PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI
TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR
NEGERI DABIN I KECAMATAN CILACAP TENGAH
KABUPATEN CILACAP
Skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh
Luthfi Nurul Hidayathi 1401411575
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
ii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini
benar-benar karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik
sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat pada
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang
Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang.
Hari, tanggal : Rabu, 3 Juni 2015
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Dabin I Kecamatan
Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap” oleh Luthfi Nurul Hidayathi 1401411575,
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada
tanggal 10 Juni 2015.
PANITIA UJIAN
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
1. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tentram (Qs.Ar-Ra’d ayat 28)
2. Segala hal yang berasal dari hati akan kembali ke hati. Bekerjalah,
berjuanglah, berbicaralah dengan hatimu (Edvan M. Kautsar)
3. Kesulitan datang bersama kemudahan. Tidak mungkin hati dipedihkan
tanpa pembahagiaan ( Mario Teguh)
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan
untuk :
1. Ibu Siti Cholimah, Bapak
Budiyono, adik-adikku, dan
keluarga besar yang selalu
memberi dukungan dan doa.
2. Sahabat dan teman-teman yang
telah memberikan semangat
vi
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Dabin I
Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan FIP Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Universitas
Negeri Semarang yang telah mempermudah administrasi dalam penyusunan
skripsi.
4. Drs. Suhardi, M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam menyusun skripsi.
5. Kepala sekolah dasar negeri di daerah binaan I Kecamatan Cilacap Tengah
vii
6. Seluruh guru sekolah dasar negeri di daerah binaan I Kecamatan Cilacap
Tengah yang telah memberikan partisipasinya dalam penelitian ini.
7. Sahabat dan teman yang telah memberikan dukungan dan motivasinya.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan
lindungannya kepada pihak-pihak yang terkait serta membalasnya dengan lebih
baik.
Tegal, Mei 2015
viii
ABSTRAK
Hidayathi, Luthfi Nurul. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi berprestasi terhadap Kinerja Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Suhardi, M.Pd.
Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah; Motivasi Berprestasi; Kinerja Guru;
Guru merupakan suatu komponen penting dalam proses kegiatan pembelajaran. Setiap guru pasti memiliki suatu kinerja. Kinerja guru memiliki peranan penting dalam pencapian tujuan suatu pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, antara lain adalah gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi. Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang ideal akan memberikan pengaruh terhadap kinerja guru. Selain itu, motivasi berprestasi yang dimiliki oleh guru juga merupakan suatu faktor internal yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja guru.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerj guru. Variabel yang diteliti dalam peneitian ini ada 3 yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel bebas 1 (X1), motivasi berprestasi ebagai variabel bebas
2 (X2), dan kinerja guru sebagai variabel terikat (Y).
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 115 responden dengan sampel sebanyak 90 yang diambil melalaui teknik Simple Random Sampling.
Uji Prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji hipotesis meliputi uji analisis regresi berganda (R), uji analisis determinasi (R2), dan uji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji F).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru; (2) ada pengaruh antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru; (3) ada pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru; (4) gaya kepemimpinan memberikan sumbangan pengaruh sebesar 13,2% terhadap kinerja guru ; (5) motivasi berprestasi memberikan sumbangan sebesar 27,7% terhadap kinerja guru; dan (6) gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi secara bersama-sama memberikan sumbangan pengaruh sebsear 28,7% terhadap kinerja guru.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ... ... i
Pernyataan ... ii
Persetujuan Pembimbing ... iii
Pengesahan ... iv
Motto dan Persembahan ... v
Prakata ... vi
Abstrak ... viii
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
Bab ... 1
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 8
1.3 Pembatasan Masalah ... 9
1.4 Rumusan Masalah ... 8
1.5 Tujuan Penelitian ... 10
1.6 Manfaat Penelitian ... 11
2. KAJIAN PUSTAKA ... 13
x
2.1.1 Kinerja Guru... 13
2.1.2 Motivasi ... 26
2.1.3 Kepemimpinan ... 31
2.2 Hubungan Antar Variabel ... 46
2.3 Kajian Empiris ... 47
2.4 Kerangka Berpikir ... 53
2.5 Hipotesis Penelitian ... 57
3. METODE PENELITIAN ... 59
3.1 Desain Penelitian ... 59
3.2 Populasi dan Sampel ... 60
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 64
3.4 Variabel Penelitian ... 65
3.5 Definisi Operasional ... 66
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 67
3.7 Instrumen Penelitian ... 70
3.8 Teknik Analisis Data ... 76
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 84
4.2 Analisis Deskriptif ... 86
4.2.1 Kinerja Guru ... 86
4.2.2 Motivasi Berprestasi ... 92
4.2.3 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 97
xi
4.4 Uji Hipotesis ... 109
4.5 Pembahasan ... 124
4.5.1 Kinerja Guru ... 124
4.5.2 Motivasi Berprestasi ... 125
4.5.3 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 126
5. PENUTUP ... 129
5.1 Simpulan ... 129
5.2 Saran ... 130
Daftar Pustaka ... 132
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 61
3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 64
3.3 Skala Likert ... 71
3.4 Uji Validitas Angket Kinerja Guru ... 73
3.5 Uji Validitas Angket Motivasi Berprestasi ... 73
3.6 Uji Validitas Angket Kinerja Guru ... 74
3.7 Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Guru ... 75
3.8 Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Berprestasi ... 75
3.9 Uji Reliabilitas Variabel Gaya Kepemiminan Kepala Sekolah .. 76
4.1 Deskripsi Skor Variabel Kinerja Guru ... 87
4.2 Kategori Skor Variabel Kinerja Guru ... 89
4.3 Kriteria Skor Variabel Kinerja Guru Per Responden ... 89
4.4 Rekapitulasi Persentase Variabel Kinerja Guru ... 90
4.5 Deskripsi Skor Variabel Motivasi Berprestasi ... 93
4.6 Kategori skor Variabel Motivasi Berprestasi ... 95
4.7 Kriteria Skor Variabel Motivasi Berprestasi Per Responden ... 95
4.8 Rekapitulasi Variabel Persentase Motivasi Berprestasi ... 96
4.9 Deskripsi Skor Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah.. ... 98
4.10 Kategori Skor Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah .. 100
xiii
Per Responden ... 101
4.12 Rekapitulasi Persentase Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 101
4.13 Hasil Uji Normalitas ... 104
4.14 Hasil Uji Linieritas X1 dan Y ... 105
4.15 Hasil Uji Linieritas X2 dan Y ... 105
4.16 Hasil Uji Multikolinearitas ... 106
4.17 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 107
4.18 Hasil Uji Autokorelasi ... 108
4.19 Tabel Durbin Watson ... 109
4.20 Hasil Analisis Regresi Linier X1 terhadap Y ... 110
4.21 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 111
4.22 Hasil Regresi Linier X2 terhadap Y ... 113
4.23 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 114
4.24 Hasil Analisis Regresi Linier X1 dan X2 terhadap Y ... 116
4.25 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 117
4.26 Hasil Analisis Korelasi ... 120
4.27 Koefisien Determinasi X1 dan Y ... 121
4.28 Koefisien Determinasi X2 dan Y ... 121
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah ... 135
2. Daftar Nama Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Sebagai Uji Coba Soal ... 141
3. Daftar Nama Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Sebagai Sampel Penelitian ... 143
4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 148
5. Soal Uji Coba Instrumen ... 151
6. Skor Uji Coba Instrumen ... 165
7. Lembar Uji Coba Validitas Logis Instrumen Penelitian ... 175
8. Instrumen Penelitian ... 191
9. Perolehan Skor Instrumen Penelitian... 201
10. Lembar Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Guru ... 216
11. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran ... 217
12. Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba (X1)... 221
13. Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba (X2)... 222
14. Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba (Y) ... 223
15. Hasil Output Uji Reliabilitas (X1)... 224
16. Hasil Output Uji Reliabilitas (X2)... 225
17. Hasil Output Uji Reliabilitas (Y) ... 226
18. Hasil Output Uji Normalitas ... 227
19. Hasil Output Uji Linieritas ... 228
20. Hasil Output Uji Multikolinearitas ... 229
21. Hasil Output Uji Heteroskedatisitas ... 230
22. Hasil Output Uji Autokorelasi ... 231
23. Hasil Output Analisis Regresi Linier Sederhana X1 terhadap Y ... 232
24. Hasil Output Analisis Regresi Linier Sederhana X2 terhadap Y ... 233
xvi
26. Hasil Output Analisis Korelasi Berganda ... 235
27. Hasil Analisis Koefisien Determinasi X1 terhadap Y ... 236
28. Hasil Analisis Koefisien Determinasi X2 terhadap Y ... 237
29. Hasil Analisis Determinasi X1 dan X2 terhadap Y ... 238
30. Surat Ijin Mengadakan Penelitian dari PGSD UPP Tegal ... 239
31. Surat Keterangan Ijin Penelitian dari Kesbangpol Kabupaten Cilacap ... 240
32. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari SD Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah ... 241
33. Jadwal Penelitian ... 252
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Menurut Sardiman (1992) dalam Kurniadin dan Machali (2014: 113)
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorag untuk menjadi dewasa atau
mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi. Selanjutnya Hasibullah (2005) dalam
Kurniadin dan Machali (2014:113) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
manusia yang dilakukan manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pengertian pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 pasal 3.
Untuk mewujudkan pendidikan yang baik, Peraturan Pemerintahan Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005)
menyatakan ada delapan standar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
pendidikan. Kedelapan standar yang dimaksud meliputi: standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prsarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Salah satu standar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendidikan
adalah standar kopetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1
menyebutkan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”.
Guru sebagai komponen yang penting dalam proses pembelajaran harus
memiliki empat kompetensi yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 mengenai kualifikasi dan kompetensi. Empat
kompetensi yang harus dimiliki guru tersebut adalah kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetesni profesional, dan kompetensi sosial. Dari
empat kompetensi yang haru dimiliki oleh guru tersebut dapat menjadi gambaran
Sianipar dalam Susanto (2013:28) menyatakan bahwa kinerja sebagai hasil
dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu periode waktu
tertentu atau perwujudan dari hasil perpaduan yang sinergis akan terlihat dari
produktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaanya.
Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 14) kinerja guru dapat diartikan sebuah
tingkat keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai
dengan tanggung jawab berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kinerja guru yang baik
memerlukan proses penilaian. Menurut Hasibuan dalam Rinawatitirin (2012)
dalam Barnawi dan Arifin (2014: 25) penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan
untuk menilai perilaku pegawai dalam pekerjaan baik secara kualitatif ataupun
kuantitatif.
Menurut Mitchell dalam Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) dalam
Barnawi dan Arifin (2014: 26) menggambarkan bahwa kinerja seseorang dapat
terbentuk oleh dua unsur yang salah satunya adalah motivasi. Motivasi yang
dimiliki seseorang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan guna
mencapai tujuan.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2012: 73), motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Motivasi adalah suatu dorongan baik dari dalam maupun dari luar diri
mencapai tujuan yang dikehendakinya. Sebagai suatu dorongan, motivasi akan
memberikan suatu rangsangan yang baik kepada seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya sehingga tujuan yang telah dicita-citakan dapat tercapai.
Salah satu dari wujud motivasi adalah keinginan untuk berprestasi. Menurut
McClelland dalam Danim (2012: 32) kebutuhan berprestasi merupakan motif
yang secara kontras dapat dibedakan dengan kebutuhan lainnya. Seseorang yang
dianggap memiliki motivasi berprestasi, ia akan melakukan serangkaian usaha
agar dapat mengungguli yang lainnya.
Kaitannya dalam bidang pendidikan, motivasi berprestasi juga dapat
dijadikan acuan bagi guru untuk meningkatkan kualitas kinerja. Tidak hanya
sekedar mengajar saja, keinginan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk
mencapai prestasi tertentu berdasarkan kesempurnaan dalam diri seseorang juga
perlu dimiliki oleh seorang guru. Motivasi yang dimiliki oleh seorang guru akan
berpengaruh pada kinerjanya di sekolah.
Selain dari dalam diri seseorang, menurut Barnawi dan Arifin (2014: 43)
faktor yang mempengaruhi kinerja guru ada juga yang berasal dari luar.
Diantaranya adalah kepemimpinan.
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang untuk
menggerakan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,
membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan
menghukum dengan maksud agar anggota kelompok yang menjadi bagian dari
organisasi mau bekerja untuk mencapai tujuan yang telah dirancang ( Kurniadin
Dalam konteks lembaga pendidikan, menurut Asmara (1985) dalam
Kurniadin dan Machali (2014: 292) peran kepemimpinan dilaksanakan oleh
kepala sekolah. Kepemimpinan sekolah berarti mempengaruhi semua personel
yang mendukung pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.
Dalam pengembangan pendidikan, menurut Kurniadin dan Machali (2014:
292) kepemimpinan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu: (1) usaha untuk
mengefektifkan organisasi pendidikan yang meliputi adanya etos kerja yang baik,
manajemen yang terkelola dengan baik, mengusahakan tenaga pendidik yang
memiliki ekspektasi yang tertinggi, mengembangkan tenaga pendidik sebagai
model peran yang positif, memberikan perlakuan balikan positif pada anak didik,
menyediakan kondisi kerja yang baik bagi tenaga pendidik dan staf usaha,
memberikan tanggung jawab pada siswa, dan saling berbagi aktivitas antara
pendidik dan anak didik;(2) mengusahakan lembaga pendidikan/ sekolah untuk
berhasil (succeful school) yang meliputi pelaksanaan fungsi kepemimpinan
dengan menempatkan implementasi kurikulum sebagai tujuan utama, menekankan
pada kualitas pengajaran dan pembelajaran, memiliki tujuan yang jelas dan
ekspektasi yang tinggi pada tenaga pendidik, mampu mengembangkan iklim
organisasi dengan baik, melakukan monitoring dan evaluasi sebagai bagian dari
budaya organisasi, mengelola pengembangan staf, dan melibatkan dukungan
masyarakat dalam pengembangannya.
Dari data hasil penilaian kinerja guru yang telah dilakukan oleh penilai di
kompetensi guru sekolah dasar yang diperoleh sebesar 46,17. Hal ini
menunjukkan tingkat kompetensi yang dimiliki guru tergolong cukup. Namun,
ada beberapa guru yang sudah memiliki tingkat kompetensi yang baik.
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dhany Feby
Nalasatria pada tahun 2013 dengan judul “Gaya Kepemimpinan kepala Sekolah
dan Kinerja Guru: Bukti Empiris Dari Sekolah Menengah Atas Hang Tuah 1
Surabaya” memperoleh hasil bahwa gaya kepemimpinan otokratik, militeristis,
paternalisitis, kharismatis, dan demokratis memberikan pengaruh simultan yang
signifikan terhadap kinerja guru dan yang paling berpengaruh adalah gaya
kepemimpinan demokratis. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Wayan
Murnayasa pada tahun 2014 dengan judul “Kontribusi Pelaksanaan Supervisi
Pengawas Sekolah, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di SD Se Kecamatan Bangli”. Dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara
supervisi pengawas sekolah terhadap kinerja guru, terdapat kontribusi yang
signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, terdapat
kontribusi yang signifikan motivasi berprestasi teradap kinerja guru, dan terdapat
kontribusi yang signifikan secara bersama-sama supervisi pengawas sekolah, gaya
kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi beprestasi terhadap kinerja guru.
Kemudian penelitian yang lain telah dilakukan oleh Dendik Surya Wardana
pada tahun 2013 dengan judul “Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru yang
signifikan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru. Sumbangan efektif
yang diperoleh sebesar 87,7%, sisanya sebesar 12, 3% dipengaruhi variabel lain.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pengawas Dabin
I Kecamatan Cilacap Tengah, pada tanggal 16 Januari 2015 mengatakan bahwa
masih banyak guru SD Negeri di Dabin I yang memiliki kinerja yang kurang, hal
ini dikarenakan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh guru masih rendah. Selain
itu di Dabin I, gaya kepemimpinan kepala sekolah bervariasi macamnya. Dengan
gaya kepemimpinan yang bervariasi tersebut, kinerja guru juga menjadi
bermacam-macam. Ada yang baik ada pula yang masih kurang.
Kemudian, wawancara juga dilakukan dengan kepala sekolah SD Negeri
Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah pada tanggal 15 April 2015 yang mengatakan
bahwa kinerja guru di sekolah bermacam-macam variasinya. Kinerja guru yang
kurang maksimal diantaranya disebabkan masalah waktu. Selain itu, motivasi
berprestasi yang belum digali secara mendalam oleh para guru menyebabkan
kinerja guru menjadi kurang maksimal.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini dilaksanakan untuk
mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi
berprestasi terhadap kinerja guru sekolah dasar di Kecamatan Cilacap Tengah
Kabupaten Cilacap.
1.2
Identifikasi Masalah
(1) Kinerja sebagian guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah yang masih kurang dan perlu ditingkatkan.
(2) Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang bervariasi membuat perbedaan pada kinerja guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah.
(3) Motivasi berprestasi guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah yang belum digali secara mendalam.
(4) Pola pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru masih beragam bentuknya.
(5) Belum diketahuinya gaya kepemimpinan yang ideal bagi kepala sekolah.
(6) Perubahan dari kinerja guru sebelum dan sesudah pembinaan yang dilakukan
oleh kepala sekolah belum terlihat.
(7) Lokasi SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah yang jauh dari pusat
kota membuat kinerja sebagian guru menjadi tidak maksimal.
1.3
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi cakupan permasalahan yang
diteliti yaitu mengenai pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi
terhadap kinerja guru.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian
(1) Bagaimanakah tingkat gaya kepemimpinan sekolah yang ada di SD Negeri
Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?
(2) Bagaimanakah tingkat motivasi berprestasi guru di SD Negeri Dabin I
Kacamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?
(3) Bagaimanakah tingkat kinerja guru di SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap
Tengah Kabupaten Cilacap?
(4) Adakah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?
(5) Adakah pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru SD Negeri
di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?
(6) Adakah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi
berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I
Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?
(7) Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten
Cilacap?
(8) Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SD
Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?
(9) Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi
berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I
1.5
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SD
Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
(1) Untuk mendeskripsikan tingkat gaya kepemimpinan kepala sekolah SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
(2) Untuk mendeskripsikan tingkat motivasi berprestasi guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
(3) Untuk mendeskripsikan tingkat kinerja guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
(4) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
(5) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah.
(6) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
(8) Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
(9) Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
1.6
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat secara praktis ditujukan bagi peneliti, bagi guru, dan bagi kepala sekolah.
1.6.1Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitain ini untuk memberikan informasi
pengetahuan tentang manajemen pendidikan melalui kajian gaya kepemimpinan
kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru. Dan menjadi
gambaran bagi peneliti mengenai kinerja guru yang baik ketika telah menjadi
guru nantinya.
1.6.2Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu bagi peneliti, pendidik, dan kepala sekolah.
1.6.2.1Bagi Kepala Sekolah
1.6.2.2Bagi Pendidik
(1) Diharapkan dapat memberi motivasi untuk lebih meningkatkan motivasi berprestasi.
(2) Dapat meningkatkan kinerja guru supaya lebih baik lagi.
1.6.2.3Bagi Peneliti
13
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan diuraikan tentang landasan teori, hubungan antar
variabel, kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1
Landasan Teori
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kinerja guru, gaya
kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi berprestasi.
2.1.1 Kinerja Guru
T. Aritonang (2005) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 12)
mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
suatu organisasi yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dalam upaya
mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Sementara itu, menurut Munir (2008:30) kinerja merupakan gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan untuk mewujudkan
sasaran, tujuan, misi, dan visi lembaga.
Menurut Wahjosumidjo dalam Munir (2008: 30) kinerja adalah
sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu
Menurut Susanto (2013: 27) kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi
yang diperlihatkan atau kemampuan kerja yang diemban, melaksanakan tugas
dengan bidang, dan hasil yang diperoleh dengan baik.
As’ad dalam Munir (2008: 31) berpendapat bahwa kinerja adalah
kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Pekerjaan ini
berkaitan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya.
Dari definisi kinerja yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli, dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah sesuatu yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan pekerjaannya demi mewujudkan tujuan di dalam unit kerja.
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah
kegitan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru
merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai
hasil belajar.
Natawijaya (1999) dalam Susanto (2013: 29) menjelaskan bahwa kinerja
guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas dan
termasuk bagaimana guru mempersiapkan dan mengevaluasi.
Menurut Rusman (2013: 50) Standar kinerja perlu dirumuskan untuk
dijadikan acuan dalam mengadakan perbandingan terhadap apa yang dicapai
dengan apa yang diharapkan, atau kualitas kinerja adalah wujud perilaku atau
kegiatan yang dilaksanakan dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan
yang hendak dicapai secara efektif dan efisien.
Berkaitan dengan standar kinerja guru, Sahertian dalam Rusman (2013:
Standar Kinerja Guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) Bekerja dengan siswa secara individual; (2) Persiapan dan perancanaan pembelajaran; (3) Pendayagunaan media pembelajaran; (4) Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar; dan (5) Kepemimpinan yang aktif dari guru.
Dalam dunia pendidikan, kualitas guru sangat diperlukan. Salah satunya
adalah kualitas kinerja guru. Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar
Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu
Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional. Keempat
Kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pasal (1) ayat (1) menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah”.
Suprihatiningrum (2012: 24) menyatakan bahwa guru adalah pendidik
profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada jenjang pendidikan
tertentu.
Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus. Untuk
yang harus menguasai benar tentang pendidikan dan pengajaran dengan berbagai
ilmu pengetahuan yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Menurut Glasser dalam Rusman (2013:51), berkenaan dengan
kompetensi guru, ada empat hal yang harus dikuasi guru, yaitu menguasai bahan
pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu melaksanakan proses
pembelajaran, dan mampu mengevaluasi hasil belajar.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal (7) ayat (1) dikatakan
bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang khusus yang memerlukan
prinsip-prinsip professional, diantaranya:
(a)Memiliki bakat, minat, dan panggilan jiwa dan idealisme; (b) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya;(c) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugasnya; (d) Mematuhi kode etik profesi; (e) Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas; (f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; (g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan; (h) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya; (i) Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.
Guru yang memiliki profesionalisme adalah guru yang dapat
menjalankan tugasnya secara profesional. Untuk dapat menentukan seorang guru
dikatakan professional, dapat dilihat dari dua perspektif yaitu dilihat dari tingkat
pendidikan yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai guru. Yang kedua,
penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, pengelolaan terhadap kelas, dan
tugas-tugas lain yang berkaitan dengan siswa.
Tugas dan peran guru tidaklah hanya sebatas di dalam masyarakat,
namun pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang
2.1.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kinerja guru, diantaranya faktor
eksternal dan internal. Faktor internal adalah yang bersumber dari personal/
individu yang meliputi unsur pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap guru.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seorang guru.
Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 43) faktor dari luar yang dapat mempengaruhi
kinerja guru, yaitu: (1) gaji yang merupakan salah satu bentuk dari apresiasi atas
prestasi kerja yang diberikan kepada seorang guru. ; (2) sarana dan prasarana
merupakan semua perangkat dan peralatan yang digunakan secara langsung dalam
proses pendidikan di sekolah. ; (3) lingkungan kerja fisik yang meliputi
pencahayaan, pewarnaan, udara, kebersihan, kebisingan, dan keamanan. ; dan (4)
kepemimpinan yang dapat dilihat dari gaya kepemimipinan kepala sekolah. Gaya
kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja guru untuk meningkatkan
produktivitas kerja demi mencapai tujuan.
2.1.1.2 Fungsi dan Peranan Guru
Pendidikan merupakan suatu sistem karena memiliki ciri-ciri sistem
yang diantaranya adalah memiliki komponen yang saling mempengaruhi dan
mempunyai tujuan yang sama. E. Mulyasa dalam Susanto (2013: 32)
mengemukakan bahwa peran dan fungsi guru sangat berpengaruh terhadap
(1) Sebagai pendidik dan pengajar, yakni guru secara otomatis adalah sebagai
pendidik dan pengajar yang harus memiliki kestabilan emosi, cita-cita, dan
keinginan untuk memajukan muridnya.
(2) Sebagai anggota masyarakat, yaitu setiap guru harus pandai bergaul dengan
masyarakat.
(3) Sebagai pemimpin, yaitu setiap guru adalah pemimpin yang harus memiliki
kepribadian.
(4) Sebagai administrator, yaitu guru akan dihadapkan pada tugas adminstrasi
yang harus dikerjakan, sehingga diperlukan pribadi yang jujur, teliti, dan
rajin.
(5) Sebagai pengelola pembelajaran, yaitu guru harus mampu menguasai
berbagai metode dan memahami situasi belajar mengajar.
2.1.1.3 Kriteria Kinerja Guru
Seseorang yang berorientasi pada kinerja harus memiliki kriteria-kriteria
tertentu.Menurut Hradesky dalam Susanto (2013: 30) kroteria-kriteria individu
yang berorientasi pada kinerja meliputi:
a) Kemampuan intelektual, yaitu suatu kemampuan yang meliputi kapasitas
yang digunakan untuk berpikir secara logis, praktis, dan menganalisis sesuai
konsep dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara jelas.
b) Ketegasan, yaitu seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk
menganalisis kemungkinan memiliki komitmen terhadap pilihan yang pasti
c) Semangat, yaitu seorang guru perlu memiliki upaya untuk bekerja secara aktif
dan tidak mengenal lelah.
d) Berorientasi pada hasil, yaitu keinginan dari dalam diri guru untuk mencapai
suatu hasil dan menyelesaikan tugas dengan baik.
e) Kedewasaan sikap dan perilaku yang pantas, yaitu seorang guru perlu
melakukan pengendalian emosi dan disiplin diri yag tinggi serta memiliki
kemampuan untuk mengambil alih tanggung jawab.
f) Keterampilan interpersonal, yaitu kecenderungan yang dimiliki guru untuk
menunjukkan perhatian pemahaman dan kepedulian terhadap orang lain.
g) Keingintahuan, yaitu seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk
melakukan usaha-usaha yang rumit secara obejktif dan cepat dalam menilai
sesuatu secara kritis.
h) Produktif, merupakan kemampuan guru untuk melakukan inisiatif secara
mandiri dengan mengantisipasi permasalahan dan menerima tanggung jawab
pekerjaan.
i) Keterbukaan, adalah kemampuan guru untuk mengungkapkan pendapat dan
perasaan secara langsung dan apa adanya.
j) Pemberdayaan kemampuan, yaitu suatu sikap percaya diri untuk selalu siap
melaksanakan tugas dan memberi kepercayaan atas kemampuan orang lain
dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
k) Teknis dan pengetahuan, keterampilan, keputusan, perilaku, serta tanggung
jawab merupakan perilaku yang dijadikan sebagai kriteria yang perlu dimiliki
Dari kriteria-kriteria di atas, guru yang memiliki kinerja yang baik adalah
guru yang memiliki kriteria tersebut sehingga tugas mengajar adalah sebagai tugas
mulia yang diemban dengan sepenuh hati. Selanjutnya Hradesky dalam Susanto
(2013: 31) mengemukakan bahwa kinerja guru dapat dikategorikan sebagai unjuk
kerja yang dicapai yaitu berupa kualitas individu yang diperlihatkan sebagai
bagian dari tanggung jawab didalam pekerjaan.
Kriteria-kriteria tersebut akan menjadikan kualitas kinerja guru menjadi
lebih baik. Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Dalam Undang-Undang tersebut, standar
kompetensi guru dikembangkan menjadi empat kompetensi yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan Kompetensi
profesional.
Kompetensi Pedagogik adalah kompetensi yang berkaitan dengan
pemahaman yang dimiliki oleh guru. Pemahaman tersebut meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.
Kompetensi Kepribadian adalah kompetensi yang berkenaan dengan tugas
sebagai seorang guru yang harus didukung oleh suatu perasaan bangga dengan
tugas yang dimiliki guru yang berguna untuk mempersiapkan generasi bangsa
yang berkualitas dimasa depan. Dalam kompetensi kepribadian seorang guru perlu
materi pelajaran, guru juga harus mampu membelajarkan sikap kedisiplinan
kepada siswa, mengajarkan siswa agar lebih rajin membaca, dan melatih siswa
untuk menghargai waktu dengan melakukan hal-hal yang positif.
Kompetensi Sosial adalah kompetensi yang berkaitan dengan hubungan
guru dengan masyarakat dan siswa. Di mata masyarakat dan siswa, guru
merupakan seorang panutan yang perlu dicontoh dan menjadi suri teladan dalam
kehidupan sehari-hari. Seorang guru yang memiliki kemampuan sosial dengan
baik akan lebih menjalin hubungan baik antara sekolah dengan masyarakat.
Kompetensi Profesional adalah kompetensi yang dimiliki oleh guru
berkaitan dengan proses pembelajaran. Tugas seorang guru adalah mengarahkan
kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu sebagai
guru harus selalu memperbaharui dan menguasai materi pelajaran yang disajikan.
Dalam penyampaian pelajaran, guru juga harus dapat memberikan suasana yang
mendukung agar siswa aktif dan memperhatikan dengan baik, sehingga dapat
mendorong siswa untuk senang bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen,
serta menemukan fakta dan konsep yang benar.
2.1.1.4 Penilaian Kinerja Guru
Menurut Rusman (2013: 93), penilaian merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, manganalisis, serta menafsirkan data tentang proses dan hasil
Menurut S.P Hasibuan dalam Rinawatiririn (2012) dalam Barnawi dan
Arifin (2014: 25) penilaian kinerja adalah evaluasi terhadap perilaku, prestasi
kerja, dan potensi pengembangan yang telah dilakukan oleh seseorang.
Penilaian digunakan sebagai informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan. Penilaian yang dimaksud tidak hanya bergantung dari hasil akhir,
tetapi pada proses juga menjadi bagian penting dalam suatu peniaian. Penilaian
yang dilaksanakan secara berkelanjutan akan lebih baik daripada yang
dilaksanakan hanya satu kali. Karena dengan berkelanjutan, kinerja guru dapat
diketahui perkembangannya.
Secara umum, menurut Ditjen PMPTK (2010) dalam Barnawi dan Arifin
(2014: 26) penilaian kinerja guru memiliki dua fungsi utama, yaitu:
(1) Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan
keterampilan yang diperlukan untuk proses pembelajaran, pembimbingan,
atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah.
(2) Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja
pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah yang dilakukan pada saat tersebut.
T.R. Mitchcell dalam Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) dalam
Barnawi dan arifin (2014: 26) menjelaskan mengenai teori dasar yang digunakan
sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja guru yaitu:
Rumusan tersebut menunjukkan gambaran bahwa kinerja seseorang akan
terwujud oleh dua unsur, yaitu motivasi dan abilitas. Motivasi merupakan faktor
pendorong yang membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
Abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
individu. Abilitas adalah factor penting dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Menurut Ditjen PMPTK (2010) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 28)
Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru
mata pelajaran atau guru kelas, meliputi kegiatan merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil
penilaian dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian, dan melaksanakan
tindak lanjut hasil penilaian yang berkaitan dengan empat kompetensi yang harus
dimiliki.
2.1.1.5 Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Dasar
Guru adalah komponen penting yang menentukan tingkat keberhasilan
pembelajaran. Tugas seorang guru tidak hanya sekedar memberikan materi
pelajaran kepada siswa, namun guru memiliki empat tugas yang dilaksanakan
yaitu: mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih.
Menurut Natawidjaya dalam Susanto (2013: 34) kinerja mengajar adalah
seperangkat perilaku nyata guru pada saat memberikan pelajaran kepada siswa.
Dalam memberikan pelajaran, guru tidak boleh hanya sekedar mentransfer ilmu
kepada siswa. Lebih dari itu, guru perlu melakukan tiga kegiatan pokok yaitu:
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi
(1) Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan perlu dilakukan oleh guru sebelum memulai pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini dilakukan agar pada saat pelaksanaan dapat berlangsung
dengan baik dan mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan (Susanto, 2013: 37).
Untuk membuat perencanaan pembelajaran yang baik guru harus
mempertimbangkan berbagai aspek yang ada pada siswa.
Indikator untuk merencanakan pembelajaran adalah sebagai berikut. a)
merumuskan tujuan pembelajaran; b) memilih dan mengembangkan bahan
pelajaran; c) merencanakan kegiatan belajar, termasuk merencanakan pendekatan
dan metode mengajar, langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, serta alat dan
sumber belajar; dan d) merencanakan penilaian (Susanto, 2013: 40).
(2) Melaksanakan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran tugas pokok kedua guru adalah
melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan
inti dari keseluruhannya. Guru berperan aktif untuk menyampaikan materi, pesan,
dan informasi yang harus diterima oleh siswa. Jika proses pelaksanaan
pembelajaran tidak berhasil, maka secara langsung tujuan pembelajaran akan
gagal.
Pada pelaksanaan pembelajaran ada beberapa tahapan kegiatan yang
perlu dilakukan guru, yaitu: a) membuka pelajaran; b) menyampaikan materi
pelajaran; dan c) menutup pelajaran.
Tugas pokok guru yang ketiga adalah mengevaluasi pembelajaran.
Kegiatan mengevaluasi ini bertujuan untuk mengetahui perolehan belajar siswa
secara menyeluruh yang meliputi pengetahuan, konsep, nilai, maupun proses.
Menurut Utomo (2008) dalam Susanto (2013: 51), evaluasi pembelajaran
berguna untuk mengetahui besarnya keefektifan pembelajaran dan evaluasi yang
dilakukan setiap akhir kegiatan pembelajaran akan bermanfaat untuk mendeteksi
siswa yang masih belum memahami dan mengalami kesulitan.
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan setiap akhir pembelajaran, dapat
dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan akhir. Selain
kegiatan tersebut guru juga data melakukan evaluasi dalam bentuk lain yaitu
dengan melakukan penilaian proses.
M. Uzer Usman (1994) dalam Susanto (2013: 52) menyatakan bahwa
penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan saat proses belajar mengajar
berlangsung oleh guru dengan cara memberikan umpan balik kepada seorang
siswa atau kelompok siswa. Hal ini akan mengembangkan sikap-sikap yang
dikehendaki seperti: kreativitas, kerja sama, tangggung jawab, dan sikap disiplin
sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
2.1.2 Motivasi
Motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Berawal dari kata “motif”itu, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2012:73), motivasi adalah perubahan
energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Hadari Nawawi dalam Kurniadin dan Machali (2014:333),
motivasi (motivation) berakar dari motif (motive) yang berarti dorongan sebab
atau alasan seseorang melakukan sesuatu, biasanya motif itu diwujudkan dalam
berbagai tingkah laku seseorang. Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang
untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi
mencapai tujuan, dengan pengertian tercapainya tujuan perusahaan berarti tercapai
pula tujaun pribadi para anggota perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Danim (2012: 2) motivasi adalah kekuatan, dorongan, kebutuhan,
semangat, tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau
kelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang
dikehendakinya.
Dari pengertian beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu dorongan baik dari dalam diri seseorang maupun dari luar untuk
melakukan serangkaian usaha guna mencapai tujuan dan memenuhi
Ada beberapa faktor pembentuk motivasi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produktvitas kerja yang berpengaruh pada pencapaian tujuan,
antara lain; (1) kemungkinan untuk berkembang; (2) jenis pekerjaan; (3) Perasaan
bangga yang dimiliki sebagai bagian dari tempat individu bekerja.
2.1.2.1 Motivasi Berprestasi
Teori motivasi didasarkan pada asumsi bahwa seseorang akan bekerja dengan
baik biila diberi kesempatan dan dorongan yang tepat (Kurniadin dan Machali,
2014: 337). Ada berbagai macam teori motivasi yang diantaranya adalah teori
motivasi berprestasi. Teori motivasi menurut McClelland dalam Kurniadin dan
Machali (2014: 347) adalah kebutuhan yang kuat untuk berprestasi, dorongan
untuk berhasil, dan berkaitan dengan sejauh mana orang termotivasi untuk
melaksanakan tugas.
Menurut Usman (2008: 259) Motivasi berprestasi adalah sebuah dorongan
dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. McClelland dalam Usman (2008: 259)
membagi tiga kebutuhan dalam teori motivasinya. Salah satu dari kebutuhan
tersebut adalah kebutuhan akan prestasi (need of achievement) yang disingkat
dengan n Ach. Alat ukur n Ach tlah dikembangkan oleh Murray (1943) dengan
nama Thematic Apperception Test (TAT) yang kemudian dikembangkan oleh
McClleland (1953). Ciri penting dari n Ach adalah kebutuhan itu dipelajari. Suatu
n Ach yang mulanya rendah akan meningkat setelah mendapatkan pelatihan atau
Pada teori ini, orang yang memiliki needs of achievement tinggi adalah orng
yang selalu memiliki pola pikir tertentu ketika merencanakan untuk melaksanakan
sesuatu, yaitu dengan mempertimbangkan pekerjaan yang dilakukan cukup
menantang atau tidak . Yang selanjutnya adalah seseorang yang bersedia untuk
memikul tanggung jawab sebagai bagian dari konsekuensi usaha untuk mencapai
tujuan, berani mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, bersedia mencari
informasi untuk mengukur kemajuan, dan menginginkan kepuasan dari hasil yang
telah diraih.
Menurut McClelland dalam Usman (2008: 260) orang yang memilliki motif
berprestasi tinggi bercirikan antara lain; (1) bertanggung jawab atas segala
perbuatan, mengatikan diri pada karir dan masa depan serta tidak menyalahkan
orang lain dalam kegagalan; (2) berusaha mencari umpan balik atas perbuatan dan
bersedia mendengarkan pendapat orang lain sebagai masukan untuk memperbaiki
diri; (3) berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan melebihi orang lain
dan menciptakan yang terbaik; (4) berusaha melakukan sesuatu secara inovatif
dan kreatif dan mampu mewujudkan gagasan dengan baik dan kurang
menyenangi system yang membatasi gerak ke arah yang lebih positif; (5) pandai
mnegatur waktu dan tidak menunda pekerjaan; dan (6) bekerja keras dan bangga
dengan hasil yang dicapai.
Selanjutnya seseorang yang memiliki motivasi tinggi biasanya akan
berusaha untuk mengungguli yang lain, Karakteristik orang yang berprestasi
(1) Berani Mengambil Risiko Moderat, yaitu orang yang memiliki motivasi
berprestasi akan memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang berada
diantara risiko tertinggi dan risiko terendah. Mereka akan mempunyai cara
yang lebih inovatif dalam menyelesaikan permasalahan.
(2) Menghendaki umpan balik segera (immediate feedback), yaitu orang yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi akan sering mencari informasi mengenai
kinerjanya selama ini. Penyampaian informasi tersebut berupa kelebihan dan
kekurangan yang dimanfaatkan untuk keperluan meningkatkan prestasi yang
lebih baik dari kondisi saat ini.
(3) Keberhasilan diperhitungkan secara teliti, yaitu orang yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi akan lebih mengutamakan pencapaian tugas yang diberikan
daripada memperhitungkan imbalan yang diperoleh. Seseorang akan lebih
puas secara intrinsik dengan pencapaian kerjanya daripada imbalan materi
atau hadiah yang istimewa.
(4) Mengintegral dengan tugas, yaitu orang yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi akan menerima tugas sebagai bagian dari hidupnya. Tugas yang
dhadapi kepadanya dipandang sebagai kewajaran bukan sebagai beban.
Orang-orang seperti ini biasanya bersikap tidak sengaja menunda separuh
pekerjaan, bersahabat, realistik, dan mengutamakan kemampuan individu.
2.1.2.2Model Pendekatan Motivasi dalam Organisasi
351) ada beberapa model motivasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai pendekatan kepada guru antara lain:
(1) Model tradisional, yaitu bentuk usaha yang ditempuh oleh kepala sekolah untuk membuat guru menjalankan pekerjaan yang terasa membosankan menjadi menyenangkan.
(2) Model hubungan manusiawi, yaitu kepala sekolah lebih menekankan cara memotivasi guru dengan cara mengakui kebutuhan sosial guru untuk meningkatkan kepuasan kerja.
(3) Model sumber daya manusia, yaitu kepala sekolah tidak hanya bertugas untuk memberikan guru dengan upah saja, namun kepala sekolah juga harus mengembangkan rasa bersama dalam mencapai tujuan organisasi.
2.1.2.3Upaya yang Dilakukan Pemimpin untuk Memotivasi Guru
Demi mencapai tujuan dalam suatu kegiatan, pemimpin tidak hanya diam
dan memerintah anggota kelompok, tetapi perlu adanya pemberian motivasi yang
dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin harus mengetahui cara-cara yang tepat untuk
meningkatkan kinerja anggota kelompoknya. Menurut Danim (2012: 41) ada
beberapa cara yang dapat digunakan oleh pemimpin untuk meningkatkan motivasi
dan cara tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah, antara lain:
(1) Rasa hormat, yaitu seorang kepala sekolah dapat memberikan rasa hormat
dan penghargaan secara adil kepada guru yang dilakukan atas dasar
prestasi, kepangkatan, dan pengalaman.
(2) Informasi, yaitu seorang kepala sekolah senantiasa memberikan informasi
pekerjaan dan cara untuk mengerjakannya. Informasi hendaknya diberikan
secara edukatif dan persuasif.
(3) Perilaku, yaitu seorang kepala sekolah yang baik akan memberikan contoh
perilaku yang diharapkan oleh guru.
(4) Hukuman, yaitu kepala sekolah hendaknya memberikan hukuman kepada
guru yang bersalah secara terpisah dengan anggota yang lain. Hukuman
yang diberikan hendaknya dapat menjadikan guru lebih baik lagi.
(5) Perintah, yaitu kepala sekolah yang baik akan memberi perintah secara
tidak langsung. Kepala sekolah memberikan perintah seperti akan
mengajak dan lebih baik lagi jika diawali dengan pemberian contoh.
(6) Perasaan, yaitu interaksi yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru
hendaknya dilakukan dengan kata-kata yang lembut disertai rasa bersahabat
dan rasa partisipasi yang membuat rasa nyaman.
2.1.3 Kepemimpinan
Menurut Robbins (1991) dalam Kurniadin dan Machali (2014: 289)
kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi sekelompok anggota agar
bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh tersebut dapat
diperoleh secara formal, yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang
didudukinya dalam suatu organisasi.
Menurut Kotter (1997) dalam Kurniadin dan Machali (2014: 289)
menciptakan organisasi atau menyesuaikannya terhadap keadaan-keadaan yang
jauh berubah.
Mulyasa (2003) dalam Sutomo dkk (2011: 80) mengartikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Terry dan Rue (1985) dalam Usman (2008: 274) mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada di dalam diri pemimpin untuk memengaruhi orang lain yang bekerja secara bersama-sama secara sadar berkaitan dengan hubungan tugas yang dikehendaki.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses yang dilakukan untuk mempengaruhi sekelompok anggota yang digunakan untuk memfasilitasi individu dalam rangka mencapai tujuan bersama.
2.1.3.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada
seorang pemimpin. Keberhasilan suatu sekolah dapat dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan kepala sekolah sebagai penggerak aktivitas untuk mencapai suatu
tujuan.
Menurut Suprihatiningrum (2012: 275) kepemimpinan pendidikan secara
umum adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk
memengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan, dan memaksa
Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka
mengarahkan tujuan dan menggerakan organisasi pendidikan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
U. Husna Asmara (1985) dalam Locke dalam Kurniadin dan Machali
(2014: 292) berpendapat bahwa kepemimpinan pendidikan adalah segenap
kegiatan dalam usaha memengaruhi personal di lingkungan pendidikan pada
situasi tertentu agar mereka melalui usaha kerja sama, mau bekerja dengan penuh
tanggung jawab, dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Kepala sekolah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin. Kepala
sekolah mempunyai dua jabatan dan peran penting dalam melaksanakan proses
pendidikan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah; dan
kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Sebagai
pengelola pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab untuk keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan dengan caa melaksanakan administrasi sekolah
dengan seluruh substansinya.
Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan yaitu
memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik, berpegang teguh pada tujuan
yang hendak dicapai, bersemangat, jujur, cakap dalam memberi bimbingan, cepat
serta bijaksana dalam mengambil keputusan, cerdas, dan cakap dalam hal
mengajar serta menaruh kepercayaan kepada yang baik dan berusaha
2.1.3.2 Fungsi Kepemimpinan
Secara operasional, fungsi kepemimpinan dibedakan menjadi lima fungsi
pokok yaitu:
(1) Fungsi instruksi, yaitu pemimpin sebagai komunikator dimana perintah yang
disampaikan dan dikerjakan agar keputusan dilaksanakan secara efektif.
(2) Fungsi konsultasi, bersifat komunikasi dua arah yaitu antara pemimpin dan
yang dipimpinnya dalam hal untuk menetapkan keputusan.
(3) Fungsi partisipasi, pemimpin berusaha mengaktifkan anggota yang
dipimpinnya. Dalam pengambilan keputusan pemimpin juga
mengikutsertakan anggotanya tetapi masih tetap dalam pengawasan
pemimpin.
(4) Fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang untuk
menetapkan keputusan, baik melalui maupun tanpa melalui persetujuan dari
pemimpin.
(5) Fungsi pengendalian, dalam hal ini kepemimpinan yang efektif mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan terkoordinasi sehingga
tujuan bersama dapat tercapai.
Selain fungsi operasional, seorang pemimpin juga memiliki fungsi yang
bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan.
Menurut Indrafachrudi (2006:4) fungsi pemimpin yang berkaitan dengan
(1) Pemimpin berfungsi untuk memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam
kelompok. Pekerjaan akan terasa lebih mudah mencapai tujuan apabila
dikerjakan secara bersama-sama.
(2) Pemimpin berfungsi untuk mengusahakan tempat kerja yang menyenangkan,
sehingga ada semangat bekerja yang ditunjukkan oleh pelaksana kerja.
Pemimpin memberikan rasa kepercayaan yang harus diketahui oleh anggota
kelompok.
(3) Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota sehingga
mereka menjadi nyaman dan merasa menjadi bagian dalam kelompok. Hal ini
akan membangkitkan semangat anggota kelompok dalam bekerja.
(4) Pemimpin dapat mempergunakan kelebihan yang ada bukan untuk berkuasa,
tetapi untuk memberi motivasi kepada anggota kelompok sebagai acuan
untuk menuju pencapaian tujuan bersama.
Kemudian Karwati dan Priansa (2013: 164) mengemukakan ada dua fungsi
pokok dari seorang pemimpin yang dapat menciptakan sekolah efektif, antara lain:
(1) Task Related/ Problem Solving Function
Kepala sekolah harus memberikan saran dan mampu memecahkan berbagai
masalah yang muncul, serta memberikan sumbagan informasi dan pendapat bagi
segala permasalahan yang muncul di lingkungan sekolah.
(2) Group Maintance Function/ Sosial Function
Kepala sekolah membantu sumber daya yang ada di sekolah agar mampu
beroperasi dengan lebih optimal. Kepala sekolah memberikan persetujuan atau
2.1.3.3 Ciri dan Sifat Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
Menurut George R. Terry( 1997) dalam Karwati dan Priansa (2013: 173-4),
ada delapan ciri dan sifat kepala sekolah sebagai pemimpin, antara lain:
(1) Energik, yaitu kepala sekolah harus memiliki mental dan fisik yang kuat
untuk memimpin pegawai.
(2) Stabilitas Emosi, yaitu kepala sekolah tidak boleh cepat marah dan
berprasangka buruk kepada pegawai. Selain itu, kepala sekolah juga harus
mampu mengelola emosinya.
(3) Hubungan Sosial, yaitu kepala sekolah harus memiliki pengetahuan tentang
cara-cara bermasyarakat yang baik dan tepat.
(4) Motivasi pribadi, yaitu seorang kepala sekolah harus bisa memotivasi diri
sendiri agar menjadi pemimpin yang besar dan baik.
(5) Keterampilan Komunikasi, yaitu kepala sekolah harus memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi dengan baik kepada pegawainya dan masyarakat.
(6) Keterampilan mengajar, yaitu kepala sekolah memiliki kemampuan untuk
mengajarkan, menjelaskan, dan mengembangkan potensi pegawainya.
(7) Keterampilan sosial, yaitu kepala sekolah harus memiliki rasa tanggap
terhadap keadaan sekitar. Senang menolong dan luwes dalam pergaulan
dengan pegawai dan masyarakat.
(8) Komponen teknis, yaitu kepala sekolah mempunyai kecakapan dalam
menganalisis, merencanakan, menyusun konsep, mengorganisasi,
2.1.3.4 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk
memengaruhi pengikutnya. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan
yang khas dan berbeda satu dengan lainnya.
Kurniadin dan Machali (2014: 301) mengungkapkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik
yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.
Sementara itu, menurut Thoha (1995) dalam Sutomo dkk (2011: 84) gaya
kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat
orang tersebut mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat.
Menurut Sutomo dkk (2011: 84) gaya kepemimpinan adalah pola perilaku
pemimpin yang khas saat mempengaruhi anak buahnya.
Dari beberapa pengertian mengenai gaya kepemimpinan diatas dapat
disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku khas yang digunakan
pemimpin untuk mempengaruhi anak buahnya yang betujuan agar sasaran
organisasi tercapai.
Setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, dan kepribadian sendiri yang
khas. Ini akan mempengaruhi gaya atau style perilaku memimpinnya.
Gaya kepemimpinan adalah pola yang menyeluruh dari tindakan seorang
pemimpin, baik yang nampak maupun tidak merupakan bagian dari keyakian
pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. Secara umum, menurut Karwati
dan Priansa (2013: 178-9) gaya kepemimpinan paling luas dikenal gaya
(1) Gaya Kepemimpinan Otoktratis
Gaya kepemimpinan otokratis ini meletakkan seorang kepala sekolah
sebagai sumber kebijakan. Kepala sekolah memandang guru, staf, dan pegawai
lain sebagai hanya menerima instruksi dari kepala sekolah dan tidak
diperkenankan untuk membantah. Tipe kepemimpinan otokratis memandang
bahwa segala sesuatu ditentukan oleh kepala sekolah sehingga keberhasilan
sekolah terletak dari kepala sekolah.
(2) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis menyajikan ruang kesetaraan dalam
pendapat. Guru, staf, dan pegawai memiliki hak untuk berkontribusi dalam
tanggungjawab yang diembannya dan merupakan bagian dari keseluruhan sekolah
sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan martabat. Kepemimpinan
demokratis menempatkan kepala sekolah sebagai seseorang yang mempunyai
tanggung jawab untuk mengarahkan, mengontrol, dan mengevaluasi, serta
mengkoordinasikan berbagai pekerjaan yang diemban guru, staf, dan pegawai
lainnya.
(3) Gaya Kepemimpinan Laissez Fairre
Gaya kepemimpinan Laissez fairre memberikan kebebasan mutlak kepada
guru, staf, dan pegawai lainnya. Dalam hal ini kepala sekolah bersifat pasif dan
tidak memberikan keteladanan dalam kepemimpinannya.
Dalam teori kepemimpinan situasional, gaya kepemimpinan akan efektif jika
kemauan anak buah dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang
dibebankan.
Menurut Mulyasa dalam Kurniadin dan Machali (2014: 307) gaya
kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam tingkat kematangan anak buah
dan kombinasi yang tepat antar perilaku tugas dan hubungan antara lain:
(1) Gaya mendikte (telling), yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah dalam
tingkat kematangan rendah dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang
jelas.
(2) Gaya menjual, yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah dalam taraf rendah
sampai moderat. Pemimpin selalu memberikan petunjuk yang banyak,
diperlukan hubungan yang