• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK-BENTUK DUKUNGAN REKAN KERJA TERHADAP COPING WITH STRESS PADA GURU PEREMPUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BENTUK-BENTUK DUKUNGAN REKAN KERJA TERHADAP COPING WITH STRESS PADA GURU PEREMPUAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK-BENTUK DUKUNGAN REKAN KERJA TERHADAP COPING

WITH STRESS PADA GURU PEREMPUAN

Putri Aulia Damayanti, Fitriyah

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

putriadamayanti@yahoo.com, fitr54@ui.ac.id Abstrak

Penelitian ini menggambarkan tentang bagaimana para guru perempuan menghadapi stres akibat dari lingkungan kerja. Tingkat stres bertambah dengan adanya status sekolah percontohan sistem anti

bullying dan juga perubahan kurikulum. Stres tersebut menimbulkan berbagai gejala, mulai dari gejala

fisik, psikologis dan perilaku. Untuk menghadapi hal tersebut mereka membutuhkan upaya coping

stress, salah satunya dengan metode dukungan sosial dari rekan kerja. Upaya coping stress tersebut

ditunjukkan dengan berbagai cara, mulai dari mendengarkan keluh kesah, memberikan masukan hingga melakukan kegiatan bersama sehingga dapat menghibur para guru yang mengalami stres. Dengan adanya upaya coping stress yang diberikan rekan kerja, maka guru perempuan dapat mereduksi stres yang di alami.

Kata kunci:

Dukungan sosial; Guru perempuan; Rekan kerja; Stres

Forms of Support From Co-Workers For Coping With Stress On Woman

Teacher

Abstract

This research describes how female teachers cope with stress from their working environtment. The stress level increase because of anti-bullying model schools status as well as facing the recent changes in national curriculum. The stress makes some symptoms, which is physical, psychological and behavioral symptoms. For facing that problems, they needs to coping their stress, which way is receiving social support that can be provided by their co-workers. The coping stress efforts can showed by many ways, such as hearing the problem, giving an idea to solve the problem or doing some joint activities which can give a happiness to they. With the coping stress effort gived by their co-workers, so the woman teachers can reduce their stress.

Keywords:

Co-worker; Social support; Stress; Woman Teacher

Pendahuluan

Seiring dengan perubahan jaman yang terus terjadi, saat ini sudah semakin banyak perempuan bekerja diluar rumah yang menjadikan perempuan tersebut memiliki peran tambahan didalam

(2)

kehidupannya. Selain mengurus keluarganya, perempuan masa kini juga menghadapi beban kerja yang sama dengan beban kerja yang dihadapi oleh para laki-laki.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan perempuan berani ambil risiko untuk menjalani peran ganda, sebagaimana yang dikemukakan oleh Wilson (1998), bahwa alasan-alasan yang melatarbelakangi seorang perempuan untuk tetap bekerja setelah memiliki anak antara lain menghindari perasaan terisolir, untuk mendapatkan jaminan dihari tua, kebutuhan ekonomi. Media Indonesia Nasional (dalam Susanto 2011) dan Biro Pusat Statistik yang terakhir dilakukan pada tahun 2011, yang menyatakan bahwa partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat.

Tabel 1 Pertumbuhan Angka Pekerja Perempuan

Tahun Jumlah Pekerja Pertumbuhan (dalam %)

2007 35.479.000 orang -

2008 38.653.000 orang 0,09%

2009 46.680.000 orang 0,2%

2010 47.240.000 orang 0,01%

2011 48.440.000 orang 0,03%

Dari banyaknya jumlah pekerja perempuan, ada 6 pekerjaan yang paling banyak digeluti, salah satunya adalah guru. Dari 6 pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh para wanita ada guru salah satunya. Dalam pekerjaannya, para guru perempuan juga mengalami stres yang berasal dari pekerjaannya (work factors stress).

Dalam teori sumber-sumber stres menurut Stone (2002) work factors stress merupakan salah satu sumber stres yang sering dialami. Faktor change yang dikemukakan oleh Stone (2002) baru-baru ini terjadi dalam kehidupan kerja guru. Faktor change itu adalah perubahan kurikulum di dalam sistem pendidikan di Indonesia khususnya di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah. Kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berubah menjadi kurikulum 2013. banyak perubahan yang terjadi akibat dari perubahan kurikulum tersebut.

Stres tersebut dapat dikurangi dengan adanya upaya-upaya penanggulangan stres yang dilakukan oleh para guru. Lazarus & Folkman (1984) memberikan istilah dari kegiatan penyesuaian diri individu untuk mengatasi situasi sulit dengan sebutan coping. Upaya coping dapat terbantu dengan adanya dukungan sosial dari orang-orang yang ada di sekitar guru yang

(3)

memberikan pengaruh kepadanya. Salah satu orang terdekat dari para guru adalah rekan kerja yang memiliki kedekatan dengan mereka.

Dukungan rekan kerja yang dekat dengan masing-masing guru menjadi penting karena rekan kerja adalah orang yang paling sering ditemui dalam keseharian para guru karena mereka lebih lama berada di tempat kerja setiap harinya. Selain itu kesamaan kondisi dan beban yang dihadapi juga menjadikan rekan kerja dapat diandalkan dalam melakukan sharing atau pertukaran informasi.

Perubahan kurikulum yang dihadapi oleh seluruh guru di Indonesia itu juga tidak terkecuali dihadapi oleh para guru di SMAN 103 Jakarta, yang sudah sejak tahun 2008 juga menerima predikat sebagai salah satu sekolah percontohan sistem anti bullying di Jakarta. Banyaknya beban kerja yang dihadapi para guru dari adanya perubahan kurikulum dan desakan tuntutan dari adanya sistem anti bullying mungkin akan memberikan dampak stres bagi para guru yang tidak dapat mengelolanya dengan baik. Seperti yang dikatakan oleh salah satu staf pengajar di SMAN 103, perubahan sistem kurikulum ini pun menyebabkan salah satu guru wanita di SMAN 103 mengalami gangguan mental akibat terlalu berat beban pekerjaan yang ia tanggung sementara ia juga menghadapi banyak pekerjaan dirumah. Inilah yang menjadikan dasar dari pemilihan mengapa penelitian di SMAN 103 ini menjadi menarik. melihat latar belakang tersebut, penelitian ini memiliki 2 tujuan yaitu:

1. Memberikan gambaran mengenai bentuk stres yang dialami oleh guru perempuan di SMAN 103 Jakarta

2. Memberikan gambaran mengenai bentuk dukungan sosial yang di dapatkan dari rekan kerja terdekat dalam upaya coping with stress pada guru perempuan di SMAN 103 Jakarta.

Tinjauan Teoritis

Sarafino (2006) yang mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan dimana indvidu merasa mendapatkan kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan sebagai bentuk bahwa ia dicintai, bernilai dan merupakan salah satu anggota kelompok yang dapat memberikan pertolongan ketika individu tersebut membutuhkan bantuan. Sarafino (2006) juga menyatakan ada 4 tipe dukungan sosial yaitu dukungan emosional (emotional support), dukungan instrumental atau dukungan yang bersifat nyata (instrumental or tangible support), dukungan informasi (informational support), dan dukungan jaringan sosial (network support).

(4)

Dukungan sosial sangat dibutuhkan untuk menghadapi stres yang dirasakan, Stone (2002) mengungkapkan stres adalah tingkat keausan pada tubuh yang disebabkan oleh hidup. Sedangkan menurut Greenberg (2010) yang dimaksud dengan stres adalah “as the combination of a stressor, stress reactivity, and strain” (stres adalah kombinasi dari sumber stres (stressor), reaksi stres dan ketegangan). Stone (2002) mengemukakan sumber-sumber stres atau stressors yang biasa dialami oleh seseorang yang bekerja antara lain dibagi menjadi 3 yakni yang berasal dari lingkungan pekerjaan (work factors), faktor personal (personal factors) dan faktor eksternal (external factors).

Cooper & Marshall (1978) dalam Greenberg (2010) juga menyebutkan beberapa sumber stres lain yaitu intrinsic to job, role in organization, career development, relationship of work, dan organizational structure and climate. Dalam penelitian ini, sumber stres menurut Stone (2002) yang menjadi fokus adalah akibat dari adanya perubahan (change) dalam bekerja yang kemudian mempengaruhi beban kerja (work load) yang ditanggung oleh para guru. Untuk teori yang dikemukakan oleh Greenberg (2010), dalam penelitian ini yang hanya digunakan adalah faktor intrinsic to job terutama work overload dan time pressures.

Behr & Newman (1978) terdapat 3 aspek gejala stres, yaitu gejala fisik, gejala psikologis dan gejala perilaku, dan untuk mengatasi stres yang dirasakan, maka diperlukan adanya coping, yang menurut Lazarus & Folkman (1984) yang dimaksud dengan coping adalah usaha kognitif dan sikap untuk mengatur secara spesifik tuntutan yang muncul dari luar/dalam dan menyesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki individu. Dan terdapat 2 strategi coping baik menurut Lazarus & Folkman (1984) dan Skinner (dalam Sarafino 2006) yaitu Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping.

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian mengambil lokasi di SMAN 103 Jakarta yang memiliki jumlah guru perempuan cukup banyak dibandingkan beberapa SMA di Jakarta, selain itu juga karena sudah ada salah satu staf pengajar wanita yang mengalami gangguan mental akibat tingginya tingkat stres yang dirasakan olehnya karena tekanan pekerjaan.

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bentuk stres yang dialami guru perempuan SMAN 103 Jakarta dan bentuk dukungan sosial yang mereka dapatkan, maka pemilihan informan lebih dikhususkan kepada para guru perempuan itu sendiri. Namun dibagi

(5)

menjadi 2 tipe sesuai dengan kemungkinan tingkat stres yang mereka alami yaitu guru perempuan yang mengajar pada mata pelajaran umum (yang mengajar untuk siswa jurusan ipa maupun ips) dan guru perempuan yang mengajar untuk mata pelajaran jurusan (yang mengajar sesuai dengan jurusan ipa atau ips).

Berdasarkan kondisi tersebut, informan guru yang dipilih dalam penelitian ini yaitu guru yang memiliki kriteria:

1. Guru perempuan yang mengajar untuk mata pelajaran umum ataupun mata pelajaran peminatan yang terkena dampak dari perubahan kurikulum 2013.

2. Telah mengajar kurang lebih 5 tahun atau lebih.

3. Bersedia untuk diwawancara mengenai keadaan stres yang mereka rasakan dan bentuk dukungan seperti apa yang mereka dapatkan dari rekan kerja.

Dari beberapa kriteria informan diatas maka didapatkan 5 orang informan guru, 2 pihak sekolah dan 4 rekan kerja.

Hasil Penelitian

Temuan lapangan dalam penelitian ini memiliki karakteristik tersendiri karena setiap temuan lapangan dipisahkan dalam bentuk kasus per kasus. Dari beberapa kasus memperlihatkan para guru memang mengalami stres akibat perubahan yang terjadi dalam pekerjaannya. Beberapa sumber stres yang muncul antara lain akibat mereka kurang mendapatkan penjelasan yang baik untuk kurikulum 2013 sehingga banyak dari mereka yang mengalami kebingungan dalam penyusunan materi ajar sampai dengan penilaian yang harus mereka lakukan terhadap para siswa.

Selain stres yang berasal dari kebingunan dalam penerapan kurikulum, stres yang para guru rasakan juga antara lain adalah adanya perubahan waktu bekerja. Waktu bekerja yang menjadi lebih lama dari kurikulum sebelumnya membuat para guru harus menyesuaikan hal tersebut dengan para keluarganya. Beberapa dari mereka kurang dapat menyesuaikan hal tersebut dengan baik sehingga muncul konflik diantara para guru dengan keluarganya.

Salah satu sumber stres yang paling menjadi beban bagi para guru antara lain adalah dengan adanya perubahan iklim mengajar mereka, sehingga mereka harus beradaptasi dengan siswa-siswa baru yang selama ini tidak mereka ajar dan memiliki pola belajar yang berbeda.

Dari banyak sumber stres bagi mereka, kemudian menimbulkan beberapa stres seperti menjadi lebih sensitif dan mudah marah, menjaga jarak dengan keluarganya, sampai dengan berusaha menghindar dari pergaulan dilingkungannya.

(6)

Pada kasus pertama yaitu PN, sumber stres yang ia rasakan antara lain, tekanan dalam membuat bahan ajar yang berbeda dari sebelumnya dan juga membutuhkan waktu yang cepat, jam kerja yang lebih lama dan juga kurang jelasnya kurikulum. dari sumber stres tersebut, muncul bentuk stres PN yaitu menjadi lebih sering marah-marah dan bingung karena banyaknya perubahan dan penambahan dalam sistem kerja kurikulum baru, untuk mengurangi tingkat stres yang dirasakan PN.

Pada kasus SR, sumber stres yang ia alami adalah karena jam kerja yang terlalu lama dan iklim mengajar yang berubah. bentuk stres yang SR alami antara lain pusing dan bingung serta juga menjadi lebih sering marah ketika dirumah akibat dari stres pekerjaan.

Untuk kasus ketiga yaitu kasus E, sumber stres yang ia rasakan diakibatkan dari iklim mengajar yang berubah dan juga jam kerja yang lebih lama. Untuk bentuk stres yang timbul antara lain adalah lebih sensitif dan menjadi lebih mudah marah.

F merasa bahwa sumber stres baginya adalah adanya perubahan iklim mengajar dan perubahan jam kerja yang mengakibatkan tidak tepatnya ketersediaan waktu luang dengan anggota keluarga yang lain yang mengakibatkan kesepian. Bentuk stres yang timbul akibat sumber stres tersebut yaitu F menjadi lebih mudah marah yang mengakibatkan komunikasi dengan anak-anaknya berkurang.

Untuk kasus ke-5 yaitu kasus Y, sumber stres menurutnya adalah akibat dari perubahan iklim mengajar, tidak jelasnya kurikulum yang baru dan juga tanggung jawab dalam membuat bahan ajar yang berbeda dan harus dibuat dengan cepat. Bentuk stres yang dialami oleh Y antara lain adalah kelelahan fisik yang mengakibatkan ia sakit, selain itu juga Y mengalami emosi yang meledak-ledak dan mudah marah.

Dari kelima kasus diatas, banyak dari para guru yang merasakan bahwa stres yang berasal dari pekerjaannya memang mempengaruhi mereka terutama terhadap kesehatan fisik dan juga hubungan mereka dengan anggota keluarganya yang lain.

Para guru perempuan juga mendapatkan dukungan sosial dari rekan kerja dalam bentuk yang hampir serupa, berikut adalah dukungan sosial yang didapatkan oleh para guru perempuan.

Kasus pertama yaitu PN, ia mendapatkan dari rekan kerjanya yaitu IM dalam bentuk mendengarkan cerita PN dan juga mengajak PN untuk melakukan kegiatan ketika weekend. Dengan dukungan tersebut, PN merasakan bahwa stres yang ia alami dapat berkurang.

Kasus kedua yaitu kasus SR, ia mendapatkan dukungan dari DY antara lain memberikan masukan-masukan dan mendengarkan cerita dari SR. terlihat bahwa dengan adanya dukungan dari rekan kerjanya, SR dapat menurunkan tingkat stres yang dialaminya.

(7)

Sedangkan dukungan rekan kerja yang diberikan oleh A kepada E, antara lain dengan mengajak rekreasi dan makan bersama, serta memberikan masukan kepada E.

Kasus 4 yaitu kasus F, ukungan yang diberikan oleh rekan kerja F antara lain adalah dengan mendengarkan curahan hati F, memberikan masukan dan juga menghibur dengan berbagai cara.

Dan kasus terakhir dukungan rekan kerja yang Y rasakan antara lain didengarkan ketika mencurahkan isi hatinya dan juga diberikan masukan oleh rekan kerjanya tersebut.

Dengan adanya berbagai dukungan dari rekan kerja yang diberikan kepada guru perempuan, dapat membuat mereka menjadi lebih tenang dalam menghadapi stres yang dirasakan, selain itu masukan-masukan yang diberikan juga dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi para guru perempuan tersebut.

Pembahasan

Bentuk-bentuk stres yang timbul pada para guru, jika dihubungkan dengan teori yang dikemukakan oleh Behr & Newman dapat dimasukkan dalam kelompok fisik, psikologis dan juga perilaku.

Dalam kelompok fisik, bentuk gejala yang timbul pada guru antara lain kelelahan, pusing, sampai dengan yang paling parah ada salah satu dari mereka yang sakit hingga harus dirawat akibat beban kerja yang berat ketika awal penerapan kurikulum.

Gejala fisik menjadi gejala yang paling banyak timbul dbandingkan gejala stres lainnya, hal ini dapat dilihat dari bagaimana para guru menyampaikan berbagai keluhan karena perubahan yang terjadi. Tidak siapnya kondisi fisik mereka dengan perubahan yang terlalu cepat menjadikan mereka kurang siap untuk menerima beban tugas tambahan dari pekerjaan mereka sehingga hal tersebut kemudian yang menjadikan mereka mudah mendapatkan gejala stres fisik.

Sedangkan untuk kelompok psikologis, beberapa bentuk stres yang hampir dirasakan oleh semua guru adalah kebingungan sehingga memunculkan perasaan sensitif saat bekerja dan berujung dengan bentuk sikap agresif atau mudah marah. Keaadaan agresif atau mudah marah muncul karena kebanyakan dari para guru tidak mengetahui bagaimana cara untuk mereduksi stres yang mereka rasakan. Sehingga stres tersebut kemudian muncul dalam bentuk emosi yang meluap-luap seperti menjadi lebih mudah marah yang banyak dirasakan oleh para guru informan. Bentuk lain dari gejala psikologis yang muncul antara lain salah satu guru

(8)

yang mengutarakan bahwa ia juga mengalami kelelahan mental akibat emosi yang tidak stabil yang ia harus ia rasakan selama bekerja.

Dan dalam kelompok perilaku, bentuk stres yang timbul pada guru salah satunya adalah menjaga jarak dengan suami dan anak-anak dirumah. Bentuk menjaga jarak dengan anggota keluarga merupakan salah satu bentuk dimana para guru berusaha untuk mereduksi atau menekan stres yang mereka rasakan dengan berusaha untuk tidak menambah beban stres mereka. Sehingga sebisa mungkin mereka memperkecil kontak yang memungkinkan menimbulkan gesekan dan berakibat stres bagi mereka.

Dalam mengatasi stres yang dirasakan, bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh para guru perempuan paling banyak adalah dukungan emosional dan informasi. Dimana dukungan emosional yang diberikan oleh para rekan kerja adalah dengan bersedia mendengarkan cerita dari para guru perempuan, sedangkan dukungan informasi yang biasa diberikan adalah dengan memberikan saran-saran dan masukan dalam menghadapi stres para guru perempuan. Jika dilihat dari bentuk gejala stres yang dialami oleh para guru tersebut, bentuk dukungan sosial dimana mereka berusaha untuk mencari orang lain yang dapat menghibur maupun memberikan masukan mengenai pekerjaan mereka dirasaka merupakan hal cukup bagi para guru, karena mereka sendiri mengakui bahwa mereka menjadi lebih rileks atau pun berkurang rasa stresnya setelah mereka dapat bercerita kepada teman-temannya dan teman-temannya juga dapat membalas cerita-cerita tersebut dengan masukan-masukan yang bermanfaat bagi mereka. Untuk lebih detail dari hasil penelitian diatas, dibuat tabel pembahasannya antara lain sebagai berikut:

Tabel 2 Ringkasan Pembahasan

No Kasus Bentuk stress Dukungan Rekan Kerja

1 PN Bentuk stres yang dirasakan oleh PN antara lain:

• Gejala fisik (kelelahan) akibat jam kerja yang lebih panjang

Bentuk dukungan sosial yang diberikan: • Dukungan emosional: bersedia untuk

mendengarkan PN bercerita mengenai permasalahannya

• Dukungan informasi: memberikan saran dan masukan-masukan

(9)

• Gejala psikologis (bingung, sensitif, marah) akibat beban kerja yang banyak dan tidak jelas

Berdasarkan bentuk dukungan yang didapatkan, dapat terlihat bahwa PN berusaha untuk mencari orang lain yang dapat diminta nasihat atau pun pendapatnya mengenai permasalahan yang sedang ia hadapi, sehingga PN dapat dikategorikan melakukan teknik assistance seeking dalam menanggulangi stres yang ia rasakan.

2 SR Bentuk stres yang dirasakan oleh SR antara lain:

• Gejala fisik (pusing) akibat sistem penilaian baru yang kurang dimengerti

Bentuk dukungan sosial yang diberikan: • Dukungan emosional: mendengarkan SR

bercerita tentang permasalahannya • Dukungan informasi: memberikan

saran-saran dalam menyelesaikan masalah

• Gejala psikologis (bingung, sensitif, marah) akibat beban kerja yang banyak dan tidak jelas

Berdasarkan bentuk dukungan yang didapatkan, dapat terlihat bahwa SR berusaha untuk mencari orang lain yang dapat diminta nasihat atau pun pendapatnya mengenai permasalahan yang sedang ia hadapi, sehingga SR dapat dikategorikan melakukan teknik assistance seeking dalam menanggulangi stres yang ia rasakan.

3 E Bentuk stres yang dirasakan oleh E antara lain:

• Gejala psikologis (sensitif dan mudah marah) akibat perubahan iklim mengajar di kurikulum 2013

Bentuk dukungan sosial yang diberikan: • Dukungan emosional: bersedia

mendengarkan cerita dari E

• Dukungan informasi: memberikan masukan dan saran

• Dukungan jaringan sosial: mengajak rekreasi untuk melupakan permasalahan Berdasarkan bentuk dukungan yang didapatkan, terlihat bahwa E berusaha untuk mencari orang lain yang dapat memberikan nasihat ataupun bantuan terhadap masalah

(10)

yang ia hadapi, dimana hal tersebut termasuk dalam teknik assistance seeking. Namun dalam temuan lapangan juga terlihat bahwa E membutuhkan pengalihan terhadap rasa stres yang ia rasakan sehingga ia juga menggunakan teknik avoidance dalam penanggulangan stres.

4 F Bentuk stres yang dirasakan oleh F antara lain:

• Gejala psikologis (sensitif dan mudah marah) akibat perubahan iklim mengajar di kurikulum 2013

• Gejala perilaku (jarang berbicara dengan suami)

Bentuk dukungan sosial yang diberikan: • Dukungan emosional: mendengarkan F

bercerita dan mengeluarkan seluruh curahan hatinya

• Dukungan informasi: memberikan saran dan masukan-masukan kepada F

Berdasarkan bentuk dukungan yang didapatkan, dapat terlihat bahwa F berusaha untuk mencari orang lain yang dapat diminta nasihat atau pun pendapatnya mengenai permasalahan yang sedang ia hadapi, sehingga dapat dikategorikan melakukan teknik assistance seeking. Namun dalam temuan lapangan juga ditemukan bahwa F terkadang menjauh dari orang-orang disekitarnya untuk memikirkan permasalahan yang ia hadapi, sehingga ia juga melakukan teknik self-criticsm dalam penanggulangan stress.

5 Y Bentuk stres yang dirasakan oleh Y antara lain:

• Gejala fisik (kelelahan, sakit) akibat menyiapkan bahan ajar sampai larut malam

• Gejala psikologis (sensitif

Bentuk dukungan sosial yang diberikan: • Dukungan emosional: mendengarkan

curahan hati Y

• Dukungan informasi: memberikan masukan dan saran untuk mengatasi permasalahan

(11)

dan mudah marah) akibat perubahan iklim mengajar

di kurikulum 2013

(kelelahan mental) akibat harus menahan emosi selama bekerja

didapatkan, dapat terlihat bahwa Y berusaha untuk mencari orang lain yang dapat diminta nasihat atau pun pendapatnya mengenai permasalahan yang sedang ia hadapi, sehingga Y dapat dikategorikan melakukan teknik assistance seeking dalam menanggulangi stres yang ia rasakan.

Kesimpulan

Berangkat dari adanya perubahan terhadap sistem kerja guru di Indonesia dan tidak terkecuali juga dialami oleh para guru perempuan di SMAN 103. Penelitian ini telah mencoba untuk mengetahui mengenai bagaimana bentuk stres yang dihadapi oleh para guru perempuan sebagai dampak dari adanya perubahan dalam pekerjaan mereka. Serta didalamnya juga berusaha untuk mencari tahu bagaimana bentuk dukungan sosial dari rekan kerja yang mereka dapatkan untuk upaya coping stres yang dilakukan. Sehingga berdasarkan hal tersebut, hasil dari temuan lapangan dan analisis dari penelitian ini antara lain:

a) Gejala stres yang paling banyak timbul akibat adanya perubahan didalam sistem bekerja para ibu tersebut antara lain adalah gejala stres secara fisik yang antara lain adalah perasaan lelah atau pun kepala pusing. Sedangkan untuk gejala psikologis, yang dapat terlihat secara langsung yakni adanya perasaan bingung, sensitif, dan marah, selain itu juga terjadi komunikasi yang tidak efektif didalam keluarga, sehingga dalam skala yang paling parah menyebabkan kelelahan mental. Untuk gejala perilaku, bentuk gejala stress yang timbul adalah penurunan kualitas interpersonal dengan keluarga seperti suami atau pun anak.

b) Dukungan sosial yang diberikan kepada para guru dari rekan kerja mereka dirasakan cukup tepat oleh para guru. Karena para guru merasakan perasaan mereka menjadi lebih baik dan stres yang mereka rasakan juga berkurang setelah adanya dukungan sosial dari rekan mereka yang banyak berbentuk masukan dan nasihat-nasihat untuk penyelesaian permasalahan yang mereka hadapi.

c) Bentuk coping yang banyak dilakukan oleh para ibu bekerja antara lain adalah bentuk coping yang termasuk dalam problem-focused coping yang didalamnya terdapat teknik assistance seeking, information seeking karena pada dasarnya para guru tersebut membutuhkan dukungan dimana ada orang lain yang mau memberikan nasihat

(12)

ataupun masukan untuk mengatasi keadaan stres yang ia rasakan. Selain itu bentuk coping lain yang dilakukan oleh para guru adalah avoidance. Dimana mereka berusaha melupakan stres yang mereka alami dengan membuat suasana menjadi lebih menyenangkan seperti melakukan rekreasi dengan orang lain. Self critism juga dilakukan oleh beberapa guru, dimana mereka menarik diri untuk merenungkan stres yang mereka hadapi.

Daftar Referensi

 

1. Beehr, T. A., & Newman, J. E. (1978). Job stress, employee health, and organizational effectiveness: A facet analysis, model, and literature review. Personnel Psychology, 31, 665-699

 

2. Stone, R. J. (2002). Human Resource Management, 4th . John Wiley & Sons Australia, Ltd.

 

3. Wilson, T. (1998). Working Parents Companion (A National Childbirth Trust Guide). Great Britain: National Childbirth Trust.

 

4. Greenberg, J. (2010). Comperhensive Stress Management. USA: McGraw-Hill

Humanities. Desember 23, 2014, dari

http://libgen.org/book/index.php?md5=683DAA45CCCE79F5585866DFFFC22E55

 

5. Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer

Publishing Company,Inc. Desember 24, 2014, dari

http://libgen.org/book/index.php?md5=7965CDC5D7F7DD5143146B6B5346B5B5

 

6. Sarafino, E. (2006). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition.

USA: John Wiley & Sons. Desember 24, 2014, dari

http://libgen.org/book/index.php?md5=e65da7e622aaae4e5032ec19d43236e3

 

7. Susanto, E. (2011). Pekerja Perempuan Di Indonesia. Juni 6, 2014, dari

Gambar

Tabel 1 Pertumbuhan Angka Pekerja Perempuan
Tabel 2 Ringkasan Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Learning cycle , keaktifan siswa selama proses pembelajaran masih minim, misalnya siswa harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru untuk maju mengerjakan soal. Dalam

membutuhkan power secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar bola atau saat memukul bola dengan keras, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara

Secara umum dilihat dari kondisi geografis, wilayah Kabupaten Majalengka dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa modul asam basa berbasis inkuiri terbimbing dilengkapi soal-soal tipe HOTS untuk peserta didik kelas XI

Serbuk nikel barium ferit yang telah terbentuk selanjutnya dilakukan proses pemadatan. Proses ini menggunakan alat press mekanik dengan berat beban sebesar 1

8) Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini

taraf penjepitan lateral, sedangkan n adalah nomor lantai tingkat paling atas. Apabila rasio antara tinggi struktur bangunan gedung dan ukuran denahnya dalam arah