, Purposive Sampling, and Accidental Sampling with sampling criteria as follows: people from the age of 21 to >61 who live at Kelurahan Sei Rengas II and smoke regularly. Data analysis technique used is single table analysis, cross table analysis, and hypothesis test using

Rank Order Correlation Coefficient by Spearman or Spearman Rho Coefficient with software SPSS version 13.0. based on the research, the writer got an Ho result: “there is no influence of health warning label on cigarette packs on smoker’s awareness at Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area in Medan”

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki berbagai macam kebiasaan. Mulai dari berolahraga, membaca, menulis, mengarang, dan sebagainya. Di antara sekian banyak kebiasaan manusia, ada salah satu kebiasaan manusia yang sangat merugikan bagi kesehatan mereka. Anehnya, kebiasaan yang tidak baik ini sering dilakukan oleh masyarakat kita, yakni kebiasaan merokok. Merokok sendiri bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat kita, meskipun yang melakukannya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah.

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai orang yang merokok di sekitar kita, baik di kantor, kampus, sekolah, pasar, tempat umum lainnya, bahkan mungkin di rumah kita sendiri. Rokok adalah suatu hal yang tidak asing lagi di telinga kita. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan dijumpai orang yang sedang merokok. Merokok tidak mengenal situasi sosial ekonomi seseorang, digemari mulai dari yang kaya sampai yang miskin sekalipun. Meski semua orang tahu bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat.

(20)

Hal ini disebabkan karena telah terjadi hubungan disonan (tidak harmonis) antara tingkat pengetahuan dengan sikap yang diambil perokok tersebut.

Dalam kepulan asap rokok terkandung lebih dari 4000 jenis zat kimia dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Asap rokok merupakan kumpulan berbagai bahan bersifat gas yang terbentuk pada saat rokok dibakar secara tidak sempurna, terdiri atas gas dan bahan yang diendapkan waktu dihisap. Temperatur rokok pada bibir adalah 300C, sedangkan temperatur pada ujung rokok yang terbakar adalah 9000C. Menurut Cornwarth dan Miller (dalam Mangku Sitepoe 1997:13) membedakan kebiasaan merokok sebagai (1) dorongan psikologis: rasanya sebagai rangsangan seksual melalui mulut waktu merokok, sebagai ritual, menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan, menunjukkan kedewasaan, serta rangsangan mulut melalui jari-jari pada saat merokok; (2) dorongan fisiologis: adiksi (ketagihan) tubuh terhadap kandungan rokok berupa nikotin atau disebut kecanduan terhadap nikotin.

Penelitian ini dilakukan atas dasar fenomena permasalahan meningkatnya jumlah perokok pada setiap tahunnya. Dan kematian pada tahun 2020 akan meningkat dua kali lipat jika kebiasaan konsumsi rokok terus bertambah pada setiap tahun. Faktanya, satu batang rokok dapat mengurangi 12 menit umur manusia. Itulah sebabnya kematian yang disebabkan oleh rokok terus meningkat. Di Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa.

(21)

bagi pelanggar Perda KTR yakni denda perorangan maksimal Rp 50 ribu, denda bagi pengelola tempat kerja atau umum maksimal Rp 5 juta dan denda bagi yang sengaja membiarkan maksimal Rp 10 juta kita masih bisa dengan mudah menyaksikan orang-orang yang begitu bebasnya menghisap rokok di tempat-tempat umum seperti pasar, perkantoran, serta kendaraan umum tanpa ada tindakan tegas dari petugas. Bahkan, di sekolah/kampus, tak jarang para guru/dosen yang dengan bebas merokok sesuka hatinya di depan murid/mahasiswa mereka sendiri.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003, tiap bungkus rokok harus mencantumkan pesan peringatan kesehatan tunggal dan tidak berganti-ganti yang bunyinya ialah “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.” Dan hingga saat penelitian ini dilakukan, Indonesia masih mencantumkan pesan peringatan kesehatan berbentuk tulisan pada bagian bawah bungkus rokok yang berbunyi: “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.”

Sebagai tindak lanjut dari peraturan pemerintah (PP) 109 tahun 2012 yang mengatur tentang pemasangan gambar menyeramkan yang merupakan efek yang ditimbulkan oleh rokok, mulai bulan Juni 2014 nanti, pesan peringatan kesehatan pada bungkus rokok akan berganti menjadi "Peringatan: Merokok Membunuhmu" (www.detikhealth.com

(22)

Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi pesan peringatan kesehatan yang digunakan adalah yang berbunyi “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.”, mengingat pesan peringatan kesehatan yang baru yaitu "Peringatan: Merokok Membunuhmu" baru akan berlaku mulai bulan Juni 2014 dan bungkus kemasan rokok yang beredar sekarang masih menggunakan pesan peringatan yang lama.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena mengingat jumlah perokok yang menurut hasil riset lembaga internasional dan penelitian lainnya yang cenderung terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Secara global, jumlah perokok telah naik dari 721 juta orang pada 1980 menjadi 967 juta orang pada 2012 dan jumlah rokok yang dihisap setiap tahunnya juga mengalami kenaikan sebesar 26 persen dalam kurun waktu tiga dekade terakhir (Harian Analisa, 9 Januari 2014). Yang mengkhawatirkan kita semua tentunya fakta bahwa perokok pemula semakin lama semakin bertambah banyak. Mengutip Lembaga Demografi FE UI, dikatakan bahwasanya hampir 80 persen perokok mulai merokok sebelum umur 19 tahun dan menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) setiap hari sekitar 3.600 anak-anak usia 12-17 tahun mulai merokok. Kecenderungan merokok di kalangan remaja umur 15-19 tahun di Indonesia semakin meningkat sebanyak 3 kali lipat dari 7,1% (Susenas, 1995) menjadi 43,3% (Susenas, 2010). Senada dengan data tersebut, data hasil Riskesdas (2010) menunjukkan persentase anak yang memulai perilaku merokok pada umur 10-14 tahun adalah sebesar 17,5%.

(23)

perokok secara langsung namun diharapkan melalui penelitian ini mampu memberikan sumbangsih berupa wawasan dan gagasan serta menjadikan perokok lebih sadar terhadap bahaya yang ditimbulkan dari merokok.

Sebagai objek penelitian peneliti adalah masyarakat di Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di kelurahan serta di daerah ini juga banyak sekali terdapat orang yang merokok dan toko serta warung yang menjual rokok. Berangkat dari kenyataan inilah peneliti merasa tertarik untuk mengambil lokasi penelitian di daerah ini. Kecamatan Medan Area sendiri adalah salah satu dari tahun adalah 9,05 km² dan kepadatan penduduknya adalah 20.005,80 jiwa/km². Sebagian besar penduduk kecamatan ini adalah Suku Melayu Deli 50% dan kebanyakan dari kalangan bangsawan, sedangkan suku lainnya adalah Batak, Minang, Tionghoa dan Jaw

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pesan peringatan kesehatan pada bungkus rokok terhadap kesadaran perokok di Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area.

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Batasan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Objek penelitian ini adalah masyarakat perokok aktif berusia 21 sampai > 61 tahun di Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area.

(24)

3. Rokok yang diteliti dalam penelitian ini adalah rokok yang bersifat konvensional (rokok biasa) dan tidak termasuk rokok elektronik (e-cigarette). 4. Pesan peringatan kesehatan yang diteliti yaitu “Merokok dapat menyebabkan

kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.”

1.3 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara eksplisit pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Adakah pengaruh pesan peringatan kesehatan pada bungkus rokok terhadap kesadaran perokok di Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area?”

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian terhadap masalah yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya.

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kesadaran perokok terhadap kesehatannya.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan perokok untuk berhenti merokok setelah membaca pesan peringatan kesehatan tersebut.

(25)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan memberikan kontribusi serta memperkaya bahan penelitian dalam bidang ilmu komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan pengetahuan peneliti maupun mahasiswa lainnya mengenai pesan peringatan kesehatan terhadap kesadaran perokok.

(26)

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Nawawi menjelaskan bahwa setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995:40).

Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. Dalam kerangka teoritis, secara logis dikembangkan, digambarkan, dan dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi antara variabel-variabel yang diidentifikasi melalui survei atau telaah literatur (Silalahi, 2009:92). Membangun kerangka teoritis akan membantu meningkatkan pengetahuan dan pengertian peneliti terhadap gejala dan hubungan antar-gejala yang diamati. Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah komunikasi, teori disonansi kognitif, teori S-O-R, kesadaran dan rokok.

2.1.1 Komunikasi

(27)

Menurut Gary Cronkhite (Ruslan, 2003:86-87), ada empat pendekatan atau asumsi pokok untuk memahami tentang komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi merupakan suatu proses (communication is a process).

2. Komunikasi adalah suatu pertukaran pesan (communication is message transactive).

3. Komunikasi merupakan interaksi yang bersifat multi dimensi (communication is multi dimensional), yaitu berkaitan dengan dimensi dan karakter komunikator (sources), pesan (message) yang akan disampaikan, media (channels or as tools) yang dipergunakan, komunikasi (audience) yang akan menjadi sasarnnya, dan dampak (effect) yang ditimbulkan.

4. Komunikasi merupakan interaksi yang mempunyai tujuan-tujuan atau maksud ganda (communication is multi-purposeful).

Pengertian komunikasi menurut beberapa ahli diantaranya, Carl Hovland yang mengatakan komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambing-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). Sedangkan menurut Everett M. Rogers berpendapat komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Gerald R. Miller mengatakan komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Dan Harold Laswell menyatakan cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who says what, in which channel, to whom, with what effect. Berdasarkan paradigma Laswell dapat diturunkan menjadi lima unsur, yaitu: sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator.

(28)

hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding). Pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan sumber mempengaruhinya dalam merumuskan pesan.

Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, pamflet). Kata-kata memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain. Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung, tarian, dan sebagainya.

Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau nonverbal. Pada dasarnya komunikasi manusia menggunakan dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun kita bisa juga menggunakan kelima indera kita untuk menerima pesan dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan: apakah langsung (tatap-muka) atau lewat media (media cetak seperti surat kabar, majalah dan media elektronik seperti radio, televisi). Dalam suatu peristiwa komunikasi, sebenarnya banyak saluran yang kita gunakan, meskipun ada salah satu yang dominan. Misalnya, dalam komunikasi langsung, bahasa (verbal dan nonverbal) adalah saluran yang menonjol meskipun pancaindera dan udara mengantarkan gelombang suara juga adalah saluran komunikasi tatap-muka tersebut.

(29)

Keempat, penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), pendengar (listener), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaannya, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini disebut penyandian-balik (decoding).

Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan sebagainya. (Mulyana, 2007: 69-71).

Hingga kini, terdapat ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Tahun 1976 saja Frank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakannya. Misalnya, definisi komunikasii sebagai “proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan” adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai “alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya” terlalu sempit.

(30)

Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian deinisi, meskipun secara implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu. Definisi komunikasi dari John B Hoben, misalnya mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: “Komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan.” Asumsi di balik definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernard Berelson dan Gary Steiner: “Komunikasi adalah transmisi informasi.” Jadi definisi tersebut tidak mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti. (Mulyana, 2007: 60-62).

Sebagaimana dikemukakan John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.

Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgoon disebut “definisi berorientasi-sumber” (isource-oriented definition). Definisi ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap tindakan yang disengaja (intentional act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. Misalnya, seseorang mempunyai informasi mengenai suatu masalah, lalu ia menyampaikannya kepada orang lain, orang lain mendengarkan, dan mungkin berperilaku sebagai hasil mendengarkan pesan tersebut, lalu komunikasi dianggap telah terjadi. Jadi, komunikasi dianggap suatu proses linier yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.

(31)

jawaban verbal atau menganggukan kepala, kemudian orang pertama bereaksi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Komunikasi sebagai interaksi ini dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Pandangan ini selangkah lebih maju dari pandangan pertama tadi, namun pemahaman ini juga kurang memadai untuk menguraikan dinamika proses komunikasi karena mengabaikan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama.

Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku nonverbalnya. Contohnya ketika seorang dosen memberikan kuliah di depan sejumlah mahasiswa, komunikasi terjadi bukan saja berdasarkan fakta bahwa mahasiswa menafsirkan isi kuliah dosen, tetapi juga dosen menafsirkan perilaku anak didiknya, misalnya mahasiswi yang menggigit kuku jarinya (mungkin ia sedang stress), mengangguk-anggukkan kepala (tampaknya ia mengerti atau setuju), mengerutkan kening (agaknya ia belum memahami topik yang dibicarakan atau bingung), atau tersenyum menggoda (mungkin naksir pak dosen). Dan itu berlangsung simultan dan spontan. Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya sengaja atau tidak, dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Berdiam diri, mengabaikan orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan – semuanya bentuk-bentuk komunikasi, semuanya mengirimkan sejenis pesan. Gaya pakaian dan rambut, ekspresi wajah, jarak fisik dengan orang lain, nada suara, kata-kata yang digunakan – semua itu mengkomunikasikan sikap, kebutuhan, perasaan dan penilaian kita.

2.1.2 Teori Disonansi Kognitif

(32)

telah ada dengan perilaku aktualnya. Kognisi terkait dengan sikap atau perilaku yang dipegang seseorang yang terekam dalam pikirannya. Ketika kognisi seseorang mengalami konflik, misalnya saya seorang yang jujur, sementara kognisi lain mengatakan saya seorang pembohong, maka keadaan ini menimbulkan ketidaknyamanan yang diakibatkan karena adanya ketidakkonsistenan. Kondisi ini dikatakan sebagai kondisi yang tidak sesuai (dissonant conditions).

Lebih lanjut Festinger mengemukakan, bahwa seseorang dimotivasi untuk mengurangi ketidaknyamanan sebanyak mungkin, bahkan bila perlu mengubah sikap yang sudah dianutnya. Cognitive dissonance sebagian besar merupakan bentuk teknik pembelaan diri (self denfense technique) yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh harga diri (self esteem). Untuk mendapatkannya seseorang harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan berbagai pilihan dan kemungkinan yang beragam.

Istilah disonansi kognitif menurut Festinger berarti ketidaksesuaian antara kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi pada diri seseorang (Effendy, 2003). Setiap orang yang mengalami disonansi akan berupaya mencari dalih untuk mengurangi disonansinya, karena pada umumnya setiap manusia berperilaku konsisten dengan apa yang diketahuinya. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sering pula seseorang berperilaku tidak konsisten dengan yang diyakininya. Sedangkan dalam kamus komunikasi dissonance artinya “situasi psikologi yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari ketidakserasian antara dua unsur atau hal dalam suatu proses komunikasi (Effendy, 1989).

Secara definitif, cognitive dissonance berasal dari dua suku kata, yaitu

cognitive dan dissonance. Cognitive merupakan knowledge (pengetahuan), sedangkan

(33)

(Venus, 2004). Jadi jika manusia berada dalam ketidakkonsistenan antara kepercayaan atau tindakan yang menimbulkan ketidaknyamanan, inilah yang disebut disonansi kognitif pada manusia. Semakin besar disonansi yang dialami manusia, maka akan semakin besar pula ketidaknyamanan yang akan dirasakan seseorang dan keadaan ini akan mendorong manusia untuk mencapai keadaan yang konsonan atau konsisten. Dalam keadaan disonan orang berusaha mengurangi disonansi dengan berbagai cara. Disonansi membuat orang resah. Contohnya:

Kognisi: “Saya tahu kalau saya senang merokok” Disonan: “Saya tahu rokok merusak kesehatan”

Dihadapkan dalam situasi disonan seperti itu saya akan:

-Mengubah perilaku, berhenti merokok, memutuskan mengubah kognisi tentang lingkungan

-Memperkuat salah satu kognisi disonan

-Mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi tidak penting

Dalam teori ini beranggapan bahwa ada dua elemen pengetahuan yang merupakan hubungan yang disonan (tidak harmonis) apabila dengan mempertimbangkan dua elemen itu sendiri, pengamatan satu elemen akan mengikuti elemen satunya (Severin & Tankard, 2005). Teori ini berpendapat bahwa disonansi akan terjadi karena secara psikologis tidak nyaman, maka akan memotivasi seseorang untuk berusaha mengurangi disonansi dan mencapai harmoni/keselarasan dan selain upaya itu semua, akan secara aktif menolak situasi-situasi dan informasi yang sekiranya akan meningkatkan disonansi.

Teori disonangi kognitif ini dapat diasumsikan sebagai berikut:

1. Teori ini banyak berhubungan dengan sikap, perubahan sikap dan persuasi. 2. Keadaan inkonsistensi atau ketidakselarasan antara kognitif dan tindakan. 3. Perubahan sikap akan mudah terjadi apabila berada dalam ketidakseimbangan

kofnitif diantara komponen sikap dalam diri individu.

(34)

5. Seseorang yang mengalami dissonance antara sikap dan perilakunya akan mengubah salah satu apakah sikap ataukah perilaku.

6. Keinginan mendasar pada diri seseorang untuk selalu konsisten antara sikap yang telah ada dengan perilaku aktualnya di langgar.

7. Ketidakkonsistenan antara kepercayaan atau tindakan yang menimbulkan ketidaknyamanan.

Teori disonansi kognitif berada dalam cakupan komunikasi interpersonal (komunikasi antar manusia). Inti dari teori ini adalah antara elemen-elemen kognitif mungkin terjadi hubungan yang tidak pas (nonfitting relations) yang menimbulkan disonansi (kejanggalan) kognitif. Disonansi kognitif menimbulkan desakan untuk mengurangi disonansi tersebut dan menghindari peningkatannya, hasil dari desakan itu terwujud pada perubahan pada kognisi, perubahan pada tingkah laku, dan menghadapkan diri pada beberapa informasi dan pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi terlebih dahulu (Sarwono, 2004).

Menurut Festinger bahwa disonansi kognitif dapat terjadi dari beberapa sumber yaitu:

1. Inkonsistensi logis. Contoh: Keyakinan bahwa 1 liter air akan mendidih apabila dipanaskan, secara logis tidak konsisten dengan keyakinan bahwa air 5 liter tidak akan mendidih apabila dipanaskan.

2. Nilai-nilai budaya (cultural mores), kebudayaan seringkali menentukan apa yang disonan dan konsonan. Contoh: Makan dengan tangan di pesta resmi di Eropa menimbulkan disonansi, tetapi makan dengan tangan di warung Jakarta dirasakan sebagai konsonan.

(35)

4. Pengalaman masa lalu, contoh berdiri di bawah hujan, tetapi tidak basah. Keadaan ini disonan karena tidak sesuai dengan pengalaman masa lalu (Sarwono, 2004).

Sedangkan cara untuk menghindari disonansi adalah dengan menambah informasi baru yang diharapkan dapat menambah dukungan terhadap pendapat orang yang bersangkutan atau menambah perbendaharaan elemen kognitif dalam diri orang yang bersangkutan.

Sebagian besar teoritis kognitif percaya bahwa manusia memperoleh informasi yang diterima melalui lima tahap, yaitu: Pertama, sendory input yakni terjadinya proses penginderaan terhadap stimuli yang ada dilingkungan. Tidak semua stimuli yang akan diserap oleh alat indera. Hanya stimuli yang sesuai dengan kebutuhan saja yang masuk dalam proses ini. Kedua, central processing. Pada tahap ini terjadi proses pemberian makna (persepsi) terhadap informasi yang masuk. Pemberian makna adalah proses yang rumit dan melibatkan banyak faktor internal dan eksternal. Ketiga, information storage, yakni tahap penyimpanan informasi yang masuk ke gudang memori manusia. Ada dua tipe gudang memori: memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka jangka panjang (long term memory). Keempat, information retrieval yakni pengambilan kembali informasi yang disimpan dalam gudang memori. Kelima, utilization, bagaimana cara kita memanggil dan mentransformasikan informasi akan mempengaruhi perilaku non verbal dan pembicaraan yang akan dilakukan. (Surip, 2011: 63-67).

(36)

Teori Festinger ini mempunyai pengaruh terhadap berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari teori tersebut adalah:

1. Pembuatan keputusan, yang akan meningkatkan pencarian informasi baru, kepercayaan yang semakin mantap dan menguatkan pengetahuan yang ada. 2. Paksaan untuk mengalah.

3. Ekspos pada informasi-informasi (pencarian informasi baru). 4. Dukungan sosial.

Untuk mengurangi keadaan disonansi, maka orang akan melakukan tindakan untuk mengurangi ketidaknyamanan psikologisnya, sehingga terjadi keadaan konsonan atau keseimbangan kembali. Tindakan yang diambil hendaknya tidak menimbulkan keadaan inkonsistensi baru. Dan menurut Venus (2004) metode untuk mengurangi disonansi adalah:

1. Mengubah kognisi. 2. Menambah kognisi.

3. Mengubah atau mengganti kepentingan. 4. Membuat misinterpretasi informasi. 5. Mencari informasi pembenaran.

Dengan demikian seseorang yang mengalami disonansi dalam dirinya akan mudah menguranginya agar segala tindakan dan perbuatannya selalu tetap konsisten dengan keyakinan dan kognisinya. Contohnya yakni bila seorang konsumen dalam suatu produk mengalami dissonance, ia akan mengubah struktur sikapnya untuk mengurangi dissonance tersebut. Konsumen ini sebelumnya mungkin telah tergoda oleh informasi baru dalam iklan yang menjanjikan nilai-nilai baru atau justifikasi atas kepercayaan lama yang menyangkut pada proses transfer terhadap sikap yang dianutnya. Bisa jadi ia akan mengejar terus informasi baru tadi dan menelusurinya hingga keputusan terhadap struktur sikap barunya menjadi lengkap sehingga kadar

(37)

Sekali proses terjadi pada tahap cognitive menurut Festinger (Kasali, 2001),

adjustment akan terus berlangsung kepada proses selanjutnya yatu affective dan

cognitive. Namun demikian Berkman & Gilson (1936) lebih pragmatis dalam mengkaji kembali praktek dissonance ini. Dalam telaahnya dikatakan bahwa kebanyakan intra-attitude dissonance yang terjadi, terutama disebabkan adanya konflik antara komponen-komponen cognitive dan affective. Masalahnya para pesaing memang mengkonsentrasikan komunikasi persuasifnya pada kedua tahap ini. Pada tahap cognitive, pesaing berusaha meyakinkan konsumen dengan menonjolkan kekhasan dan keunggulannya dan menyesalkan konsumen yang tidak mencoba produk dari dulu.

Pada tahap affective, pesaing mencoba mempengaruhi alam emosi konsumen menjadi suka atau tidak suka. Ketidakseimbangan antara rasio dan emosi adalah prasyaratutama bagi keberhasilan kampanye dissonance. Bagi produk atau jasa tertentu yang pasar sasarannya sangat labil dan emosional, dissonance dimulai dengan mengacaukan alam emosi (Surip, 2011: 70,72).

2.1.3 Teori S-O-R

Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi. S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

(38)

dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu teori jarum suntik (Hypodermic Needle). Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan teori S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula. Menurut teori S-O-R, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri atas:

• Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

• Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

• Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

(39)

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu:

• Perhatian

• Pengertian

• Penerimaan

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 2003: 256).

(40)

Proses komunikasi dalam model S-O-R dapat dirumuskan sebagai berikut: Gambar 2.1

Model S-O-R

Stimulus Organisme (Perhatian, Pengertian, Penerimaan) Respon (Perubahan Sikap)

Jika substansi teori diatas dihubungkan dengan penelitian pengaruh pesan peringatan kesehatan terhadap kesadaran perokok di Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area, maka hubungannya dengan teori S-O-R dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Stimulus (Pesan) yang dimaksud adalah isi atau informasi pesan peringatan kesehatan yang terletak di bagian bawah belakang bungkus rokok.

2. Organisme (Komunikan) yang menjadi sasaran adalah masyarakat perokok yang dalam penelitian ini adalah masyarakat perokok aktif berusia 21 sampai >61 tahun di Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area.

3. Respon (Efek) yang dimaksud adalah apabila masyarakat menjadi sadar terhadap bahaya merokok dari pesan peringatan kesehatan tersebut.

2.1.4 Kesadaran

Secara harfiah, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness). Kesadaran juga bisa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal. Namun, kesadaran juga mencakup dalam persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu sehingga akhirnya perhatiannya terpusat. Ada dua macam kesadaran, yaitu:

1. Kesadaran Pasif

(41)

2. Kesadaran Aktif

Kesadaran aktif adalah kondisi dimana seseorang menitikberatkan pada inisiatif dan mencari dan dapat menyeleksi stimulus-stimulus yang diberikan.

Dalam Cambridge International Dictionary of English (1995) ada sejumlah definisi tentang kesadaran. Pertama, kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi. Kedua, kesadaran diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, dan sebagainya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Selain itu kesadaran diartikan sebagai pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran adalah suatu keadaan tahu, mengerti dan merasa. Dengan kata lain, kesadaran adalah suatu keadaan dimana individu mengadakan pemahaman terhadap apa yang ditangkapnya melalui panca indera yaitu mengenal, mengerti dan merasa tentang dirinya atau juga keadaan sekitarnya.

Menurut Hsu (Koenjaraningrat, 1990:125), kesadaran adalah pikiran, perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka atau disadari oleh individu kepada sesamanya dalam lingkungannya yang berupa rasa senang, rasa puas, dan rasa benci dari pengetahuan yang dipahami oleh seseorang.

Definisi lain tentang kesadaran antara lain: (1) tahu dan mampu mengekspresikan dampak dari suatu perilaku, (2) tahu dan mampu mengekspresikan tentang berbagai penyelesaian, (3) memahami perlunya langkah penelitian sebagai bekal pengambilan keputusan, (4) memahami pentingnya kerja sama dalam menyelesaikan masalah. Dalam psikologi, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness).

(42)

Priyono (1996) mengemukakan, awareness of environmental issues means being environmentally knowledgeable and understanding the informed actions required for finding the solutions to the issues. Jadi, dari teori di atas dapat dijelaskan bahwa indikator kesadaran adalah pengetahuan dan pemahaman. Lain halnya dalam bidang psikologi menyebutkan bahwa kesadaran mencakup tiga hal yaitu: persepsi, pikiran, dan perasaan (Atkinson dkk, 1997: 287).

Berdasarkan indikator-indikator tersebut di atas, dapat dikembangkan dengan menggunakan teori Benyamin Bloom (1908) yang membagi perilaku manusia dalam tiga domain yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi menjadi pengetahuan, sikap, dan praktik (tindakan).

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan yaitu:

• Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Orang yang telah “tahu” harus dapat mendefinisikan materi atau objek tersebut.

• Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

• Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

(43)

Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan suatu materi atau objek.

• Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

• Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap terdiri atas berbagai tingkatan yaitu:

• Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

• Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan (terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah), menunjukkan bahwa orang menerima ide tersebut.

• Menghargai (valuing)

(44)

• Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Tindakan

Tindakan terdiri atas beberapa tingkatan yaitu:

• Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang diambil.

• Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

• Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan kebiasaan.

• Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik atau sudah dimodifikasi.

Dalam pengertian psikologi, kesadaran diawali dengan melihat terminologi istilah pribadi yang berarti sendiri atau mandiri. Maka didapatkan pengertian kesadaran diri adalah manusia dimana dengan akal budi yang dimilikinya mengetahui apa yang dilakukan dan mengapa ia melakukannya. Tinjauan psikologi tentang kesadaran dikaji melalui suatu aliran yang dinamakan psikoanalisis yaitu aliran psikologi yang menekankan analisis struktur kejiwaan manusia yang relatif stabil dan menetap. Aliran ini dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939).

(45)

Dari pengertian diatas, maka kesadaran dapat diartikan sebagai pemahaman diri secara utuh mengenai jati diri yang memberikan ruang lingkup yang seluas-luasnya untuk bertindak dan berbuat sejalan dengan apa yang dikehendaki dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Menurut Magnis Suseno (Koenjaraningrat, 1990:128), ada hubungan yang erat antara kesadaran dan sikap moral, walaupun diakui bahwa keduanya tidak identik. Kesadaran juga sangat berhubungan dengan “semangat dan sikap batin” yang tetap dalam diri seseorang atau kelompok orang yang termuat didalamnya nilai-nilai moral. Kesadaran mengandaikan adanya suatu sikap “kehendak batin” sebagai sebuah tuntutan kodrat yang harus direalisasikan dalam rangka pengembangan pengetahuan. Kesadaran merupakan bagian dari pengaruh kognitif yang ditimbulkan. Pada tahap ini seseorang dibuat menjadi mengerti atau tahu akan sesuatu hal, akan tetapi adanya kesadaran belum tentu ada tindakan, sebab sebelumnya harus didahului dengan adanya suatu pertimbangan yang disadari oleh perasaan emosi (efek afektif). Sesudah fase itu disertai dengan adanya sikap yang pasti maka timbul lah suatu tindakan (efek konatif).

Kesadaran adalah langkah awal dari terwujudnya maksud dan tujuan dari pesan yang disampaikan melalui pesan peringatan kesehatan pada bungkus rokok. Peningkatan kesadaran berarti kesadaran dimana seorang perokok tidak hanya mengetahui bahaya dari merokok tetapi juga mewujudkan pengetahuan dengan berusaha melakukan pencegahan bisa berupa mengurangi jumlah rokok yang dihisap atau berhenti merokok. Dengan dibuatnya pesan peringatan kesehatan pada bungkus rokok kiranya dapat menggugah kesadaran perokok untuk berhenti merokok.

Menurut Hurlock (1998:73) dalam bukunya Psikologi Perkembangan ada tiga tahap kesadaran, yaitu:

1. Tahap Kesadaran Potensial

(46)

2. Tahap Kesadaran Semu

Kesadaran dimana seseorang mengetahui persis dan memahami suatu masalah berdasarkan penemuan indera dan akalnya. Tetapi pengetahuan yang dimilikinya itu belum membentuk suatu niat atau keinginan untuk melaksanakan apa yang diketahuinya (sudah ada kesadaran dalam diri, tetapi belum diwujudkan).

3. Tahap Kesadaran Kritis

Dimana pemahaman dan pengetahuan seseorang tentang suatu masalah disertai adanya keinginan yang kuat untuk melaksanakan pemahaman tersebut. Jelasnya sudah ada tindakan atas kesadaran yang dimilikinya.

Dengan demikian yang dimaksud dengan kesadaran dalam penelitian ini adalah memahami bahaya merokok yang dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin yang dapat dicegah dengan mulai mengurangi jumlah rokok yang dihisap secara perlahan sampai akhirnya berhenti merokok.

2.1.5 Rokok

(47)

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas

Rokok berdasarkan bahan pembungkus, yakni:

1.

2.

3.

4.

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi, yakni:

1.

diberi

2.

3. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,

cengkeh, da aroma tertentu.

Rokok berdasarkan proses pembuatannya, yakni:

1.

sederhana.

2.

(48)

sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bent menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, sat Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar

Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian, yakni:

1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.

2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain.

Rokok berdasarkan penggunaa

1.

2.

gabus.

Dilihat dari komposisinya, yakni:

1. Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasa ditemukan di Asia Tenggara dan India.

(49)

3. Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia.

4. Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di Asia Tenggara dan India. Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Ada lagi jenis yang diletakkan antara pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap dengan hidung atau mulut.

5. Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buahan atau rasa buah-buahan yang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha

sedang marak digunakan seperti di kafe-kafe.

Berikut adalah beberapa bah

hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.

8.

kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.

9.

mengawetkan mayat.

10.

(50)

11.

12.

mobil (Sumbe

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995: 40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul (Nawawi, 2001:57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pesan peringatan kesehatan pada bungkus rokok.

2. Variabel Terikat (Y)

(51)

Variabel Terikat (Y) Kesadaran Perokok Variabel Bebas (X)

Pesan Peringatan Kesehatan Pada Bungkus Rokok

Karakteristik Responden 3. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden adalah hal-hal yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi karakteristik responden adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan dan kuantitas merokok.

Skema variabel penelitian:

(52)

2.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian sebagai berikut:

Tabel 2.1 Variabel Penelitian

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X) Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin

2. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

5. Tingkat Pendapatan

(53)

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2008:46). Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X) yang terdiri atas:

a. Unsur persuasi pesan peringatan: seberapa persuasifkah kalimat yang terdapat dalam pesan peringatan kesehatan.

b. Isi pesan peringatan: kalimat yang terdapat dalam pesan peringatan kesehatan.

c. Ukuran tulisan: font tulisan yang terdapat dalam pesan peringatan kesehatan.

d. Warna tulisan: warna tulisan yang terdapat dalam pesan peringatan kesehatan.

e. Letak tulisan: lokasi pesan peringatan kesehatan harus strategis. 2. Variabel Terikat (Y)

a. Kognitif (pengetahuan), perokok memiliki pengetahuan baru dari pesan peringatan kesehatan.

b. Afektif (sikap), dengan mengetahui pesan peringatan kesehatan, perokok akan mengambil perubahan sikap.

c. Konatif (praktik), dengan adanya pengetahuan dan rencana perubahan sikap, maka perokok akan menetapkan tindakan yang diambilnya.

3. Karakteristik Responden terdiri atas:

a. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin responden pria atau wanita. b. Usia yaitu tingkatan umur dari responden.

c. Tingkat pendapatan yaitu penghasilan per bulan dari responden

(54)

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat atau pernyataan yang masih belum tentu kebenarannya, masih harus diuji terlebih dahulu dan karenanya bersifat sementara atau dugaan awal (Kriyantono, 2006:28).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh pesan peringatan kesehatan pada bungkus rokok terhadap kesadaran perokok di Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Area terletak di wilayah Tenggara Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut:

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan

Kecamatan Medan Area adalah daerah pintu gerbang Kota Medan di sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari daerah lainnya di Sumatera Utara maupun Provinsi lainnya melalui transportasi darat, dengan luas wilayahnya 7,75 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 96.544 jiwa (2011). Tercatat ada sejumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Medan Area yaitu sebanyak 20 TK, 23 SD Negeri dan 19 SD Swasta, 1 SMP Negeri dan 19 SMP Swasta, 1 SMA Negeri, 4 SMK Swasta serta 12 SMA Swasta.

Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Medan Area dapat dikatakan sudah mulai merata di tiap kelurahan. Hanya Tegal Sari II saja yang belum mendapat satupun Puskesmas dan BPU. Tenaga medis yang terdapat di Kecamatan Medan Area ini sudah cukup tersebar di tiap kelurahan dimana pendistribusiannya disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap kelurahan. Terdapat sebanyak 111 posyandu, 5 dokter dan 24 bidan di Kecamatan Medan Area. Hampir di setiap kelurahan di Kecamatan Medan Area ini terdapat sarana ibadah tiap-tiap agama. Sarana olahraga belum cukup tersedia di kecamatan ini.

(56)

Jumlah pegawai berdasarkan golongan: - Golongan IV: 11 orang

- Golongan III: 117 orang - Golongan II: 71 orang

2 Jumlah Kelurahan 12 Kelurahan 3 Jumlah Penduduk 96.554 Jiwa 4 Panjang Jalan Aspal -

No Jenis Pelayanan Keterangan

1 Air Bersih 20.950 Rumah Tangga

2 Listrik 20.958 Rumah Tangga

(57)

C. Pendidikan

Tabel 3.3 Jenis Pendidikan

D. Perdagangan

Tabel 3.4 Jenis Perdagangan

E. Lembaga Keuangan

Tabel 3.5 Lembaga Keuangan

No Lembaga Keuangan Keterangan

1 Bank 33 Unit

2 Leasing/Finance -

3 Valuta Asing 5 Unit

4 Koperasi 5 Unit

5 Pegadaian 4 Unit

No Jenis Pendidikan Keterangan

1 SD/Sederajat 42 Unit

2 SMP/Sederajat 20 Unit

3 SMA/Sederajat 17 Unit

4 Akademi -

5 Universitas -

No Jenis Perdagangan Keterangan

1 Pasar Tradisional 7 Unit

2 Plaza/Mall 3 Unit

3 Pertokoan 34 Kelompok

(58)

F. Tempat Hiburan

Tabel 3.6 Tempat Hiburan

No Tempat Hiburan Keterangan

1 Hotel/Losmen 2 Unit

2 Bioskop 1 Unit

3 Night Club/Karaoke 2 Unit

4 Bilyard 13 Unit

(59)

Gambar

Gambar 2.2 Model Teoritis
Tabel 3.2
Tabel 3.7 Kelurahan
 Gambar 3.1 Lurah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian efektifitas pesan gambar peringatan pada kemasan rokok dalam meningkatkan kesadaran akan bahaya merokok

dan karunia-Nya yang melimpah, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Sikap Terhadap Peringatan Risiko Kesehatan Pada Bungkus Rokok Dengan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh gambar iklan peringatan merokok pada bungkus rokok terhadap sikap berhenti merokok bagi pelanggan merek Sampoerna A

pengaruh pencantuman peringatan bergambar pada bungkus rokok terhadap sikap. remaja di kota medan

Analisis Hubungan himbauan pesan gambar peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok dan perubahan perilaku perokok, dengan menggunakan indikator sebagai berikut ;

Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap gambar peringatan kesehatan pada bungkus rokok dengan intensi

Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap gambar peringatan kesehatan pada bungkus rokok dengan intensi

Karena pengaruh pesan gambar peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok relative kecil kontribusinya terhadap perubahan perilaku perokok, maka untuk mengubah perilaku merokok,