• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerentanan Plutella xylostella dari Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terhadap Lima Jenis Insektisida Komersial, Ekstrak Piper aduncum, serta Campuran ekstrak P. aduncum dan Tephrosia vogelii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kerentanan Plutella xylostella dari Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terhadap Lima Jenis Insektisida Komersial, Ekstrak Piper aduncum, serta Campuran ekstrak P. aduncum dan Tephrosia vogelii"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KERENTANAN

Plutella xylostella

DARI KECAMATAN

CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

TERHADAP LIMA JENIS INSEKTISIDA KOMERSIAL,

EKSTRAK

Piper aduncum

SERTA CAMPURAN

EKSTRAK

P. aduncum

DAN

Tephrosia vogelii

AULIA RAKHMAN

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kerentanan Plutella

xylostella dari Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terhadap Lima

Jenis Insektisida Komersial, Ekstrak Piper aduncum, serta Campuran Ekstrak P. aduncum dan Tephrosia vogelii” adalah benar karya saya dengan arahan dari

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Aulia Rakhman

(3)

ABSTRAK

AULIA RAKHMAN. Kerentanan Plutella xylostella dari Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terhadap Lima Jenis Insektisida Komersial, Ekstrak Piper aduncum, serta Campuran Ekstrak P. aduncum dan Tephrosia

vogelii. Dibimbing oleh DJOKO PRIJONO.

Plutella xylostella merupakan hama penting pada tanaman famili

Brassicaceae. Kerusakan akibat hama tersebut dapat menyebabkan kehilangan hasil secara signifikan. Penggunaan insektisida secara terus menerus oleh petani dapat menyebabkan terjadinya resistensi hama P. xylostella. Penelitian ini bertujuan menentukan kerentanan larva P. xylostella yang berasal dari Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terhadap lima jenis insektisida komersial, yaitu deltametrin, emamektin benzoat, klorantraniliprol, profenofos dan spinetoram, ekstrak buah Piper aduncum serta campuran ekstrak buah P. adumcum dan daun T. vogelii. Pengujian insektisida dilakukan pada larva instar 2

P. xylostella menggunakan metode celup daun dengan pemberian daun pakan

perlakuan selama 48 jam. Pengamatan mortalitas serangga uji dilakukan setiap hari hingga 96 jam setelah perlakuan (JSP), selanjutnya data dianalisis dengan metode probit. Deltametrin dan profenofos memiliki toksisitas yang rendah, sedangkan klorantraniliprol memiliki toksisitas yang sedang terhadap larva P. xylostella. LC95 profenofos dan klorantraniliprol pada 96 JSP masing-masing 18351.0 dan 131.1 mg b.a./L; nilai tersebut 24.5 dan 3.3 lebih tinggi daripada konsentrasi anjuran masing-masing. Lebih lanjut, larva P. xylostella masih rentan terhadap emamektin benzoat, spinetoram, ekstrak P. aduncum, serta campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii. LC95 emamektin benzoat dan spinetoram masing-masing 1.17 dan 0.81 mg b.a./L; nilai tersebut 8.5 dan 14.8 lebih rendah daripada konsentrasi anjuran masing-masing. Sementara itu, campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii (LC95 4759.80 mg ekstrak/L) lebih efektif daripada deltametrin dan profenofos serta ekstrak tunggal P. aduncum. Selain itu, perlakuan dengan klorantraniliprol, spinetoram, serta campuran ekstrak P.

aduncum dan T. vogelii pada 3 taraf konsentrasi terendah menurunkan persentase

pembentukan pupa dan kemunculan imago pada larva yang bertahan hidup sedangkan perlakuan dengan emamektin benzoat, profenofos, dan ekstrak tunggal

P. aduncum tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa larva P. xylostella asal Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur sudah tidak rentan terhadap deltametrin, klorantraniliprol, dan profenofos, tetapi masih rentan terhadap emamektin benzoat, dan spinetoram. Selain itu, campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii dapat digunakan sebagai alternatif insektisida untuk mengendalikan hama P. xylostella.

(4)

ABSTRACT

AULIA RAKHMAN. Susceptibility of Plutella xylostella from Cipanas District, Cianjur Regency, West Java to Five Commercial Insecticides, Piper aduncum

Extract, and A Mixture of P. aduncum and Tephrosia vogelii Extract. Supervised by DJOKO PRIJONO

Plutella xylostella is an important pest of vegetable crops in the family Brassicaceae. Infestation by this pest on cabbage can cause a significant yield loss. Regular insecticide use by cabbage farmers can result in the development of resistant P. xylostella population. This research was conducted to evaluate the susceptibility of P. xylostella larvae from Cipanas District, Cianjur Regency, West Java to five commercial insecticides, i.e. chloranthraniliprole, deltamethrin, emamectin benzoate, profenofos, and spinetoram, and Piper aduncum fruit extract as well as a mixture of P. aduncum fruit and Tephrosia vogelii leaf extract. The insecticides were tested against second-instar larvae P. xylostella with a leaf-dip feeding method with a 48-h feeding treatment. The number of dead larvae was counted daily until 96 hours after treatment (HAP), then the data were analyzed by probit method. Deltamethrin and profenofos had low toxicity, while chloranthraniliprole was moderately toxic to P. xylostella larvae. LC95 at 96 HAP of profenofos and chloranthraniliprole were 18351.0 and 131.1 mg a.i./L, respectively, which were 24.5 and 3.3-fold higher than their respective recommended field rates. On the other hand, P. xylostella larvae were still susceptible to emamectin benzoate, spinetoram, and the mixture of P. aduncum

and T. vogelii extract. LC95 of emamectin benzoate and spinetoram were 1.17 and 0.81 mg a.i./L, respectively, which were 8.5 and 14.8-fold lower than their respective recommended field rates. Meanwhile, P. aduncum and T. vogelii

extract mixture (LC95 4759.80 mg/L) was more effective than deltamethrin and profenofos as well as P. aduncum extract alone. Moreover, the treatment with chloranthraniliprole, spinetoram, and P. aduncum dan T. vogelii extract mixture at three lowest concentrations decreased the rate of pupation and adult emergence in the surviving larvae, whereas the treatment with emamectin benzoate, profenofos, and P. aduncum extract alone did not affect the rate of pupation and adult emergence significantly. It is concluded that P. xylostella larvae from Cipanas District, Cianjur were no longer susceptible to chloranthraniliprole, deltamethrin, and profenofos but still susceptible to emamectin benzoate and spinetoram. In addition, P. aduncum and T. vogelii extract mixture can be used as alternative insecticide for the control of P. xylostella.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2014 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu makalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(6)

KERENTANAN

Plutella xylostella

DARI KECAMATAN

CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

TERHADAP LIMA JENIS INSEKTISIDA KOMERSIAL,

EKSTRAK

Piper aduncum

SERTA CAMPURAN

EKSTRAK

P. aduncum

DAN

Tephrosia vogelii

AULIA RAKHMAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Kerentanan Plutella xylostella dari Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terhadap Lima Jenis Insektisida Komersial, Ekstrak Piper aduncum, serta Campuran ekstrak P. aduncum dan Tephrosia vogelii

Nama Mahasiswa: Aulia Rakhman NIM : A34100073

Disetujui oleh

Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, MSi Ketua Departemen Proteksi Tanaman

(8)

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kerentanan Plutella xylostella dari Kecamatan Cipanas, Kapubaten Cianjur, Jawa Barat terhadap Lima Jenis Insektisida Komersial, Ekstrak Piper aduncum,

serta Campuran Ekstrak P. aduncum dan Tephrosia vogelii”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman dari Februari 2014 sampai Juni 2014 yang dibiayai sebagian oleh Program Kreativitas Mahasiswa, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis Bapak Eko Budi Setyanto, S.Sos, MM. dan Ibu Rokhayati serta kakak penulis Iffa Alifah, SPi atas doa dan semangat yang diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ir. Djoko Prijono, MAgrSc., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, arahan, motivasi, dan bimbingan selama ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Ali Nurmansyah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi selama penulis menyelesaikan studi di Departemen Proteksi Tanaman.

Terima kasih kepada sahabat dan teman-teman di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga (Wirathazia Enbya L. Chenta, SP., Masaidah Cardi, SP., Trijanti A. Widinni Asnan, SP. MSi., Muhammad Sigit Susanto, SP., Annisa Nurfajrina, SP., Dr. Eka Candra Lina, SP. MSi., serta Bp. Agus Sudrajat) atas kerja sama, saran, dukungan, dan semangat yang diberikan.

Terima kasih kepada sahabat seperjuangan Ina Rubiatul Hasanah, SP., Azru Azhar, Winar Nur Aisyah Fatimah, Aan Rizka Pajarina, SP., Ridho Rasid, SP., Delly Fahlevi Meidika, SKomp., Fikriyatul Falashifah, Nadya Arrezia, dan Temple Dwi Revono atas bantuan dan semangat yang senantiasa diberikan. Terima kasih kepada seluruh teman-teman Proteksi Tanaman 47, seluruh adik serta kakak tingkat yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

BAHAN DAN METODE 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4 Perbanyakan Tanaman Pakan P. xylostella 4

Perbanyakan Serangga Uji 4

Penyiapan Insektisida Uji 4 Ekstraksi Buah Piper aduncum 5

Uji Toksisitas 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Toksisitas Insektisida Uji terhadap Larva P. xylostella 7 Pengaruh Insektisida Uji terhadap Perkembangan Larva P. xylostella 11

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 19

(10)

DAFTAR TABEL

1 Toksisitas empat jenis insektisida komersial, ekstrak P. aduncum, serta campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii tehadap larva P.

xylostella 12

2 Persentase pupa dan imago P. xylostella yang terbentuk dari larva yang bertahan hidup pada perlakuan dengan empat jenis insektisida komersial, ekstrak P. aduncum, serta campuran P. aduncum dan T.

vogelii 13

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur kimia dilapiol 3 2 Struktur kimia rotenon 3 3 Perkembangan tingkat mortalitas larva P. xylostella asal Ciloto pada

perlakuan dengan emamektin benzoat, klorantraniliprol, profenofos, spinetoram, ekstrak P. aduncum, serta campurannya dengan T. vogelii 7 4 Gejala fitotoksisitas berupa bercak nekrosis pada daun kubis akibat

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi pengambilan serangga P. xylostella 20 2 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan

deltametrin 21

3 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan

emamektin benzoat 21

4 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan

klorantraniliprol 21

5 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan

profenofos 22

6 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan

spinetoram 22

7 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan ekstrak

P. aduncum 22

8 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan emamektin

benzoat 23

9 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan

klorantraniliprol 23

10 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan profenofos 23 11 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan spinetoram 24 12 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan ekstrak P.

aduncum 24

13 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan campuran

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata) merupakan komoditas sayuran yang penting dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia, antara lain sebagai sumber vitamin (A, B1, dan C), sumber mineral (kalsium, kalium, fosfor, natrium, belerang) dan mengandung senyawa antikanker (Adiyoga

et al. 2004). Kebutuhan domestik akan komoditas ini meningkat dari tahun ke tahun sehingga produksi kubis perlu ditingkatkan. Produksi kubis meningkat dari 1 363 741 ton pada tahun 2011 menjadi 1 450 046 ton pada tahun 2012, dengan produktivitas naik dari 20.88 ton/ha pada 2011 menjadi 22.56 ton/ha pada 2012 (BPS 2013).

Upaya peningkatan produksi kubis dihadapkan pada berbagai faktor pembatas, di antaranya serangan hama Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae). Hama tersebut menyerang tanaman kubis sejak awal pertumbuhan hingga menjelang panen. Kehilangan hasil akibat serangan hama tersebut dapat mencapai 100%, terutama pada musim kemarau (Sastrosiswojo dan Setiawati 1993).

Konsep pengendalian hama terpadu (PHT) pada tanaman kubis telah lama dikembangkan, tetapi masih banyak petani yang mengandalkan insektisida untuk mengendalikan hama P. xylostella (Rauf et al. 2005). Penggunaan insektisida sintetik secara terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah berkembangan populasi hama P. xylostella yang resisten terhadap insektisida. Sastrosiswojo et al. (1989) melaporkan bahwa P. xylostella strain Lembang telah resisten terhadap asefat, triazofos, dan deltametrin. Selanjutnya, Moekasan et al. (2004) melaporkan bahwa P. xylostella dari Lembang, Pangalengan, Kejajar/Dieng, dan Batu sudah sangat resisten terhadap deltametrin dan profenofos. Resistensi P. xylostella terhadap insektisida piretroid dan organofosfat juga telah dilaporkan di berbagai negara lain seperti di Australia, Tiongkok, India, Nikaragua, Pakistan, Filipina, Afrika Selatan, dan Korea Selatan (Furlong et al. 2013). Di Tiongkok, Wang dan Wu (2012) melaporkan bahwa P. xylostella dari Provinsi Guangdong resisten terhadap klorantraniliprol (golongan diamida antranilat) dengan nisbah resistensi 2.6–2000.

(14)

2

(Cordova et al. 2006). Profenofos (golongan organofosfat) bekerja sebagai racun saraf dengan cara menghambat fungsi enzim asetilkolinesterase pada celah sinapsis saraf (Casida dan Durkin 2013). Spinetoram merupakan turunan semisintetik dari spinosin J dan spinosin L, yang diisolasi dari fermentasi bakteri tanah Saccharopolyspora spinosa(Crouse et al. 2007). Spinosin merupakan racun saraf yang bekerja dengan mengaktifkan reseptor asetilkolin sehingga menyebabkan saluran ion Na+ pada membran pascasinapsis menjadi terbuka dan menimbulkan rangsangan terus menerus (Salgado dan Sparks 2010).

Pengelolaan resistensi hama terhadap insektisida dapat dilakukan dengan melakukan rotasi dengan insektisida yang cara kerjanya berbeda dengan insektisida yang digunakan sebelumnya atau menggunakan campuran insektisida (Georghiou 1983). Insektisida dari tumbuhan (insektisida nabati) selain dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian secara umum karena relatif aman terhadap lingkungan, juga dapat dimasukkan dalam sistem rotasi insektisida dalam pengelolaan resistensi hama terhadap insektisida (Prakash dan Rao 1997).

Dua jenis tumbuhan yang memiliki sifat insektisida yang baik ialah sirih hutan, Piper aduncum L. (Piperaceae) dan kacang babi, Tephrosia vogelii J.D. Hooker (Fabaceae). Perlakuan dengan ekstrak P. aduncum pada konsentrasi 0.225% mengakibatkan mortalitas larva Crocidolomia pavonana sebesar 73% pada 24 jam setelah perlakuan (JSP) (Syahroni dan Prijono 2013). Hasyim (2011) melaporkan bahwa fraksi aktif ekstrak heksana buah sirih hutan mengandung dilapiol sebagai komponen utama (68.8%) dan memiliki LC50 terhadap larva instar

2 C. pavonana sebear 364.7 ppm. Chenta (2014) melaporkan bahwa ekstrak buah

sirih hutan memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva P. xylostella

dengan LC50 0.01%. Selain itu, ekstrak tersebut bersifat sinergistik kuat terhadap larva C. pavonana bila digunakan dalam bentuk campuran dengan ekstrak T.

vogelii (Nailufar 2011). Nurfajrina (2014) juga melaporkan bahwa campuran

ekstrak P. aduncum dan T. vogelii bersifat sinergistik pada nisbah konsentrasi 1:1 terhadap larva C. pavonana. Baru-baru ini, Susanto (2014), melaporkan bahwa campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii juga bersifat sinergistik kuat pada nisbah 1:1, 2:1, dan 1:2 terhadap ulat penggerek batang padi kuning, Scirpophaga

incertulas. Namun, sampai sekarang campuran ekstrak tersebut belum pernah

diuji terhadap larva P. xylostella.

Sifat sinergistik campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii diduga disumbangkan oleh senyawa dilapiol yang terkandung di dalam buah P. aduncum

Dilapiol (Gambar 1) memiliki gugus metilendioksifenil (MDF) yang merupakan ciri khas dari senyawa yang bersifat sinergis. Senyawa tersebut dapat menghambat aktivitas enzim polisubstrat monoksigenase (PMSO) yang berfungsi menurunkan daya racun senyawa metabolit beracun di dalam tubuh. Terhambatnya enzim PSMO mengakibatkan terjadinya penumpukan senyawa metabolit beracun di dalam tubuh serangga yang akhirnya dapat menyebabkan kematian (Bernard et al.

1995).

(15)

3

selanjutnya menyebabkan serangga menjadi lumpuh dan akhirnya mati (Matsumura 1985).

Gambar 1 Struktur kimia dilapiol pada P. aduncum. Sumber: Bernard et al.

(1995).

Gambar 2 Struktur kimia rotenon. Sumber: Yu (2008).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji kerentanan larva P. xylostella yang berasal dari Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur terhadap insektisida komersial berbahan aktif deltametrin, emamektin benzoat, klorantraniliprol, profenofos, dan spinetoram serta ektrak buah P. aduncum dan campurannya dengan ekstrak daun T. vogelii. Sebagai data penunjang, larva P. xylostella yang bertahan hidup pada perlakuan dengan setiap insektisida uji pada 3 taraf konsentrasi terendah diperlihara lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh insektisida uji terhadap pembentukan pupa dan kemunculan imago.

Manfaat Penelitian

(16)

4

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), dari Februari 2014 sampai Juni 2014.

Perbanyakan Tanaman Pakan P. xylostella

Daun kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) digunakan sebagai pakan larva P. xylostella dan digunakan sebagai medium pengujian. Tanaman kubis diperbanyak melalui persemaian menggunakan nampan semai yang diisi dengan tanah, benih, 4 butir pupuk majemuk Dekastar (NPK 13-13-13+TE) per lubang tanam, dan kompos Super Metan. Bibit berumur 4 minggu dipindahkan ke

polybag 5 L yang diisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan

3:1 (v/v). Pada setiap polybag ditanam satu bibit tanaman kubis. Setelah berumur 4 minggu, tanaman dipupuk NPK dengan dosis ± 1 g per polybag. Daun dari tanaman yang berumur 1-2 bulan digunakan untuk perbanyakan larva P. xylostella

dan untuk pengujian (Chenta 2014).

Perbanyakan Serangga Uji

Serangga P. xylostella yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur (Lampiran 1) pada tanggal 28 Februari 2014 dan 6 Mei 2014. Serangga tersebut diperbanyak di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, IPB. Imago

P. xylostella dipelihara dalam kurungan kasa berbingkai besi (50 cm x 50 cm x 50

cm) dan diberi pakan larutan madu 10% yang diserapkan pada kapas dan digantungkan dengan benang di dalam kurungan. Di dalam kurungan diletakkan bibit sawi berumur 4 hari sebagi tempat peletakan telur imago betina P.xylostella.

Kelompok telur pada daun sawi dikumpulkan setiap hari. Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke dalam wadah plasik berjendela kasa (35 cm x 26 cm x 6 cm) yang dialasi kertas stensil dan diberikan daun kubis bebas pestisida sebagai pakan larva P. xylostella hingga menjadi pupa. Selanjutnya, pupa yang terbentuk dipindahkan ke dalam kurungan kasa berbingkai besi hingga menjadi imago. Imago yang terbentuk dipelihara dan pemancingan telur dilakukan setiap hari seperti di atas (Cardi 2014). Larva yang digunakan dalam pengujian adalah larva instar II generasi II.

Penyiapan Insektisida Uji

(17)

5

Ekstraksi Buah P. aduncum dan Daun T. vogelii

Bahan tumbuhan yang akan diekstrak dipotong-potong dan dikeringudarakan selama 1 minggu. Potongan buah P. aduncum dan daun T.

vogelii selanjutnya digiling dengan menggunakan blender kemudian diayak

menggunakan pengayak kasa kawat berjalinan 0.5 mm. Serbuk buah P. aduncum

dan daun T. vogelii masing-masing sebanyak 100 g direndam dalam 800 mL pelarut etil asetat. Perendaman dilakukan selama sekurang-kurangnya 24 jam dan diulang sebanyak tiga kali (Nailufar 2011). Hasil rendaman disaring dengan corong kasa beralaskan kertas saring Whatman No. 41. Hasil saringan diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50 °C dengan tekanan 240 mbar. Etil asetat hasil penguapan yang diperoleh digunakan kembali untuk membilas residu pada perendaman bahan tumbuhan. Ekstrak P. aduncum dan T.

vogelii yang diperoleh berbentuk bahan pekat yang masing-masing berwarna

cokelat tua dan hijau tua. Ekstrak tersebut disimpan di dalam lemari es pada suhu ± 4 °C hingga digunakan untuk pengujian (Syahroni dan Prijono 2013).

Uji Toksisitas

Pengujian toksisitas insektisida dilakukan dalam dua tahapan, yaitu uji pendahuluan dan uji lanjutan, dengan menggunakan metode celup daun. Pada uji pendahuluan pertama, insektisida komersial berbahan aktif deltametrin, emamektin benzoat, klorantraniliprol, profenofos, dan spinetoram masing-masing diuji pada konsentrasi formulasi 0.05%, 0.1%, 0.2% (v/v). Konsentrasi pengujian diturunkan atau ditingkatkan sesuai hasil uji pendahuluan pertama sampai diperoleh mortalitas yang dapat digunakan untuk memperkirakan konsentrasi untuk uji lanjutan (Lampiran 2-7). Larutan pengencer yang digunakan adalah akuades yang mengandung 0.2 ml/L bahan perekat Agristick (b.a. alkilaril poliglikol eter 400 g/L).

Ekstrak P. aduncum serta campurannya dengan ekstrak T. vogelii disiapkan dengan mencampur ekstrak tersebut dengan pelarut metanol dan pengemulsi Tween 80 (5:1, v/v; konsentrasi akhir 1.2%), kemudian ditambahkan akuades hingga volume tertentu sesuai konsentrasi pengujian. Suspensi ekstrak uji dikocok dengan menggunakan pengocok ultrasonik untuk mencampurkan secara merata ekstrak tersebut di dalam air (Abizar dan Prijono 2010).

Pada setiap perlakuan, daun kubis dipotong 4 cm x 4 cm lalu dicelupkan satu per satu dalam sediaan insektisida uji. Satu potongan daun kubis diletakkan dalam cawan petri yang dialasi tisu, kemudian dimasukkan 10 larva instar II P.

xylostella dengan tiga ulangan. Larva dibiarkan makan daun perlakuan atau daun

kontrol selama 2 x 24 jam, kemudian ditambahkan daun tanpa perlakuan sampai hari ke-4. Jumlah larva yang mati dicatat setiap hari dari 24 sampai 96 jam setelah perlakuan (JSP).

Pada uji lanjutan, setiap sediaan insektisida komersial, kecuali deltametrin, diuji pada lima taraf konsentrasi yang ditentukan berdasarkan hasil uji pendahuluan (Lampiran 8-13). Konsentrasi yang diuji berturut-turut emamektin benzoat 0.11, 0.19, 0.38, 0.57, dan 1.14 mg b.a./L, klorantraniliprol 37.5, 50, 75, 100, dan 150 mg b.a./L, profenofos 1250, 2000, 3500, 6000, dan 10000 mg b.a./L, dan spinetoram 0.03, 0.05, 0.09, 0.12, dan 0.3 mg b.a./L. Ekstrak P. aduncum

(18)

6

campuran ektrak P. aduncum dan T. vogelii (nisbah konsentrasi 1:1) diuji pada konsentrasi 250, 400, 700, 1200, dan 2000 mg ektrak/L.

Metode perlakuan dan pengamatan pada uji lanjutan sama seperti pada uji pendahuluan, tetapi setiap perlakuan pada uji lanjutan diulang lima kali. Data mortalitas kumulatif pada 48 dan 96 JSP diolah dengan anilisis probit menggunakan program POLO-PC (LeOra Software 1987). LC95 setiap insektisida komersial yang diuji dibandingkan dengan konsentrasi anjuran yang tertera pada label produk insektisida untuk memastikan keefektifan insektisida yang diuji terhadnap P. xylostella.

(19)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Toksisitas Insektisida Uji terhadap Larva P. xylostella

Perlakuan dengan emamektin benzoat, klorantraniliprol, profenofos, spinetoram, ekstrak buah P. aduncum, serta campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii mengakibatkan terjadinya mortalitas larva P. xylostella yang meningkat dengan pola yang agak beragam seiring dengan bertambahnya waktu (Gambar 3). Selain itu, mortalitas larva P. xylostella akibat perlakuan insektisida uji secara umum meningkat dengan makin besarnya konsentrasi yang diuji. Peningkatan mortalitas larva tertinggi secara umum terjadi pada 48 JSP (jam setelah perlakuan) dan melandai pada 96 JSP.

Gambar 3 Perkembangan tingkat mortalitas larva P. xylostella asal Ciloto, Cianjur pada perlakuan dengan emamektin benzoat (A), klorantraniliprol (B), profenofos (C), spinetoram (D), ekstrak buah P. aduncum (E), serta campuran ekstrak P. aduncum (P.a) dan T. vogelii

(T.v) (F). Legenda menunjukkan konsentrasi yang diuji dalam satuan mg b.a./L untuk insektisida komersial dan mg ekstrak/L untuk ekstrak

(20)

8

Deltametrin tidak diuji lanjut karena pada perlakuan dengan insektisida tersebut dengan konsentrasi hingga 1250 mg b.a./L (100 kali konsentrasi anjuran) mortalitas larva P. xylostella sangat rendah (kurang dari 17%) (Lampiran 2). Konsentrasi pengujian tidak dapat ditingkatkan karena perlakuan deltametrin pada konsentrasi tersebut sudah menyebabkan fitotoksisitas, yaitu terdapat bercak nekrosis pada daun kubis (Gambar 4). Dengan demikian, larva P. xylostella asal Ciloto, Cianjur tidak rentan terhadap deltametrin.

Gambar 4 Gejala fitotoksisitas berupa bercak nekrosis pada daun kubis akibat perlakuan dengan deltametrin 1250 mg b.a./L (konsentrasi formulasi 5%) (A) dan daun kubis yang tidak menunjukkan gejala fitotoksisitas setelah disemprot dengan ekstrak P. aduncum 5000 mg ekstrak/L (B)

Mortalitas larva P. xylostella akibat perlakuan emamektin benzoat 0.11-1.14 mg b.a./L pada 24 JSP hanya berkisar 0-4% kemudian meningkat cukup tinggi pada 48 dan 72 JSP, dan antara 72 dan 96 JSP mortalitas larva meningkat hingga mencapai 100% pada konsentrasi tertinggi (1.14 mg b.a./L), sedangkan pada konsentrasi terendah (0.11 mg b.a./L) sebesar 22% (Gambar 3A). Emamektin benzoat merupakan analog sintetik dari avermektin B1, yaitu senyawa makrolida yang dihasilkan dari fermentasi bakteri tanah Streptomyces avermitilis (Pitterna 2007). Avermektin merupakan racun saraf yang mengakibatkan pembukaan saluran ion klorida pada membran sel saraf sehingga terjadi peningkatan aliran ion klorida ke dalam sel saraf, yang selanjutnya dapat mengakibatkan kelumpuhan dan kematian serangga. (Casida dan Durkin 2013).

Perlakuan dengan klorantraniliprol 37.5-150 mg b.a./L mengakibatkat mortalitas larva yang relatif tinggi pada 24 JSP berkisar 20-32%. Mortalitas larva meningkat tajam pada perlakuan konsentrasi 50-150 mg b.a./L pada 48 JSP, sedangkan antara 72 dan 96 JSP hanya terjadi sedikit peningkatan mortalitas larva. Pada perlakuan konsentrasi 37.5 mg b.a./L terjadi peningkatan tajam antara 48 dan 72 JSP sebesar 58% dan tidak terjadi lagi peningkatan pada 96 JSP (Gambar 3B). Klorantraniliprol (golongan diamida antranilat) bekerja dengan mengganggu fungsi otot melalui pengaktifan reseptor rianodin serangga yang menyebabkan pelepasan ion kalsium dari tempat penyimpanan di dalam retikulum sarkoplasma. Akibatnya pengaturan kontraksi otot terganggu yang selanjutnya menyebabkan kelumpuhan otot dan kematian serangga (Cordova et al. 2006).

(21)

9

Perlakuan dengan profenofos 1250-10000 mg b.a./L dan spinetoram 0.03-0.3 mg b.a./L mengakibatkan mortalitas larva yang meningkat secara bertahap dari 24 hingga 72 JSP, sedangkan antara 72 dan 96 JSP terjadi peningkatan mortalitas larva dengan proposi yang lebih rendah (Gambar 3C dan 3D). Profenofos (golongan organofosfat) bekerja sebagai racun saraf dengan cara menghambat fungsi enzim asetilkolinesterase pada celah sinapsis saraf (Casida dan Durkin 2013). Akibatnya terjadi penumpukan asetilkolin pada membran pascasinapsis sel saraf yang selanjutnya mengakibatkan gejala hipereksitasi, kejang-kejang, kelumpuhan, dan kematian (Yu 2008). Spinetoram merupakan turunan semisintetik dari spinosin J dan spinosin L, yang diisolasi dari fermentasi bakteri tanah Saccharopolyspora spinosa (Crouse et al. 2007). Spinosin merupakan racun saraf yang bekerja dengan mengaktifkan reseptor asetilkolin sehingga menyebabkan saluran ion Na+ pada membran pascasinapsis menjadi terbuka dan menimbulkan rangsangan terus menerus, yang selanjutnya menyebabkan gejala hipereksitasi, kejang-kejang, kelumpuhan, dan kematian (Salgado dan Sparks 2010).

Perlakuan dengan ekstrak buah P. aduncum 5000 mg ekstrak/L mengakibatkan mortalitas larva 30% pada 24 JSP yang meningkat tajam pada 48 JSP dan meningkat dengan proporsi yang lebih rendah pada 72 dan 96 JSP (Gambar 3E). Senyawa aktif utama dalam ekstrak buah P. aduncum yang bersifat insektisida adalah dilapiol (Hasyim 2011). Senyawa tersebut dapat menghambat aktivitas enzim polisubstrat monoksigenase (PMSO) yang berfungsi menurunkan daya racun senyawa metabolit beracun di dalam tubuh. Terhambatnya enzim PSMO mengakibatkan terjadinya penumpukan senyawa metabolit beracun di dalam tubuh serangga yang akhirnya dapat menyebabkan kematian (Bernard et al.

1995).

Perlakuan dengan campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii (nisbah konsentrasi 1:1) 250-2000 mg ekstrak/L mengakibatkan mortalitas larva yang rendah pada 24 JSP, kemudian mortalitas larva meningkat cukup tajam dari 24 sampai 72 JSP, sedangkan antara 72 dan 96 JSP hanya terjadi peningkatan mortalitas larva yang rendah (Gambar 3F). Perlakuan dengan campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii menyebabkan mortalitas larva P. xylostella yang lebih tinggi dan lebih cepat daripada ekstrak P. aduncum saja (Gambar 3F vs 3E). Daun

T. vogelii mengandung senyawa aktif rotenoid yang bersifat insektisida, seperti rotenon, deguelin, dan tefrosin (Delfel et al. 1970). Rotenon bekerja sebagai racun respirasi sel, yaitu menghambat transfer elektron dalam Kompleks I pada rantai transpor elektron di dalam mitokondria (Hollingworth 2001). Dilapiol tampaknya dapat menghambat penguraian rotenon oleh enzim PMSO sehingga rotenon dapat tetap bekerja dan campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii dapat mengakibatkan mortalitas larva P. xylostella yang lebih tinggi dan lebih cepat daripada ekstrak P. aduncum saja.

(22)

10

Indonesia formulasi spinetoram belum terdaftar untuk mengendalikan P. xylostella.

LC95 klorantraniliprol dan profenofos pada 96 JSP masing-masing 3.3 dan 24.5 kali lebih tinggi daripada konsentrasi anjuran masing-masing, sedangkan LC95 emamektin benzoat dan spinetoram pada 96 JSP masing-masing 8.5 dan 14.8 kali lebih rendah daripada konsentrasi anjuran insektisida tersebut. Dengan demikian, larva P. xylostella asal Ciloto, Cianjur sudah tidak rentan terhadap klorantraniliprol dan profenofos, tetapi masih rentan terhadap emamektin benzoat dan spinetoram. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Moekasan et al.

(2004) yang melaporkan bahwa larva P. xylostella dari Lembang, Pangalengan (Bandung) dan Kejajar Dieng (Wonosobo) sudah resisten terhadap deltametrin dan profenofos. Selain itu, Cardi (2014) melaporkan bahwa larva P. xylostella asal Garut sudah tidak rentan terhadap deltametrin, klorantraniliprol, dan profenofos, serta masih rentan terhadap emamektin benzoat dan spinetoram. Petani di Ciloto, Cianjur mengemukakan bahwa insektisida berbahan aktif deltametrin dan profenofos sudah tidak digunakan dalam pengendalian hama P. xylostella karena kedua insektisida tersebut sudah tidak efektif di lapangan.

Resistensi serangga terhadap insektisida kontak dapat disebabkan oleh penurunan penetrasi insektisida melalui kutikula serangga akibat terjadinya penebalan atau kekerasan kutikula (Matsumura 1985). Penurunan kepekaan bagian sasaran juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi serangga terhadap insektisida, seperti penurunan kepekaan akson saraf terhadap insektisida piretroid dan penurunan kepekaan enzim asetilkolinesterase terhadap insektisida organofosfat (Matsumura 1985; Yu 2008), serta penurunan kepekaan reseptor rianodin terhadap insektisida klorantraniliprol (Troczka et al. 2012).Pada tingkat biokimia resistensi terhadap insektisida piretroid dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas enzim oksidase, sementara resistensi terhadap insektisida organofosfat dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas enzim esterase dan glutation-S-transferase yang dapat menguraikan insektisida organofosfat (Yu 2008). dibandingkan dengan penggunaan ekstrak tunggal P. aduncum. Nilai LC95 campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii relatif rendah, yaitu 4759.8 mg ekstrak/L atau kurang dari 0.5%. Dengan demikian, campuran ekstrak P. aduncum

dan T. vogelii berpotensi untuk digunakan sebagai alternatif pengendalian

terhadap hama P. xylostella.

(23)

11

yang berbeda secara bergantian (rotasi insektisida) (Georghiou 1983). Campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii dapat digunakan sebagai alternatif dalam rotasi insektisida terhadap hama P. xylostella, karena campuran ekstrak tersebut efektif terhadap larva P. xylostella dan bahan aktif ekstrak tersebut memiliki cara kerja yang berbeda dengan insektisida racun saraf yang umum digunakan.

Pengaruh Insektisida Uji terhadap Perkembangan Larva P. xylostella

Pada penelitian ini dilakukan pula pengamatan perkembangan larva P.

xylostella untuk mengetahui pengaruh insektisida uji terhadap persentase

pembentukan pupa dan kemunculan imago P. xylostella pada larva yang bertahan hidup. Pengamatan dilakukan pada semua perlakuan dan dilakukan hanya pada 3 taraf konsentrasi terendah dan kontrol. Jumlah pupa yang terbentuk dan jumlah imago yang muncul dicatat dan diolah dengan menggunakan analisis ragam menggunakan program SAS 9.1 (SAS Institute 2002).

Perlakuan dengan klorantraniliprol, spinetoram, ekstrak P. aduncum, serta campuran P. aduncum dan T. vogelii pada 3 taraf konsentrasi terendah secara umum dapat menekan perkembangan larva hingga pembentukan pupa dan imago

P. xylostella (Tabel 2). Hal tersebut kemungkinan disebabkan terdapat residu yang terdapat di dalam tubuh serangga uji pada saat daun perlakuan diganti dengan daun tanpa perlakuan masih dapat menimbulkan pengaruh pada tingkat fisiologi serangga.

Perlakuan dengan emamektin benzoat dan profenofos tidak berpengaruh nyata terhadap persentase pembentukan pupa dan kemunculan imago P. xylostella

(24)

12

Tabel 1 Toksisitas empat jenis insektisida komersial, ekstrak P. aduncum serta campuran ekstrak P. aduncum (P.a.) dan T. vogelii (T.v.) terhadap larva P. xylostella

Insekstisida

Konsentrasi anjuran (mg b.a./L)

Waktu pengamatan

(JSP)a

b ±GBb LC50 (SK 95%) (mg b.a./L)b

LC95 (SK 95%) (mg b.a./L)b

Emamektin benzoat

10 48 2.03 ± 0.27 0.60 (-) 3.88 (-)

96 2.39 ± 0.29 0.24 (0.10-0.41) 1.17 (0.59-23.01)

Klorantra- niliprol

40 48 1.27 ± 0.39 31.70 (8.35-46.68) 626.82 (264.29-20294.00) 96 2.79 ± 0.52 33.74 (22.67-41.70) 131.05 (102.21-213.73)

Profenofos 750 48 1.50 ± 0.29 9747.60 (-) 121600.00 (-)

96 1.81 ± 0.27 2258.42 (836.83-3636.46) 18351.00 (8348.10-570760.00)

Spinetoram 12 48 1.82 ± 0.29 0.26 (0.19-0.43) 2.12 (1.01-8.71) 96 1.83 ± 0.26 0.10 (0.08-0.13) 0.81 (0.48-2.05)

Ekstrak P.a. - 48 2.88 ± 0.46 4579.26 (-)c 17019.00 (-)c 96 3.06 ± 0.38 2387.04 (-)c 8213.90 (-)c

Ekstrak P.a.

+ T.v. 1:1

- 48 1.51 ± 0.26 1177.72 (848.27-2051.80)c 31623.00 (9693.20-0.63)c 96 1.32 ± 0.27 268.98 (134.78-383.21)c 4759.80 (2499.60-20700.00)c

a

JSP: jam setelah perlakuan. b a: intersep. b: kemiringan garis regresi probit. GB: galat baku. cSatuan ekstrak P. aduncum dan campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii dalam mg ekstrak/L.

(25)

13

(26)

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Larva P. xylostella asal Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat sudah tidak rentan terhadap klorantraniliprol dan profenofos dengan LC95 masing-masing 3.3 dan 24.5 kali lebih tinggi daripada konsentrasi anjuran masing-masing, tetapi masih rentan terhadap emamektin benzoat dan spinetoram dengan LC95 masing-masing 8.5 dan 14.8 kali lebih rendah daripada konsentrasi anjuran insektisida tersebut. Perlakuan deltametrin dengan konsentrasi hingga 1250 mg b.a./L (100 kali konsentrasi anjuran) menyebabkan mortalitas larva P. xylostella yang rendah (kurang dari 17%), tetapi perlakuan deltametrin pada konsentrasi tersebut sudah menyebabkan fitotoksisitas pada tanaman kubis. LC95 campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii relatif rendah (kurang dari 0.5%) serta lebih rendah daripada LC95 profenofos (1.84% b.a.) dan LC95 ekstrak tunggal P. aduncum (0.82%) sehingga campuran ekstrak tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai alternatif pengendalian terhadap hama P. xylostella, termasuk dalam pengelolaan resistensi insektisida. Selain itu, perlakuan dengan klorantraniliprol, spinetoram, serta campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii

pada 3 taraf konsentrasi terendah menurunkan persentase pembentukan pupa dan kemunculan imago pada larva yang bertahan hidup sedangkan perlakuan dengan emamektin benzoat, profenofos, dan ekstrak tunggal P. aduncum tidak berpengaruh nyata.

Saran

(27)

15

DAFTAR PUSTAKA

Abizar M, Prijono D. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji Tephrosia

vogelii J.D. Hooker (Leguminosae) dan ekstrak buah Piper cubeba L.

(Piperaceae) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). JHPT Trop. 10(1):1-12.

Adiyoga W, Ameriana M, Suherman R, Soetiarso TA, Jaya B, Udiarto BK,

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Luas panen, produksi dan produktivitas kubis 2011-2012 [Internet] [diunduh 2013 Nov 22]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_suby ek=55&notab=63.

Cardi M. 2014. Kerentanan Plutella xylostella dari Garut, Jawa Barat terhadap lima jenis insektisida komersial dan ekstrak Tephrosia vogelii [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Casida JE, Durkin KA. 2013. Neuroactive insecticides: target, selectivity, resistance, and secondary effects. Annu Rev Entomol. 58:99-117.

Chenta WEL. 2014. Kerentanan Plutella xylostella dari Kejajar Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah terhadap lima jenis insektisida komersial dan ekstrak buah Piper aduncum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cordova D, Benner EA, Sacher MD, Rauh JJ, Sopa JS, Lahm GP, Selby TP,

Stevenson TM, Flexner L, Gutteridge S et al. 2006. Anthranilic diamides: A new class of insecticides with a novel mode of action, ryanodine receptor activation. Pestic Biochem Physiol. 84(3):196-214.

Crouse GD, Dripps JE, Orr N, Sparks TC, Waldron C. 2007. DE-175 (spinetoram), a new semi-synthetic spinosyn in development. Di dalam: Krämer W, Schirmer U, editor. Modern Crop Protection Compounds.

Weinheim (DE): Wiley-VCH. hlm 1013-1031.

Delfel NE, Tallent WH, Carlson DG, Wolff IA. 1970. Distribution of rotenone and deguelin in Tephrosia vogelii and separation of rotenoid-rich fractions.

J Agric Food Chem. 18(3):385-390.

Furlong MJ, Wright DJ, Dosdall LM. 2013. Diamondback moth ecology and management: problems, progress and prospects. Annu Rev Entomol. 58:517-541. doi:10.1146/annurev-ento-120811-153605.

Georghiou GP. 1983. Management of resistance in arthropods. Di dalam: Georghiou GP, Saito T, editor. Pest Resistance to Pesticides. New York (US): Plenum Press. hlm 769-793.

Hasyim DM. 2011. Potensi buah sirih hutan (Piper aduncum) sebagai insektisida botani terhadap larva Crocidolomia pavonana [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(28)

16

Hdgson et al., editor. Handbook of Pesticide Toxicology. Vol 2: Agents. San Diego (US): Academic Press. hlm 1169-1227.

LeOra Software. 1987. POLO-PC User’s Guide. Petaluma (US): LeOraSoftware. Matsumura F. 1985. Toxicology of Insecticides. New York (US): Plenum Press. Moekasan TK, Sastrosiswojo S, Rukmana T, Susanto H, Purnamasari IS, Kurnia

A. 2004. Status resistensi lima strain Plutella xykostella L. terhadap formulasi fipronil, deltametrin, profenofos, abamektin, dan Bacillus thuringiensis. J Hort. 14(2):84-90.

Nailufar N. 2011. Aktivitas insektisida ekstrak daun Tephrosia vogelii

(Leguminosae) dan buah Piper aduncum (Piperaceae) terhadap larva

Crocidolomia pavonana [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nurfajrina A. 2014. Kesesuaian ekstrak Piper spp. (Piperaceae) untuk meningkatkan toksisitas ekstrak Tephrosia vogelii terhadap ulat krop kubis

Crocidolomia pavonana [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pitterna T. 2007. Chloride channel activators/new natural products (avermectins and milbemycins). Di dalam: Krämer W, Schirmer U, editor. Modern Crop

Protection Compounds. Weinheim (DE): Wiley-VCH. hlm 1069-1088.

Prakash A, Rao J. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. Boca Raton (US): CRC Press.

Rauf A, Prijono D, Dadang, Winasa IW, Russell DA. 2005. Survey of pesticide use by cabbage farmers in West Java, Indonesia [report]. Cooperation between Department of Plant Pests and Diseases IPB (Indonesia) and Centre for Environmental Stress and Adaptation Research, LaTrobe University (Australia).

Salgado VL, Sparks TC. 2010. The spinosyns: chemistry, biochemistry, mode of action, and resistance. Di dalam: Gilbert L, Gill S, editor. Insect Control: Biological and Synthetic Agents. San Diego (US): Academic Press. hlm 207-243.

SAS Institute. 2002-2003. SAS 9.1 TS Level IM3. Cary (US): SAS Institute. Sastrosiswojo S, Koestoni T, Sukarida A. 1989. Status resistensi Plutella

xylostella L. strain Lembang terhadap beberapa jenis insektisida golongan organofosfat, piretroid sintetik, dan benzil urea. Bul Penel Hort. 18(1):85-93.

Sastrosiswojo S, Setiawati W. 1993. Hama-hama tanaman kubis dan cara pengendaliannya. Di dalam: Permadi AH, Sastrosiswojo S, editor. Kubis. Bandung (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Balai Penelitian Hortikultura. hlm 39-50.

Susanto MS. 2014. Sinergisme ekstrak Piper aduncum dan Tephrosia vogelii

terhadap penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Syahroni YY, Prijono D. 2013. Aktivitas insektisida ekstrak buah Piper aduncum

L. (Piperaceae) dan Sapindus rarak DC. (Sapindaceae) serta campurannya terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). J Entomol Indones. 10(2013):39-50. doi: 10.5994/jei.10.1.39.

(29)

17

Plutellidae) is associated with a mutation in the membrane-spanning domain of the ryanodine receptor. Insect Biochem Mol Biol. 42(11):873-880.

Wang X, Wu Y. 2012. High levels of resistance to chlorantraniliprole evolved in field populations of Plutella xylostella. J Econ Entomol. 105(3):23-1019. Yu SJ. 2008. The Toxicology and Biochemistry of Insectisides. Boca Raton (US):

(30)
(31)

19

(32)

20

Lampiran 1 Peta lokasi pengambilan serangga P. xylostella

6°42’36.8” LS dan 107 °00’57.1” BT

(33)

21

Lampiran 2 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan deltametrin

Konsentrasi formulasi (%, v/v) Mortalitas kumulatif (%) pada JSP a setiap perlakuan. Larva diberi makan daun perlakuan selama 2 x 24 jam.

Lampiran 3 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan emamektin benzoat

Konsentrasi formulasi (%, v/v) Mortalitas kumulatif (%) pada JSP a setiap perlakuan. Larva diberi makan daun perlakuan selama 2 x 24 jam.

Lampiran 4 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan klorantraniliprol

(34)

22

Lampiran 5 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan profenofos

Konsentrasi formulasi (%, v/v) Mortalitas kumulatif (%) pada JSP a setiap perlakuan. Larva diberi makan daun perlakuan selama 2 x 24 jam.

Lampiran 6 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan spinetoram

Konsentrasi formulasi (%, v/v) Mortalitas kumulatif (%) pada JSP a setiap perlakuan. Larva diberi makan daun perlakuan selama 2 x 24 jam.

Lampiran 7 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji pendahuluan ekstrak

P. aduncum

(35)

23

Lampiran 8 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan emamektin benzoat

Konsentrasi (mg b.a./L) Mortalitas kumulatif (%) pada JSP a setiap perlakuan. Larva diberi makan daun perlakuan selama 2 x 24 jam.

Lampiran 9 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan klorantraniliorol

Konsentrasi (mg b.a./L) Mortalitas kumulatif (%) pada JSP a setiap perlakuan. Larva diberi makan daun perlakuan selama 2 x 24 jam.

Lampiran 10 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan profenofos

(36)

24

Lampiran 11 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan spinetoram

Konsentrasi (mg b.a./L) Mortalitas kumulatif (%) pada JSP a setiap perlakuan. Larva diberi makan daun perlakuan selama 2 x 24 jam.

Lampiran 12 Mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan uji lanjutan ekstrak P. aduncum setiap perlakuan. Larva diberi makan daun perlakuan selama 2 x 24 jam.

(37)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jepara, Jawa Tengah pada 10 Maret 1992 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Eko Budi Setyanto dan Ibu Rokhayati. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Jepara pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan sebagai penunjang softskills diri. Beberapa aktivitas kemahasiswaan dalam lingkup kampus yang diikuti penulis di antaranya Organisasi Mahasiswa Daerah IMAGORA (Ikatan Mahasiswa Bogor Jepara), Ketua Divisi Public Relation and

Fundraising Bina Desa BEM KM IPB 2012, dan Staf Kementerian Komunikasi

Gambar

Gambar 3 Perkembangan tingkat mortalitas larva P. xylostella asal Ciloto,
Gambar 4 Gejala fitotoksisitas berupa bercak nekrosis pada daun kubis akibat
Tabel 1 Toksisitas empat jenis insektisida komersial, ekstrak P. aduncum serta campuran ekstrak P
Tabel 2 Persentase pupa dan imago P. xylostella yang terbentuk dari larva yang

Referensi

Dokumen terkait

seorang anak laki-laki akan mengidentifikasikan dirinya dengan ayah, begitu juga anak perempuan dengan ibunya. Anak remaja mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,sehingga terbentuk pelayanan kesehatan

Telah dilakukan penelitian sintesis membran komposit polisulfon-poliamid (PSF- PA) dengan menggunakan beberapa variasi komposisi pelarut HCl yang bertujuan agar

66 M/066 THERESIA PUJI ASTUTI POLTEKKES KEMENKES. 67 M/067 WARMI ASTUTI

sendirinya akan banyak membantu dalam melihat minat siswa terhadap pendidikan di sekolah. Secara tidak langsung minat merupakan salah satu pendukung aktivitas

If no DOI has been assigned, and you retrieved the article online, provide the URL of the journal home page (if access is provided to the article there), even if the article

1) Tempat berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran di gedung sekolah. 2) Untuk menjadi peserta didik ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi misalnya usia.

b) Uncooperative students. In the beginning of lesson, all students were active and curios in accepting material and instructions. But sometimes, there were some