TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
ANGGREK Phalaenopsis spp.
IRA FAUZIAH NOER
A24070185
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANGGREK Phalaenopsis spp.
The effect of Guano and Chitosan on the Growth and Development of Phalaenopsis Orchids
Ira Fauziah Noer 1Dewi Sukma2, Sandra A. Aziz2
1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB 2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB
Absract
This research was conducted to determine the effect of organic fertilizer guano and chitosan on the growth and development of phalaenopsis orchid conducted in the Gunung Batu nursery, Bogor in March until August 2011. This research used a completely randomized block design with 4 treatments and 4 replications. Fertilizer treatments consisted of Thaichung fertilizer 1 g /l, Thaichung fertilizer 1 g/l + chitosan 10 ppm, Thaichung fertilizer 1 g/l + guano 10 ml / l, and Thaichung fertilizer 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml / l. Thaichung fertilizer 1 g/l were needed for P. bellina and P. modesta, and guano 10 ml/l were needed for P. amabilis in compot in the hot and dry conditions.
IRA FAUZIAH NOER. Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan
terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek Phalaenopsis spp. (Dibimbing oleh DEWI SUKMA dan SANDRA A. AZIZ).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk
organik guano dan chitosan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anggrek
Phalaenopsis spp. Penelitian ini dilaksanakan di nursery Gunung Batu, Bogor pada bulan Maret hingga Agustus 2011. Lokasi berada pada ketinggian sekitar
250 m dpl. Pembuatan larutan chitosan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, dan untuk bibit anggrek P. amabilis di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa spesies
anggrek Phalaenopsis, antara lain P. bellina, P. modesta, dan bibit P. amabilis.
Media tanam (pakis, arang, dan sphagnum moss), pot tanah liat, pupuk organik
guano (0.93% N, 2.13% P, 2.80% Ca, 1.73% Mg, 1.11% K), chitosan, asam asetat
1%, pupuk daun Taichung (12% N, 12% P, 10.5% K, 16% Ca), fungisida
(Benlox) dan bakterisida (Plantomycin). Alat-alat yang digunakan adalah sprayer,
timbangan, gelas ukur, meteran, SPAD, dan alat tulis.
Penelitian terdiri dari tiga percobaan terpisah untuk 3 spesies (P. bellina,
P. modesta, dan bibit P. amabilis). Setiap percobaan menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu
perlakuan pupuk organik guano dan chitosan. Setiap percobaan yaitu P. bellina
dan P. modesta menggunakan 4 perlakuan dengan 4 ulangan, sedangkan untuk
bibit P. amabilis menggunakan 4 perlakuan dengan 3 ulangan, masing-masing
perlakuan terdiri dari pupuk Taichung (dengan dosis sesuai rekomendasi 1 g/l),
pupuk Taichung + chitosan 10 ppm, pupuk Taichung + guano 10 ml/l, dan pupuk
Taichung + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l. Data dianalisis sidik ragam, jika terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda
anggrek P. amabilis pada taraf 5%. Untuk melihat perbandingan antara perlakuan pupuk Taichung 1 g/l dengan ketiga perlakuan lainnya, dilakukan uji t.
Hasil sidik ragam pada anggrek spesies P. bellina menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata terhadap
peubah vegetatif yaitu tinggi tanaman, panjang, lebar, dan jumlah daun. Perlakuan
pupuk organik guano dan chitosan tidak disarankan digunakan saat kondisi
kekeringan bila dibandingkan dengan pupuk Taichung 1 g/l. Hasil uji t
perbandingan antara tiga perlakuan yaitu pupuk Taichung 1 g/l + chitosan
10 ppm, pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l, pupuk Taichung 1 g/l + chitosan
10 ppm + guano 10 ml/l dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l pada peubah
panjang tangkai bunga, jumlah kuntum bunga, jumlah kuntum bunga per tangkai,
ukuran bunga, dan tingkat kehijauan daun tidak berbeda nyata untuk anggrek
P. bellina.
Hasil percobaan pada P. modesta menunjukkan bahwa faktor tunggal
pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah
vegetatif meliputi tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun pada 14-16 MSP. Hasil uji t perbandingan antara tiga
perlakuan yaitu pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm, pupuk Taichung 1 g/l +
guano 10 ml/l, pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l dengan
perlakuan pupuk Taichung 1 g/l pada peubah panjang tangkai bunga, jumlah
kuntum bunga, jumlah kuntum bunga per tangkai, ukuran bunga, dan tingkat
kehijauan daun tidak berbeda nyata untuk anggrek P. modesta.
Hasil percobaan pada bibit P. amabilis menunjukkan bahwa pupuk
organik guano dan chitosan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang,
lebar dan jumlah. Hasil uji t perbandingan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l +
guano 10 ml/l dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l tidak berbeda nyata pada
peubah tinggi tanaman, panjang, lebar, jumlah daun saat bibit anggrek berumur 4,
6, dan 8 MSP. Perlakuan chitosan tidak disarankan karena bibit anggrek menjadi
kering yang menyebabkan kematian pada bibit anggrek tersebut saat umur 4 MSP.
Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan pupuk Taichung ditambah guano, hal ini
ditandai dengan warna daun lebih cerah dan lebih segar.
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
ANGGREK Phalaenopsis spp.
Skripsi sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
IRA FAUZIAH NOER
A24070185
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
CHITOSAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANGGREK Phalaenopsis spp.
Nama :
IRA FAUZIAH NOER
NIM :
A24070185
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Dewi Sukma, SP. MSi. Dr. Ir. Sandra A. Aziz, MS.
NIP. 19700404 199702 2 001 NIP. 19591026 198503 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP 19611101 198703 1 003
Penulis dilahirkan di Purwakarta, pada tanggal 09 Februari 1989 sebagai
anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. M. Nurdin Santosa
dan Ibu Hj. Ade Djubaidah (Almh). Penulis memasuki pendidikan formal pertama
TK Melati Purwakarta dan melanjutkan ke SDN Jend. A. Yani XI Purwakarta dan
lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP
Negeri 3 Purwakarta. Selanjutnya, pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA
Negeri 3 Purwakarta.
Penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dengan
sistem Mayor Minor, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis pernah menjadi panitia Penerimaan mahasiswa AGH “Semai 45”
pada tahun 2009. Penulis juga pernah menjadi pengurus koperasi Agrohotplate
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Anggrek Phalaenopsis spp.”. Penulis menyampaikan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dorongan dan motivasi selama
kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini :
1. Dr. Dewi Sukma, SP. MSi. dan Dr. Ir. Sandra A. Aziz, MS. selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama penelitian dan proses pembuatan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Sudradjat, MS. selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc. selaku pembimbing akademik atas
arahan dan bimbingan ilmu yang diberikan kepada penulis.
4. Almarhumah mamah, bapak, serta kakak-kakakku tercinta yang tidak
hentinya memberikan doa, dukungan baik secara moril maupun materil
kepada penulis.
5. Mba Cika, mas Cei serta seluruh anggota nursery Gunung Batu yang telah
memberikan bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
6. Bapak Agus selaku staf Laboratorium Pascapanen yang telah memberikan
bantuan atas kerjasamanya selama penelitian.
7. Titin Suningsih dan Prima T. Nugroho teman seperjuangan atas dukungan,
kerjasama, dan bantuannya selama penelitian.
8. Ima, Qori, Ami, Martini, Vicky, Namira, Fikrin, Nandya, Lia, Enjim, dan
seluruh sahabat AGH 44 atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.
9. Seluruh teman-teman Amanda 48 terimakasih atas persaudaraan dan
kebersamaan selama tiga tahun ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang, khususnya bagi penulis.
Bogor, Desember 2011
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Hipotesis ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Botani Anggrek Phalaenopsis ... 3
Klasifikasi Anggrek ... 5
Syarat Tumbuh Anggrek ... 8
Pembibitan ... 9
Pupuk Organik Guano ... 9
Chitosan ... 12
BAHAN DAN METODE ... 14
Tempat dan Waktu ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Percobaan ... 15
Pelaksanaan Percobaan ... 16
Pengamatan ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
Kondisi Umum ... 19
Phalaenopsis bellina ... 24
Phalaenopsis modesta ... 30
Bibit Anggrek P. amabilis ... 36
KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
Kesimpulan ... 39
Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
Nomor Halaman
1. Komposisi Guano (Malagon, 2004) ... 10
2. Perbandingan Komposisi Pupuk untuk Anggrek ... 11
3. Deskripsi Standar Kriteria Tanaman Anggrek P. bellina dan
P. modesta (Redaksi Trubus, 2005) ... 19 4. Data Suhu, Penyinaran Matahari, Curah Hujan, dan Kelembaban
Bulan Maret-Agustus 2011 ... 21
5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Organik Guano dan
12. Rataan Nilai Peubah Generatif P. modesta pada Beberapa Perlakuan
Pupuk ... 33
Nomor Halaman
1. Anggrek Phalaenopsis : P. bellina (a); P.modesta (b); dan bibit
P.amabilis (c) ... 14 2. Kondisi Anggrek P. bellina (a, b): dan P. modesta (c) saat Tanaman
Berumur 12 MSP ... 20
3. Gejala Serangan Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek P. bellina ... 22
4. Kondisi Bibit Anggrek P. amabilis dengan Perlakuan Pupuk Taichung +
Chitosan 10 ppm (c); dan Perlakuan Pupuk Taichung + Chitosan 10 ppm + Guano 10 ml/l (a, b) saat Umur 2 MSP ... 22
5. Kondisi Bibit Anggrek P. amabilis dengan Perlakuan Pupuk
Taichung 1 g/l (a); dan Perlakuan Pupuk Taichung + Guano 10 ml/l (b) saat Umur 8 MSP ... 23
Nomor Halaman
1. Kandungan Pupuk Organik Guano (Fitplanta) ... 44
2. Konversi Lama Penyinaran Matahari... 44
3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Anggrek P. bellina ... 45 4. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Chitosan 10 ppm
dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. bellina ... 46 5. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Guano 10 ml/l
dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. bellina ... 47 6. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Chitosan 10 ppm +
Guano 10 ml/l dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. bellina ... 48 7. Rekapitulasi Hasil Uji t Tingkat Kehijauan Daun Anggrek
P. bellina ... 48 8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Organik Guano
dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek
P. modesta ... 49 9. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Chitosan 10 ppm
dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. modesta ... 50 10. Rekapitulasi Hasil Uji tPerbandingan Taichung + Guano 10 ml/l
dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. modesta ... 51 11. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Chitosan 10 ppm +
Guano 10 ml/l dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. modesta ... 52 12. Rekapitulasi Hasil Uji t Tingkat Kehijauan Anggrek P. modesta ... 53
13. Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap
Latar Belakang
Indonesia kaya akan keragaman jenis dan varietas berbagai tanaman
hortikultura, salah satunya anggrek (Rosmanita, 2008). Anggrek merupakan salah
satu tanaman suku Spermatophyta yang unik dan termasuk dalam famili
Orchidaceae. Salah satu anggrek yang digemari adalah Phalaenopsis. Anggrek ini
memiliki keragaman bunga yang tidak diragukan lagi keindahannya. Bentuk,
ukuran, dan warna-warni bunganya memberikan nilai lebih pada anggrek jenis
Phalaenopsis dibandingkan dengan anggrek lainnya (Kencana, 2007). Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki berbagai jenis spesies anggrek
Phalaenopsis, di antaranya Phalaenopsis bellina, Phalaenopsis modesta, dan
Phalaenopsis amabilis. Spesies-spesies asli tersebut harus dilindungi dan dipelihara sehingga dapat dimanfaatkan dalam pengembangan varietas baru
anggrek.
Sebagai komoditas bisnis, anggrek Phalaenopsis amabilis ini pernah
menduduki rangking atas dalam perdagangan tanaman anggrek, karena harganya
yang relatif terjangkau namun memiliki sosok bunga yang sangat indah dan
bahkan bunganya tahan sampai kisaran hampir 6 bulan (Virnanto, 2010).
Distribusi anggrek sangat luas dengan diversitas yang besar dan sebagian besar
tanaman anggrek tumbuh di kawasan tropis dan subtropis. Tanaman anggrek liar
di Indonesia diperkirakan ada sekitar 5 000 jenis. Hongkong, Singapura, dan
Amerika Serikat merupakan negara yang cukup banyak meminta anggrek
Indonesia karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga
tropis. Hal ini menimbulkan tingginya minat masyarakat untuk memelihara dan
mengelola tanaman anggrek sebagai tanaman komersil, karena peluang pasar di
dalam dan di luar negeri yang masih terbuka. Anggrek merupakan sumber devisa
potensial bagi negara di samping dapat menjadi sumber penghasilan bagi petani
dan pendapatan asli daerah (Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian,
2005).
Pertumbuhan dan perkembangan anggrek dipengaruhi oleh kondisi
iklim yang meliputi cahaya, suhu, dan kelembaban serta faktor lain diantaranya
jenis media dan pemupukan. Aplikasi pemupukan yang tepat untuk tanaman
anggrek pada fase pertumbuhannya sangat diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anggrek, seperti pemberian pupuk organik
guano. Seta (2009) menyatakan bahwa pupuk organik guano adalah pupuk yang
berasal dari kotoran dari jenis burung laut (contohnya Larus argentus) dan
kelelawar (contohnya Phylloncyteris aphylla).
Selain aplikasi pemupukan, pertumbuhan dan perkembangan anggrek
dapat dibantu dengan pemberian bahan organik seperti chitosan. Chitosan adalah
poli-(2-amino-2-deoksi-β-(1-4)-D-glukopiranosa) dengan rumus molekul
(C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin (Wahyono et al., 2009).
Chitosan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium muda
dengan konsentrasi chitosan sebesar 10 mg/l (Chandrkrachang, 2002).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik guano
dan chitosan terhadap pertumbuhan dan perkembangan beberapa spesies anggrek
Phalaenopsis.
Hipotesis
Terdapat perlakuan pupuk organik guano dan chitosan yang terbaik untuk
Botani Anggrek Phalaenopsis
Anggrek merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Orchidaceae.
Anggrek memiliki ciri-ciri umum yaitu termasuk tanaman monokotil, selain itu
memiliki karakteristik tersendiri terutama dalam struktur bunga. Hal ini
di antaranya dapat dilihat dari stamen yang terdapat di satu sisi bunga. Stamen
umumnya bersatu dengan pistil dan membentuk satu struktur yang disebut tugu
(column) (Jodi dan Destri, 2006).
Anggrek merupakan tanaman yang bersifat hermaprodit, yaitu serbuk sari
dan putik terdapat di dalam satu bunga, sedangkan sifat kelaminnya adalah
monoandrae, yaitu kelamin jantan dan betina terletak pada satu tempat atau satu bunga, sehingga anggrek mudah mengalami penyerbukan dengan bantuan
serangga dan manusia untuk perbanyakan tanaman (Rosmiati, 2007). Proses
penyerbukan anggrek mengalami penyerbukan ganda tidak sempurna karena biji
anggrek tidak memiliki embrio dan tidak memiliki cadangan makanan
(endosperm) (Arditii, 1992).
Iswanto (2001) menyatakan bahwa anggrek Phalaenopsis memiliki tipe
pertumbuhan monopodial, yaitu pola pertumbuhan ujung batang yang terus
vertikal ke atas. Tanaman anggrek terdiri dari bagian bunga, buah, daun, batang,
dan akar.
Bunga
Bagian-bagian bunga anggrek Phalaenopsis sama dengan jenis anggrek
lainnya. Bunga tersusun menurut pola baku, yaitu terdiri dari tiga buah sepal atau
kelopak bunga dan tiga buah mahkota bunga atau petal. Satu buah sepal yang
terletak di punggung dinamakan daun kelopak punggung atau sepalum dorsale,
sedangkan dua lainnya dinamakan daun kelopak samping atau sepalum lateralia.
Ukuran kelopak dan mahkota hampir sama atau sedikit lebih besar. Ukuran bunga
bervariasi dari 2-3 cm hingga 9-10 cm. Phalaenopsis dapat berbunga serempak
Warna-warni bunga bervariasi, yaitu putih, merah muda, ungu, dan kuning dengan bercak
merah kecoklatan (Iswanto, 2001).
Buah
Ukuran buah Phalaenopsis cukup besar dapat mencapai 5-20 cm.
bentuknya bulat dan panjang. Diameter 1-2 cm dan panjang 10-20 cm. Buah muda
berwarna hijau muda. Semakin tua kian semakin cerah dan kekuningan. Garis di
kulit buah kian merekah sehingga bisa dipetik. Saat dibelah, tampak
“kapas-kapas” halus yang seolah menjadi bantalan biji. Biji sangat kecil, berukuran
1-2 mm dan berjumlah puluhan hingga ribuan (Iswanto, 2001).
Daun
Iswanto (2001) menyatakan bahwa daun anggrek muncul pada ruas-ruas
batang dengan posisi berhadapan atau berpasangan. Posisi daun Phalaenopsis
pada umumnya bertunggangan dan berderet dalam dua baris yang rapat
berhadapan. Rata-rata bentuk helaian daunnya melebar ke arah ujung dan bagian
pangkalnya menghimpit batang atau pangkal daun di atasnya. Warna daun hijau
dengan tekstur tebal dan berdaging karena memiliki zat hijau daun (klorofil) serta
berfungsi untuk menyimpan air dan cadangan makanan. Lebar daun rata-rata
5-10 cm.
Batang
Gunawan (2006) menyatakan bahwa batang anggrek Phalaenopsis
berbentuk tunggal dengan bagian ujung batang tumbuh lurus tidak terbatas.
Daun-daun yang tua pada batang sebelah bawah akan gugur. Setelah Daun-daun gugur, batang
tampak seperti mati. Pola pertumbuhan yang demikian disebut pertumbuhan
monopodial.
Akar
Gunawan (2006) menuliskan bahwa akar anggrek epifit umumnya lunak
mempunyai lapisan velamen yang bersifat spongy (berongga) dan di bawahnya terdapat lapisan yang mengandung klorofil. Lapisan velamen ini berfungsi
menyerap air dan melindungi bagian akar. Pada anggrek monopodial, akar keluar
dari ruas-ruas batang. Akar ini disebut akar aerial. Akar aerial yang masih aktif
ujungnya berwarna hijau, hijau keputihan, atau kuning kecoklatan, licin dan
mengkilat. Akar ini besar dan dapat bercabang-cabang. Pada tempat yang kering,
percabangan akar semakin banyak terbentuk untuk mencari tempat yang lembab.
Klasifikasi Anggrek
Phalaenopsis berasal dari bahasa Yunani, yaitu phalaenos dan opsis.
Phalaenos itu berarti ngengat atau kupu-kupu, sedang opsis artinya bentuk atau
penampakan. Klasifikasi botani Phalaenopsis dapat didasarkan pada bentuk
bunga, khususnya lidah dan alat reproduksi, adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Phalaenopsis
Iswanto (2001) menyatakan bahwa beberapa spesies dalam genus
Phalaenopsis sebagai berikut :
Phalaenopsis amabilis
Pertumbuhan batang anggrek ini tidak tampak, jumlah daunnya sekitar
2-7 helai, berbentuk elips memanjang dengan bagian ujung agak melebar. Panjang
daun sekitar 15-35 cm dan lebar antara 7-12 cm. Tekstur daun halus dan tebal
dengan warna hijau tua di permukaan atasnya. Bunga tersusun satu sisi dua baris,
berselang-seling dalam sebuah tangkai yang panjangnya bisa mencapai 100 cm.
Tangkai terkadang bercabang. Bentuknya silindris dengan diameter 2-3 mm. Jika
mahkota bunganya (petal) putih bersih. Bibir bunga berwarna kuning,
kadang-kadang berbintik merah.
Phalaenopsis violaceae sumatrana
Batang dari anggrek asal Sumatera ini sangat pendek, ukuran bunga tidak
terlalu besar, dengan diameter 3-5 cm. Daunnya cukup tebal dan sukulen. Bentuk
daun bulat telur dan memanjang dengan jumlah helaian sebanyak 4-6 helai.
Panjang daun sekitar 15-25 cm, dan lebar daun antara 5-9 cm. Jumlah kuntum
bunga dalam satu tangkai sekitar 3-9 kuntum. Warna sepal dan petalnya krem
muda sampai putih dengan garis-garis melintang berwarna cokelat kemerahan.
Bunga tersebut berbentuk oval memanjang dan ujungnya sedikit meruncing.
Lidah bunga berwarna ungu, ujungnya berbulu putih atau ungu. Panjang tangkai
bunga sekitar 15-20 cm, namun ada juga yang mencapai 30 cm.
Phalaenopsis viridis
Ukuran bunganya kecil, dengan diameter 2-3 cm. Dasar bunga berwarna
hijau kekuningan dengan bercak-bercak coklat. Bentuk kelopak bunga lonjong
atau elips dengan bibir bunga berwarna keputihan. Tangkainya cukup panjang,
bisa mencapai 40 cm bahkan lebih. Tekstur daun berdaging dan tebal, dengan
permukaan mengkilap. Bentuknya lonjong memanjang dengan panjang sekitar
30 cm dan lebar sekitar 8 cm.
Phalaenopsis pulcherima
Anggrek ini memiliki warna bunga cukup mencolok, yaitu merah jambu
keunguan. Batangnya agak pendek tertutup pelepah daun namun dari batang itu
mudah keluar tunas. Jumlah bunga tiap tangkai terdiri sekitar 7-15 buah. Tangkai
tersebut keluar dari pangkal batang, dengan panjang 50 cm. Panjangnya sekitar
6-17 cm dan lebar 2.5-5 cm. Anggrek asli Sumatera memiliki nama lain
Phalaenopsis laycockii
Anggrek asal Kalimantan ini mempunyai bentuk daun silindris sempit,
dengan tipe pertumbuhannya menggantung. Ujung daun berwarna hijau tua agak
meruncing. Jika diukur dari ujung hingga pangkal, panjangnya sekitar 40-70 cm
dan lebarnya antara 0.5-1 cm. Tangkai bunga menancap pada sisi samping batang,
panjangnya sekitar 6-9 cm. Warna kelopak maupun mahkota merupakan
kombinasi putih dengan warna merah jambu lembut. Jumlah kuntum bunga setiap
tangkai sekitar 7-15 buah, dengan rata-rata diameter 6 cm.
Phalaenopsis denewei
Spesies anggrek ini berasal dari Kalimantan Barat. Bentuk daun bulat
panjang mirip pensil, dengan panjang sekitar 22-45 cm. Jumlah kuntum dalam
satu tangkai sekitar 3-12 buah. Warna bunga kuning sampai cokelat kemerahan
dengan bagian tepi berwarna kehijauan. Petal agak sempit dan bergelombang,
panjangnya sekitar 24 cm. Panjang kelopak bunga hampir sama dengan
mahkotanya.
Phalenopsis gigantea
Anggrek ini dijuluki sebagai anggrek bulan raksasa. Ukuran bunganya
cukup besar, garis tengahnya sekitar 5 cm, dan memiliki aroma cukup harum.
Kelopak dan mahkota bunga berwarna kuning kehijauan sampai putih, dihiasi
bintik-bintik warna merah tua atau cokelat. Jika diamati, mahkota bunganya
berukuran lebih kecil dibandingkan kelopaknya. Ukuran batang sangat pendek
dan tertutup oleh daun. Sosok daun menjuntai, berbentuk bulat telur memanjang
sampai elips. Panjang daun dapat mencapai 75 cm dan lebar 40 cm. Jumlah
Ratnasari (2007) mendeskripsikan spesies anggrek Phalaenopsis yang lainnya sebagai berikut:
Phalaenopsis bellina
Anggrek ini memiliki bentuk bunga yang menyerupai bintang, warnanya
merupakan perpaduan antara kuning, putih dan ungu. Phalaenopsis bellina sering
digunakan sebagai tanaman hias pot dan bunga potong. Perbanyakan dengan biji
atau anakan.
Phalaenopsis modesta
Anggrek ini memiliki sepal dan petal bunga berwarna putih, bibir kuning
dengan putih. Selain itu, ada juga yang memiliki sepal dan petal berwarna putih
dengan ungu.
Syarat Tumbuh Anggrek
Tanaman anggrek pada umumnya tumbuh subur di daerah dataran sedang
yang memiliki suhu siang hari rata-rata 25ºC dan suhu malam hari rata-rata 15ºC.
Tanaman anggrek menyukai kelembaban udara sekitar 65-70%. Untuk
pertumbuhan tanaman anggrek, keasaman media (pH) yang baik berkisar 5-6
(Redaksi Agromedia, 2006).
Untuk anggrek Phalaenopsis dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian
lebih dari 700 m dpl. Namun, Phalaenopsis lebih cocok tumbuh di daerah dengan
ketinggian 500-800 m dpl. Suhu memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
dan pembungaan Phalaenopsis. Kebutuhan suhu sekitar 18-26ºC. Anggrek
Phalaenopsis epifit membutuhkan cahaya 1 000-1 500 fc atau penyinaran sinar matahari sekitar 10-30%. Sementara kelembapan yang dibutuhkan cukup tinggi,
sekitar 60-75% (Dewi, 2006). Menurut hasil penelitian Widiastoety dan Bahar
(1995), menyatakan bahwa tanaman anggrek yang mendapat intensitas cahaya
55% menghasilkan daun terlebar, dan pembentukkan tunas terbaik dibandingkan
Anggrek epifit umumnya ditanam di dalam pot, blok pakis, atau pada
cabang-cabang kayu yang masih hidup maupun yang sudah mati. Media tumbuh
yang biasa digunakan untuk anggrek Phalaenopsis berupa pecahan batu bata,
arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis (Gunawan, 2006).
Pembibitan
Masa pembibitan merupakan masa yang memiliki peranan penting dalam
membentuk tanaman muda menjadi tanaman dewasa yang tumbuh secara optimal.
Pada tanaman anggrek Phalaenopsis pembibitan awal dilakukan dengan menanam
bibit dari botol ke dalam kompot (komunitas pot) yang disebut aklimatisasi
(Aditya, 2009). Bibit kompot adalah dalam satu pot ditanam beberapa bibit secara
bersama. Keuntungan menggunakan bibit kompot ini adalah mengurangi risiko
kematian dan bibit mudah diamati perkembangannya semenjak awal (Iswanto,
2001).
Pupuk Organik Guano
Pemupukan pada anggrek adalah salah satu cara untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan produktivitas tanaman.
Aplikasi pemupukan yang tepat pada anggrek menurut fase pertumbuhannya
sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anggrek.
Pemupukan biasanya diaplikasikan melalui daun karena lebih efisien dalam hal
penyerapan unsur haranya (Rosmanita, 2008).
Pemupukan sangat menentukan tingkat pertumbuhan tanaman.
Pemupukan merupakan pemberian unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik. Pupuk dibagi menjadi dua, yaitu pupuk
organik dan non organik. Pupuk organik diperoleh langsung dari alam, misalnya
pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, dan pupuk guano sedangkan pupuk
non organik adalah pupuk buatan pabrik dengan berbagai macam merk dagang.
Pupuk organik mempunyai banyak manfaat apabila diaplikasikan dalam
pemupukan. Salah satu keuntungan penggunaan pupuk organik yaitu membantu
menjaga kelembaban tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah
tanah yang merupakan lapisan mengandung banyak hara, dan mampu berperan
dalam memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah sehingga
mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman
(Pertani, 2010).
Pupuk organik guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran kelelawar
dan sudah mengendap lama di dalam gua dan telah bercampur dengan tanah dan
bakteri pengurai. Pupuk guano mengandung nitrogen, fosfor dan potassium yang
sangat bagus untuk mendukung pertumbuhan, merangsang akar serta kekuatan
batang tanaman. Pupuk guano mengandung semua unsur mineral mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman, serta mengandung fosfat terbanyak. Pupuk guano
tinggal lebih lama dalam jaringan tanah, meningkatkan produktivitas tanah dan
menyediakan unsur hara bagi tanaman lebih lama dari pada pupuk kimia buatan
(Sugianto, 2010).
Manfaat dari pupuk guano yaitu memperbaiki dan memperkaya struktur
tanah karena 40% pupuk ini mengandung material organik, bakteria dan
mikrobiotik flora yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dan sebagai
fungisida alami, mengontrol nematoda yang merugikan yang ada di dalam tanah,
menguatkan batang dan mengoptimalkan pertumbuhan daun baru dan proses
fotosintesis pada tanaman (Seta, 2009). Kandungan bahan organik dan nutrisi
yang terdapat dalam guano sangat tinggi yaitu sekitar 30-65% sehingga dapat
digunakan dengan dosis yang rendah dibandingkan dengan pupuk organik
lainnya.
Tabel 1. Komposisi Guano (Malagon, 2004)
Kandungan Konsentrasi (%)
Total nitrogen (N) 1.00-6.00
Fosfor Oksidasi (P2O5) 1.50-9.00
Potassium Oksida (K2O) 0.70-1.20
Kalsium Oksida (CaO) 3.60-12.0
Magnesium Oksida (MgO) 0.70-2.00
Besi (Fe) 0.70-1.50
tembaga (Cu) 0.20-0.50
Mangan Oksida (MnO) 0.40-0.70
Seng (Zn) 0.40-0.65
Tingginya kandungan nitrogen sangat mendukung pertumbuhan tanaman
yang cepat, fosfor merangsang pertumbuhan akar dan pembungaan, dan kalium
mendukung kekuatan batang tanaman. Kandungan guano umumnya
15% N, (4.4-5.2%) P (10-12% P2O5) sebagai bentuk yang mudah larut dan
1.7% K (2% K2O). Menurut hasil penelitian Mulyono (2008), menyatakan bahwa
penyemprotan ekstrak guano 2 cc/l pada tanaman berpengaruh nyata dan lebih
mampu menekan tingkat kerusakan oleh hama kutu daun dibandingkan dengan
penyemprotan ekstrak guano 1 cc/l dan dan insektisida deltametrin.
Tanaman anggrek termasuk dalam kategori tanaman tingkat tinggi dan
mempunyai kemampuan untuk mensintesis seluruh substansi yang diperlukan
seperti asam amino, hormon, dan vitamin. Dalam media tanam anggrek,
unsur-unsur ini diberikan bersama dengan unsur-unsur-unsur-unsur hara esensial lainnya. Unsur
makro maupun mikro diserap tanaman melalui bulu-bulu akar berupa
garam-garam terlarut di dalam tanah, maupun dari pupuk anorganik yang diberikan,
sedangkan CO2 diambil melalui stomata dari udara (Pioh dan Rondonuwu, 2009).
Tanaman anggrek sebaiknya diberi pupuk majemuk yang mengandung
unsur N, P, dan K lengkap. Dalam Tabel 2 disajikan macam-macam perbandingan
pupuk majemuk yang mengandung dua atau tiga unsur hara makro. Perbandingan
pupuk-pupuk padat yang tertulis di dalam tabel tersebut adalah pupuk biasa yang
diberikan dengan cara disebarkan di sekitar akar-akar tanaman anggrek atau dapat
juga dengan dilarutkan terlebih dahulu dalam air siraman (Pioh dan Rondonuwu,
2009).
Tabel 2. Perbandingan Komposisi Pupuk untuk Anggrek
Tanaman Anggrek N P K
…………..(%)………..…..
Untuk seedlings (bibit) 60 30 10
Untuk mid-size (ukuran sedang/tanaman
muda) 30 30 30
Untuk Flowering size (tanaman berbunga) 10 60 10
Sumber : Pioh dan Rondonuwu, 2009
Akhir-akhir ini juga dikembangkan pupuk slow release, yaitu pupuk yang
di dalamnya melarut sedikit demi sedikit setiap kali penyiraman. Beberapa merek
dagang pupuk slow release adalah Hyponex, Dekastar, dan Dekaform. Selain
melalui akar, tanaman juga menyerap hara melalui daun. Dengan demikian,
pemupukan dapat diberikan melalui daun. Cara ini sangat efisien untuk anggrek
(Gunawan, 2006) .
Chitosan
Chitosan adalah poli-(2-amino-2-deoksi-β-(1-4)-D-glukopiranosa) dengan rumus molekul (C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Chitosan dapat dijumpai secara alamiah di beberapa organisme seperti pada karapas udang,
cangkang rajungan, jamur, dan serangga (Wahyono et al., 2009). Chitosan
memiliki sifat selektif permeabel terhadap CO2 dan O2. Polikation alam dari
chitosan dapat menghambat pertumbuhan kapang dan jamur patogen, seperti
Fusarium oxysporum, Rhizoctonium solani, Pythium paroccandrum. Kitin dan
chitosan saat ini banyak dijual sebagai food supplement. Beberapa penelitian
menunjukkan chitosan efektif menurunkan kadar kolesterol darah (Tala, 2009).
Chitosan larut dalam pelarut organik, HCl encer, HNO3 encer, H3PO4 0.5%, dan CH3COOH 1%, tetapi tidak larut dalam basa kuat dan H2SO4. Dalam
kondisi asam berair, gugus amino (-NH2) chitosan akan menangkap H+ dari
lingkungannya, sehingga gugus aminonya terprotonasi menjadi –NH3+ inilah yang
menyebabkan chitosan bertindak sebagai garam, sehingga dapat larut dalam air,
analog dengan pelarutan garam dapur dalam air (Wahyono et al., 2009).
Chitosan dapat berinteraksi dengan bahan-bahan yang bermuatan seperti
protein, polisakarida anionik, asam lemak, asam empedu dan fosfolipid. Chitosan
mempunyai karakteristik fisik biologi dan kimiawi yang baik diantaranya dapat
didegradasi, dapat diperbaharui dan tidak toksik (Suptijah, 2006).
Perbedaan di antara kitin dan chitosan terdapat dalam derajat
deasetilasinya. Chitosan mempunyai derajat deasetilasinya 80-90%, akan tetapi
kebanyakan publikasi menggunakan istilah chitosan apabila derajat deasetilasi
lebih besar 70%. Chitosan tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut asam
dengan pH dibawah 6.0. Pelarut yang umum digunakan untuk melarutkan
stabilitas kelarutan chitosan sangat terbatas. Pada pH tinggi, cenderung terjadi
pengendapan dan larutan chitosan membentuk kompleks polielektrolit dengan
hidrokoloid anionik menghasilkan gel (Kaban, 2009).
Chitosan mempunyai cakupan bidang aplikasi yang luas, dengan afinitas yang tinggi dan bersifat nontoksik sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
Chitosan mengatur sistem kekebalan tanaman dan menyebabkan ekskresi enzim pelawan, serta tidak hanya mengaktifkan sel, tetapi juga meningkatkan
kemampuan pertahanan melawan penyakit dan serangga. Kegunaan chitosan
untuk tanaman bunga hias, antara lain untuk mempercepat pertumbuhan,
menyehatkan tanaman, mencerahkan warna bunga, dan antibakteri.
Chitosan berperan bagi tanaman sebagai sumber karbon bagi mikroba di dalam tanah, mempercepat proses transformasi senyawa organik menjadi
anorganik dan membantu sistem perakaran pada tanaman untuk menyerap lebih
banyak nutrien dari tanah. Chitosan diserap oleh akar setelah diuraikan oleh
bakteri di dalam tanah. Penggunaan chitosan dalam bidang pertanian walaupun
tanpa penggunaan pupuk kimia mampu meningkatkan populasi mikroba dalam
jumlah yang besar serta mempercepat proses transformasi nutrien dari senyawa
organik menjadi senyawa anorganik sehingga lebih mudah diserap oleh akar
tanaman (Boonlertnirun et al., 2008). Chitosan dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman anggrek Dendrobium muda dengan konsentrasi chitosan sebesar 10 mg/l,
Tempat dan Waktu
Percobaan dilaksanakan di nursery Gunung Batu, Bogor dari bulan Maret
sampai Agustus 2011. Lokasi berada pada ketinggian sekitar 250 m dpl.
Pembuatan larutan chitosan dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, dan untuk bibit anggrek P. amabilis di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah beberapa spesies anggrek
Phalaenopsis, yang terdiri dari Phalaenopsis bellina, Phalaenopsis modesta, dan
bibit Phalaenopsis amabilis (Gambar 1). P. bellina dan P. modesta dengan umur
tanaman yang sudah dewasa ± 2 tahun ditanam pada blok pakis, sedangkan bibit
P. amabilis berasal dari kultur jaringan ditanam pada pot tanah liat dengan media
tanam sphagnum moss. Untuk pemupukan digunakan pupuk organik guano
(Lampiran 1), chitosan, dan pupuk daun Taichung (12% N, 12% P, 10.5% K, dan
16% Ca), asam asetat 1%, fungisida (benlox) dan bakterisida (plantomycin). Alat
yang digunakan adalah timbangan, sprayer, meteran, greenmeter atau SPAD, dan
alat-alat penunjang lainnya.
Gambar 1. Anggrek Phalaenopsis : P. bellina (a); P.modesta (b); dan bibit
P.amabilis (c)
Metode Percobaan
Penelitian terdiri dari tiga percobaan terpisah untuk 3 spesies (P. bellina,
P. modesta, dan bibit P. amabilis). Setiap percobaan menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu
perlakuan pupuk organik guano dan chitosan. Susunan perlakuan adalah sebagai
berikut :
P1 = Pupuk Taichung sesuai rekomendasi, 1 g/l, disemprotkan 2 kali seminggu
P2 = Pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm
P3 = Pupuk Taichung 1 g/l + pupuk Guano 10 ml/l
P4 = Pupuk Taichung 1 g/l + pupuk Guano 10 ml/l + chitosan 10 ppm
Metode statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) sebagai berikut :
Yij = µ + τi + βj + εij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada faktor perlakuan pupuk organik guano dan chitosan
ke-i dan kelompok ke-j
µ = Rataan umum
τi = Pengaruh utama faktor perlakuan pupuk organik guano dan chitosan ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
εij = Galat percobaan
Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan dengan satu ulangan terdiri dari
satu tanaman dengan umur ± 2 tahun atau relatif sama untuk anggrek P. bellina
dan P. modesta karena bahan tanam terbatas, sedangkan untuk bibit anggrek
P. amabilis berasal dari kultur jaringan setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Analisis data dilakukan menggunakan analisis ragam uji F, jika berpengaruh nyata
terhadap peubah yang diamati akan dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata
Jujur (BNJ) untuk anggrek P. bellina dan P. modesta dan uji DMRT untuk bibit
anggrek P. amabilis taraf 5%. Selain itu, tidak semua tanaman berbunga sehingga
analisis data untuk beberapa parameter pengamatan menggunakan analisis uji t
Pelaksanaan Percobaan
P. bellina dan P. modesta
Tanaman anggrek yang digunakan disesuaikan dengan bahan yang
tersedia, dipilih tanaman dewasa dengan umur atau ukuran tanaman yang relatif
sama yaitu ± 2 tahun. Tanaman ditempatkan di lingkungan yang relatif seragam di
bawah naungan paranet 55% dengan arah tanaman menghadap ke arah timur.
Pembuatan larutan chitosan dilakukan dengan mencampurkan chitosan dengan
asam asetat 1% hingga mengental, kemudian aquades dimasukkan ke dalam
larutan chitosan.
Perlakuan pupuk dilakukan setiap 4 hari sekali dengan konsentrasi sesuai
perlakuan dan volume semprot sekitar 10-20 ml per tanaman (tergantung ukuran
tanaman). Penyemprotan pupuk dilakukan pada sore hari. Pemeliharaan yang
dilakukan selama perlakuan tanaman di dalam naungan meliputi penyiangan
gulma atau lumut yang tumbuh di pakis dan di sekitar rumah naungan,
pengendalian hama dan penyakit dengan fungisida dan bakterisida setiap satu
minggu sekali.
Bibit P. amabilis
Tanaman anggrek yang digunakan yaitu tanaman yang siap aklimatisasi
berasal dari kultur jaringan. Bibit dikeluarkan dari botol menggunakan pinset satu
per satu, lalu dibersihkan sehingga agar-agar terlepas dari bibit anggrek tersebut,
kemudian bibit anggrek dicelupkan pada larutan fungisida dan bakterisida sesuai
dosis yang diperlukan yaitu masing-masing 1 g/l. Setelah itu, bibit anggrek
dikeringanginkan dan ditanam pada media tanam sphagnum moss, masing-masing
pot berisi 5-7 bibit anggrek.
Perlakuan pupuk hampir sama dengan P. bellina dan P. modesta yaitu
dilakukan setiap 4 hari sekali dengan konsentrasi sesuai perlakuan dan volume
semprot sekitar 10-30 ml per pot. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore
hari. Pemeliharaan tanaman seperti pot disiram setiap hari, pengendalian hama
Pengamatan
P. bellina dan P. modesta
Pengamatan dilakukan selama 17 MSP (minggu setelah perlakuan). Peubah
yang diamati meliputi :
1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang
(cm)
2. Panjang dan lebar daun terpanjang, diukur dari pangkal atau ketiak daun
sampai ujung daun (cm)
3. Jumlah daun, dihitung per tanaman (daun yang sudah membuka
sempurna)
4. Waktu keluar bakal bunga, diamati saat tanaman sudah memperlihatkan
tangkai bunga
5. Jumlah kuntum bunga, diamati saat tanaman sudah memperlihatkan
kuncup bunga
6. Jumlah kuntum bunga per tangkai, dihitung semua kuncup dan bunga
yang sudah mekar penuh yang muncul
7. Panjang tangkai bunga, diukur dari pangkal tangkai sampai ujung tangkai
bunga (cm)
8. Daya tahan bunga di pohon (masa dari bunga muncul hingga bunga
layu/gugur)
9. Ukuran bunga (jarak antara ujung-ujung mahkota bunga dan jarak ujung
lips (bibir bunga) dengan ujung kelopak tertinggi)
10.Masa pembungaan (waktu dari muncul bunga sampai bunga gugur semua)
11.Gejala serangan hama dan penyakit (% tanaman bergejala dari
masing-masing penyakit)
12.Tingkat kehijauan daun diukur dengan alat greenmeter atau SPAD, diukur
pada daun dewasa yang sudah berkembang sempurna pada awal dan akhir
pengamatan.
Bibit P. amabilis
Pengamatan dilakukan selama 8 MSP (minggu setelah perlakuan). Peubah
1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang
(cm)
2. Panjang dan lebar daun terpanjang, diukur dari pangkal atau ketiak daun
sampai ujung daun (cm)
3. Jumlah daun, dihitung per tanaman (daun yang sudah membuka
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2011
di nursery Gunung Batu, Bogor. Pembuatan larutan chitosan dilakukan di
Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kondisi tanaman anggrek Phalaenopsis
bellina dan Phalaenopsis modesta sebelum perlakuan cukup baik, yaitu daun terlihat lebih cerah, lebih hijau, dan kondisi perakaran tebal berdaging (Tabel 3).
Tabel 3. Deskripsi Standar Kriteria Tanaman Anggrek P. bellina dan P. modesta
(Redaksi Trubus, 2005)
Jenis Anggrek Keterangan
P. bellina -Panjang daun berukuran 22-25 cm - Lebar daun 8-12 cm
- Jumlah daun 3-6 helai
- Panjang Tangkai bunga dapat mencapai 30 cm
P. modesta - Panjang daun sekitar 15 cm - Lebar daun sekitar 6 cm
- Jumlah daun 1-4 helai
Selama perlakuan kondisi tanaman secara umum baik, namun pada akhir
bulan ketiga sampai awal bulan keempat yaitu pada akhir bulan Juni hingga awal
Juli kira-kira pada 11 sampai 14 MSP tanaman mengalami kekeringan karena
kondisi cuaca dan curah hujan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman
anggrek, sehingga daun banyak yang kuning, layu, serta ada beberapa tanaman
yang daunnya rontok (Gambar 2).
Daun Menguning Daun Keriput Daun Rontok
Pada bulan Juni dan Juli 2011 rata-rata lama penyinaran matahari 7.04 dan
6.96 jam (Lampiran 2), sedangkan intensitas penyinaran matahari 253 dan
272 cal/cm2/hari (Tabel 4). Lama penyinaran adalah berapa lama matahari
menyinari tanaman, seperti panjang hari sedangkan intesitas penyinaran matahari
yaitu radiasi matahari yang diterima oleh tanaman atau jumlah energi radiasi yang
dipancarkan sebagai cahaya ke suatu arah tertentu, dan salah satu syarat untuk
proses fotosintesis. Lama penyinaran dapat mempengaruhi terhadap lamanya
fase-fase suatu perkembangan tanaman diantaranya perkecambahan, pertumbuhan
vegetatif, dan fase berbunga (reproduktif) (Anonim, 2010). Data tersebut lebih
tinggi dengan syarat tumbuh tanaman anggrek yaitu lama penyinaran matahari
10-30% (Dewi, 2006).
Untuk mengatasi masalah seperti ini dilakukan penambahan penggunaan
paranet dan pemberian vitamin B1 dengan konsentrasi 25 mg/l. Pengendalian
tersebut memberikan efek positif bagi tanaman anggrek. Tanaman kemudian
terlihat lebih segar dan cerah, daun yang kuning berkurang, dan tanaman yang
rontok daunnya mulai tumbuh daun-daun yang baru.
Gambar 2. Kondisi Anggrek P. bellina (a, b): dan P. modesta (c) saat Tanaman
Berumur 12 MSP
Tabel 4. Data Suhu, Penyinaran Matahari, Curah Hujan, dan Kelembaban Bulan Maret-Agustus 2011
Bulan
Suhu Penyinaran Matahari Curah
Hujan Kelembaban
Sumber : Stasiun Klimatologi Dramaga Wilayah Gunung Batu, Bogor
Hama yang menyerang tanaman anggrek P. bellina dan P. modesta yaitu,
Sitophilus sp. famili Curculionidae. Gejala serangan hama ini terlihat pada tangkai bunga, bekas gigitan meninggalkan lubang pada tangkai bunga dan
menyebabkan ketahanan tangkai bunga dan bunga berkurang atau menurun.
Pengendalian hama Sitophilus sp. ini dengan cara manual yaitu dibuang
dan menggunakan insektisida. Aplikasi insektisida dilakukan setiap satu minggu
sekali. Selain serangan hama, serangan penyakit juga terjadi. Sebanyak 20%
tanaman anggrek P. bellina terserang penyakit busuk lunak. Serangan penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Gejala serangan ditandai dengan
munculnya bintik kecil berwarna kecoklatan di permukaan daun (Gambar 3).
Pengendalian penyakit ini dengan cara daun yang terserang dipotong atau dicabut.
Hasil sidik ragam untuk anggrek P. bellina menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, panjang, lebar, dan jumlah daun (Lampiran 3).
Untuk anggrek P. modesta hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk organik guano dan chitosan berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun pada umur 14 sampai 16 MSP. Perlakuan yang sama tidak berpengaruh
Untuk pertumbuhan bibit anggrek P. amabilis pengaruh pupuk organik
guano dan chitosan berpengaruh nyata terhadap panjang daun dan tinggi tanaman,
sedangkan untuk parameter lebar dan jumlah daun tidak berpengaruh nyata pada
umur 0 MSP (sebelum perlakuan), dan berpengaruh nyata pada umur 2 MSP
(Tabel 4). Perlakuan dengan pupuk Taichung + chitosan 10 ppm dan perlakuan
pupuk Taichung + chitosan 10 ppm + pupuk guano 10 ml/l menunjukkan hasil
yang tidak bagus karena saat bibit anggrek berumur 2 MSP akar mulai kering,
daun mulai menguning dan ada sebagian daun yang menghitam (Gambar 4).
Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan menghentikan aplikasi untuk
semua perlakuan dan memberikan aplikasi vitamin B1 untuk memulihkan
perakaran bibit anggrek yang kering, tetapi aplikasi vitamin B1 ini tidak
berpengaruh terhadap bibit anggrek karena kondisi bibit anggrek dengan
perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm dan perlakuan pupuk
Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l semakin buruk, akar semakin kering bahkan hingga mati.
Akar Kering Daun Menghitam Daun Menguning
Gambar 3. Gejala Serangan Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek P. bellina
Gambar 4. Kondisi Bibit Anggrek P. amabilis dengan Perlakuan Pupuk Taichung
+ Chitosan 10 ppm (c); dan Perlakuan Pupuk Taichung + Chitosan
10 ppm + Guano 10 ml/l (a, b) saat Umur 2 MSP
Kondisi bibit anggrek dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l dan
perlakuan pupuk Taichung + pupuk guano 10 ml/l menunjukkan hasil yang baik
dibandingkan dengan perlakuan pupuk Taichung + chitosan 10 ppm dan
perlakuan pupuk Taichung + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l yaitu bibit anggrek
lebih segar dan cerah dari awal sampai akhir aplikasi. Selain lebih segar dan
cerah, jumlah daun tampak lebih banyak atau lebih rimbun dan daun lebih hijau
(Gambar 5).
Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan
terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bibit Anggrek P. amabilis
Parameter Umur Tanaman
Jenis Pemupukan Koefisien
Pengamatan (MSP) Keragaman (%)
Panjang daun 0 * 10.197
Keterangan : (tn) Tidak berbeda nyata; (*) Berbeda nyata pada taraf 5%; (**) Berbeda nyata pada taraf pada 1 %.
Gambar 5. Kondisi Bibit Anggrek P. amabilis dengan Perlakuan Pupuk
Taichung 1 g/l (a); dan Perlakuan Pupuk Taichung + Guano 10 ml/l (b) saat Umur 8 MSP
Phalaenopsis bellina
Peubah Vegetatif
Perlakuan pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang daun, lebar daun, jumlah daun dan tinggi tanaman. Meskipun
demikian, pada kondisi panas dan kering tanaman yang diberikan perlakuan
pupuk Taichung 1 g/l untuk semua peubah vegetatif secara visual lebih baik bila
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tanaman yang diberi tambahan chitosan
10 ppm, guano 10 ml/l, serta tambahan kombinasi chitosan 10 ppm dan guano
10 ml/l hasilnya menurun saat tanaman berumur 12-17 MSP. Pada peubah lebar
daun dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l sedikit demi sedikit meningkat dari
0-17 MSP yaitu 5.52-5.84 cm, sedangkan untuk peubah jumlah daun saat tanaman
berumur 9-17 MSP rata-rata jumlah daun berkurang karena tanaman mulai
mengalami kerontokan daun (Tabel 6).
Kondisi tanaman yang diberi chitosan 10 ppm tidak begitu baik diduga
karena saat kondisi panas dan kering tanaman tidak dapat menyerap unsur hara
dan air karena tanaman tertutup oleh lapisan chitosan, sehingga daun menjadi
keriput dan menguning, perakaran tanaman menjadi kering. Konsentrasi chitosan
yang diberikan kemungkinan terlalu tinggi sehingga chitosan melapisi permukaan
daun terlalu tebal dan berpengaruh buruk terhadap penyerapan air dan hara serta
sirkulasi oksigen dan CO2 untuk memenuhi kebutuhan fotosintesis atau respirasi
tanaman.
Perlakuan pupuk Taichung + guano 10 ml/l dan perlakuan Taichung +
chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l lebih baik di banding perlakuan Taichung 1 g/l
dan perlakuan pupuk Taichung + chitosan 10 ppm saat tanaman berumur 1-8 MSP
dimana kondisi cuaca belum kemarau (tidak terlalu kering dan panas), karena
kondisi daun masih terlihat lebih hijau dan mengkilat (Gambar 6).
Suhu memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan pembungaan
Phalaenopsis. Suhu optimum untuk pertumbuhan anggek Phalaenopsis sekitar
18-26ºC. Anggrek Phalaenopsis epifit membutuhkan cahaya 1 000-1 500 fc atau
penyinaran sinar matahari sekitar 10-30%. Sementara kelembapan yang
Tabel 6. Peubah Vegetatif P. bellina pada Perlakuan Pupuk Organik Guano dan
Gambar 6. Keragaan Tanaman P. bellina Perlakuan Pupuk Taichung + Guano
10 ml/l (a); Perlakuan Pupuk Taichung + Chitosan 10 ppm + Guano
10 ml/l (b)
a
Peubah Generatif
Berdasarkan uji t perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm,
pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l, pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm +
guano 10 ml/l tidak berbeda nyata terhadap perlakuan pupuk Taichung 1 g/l pada
peubah panjang tangkai bunga, jumlah kuntum bunga, jumlah kuntum bunga per
tangkai, dan ukuran bunga. Jarak dari ujung lips (bibir bunga) ke ujung sepal
tertinggi lebih besar dibandingkan dengan jarak dari ujung petal ke ujung petal
lainnya untuk semua perlakuan yaitu pupuk Taichung 1 g/l, pupuk Taichung +
chitosan 10 ppm, pupuk Taichung + guano 10 ml/l, dan pupuk Taichung +
chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l. Kondisi anggrek yang diberi tambahan
perlakuan chitosan 10 ppm dan guano 10 ml/l baik, sebelum cuaca panas dan
kering, sedangkan saat cuaca panas dan kering kondisi anggrek mulai tidak stabil,
yaitu tangkai bunga menguning, kuntum bunga gugur, dan bunga tidak mekar
sempurna (Tabel 7).
Perlakuan pupuk organik guano dan chitosan pada anggrek P. bellina
belum dapat mempercepat pembungaan, hal ini dapat dilihat pada ulangan
pertama persentase berbunga 0%, tetapi pada ulangan kedua 100% untuk
perlakuan pupuk Taichung 1 g/l; perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l;
dan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l,
sedangkan 50% untuk perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm. Untuk
ulangan ketiga dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm +
guano 10 ml/l memiliki persentase berbunga 100%, sedangkan ulangan keempat
dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm memiliki persentase
berbunga sebesar 50% (Tabel 8).
Masing-masing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pembungaan, karena masing-masing perlakuan berbunga meskipun tidak
dalam waktu yang sama. Namun, dalam hal daya tahan bunga dan masa
pembungaan perlakuan dengan pupuk Taichung + chitosan 10 ppm dan perlakuan
pupuk Taichung + guano 10 ml/l lebih lama atau lebih tahan dibandingkan dengan
perlakuan pupuk Taichung 1 g/l dan perlakuan pupuk Taichung + chitosan
tidak bertahan lama yaitu bunga terserang hama Sitophilus sp. sehingga bunga cepat layu.
Tabel 7. Rataan Nilai Peubah Generatif P. bellina pada Beberapa Perlakuan
Pupuk
..Jarak antara Ujung Lips dengan Ujung SepalTertinggi (cm)..
3 0.63 ‐ ‐ 0.5
5 0.75 ‐ ‐ 0.5
14 - 0.45 0.53 0.5
Keterangan : tanda (-) menunjukkan tanaman tidak berbunga
Tabel 8. Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Anggrek P. bellina
Ulangan Perlakuan
Waktu Keluar Bakal Bunga
Waktu keluar bakal bunga diamati saat tanaman sudah memperlihatkan
tangkai bunga. Pada anggrek P. bellina, tidak semua tanaman memiliki tangkai
bunga, sehingga waktu keluar bakal bunga berbeda-beda. Tabel 9 menunjukkan
waktu keluar bakal bunga pada anggrek P. bellina rata-rata setiap perlakuan
berbeda, yaitu saat 0, 1, 3, 5, 8, 9, dan 17 MSP. Ulangan pertama dengan
perlakuan P1, P3, dan P4 tidak muncul tangkai bunga dari awal hingga akhir
pengamatan. Sebagian besar tidak munculnya tangkai bunga pada ulangan
pertama karena berdasarkan pengelompokkan tanaman anggrek yaitu ukuran daun
Tabel 9. Waktu Keluar Bakal Bunga Anggrek P. bellina
Ulangan Perlakuan Waktu Keluar Bakal Bunga
(MSP)
Tanda (-) menunjukkan tanaman tidak berbunga
Tingkat Kehijauan Daun
Hasil uji t menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik dan chitosan
tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kehijauan daun anggrek P. bellina. Hal
ini dapat terlihat dari hasil perbandingan pupuk Taichung 1 g/l dengan perlakuan
pupuk Taichung + chitosan 10 ppm; perlakuan pupuk Taichung + pupuk guano
10 ml/l; dan perlakuan pupuk Taichung + chitosan 10 ppm + pupuk guano 10 ml/l
tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Pada perlakuan pupuk Taichung 1 g/l dan
perlakuan pupuk Taichung + guano 10 ml/l terjadi peningkatan tingkat kehijauan
pada awal dan akhir pengamatan, sedangkan untuk perlakuan pupuk Taichung +
chitosan 10 ppm dan perlakuan pupuk Taichung + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l terjadi penurunan tingkat kehijauan daun (Tabel 10). Hal ini disebabkan
kondisi cuaca yang kering dan panas, sehingga lama-kelamaan warna daun
memudar atau menjadi pucat karena daun seperti menguning karena intensitas
Tabel 10. Perbandingan Tingkat Kehijauan Daun P. bellina Diukur dengan Alat
Faktor tunggal pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang, lebar daun, tinggi tanaman, dan berbeda nyata terhadap jumlah
daun pada 14-16 MSP. Pada saat kondisi kering dan panas pertumbuhan anggrek
P. modesta lebih rentan dibandingkan dengan P. bellina, karena daun lebih mudah
kuning dan gugur. Anggrek yang diberi perlakuan pupuk Taichung 1 g/l lebih
tahan saat kondisi panas dan kering bila dibandingkan dengan anggrek yang diberi
perlakuan tambahan chitosan 10 ppm dan guano 10 ml/l (Tabel 11).
Pertumbuhan peubah vegetatif tidak menunjukkan hasil yang signifikan
baik anggrek P. bellina maupun P. modesta, karena anggrek merupakan tanaman
tahunan sehingga pertumbuhannya lambat. Virnanto (2010) menyatakan bahwa
tanaman anggrek merupakan tipe tanaman yang memiliki kecepatan tumbuh yang
relatif lambat. Cepat lambatnya pertumbuhan setiap jenis anggrek adalah
berbeda-beda karena sangat tergantung dari segi pemeliharaan anggrek itu sendiri.
Gunawan (2006) menyatakan bahwa faktor cahaya yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman dibagi menjadi intensitas, lama penyinaran, serta
kualitas sinarnya. Cahaya penuh akan membakar daun tanaman, dan apabila
Tabel 11. Peubah Vegetatif P. modesta pada Perlakuan Pupuk Organik Guano
Pertumbuhan Generatif
Berdasarkan hasil uji tperlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm,
pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l, pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm +
guano 10 ml/l tidak berbeda nyata terhadap perlakuan pupuk Taichung 1 g/l pada
peubah panjang tangkai bunga, jumlah kuntum bunga, jumlah kuntum bunga per
tangkai, dan ukuran bunga. Jarak dari ujung petal ke ujung petal lainnya lebih
besar dibandingkan dengan jarak ujung lips ke ujung petal tertinggi untuk semua
perlakuan (Tabel 12).
Pada anggrek P. modesta perlakuan pupuk Taichung 1 g/l, pupuk
Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm, pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l, dan
pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l belum dapat
mempercepat proses pembungaan. Pembungaan hanya terjadi pada ulangan
pertama, karena pada ulangan pertama yang tumbuh tangkai bunga. Persentase
berbunga pada ulangan pertama yaitu 100% untuk perlakuan pupuk Taichung
1 g/l, 100% untuk perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm, 50% untuk
perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l, dan 100% untuk perlakuan
pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l sedangkan untuk
ulangan 2, 3, dan 4 yaitu 0%. Daya tahan bunga dan masa pembungaan pada
pupuk Taichung 1 g/l dan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm dari awal
hingga akhir perlakuan semakin menurun, hal ini disebabkan karena kondisi iklim
yang sangat panas sehingga bunga mudah layu dan gugur. Sedangkan pada pupuk
Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l dan pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l daya tahan bunga dan masa pembungaan cenderung stabil (Tabel
13).
Utami (2007) menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan anggrek
berbeda-beda untuk setiap jenisnya, termasuk pembentukan primodial bunga.
Anggrek agar cepat berbunga diperlukan perawatan, antara lain penyiraman sesuai
kebutuhan, pemupukan diberikan sesuai fase pertumbuhan, pencegahan hama dan
penyakit, suhu lingkungan, fotoperiodisitas (lama penyinaran terhadap rangsangan
pembungaan) harus dilakukan. Anggrek Phalaenopsis akan berbunga setelah
Tabel 12. Rataan Nilai Peubah Generatif P. modesta pada Beberapa Perlakuan
..Jarak dari Ujung Lips dengan Ujung Sepal Tertinggi (cm)..
3 0.25 0.27 0.19 0.17 4 0.25 0.27 0.19 0.17
5 ‐ ‐ 0.19 0.17
8 0.26 0.15 ‐ 0.25
10 0.16 0.27 - 0.56
Tabel 13. Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Anggrek P. modesta
Ulangan Perlakuan
Waktu Keluar Bakal Bunga
Waktu keluar bakal bunga diamati saat tanaman sudah memperlihatkan
tangkai bunga. Waktu keluar bakal bunga untuk tanaman anggrek P. modesta
hanya pada ulangan 1, sedangkan untuk ulangan 3 dan 4 hanya bertahan
1-2 minggu karena tangkai bunga terkena serangan hama Sitophilus sp. sehingga
tangkai bunga menjadi kuning dan kering. Selain itu, pada ulangan 2, 3, dan 4
tangkai bunga tidak muncul dari awal hingga akhir pengamatan. Rata-rata waktu
Tabel 14. Waktu Keluar Bakal Bunga Anggrek P. modesta
Ulangan Perlakuan Waktu Keluar Bakal Bunga
(MSP)
Tanda (-) menunjukkan tanaman tidak berbunga
Tingkat Kehijauan Daun
Hasil uji t menunjukkan perlakuan pupuk organik guano dan chitosan
tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kehijauan daun anggrek P. modesta. Hal
ini disebabkan karena daun lama kelamaan menjadi pucat. Faktor yang
menyebabkan daun menjadi pucat yaitu kondisi iklim yang tidak sesuai dengan
syarat pertumbuhan anggrek, sehingga tingkat kehijauan daun anggrek menurun
dari pengamatan awal ke akhir (Tabel 15). Selain itu, diduga hal yang
menyebabkan tingkat kehijauan daun menurun karena kekurangan Nitrogen. Pada
kondisi kemarau pupuk organik tidak dapat mensuplai unsur hara ke tanaman
karena ketersediaan hara yang terbatas, sehingga pada perlakuan yang diberi
tambahan pupuk guano 10 ml/l tingkat kehijauan daun menurun di akhir
pengamatan yaitu dari 32.34 menjadi 16.30.
Tabel 15. Perbandingan Tingkat Kehijauan Daun P. modesta diukur dengan Alat SPAD
Minggu ke- Perlakuan
P2 P3 P4 P1
…………...Tingkat Kehijauan Daun………..….
Awal 29.04 28.05 32.34 26.73
Akhir 22.76 24.63 16.3 26.58
Keterangan : P1 = Perlakuan pupuk Taichung 1 g/l ; P2 = pupuk Taichung + chitosan 10 ppm ; P3 = pupuk Taichung + guano 10 ml/l ; P4 = pupuk Taichung + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l
Gunawan (2006) menyatakan bahwa nitrogen dibutuhkan untuk sintesis
asam-asam amino, protein, asam nukleat, berbagai koenzim, dan sebagai
konstituen molekul klorofil (zat hijau daun). Tanaman yang kekurangan nitrogen
menunjukkan gejala daun yang berwarna hijau muda hingga hijau kekuningan.
Anggrek P. bellina dan P. modesta dengan pemberian pupuk guano
10 ml/l lebih peka atau lebih respon terhadap pertumbuhan vegetatif bila
dibandingkan dengan pertumbuhan generatif karena secara garis besar pada
peubah generatif pertumbuhannya lebih lambat daripada anggrek yang diberi
perlakuan chitosan 10 ppm dan pupuk Taichung 1 g/l. Widiastoety (2002)
menyatakan bahwa tersedianya unsur-unsur hara makro dan mikro pada tanaman
sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas bunga yang akan terbentuk. Untuk
pertumbuhan, tanaman membutuhkan unsur hara makro antara lain C, H, O, N, S,
P, K, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro yang meliputi Fe, Cl, Zn, Mn, Cu, dan B.
Apabila kekurangan salah satu unsur essensial tersebut dapat menimbulkan
penyakit fisiologi.
Bibit Anggrek P. amabilis
Faktor tunggal perlakuan pupuk guano dan chitosan berpengaruh nyata
terhadap panjang, lebar, jumlah daun, dan tinggi tanaman. Pada parameter
pengamatan panjang, lebar, dan jumlah daun meningkat dari minggu sebelum
pengamatan sampai 2 MSP untuk perlakuan pupuk Taichung 1 g/l dan perlakuan
chitosan 10 ppm dan perlakuan pupuk chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l menurun (Tabel 16).
Tabel 16. Pertumbuhan Bibit Anggrek P. amabilis pada Perlakuan Pupuk Organik
Guano dan Chitosan
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil uji t, perlakuan pupuk Taichung + guano 10 ml/l tidak
berbeda nyata dengan pupuk Taichung 1 g/l pada peubah tinggi tanaman, panjang,
lebar, dan jumlah daun, tetapi secara fisiologis perlakuan pupuk Taichung +
guano 10 ml/l lebih baik dibandingkan dengan pupuk Taichung 1 g/l. Pada
perlakuan pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l lebih tinggi daripada perlakuan
pupuk Taichung 1 g/l terhadap peubah panjang daun, lebar daun, dan tinggi daun,
sedangkan untuk jumlah lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan pupuk
Tabel 17. Rataan Nilai Perbandingan antara Perlakuan Pupuk Taichung + Guano
10 ml/l dengan Perlakuan Pupuk Taichung 1 g/l
Peubah MSP Taichung + guano
Kondisi bibit anggrek pada awal aplikasi yaitu saat bibit berumur 1-2 MSP
masih menunjukkan hasil yang baik untuk semua perlakuan (P1, P2, P3, P4),
tetapi saat bibit berumur 3-4 MSP kondisi perakaran mulai kering dan daun mulai
menguning sehingga bibit anggrek mati untuk perlakuan pupuk Taichung +
chitosan 10 ppm dan pupuk Taichung + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l. Hal ini
diduga konsentrasi chitosan yang diberikan terlalu tinggi untuk ukuran bibit atau
perlakuan chitosan tidak cocok untuk bibit anggrek.
Pada percobaan ini perlakuan yang baik secara visual adalah perlakuan
Taichung + guano 10 ml/l, hal ini ditandai dengan kondisi bibit anggrek dari awal sampai akhir aplikasi lebih cerah dan segar dibandingkan dengan perlakuan pupuk
Taichung 1 g/l. Pupuk guano mengandung Nitrogen, Fosfor, dan Potasium sangat bagus untuk mendukung pertumbuhan, merangsang akar, dan kekuatan batang
tanaman. Kotoran kelelawar yang sudah mengendap lama di dalam dasar gua akan