• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakteristik Rumah Tangga Terhadap Tingkat Emisi Karbon (Studi Kasus Kecamatan Pangandaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Karakteristik Rumah Tangga Terhadap Tingkat Emisi Karbon (Studi Kasus Kecamatan Pangandaran)"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP

TINGKAT EMISI KARBON

STUDI KASUS KECAMATAN PANGANDARAN

MAWAR FIRDAUSI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Karakteristik Rumah Tangga terhadap Tingkat Emisi Karbon (Studi Kasus Kecamatan Pangandaran) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

MAWAR FIRDAUSI. Analisis Karakteristik Rumah Tangga terhadap Tingkat Emisi Karbon (Studi Kasus Kecamatan Pangandaran). Dibimbing oleh ETTY RIANI dan TRI PRARTONO.

Berdasarkan laporan IPCC (2006) tingkat emisi karbon Indonesia mencapai 1550 ton C atau setara dengan 5670 ton CO2 per kapita. Rumah tangga

merupakan salah satu penyumbang emisi karbon nasional. Tingkat emisi karbon rumah tangga dapat dipengaruhi oleh karakteristik keluarga seperti tingkat pendapatan, pendidikan, pengetahhuan, pekerjaan, jam kerja, jumlah keluarga, jumlah fasilitas, usia, dan keaktifan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis emisi karbon yang dihasilkan dari rumah tangga dan karakteristik yang mempengaruhinya serta membuat formulasi arahan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim pada rumah tangga. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pangandaran dengan metode wawancara untuk mengetahui karakteristik responden dan pengambilan sampel untuk mengetahui emisi karbon yang dihasilkan. Emisi karbon yang dihasilkan dari rumah tangga dihitung berdasarkan rumus perhitungan IPCC 2006 dengan penentuan responden berdasarkan metode

stratified random sampling yang dibagi dalam kelompok strata dibawah UMR, strata UMR dan strata diatas UMR. Keseluruhan hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan metode PCA dan analisis linier berganda untuk menentukan karakteristik keluarga yang mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca pada rumah tangga.

Strata UMR menghasilkan emisi karbon tertinggi dibandingkan dengan kedua strata yang lain yaitu sebesar 17,17 kg CO2/hari, selanjutnya emisi yang

dihasilkan dari strata diatas UMR sebesar 16,68 kg CO2/hari dan strata dibawah

UMR sebesar 16,2 kg CO2/hari. Hasil analisis PCA dan uji linier berganda

menunjukkan bahwa karakteristik yang mempengaruhi tingkat emisi karbon pada strata dibawah UMR adalah jumlah fasilitas dan pekerjaan, untuk strata UMR karakteristik yang mempengaruhi adalah jumlah keluarga, sedangkan pada strata diatas UMR adalah jumlah keluarga dan pekerjaan. Hasil analisis ini dijadikan acuan untuk menentukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Kecamatan Pangandaran. Upaya yang diusulkan adalah peningkatan pengetahuan dengan penyuluhan, pengelolaan sampah, pelaksanaan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), dan upaya penanaman pohon.

(5)

SUMMARY

MAWAR FIRDAUSI. Analysis of Household Characteristic to Carbon Emission Level (Case Study: Pangandaran District). Supervised by ETTY RIANI and TRI PRARTONO.

Based on IPCC report (2006) carbon emission level in Indonesia attained 1550 ton C or equivalent to 5670 CO2 per capita. Household is one of contributor

national carbon emissions. Carbon emission level is influenced by household characteristics such as income, education, knowledge, employment, work hours, family size, facilities, age, and activities. The purpose of this research is to analyzed household carbon emission and characteristic that influence and also to a formulation about the direction about household adaptation and mitigation effort. This study was held in Pangandaran District with interviewed method and data sampling to obtain respondent characteristic and carbon emission data. Household carbon emission was quantified based on IPCC 2006 guideline with determined respondent from stratified random sampling what divided to under regional minimum wage (RMW) strata, RMW strata, and below RMW strata. The result of data sampling then analyzed with PCA and multiple linear analysis to find out household characteristic who influenced carbon emission level.

Carbon emission value from RMW strata was 17,17 kg CO2/day that was

the highest than any others, then carbon emission value from below RMW strata was 16,68 kg CO2/day, and then under RMW strata was 16,2 kg CO2/day. PCA

and Multiple Linear Analysis result found that a number of facility and employment who influenced of household carbon emission level from Strata Dibawah UMR, for Strata UMR was the family size and then from Strata Diatas UMR are the family size and employment. This result for reference to determine adaptation and mitigation climate change in Pangandaran District. The proposed mitigation and adaptation are upgrading knowledge by elucidation, waste disposal management, realization IPAL, and planting.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut

ANALISIS KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP

TINGKAT EMISI KARBON

STUDI KASUS: KECAMATAN PANGANDARAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema dari penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 hingga Januari 2014 adalah Analisis Karakteristik Rumah Tangga Terhadap Tingkat Emisi Karbon Studi Kasus: Kecamatan Pangandaran.

Tesis ini berhasil diselesaikan atas kerja keras dan bantuan dari berbgai

pihak baik berupa semangat, do’a, kritik dan saran bagi penelitian, serta bantuan dana studi dan penelitian. Atas bantuan yang telah penulis dapatkan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Komisi Pembimbing, yaitu Dr Ir Etty Riani, MS (Ketua) dan Dr Ir Tri Prartono, MSc (Anggota).atas segala waktu, sumbangan pikiran, kesabaran, dan semangat yang diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

2. Penguji Luar Komisi Dr Ir Isdrajad Setyobudiandi, MSc., atas saran dan masukkan yang diberikan agar tesis ini dapat menjadi lebih baik.

3. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) atas beasiswa yang diberikan.

4. Suami yang juga partner dalam menyelesaikan penelitian dan tesis, terima kasih atas kesabaran, kasih sayang dan semangat yang diberikan. 5. Ummi, Abi, Mamah, Papah, Aa dan adik-adik yang terus memberikan

semangat dan doa agar penulis dapat menyelesaikan tesis.

6. Teman-teman SPL dan teman-teman Maryam atas semangat dan keceriaan yang penulis dapatkan selama perjalanan pendidikan di IPB Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2016

(11)

DAFTAR ISI Waktu dan Lokasi Penelitian 18 Teknik Penentuan Responden 18 Tahapan Penelitian 19 Analisis Data 23

Analisis Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca dengan Model Sistem Dinamik 27

4 KONDISI UMUM 28

5 HASIL 30 Emisi Gas Rumah Kaca Rumah Tangga Tiap Strata 30 Karakteristik Rumah Tangga Masyarakat Kecamatan Pangandaran 41 5 PEMBAHASAN 49 Perbandingan Nilai Emisi Gas Rumah Kaca pada Tiap Strata 49

Hubungan Antara Karakteristik Rumah Tangga dengan Emisi Gas Rumah Kaca 60

(12)

DAFTAR TABEL

1 Beberapa macam limbah gas yang umum di udara 8

2 Jenis-jenis GRK dan sumbernya (EPA, IPCC) 10

3 Tipe pengolahan dan pembuangan limbah cair 14

4 Data kunjungan wisatawan ke obyek wisata Pantai Pangandaran 18

5 Jumlah responden penelitian 19

6 Nilai default DOC, TCC, dan FCF dari IPCC 2006 21 7 Nilai fraksi jenis sampah (Wi) berdasarkan IPCC 2006 21

8 Faktor emisi US EPA 23

9 Koefesien korelasi dan taksirannya 26

10 Persentase masyarakat pesisir menurut kelompok umur tahun

2007-2010 28

11 Tingkat pendidikan masyarakat pesisir 29

12 Rata-rata pengeluaran harian per individu (dalam rupiah) selama

sebulan tahun 2007-2010 30

13 Jenis limbah dan indikator emisi 31

14 Nilai parameter air limbah pada strata dibawah UMR 35

15 Nilai parameter air limbah pada strata UMR 36

16 Nilai parameter air limbah pada strata Diatas UMR 36 17 Tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Pangandaran 44

18 Jenis organisasi yang diikuti 47

19 Besar timbulan sampah pada tiap strata 54

20 Jenis barang elektronik dan perkiraan potensi emisi karbon yang

dihasilkan 59

21 Karakteristik rumah tangga responden strata dibawah UMR 61 22 Karakteristik rumah tangga responden strata UMR 62 23 Karakteristik rumah tangga responden strata diatas UMR 62

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pendekatan penelitian 3

2 Dampak perubahan iklim terhadap biota dan ekosistem dan

hubungannya terhadap pencemaran 9

3 Jenis-jenis emisi gas rumah kaca dari limbah rumah tangga 11

4 Tren CO2 untuk daerah perkotaan 12

5 Tren CO2 untuk daerah pedesaan 12

6 Roadmap nasional untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim 17 7 Diagram lingkar sebab akibat emisi rumah tangga 27

8 Diagram input-output emisi rumah tangga 28

9 Angka kesakitan masyrakat pesisir tahun 2007 dan 2010 29 10 Emisi gas rumah kaca dari limbah gas strata di bawah UMR 32 11 Emisi gas rumah kaca dari limbah gas strata UMR 33 12 Emisi gas rumah kaca dari limbah gas strata di atas UMR 32

13 Persentase komposisi sampah dibawah UMR 37

(13)

15 Persentase komposisi sampah strata diatas UMR 39 16 Jenis barang elektronik yang dimiliki keluarga strata dibawah UMR 40 17 Jenis barang elektronik yang dimiliki keluarga strata UMR 41 18 Jenis barang elektronik yang dimiliki keluarga strata diatas UMR 41 19 Kelompok usia masyarakat Kecamatan Pangandaran 42 20 Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Pangandaran 44

21 Jenis pekerjaan bapak 45

22 Jenis pekerjaan ibu 46

23 Tingkat keaktifan keluarga 47

24 Besar penghasilan rumah tangga responden 48

25 Perbandingan emisi gas rumah kaca dari limbah gas tiap strata 50 26 Perbandingan nilai emisi pembakaran LPG dan pembakaran

sampah pada tiap strata 50

27 Perbandingan nilaii DO dan BOD pada tiap strata 52 28 Perbandingan nilai emisi limbah cair pada tiap strata 52 29 Persentase komposisi sampah pada tiap strata penelitian 54 30 Perbandingan emisi dari limbah sampah pada tiap strata 55 31 Perbandingan nilai timbulan sampah pada tiap strata 55 32 Perbandingan emisi CH4 dan emisi CO2 pada tiap strata 56 33 Perbandingan emisi pemakaian listrik pada tiap strata 58 34 Perbandingan rata-rata jumlah fasilitas pada tiap strata 59 35 Perbandingan total emisi rumah tangga dari tiap strata 60 36 Perbandingan nilai emisi berdasarkan sumbernya pada tiap strata 61

37 Model sistem dinamik emisi rumah tangga 68

38 Submodel adaptasi dan mitigasi perubahan iklim 69

39 Emisi gas rumah kaca kondisi BAU 69

40 Skenario adaptasi dan mitigasi perubahan iklim tahap 1 (penyuluhan) 70 41 Skenario adaptasi dan mitigasi perubahan iklim tahap 2

(pengelolaan sampah) 71

42 Skenario adaptasi dan mitigasi perubahan iklim tahap 3 (IPAL) 72 43 Skenario adaptasi dan mitigasi perubahan iklim tahap 4

(penanaman pohon) 72

44 Skenario adaptasi dan mitigasi perubahan iklim tahap 5 (seluruh

skenario 73

DAFTAR LAMPIRAN

1 Emisi limbah gas strata di bawah UMR 77

2 Emisi limbah gas strata UMR 80

3 Emisi limbah gas strata di atas UMR 82

4 Emisi limbah cair strata di bawah UMR 83

5 Emisi limbah cair strata UMR 85

6 Emisi limbah cair strata di atas UMR 86

7 Emisi limbah sampah strata di bawah UMR 87

8 Emisi limbah sampah strata UMR 90

9 Emisi limbah sampah strata di atas UMR 92

(14)

11 Emisi pemakaian listrik strata UMR 95

12 Emisi pemakaian listrik strata di atas UMR 96

13 Karakteristik keluarga 97

14 Uji analisis seluruh strata 103

15 Uji analisis strata di bawah UMR 108

16 Uji analisis strata UMR 113

17 Uji analisis strata di atas UMR 117

(15)

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap dampak perubahan iklim sekaligus memiliki andil sebagai penyebab perubahan iklim global. Menurut laporan IPCC (2006) mengatakan bahwa jumlah emisi gas rumah kaca di Indonesia tergolong tinggi yaitu sebesar 1550 ton karbon per kapita dan diperkirakan angka ini akan terus bertambah hingga mencapai 3220 ton karbon per kapita pada tahun 2050 mengikuti pertumbuhan penduduk dan tingkat perekonomian negara. Hal inilah yang melatar belakangi pemerintah Indonesia mengambil peran aktif dalam negosiasi internasional dengan berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan menggunakan sumberdaya dalam negeri dan 41% dengan kerjasama Internasional di tahun 2020 (BLHS 2014). Komitmen tersebut kemudian dituangkan dalam penyusunan Prioritas Nasional dan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) tahun 2010-2014 oleh BAPPENAS. Dalam Rencana Aksi Nasional tersebut, pemerintah menjadikan isu perubahan iklim menjadi isu lintas sektoral sehingga pemerintah dapat melakukan inisiasi terhadap Rencana Aksi adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim pada setiap sektor.

Dalam kertas kebijakan RAN-GRK, terdapat lima sektor yang merupakan emiter terbesar yaitu industri dan energi; kehutanan dan lahan gambut; pertanian; transportasi; dan sektor limbah. Mengacu pada RAN-GRK maka emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari rumah tangga berasal dari sektor limbah dan sektor energi. Sumber emisi gas rumah kaca dari sektor limbah rumah tangga dibagi menjadi tiga kelompok yaitu emisi gas rumah kaca yang berasal dari limbah padat, limbah cair dan limbah gas sedangkan sumber emisi gas rumah kaca dari sektor energi berasal dari pemakaian listrik. Menurut laporan ESDM (2002) emisi gas rumah kaca dari sektor rumah tangga tanpa menghitung dari emisi kendaraan pribadi menyumbang sebesar 11% dari total emisi gas rumah kaca nasional. Bila dihitung dengan emisi tidak langsung seperti emisi dari konsumsi listrik maka emisi yang dihasilkan mencapai 38.6% dari total emisi gas rumah kaca nasional.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari rumah tangga adalah karakteristik rumah tangga (Brand et al. 2013). Setiap rumah tangga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kondisi karakteristik ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti lingkungan dimana rumah tangga berada dan kondisi sosial masyarakat. Menurut Buchs dan Schnepf (2013) beberapa karakteristik rumah tangga yang mempengaruhi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan adalah jumlah keluarga, status pekerjaan, tingkat pendidika, pendapatan keluarga dan usia.

(16)

upaya adaptasi perubahan iklim. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat pesisir memiliki mata pencaharian yang sangat bergantung terhadap keberadaan sumberdaya alam. Perubahan cuaca yang tidak menentu dan intrusi air laut merupakan beberapa dampak dari perubahan iklim yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap sumber mata pencaharian masyarakat pesisir (Bennet 2004).

Pantai Pangandaran merupakan pantai yang paling banyak dikunjungi wisatawan baik domestik ataupun asing di Jawa Barat (DISPARBUD JABAR 2012). Tingginya aktifitas pariwisata di Pangandaran secara tidak langsung berpengaruh terhadap kondisi sosial masyarakat Pangandaran. Menurut Pratama (2013) masyarakat Pangandaran memiliki karakteristik yang sama seperti masyarakat pesisir pada umumnya yaitu sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, memiliki tingkat pendidikan yang rendah, masih berpegang teguh terhadap tradisi-tradisi sosial seperti gotong royong dan saling menghormati. Akan tetapi semenjak meningkatnya perkembangan sektor pariwisata di Pangandaran menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup yang lebih konsumtif pada masyarakat Pangandaran. Perubahan gaya hidup ini juga dapat mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca rumah tangga. Menurut Buchs dan Schnepf (2013) gaya hidup merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca rumah tangga. Perubahan kondisi sosial ini menyebabkan tingkat kerentanan masyarakat Pangandaran terhadap perubahan iklim semakin meningkat karena itu inventarisasi gas rumah kaca perlu dilakukan untuk menentukan langkah strategis guna meminimalisir emisi gas rumah kaca yang dihasilkan.

Perumusan Masalahan

Definisi emisi gas rumah kaca dari rumah tangga menurut Qu et al. (2013) adalah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari setiap anggota keluarga dalam rumah tangga berdasarkan pemakaian barang dan jasa. Masih menurut Qu et al. (2013) secara garis besar emisi gas rumah kaca dari rumah tangga dibagi menjadi emsi langsung dan emisi tidak langsung. Emisi langsung berasal dari penggunaan bahan bakar fosil dan pembakaran sampah. Emisi tidak langsung adalah emisi yang dihasilkan dari penggunaan barang dan jasa seperti makanan, pakaian, obat-obatan, pendidikan, komunikasi dan penggunaan alat-alat listrik.

Tinggi rendahnya emisi gas rumah kaca rumah tangga dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah karakteristik rumah tangga (Brand et al. 2013). Karakteristik rumah tangga merupakan ciri-ciri dari rumah tangga yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak ataupun merespon suatu masalah (Boeree 2008). Karakteristik rumah tangga meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Karakteristik rumah tangga dan tingkat emisi gas rumah kaca terhubung melalui aktifitas-aktifitas yang dilakukan di dalam rumah.

(17)

memiliki pekerjaan yang sangat bergantung pada keberadaan sumberdaya alam. Karena itu dalam penelitian ini akan digali karakteristik mana saja yang mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Kerangka pendekatan penelitian ditampilkan oleh Gambar 1. Penelitian diawali dengan menetapkan ruang lingkup penelitian, yaitu memberi batasan terhadap emisi gas rumah kaca yang dihasilkan hanya dari aktifitas yang dilakukan dalam rumah tangga sehingga emisi yang dihasilkan dari kendaraan pribadi ataupun dari barang dan jasa tidak diperhitungkan. Selanjutanya dilakukan pengumpulan data dengan metode survey lapangan dan wawancara untuk data primer serta pengambilan data sekunder pada Dinas Kependudukan dan Dinas Kebersihan sebagai data penunjang. Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari rumah tangga dan dianalisis karakteristik apa saja yang mempengaruhi tingkat emisi yang dihasilkan. Bila telah diketahui karakteristik yang mempengaruhi tingkat emisi yang dihasilkan maka dapat dicari rencana-rencana strategis sebagai upaya adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim pada masyarakat pesisir Pangandaran.

(18)

Tujuan Penelitian

1. Menghitung emisi karbon yang dihasilkan dari rumah tangga;

2. Mengidentifikasi karakteristik apa saja yang mempengaruhi jumlah emisi karbon dari rumah tangga; dan

3. Menyusun arahan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk mereduksi emisi karbon yang dihasilkan dari aktifitas rumah tangga.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Rumah Tangga

Menurut Badan Pusat Statistik, rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur, yang dimaksud dengan satu dapur adalah bahwa pembiayaan keperluan kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama. Pengertian rumah tangga menurut Ensiklopedia Nasional jilid I, yang dimaksud dengan “rumah” adalah tempat tinggal atau bangunan untuk tinggal manusia, sementara rumah tangga memiliki pengertian tempat tinggal beserta penghuninya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Rumah tangga adalah unit perumahan dasar dimana produksi ekonomi, konsumsi, warisan, membesarkan anak dan tempat tinggal yang terorganisasi dan dilaksanakan.

Adapun peranan dan fungsi rumah tangga berdasarkan beberapa sudut pandang menurut Sarwono (2000) antara lain:

1. Dari sudut biologi, rumah tangga berfungsi untuk melanjutkan garis keturunan.

2. Dari sudut psikologi, rumah tangga berfungsi untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian anak.

3. Dari sudut pendidikan, rumah tangga berfungsi sebagai tempat pendidikan informal, tempat anak memperkembangkan dan diperkembangkan kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki.

4. Dari sudut sosiologi, rumah tangga berfungsi sebagai tempat untuk menanamkan aspek sosial agar bisa menjadi anggota masyarakat yang mampu berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. 5. Dari sudut agama, rumah tangga adalah tempat persemaian bagi

benih-benih kesadaran akan adanya suatu yang luhur, Yang Maha Kuasa, dan Sang Pencipta dan norma-norma ethis-moral seperti tindakan baik dan buruk yang dijadikan pegangan dalam perilaku sehari-hari.

6. Dari sudut ekonomi, rumah tangga adalah primer sebagai organisasi ekonomi.

Rumah Tangga Pesisir

(19)

sebagai nelayan maka sistem sosial ekonomi dan budaya yang dibangun pada rumah tangga peisisir sangat dipengaruhi oleh masyarakat nelayan. Beberapa ciri umum kondisi sosial ekonomi rumah tangga pesisir adalah:

1. Rumah tangga memiliki multi peran yaitu sebagai unit produksi, konsumsi, reproduksi dan unit interaksi sosial ekonomi politik.

2. Rumah tangga pesisir bertujuan untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarganya sehingga tujuan ini sangat mempengaruhi kebijakan-kebijakan dalam rumah tangga terutama dalam usaha produksi.

3. Semua anggota keluarga harus berperan dalam usaha ekonomi rumah tangga.

4. Karena mayoritas berada dalam garis kemiskinan, maka rumah tangga bersifat safety first.

Limbah Rumah Tangga

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999 dalam Syakti et.al (2012) mendefinisikan limbah sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia. Pendapat berbeda dikemukakan oleh Oresanya (1998) yang mengatakan bahwa limbah adalah segala sesuatu yang sudah tidak dibutuhkan atau tidak berguna, akan tetapi beberapa limbah dapat menjadi sumberdaya yang bermanfaat bagi yang lain (Wei et al. 1997). Definisi limbah rumah tangga menurut Sudarwanto (2010) adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tanga seperti makan, minum, memasak, belanja, membakar sampah, mencuci, MCK dan lain-lain. Menurut jenisnya limbah rumah tangga dibagi menjadi tiga yaitu (Sudarwanto 2010):

1. Limbah cair, contoh : air buangan toilet, air cucian, air kamar mandi; 2. Limbah padat atau sampah menurut Suharto (2011) dibagi kembali

menjadi tiga jenis yaitu sampah organik, sampah non organik dan limbah padat plastik serta limbah padat plastik non-bioplastik, sedangkan menurut WHO (1991) dalam Suharto (2011) dibagi menjadi tiga jenis yaitu limbah padat non bahan berbahaya dan beracun (non-B3), limbah padat B3. dan limbah padat dari rumah sakit (infeksius); dan

3. Limbah gas contoh asap dari pembakaran sampah, dan asap dari kompor minyak untuk memasak.

1. Limbah Padat atau Sampah

Limbah padat atau sampah merupakan material padat sisa hasil kegiatan manusia seperti industri, aktifitas rumah tangga, perdagangan, komersial dan pelayanan umum ataupun sisa dari aktifitas binatang yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi (Oyelola dan Babatunde 2008, Grover dan Singh 2014 dan Kistianah dan Lestari 2006), Limbah padat atau sampah diantaranya yaitu; kertas, plastik, kain, sisa makanan, kayu, kaca, barang-barang elektronik, besi dan lain-lain (Oyelola dan Babatunde 2008). Berdasarkan jenisnya sampah dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok yaitu (Grover dan Singh 2014 dan Kistianah dan Lestari 2006):

(20)

Yaitu sampah yang berupa bahan-bahan organik yang mudah untuk membusuk atau terurai contohnya sampah sisa makanan, sampah sayuran dan sampah kulit buah-buahan.

2. Sampah anorganik dan organik yang tak membusuk

Yaitu sampah anorganik atau organik kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme sehingga sulit membusuk. Contohnya ; kertas, selulosa, plastik, kaca, logam dan karet.

3. Sampah abu dan binatang ternak yang mati.

5. Sampah sapuan

Yaitu sampah hasil sapuan jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, seperti dedaunan, kertas dan plastik.

6. Sampah industri

Yaitu semua sampah yang berasal dari buangan industri. Komposisi sampah ini tergantung jenis produksi industrinya.

7. Sampah B3

Yaitu sampah yang memiliki sifat berbahaya dan beracun seperti plastisin, sampah sisa rumah sakit, dan asbes.

Menurut Taylor dan Allen (2006) sampah dapat dibagi berdasarkan sumber dan bahayanya terhadap manusia dan lingkungan yaitu:

1. Sampah rumah tangga 2. Sampah perkotaan

3. Sampah komersial dan industri tidak berbahaya 4. Sampah industri berbahaya

5. Sampah konstruksi dan pembongkaran 6. Sampah rumah sakit

7. Sampah manusia dan hewan

8. Sampah tempat pembakaran sampah

2. Limbah Cair

(21)

1. Limbah cair domestik kain/bahan dari pabrik tekstil, air dari industri pengolahan makanan, tailing dari pertambangan dan lain-lain.

3. Rembesan dan luapan

Yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan. Contohnya air buangan dari talang atap, air buangan dari pendingin ruangan serta air buangan dari pertanian dan perkebunan.

4. Air hujan.

Yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan yang berada di atas permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.

5. Limbah cair dari institusi

Yaitu limbah yang berasal dari institusi contohnya limbah cair dari hotel.

6. Limbah cair septic tank

Menurut Henze dan Comeau (2008) limbah rumah tangga memiliki beberapa sifat utama antara lain:

a. Mengandung bakteri, parasit, dan kemungkinan virus dalam jumlah banyak

b. Mengandung bahan organik dan padatan tersuspensi sehingga nilai BOD (biological oxygen demand) tinggi

c. Mengandung bahan organik dan anorganik yang mengendap di dasar perairan

d. Kandungan unsur hara tertentu terutama fosfor dan nitrogen tinggi sehingga sering menyebabkan terjadinya eutrofikasi

e. mengandung bahan-bahan terapung berupa bahan-bahan organik dan anorganik di permukaan air atau berada dalam bentuk tersuspensi yang dapat menghambat laju fotosintesis.

3. Limbah Gas

(22)

aktifitas pembakaran sampah. Pada kedua aktifitas tersebut menghasilkan gas CO, CO2, CH4 dan NOx (Bahttacharya dan Salam 2002).

Limbah gas dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan cara masuk ke dalam atmosfer yaitu (Arief 2010):

1. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran

2. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.

Beberapa senyawa utama yang merupakan limbah gas antara lain karbonmonoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon

(HC), dan partikulat atau debu (Tabel 1). Menurut Arief (2010) sumber pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat ditimbulkan dari enam sumber utama, yaitu:

1. Pengangkutan dan transportasi 2. Kegiatan dan rumah tangga

3. Pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil 4. Pembakaran sampah

5. Pembakaran sisa pertanian dan pembakaran hutan 6. Pembakaran bahan bakar dan proses emisi.

Tabel 1. Beberapa macam limbah gas yang umum di udara

No Jenis Keterangan

1. Karbon monoksida (CO) Gas tidak berwarna dan tidak berbau 2. Karbon dioksida (CO2) Gas berwarna dan berbau

3. Nitrogen oksida (NOx) Gas berwarna dan berbau

4. Asam Klorida (HCl) Berupa uap

5. Sulfur oksida (SOx) Gas tidak berwarna dan berbau tajam

6. Amonia (NH3) Gas tidak berwarna dan berbau

7. Metan (CH4) Gas berbau

8. Hidrogen fluorida (HF) Gas tidak berwarna 9. Nitrogen sulfida (NS) Gas berbau

10. Klorin (Cl2) Gas berbau

Sumber : Kistinah dan Lestari (2006)

Hubungan Antara Limbah dan Perubahan Iklim

Hubungan antara limbah rumah tangga yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dengan perubahan iklim saling berkaitan satu sama lainnya. Hubungan antara pencemaran dan perubahan iklim dapat dilihat pada Gambar 2.

Menurut Sheahan et. al (2013), beberapa dampak dari perubahan iklim terhadap pencemaran di daerah pesisir antara lain :

1. Dapat menurunkan kandungan oksigen terlarut dan dapat meningkatkan terjadinya pencemaran kimia dan biologi

(23)

3. Peningkatan suhu, periode musim kemarau yang semakin panjang, penurunan pH dan peningkatan salinitas – hal-hal tersebut dapat meningkatkan toksisitas pencemaran kimia

4. Munculnya invasive species yang dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem pesisir dan dapat meningkatkan terjadinya kondisi stress bagi biota yang hidup di pesisir.

Gambar 2. Dampak perubahan iklim terhadap biota dan ekosistem dan hubungannya terhadap pencemaran

(Schiedek et.al 2007)

Semua limbah rumah tangga baik padat ataupun cair yang berasal dari bahan organik akan diuraikan oleh bakteri secara aerobik ataupun non aerobik sehingga menghasilkan gas-gas rumah kaca seperti CO2. NOx, SOx, CH4 dan gas

lainnya tergantung jenis bahan organiknya (Riani 2012). Bahkan limbah cair yang sudah mengendap di dasar perairan dan sampah yang sudah menjadi tanah sekalipun masih dapat menghasilkan gas rumah kaca (Riani 2012). Dengan demikian, semakin banyak limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga maka semakin meningkatkan pula faktor penyebab terjadinya perubahan iklim..

(24)

peningkatan suhu akan meningkatkan toksisitas B3 dan meningkatkan konsentrasi throspospheric ozone serta dapat meningkatkan laju degradasi bahan-bahan kimia. Selain itu peningkatan suhu juga dapat menyebabkan terjadinya biotransformasi kontaminan menjadi metabolit bioaktif yang dapat mengganggu bahkan merusak sistem homeostatis dalam tubuh makhluk hidup.

Emisi Gas Rumah Kaca

Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah gas rumah kaca. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas tersebut di atmosfer bumi menyerupai dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalam rumah kaca agar tetap hangat. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang sinar matahari yang dipancarkan bumi sehingga akibatnya membuat panastersebut tersimpan di permukaan bumi. Gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia. Gas ini berkemampuan untuk menyerap radiasi matahari di atmosfer sehingga menyebabkan suhu dipermukaan bumi menjadi lebih hangat. Berdasarkan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yaitu sebuah panel antar pemerintahan dunia untuk masalah perubahan iklim disebutkan bahwaterdapat enam jenis gas yang digolongkan sebagai GRK dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis-jenis GRK dan sumbernya (EPA, IPCC)

Jenis GRK Sumber Utama Potensi

Pemanasan Global

Carbon dioxide CO2 Pembakaran Bahan Bakar Fosil 1

Methane CH4 Dekomposisi sampah, sistem gas

alam, fermentasi

21

Nitrous oxide N2O Tanah pertanian, pembakaran

bahan bakar fosi

296

Hydroflourocaarbons HFC8 Emisi dari bahan pengganti

perusak ozon dan emisi dari HFC-23 dalam masa produksi HFC-22

140-11 700

Perflourocarbons PEC8 Transmisi kelistrian dan distribusi

listrik

6 500-9 200

Sulfur hexaflouride SF6 Semi konduktor, produk

sampingan dari alumunium

22 200

Sumber : EPA dan IPCC

Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Rumah Tangga

(25)

(Gambar 3) Emisi gas rumah kaca dari proses pembakaran sampah dan proses memasak termasuk dalam emisi langsung on site, untuk emisi yang dihasilkan dari limbah cair dan sampah termasuk dalam emisi langsung off site, dan emisi yang dihasilkan dari pembakaran listrik termasuk dalam emisi tidak langsung off site.

Gambar 3. Jenis–jenis emisi gas rumah kaca dari limbah rumah tangga (Sumber: Suhedi 2005)

1. Emisi Gas Rumah Kaca Limbah Padat

Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sampah tergolong emisi tidak langsung hal ini dikarenakan emisi yang dihasilkan dari sampah tidak langsung dihasilkan dari sumbernya akan tetapi memerlukan proses terlebih dahulu (seperti proses pengangkutan sampah dan proses reaksi kimia) (Liu 2014). Menurut Philippe dan Nicks (2015) penyumbang terbesar limbah sampah adalah dari aktivitas domestik dan industri. Aktifitas domestik dan industri sangat berkaitan erat dengan tingkat ekonomi dan pertumbuhan penduduk sehingga tingkat emisi yang dihasilkan dari sampah berbanding lurus dengan besarnya jumlah sampah yang menunjukkan tingkat ekonomi dan tingkat pertumbuhan penduduk (Chaerul et al. 2015).

Dalam Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) (2010) tren emisi CO2 di sektor limbah padat telah dihitung berdasarkan proyeksi

pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan (Gambar 4) dan pedesaan (Gambar 5), proyeksi penduduk ditransfer dalam proyeksi timbunan sampah. Faktor emisi, data kegiatan, dan asumsi tertentu tentang perkembangan sektor yang digunkan untuk memproyeksikan tren masa depan sektor limbah di Indonesia. Asumsi tersebut adalah :

(26)

diperlakukan dalam sanitary landfill pada tahun 2005 dan diproyeksikan akan meningkat sampai dengan 0.9% pada tahun 2030); 2. Limbah dikumpulkan dan diangkut oleh pemerintah sebesar 50% pada

tahun 2005 dan akan ditingkatkan menjadi 80% pada tahun 2020 dan sampai 90% pada tahun 2030;

3. Pembakaran sampah padat di daerah pembuangan akhir adalah sebesar 0.5% pada tahun 2005 dan akan ditingkatkan menjadi 0.8% pada tahun 2020 dan sampai 0.9% pada tahun 2030; dan

4. Bagian sampah yang dibuang secara terbuka di perkotaan 49.5% pada tahun 2005 dan karena persentase yang lebih tinggi dari sampah yang diangkut ke daerah pembuangan akhir, jumlah akan meningkat hingga hampir 90% pada tahun 2030.

Gambar 4. Tren CO2 untuk daerah perkotaan

(ICCSR 2010)

Gambar 5. Tren CO2 untuk daerah pedesaan

(27)

Berdasarkan buku panduan RAD-GRK (2011) ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca dari sektor limbah adalah sebagai berikut:

 Jumlah sampah yang dihasilkan dan komposisinya;

 Pengelolaan limbah yang meliputi : (1) transportasi limbah, (2) pengolahaan akhir sampah, (3) dan praktek-praktek pengelolaan sampah seperti pembakaran limbah;

 Persentase jumlah sampah yang diangkut ke TPA;

 Pengelolaan sampah secara kolektif; dan

 Pengelolaan sampah secara mandiri.

Berdasarkan hasil penelitian Thanh dan Matsui (2009) menyatakan bahwa dalam upaya menurunkan emisi yang dihasilkan dari limbah sampah diantaranya adalah dengan melakukan pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi penguraian secara anaerobik, pengomposan, dan pengubahan metode pengelolaan TPA dari tradisional menjadi modern. Dari ketiga jenis teknologi pengelolaan sampah, teknik pengomposan adalah teknik yang paling efektif dilihat dari biaya investasinya dan jumlah pengurangan emisi gas rumah kaca (Thanh dan Matsui 2009).

2. Emisi Gas Rumah Kaca Limbah Cair

Limbah cair rumah tangga merupakan air yang telah dipergunakan yang berasal dari aktifitas rumah tangga seperti dari aktifitas kamar mandi, tempat cuci dan tempat memasak (Sugiharto 1987). Zat – zat yang terkandung didalamnya baik yang terlarut maupun yang tersuspensi termasuk dalam kategori limbah cair (Almeida et al. 1999). Menurut Wirawan et al. (2014) penyumbang limbah cair tertinggi di Indonesia berasal dari rumah tangga. Pada limbah cair rumah tangga proses degradasi biokimia limbah cair yang dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca, yaitu CH4 (metana) dan N2O (dinitrogen oksida) (IPCC 2006).

Pengolahan limbah cair secara aerobik tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca namun menghasilkan lumpur/sludge yang perlu diolah melalui an-aerobic digestion, land disposal maupun insinerasi (Major et al. 2011), akan tetapi pada saat pengolahan secara biologi, limbah cair menghasilkan gas rumah kaca seperti CO2, CH4 dan N2O (Campos et al. 2016).

Emisi N2O dihasilkan dari proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Senyawa ini

terbentuk apabila kondisi perairan memiliki nilai pH dan DO yang rendah (Law et al. 2009). Berdasarkan penelitian Daelman et al. (2012) sebanyak 1% dari total emisi CH4 dari limbah cair berasal dari COD (Chemical Oxygen Demand).

Sumber utama dari emisi CH4 adalah lumpur/sludge yang diolah secara biologi

(Daelman 2012). Dalam proses produksi CO2 ada dua faktor utama yang

(28)

Tabel 3. Tipe pengolahan dan pembuangan limbah cair (Sumber: IPCC 2006)

3. Emisi Gas Rumah Kaca Limbah Gas

Limbah rumah tangga yang berbentuk gas berasal dari aktifitas memasak dan pembakaran sampah. Emisi gas rumah kaca yang berasal dari limbah gas merupakan emisi langsung, yaitu emisi gas rumah kaca yang langsung diterima atau masuk ke dalam badan udara. Emisi yang berasal dari aktifitas memasak sangat tergantung pada jenis bahan bakar yang dipakai, namun secara umum emisi yang dihasilkan dari aktifitas memasak berupa emisi metana (CH4) dan emisi

dinitrogen oksida (N2O), sedangkan pada aktifitas pembakaran sampah, jenis

emisi yang dihasilkan lebih banyak yaitu berupa sulfur oksida (SOx), karbon

monoksida (CO), Metana (CH4) dan Nitrgen oksida (NOx) (US EPA 2008).

(29)

aromatic hydrocarbons) (Bhattarchaya dan Salam 2002) hal ini terjadi akibat adanya proses oksidasi senyawa, baik dari material yang terbakar maupun senyawa udara (IPCC 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhattarchaya dan Salam (2002) pada negara-negara berkembang di Asia menyatakan bahwa salah satu upaya untuk menurunkan tingkat emisiyang dihasilkan dari aktivitas memasak adalah dengan mengubah cara memasak dari penggunaan tungku menjadi menggunakan kompor dengan bahan bakar gas (Bhattarchaya et al. 2002). Hal ini telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan program subtitusi bahan bakar dari minyak tanah menjadi LPG pada tahun 2006.

Emisi yang dihasilkan dari pembakaran sampah sangat bergantung pada komposisi dan teknik pembakaran sampah. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, pembakaran sampah merupakan sesuatu hal yang biasa dilakukan akan tetapi pada negara-negara maju aktivitas pembakaran sampah smemiliki peraturan yang sangat ketat (Bond et al. 2004).

4. Emisi Listrik

Berdasarkan pedoman inventarisasi gas rumah kaca, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pemakaian listrik termasuk dalam emisi yang berasal dari sektor energi. Emisi dari sektor energi berasal dari pembakaran bahan bakar, emisi fugitive, dan transportasi. Emisi yang dihasilkan dari listrik termasuk dalam kategori emisi tidak langsung hal ini dikarenakan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan tidak langsung didapatkan dari konsumen listrik akan tetapi dari pembangkit listrik yang digunakan (Ritica et al. 2014). Walaupun bukan termasuk emisi langsung, akan tetapi besar potensi yang dihasilkan dari penggunaan listrik cukup besar, tergantung pada lama pemakaian listrik, jenis bahan bakar pada power plant dan besarnya daya listrik yang dibutuhkan oleh alat elektronik.

Mengaitkan emisi CO2 dengan konsumsi energi listrik rumah tangga

mengandung tiga kerancuan besar. Pertama, energi listrik dibangkitkan dari sejumlah sumber pembangkit utama yang berbeda-beda, dimana sangat mungkin suatu pembangkit merupakan sumber utama emisi CO2 (misal pembangkit

berbahan bakar batu bara) sementara pembangkit lainnya hampir mendekati nol emisi (hydropower). Kedua, kombinasi sumber pembangkit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan musim. Ketiga, energi listrik didistribusikan melintasi jarak yang jauh dengan menggunakan sistem transmisi dan distribusi yang kompleks, sehingga emisi CO2 yang dikaitkan dengan penggunaan energi listrik sebenarnya terjadi di

lokasi yang jauh dari daerah dimana energi tersebut dikonsumsi (Suhedi 2005).

Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Masyarakat Pesisir

(30)

a. Penggenangan kahan basah dan dataran rendah serta hilangnya pulau-pulau kecil

b. Erosi pantai dan pengurangan lahan pesisir

c. Perubahan kisaran pasang surut di teluk dan muara sungai

d. Kerusakan ekosistem pesisir (mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan estuari)

e. Intrusi air asin dan penurunan kualitas air

f. Banjir dan suplai sedimen ke wilayah pesisir akibat perubahan curah hujan dan limpasan permukaan

g. Meningkatkan frekuensi overtoping pada bangunan pantai

h. Perubahan pola arus, baik secara horisontal maupun vertikal (upwelling dan downwelling).

Selain memberikan dampak secara langsung terhadap sumberdaya alam dan ekosistem di kawasan pesisir, perubahan iklim juga berdampak secara langsung terhadap masyarakat pesisir. Naiknya paras muka laut akan menggenangi wilayah pesisir sehingga dapat menghancurkan tambak – tambak ikan dan udang. Akibatnya, nelayan pembudidaya akan mengalami kerugian yang tak sedikit dan kehilangan sumber kehidupannya (Diposaptono et al. 2009). Hal yang sama juga dialami oleh nelayan tangkap yang semakin sulit menentukan waktu berlayar karena cuaca yang tidak menentu, selain itu meningkatnya suhu air laut menyebabkan terjadi coral bleaching yang dapat mengakibatkan kematian karang sehingga berimbas pada biota lain yang berasosiasi dengan karang tersebut.

Sayogya (1991) dalam Kusumo (2013) menyatakan bahwa rumah tangga nelayan merupakan rumah tangga yang tergolong miskin dibandingkan dengan rumah tangga petani, buruh tani dan pengrajin. Menurut Akhmadi (2012) rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap dampak perubahan iklim dibandingkan rumah tangga berpendapatan tinggi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Han et al. (2014) dan Boopen dan Vinesh (2010), mereka mengatakan bahwa meskipun rumah tangga berpendapatan tinggi menghasilkan emisi gas rumah kaca lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga berpendapatan rendah, akan tetapi dampaknya akan lansung terasa oleh rumah tangga miskin. Hal ini dikarenakan rumah tangga miskin tidak mampu untuk melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim.

(31)

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). ICCSR menguraikan visi dan strategi nasional dengan penekanan khusus pada upaya mengatasi hambatan dalam pembangunan rendah karbon di setiap sektor.

Sebagai upaya nasional terpadu untuk mengatasi perubahan iklim ICCSR menetapkan tiga kategori kegiatan di setiap sektor pembangunan yakni sebagai berikut :

1. Data, Information and Knowledge Management (KNOW-MANAGE)

2. Planning and Policy, Regulation and Institutional Development (PLAN-PRIDE)

3. Implementation and Control of Plans and Programs with Monitoring and

Evaluation (ICON-MONEV)

Secara ringkas, roadmap nasional untuk pengaursutamaan iklim dalam perencanaan pembangunan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Roadmap nasional untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim (Bappenas 2010)

Tujuan awal ICCSR adalah pembuatan strategi mitigasi dan adaptasi emisi gas rumah kaca pada tiap sektor. Upaya mitigasi dilakukan dengan menghitung emisi gas rumah kaca dari sektor dan potensi mitigasinya, sedangkan untuk adaptasi adalah dengan menguraikan aktivitas-aktivitas apa saja yang terkena dampak perubahan iklim secara langsung dan tindakan-tindakan atau program yang dapat dilakukan untuk mengurangi resikonya. Secara garis besar upaya adaptasi yang dapat dilakukan masyarakat pesisir berdasarkan RAN-API (2014) adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan kapasitas kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil terkait isu perubahan iklim,

(32)

3. Penerapan tindakan adaptasi struktural dan non struktural di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang rentan terhadap perubaha iklim, 4. Pengintegrasian upaya adaptasi perubahan iklim ke dalam rencana

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,

5. Peningkatan sistem pendukung adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

3. METODE PENELITIAN

Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan menggunakan metode survey lapangan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari dua kegiatan yaitu data hasil perhitungan emisi gas rumah kaca dan data hasil wawancara, Kesemua data yang dibutuhkan kemudian dianalisis secara deskriptif – kuantitatif menggunakan PCA dan uji statistik analisis linier berganda yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik keluarga yang mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca dari rumah tangga.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama dua bulan yaitu daari bulan Desember 2014 hingga Januari 2014. Lokasi penelitian bertempat di Pantai Pangandaran tepatnya di Desa Pananjung, Babakan, Pangandaran dan Wonoharjo. Pemilihan keempat desa ini sebagai lokasi penelitian dikarenakan keempat desa ini merupakan desa pesisir yang berbatasan langsung dengan Pantai Pangandaran. Hal lain yang menjadi alasan pemilihan Kecamatan Pangandaran sebagai lokasi penelitian adalah karena Pantai Pangandaran merupakan obyek wisata yang paling diminati di Jawa Barat dibandingkan dengan obyek wisata lain (Tabel 4). Hal ini selain berpotensi untuk meningkatan pendapatan daerah akan tetapi juga dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan.

Tabel 4. Data kunjungan wisatawan ke obyek wisata Pantai Pangandaran

Jenis Wisatawan 2010 2011 2012

Wisatawan Domestik 48 703 orang 580 741 orang 610 018 orang

Wisatawan Mancanegara 5 040 orang 4 960 orang 6 421 orang

Jumlah 53 743 orang 585 701 orang 616 439 orang

(Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis 2012)

Teknik Penentuan Responden

(33)

Data dari Dinas Kependudukan Kabupaten Pangandaran menyatakan bahwa terdapat 17 530 KK dengan jumlah kepala keluarga berpenghasilan dibawah UMR sebanyak 9 185. sebanyak 5 250 KK yang berpenghasilan sesuai dengan UMR dan 3 095 KK memiliki penghasilan diatas UMR. Berdasarkan data tersebut maka jumlah responden yang akan diwawancara sebanyak 100 KK dengan rincian pada Tabel 5:

Tabel 5. Jumlah responden penelitian

Kepala Keluarga/Rumah Tangga Jumlah

Strata Dibawah UMR 52 RT

strata UMR 28 RT

strata diatas UMR 20 RT

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: 1. Tahapan pengambilan sampel dan wawancara

2. Tahapan perhitungan emisi rumah tangga

Pada tahapan ini angkah-langkah yang dilakukan berdasarkan petunjuk teknis mengenai perhitungan emisi gas rumah kaca dari limbah yang terdapat dalam buku pedoman RAN-GRK yang diadaptasi dari IPCC 2006.

3. Analisis hubungan antara emisi rumah tangga dan karakteristik rumah tangga

Pada tahapan ini dilakukan uji analisis dengan menggunakan metode PCA dan uji linier berganda. Metode PCA dilakukan untuk mereduksi variabel-variabel bebas yang tidak memiliki hubungan dengan variabel-variabel terikat. Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik rumah tangga responden meliputi tingkat pendapatan, usia, jumlah keluarga, tingkat pengetahuan, jumlah fasilitas, pekerjaan, jam kerja, tingkat pendidkan dan keaktifan. Selanjutnya variabel-variabel yang telah direduksi dianalisis kembali dengan uji analisis linier berganda untuk mengetahui variabel-variabel mana saja yang secara nyata mempengaruhi tingkat emisi rumah tangga

4. Analisis proyeksi emisi rumah tangga di Kecamatan Pangandaran

Analisis ini dilakukan sebagai acuan untuk menentukan arahan dalam melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan model sistem dinamik.

1. Tahapan Pengukuran Emisi Gas Rumah Kaca dari Limbah Padat

1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel sampah dilakukan pada saat wawancara berlangsung.

2. Pemilahan Sampel

Berikut ini adalah jenis atau komposisi sampah yang akan dipilah:

(34)

 Sampah kertas: termasuk koran, cacahan kertas, tisu dan lain-lain.

 Kayu dan sampah taman: termasuk kayu, limbah konstruksi, daun/ranting dari taman dan lain-lain.

 Kain dan produk tekstil.

 Karet dan kulit.

 Plastik.

 Gelas dan kaca.

 Logam dan besi.

 Lainnya (tanah, abu dan sebagainya).

3. Analisis Data

 Perhitungan persentase berat basah

% = × % ... (1)

 Perhitungan berat kering

Masing-masing jenis sampah diambil sebanyak 1 kg kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu antara 105-110 0C selama 24 jam, kemudian ditimbang.

 Perhitungan potensi emisi gas rumah kaca a. Emisi metana (CH4)

- Emisi metana dari pembungan limbah padat untuk satu tahun dapat diperkirakan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Pers 1 = = [∑ �� , − ] × − ... (2)

OXr : Faktor olsidasi dalam tahun (fraksi)

Pers 2 = × × × ... (3)

Keterangan

DDOCm : Decomposable Degradable Organic Carbon (Gg)

W : Massa sampah yang ditimbun (Gg)

DOC : Karbon organik terdegradasi fraksi (GgC/G sampah) DOCf : Faktor koreksi metana untuk dekomposisi aerob (fraksi)

Menghitung potensi metana menggunakan persamaan berikut :

Pers 3 = × × � ... (4)

Keterangan

Lo : potensi metana (GgCH4)

DDOCm : Decomposable Degradable Organin Carbon (Gg)

F : Fraksi CH4

16/12 : rassio berat molekul CH4/C

(35)

Keterangan

DOC : Fraksi karbon organik yang terdegradasi (GgC/Gg sampah)

DOCi : Fraksi dari jenis sampah i (Tabel 6)

Wi : Fraksi dari jenis sampah i dikategori sampah (Tabel 7)

Tabel 6. Nilai default DOC, TCC, dan FCF dari IPCC 2006

komponen Nilai DOC

Tabel 7. Nilai fraksi jenis sampah (Wi) menurut IPCC 2006

Komponen Default untuk Asia Tenggara

Kertas 0.129

Karet dan kulit 0.0035

Plastik 0.0651

Logam 0.0145

Kaca 0.04

Lain-lain 0.163

b. Emisi gas rumah karbondioksida (CO2)

Emisi CO2 = × − + ×��

... (6)

Keterangan:

F : Fraksi dari CH4 (0.5 berdasarkan IPCC)

OX : Faktor oksidasi (0.1 berdasarkan IPCC) 44 : MR dari CO2

(36)

2. Tahapan Penelitian Pengukuran Emisi Gas Rumah Kaca dari Limbah Cair

Dalam menentukan emisi gas rumah kaca dari limbah cair, pengambilan sampelnya dilakukan dengan mengambil sampel air yang langsung berasal dari saluran pipa buangan yang berada di rumah (point source) kemudian diukur nilai BOD nya. Dalam 1 mg/L BOD apabila dikonversikan ke dalam CO2 maka setara

dengan 0.066 kg CO2 apabila limbah cair berada dala kondisi aerobik, apabila

dalam kondisi anaerobik maka dalam 1 mg/L BOD setara dengan 4.4 kg CO2

(Mangkoediharjo 2010). Dengan demikian didapatkan rumus:

= × . �� ... (7)

= × �. � ... (8)

3. Tahapan Penelitian Pengukuran Emisi gas rumah kaca dari Limbah Gas Limbah gas yang dihasilkan berasal dari pembakaran pada saat memasak dan juga pada saat pembakaran sampah. Berdasarkan data yang didapatkan dari kuisioner, maka dapat diketahui sumber bahan bakar yang digunakan untuk memasak, apakah menggunakan tabung gas atau minyak tanah dan juga apakah dilakukan pembakaran sampah dan berapa kali intensitasnya. Kemudian emisi gas rumah kaca dapat dianalisis dengan menggunakan rumus :

1. Emisi gas rumah kaca dari aktifitas memasak

= × × ... (9)

Keterangan:

EF : Faktor emisi CO2 bahan bakar (satuan massa/MJ)

EF LPG 63.1 g CO2/MJ

EF minyak tanah 71.9 g CO2/MJ

NVC : Net Calorific Volum (MJ/kg fuel) NVC LPG 47.3 MJ/kg

NVC minyak tanah 43.8 MJ/kg Emisi CO2 : Jumlah emisi CO2 (kg)

2. Emisi gas rumah kaca dari Aktifitas Pembakaran Sampah

= × × %

sampah × Frekuensi pembakaran sampah× 365hari/tahun ... (10)

(37)

Tabel 8. Faktor emisi US EPA

Pencemar Faktor emisi (g/kg)

SOx 0.454

CO 38.555

CH4 5.897

NOx 2.722

4. Tahapan Penelitian Pengukuran Emisi gas rumah kaca dari Pemanfaatan Listirik

Perhitungan emisi gas rumah kaca dari listrik dilakukan dengan cara mendata alat-alat elektronik yang digunakan di rumah tangga dan tagihan listrik bulanan. Emisi gas rumah kaca didapatkan dengan menggunakan rumus:

= × ... (11)

Keterangan:

EF : Faktor emisi CO2 (satuan massa/MJ)

Konsumsi Listrik : Tagihan listrik bulanan

Emisi gas rumah kaca : jumlah emisi gas rumah kaca (kg)

Analisis Data

Principle Component Analysis (PCA)

Metode PCA bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara mereduksi dimensinya dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas dengan transformasi variabel bebas asal ke variabel bebas baru yang tidak berkolerasi sama sekali. Analisis PCA dilakukan dengan menggunakan software SPSS 15.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Buka program SPSS 15.0 kemudian masukan data hasil penelitian ke dalam halaman data view

2. Pada halaman variable view masukkan informasi sesuai dengan kebutuhan 3. Setelah melakukan input data pilih menu Analyze kemudian sub menu

Data reduction lalu pilih factor

4. Kemudian tampak kotak dialog Windows Factor Analysis.

5. Masukkan semua faktor pada kotak Factor Analysis ke dalam kotak Variables.

6. Klik tombol Descriptives yang berada disebelah kiri bawah. Pilih dengan menandai KMO and Barlett’s test of sphericity serta Anti Image kemudian klik Continue.

7. Klik tombol Extraction kemudian muncul kotak dialog. 8. Pada kotak Methode, pilih Principal Ccomponents. 9. Pada kotak Anaalize pilih Correlation Matrix.

10.Pada kotak Display aktifkan Unrotated Factor Solution. 11.Pada kotak Eigenvalues Over tetap pada angka 1

(38)

13.Tekan Continue 14.Klik tombol Rotation.

15.Pada kotak Method pilih Varimax

16.Pada kotak Display aktifkan Rotated Solution dan Loading Plot(s) 17.Pada kotak Maximum Iteration For Convergen tetap pada angka 25. 18.Tekan Continue

19.Klik tombol Scores

20.Aktifkan kotak Save as Variables dan secara otomatis kotak Method akan terbuka, pilih Regression klik Display Factor Score Coefficient matrix 21.Tekan Continue

22.Klik tombol OK.

Maka akan muncul beberapa tabel output seperti:

1. Kaiser-Mayer-Olkin (KMO) dan Barlett Test

Uji KMO dan Barlett Test digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya analisis faktor digunakan. Apabila nilai KMO berkisar antara 0.5 – 1 maka analisis faktor layak digunakan, namun apabila nilai KMO kurang dari 0.5 maka analisis faktor tidak layak dilakukan. Sedangkan Barlett Test digunakan untuk menguji korelasi antar variabel dengan hipotesis:

H0 : Tidak ada korelasi antar variabel bebas

H1 : Ada korelasi antar variabel bebas

Kriteria uji dengan melihat p-value (signifikan): teruma H0 jika sig. >0.05

atau tolak H0 jika sig. <0.05.

2. Anti Image Matriks

Bagian Anti Image Correlation yang perlu diperhatikan adalah angka yang memiliki tanda “a” (arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah). Angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) berkisar dari 0 sampai 1 dengan

- MSA < 0.5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut maka sebaiknya variabel tersebut dikeluarkan

(39)

Analisis Regersi Linier Berganda

Regersi linier berganda adalah salah satu teknik analisis statistik yang digunakan untuk mengestimasi hubungan fungsional di antara lebih dari dua variabel yaitu variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X). Analisis linier berganda ini dilakukan setelah melakukan analisis PCA. Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda adalah:

y = a + b1x1 + b2x2 + ... + bnxn

Secara manual, analisis linier berganda dapat digunakan dengan rumus berikut ini:

f. Standar Deviasi

Fungsi dari standar deviasi adalah untuk mengetahui tingkat keragaman data yang ada.

= √∑ − ̅ ...(12)

g. Menghitung nilai koefisien regresi

= [ ∑ × ∑ [ ∑ × … × ∑ × ∑ − ∑ × ∑ ,, − ]

− × ∑ − ∑ × ×… × − × ] ... (13)

= [ ∑ × ∑ [ ∑ × … × ∑ × ∑ − ∑ × ∑ ,, − ]

− × ∑ − ∑ × ×… × − × ] ... (14)

= [ ∑ × ∑[ ∑ × … × ∑− × ∑ − ∑ × ∑ ,, − ]

− × ∑ − ∑ × ×… × − × ] ... (15)

= ∑ − × ∑ − × ∑ −⋯− × ∑ ... (16)

h. Menghitung nilai koefisien determinan

Koefisien determinan dihitung untuk mengetahui seberapa besar pangaruh variabel x terhadap variabel y.

= × ∑ − × ∑ −⋯− × ∑ ... (17)

Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah :

a. Jika R2 mendekati nol (0), maka pengaruh variabel x terhadap variabel y lemah.

b. Jika R2 mendekati satu (1), berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y kuat.

(40)

Tabel 9. Koefisien korelasi dan taksirannya

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0 - 0.199 Sangat Rendah bersama-sama (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat (y).

F = /

− / – – ... (18)

Pengujian dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dilakukan dengan

ketentuan yaitu: menunjukan seberapa jauh pengaruh vaiabel bebas (x) secara parsial terhadap variabel terikat (y)

t = r√ −

√ − ... (19)

Pengujian dengan membandingkan thitung dengan ttabel dilakukan dengan

(41)

Y = nilai variabel y Y = rata – rata variabel y

a = nilai koefesien y bila tidak ada variabel x b1 = koefesien variabel x1

bn = koefesien variabel xn

R2 = nilai koefesien determinasi F = nilai uji F

t = nilai uji t

∝ = tingkat keyakinan

Analisis Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca dengan Model Sistem Dinamik

Pembuatan model sistem dinamik dengan menggunakan Software Stella 9.02. Model sistem dinamik ini digunakan untuk melihat interaksi antara komponen-komponen yang mempengaruhi total emisi pada rumah tangga berdasarkan pendekatan dan kondisi aktual hasil penelitian. Selain itu penggunaan model sistem dinamik ini bertujuan untuk mengetahui proyeksi emisi rumah tangga pada wilayah penelitian serta untuk membuat skenario-skenario mengenai upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Model sistem dinamik dibangun berdasarkan hasil analisis data berupa karakteristik-karakteristik yang mempengaruhi emisi rumah tangga dan total emisi rumah tangga yang dihasilkan.

Sebelum membuat perancangan model perlu dilakukan identifikasi sistem. Identifikasi ini dibuat dengan memberikan gambaran mengenai komponen-komponen yang mempengaruhi emisi rumah tangga. Komponen-komponen-komponen tersebut kemudian dimasukkan ke dalam diagram lingkar sebab akibat (causal loop) dan diagram input-output. Diagram lingkar sebab akibat (Gambar 7) menjelaskan mengenai hubungan sebab akibat yang terjadi antar komponen. Sedangkan diagram input –output (Gambar 8) menjelaskan hubungan komponen input terhadap komponen output berdasarkan identifikasi masalah.

(42)

Gambar 8. Diagram input-output emisi rumah tangga

4. KONDISI UMUM

Menurut KKP dan BPS (2011) ada beberapa karakteristik khusus dari rumah tangga pesisir yaitu :

a. Usia

Berdasarkan hasil penelitian KKP dan BPS pada tahun 2011 sebagian besar rumah tangga pesisir termasuk dalam kelompok usia produktif (Tabel 10). Selain itu pada kelompok umur tua (65< tahun) terjadi penurunan sebesar 0.22 persen di wilayah pesisir yang menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat pesisir belum cukup baik dibandingkan dengan yang bukan pesisir yang mengalami kenaikan jumlah kelompok tua sebesar 0.36 persen.

Tabel 10. Persentase Masyarakat Pesisir Menurut Kelompok Umur Tahun 2007 dan 2010

Kelompok Umur

Pesisir Bukan Pesisir Pesisir + Bukan

Pesisir

2007 2010 2007 2010 2007 2010

0-14 33.52 33.37 31.20 30.31 32.65 32.02

15-64 63.21 63.59 65.58 66.10 64.11 64.70

65+ 3.26 3.04 3.22 3.58 3.25 3.28

(43)

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk. Makin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat maka umumnya tingkat kesejahteraannya semakin tinggi. Dalam laporannya, KKP dan BPS menyatakan bahwa masyarakat pesisir sebagian besar hanya tamatan SD (Tabel 11) atau sederajat.

Tabel 11. Tingkat Pendidikan Masyarakat Pesisir Tingkat

Pendidikan

Pesisir Bukan Pesisir Pesisir + Bukan

Pesisir

2007 2010 2007 2010 2007 2010

Lulusan SD

68.59 66.01 59.35 58.10 64.98 62.41

Lulusan SMP

18.31 20.07 20.84 21.96 19.30 20.93

Lulusan SMA

13.10 13.92 19.81 19.94 15.72 16.66

Sumber Susenas 2007 dan 2010 dalam KKP dan BPS 2011

c. Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk. Tingkat kesehatan penduduk secara sederhana dapat tergambar dari angka kesakitan. Angka kesakitan adalah persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan. Angka kesakitan masyarakt pesisir pada tahun 2007 dan 2010 dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Angka kesakitan masyarakat pesisir tahun 2007 dan 2010 (Sumber : KKP dan BPS 2011)

d. Karakteristik Perumahan

Ada empat hal yang perlu diperhatikan untuk menggambarkan kualitas karakteristik perumahan rumah tangga pesisir menurut penelitian BPS dan KKP (2011) antara lain.

- Luas lantai tempat tinggal perkapita kurang dari 8 m2, wilayah pesisir lebih tinggi.

(44)

- Sulitnya memperoleh air minum yang bersih di wilayah pesisir. - Dan sedikitnya rumah tangga yang memiliki toilet sehat

Beberapa hal tersebut perlu diperhatikan karena kondisi perumahan tidak layak atau kurang memenuhi standar hidup sehat.

e. Pola konsumsi

Pola konsumsi ini sangat berkaitan erat dengan pendapatan rumah tangga. Hal ini dikarenakan pendapatan rumah tangga berbanding lurus dengan tingkat pengeluaran. Berdasarkan laporan penelitian BPS dan KKP (2011) diketahui bahwa sebagian besar pendapatkan keluarga dihabiskan untuk makanan, dan sisanya untuk bukan makanan seperti pakaian dan lain-lain (Tabel 12).

Tabel 12. Rata-rata pengeluaran harian per individu (Rupiah) selama sebulan tahun 2007 dan 2010

Kelompok Pengeluaran

Pesisir Bukan Pesisir Pesisr + Bukan

Pesisir

2007 2010 2007 2010 2007 2010

Makanan 165,702 244,376 172,423 245,333 168,238 244,799

Bukan

Emisi Gas Rumah Kaca dari Rumah Tangga

Definisi emisi gas rumah kaca rumah tangga menurut Qu et a.l (2013) adalah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari setiap anggota keluarga berdasarkan pemakaian barang dan jasa. Masih menurut Qu et al. (2013) secara garis besar emisi gas rumah kaca dari rumah tangga dibagi menjadi emsi karbon langsung dan emisi gas rumah kaca tidak langsung. gas rumah kaca dari rumah tangga dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu :

1. Berdasarkan sumbernya yaitu emisi yang dihasilkan dari limbah sampah, limbah cair, limbah gas dan pemakaian listrik

2. Berdasarkan prosesnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

- Emisi langsung, contohnya : emisi limbah padat, emisi limbah cair, emisi limbah gas

- Emisi tidak langsung, contohnya : emisi dari pemakaian listrik 3. Berdasarkan tempatnya yaitu emisi secara on site dan off site

Gambar

Gambar 6. Roadmap nasional untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
Tabel 6. Nilai  default DOC, TCC, dan FCF dari IPCC 2006
Tabel 8. Faktor emisi US EPA
Gambar 7. Diagran lingkar sebab akibat emisi rumah tangga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Opsi yang dapat diberikan sebagai upaya potensi penurunan emisi gas rumah kaca di RPH PT Elders Indonesia, yaitu pemanfaatan limbah padat dan cair untuk biogas,

Perhitungan emisi gas rumah kaca pada Terminal Mangkang dilakukan dengan melakukan perhitungan berdasarkan data Dishub dan data perhitungan langsung. Melalui rumus

Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari High Pressure Flare dan Low Pressure Flare serta mengetahui simulasi

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara yang berisi

Dalam penelitian ini, varibel independen yang mempengaruhi pengungkapan sukarela emisi gas rumah kaca oleh perusahaan di Indonesia adalah peringkat PROPER, ukuran

Analisis data dalam penelitian ini meliputi perhitungan timbulan sampah untuk mengetahui jumlah timbulan sampah rumah tangga yang dihasilkan di Kecamatan Sungai Kakap,

Perhitungan emisi gas rumah kaca pada Terminal Mangkang dilakukan dengan melakukan perhitungan berdasarkan data Dishub dan data perhitungan langsung. Melalui rumus

Berdasarkan analisis hubungan antara variabel kondisi fisik dan non fisik terhadap emisi karbondioksida pada rumah tangga menunjukkan variabel kondisi fisik yang mempengaruhi emisi