• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DABIN I KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DABIN I KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI

TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR

NEGERI DABIN I KECAMATAN CILACAP TENGAH

KABUPATEN CILACAP

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Luthfi Nurul Hidayathi 1401411575

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini

benar-benar karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik

sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat pada

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang

Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Semarang.

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juni 2015

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Dabin I Kecamatan

Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap” oleh Luthfi Nurul Hidayathi 1401411575,

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada

tanggal 10 Juni 2015.

PANITIA UJIAN

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

1. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati

menjadi tentram (Qs.Ar-Ra’d ayat 28)

2. Segala hal yang berasal dari hati akan kembali ke hati. Bekerjalah,

berjuanglah, berbicaralah dengan hatimu (Edvan M. Kautsar)

3. Kesulitan datang bersama kemudahan. Tidak mungkin hati dipedihkan

tanpa pembahagiaan ( Mario Teguh)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan

untuk :

1. Ibu Siti Cholimah, Bapak

Budiyono, adik-adikku, dan

keluarga besar yang selalu

memberi dukungan dan doa.

2. Sahabat dan teman-teman yang

telah memberikan semangat

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Dabin I

Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberi kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan FIP Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Universitas

Negeri Semarang yang telah mempermudah administrasi dalam penyusunan

skripsi.

4. Drs. Suhardi, M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan

bimbingan dalam menyusun skripsi.

5. Kepala sekolah dasar negeri di daerah binaan I Kecamatan Cilacap Tengah

(7)

vii

6. Seluruh guru sekolah dasar negeri di daerah binaan I Kecamatan Cilacap

Tengah yang telah memberikan partisipasinya dalam penelitian ini.

7. Sahabat dan teman yang telah memberikan dukungan dan motivasinya.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan

lindungannya kepada pihak-pihak yang terkait serta membalasnya dengan lebih

baik.

Tegal, Mei 2015

(8)

viii

ABSTRAK

Hidayathi, Luthfi Nurul. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi berprestasi terhadap Kinerja Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Suhardi, M.Pd.

Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah; Motivasi Berprestasi; Kinerja Guru;

Guru merupakan suatu komponen penting dalam proses kegiatan pembelajaran. Setiap guru pasti memiliki suatu kinerja. Kinerja guru memiliki peranan penting dalam pencapian tujuan suatu pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, antara lain adalah gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi. Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang ideal akan memberikan pengaruh terhadap kinerja guru. Selain itu, motivasi berprestasi yang dimiliki oleh guru juga merupakan suatu faktor internal yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja guru.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerj guru. Variabel yang diteliti dalam peneitian ini ada 3 yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel bebas 1 (X1), motivasi berprestasi ebagai variabel bebas

2 (X2), dan kinerja guru sebagai variabel terikat (Y).

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 115 responden dengan sampel sebanyak 90 yang diambil melalaui teknik Simple Random Sampling.

Uji Prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji hipotesis meliputi uji analisis regresi berganda (R), uji analisis determinasi (R2), dan uji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji F).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru; (2) ada pengaruh antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru; (3) ada pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru; (4) gaya kepemimpinan memberikan sumbangan pengaruh sebesar 13,2% terhadap kinerja guru ; (5) motivasi berprestasi memberikan sumbangan sebesar 27,7% terhadap kinerja guru; dan (6) gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi secara bersama-sama memberikan sumbangan pengaruh sebsear 28,7% terhadap kinerja guru.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ... ... i

Pernyataan ... ii

Persetujuan Pembimbing ... iii

Pengesahan ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Prakata ... vi

Abstrak ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

Bab ... 1

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 10

1.6 Manfaat Penelitian ... 11

2. KAJIAN PUSTAKA ... 13

(10)

x

2.1.1 Kinerja Guru... 13

2.1.2 Motivasi ... 26

2.1.3 Kepemimpinan ... 31

2.2 Hubungan Antar Variabel ... 46

2.3 Kajian Empiris ... 47

2.4 Kerangka Berpikir ... 53

2.5 Hipotesis Penelitian ... 57

3. METODE PENELITIAN ... 59

3.1 Desain Penelitian ... 59

3.2 Populasi dan Sampel ... 60

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 64

3.4 Variabel Penelitian ... 65

3.5 Definisi Operasional ... 66

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.7 Instrumen Penelitian ... 70

3.8 Teknik Analisis Data ... 76

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 84

4.2 Analisis Deskriptif ... 86

4.2.1 Kinerja Guru ... 86

4.2.2 Motivasi Berprestasi ... 92

4.2.3 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 97

(11)

xi

4.4 Uji Hipotesis ... 109

4.5 Pembahasan ... 124

4.5.1 Kinerja Guru ... 124

4.5.2 Motivasi Berprestasi ... 125

4.5.3 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 126

5. PENUTUP ... 129

5.1 Simpulan ... 129

5.2 Saran ... 130

Daftar Pustaka ... 132

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 61

3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 64

3.3 Skala Likert ... 71

3.4 Uji Validitas Angket Kinerja Guru ... 73

3.5 Uji Validitas Angket Motivasi Berprestasi ... 73

3.6 Uji Validitas Angket Kinerja Guru ... 74

3.7 Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Guru ... 75

3.8 Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Berprestasi ... 75

3.9 Uji Reliabilitas Variabel Gaya Kepemiminan Kepala Sekolah .. 76

4.1 Deskripsi Skor Variabel Kinerja Guru ... 87

4.2 Kategori Skor Variabel Kinerja Guru ... 89

4.3 Kriteria Skor Variabel Kinerja Guru Per Responden ... 89

4.4 Rekapitulasi Persentase Variabel Kinerja Guru ... 90

4.5 Deskripsi Skor Variabel Motivasi Berprestasi ... 93

4.6 Kategori skor Variabel Motivasi Berprestasi ... 95

4.7 Kriteria Skor Variabel Motivasi Berprestasi Per Responden ... 95

4.8 Rekapitulasi Variabel Persentase Motivasi Berprestasi ... 96

4.9 Deskripsi Skor Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah.. ... 98

4.10 Kategori Skor Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah .. 100

(13)

xiii

Per Responden ... 101

4.12 Rekapitulasi Persentase Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 101

4.13 Hasil Uji Normalitas ... 104

4.14 Hasil Uji Linieritas X1 dan Y ... 105

4.15 Hasil Uji Linieritas X2 dan Y ... 105

4.16 Hasil Uji Multikolinearitas ... 106

4.17 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 107

4.18 Hasil Uji Autokorelasi ... 108

4.19 Tabel Durbin Watson ... 109

4.20 Hasil Analisis Regresi Linier X1 terhadap Y ... 110

4.21 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 111

4.22 Hasil Regresi Linier X2 terhadap Y ... 113

4.23 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 114

4.24 Hasil Analisis Regresi Linier X1 dan X2 terhadap Y ... 116

4.25 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 117

4.26 Hasil Analisis Korelasi ... 120

4.27 Koefisien Determinasi X1 dan Y ... 121

4.28 Koefisien Determinasi X2 dan Y ... 121

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah ... 135

2. Daftar Nama Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Sebagai Uji Coba Soal ... 141

3. Daftar Nama Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Sebagai Sampel Penelitian ... 143

4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 148

5. Soal Uji Coba Instrumen ... 151

6. Skor Uji Coba Instrumen ... 165

7. Lembar Uji Coba Validitas Logis Instrumen Penelitian ... 175

8. Instrumen Penelitian ... 191

9. Perolehan Skor Instrumen Penelitian... 201

10. Lembar Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Guru ... 216

11. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran ... 217

12. Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba (X1)... 221

13. Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba (X2)... 222

14. Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba (Y) ... 223

15. Hasil Output Uji Reliabilitas (X1)... 224

16. Hasil Output Uji Reliabilitas (X2)... 225

17. Hasil Output Uji Reliabilitas (Y) ... 226

18. Hasil Output Uji Normalitas ... 227

19. Hasil Output Uji Linieritas ... 228

20. Hasil Output Uji Multikolinearitas ... 229

21. Hasil Output Uji Heteroskedatisitas ... 230

22. Hasil Output Uji Autokorelasi ... 231

23. Hasil Output Analisis Regresi Linier Sederhana X1 terhadap Y ... 232

24. Hasil Output Analisis Regresi Linier Sederhana X2 terhadap Y ... 233

(16)

xvi

26. Hasil Output Analisis Korelasi Berganda ... 235

27. Hasil Analisis Koefisien Determinasi X1 terhadap Y ... 236

28. Hasil Analisis Koefisien Determinasi X2 terhadap Y ... 237

29. Hasil Analisis Determinasi X1 dan X2 terhadap Y ... 238

30. Surat Ijin Mengadakan Penelitian dari PGSD UPP Tegal ... 239

31. Surat Keterangan Ijin Penelitian dari Kesbangpol Kabupaten Cilacap ... 240

32. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari SD Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah ... 241

33. Jadwal Penelitian ... 252

(17)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Menurut Sardiman (1992) dalam Kurniadin dan Machali (2014: 113)

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorag untuk menjadi dewasa atau

mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi. Selanjutnya Hasibullah (2005) dalam

Kurniadin dan Machali (2014:113) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha

manusia yang dilakukan manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan

nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Pengertian pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20

tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2003 pasal 3.

(18)

Untuk mewujudkan pendidikan yang baik, Peraturan Pemerintahan Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005)

menyatakan ada delapan standar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan

pendidikan. Kedelapan standar yang dimaksud meliputi: standar isi, standar

proses, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prsarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Salah satu standar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendidikan

adalah standar kopetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1

menyebutkan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah”.

Guru sebagai komponen yang penting dalam proses pembelajaran harus

memiliki empat kompetensi yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 16 Tahun 2007 mengenai kualifikasi dan kompetensi. Empat

kompetensi yang harus dimiliki guru tersebut adalah kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetesni profesional, dan kompetensi sosial. Dari

empat kompetensi yang haru dimiliki oleh guru tersebut dapat menjadi gambaran

(19)

Sianipar dalam Susanto (2013:28) menyatakan bahwa kinerja sebagai hasil

dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu periode waktu

tertentu atau perwujudan dari hasil perpaduan yang sinergis akan terlihat dari

produktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaanya.

Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 14) kinerja guru dapat diartikan sebuah

tingkat keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai

dengan tanggung jawab berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan untuk

mencapai tujuan pendidikan.

Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kinerja guru yang baik

memerlukan proses penilaian. Menurut Hasibuan dalam Rinawatitirin (2012)

dalam Barnawi dan Arifin (2014: 25) penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan

untuk menilai perilaku pegawai dalam pekerjaan baik secara kualitatif ataupun

kuantitatif.

Menurut Mitchell dalam Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) dalam

Barnawi dan Arifin (2014: 26) menggambarkan bahwa kinerja seseorang dapat

terbentuk oleh dua unsur yang salah satunya adalah motivasi. Motivasi yang

dimiliki seseorang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan guna

mencapai tujuan.

Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2012: 73), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi adalah suatu dorongan baik dari dalam maupun dari luar diri

(20)

mencapai tujuan yang dikehendakinya. Sebagai suatu dorongan, motivasi akan

memberikan suatu rangsangan yang baik kepada seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya sehingga tujuan yang telah dicita-citakan dapat tercapai.

Salah satu dari wujud motivasi adalah keinginan untuk berprestasi. Menurut

McClelland dalam Danim (2012: 32) kebutuhan berprestasi merupakan motif

yang secara kontras dapat dibedakan dengan kebutuhan lainnya. Seseorang yang

dianggap memiliki motivasi berprestasi, ia akan melakukan serangkaian usaha

agar dapat mengungguli yang lainnya.

Kaitannya dalam bidang pendidikan, motivasi berprestasi juga dapat

dijadikan acuan bagi guru untuk meningkatkan kualitas kinerja. Tidak hanya

sekedar mengajar saja, keinginan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk

mencapai prestasi tertentu berdasarkan kesempurnaan dalam diri seseorang juga

perlu dimiliki oleh seorang guru. Motivasi yang dimiliki oleh seorang guru akan

berpengaruh pada kinerjanya di sekolah.

Selain dari dalam diri seseorang, menurut Barnawi dan Arifin (2014: 43)

faktor yang mempengaruhi kinerja guru ada juga yang berasal dari luar.

Diantaranya adalah kepemimpinan.

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang untuk

menggerakan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,

membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan

menghukum dengan maksud agar anggota kelompok yang menjadi bagian dari

organisasi mau bekerja untuk mencapai tujuan yang telah dirancang ( Kurniadin

(21)

Dalam konteks lembaga pendidikan, menurut Asmara (1985) dalam

Kurniadin dan Machali (2014: 292) peran kepemimpinan dilaksanakan oleh

kepala sekolah. Kepemimpinan sekolah berarti mempengaruhi semua personel

yang mendukung pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan.

Dalam pengembangan pendidikan, menurut Kurniadin dan Machali (2014:

292) kepemimpinan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu: (1) usaha untuk

mengefektifkan organisasi pendidikan yang meliputi adanya etos kerja yang baik,

manajemen yang terkelola dengan baik, mengusahakan tenaga pendidik yang

memiliki ekspektasi yang tertinggi, mengembangkan tenaga pendidik sebagai

model peran yang positif, memberikan perlakuan balikan positif pada anak didik,

menyediakan kondisi kerja yang baik bagi tenaga pendidik dan staf usaha,

memberikan tanggung jawab pada siswa, dan saling berbagi aktivitas antara

pendidik dan anak didik;(2) mengusahakan lembaga pendidikan/ sekolah untuk

berhasil (succeful school) yang meliputi pelaksanaan fungsi kepemimpinan

dengan menempatkan implementasi kurikulum sebagai tujuan utama, menekankan

pada kualitas pengajaran dan pembelajaran, memiliki tujuan yang jelas dan

ekspektasi yang tinggi pada tenaga pendidik, mampu mengembangkan iklim

organisasi dengan baik, melakukan monitoring dan evaluasi sebagai bagian dari

budaya organisasi, mengelola pengembangan staf, dan melibatkan dukungan

masyarakat dalam pengembangannya.

Dari data hasil penilaian kinerja guru yang telah dilakukan oleh penilai di

(22)

kompetensi guru sekolah dasar yang diperoleh sebesar 46,17. Hal ini

menunjukkan tingkat kompetensi yang dimiliki guru tergolong cukup. Namun,

ada beberapa guru yang sudah memiliki tingkat kompetensi yang baik.

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dhany Feby

Nalasatria pada tahun 2013 dengan judul “Gaya Kepemimpinan kepala Sekolah

dan Kinerja Guru: Bukti Empiris Dari Sekolah Menengah Atas Hang Tuah 1

Surabaya” memperoleh hasil bahwa gaya kepemimpinan otokratik, militeristis,

paternalisitis, kharismatis, dan demokratis memberikan pengaruh simultan yang

signifikan terhadap kinerja guru dan yang paling berpengaruh adalah gaya

kepemimpinan demokratis. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Wayan

Murnayasa pada tahun 2014 dengan judul “Kontribusi Pelaksanaan Supervisi

Pengawas Sekolah, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Motivasi

Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di SD Se Kecamatan Bangli”. Dari hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara

supervisi pengawas sekolah terhadap kinerja guru, terdapat kontribusi yang

signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, terdapat

kontribusi yang signifikan motivasi berprestasi teradap kinerja guru, dan terdapat

kontribusi yang signifikan secara bersama-sama supervisi pengawas sekolah, gaya

kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi beprestasi terhadap kinerja guru.

Kemudian penelitian yang lain telah dilakukan oleh Dendik Surya Wardana

pada tahun 2013 dengan judul “Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru yang

(23)

signifikan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru. Sumbangan efektif

yang diperoleh sebesar 87,7%, sisanya sebesar 12, 3% dipengaruhi variabel lain.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pengawas Dabin

I Kecamatan Cilacap Tengah, pada tanggal 16 Januari 2015 mengatakan bahwa

masih banyak guru SD Negeri di Dabin I yang memiliki kinerja yang kurang, hal

ini dikarenakan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh guru masih rendah. Selain

itu di Dabin I, gaya kepemimpinan kepala sekolah bervariasi macamnya. Dengan

gaya kepemimpinan yang bervariasi tersebut, kinerja guru juga menjadi

bermacam-macam. Ada yang baik ada pula yang masih kurang.

Kemudian, wawancara juga dilakukan dengan kepala sekolah SD Negeri

Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah pada tanggal 15 April 2015 yang mengatakan

bahwa kinerja guru di sekolah bermacam-macam variasinya. Kinerja guru yang

kurang maksimal diantaranya disebabkan masalah waktu. Selain itu, motivasi

berprestasi yang belum digali secara mendalam oleh para guru menyebabkan

kinerja guru menjadi kurang maksimal.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini dilaksanakan untuk

mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi

berprestasi terhadap kinerja guru sekolah dasar di Kecamatan Cilacap Tengah

Kabupaten Cilacap.

1.2

Identifikasi Masalah

(24)

(1) Kinerja sebagian guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah yang masih kurang dan perlu ditingkatkan.

(2) Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang bervariasi membuat perbedaan pada kinerja guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah.

(3) Motivasi berprestasi guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah yang belum digali secara mendalam.

(4) Pola pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru masih beragam bentuknya.

(5) Belum diketahuinya gaya kepemimpinan yang ideal bagi kepala sekolah.

(6) Perubahan dari kinerja guru sebelum dan sesudah pembinaan yang dilakukan

oleh kepala sekolah belum terlihat.

(7) Lokasi SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah yang jauh dari pusat

kota membuat kinerja sebagian guru menjadi tidak maksimal.

1.3

Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi cakupan permasalahan yang

diteliti yaitu mengenai pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi

terhadap kinerja guru.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian

(25)

(1) Bagaimanakah tingkat gaya kepemimpinan sekolah yang ada di SD Negeri

Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(2) Bagaimanakah tingkat motivasi berprestasi guru di SD Negeri Dabin I

Kacamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(3) Bagaimanakah tingkat kinerja guru di SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap

Tengah Kabupaten Cilacap?

(4) Adakah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(5) Adakah pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru SD Negeri

di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(6) Adakah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi

berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I

Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(7) Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten

Cilacap?

(8) Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SD

Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(9) Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi

berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I

(26)

1.5

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya

kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SD

Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

(1) Untuk mendeskripsikan tingkat gaya kepemimpinan kepala sekolah SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(2) Untuk mendeskripsikan tingkat motivasi berprestasi guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(3) Untuk mendeskripsikan tingkat kinerja guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(4) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(5) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah.

(6) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(27)

(8) Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(9) Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

1.6

Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat secara praktis ditujukan bagi peneliti, bagi guru, dan bagi kepala sekolah.

1.6.1Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitain ini untuk memberikan informasi

pengetahuan tentang manajemen pendidikan melalui kajian gaya kepemimpinan

kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru. Dan menjadi

gambaran bagi peneliti mengenai kinerja guru yang baik ketika telah menjadi

guru nantinya.

1.6.2Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu bagi peneliti, pendidik, dan kepala sekolah.

1.6.2.1Bagi Kepala Sekolah

(28)

1.6.2.2Bagi Pendidik

(1) Diharapkan dapat memberi motivasi untuk lebih meningkatkan motivasi berprestasi.

(2) Dapat meningkatkan kinerja guru supaya lebih baik lagi.

1.6.2.3Bagi Peneliti

(29)

13

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan diuraikan tentang landasan teori, hubungan antar

variabel, kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1

Landasan Teori

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kinerja guru, gaya

kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi berprestasi.

2.1.1 Kinerja Guru

T. Aritonang (2005) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 12)

mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

suatu organisasi yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dalam upaya

mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Sementara itu, menurut Munir (2008:30) kinerja merupakan gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan untuk mewujudkan

sasaran, tujuan, misi, dan visi lembaga.

Menurut Wahjosumidjo dalam Munir (2008: 30) kinerja adalah

sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu

(30)

Menurut Susanto (2013: 27) kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi

yang diperlihatkan atau kemampuan kerja yang diemban, melaksanakan tugas

dengan bidang, dan hasil yang diperoleh dengan baik.

As’ad dalam Munir (2008: 31) berpendapat bahwa kinerja adalah

kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Pekerjaan ini

berkaitan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya.

Dari definisi kinerja yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli, dapat

disimpulkan bahwa kinerja adalah sesuatu yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan pekerjaannya demi mewujudkan tujuan di dalam unit kerja.

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah

kegitan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru

merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai

hasil belajar.

Natawijaya (1999) dalam Susanto (2013: 29) menjelaskan bahwa kinerja

guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas dan

termasuk bagaimana guru mempersiapkan dan mengevaluasi.

Menurut Rusman (2013: 50) Standar kinerja perlu dirumuskan untuk

dijadikan acuan dalam mengadakan perbandingan terhadap apa yang dicapai

dengan apa yang diharapkan, atau kualitas kinerja adalah wujud perilaku atau

kegiatan yang dilaksanakan dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan

yang hendak dicapai secara efektif dan efisien.

Berkaitan dengan standar kinerja guru, Sahertian dalam Rusman (2013:

(31)

Standar Kinerja Guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) Bekerja dengan siswa secara individual; (2) Persiapan dan perancanaan pembelajaran; (3) Pendayagunaan media pembelajaran; (4) Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar; dan (5) Kepemimpinan yang aktif dari guru.

Dalam dunia pendidikan, kualitas guru sangat diperlukan. Salah satunya

adalah kualitas kinerja guru. Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar

Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu

Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional. Keempat

Kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

pasal (1) ayat (1) menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah”.

Suprihatiningrum (2012: 24) menyatakan bahwa guru adalah pendidik

profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada jenjang pendidikan

tertentu.

Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus. Untuk

(32)

yang harus menguasai benar tentang pendidikan dan pengajaran dengan berbagai

ilmu pengetahuan yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.

Menurut Glasser dalam Rusman (2013:51), berkenaan dengan

kompetensi guru, ada empat hal yang harus dikuasi guru, yaitu menguasai bahan

pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu melaksanakan proses

pembelajaran, dan mampu mengevaluasi hasil belajar.

Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal (7) ayat (1) dikatakan

bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang khusus yang memerlukan

prinsip-prinsip professional, diantaranya:

(a)Memiliki bakat, minat, dan panggilan jiwa dan idealisme; (b) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya;(c) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugasnya; (d) Mematuhi kode etik profesi; (e) Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas; (f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; (g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan; (h) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya; (i) Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.

Guru yang memiliki profesionalisme adalah guru yang dapat

menjalankan tugasnya secara profesional. Untuk dapat menentukan seorang guru

dikatakan professional, dapat dilihat dari dua perspektif yaitu dilihat dari tingkat

pendidikan yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai guru. Yang kedua,

penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, pengelolaan terhadap kelas, dan

tugas-tugas lain yang berkaitan dengan siswa.

Tugas dan peran guru tidaklah hanya sebatas di dalam masyarakat,

namun pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang

(33)

2.1.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kinerja guru, diantaranya faktor

eksternal dan internal. Faktor internal adalah yang bersumber dari personal/

individu yang meliputi unsur pengetahuan, keterampilan, kemampuan,

kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap guru.

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seorang guru.

Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 43) faktor dari luar yang dapat mempengaruhi

kinerja guru, yaitu: (1) gaji yang merupakan salah satu bentuk dari apresiasi atas

prestasi kerja yang diberikan kepada seorang guru. ; (2) sarana dan prasarana

merupakan semua perangkat dan peralatan yang digunakan secara langsung dalam

proses pendidikan di sekolah. ; (3) lingkungan kerja fisik yang meliputi

pencahayaan, pewarnaan, udara, kebersihan, kebisingan, dan keamanan. ; dan (4)

kepemimpinan yang dapat dilihat dari gaya kepemimipinan kepala sekolah. Gaya

kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja guru untuk meningkatkan

produktivitas kerja demi mencapai tujuan.

2.1.1.2 Fungsi dan Peranan Guru

Pendidikan merupakan suatu sistem karena memiliki ciri-ciri sistem

yang diantaranya adalah memiliki komponen yang saling mempengaruhi dan

mempunyai tujuan yang sama. E. Mulyasa dalam Susanto (2013: 32)

mengemukakan bahwa peran dan fungsi guru sangat berpengaruh terhadap

(34)

(1) Sebagai pendidik dan pengajar, yakni guru secara otomatis adalah sebagai

pendidik dan pengajar yang harus memiliki kestabilan emosi, cita-cita, dan

keinginan untuk memajukan muridnya.

(2) Sebagai anggota masyarakat, yaitu setiap guru harus pandai bergaul dengan

masyarakat.

(3) Sebagai pemimpin, yaitu setiap guru adalah pemimpin yang harus memiliki

kepribadian.

(4) Sebagai administrator, yaitu guru akan dihadapkan pada tugas adminstrasi

yang harus dikerjakan, sehingga diperlukan pribadi yang jujur, teliti, dan

rajin.

(5) Sebagai pengelola pembelajaran, yaitu guru harus mampu menguasai

berbagai metode dan memahami situasi belajar mengajar.

2.1.1.3 Kriteria Kinerja Guru

Seseorang yang berorientasi pada kinerja harus memiliki kriteria-kriteria

tertentu.Menurut Hradesky dalam Susanto (2013: 30) kroteria-kriteria individu

yang berorientasi pada kinerja meliputi:

a) Kemampuan intelektual, yaitu suatu kemampuan yang meliputi kapasitas

yang digunakan untuk berpikir secara logis, praktis, dan menganalisis sesuai

konsep dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara jelas.

b) Ketegasan, yaitu seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk

menganalisis kemungkinan memiliki komitmen terhadap pilihan yang pasti

(35)

c) Semangat, yaitu seorang guru perlu memiliki upaya untuk bekerja secara aktif

dan tidak mengenal lelah.

d) Berorientasi pada hasil, yaitu keinginan dari dalam diri guru untuk mencapai

suatu hasil dan menyelesaikan tugas dengan baik.

e) Kedewasaan sikap dan perilaku yang pantas, yaitu seorang guru perlu

melakukan pengendalian emosi dan disiplin diri yag tinggi serta memiliki

kemampuan untuk mengambil alih tanggung jawab.

f) Keterampilan interpersonal, yaitu kecenderungan yang dimiliki guru untuk

menunjukkan perhatian pemahaman dan kepedulian terhadap orang lain.

g) Keingintahuan, yaitu seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk

melakukan usaha-usaha yang rumit secara obejktif dan cepat dalam menilai

sesuatu secara kritis.

h) Produktif, merupakan kemampuan guru untuk melakukan inisiatif secara

mandiri dengan mengantisipasi permasalahan dan menerima tanggung jawab

pekerjaan.

i) Keterbukaan, adalah kemampuan guru untuk mengungkapkan pendapat dan

perasaan secara langsung dan apa adanya.

j) Pemberdayaan kemampuan, yaitu suatu sikap percaya diri untuk selalu siap

melaksanakan tugas dan memberi kepercayaan atas kemampuan orang lain

dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.

k) Teknis dan pengetahuan, keterampilan, keputusan, perilaku, serta tanggung

jawab merupakan perilaku yang dijadikan sebagai kriteria yang perlu dimiliki

(36)

Dari kriteria-kriteria di atas, guru yang memiliki kinerja yang baik adalah

guru yang memiliki kriteria tersebut sehingga tugas mengajar adalah sebagai tugas

mulia yang diemban dengan sepenuh hati. Selanjutnya Hradesky dalam Susanto

(2013: 31) mengemukakan bahwa kinerja guru dapat dikategorikan sebagai unjuk

kerja yang dicapai yaitu berupa kualitas individu yang diperlihatkan sebagai

bagian dari tanggung jawab didalam pekerjaan.

Kriteria-kriteria tersebut akan menjadikan kualitas kinerja guru menjadi

lebih baik. Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru. Dalam Undang-Undang tersebut, standar

kompetensi guru dikembangkan menjadi empat kompetensi yaitu kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan Kompetensi

profesional.

Kompetensi Pedagogik adalah kompetensi yang berkaitan dengan

pemahaman yang dimiliki oleh guru. Pemahaman tersebut meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

Kompetensi Kepribadian adalah kompetensi yang berkenaan dengan tugas

sebagai seorang guru yang harus didukung oleh suatu perasaan bangga dengan

tugas yang dimiliki guru yang berguna untuk mempersiapkan generasi bangsa

yang berkualitas dimasa depan. Dalam kompetensi kepribadian seorang guru perlu

(37)

materi pelajaran, guru juga harus mampu membelajarkan sikap kedisiplinan

kepada siswa, mengajarkan siswa agar lebih rajin membaca, dan melatih siswa

untuk menghargai waktu dengan melakukan hal-hal yang positif.

Kompetensi Sosial adalah kompetensi yang berkaitan dengan hubungan

guru dengan masyarakat dan siswa. Di mata masyarakat dan siswa, guru

merupakan seorang panutan yang perlu dicontoh dan menjadi suri teladan dalam

kehidupan sehari-hari. Seorang guru yang memiliki kemampuan sosial dengan

baik akan lebih menjalin hubungan baik antara sekolah dengan masyarakat.

Kompetensi Profesional adalah kompetensi yang dimiliki oleh guru

berkaitan dengan proses pembelajaran. Tugas seorang guru adalah mengarahkan

kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu sebagai

guru harus selalu memperbaharui dan menguasai materi pelajaran yang disajikan.

Dalam penyampaian pelajaran, guru juga harus dapat memberikan suasana yang

mendukung agar siswa aktif dan memperhatikan dengan baik, sehingga dapat

mendorong siswa untuk senang bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen,

serta menemukan fakta dan konsep yang benar.

2.1.1.4 Penilaian Kinerja Guru

Menurut Rusman (2013: 93), penilaian merupakan serangkaian kegiatan

untuk memperoleh, manganalisis, serta menafsirkan data tentang proses dan hasil

(38)

Menurut S.P Hasibuan dalam Rinawatiririn (2012) dalam Barnawi dan

Arifin (2014: 25) penilaian kinerja adalah evaluasi terhadap perilaku, prestasi

kerja, dan potensi pengembangan yang telah dilakukan oleh seseorang.

Penilaian digunakan sebagai informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan. Penilaian yang dimaksud tidak hanya bergantung dari hasil akhir,

tetapi pada proses juga menjadi bagian penting dalam suatu peniaian. Penilaian

yang dilaksanakan secara berkelanjutan akan lebih baik daripada yang

dilaksanakan hanya satu kali. Karena dengan berkelanjutan, kinerja guru dapat

diketahui perkembangannya.

Secara umum, menurut Ditjen PMPTK (2010) dalam Barnawi dan Arifin

(2014: 26) penilaian kinerja guru memiliki dua fungsi utama, yaitu:

(1) Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan

keterampilan yang diperlukan untuk proses pembelajaran, pembimbingan,

atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah.

(2) Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja

pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan

dengan fungsi sekolah yang dilakukan pada saat tersebut.

T.R. Mitchcell dalam Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) dalam

Barnawi dan arifin (2014: 26) menjelaskan mengenai teori dasar yang digunakan

sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja guru yaitu:

(39)

Rumusan tersebut menunjukkan gambaran bahwa kinerja seseorang akan

terwujud oleh dua unsur, yaitu motivasi dan abilitas. Motivasi merupakan faktor

pendorong yang membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

Abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

individu. Abilitas adalah factor penting dalam meningkatkan produktivitas kerja.

Menurut Ditjen PMPTK (2010) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 28)

Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru

mata pelajaran atau guru kelas, meliputi kegiatan merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil

penilaian dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian, dan melaksanakan

tindak lanjut hasil penilaian yang berkaitan dengan empat kompetensi yang harus

dimiliki.

2.1.1.5 Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Dasar

Guru adalah komponen penting yang menentukan tingkat keberhasilan

pembelajaran. Tugas seorang guru tidak hanya sekedar memberikan materi

pelajaran kepada siswa, namun guru memiliki empat tugas yang dilaksanakan

yaitu: mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih.

Menurut Natawidjaya dalam Susanto (2013: 34) kinerja mengajar adalah

seperangkat perilaku nyata guru pada saat memberikan pelajaran kepada siswa.

Dalam memberikan pelajaran, guru tidak boleh hanya sekedar mentransfer ilmu

kepada siswa. Lebih dari itu, guru perlu melakukan tiga kegiatan pokok yaitu:

merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi

(40)

(1) Merencanakan Pembelajaran

Perencanaan perlu dilakukan oleh guru sebelum memulai pelaksanaan

pembelajaran. Hal ini dilakukan agar pada saat pelaksanaan dapat berlangsung

dengan baik dan mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan (Susanto, 2013: 37).

Untuk membuat perencanaan pembelajaran yang baik guru harus

mempertimbangkan berbagai aspek yang ada pada siswa.

Indikator untuk merencanakan pembelajaran adalah sebagai berikut. a)

merumuskan tujuan pembelajaran; b) memilih dan mengembangkan bahan

pelajaran; c) merencanakan kegiatan belajar, termasuk merencanakan pendekatan

dan metode mengajar, langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, serta alat dan

sumber belajar; dan d) merencanakan penilaian (Susanto, 2013: 40).

(2) Melaksanakan Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran tugas pokok kedua guru adalah

melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan

inti dari keseluruhannya. Guru berperan aktif untuk menyampaikan materi, pesan,

dan informasi yang harus diterima oleh siswa. Jika proses pelaksanaan

pembelajaran tidak berhasil, maka secara langsung tujuan pembelajaran akan

gagal.

Pada pelaksanaan pembelajaran ada beberapa tahapan kegiatan yang

perlu dilakukan guru, yaitu: a) membuka pelajaran; b) menyampaikan materi

pelajaran; dan c) menutup pelajaran.

(41)

Tugas pokok guru yang ketiga adalah mengevaluasi pembelajaran.

Kegiatan mengevaluasi ini bertujuan untuk mengetahui perolehan belajar siswa

secara menyeluruh yang meliputi pengetahuan, konsep, nilai, maupun proses.

Menurut Utomo (2008) dalam Susanto (2013: 51), evaluasi pembelajaran

berguna untuk mengetahui besarnya keefektifan pembelajaran dan evaluasi yang

dilakukan setiap akhir kegiatan pembelajaran akan bermanfaat untuk mendeteksi

siswa yang masih belum memahami dan mengalami kesulitan.

Kegiatan evaluasi dapat dilakukan setiap akhir pembelajaran, dapat

dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan akhir. Selain

kegiatan tersebut guru juga data melakukan evaluasi dalam bentuk lain yaitu

dengan melakukan penilaian proses.

M. Uzer Usman (1994) dalam Susanto (2013: 52) menyatakan bahwa

penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan saat proses belajar mengajar

berlangsung oleh guru dengan cara memberikan umpan balik kepada seorang

siswa atau kelompok siswa. Hal ini akan mengembangkan sikap-sikap yang

dikehendaki seperti: kreativitas, kerja sama, tangggung jawab, dan sikap disiplin

sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.

2.1.2 Motivasi

Motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk

(42)

di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).

Berawal dari kata “motif”itu, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak

yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila

kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2012:73), motivasi adalah perubahan

energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut Hadari Nawawi dalam Kurniadin dan Machali (2014:333),

motivasi (motivation) berakar dari motif (motive) yang berarti dorongan sebab

atau alasan seseorang melakukan sesuatu, biasanya motif itu diwujudkan dalam

berbagai tingkah laku seseorang. Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang

untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi

mencapai tujuan, dengan pengertian tercapainya tujuan perusahaan berarti tercapai

pula tujaun pribadi para anggota perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Danim (2012: 2) motivasi adalah kekuatan, dorongan, kebutuhan,

semangat, tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau

kelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang

dikehendakinya.

Dari pengertian beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah suatu dorongan baik dari dalam diri seseorang maupun dari luar untuk

melakukan serangkaian usaha guna mencapai tujuan dan memenuhi

(43)

Ada beberapa faktor pembentuk motivasi yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan produktvitas kerja yang berpengaruh pada pencapaian tujuan,

antara lain; (1) kemungkinan untuk berkembang; (2) jenis pekerjaan; (3) Perasaan

bangga yang dimiliki sebagai bagian dari tempat individu bekerja.

2.1.2.1 Motivasi Berprestasi

Teori motivasi didasarkan pada asumsi bahwa seseorang akan bekerja dengan

baik biila diberi kesempatan dan dorongan yang tepat (Kurniadin dan Machali,

2014: 337). Ada berbagai macam teori motivasi yang diantaranya adalah teori

motivasi berprestasi. Teori motivasi menurut McClelland dalam Kurniadin dan

Machali (2014: 347) adalah kebutuhan yang kuat untuk berprestasi, dorongan

untuk berhasil, dan berkaitan dengan sejauh mana orang termotivasi untuk

melaksanakan tugas.

Menurut Usman (2008: 259) Motivasi berprestasi adalah sebuah dorongan

dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. McClelland dalam Usman (2008: 259)

membagi tiga kebutuhan dalam teori motivasinya. Salah satu dari kebutuhan

tersebut adalah kebutuhan akan prestasi (need of achievement) yang disingkat

dengan n Ach. Alat ukur n Ach tlah dikembangkan oleh Murray (1943) dengan

nama Thematic Apperception Test (TAT) yang kemudian dikembangkan oleh

McClleland (1953). Ciri penting dari n Ach adalah kebutuhan itu dipelajari. Suatu

n Ach yang mulanya rendah akan meningkat setelah mendapatkan pelatihan atau

(44)

Pada teori ini, orang yang memiliki needs of achievement tinggi adalah orng

yang selalu memiliki pola pikir tertentu ketika merencanakan untuk melaksanakan

sesuatu, yaitu dengan mempertimbangkan pekerjaan yang dilakukan cukup

menantang atau tidak . Yang selanjutnya adalah seseorang yang bersedia untuk

memikul tanggung jawab sebagai bagian dari konsekuensi usaha untuk mencapai

tujuan, berani mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, bersedia mencari

informasi untuk mengukur kemajuan, dan menginginkan kepuasan dari hasil yang

telah diraih.

Menurut McClelland dalam Usman (2008: 260) orang yang memilliki motif

berprestasi tinggi bercirikan antara lain; (1) bertanggung jawab atas segala

perbuatan, mengatikan diri pada karir dan masa depan serta tidak menyalahkan

orang lain dalam kegagalan; (2) berusaha mencari umpan balik atas perbuatan dan

bersedia mendengarkan pendapat orang lain sebagai masukan untuk memperbaiki

diri; (3) berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan melebihi orang lain

dan menciptakan yang terbaik; (4) berusaha melakukan sesuatu secara inovatif

dan kreatif dan mampu mewujudkan gagasan dengan baik dan kurang

menyenangi system yang membatasi gerak ke arah yang lebih positif; (5) pandai

mnegatur waktu dan tidak menunda pekerjaan; dan (6) bekerja keras dan bangga

dengan hasil yang dicapai.

Selanjutnya seseorang yang memiliki motivasi tinggi biasanya akan

berusaha untuk mengungguli yang lain, Karakteristik orang yang berprestasi

(45)

(1) Berani Mengambil Risiko Moderat, yaitu orang yang memiliki motivasi

berprestasi akan memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang berada

diantara risiko tertinggi dan risiko terendah. Mereka akan mempunyai cara

yang lebih inovatif dalam menyelesaikan permasalahan.

(2) Menghendaki umpan balik segera (immediate feedback), yaitu orang yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi akan sering mencari informasi mengenai

kinerjanya selama ini. Penyampaian informasi tersebut berupa kelebihan dan

kekurangan yang dimanfaatkan untuk keperluan meningkatkan prestasi yang

lebih baik dari kondisi saat ini.

(3) Keberhasilan diperhitungkan secara teliti, yaitu orang yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi akan lebih mengutamakan pencapaian tugas yang diberikan

daripada memperhitungkan imbalan yang diperoleh. Seseorang akan lebih

puas secara intrinsik dengan pencapaian kerjanya daripada imbalan materi

atau hadiah yang istimewa.

(4) Mengintegral dengan tugas, yaitu orang yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi akan menerima tugas sebagai bagian dari hidupnya. Tugas yang

dhadapi kepadanya dipandang sebagai kewajaran bukan sebagai beban.

Orang-orang seperti ini biasanya bersikap tidak sengaja menunda separuh

pekerjaan, bersahabat, realistik, dan mengutamakan kemampuan individu.

2.1.2.2Model Pendekatan Motivasi dalam Organisasi

(46)

351) ada beberapa model motivasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai pendekatan kepada guru antara lain:

(1) Model tradisional, yaitu bentuk usaha yang ditempuh oleh kepala sekolah untuk membuat guru menjalankan pekerjaan yang terasa membosankan menjadi menyenangkan.

(2) Model hubungan manusiawi, yaitu kepala sekolah lebih menekankan cara memotivasi guru dengan cara mengakui kebutuhan sosial guru untuk meningkatkan kepuasan kerja.

(3) Model sumber daya manusia, yaitu kepala sekolah tidak hanya bertugas untuk memberikan guru dengan upah saja, namun kepala sekolah juga harus mengembangkan rasa bersama dalam mencapai tujuan organisasi.

2.1.2.3Upaya yang Dilakukan Pemimpin untuk Memotivasi Guru

Demi mencapai tujuan dalam suatu kegiatan, pemimpin tidak hanya diam

dan memerintah anggota kelompok, tetapi perlu adanya pemberian motivasi yang

dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin harus mengetahui cara-cara yang tepat untuk

meningkatkan kinerja anggota kelompoknya. Menurut Danim (2012: 41) ada

beberapa cara yang dapat digunakan oleh pemimpin untuk meningkatkan motivasi

dan cara tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah, antara lain:

(1) Rasa hormat, yaitu seorang kepala sekolah dapat memberikan rasa hormat

dan penghargaan secara adil kepada guru yang dilakukan atas dasar

prestasi, kepangkatan, dan pengalaman.

(2) Informasi, yaitu seorang kepala sekolah senantiasa memberikan informasi

(47)

pekerjaan dan cara untuk mengerjakannya. Informasi hendaknya diberikan

secara edukatif dan persuasif.

(3) Perilaku, yaitu seorang kepala sekolah yang baik akan memberikan contoh

perilaku yang diharapkan oleh guru.

(4) Hukuman, yaitu kepala sekolah hendaknya memberikan hukuman kepada

guru yang bersalah secara terpisah dengan anggota yang lain. Hukuman

yang diberikan hendaknya dapat menjadikan guru lebih baik lagi.

(5) Perintah, yaitu kepala sekolah yang baik akan memberi perintah secara

tidak langsung. Kepala sekolah memberikan perintah seperti akan

mengajak dan lebih baik lagi jika diawali dengan pemberian contoh.

(6) Perasaan, yaitu interaksi yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru

hendaknya dilakukan dengan kata-kata yang lembut disertai rasa bersahabat

dan rasa partisipasi yang membuat rasa nyaman.

2.1.3 Kepemimpinan

Menurut Robbins (1991) dalam Kurniadin dan Machali (2014: 289)

kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi sekelompok anggota agar

bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh tersebut dapat

diperoleh secara formal, yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang

didudukinya dalam suatu organisasi.

Menurut Kotter (1997) dalam Kurniadin dan Machali (2014: 289)

(48)

menciptakan organisasi atau menyesuaikannya terhadap keadaan-keadaan yang

jauh berubah.

Mulyasa (2003) dalam Sutomo dkk (2011: 80) mengartikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Terry dan Rue (1985) dalam Usman (2008: 274) mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada di dalam diri pemimpin untuk memengaruhi orang lain yang bekerja secara bersama-sama secara sadar berkaitan dengan hubungan tugas yang dikehendaki.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses yang dilakukan untuk mempengaruhi sekelompok anggota yang digunakan untuk memfasilitasi individu dalam rangka mencapai tujuan bersama.

2.1.3.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada

seorang pemimpin. Keberhasilan suatu sekolah dapat dipengaruhi oleh gaya

kepemimpinan kepala sekolah sebagai penggerak aktivitas untuk mencapai suatu

tujuan.

Menurut Suprihatiningrum (2012: 275) kepemimpinan pendidikan secara

umum adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk

memengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan, dan memaksa

(49)

Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka

mengarahkan tujuan dan menggerakan organisasi pendidikan untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

U. Husna Asmara (1985) dalam Locke dalam Kurniadin dan Machali

(2014: 292) berpendapat bahwa kepemimpinan pendidikan adalah segenap

kegiatan dalam usaha memengaruhi personal di lingkungan pendidikan pada

situasi tertentu agar mereka melalui usaha kerja sama, mau bekerja dengan penuh

tanggung jawab, dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan.

Kepala sekolah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin. Kepala

sekolah mempunyai dua jabatan dan peran penting dalam melaksanakan proses

pendidikan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah; dan

kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Sebagai

pengelola pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab untuk keberhasilan

penyelenggaraan pendidikan dengan caa melaksanakan administrasi sekolah

dengan seluruh substansinya.

Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan yaitu

memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik, berpegang teguh pada tujuan

yang hendak dicapai, bersemangat, jujur, cakap dalam memberi bimbingan, cepat

serta bijaksana dalam mengambil keputusan, cerdas, dan cakap dalam hal

mengajar serta menaruh kepercayaan kepada yang baik dan berusaha

(50)

2.1.3.2 Fungsi Kepemimpinan

Secara operasional, fungsi kepemimpinan dibedakan menjadi lima fungsi

pokok yaitu:

(1) Fungsi instruksi, yaitu pemimpin sebagai komunikator dimana perintah yang

disampaikan dan dikerjakan agar keputusan dilaksanakan secara efektif.

(2) Fungsi konsultasi, bersifat komunikasi dua arah yaitu antara pemimpin dan

yang dipimpinnya dalam hal untuk menetapkan keputusan.

(3) Fungsi partisipasi, pemimpin berusaha mengaktifkan anggota yang

dipimpinnya. Dalam pengambilan keputusan pemimpin juga

mengikutsertakan anggotanya tetapi masih tetap dalam pengawasan

pemimpin.

(4) Fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang untuk

menetapkan keputusan, baik melalui maupun tanpa melalui persetujuan dari

pemimpin.

(5) Fungsi pengendalian, dalam hal ini kepemimpinan yang efektif mampu

mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan terkoordinasi sehingga

tujuan bersama dapat tercapai.

Selain fungsi operasional, seorang pemimpin juga memiliki fungsi yang

bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan.

Menurut Indrafachrudi (2006:4) fungsi pemimpin yang berkaitan dengan

(51)

(1) Pemimpin berfungsi untuk memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam

kelompok. Pekerjaan akan terasa lebih mudah mencapai tujuan apabila

dikerjakan secara bersama-sama.

(2) Pemimpin berfungsi untuk mengusahakan tempat kerja yang menyenangkan,

sehingga ada semangat bekerja yang ditunjukkan oleh pelaksana kerja.

Pemimpin memberikan rasa kepercayaan yang harus diketahui oleh anggota

kelompok.

(3) Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota sehingga

mereka menjadi nyaman dan merasa menjadi bagian dalam kelompok. Hal ini

akan membangkitkan semangat anggota kelompok dalam bekerja.

(4) Pemimpin dapat mempergunakan kelebihan yang ada bukan untuk berkuasa,

tetapi untuk memberi motivasi kepada anggota kelompok sebagai acuan

untuk menuju pencapaian tujuan bersama.

Kemudian Karwati dan Priansa (2013: 164) mengemukakan ada dua fungsi

pokok dari seorang pemimpin yang dapat menciptakan sekolah efektif, antara lain:

(1) Task Related/ Problem Solving Function

Kepala sekolah harus memberikan saran dan mampu memecahkan berbagai

masalah yang muncul, serta memberikan sumbagan informasi dan pendapat bagi

segala permasalahan yang muncul di lingkungan sekolah.

(2) Group Maintance Function/ Sosial Function

Kepala sekolah membantu sumber daya yang ada di sekolah agar mampu

beroperasi dengan lebih optimal. Kepala sekolah memberikan persetujuan atau

(52)

2.1.3.3 Ciri dan Sifat Kepala Sekolah sebagai Pemimpin

Menurut George R. Terry( 1997) dalam Karwati dan Priansa (2013: 173-4),

ada delapan ciri dan sifat kepala sekolah sebagai pemimpin, antara lain:

(1) Energik, yaitu kepala sekolah harus memiliki mental dan fisik yang kuat

untuk memimpin pegawai.

(2) Stabilitas Emosi, yaitu kepala sekolah tidak boleh cepat marah dan

berprasangka buruk kepada pegawai. Selain itu, kepala sekolah juga harus

mampu mengelola emosinya.

(3) Hubungan Sosial, yaitu kepala sekolah harus memiliki pengetahuan tentang

cara-cara bermasyarakat yang baik dan tepat.

(4) Motivasi pribadi, yaitu seorang kepala sekolah harus bisa memotivasi diri

sendiri agar menjadi pemimpin yang besar dan baik.

(5) Keterampilan Komunikasi, yaitu kepala sekolah harus memiliki kemampuan

untuk berkomunikasi dengan baik kepada pegawainya dan masyarakat.

(6) Keterampilan mengajar, yaitu kepala sekolah memiliki kemampuan untuk

mengajarkan, menjelaskan, dan mengembangkan potensi pegawainya.

(7) Keterampilan sosial, yaitu kepala sekolah harus memiliki rasa tanggap

terhadap keadaan sekitar. Senang menolong dan luwes dalam pergaulan

dengan pegawai dan masyarakat.

(8) Komponen teknis, yaitu kepala sekolah mempunyai kecakapan dalam

menganalisis, merencanakan, menyusun konsep, mengorganisasi,

(53)

2.1.3.4 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk

memengaruhi pengikutnya. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan

yang khas dan berbeda satu dengan lainnya.

Kurniadin dan Machali (2014: 301) mengungkapkan bahwa gaya

kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik

yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.

Sementara itu, menurut Thoha (1995) dalam Sutomo dkk (2011: 84) gaya

kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat

orang tersebut mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat.

Menurut Sutomo dkk (2011: 84) gaya kepemimpinan adalah pola perilaku

pemimpin yang khas saat mempengaruhi anak buahnya.

Dari beberapa pengertian mengenai gaya kepemimpinan diatas dapat

disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku khas yang digunakan

pemimpin untuk mempengaruhi anak buahnya yang betujuan agar sasaran

organisasi tercapai.

Setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, dan kepribadian sendiri yang

khas. Ini akan mempengaruhi gaya atau style perilaku memimpinnya.

Gaya kepemimpinan adalah pola yang menyeluruh dari tindakan seorang

pemimpin, baik yang nampak maupun tidak merupakan bagian dari keyakian

pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. Secara umum, menurut Karwati

dan Priansa (2013: 178-9) gaya kepemimpinan paling luas dikenal gaya

(54)

(1) Gaya Kepemimpinan Otoktratis

Gaya kepemimpinan otokratis ini meletakkan seorang kepala sekolah

sebagai sumber kebijakan. Kepala sekolah memandang guru, staf, dan pegawai

lain sebagai hanya menerima instruksi dari kepala sekolah dan tidak

diperkenankan untuk membantah. Tipe kepemimpinan otokratis memandang

bahwa segala sesuatu ditentukan oleh kepala sekolah sehingga keberhasilan

sekolah terletak dari kepala sekolah.

(2) Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis menyajikan ruang kesetaraan dalam

pendapat. Guru, staf, dan pegawai memiliki hak untuk berkontribusi dalam

tanggungjawab yang diembannya dan merupakan bagian dari keseluruhan sekolah

sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan martabat. Kepemimpinan

demokratis menempatkan kepala sekolah sebagai seseorang yang mempunyai

tanggung jawab untuk mengarahkan, mengontrol, dan mengevaluasi, serta

mengkoordinasikan berbagai pekerjaan yang diemban guru, staf, dan pegawai

lainnya.

(3) Gaya Kepemimpinan Laissez Fairre

Gaya kepemimpinan Laissez fairre memberikan kebebasan mutlak kepada

guru, staf, dan pegawai lainnya. Dalam hal ini kepala sekolah bersifat pasif dan

tidak memberikan keteladanan dalam kepemimpinannya.

Dalam teori kepemimpinan situasional, gaya kepemimpinan akan efektif jika

(55)

kemauan anak buah dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang

dibebankan.

Menurut Mulyasa dalam Kurniadin dan Machali (2014: 307) gaya

kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam tingkat kematangan anak buah

dan kombinasi yang tepat antar perilaku tugas dan hubungan antara lain:

(1) Gaya mendikte (telling), yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah dalam

tingkat kematangan rendah dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang

jelas.

(2) Gaya menjual, yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah dalam taraf rendah

sampai moderat. Pemimpin selalu memberikan petunjuk yang banyak,

diperlukan hubungan yang

Gambar

Gambaran Umum Objek Penelitian  ...........................................
Tabel                                                                                                           Halaman
Tabel Durbin Watson .................................................................
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

ZISFERDI Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Berprestasi dan Partisipasi Guru Dalam Mengambil Keputusan dengan Kinerja Guru SD negeri di Kecamatan Binjai

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI KEPALA SEKOLAHDENGAN KINERJA GURU SMA KECAMATAN MEDAN

Dengan kata lain bahwa variabel bebas (kepemimpinan manajerial, motivasi berprestasi dan disiplin kerja) secara bersama-sama atau simultan mampu menjelaskan secara

Hasil penelitian ditemukan bahwa (1) gaya kepemimpinan kepala sekolah sangat baik terhadap kinerja guru, kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah selama ini menunjukkan

Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Guru ( Studi Deskriptif Kualitatif pada

Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Guru ( Studi Deskriptif Kualitatif pada

Dalam penelitian ini diungkapkan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi berprestasi terhadap kinerja, guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru SDN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi disiplin kerja, motivasi kerja, dan persepsi guru tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru-guru