• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Taman Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Gema Imani Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Taman Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Gema Imani Bogor"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN TAMAN SEKOLAH PENDIDIKAN ANAK USIA

DINI (PAUD) GEMA IMANI BOGOR

RIMBO HASAHATAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Taman Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Gema Imani Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Rimbo Hasahatan

(4)
(5)

ABSTRAK

RIMBO HASAHATAN. Desain Taman Sekolah PAUD Gema Imani Bogor. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan satuan pendidikan terendah yang dimulai ketika anak berusia 0-6 tahun. Pendidikan dalam tahapan umur ini, berpengaruh bagi perkembangan anak ke depannya. Oleh karena itu, fasilitas penyelenggaraan pendidikan tersebut harus mendukung perkembangan anak. Fasilitas outdoor merupakan fasilitas pendukung yang dapat membawa anak bermain di alam atau di outdoor. Fasilitas outdoor berupa taman didesain sesuai standar nasional dan internasional serta memenuhi kebutuhan kurikulum PAUD. Desain taman pada PAUD ini, dibagi ke dalam dua blok utama yaitu taman depan dan taman belakang. Taman belakang lebih difokuskan pada permainan anak-anak yang menggunakan peralatan seperti ayunan, papan titian, perosotan, arch climber,dan panjat tali. Taman depan berupa lawn yang terbuka difokuskan mengakomodasi aktivitas gerak yang bebas seperti berlari, berjalan, dan melompat.

Kata kunci: Desain Taman PAUD, Perkembangan anak, Kurikulum ABSTRACT

RIMBO HASAHATAN. Design School-yard for Early Childhood School Gema Imani Bogor. Supervised by ANDI GUNAWAN.

Early childhood education is the lowest level education for children of 0-6 years. In this phase, education influence child development. Therefore, educational facilities must support child development. Outdoor facilities are facilities that can made children to learn about nature. Outdoor facilities include a garden designed according to national and international standards to fulfill early childhood education curriculum. Garden design is divided into two main area, front garden and rear garden. Rear garden focused on children's games that use equipment such as swings, slides, balance beam, arch climbers, rope climbing, etc. The lawn in front garden accommodate free activity such as running, walking, jumping, etc

(6)
(7)

2

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DESAIN TAMAN SEKOLAH PENDIDIKAN ANAK USIA

DINI (PAUD) GEMA IMANI BOGOR

RIMBO HASAHATAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

4

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Desain Taman Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Gema Imani Bogor

Nama : Rimbo Hasahatan

NRP : A44080014

Disetujui oleh

Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr.Ir. Bambang Sulistyantara, M. Agr Ketua Departemen

(10)

6

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 ini ialah taman sekolah, dengan judul Desain Taman Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Gema Imani Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, M. Agr. Sc. selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Budi Susetyo selaku pemilik PAUD Gema Insani. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman atas dukungan dan doanya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013

Rimbo Hasahatan

(11)

7

Kerangka Pikir Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Desain 4

Elemen-Elemen Lanskap 4

Elemen-Elemen Dasar Desain 4

Titik 4

Garis 5

Bentuk Dua Dimensi 5

Volume 6

Diagram fungsional 7

Pendidikan Anak Usia Dini 7

Prinsip Desain 10

Prinsip Kerangka 10

Prinsip Estetika 10

Aplikasi Prinsip Estetika 11

Prinsip Fungsional 11

METODE 13

Waktu dan Lokasi Penelitian 13

Alat dan Bahan Penelitian 14

Metode Penelitian 14

Inventarisasi 14

Analisis 15

Desain 15

(12)

8

Kondisi umum 16

Aksesibilitas 16

Potensi Visual 17

Iklim dan Hidrologi 18

Fasilitas dan Utilitas 18

Tanah dan Topografi 19

Tanaman dan Satwa 19

Kondisi Sosial 20

Analisis 21

Kurikulum 21

Analisis Kebutuhan Ruang 22

Analisis Lokasi dan Aksesibilitas 22

Analisis Potensi Visual 31

Analisis Iklim dan Hidrologi 32

Analisis Tanah dan Topografi 32

Analisis Fasilitas dan Utilitas 33

Analisis Tanaman 34

Analisis Standar Permainan Anak 34

Analisis Sosial 35

Program 30

Diagram Fungsionaldan Site Related Functional

Diagram 36

Rencana Konsep 40

Desain 42

Tanaman 43

Fasilitas 49

SIMPULAN DAN SARAN 56

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 59

(13)

9 DAFTAR TABEL

1 Persyaratan sarana dan prasarana bagian gedung 9

2 Jenis dan sumber data 14

3 Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak 26 DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Penelitian 3

2 Tipe garis dalam desain (Simonds 2006) 4

3 Bentuk dua dimensi rata dan sederhana serta bentuk

geometrik (Simonds 2006) 6

4 Volume padat geometrik dan tak beraturan (Simonds 2006) 6

5 Hubungan spasial (Motloch 1991) 7

6 Lokasi Penelitian 13

7 Akses utama menuju lokasi 16

8 Kondisi jalan dan gerbang sekolah 16

9 Pandangan kearah kebun pemilik 17

10 Bagian sekitar sumur dan kandang kelinci pemilik 17 11 Drainase di gerbang sekolah yang telah ditutup 18 12 Mushola dan area kelas pada halaman belakang 19

13 Bagian tapak dengan topografi >25% 19

14 Vegetasi jati Tectona grandis dan Eugenia reinwardtiana 20

15 Satwa kadal di area playground 20

16 Siswa di PAUD Gema Imani (sebelum adanya perkerasan

pada area playground) 21

17 Tembok di halaman depan tapak 22

18 Peta situasi 23

19 Inventarisasi 24

20 Inventarisasi vegetasi 25

21 Pandangan buruk ke rumah penduduk 31

22 Pandangan baik yang akan dipotensialkan 31

23 Kemiringan di tapak yang membahayakan anak 33

24 Fasilitas area playground di tapak 33

25 Tanaman Tabernaemontana divancara yang mengganggu

sirkulasi 34

26 Perkerasan area playground yang ada 35

27 Diagram hubungan antar ruang dan diagram hubungan spasial 36

28 Analisis dan sintesis 37

29 Diagram fungsional 39

30 Site related functional diagram 40

31 Merawat tanaman 40

32 Bidang lingkaran dan garis lengkung 41

33 Konsep desain 41

34 Contoh tanaman di halaman depan 44

35 Siteplan 45

(14)

10

37 Perspektif halaman belakang 48

38 Perspektif halaman depan 48

39 Contoh tanaman di halaman depan dekat dengan gudang 49

40 Perspektif halaman belakang 50

41 Kandang kura-kura 51

42 Kandang kelinci di halaman depan 51

43 Perspektif halaman depan 52

44 Perspektif area menanam 52

45 Perspektif kolam 53

46 Tampak atas parkir mobil dan parkir motor 53

47 Perspektif gerbang dan parkir motor 54

48 Perspektif jalan antar halaman depan dan kebun pemilik 54

49 Perspektif area hutan 55

DAFTAR LAMPIRAN

1 Acuan Standar Kurikulum 2010 Kelompok A (usia 4-5 tahun) 59 2 Acuan Standar Kurikulum 2010 Kelompok B (usia 5-6 tahun) 65

3 Planting plan 1 72

4 Planting plan 2 73

5 Planting plan 3 74

6 Planting plan 4 75

7 Planting plan 5 76

8 Planting plan 6 77

9 Rencana drainase 78

10 Detail konstruksi 1 79

11 Detail konstruksi 2 81

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendidikan yang diterapkan pada anak usia usia 0-6 tahun. Pendidikan ini bertujuan mempersiapkan anak sebelum masuk ke tahapan sekolah berikutnya. PAUD terbagi atas 3 tipe yaitu formal, nonformal, dan informal. Tipe formal merupakan taman kanak-kanak atau

rafdhatul anfal dan tipe nonformal merupakan taman penitipan anak serta kelompok bermain. Selanjutnya, tipe informal seperti sekolah alam dan home schooling. Tiap tipe PAUD memiliki kurikulum masing-masing (Kemendiknas 2011).

Pendidikan pada usia dini (PAUD) memiliki peran penting karena otak anak-anak mengalami perkembangan sebesar 80% pada usia tersebut (Wibowo 2012). PAUD mempengaruhi perkembangan emosi dan mental pada anak, yang dapat distimulasi melalui aktivitas motorik. Aktivitas motorik pada anak dapat dikelompokkan menjadi aktivitas motorik halus dan motorik kasar. Contoh dari aktivitas motorik yaitu senam tangan dan menulis sedangkan aktivitas motorik kasar contohnya yaitu berlari dan melompat. Aktivitas motorik halus biasanya dilakukan di dalam ruangan sementara aktivitas motorik kasar pada umumnya dilakukan di luar ruangan.

Aktivitas motorik yang dilakukan di luar ruangan harus memperhatikan kondisi kemananan lingkungan. Salah satunya terkait dengan ukuran dan material yang digunakan untuk mendukung aktivitas motorik. Menurut Baskara (2011) material penutup tanah yang digunakan harus mampu menahan efek buruk bila anak terjatuh. Penggunaan material juga tidak boleh meracuni dan tidak melukai anak-anak saat beraktivitas (US Product Safety Commission 2010).

Tiap aktivitas motorik memiliki luas kebutuhan ruang yang berbeda-beda. Aktivitas aktif membutuhkan ruang yang lebih besar dibandingkan aktivitas pasif. Permasalahan di lapangan yaitu tiap tipe PAUD memiliki ragam aktivitas yang berbeda-beda. Umumnya, perbedaan ini dilihat dari metode pembelajaran yang diterapkan dan aturan pelaksanaan dalam kurikulum.

Solusi masalah ini dengan memanfaatkan ruang yang tersedia yaitu dengan desain yang sesuai dengan tipe PAUD tertentu. Desain yang tepat akan memberikan kenyamanan bagi siswa, guru, dan orang di sekitarnya. Desain yang tepat juga memaksimalkan fungsi ruang sehingga pilihan permainan menjadi lebih banyak. Pilihan permainan yang beragam akan mengurangi rasa bosan anak. Rangkaian permainan membantu gerakan anak yang terkoordinasi antara susunan saraf, mata, otot, dan spinal cord. Gerakan ini dapat menstimulasi saraf motorik yang menjadi tujuan utama penelitian ini. Oleh karena itu, desain yang tepat dapat membantu perkembangan anak di PAUD.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

(16)

2

2. Menganalisis kebutuhan dan ketersediaan lahan untuk taman PAUD. 3. Mendesain taman PAUD berbasis aktivitas PAUD.

Manfaat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam desain taman bermain anak yang membantu guru dan murid dalam proses pembelajaran di Pendidikan pada usia dini (PAUD) Gema Imani.

Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian diawali dengan menganalisis tipe Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan melihat program ruang yang ada di PAUD tersebut. Program ruang dalam penelitian ini, dilihat dari rencana pembelajaran pada kurikulum. Selanjutnya, program ruang tersebut dipisahkan antara ruang untuk aktivitas tersebut. Program dipisahkan menjadi program ruang dalam untuk aktivitas yang lebih baik dilakukan di ruang dalam atau indoor. Dalam hal yang sama, program ruang luar dikelompokkan untuk aktivitas yang lebih baik dilakukan di ruang luar atau outdoor.

Bersamaan dengan hal itu, seluruh data yang berkaitan dengan tapak diambil. Selanjutnya, data tersebut dianalisis dengan aturan baku. Aturan baku ini didapatkan dari instansi yang berkaitan dengan aktivitas di tapak. Hasilnya, didapatkan evaluasi mengenai kondisi yang paling sesuai dengan aturan.

(17)

3

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian PAUD

Program Ruang

Program ruang dalam

Program ruang luar

Kondisi tapak

Konsep sekolah alam

Konsep ruang pada tapak

Desain taman PAUD dengan konsep sekolah alam Analisis Inventarisasi

(18)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Desain

Istilah desain memiliki banyak sekali pengertian, namun dalam kaitannya dengan arsitektur lanskap desain merupakan perencanaan pada tiap tapak dengan sangat teliti. Desain sendiri membutuhkan waktu mulai dari proses pencarian data dan analisis data. Selanjutnya, proses desain itu sendiri dilakukan dengan membuat diagram penggunaan tapak yang paling sesuai dan pembuatan konsep (Booth 1988).

Elemen-Elemen Lanskap

Desain sebagai proses berpedoman pada elemen lanskap yang berkaitan (Booth 1983) yaitu landform, plant material, buildings, pavement, site structure,

dan water. Landform (bentukan lahan) adalah bentuk muka bumi yang terdapat pada tapak. Bentukan lahan dapat mempengaruhi ruang cekung dan cembung dalam skala kecil atau punggung bukit dan lembah pada skala besar. Plant material (vegetasi) adalah elemen yang membentuk ruang. Ruang disini dapat dibentuk dengan canopy pohon sebagai atapnya, dinding yang dapat dibentuk oleh semak atau tanaman dengan tinggi lebih dari 50 cm, dan tanaman penutup tanah yang menjadi lantai.

Buildings (bangunan) adalah elemen pembatas ruang, pembatas pandangan, dan pembentuk ruang. Sementara, pavement (perkerasan) adalah bagian elemen taman yang berguna bagi kenyamanan user. Perkerasan biasa digunakan untuk memperjelas dan mengamankan sirkulasi pejalan kaki.

Elemen lainnya dalam lanskap adalah site structure. Elemen ini merupakan bagian dari tapak yang dibangun dengan tiga dimensi dan memiliki fungsi tersendiri yang digunakan untuk mendukung elemen lainnya. Elemen tersebut digunakan untuk kenyamanan dan keamanan pengguna. Elemen water atau air adalah bagian dari tapak yang digunakan umumnya untuk konsumsi, irigasi, mengendalikan iklim, mengendalikan suara, dan berekreasi. Kemudian untuk fungsi visualnya menggunakan sifat aliran air dan permainan air seperti air terjun.

Elemen-Elemen Dasar Desain

Elemen-elemen desain (Simonds 2006) memisahkan perasaan pada tiap bagian yang ada disekitar kita menjadi bagian yang berbeda-beda :

Titik

Titik merupakan elemen yang tidak berdimensi tetapi menandakan posisi atau tujuan. Dalam kenyataannya, titik diperlukan untuk menarik perhatian dari suatu objek. Dulunya, titik lebih sering digunakan untuk menandakan suatu area, menegaskan pemilik atau penguasa area tersebut, berperan sebagai landmark,

(19)

5 menyediakan tempat menarik di dalam desain lanskap yang memiliki sedikit atraksi.

Garis

Garis adalah perpanjangan dari suatu titik dalam satu dimensi. Garis memiliki ukuran ketebalan untuk terlihat secara visual dan dapat memiliki informasi dari cara pengambarannya, contohnya jelas, kabur (tidak jelas), tidak biasa, dan tidak bersambung. Batas dari suatu bangunan dapat disebut juga sebagai garis atau pada jarak tertentu antara dua warna yang berbeda. Garis dapat terlihat jelas pada bentuk yang memperlihatkan kekuatan atau energi.

Garis sangat penting sebagai bagian dari cara otak memproses informasi visual. Bagian dari proses ini adalah untuk melihat batas dan membedakan satu memiliki kedalaman atau ketebalan melainkan memiliki lebar dan panjang. Contoh nyata dapat terlihat pada sebuah kertas dan dinding tipis. Seringkali ruang tiga dimensi dapat menjadi bentuk dua dimensi. Bentuk dua dimensi dapat terlihat sederhana, berliku, datar, atau bergelombang.

Bentuk dua dimensi tidak perlu bersambung atau nyata dapat diimplikasikan sebagai gambar dua dimensi. Bentuk dua dimensi menutup suatu ruang, mungkin memiliki fungsi yang spesifik seperti dinding, lantai, dan atap. Dalam desain bentuk dua dimensi lebih sering dimengerti sebagai media perawatan yang lain, contohnya aplikasi pada tekstur, warna, atau sebagai alat untuk mendekatkan ruang.

Keterangan :

(a) garis putus-putus (d) garis yang jelas

(b) garis dengan ketebalan yang berbeda-beda (e) garis lurus (c) garis yang kabur

(20)

6

Gambar 3 Bentuk dua dimensi rata dan sederhana serta bentuk geometrik (Simonds 2006)

Volume

Bentuk dua dimensi dapat berubah menjadi bentuk tiga dimensi dengan menambahkan volume. Volume dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah volume padat disaat bentuk tiga dimensi membentuk bangun atau massa dalam ruang. Tipe kedua adalah volume terbuka di saat bentuk dua dimensi menutup suatu ruang.

Volume padat dapat berbentuk geometrik. Bangun Euclidean antara lain berupa kubus, tetrahedron, bola, dan kerucut. Dalam lanskap volume dapat dilihat pada bangun piramida. Sementara, bentuk yang tidak beraturan dapat terlihat bulat dan lembut atau angular dan kuat. Tidak semua bentuk dapat terlihat kuat atau padat, awan yang terlihat di angkasa atau pohon yang daunnya berguguran adalah contoh bentuk yang ringan atau massa yang transparan.

(21)

7 Pada kenyataannya elemen-elemen ini dapat ditemukan di dalam lanskap dengan konser. Akan tetapi, perbedaan antar elemennya tidak terlihat jelas atau kabur. Jumlah dari beberapa titik dapat terlihat seperti satu garis dalam jarak tertentu. Perubahan ini menyediakan stimulasi tergantung pada pemandangan atau komposisinya.

Diagram Fungsional

Diagram hubungan spasial Motloch (1991) digunakan untuk menyelidiki hubungan antar ruang seperti hubungan komposit. Mereka dapat memudahkan penerawangan dan mengeksplorasi keinginan organisasi dan hubungan spasial, ukuran, karakter umum dari bentuk, kondisi lingkungan, hubungan, pemisahan, atau tambahan lainnya. Hal itu tidak digunakan secara normal untuk mengelompokkan bentuk spesifik atau kondisi ukuran yang sebenarnya.

Simbol bulat yang spesifik dalam diagram hubungan spasial biasanya menunjukkan elemen program. Ukuran simbol ini dapat menunjukkan ukuran elemen atau hal yang penting. Karakter simbol ini biasanya menunjukkan sikap desainer terhadap elemen, karakternya, pengoraganisasian internal atau bentuk potensialnya, hubungan dengan konteks, atau hal lainnya. Hubungan spasial (proximitas) dari simbol ini dikombinasikan dengan karakter tepiannya, kontinuitas garis, tebal garis, panah hubungannya, garis pemisahnya (pemisah secara tidak langsung), nilai, tekstur, warna, dan untuk menunjukkan hubungan keinginan. Hubungan ini dapat mengidentifikasikan secara fisik (akses) atau sensual (visual, pendengaran, dan penciuman).

Gambar 5 Hubungan spasial (Motloch 1991)

Pendidikan Anak Usia Dini

(22)

8

merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Hal ini dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Pada usia ini, perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996 dalam Endah 2012) sebagai berikut;

1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola, atau memainkan alat-alat mainan.

2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.

3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.

4. Melalui perkembangan motorik yang normal, anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebaya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebaya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).

5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.

Stimulasi yang dapat diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan motorik anak adalah sebagai berikut:

1. dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab dan latin) dan menggambar;

2. keterampilan berolah raga (seperti senam) atau menggunakan alat-alat olah raga;

3. gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari;

4. baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban;

5. Gerakan-gerakan ibadah shalat;

(23)

9 anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Selain itu, PAUD membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah (Wibowo 2012).

Dalam penyelenggaraannya Kemendiknas telah membuat Petunjuk Teknis dari Kemendiknas (2011). Selanjutnya, syarat-syarat tersebut yaitu:

“1. Luas lahan/tanah minimal yang diperlukan 300 m2.

2. Lokasi pendirian hendaknya memperhatikan persyaratan lingkungan, yaitu faktor keamanan, kebersihan, ketenagaan, dekat dengan pemukiman pendudukan serta kemudahan transportasi dan jarak.

a. Keamanan

Lokasi pendirian TK hendaknya tidak terlalu dekat dengan jalan raya utama, di tebing, pemakaman, sungai, atau tempat-tempat yang dapat membahayakan bagi anak peserta didik.

b. Kebersihan

Dalam mendirikan TK hendaknya tidak berdekatan dengan tempat pembuangan/penumpukan sampah, pabrik yang mengeluarkan polusi udara, limbah yang berakibat buruk bagi kesehatan.

c. Ketenangan/Kenyamanan

Taman kanak-kanak yang didirikan lokasi tidak berdekatan dengan pabrik, bengkel, pasar, dan pusat keramaian yang aktivitasnya dapat mengeluarkan suara yang dapat menggangu kegiatan TK.

d. Penduduk (usia taman kanak-kanak)

Lokasi pendiriannya TK dipilih dekat dengan pemukiman penduduk yang relatif banyak anak usia taman kanak-kanak.

e. Transportasi

Transportasi mudah dijangkau, baik darat maupun air sesuai dengan kondisi daerah.

3. Memiliki ruang kelas, ruang kantor/kepala TK, ruang dapur, gudang, kamar mandi/WC guru, dan kamar mandi/WC anak.

a. Bangunan Gedung

Tabel 1. Persyaratan sarana dan prasarana bagian gedunga

Jenis ruang Jumlah

(24)

10

b. Halaman

TK tersebut sedapat mungkin mempunyai halaman/tempat bermain dan mempunyai ruang bermain terbuka.

4. Memiliki perabot, alat peraga dan alat permaianan di luar dan di

dalam ruangan.”

Prinsip Desain

Prinsip Kerangka

Prinsip kerangka atau overarching menyediakan kerangka pikir yang menjadi petunjuk awal pengembangan desain. Prinsip ini dapat menjelaskan konsep desain secara umum tapi tidak dapat menjelaskan konsep secara spesifik.

Overarching meliputi penerapan konsep simplicity, blending form and function, dan reflecting local elements of architecture, history, nature, and sense of place. Simplicity adalah konsep yang mengaktualisasi desain dalam bentuk-bentuk yang sederhana baik secara fisik maupun visual. Prinsip ini dapat dicapai contohnya melalui pengelompokan elemen secara liniar dan pengulangan elemen pada jarak tertentu. Blending form and function adalah konsep yang mendahulukan pertimbangan fungsi suatu elemen pada taman dan kemudian mengembangkan estetikanya. Reflecting local elements of architecture, history, nature, and sense of place adalah konsep yang berkaitan dengan area di sekitarnya. Desainnya dapat mengkombinasikan elemen arsitektural, unsur kesejarahan, karakter tapak alaminya, dan karakter lokalnya (VanDerZanden dan Rodie 2008).

Prinsip Estetika

Prinsip-prinsip estetika terdiri dari kerangka desain (order), repetisi/pengulangan (repetition), irama (rhythm), kesatuan dalam desain (unity), keseimbangan (balance), proporsi dan skala (proportion and scale), serta penekanan (emphasize). Kerangka desain merupakan penataan elemen-elemen dalam suatu lanskap menurut tema yang konsisten, misalnya tema formal, informal atau struktur informal. Selain itu, konsep ini dapat dicapai dengan menghubungkan secara fisik dengan mengelompokkan tanaman dan elemen keras.

Repetisi atau pengulangan adalah penataan elemen secara berulang termasuk tekstur, tanaman tertentu, kumpulan dari tanaman yang banyak atau komposisi tanaman. Mengelompokkan tanaman atau grup tanaman dapat menjadi awal permulaan. Pengelompokan dapat dilakukan dengan satu atau beberapa jenis tanaman. Sebaiknya tanaman yang dipilih tidak terlalu beragam karena untuk pemula biasanya akan terlihat berantakan.

Irama merupakan perubahan elemen dalam suatu pergerakan atau waktu tertentu yang konstan. Penataan elemen yang berirama dapat dicapai melalui perubahan elemen warna, bentuk, dan ukuran secara bertahap. Konsep ini dapat dicapai dengan visual atau secara fisik dan dapat dilihat secara vertikal dan horizontal. Irama vertikal dapat muncul dari perbedaan tinggi tanaman yang ditata pada suatu lanskap. Selanjutnya, irama horizontal dapat dimunculkan melalui perubahan elemen secara konstan. Sementara secara fisik dapat dicapai dengan bagaimana orang bergerak dalam suatu lanskap. Contohnya pada lebar jalan dan rute, dimensi, dan jarak dari stepping.

(25)

11 elemen keras, dan rumah. Unity atau kesatuan dalam desain dapat dicapai dengan mengkombinasikan unsur-unsur pembentuk desain. Pemilihan elemen dan tata letak sangat menentukan apakah suatu desain berada dalam kesatuan atau tidak. Sebagai contoh, untuk mencapai kesatuan dapat digunakan material yang sudah ada pada bangunan yang sudah ada di sana lebih dulu.

Keseimbangan dibagi menjadi tiga, yaitu keseimbangan simetri, asimetri, dan radial. Keseimbangan simetri dicapai melalui pola penataan elemen yang tepat sama di setiap sisi menurut sebuah poros. Sedangkan keseimbangan asimetri dicapai melalui penempatan elemen yang berbeda pada sisi diantara satu poros.Sementara keseimbangan radial dicapai dengan meletakkan elemen taman pada satu titik.

Prinsip proporsi dan skala mengacu pada ukuran elemen dalam lanskap. Proporsi tidak memiliki aturan yang baku namun merupakan prinsip yang absolut. Secara umum, dikenal dua jenis skala (Church 1955 dalam manusia merasa berkuasa atas suatu elemen. Emosi yang dapat ditimbulkan oleh perbedaan skala ini menyebabkan proses landscaping lebih banyak disesuaikan dengan ukuran manusia.

Emphasize merupakan penekanan elemen yang penting dalam desain lanskap yang bertujuan untuk menarik perhatian. Umumnya, emphasize pada suatu elemen menyebabkan elemen menjadi focal point dan menjadi kontras terhadap elemen desain lainnya (VanDerZanden dan Rodie 2008).

Aplikasi Prinsip Estetika

Aplikasi prinsip estetika adalah konsep yang bertujuan untuk menghubungkan struktur/bangunan dengan lanskap disekitarnya secara visual, membentuk ruang dengan menyusun elemen melingkupi suatu area, mengarahkan pengguna tapak pada lokasi tertentu, serta mendesain ruang luar yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna. Konsep ini dapat diterpakan dengan berbagai kombinasi. Bagaimana prinsip ini diterapkan berefek pada bagaimana lanskap ini dialami, baik secara fisik maupun secara mental (VanDerZanden dan Rodie 2008).

Prinsip Fungsional

(26)

12

(27)

13 METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai September 2012. Lokasi penelitian berada pada koordinat 60 31’ 30,83“ Lintang Selatan, 1060 44’ 18,81” Bujur Timur, tepatnya di Desa Bantar Sari RT 02/04, Kecamatan Ranca Bungur, Bogor. Penelitian ini dilakukan di PAUD Gema Imani tipe formal atau taman kanak-kanak.

(28)

14

Pada umunya, lokasi dikelilingi oleh area pertanian penduduk sekitar tapak (Gambar 6). Tepatnya batas-batasnya sebagai berikut yaitu

Batas Utara : Rumah penduduk, area kebun Batas Selatan : Kebun penduduk

Batas Timur : Kebun penduduk Batas Barat : Kebun penduduk

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan survey contohnya meteran dan software desain seperti AutoCAD, Adobe Photoshop CS4, Google Sketch Up 8, MS. Office, dan Google Earth. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data inventarisasi yang dikumpulkan secara mandiri atau bersumber dari institusi terkait. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 2 Jenis dan sumber data

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan proses desain Booth (1983) yang berhenti di construction drawings dan design activity base Motloch (1991). Desain ini berdasarkan pada aktivitas yang akan dikembangkan di tapak. Seluruh proses desain akan mengikuti aktivitas apa yang akan digunakan dan dikembangkan dalam tapak. Aktivitas ini juga yang akan menentukan ruang seperti apa yang dibutuhkan atau sesuai di tapak.

Inventarisasi

Tahapan ini dimulai dengan mengambil semua data yang berkaitan dengan tapak. Data tersebut didapatkan dengan pengukuran di tapak, diambil dari instansi yang berkepentingan, dan wawancara. Data dari instansi terkait berupa data iklim untuk BMKG atau data sosial yang didapatkan dari instansi sekitar. Selanjutnya, wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tambahan atau data yang tidak dapat ditentukan saat datang ke lapangan. Data ini berupa aktivitas lain anak, kesulitan dalam pembelajaran, atau kondisi anak.

No

6. Sosial Observasi, studi pustaka

(29)

15 Analisis

Analisis berupa evaluasi atau membuat penilaian untuk tapak tersebut (Booth 1983). Analisis dalam penelitian ini dibagi dalam dua analisis, analisis kebutuhan ruang dan analisis tapak. Analisis kebutuhan ruang dilakukan terlebih dahulu karena desain ini berdasarkan pada program base activity (Motloch 1991). Program yang diambil adalah rencana pembelajaran pada kurikulum 2010 (Hapidin 2010). Program tersebut dianalisis dan dipisahkan berdasarkan pada tempat umumnya aktivitas tersebut dilakukan. Pemisahan ini dilakukan dengan membedakan antara aktivitas ruang dalam dan aktivitas ruang luar serta aktivitas yang tidak membutuhkan ruang khusus. Selanjutnya, penghitungan kebutuhan luas ruang berdasarkan pada kebutuhan luas dari satu anak (Department of Health and Community Services 2006).

Analisis yang kedua menganalisis pada potensi dan masalah yang ditemukan jika aktivitas anak dilakukan di tapak. Kesesuian ruang ini disesuaikan dengan aturan di Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak (Kemendiknas 2011) dan aturan pada Public Playground Safety Handbook (2006). Selanjutnya, kedua analisis ini digabungkan untuk membuat program yang akan dikembangkan di tapak. Program ini akan dievaluasi untuk disesuaikan dengan lokasi. Akhirnya, program ini akan menjadi dasar saat konsep ruang dibuat.

Desain

Proses desain dimulai dengan membuat ideal functional diagram atau diagram fungsional. Diagram fungsional akan menentukkan hubungan antar ruang yang ada. Hubungan ruang ini dibuat dengan dasar dari hubungan spasial pada program yang sudah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya, diagram ini disesuaikan dengan luas tapak yang disebut Site-related functional diagram. Kesesuian ini akan melihat bentuk tiap ruang yang akan didesain pada tapak. Selanjutnya, konsep mulai ditentukan dengan membuat tema utama dan bentuk yang akan dibuat di tapak. Konsep ini akan mengelompokan ruang menjadi konsep ruang.

Konsep ruang dibagi berdasarkan kebutuhan yang lebih spesifik. Ruang tersebut disesuaikan dengan program yang telah dianalisis. Selanjutnya, hasil konsep ruang dibuat rencana tapak dengan mendetilkan tiap bentuk elemen yang direncanakan. Konsep ruang didetilkan dengan bentuk elemen yang spesifik, contohnya pepohonan atau bangunan yang didesain.

(30)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Aksesibilitas

Lokasi dapat dicapai kira-kira selama 45 menit dari Dramaga Bogor melewati Pasar Ciampea atau dari Persimpangan Atang Senjaya dengan waktu tempuh 40 menit. Lokasi cukup sulit ditempuh karena angkutan umum jarang mencapai lokasi. Lokasi memiliki satu aksesibilitas utama yaitu Jalan Bojong-Atang Senjaya (Gambar 7). Jalan ini tidak terlalu padat oleh kendaraan dan memiliki lebar sekitar 5 meter.

Gambar 8 Kondisi jalan dan gerbang sekolah Gambar 7 Akses utama menuju lokasi (sumber : Google

(31)

17 Selanjutnya, akses terakhir adalah jalan yang berakhir di lokasi dengan lebar 2,5 meter. Kondisi terakhir telah dibeton setengahnya dan penerangan lampu jalan dari orang-orang sekitar (Gambar 8). Akses terakhir ini ditutup dengan gerbang sekolah (Gambar 8). Setelah gerbang sekolah ada sebuah jalan kecil di depan halaman. Jalan inilah yang digunakan oleh petani sekitar sekolah untuk menuju lahannya. Jalan ini memang disediakan khusus oleh pemilik. Akses ini merupakan sirkulasi sekunder yang ada dan digunakan secara intensif.

Potensi Visual

Lokasi memiliki potensi pemandangan yang berasal dari pepohonan, area kebun, dan rumput. Pandangan yang baik terdapat pada bagian depan tapak yang mengarah ke kebun pemilik (Gambar 9) dan ke arah hutan jati. Sementara pandangan yang buruk terdapat pada jalan yang mengarah ke rumah penduduk dan adanya tempat menjemur baju pada halaman belakang dekat mushola. Pandangan buruk lainnya terdapat pada kurang tertatanya sekitar sumur sehingga mengganggu suasana bagian belakang lokasi (Gambar 10). Keberadaan kandang kelinci pada bagian belakang tapak juga cukup memberikan pandangan buruk. (Gambar 10).

Gambar 9 Pandangan ke arah kebun pemilik

(32)

18

Iklim dan Hidrologi

Berdasarkan data yang didapatkan dari Stasiun BMKG Dramaga, wilayah ini kira-kira memiliki suhu sekitar 25.74 0C dan Curah Hujan 178.67 mm/tahun. Kelembapan sekitar 82.97 % dan arah angin mengarah dari timur ke barat. Ditambahkan dengan hasil wawancara pernah terjadi angin kencang dari arah barat dan selatan lokasi.

Menurut Alan (2005) hidrologi adalah sifat ilmiah, distribusi, dan sirkulasi dari air tanah, air permukaan, dan air didalam udara. Air permukaan di lokasi mengalir melalui drainase dan permukaan tanah. Drainase ditapak berada di halaman belakang dan sebelah utara tapak. Drainase di utara ini awalnya digunakan untuk Sungai Cidepit tapi selama beberapa tahun sudah tidak berfungsi sehingga pengelola menutupnya dan diatasnya dibangun gerbang sekolah (Gambar 11).

Lokasi memiliki sumber air dari satu buah sumur (Gambar 10). Air digunakan oleh seluruh orang yang berada di lokasi. Termasuk petani sekitar lokasi yang membutuhkan air untuk menyemprotkan pestisida.

Gambar 11 Drainase di gerbang sekolah yang telah ditutup Fasilitas dan Utilitas

Tapak memiliki fasilitas ruang kelas dalam yang dibuat dari bambu (Gambar 13). Fasilitas lainnya adalah tempat ibadah berupa mushola untuk anak-anak yang dilengkapi dengan tempat berwudhu. Sementara rumah tengah difungsikan sebagai ruang aula. Akhirnya, terdapat fasilitas area bermain untuk anak-anak.

Utilitas tapak salah satunya terdapat satu tiang listrik yang mengalirkan listrik ke tapak. Sambungan dimulai dari bangunan rumah tengah kemudian dialirkan dengan pipa kecil ke rumah pengelola lokasi menuju ruang kelas tengah dengan dilindungi pipa. Selanjutnya, sebuah kabel yang menggantung dengan tinggi 150-170 cm antara ruang kelas tengah dan ruang kelas dengan bambu.

(33)

19

Gambar 12 Mushola dan area kelas pada halaman belakang

Tanah dan Topografi

Secara geologis jenis tanah umum Bogor berjenis latosol coklat. Jenis tanah ini cocok untuk semua tanaman. Selanjutnya, topografi yang ada di lokasi umumnya memiliki kemiringan 1-2 % dengan lahan yang relatif datar. Akan tetapi, ada bagian dengan kemiringan >25% antara halaman depan dan area kebun pemilik. Perbedaan tinggi bagian ini sebesar 93 cm dan kemiringan sebesar 67 % (Gambar 12).

Gambar 13 Bagian tapak dengan topografi >25% Tanaman dan Satwa

Tanaman yang ada di lokasi meliputi vegetasi pohon, tanaman semak, tanaman penutup tanah, dan tanaman pertanian. Tanaman tersebut antara lain tanaman Jati Tectona grandis dengan ukuran beragam pada lokasi yang berbeda-beda misalkan pada halaman depan tanaman jati berdiameter 20-30 cm. Kemudian pada area paling utara tapak terdapat Hutan Jati dengan jarak tanam berkisar antara 2-3.6 meter. Hutan ini adalah area hutan produksi yang dibuat oleh pemiliknya dan tidak terlalu bersatu dengan area hutan lain di sekitarnya.

(34)

20

Tanaman semak kebanyakan menggunakan jenis tanaman hias seperti

Tabernaemontana divancara dengan tinggi sekitar 0.3-0.5 m, Drasaena (Dracaena sp.), Pucuk merah (Syzygium oleina) dengan tinggi 0.3-0.5 m. Tanaman Pertanian yang mendominasi terlihat pada Pisang (Musa paradiceae). Sementara tanaman lainnya merupakan tanaman liar.

Selanjutnya, pengelola memelihara satwa kelinci dan kura-kura secara khusus. Satwa lainnya merupakan satwa biasa yang ditemukan di sekitar hutan, rumah, dan kebun seperti serangga, kadal, atau kucing. Walaupun begitu, satwa ini tidak membahayakan untuk anak.

Gambar 14 Vegetasi jati Tectona grandis dan Eugenia reinwardtiana

Gambar 15 Satwa kadal di area playground

Kondisi Sosial

(35)

21 memiliki 3 kelas terdiri atas satu kelas bermain dan dua kelas untuk persiapan masuk SD. Tiap kelasnya memiliki 9-10 siswa. Hari aktif siswa dimulai dari Senin- Jumat dimulai dari jam 8.00-11.00 WIB. Staf pengajar terdiri dari 4 orang guru dan satu kepala sekolah.

Siswa di PAUD ini rata-rata tinggal tidak jauh dari tempat ini. Tempat tinggalnya yaitu Desa Hulu Rawa, Desa Gunung Leutik, Desa Gunung Bubut, Desa Hulu Kaus, Desa Gunung Lumbung, Desa Babakan Kondang, dan Desa Kampong Gaok. Di samping itu, latar belakang pendidikan orang tua siswanya beragam terdiri dari buruh, karyawan swasta, wirausaha, pedagang, dan PNS.

Pengguna tapak lainnya adalah petani yang memiliki kebun disekitar lokasi. Pengguna tapak yang merupakan pemilik kebun sekitar tapak, kadang memanfaatkan halaman depan sebagai tempat menaikan atau menurunkan muatan saat panen. Hal ini tidak diinginkan oleh pemilik dan pengelola tapak. Selain itu, adanya pencuri membuat resah pengelola lokasi ini.

Gambar 16 Siswa di PAUD Gema Imani (sebelum adanya perkerasan pada area playground)

Analisis

Kurikulum

Kurikulum adalah perangkat rencana dan pengaturan (Kemendiknas 2011). Hal tersebut meliputi tujuan, bidang pengembangan, dan penilaian serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, kurikulum merupakan dasar dari aktivitas yang ada di tiap sekolah dan menjadi dasar aktivitas yang ada di tapak.

Berdasarkan Peraturan menteri pendidikan nasional no. 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini (Kemendiknas 2009), kurikulum yang dipakai harus memuat 5 aspek utama yang harus diajarkan pada anak. Aspek tersebut meliputi nilai agama dan moral, motorik, kognitif, keaksaraan, dan sosial-emosional. Oleh sebab itu, kurikulum yang dipakai adalah acuan kurikulum 2010 (Lampiran 1).

(36)

22

aktivitas ruang luar dibanding aktivitas ruang dalam. Contohnya, aktivitas mengenal tanaman yang dilakukan di luar ruangan sehingga pembelajaran tidak terasa membosankan. Sekolah yang didesain akan menggunakan kurikulum umum pada taman kanak-kanak dengan modifikasi metode pembelajaran yang disesuaikan dengan sekolah alam.

Analisis Kebutuhan Ruang

Kebutuhan ruang pada tipe PAUD disesuaikan dengan kurikulum yang dimiliki PAUD tersebut. Kebutuhan ruang di tempat ini dibuat dengan acuan standar kurikulum 2010 taman kanak-kanak (lampiran 2). Ukuran luasan tiap ruang berdasarkan aturan Department of Health and Community Services (2006) sebesar 7 m2/anak untuk aktivitas aktif anak. Selanjutnya, standar aktivitas anak pasif 3.2 m2/anak berdasarkan hitungan dari petunjuk teknis penyelenggaraan taman kanak-kanak (Kemendiknas 2012).

Standar kebutuhan tiap ruang dibuat untuk 12 anak. Jumlah ini didapatkan dengan wawancara tentang jumlah anak pada satu ruang kela sebesar 10 anak. Selanjutnya, diperkirakan ada penambahan pada tahun ajaran baru sebanyak 2 orang sehingga jumlah anak ada 12 anak.

Kebutuhan ruang ini dimasukan pada tiap aktiviitas pada acuan standar kurikulum 2010 (Hapidin 2010). Berikutnya, acuan standar kurikulum dipisahkan antara aktivitas ruang luar, aktivitas ruang dalam, dan aktivitas yang tidak memerlukan ruang khusus. Hasilnya (Tabel 3) didapatkan dasar dari ruang-ruang yang akan diletakkan pada tapak. Ruang-ruang ini akan menjadi gambaran dari aktivitas seperti apa yang ada pada tapak.

Analisis Lokasi dan Aksesibilitas

Lokasi terdiri dari lahan yang umumnya merupakan area pertanian untuk menanam sayur. Area pertanian di dalam tapak memiliki fungsi sebagai kebun kecil. Halaman depan lokasi dibatasi oleh tembok setinggi 2-2,5 m di selatan tapak sehingga kegiatan di dalam tapak tidak terganggu (Gambar 17). Hal ini menjadi potensi dalam pengembangan tapak sebagai area permainan untuk anak-anak.

(37)
(38)
(39)
(40)

26

Tabel 3 Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak

Tipe ruang Kelompok Aspek yang diinginkan Indikator aktivitas standar ruang

minimal

Mengendalikan perasaan Sabar menunggu giliran

0 Menjaga diri sendiri dari

lingkungan

Membuang sampah pada tempatnya

Memelihara lingkungan, misal: tidak mencoret-coret tembok

B

Memahami perilaku mulia (jujur, penolong, sopan, hormat, dsb)

Memelihara kebersihan lingkungan, misal: tidak mencoret-coret tembok, membuang sampah pada tempatnya, dll

Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang, sedih, antusias, dsb)

Sabar menunggu giliran

Menunjukkan sikap toleran Saling membantu sesama teman Melakukan kegiatan kebersihan

diri

Menunjuk sebanyak-banyaknya benda, hewan dan tanaman menurut ciri-ciri tertentu

Menunjuk sebanya-banyaknya benda, hewan, dan tanaman menurut jenisnya

B

Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi

Menunjuk dan mencari sebanyak-banyaknya benda berdasarkan fungsi

Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran (3 variasi)

Menunjuk dan mencari sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman, yang mempunyai warna, bentuk, ukuran atau menurut ciri-ciri tertentu

C A Mengenal Tuhan melalui agama

yang dianutnya

Memberi makanan pada hewan 3.2 m2/anak

38.4

D A Mengenal Tuhan melalui agama

yang dianutnya

Menyirami tanaman 3.2 m2/anak

38.4

E B Memecahkan masalah sederhana

dalam kehidupan sehari-hari

Mengerjakan “maze” (mencari jejak) yang lebih kompleks (3-4 jalan) 7 m2/anak

84

F B

Menggerakkan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan,

kekuatan, kelincahan,

keseimbangan dan melatih keberanian

Berdiri dengan tumit diatas satu kaki dengan seimbang 3.2 m2/anak

38.4

(41)

27

Tabel 3 Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak (lanjutan)

Tipe ruang Kelompok Aspek yang diinginkan Indikator aktivitas standar ruang

minimal

Kebutuhan ruang minimal (m2)

G B Melakukan permainan fisik dengan teratur Melakukan permainan fisik, misal petak umpet, tikus dan kucing, dll 7 m

2

Menirukan gerakan binatang peliharaan, binatang yang dapat terbang 7 m2/anak

84 Menirukan gerakan pohon sepoi-sepoi, pohon tertiup angin kencang, dll 7 m2/anak

Menirukan gerakan pesawat terbang (mau terbang, gerakan di udara dan gerakan mendarat, dll)

7 m2/anak

Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media

Menggerakkan kepala, tangan atau kaki sesuai dengan irama musik/ritmik 7 m2/anak Mengekspresikan diri secara bebas sesuai irama musik 7 m2/anak Mengikuti gerakan tari sederhana sesuai irama musik 7 m2/anak

Mengekspresikan diri dalam gerak bervariasi 7 m2/anak

Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media

Bermain dengan berbagai alat perkusi sederhana 3.2 m2/anak

B

Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan (seperti ayo kita bermain pura-pura seperti burung)

Bermain peran 7 m2/anak

Mengekspresikan gerakan sesuai dengan syair lagu atau cerita 7 m2/anak Mengekspresikan gerakan dengan iringan musik/lagu 7 m2/anak

Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam melakukan tarian/senam

Mengekspresikan berbagai gerakan kepala, tangan atau kaki sesuai dengan irama musik/ritmik dengan lentur

7 m2/anak

Gerakan bebas dengan irama musik 7 m2/anak

Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam melakukan tarian/senam

Mengekspresikan berbagai gerakan kepala, tangan atau kaki sesuai dengan irama musik/ritmik dengan lentur

7 m2/anak

Senam fantasi bentuk meniru misalnya: menirukan berbagai gerakan hewan, gerakan tanaman yang terkena angin (sepoi-sepoi, angin kencang dan kencang sekali) dengan lincah

7 m2/anak

Mengekspresikan diri dalam gerakan bervariasi dengan lentur dan lincah 7 m2/anak

Menari/senam menurut musik yang didengar 7 m2/anak

(42)

28

Tabel 3 Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak (lanjutan)

Tipe ruang Kelompok Aspek yang diinginkan Indikator aktivitas standar ruang

minimal

Membuat berbagai bunyi dengan berbagai alat membentuk irama 3.2 m2/anak

84 Menciptakan alat perkusi sederhana dan mengekspresikan dalam bunyi yang

berirama

3.2 m2/anak

Membuat berbagai bunyi dengan berbagai alat membentuk irama 3.2 m2/anak

I

A

Melakukan gerakan menggantung (bergelayut)

Memanjat, bergantung, dan berayun 7 m2/anak

84

Bergelayut 7 m2/anak

Memanfaatkan alat permainan di luar kelas

Bermain dengan alat permainan di luar, misal ayunan, jungkitan, perosotan, dll

Memanjat, bergantung dan berayun 7 m2/anak

J

A

Melakukan gerakan melompat, meloncat, dan berlari secara terkoordinasi

Melompat dengan dua kaki atau satu kaki dengan seimbang 7 m2/anak

84

Melompat dengan tali, dll 7 m2/anak

Meloncat dari ketinggaian 20-30 cm 7 m2/anak

Meloncat dengan rintangan 7 m2/anak

Melompat, meloncat, dan berlari dengan rintangan 7 m2/anak

B

Meloncat dari ketinggian 30-50 cm 7 m2/anak

K A

Berlari sambil melompat 7 m2/anak

Berlari sambil meloncat 7 m2/anak

Melakukan gerakan antisipasi Melakukan gerakan menghindar dari hal-hal yang berbahaya 7 m2/anak

(43)

29

Tabel 3 Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak (lanjutan)

Tipe ruang Kelompok Aspek yang diinginkan Indikator aktivitas standar ruang

minimal

Berlari sambil melompat dengan seimbang tanpa jatuh 7 m2/anak

84

L

A

Menangkap dan melempar sesuatu secara terarah/tepat

Menangkap kantong biji, bola, dll 7 m2/anak

84 Melambungkan dan menangkap kantong biji, bola, dll 7 m2/anak

Melempar dengan berbagai media, misal: bola, kertas, balon ke tempat yang telah ditentukan

7 m2/anak

Memantulkan bola besar (diam di tempat) 7 m2/anak

Memantulkan bola besar sambil berjalan/bergerak 7 m2/anak

Menendang sesuatu secara terarah Menendang bola dengan terarah 7 m2/anak

B

Melakukan permainan fisik dengan teratur

Menendang bola ke depan dan ke belakang (bermain bola) 7 m2/anak

Menggerakkan lengannya untuk kelenturan kekuatan otot dan koordinasi

Memantulkan bola besar, bola sedang dan bola kecil (diam ditempat) 7 m2/anak Melambungkan dan menangkap bola/kantong biji sambil berjalan/bergerak 7 m2/anak

Memantulkan bola besar, bola sedang dan bola kecil dengan memutar badan, mengayunkan lengan dan melangkah

7 m2/anak

M

A

Melakukan gerakan antisipasi Berjalan maju pada garis lurus 7 m2/anak

84

Berjalan diatas papan titian, berjalan bejinjit 7 m2/anak

Berjalan mundur dan ke samping pada garis lurus sejauh 1-2 meter 7 m2/anak

B

Berjalan maju pada garis lurus, berjalan di atas papan titian, berjalan dengan berjinjit, berjalan dengan tumit sambil membawa beban

7 m2/anak

Berjalan mundur, berjalan kesamping pada garis lurus sejauh 2-3 meter sambil membawa beban

7 m2/anak

N A Memanfaatkan alat permainan di

luar kelas

Bermain dengan simpai (bebas, melompat dengan simpai, merangkak dalam terowongan dari simpai, dll)

7 m2/anak

84

(44)

30

Tabel 3 Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak (lanjutan)

Tipe ruang Kelompok Aspek yang diinginkan Indikator aktivitas standar ruang

minimal

Merayap dan merangkak dengan berbagai variasi 7 m2/anak

84

Bermain dengan simpai 7 m2/anak

Total 871.2

Keterangan

 Tipe Ruang A = Aktivitas kepada sikap anak yang dilakukan di semua lokasi B = Aktivitas yang dapat dilakukan di semua lokasi

C = Aktivitas memelihara hewan D = Aktivitas memelihara tanaman E = Aktivitas mencari jejak F = Aktivitas Keseimbangan G = Aktivitas bermain fisik H = Aktivitas seni I = Aktivitas playground J = Aktivitas melompat K = Aktivitas berlari L = Aktivitas bermain bola M = Aktivitas berjalam N = Aktivitas bermain tali

(45)

31 Intensitas penggunaan akses jalan utama yang melewati tapak relatif tidak tinggi. Intensitas penggunaannya yaitu ±10-6 motor/jamnya dan jarak menuju lokasi sekitar 500 m. Bangunan sekitar tapak merupakan rumah penduduk yang tidak akan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Kondisi ini sesuai dengan aturan yang mengizinkan Taman Kanak-Kanak didirikan pada area yang tenang (Kemendiknas 2012). Oleh karena itu, secara keseluruhan lokasi tidak akan memiliki gangguan dari daerah disekitarnya dan cocok dikembangkan menjadi area bermain anak.

Analisis Potensi Visual

Pemandangan paling potensial untuk dikembangkan di tapak adalah pandangan ke arah kebun depan tapak saat adanya tanaman (Gambar 22). Akan tetapi pandangan ini akan ditutup karena kebun depan tidak selalu dapat dipotensialkan arah pandangannya. Selain itu, pandangan potensial lainnya adalah ke arah hutan jati. Selanjutnya, pandangan terburuk dari tapak adalah pandangan ke arah rumah penduduk (Gambar 21). Pandangan ini sudah ditutupi dari arah tapak dan sudah ditutupi oleh pemilik rumahnya.

Gambar 21 Pandangan buruk ke rumah penduduk

(46)

32

Walaupun demikian, pandangan baik ini berpotensial untuk mendukung metode pembelajaran sekolah alam. Pemandangan yang alami dapat membuat siswa melihat alam dan belajar tentang gunung, sawah, dan pepohonan. Oleh sebab itu, pemandangan potensial ini dimaksimalkan dengan berjalan-jalan pada sekitar tapak sekaligus dapat mengenalkan siswa pada tanaman yang tidak ada di tapak.

Analisis Iklim dan Hidrologi

Tutupan vegetasi pada tapak penelitian khususnya di area halaman depan relatif minim, sehingga jumlah daerah bayangan tidak banyak. Kekurangan area bayangan dapat menaikan suhu dalam tapak. Suhu yang terlalu panas dapat mengurangi kenyamanan anak saat bermain. Hal ini tidak menjadi masalah karena area halaman depan tidak dipakai oleh pihak sekolah untuk kegiatan belajar mengajar.

Walau demikian untuk memenuhi kebutuhan ruang, halaman tersebut akan digunakan sebagai area permainan. Halaman tersebut akan digunakan sebagai area permainan pada pagi hari. Pada pagi hari radiasi matahari tidak terlalu menyengat dan tidak akan membahayakan anak.

Berdasarkan kondisi hidrologinya, tapak memiliki satu sumber air berupa sumber air tanah. Sumber air ini digunakan untuk kebutuhan wudhu, kamar mandi, dan kebutuhan lainnya. Fasilitas kamar mandi ini merupakan fasilitas yang harus ada sesuai ketentuan Kemendiknas (2011) sehingga sumber air merupakan hal yang penting. Sementara untuk sistem pembuangan air limbah, kondisi saat ini sudah sesuai dengan standar kebersihan. Air limbah di buang ke septictank dan tidak merusak lingkungan sekitarnya.

Lokasi tidak memiliki masalah dengan aliran air walaupun tidak banyak drainase dilokasi. Hal ini disebabkan lokasi masih banyak memiliki ruang terbuka hijau sebagai tempat penyerapan air. Akan tetapi, masih ada genangan dibeberapa lokasi di halaman depan. Selanjutnya, fasilitas pembuangan air limpasan hujan tidak ada pada bangunan. Hal ini dikarenakan bangunan tidak memiliki talang air sehingga air mengalir dari seluruh atap ke tanah.

Air limpasan menjadi masalah di halaman belakang karena kurang besarnya drainase dan tidak lancarnya saluran pembuangan air keluar dari tapak. Masalah ini pernah menyebabkan banjir yang diperkirakan setinggi 10-15 cm. Hal ini menjadi masalah karena lokasi dekat dengan ruang kelas. Oleh karena itu, analisis ini menyimpulkan lokasi perlu banyak pembenahan terutama pada sistem drainasenya.

Analisis Tanah dan Topografi

Menurut Booth (1983) topografi yang paling ideal dengan banyak fungsi dalam ruang adalah topografi sekitar 1-5 %. Selanjutnya, Russ (2009) topografi yang paling ideal untuk area anak-anak sebesar 1-2 %. Oleh sebab itu, topografi di tapak yang umumnya sekitar 1-2% dapat digunakan untuk area bermain anak .

(47)

33

Gambar 23 Kemiringan di tapak yang membahayakan anak

Area kebun di timur tapak merupakan area terendah di tapak. Secara keseluruhan, analisis ini menyimpulkan tapak tidak memiliki masalah dengan kemiringan karena hampir seluruhnya datar. Hanya saja perlu dilakukan tindakan khusus untuk area dengan perbedaan ketinggian 80-90 cm.

Analisis Fasilitas dan Utilitas

Tapak memiliki fasilitas yang cukup dengan aturan sesuai Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak (Kemendiknas 2012). Fasilitas seperti mushola, area bermain (Gambar 24), dan ruang kelas serta halaman depan. Kondisi fasilitas ini terawat dengan baik. Kekurangannya hanya pada fasilitas gudang yang tidak terdapat di lokasi penelitian sehingga barang-barang di letakkan disekitar lokasi.

Permasalahan utilitas ditapak salah satunya terdapat kabel listrik yang tertutup pohon ketapang sehingga perlu adanya pemangkasan pada pohon ketapang. Sementara listrik dialirkan melalui rumah tengah dengan kabel warna putih didalam pipa di atas tembok beton di pintu masuk. Aliran ini mengalirkan listrik ke rumah pengelola.

(48)

34

Masalah aliran listrik berikutnya adanya satu kabel yang menggantung antara ruang kelas tengah dan ruang kelas samping berbahan bambu. Kabel menggantung ini membahayakan anak-anak karena tingginya yang dapat dicapai oleh anak-anak. Sebaiknya aliran ini dialirkan dengan aman menuju ruang kelas samping. Aliran listrik lebih baik dialirkan dengan pipa melalui tembok.

Utilitas air dialirkan dari penampungan ke rumah pengelola melalui pipa. Saluran pipa ini ada dibawah perkerasan beton disekitar sumur di halaman belakang. Sementara pipa air pembuangan terkubur dalam tanah dan tidak akan mengganggu anak-anak. Tapi dalam pengembangannya ada sebuah pipa dari septictank yang harus dialihkan sehingga tidak mengganggu area bermain anak. Kemudian pipa disekitar penampungan air akan diatur lagi karena merusak estetika dari tapak.

Analisis Tanaman

Tanaman di tapak tidak memiliki jumlah yang banyak kecuali untuk Tanaman Jati (Tectona grandis) di area hutan. Permasalahan vegetasi ditapak terjadi pada penanaman jati, tanaman cherry, dan penanaman Tabernaemontana divancara di halaman belakang. Kemudian, penanaman beberapa pisang dan jati di halaman depan. Penanaman jati di halaman belakang menjadi masalah karena dekatnya dengan ruang kelas dan merusak pondasi dihalaman belakang.

Tanaman Cherry mengganggu aktivitas anak karena tinggi dahan pertamanya (sekitar 70-80 cm) yang menggangggu aktivitas anak. Karena itu pemotongan dahan pertama sebaiknya dilakukan agar tidak mengganggu aktivitas anak. Selanjutnya, tanaman Tabernaemontana divancara (Gambar 25) mengganggu sirkulasi anak menuju area bermain sehingga lebih baik dihilangkan atau diletakkan ditempat lain. Akhirnya, penanaman pisang dan jati didepan tidak teratur dan kurang jelas sehingga merusak estetika lokasi. Oleh karena itu, analisis ini menyimpulkan perlunya pembenahan tanaman hampir di keseluruhan tapak.

Gambar 25 Tanaman Tabernaemontana divancara yang mengganggu sirkulasi Analisis Standar Permainan Anak

(49)

35 untuk area bermain anak tetapi material penutup tanah harus diganti karena terlalu keras dan tidak dapat menahan efek buruk bila anak terjatuh (Gambar 26).

Gambar 26 Perkerasan area playground yang ada

Akan tetapi, menurut Public Playground Safety Handbook (2010) area tapak eksisting tidak memenuhi syarat secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan jarak antar permainan rata-rata 60-180 cm sehingga beberapa permainan tidak memenuhi standar. Material yang digunakan juga tidak dapat menahan dampak dari anak yang terjatuh. Beberapa ukuran permainan tidak memenuhi standar, seperti ayunan dan jarak antar pagar. Oleh sebab itu, permainan anak akan di ubah tata letak dan ukurannya sehingga keamanan anak lebih terjamin.

Analisis Sosial

Fungsi tapak sebagai area sekolah cukup memadai. Tapak digunakan selama lima hari dalam satu minggu (Senin - Jumat) dari Pukul 8.00-11.00 WIB. Tapak berfungsi secara baik dan maksimal untuk saat ini walaupun kadang tempat didepan mushola digunakan untuk fungsi servis. Penggunaan ini tidak menjadi masalah karena tidak digunakan saat ada kegiatan belajar mengajar.

Area halaman belakang lebih banyak digunakan untuk permainan karena adanya fasilitas permainan. Sementara halaman depan lokasi lebih banyak digunakan diluar waktu sekolah untuk area bermain bola anak sekitar lokasi. Sejauh ini tapak tidak memiliki masalah kecuali untuk tindakan pencurian. Sehingga diperlukan metode khusus untuk mencegah hal ini.

Program

(50)

36

playground (I), aktivitas melompat (J), Aktivitas berlari (K), aktivitas bermain bola (L), aktivitas berjalan (M), dan aktivitas bermain tali (N).

Tiap kelompok ini digabungkan berdasarkan aktivitas yang dapat dilakukan dengan kebutuhan ruang yang sama (Motloch 1991). Prinsip yang digunakan adalah prinsip contained atau berisi. Jadi, semua kebutuhan digabungkan dalam satu ruang. Penggabungkan ini disebabkan ruang yang tidak memenuhi jika dibuat satu ruang memiliki satu aktivitas. Berdasarkan tabel 2 ruang yang dibutuhkan sebesar ± 871.2 m2 sedangkan ruang yang diizinkan sekitar ± 550 m2 sehingga ada beberapa aktivitas yang harus digabungkan. Selanjutnya, diagram hubungan antar ruangnya (Gambar 27) menjadi pertimbangan tambahan untuk dapat atau tidaknya ruang ini digabungkan dan tempat untuk diletakkan di tapak.

Aktivitas A dan B tidak dimasukkan dalam diagram (Gambar 27) karena aktivitas tersebut dapat dilakukan di semua ruang baik di dalam ruangan atau di luar ruangan. Jadi, hanya ruang berlabel C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, dan N yang akan dimasukkan dalam diagram. Penggabungannya melihat dari kebutuhan ruang peraktivitas. Contohnya aktivitas berlabel J dapat digabungkan dengan M karena kebutuhan ruang untuk melompat sama dengan berjalan (Gambar 27) yaitu lapangan luas.

Gambar 27 Diagram hubungan antar ruang dan diagram hubungan spasial Aktivitas berlabel E dapat digabungkan dengan G karena kebutuhan ruang yang sama (Gambar 27). Mencari jejak dapat dilakukan di area hutan produksi dan bermain fisik dapat dilakukan juga di area hutan produksi. Walaupun, aktivitas berlabel G memiliki hubungan erat dengan aktivitas lainnya pada diagram hubungan antar ruang (Gambar 27). Aktivitas yang terkumpul dalam satu ruang dapat membuat ruang lain tidak terpakai.

Hasilnya, seluruh aktivitas dibuat dalam diagram hubungan spasial (Gambar 27). Akan tetapi, seluruh aktivitas ini harus diberikan penjadwalan yang ketat. Hal ini dikarenakan ada aktivitas yang tidak boleh berlangsung dalam waktu yang sama.

Diagram Fungsionaldan Site Related Functional Diagram

(51)
(52)

39 ruang inti sebelum area penerimaan (Gambar 29). Hal ini dilakukan karena sejak awal ruang yang paling cocok adalah area hutan.

Selanjutnya, aktivitas berlabel C, D, F, H, I, J, K, L, dan M dibuat dalam satu ruang inti pada halaman depan (Gambar 29). Aktivitas berlabel I akan dipisahkan dengan tembok untuk memisahkan area permainan yang alat-alat permainannya terpasang di tanah dan permainan yang alatnya tidak terpasang di tanah (Gambar 29). Pembatasan ini berdasarkan aturan area permainan anak pada Department of Health and Community Services (2006).

Selain itu, dibuat area penerimaan yang berfungsi untuk estetika dan fungsi parkir. Area penerimaan ini juga dapat digunakan untuk mendukung area inti. Fungsi estetika tanaman dapat digunakan untuk menunjukan warna dan bentuk dari tanaman sebagai bahan pembelajaran untuk anak. Selanjutnya, area parkir dapat digunakan untuk upacara jika tidak digunakan untuk parkir.

Gambar 29 Diagram fungsional

Diagram selanjutnya dibuat berdasarkan pada luasan yang dibutuhkan pada tapak (Booth 1983). Diagram ini disebut dengan site related functional diagram (Gambar 30). Diagram dibuat untuk melihat luas ruang ruang asli yang ada di tapak. Ruang parkir disediakan seluas ± 375 m2 untuk area penerimaan dan dapat menampung 4-5 mobil serta 22 motor . Selanjutnya, ruang inti seluas ± 450 m2 dan area hutan seluas ± 484 m2 yang dapat menampung seluruh aktivitas. Ruang disesuaikan dengan bentuk tapak dengan kebutuhan ruang untuk parkir dan ruang inti.

(53)

40

Gambar 30 Site related functional diagram

Rencana konsep

Berdasarkan analisis, sekolah alam menjadi konsep dasar yang dipilih untuk desain taman sekolah ini. Konsep sekolah ini menggunakan prinsip menjadikan alam sebagai sekolah. Singkatnya, konsep ini dibagi menjadi tiga konsep utama yaitu alam sebagai ruang belajar, alam sebagai media dan bahan ajaran, serta alam sebagai objek pembelajaran (Sekolah Alam Bogor 2010).

Konsep ini akan dikembangkan sebagai metode pembelajaran tanpa mengubah sistem sekolah yaitu taman kanak-kanak. Jika di sekolah pada umumnya diajarkan dengan melihat gambar bunga maka di tempat ini siswa akan dibawa langsung untuk melihat bunga dan mencium wanginya.

Gambar 31 Merawat tanaman (sumber: http://esq-news.com)

(54)

41 ini dapat dilakukan di luar area. Contohnya, seperti bermain di pematang sawah, merawat tanaman yang ada di kebun, atau bermain di sungai.

Sesuai dengan konsep dasar sekolah alam maka bentukan yang dipilih adalah bentukan alami. Bentukan alami ini diwujudkan dengan garis lengkung dan bidang lingkaran (Gambar 32). Garis lengkung dan bidang lingkaran memiliki bentuk yang alami dan aman. Hal ini dapat dilihat secara dua dimensi dengan tidak adanya sudut tajam yang membahayakan untuk anak. Lagipula, bentuk lingkaran ini memiliki ruang yang lebih luas dibanding bentuk lainnya.

Gambar 32 Bidang lingkaran dan garis lengkung (sumber: http:// www.fileden.com)

Selanjutnya ruang dibuat dengan fungsi yang lebih spesifik. Konsep ruang dibagi menjadi 4 area yaitu area belajar dan bermain, area parkir, area estetika, dan area tambahan (Gambar 33). Area belajar mengajar adalah berisi seluruh aktivitas yang ada pada kurikulum contohnya berlari, bermain bola, dan melompat. Selanjutnya, area parkir digunakan untuk parkir mobil dan motor serta area lain untuk anak bermain. Akan tetapi, area bermain ini harus memiliki aktivitas yang tidak memungkinkan anak jatuh dan digunakan bila tidak ada mobil yang di parkir.

Gambar

Gambar 7 Akses utama menuju lokasi  (sumber : Google
Gambar 10 Bagian sekitar sumur dan kandang kelinci pemilik
Gambar 13 Bagian tapak dengan topografi >25%
Gambar 14 Vegetasi jati Tectona grandis dan Eugenia reinwardtiana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tentang angka kejadian pemeriksaan luar berdasarkan visum et repertum pada korban kecelakaan lalu lintas di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Vanni Octavania 2015

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai minat baca dan ragam bahan bacaan yang digunakan oleh guru-guru mata pelajaran pendidikan agama Islam

Sebagai suatu sistem sosial kenegaraan, USIS (1995:6) mengintisarikan demokrasi sebagai sistem yang memiliki 11 (sebelas) pilar atau soko guru, yakni “Kedaulatan Rakyat, Pemerintah

Di atas atap kamar operasi, terangkai sistem ducting untuk mengalirkan udara bersih dan bertekanan yang disaring oleh sistem hepafilter utama (outlet tepat pada area

Model basis data yang umum digunakan untuk mengorganisasikan skema pada saat ini adalah model relasional yang telah dapat mewakili semua informasi yang terdapat dalam bentuk tabel

digunakan untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis pakai dalam tempo setahun atau kurang, maupun barang yang. dapat dipakai lebih dari

[r]