• Tidak ada hasil yang ditemukan

Embolisme dan Pertumbuhan Padi Gogo dan Padi Sawah Akibat Cekaman Kekeringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Embolisme dan Pertumbuhan Padi Gogo dan Padi Sawah Akibat Cekaman Kekeringan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

i

EMBOLISME DAN PERTUMBUHAN PADI GOGO DAN PADI

SAWAH AKIBAT CEKAMAN KEKERINGAN

YULIATUL MUHAROMAH

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Embolisme dan Pertumbuhan Padi Gogo dan Padi Sawah Akibat Cekaman Kekeringan adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

YULIATUL MUHAROMAH. Embolisme dan Pertumbuhan Padi Gogo dan Padi Sawah Akibat Cekaman Kekeringan. Dibimbing oleh TRIADIATI dan YOHANA C. SULISTYANINGSIH.

Embolisme merupakan peristiwa terbentuknya gelembung udara dalam xilem yang terjadi akibat kekeringan. Embolisme bisa berdampak pada kerusakan jaringan, bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh cekaman kekeringan pada pembentukan embolisme dan pertumbuhan padi gogo dan padi sawah. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 2 faktor, faktor pertama yaitu varietas (Situ Bagendit dan Ciherang) dan faktor kedua yaitu perlakuan cekaman kekeringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman kekeringan selama 10 hari dapat menurunkan status air media dan daun. Emboli di batang dijumpai ada 2 bentuk (lonjong dan lingkaran). Jumlah dan ukuran emboli yang berbentuk lingkaran tidak berbeda, sedangkan ukuran emboli yang berbentuk lonjong berbeda. Persentase pembuluh xilem yang tidak terwarnai di daun pada kedua varietas padi meningkat akibat cekaman kekeringan. Peningkatan emboli ini tidak menyebabkan perbedaan pada pertumbuhan vegetatif kedua varietas padi, tetapi dapat menurunkan bobot 1000 biji.

Kata kunci: embolisme, kekeringan, padi gogo, padi sawah, PUV

ABSTRACT

YULIATUL MUHAROMAH. Embolism and The Growth of Upland and Lowland Rice in Respond to Drought Stress. Supervised by TRIADIATI and YOHANA C. SULISTYANINGSIH.

Embolism is the formation of air bubbles in the xylem vessel of plants caused by drought. Embolism may cause severe plant tissue damage, even lead to plant death. This research aimed to analyze the influence of drought stress to embolism formation and the growth of upland and lowland rice. The experiment was arranged in a factorial randomized complete block design consist of two factors; the first factor was rice variety (Situ Bagendit and Ciherang) and the second factor was drought stress. The results showed that after ten days drought treatment there was a decline of the media and leaves water status. Two types of emboly were formed in the xylem vessel, i.e: circle and ellips emboly. There was no increase in the number and size of circle emboly, whereas the size of ellips emboly was significantly enlarge. The leaves Percentage of Unstained Veins (PUV)of the both rice varieties increased as an effect of drought stress treatments. The increase of emboly did not cause significant difference in all vegetative growth parameters observed, but it was significantly decreased the seed weight of 1000 seeds.

(5)

iii Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

EMBOLISME DAN PERTUMBUHAN PADI GOGO DAN PADI

SAWAH AKIBAT CEKAMAN KEKERINGAN

YULIATUL MUHAROMAH

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

v Judul Skripsi : Embolisme dan Pertumbuhan Padi Gogo dan Padi Sawah Akibat

Cekaman Kekeringan Nama : Yuliatul Muharomah NIM : G34090093

Disetujui oleh

Dr Triadiati, MSi Pembimbing I

Dr Yohana C.Sulistyaningsih, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Departemen Biologi IPB. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 hingga Juli 2013 ini ialah embolisme dan pertumbuhan, dengan judul Embolisme dan Pertumbuhan Padi Gogo dan Padi Sawah Akibat Cekaman Kekeringan.

Terima kasih yang mendalam penulis ucapkan kepada Dr Triadiati, MSi dan Dr Yohana C. Sulistyaningsih, MSi selaku pembimbing atas bimbingan, ilmu pengetahuan, saran, serta kesabarannya selama penyusunan karya ilmiah. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Dr Triatmowidi, MSi yang telah menjadi penguji sidang serta pemberi saran dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ujang Hapid sebagai laboran di bagian Botani LIPI Cibinong Bogor.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman seperjuangan, serta rekan kerja di laboratorium Fisiologi dan Genetika Tumbuhan yang telah banyak membantu dan menenemani selama proses penelitian; serta keluarga Biologi 46 atas kebersamaannya.

Ungkapan terima kasih terbesar penulis sampaikan kepada ayah, ibu atas do’a, kasih sayang, dan dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan studi strata satu ini dengan baik. Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini bermanfaat untuk dunia sains dan pendidikan ke depannya.

(9)

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Rancangan Percobaan 2

Prosedur Percobaan 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah emboli padi gogo dan padi sawah selama perlakuan cekaman

kekeringan dan setelah rewatering 7

2 Ukuran emboli padi gogo dan padi sawah selama perlakuan cekaman

kekeringan dan setelah rewatering 8

3 Jumlah dan ukuran emboli padi gogo dan padi sawah tanpa cekaman

kekeringan 8

4 Karakter vegetatif padi gogo dan padi sawah pada perlakuan cekaman

kekeringan dan tanpa cekaman kekeringan 12

5 Karakter reproduktif padi gogo dan padi sawah saat panen 13

DAFTAR GAMBAR

1 Nilai rata-rata kadar air media (KAM) padi gogo (a); padi sawah (b)

0-10 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering 5

2 Nilai rata-rata kadar air relatif (KAR) padi gogo (a); padi sawah (b)

0-10 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering 6

3 Emboli yang terperangkap dalam pembuluh pada batang padi setelah

mendapat perlakuan cekaman kekeringan 7

4 Pembuluh xilem pada penampang daun abaksial padi gogo dengan pewarnaan safranin. Kontrol (a); 6 HSP (b); 10 HSP (c); setelah rewatering

(d) 9

5 Pembuluh xilem pada penampang daun abaksial padi sawah dengan pewarnaan safranin. Kontrol (a); 6 HSP (b); 10 HSP (c); setelah

rewatering (d) 9

6 Persentase pembuluh xilem yang tidak terwarnai di daun padi gogo (a); padi sawah (b) pada 0-10 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering 10 7 Pertumbuhan vegetatif padi varietas Situ Bagendit 11

8 Pertumbuhan vegetatif padi varietas Ciherang 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan konversi pupuk NPK Ponska 16

2 Hasil analisis data karakter vegetatif, reproduktif, dan embolisme pada

daun padi gogo dan padi sawah 17

3 Hasil analisis data embolisme pada batang padi gogo dan padi sawah

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan komponen utama tumbuhan. Air sebagai komponen esensial tumbuhan memiliki peranan antara lain: (a) sebagai pelarut, didalamnya terdapat gas, garam, dan zat terlarut lainnya yang bergerak keluar masuk sel, (b) sebagai pereaksi dalam fotosintesis dan proses hidrolisis, dan (c) air esensial untuk menjaga turgiditas diantaranya dalam pembesaran sel dan pembukaan stomata (Griffin et al. 2004). Ketersediaan air merupakan faktor penting dalam sistem budidaya padi, namun tingginya kebutuhan air kini dihadapkan pada masalah kekeringan dan kelangkaan air diantaranya karena faktor iklim dan persaingan penggunaan air antar sektor (Bouman et al. 2007).

Kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap penurunan produksi tanaman pangan. Selain itu, tanaman yang mengalami cekaman kekeringan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangannya terhambat. Tanaman akan mengalami penurunan laju pertumbuhan dan produksi pada kondisi cekaman kekeringan (Tezara et al. 2002). Tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah akar, dan bobot kering akar semakin berkurang bila cekaman kekeringan semakin meningkat (Yoshida 1981). Penyediaan air ke daun bergantung pada keberadaan kolom air pada xilem. Apabila xilem tidak terisi air dalam waktu lama maka dapat menyebabkan tekanan hidrolik di dalam xilem menurun (Sperry dan Pockman 1993). Hal tersebut menyebabkan tanaman mengalami embolisme. Embolisme merupakan peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung gas yang berupa uap air dan kemudian menjadi gelembung udara yang terperangkap dalam xilem. Hal ini akan membatasi aliran air yang melewati xilem, sehingga dapat menurunkan kapasitas tanaman untuk mengangkut air menuju kanopi. Embolisme terjadi saat tegangan air di xilem meningkat karena adanya peningkatan transpirasi atau tanah kering. Embolisme yang ekstrim selain dapat menghambat aliran air dalam kolom, juga dapat menyebabkan kematian tajuk, cabang, bahkan seluruh bagian tanaman (Tyree et al. 1999).

Perumusan Masalah

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh embolisme terhadap pertumbuhan melalui pengamatan fisiologi dan morfologi padi gogo dan padi sawah akibat cekaman kekeringan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perubahan fisiologi dan morfologi tanaman akibat cekaman kekeringan.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari–Juli 2013 di rumah kaca, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Reproduksi Zoologi, LIPI Cibinong.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah padi gogo varietas Situ Bagendit, padi sawah varietas Ciherang, tanah, kompos, pupuk NPK Ponska, safranin 0.02%, dan gliserin.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah mikrotom beku, mikroskop cahaya dan mikroskop stereo yang dilengkapi mikrometer, leaf area meter, timbangan, kamera digital, kaca preparat, cover glass, cork borer, lampu, tabung reaksi, penggaris, sekop kecil, polibag, ember, dan alat semprot.

Rancangan Percobaan

Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan untuk pengamatan destruktif dan 5 ulangan untuk pengamatan non destruktif. Faktor pertama yaitu padi gogo varietas Situ Bagendit dan padi sawah varietas Ciherang. Faktor kedua yaitu perlakuan dengan dua taraf, yaitu cekaman kekeringan dan tanpa cekaman kekeringan.

Prosedur Percobaan

Persiapan Media Tanam

(13)

3 3

Penanaman dan Pemeliharaan

Benih padi direndam selama 24 jam dengan menggunakan akuades, setelah itu ditiriskan dan disimpan dalam nampan yang sudah diberi kertas merang selama dua minggu dalam keadaan lembap dan gelap. Setelah dua minggu, benih padi ditanam pada wadah masing-masing sebanyak 3 benih untuk setiap perlakuan. Wadah yang digunakan diantaranya polibag yang berukuran 5 kg dan ember. Setelah padi tersebut berumur 14 hari, dilakukan penjarangan hingga terdapat 1 tanaman dalam setiap wadah. Pupuk NPK Ponska diberikan sebanyak 0.75 g untuk setiap wadah yang diberikan sebanyak 3 kali yaitu pada saat awal penanaman, minggu ke-2, dan minggu ke-4 setelah tanam yang masing-masing dengan dosis 0.25 g untuk setiap wadah (Lampiran 1). Untuk mencegah terjadinya gangguan antara tanaman padi percobaan dengan gulma, dilakukan penyiangan secara periodik apabila ada gulma yang tumbuh. Perhitungan konversi pupuk NPK Ponska terlampir pada Lampiran 1.

Penyiraman dan Perlakuan Cekaman Kekeringan

Semua tanaman disiram setiap hari sampai umur 14 hari setelah tanam (HST). Tanaman mendapat dua perlakuan, yaitu perlakuan kekeringan dan tanpa kekeringan (kontrol). Tanaman kontrol disiram setiap hari sesuai kapasitas lapang sebanyak 93.3 ml untuk padi gogo dan 1 L untuk padi sawah. Perlakuan cekaman kekeringan diberikan setelah tanaman berumur 14 hari dengan cara tidak disiram selama 10 hari, kemudian disiram kembali sebanyak 93.3 ml untuk padi gogo dan 1 L untuk padi sawah pada hari ke-13 untuk melihat kemampuan recovery tanaman.

Pengukuran Kadar Air Media (KAM) dan Kadar Air Relatif (KAR)Daun

Pengukuran KAM dan KAR daun dilakukan pada hari ke-2, 6, 10 selama perlakuan kekeringan, dan hari ke-2 setelah rewatering. Pengukuran KAM dilakukan dengan cara mengambil tiga bagian media tanam yakni bagian atas, tengah, dan bawah media tanam masing-masing sebanyak 50 g. Tanah yang sudah diambil dikeringkan di dalam oven pada suhu 80 oC selama 3x24 jam, setelah itu tanah ditimbang untuk mendapatkan bobot keringnya, dan dihitung kadar air medianya.

Pengukuran KAR daun dilakukan dengan mengambil 10 potongan daun berbentuk lingkaran dengan diameter 1 cm, daun diambil dari daun yang telah berkembang penuh dengan dengan menggunakan cork borer. Potongan daun tersebut selanjutnya ditimbang bobot basahnya kemudian direndam di dalam air pada suhu ruang selama 24 jam. Potongan daun tersebut kemudian ditimbang bobot jenuhnya dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 80 oC selama 3x24 jam, setelah itu ditimbang bobot keringnya dan dihitung kadar air relatifnya (Prochazkova et al. 2001). Nilai KAM dan KAR daun dihitung dengan rumus:

Keterangan:

(14)

4

Pengamatan Embolisme pada Batang

Pengamatan embolisme pada batang kedua varietas padi dilakukan pada hari ke-2, 6, 10 selama perlakuan kekeringan, dan hari ke-2 setelah rewatering. Batang padi dipotong panjang 1-1,5 cm. Sampel batang padi disayat secara membujur dengan tebal 20 µm menggunakan mikrotom beku (Shen et al. 2008). Sampel batang yang sudah disayat, ditetesi dengan sedikit air, dan didiamkan beberapa menit, selanjutnya emboli yang terbentuk diukur panjang, lebar, serta diameter, dan dihitung jumlahnya per luasan bidang pandang (mm2) dengan menggunakan mikroskop cahaya.

Pengamatan Embolisme pada Daun

Pengamatan embolisme pada daun kedua varietas padi dilakukan pada hari ke-2, 6, 10 selama perlakuan kekeringan, dan hari ke-2 setelah rewatering. Pengamatan embolisme dilakukan dengan mengambil pangkal daun ke-3 dari kedua varietas sepanjang ±10 cm, setelah itu daun yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi 2 ml larutan pewarna safranin 0.02% dalam air. Bagian atas tabung ditutup dengan menggunakan plastik untuk mengurangi penguapan. Tabung yang sudah ditutup kemudian diletakkan di bawah lampu bohlam 100 watt selama 90 menit (Stiller et al. 2005). Selanjutnya daun tersebut diamati dengan menggunakan mikroskop stereo pembesaran 80 kali. Persentase pembuluh yang tidak terwarnai (Percentage of Unstained Veins/ PUV) di daun dihitung dengan rumus:

Keterangan :

a. Xt = Jumlah berkas pembuluh yang tidak terwarnai b. Xtotal = Jumlah total berkas pembuluh

Parameter Pertumbuhan

Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi karakter vegetatif dan reproduktif. Karakter vegetatif meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, luas daun, bobot kering akar dan tajuk, dan panjang akar. Tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan diukur tiap minggu sejak tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam) sampai tingginya tidak bertambah lagi. Pengukuran luas daun dilakukan dengan mengukur luas daun total dari seluruh daun yang didapatkan pada setiap perlakuan setelah panen menggunakan alat pengukur luas daun LI3000.Bobot kering akar dan tajuk serta panjang akar dilakukan saat panen. Karakter reproduktif meliputi umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah bulir per malai, bobot biji per rumpun, dan bobot per 1000 biji. Pengamatan karakter reproduktif dilakukan saat panen yaitu pada saat tanaman berumur ±123 HST.

Analisis Data

(15)

5 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Air Media (KAM) dan Kadar Air Relatif (KAR)Daun

Kebutuhan air pada tanaman padi dapat dipenuhi melalui tanah dengan penyerapan oleh akar, walaupun sebagian besar air akan dilepas ke udara dalam proses transpirasi. Besarnya penyerapan air oleh tanaman dalam pot ditandai dengan penurunan kadar air media tanam (KAM). Kandungan air pada tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satunya adalah kandungan air tanah. Perlakuan cekaman kekeringan dengan menunda penyiraman dapat menurunkan KAM pada kedua varietas padi (Gambar 1a dan b). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Banon (2009) bahwa cekaman kekeringan dapat mengakibatkan penurunan KAM pada tanaman padi gogo. Penurunan KAM terus terjadi sampai akhir perlakuan kekeringan yaitu 10 hari setelah perlakuan (HSP). Nilai KAM pada padi gogo sebesar 14.23% dan padi sawah sebesar 16.47% pada 10 HSP. Namun, nilai KAM meningkat kembali setelah dilakukan rewatering.

Penurunan KAM dapat menghambat aliran air pada tanaman, sehingga dapat terjadi defisit air dan menyebabkan fungsi fisiologis di dalam sel terganggu. Aliran air ini terkait dengan potensial air, potensial osmotik, dan gradien tekanan. Pada tanah yang kering, potensial air tanah lebih rendah dari atau sama dengan potensial osmotik tanaman, sehingga tanaman tidak mampu mempertahankan tekanan turgor (Tang et al. 2002).

(a) (b)

Gambar 1 Nilai rata-rata kadar air media (KAM) padi gogo (a); padi sawah (b) pada 0-10 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering. :kontrol; kekeringan.

Penurunan KAM akibat perlakuan cekaman kekeringan menyebabkan penurunan kadar air relatif (KAR) daun (Gambar 2a dan b). Penurunan ini terus terjadi sampai hari terakhir perlakuan cekaman kekeringan. Nilai KAR tertinggi pada 10 HSP terdapat pada padi gogo sebesar 17.11% dan KAR terendah terdapat pada padi sawah sebesar 11.95%. Hal ini dimungkinkan karena padi gogo memiliki ketahanan terhadap kekeringan daripada padi sawah, karena pada dasarnya nilai KAR daun dapat menggambarkan status air daun yang merupakan salah satu parameter ketahanan dalam menghadapi kekeringan (Quilambo 2004).

(16)

6

Penurunan nilai KAR daun akan menyebabkan kehilangan turgor daun sehingga dapat terjadi kelayuan, penutupan stomata, penurunan fotosintesis, dan mempengaruhi proses metabolisme dasar lainnya (Alfredo et al. 2004). Kehilangan turgor akibat penurunan KAR daun berkaitan erat dengan kondisi air media tanam. Pada kondisi normal, saat potensial air media lebih tinggi daripada potensial air tumbuhan, akar dapat menyerap air dengan baik. Proses ini berlangsung hingga tekanan turgor bernilai positif pada jaringan tanaman (Taiz dan Zeiger 2010).

(a) (b)

Gambar 2 Nilai rata-rata kadar air relatif (KAR) daun padi gogo (a); padi sawah (b) pada 0-10 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering. :kontrol;

:kekeringan.

Rewatering akan meningkatkan nilai KAM sehingga dapat meningkatkan KAR daun dengan nilai yang tidak berbeda nyata dengan tanaman kontrol (Arifai 2009). Peningkatan KAR daun diperlukan untuk perbaikan tanaman dari kerusakan akibat perlakuan cekaman kekeringan. Blanco-shanchez et al. (2002) menyatakan bahwa pemberian air kembali pada tanaman yang mendapat perlakuan kekeringan dapat meningkatkan KAR daun sampai mencapai nilai yang sama dengan kontrol.

Embolisme pada Batang

Keberadaan emboli umum terjadi pada tanaman pada kondisi kekeringan. Embolisme terjadi saat tegangan air xilem naik yang disebabkan adanya peningkatan laju transpirasi atau kondisi tanah yang kering. Hasil pengukuran emboli pada batang kedua varietas padi menunjukkan jumlah emboli pada batang padi gogo dan padi sawah tidak berbeda nyata pada kondisi kekeringan (Tabel 1). Cekaman kekeringan lebih berpengaruh pada ukuran daripada jumlah emboli. Namun, hal ini tidak terjadi secara kontinu sampai akhir perlakuan cekaman kekeringan. Ukuran emboli yang lebih besar terdapat pada padi sawah berukuran 39.4 µm, sedangkan padi gogo berukuran 32.6 µm setelah 10 hari cekaman kekeringan (Tabel 2). Hal ini mungkin dikarenakan padi sawah tidak mempunyai mekanisme toleransi kekeringan dalam mengurangi penggunaan air daripada padi gogo, sehingga padi sawah dapat mengalami embolisme yang parah dalam kondisi kekeringan. Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman kontrol padi gogo tetap membentuk emboli, berbeda halnya dengan tanaman kontrol padi sawah. Hal ini

(17)

7 7 disebabkan karena embolisme merupakan salah satu strategi yang digunakan tanaman untuk membatasi penggunanaan air selama kekeringan (Sperry dan Ikada 1997).

Pada dasarnya pembuluh xilem mempunyai daya regang yang sangat besar sehingga kolom air akan dapat bertahan sebelum terputus akibat kekeringan. Cekaman kekeringan menyebabkan terbentuknya emboli dalam pembuluh xilem (Gambar 3). Hal ini dapat menghambat transpor air dalam pembuluh xilem ke daun. Emboli yang terbentuk akan semakin membesar dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan, sehingga dapat mengganggu aliran air dalam xilem dan menyebabkan kapasitas tanaman dalam mengangkut air dalam xilem tersebut akan menurun. Namun, ukuran emboli akan kembali berkurang setelah dilakukan rewatering.

Emboli Pembuluh xilem

Gambar 3 Emboli yang terperangkap dalam pembuluh xilem pada batang padi setelah mendapat perlakuan cekaman kekeringan.

Tabel 1 Jumlah emboli padi gogo dan padi sawah selama perlakuan cekaman kekeringan dan setelah rewatering

Waktu kekeringan

Jumlah emboli (/mm2)

Lonjong Lingkaran

Padi gogo Padi sawah Padi gogo Padi sawah

2 5.9a 17.6a 5.0a 7.9a

6 6.5a 21.0a 6.8a 11.0a

10 22.9a 27.3a 11.9a 20.5a

Rewatering 6.2a 2.7a 7.0a 2.5a Ket: Nilai di atas merupakan nilai rata-rata ketiga ulangan. Angka yang diikuti huruf

yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T-test pada taraf 5%.

(18)

8

Tabel 2 Ukuran emboli padi gogo dan padi sawah selama perlakuan cekaman kekeringan dan setelah rewatering

Waktu

Panjang Lebar Diameter

2 5.5a 21.8b 1.2a 5.9b 3.0a 4.9a

Keberadaan air yang ditandai dengan terwarnainya pembuluh xilem di daun digunakan dalam menentukkan persentase pembuluh yang tidak terwarnai (PUV). Ada atau tidaknya air yang mengisi pembuluh xilem di daun tersebut dapat ditandai dengan menggunakan pewarna safranin 0.02%. Persentase pembuluh yang tidak terwarnai digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui jumlah pembuluh xilem yang mengalami embolisme. Pembuluh xilem pada penampang abaksial daun yang terwarnai dengan pewarna safranin mulai mengalami penurunan sejak hari ke-2 sampai hari ke-10 perlakuan kekeringan pada kedua varietas padi (Gambar 4 dan 5). Hal ini berhubungan dengan nilai KAR daun yang semakin menurun akibat cekaman kekeringan, sehingga air tidak dapat mengisi pembuluh xilem karena adanya gelembung udara. Namun, setelah dilakukan rewatering (penyiraman) pewarna safranin mulai kembali meningkat (Gambar 4 dan 5). Hal ini dikarenakan air dapat kembali mengisi pembuluh xilem yang mengalami kekeringan. Perlakuan cekaman kekeringan menyebabkan nilai PUV meningkat sampai hari akhir perlakuan (Gambar 6). Hal ini sejalan dengan

Tanaman Perlakuan Bentuk

Jumlah gelembung

(/mm2)

Ukuran gelembung (µm)

gelembung Panjang Lebar Diameter

Padi gogo Kontrol Lonjong 4.85 4.25 1.11

Lingkaran 4.30 2.84

Padi sawah Kontrol Lonjong Tidak ada Tidak ada Tidak ada

(19)

9 9 penelitian Stiller et al. (2005) yang menyatakan bahwa perlakuan cekaman kekeringan pada tanaman padi menyebabkan nilai PUV pada daun meningkat. Setelah rewatering nilai PUVmenurun dengan cepat. Hal ini menunjukkan bahwa air dapat mengisi kembali kolom xilem sehingga gelembung udara dalam xilem hilang. Nilai PUV padi gogo pada hari ke-2 dan 6 cekaman kekeringan belum mengalami peningkatan yang signifikan, peningkatan nilai PUVbaru terjadi pada hari ke-10 cekaman kekeringan. Sedangkan, nilai PUV padi sawah sudah mengalami peningkatan sejak hari ke-2 sampai hari ke-10 cekaman kekeringan (Gambar 6). Nilai PUV semakin meningkat dengan semakin meningkatnya lama cekaman kekeringan. Nilai PUV yang paling tinggi terdapat pada padi sawah yaitu 92%, sedangkan padi gogo yaitu 70% pada perlakuan cekaman kekeringan (Gambar 6).

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Pembuluh xilem pada penampang daun abaksial padi gogo dengan pewarnaan safranin. Kontrol (a); 6 HSP (b); 10 HSP (c); setelah rewatering (d). 1. Pembuluh yang terwarnai penuh; 2. Pembuluh yang tidak terwarnai.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 5 Pembuluh xilem pada penampang daun abaksial padi sawah dengan pewarnaan safranin. Kontrol (a); 6 HSP (b); 10 HSP (c); setelah rewatering (d); 1. Pembuluh yang terwarnai penuh; 2. Pembuluh yang tidak terwarnai.

0.5 µm 0.5 µm

2

2

1

1

1

1

(20)

10

(a) (b)

Gambar 6 Persentase pembuluh xilem yang tidak terwarnai (PUV) pada daun padi gogo (a); padi sawah (b) pada 0-10 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering. :kontrol; :kekeringan.

Pada dasarnya embolisme merupakan salah satu strategi yang digunakan tanaman untuk membatasi penggunaan air selama kekeringan (Sperry dan Ikada 1997). Cekaman kekeringan pada tanaman merupakan faktor penting dari perubahan adaptif pada sistem pembuluh xilem, yang akan memaksimalkan absorpsi air dan mengurangi defisit air. Prihastanti (2009) menyatakan bahwa kemampuan akar melewatkan air menuju ke daun pada kondisi kekeringan lebih kecil, sehingga pada kondisi kekeringan menyebabkan peningkatan emboli pada kedua varietas padi. Hal ini dapat pula dilihat dengan peningkatan nilai PUV. Peningkatan emboli tersebut juga tidak menimbulkan perbedaan pertumbuhan pada kedua varietas padi. Tanaman padi masih dapat tumbuh walaupun dalam kondisi kekeringan.

Parameter Pertumbuhan

(21)

11 11

Gambar 7 Pertumbuhan vegetatif padi varietas Situ Bagendit :kontrol; : kekeringan, tanda panah (awal perlakuan kekeringan).

Gambar 8 Pertumbuhan vegetatif padi varietas Ciherang :kontrol; : kekeringan, tanda panah (awal perlakuan kekeringan).

Perlakuan cekaman kekeringan dapat meningkatkan panjang akar pada kedua varietas (Tabel 4). Panjang akar padi gogo dan padi sawah akibat cekaman kekeringan selama 10 HSP berturut-turut 49.7 cm dan 40 cm. Taiz dan Zeiger (2010) menyatakan bahwa salah satu respon tanaman terhadap kekeringan adalah dengan peningkatan panjang akar sebagai bentuk adaptasi terhadap kekeringan terkait dengan kemampuan akar untuk memperoleh air tanah pada zona yang lebih dalam. Walaupun cekaman kekeringan menyebabkan panjang akar meningkat, tapi tidak menyebabkan bobot kering akar ikut meningkat (Tabel 4). Peningkatan panjang akar akibat cekaman kekeringan dapat menghambat perkembangan pertumbuhan akar lateral. Hal ini yang menyebabkan penurunan bobot kering akar pada kedua varietas padi. Perlakuan cekaman kekeringan menyebabkan penurunan luas daun secara nyata pada kedua varietas (Tabel 4). Penurunan perkembangan luas daun merupakan respon utama tanaman terhadap kekeringan. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan air karena penurunan KAM dan KAR yang

(22)

12

akan menghambat pemanjangan sel yang secara perlahan-lahan akan menghambat perkembangan luas daun. Luas daun pada tanaman sangat penting, karena luas daun dapat mempengaruhi absorbsi cahaya yang digunakan dalam proses fotosintesis. Hal ini pula yang menyebabkan terjadinya penurunan laju fotosintesis pada tingkat tajuk tanaman, sehingga hasil panen menjadi menurun (Sitompul dan Guritno 1995). Namun, perlakuan cekaman kekeringan tersebut tidak disertai dengan penurunan bobot kering tajuk pada kedua varietas (Tabel 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa kekeringan lebih besar pengaruhnya pada bobot kering akar daripada bobot kering tajuk. Sinaga (2008) menyatakan bahwa pada kondisi ketersediaan air tanah menurun mendorong rumput Gajah dan rumput Raja untuk mendistribusikan hasil-hasil fotosintesis dan unsur hara lainnya cenderung lebih banyak ditujukan ke arah tajuk.

Tabel 4 Karakter vegetatif padi gogo dan padi sawah pada perlakuan cekaman kekeringan dan tanpa cekaman kekeringan

Ket: Nilai di atas merupakan nilai rata-rata kelima ulangan. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%.

Umur berbunga kedua tanaman dipengaruhi oleh varietas (Tabel 5). Padi gogo memiliki umur berbunga yang lebih pendek yaitu 60 hari daripada padi sawah yaitu 63 hari. Jones et al. (1981) menyatakan bahwa salah satu strategi tanaman dalam menghadapi kekeringan ditunjukkan dengan kemampuan tanaman menyelesaikan siklus hidupnya sebelum mengalami defisit air yang parah, yaitu dengan sistem pembungaan yang cepat. Umur panen dan panjang malai tidak dipengaruhi oleh varietas maupun perlakuan kekeringan. Jumlah anakan produktif kedua varietas padi juga tidak dipengaruhi oleh varietas maupun perlakuan kekeringan. Jumlah anakan produktif pada kondisi tanpa kekeringan dan cekaman kekeringan berturut-turut 4 dan 3. Bobot biji per rumpun dan bobot 1000 biji dipengaruhi oleh varietas (Tabel 5). Padi gogo memiliki penurunan bobot 1000 biji yang lebih kecil dari padi sawah pada kondisi kekeringan. Penurunan laju fotosintesis akibat kekeringan menyebabkan berkurangnya hasil fotosintat, sehingga transpor hasil fotosintat ke titik tumbuh dan biji sebagai sink juga berkurang (Srivastava 2002). Tubur et al. (2012) yang menyatakan bahwa cekaman kekeringan sangat mempengaruhi pengisian biji yang pada akhirnya menyebabkan penurunan bobot 1000 biji. Oleh karena itu padi gogo dikatakan lebih toleran terhadap kekeringan daripada padi sawah. Hal ini dikarenakan hasil padi gogo pada kondisi kekeringan mengalami penurunan hasil panen yang lebih rendah daripada padi sawah.

Parameter Padi gogo Padi sawah

Kontrol Kekeringan Kontrol Kekeringan

Panjang akar (cm) 33.8a 49.7b 38.7a 40.0b

Bobot kering akar (g) 3.2a 1.2b 4.0a 1.2b Bobot kering tajuk (g) 13.1a 10.9a 10.7a 10.0a

(23)

13 13 Tabel 5 Karakter reproduktif padi gogo dan padi sawah saat panen

Ket: Nilai di atas merupakan nilai rata-rata kelima ulangan. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Cekaman kekeringan yang diberikan selama 10 hari tidak menyebabkan peningkatan jumlah emboli, namun menyebabkan peningkatan ukuran emboli yang berbentuk lonjong dan nilai PUV di xilem daun pada kedua varietas padi. Peningkatan emboli ini secara tidak nyata menyebabkan penurunan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan bobot kering tajuk, namun secara nyata menyebabkan penurunan panjang akar, bobot kering akar, luas daun, dan bobot 1000 biji pada kedua varietas padi.

Saran

Percobaan lebih lanjut diperlukan terhadap pembentukkan embolisme pada akar kedua varietas padi. Selain itu, perlu adanya pengamatan lebih lanjut mengenai kemungkinan perubahan struktur xilem, serta analisis senyawa osmotik akibat perlakuan cekaman kekeringan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfredo A, Alves C, Setter TL. 2004. Response of cassava leaf area to water deficit: cell preparation, cell expansion, and delayed development. Crop Sci. 40: 131-137.

Arifai M. 2009. Respon anatomi daun dan parameter fotosintesis tumbuhan padi gogo, caisim, Echinochloa crussgalli.L., dan bayam pada berbagai cekaman kekeringan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Parameter Padi gogo Padi sawah

Kontrol Kekeringan Kontrol Kekeringan

Umur berbunga (hari) 61.0a 60.8a 66.2b 63.8b

Umur panen (hari) 122.0a 123.4a 122.6a 122.8a

Panjang malai (cm) 17.8a 14.1a 17.5a 13.8a

Jumlah anakan produktif 4.0a 3.0a 3.0a 2.0a

Jumlah biji isi per malai 240.0a 226.4a 281.4a 216.6a

Jumlah biji hampa per malai 97.8a 93.4a 107.8a 99.2a

Bobot biji per rumpun (g) 8.3a 5.7a 33.2b 22.9b

(24)

14

Banon S. 2009. Perubahan fisiologi, fotosintesis, dan struktur anatomi daun tanaman C3 dan C4 akibat cekaman kekeringan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Blanco-shanchez M, Rodrigues P, Morales MA, Ortuno MF, Torrecillas A. 2002. Comparative growth and water relation of Cistus albidus and Cistus monspeliensis plants during water deficit conditions and recovery. Plant Sci. 162: 107-113.

Bouman BAM, Humphreys E, Toung TP, Barker R. 2007. Rice and water. Advan Agron. 92: 187-237.

Griffin JJ, Ranney TG, Pharr DM. 2004. Heat and drought influence photosynthesis, water relation, and soluble carbohydrates of two ecotypes of redbud (Cercis canadensis). J Hort Sci. 129: 497-502.

Jones MM, Tuner NC, Osmond CB. 1981. Mechanism of Drought Resistance. Di dalam: Paleg LG, Aspinall D, editor. The Physiology and Biochemistry of Drought Resistance in Plants. Sydney (AU): Academic Pr. hlm 15-53. Prihastanti E. 2009. Respon morfofisiologi tanaman kakao (Theobroma cacao L.)

terhadap cekaman kekeringan di kawasan agroforestri sekitar Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah Indonesia [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Prochazkova D, Sairam RK, Srivastava GC, Singh DV. 2001. Oxidative stress and antioxidant activity as the basis of senescence in maize leaves. Plant Sci. 161: 765-777.

Quilambo OA. 2004. Prolin content, water retention capability and cell membrane integrity as parameters for drought tolerance in two peanut cultivar. South African J Bot. 70: 227-234.

Shen FY, Guo R, Sun Q, Gao RF, Shen YB, Zhang ZY. 2008. Possible causes for embolism repair in xylem. Envir Exp Bot.62: 139-144.

Sinaga R. 2008. Ketersediaan nisbah tajuk akar dan efisiensi penggunaan air pada rumput Gajah dan rumput Raja akibat penurunan ketersediaan air tanah. J Bio Sumatra. 3: 2-35.

Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Sperry JS, Ikeda T. 1997. Xylem cavitation in roots and stems of Douglas fir and White fir. Tree Physiol. 17: 275-280.

Sperry JS, Pockman WT. 1993. Limitation of transpiration by hydraulic conduntance on stomatal conductance and xylem cavitation in Betula occidentalis. Plant Cell Envir Bot.44: 1075-1082.

Srivastava ML. 2002. Plant Growth and Development Hormones and Environment. California (US): Academic Pr.

Stiller V, John SP, Renee L. 2005. Embolized conduits of rice (Oryza sativa, Poaceae) refill despite negative xylem pressure. Am J Bot.92: 1970-1974. Taiz L, Zeiger E. 2010. Plant Physiology. Sunderland (GB): Sinauer Associate.

Ed ke-5.

(25)

15 15 Tezara W, Mitchel V, Driscoll SP, Lawlor DW. 2002. Effect of water deficit and its interaction with CO2 supply on the biochemistry and physiology of photosynthesis in sunflower. Exp Bot. 53: 1781-1791.

Tubur HW, Chosin MA, Santosa E, Junaedi A. 2012. Respon agronomi varietas padi terhadap periode kekeringan pada sistem sawah. J Agron Indonesia. 40: 167-173.

Tyree MT, Salleo S, Nardini A, Lo Gullo MA, Mosca R. 1999. Refilling of embolized vessels in young stems of laurel. Do we need a new paradigm?. Plant Physiol. 82: 597–599.

(26)

16

Lampiran 1 Perhitungan konversi pupuk NPK Ponska 1 ha = 10.000 m2

Kedalaman tanah menanam benih = 20 cm (0.2 m) Volume tanah = 10.000 m2 x 0.2 m = 2000 m2 1 m2 = 1000 kg

2000 m2 = 2000 m2 x 1000 = 2x106 kg/ha Jadi, dosis pupuk NPK yang diberikan :

Polibag 5 kg = 5x103 g

Sehingga, ( 5x103 g) X ( 1.5x 1/104) = 0.75 g

(27)

17 17 Lampiran 2 Hasil analisis data karakter vegetatif, reproduktif, dan embolisme

pada daun padi gogo dan padi sawah a. Tinggi tanaman

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 28.800 1 28.800 3.418 .138

Varietas .200 1 .200 .024 .885

Kelompok 39.700 4 9.925 1.178 .439

Perlakuan * Varietas 28.800 1 28.800 3.418 .138

Galat 33.700 4 8.425

Total 217840.000 20

Total terkoreksi 270.200 19 b.Jumlah daun

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 180.000 1 180.000 2.531 .187

Varietas 192.200 1 192.200 2.702 .176

Kelompok 156.300 4 39.075 .549 .712

Perlakuan * Varietas 125.000 1 125.000 1.757 .256

Galat 284.500 4 71.125

Total 14472.000 20

Total terkoreksi 1364.800 19 c. Jumlah Anakan perrumpun

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 2.450 1 2.450 .831 .414

Varietas 6.050 1 6.050 2.051 .225

Kelompok 9.200 4 2.300 .780 .592

Perlakuan * Varietas .450 1 .450 .153 .716

Galat 11.800 4 2.950

Total 225.000 20

(28)

18

d. Umur panen

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 3.200 1 3.200 4.000 .116

Varietas .000 1 .000 .000 1.000

Kelompok 1.200 4 .300 .375 .817

Perlakuan * Varietas 1.800 1 1.800 2.250 .208

Galat 3.200 4 .800

Total 301124.000 20

Total terkoreksi 18.200 19 e. Umur berbunga

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 8.450 1 8.450 1.807 .250

Varietas 84.050 1 84.050 17.979 .013*

Kelompok 28.700 4 7.175 1.535 .344

Perlakuan * Varietas 19.300 4 4.825 1.032 .488

Galat 18.700 4 4.675

Total 79447.000 20

Total terkoreksi 192.950 19 Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%. f. Anakan produktif perrumpun

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 2.450 1 2.450 .867 .404

Varietas 4.050 1 4.050 1.434 .297

Kelompok 12.300 4 3.075 1.088 .468

Perlakuan * Varietas .450 1 .450 .159 .710

Galat 11.300 4 2.825

Total 213.000 20

(29)

19 19 g. Panjang malai

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 76.050 1 76.050 1.608 .274

Varietas .050 1 .050 .001 .976

Kelompok 104.800 4 26.200 .554 .709

Perlakuan * Varietas .050 1 .050 .001 .976

Galat 189.200 4 47.300

Total 5153.000 20

Total terkoreksi 440.550 19 h. Panjang Akar

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 369.800 1 369.800 30.374 .005*

Varietas 259.200 1 259.200 21.290 .010*

Kelompok 293.700 4 73.425 6.031 .055*

Perlakuan * Varietas 28.800 1 28.800 2.366 .199

Galat 48.700 4 12.175

Total 33686.000 20

Total terkoreksi 1204.200 19 Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.

i. Bobot kering akar

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 31.250 1 31.250 96.154 .001*

Varietas .450 1 .450 1.385 .305

Kelompok 3.300 4 .825 2.538 .194

Perlakuan * Varietas .450 1 .450 1.385 .305

Galat 6.700 4 1.675

Total 68.000 20

(30)

20

j. Bobot kering tajuk

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 9.800 1 9.800 .437 .545

Varietas 12.800 1 12.800 .571 .492

Kelompok 56.700 4 14.175 .632 .666

Perlakuan * Varietas 1.800 1 1.800 .080 .791

Galat 89.700 4 22.425

Total 2634.000 20

Total terkoreksi 301.200 19 k.Luas daun

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 1394.450 1 1394.450 .010 .926

Varietas 1382854.050 1 1382854.050 9.613 .036*

Kelompok 211805.700 4 52951.425 .368 .822

Perlakuan * Varietas 4898.450 1 4898.450 .034 .863

Galat 575390.300 4 143847.575

Total 1.501E7 20

Total terkoreksi 2780148.950 19 Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.

l. Jumlah bulir isi perrumpun

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 7722.450 1 7722.450 1.292 .319

Varietas 1232.450 1 1232.450 .206 .673

Kelompok 64620.800 4 16155.200 2.704 .179

Perlakuan * Varietas 3251.250 1 3251.250 .544 .502

Galat 23902.000 4 5975.500

Total 1410849.000 20

(31)

21 21 m. Jumlah bulir hampa perrumpun

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 217.800 1 217.800 .050 .835

Varietas 304.200 1 304.200 .069 .805

Kelompok 17585.000 4 4396.250 1.001 .500

Perlakuan * Varietas 24.200 1 24.200 .006 .944

Galat 17566.800 4 4391.700

Total 251106.000 20

Total terkoreksi 53101.000 19 n.Bobot bulir perrumpun

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 204.800 1 204.800 2.454 .192

Varietas 2205.000 1 2205.000 26.423 .007*

Kelompok 660.200 4 165.050 1.978 .263

Perlakuan * Varietas 72.200 1 72.200 .865 .405

Galat 333.800 4 83.450

Total 10526.000 20

Total terkoreksi 4609.200 19 Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.

o. Bobot 1000 biji

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 101.250 1 101.250 4.680 .050

Kelompok .000 4 .000 .000 1.000

Varietas 661.250 1 661.250 30.564 .000*

Perlakuan * Varietas 281.250 1 281.250 5.770 .075

Error 281.250 13 21.635

Total 13795.000 20

(32)

22

o. Kadar air relatif

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 494.812 7 70.687 8.458 .000

Varietas 172.521 1 172.521 20.644 .000

Kelompok 66.500 2 33.250 3.979 .043

Perlakuan * Varietas 30.312 7 4.330 .518 .807

Galat 117.000 14 8.357

Total 23021.000 48

Total terkoreksi 1218.312 47 Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%. p. Kadar air media

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 217.333 7 31.048 16.275 .000

Varietas 2.083 1 2.083 1.092 .314

Kelompok 1.625 2 .813 .426 .661

Perlakuan * Varietas 27.917 7 3.988 2.090 .114

Galat 26.708 14 1.908

Total 19526.000 48

Total terkoreksi 326.000 47 Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%. q. PUV

Sumber keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

Perlakuan 99.979 7 14.283 22.637 .000*

Varietas 15.187 1 15.187 24.071 .000*

Kelompok .167 2 .083 .132 .877

Perlakuan * Varietas 13.979 7 1.997 3.165 .032

Galat 8.833 14 .631

Total 321.000 48

(33)

24

t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig.

(2-95% Confidence Interval of the Difference

not assumed -8.283 2.508 .007 -16.3333333 1.9720266 -23.3672324 -9.2994343 Ukuran

not assumed -1.637 3.318 .191 -19.3333333 11.8086597 -54.9563125 16.2896458 Ukuran

not assumed -.371 3.632 .731 -6.6666667 17.9474542 -58.5535384 45.2202050 Ukuran

not assumed .747 3.357 .504 3.6666667 4.9103066 -11.0615052 18.3948385 Lampiran 3 Hasil analisis data embolisme pada batang padi gogo dan padi sawah dengan uji T-test

(34)

24

t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig.

(2-95% Confidence Interval of the Difference

not assumed -6.261 2.941 .009 -4.6666667 .7453560 -7.0657877 -2.2675456 Ukuran

not assumed -2.907 2.210 .090 -4.3333333 1.4907120 -10.1974024 1.5307358 Ukuran

not assumed -1.809 3.723 .150 -2.0000000 1.1055416 -5.1616467 1.1616467 Ukuran

not assumed .945 3.200 .410 1.6666667 1.7638342 -3.7532941 7.0866274

(35)

24

t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig.

(2-95% Confidence Interval of the Difference

not assumed -.606 3.348 .583 -1.6666667 2.7487371 -9.9214592 6.5881259 Ukuran

not assumed -1.357 3.427 .257 -3.0000000 2.2110832 -9.5661555 3.5661555 Ukuran

not assumed -1.141 2.196 .363 -7.6666667 6.7164806 -34.2299780 18.8966446 Ukuran

not assumed 2.138 2.306 .149 2.6666667 1.2472191 -2.0720520 7.4053854

(36)

24

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(37)

27

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(38)

28

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 16 Juli 1991 dari ayah Lili Sadeli dan ibu Imu Musyawaroh. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tigaraksa, Tangerang dan pada tahun yang sama diterima masuk di Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB

(USMI) IPB. Penulis pernah

melaksanakan studi lapang mengenai Anatomi Daun Tumbuhan Semak yang Ternaungi dan Terpapar Cahaya (2011); praktik lapang di Bidang Mikrobiologi dengan judul Analisis Mikrobiolgi pada Pangan Asal Hewan di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian, Jakarta Timur periode Juli hingga Agustus 2012.

Gambar

Gambar 2  Nilai rata-rata kadar air relatif (KAR) daun padi gogo (a); padi sawah
Gambar 4  Pembuluh xilem pada penampang daun abaksial padi gogo dengan
Gambar 6  Persentase pembuluh xilem yang tidak terwarnai (PUV) pada daun
Gambar 7 Pertumbuhan vegetatif padi varietas Situ Bagendit
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena pelaksanaan Jual-beli tanah pada hakekatnya merupakan salah satu pengalihan hak atas tanah kepada pihak lain,yaitu dari penjual kepada pembeli tanah.Di

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pada table 4.3 dan 4.4 hasil pembacaan suhu dan kelembababn kurang lebih sama dengan pembandingnya yaitu alat ukur

Mahasiswa dari daerah Indonesia bagian barat yang memiliki nilai rerata yang lebih tinggi dari rekan-rekan mereka dari daerah lainnya pada variabel tertentu.. Namun demikian

Pembuangan udara (oksigen) yang tidak sempurna akan berpengaruh buruk terhadap daya pemucatan minyak sawit karena terjadi oksidasi, tetapi menyebabkan suhu perebusan menjadi

Scale- infested cycad leaves from Bogor Botanic Garden were taken to the Department of Crop Protection, Bogor Agricultural University, trimmed, placed in vials of 75% alcohol,

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015) menyimpulkan variabel utang luar negeri dalam jangka pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap

Terlihat pada Tabel 2 bahwa isolat Foc ras 1 dan ras 4 yang digabungkan maupun yang tunggal dalam penelitian ini sangat virulen terhadap pisang Ambon hijau,

Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif dan infrensial disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis Macromedia Flash 8 berpengaruh positif signifikan