TERHADAP CITRA DAN LOYALITAS KONSUMEN
PT INDOSIAR VISUAL MANDIRI TBK
RIZKY RAMADHANI
H24096049
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Rizky Ramadhani. H24096049. Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Citra dan Loyalitas Konsumen PT Indosiar Visual Mandiri Tbk. Di bawah bimbingan H Musa Hubeis.
PT Indosiar Visual Mandiri (IVM) yang lebih dikenal dengan sebutan Indosiar, merupakan anak perusahaan dari PT Indosiar Karya Media (PT IDKM). PT IVM menyadari pentingnya program Corporate Social Responsibility (CSR) yang bukan dianggap sebagai biaya, melainkan investasi. IDKM melakukan wujud nyata CSR melalui Program Peduli Kasih Indosiar (PPKI), yaitu salah satu wujud kepedulian Indosiar terhadap masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tidak mampu di Indonesia. Saat ini Indosiar telah membantu 13.113 pasien yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, Indosiar juga menjalin kerjasama dengan berbagai Rumah sakit swasta, Balai kesehatan masyarakat dan Puskesmas-puskesmas yang berada di wilayah Indonesia.
Dalam penelitian ini digunakan data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dari pengamatan (observasi) di lapangan, wawancara dengan karyawan PT IVM dan wawancara terstruktur dengan konsumen melalui kuesioner, sedangkan data sekunder melalui studi literatur, penelitian terdahulu dan internet. Dalam hal pengambilan contoh diperoleh 100 (seratus) orang yang didapatkan dengan teknik penarikan contoh Convenience Sampling (pengambilan contoh secara kebetulan). Lingkup populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah masyarakat kota Jakarta. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan analitik dengan regresi linear sederhana.
Karakteristik responden dominan dalam penelitian ini adalah dari jenis kelamin (59% perempuan), usia (34% berusia 26–35 tahun), pekerjaan (56% karyawan swasta), pendidikan (49% sarjana), wilayah domisili (33% Jakarta Selatan) dan pendapatan (30% berpendapatan Rp 2.000.001-Rp 3.000.000). Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai baik citra perusahaan yang dibangun melalui kegiatan CSR Peduli Kasih, yaitu masuk dalam kategori baik terhadap citra PT IVM (skor 3,14–3,69), atau secara keseluruhan nilai skor rataan 3,50 dan pengukuran terhadap loyalitas konsumen Indosiar sebagai dampak dari kegiatan CSR Peduli Kasih hasilnya 52% konsumen loyal, 39% konsumen netral dan 9% konsumen tidak loyal.
Hasil analisis regresi linear sederhana terhadap 6 (enam) dimensi citra perusahaan yaitu dynamic, cooperative, business, character, successful dan
PT INDOSIAR VISUAL MANDIRI TBK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RIZKY RAMADHANI
H24096049
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Nama : Rizky Ramadhani
NIM : H24096049
Menyetujui Dosen Pembimbing,
(Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA) NIP 195506261980031002
Mengetahui Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP 196101231986011002
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjungpinang pada tanggal 20 Mei 1985 sebagai anak
dari Bapak Amsirwan dan Ibu Jusmawati, SPd. Penulis adalah anak kedua dari empat
bersaudara yang mengawali pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 015
Tanjungpinang Timur, Kepulauan Riau dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan
tingkat menengah pertama dapat diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Negeri 4
Tanjungpinang. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis di SMU Negeri 2
Tanjungpinang pada tahun 2003.
Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui
jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Pendidikan diploma III tersebut dapat
diselesaikan pada tahun 2006. Tahun 2007 penulis diterima sebagai salah satu peserta
pemagangan bakti PT Bank Central Asia Tbk (BCA) bagian Customer Service Officer (CSO). Penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB pada tahun 2009 dan mengikuti pemagangan bakti BCA
kembali di Bogor sebagai Teller.
Pada bulan September 2010, penulis mendapatkan kesempatan magang
sebagai akunting pada Departemen Akunting dan Sistem Informasi Eksekutif,
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Pengaruh Corporate
Social Responsibility Terhadap Citra dan Loyalitas Konsumen PT Indosiar Visual
Mandiri Tbk sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian Corporate Social
Responsibility (CSR) pada PT Indosiar Visual Mandiri Tbk terhadap citra perusahaan
di mata masyarakat dan dampaknya terhadap loyalitas konsumen. CSR telah menjadi
salah satu faktor penting keberlangsungan hidup perusahaan dan menjadi salah satu
keunggulan perusahaan dalam menghadapi persaingan di era globalisasi seperti saat
ini, sehingga tidak lagi dianggap sebagai biaya, tetapi merupakan investasi jangka
panjang perusahaan dalam bentuk kepedulian terhadap lingkungan alam maupun
sosial.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini dan berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Bogor, Juli 2011
v
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan
dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA sebagai dosen pembimbing
yang telah meluangkan segenap waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan
bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. dan Nurhadi Wijaya, STP, MM selaku dosen
penguji dan telah memberikan saran, serta kritik yang membangun kepada
penulis.
3. Kedua orang tua dan keluarga tercinta atas motivasinya, baik materil maupun non
materil, doa dan kasih sayang yang tiada henti.
4. Mas Gustaf sebagai salah satu tim di Program Peduli Kasih Indosiar yang telah
banyak membantu saya dalam pengumpulan data dan informasi sebagai bahan
masukan untuk skripsi ini.
5. Pihak sekretariat Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang telah membantu
saya dalam berbagai informasi perkuliahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Triwinarsih, teman sekaligus saudara yang memperkenalkan saya dengan
Program Peduli Kasih Indosiar dan membantu saya dalam pengumpulan data.
7. Rio Naldo atas motivasi dan bantuan, baik secara materil maupun non materil
dalam penyusunan skripsi ini.
8. Indra, Frida, Niken dan Taruna atas kesediaannya membantu saya dalam
pengolahan data skripsi ini.
9. Yusuf, Davy, Mila, Yunan dan rekan-rekan eksman angkatan 6 seperjuangan
lainnya yang membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala amal kebaikan Bapak/Ibu dan rekan-rekan mendapat
vi
2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21
III. METODE PENELITIAN ... ... 23
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.4.4 Analisis Citra Perusahaan ... 30
3.4.5 Analisis Tabulasi Sederhana Loyalitas Konsumen. ... 31
vii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 34
4.1 Gambaran Umum PT Indosiar Visual Mandiri ... 34
4.1.1 Sejarah Singkat PT IVM ... 34
4.1.2 Struktur Organisasi PT IVM ... 37
4.1.3 Program CSR PT IVM ... 38
4.2 Program Peduli Kasih Indosiar (PPKI) ... 39
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 43
4.4 Karakteristik Responden ... 44
4.5 Persepsi Responden Terhadap Citra PT IVM ... 47
4.6 Tabulasi Sederhana Loyalitas Konsumen ... 48
4.7 Pengaruh Program Peduli Kasih Terhadap Citra PT IVM ... 49
4.8 Pengaruh Program Peduli Kasih Terhadap Loyalitas Konsumen ... 52
4.9 Implikasi Manajerial ... 54
KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 55
1. Kesimpulan ... 55
2. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Klasifikasi stakeholder ... 21 2. Rincian hipotesis yang akan digunakan pada penelitian ... 33 3. Peringkat stasiun televisi swasta nasional berdasarkan
TV share, all marketsand all hours ... 37 4. Rekapitulasi penilaian responden terhadap citra PT IVM
yang dibangun melalui kegiatan CSR Peduli Kasih ... 47 5. Hasil penilaian responden untuk setiap indikator pada
pengukuran loyalitas (dalam persen) ... 49 6. Rekapitulasi hasil perhitungan pengaruh PPKI terhadap setiap
dimensi pada pengukuran citra perusahaan ... 50 7. Hasil perhitungan nilai t-hitung pada masing-masing dimensi citra
perusahaan ... 50 8. Hasil uji Anova program CSR Peduli Kasih terhadap
citra perusahaan ... 51 9. Hasil uji nilai R program CSR Peduli Kasih terhadap
citra perusahaan ... 51 10. Hasil uji koefisien regresi program CSR Peduli Kasih
terhadap citra perusahaan ... 52 11. Hasil uji Anova program CSR Peduli Kasih terhadap
loyalitas konsumen ... 53 12. Hasil uji nilai r program CSR Peduli Kasih terhadap
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Empat kategori perusahaan berdasarkan pendekatan proporsi
keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR ... 13
2. Empat kategori perusahaan berdasarkan pendekatan tujuan CSR promosi atau pemberdayaan masyarakat ... 14
3. Kerangka pemikiran penelitian ... 25
4. Struktur organisasi PT IVM ... 38
5. Proporsi responden berdasarkan usia ... 45
6. Proporsi responden berdasarkan pekerjaan ... 45
7. Proporsi responden berdasarkan pendidikan ... 46
8. Proporsi responden berdasarkan domisili ... 46
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuesioner penelitian ... 59
2. Rincian kegiatan PPKI 2009 – 2010 ... 64
3. Audit keuangan PPKI tahun 2008 dan 2009 ... 66
4. Hasil uji validitas kuesioner ... 67
5. Hasil uji reliabilitas kuesioner ... 70
6. Hasil regresi pengaruh PPKI terhadap citra perusahaan ... 71
7. Hasil regresi pengaruh PPKI terhadap masing-masing dimensi citra perusahaan ... 72
8. Hasil regresi pengaruh PPKI terhadap loyalitas konsumen ... 75
1.1 Latar Belakang
Globalisasi telah menimbulkan persaingan di bisnis global sehingga kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Saat ini Indonesia telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya perdagangan bebas oleh Asean Free Trade Area (AFTA) di tahun 2003 dan diikuti dengan Asia Pacific Economic Corporation (APEC) di tahun 2010 ini dan World Trade Organization (WTO) di tahun 2020 nanti. Dengan adanya globalisasi ini diharapkan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang yang ada untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dan dapat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini menyebabkan semua perusahaan menghadapi persaingan ketat.
Berbagai upaya dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing dalam persaingan bisnis global ini, agar perusahaan mampu bertahan dan keuntungan terus meningkat. Pengoptimalan keuntungan ini dilakukan perusahaan dengan menggunakan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan bahkan terkadang perusahaan mengeksploitasi sumber-sumber alam yang berdampak pada krisis lingkungan dan masyarakat sosial.
Pada tanggal 22 Februari 2006 terjadi permasalahan yang disebabkan tidak pekanya perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Dalam hal ini 500 warga Kampung Kali Kabur dan Banti, Tembagapura, menutup ruas jalan dan pemukiman karyawan PT Freeport Indonesia ke lokasi pengolahan dan penambangan Grazberg. Akibatnya, PT Freeport Indonesia menutup sementara kegiatan kantornya dan menghentikan produksi. Kerusakan lingkungan yang sangat tragis terjadi pula pada lokasi penambangan timah inkonvensional di bibir pantai Pulau Bangka, Belitung, dengan terjadinya pencemaran air di permukaan laut dan perairan umum. Selain itu, lahan menjadi tandus, sehingga terjadi abrasi pantai, dan kerusakan cagar alam yang diperkirakan butuh waktu 150 tahun untuk pemulihannya (Sutopoyudo, 2009).
Permasalahan lingkungan yang dihadapi perusahaan-perusahaan tersebut harus menjadi perhatian bagi perusahaan lain. Semakin berkembang suatu perusahaan, maka kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan
semakin besar, karena perusahaan membutuhkan sumber daya yang lebih banyak lagi dari lingkungan sekitarnya. Sumber daya tersebut tidak hanya berupa bahan baku produksi berupa material, tetapi juga tenaga kerja.
Program CSR di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2007 dengan adanya Undang-Undang 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 UU PT menyatakan, (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam (SDA) wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan (TJSL), (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (www.hukumonline.com, 2010).
Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) Pasal 41 ayat (1) yang menyatakan barangsiapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah (Sutopoyudo, 2009). Berdasarkan Undang-Undang tersebut CSR menjadi satu prasyarat penting bagi kelangsungan bisnis suatu perusahaan.
Penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) menjadi salah satu landasan bagi perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR. Salah satu prinsip pada GCG adalah responsibility yang dijadikan perusahaan pedoman dalam kepatuhan pada peraturan perundang-undangan tentang proteksi kesehatan, keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan. Kesadaran perusahaan akan pentingnya penerapan GCG tidak lagi pada tindakan reaktif tetapi sudah pada tindakan pencegahan maupun proteksi.
pengobatan yang tidak terjangkau oleh masyarakat miskin telah mengakibatkan banyaknya masyarakat miskin ini memilih membiarkan penyakit yang mengidap keluarganya atau dirinya sendiri, meskipun penyakit tersebut, termasuk penyakit yang membahayakan jiwanya.
PT Indosiar Visual Mandiri Tbk (IVM) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran, yaitu salah satu televisi swasta di Indonesia, menyadari pentingnya program CSR dilakukan oleh perusahaan. Penerapan CSR tidak lagi dianggap biaya oleh perusahaan, melainkan investasi. IVM melakukan wujud nyata CSR melalui program Peduli Kasih, yang berawal dari wujud kepedulian perusahaan kepada masyarakat yang mengalami kesulitan setelah terjadinya krisis 1998. Barang dan jasa menjadi mahal, sehingga biaya hidup semakin meningkat. Kesehatan menjadi salah satu faktor yang mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat miskin. Krisis telah menyebabkan kondisi masyarakat ekonomi lemah semakin meningkat.
Menyadari pentingnya kesehatan bagi masyarakat yang terkadang
tidak dapat dijangkau oleh masyarakat miskin, membuat PT IVM melakukan program Peduli Kasih ini. Kegiatan ini mendapatkan respon positif dari masyarakat yang ikut membantu dengan menyalurkan bantuan melalui rekening yang telah disediakan perusahaan sebagai wadah bantuan kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membantu biaya pengobatan kesehatan bagi masyarakat yang tidak mampu. Menanggapi respon positif ini, PT IVM melakukan program Peduli kasih secara terus menerus hingga saat ini.
PT IVM sebagai perusahaan profit oriented tidak dapat mengandalkan dana dari perusahaan sepenuhnya. Hal ini dapat dipahami, karena PT IVM bukanlah lembaga sosial yang dapat memenuhi semua tuntutan masyarakat akan biaya kesehatan (pengobatan) gratis terhadap penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, selain menggunakan dana perusahaan, PT IVM juga melakukan penggalangan dana dari masyarakat melalui program tayangan di Indosiar. Dalam hal ini, masyarakat dapat melakukan bantuan dana dengan cara mentransfer melalui rekening-rekening pada beberapa bank yang telah ditunjuk.
Dana perusahaan yang digunakan untuk melakukan program ini dihitung sebagai biaya dalam pengeluaran perusahaan, selain dianggap sebagai investasi jangka panjang. Pengelolaan biaya untuk CSR yang tepat berdampak pada efisiensi terhadap biaya itu sendiri dan maksimalisasi keuntungan, baik berupa materi maupun citra perusahaan itu sendiri. Selain itu, kegiatan CSR ini diharapkan dapat meningkatkan loyalitas konsumen
terhadap perusahaan. Untuk melihat efektifitas program Peduli Kasih terhadap citra perusahaan dan loyalitas konsumen PT IVM, dilakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Citra dan Loyalitas Konsumen PT Indosiar Visual Mandiri Tbk”.
1.2 Perumusan Masalah
Peraturan terhadap lingkungan yang semakin ketat dengan adanya hukuman bagi perusahaan yang melanggar undang-undang mengenai PT maupun undang-undang mengenai Lingkungan Hidup, telah membuat perusahaan wajib melaksanakan CSR. Dalam hal ini, perusahaan membutuhkan anggaran tersendiri untuk program CSR atau masuk dalam biaya lingkungan. Manajemen biaya lingkungan yang baik dan tepat akan berdampak positif bagi perusahaan. Menekan biaya dengan pemilihan metode yang paling tepat dalam memilih program CSR menjadi salah satu indikasi manajemen biaya lingkungan yang baik dan selain itu dapat meningkatkan citra positif di masyarakat terhadap produk yang dihasilkannya, sehingga tercipta loyalitas konsumen.
Rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik konsumen PT IVM pada Program Peduli Kasih Indosiar (PPKI) ?
2. Bagaimana penilaian konsumen terhadap PPKI dari sisi citra dan
loyalitas konsumen ?
3. Apakah terdapat pengaruh PPKI terhadap citra perusahaan dan juga pengaruh PPKI terhadap loyalitas konsumen ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen PT IVM pada PPKI.
2. Mengidentifikasi penilaian konsumen terhadap PPKI dari sisi citra dan loyalitas konsumen.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
2.1 CorporateSocial Responsibility 2.1.1 Definisi
CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan
kepedulian sosial dalam operasi bisnisnya dan dalam interaksi dengan para
pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan
kemitraan (Nuryana, 2005). CSR sering disebut dengan istilah amal perusahaan
(Corporate Giving/Charity), kedermawanan perusahaan (Corporate
philanthropy), relasi kemasyarakatan perusahaan (Corporate Community/Public
Relations) dan pengembangan masyarakat (Community Development). Keempat
istilah tersebut dapat menjadi acuan dimensi atau pendekatan CSR yang dilakukan
oleh suatu perusahaan dalam konteks Investasi Sosial Perusahaan (Corporate
Social Investment/Investing). Motif perusahaan melakukan suatu CSR dapat
dikategorikan dari empat istilah tersebut.
Menurut Schermerhorn dalam Suharto (2007), CSR adalah suatu
kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-caranya sendiri dalam
melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Jadi CSR
tidak hanya diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap eksternal perusahaan,
seperti masalah pencemaran lingkungan dan kepedulian terhadap masyarakat
sekitar, tetapi juga diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap lingkungan
internal perusahaan, yaitu kepada para stakeholder.
Edi Suharto dalam Jatmiko (2010), mendefinisikan CSR sebagai
tanggungjawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari
keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan
harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan
norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara
(ISO), organisasi standardisasi internasional menghasilkan panduan dan
standardisasi untuk tanggungjawab sosial, yang diberi nama ISO 26000.
CSR pada ISO 26000 dalam Jalal (2008) merupakan tanggungjawab
organisasi terhadap dampak keputusan maupun aktivitas yang dilakukan
organisasi tersebut terhadap masyarakat dan lingkungan. Hal-hal yang diatur
dalam ISO 26000 mengenai CSR ini mencakup :
1. Konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat.
2. Memperhatikan kepentingan dari para konsumen.
3. Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma
internasional.
4. Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, baik kegiatan produk maupun
jasa.
Terdapat 7 (tujuh) isu pokok mengenai CSR dalam ISO 26000. Isu
tersebut adalah :
1. Pengembangan masyarakat.
2. Konsumen.
3. Praktek kegiatan institusi yang sehat.
4. Lingkungan.
5. Ketenagakerjaan.
6. Hak Asasi Manusia.
7. Organizational Governance (Organisasi Kepemerintahan).
Menurut Poerwanto (2010), CSR atau tanggungjawab sosial (TJS)
perusahaan adalah jiwa perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis yang
mencakup citra perusahaan, promosi, meningkatkan penjualan, membangun
percaya diri, loyalitas karyawan, dan keuntungan. Dalam konteks lingkungan
eksternal, TJS berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat seperti
kesempatan kerja dan stabilitas sosial, ekonomi dan budaya. Berdasarkan definisi
ini disimpulkan bahwa CSR tidak hanya diwujudkan ke lingkungan eksternal
perusahaan, tetapi juga ke lingkungan internal perusahaan. Dalam konteks
mutu hidup bagi para pekerja, keluarga, pelanggan, pemasok, masyarakat dan
lingkungan.
Banyak pihak yang mengartikan CSR sama dengan etika perusahaan atau
etika bisnis. Menurut Hirt and Ferrell (2006), CSR berbeda dengan etika. Dalam
hal ini, etika bisnis berhubungan dengan keputusan individu-individu atau
kelompok kerja yang oleh masyarakat dinilai sebagai salah atau benar, sedangkan
CSR adalah konsep yang lebih luas berkenaan dampak dari aktivitas-aktivitas
bisnis secara keseluruhan terhadap masyarakat.
2.1.2 Landasan Hukum
Peraturan mengenai prinsip-prinsip CSR tertuang dalam Undang-Undang
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT). Pada Pasal 74 UU PT
disebutkan bahwa :
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan SDA wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan (TJSL).
2. TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain UU PT tersebut, UU Republik Indonesia No 25 tahun 2007 juga
menjadi landasan setiap perusahaan untuk melakukan program CSR. Pasal 15 (b)
tentang Penanaman Modal pada UU RI No 25 Tahun 2007 tersebut menyatakan
bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan TJS perusahaan.
Berdasarkan dua landasan hukum di atas, maka CSR merupakan kewajiban bagi
setiap perusahaan dimana terdapat sanksi hukum, jika perusahaan tidak
2.1.3 Kategori Aktivitas
Terdapat 6 (enam) kategori aktivitas CSR (Kotler and Lee, 2005), yaitu :
1. Cause Promotions
Cause Promotions adalah aktivitas CSR yang dilakukan
perusahaan dengan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang
dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
suatu kegiatan sosial, atau untuk mendukung pengumpulan dana,
partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu
kegiatan tertentu. Contoh kasus cause promotion ini dapat dilihat pada
Perusahaan DELL yang mensponsori pengumpulan komputer bekas untuk
didonasikan kepada organisasi non-profit dan organisasi publik.
2. Cause-Related Marketing
Aktivitas CSR cause-related marketing adalah perusahaan
memiliki komitmen untuk menyumbangkan persentase tertentu dari
penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya
penjualan produk. Contoh perusahaan yang melakukan CSR kategori ini
adalah Danone melalui produk aqua, dimana setiap 1 ℓ aqua yang terjual
perusahaan akan menyumbangkan 10 ℓ air bersih untuk daerah-daerah
yang masih mengalami kesulitan dalam mendapatkan air bersih.
3. Corporate Social Marketing
Perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk
mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan
dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Contoh perusahaan yang
melakukan CSR ini adalah PT Unilever melalui produk lifebuoy dengan
program ‘Lifebuoy Berbagi Sehat’. Program ini mengkampanyekan hidup
sehat salah satunya dengan mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
Perusahaan membagikan produk dan sosialisasi ke sekolah-sekolah untuk
4. Corporate Phylanthropy
Hal ini yang dilakukan oleh PT IVM dalam penerapan CSR
perusahaan. Perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk
derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Bantuan untuk kesehatan
masyarakat meliputi biaya pengobatan, perawatan hingga penyembuhan
melalui PPKI dan mendirikan fasilitas umum, serta menyediakan alat-alat
berat untuk membantu evakuasi saat terjadi bencana alam melalui
Program Kita Peduli.
5. Community Volunteering
Perusahaan mendukung dan mendorong para karyawan, rekan
pedagang eceran, atau para pemegang franchise agar menyisihkan
waktunya secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi
masyarakat lokal maupun masyarakat yang jadi sasaran program.
Standard Chartered Bank melakukan CSR kategori ini sebagai wujud TJS
perusahaan. Setiap karyawan akan diberi reward berupa cuti kerja untuk
waktu yang digunakan dalam setiap kegiatan CSR perusahaan.
6. Social Responsible Business Practice
Perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas
bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan melaksanakan investasi yang
mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
komunitas, serta memelihara lingkungan hidup. McDonald menggunakan
material berbahan daur ulang pada pengemasannya sebagai wujud CSR
perusahaan sebagai contoh CSR kategori ini.
Menurut Suharto dalam Kusumadilaga (2010) yang berkaitan dengan
pelaksanaan CSR, perusahaan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.
Meskipun cenderung menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan
kemampuan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR.
Pengelompokkan ini dapat memotivasi perusahaan dalam mengembangkan
program CSR dan dapat pula dijadikan cermin, serta panduan untuk menentukan
model CSR yang tepat. Dengan menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada
keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR. Dalam hal ini, terdapat 4
(empat) kategori perusahaan dalam pendekatan ini yang dapat dilihat pada
Gambar 1.
Profit
Perusahaan Perusahaan Ekonomis Perusahaan Reformis
(Pelit) (Maju)
Perusahaan Minimalis Perusahaan Humanis
(Kecil-Lemah) (Baik Hati-Dermawan)
Anggaran CSR
Gambar 1. Empat (4) kategori perusahaan berdasarkan pendekatan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR (Suharto dalam Kusumadilaga, 2010)
Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran
CSR, perusahaan terdiri atas 4 (empat) kategori berikut (Suharto dalam
Kusumadilaga, 2010) :
1. Perusahaan Minimalis, yaitu perusahaan yang memiliki profit dan
anggaran CSR yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya
termasuk kategori ini.
2. Perusahaan Ekonomis adalah perusahaan yang memiliki keuntungan
tinggi, namun anggaran CSR rendah. Perusahaan yang termasuk kategori
ini adalah perusahaan besar, namun pelit.
3. Perusahaan Humanis merupakan perusahaan yang meskipun profit rendah,
proporsi anggaran CSR relatif tinggi. Perusahaan pada kategori ini disebut
perusahaan dermawan atau baik hati.
4. Perusahaan Reformis adalah perusahaan ini memiliki profit dan anggaran
CSR tinggi. Perusahaan seperti ini memandang CSR bukan sebagai beban,
Pendekatan kedua adalah berdasarkan tujuan CSR yang dilakukan
perusahaan, apakah untuk promosi atau pemberdayaan masyarakat (Suharto
dalam Kusumadilaga, 2010). Terdapat 4 (empat) kategori perusahaan dalam
pendekatan ini, yaitu :
1. Perusahaan Pasif, dimana perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan
jelas, yaitu bukan untuk promosi, bukan pula untuk pemberdayaan, tetapi
sekadar melakukan kegiatan kreatif perusahaan sebagai bentuk promosi
dan hal yang kurang bermanfaat bagi perusahaan.
2. Perusahaan Impresif, dimana perusahaan lebih mengutamakan CSR untuk
promosi daripada untuk pemberdayaan masyarakat. Perusahaan seperti ini
lebih mementingkan tebar pesona daripada tebar karya.
3. Perusahaan Agresif merupakan perusahaan yang kegiatan CSR lebih
ditujukan untuk pemberdayaan daripada promosi. Perusahaan seperti ini
lebih mementingkan karya nyata daripada tebar pesona.
4. Perusahaan Progresif adalah perusahaan yang menerapkan CSR untuk
tujuan promosi dan sekaligus pemberdayaan. Promosi dan CSR dipandang
sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu-sama lain bagi
kemajuan perusahaan (Gambar 2).
Promosi
Perusahaan Impresif Perusahaan Progresif
(Tebar Pesona) (Tebar Pesona dan Karya)
Perusahaan Pasif Perusahaan Agresif
(Tidak Tebar Pesona (Tebar Karya)
dan Karya)
Pemberdayaan
Masyarakat
2.1.4 Pendekatan
Menurut Poerwanto (2010), secara konseptual terdapat 3 (tiga) pendekatan
dalam pembentukkan CSR, yaitu :
1. Pendekatan moral, yaitu kebijakan atau tindakan yang didasarkan pada
prinsip kesantunan dan nilai-nilai positif yang berlaku, dengan pengertian
bahwa apa yang dilakukan tidak melanggar atau merugikan pihak-pihak
lain.
2. Pendekatan kepentingan bersama, yaitu menyatakan bahwa
kebijakan-kebijakan moral harus didasarkan pada standar kebersamaan, kewajaran,
keterbukaan dan kebebasan.
3. Pendekatan manfaat adalah konsep TJS yang didasarkan pada nilai-nilai
bahwa apa yang dilakukan oleh organisasi harus dapat menghasilkan
manfaat besar bagi pihak-pihak berkepentingan secara adil.
Berdasarkan pendekatan tersebut, CSR tidak dapat disebut sebagai beban
perusahaan karena CSR merupakan bentuk moral atau etika perusahaan yang
menjadi kepentingan bersama berbagai pihak terkait yang akan menunjang
keberlangsungan usaha suatu perusahaan. Hal ini tentu saja akan membawa
manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang, sehingga CSR dapat
dikategorikan dalam tiga aktivitas yang dikenal dengan Triple Bottom Lines
meliputi 3P, yaitu profit, people dan planet. Profit berarti perusahaan memberikan
manfaat keuntungan kepada shareholder, people diwujudkan dalam bentuk
kepedulian terhadap stakeholder dan masyarakat sekitar, serta planet merupakan
2.2 Citra Perusahaan
Menurut Kotler dalam http://frommarketing.blogspot.com (2010),
corporate image is the consumer’s response to the total offering and is defined as
a sum the belief, ideas, and impressions that a public has an organization.
Pengertian tersebut mendefinisikan citra perusahaan sebagai respon konsumen
pada keseluruhan penawaran yang diberikan perusahaan dan didefinisikan sebagai
sejumlah kepercayaan, ide-ide dan kesan masyarakat pada suatu organisasi. Citra
tersebut terbentuk di benak konsumen karena adanya pengalaman, kepercayaan,
informasi dan pengetahuan yang pernah diperoleh oleh konsumen.
Kasali (2007) menyatakan citra adalah kesan suatu obyek terhadap obyek
lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai
sumber terpercaya. Terdapat tiga (3) hal penting dalam citra, yaitu kesan obyek,
proses terbentuknya citra dan sumber terpercaya. Obyek tersebut dapat berupa
individu maupun perusahaan yang terdiri dari sekelompok orang di dalamnya.
Citra suatu obyek terhadap obyek lain dapat berubah seiring informasi yang terus
berubah dari waktu ke waktu dan ditentukan pula oleh faktor kepercayaan
terhadap informasi tersebut. Citra menjadi sangat penting bagi suatu perusahaan
untuk kelangsungan hidup dan pengembangan kreativitas pihak-pihak di dalam
perusahaan itu sendiri.
Pentingnya citra perusahaan dikemukakan oleh Gronroos dalam Suwandi
(2010) adalah :
1. Menceritakan harapan bersama kampanye eksternal. Citra positif
memudahkan perusahaan mengkomunikasikan tujuan perusahaan,
sedangkan citra negatif sebaliknya.
2. Citra perusahaan berfungsi sebagai penyaring yang mempengaruhi
persepsi kegiatan perusahaan. Citra perusahaan yang positif di mata
konsumen dapat menjadi pelindung kesalahan-kesalahan kecil, mutu
teknis atau fungsional perusahaan dan citra yang negatif dapat
3. Citra perusahaan berfungsi sebagai pengalaman dan harapan konsumen
atas mutu pelayanan perusahaan.
4. Citra perusahaan mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau
dampak internal. Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata
mempengaruhi sikap karyawan terhadap perusahaan.
Citra perusahaan terbentuk oleh banyak hal. Menurut Jefkins dalam
Indarwati (2007), hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra perusahaan
adalah :
1. Sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang.
2. Keberhasilan di bidang keuangan yang pernah diraihnya.
3. Keberhasilan ekspor.
4. Hubungan industri yang baik.
5. Reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah besar.
6. Kesediaan turut memikul tanggungjawab sosial.
7. Komitmen mengadakan penelitian.
Penelitian ini mengambil 2 (dua) dari 7 (tujuh) faktor di atas yang dapat
meningkatkan citra perusahaan, yaitu ketersediaan turut memikul tanggungjawab
sosial dan komitmen mengadakan penelitian. Ketersediaan turut memikul
tanggungjawab sosial melalui kegiatan CSR PT IVM Program Peduli Kasih
Indosiar (PPKI) menjadi faktor utama dalam pembentukkan citra perusahaan yang
akan diteliti pada penelitian ini. Selain itu, komitmen mengadakan riset juga
menjadi faktor lain yang menunjang citra perusahaan, karena sebelum
mengadakan program CSR, PT IVM melakukan riset terhadap bentuk kegiatan
2.3 Loyalitas
Menurut Mowen dan Minor dalam Mustikawati (2009), loyalitas
merupakan sikap positif terhadap produk, memiliki komitmen terhadap produk
dan melakukan pembelian berulang. Kunci utama pada pengertian tersebut adalah
konsumen yang loyal terhadap suatu produk atau perusahaan akan melakukan
pembelian produk atau menggunakan jasa perusahaan kembali. Selain itu
konsumen yang loyal akan mereferensikan produk baik barang maupun jasa yang
dihasilkan suatu perusahaan kepada orang lain.
Menurut Palilati dalam Seravina (2009), terdapat lima (5) indikator
peubah yang dapat mengukur loyalitas konsumen. Pada penelitian ini digunakan
empat (4) dari lima (5) indikator peubah tersebut. Satu (1) indikator adalah
kesediaan menerima bunga yang rendah atau biaya yang tinggi pada lima (5)
indikator tersebut lebih dikhususkan pada penelitian perbankan. Empat (4)
indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Pembelian ulang, dimana dalam penelitian ini faktor pembelian ulang dapat
dinilai dari konsumen yang tetap setia menonton tayangan Indosiar tidak
hanya pada PPKI tetapi juga berbagai tayangan. Konsumen juga bersedia
untuk memberikan bantuan berulang kepada program ini.
2. Rekomendasi.
3. Menceritakan hal positif.
4. Menambah tontonan lain di Indosiar.
Loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa merupakan salah satu dari
aset produk yang menunjukkan mahalnya nilai sebuah loyalitas (Aaker dalam
Rahmatillah, 2009). Hal ini dikarenakan untuk membangun sebuah loyalitas
dibutuhkan waktu yang cukup lama dan terdapat banyak tantangan yang harus
dihadapi. Banyak manfaat yang diperoleh dari loyalitas konsumen, diantaranya :
1. Mengurangi biaya pemasaran, karena berdasarkan beberapa penelitian,
biaya untuk memperoleh pelanggan baru 6 (enam) kali lebih besar
dibandingkan dengan biaya untuk mempertahankan pelanggan yang telah
2. Trade leverage, artinya sebuah produk yang memiliki pelanggan setia
lebih banyak akan menarik distributor untuk menyediakan ruangan yang
lebih luas dibandingkan dengan produk lain yang pelanggan setianya lebih
sedikit.
3. Menarik pelanggan baru, karena pelanggan yang telah setia terhadap suatu
produk atau perusahaan biasanya akan mereferensikan kepada orang lain
yang akan menjadi pelanggan baru perusahaan tersebut.
4. Merespon ancaman pesaing jika para pesaing menghasilkan produk yang
lebih baik. Hal ini dikarenakan pelanggan yang setia sulit dipengaruhi,
sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk menghasilkan produk
yang lebih baik lagi dari pesaing dalam jangka waktu tertentu tanpa takut
pelanggan tersebut beralih ke produk pesaing.
5. Nilai kumulatif bisnis yang berkelanjutan, karena dengan adanya
pelanggan yang setia akan mendorong perusahaan untuk terus
menghasilkan produk yang konstan dibutuhkan secara teratur dengan
harga lebih rendah.
6. Word of mouth communication (oral) yang berdampak besar terhadap citra
perusahaan. Pelanggan yang setia akan menceritakan hal-hal baik tentang
perusahaan dan produknya kepada konsumen lain yang jauh lebih
persuasif daripada iklan.
Loyalitas konsumen menjadi faktor penting karena manfaat-manfaat yang
disebutkan di atas serta dapat membangun maupun mengembangkan citra positif
perusahaan. Menurut Durianto et al dalam Rahmatillah (2009), pengukuran
loyalitas konsumen dapat dilakukan berdasarkan beberapa tingkatan, yaitu :
1. Switcher Buyer (pembeli yang berpindah-pindah), merupakan tingkat
loyalitas yang paling dasar. Semakin sering konsumen berpindah dari satu
merek ke merek lain menunjukkan konsumen tersebut tidak loyal.
Konsumen pada tingkatan ini biasanya melakukan pembelian karena
banyak orang membeli produk tersebut disebabkan harganya murah.
2. Habitual Buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan), yaitu pembeli yang
produk. Tidak ada alasan kuat bagi konsumen pada tingkatan ini untuk
membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan
tersebut membutuhkan biaya, usaha, atau pengorbanan lain.
3. Satisfied Buyer (pembeli yang merasa puas), yaitu kategori pembeli yang
merasa puas dengan merek yang mereka konsumsi, tetapi dapat beralih
merek meskipun butuh waktu, biaya, atau risiko lain akibat peralihan
tersebut.
4. Liking the Brand (menyukai merek), merupakan kategori pembeli yang
benar-benar menyukai merek tersebut. Rasa suka tersebut dapat timbul
karena berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam
menggunakan merek tersebut sebelumnya, atau persepsi mutu yang tinggi.
5. Commited Buyer (pembeli yang berkomitmen), yaitu kategori pembeli
yang setia dan memiliki kebanggan dalam menggunakan suatu merek.
Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting, baik dari segi fungsi
maupun ekspresi siapa sebenarnya penggunanya. Ciri konsumen pada
kategori ini adalah tindakan konsumen tersebut untuk merekomendasikan
atau mempromosikan merek yang digunakan kepada orang lain.
2.4 Shareholder dan Stakeholder
Shareholder adalah pihak-pihak yang memiliki saham atau modal
(harta/kekayaan) suatu perusahaan. Shareholder merupakan bagian dari
stakeholder, karena stakeholder adalah anggota komunitas, atau kelompok
individu, masyarakat (tidak semua) yang berasal dari wilayah perusahaan tersebut
berdiri, wilayah negara dan bisa juga negara lain (global) yang mempunyai
pengaruh terhadap jalannya suatu perusahaan (Prasetijo, Budimanta dan Rudito,
2004). Sedangkan menurut Solihin (2008), stakeholders atau pemangku
kepentingan adalah orang atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan.
Jones dalam Jatmiko (2010), mengklasifikasikan stakeholder atas inside dan
outside stakeholders. Perbedaan kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1. Klasifikasi Stakeholder menurut Jones dalam Jatmiko (2010) perusahaan, serta berada di dalam organisasi perusahaan
pemegang saham
(stockholders/shareholders), para manajer (managers), dan karyawan (employees)
2 Outside Stakeholders
orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan dan bukan pula karyawan perusahaan, namun memiliki kepentingan terhadap
perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan, serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
pelanggan (customers), pemasok (suppliers), pemerintah (government), masyarakat lokal (local communities) dan masyarakat secara umum (general
public)
2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu pada penelitian ini terdiri atas 3 (tiga) rujukan.
Rujukan penelitian pertama dari Indra Jatmiko, dengan skripsi berjudul Kajian
Citra Perusahaan Melalui Kegiatan Corporate Social Responsibility pada Bank
“X” Bogor pada tahun 2011. Penelitian ini meneliti hubungan antara TJS yang
dilakukan perusahaan terhadap citra perusahaan setelah dilakukan program TJS
tersebut. Penelitian tersebut menggunakan analisis faktor, dengan hasil responden
menilai citra yang dibangun oleh Bank “X” melalui program CSR sudah baik.
Penelitian ini menggunakan enam (6) dimensi untuk menjelaskan hubungan
antara citra perusahaan melalui kegiatan CSR. Keenam (6) dimensi tersebut
adalah successful (90,4%), business wise (89,1%), character (89%), cooperative
(73,2%), withdrawn (70,4%) dan dynamic (67,2%). Setelah dilakukan analisis
faktor, keenam (6) dimensi tersebut mampu menjelaskan variasi 64,745%.
Rujukan penelitian kedua (2) adalah penelitian yang dilakukan oleh Rimba
Kusumadilaga, dengan skripsi berjudul Pengaruh Corporate SocialResponsibility
terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating
Indonesia) pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
CSR terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas perusahaan sebagai peubah
moderating dan perbedaan luas pengungkapan CSR periode sebelum dan sesudah
berlakunya UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Contoh
penelitian ini adalah pengungkapan pertanggungjawaban sosial pada sektor
manufaktur tahun 2006 dan 2008, dengan menggunakan metode purposive
sampling, yaitu 21 perusahaan pada tahun 2006 dan 42 perusahaan pada tahun
2008 yang memenuhi kriteria sebagai contoh penelitian.
Metode analisis pada penelitian tersebut adalah analisis regresi linear
sederhana dan berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan
CSR berpengaruh nyata terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas sebagai peubah
moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR dan nilai
perusahaan. Dalam hal ini, terdapat perbedaan luas pengungkapan CSR periode
sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
Rujukan penelitian ketiga (3) adalah penelitian yang dilakukan oleh
Marisa Seravina, dalam skripsi berjudul Pengaruh Penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Britama (Studi
Kasus pada Nasabah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bogor)
pada tahun 2008. Penelitian ini meneliti sikap nasabah terhadap kegiatan CSR
yang dilakukan perusahaan dan hubungannya dengan loyalitas nasabah pengguna
tabungan Britama. Pengukuran loyalitas pada penelitian ini menggunakan 5 (lima)
indikator, yaitu pembelian ulang, rekomendasi, menambah jumlah tabungan,
menceritakan hal positif dan kesediaan menerima bunga yang rendah atau biaya
yang tinggi. Penelitian tersebut menggunakan analisis Rank Spearman dan
analisis Regresi Linear Sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
antara penerapan program CSR perusahaan dengan loyalitas nasabah, nilai 0,315
untuk nasabah yang telah mengetahui program CSR BRI dan nilai 0,174 untuk
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian mengenai hubungan antara CSR terhadap citra
perusahaan dan loyalitas konsumen ini diawali dengan mengetahui visi dan
misi perusahaan. Visi PT IVM adalah menjadi stasiun televisi terkemuka
dengan tayangan berkualitas yang bersumber pada in-house production, kreativitas dan sumber daya manusia (SDM) yang handal. Sedangkan misi
perusahaan adalah berorientasi maju dengan terobosan baru (futuristic), menjadi trendsetter dengan ide orisinil (innovative), mengutamakan kepuasan stakeholders (satisfactory) dan peduli terhadap lingkungan sekitar (humanity). CSR menjadi salah satu aspek korporasi yang mampu menumbuhkan perusahaan secara simultan sesuai dengan salah satu misi
perusahaan, yaitu peduli terhadap lingkungan sekitar.
Berbagai kegiatan perusahaan dilakukan berlandaskan pada visi
dan misi perusahaan agar tercapai tujuan perusahaan tersebut. Setelah
mengetahui visi dan misi perusahaan, penelitian ini selanjutnya menganalisis
program CSR PT IVM itu sendiri. Mengacu pada UU No 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan perseroan untuk melakukan
tanggungjawab sosial dan lingkungan, maka PT IVM mengadakan program
Peduli Kasih sebagai wujud tanggungjawab perusahaan. Program yang
diawali pada tahun 2000 ini merupakan wujud tanggungjawab perusahaan
terhadap masyarakat yang kemudian mendapat respon positif dari
masyarakat pada awal diadakannya program ini.
Penilaian masyarakat terhadap program CSR terhadap citra
perusahaan dan loyalitas konsumen dilakukan dengan pemilihan contoh.
Hasil penilaian ini dijabarkan dengan menggunakan analisis deskriptif. Hal
ini dilakukan agar diketahui karakteristik populasi yang diwakili oleh
contoh. Populasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah masyarakat kota
Jakarta yang diwakili dengan 100 contoh. Karakteristik contoh diketahui
responden dilakukan dengan metode Convenience Sampling (pengambilan contoh secara kebetulan) yang masuk ke dalam teknik pengambilan contoh
non peluang. Metode ini dipilih karena tidak semua anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Contoh yang
menjadi responden adalah contoh yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh peneliti, sehingga dapat mengurangi bias penelitian
(Simamora, 2004).
Analisis deskriptif digunakan dalam mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi citra perusahaan dan loyalitas konsumen. Hasil analisis
deskriptif digunakan untuk menganalisis citra perusahaan yang diukur
dengan analisis citra perusahaan dan loyalitas konsumen yang diukur dengan
analisis loyalitas konsumen. Kemudian untuk melihat pengaruh peubah
independen (X), yaitu pelaksanaan CSR terhadap peubah dependen (Y) yang
merupakan citra perusahaan dan loyalitas konsumen digunakan analisis
regresi linear sederhana.
Hasil analisis pengaruh CSR terhadap citra perusahaan dan
loyalitas konsumen menjadi tujuan akhir penelitian ini. Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat memberikan implikasi manajerial kepada perusahaan.
Implikasi manajerial ini merupakan penilaian terhadap kegiatan CSR
perusahaan yang kemudian dapat dijadikan perusahaan sebagai bahan
masukan agar dapat melakukan kegiatan ini lebih efektif dan efisien ke
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
Pengaruh CSR PT IVM terhadap Citra Perusahaan dan Loyalitas
Konsumen
Program CSR (Peduli Kasih) PT IVM
Persepsi Masyarakat terhadap Program CSR (Peduli Kasih)
PT IVM
Karakteristik Responden (Analisis Deskriptif) Visi dan Misi PT IVM
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Perusahaan
Analisis Citra Perusahaan
Analisis Regresi Linear Sederhana
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT IVM Jakarta yang beralamat di Jalan
Damai No 11 Daan Mogot, Jakarta Barat, 11510. Periode penelitian selama
tiga (3) bulan dari bulan Februari – April 2011.
3.3 Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan sekunder. Data primer sebagian besar diperoleh dari
pengamatan (observasi) di lapangan, wawancara dengan karyawan PT
IVM khusus program Peduli Kasih dan wawancara terstruktur dengan
konsumen melalui kuesioner (Lampiran 1). Pertanyaan dalam kuesioner
terdiri dari pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan
yang jawabannya telah disediakan, sehingga responden hanya dapat
memilih alternatif jawaban yang menurutnya paling sesuai.
Pertanyaan dalam kuesioner untuk pada penelitian ini
menggunakan Skala Likert. Menurut Rangkuti (2002), Skala Likert
digunakan dalam kuesioner dimana responden menyatakan tingkat setuju
atau tidak setuju mengenai pertanyaan yang diajukan. Bobot dalam Skala
Likert dibuat ke dalam lima (5) penilaian, yaitu :
a. Jawaban sangat setuju diberi bobot 5
b. Jawaban setuju diberi bobot 4
c. Jawaban ragu-ragu diberi bobot 3
d. Jawaban tidak setuju diberi bobot 2
e. Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot 1
Setiap jawaban responden dikalikan dengan bobotnya. Jawaban
tersebut kemudian dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui dimana
letak rataan penilaian responden terhadap setiap unsur. Rentang skala
tersebut adalah :
1,00 – 1,80 = sangat tidak berpengaruh
1,80 – 2,60 = tidak berpengaruh
3,40 – 4,20 = berpengaruh
4,21 – 5,00 = sangat tidak berpengaruh
Data sekunder adalah data primer yang diolah lebih lanjut baik
yang dilakukan langsung oleh pihak pengumpul data primer maupun pihak
lainnya. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh melalui studi literatur,
penelitian-penelitian terdahulu dan internet.
Contoh yang diambil pada penelitian ini adalah masyarakat kota
Jakarta dengan jumlah contoh 100 orang. Jumlah ini diperoleh dengan
menggunakan Rumus Slovin dengan nilai e sebesar 10% (nilai kritis untuk penelitian deskriptif). Rumus Slovin digunakan dengan asumsi bahwa
populasi yang digunakan dalam penelitian terdistribusi secara normal,
yaitu :
N = jumlah populasi di Kota Jakarta tahun 2010, yaitu 9.588.198
(Hasil Sensus Penduduk Kota Jakarta, www.bps.go.id, 2010)
e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh
yang masih ditolerir (10%).
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, diketahui jumlah
penduduk Kota Jakarta yaitu 9.588.198, sehingga diperoleh contoh
3.4 Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Uji Validitas
Pengujian kuesioner dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden. Uji
pendahuluan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian
kuesioner. Kuesioner diuji validitasnya untuk mengetahui bagaimana alat
ukur (instrument) mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment Pearsons berikut :
... (2)
Keterangan : r = Koefisien reliabilitas yang dicari
N = Jumlah responden
X = Skor masing-masing pertanyaan
Y = Skor total
Berdasarkan hasil perhitungan, jika hitung lebih besar daripada
r-tabel, maka kuesioner dinyatakan valid.
3.4.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji keterandalan instrumen yang digunakan
dalam riset. Uji reliabilitas ini dilakukan pada saat sebelum penelitian untuk
mengetahui apakah instrumen pengumpulan data tersebut sebuah reliabel (dapat diandalkan) atau belum. Apabila ternyata hasilnya tidak reliabel, maka hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kuesioner. Jika hasilnya
reliabel, maka penelitian akan dilanjutkan dengan menyebarkan kuesioner. Uji reliabilitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukuran dapat
dipercaya atau dapat diandalkan menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan rumus berikut :
Jika :
Keterangan : r = koefisien reabilitas yang dicari
k = jumlah butir pertanyaan
∑
Xi = jumlah skor jawaban subyek untuk butir pertanyaan ke nN = jumlah populasi
Apabila r hitung positif dan lebih dari nilai r tabel dan nilai alpha cronbach minimum adalah 0,6 maka pernyataan dalam kuesioner reliabel. Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan software SPPS
(Statistical Package for Social Sciences) versi 11.50 for Windows.
3.4.3 Analisis Deskriptif
Subagyo dalam Jatmiko (2010), analisis deskriptif adalah cara
pengumpulan data yang kemudian disajikan dengan menentukan nilai-nilai
statistika dan membuat diagram atau menampilkan gambar yang
merupakan informasi hasil pengolahan data, penyajian ini dilakukan agar
lebih mudah dipahami dan dibaca. Analisis deskriptif pada penelitian ini
meliputi karakteristik responden, faktor-faktor yang mempengaruhi citra
3.4.4 Analisis Citra Perusahaan
Spector dalam Jatmiko (2010) mengemukakan 6 (enam) faktor
utama untuk mengukur dimensi utama calon responden untuk
mengekspresikan citra suatu organisasi. Parameter atau dimensi
pengukuran citra perusahaan ini akan digunakan untuk instrumen
penelitian melalui kuesioner. Keenam (6) faktor utama tersebut adalah :
1. Dynamic (pioneering, attention-getting, active dan goal oriented), yaitu organisasi atau perusahaan harus dinamis, menjadi pelopor,
menarik perhatian, aktif dan berorientasi pada tujuan.
2. Cooperative (friendly, well-liked dan eager to please good relations), yaitu sebuah organisasi harus mampu bekerjasama (ramah, disukai, membuat senang orang lain dan memiliki
hubungan baik dengan orang lain).
3. Business (wise, smart, persuade dan well-organized), yaitu organisasi harus memiliki karakter bisnis (bijak, cerdas, persuasif
dan terorganisir dengan baik).
4. Character (ethical, reputable dan respectable), yaitu sebuah organisasi yang baik, harus memiliki karakter yang baik pula
seperti memiliki etika yang baik, reputasi baik dan terhormat.
5. Successful (financial performance dan self-confidence). Ciri yang dimiliki organisasi sukses adalah kinerja keuangan yang baik dan
memiliki rasa percaya diri.
6. Withdrawn (aloof, secretive dan cautious), yaitu organisasi harus mampu menahan diri (ketat, menjaga rahasia dan berhati-hati).
Pengujian penilaian responden terhadap program CSR PT IVM
yaitu Program Peduli Kasih sendiri dilakukan dengan memberikan delapan
pertanyaan. Berdasarkan jawaban dari responden tersebut, kemudian
dilakukan penilaian citra perusahaan yang disebabkan oleh PPKI. Menurut
Umar (2003), kriteria penilaian berdasarkan Skala Likert berikut :
1,00 – 1,80 artinya sangat buruk
1,81 – 2,60 artinya buruk
3,41 – 4,20 artinya baik
4,21 – 5,00 artinya sangat baik
3.4.5 Analisis Tabulasi Sederhana Loyalitas Konsumen
Indikator yang digunakan untuk mengetahui loyalitas konsumen
Indosiar sebagai dampak dari kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan
adalah yang bersedia menonton ulang tayangan Indosiar, khususnya PPKI
serta bersedia ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, rekomendasi,
menceritakan hal positif dan menambah tontonan lain di Indosiar.
Berdasarkan indikator tersebut disusun lima (5) pertanyaan pada kuesioner
untuk mengukur loyalitas konsumen pada penelitian ini.
Pengukuran hubungan CSR PT IVM terhadap loyalitas konsumen
dilakukan dengan tabulasi sederhana atau tabel satu peubah. Metode ini
digunakan untuk mendeskripsikan ciri-ciri atau karakteristik dari suatu
peubah dan melihat persentase responden dalam memilih suatu kategori.
Setelah mengetahui persentase kategori yang dipilih oleh responden
tersebut, maka dilakukan tabulasi sederhana dengan menggunakan rumus
berikut :
fi
P = x 100 % ... (5) ∑fi
Keterangan : p = persentase responden yang memilih kategori tertentu
3.4.6 Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
dianggap berpengaruh pada suatu objek yang akan diteliti. Analisis regresi
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu analisis regresi linear sederhana dan
berganda. Menurut Uyanto (2006), analisis regresi linear sederhana
digunakan untuk memprediksi nilai suatu peubah dependen (terikat atau y) berdasarkan nilai peubah independen (bebas atau x) lainnya, sedangkan analisis regresi linear berganda merupakan pengembangan dari analisis
linear sederhana, dimana terdapat lebih dari satu peubah bebas (xi).
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana untuk
mengukur sikap konsumen dengan adanya program CSR Peduli Kasih
Indosiar terhadap citra PT IVM dan loyalitas konsumen. Perumusan model
analisis regresi linear sederhana pada penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu :
a. Y1 = a + bX + e ... (6) b. Y2 = a + cX + e ... (7) Keterangan : Y1 = Citra Perusahaan
Y2 = Loyalitas Konsumen
a = Konstanta
b dan c = Koefisien Regresi
X = Program Peduli Kasih Indosiar (CSR PT IVM)
e = Galat (Peubah lain yang tidak diteliti)
Berdasarkan persamaan regresi yang telah dibuat, maka disusun
Tabel 2. Rincian hipotesis yang akan digunakan pada penelitian
No Kategori Hipotesis
1
Pengaruh kegiatan CSR PT IVM melalui
Program Peduli Kasih terhadap citra
perusahaan
H0 : Tidak terdapat pengaruh kegiatan CSR PT IVM melalui Program Peduli Kasih terhadap citra perusahaan
H1 : Terdapat pengaruh kegiatan CSR PT IVM melalui Program Peduli Kasih terhadap citra perusahaan
2
Pengaruh kegiatan CSR PT IVM (Program Peduli Kasih) terhadap loyalitas konsumen
H0 : Tidak terdapat pengaruh kegiatan CSR PT IVM melalui Program Peduli Kasih terhadap loyalitas konsumen
4.1 Gambaran Umum PT Indosiar Visual Mandiri (PT IVM) 4.1.1 Sejarah Singkat PT IVM
PT IVM yang lebih dikenal dengan sebutan Indosiar, merupakan
anak perusahaan dari PT Indosiar Karya Media (PT IDKM). Awalnya
perusahaan ini berdiri dengan nama PT Indovisual Citra Persada (PT ICP)
pada tahun 1991 yang bergerak di bidang jasa penyiaran televisi.
Perusahaan ini kemudian menjadi salah satu televisi swasta nasional kelima
di Indonesia, yang mulai beroperasi dengan menayangkan siaran perdana
pada tanggal 11 Januari 1995. Indosiar menjadi stasiun televisi pertama
yang mencatatkan sahamnya di Indonesia pada tahun 2001. PT ICP
kemudian berganti nama menjadi PT IDKM di tahun 2003 setelah melalui
restrukturisasi pada perusahaan tersebut. Pada tahun 2004 PT IDKM
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham IDKM, sedangkan
untuk PT IVM yang merupakan anak perusahaan PT IDKM menjadi
perusahaan tertutup pada tahun tersebut.
Indosiar memiliki visi yaitu menjadi stasiun televisi terkemuka
dengan tayangan berkualitas yang bersumber pada in-house production,
kreativitas dan SDM yang handal. Sedangkan misi perusahaan adalah
berorientasi maju dengan terobosan baru (futuristic), menjadi trendsetter
dengan ide orisinil (innovative), mengutamakan kepuasan stakeholders (satisfactory) dan peduli terhadap lingkungan sekitar (humanity). Perusahaan selalu berusaha melakukan terobosan dan inovasi baru yang
mengutamakan kepentingan stakeholders dan kepedulian terhadap
lingkungan sekitar sesuai dengan misi perusahaan. Hal ini dilakukan agar
perusahaan mampu bersaing diantara stasiun televisi lainnya, sehingga
perusahaan mampu bertahan sebagai salah satu stasiun televisi swasta
Perkembangan Indosiar saat ini sudah semakin pesat dibandingkan
dengan awal berdirinya. Hal ini dibuktikan dengan jangkauan siaran yang
sudah dapat diakses mencapai 80% dari total penduduk Indonesia melalui
34 stasiun pemancar di Indonesia pada tahun 2005. Saat ini Indosiar telah
membangun stasiun pemancar baru di Jakarta dengan tinggi kurang lebih
400 m untuk meningkatkan mutu penerimaan siaran di wilayah Jakarta dan
sekitarnya yang mulai mengalami gangguan, karena pembangunan
gedung-gedung tinggi dalam lima (5) tahun terakhir.
Perkembangan Indosiar juga dilihat dari jumlah jam tayang untuk
program produksi sendiri. Pada tahun 2002, tercatat peningkatan jam tayang
untuk program produksi sendiri yaitu 4.023 jam, dibandingkan pada tahun
2001 yang hanya 3.819 jam dan tahun 2000 sebanyak 3.846 jam. Selain itu,
program siaran langsung juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
yaitu pada tahun 2000 tercatat 1.520 jam, tahun 2001 mengalami
peningkatan menjadi 1.814 jam dan meningkat lagi di tahun 2002 mencapai
1.910 jam.
Misi perusahaan yang selalu menghasilkan terobosan baru dengan
ide orisinil yang mampu memenuhi kepentingan stakeholders dengan tetap
peduli terhadap lingkungan sekitar selalu dijadikan landasan dalam setiap
kegiatan perusahaan. Berbagai terobosan baru dengan ide orisinil telah
dihasilkan Indosiar, diantaranya strategi penayangan program pada hari
berurutan (strip in), penulisan lirik lagu (subtitle) untuk karaoke pemirsa di
rumah, pembuatan program sekaligus media promosi (promotainment),
jajak pendapat jarak jauh (telepolling), sponsor produk dalam sebuah
program (built in sponsorship) dan penggalangan dana bantuan yang
terintegrasi antara telepon, ATM dan program televisi (telethon) yang
Indosiar juga memperhatikan kepentingan para pemegang saham
dan investor, selain masyarakat yang menjadi fokus utama perusahaan.
Pada akhir tahun 2004, perusahaan melakukan aksi korporasi restrukturisasi
yang memungkinkan pemegang saham memiliki saham baru di perusahaan
induk yaitu PT IDKM. Hal ini akan memberikan peluang lebih besar dalam
melakukan diversifikasi usaha. Konsistensi upaya yang dilakukan oleh
Indosiar dalam memperhatikan kepentingan pemegang sahamnya selama 5
(lima) tahun berturut-turut membuat Indosiar mendapatkan penghargaan
“The Value Creator Award” dari majalah SWA Sembada dan masuk daftar
peringkat “Obligasi Korporasi Terbaik 2005” versi majalah Investor di
akhir tahun 2005.
Pada tahun 2009, Indosiar melakukan investasi pada 22 anak
perusahaan dengan implementasi sistem stasiun jaringan yang dilakukan
secara bertahap. Saat ini Indosiar telah melakukan berbagai pembangunan
sarana prasarana untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan
diantaranya pembangunan sebuah studio baru seluas 4.700 m2 di atas tanah seluas 13.500 m2, kapasitas 800 tempat duduk, stage seluas 24x24 m, 2 (dua) function room berkapasitas 20-30 orang, 2 (dua) ruangan VIP dengan
fasilitas lengkap, sistem kamera high definition, digital Audio Mixer
kapasitas besar, gedung Art Workshop dan gedung pendukung acara (ruang
makeup, wardrobe serta ruang tunggu artis). Studio ini telah menjadi studio
siaran televisi terbesar yang ada di Indosiar, bahkan di Indonesia.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh lembaga survey industri
pertelevisian yaitu Nielsen Audience Measurement Indonesia, Indosiar
menempati posisi kelima pada industri televisi swasta nasional untuk
kategori TV Share, All Markets and All Hours periode Januari – September
2010. Urutan stasiun televisi berdasarkan survei tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3. Peringkat stasiun Televisi Swasta Nasional berdasarkan TV share, all markets and all hours
No Nama Stasiun Televisi Persentase TV Share, All Markets and All Hours (%)
1 RCTI 16,1
2 SCTV 14,8
3 Trans TV 13,6
4 TPI (MNC) 11,2
5 Indosiar 10,1
6 Trans7 10,1
7 ANTV 8,9
8 GTV 7,7
9 Lain-lain 7,5
Sumber : Nielsen Audience Measurement Indonesia, www.agbnielsen.com, 2010
4.1.2 Struktur Organisasi PT IVM
Organisasi merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat
keterkaitan yang harus berjalan secara terpadu, serta merupakan alat dari
manajemen dalam mengukur berbagai aktivitas dan tugas dalam suatu
perusahaan. Menurut Manullang (1991), organisasi dalam arti bagan atau
struktur adalah gambaran secara skematis tentang hubungan kerjasama
orang-orang yang terdapat dalam suatu badan dalam rangka usaha mencapai sesuatu
tujuan.
Perusahaan yang merupakan salah satu bentuk organisasi pasti memiliki
struktur organisasi. Struktur organisasi akan memudahkan perusahaan dalam
pengelolaan SDM agar tercipta efisiensi dan efektivitas dari tiap karyawan,
serta unit kerja melalui program kerja dan kegiatan operasional yang terperinci
serta jelas agar dapat sukses dalam mencapai tujuan perusahaan atau
Gambar 4. Struktur organisasi PT IVM
4.1.3 Program CSR PT IVM
Salah satu misi PT IVM adalah peduli terhadap lingkungan sekitar
(humanity). Hal ini diwujudkan perusahaan diantaranya melalui 2 (dua) program CSR Indosiar yaitu Peduli Kasih dan Kita Peduli. Peduli Kasih
merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat
dengan memberikan biaya pengobatan gratis terhadap beberapa penyakit yang
diadakan secara terus menerus. Program ini dilakukan secara simultan. Dewan Komisaris
(Board of Commissioners)
Komite Audit
(Audit Committee)
Direktur Utama
(President Director)
Corporate Secretary
Internal Audit
Direksi
Directors
Humas
CSR
Peduli Kasih