BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perilaku konsumen seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin inovatif menuntut perhatian lebih dari perusahaan. Hal ini dikarenakan konsumen menginginkan produk yang semakin berkualitas. Perkembangan teknologi informasi telah mengubah paradigma tentang logistik, peraturan inventory
menjadi suatu proses peningkatan nilai tambah dari barang dan jasa. Adanya berbagai pihak yang terlibat dan terkait dalam aliran produk dari pabrik kepada konsumen akan membentuk suatu sistem yang dikenal dengan sistem rantai pasokan (supply chain system).
PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi pakan ternak. Produk utama perusahaan adalah pakan ternak ayam sedangkan sebagai produk pendukung adalah pakan ternak babi, sapi, kambing, itik, dan ikan. Dalam proses operasionalnya perusahaan ini memenuhi demand dengan metode Pull
system demand, yaitu sistem pemenuhan demand dengan mempertimbangkan
Pakan jenis 105 ISA (Mash) merupakan produk yang paling banyak dan signifikan diproduksi oleh PT. XYZ dibandingkan 35 jenis produk pakan lainnya dan bersifat make to stock sehingga terkadang dapat menimbulkan penumpukan produk (over stock) ataupun kekurangan produk (stock out) apabila perencanaan tidak akurat. Jenis produk pakan lain ada yang bersifat make to order, seperti produk pakan sapi, bebek, babi, dan sebagainya. Adapun data permintaan terhadap jenis pakan lain dapat dilihat pada lampiran iv. Sistem supply chain
untuk produk pakan ayam layer jenis 105 ISA (Mash) pada PT. XYZ-Medan Mill dapat dilihat pada Gambar 1.1.
PT. FKS INDONESIA PRODUCTION MARKETTINGSALES &
LOGISTIC: (Mash) pada PT. XYZ-Medan Mill
Sumatera Utara. Perusahaan memenuhi kebutuhan bahan sesuai dengan kedatangan bahan impor dari luar negeri dan permintaan dari pabrik yang membutuhkan bahan baku impor. Penerimaan bahan baku tidak dapat dilakukan secara langsung pada saat dilakukan pemesanan. Pihak pembeli setidaknya harus menunggu selama satu bulan karena produk didatangkan dari luar negeri dan proses pengirimannya butuh waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pihak produsen pakan harus dapat merencanakan dengan tepat kapan bahan baku dipesan dan tersedia pada saat dibutuhkan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan dapat memenuhi jumlah permintaan terhadap produk pakan oleh konsumen. Permintaan terhadap produk pakan dilakukan oleh perusahaan Sri Winarti (SW) dan Bak Tjai (BT) melalui bagian sales di PT. XYZ-Medan Mill yang kemudian akan diproses produksinya pada bagian produksi. Pada Gambar 1.1. juga dapat dilihat bahwa pihak pabrik dan pembeli produk pakan menetukan ukuran lot masing-masing untuk. Hal ini yang menyebabkan tidak terintegrasinya sistem supply chain produk pakan 105 ISA (Mash). Perencanaan yang dilakukan sering tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan sehingga menyebabkan jumlah produk yang diproduksi tidak optimum.
Berdasarkan gambar supply chain perusahaan sebelumnya, juga didapati data jumlah permintaan, jumlah produksi, dan jumlah persediaan produk pakan 105 ISA (Mash) untuk periode September 2013 – Agustus 2014 yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Jumlah Permintaan, Jumlah Produksi dan Persediaan Produk
Periode
menimbulkan lost sales. Tentu saja hal-hal tersebut akan menyebabkan resiko, baik biaya maupun integritas antar perusahaan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi perumusan masalah adalah tidak terintegrasinya sistem rantai pasok produk pakan 105 ISA (Mash) antara perusahaan dengan buyer dan tidak adanya penentuan ukuran lot optimal yang mengintegrasikan frekuensi pemesanan bahan baku dari
supplier, lot produksi, dan lot pengiriman produk ke buyer.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan ukuran lot optimal menggunakan pendekatan VMI (vendor managed inventory) dengan metode JELS
(Joint Economic Lot Sizing) yang mengintegrasikan antara frekuensi permintaan
bahan baku dan pengiriman produk jadi.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan antara kapasitas produksi
dengan permintaan konsumen.
2. Melakukan analisis sensitivitas untuk melihat pengaruh perubahan parameter terhadap model yang dihasilkan.
3. Melakukan usulan perbaikan koordinasi dan pengelolaan logistik dari pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain dengan menerapkan metode VMI.
1. Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah dan meningkatkan wawasan dalam menganalisis dan memecahkan masalah sebelum memasuki dunia kerja khususnya dalam hal pengoptimalan ukuran lot gabungan melalui pendekatan supply chain.
2. Manfaat bagi perusahaan.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam membuat kebijakan untuk mengintegrasikan aliran informasi antara supplier,
manufacturer dan distributor dan mampu memecahkan masalah persediaan
dan ukuran lot optimal dalam pemenuhan order 105 ISAdalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.
3. Bagi Departemen Teknik Industri USU
Mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.
1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian hanya dilakukan pada produk pakan 105 ISA (Mash), yaitu pakan ayam petelur (layer).
2. Penelitian dibatasi hanya pada penentuan joint economic lot size untuk single
supplier, single manufacturer, dan dua buyer.
4. Analisis sensitivitas terhadap total cost berdasarkan perubahan biaya setup, biaya simpan manufaktur dan pembeli, biaya pesan produk dan bahan baku, dan biaya disposal.
5. Pengolahan data dilakukan dengan menentukan lot gabungan dengan metode
joint economic lot size (JELS) dan pendekatan terhadap metode vendor
managed inventory (VMI).
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Tidak terjadi perubahan struktur supply chain perusahaan selama penelitian berlangsung.
2. Perusahaan tidak melakukan penambahan atau pengurangan distributor atau pembeli dan supplier selama penelitian.