• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Perpustakaan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Medan dalam Meningkatkan Budaya Baca Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Perpustakaan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Medan dalam Meningkatkan Budaya Baca Siswa"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERPUSTAKAAN MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) 1 MEDAN DALAM MENINGKATKAN BUDAYA BACA SISWA

KERTAS KARYA

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.md) dalam bidang perpustakaan dan

informasi

DISUSUN OLEH :

BAGINDA HARAHAP 112201038

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI D-III ILMU PERPUSTAKAAN MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : Peran Perpustakaan Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Medan

Dalam Meningkatkan Budaya Baca Siswa

Oleh : Baginda Harahap

NIM : 112201038

PROGRAM STUDI D-III ILMU PERPUSTAKAAN

Ketua Jurusan : Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd

NIP : 195704071986032001

Tanda Tangan :

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Kertas Karya : Peran Perpustakaan Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Medan

Dalam Meningkatkan Budaya Baca Siswa

Oleh : Baginda Harahap

NIM : 112201038

Dosen Pembimbing : Abdul Hafiz Harahap, S.Sos., M.I.Kom.

NIP :

Tanda Tangan :

Tanggal :

Dosen Pembaca : Drs. Belling Siregar, SS, M. Lib.

NIP :

Tanda Tangan :

(4)

PERSEMBAHAN

Pelajarilah olehmu ilmu,

Sebab mempelajari ilmu itu akan memberikan rasa takut kepada Allah,

menuntutnya merupakan ibadah, mengulang - ulangnya merupakan tasbih,

membahasnya merupakan jihad mengajarkan yang belum mengetahuinya

merupakan sedekah, dan menyerahkan kepada ahlinya merupakan pendekatan

diri kepada Allah,

(H.R. Ibnu Abduh)

Ya Allah berikanlah aku ilmu untuk mensyukuri NikmatMu yang telah Engkau

anugerahkan kepadaku dan Ayah-Ibuku dan untuk mengajarkan amal sholeh

yang Engkau ridhoi dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam

golongan hamba hambaMU yang sholeh. (Q.S. An-Naml, 19)

Untuk nafas, detak, denyut, gerak, ilham, rezeki, kesempatan, Kekuatan, dan

kasih sayang Untuk sesuatu yang tak mampu kutulis, Untuk beberapa hal yang

tak dapat kuungkapkan Untuk segala hal yang tak mampu kupikirkan, Untuk

Namamu Dzat yang memiliki aku utuh.

ALLAH SWT

Terima kasih karena telah menganugerahiku :

Ayahanda Alm Maksum Bahari Harahap

Ayah. . .

Aku cuma mau bilang Aku bersyukur jadi anakmu,

aku bangga jadi anakmu, Aku bahagia jadi anakmu,

dan terima kasih tuk Kasih sayang yang Engkau berikan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Alla SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan keras karya ini.

Judul kertas karya ini adalah “PERAN PEERPUSTAKAAN MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) 1 MEDAN DALAM MENINGKATKAN BUDAYA BACA PADA SISWA”.

Penulis kertas karya ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan studi pada program Ilmu Perpustakaan Fakuitas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda

Alm, Maksum Bahari Harahap dan ibunda tercinta Sitiajum Hasibuan serta

seluruh keluarga untuk semua dukungan doa, dan kasih sayang yang tiada pernah

berakhir kepada penulis.

Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis telah banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk yang

tak ternilai harganya, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd., selaku Ketua Program Studi D-III Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya.

2. Bapak Abdul Hafiz Harahap, S.Sos., M.I.Kom., sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penulisan kertas karya ini.

3. Bapak Drs. Belling Siregar, SS, M. Lib., sebagai dosen pembaca yang telah meluangkan waktu kepada penulis serta memberikan banyak

masukan dalam penyusunan kertas karya ini.

4. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

5. Buat saudara laki-laki yang paling besar yaitu : bang Budi Ihsanuddin

Harahap, dan Umri Fahrudin Harahap terimakasih banyak bang, uda

mendukung adikmu selama ini dan sangat sayang kepada

(6)

6. Buat saudara perempuan yaitu kakak Rahmi Hidayati Harahap, Siti Sari

Harahap, dan Nadra Sari Harahap terimakasih banyak kak uda

mendukung selama ini.

7. Seluruh Staff Pengajar MTsN 1 Medan Khususnya Ibu Silawati, Juliana,

Ibu, dan Bapak Melody yang telah memberikan izin kepada penulis dalam

memperoleh data, sehingga Kertas Karya ini dapat diselesaikan.

8. Buat Sahabat-sahabatku yaitu : Tahir Tarmizi Daulay, Juneidi, Arco,

Rizky Valdes, dan seluruh angkatan 2011 yang telah senantiasa yang

memberikan semangat dan senantiasa dalam berbagi suka dan duka.

Semoga segala bantuan yang bapak, Ibu, saudara, dan kawan-kawan yang

memberikan kepada penulis, semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Namun, penulis menyadari sepenuhnya bahwa kertas karya ini masih jauh

dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi perbaikan dan kemajuan tentang penulisan kertas karya dimasa

yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Juni, 2014 Medan

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah --- 1

1.2 Tujuan Penulisan --- 3

1.3 Ruang Lingkup --- 3

1.4 Metode Pengumpulan Data --- 3

BAB II KAJIAN TEORITIS --- 4

2.1 Pengertian Perpustakaan Sekolah --- 4

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Sekolah --- 5

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Sekolah --- 6

2.1.3 Peran Perpustakaan Sekolah --- 7

2.2 Layanan Perpustakaan --- 10

2.2.1 Jenis Layanan --- 11

2.2.2 Koleksi Perpustakaan Sekolah --- 12

2.2.3 Jenis Koleksi Perpustakaan Sekolah --- 12

2.2.4 Pengadaan Koleksi Bahan Pustaka --- 13

2.2.4.1 Pemilihan Koleksi --- 13

2.2.4.2 Cara Pengadaan Koleksi --- 14

2.2.5 Penerimaan Bahan Pustaka --- 15

2.3 Pengertian Membaca--- 16

2.3.1 Prinsip-Prinsip Membaca --- 17

2.3.2 Tujuan Membaca --- 18

2.4 Pengertian Budaya Baca--- 20

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca --- 21

2.4.2 Upaya Menumbuhkan Minat Baca --- 23

2.4.3 Tahapan Menuju Budaya Baca --- 25

BAB III PERAN PERPUSTAKAAN MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 MEDAN DALAM MENINGKATKAN BUDAYA BACA SISWA --- 29

3.1 Sejarah Singkat MTsN 1 Medan --- 29

3.1.1 Visi Misi MTsN Negeri 1 Medan --- 30

3.1.3 Fasilitas MTsN 1 Medan --- 30

3.1.3 Struktur Organisasi MTsN 1 Medan --- 31

3.2 Sejarah Perpustakaan Sekolah MTsN 1 Medan --- 32

3.2.1 Fungsi dan Tujuan Perpustakaan MTsN 1 Medan --- 32

3.2.2 Visi Misi PerpustakaanMTsN 1 Medan --- 33

3.2.3 Struktur Organisasi Perpustakaan MTsN 1 Medan --- 33

3.2.4 Personalia --- 33

(8)

3.2.5 Pengguna Perpustakaan MTsN 1 Medan --- 35

3.2.6 Koleksi Perpustakaan Sekolah MTsN 1 Medan --- 35

3.4 Kegiatan Meningkatkan Budaya Baca Pada Perpustakaan MTsN 1 Medan --- 36

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN --- 39

4.1 Kesimpulan --- 39

4.2 Saran --- 40

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan sekolah merupakan bagian penting dari komponen

pendidikan yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari lingkungan sekolah

sebagai salah satu saran pendidikan. Pentingnya perpustakaan sekolah dapat

dilihat dalam Undan-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa, “Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah

yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan

sumber belajar”. Perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja dari sebuah

lembaga sekolah yang berupa tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka sebagai

penunjang proses pendidikan yang diatur secara sistematis untuk mengembangkan

dan memperdalam pengetahuan, baik oleh pendidik maupun yang di didik di

sekolah.

Peran sekolah mempunyai peran yang sangat efektif dan strategis untuk

meningkatkan prestasi dan minat baca siswa. Perpustakaan sekolah tidak hanya

merupakan unit kerja yang menyediakan bacaan guna, tapi menambah

pengetahuan dan wawasan bagi murid, dan juga merupakan bagian yang

menyeluruh dari kegiatan pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan perpustakaan

sekolah harus sejalan dengan Visi Misi sekolah dengan mengadakan bahan bacaan

bermutu yang sesuai dengan kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang

berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain.

Tugas utama dari perpustakaan sekolah adalah mengolah, menyimpan dan

memelihara bahan pustaka baik tercetak maupun terekam dan untuk disajikan

kepada siswa atau guru. Seluruh program tersebut terhimpun pada program

meningkatkan budaya baca. Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut

bagi perkembangan siswa, maka guru perlu memacu siswanya untuk membaca

dengan benar dan selektif. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya

bimbingan khususnya bimbingan minat baca dan budaya baca yang dilaksanakan

oleh guru. Sehingga perpustakaan sekolah dapat menjalankan fungsinya

(12)

Secara umum meningkatkan budaya baca mulai dikembangkan pada usia

dini. Budaya baca berlangsung secara terus menerus akan tumbuh menjadi

kebiasaan membaca. Sementara itu kebiasaan membaca selanjutnya dapat

dijadikan landasan bagi berkembangnya budaya baca. Suburnya dan terpupuknya

perkembangan kebiasaan membaca tentu sangat tergantung pada sejumlah faktor.

Faktor-faktor tersebut seperti tersedianya bahan bacaan yang memadai, bervariasi,

dan mudah ditemukan di perpustakaan, serta dapat memenuhi keinginan dan

kebutuhan pembaca.

Budaya baca diawali dari minat baca dan kemampuan membaca, minat

baca seseorang diartikan sebagai kecendrungan hati kepada suatu sumber bacaan

tertentu. Budaya baca merupakan persyaratan yang sangat penting di dunia

pendidikan yang harus di miliki oleh setiap siswa. Melalui budaya baca, mutu

pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui budaya

bacalah dunia pendidikan dapat diwujudkan. Karena dengan kebiasaan membaca

seseorang dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus-menerus sepanjang

hidupnya.

Seperti peran yang dilakukan perpustakaan Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN) 1 Medan dalam meningkatkan minat baca siswanya dengan

memberlakukan program Jam Waca (Jam Wajib Baca). Dalam hal ini dapat

meningkatkan minat baca siswanya dan membaca menjadi suatu budaya.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui sejauh

mana peran perpustakaan sekolah dalam meningkatkan budaya baca yang

dilakukan oleh perpustakaan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Medan.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk menulis kertas karya dengan

(13)

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai perpustakaan

sekolah.

2. Untuk mengetahui langkah apa saja yang dapat dilakukan perpustakaan

sekolah dalam meningkatkan budaya baca.

1.3 Ruang Lingkup

Sesuai dengan judul kertas karya ini, meliput i minat baca siswa antara lain

adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan pustakawan dalam merangsang minat

baca siswa dan membaca menjadi budaya, yaitu dengan menyediakan koleksi

bahan bacaan, lomba membaca, mendongeng dan kegiatan lainnya.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis mengumpulkan data yang sesuai

dengan peran perpustakaan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Medan yang

akan dibahas. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah

sebagai berikut :

1. Melakukan observasi secara langsung dan memperoleh data melalui

pengamatan ke perpustakaan Madrasah Tsanawiayah Negeri (MTsN) 1

Medan.

2. Mengadakan wawancara langsung dengan kepala perpustakaan dan

(14)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian perpustakaan Sekolah

Kata perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang artinya kitab dan buku.

Dalam bahasa inggris dikenal dengan library. Istilah ini berasal dari kata librer

atau libri, yang artinya buku. Dari kata latin tersebut terbentuklah istilah libraries,

tentang buku. Dalam bahasa Belanda perpustakaan disebut bibliotheca yang

artinya buku dan kitab.

Kata pustaka mendapat imbuhan per dan akhiran, menjadi perpustakaan.

Bahwa perpustakaan mengandung arti sebuah ruangan atau gedung yang di

gunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya di simpan

menurut tata susunan tertentu, sehingga muda untuk dicari dan di pergunakan apa

bila sewaktu-waktu di perlukan oleh pembaca. Perpustakaan di lengkapi dengan

berbagai sarana, seperti ruangan baca, rak buku, rak majalah, meja kursi baca dan

kartu-kartu katalog.

Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana penunjang siswa,

menyediakan beragam informasi yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

Menurut Darmono (2007 : 1) perpustakaan sekolah adalah, “sebagai salah satu

sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar siswa memegang peranan yang

sangat penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah”.

Sedangkan menurut Sutarno (2006 : 11) perpustakaan sekolah adalah :

“Mencakup suatu ruangan bagian dari gedung atau bangunan yang berada pada satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakanbagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan”.

Perpustakaan sekolah merupakan pusat sumber ilmu pengetahuan dan

informasi yang berada di sekolah, baik tingkat dasar sampai tingkat menengah.

Dalam penyelenggaraan pendidikan, perpustakaan salah satu sarana penting.

Melalui perpustakaan sekolah murid diharapkan dapat memfungsikannya sebagai

(15)

Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa perpustakaan sebagai sarana

penunjang pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah melalui ketersediaan

koleksi bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran,

sehingga tercapainya tujuan pendidikan sekolah. Hal ini juga menunjukkan

bagaimana perpustakaan seharusnya berperan sebagai elemen penting dalam

keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah sebagai sumber informasi yang memiliki tujuan

sebagai sarana penunjang pendidikan. Perpustakaan merupakan bagian penting

dalam proses pendidikan, bagi pengembangan literasi, literasi informasi,

pengajaran, pembelajaran dan kebudayaan serta merupakan jasa inti perpustakaan

sekolah. Tujuan perpustakaan sekolah menurut Darmono (2007 : 21) sebagai

berikut :

1. Mendukung dan memperluas sasaran pendidikan sebagaimana digariskan dalam misi dan kurikulum sekolah.

2. Mengembangkan dan mempertahankan kelanjutan dalam kebiasan dan keceriaan membaca dan belajar, serta menggunakan perpustakaan sepanjang hayat mereka.

3. Memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam menciptakan dan menggunakan informasi untuk pengetahuan, pemahaman, daya pikir dan keceriaan.

4. Mendukung semua murid dalam pembelajaran dan praktek ketrampilan mengevaluasi dan menggunakan informasi, tanpa memandang bentuk, format atau media, termasuk kepekaan modus berkomunikasi di komunitas.

5. Menyediakan akses ke sumber daya lokal, regional, nasional, global dan kesempatan pembelajar menyingkap ide, pengalaman dan opini yang beraneka ragam.

6. Mengorganisasikan aktivitas yang mendorong kesadaran serta kepekaan budaya dan sosial.

7. Bekerja dengan murid, guru, administrator dan orang tua untuk mencapai misi sekolah.

8. Menyatakan bahwa konsep kebebasan intelektual dan akses informasi merupakan hal penting bagi terciptanya warga negara yang bertanggung jawab dan efektif,serta berpartisipsi di alam demokrasi. 9. Promosi membaca dan sumber daya serta jasa perpustakaan sekolah

(16)

Sedangkan menurut Pawit M Yusuf Tujuan perpustakaan sekolah (2007 :

3) adalah sebagai berikut :

1. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.

2. Membantu menulis kreatif siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

3. Menumbuhakan minat baca siswa.

4. Menyediakan berbagai informasi yang sesuai dengan kurikulum sekolah.

5. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan semangat belajar bagi siswa.

6. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan. 7. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui

kegiatan membaca.

Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa tujuan perpustakaan sekolah

menyediakan pusat sumber belajar sehingga dapat membantu pengembangan dan

peningkatan minat baca, literasi informasi, bakat serta kemampuan peserta didik,

misalnya, minat baca atau budaya baca pada murid semakin meningkat di

pendidikan.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Sekolah

Berdasarkan tujuan perpustakaan sekolah, maka dapat dirumuskan

beberapa fungsi perpustakaan sekolah. Menurut Darmono (2007 : 5) adalah

sebagai berikut :

1. Fungsi edukatif, yang dimaksud dengan fungsi edukatif adalah perpustkaan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kurikulum yang mampu membangkitkan minat baca para siswa, mengembangkan daya ekspresi, mengembangkan kecakapan berbahasa, mengembangkan gaya pikir yang rasional dan kritis serta mampu membimbing dan membina para siswa dalam hal cara menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik.

2. Fungsi informatif, yang dimaksud dengan fungsi informatif adalah perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan yang bermutu dan uptodate yang disusun secara teratur dan sistematis, sehingga dapat memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari informasi yang diperlukannya.

(17)

pemrosesan bahan-bahan pustaka serta menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, dan efisien.

4. Fungsi rekreatif, yang dimaksudkan dengan fungsi rekreatif ialah perpustakaan disamping menyediakan buku-buku pengetahuan juga perlu menyediakan buku-buku yang bersifat rekreatif (hiburan) dan bermutu, sehingga dapat digunakan para pembaca untuk mengisi waktu senggang, baik oleh siswa maupun oleh guru.

5. Fungsi penelitian, yang dimaksudkan dengan fungsi penelitian ialah perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber / obyek penelitian sederhana dalam berbagai bidang studi bagi siswa.

Sedangkan menurut Pawit M Yusuf (2007 : 4) perpustakaan sekolah juga

memiliki empat fungsi umum yaitu :

1. Fungsi edukatif, keseluruhan fasilitas dan sarana yang ada pada perpustakaan sekolah, terutama koleksi yang dikelolanya banyak membantu para siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep konsep pengetahuan. 2. Fungsi informative, mengupayakan penyediaan koleksi perpustakaan

yang bersifat memberi tahu akan hal – hal yang berhubungan dengan kepentingan para siswa dan guru.

3. Fungsi rekreasi, sebagai pelengkap untuk memenuhi kebutuhan sebagian anggotamasyarakat sekolah akan hiburan intelektual.

4. Fungsi riset atau penelitian, koleksi perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan untuk membantu dilakukannya kegiatan penelitian sederhana.

Dari fungsi-fungsi yang diatas, di harapkan pada perpustakaan sekolah

dapat menyediakan berbagai informasi yg menarik perhatian murid. Perpustakaan

harus mengerjakan pencatatan, penyelesaian dan pemrosesan bahan-bahan

pustaka serta menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, dan efisien.

2.1.3 Peran Perpustakaan Sekolah

Seandainya sudah dipahami bahwa perpustakaan adalah institusi atau

organisasi profesional dan selayaknya diurus oleh pegawai atau pustakawan yang

juga professional, maka diharapkan perpustakaan dapat mencapai sasaran yang

dikehendaki oleh karena dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga

mencapai tujuan yang diharapkan.

Sebagaimana dikehendaki dalam UU No. 43 Tahun 2007 tentang

(18)

kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas

wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Artinya ada 4

esensi tahapan yang perlu dicermati dalam pencapaian tujuan perpustakaan, yaitu

sebagai berikut :

1. Memberikan layanan kepada pemustaka, secara sederhana bagaimana perpustakaan mampu mengundang pemustaka untuk hadir, memberikan apa yang ia miliki atau koleksi bahan perpustakaan dengan kemudahan dan kenyamanan.

2. Meningkatkan kegemaran membaca, diawali dari belajar membaca atau minat membaca, berlanjut pada kebiasaan membaca, budaya membaca, dan pada akhirnya membaca untuk belajar atau ketrampilan membaca. Misi sederhana sebuah perpustakaan adalah bagaimana memberikan layanan, dan memberdayakan koleksi bahan perpustakaan.

3. Memperluas wawasan dan pengetahuan, orang yang banyak baca banyak tahu, yang tidak banyak baca sok tahu. Bahwa proses membaca itu sebenarnya tidak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang berpikir dan bernalar seperti mengingat, memahami, membedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan.

4. Mencerdaskan kehidupan bangsa, kemampuan membaca pada akhirnya memberikan kemampuan memaknai apa yang dibaca (literasi informasi) sebagai indikasi kecerdasan pembacanya. Buku itu seharusnya bermoto “B 4 : Buku, Buka, Baca, Bisa”. Artinya tatkala buku itu masih tetap cantik berarti bukunya tidak laku, tidak pernah dipegang atau dibuka sehingga tidak mempunyai nilai informasi. Buku adalah guru yang tidak pernah marah, siang malam boleh dibuka, kapan saja untuk menjadikan pembaca dan masyarakatnya cerdas, berujung pada muara menjadikan masyarakat pembelajar.

Sedangkan menurut Darmono (2007 : 220) adapun peran yang harus

dijalankan oleh perpustakaan dalam usaha menumbuhkan minat dan budaya baca

sebagai berikut :

1. Memilih bahan bacaan yang menarik bagi pengguna perpustakaan.Memilih bahan bacaan sangatlah perlu. Perlunya memilih bahan bacaan tersebut dikarenakan adanya suatu hubungan antara bahan bacaan dengan si pembaca, misalnya ada di dalam buku bacaan karakter atau peran yang jelas, dan ada juga bab yang pendek dan singkat.

2. Menganjurkan berbagai cara penyajian pelajaran dikaitkan dengan tugas-tugas di perpustakaan.

(19)

4. Memberikan kebebasan membaca secara leluasa kepada pemakai perpustakaan. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi anak dalam mencari dan menemukan sendiri bacaan yang sesuai dengan minatnya. 5. Perpustakaan perlu dikelola dengan baik agar pemakai merasa betah

dan kerasan berkunjung ke perpustakaan.

6. Perpustakaan perlu melakukan berbagai promosi kepada masyarakat berkaitan dengan pemanfaatan perpustakaan dan berkaitan dengan peningkatan minat dan kegemaran membaca siswa.

7. Menanamkan kesadaran dalam diri pemakai perpustakaan bahwa membaca sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam mencapai keberhasilan sekolah.

8. Melakukan berbagai kegiatan seperti lomba minat dan kegemaran membaca. Lomba ini bisa dilakukan oleh perpustakaan sekolah. Lomba minat baca sudah merupakan kegiatan yang selalu dilaksanakaan.

9. Memberikan penghargaan kepada siswa yang paling banyak meminjam buku di perpustakaan dalam kurun waktu tertentu.

10.Membantu peserta didik memperjelas dan memperluas pengetahuan pada setiap bidang studi. Keberadaan dan tujuan perpustakaan sekolah harus terintegrasi dengan seluruh kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai laboratorium ringan yang sesuai dengan tujuan yang terdapat di dalam kurikulum. 11.Mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan

belajar mandiri.

Berdasarkan peran diatas, sudah jelas bahwa perpustakaan sekolah ikut

berperan dalam membantu meningkatkan budaya baca, walaupun keberadaan

perpustakaan sekolah sampai pada saat ini kondisinya masih sangat

memprihatinkan, bukan saja pada segi fisiknya (gedung dan ruangan), tetapi juga

dari segi sistem pengelolaannya, sumber daya manusia, koleksi, dan alat

perlengkapan fisik lainnya.

Untuk mencapai tujuan perpustakaan, perpustakaan sekolah perlu dikelola

oleh pustakawan dengan tanggung jawab yang tinggi terhadap layanan.

Pustakawan sekolah harus mempunyai jiwa sabar, serta dituntut untuk memahami

apa arti pendidikan sesungguhnya.

Pustakawan hendaknya menciptakan suasana yang sesuai untuk hiburan

dan pembelajaran yang bersifat menarik, ramah serta terbuka bagi siapa saja tanpa

rasa takut dan curiga. Semua orang yang bekerja di perpustakaan sekolah harus

memiliki reputasi yang baik dalam kaitannya dengan anak dan orang dewasa.

Menurut buku pedoman perpustakaan sekolah (2006) peran utama

(20)

Memberikan sumbangan pada misi dan tujuan sekolah termasuk prosedur evaluasi dan mengembangkan serta melaksanakan misi dan tujuan perpustakaan sekolah. Dalam kerjasama dengan senior manajemen sekolah, administrator dan guru, maka pustakawan ikut dalam pengembangan rencana dan implementasi kurikulum. Pustakawan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan penyediaan informasi dan pemecahan masalah informasi serta keahlian dalam menggunakan berbagai sumber, baik tercetak maupun elektronik. Pengetahuan, keterampilan dan keahlian pustakawan sekolah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekolah tertentu. Di samping itu, pustakawan hendaknya memimpin kampanye membaca dan promosi bacaan anak, media dan budaya.

Sedangkan menurut Hermawan (2006 : 57) peranan pustakawan dalam

melayani penggunanya dan sangat beragam, misalnya :

Pada lembaga pendidikan seperti perpustakaan sekolah, di samping berperan sebagai pustakawan dapat pula berperan sebagai guru. Di perguruan tinggi dapat pula berperan sebagai dosen atau peneliti. Di perpustakaan khusus, di samping sebagai pustakawan peneliti, minimal sebagai mitra peneliti.

Dalam banyak hal pustakawan memainkan berbagai peran (berperan ganda) sebagai berikut:

1. Edukator

Sebagai educator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik, ia harus melaksanakan fungsi pendidik yaitu mendidik, mengajar dan melatih.

2. Manajer

Pada hakekatnya pustakawan adalah manajer informasi yang mengelola informasi pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain. Informasi yang banyak dan terdapat dalam berbagai wadah yang jumlah selalu bertambah harus dikelola dengan baik. Kebutuhan informasi pengguna merupakan dasar pengelolaan informasi.

3. Administrator

Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan dan dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil yang telah baik. Oleh karena itu, seorang pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas dibidang organisasi, system dan prosedur kerja.

2.2 Layanan Perpustakaan

Layanan perpustakaan adalah bentuk layanan yang diberikan petugas

(21)

Darmono (2007 : 165) layanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada

pemakai perpustakaan tentang hal-hal sebagai berikut :

1. Segala bentuk informasi yang dibutuhkan pemakai perpustakaan, baik untuk dimanfaatkan di tempat ataupun untuk dibawa pulang untuk digunakan di luar ruang perpustakaan.

2. Manfaat berbagai sarana penelusuran informasi yang tersedia di perpustakaan yang merujuk pada keberadaan sebuah informasi.

Sedangkan menurut Lasa Hs (2007 : 169) layanan perpustakaan adalah :

Merupakan upaya pemberdayaan yang dapat berupa penyediaan jasa sirkulasi, baca di tempat, pelayanan rujukan, penelusuran literatur, penyajian informasi terbaru, penyajian informasi terseleksi, pelayanan audio visual, pelayanan internet, bimbingan pemakai, jasa fotokopi, pelayanan reproduksi, pelayanan terjemahan, pelayanan pinjam antar perpustakaan, dan pelayanan konsultasi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa layanan perpustakaan adalah

jasa layanan yang diberikan oleh perpustakaan kepada para penggunanya dalam

memanfaatkan bahan pustaka yang dimiliki.

2.2.1 Jenis Layanan

Jenis layanan yang diberikan perpustakaan ada beberapa macam. Jenis

layanan biasanya juga dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan masyarakat yang

dilayaninya. Sebagaimana layaknya perpustakaan lain, perpustakaan sekolah

harus dapat memberikan layanan yang efektif, cepat dan professional terhadap

semua pengguna perpustakaan.

Menurut Darmono (2007:141) adapun jenis layanan yang dimiliki

perpustakaan adalah sebagai berikut :

1. Layanan sirkulasi adalah, suatu kegiatan di perpustakaan yang melayani peminjaman dan pengembalian buku

2. Layanan referensi ialah layanan yang tidak bisa dipinjamkan, hanya bisa dibaca dalam ruangan.

3. Layanan yang menyediakan tempat ruang membaca 4. Layanan akses internet

Sedangkan menurut Soeatminah (1992:38) pelayanan sirkulasi adalah

“kegiatan kerja berupa pemberian bantuan kepada pengguna perpustakaan dalam

(22)

Dari uraian di atas dapat di ketahui bahwa layanan sirkulasi adalah suatu

tempat yang melayani kegiatan yang ada di perpustakaan untuk melayani

peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. Layanan sirkulasi merupakan

layanan pokok yang dimiliki oleh perpustakaan, karena berhubungan langsung

dengan koleksi perpustakaan.

2.2.2 Koleksi Perpustakaan Sekolah

Koleksi merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan kegiatan layanan

di perpustakaan. Keberadaan koleksi harus dibina, dirawat, diatur secara tepat

sehingga memudahkan pengguna perpustakan dalam mencari bahan pustaka.

Jumlah koleksi harus selalu dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan.

Menurut Wiji Suwarno (2007 : 41) koleksi bahan pustaka ialah “Sejumlah

bahan pustaka yang telah ada di perpustakaan dan telah diolah (diproses),

sehingga siap dipinjamkan atau digunakan oleh pengguna perpustakaan”.

Sedangkan menurut Soeatminah (1992 : 30) adalah “Kumpulan buku atau

non buku yang disimpan secara sistematis, karena mempunyai kegunaan agar

setiap kali diperlukan dan dapat ditemukan kembali”.

2.2.3 Jenis Koleksi Perpustakaan Sekolah

Koleksi perpustakaan merupakan unsur penting dalam mewujudkan fungsi

perpustakaan dengan baik. perpustakaan menyediakan koleksi yang disesuaikan

dengan tujuan dan kebutuhan pengguna perpustakaan. Beberapa jenis koleksi

perpustakaan sebagai berikut :

Menurut Soeatminah (1992 : 10) buku teks atau buku pelajaran adalah

“suatu buku tentang satu bidang ilmu tertentu yang ditulis berdasarkan sistematika

dan organisasi tertentu sehingga memudahkan proses pembelajaranya baik oleh

guru maupun murid".

Sedangkan Menurut Wiji Suwarno (2011 : 64) buku teks penunjang adalah

sebagai berikut :

(23)

Merupakan jenis buku yang termasuk buku rujukan yang berisi ikhtisar pokok bahasan atau subyek tertentu mengenai suatu ilmu pengetahuan yang digunakan untuk petunjuk dalam penerapan praktiknya atau dalam pemberian pelajaran.

2. Buku pedoman.

Merupakan jenis buku yang termasuk sebagai buku rujukan yang berisi informasi cara melakukan suatu kegiatan.

2.2.4 Pengadaan Koleksi Bahan Pustaka

Dalam pengadaan koleksi bahan pustaka perlu meninjau kesesuaian

koleksi dengan kebutuhan pengguna. Sedangkan menurut Darmono (2007 : 58 ),

secara umum pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan mencakup 3

kegiatan utama yaitu :

1. Pemilihan atau seleksi bahan pustaka.

2. Pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar menukar, penerimaan hadiah dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan.

3. Inventarisasi bahan yang telah diadakan serta statistik pengadaan bahan pustaka.

Agar koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna maka

dalam pengadaan koleksi harus dilakukan pemilihan.

2.2.4.1 Pemilihan Koleksi

Pemilihan bahan pustaka merupakan langkah yang akan menjaga dan

meningkatkan efektivitas dan efisiensi

Menurut Soetminah (1992:76) ada empat prinsip dalam pemilihan bahan

pustaka yang harus di pilih secara cermat dan disesuaikan dengan cara sebagai

berikut :

1. Minat dan kebutuhan masyarakat pemakai.

2. Tujuan fungsi dan ruang lingkup layanan perpustakaan.

3. Kemajuan pengetahuan dan kekayaan jiwa dalam arti yang positif.

Sedangkan menurut Noerhayati (1988 : 294), prinsip-prinsip yang harus

dipedomani dalam memilih bahan pustaka yaitu :

1. Pilih buku yang tepat untuk pembaca perpustakaan.

(24)

3. Pilih buku-buku yang benar-benar dapat mengembangkan dan memperkaya kehidupan masyarakat yang kita layani.

4. Setiap koleksi perpustakaan seharusnya dibina menurut suatu rencana yang tertentu atas dasar fundasi umum yang luas.

5. Kualitas bahan-bahan haruslah dihubungkan/ada sangkut pautnya dengan dua standar pokok lainnya dari penyeleksian tujuan dan kebutuhan.

Dari uraian di atas dapat di ketahui bahwa prinsip dalam memilih bahan

pustaka yang harus dipedomani berlandasan pada kebutuhan pengguna,

berorientasi pada pengguna, sesuai dengan fungsi dan tujuan perpustakaan, dan

informasi yang akan disediakan merupakan informasi yang terbaru dan sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk menyesuaikan bahan pustaka dengan koleksi, pemilihan bahan

pustaka harus mempedomani prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka. Menurut

Darmono (2007 : 71) prinsip-prinsip pemilihan koleksi adalah sebagai berikut :

1. Semua bahan pustaka harus dipilih secara cermat, disesuaikan dengan keperluan pemakai dan menurut skala prioritas yang telah ditetapkan untuk perpustakaan sekolah umumnya perbandingan jenis bahan pustaka adalah 60% koleksi penunjang kurikulum baik buku paket, baik buku wajib maupun buku penunjang, dan 40% adalah koleksi umum baik fiksi maupun buku-buku tentang pengetahuan umum lainnya.

2. Pengadaan bahan pustaka didasarkan atas peraturan tertulis yang merupakan kebijakan pengembangan koleksi yang disahkan oleh penanggung jawab lembaga dimana perpustakaan bernaung. Untuk sekolah harus disahkan oleh kepala sekolah.

Sedangkan menurut Soeatminah (1992 : 67), prinsip pemilihan koleksi di

perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Relevansi, Pembinaan koleksi seharusnya relevan dengan tujuan perpustakaan. Karena setiap jenis perpustakaan mempunyai tujuan tersendiri yang berbeda satu sama lain.

2. Prinsip Individual (berorientasi kepada kebutuhan pemakai), pembinaan koleksi hendaknya berorientasi pada minat dan kebutuhan pemakai secara individual/pribadi agar dapat membantu perkembangannya.

3. Prinsip Kelengkapan, Koleksi perpustakaan diusahakan agar lengkap dan setiap jenis pustaka mendapat perhatian yang seimbang agar perawatan dan pemanfaatannya merata.

(25)

Dari uraian di atas dapat di ketahui bahwa prinsip dalam memilih bahan

pustaka yang harus dipedomani berlandasan pada kebutuhan pengguna,

berorientasi pada pengguna, sesuai dengan fungsi dan tujuan perpustakaan, dan

informasi yang akan disediakan merupakan informasi yang terbaru dan sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog

2.2.4.2 Cara Pengadaan Koleksi

Pengadaan koleksi bahan pustaka sebagai pengisian perpustakaan dengan

sumber-sumber informasi, maka perpustakaan perlu cara pengadaaan bahan

koleksi bahan pustaka. Menurut Sutarno NS (2006 : 177) pengadaan koleksi

bahan pustaka dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

1. Pembelian baik langsung maupun melalui pihak ketiga. 2. Melakukan tukar menukar.

3. Mendapatkan bantuan atau sumbangan.

4. Mengadakan seperti membuat foto kopi, membuat duplikasi, membuat CD, dan lain sebagainya.

5. Menerbitkan, termasuk di dalamnya membuat kliping Koran.

Sedangkan menurut Darmono (2007 : 58 ) secara umum pengadaan bahan

pustaka di lingkungan perpustakaan mencakup 3 kegiatan utama yaitu :

1. Pemilihan atau seleksi bahan pustaka.

2. Pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar menukar, penerimaan hadiah dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan. 3. Inventarisasi bahan yang telah diadakan serta statistik pengadaan

bahan pustaka.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa Pengadaan koleksi proses

menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Koleksi

yang diadakan suatu perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan

kebutuhan, lengkap dan terbitan mutakhir agar tidak mengecewakan pengguna

yang dilayani.

2.2.5 Penerimaan Bahan Pustaka

Penerimaan bahan pustaka adalah pendataan bahan pustaka yang menjadi

(26)

dilakukan pada buku induk (inventarisasi) atau komputer jika perpustakaan sudah

terautomasi.

Inventarisasi (pendataan) ini merupakan kegiatan yang mencatat koleksi

bahan pustaka yang menjadi hak milik perpustakaan dengan spesifik mulai dari

nomor induk, judul, pengarang, jenis, jumlah, harga dan informasi yang ada dalam

buku induk.

Menurut Soetminah (1992 : 81) inventarisasi adalah sebagai berikut :

1. Mencatat setiap eksemplar buku dalam buku induk.

2. Memberi nomor induk/inventarisasi setiap eksemplar buku dan mencatatnya dalam buku yang bersangkutan.

3. Majalah di catat dalam kartu majalah dalam kartu majalah agar mudah diketahui volume dan nomor edisi yang diterima.

4. Majalah yang dijilid diperlakukan sebagai buku.

5. Member cap/stempel milik pada setiap buku pada halaman tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangakn menurut Sutarno (2006 : 182) keterangan yang dicatat dalam

buku inventarisasi atau induk adalah :

1. Nama pengarang 2. Judul buku

3. Tanggal diterima di perpustakaan 4. Tahun terbit

5. Judul buku 6. Edisi

7. Nama penerbit

8. Bahasa yang dipakai: Indonesia/Inggris dan lain-lain

Dengan dilakukannya pendataan atau buku induk (inventarisasi), maka

kita dapat mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan, jumlah

eksemplar dan judul, jumlah eksemplar yang berbahasa Indonesia, asing dan

lain-lain. Kegiatan inventarisasi (pendataan) bertujuan untuk mengontrol kepemilikan

koleksi dan jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan. Dengan inventarisasi ini

perpustakaan dapat menyusun statistic bahan pustaka yang sudah atau belum

dimiliki perpustakaan.

2.3 Pengertian Membaca

Membaca mengandung pengertian sebagai suatu proses penafsiran dan

(27)

usahanya untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui kata-kata

atau bahasa tulis. Dari membaca juga salah satu keterampilan dalam

berkomunikasi.

Membaca merupakan suatu kegiatan yang terpadu dan mencangkup

beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya

dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud

bacaan. Farida Rahim (2005 : 3) sehubungan dengan hal diatas bahwa definisi

membaca mencakup antara lain ialah :

1. Membaca merupakan suatu proses, dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.

2. Membaca adalah strategis, pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.

3. Membaca merupakan interaktif, orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Sedangkan menurut Mulyati (2009 : 12) membaca adalah :

Keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Tetapi pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terinregrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

2.3.1 Prinsip-Prinsip Membaca

Membaca merupakan proses berpikir yang kompleks, atau juga disebut

sebagai kegiatan aktif reseptif. Hal ini terdiri dari sejumlah kegiatan mulai dari

memahami kata-kata atau kalimat yang ditulis oleh penulis, menginterpretasikan

konsep-konsep penulis serta menyimpulkannya.

Prinsip-prinsip membacapemahaman menurut Farida Rahim (2005 : 4)

seperti yang dikemukakan sebagai berikut ini :

1. Pemahaman merupakan proses kontruktivis social.

2. Keseimbangan dan kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

3. Guru membaca yang profesional mempengaruhi belajar siswa.

(28)

5. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

6. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.

7. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.

8. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. 9. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.

Sedangkan menurut Mulyati (2009) mengemukakan beberapa prinsip

membaca adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan tujuan membangun kemampuan membaca anak.

2. Pengajaran membaca harus senantiasa dilakukan melalui intraksi antara guru dan di kelas.

3. Pengajaran membaca harus senantiasa ditunjukkan guna membangun kemampuan anak berintraksi dengan teks.

2.3.2 Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencangkup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat

sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.

Menurut Farida Rahim (2005 : 9) mengemukakan beberapa yang penting dalam

membaca adalah sebagai berikut :

1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading fordetails or fact).

Yaitu menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh dan apa yang terjadi pada tokoh.

2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Yaitu mengetahui topik dan masalah yang terdapat dalam cerita, yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh.

3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).

Yaitu menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi dari awal hingga akhir cerita.

4. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi(reading for inference).

Yaitu mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka dan apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca

5. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk

(29)

Yaitu menemukan serta mengetahui sesuatu yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.

6. Membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

Yaitu menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.

7. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Yaitu menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehdupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.

Sedangkan menurut Mulyati (2009) membaca adalah :

Merupakan sarana untuk belajar bagi diri sendiri dan untuk rekreasi. Dia samping itu, membaca juga merupakan sarana untuk mengusir kesepian, jendela bagi kehidupan dan pelita yang tak pernah padam untuk memahami sesuatu. Dengan membaca mampu membawa masa lalu dan masa depan ke dalam masa kini. Dengan membaca kita memiliki tujuan yang jelas dalam membaca, maka akan memperkuat pemahaman kita terhadap bacaan, dengan pemahaman bacaan, akan terjadi interaksi antara bahasa dan pikiran kita. Selain itu kita juga bisa mengembangkan kemampuan konsentrasi dan arti yang lebih dalam.

Dari beberapa pendapat yang di atas, dapat diketahui bahwa tujuan utama

membaca adalah, untuk memperoleh makna atau manfaat yang tepat dari bacaan

yang dibacanya. Oleh karena itu akan menjadikan seseorang terus berpikir untuk

memahami makna yang terkandung dalam tulisan. Semakin banyak seseorang

membaca, semakin tertantang seseorang untuk terus berpikir terhadap apa yang

mereka telah baca.

Dengan membaca kita dapat memperoleh informasi yang bermanfaat bagi

kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi manfaat yang ingin diperoleh itu, tentu

saja memerlukan sejumlah jenis dan corak atau ragam buku sehingga kebutuhan

dan kenyataan individu setiap murid dapat terpenuhi dan tersalurkan secara tepat.

Menurut Mulyati (2009 : 15) adapun manfaat membaca adalah sebagai

berikut :

(30)

berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.

Sedangkan menurut Masri Sareb Putra (2008 : 7) dengan membaca buku

yang bermutu dapat memperoleh wawasan lebih luas ialah :

Dengan membaca buku bermutu, seseorang memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca, dengan orang yang membaca lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga budaya baca lebih terarah kepada budaya intelektual dari pada budaya hiburan yang dangkal. Karena itu, para pakar menyimpulkan, untuk membangun masyarakat yang beradab dan maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa membaca dapat

berpengaruh pada cara berpikir seseorang dalam melakukan segala aktifitas serta

daya analisis dalam menyelesaiakan segala macam persoalan dalam kehidupan

keseharianya. Dengan demikian minat dapat ditingkatkan agar kebiasaan baca

terus menjadi aktifitas yang tidak asing dalam kehidupan keseharian kita.

2.4 Pengertian Budaya Baca

Budaya baca diawali dari minat baca dan kemampuan membaca, minat

baca seseorang diartikan sebagai kecendrungan hati kepada suatu sumber bacaan

tertentu. Budaya baca merupakan persyaratan yang sangat penting di dunia

pendidikan yang harus di miliki oleh setiap murid. Melalui budaya baca, mutu

pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui budaya

bacalah dunia pendidikan dapat diwujudkan. Karena dengan kebiasaan membaca

seseorang dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus-menerus sepanjang

hidupnya. Dalam era informasi sekarang ini, mustahil kemajuan dapat dicapai

oleh suatu seseorang, jika seseorang itu tidak memiliki budaya baca.

Minat dan budaya baca, kedua istilah ini merupakan kata-kata yang

mengandung pengertian yang saling berhubungan. Minat seseorang terhadap

sesuatu, kecenderungan hati yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang terhadap

(31)

Menurut Sutarno (2006) minat baca seseorang dapat diartikan adalah

“sebagai kecenderungan hati yang tinggi orang tersebut kepada sumber bacaan

tertentu”.

Sedangkan menurut Wijiyanti (2007 : 6) minat baca adalah :

Merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Seorang yang mempunyai minat baca yang besar ditunjukan oleh kesediaan untuk mendapatkan bahan bacaan dan kemudian menjadi membaca atas keinginan sendiri.

Budaya adalah pikiran atau akal budi yang tercermin di dalam pola pikir,

sikap, ucapan dan tindakan seseorang di dalam hidupnya. Sedangkan membaca

adalah suatu kegiatan seseorang dengan menggunakan pengamatan melalui mata

dan pikiran untuk memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan

tulis, dan membaca merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh

informasi atau ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang ilmu.

Menurut Sutarno (2006 : 27) mengemukakan bahwa budaya baca adalah :

Suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Seorang yang mempunyai budaya baca adalah bahwa orang tersebut telah terbiasa dan berproses dalam waktu yang lama di dalam hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca.

Sedangkan menurut Rozin (2008) budaya membaca adalah :

Kegiatan positif rutin yang baik dilakukan untuk melatih otak untuk menyerap apa – apa saja informasi yang terbaik diterima seseorang dalam kondisi dan waktu tertentu. Sumber bacaan bisa diperoleh dari buku, surat kabar, tabloid, internet, dan sebagainya. Dianjurkan untuk membaca berbagai hal yang positif. Informasi yang baik akan membuat hasil yang baik pula bagi anda.

Bahwa budaya baca dapat diketahui, suatu sikap dan tindakan atau

perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan.

Seseorang yang mempunyai budaya baca adalah bahwa orang tersebut telah

terbiasa dan berproses dalam waktu yang lama didalam hidupnya selalu

menggunakan sebagian waktunya untk membaca.

2.4.1 Faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca

Minat yang dimiliki oleh setiap pelajar pastinya berbeda-beda, dengan kata

(32)

dengan minat terhadap membaca. Minat membaca tiap individu siswa tidaklah

sama, ada pelajar yang suka dan hobi membaca dan ada pula yang tidak hobi

membaca.

Namun, minat baca setiap orang siswa juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti yang dikemukakan oleh dalam Supriyadi (1986 : 75) menyatakan

bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi minat baca seseorang siswa adalah

sebagai berikut :

1. Kondisi fisik, memang menjadi hal utama yang menjadi perhatian karena dengan kondisi fisik yang baik dan sehat, maka keadaan seseorang siswa akan stabil. Hal itulah yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap aktivitas yang ia lakukan, misalnya saja kegiatan membaca buku. Apabila kondisi fisiknya sehat, maka ia akan merasa senang dan suka untuk membaca.

2. Kondisi mental, kondisi mental seseorang siswa juga sangat berpengaruh terhadap aktivitasnya sehari-hari. Apabila mental seseorang sedang jatuh, maka pelajar tersebut tidak akan merespon dengan baik apa yang akan ia kerjakan, misanya saja membaca buku. Sebaliknya, jika mental pelajar tersebut bagus, maka ia akan merasa senang dan suka untuk melakukan kegiatan membaca.

3. Status emosi juga sangat berpengaruh terhadap kondisi tiap individu siswa. Apabila kondisi emosinya stabil dan baik, maka ia senang dan ringan dalam melakukan kegaitan yang ia sukai, misalnya kegiatan membaca buku. Namun, apabila emosinya sedang labil, maka seorang pelajar tersebut juga enggan bahkan tidak mau untuk melakukan kegiatan apapun, tak terkecuali kegiatan membaca.

4. Lingkungan sosial setiap individu siswa pastinya berbeda-beda. Jika lingkungan sosial tempat individu siswa tinggal adalah lingkungan yang baik, dalam artian lingkungan masyarakat yang suka membaca, maka si pelajar tersebut secara tidak langsung akan mulai suka dengan membaca, padahal ia sebenarnya tidak hobi membaca. Namun, apabila lingkungan tempat tinggal si pelajar tidak sehat, dalam artian kondisi masyarakat yang amburadul, maka ia pun juga akan terpengaruh menjadi amburadul dan cenderung atau tidak mau melakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti kegiatan membaca.

Sedangkan menurut Mudjito (1994 : 87) faktor-faktor internal yang

mempengaruhi pembinaan minat baca di dalam perpustakaan, antara lain meliputi:

1. Kurangnya tenaga pengelola perpustakaan. 2. Kurangnya dana pembinaan minat baca. 3. Terbatasnya bahan pustaka.

4. Kurang bervariasinya jenis layanan perpustakaan. 5. Terbatasnya ruang perpustakaan.

(33)

8. Kurangnya promosi/pemasyarakatan perpustakaan.

Dengan demikian minat baca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh

seorang siswa melainkan harus dibentuk. Perlu suatu upaya, terutama dari

kalangan pendidik, di samping dari lingkungan keluarganya sebagai lingkungan

terdekat, untuk melatih, memupuk, membina, dan meningkatkan minat baca.

Minat sangat memegang peranan penting dalam menentukan langkah yang akan

kita kerjakan. Walaupun motivasinya sangat kuat tetapi jika minat tidak ada, tentu

kita tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula

halnya kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa

minat seseorang akan sukar melakukan kegiatan membaca.

2.4.2 Upaya Menumbuhkan Minat Baca

Menumbuhkan minat membaca adalah suatu hal yang akan selalu

mengemuka, terutama pada kalangan pelajar. Dampak yang dirasakan saat ini,

membaca belum menjadi suatu budaya dalam diri siswa. Salah satu hal yang

mungkin bisa kita lakukan atau yang dapat dilakukan oleh kalangan pendidik

terhadap anak didiknya adalah memberi tugas membaca dan menulis isi dari buku

yang mereka baca, lalu memberikan penghargaan dari tugas mereka. Tujuannya

adalah untuk menumbuhkan budaya membaca.

Menurut Sutarno (2006: 292) memberikan masukan dalam hal upaya

meningkatkan minat baca dan kebiasaan membaca ditingkatan masyarakat pelajar

anatara lain :

1. Memperbaiki dan meningkatkan sarana prasarana pada setiap perpustakaan.

2. Memperbaiki silabus atau sistem belajar mengajar di setiap sekolah. 3. Mengadakan lomba penulisan karya ilmiah bagi pelajar.

4. Membentuk club pecinta buku. 5. Membuat program buku murah.

Sedangkan menurut Darmono (2007) adapun kegiatan untuk

meningkatkan minat baca dan kebiasaan membaca, pada perpustakaan sekolah

sebagai berikut :

(34)

3. Mengajak siswa belajar ke perpustakaan. 4. Penyelenggaraan lomba membaca.

5. Memilih siswa teladan yang telah membaca buku terbanyak. 6. Pemotivasian penerbitan majalah sekolah.

7. Penyelenggaraan pameran buku.

8. Penugasan siswa membantu pustakawan di perpustakaan sekolah. 9. Memotivasi siswa agar banyak membaca pada waktu luang.

Beberapa langkah diatas adalah sebagai terkecil dari banyak solusi yang

harus dilakukan oleh pustakawan dan guru sebagai penentu maju mundurnya

suatu perpustakaan dalam meningkatkan minat baca dan kebiasaan membaca

murid. Hal ini akan bisa terlaksana dengan baik ketika pustakawan mampu

mebangun komunikasi yang baik dengan elemen-elemen yang memiliki hubungan

atau keterkaitan dengan dunia perpustakaan.

Guru perlu bekerja sama dengan orang tua murid untuk memotivasi dan

membimbing siswa untuk mencintai buku sejak awal. Karena itu upaya

pengembangan atau peningkatan minat baca dan kebiasaan membaca pada setiap

murid.

Adapun kerangka konsep untuk menumbuhkan minat membaca sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Kerangka konsep minat baca

Konsep dukungan orangtua adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan

atau bantuan yang diterima dari orang tua dalam bentuk emosional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi untuk memenuhi

kebutuhan anaknya.

Dukungan Orangtua

KonsepDiri

(35)

Konsep diri adalah suatu gambaran dan penilaian tentang perasaan,

kepercayaan dan nilai yang diketahui individu dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain. Data mengenai konsep diri diperoleh peneliti

melalui skala berdasarkan aspek-aspek konsep diri yang meliputi pengetahuan,

harapan dan penilaan.

Minat baca siswa adalah suatu keinginan atau kemampuan seseorang yang

mendorong dan dengan perasaan senang untuk membaca serta mengetahui

manfaat dan mampu memahami bacaan yang dibaca. Data mengenai minat

membaca diperoleh peneliti melalui skala. Skala minat membaca diperoleh

berdasarkan aspek-aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca,

kesadaran manfaat akan membaca, frekuensi membaca.

2.4.3 Tahapan Menuju Budaya Baca

Adakah tahapan-tahapan menuju budaya baca? Ada. Namun tidak mudah

menyelesaikan secara saksama. Sebab, sering budaya baca tidak diawali dari

urutan biologis, atau sesuai dengan kronologi waktu. Budaya baca tidaklah linear,

yang diawali dari seseorang mulai mengenal huruf dan membaca, sampai jadi

kutu buku, dan hingga ia merasa buku benar-benar menjadi bagian dari

kehidupannya.

Fakta menunjukkan, ada orang yang sudah mulai suka membaca pada

waktu TK, ada yang waktu SD, ada yang waktu SLTA, namun ada pula yang

ketika sudah masuk perguruan tinggi.

Ini kalau yang bersangkutan menempuh jalur pendidikan formal. Namun,

ada juga orang yang tidak menempuh pendidikan formal dan autodidak yang

gemar membaca. Bahkan, tokoh seperti Adam Malik mantan wakil presiden RI

dari 23 Maret 1978-1983, ia tidak berpendidikan formal tinggi, hanya SD.

Namun, karena gemar membaca dan autodidak, salah satu pendiri Kantor Berita

antara ini memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diakui setara, bahkan

melebihi seorang akademisi. Berkat belajar mandiri, Adam Malik berhasil dalam

kehidupannya. Menduduki berbagai pos penting di lembaga negara. Sebagai

(36)

memengaruhi banyak orang. Sebagai diplomat, ia berhasil menyelesaikan konflik

politik antara indonesia dan malaysia.

Menurut Sutarno (2006 : 28) sehubungan dengan minat, kebiasaan, dan

budaya baca tersebut, paling tidak ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu :

1. Adanya kegemaran karena tertarik bahwa buku-buku tersebut dikemas dengan menarik, baik disain, gambar, bentuk dan ukurannya.

2. Setelah kegemaran tersebut di penuhi dengan ketersediaan bahan dan sumber bacaan yang sesuai dengan selera, ialah terwujudnya kebiasaan membaca.

3. Jika kebiasaan membaca itu dapat terus menerus dipelihara, tanpa gangguan media elektronik, yang bersifat entertainment, dan tanpa membutuhkan keaktifan fungsi mental.

Sedangkan menurut Mary Leonhardt (1993) yang di kutip dalam bukunya

Masri Sareb Putra terdapat sembilan tahapan menuju budaya baca sebagai berikut:

1. Tidak sengaja membaca, bisa dialami oleh siapa saja dan dimana saja. Ketika sedang naik kendaraan, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, mata kita tidak sengaja membaca tulisan. Baik iklan atau tulisan dikendaraan, maupun tulisan di dinding. Bahkan, kalau truk di dekat kita, tulisan truk pasti mencolok mata. Dari tulisan yang sopan, hingga tulisan yang seronok, hampir selalu ada di truk. Misalnya, anak jalanan, kunanti cintamu, kutunggu jandamu dan sebagainya. Dan kita tidak sengaja membacanya, tapi kebetulan saja pada saat itu, mata kita terarah pada tulisan. Ini adalah tahap pertama membaca, tidak sengaja, atau secara kebetulan.

2. Membolak-balik majalah dan buku secara acak, untuk menemukan topik yang menarik, adalah awal yang baik menuju budaya baca. Kalau sudah menemukan bagian yang dirasa menarik, maka akan dibaca sampai tuntas.

3. Membaca komik dan surat kabar, banyak orang tua dan pendidikan melarang anak membaca komik. Alasannya, komik kurang mendidik. Pasti tidak semua komik adalah bacaan yang buruk, bukankah masih bisa dipetik satu hikmah di dalamnya, jangan melakukannya yang buruk! Kalau misalnya di dalam komik itu masih terdapat lebih dari satu unsur baiknya, pasti bacaan itu sangat berguna.

(37)

antara Jatim dan Bali ini, terdapat restoran, sekaligus gerai Vision 03. Tak menyia-nyiakan kesempatan, saya membeli buku pertama yang saya baca itu sebagai monumen. Meski puluhan tahun lalu pernah membacanya sampai tuntas, saya ingin mengulang membacanya lagi. Tidak merasa bosan, bacaan itu saya baca lagi sampai tamat.

5. Bacaan tertentu, orang hanya mau dan menyukai bacaan itu saja. Misalnya, komik saja, atau novel saja. Bahkan, hanya menyukai jenis bacaan komik saja, bisa jadi seseorang fanatik pada pengarang tertentu. Menyukai novel, hanya suka pengarang tertentu. Kalau anak anda, atau bahkan anda sendiri demikian, jangan cemas. Teruskan saja membaca! Menyukai bacaan tertentu, suatu saat akan beralih ke bacaan yang lain. 6. Pengembangan secara umumnya, kutu buku tidak akan berhenti

membaca dan mengelana. Kalau sudah menemukan hiburan dalam buku, yang lain akan ditinggalkan. Waktu untuk menonton TV akan semakin berkurang.

7. Bacaan yang lebih luas, seseorang merasa tidak puas hanya dengan membaca jenis bacaan tertentu. Ia mulai merasa haus buku. Tidak hanya ia menemukan di dalam buku informasi yang penting buatnya, ia juga menemukan hiburan. Dari awal mula membaca novel, ia memperluas bacaannya ke buku-buku serius, misalnya buku informasi atau buku how to.

8. Mencari buku sendiri, seseorang tidak lagi menunggu. Kalau tidak tersedia di perpustakaan pribadi di rumah, ia mencarinya keluar ke perpustakaan lain. Kalau tidak ada di sana, ia mencarinya ke toko buku. Mencari buku sendiri ini, menimbulkan bukan saja kesenangan, tapi juga kebanggaan. Biasanya, pada tahapan ini seseorang yang sudah memiliki perpustakaan pribadi. Koleksi pribadinya sudah cukup banyak, setelah sekian lama membeli dan mengoleksi. Setiap bulan, sudah ada pos pembelian buku yang jumlahnya bervariasi. Tentu tidak semua orang pada tahapan ini bisa menyamai penulis dan signer seperti Andrias Harefa atau Eduard Depari yang sebulan menghabiskan Rp 2 juta hanya untuk membeli buku, satu bulan, satu buku, sudah cukup memadai. Sekian tahun mencari buku sendiri. Anda akan mengumpulkan puluhan atau bahkan ratusan buku. Saya mencapai tahapan ini kira-kira enam tahun lalu saat memasuki usia 40 tahun. Sejak itu, saya rutin membeli buku. Sebab buku yang saya beli itu pasti memnghasilkan lebih dari biaya yang dikeluarkan. Kalau tidak diulas dan ditulis menjadi resensi setelah dibaca, buku itu menjadi referensi saya menulis. Kini koleksi buku pribadi saya baru 3 ribu judul.

(38)

dalam waktu tidak terlalu lama. Seseorang yang ketika ujian wacana misalnya, kalau tidak bisa membaca, akan lama mengenalisis. Tapi orang yang suka membaca, akan cepat terbiasa, karena neoron (syarafnya) akan terbiasa bekerja.

Setelah tahap-tahap tersebut dapat di lalui dengan baik, maka pada diri

seseorang tersebut mulai terbentuk adanya suatu budaya baca. Sebuah budaya

baca memberikan corak warna, yang tergambarkan dalam pola, sikap, perilaku,

seperti bagaimana cara pandang dan respon dalam kehidupan sehari-hari yang apa

(39)

BAB III

PERAN PERPUSTAKAAN MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) 1 MEDAN DALAM MENINGKATKAN BUDAYA BACA SISWA

3.1 Sejarah Singkat Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan memiliki sejarah yang panjang.

MTsN 1 Medan, pada mulanya merupakan satu-satunya Madrasah Tsanawiyah

Negeri di kota Medan. Gedung sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan

ketika itu menumpang kepada Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Medan di

Jalan Pancing No. 7A. Pada tahun 1984 dibangunlah gedung MTsN di Jalan

Pertahanan Patumbak. Pada awalnya terdapat 9 ruang kelas di Patumbak.

Sementara itu, gedung di Jalan Pancing masih tetap beroperasi. Dengan demikian,

MTsN memiliki dua gedung.

Pada tahun 1990 dibangun gedung MTsN 1 Medan di Jalan Peratun dan

siswa yang berada di lokasi Jalan Pancing pindah ke Jalan Peratun. Sejalan

dengan perubahan kebijakan pendidikan, PGAN dihapus dan berubah menjadi

MAN 2 Medan. Pada tahun 1996 MTsN Medan dipisah menjadi dua, yaitu lokasi

Patumbak menjadi MTsN 1 Medan dan lokasi di Jalan Peratun menjadi MTsN 2

Medan. Guru-gurunya diberikan pilihan, mengajar di Patumbak atau di Jalan

Peratun. Biasanya, guru memilih dengan mempertimbangkan kedekatan tempat

tinggal mereka dengan sekolah.

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan berada di jalan Pertahanan

Patumbak Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan,

Provinsi Sumatera Utara. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan terletak di atas

tanah seluas 14908 m² dan luas bangunan 2078 m². adapun jumlah rombongan

belajar (ROMBEL) 28 kelas, yaitu kelas 7 (10 kelas), kelas 8 (9 kelas), kelas 9

(9 kelas). kelas reguler 22 kelas, kelas plus (6 kelas). kelas reguler belajar sampai

pukul 14.00 dengan kurikulum KTSP. sedangkan, kelas plus, belajar sampai pukul

17.30 (full dayschool) dengan kurikulum KTSP dan kurikulum plus dengan mata

(40)

3.1.1 Visi Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan

Visi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan adalah mewujudkan insan

cendekia yang bertaqwa.

Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan sebagai berikut :

1. Membentuk siswa menguasai, mengamalkan iman dan taqwa dan ilmu

pengetahuan teknologi.

2. Meningkatkan mutu lulusan yang berdaya asing.

3. Meningkatkan kualitas tenaga pendidikan dan kependidikan.

4. Menjalin kerja sama yang harmonis antar warga madrasah, masyarakat

dan lembaga terkait dalam peningkatan mutu lulusan.

5. Menciptakan Madrasah berprestasi berskala regional dan nasional.

6. Meningkatkan keterampilan siswa melalui kegiatan produktif dan

ekstrakurikuler.

7. Mengembangkan perilaku hidup sehat dan bersih melalui program

berwawasan lingkungan.

8. Meningkatkan sarana dan prasarana pembelajaran berkualitas secara

berkesinambungan.

3.1.2 Fasilitas Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Medan

1. Lab. MIPA (Biologi/Kimia)

2. Lab. Bahasa

3. Lab. Komputer

4. Lab.Keterampilan Agama (Musholla AL-Abror)

5. Lab. Fisika/Elektronik

6. Perpustakaan

7. Sarana OR Multiguna

8. Sanggar UKS

9. Sanggar Seni Pondok Bambu

10.Lapanga Upacara

11.OPL Corner

12.Ruangan Kepala

(41)

14.Ruang BK

15.Ruang OSIS/Komite

16.Pondok ABADIKA (Area Baca Di Ruang Terbuka)

17.Klinik Mata Pelajaran Dan AL-Qur’an

18.Kantin

3.1.3 Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan

Struktur organisasi berhubungan dengan komunikasi, kordinasi dan

pengawasan struktur yang baik harus dapat member efisiensi kerja, system

komunikasi sebagaimana struktur organisasi tersebut menentukan tatahubungan

dan tanggung jawab antara bagian atau unit dan individu dalam sekolah MTsN 1

Medan dan organisasi induknya.

Berikut ini adalah gambar struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah

Negeri 1 Medan secara makro :

Gambar 3.1: Struktur organisasi MTsN 1 Medan

(42)

3.2 Sejarah Perpustakaan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan

Berbicara tentang perpustakaan, pada tahun 1984 sampai dengan 1987,

belum ada perpustakaan, yang ada adalah lemari dan rak-rak penyimpan buku.

Pada tahun 1988 sampai dengan 1994 sudah ada ruang perpustakaan dengan

ukuran 8 x 8 tetapi belum melaksanakan pelayanan yang baik layaknya

perpustakaan. Pada tahun 1994 sampai dengan 2005, perpustakaan sudah

menjalankan manajemen perpustakaan. Pada tahun 2006, perpustakaan

dipindahkan ke lokasi yang lebih luas dengan ukuran 8 x 24 atas bantuan

Gubernur Sumatera Utara. Perpustakaan MTsN 1 Medan menjadi sumber belajar

dengan sumber ilmu pengetahuan.

3.2.1 Fungsi Dan Tujuan Perpustakaan MTsN 1 Medan

Perpustakaan Madrash Tsanawiyah Negeri 1 Medan telah melakukan

fungsinya dalam meningkatkan minat baca dan budaya baca warga MTsN 1

Medan berusaha mengembangkan perpustakaan dengan mempeluas areal

perpustakaan, penambahan koleksi buku dan pengadaan pustaka digital. Namun

barsamaan dengan itu, madrasah mengalami tantangan dalam mewujudkan

prospek ini berupa kesulitan pengumpulan dana. Karena pandangan masyarakat

pada umumnya dan orang tua siswa pada khususnya bahwa madrash tidak perlu di

bantu lagi karena sudah madrasah telah mendapatkan dana BOS (Bantuan

Operasi Sekolah), padahal peruntukan dan BOS itu sudah ada

ketentuan-ketentuannya. Dana yang bisa diambil untuk perpustakaan hanya penambahan

koleksi buku tidak bisa untuk perluasan gedung. Namun, madrasah tetap

menganggap tantangan sebagai peluang dengan kemandiriannya berupa setahap

demi setahap mewujudkan prospek ini.

Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, perpustakaan MTsN 1 Medan

memiliki tujuan dan fungsi yang sama dengan tujuan sekolah MTsN 1 Medan

tempatnya bernaung dibawah ini dapat di lihat visi, misi serta tujuan perpustakaan

(43)

3.2.2 Tujuan

1. Meningkatkan mutu lulusan yang berdaya asing

2. Menigkatkan kualitas tenaga pendidikan dan kependidikan.

3. Menciptakan madrasah yang berprestasi berskla regional dan nasional.

4. Mengembangkan perilaku hidup sehat dan bersih melalui program

berwawasan lingkungan.

5. Menigkatkan sarana dan prasarana pembelajaran berkualitas secara

berkesinambungan.

3.2.3 Visi Misi Perpustakaan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan

Visi : Menjadi perpustakaan sekolah terbaik untuk sumber belajar dalam

meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan teknologi dan iman dan taqwa.

Misi : Menyediakan informasi dan cepat. Persediaan bahan pustaka yang

membantu siswa dan guru dalam proses belajar. Menjadi perpustakaan sebagai

jantung pendidikan Madrasah. Meningkatakan minat dan budaya baca warga

Madrasah.

3.2.4 Struktur Organisasi Perpustakaan MTsN 1 Medan

Gambar 3.2 : Struktur Organisasi Perpustakaan MTs N 1 Medan

3.2.5 Personalia

Sebuah perpustakaan tidak akan dapat menjalankan kegiatan serta

mencapai tujuanya tanpa keberadaan sejumlah pegawai. Oleh karena itu sebuah

perpustakaan sangat membutuhkan sejumlah pegawai yang dapat menjalankan

KEPALA PERPUSTAKAAN

PEGOLAHAN MELODY PEMBACA

JULIANA SIRKULASI

Gambar

Gambar 2.1 : Kerangka konsep minat baca
Gambar 3.1: Struktur organisasi MTsN 1 Medan
Gambar 3.2 : Struktur Organisasi Perpustakaan MTs N 1 Medan
Tabel 3.1 : Pustakawan MTsN 1 Medan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Model pengelolaan yang ditetapkan sekolah dalam upaya meningkatkan minat baca siswa diantaranya (a) melibatkan peran aktif guru dan pengelola perpustakaan dalam penetapan program,

Hal ini senada dengan Dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan minat baca siswa Madrasah Aliyah Negeri Mangempang Barru salah satunya dilakukan dengan menambah

1) Sebagai bahan informasi tentang peran perpustakaan dalam meningkatkan minta baca siswa di SD Negeri 6 Batu Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang. 2) Sebagai sumbangan

1. Penyelenggaraan jam-jam cerita di perpustakaan sekolah. Pemberian tugas membaca. Pemberian tugas pembuatan abstraksi. Memotivasi penyelenggaraan majalah dinding..

Berhubung karena sekolah masih berbasis online maka di tahap ini tindakan yang dilakukan oleh peneliti kurang lebih sama dengan tindakan pada tahap siklus II yaitu

Peran layanan Perpustakaan keliling Dalam Meningkatkan Minat baca Masyarakat (Studi Kasus: Masyarakat Simpang Selayang, Medan Tuntungan). Medan: Departemen Studi Ilmu Perpustakaan

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa, pengelola di perpustakaan sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN) Bau-bau sudah cukup kreatif, mereka melaksanakan perannya sudah cukup

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran warga sekolah dalam memanfaatkan perpustakaan untuk meningkatkan minat baca siswa di SD N Gembongan yaitu: