• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Pencemaran Perairan Pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Status Pencemaran Perairan Pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS PENCEMARAN PERAIRAN

PESISIR TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG,

BANTEN

WERDHININGTYAS ANGRAHENI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Status Pencemaran Perairan Pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

ABSTRAK

WERDHININGTYAS ANGRAHENI. Status Pencemaran Perairan Pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI dan YUSLI WARDIATNO.

Status pencemaran perairan perlu dikaji untuk mengetahui fungsi perairan sesuai dengan peruntukannya. Tujuan penelitian ini untuk menentukan status pencemaran perairan pesisir Tanjung Pasir dan mengetahui beban pencemaran dari sungai-sungai yang bermuara di perairan ini. Metode yang digunakan, yaitu indeks STORET, indeks pencemaran (IP), dan beban pencemaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status pencemaran sungai dan muara berdasarkan indeks STORET tergolong tercemar berat (-59 hingga -126), sedangkan berdasarkan IP tergolong tercemar ringan hingga tercemar berat (1.6-10.9). Perairan pesisir Tanjung Pasir dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona 1 (nearshore) dan zona 2 (offshore), keduanya berstatus tercemar berat berdasarkan evaluasi indeks STORET pada bulan April dan Agustus, sedangkan berdasarkan IP untuk zona 1 (nearshore) tergolong baik hingga tercemar sedang (1.0-6.6) dan zona 2 (offshore) tergolong baik hingga tercemar ringan (0.9-3.9).

Kata kunci: Beban pencemaran, indeks pencemaran, indeks STORET, pencemaran pesisir, pencemaran sungai

ABSTRACT

WERDHININGTYAS ANGRAHENI. Pollution Status of Tanjung Pasir Coastal, Tangerang Regency, Banten. Supervised by SIGID HARIYADI and YUSLI WARDIATNO.

Status of water pollution needs to be reviewed to determine the function of waters according to suitability of water intended. The purpose of this study was to establish the status of Tanjung Pasir coastal waters and to reveal the pollution load of the rivers that flow into the coastal waters. Method used is the STORET index, pollution index (IP), and the pollution load. The results showed that the pollution status in river and estuary based on STORET index were relatively heavily polluted (-59 to -126), while the pollution level evaluated based on IP was categorized as lightly polluted to heavily polluted (1.6-1.9). Tanjung Pasir coastal waters is divided into two zones, namely zone 1 (nearshore) and zone 2 (offshore), both heavily polluted status based on STORET index in April and August, while based on IP in zone 1 (nearshore) categorized as good to moderately polluted (1.0-6.6) and zone 2 (offshore) categorized as good to lightly polluted (0.9 - 3.9). Keywords: Coastal pollution, pollution index, pollution load, STORET index,

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

STATUS PENCEMARAN PERAIRAN

PESISIR TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG,

BANTEN

WERDHININGTYAS ANGRAHENI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Status Pencemaran Perairan Pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1 Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan studi kepada Penulis.

2 PT Kapuk Naga Indah yang bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB serta Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan yang telah membiayai penelitian ini.

3 BMKG Stasiun Klimatologi Pondok Betung yang telah membantu Penulis mendapatkan data sekunder dalam penulisan karya ilmiah ini

4 Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, arahan, nasihat, saran selama perkuliahan dan dalam penulisan karya ilmiah ini.

5 Dr Ir Sigid Haryadi, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, nasehat, dan saran untuk Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini. 6 Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku penguji tamu dan Prof Dr Ir

Ridwan Affandi, DEA selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti.

7 Keluarga Penulis Bapak (Drs Karsono Hadisuwito, MSi), Ibu (Sri Sutini, SE), Kakak (Wedaraningtyas Nugrahani, SPi; Kunto Widyatmoko, SKom; Mas Bayu Syamsunarno, SPi MSi; dan Tyas Amori Litahayu, SSi Apt), serta Adik (Pranowo Adhyatmoko) yang telah memberikan banyak motivasi, doa, dan dukungan kepada Penulis baik moril maupun materil.

8 Garry Fajri Garcia, ST atas doa, motivasi, dan dukungannya kepada Penulis selama kuliah di IPB.

9 Seluruh staf dan laboran Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, IPB.

10 Sahabat Penulis (Widya A Manoch, Amanda Ellysse P, Rininta A, Maharani Yuniandini, Dessy S, Adella PR, Anindya K, Novianti A, Ni Komang Ayu Oka P, Febi Ayu P, Nurul Hikmah A, Siska A, Inggar K, Anandinta P, Ardhito, Agus Alim H, Rivany KPS, Rurisca KP), teman seperjuangan penelitian (Runi Y, Anissa TA, Andini N, Lusita M, Akrom M, Ka Reza Zulmi, Ka Adang S, Ka Aris, Ka Dede), serta teman-teman MSP 47 atas semangat, dukungan, bantuan, dan doa kepada Penulis.

Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Metode Pengumpulan Data 4

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 20

KESIMPULAN 24

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 28

(10)

DAFTAR TABEL

1 Parameter dan metode analisis kualitas air 5

2 Prosedur pengawetan parameter kualitas air yang dianalisis di

laboratorium 5

3 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status pencemaran air 6 4 Klasifikasi pencemaran air dengan metode indeks STORET 7

5 Evaluasi terhadap nilai indeks pencemaran (IP) 7

6 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan

muara Pesanggrahan (A1-A2) 12

7 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan

muara Cisadane (S1-S2) 13

8 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di Sungai Dadap

(DP1) 13

9 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 1

pada bulan April dan Agustus 2013 17

10 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 2

pada bulan April dan Agustus 2013 18

11 Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan dan Cisadane pada bulan

April 2013 19

12 Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap

pada bulan Agustus 2013 19

DAFTAR GAMBAR

1 Skema perumusan masalah kualitas air di pesisir Tanjung Pasir 2 2 Lokasi pengambilan contoh air di Sungai Pesanggrahan (A1- A2),

Cisadane (S1-S2), Dadap (DP1), dan perairan pesisir Tanjung Pasir (T01-T15 dan D01-D03, D05-D08) (Lampiran 2) 3 3 Indeks STORET di Sungai Pesanggrahan (A1), Cisadane (S1), Dadap

(DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane (S2) 9 4 Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) di Sungai Pesanggrahan (A1),

Cisadane (S1), Dadap (DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane (S2) 9 5 Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Pesanggrahan A1 (a) dan

A2 (b) 10 6 Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Cisadane S1 (a) dan S2 (b) 11 7 Indeks pencemaran (IP) Sungai Dadap (DP1) 11 8 Indeks STORET pada laut zona 1 dan zona 2 pesisir Tanjung Pasir 14 9 Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) pada laut zona 1 dan zona 2 di

pesisir Tanjung Pasir 14 10 Indeks pencemaran (IP) pesisir Tanjung Pasir pada bulan April dan

Agustus 2013 15 11 Indeks pencemaran (IP) laut zona 1 pesisir Tanjung Pasir pada bulan

April dan Agustus 2013 16 12 Indeks pencemaran (IP) laut zona 2 pesisir Tanjung Pasir pada bulan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi pengambilan contoh 28

2 Letak geografis titik pengambilan contoh 29

3 Data curah hujan tahun 2013 29

4 Contoh penghitungan indeks STORET 30

5 Contoh penghitungan indeks pencemaran (IP) 39

6 Debit Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap 40

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pesisir dan laut merupakan kawasan yang mengandung kekayaan alam potensial untuk membangun perekonomian. Pembangunan dari berbagai bidang dapat memberikan dampak secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kerusakan lingkungan perairan. Kondisi pesisir erat kaitannya dengan ekosistem sungai, muara, dan laut pada wilayah tersebut. Sungai banyak dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah dari kegiatan di daratan, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air secara terus menerus. Penurunan kualitas air tersebut mengubah keseimbangan ekosistem yang mengalami pencemaran. Pencemaran sungai berasal dari faktor alam dan limbah domestik, seperti limbah dari perumahan, perkantoran, pabrik, dan industri (Yudo 2010), yang akan terakumulasi sampai ke muara dan akan menyebabkan pencemaran lingkungan pesisir dan laut. Pencemaran laut menurut GESAMP (1990) in Syakti et al. (2012) adalah masuknya bahan dan energi ke dalam lingkungan laut (termasuk estuaria), secara langsung ataupun tidak langsung. Salah satu wilayah pesisir yang diduga mengalami penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah domestik adalah perairan pesisir Tanjung Pasir.

Perairan pesisir Tanjung Pasir merupakan salah satu wilayah pesisir di utara Tangerang, termasuk wilayah Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten. Sungai yang bermuara di perairan pesisir Tanjung Pasir adalah Sungai Pesanggrahan, Sungai Cisadane, dan Sungai Dadap. Ketiga sungai tersebut dapat mempengaruhi baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kualitas air di perairan pesisir Tanjung Pasir. Sungai-sungai tersebut berhulu di daerah Jawa Barat dan bermuara di utara Tangerang. Kabupaten Tangerang menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki 110 buah perusahaan, selain itu kegiatan pertanian dan perikanan, termasuk perikanan tangkap dan budidaya juga terdapat di wilayah ini. Limbah cair hasil industri dibuang dari wilayah Tangerang diperkirakan sebanyak lebih dari 7000 m3 dalam sehari (Lestari dan Edward 2004). Limbah tersebut berpotensi menyebabkan pencemaran di perairan pesisir Tanjung Pasir.

Mengingat tingginya kuantitas limbah yang masuk ke wilayah pesisir tersebut, perlu dilakukan kajian tentang kualitas air untuk menentukan status pencemaran perairan di kawasan tersebut. Penentuan status pencemaran merupakan salah satu langkah awal proses pemantauan dan pencegahan terhadap penurunan kualitas air di suatu perairan (Suwari et al. 2010), sehingga dapat dijadikan informasi dasar dalam membuat rencana pengelolaan kawasan pesisir Tanjung Pasir secara tepat.

Perumusan Masalah

(14)

2

memberikan dampak positif terhadap pembangunan, juga menimbulkan dampak negatif akibat adanya bahaya limbah domestik dan industri (kandungan logam) ke badan perairan. Kegiatan antropogenik yang terdapat di sekitar DAS akan berpengaruh pada penurunan kualitas air sungai. Faktor hidrodinamika (debit) aliran sungai akan mempengaruhi beban pencemaran yang memasuki pesisir Tanjung Pasir. Tingginya bahan pencemar dan beban pencemaran yang memasuki kawasan pesisir tersebut dapat menimbulkan dampak kerusakan terhadap lingkungan, sehingga perlu diketahui tingkat pencemaran air di kawasan tersebut dalam menentukan rekomendasi pengelolaan yang tepat terhadap pesisir Tanjung Pasir.

Gambar 1 Skema perumusan masalah kualitas air di pesisir Tanjung Pasir

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status pencemaran perairan pesisir Tanjung Pasir dengan metode indeks STORET, indeks pencemaran (IP), dan untuk mengestimasi beban pencemaran dari sungai-sungai yang masuk ke perairan pesisir Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten.

Manfaat Penelitian

(15)

3

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang, Banten. Pengambilan contoh air sungai diambil dari sungai yang bermuara di pesisir tersebut, yaitu di Sungai Pesanggrahan (A), Sungai Cisadane (S), dan Sungai Dadap (DP) (Lampiran 1). Sungai Pesanggrahan (A1-A2) dan Sungai Cisadane (S1-S2) diambil contoh di dua titik, yaitu di bagian sungai dan bagian muara, untuk Sungai Dadap (DP1) diambil di bagian sungai. Pengambilan contoh air laut dilakukan di perairan pesisir Tanjung Pasir (T01-T15 dan D01-D03, D05-D08). Perairan pesisir tersebut dibagi menjadi dua zona, yaitu zona 1 yang dekat dengan pantai atau nearshore dan zona 2 ke arah laut lepas atau offshore. Selanjutnya, dilakukan analisis kualitas air di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Peta lokasi penelitian disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Lokasi pengambilan contoh air di Sungai Pesanggrahan (A1- A2), Cisadane (S1-S2), Dadap (DP1), dan perairan pesisir Tanjung Pasir (T01-T15 dan D01-D03, D05-D08) (Lampiran 2)

(16)

4

Juni, Juli, dan Agustus 2013, serta sebanyak 2 kali untuk Sungai Dadap, yaitu pada bulan Juli dan Agustus 2013. Pengambilan contoh air laut dilakukan pada bulan April dan Agustus 2013. Analisis kualitas air di laboratorium dilakukan pada bulan Mei hingga Oktober 2013.

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan contoh

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa data kualitas air meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi yang disajikan dalam Tabel 1. Data sekunder berupa data curah hujan di wilayah Tanjungan/Kapuk tahun 2013, yang didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Pondok Betung. Data sekunder disajikan pada Lampiran 3. Pengambilan contoh air sungai berjarak ± 2 km dari muara, untuk Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap, serta di bagian muara untuk Sungai Pesanggrahan dan Cisadane. Contoh air sungai diambil pada kedalaman setengah dari kedalaman perairan, sedangkan contoh air muara dan laut diambil pada kedalaman 1-2 meter dari permukaan. Stasiun pengambilan contoh di perairan pesisir Tanjung Pasir dalam penelitian ini dibagi menjadi dua zona (Gambar 2).

Zona 1 dengan titik T01-T03, T10-T12, dan D01-D03 merupakan zona 1 yang dekat dengan pantai (nearshore) dan zona 2 dengan titik T04-T09, T13-T15, D05-D08 merupakan zona yang jauh dari pantai (offshore). Penzonasian di wilayah laut dimaksudkan untuk melihat beban pencemar yang masuk ke pesisir Tanjung Pasir. Asumsi zona 1 yang lebih dekat dengan pantai, mendapat limpasan bahan pencemar dari kegiatan di daratan, sedangkan zona 2 diasumsikan lebih dipengaruhi oleh kegiatan perikanan serta limbah sungai yang terbawa oleh aliran air, dikarenakan adanya faktor hidrodinamika.

Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian (in situ) dan melalui analisis laboratorium (ex situ). Seluruh parameter yang dikumpulkan secara in situ dan ex situ dapat dilihat pada Tabel 1. Parameter-parameter yang dianalisis di laboratorium (ex situ) sebelumnya telah dilakukan preservasi saat pengambilan air contoh di lapang, yang disajikan pada Tabel 2. Titik pengambilan contoh sebanyak 27 titik yang mewakili tiga bagian perairan, yaitu sungai, muara, dan laut, 3 titik di bagian sungai, 2 titik di bagian muara, dan 22 titik di bagian laut. Beberapa parameter membutuhkan air contoh yang dikomposit atau gabungan contoh air laut yang berasal dari beberapa titik di wilayah pengamatan.

(17)

5 Tabel 1 Parameter dan metode analisis kualitas air

Parameter Satuan Metode Analisis Keterangan

Fisika

Kekeruhan NTU Nephelometrik Ex situ

TSS mg/L Gravimetri Ex situ

TDS mg/L Gravimetri Ex situ

Suhu 0C Thermometer In situ

Salinitas psu Refractometer In situ

Kecerahan cm Secchi disk In situ

COD mg/L Closed Reflux, Colorimetric

Method Ex situ

N-NO2 -

mg/L Colorimetric Method Ex situ

N-NO3

-mg/L Cadmium Reduction Ex situ

N-NH3 mg/L Phenate-Method Ex situ

Total-P mg/L Manual Digestion and Flow

Injection Ex situ

PO4-P mg/L Flow Injection Analysis for PO4-P Ex situ

Fenol mg/L Direct Photometric Ex situ

Sianida (CN-) mg/L Colorimetric Method Ex situ

Besi (Fe) mg/L Phenantroline-Method Ex situ

Cr6+ mg/L Colorimetric Method Ex situ

Sulfida (H2S) mg/L Methylene Blue Method Ex situ

Fluorida (F-) mg/L SPADN Method Ex situ

Surfaktan mg/L Anionic Surfactan MBAS Ex situ

Minyak dan lemak mg/L Liquid-liquid, Partition

Gravimetric Method Ex situ

Total coliform MPN/100 ml MPN Ex situ

Fecal coliform MPN/100 ml MPN Ex situ

Sumber: APHA, AWWA, WEF (2012)

Tabel 2 Prosedur pengawetan parameter kualitas air yang dianalisis di

Mikrobiologi Penambahan Na2S2O2

(18)

6

Analisis Data

Analisis status pencemaran air

Analisis status pencemaran air dilakukan dengan dua metode, yaitu metode indeks STORET (Storage and Retrieval of Water Quality Data System) dan indeks pencemaran (IP). Penggunaan kedua metode ini berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (Kepmenlh) Nomor 115 Tahun 2003, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air yang dapat menggunakan kedua metode tersebut. Metode ini membandingkan data parameter air dengan baku mutu air sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 kelas III untuk mengevaluasi air sungai dan muara, sedangkan air laut menggunakan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (Kepmenlh) Nomor 51 tahun 2004 mengenai baku mutu air laut untuk biota laut.

a Indeks STORET (Storage and Retrieval of Water Quality Data System) Analisis tingkat pencemaran dengan metode STORET dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan di wilayah pengamatan secara komprehensif. Penggunaan metode ini sedikitnya terdapat dua seri data dan adanya data time series atau space series. Penilaian pencemaran perairan dengan metode ini, dilakukan dengan mengumpulkan data kualitas air (fisika, kimia, biologi) secara periodik dari setiap stasiun, kemudian tentukan nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari tiap parameter dan lokasi pengamatan. Hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu peruntukannya (air sungai kelas III dan air laut untuk biota laut), berikan skor pada hasil pengukuran. Air sungai berdasarkan time series (tiap bulan) dengan banyaknya contoh data kurang dari 10 dan untuk air laut berdasarkan space series (tiap titik) dengan banyaknya contoh data lebih dari 10. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air, maka diberi skor 0, sebaliknya jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor tertentu yang terdapat pada Tabel 3. Total skor dari seluruh parameter dan penentuan status pencemaran perairan sesuai dengan klasifikasi mutu air berdasarkan Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003 yang terdapat pada Tabel 4. Tabel 3 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status pencemaran air

Jumlah Contoh Nilai Parameter

Fisika Kimia Biologi

< 10 Maksimum -1 -2 -3

Minimum -1 -2 -3

Rata-rata -3 -6 -9

> 10 Maksimum -2 -4 -6

Minimum -2 -4 -6

Rata-rata -6 -12 -18

Sumber: Canter 1977 in Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003

b Indeks pencemaran (IP)

(19)

7 Ci/Lij tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan contoh. Jika data yang

didapat berupa data seri, maka dapat terlihat perubahan nilai indeks pencemaran (IP).

IP =

Ci

Lij M

2

+ Ci

Lij R

2

2

Keterangan

IP = indeks pencemaran

Ci = konsentrasi parameter kualitas air (i)

Lij = baku mutu peruntukan air (j)

(Ci/Lij)M = nilai maksimum Ci/Lij

(Ci/Lij)R = nilai rata-rata Ci/Lij

Hasil penghitungan nilai indeks pencemaran kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui status pencemaran air berdasarkan Tabel 5.

Tabel 4 Klasifikasi pencemaran air dengan metode indeks STORET

Kelas Kriteria Skor Status Pencemaran Air

A Baik sekali 0 Sesuai baku mutu

B Baik -1 s/d -10 Tercemar ringan

C Sedang -11 s/d -30 Tercemar sedang

D Buruk ≥ -31 Tercemar berat

Sumber: Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003

Tabel 5 Evaluasi terhadap nilai indeks pencemaran (IP)

Nilai Status Pencemaran Air

0 < IP ≤ 1.0 Memenuhi baku mutu (kondisi baik)

1.0 < IP ≤ 5.0 Tercemar ringan

5.0< IP ≤ 10 Tercemar sedang

IP > 10 Tercemar berat

Sumber: Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003

(20)

8

diketahui parameter yang telah melebihi baku mutu sehingga menyebabkan pencemaran di laut yang dapat dilihat berdasarkan nilai beban pencemaran di bagian sungai.

Analisis beban pencemaran

Analisis beban pencemaran dilakukan dengan penghitungan secara langsung setiap bahan pencemar yang ada di air Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap. Cara perhitungan beban pencemaran didasarkan atas pengukuran debit sungai dan konsentrasi limbah di sungai berdasarkan persamaan Mitsch dan Goesselink (1993) in Marganof et al. (2007). Berikut ini merupakan rumus beban pencemaran.

BP = Q×C Keterangan :

BP = beban pencemaran per tahun (kg/hari) Q = debit sungai (m3/detik)

C = konsentrasi limbah pada air sungai (mg/L)

Analisis beban pencemaran menghitung beban pencemar di bagian sungai pada bulan April dan Agustus. Beban pencemar (limbah) yang masuk dari darat melalui aliran sungai yang menuju ke pesisir Tanjung Pasir dilihat dengan mengalikan antara debit sungai (Q) dengan konsentrasi limbah pada air sungai (C) masing-masing parameter kualitas air, untuk konversi beban limbah ke dalam kg/hari dikalikan dengan 10-3 x 3600 x 24, sehingga didapatkan nilai beban pencemaran setiap parameter pada masing-masing bulan (April dan Agustus).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Status pencemaransungai (A1, S1, DP1) dan muara (A2, S2)

(21)

9 pencemaran (Lampiran 4). Pendekatan lainnya yang digunakan, yaitu indeks pencemaran (IP). Evaluasi nilai IP kurang dari 1 menunjukkan kondisi baik, sedangkan nilai yang lebih dari 1 dikategorikan telah tercemar (Lampiran 5). Tingkat pencemaran di Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap yang dievaluasi berdasarkan indeks STORET pada Gambar 3 dan rata-rata dari IP pada Gambar 4.

Gambar 3 Indeks STORET di Sungai Pesanggrahan (A1), Cisadane (S1), Dadap (DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane (S2)

Gambar 4 Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) di Sungai Pesanggrahan (A1), Cisadane (S1), Dadap (DP1) dan muara Pesanggrahan (A2), Cisadane (S2)

Gambar 3 merupakan indeks STORET bagian sungai dan muara. Tingkat pencemaran dari sungai dan muara Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap menurut indeks STORET tergolong dalam kategori tercemar berat. Pengambilan contoh di Sungai Dadap dilakukan hanya bulan Juli dan Agustus di bagian sungai, dikarenakan sulit untuk mencapai bagian muara. Indeks STORET di bagian sungai lebih besar dibandingkan muara, dengan skor bagian sungai A1, S1, DP1 berturut-turut -109, -114, -116, sedangkan di muara A2 dan S2 berturut-turut -70

(22)

10

dan -52. Semua titik pengamatan memiliki kriteria buruk dengan status pencemaran tercemar berat.

Nilai rata-rata setiap bulan dari IP di bagian sungai dan muara ditunjukkan pada Gambar 4. Nilai IP di Sungai Pesanggrahan (A1-A2) bagian sungai dan muara tergolong tercemar ringan hingga tercemar sedang. Sungai dan muara Cisadane (C1-C2), serta Sungai Dadap (DP1) tergolong kategori tercemar sedang. Jika dibandingkan dengan penilaian STORET, maka terdapat perbedaan kategori. Berdasarkan IP berstatus dari tercemar ringan hingga tercemar sedang, sedangkan indeks STORET di semua titik tergolong tercemar berat. Sungai-sungai yang bermuara di pesisir Tanjung Pasir sudah tercemar dan tidak sesuai untuk kegiatan perikanan.

Nilai IP di sungai dan muara ditunjukkan pada Gambar 5, 6, dan 7. Sungai Pesanggrahan (A1) pada bulan Juni, Juli, dan Agustus menunjukkan status tercemar sedang dengan nilai IP berturut-turut sebesar 8.5, 8.5, dan 9.5, sedangkan pada bulan April berstatus tercemar ringan, nilai IP sebesar 5.0. Nilai IP di Sungai Pesanggrahan (A1) lebih besar dibandingkan di muara (A2) pada bulan April, Juni, Juli, kecuali pada bulan Agustus menunjukkan IP muara lebih besar, sebesar 10.9 dengan status tercemar berat yang ditunjukkan oleh Gambar 5.

Sungai Cisadane (S1, S2) di bagian sungai memiliki IP yang lebih besar dibandingkan bagian muara pada bulan April, Juni, Juli, dan Agustus (Gambar 6). Sungai Cisadane bagian sungai dan muara pada bulan April berstatus tercemar ringan dengan nilai IP di bagian sungai dan muara berturut-turut sebesar 4.1 dan 1.7. Nilai IP pada bulan Agustus terjadi perbedaan, di bagian sungai sebesar 8.4 tergolong tercemar sedang, sedangkan di bagian muara sebesar 2.4 tergolong tercemar ringan. Nilai IP di Sungai Dadap tergolong tercemar sedang, yakni berturut-turut sebesar 7.7 dan 7.6 (Gambar 7).

(23)

11

a b

Gambar 6 Indeks pencemaran (IP) sungai dan muara Cisadane S1 (a) dan S2 (b)

Gambar 7 Indeks pencemaran (IP) Sungai Dadap (DP1)

Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu pada perairan sungai (A1, S1, DP1) dan muara (A2, S2)

Pencemaran yang terjadi di pesisir Tanjung Pasir disebabkan adanya limbah pencemar yang terbawa dari aliran-aliran sungai yang bermuara di dalamnya. Pencemar tersebut mempengaruhi kualitas air sehingga pada beberapa parameter baik fisika, kimia, maupun biologi tidak sesuai dengan baku mutu menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 kelas III untuk kegiatan perikanan.

(24)

12

(NH3-N), nitrit (NO2-N), sulfida (H2S), sianida (CN-), deterjen (MBAS), tembaga

(Cu), seng (Zn), krom total (Cr) terdapat pada Tabel 6. Perbandingan jumlah parameter yang telah melampaui baku mutu di daerah sungai lebih banyak dibandingkan pada daerah muara, pencemaran yang terjadi di bagian sungai lebih besar dibandingkan di muara Pesanggrahan.

Tabel 6 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di sungai dan

Parameter yang menyebabkan pencemaran di Sungai Cisadane adalah oksigen terlarut (DO), BOD, COD, amonia (NH3-N), nitrit (NO2-N), sulfida (H2S),

sianida (CN

-), fenol, krom total (Cr-), tembaga (Cu-), timbal (Pb-), seng (Zn-), total coliform, dan fecal coli yang terdapat pada Tabel 7. Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu pada muara Sungai Cisadane adalah oksigen terlarut (DO), BOD, amonia (NH3-N), nitrit (NO2-N), sianida (CN-), tembaga (Cu), seng (Zn),

krom total (Cr), dan total coliform. Parameter tersebut telah melebihi baku mutu air sungai yang diperuntukan untuk kegiatan perikanan. Sungai Cisadane, bagian muara memiliki jumlah parameter yang melampaui baku mutu lebih sedikit dibandingkan bagian sungai. Parameter yang melebihi baku mutu pada Sungai Dadap terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8 berikut menunjukkan parameter yang melebihi baku mutu di Sungai Dadap adalah oksigen terlarut (DO), COD, amonia (NH3-N), nitrit (NO2-N),

(25)

13 coli. Parameter-parameter tersebut yang diduga menyebabkan tingginya tingkat pencemaran yang terjadi di Sungai Dadap pada bulan Juli dan Agustus. Pengambilan contoh air di sungai tersebut yang berada di tengah kota menyebabkan tingginya tingkat pencemaran di sungai ini.

(26)

14

Status pencemaran perairan pesisir Tanjung Pasir (zona 1, zona 2) pada bulan April dan Agustus 2013

Pengamatan yang dilakukan di perairan pesisir Tanjung Pasir dengan membagi ke dalam dua musim, yaitu peralihan (April) dan timur (Agustus). Laut dibagi menjadi dua zona, yaitu zona 1 (T01-T15) dan zona 2 (D01-D03 dan D05-D08) yang dibedakan berdasarkan lokasi, nearshore dan offshore. Berikut ini penghitungan status pencemaran air laut dengan metode STORET (Gambar 8) dan rata-rata dari IP (Gambar 9).

Gambar 8 Indeks STORET pada laut zona 1 dan zona 2 pesisir Tanjung Pasir

Gambar 9 Rata-rata dari indeks pencemaran (IP) pada laut zona 1 dan zona 2 di pesisir Tanjung Pasir

Perbandingan parameter hasil dengan baku mutu air laut untuk biota laut sesuai Kepmenlh Nomor 51 Tahun 2004, di laut zona 1 dan zona 2 seluruhnya menunjukkan skor STORET kurang dari -31, dikategorikan tercemar berat. Nilai rata-rata IP dari setiap titik yang berada di laut zona 1 dan zona 2 menunjukkan nilai IP di selang antara 1.0 dan 5.0, sehingga dikategorikan tercemar ringan. Penghitungan STORET maupun IP pada bulan Agustus menunjukkan nilai yang lebih besar di kedua zona, berdasarkan STORET sebesar -52 hingga -58 (Gambar 8) dan berdasarkan IP sebesar 4.1 hingga 2.4 (Gambar 9).

(27)

15 tersebar di sebagian besar titik bulan April dan Agustus.

Gambar 10 Indeks pencemaran (IP) pesisir Tanjung Pasir pada bulan April dan Agustus 2013

Status pencemaran perairan pesisir tersebut yang dihitung dengan indeks pencemaran menunjukkan nilai yang berbeda pada setiap titiknya (Gambar 10). Berdasarkan indeks pencemaran (IP) berkisar dari baik hingga tercemar sedang. Nilai IP pada laut zona 1 yang bernilai lebih dari 5, pada bulan Agustus terdapat pada titik T01 dan T02 dekat dengan muara Cisadane, untuk bulan April terdapat pada titik D01 dan D02 dekat muara Dadap dan Pesanggrahan, sehingga menunjukkan status pencemaran perairan adalah tercemar sedang, berdasarkan klasifikasi menurut Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003. Sebagian besar (modus) IP pada titik-titik pengambilan contoh termasuk ke dalam tercemar ringan pada bulan April dan Agustus, dengan nilai median 2.5 untuk bulan April dan 2.6 untuk bulan Agustus.

Zona 1 terdapat daerah dengan status kondisi baik yang masih memenuhi baku mutu air laut untuk biota laut, dengan nilai IP sebesar 1, yaitu pada titik T10 di bulan April, hasil tersebut ditunjukkan oleh Gambar 11. Laut zona 2 (offshore) yang ditunjukkan oleh Gambar 12 memiliki status pencemaran perairan sebagian besar titik pada bulan April dan Agustus termasuk ke dalam status tercemar ringan, menurut klasifikasi Kepmenlh Nomor 115 Tahun 2003, dengan nilai IP yang berada pada rentang IP antara 1.0 sampai 5.0. Titik D07 (zona 2) di bulan April diketahui masih dalam keadaan baik dengan nilai IP lebih kecil dari 1.0 yaitu 0.9,

(28)

16

yang berarti masih memenuhi baku mutu air laut yang diperuntukan untuk biota laut.

Jika dibandingkan antara laut zona 1 dan zona 2, maka terdapat beberapa titik di zona 1 yang berstatus tercemar berat dengan nilai IP tertinggi 6.6 pada bulan Agustus, sedangkan pada zona 2 nilai tertinggi 3.9 dengan status tercemar ringan pada bulan Agustus. Berdasarkan nilai modus, frekuensi dari titik-titik dengan status tercemar ringan lebih banyak, sehingga pada bulan Agustus status pencemaran cenderung tercemar ringan. Nilai tengah (median) dari zona 1 bulan April dan Agustus berturut-turut 2.6 dan 3.5, pada zona 2 berturut-turut 2.2 dan 2.4. Zona 1 yang berada di dekat pantai menerima bahan cemaran lebih tinggi dibandingkan dengan zona 2 yang berada di laut lepas. Hasil tersebut ditunjukkan oleh Gambar 11 dan 12.

Gambar 11 Indeks pencemaran (IP) laut zona 1 pesisir Tanjung Pasir pada bulan April dan Agustus 2013

Gambar 12 Indeks pencemaran (IP) laut zona 2 pesisir Tanjung Pasir pada bulan April dan Agustus 2013

T01 T02 T03 T10 T11 T12 D01 D02 D03

Indek

T04 T05 T06 T07 T08 T09 T13 T14 T15 D05 D06 D07 D08

(29)

17 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu pada perairan pesisir Tanjung Pasir zona 1 dan zona 2

Zona 1 dan zona 2 perairan pesisir Tanjung Pasir mendapat masukan pencemaran bukan hanya berasal dari aliran sungai, tetapi juga dari daratan sekitar dan kegiatan di laut tersebut. Pencemaran dapat dilihat dari adanya parameter kualitas air yang melampaui baku mutu menurut Kepmenlh Nomor 51 Tahun 2004 untuk biota laut.

Parameter yang melebihi baku mutu di zona 1 pada bulan April yang ditunjukkan oleh Tabel 9, yaitu kecerahan, kekeruhan, TSS, pH, oksigen terlarut (DO), ortofosfat (PO4-P), amonia (NH3-N), sulfida (H2S), fenol total, dan timbal

(Pb). Bulan Agustus zona 1 tercemar oleh kecerahan, kekeruhan, TSS, pH, oksigen terlarut (DO), ortofosfat (PO4-P), sulfida (H2S), krom heksavalen (Cr6+),

timbal (Pb), total coliform. Parameter tersebut menunjukkan adanya limbah domestik yang masuk melalui aliran sungai dan limpasan dari daratan, karena zona 1 yang letaknya dekat dengan pantai, sehingga diasumsikan pada zona 1 mendapat pengaruh besar dari kegiatan daratan.

Tabel 9 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 1 pada bulan April dan Agustus 2013

Bulan Parameter Titik

T01 T02 T03 T10 T11 T12 D01 D02 D03

April

Nilai konsentrasi parameter di laut zona 2 yang sama antara bulan April dan Agustus yang telah melebihi baku mutu adalah kecerahan, TSS, ortofosfat (PO4

-P), dan timbal (Pb) yang ditunjukkan pada Tabel 10. Nilai konsentrasi dari parameter kekeruhan, amonia, dan total coliform pada bulan April juga menjadi bahan pencemar di zona 2, sedangkan pada bulan Agustus, yaitu pH, sulfida (H2S),

(30)

18

tidak hanya kegiatan di laut. Logam berat seperti krom heksavalen dan timbal dapat berasal dari kegiatan industri. Kromium banyak digunakan oleh berbagai macam industri, salah satunya industri tekstil yang menggunakan bahan ini sebagai zat pengoksidasi pada proses penyempurna tekstil. Parameter yang terukur terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10 Parameter kualitas air yang melampaui baku mutu (•) di laut zona 2 pada bulan April dan Agustus 2013

Bulan Parameter

Beban pencemaran dari Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap

Penghitungan beban pencemaran dibagi menjadi dua, yaitu bulan April dan Agustus. Sungai yang terhitung pada bulan April, yaitu Sungai Pesanggrahan dan Cisadane, sedangkan bulan Agustus, yaitu Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap. Besarnya nilai beban pencemaran dihitung dari besarnya debit sungai dan konsentrasi parameter-parameter kualitas air yang dapat mempengaruhi penghitungan beban pencemaran. Besarnya debit yang ada di ketiga sungai tersebut pada bulan April dan Agustus terdapat pada Lampiran 6.

Beban pencemaran bulan April yang ditunjukkan pada Tabel 11, Sungai Cisadane memiliki beban pencemaran yang lebih tinggi dibandingkan Sungai Pesanggrahan. Adanya perbedaan debit air di kedua sungai tersebut menyebabkan tingginya nilai beban pencemaran di Sungai Cisadane dan Pesanggrahan berbeda. Parameter yang mempengaruhi tingginya beban pencemaran di Sungai Cisadane dan Pesanggrahan adalah TSS untuk nilai yang tertinggi dan fenol untuk nilai yang terendah.

(31)

19 memiliki nilai beban pencemaran yang tertinggi di ketiga sungai tersebut. Parameter fenol memiliki nilai terendah di Sungai Pesanggrahan dan Dadap, sedangkan di Sungai Cisadane perameter Cd masih lebih rendah dibandingkan dengan fenol.

NH3-N mg/L 1431.69 694.31

NO3-N mg/L 1606.74 14123.29

NO2-N mg/L 1502.02 194.75

H2S mg/L 1.41 67.74

Minyak dan lemak mg/L 1406.68 7620.48

CN- mg/L 46.89 1498.69

Tabel 12 Beban pencemaran di Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap pada bulan Agustus 2013

Parameter Satuan Beban Pencemaran (kg/hari)

S. Pesanggrahan S. Cisadane S. Dadap

TSS mg/L 23444.64 12700.80 12441.60

BOD mg/L 18114.89 3196.37 2086.04

COD mg/L 106047.92 95711.11 40215.40

Total fosfat mg/L 2067.82 84.67 100.36

NH3-N mg/L 46.89 19.05 7.46

NO3-N mg/L 2514.83 346.10 353.76

NO2-N mg/L 640.82 318.58 87.09

H2S mg/L 936.22 304.82 70.09

Minyak dan lemak mg/L 1406.68 952.56 373.25

CN- mg/L 153.17 73.03 25.71

(32)

20

Pembahasan

Status pencemaran dapat dihitung dengan metode indeks STORET dan indeks pencemaran (IP). Metode indeks STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya, yaitu air sungai kelas III menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 (Kepmenlh2003). Indeks pencemaran (IP) digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran secara relatif terhadap parameter kualitas air tertentu (Nemerow 2001; Suwari et al. 2010). Pencemaran laut menurut GESAMP (1986) in Syakti et al. (2012) adalah masuknya senyawa-senyawa (bahan) dan energi ke dalam lingkungan laut, baik secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga dapat menyebabkan dampak negatif seperti penurunan kualitas air untuk peruntukannya. Daerah pesisir merupakan daerah yang rentan terhadap pencemaran, karena mendapat masukan bahan pencemar dari muara sungai-sungai di sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Salah satunya adalah pesisir Tanjung Pasir berada di utara Tangerang yang mendapat masukan bahan pencemar dari DASnya, yaitu Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap.

Status pencemaran berdasarkan indeks STORET

Berdasarkan hasil penghitungan indeks STORET, status pencemaran bagian sungai (Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap) adalah tercemar berat. Wilayah yang paling tinggi tingkat pencemarannya berada pada Sungai Dadap. Hal tersebut dikarenakan kondisi sungai yang berada di tengah kota dengan banyaknya aktivitas manusia, seperti kegiatan pasar, industri, dan merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal ikan. Kondisi sungai yang juga tidak mengalir menyebabkan proses pulih diri (self purification) sungai tidak optimal. Proses pulih diri sungai merupakan indikator penting bagi kesehatan sungai, polutan organik dan anorganik, seperti sungai di Cina berada di luar kapasitas pemurnian diri dari sungai tersebut. Salah satunya di Sungai Juma memiliki kemampuan besar untuk memurnikan polutan organik seperti total nitrogen dan total fosfat, namun sulit untuk ion logam berat (Tian et al. 2011).

Menurut Agustiningsih (2012), sungai memiliki kemampuan memulihkan diri dari bahan pencemar, dengan kandungan bahan organik mengalami penurunan yang ditunjukkan pula dengan penurunan nilai BOD. Tingkat pencemaran terendah ada pada Sungai Pesanggrahan. Hal tersebut dilihat dari kegiatan di sekitar sungai yang tidak memanfaatkan air sungai secara langsung seperti kegiatan MCK (mandi, cuci, kakus), karena letak pengambilan contoh yang berada di kawasan perumahan. Pencemaran sungai serius juga berada di DAS Haihe Cina berdasarkan hasil penelitian dari Liu et al. (2010), semua sungainya telah tercemar bahkan berwarna hitam dan berbau busuk, sumber pencemaran utama berasal dari bahan organik.

(33)

21 pencemaran di muara ini. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pencemaran, yaitu proses pulih diri yang tidak optimal terlihat dari kondisi sungai dengan pola aliran yang relatif tenang.

Kecepatan arus sungai akan semakin melambat ke muara, karena dipengaruhi faktor gravitasi, lebar sungai, dan material yang dibawa oleh air sungai membuat kecepatan arus di hilir kecil (Siahaan 2011). Kondisi tersebut menyebabkan tidak adanya olakan (turbulensi), sehingga difusi oksigen dari udara menjadi berkurang dan pulih diri Sungai Pesanggrahan menjadi tidak optimal. Menurut Agustiningsih (2012), kemampuan pulih diri sungai terjadi karena adanya penambahan konsentrasi oksigen terlarut dari proses difusi oksigen. Status pencemaran muara terendah ada pada muara Sungai Cisadane. Hal tersebut dikarenakan proses pulih diri pada muara ini lebih baik dibandingkan muara Pesanggrahan. Kondisi muara yang memiliki kemiringan lebih tinggi menyebabkan arus yang lebih deras, sehingga difusi oksigen lebih besar masuk ke dalam air dan proses pulih diri Sungai Cisadane menjadi lebih optimal. Menurut Harsono (2010), peningkatan kemiringan dasar sungai dapat menaikkan kemampuan pulih diri dari bertambahnya oksigen terlarut pada kondisi kecepatan aliran rendah.

Berdasarkan hasil indeks STORET, tingkat pencemaran bagian sungai lebih tinggi dibandingkan dengan bagian muara. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh air laut dari proses pasang surut, sehingga terjadi pengenceran bahan pencemar oleh air laut. Menurut Pritchard (1967) in Montagna et al. (2013), terdapat tiga komponen yang menyebabkan muara bersifat unik, yaitu iklim, geologi, dan pasang surut. Iklim terkait dengan variasi penguapan dan limpasan air tawar, geologi terkait dengan variasi ketinggian dan pola drainase serta pasang surut terkait dengan tingkat pencampuran dan elevasi percampuran air. Arus pasang surut berperan penting bukan hanya sebagai pengangkut zat hara dan plankton tetapi juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang sampai ke laut (Mukhtasor 2007).

Status pencemaran pesisir Tanjung Pasir yang dibagi menjadi dua zona 1 (nearshore) dan zona 2 (offshore), berdasarkan indeks STORET yang dihitung pada bulan April dan Agustus tergolong tercemar berat. Tingkat pencemaran pada bulan April di kedua zona sama (tercemar berat), sedangkan pada bulan Agustus tingkat pencemaran cenderung lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan pola musim bulan Agustus memasuki musim timur (kemarau). Berdasarkan data BMKG Stasiun Klimatologi Pondok Betung, di Stasiun Tanjungan/Kapuk (2013), bulan April memiliki curah hujan lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus (Lampiran 3). Hasil penelitian dari Liu et al. (2011), menunjukkan bahwa pencemaran yang terjadi pada musim kemarau lebih tinggi, namun sebaran pencemaran lebih luas pada musim hujan.

(34)

22

berpengaruh terhadap kondisi hidrologis perairan tersebut (Tafangenyasha dan Dzinomwa 2005). Badan Pusat Statistik (BPS) Tangerang 2012 mencatat terdapat 110 industri di Tangerang, antara lain industri baja, industri kimia, PLTU, penyimpanan batu bara, pabrik perakitan perahu fiber, perhotelan, wisata bahari, rumah sakit, dan sebagainya. Erari et al. (2012) menyatakan bahwa air limbah yang tidak diolah dengan baik berpotensi mencemari lingkungan perairan pesisir dan laut.

Status pencemaran berdasarkan indeks pencemaran (IP)

Perubahan indeks pencemaran (IP) dihitung di perairan sungai (Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap) mengalami perubahan dari titik ke titik dan dari waktu ke waktu. Tingkat pencemaran di Sungai Pesanggrahan tertinggi sama halnya seperti evaluasi berdasarkan indeks STORET, berkisar dari tercemar ringan hingga tercemar sedang. Tingkat pencemaran terendah terjadi di Sungai Cisadane, namun untuk bagian muara di Sungai Cisadane cenderung memiliki tingkat pencemaran yang lebih tinggi. Pencemaran di Sungai Cisadane dapat berasal dari aktivitas alam dan kegiatan antropogenik di sepanjang DAS Cisadane, salah satunya tambang pasir (Lampiran 1). Muara Sungai Pesanggrahan menjadi tercemar berat pada bulan Agustus. Hal tersebut menunjukkan adanya akumulasi bahan pencemar di muara, sehingga tingkat pencemaran lebih tinggi dibandingkan bagian sungai pada bulan Agustus. Bahan pencemar yang terbawa dan masuk ke muara akan tersebar dan akan mengalami proses pengendapan, sehingga terjadi peningkatan zat pencemar (Erlangga 2007 in Wardani 2014). Selain itu menurut Erari et al. (2012) arus sungai akan mengalirkan bahan-bahan organik ke suatu tempat akhir yang kemudian akan terakumulasi.

Indeks pencemaran (IP) di perairan pesisir Tanjung Pasir di zona 1 dan zona 2 pada bulan April dan Agustus menunjukkan adanya pencemaran, di beberapa titik masih dalam kondisi baik memenuhi baku mutu untuk biota laut. Zona 1 memiliki tingkat pencemaran yang lebih tinggi dibandingkan zona 2. Hal tersebut terjadi karena zona 1 lebih dekat dengan pantai, sehingga masukan bahan organik dan bahan pencemar lainnya dari darat lebih besar. Menurut Elyazar et al. (2007) penelitian di Pantai Kuta mengalami erosi yang semakin besar akibat aktivitas manusia sekitar pantai. Hal ini diperparah dengan pembangunan fasilitas pariwisata yang mendesak sempadan pantai dan merusak vegetasi alamiah. Menurut Takarina et al. (2013) di salah satu kawasan pesisir Tanjung Pasir menerima buangan tidak hanya dari kawasan pesisir tetapi juga dari perumahan dan industri sekitarnya yang mengandung logam berat.

(35)

23 pencemaran yang lebih rendah dibandingkan laut zona 1. Hal tersebut disebabkan perairan yang dekat dengan daratan akan menerima masukan bahan organik sekaligus bahan pencemar yang lebih banyak dibandingkan dengan perairan yang tidak terkontak langsung dengan daratan (Elyazar et al. 2007).

Secara temporal tingkat pencemaran di pesisir Tanjung Pasir cenderung lebih tinggi pada bulan Agustus di kedua zona. Hal tersebut terjadi karena pola musim di Agustus memasuki musim timur (kemarau) dengan tingkat curah hujan yang lebih rendah dibandingkan dengan musim peralihan di bulan April, berdasarkan data curah hujan menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Pondok Betung (2013). Suhartono (2009) menyatakan bahwa pada waktu monsun timur yang bersamaan dengan musim kemarau, debit air di perairan akan lebih kecil sehingga keberadaan limbah berpotensi lebih dominan. Tingkat pencemaran tertinggi pada bulan April berada di titik D01-D02, titik tersebut berada dekat dengan muara Sungai Dadap, sedangkan di bulan Agustus tingkat pencemaran tertinggi di titik T01-T02 yang berada dekat muara Cisadane. Menurut Mezuan (2007) dan Sutisna (2007), pencemaran yang terjadi di sungai akan menurunkan kualitas air laut yang menjadi tempat bermuara sungai tersebut.

Parameter yang menyebabkan tingginya tingkat pencemaran di pesisir Tanjung Pasir, yaitu TSS, BOD, COD, total fosfat, ammonia, nitrit, sulfida, sianida, detergen, fenol, total coliform, fecal coli, logam berat (Cd, Cu, Pb, Cr, Zn) berasal dari kegiatan antropogenik dan kegiatan industri di sepanjang DAS dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir Tanjung Pasir. Menurut penelitian Lai et al. (2012) di Sungai Kaoping, erosi tanah setelah terjadi hujan menyebabkan peningkatan debit polutan ammonia dan TSS ke bagian atas sungai. Parameter seperti BOD, ammonia nitrogen, fosfor, dan total fenol berasal dari budidaya pesisir menurut penelitian Liu et al. (2011) di Taiwan. Pencemaran logam (Cd, Cu, Pb, dan Zn) di perairan Teluk Saronikos, Yunani telah tercemar berat. Sumber pencemaran tersebar di sepanjang pantai termasuk laut, kawasan wisata, budidaya ikan, adanya galangan kapal, kilang minyak, industri makanan, pabrik besi baja, dan lalu lintas laut. Sebagian besar dari kegiatan tersebut memiliki masukan langsung ke perairan teluk, sedangkan yang lain mencemari tanah atau air laut yang mempengaruhi lingkungan laut melalui limpasan (Paraskevopoulou et al. 2014). Menurut Wang et al. (2013), dari hasil penelitian di pesisir Cina Selatan menunjukkan bahwa kadar logam berat terkait erat dengan pembangunan ekonomi lokal, adanya urbanisasi yang cepat dan industrialisasi.

(36)

24

data input dalam penghitungan. Indeks STORET memiliki kelebihan, yaitu metode penghitungannya sederhana dan lebih cepat, mudah untuk mengidentifikasi bahan pencemar, serta lebih sensitif dan terwakilkan. Indeks pencemaran memiliki kelebihan dapat diterapkan dengan menggunakan data tunggal atau observasi. Oleh karena itu, status pencemaran air setiap titik dan setiap pengamatan dapat ditentukan, namun kedua metode tersebut juga memiliki kekurangan, untuk indeks STORET membutuhkan lebih dari satu data (time series atau space series), tidak bisa diterapkan untuk data tunggal, sedangkan IP kurang sensitif dan penghitungannya lebih kompleks disebabkan melibatkan banyak angka.

Hasil dari penelitian Tyagi et al. (2013) dan Liu et al. (2010) menyatakan bahwa tidak ada model penilaian kualitas air yang luas dan sebanding, semua di sesuaikan dengan peruntukannya. Evaluasi tingkat pencemaran dengan menggunakan IP mempunyai batas toleransi yang sangat tinggi terhadap pencemaran, karena suatu perairan dinyatakan tercemar berat apabila parameter terukur sebagian besar nilainya lebih dari 63 kali nilai baku mutu air untuk peruntukannya (Suwari et al. 2010). Masing-masing dari kedua metode memiliki kelebihan dan kekurangan, namun untuk kepentingan lingkungan metode STORET memberikan pencegahan lebih baik dibandingkan metode IP. Penting untuk penekanan bahwa daerah pesisir Tanjung Pasir termasuk cadangan perikanan sudah tercemar dan perlu dikelola dalam menjaga kelestarian sumber daya ikan di perairan pesisir.

Beban pencemaran dari Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap

Analisis beban pencemaran di bulan April dan Agustus berbeda tingkat beban pencemaran yang dihasilkan dari Sungai Pesanggrahan, Cisadane, dan Dadap. Masukan beban pencemaran pada bulan April yang lebih besar, yaitu di Sungai Cisadane. Hal tersebut terjadi karena penghitungan beban pencemaran berbanding lurus dengan debit air sungai itu sendiri. Sungai Cisadane memiliki debit sungai yang lebih besar, sehingga limbah yang ada di sepanjang DAS ikut terbawa oleh aliran air (Lampiran 6). Berbeda dengan bulan April, pada bulan Agustus masukan beban pencemaran yang lebih tinggi berada di Sungai Pesanggrahan. Hal tersebut terjadi karena penguapan air sungai lebih tinggi di sungai ini, sehingga konsentrasi limbah akan lebih besar pada bulan Agustus yang memasuki musim kemarau. Curah hujan dan limpasan sangat mempengaruhi pencemaran, seperti yang terjadi pada penelitian Dwight et al. (2011) di pesisir Selatan California. Terjadinya penurunan curah hujan dapat menyebabkan sedikit air yang membawa bahan pencemar yang memasuki perairan pesisir, sehingga menurunkan tingkat pencemaran.

KESIMPULAN

(37)

25 dan muara Sungai Pesanggrahan berkisar dari tercemar ringan hingga tercemar berat, untuk sungai dan muara Sungai Cisadane berkisar dari tercemar ringan hingga tercemar sedang, serta untuk Sungai Dadap pada dua kali pengamatan adalah tercemar sedang, dengan tingkat pencemaran rata-rata dari sungai-sungai tersebut berkisar dari tercemar ringan hingga tercemar sedang. Tingkat pencemaran di pesisir Tanjung Pasir di zona 1 (nearshore) dan zona 2 (offshore) pada bulan April dan Agustus adalah tercemar berat berdasarkan evaluasi dari indeks STORET. Tingkat pencemaran pesisir Tanjung Pasir zona 1 dan zona 2 pada bulan April 2013 berkisar dari kondisi baik hingga tercemar sedang, sedangkan pada bulan Agustus berkisar dari tercemar ringan hingga tercemar sedang, dengan tingkat pencemaran rata-rata adalah tercemar ringan. Masukan beban pencemaran pada bulan April lebih besar di Sungai Cisadane, sedangkan pada bulan Agustus di Sungai Pesanggrahan memiliki beban pencemaran yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih D, Sasongko SB, Sudarno. 2012. Analisis kualitas air dan beban pencemaran berdasarkan penggunaan lahan di Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presipitasi. 9(2):64-71.

[APHA] American Public Health Association, [AWWA] American Water Works Association, [WEF] Water Environment Federation. 2012. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. Ed ke-22. New York (US): APHA.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Pondok Betung. 2013. Data Curah Hujan Tahun 2013. Tangerang (ID): BMKG.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. 2012. Kabupaten Tangerang dalam Angka. Tangerang (ID): BPS.

Dwight RH, Caplan JS, Brinks MV, Catlin SN, Buescher G, Semenza JC. 2011. Influence of variable precipitation on coastal water quality in Southern California. Water Environmet Research. 83(12):2121-2130.

Erari SS, Mangimbulude J, Lewerissa K. 2012. Pencemaran organik di perairan pesisir pantai Teluk Youtefa Kota Jayapura, Papua. Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – 327-340. ISBN:978-979-028-550-7.

Elyazar N, Mahendra MS, Wardi IN. 2007. Dampak aktivitas masyarakat terhadap tingkat pencemaran air laut di Pantai Kuta Kabupaten Badung serta upaya pelestarian lingkungan. Ecotrophic Journal. 2(1):1907-5626.

Harsono E. 2010. Evaluasi kemampuan pulih diri oksigen terlarut air sungai Citarum hulu. Jurnal Limnotek. 17(1):17-36.

(38)

26

[Kepmenlh] Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta (ID): Kepmenlh.

[Kepmenlh] Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta (ID): Kepmenlh.

Lai YC, Tu YT, Yang CP, Surampalli RY, Kao CM. 2012. Development of a water quality modeling system for river pollution index and suspended solid loading evaluation. Journal of Hydrology. 478(2013):89-101.

Lestari, Edward. 2004. Dampak pencemaran logam berat terhadap kualitas air laut dan sumberdaya perikanan (studi kasus kematian massal ikan-ikan di Teluk Jakarta). Makara Sains. 8(2):52-58.

Liu S, Lou S, Kuang C, Huang W, Chen W, Zhang J, Zhong G. 2011. Water quality assessment by pollution-index method in the coastal waters of Hebei Province in Western Bohai Sea, China. Marine Pollution Bulletin. 62(2011):2220-2229.

Liu TK, Yu JL, Chen CL. 2011. Information theoretic perspective on coastal water-quality monitoring and management near an offshore industrial park. Springer Science+Business Media B.V. 184(2012):4725-4735. DOI 10.1007/s10661-011-2297-y.

Liu X, Li G, Liu Z, Guo W, Gao N. 2010. Water pollution characteristics and assessment of lower reaches in Haihe River Basin. Procedia Environmental Sciences. 2(2010):199-206.

Marganof, Darusman LK, Riani E, Pramudya B. 2007. Analisis beban pencemaran, kapasitas asimilasi dan tingkat pencemaran dalam upaya pengendalian pencemaran perairan Danau Maninjau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 12(1): 8-14.

Mezuan. 2007. Kajian kapasitas asimilasi perairan marina Teluk Jakarta [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Montagna P, Palmer TA, Pollack JB. 2013. Hydrological changes and estuarine dynamics. SpringerBriefs in Environmental Science. DOI:10.1007/978-1-4614-5833-3_2.

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta (ID): Pradnya Paramita. Nemerow NL. 1991. Stream, Lake, Estuary and Ocean Pollution. Environmental

Engineering Series. Ed ke-2. New York (AS): Van Nostrand Reinhold. Paraskevopoulou V, Zeri C, Kaberi H, Chalkiadaki O, Krasakopoulou E,

Dassenakis M, Scoullos M. 2014. Trace metal variability, background levels and pollution status assessment in line with the water framework and marine strategy framework EU directives in the water of a heavily impacted Mediterranean Gulf. Marine Pollution Bulletin. 87(2014):323-337.

[PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Presiden Republik Indonesia. Jakarta (ID): PP.

Siahaan R, Indrawan A, Soedharma D, Prasetyo LB. 2011. Kualitas air sungai Cisadane, Jawa Barat – Banten. Jurnal Ilmiah Sains. 11(2):268-272.

(39)

27 Sutisna. 2007. Analisis beban pencemaran dan kapasitas asimilasi kawasan perairan Pelabuhan Sunda Kelapa [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suwari, Riani E, Pramudya B, Djuwita I. 2010. Penentuan status mutu air Kali Surabaya dengan metode STORET dan indeks pencemaran. Majalah Ilmiah Widya. 27(297):59-63.

Syakti AD, Hidayati NV, Siregar AS. 2012. Agen Pencemaran Laut. Bogor (ID): IPB Press.

Tafangenyasha C, Dzinomwa T. 2005. Land-use impacts on river water quality in lowveld sand river systems in South-east Zimbabwe. Land Use and Water Resources ResearchJournal. 5(2005):3.1-3.10.

Takarina ND, Bengen DG, Sanusi HS, Riani E. 2013. Bioconcentration factor of copper (Cu), lead (Pb), and zinc (Zn) in Anadara indicarelated to the water quality in coastal areas. Makara Journal of Science. 17(1):23-28.

Tian S, Wang Z, Shang H. 2011. Study on the self-purification of Juma River. Procedia Environmental Sciences. 11(2011):1328-1333.

Tyagi S, Sharma B, Singh P, Dobhal R. 2013. Water quality assessment in terms of water quality index. American Journal of Water Resources. 1(3):34-38. DOI:10.12691/ajwr-1-3-3.

Wang SL, Xu XR, Sun YX, Liu JL, Li HB. 2013. Heavy metal pollution in coastal areas of South China: a review. Marine Pollution Bulletin. 76(2013):7-15.

Wardani DAK, Dewi NK, Utami NR. 2014. Akumulasi logam berat timbal (Pb) pada daging kerang hijau (Perna viridis) di muara Sungai Banjir Kanal Barat Semarang. Unnes Journal of Life Science. 3(1):1-8.

(40)

28

LAMPIRAN

Lampiran 1 Lokasi pengambilan contoh

Sungai Cisadane (S1) Muara Cisadane (S2)

Sungai Pesanggrahan (A1) Muara Pesanggrahan (A2)

Sungai Dadap (DP1) Tambang pasir di S. Cisadane

(41)

29 Lampiran 2 Letak geografis titik pengambilan contoh

Stasiun Letak Geografis

Bujur Timur Lintang Selatan

A1 106° 45' 9,70" 6° 7' 28,79"

Lampiran 3 Data curah hujan tahun 2013 Lokasi : Tanjungan/Kapuk

Grafik Curah Hujan Bulanan Tahun 2013 di Tanjungan/Kapuk Sumber : BMKG Stasiun Klimatologi Pondok Betung (2013)

(42)

30

Lampiran 4 Contoh penghitungan indeks STORET Sungai Pesanggrahan (A1)

Parameter Satuan BM Kls

III Max Min Rata-rata Skor

Fisika

Suhu oC Dev. 3 31.4 27.9 29.6333 0

Kecerahan cm (-) 15 7 11.25

Kekeruhan NTU (-) 39.6 12.5 23.2

TSS mg/L 400 53 10 22 0

TDS mg/L 1000 888 140 457.0667 0

Kimia

pH - 6 - 9 7.22 6.8 7.0133 0

DO mg/L 3 3.6 0.4 1.5333 -8

Salinitas psu (-) 1 0 0.35

BOD mg/L 6 11.59 3.5 7.2625 -8

COD mg/L 50 67.85 25.53 48.8775 -2

Total Fosfat mg/L 1 1.69 0.368 1.0550 -8

Amonia (NH3-N) mg/L 0.5 3.049 0.03 1.0860 -8

Nitrat (NO3-N) mg/L (-) 2.855 1.028 2.02275

Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0.961 0.065 0.4003 -10

Sulfida (H2S) mg/L 0.002 0.599 0.0009 0.3000 -8

Minyak dan

lemak mg/L 1 0.9 0.9 0.9 0

Sianida (CN-) mg/L 0.02 0.098 0.02 0.0420 -10

Fluorida (F) mg/L 1.5 1.5 0.006 0.8110 0

Deterjen mg/L 0.2 0.394 0.03 0.1328 -2

Fenol mg/L 0.001 0.002 0.0004 0.0009 -2

Kadmium (Cd) mg/L 0.1 0.0009 0.0009 0.0009 0

Khrom Total (Cr) mg/L 0.05 0.031 0.025 0.0280 0

Tembaga (Cu) mg/L 0.02 0.054 0.001 0.0253 -8

Timbal (Pb) mg/L 0.03 0.299 0.001 0.0755 -8

Seng (Zn) mg/L 0.05 0.009 0.001 0.0050 0

Khlorofil-a µg/L (-) 4.408 1.899 3.1535

Mikrobiologi

Total coliform MPN/100mL 10000 160000 11000 55500 -15

(43)

31 Lampiran 4 (Lanjutan)

Muara Pesanggrahan (A2)

Parameter Satuan

BM Kelas

III

Max Min Rata-rata Skor

Fisika

Kecerahan cm (-) 17.5 13.5 14.8333

Kebauan - Alami - - -

Kekeruhan NTU (-) 43.4 9.16 28.19

Suhu oC Dev. 3 31 29.2 30.0667 0

TSS mg/L 400 55 8 28.5 0

Sampah - (-) - - -

Lapisan Minyak - (-) - - -

Kimia

pH - 6 – 9 7.04 6.75 6.9433 0

Salinitas psu (-) 4 0.2 1.625

DO mg/L 3 2.3 0.5 1.1333 -10

BOD mg/L 6 17.22 2.45 8.63 -8

Ortofosfat mg/L (-) 1.451 0.202 0.5955

Amonia (NH3-N) mg/L 0.5 2.468 0.049 0.9713 -8

Nitrat (NO3-N) mg/L (-) 1.699 0.086 0.97875

Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0.676 0.024 0.2803 -8

Sulfida (H2S) mg/L 0.002 1.408 0.0009 0.3535 -8

Minyak dan

lemak mg/L 1 0.9 0.9 0.9 0

Sianida (CN-) mg/L 0.02 0.1 0.002 0.0333 -8

Surfaktan

(MBAS) mg/L 0.2 0.273 0.02 0.0975 -2

Fenol Total mg/L 0.001 0.001 0.0004 0.0006 0

Khlorofil µg/L (-) 8.824 4.201 6.5125

Logam terlarut

Kadmium (Cd) mg/L 0.1 0.0009 0.0009 0.0009 0

Tembaga (Cu) mg/L 0.02 0.076 0.001 0.0315 -8

Timbal (Pb) mg/L 0.03 0.001 0.001 0.0010 0

Seng (Zn) mg/L 0.05 0.136 0.021 0.0545 -8

Khrom Total (Cr) mg/L 0.05 0.064 0.005 0.0328 -2

Mikrobiologi

Total coliform MPN/100mL 10000 7000 920 2975 0

(44)

32

Lampiran 4 (Lanjutan) Sungai Cisadane (S1)

Parameter Satuan

BM Kelas

III

Max Min Rata-rata Skor

Fisika

Suhu oC Dev. 3 30.8 28.9 29.6 0

Kecerahan cm (-) 46 35.5 42.2

Kekeruhan NTU (-) 276 5.55 99.11

TSS mg/L 400 296 12 117 0

TDS mg/L 1000 3804 230 1488.3 -4

Kimia

pH - 6 - 9 6.95 6.61 6.70 0

DO mg/L 3 5.3 0.4 1.8 -8

Salinitas psu (-) 1 0 0.575

BOD mg/L 6 6.7 2.93 4.36 -2

COD mg/L 50 90.43 23.89 50.2225 -8

Total Fosfat mg/L 1 0.665 0.08 0.3255 0

Amonia (NH3-N) mg/L 0.5 0.925 0.018 0.2608 -2

Nitrat (NO3-N) mg/L (-) 1.828 0.327 1.406

Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0.301 0.005 0.102 -8

Sulfida (H2S) mg/L 0.002 0.288 0.008 0.148 -8

Minyak dan

lemak mg/L 1 0.9 0.9 0.9 0

Sianida (CN-) mg/L 0.02 0.177 0.069 0.123 -10

Fluorida (F) mg/L 1.5 0.602 0.006 0.304 0

Deterjen mg/L 0.2 0.068 0.035 0.0515 0

Fenol mg/L 0.001 0.0039 0.0004 0.0016 -8

Kadmium (Cd) mg/L 0.1 0.0009 0.0009 0.0009 0

Khrom Total (Cr) mg/L 0.05 0.068 0.047 0.0575 -8

Tembaga (Cu) mg/L 0.02 0.059 0.001 0.030 -8

Timbal (Pb) mg/L 0.03 0.26 0.001 0.0658 -8

Seng(Zn) mg/L 0.05 0.15 0.025 0.0875 -8

Khlorofil-a µg/L (-) 11.168 2.267 6.7175

Mikrobiologi

Total coliform MPN/100mL 10000 160000 1600 41200 -12

(45)

33 Lampiran 4 (Lanjutan)

Muara Cisadane (S2)

Parameter Satuan

BM Kelas

III

Max Min Rata-rata Skor

Fisika

Kecerahan cm (-) 47.5 21 35.875

Kebauan - Alami - - -

Kekeruhan NTU (-) 254 19.5 93.4

Suhu oC Dev. 3 30.6 29.7 30.175 0

TSS mg/L 400 160 34 103.5 0

Sampah - (-) - - -

Lapisan minyak - (-) - - -

Kimia

pH - 6 – 9 7.41 6.6 7.005 0

Salinitas psu (-) 11.8 1.5 6.325

DO mg/L 3 7.1 0.4 3.475 -2

BOD mg/L 6 7.65 0.98 3.735 -2

Ortofosfat mg/L (-) 0.086 0.013 0.0448

Amonia (NH3-N) mg/L 0.5 0.655 0.014 0.3108 -2

Nitrat (NO3-N) mg/L (-) 2.66 0.089 1.02825

Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0.675 0.016 0.2045 -8

Sulfida (H2S) mg/L 0.002 0.0009 0.0009 0.0009 0

Minyak dan

lemak mg/L 1 0.9 0.9 0.9 0

Sianida (CN-) mg/L 0.02 0.026 0.002 0.0153 -2

Surfaktan

(MBAS) mg/L 0.2 0.079 0.019 0.0383 0

Fenol Total mg/L 0.001 0.002 0.0004 0.0008 0

Khlorofil-a µg/L (-) 20.023 1.896 10.9595

Logam terlarut

Kadmium (Cd) mg/L 0.1 0.0009 0.0009 0.0009 0

Tembaga (Cu) mg/L 0.02 0.059 0.001 0.0268 -8

Timbal (Pb) mg/L 0.03 0.009 0.0009 0.0029 0

Seng (Zn) mg/L 0.05 2.17 0.001 0.5513 -8

Khrom Total (Cr) mg/L 0.05 0.122 0.004 0.0508 -8

Mikrobiologi

Total coliform MPN/100mL 10000 160000 240 42760 -12

(46)

34

Lampiran 4 (Lanjutan) Sungai Dadap (DP1)

Parameter Satuan BM Kls

III Max Min Rata-rata Skor

Fisika

Suhu oC Dev. 3 31.2 30.1 30.65 0

Kecerahan cm (-) 23 23 23

Kekeruhan NTU (-) 36.2 35.2 35.7

TSS mg/L 400 36 30 33 0

TDS mg/L 1000 6310 6310 6310 -5

Kimia

pH - 6 - 9 7.26 6.85 7.055 0

DO mg/L 3 1 0.6 0.8 -10

Salinitas psu (-) 6 4 5

BOD mg/L 6 5.03 4.31 4.67 0

COD mg/L 50 96.97 17.35 57.16 -8

Total Fosfat mg/L 1 0.314 0.242 0.278 0

Amonia (NH3-N) mg/L 0.5 1.236 0.018 0.627 -8

Nitrat (NO3-N) mg/L (-) 2.166 0.853 1.5095

Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0.527 0.21 0.3685 -10

Sulfida (H2S) mg/L 0.002 0.169 0.169 0.169 -10

Minyak dan

lemak mg/L 1 0.9 0.9 0.9 0

Sianida (CN-) mg/L 0.02 0.062 0.062 0.062 -10

Fluorida (F) mg/L 1.5 0.87 0.87 0.87 0

Deterjen mg/L 0.2 0.089 0.035 0.062 0

Fenol mg/L 0.001 0.0008 0.0005 0.00065 0

Kadmium (Cd) mg/L 0.1 0.0009 0.0009 0.0009 0

Khrom Total (Cr) mg/L 0.05 0.019 0.019 0.019 0

Tembaga (Cu) mg/L 0.02 0.067 0.055 0.061 -10

Timbal (Pb) mg/L 0.03 0.219 0.001 0.11 -8

Seng (Zn) mg/L 0.05 0.086 0.086 0.086 -10

Khlorofil-a µg/L (-) 29.368 29.368 29.368

Mikrobiologi

Total coliform MPN/100mL 10000 160000 16000 88000 -15

(47)

35 Lampiran 4 (Lanjutan)

Zona 1 bulan April 2013

Parameter Satuan

BM Biota

Laut

Max Min Rata-rata Skor

Fisik

Suhu ᵒC Alami 32.6 30.6 31.5 0

Kecerahan cm >300 152 40 83 -6

Kebauan - (-) - - -

Kekeruhan NTU <5 21.6 2.34 9.95 -4

Sampah - (-) - - -

Lapisan minyak - (-) - - -

TSS mg/L 20 - 80 37 8 18.7778 -5

Kimia

pH - 7 - 8.5 8.74 7.33 8.24 -3

DO mg/L >5 13.3 4.3 8.84 -2

Salinitas psu (-) 29.6 12.2 25.5

BOD mg/L 20 10.75 0.98 4.89 0

Ortofosfat mg/L 0.015 0.531 0.007 0.1307 -9

Amonia (NH3-N) mg/L 0.3 1.599 0.084 0.6056 -3

Nitrat (NO3-N) mg/L (-) 0.27 0.035 0.1506

Nitrit (NO2-N) mg/L (-) 0.171 0.013 0.0678

Sulfida (H2S) mg/L 0.001 0.008 0.0009 0.0017 -9

Minyak dan

lemak mg/L 1 0.9 0.9 0.9 0

Fenol Total mg/L 0.002 0.0035 0.0005 0.0015 -3

Surfaktan

(MBAS) mg/L 1 0.097 0.091 0.0950 0

Sianida (CN-) mg/L 0.5 0.035 0.0009 0.0156 0

Khrom

Heksavalen (Cr6+) mg/L 0.005 0.0009 0.0009 0.0009 0

Tembaga (Cu) mg/L 0.008 0.004 0.004 0.004 0

Timbal (Pb) mg/L 0.008 0.01 0.004 0.006 -3

Kadmium (Cd) mg/L 0.001 0.0009 0.0009 0.0009 0

Khlorofil-a µg/L (-) 131.161 18.22 59.4313

Mikrobiologi

Gambar

Gambar 1  Skema perumusan masalah kualitas air di pesisir Tanjung Pasir
Gambar 2.
Tabel 2  Prosedur pengawetan parameter kualitas air yang dianalisis di
Tabel 3  Penentuan sistem nilai untuk menentukan status pencemaran air
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya, berfokus pada proses pendidikan yang memberi kesempatan lebih pada peserta didik untuk mengembangkan

Hindi niya gustong tumakbo; halos mabali ang kanyang siko at ang nais lamang niya ay makaalpas sa matitigas na bisig ni Aling Marta; ngunit ngayon, nang siya ay bitiwan ng nasaktang

Model yang digunakan tersusun atas 2 faktor perlakuan, faktor A terdiri atas 3 taraf dan faktor B terdiri atas 3 taraf dengan ulangan sebanyak 3 kali sehingga disebut

(1) Penerima Belanja Bagi Hasil dan Belanja Bantuan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 setelah menerima dana segera menggunakannya sesuai dengan rencana dan

a) Gejala stres yang paling banyak timbul akibat adanya perubahan didalam sistem bekerja para ibu tersebut antara lain adalah gejala stres secara fisik yang

Dasar ini memperuntukkan bahawa aset ICT perlu dilindungi dari kerosakan dan gangguan aktiviti perkhidmatan yang tidak dikawal seperti pendedahan, pengubahsuaian,

Merusmusan dan menetepkan Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjaminan Mutu Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al- Hikmah Bumi Agung Way Kanan

Kajian filogenetik yang dilakukan ini membangun suatu pohon filogenetik untuk melihat hubungan kekerabatan dari beberapa sekuen mtDNA manusia pada populasi Papua melalui