• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana Orang Yang Mempekerjakan Seseorang Di Kapal Tanpa Dokumen Yang Dipersyaratkan (Studi Putusan PN Raba Bima Nomor 96 Pid.B 2015 Pn.Rbi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Pidana Orang Yang Mempekerjakan Seseorang Di Kapal Tanpa Dokumen Yang Dipersyaratkan (Studi Putusan PN Raba Bima Nomor 96 Pid.B 2015 Pn.Rbi)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transportasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat baik itu transportasi darat, laut dan udara, dengan tujuan berhubungan satu sama lain untuk proses pemenuhan kebutuhan hidup. Sarana transportasi terutama transportasi laut mempunyai arti penting dan strategis mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang disatukan oleh wilayah perairan yang sangat luas dengan batas-batas, hak-hak dan kedaulatan yang ditetapkan dengan Undang-undang.

Luas lautan yang ada di bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan luas daratannya, yakni 71% berbanding 29%. Indonesia adalah negara kepulauan dimana Iebih dari 17000 pulau yang membentang pada jarak 5100 km dan mempunyai lebih dari 2100 pelabuhan, sehingga sektor kelautan memegang peranan yang sangat penting daIam sistem transportasi lokal. Bangsa Indonesia sudah mengenal pelayaran perahu sejak ratusan tahun yang lalu. Sepanjang sejarahnya, pelayaran perahu yang juga dikenal dengan pelayaran rakyat, memiliki peranan penting bagi transportasi laut di Indonesia. Salah satu pusat pelayaran rakyat yang terpenting di Indonesia adalah Banjarmasin. Pada abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20.

(2)

sering memungkinkan terjadinya tindak pidana pelayaran atau tindak pidana di laut. Adapun pengertian tindak pidana di laut itu sendiri adalah tindak pidana yang hanya bisa terjadi di laut saja dan tidak bisa terjadi di darat, dibedakan dengan tindak pidana umum yang terjadi di laut. Berawal dari pengertian tersebut maka timbullah akibatnya yaitu bahwa tindak pidana di laut menjadi suatu tindak pidana khusus yang mengandung arti bahwa tindak pidana di laut mempunyai kekhususan tersendiri. Kekhususan itu bisa terjadi meliputi seluruh unsur tindak pidana (subyek, kesalahan, bersifat melawan hukum, bertentangan dengan Undang-undang, maupun unsur-unsur lainnya misal tempat, waktu dan keadaan lainnya). Karena merupakan tindak pidana khusus disebut juga delik khusus, delik tersebar, delik diluar KUHP, maka penyelesaiannya pun mempunyai kekhususan yang menyimpang dari tindak pidana umum (KUHP) sedangkan hukum acara juga ada penyimpangan dengan KUHAP bahkan aparat penegak hukum, hukum yang ditegakkan juga ada penyimpangan dan medianya juga lain yaitu berupa laut yang mempunyai sifat internasional sedangkan tata cara melakukan tindak pidana di laut pun berbeda karena menggunakan kapal, namun baik KUHP maupun KUHAP masih tetap melingkupi tindak pidana di laut.

(3)

kapal-kapal berbendera Indonesia berarti hal tersebut merupakan penegak hukum, kedua penegakan tersebut juga mempunyai aspek yang berbeda bila penegakan terhadap kedaulatan mempunyai aspek keutuhan wilayah, integritas internasional dan hukum yang ditegakkan adalah hukum internasional, konversi-konvensi internasional, perjanjian antar negara maupun kebiasaan di laut, termasuk juga hukum nasional dan itu semua untuk kepentingan negara.

Tetapi apabila penegakan hukum terhadap kapal Indonesia mempunyai aspek penegakan hukum pribadi, pelayanan masyarakat, ketertiban masyarakat, kepentingan masyarakat maupun kepentingannya dari hukum yang ditegakkan pun hanyalah hukum negara (UU nasional) serta mempunyai aspek yuridis keamanan dan ketertiban di laut.

Agar penyelenggaraan kegiatan transportasi laut dapat dilaksanakan dengan tertib dan melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Pada masa sekarang perundang-undangan berperan penting dalam kehidupan masyarakat, karena melalui perundang-undangan tersebut, kebijakan-kebijakan pemerintah dirumuskan dan kehidupan masyarakat diatur.

(4)

negara, memupuk dan mengembangkan jiwa kebaharian, dengan mengutamakan kepentingan umum, dan kelestarian lingkungan, kordinasi antara pusat dan daerah, serta pertahanan keamanan negara.

Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan tersebut disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi pelanggarnya. Sehingga untuk mengetahui adanya tindak pidana, maka harus terlebih dahulu dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan pidana tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang dan disertai dengan sanksi.1

Bahwa ketentuan tentang tindak pidana di bidang pelayaran, berjumlah 52 Pasal, dan terdapat dalam Pasal 284, sampai dengan Pasal 336, Undang-undang

Bahwa tindak pidana bidang pelayaran, adalah serangkaian perbuatan terlarang oleh Undang- undang, dan tercela dalam kaitan dengan kegiatan pelayaran. Sedangkan yang dimaksud pelayaran adalahsatu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan diperairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim.

Bahwa salah satu urgensi pembentukan Undang-undang tentang pelayaran adalah karena perkembangan strategi nasional dan internasional yang menuntut penyelenggaraan pelayaran yang sesuai IPTEK, peran serta swasta dan persaingan usaha,otonomidaerah, dan akuntabilitas penyelenggara negara, dengan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan pelayaran demi kepentingan nasional.

1

(5)

No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran, yang untuk memudahkan pemahamannya dibagi dalam 2 (dua) kategori yaitu: berdasarkan subyek pelaku dan berdasarkan pertanggungjawaban pidana.

1. Dari segi subyek hukum pelaku perseorangan, atau pelaku kelompok orang maupun badan swasta, terdapat dalam ketentuan masing-masing sebagai berikut :

a. Dipidananakhodayang melayarkan kapalnyasedangkan diketahuinya jika kapal itu tidak laik laut yang mengakibatkan kerugian harta benda atau kematian seseorang.

b. Dipidana setiap orang yang mengoperasikan kapal dan pelabuhan tanpa memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim.

c. Dipidana setiap orang yang mengoperasikan kapal yang tidak memenuhi persyaratan kelengkapan navigasi/navigasi elektronik kapal. Termasuk yang mengoperasikan kapal yang tidak dilengkapi peralatan komunikasi radio dan kelengkapannya , juga peralatan metereologi

d. Dipidana setiap orang yang mempekerjakan awak kapal yang tidak

(6)

e. Dipidana setiap orang yang menghalang haling nakhoda dalam menjalankan kewajibannya berada di kapal selama berlayar.

2. Dari segi pertanggungjawaban pidana pelaku, baik perseorangan dan kelompok orang maupun badan swasta atau badan pemerintah.

(7)

Bahwa pelaku usaha bongkar muat barang dalam contoh tersebut, meskipun belum memiliki izin khusus namun berdasarkan perjanjiannya dengan perusahaan pemilik usaha kepelabuhanan dianggap telah menerima pelimpahan kuasa melakukan kegiatan nyata usaha bongkar muat barang kedalam atau keluar perusahaan pemegang izin usaha pelabuhan tersebut, adalah harus dianggap dikecualikan untuk dipidana.

Masih terdapat contoh lain kasus penerapan peraturan pidana di bidang pelayaran yang tentunya harus mempertimbangkan kejadian serta hal-hal yang melingkupinya sebagai keadaan tertentu yang mempengaruhi terjadi tidaknya suatu perbuatan pidana pelayaran.

Bahwa penerapan peraturan tindak pidana dibidang pelayaran perlu memperhatikan situasi dan kondisi umum masyarakat yang mempengaruhi dinamika perkembangan kepelabuhanan dan kepelautan serta dunia usaha pelayaran.2

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis hendak mengangkat masalah ini menjadi fokus dalam skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis membatasi hanya membahas dengan terperinci pertanggungjawaban pidana orang yang mempekerjakan

(8)

seoseorang di kapal tanpa dokumen yang dipersyaratkan (studi putusan PN Raba Bima Nomor 96/pid.b/2015/pn.rbi) agar permasalahan yang akan dibahas tidak terlalu melebar. Setelah mengulas beberapa pokok pikiran diatas, maka perlu kiranya penulis mengajukan beberapa pokok permasalahan sebagai kerangka acuan dalam skripsi ini sehingga diharapkan alur pemikiran serta kesimpulan yang diperoleh pada akhir penulisan dapat dengan mudah dipahami.

Adapun beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pengaturan hukum tindak pidana pelayaran di Indonesia? 2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana orang yang mempekerjakan

seseorang di kapal tanpa dokumen yang dipersyaratkan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut : a) Mengetahui pengaturan hukum tindak pidana pelayaran di Indonesia b) Mengetahui pertanggungjawaban pidana orang yang memperkerjakan

sesorang di kapal tanpa dokumen yang dipersyaratkan. 2. Manfaat Penulisan

(9)

a) Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini akan melahirkan beberapa konsep pemikiran yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Dan kiranya nantinya dapat menjadi sebagai bahan referensi Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Depeartemen Hukum Pidana.

b) Manfaat Praktis

1) Sebagai pedoman dan masukan bagi Lembaga Hukum, Institusi Pemerintah dan kalangan masyarakat luas.

2) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam bidang pelayaran. 3) Sebagai bahan informasi bagi semua kalangan yang berkaitan dengan dunia

pelayaran serta Ilmu Hukum Pidana.

4) Sebagai bahan kajian bagi kalangan akademis untuk menambah wawasan dalam bidang Ilmu Hukum Pidana, khususnya berkaitan dengan

pertanggungjawaban pidana dan tindak pidana pelayaran.

D. Keaslian Penulisan

(10)

Pertanggungjawaban Pidana Orang Yang Mempekerjakan Seseorang di Kapal Tanpa Dokumen Yang Dipersyaratkan (Studi Putusan PN Raba BIma NOMOR 96/PID.B/2015/PN.RBI) sampai saat ini belum ada.

Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pertanggungjawaban Pidana

(11)

tercela maka ia tidak akan dipidana.3 Sebab asas dalam pertanggungjawaban dalam hukum pidana ialah: tidak dipidana jika tidak ada kesalahan (geen straf sonder

schuld: Actus non facit reum nisi mens sist rea). Asas ini tidak tersebut dalam hukum

tertulis tapi dalam hukum yang tidak tertulis yang juga di Indonesia berlaku.4

“Nyatalah, bahwa hal dipidana atau tidaknya si pembuat bukanlah bergantung pada apakah ada perbuatan pidana atau tidak, melainkan pada apakah si terdakwa tercela atau tidak karena melakukan perbuatan pidana itu. Karena itulah maka juga dikatakan: dasar daripada adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas, yaitu asas yang menentukan bahwa perbuatan adalah terlarang dan diancam dengan pidana barangsiapa yang melakukannya, sedangkan dasar daripada dipidananya si pembuat adalah asas “tidak dipidana jika tidak ada kesalahan”

Unsur kesalahan sangat menentukan akibat dari perbuatan seseorang. Dengan demikian hukum pidana yang ada dewasa ini dapat disebut dengan Sculdstrafrecht yang artinya bahwa penjatuhan pidana disyaratkan adanya kesalahan. Mengenai hubungan pertanggungjawaban pidana dan kesalahan tersebut telah dipertegas oleh Ruslan Saleh dalam bukunya yang berjudul perbuatan pidana dan Pertanggungjawaban pidana: dua pengertian dasar dalam hukum pidana menyatakan bahwa :

5

3

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana : Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana,(Jakarta: Aksara Baru, 1983), h. 73

4

(12)

Seseorang tidak mungkin dapat dipidana apabila ia tidak melakukan perbuatan pidana, tetapi tidak selalu orang yang melakukan perbuatan pidana tersebut dapat dipidana tergantung kepada ada atau tidaknya unsur kesalahan dari orang tersebut. Dikatakan kesalahan berarti perbuatan yang dilakukan orang tersebut adalah perbuatan yang dicela atau oleh masyarakat perbuatan tersebut tidak disukai. Ia masih memiliki pilihan untuk tidak melakukan perbuatan tersebut.

Perbedaan mendasar dari delik pidana dan pertanggungjawaban pidana terletak pada unsurnya.Walaupun unsur-unsur dari tiap delik berbeda, namun pada umumnya mempunyai unsur-unsur yang sama, yaitu :

a. Perbuatan aktif/positif atau pasif/negatif b. Akibat yang ditimbulkan

c. Melawan hukum formil dan melawan hukum materil d. Tidak adanya alasan pembenar

Dapat disimpulkan bahwa batasan pada umumnya adalah suatu perbuatan aktif atau pasif yang untuk beli material diisyaratkan terjadinya akibat yang mempunyai hubungan kausal dengan perbuatan, yang melawan hukum formil dan materil, dan tidak adanya dasar yang membenarkan perbuatan itu.

Sedangkan adapun unsur-unsur pertanggungjawaban pidana adalah sebagai berikut:

(13)

c. Tak ada dasarnya pemaaf6

2. Tindak Pidana

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari “strafbaar feit”, didalam kitab Undang-undang hukum pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan strafbaar feit itu sendiri. Biasanya tindak pidana disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa latin, delictum. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut:

“Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang tindak pidana.”7

a. Suatu perbuatan manusia

Berdasarkan rumusan yang ada maka delik (strafbaar feit) memuat beberapa unsur yakni:

b. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh Undang-undang. c. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan.8

Istilah tindak pidana sebagai terjemahan strafbaar feit adalah diperkenalkan oleh pihak pemerintah/departemen kehakiman. Istilah ini banyak dipergunakan dalam Undang-undang tindak pidana khusus, misalnya: Undang-undang tindak pidana

6

H. A Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I,(Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 221.

7

(14)

korupsi, Undang-undang tindak pidana narkotika, dan Undang-undang mengenai pornografi yang mengatur secara khusus tindak pidana pornografi.

Istilah tindak pidana menunjukkan pengertian gerak gerik tingkah laku dan gerak gerik jasmani seseorang. Hal-hal tersebut terdapat juga seseorang untuk tidak berbuat, akan tetapi dengan tidak berbuatnya dia, dia telah melakukan tindak pidana.

Prof.Sudarto berpendapat bahwa pembentuk Undang-undang sudah tetap dalam pemakaian istilah tindak pidana, dan beliau lebih condong memakai istilah tindak pidana seperti yang telah dilakukan oleh pembentuk Undang-undang. Pendapat Prof.Sudarto diikuti oleh Teguh Prasetyo karena pembentuk Undan-undang sekarang selalu menggunakan istilah tindak pidana sehingga istilah tindak pidana itu sudah mempunyai pengertian yang dipahami oleh masyarakat.

Untuk lebih jelasnya, Simons menyebutkan adanya unsur objektif dan unsur subjektif dari tindak pidana (strafbaar feit). Unsur objektif antara lain: perbuatan orang, akibat yang kelihatan dari perbuatan itu, mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti dalam Pasal 281 KUHP sifat openbaar “dimuka umum”.

(15)

Sementara menurut Moeljatno, Unsur-unsur perbuatan pidana: perbuatan (manusia), yang memenuhi rumusan dalam Undang-undang (syarat formal) dan bersifat melawan hukum (syarat materil). Sedangkan unsur-unsur tindak pidana menurut Moeljatno terdiri dari:

a. Kelakuan dan akibat, dan

b. Hal Ihwal atau keadaan tertentu yang menyertakan perbuatan, yang dibagi menjadi :

1) Unsur subjektif atau pribadi yaitu mengenai diri orang yang melakukan perbuatan, misalnya unsur pegawai negeri yang diperlakukan dalam delik jabatan seperti dalam perkara tindak pidana korupsi. Pasal 418 KUHP Jo. Pasal 1 ayat (1) sub c Undang-undang No.3 Tahun 1971 atau Pasal 11 Undang-undang No.31 Tahun 1999 Jo. Undang-undang No.20 Tahun 2001 tentang Pegawai Negeri yang menerima hadiah.Kalau yang menerima hadiah bukan pegawai negeri maka tidak mungkin diterapkan pasal tersebut.

(16)

umum). Apabila penghasutan tidak dilakukan dimuka umum maka tidak mungkin diterapkan pasal ini.9

3. Pengertian Kapal

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Pasal 1 butir 36 yang dimaksud dengan kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

Selanjutnya dalam penjelasan yang dimaksud dengan kapal adalah : a. Kapal yang digerakkan oleh angin adalah kapal layar.

b. Kapal yang digerakkan oleh tenaga mekanik adalah kapal yang mempunyai alat penggerak mesin , misalnya kapal motor, kapal uap, kapal dengan tenaga matahari, dan kapal nuklir.

c. Kapal yang ditunda atau ditarik adalah kapal yang bergerak dengan menggunakan alat penggerak kapal lain.

d. Kendaraan yang berdaya dukung dinamis adalah jenis kapal yang dapat dioperasikan dipermukaan air atau diatas permukaan air dengan menggunakan

9

(17)

daya dukung dinamis yang diakibatkan oleh kecepatan dan/atau rancang bangun kapal itu sendiri, misal jet foil, hidro foil, dan kapal-kapal cepat lainnya yang memenuhi kriteria tertentu.

e. Kendaraan dibawah permukaan air adalah jenis kapal yang mampu bergerak dibawah permukaan air.

f. Alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah adalah alat apung dan bangunan terapung yang tidak mempunyai alat penggerak sendiri, serta ditempatkan disuatu lokasi perairan tertentu dan tidak berpindah-pindah untuk waktu yang sama, misalnya hotel terapung, tongkah akomodasi

(accommodation barger) untuk menunjang kegiatan lepas pantai dan

tongkang penampung minyak (oil storage barge), serta unit pengeboran lepas pantai berpindah (mobile off shore drilling units/modu).

4. Pengertian Dokumen

(18)

yang sangat penting adalah barang bukti kejahatan di pengadilan. Dokumen ini dapat membuat seseorang bebas atau mendekam di penjara selama sisa hidupnya. Dokumen ini juga secara tidak langsung turut menentukan lama hukuman yang bisa dijatuhkan pada seseorang.

a. Jenis dokumen dari segi pemakaiannya 1) Dokumen pribadi

Dokumen pribadi yaitu surat keterangan penting yang kegunaannya untuk kepentingan pribadi contohnya adalah KTP, ijazah, akte kelahiran, surat nikah dan lain-lain.

2) Dokumen niaga

Dokumen niaga yaitu surat berharga yang kegunaannya adalah untuk bukti dalam melakukan transaksi contohnya adalah surat pengantar, faktur dan lain-lain, resi pengiriman barang dan lain-lain.

3) Dokumen pemerintah

Dokumen pemerintah yaitu surar-surat penting yang di gunakan dalam instansi pemerintahan contohnya adalah Undang-undang, RAPBN dan lain-lain.

4) Dokumen sejarah

(19)

b. Jenis jenis dokumen dari segi fungsinya :

1) Dokumen dinamis adalah dokumen yang digunakan secara langsung di dalam proses kerja.

2) Dokumen statis adalah kebalikan dari dokumen dinamis yaitu dokumen yang tidak digunakan secara langsung dalam proses pekerjaan.

c. Ruang lingkup dokumentasi 1) Dokumentasi literer

Dokumentasi literer meliputi bidang perpustakaan. Dokumentasi ini merupakan kegiatan mengumpulkan buku, majalah, koran, brosur dan bahan pustaka lainnya yang disusun menurut sistem tertentu agar pengunjung lebih mudah mencari bahan yang diinginkan serta diperlukan.

2) Dokumentasi korpori

Dokumentasi korporil meliputi bidang permuseuman. Dokumentasi ini merupakan kegiatan mencari, mengumpulkan tulisan-tulisan kuno, fosil-fosil, arca-arca, dan benda-benda kuno yang disusun berdasarkan sistem tertentu.

3) Dokumentasi privat

(20)

berguna dan disimpan menurut sistem tertentu agar bila diperlukan mudah ditemuka n.10

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk memahami atau mawas objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.11 Menurut Peter R. Senn,12 sebagaimana dikutip Bambang Sunggono dalam bukunya yang berjudul metode penelitian hukum “metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang memiliki langkah-langkah yang sistematis”, untuk lebih memahami mengenai metode dapat dilihat dari peranan metode dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai berikut:13

a. Menambah kemampuan para ilmuan untuk mengadakan atau melaksanakan penelitian secara lebih baik dan lengkap;

b. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal-hal yang belum diketahui;

10

Dokumen: Pengertian, Jenis-Jenis dan Ruang Lingkup.

di

akses pada tanggal 9 Maret 2017.

11

M. Solly Lubis, Filsafat Hukum dan Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1994), h.21

12

(21)

c. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian interdisipliner;

d. Memberikan pedoman untuk pengetahuan mengenai masyarakat, mengorganisasikan serta mengintegrasikan

1. Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (penelitian hukum doktrinal). Penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian kepustakaan atau studi dokumen. Penelitian ini merupakan penelitian yang mengkaji peraturan-peraturan tertulis atau bahan hukum lain yang bersifat sekunder yang ada diperpustakaan, yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para sarjana. Penelitian jenis normatif ini menggunakan analisis kualitatif yakni dengan menjelaskan data-data yang ada dengan kata-kata atau pernyataan bukan dengan angka-angka. Hal-hal yang dikaji dalam penelitian hukum normatif meliputi beberapa hal seperti asas-asas hukum, sistematika hukum, taraf sinkronisasi hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum.

2. Sifat Penelitian

(22)

dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Penelitian hukum ini bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku.14

3. Data dan Sumber Data

Dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan deskripsi mengenai pertanggungjawaban pidana orang yang mempekerjakan seseorang di kapal tanpa dokumen yang di persyaratkan (Studi Putusan PN RABA BIMA Nomor 96/PID.B/2015/PN.RBI)

a. Data

Menurut Webster New World Dictionary, “data is thing known or assumed”. Data Berarti sesuatu yang diketahui atau dianggap. Data diketahui, berarti sesuatu yang telah terjadi. Sedangkan dianggap bisa juga merupakan suatu pendapat, hipotesis yang mungkin belum terjadi atau mungkin tidak benar.15

Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan, dapat berupa angka, lambang, atau sifat. Data dapat meberikan gambaran tentang suatu

14

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Persada Media Group. 2008), hal 7

15

(23)

keadaan atau persoalan. Data juga bisa di defenisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu objek.

b. Sumber Data

Adapun sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah: 1) Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.

2) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan.16

a) Bahan hukum primer

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer dan data sekunder, dimana data skunder dapat dibagi menjadi:

Bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian. Yakni undang dasar 1945, kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang-undang Hukum Acara Pidana

(24)

(KUHAP),Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.

b) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian ini.

Pada penulisan ini sebagai bahan hukum sekunder penulis menggunakan buku-buku ilmu hukum, jurnal ilmiah, artikel ilmiah, publikasi media cetak maupun elektronik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas pada penelitian ini.

c) Bahan hukum tertier

Bahan hukum tertier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya.

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah lingkup masalah berhasil dirumuskan, sesungguhnya kita telah mengajukan inti dari tujuan penelitian yang akan kita lakukan. Tujuan itu bisa saja bersifat teoretis, seperti untuk memecahkan permasalahan. Dari sini selanjutnya kita dapat memetik manfaat dari upaya melakukan penelitian, seperti diperolehnya pengetahuan baru secara teoretis dan ditemukannya jawaban tertentu bagi pemecahan masalah.

(25)

identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan meneliti dan manfaat yang diharapkan dari penelititan itu.

Satu hal yang patut disadari bahwa sebenarnya terdapat sinkronisasi antara keenam langkah pengajuan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Antara latar belakang masalah dengan tujuan dan manfaat penelitian misalnya, sudah terbaca kaitan yang bersifat a-priori. Misalnya, jika sebuah hasil penelitian akan digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan penggunaan kurikulum baru didaerah tertentu maka hal ini akan mempengaruhi lima langkah pengajuan masalah lainnya.17

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun skripsi ini menggunakan suatu pendekatan masalah yaitu statuta

approach yang mana pendekatan masalah ini dilakukan dengan cara menelaah semua

Undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Bagi penelititan untuk kegiatan akademis, peneliti perlu mencari ratio legis dan dasar ontologis lahirnya Undang-undang tersebut sehingga peneliti mampu menangkap kandungan filosofi yang terdapat dalam Undang-undang itu dan dapat menyimpulkan mengenai ada atau tidaknya benturan filosofis antara Undang-undang dengan isu yang dihadapi.

(26)

Mengingat sumber dan jenis data yang digunakan dalam tulisan ini adalah jenis data primer dan sekunder maka metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data untuk penulisan ini adalah:

• Metode penelitian kepustakaan

Metode penelitian kepustakaan adalah data kepustakaan yang diperolah melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian.

6. Analisis Data

Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analisis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadapdata primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna dari aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.

G. Sistematika Penulisan

Proses penulisan skripsi ini dibuat secara sistematis dan terperinci demi memberikan kemudahan bagi para pembaca untuk memahami makna dan memperoleh manfaat dari skripsi ini.

(27)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang yang menguraikan hal-hal yang melatar belakangi penulisan skripsi ini, perumusan masalah yang menguraikan tentang permasalahan apa saja yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, kemudian juga membahas mengenai tujuan dan manfaat penulisan dimana akan dijelaskan tujuan penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini serta manfaat dari adanya penelitian dan penulisan skripsi ini, lalu akan disertakan pula keaslian penulisan yaitu surat pernyataan penulis yang didukung dengan adanya surat keterangan dari pihak perpustakaan kampus yang menerangkan bahwa judul serta isi dari skripsi ini adalah murni hasil pemikiran penulis sendiri, tinjauan kepustakaan yang menguraikan tentang tindak pidana di dunia pelayaran yaitu khususnya tentang pertanggungjawaban pidana orang yang mempekerjakan seseorang di kapal tanpa dokumen yang dipersyaratkan metode penelitian yakni bagaimana cara penulis dalam melakukan penelitian untuk penulisan skripsi ini dan terakhir sistematika penulisan yakni gamabaran umum sistematika penulisan skripsi ini.

BAB II :PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA

PELAYARAN DI INDONESIA

(28)

BAB III :PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MEMPEKERJAKAN SESEORANG DI KAPAL TANPA DOKUMEN YANG DIPERSYARATKAN

Dalam bab III ini berisikan tentang pertanggungjawaban pidana pelaku pidana orang yang mempekerjakan seseorang di kapal tanpa dokumen yang dipersyaratkan sesuai dengan putusan PN. Raba Bima No.96/pid.b/2015/PN.RBI

BAB IV : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

1 Siti Marfiatun B.211.12.1055 Cucian Motor Dari tiga pesaing ternyata jasa cuci motor tidak menyediakan bisnis pendamping seperti scotlate dan stiker motor.Harga yang

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian, dapat di tunjukkan simpulan bahwa model discovery learning efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas

Kartini adalah satu-satunya perempuan pribumi yang ada disana, teman perempuan Kartini hanya anak-anak menir Belanda, jadi tak heran bahwa kartini

Pada penelitian ini hasil dari karakterisasi morfologi dengan menggunakan alat SEM akan dibandingkan dan dianalisis citra dari gambar morfologi yang dihasilkan

Tunas-tunas yang terbentuk tersebut berwarna hijau dengan pertumbuhan sempurna (Gambar 3), sedangkan pada eksplan kalus embrionik hasil persilangan antara jeruk siem x

Untuk melakukan identifikasi lokasi Untuk melakukan identifikasi lokasi batubara digunakan teknologi batubara digunakan teknologi penginderaan jauh melalui

Proses bending adalah proses pembengkokan atau pelengkungan Proses bending adalah proses pembengkokan atau pelengkungan suatu material.0elama operasi bending, logam pada sisi