• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Hak Kekayan Intelektual merupakan hak eksklusif yang diberikan Negara kepada seseorang, sekelompok orang, maupun lembaga untuk memegang kuasa dalam menggunakan dan manfaat dari kekayaan intelektual yang dimiliki atau diciptakan. Hak Kekayaan Intelektual timbul dari kemampuan intelektual manusia. Secara umum Hak Kekayaan Intelektual terbagi dalam dua kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri.1

1

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013, hal. 14

(2)

dikarenakan dalam dunia usaha keberadaan merek menjadi salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi pembeli atau pelanggannya untuk menggunakan atau membeli benda atau jasa yang ada dalam masyarakat dan merek menjadi salah satu acuan bagi pembeli untuk melihat kualitas barang dan/atau jasa yang ditawarkan.

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukanlah suatu pengaturan khusus yang diharapkan dapat menjamin keberadaan hukum merek. Di Indonesia sendiri hal tersebut mulai terjadi sejak Indonesia meratifikasi Convention Establishing The WTO. Diratifikasinya konvensi pembentukan WTO sering juga disebut awal dimulainya era Hak Kekayaan Intelektual modern di Indonesia. Selain dengan melakukan ratifikasi perjanjian internasional, pemerintah Indonesia juga melakukan penyempurnaan terhadap Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 81) yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 31) dan diubah lagi menjadi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 (biasa disebut sebagai Undang-undang Merek baru) yang menjadi dasar pengaturan hukum merek yang berlaku sampai saat ini.2

Merek sebagai Hak Kekayaan Intelektual pada dasarnya ialah tanda untuk mengidentifikasikan asal barang dan jasa dari suatu perusahaan dengan barang dan/atau jasa perusahaan lain. Merek merupakan ujung tombak perdagangan Dengan Undang-Undang Merek baru terciptalah pengaturan merek dalam satu naskah (single text) sehingga lebih memudahkan masyarakat menggunakannya.

2

(3)

barang dan jasa. Melalui merek, pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan akan kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan dan mencegah tindakan persaingan yang tidak jujur dari pengusaha lain yang beritikad buruk yang bermaksud membonceng reputasinya.

Merek sebagai tanda dengan daya pembeda yang digunakan untuk perdagangan barang dan/atau jasa. Untuk itu merek harus memiliki elemen3

1. Tanda dengan daya pembeda.

:

2. Tanda tersebut harus digunakan.

3. Untuk perdagangan barang dan/atau jasa.

Jadi merek merupakan definisi hukum yang memberikan perlindungan dan upaya pemulihan jika suatu tanda perdagangan digunakan oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk itu. Jadi merek bisa lebih luas atau lebih sempit daripada nilai suatu cap sebagai suatu ciri pembeda dari barang dan jasa dari suatu perusahaan dengan barang dan/atau jasa perusahaan lain. Pencapaian suatu merek menjadi terkenal bukanlah pekerjaan yang mudah karena pencapaiannya memerlukan banyak pengorbanan, seperti kreatifitas, biaya, tenaga dan lain sebagainya. Karena sulitnya membuat suatu merek menjadi merek yang terkenal, hal ini menjadi pemicu faktor yang mendorong munculnya persaingan curang yang merugikan para pihak.

Prinsip yang dianut oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek menganut asas first to file principle. Berdasarkan asas ini, maka seseorang yang ingin memiliki hak atas merek harus melakukan permohonan pendaftaran

3

(4)

atas merek yang bersangkutan. Hal ini berarti seseorang dapat dianggap sebagai pemegang merek jika mereknya tersebut dilakukan pendaftaran merek. Permohonan pendaftaran diajukan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan memenuhi persyaratan yang ada.

Terhadap suatu pendaftaran merek, si pendaftar harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan substantif. Untuk persyaratan administratif berupabformulir, kelengkapan berkas-berkas dan perihal mengenai biaya-biaya. Adapun persyaratan substantif untuk pendaftaran merek di Indonesia adalah4

1. Itikad baik (Pasal 4 UU No. 15 Tahun 2001) :

2. Alasan absolut merek yang tidak dapat didaftarkan (Pasal 5 UU No. 15 Tahun 2001)

3. Alasan relatif merek yang harus ditolak (Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2001)

Menurut ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek disebutkan bahwa merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik. Adapun pasal 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek menetapkan:

Merek yang tidak dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu unsur di bawah ini:

4

(5)

1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum

2. Tidak memiliki daya pembeda 3. Telah menjadi milik umum

4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimintakan pendaftaran

Jika kita cermati pasal 5 diatas, maka suatu merek dapat didaftarkan sebagai merek, maka merek tersebut haruslah mempunyai daya pembeda yang cukup, sehingga mempunyai cukup kekuatan untuk membedakan produk hasil pelaku usaha dengan produk hasil produksi pelaku usaha yang lain.

Namun yang menjadi permasalahan dalam penciptaan suatu merek, terkadang pelaku usaha menggunakan cara yang tidak sehat dan melakukan persaingan curang seperti mendaftarkan merek dengan itikad tidak baik, mendaftarkan merek dengan mendompleng merek terkenal, ataupun mendaftarkan merek yang melanggar ketentuan perundang-undangan. Sehingga banyak pelaku usaha yang dalam praktiknya mendaftarkan merek dagang yang jika dianalisa dalam proses pendaftaran suatu merek, telah melanggar aturan-aturan dalam pemberian yang menurut ketentuan hukum semestinya tidak bisa didaftar ataupuin harus ditolak permohonannya namun tetap dipaksakan didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

(6)

domain(kata umum) ataupun penggunaan kata descriptive mark jelas-jelas

bertentangan dengan pasal 5 huruf c dan d pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Jika ditinjau dari syarat substantif maka seharusnya merek dagang tersebut tidak dapat didaftarkan menjadi suatu merek dagang yang sah. Hal ini karena pelaku usaha yang melakukan upaya pendaftaran merek telah melakukan tindakan yang dilandasi itikad tidak baik, karena pelaku usaha tersebut bermaksud untuk memonopoli suatu kata ataupun tanda milik umum.

Dengan didaftarkannya suatu tanda atau kata umum ini menjadi sebuah merek akan berakibat adanya pengakuan atau mendapat perlindungan hukum yang berupa hak atas merek. Pada saat yang bersamaan, dengan terdaftarnya merek tersebut akan menimbulkan problematika di kemudian hari dikarenakan dengan adanya hak eksklusif atas merek terhadap kata atau tanda milik umum menjadi milik pribadi maka hal tersebut akan menimbulkan rasa ketidakadilan dalam masyarakat yang berujung pada adanya gugatan pembatalan oleh pihak ketiga terhadap merek dagang tersebut.

(7)

yakni pelanggaran pasal 5 huruf c dan d UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Padahal telah ada putusan yang inkracht bahwa Abdul Alex Soelistiyo sebagai pemilik sah merek kopitiam berdasarkan beberapa putusan pengadilan, yakni Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 179/PK/Pdt.Sus/2012 tertanggal 20 Maret 2013 dan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 32/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst tertanggal 4 Oktober 2012. Dua putusan itu pun telah diakui dan dikuatkan kembali melalui Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 67/Pdt.Sus/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst pada 3 Februari 2014 dalam sengketa “QQ Kopitiam melawan Abdul Alex Soelistiyo”.5

5“Pemilik Merek Kopitiam Bosan Terus Didugat”, sebagaimana dimuat dalam Dari kasus diatas timbul pertanyaan dari dalam diri Penulis tentang bagaimana suatu merek yang tidak memenuhi syarat substantif dapat didaftarakan. Dalam hal ini penulis merasa seolah-olah pendaftaran merek terkesan tidak memiliki kepastian. Disamping itu penulis juga merasa tidak menemukan kejelasan terhadap suatu kata maupun lambang yang dapat dikategorikan sebagai suatu kepemilikan umum dan apa alasan dibenarkannya suatu merek yang menggunakan kepemilikan umum. Penulis merasa banyak pelaku usaha yang memanfaatkan kelemahan dari sistem pendaftaran merek di Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk untuk mengadakan penelitian dan menyusun sebuah skripsi dengan judul Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang Yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek.

(8)

B. Permasalahan

Rumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, diperlukan untuk memberi kemudahan bagi penulis dalam membatasi permasalahan yang akan ditelitinya, sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan penggunaan public domain pada UU No 15 Tahun 2001?

2. Apakah alasan dibenarkannya penggunaan public domain pada kasus Kopitiam?

3. Bagaimanakah dampak penggunaan public domain sebagai suatu merek pada kasus Kopitiam?

C. Tujuan Penulisan

Kegiatan penelitian yang dilakukan pasti memiliki suatu tujuan yanghendak dicapai. Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas sehinggadapat memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun penulisan ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui pengaturan penggunaan public domain pada UU No 15 Tahun 2001.

(9)

3. Untuk mengetahui dampak penggunaan public domain sebagai suatu merek pada kasus Kopitiam.

D. Manfaat Penulisan

Dalam sebuah penelitian tentunya diharapkan adanya manfaat, dimana

penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Manfaat teoritis

a. Sumbangan pemikiran bagi perkembangan Ilmu Hukum terutama di bidang Hak Kekayaan Intelektual secara lebih luas.

b. Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai penggunaan public domain pada merek

2. Manfaat praktis

a. Dapat menjadi masukan kepada pihak terkait mengenai penggunaan merek yang bersifat kata umum.

b. Dapat dijadikan acuan terhadap penelitian sejenis pada tahap-tahap selanjutnya.

E. Keaslian Penulisan

(10)

kesamaan judul. Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama.

Sehingga jika dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai oleh penulisan skripsi ini, maka dapat disimpulkan bahan apa saja yang ada di dalam skripsi ini merupakan karya sendiri dan bukan hasil jiplakan dari skripsi orang lain, dan dimana diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar dan praktisi, referensi, buku-buku, makalah-makalah dan bahan-bahan seminar, serta media cetak berupa Koran-koran, media elektronik seperti internet serta bantuan dari berbagai pihak, berdasarkan pada asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan terbuka. Semua ini adalah merupakan implikasi dari proses penemuan kebenaran ilmiah, sehingga hasil penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.6

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan yakni penelitian yang dilakukan

6

(11)

dengan cara mencari dan mengumpulkan data sekunder berupa: buku-buku, artikel-artikel dari media elektronik dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak melakukan penelitian langsung ke lapangan, melainkan mengambil contoh kasus dari internet. Hal ini bertujuan agar mendapatkan gambaran jelas tentang pengaturan hukum merek dagang yang memiliki sifat kata umum (public domain) di Indonesia pada saat ini.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab, dimana antara bab yang satu dengan bab yang lain saling berhubungan. Untuk setiap bab akan dibagi lagi menjadi sub bab yang membahas satu pokok bahasan tertentu. Dalam menyajikan penelitian ini penulis menyusunnya dalam sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

(12)

penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II: TINJAUAN UMUM MENGENAI MEREK

Pada bab ini penulis memberikan landasan teori atau memberikanpenjelasan secara teoritik yang bersumber pada bahan hukum yang penulis gunakan dan doktrin ilmu hukum yang dianut secara universalmengenai persoalan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Landasan teori tersebut meliputi pengertian dan sejarah perkembangan merek, merek sebagai salah satu Hak Kekayaan Intelektual, peranan dan fungsi merek dalam dunia perdagangan serta perlindungan merek secara Nasional dan Internasional.

BAB III: TINJAUAN HUKUM TENTANG PUBLIC DOMAIN

Seperti pada bab sebelumnya penulis memberikan landasan teori atau memberikanpenjelasan secara teoritik yang bersumber pada bahan hukum yang penulis gunakan dan doktrin ilmu hukum yang dianut secara universalmengenai persoalan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Landasan teori tersebut meliputi pengertian public domain, sejarah perlindungan

public domain, public domain dan unsur tanda pembeda, serta public domain

(13)

BAB IV: PENGGUNAAN PUBLIC DOMAIN SEBAGAI SUATU MEREK DAGANG YANG SAH DITINJAU DARI UU NO.15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK (STUDI KASUS KOPITIAM)

Pada bab ini informasi hasil penelitian diolah, dianalisis, ditafsirkan,

dikaitkan dengan kerangka terori dan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam

Bab II dan Bab III, kemudian hasil penelitian berikut pembahasannya yang meliputi

tiga permasalahan, yaitu: pertama, Bagaimanakah pengaturan public domain pada UU

No. 15 Tahun 2001; kedua, Apakah alasan dibenarkannya penggunaan public domain

pada kasus Kopitiam; ketiga, Bagaimanakah dampak penggunaan public domain

sebagai suatu merek pada kasus Kopitiam, akan diuraikan. Sehingga tampak jelas

bagaimana bahan hasil penelitian tersebut dikaitkan dengan permasalahan dan tujuan

pembahasan dalam kerangka teoritik atau kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan terdahulu.

BAB V: PENUTUP

Merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi yang berisibeberapa kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan yang telahdiuraikan dalam bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

%HUGDVDUNDQ ODWDU EHODNDQJ GLDWDV PDND SHQHOLWLDQ ³0HPEDQJXQ %XGD\D Wirausaha Melalui Peran ,EX 8QWXN 0HQLQJNDWNDQ 1LODL 7DPEDK (NRQRPL .HOXDUJD´ SHUOX GLODNXNDQ Secara rinci

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian melalui progam Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada mahasiswa calon

Jadi pemanfaatan yang dilakukan oleh pemustaka dalam perpustakaan adalah cara atau proses menggunakan koleksi perpustakaan yang ada di bagian layanan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif untuk mengetahui hubungan tingkat stress dengan

Hasil ini diperoleh dengan memisahkan beberapa komponen yang ada, sehingga hasil persentase benih murni dan kemurnian benihnya dapat dihitung, hal ini sesuai

Telah memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan lembaga Kearsipan tingkat.. Propinsi

Menyusun rencana, membagi tugas, mengoordinansikan, mengendalikan, menilai dan member petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan kegiatann serta menyiapakan bahan kebijakan

Hampir semua distribusi Sistem Operasi, secara defaultnya menyertakan BIND sebagai program DNS Server mereka, sehingga banyak orang mengidentifikasikan atau berpikir DNS Server