• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pH dan Penggoyangan Media serta Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Pertumbuhan Fusarium sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pH dan Penggoyangan Media serta Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Pertumbuhan Fusarium sp."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH pH DAN PENGGOYANGAN MEDIA SERTA

EKSTRAK DAUN SIRIH (

Piper betle

Linn.) TERHADAP

PERTUMBUHAN

Fusarium

sp.

RIZKA FITRIANI WAHYUNINGTYAS

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh pH dan Penggoyangan Media serta Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Pertumbuhan Fusarium sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

ABSTRAK

RIZKA FITRIANI Wahyuningtyas. Pengaruh pH dan Penggoyangan Media serta Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Pertumbuhan Fusarium sp. Dibimbing oleh ACHMAD.

Fungi adalah organisme heterotrof dan membentuk beberapa macam spora. Banyak dari fungi memasukki persemaian tanaman hutan melalui benih dan menetap di dalam semai atau bibit. Salah satunya adalah Fusarium sp., spesies tersebut dapat menyebabkan terjadinya lodoh sampai kematian berat di lapangan. Beberapa upaya pengendalian terhadap penyakit tersebut telah banyak diteliti dan dipraktikkan, salah satunya pengendalian secara biologi yaitu dengan menggunakan pestisida yang berasal dari ekstrak daun sirih. Daun sirih (Piper betle Linn.) merupakan jenis tanaman yang sangat populer di masyarakat dan lazim digunakan sebagai tanaman obat. Hasil penelitian menunjukan pemberian pH, penggoyangan media dan ekstrak daun sirih memberikan pengaruh yang beragam terhadap pertumbuhan Fusarium sp. Pada media Potato Dextore Agar (PDA) dan media Potato Dextrose Broth (PDB) Fusarium sp. tumbuh pada kisaran pH 4-8 dengan pertumbuhan terbaik untuk PDA berada pada pH kontrol (6.8) dan untuk PDB pada pH 4. Bobot biomassa tumbuh optimum pada media PDB dengan kecepatan penggoyangan 100 rpm dan konsentrasi Ekstrak Daun Sirih (EDS) paling baik untuk menghambat pertumbuhan Fusarium sp. adalah pada konsentrasi EDS 40%.

Kata kunci : daun sirih, Fusarium sp., penggoyangan media, pertumbuhan, pH

ABSTRACT

RIZKA FITRIANI WAHYUNINGTYAS. Effect of pH and Shaking Media also Betel (Piper betle Linn.) Leaves Extract toward the Growth of Fusarium sp. Supervised by ACHMAD.

Fungi is heterotroph organism and able to form a spore. Fungi be able to ride into the nursery through the seed and settled on the seedlings. One of the type is Fusarium sp., which can cause lodoh disease even the dead of the seedlings. Some controlling effort to those disease have been investigated and implemented, one of controlling way was using biological pesticide from betel leaves extract. Betel (Piper betle Linn.) was so popular among the society and commonly used as a herbs. This study shown that the pH addition, shaking the media and the betel leaves extract had a various effect toward the growth of Fusarium sp. On Potato Dextore Agar (PDA) and Potato Dextrose Broth (PDB) media Fusarium sp. grown around pH 4-8 with the best result for PDA on pH 6.8 and for PDB on pH 4. Biomass weight grown optimum on PDB media with the speed of 100 rpm shaking and EDS concentration that best hold up the growth of Fusarium sp. was at EDS concentration 40%.

(5)
(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PENGARUH pH DAN PENGGOYANGAN MEDIA SERTA

EKSTRAK DAUN SIRIH (

Piper betle

Linn.) TERHADAP

PERTUMBUHAN

Fusarium

sp.

RIZKA FITRIANI WAHYUNINGTYAS

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh pH dan Penggoyangan Media serta Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Pertumbuhan Fusarium sp. Nama : Rizka Fitriani Wahyuningtyas

NIM : E44080015

Disetujui oleh

Dr Ir Achmad, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini ialah fungi, dengan judul Pengaruh pH dan Penggoyangan Media serta Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Pertumbuhan Fusarium sp.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Achmad, MS selaku pembimbing. Terima kasih juga disampaikan kepada mama Endah Sumayni, bapak Sudjarwo, adik Chitra Ayu Lestari, Chiko dan Zizi, serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, semangat, waktu, perhatian, pengertian dan kasih sayangnya. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Gilang Teguh Raharjo S.Hut dan keluarga atas perhatian, doa, dan dukungannya. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Tirsa, Fitri, Ageng, Ibu Tutin Suryatin, Mba Ai, Kak Ucik, Bi Encah, dan seluruh keluarga besar Lab Patologi dan Departemen Silvilultur.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)
(12)
(13)

DAFTAR ISI

Pembuatan Media Potato Dextrose Broth (PDB) 7 Penyediaan Isolat Fungi Patogen 7 Sterilisasi 7 Peremajaan Fusarium sp. 7 Inokulasi 8 Tahap Pelaksanaan 8 Pertumbuhan Diameter Koloni Fusarium sp. pada Media PDA dengan Beberapa Tingkatan pH 8 Pertumbuhan Biomassa Miselia Fusarium sp. pada Media PDB dengan Beberapa Tingkatan pH 8 Pertumbuhan Biomassa Miselia Fusarium sp. pada Media PDB dengan Beberapa Tingkatan Penggoyangan 9 Pengujian Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (EDS) terhadap Pertumbuhan Diameter Koloni Fusarium 9

Rancangan Percobaan 10 Analisis data 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Pertumbuhan Diameter Koloni Fusarium sp. pada Media PDA dengan Beberapa Tingkatan pH 11 Pertumbuhan Biomassa Miselia Fusarium sp. pada Media PDB dengan Beberapa Tingkatan pH 13 Pertumbuhan Biomassa Miselia Fusarium sp. pada media PDB dengan Beberapa Tingkatan Penggoyangan 15 Pengujian Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (EDS) terhadap Pertumbuhan Diameter Koloni Fusarium sp. 16

SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18

(14)

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

DAFTAR TABEL

1 Pembuatan konsentrasi ekstrak daun sirih (EDS) 10 2 Hasil uji Duncan pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp.

pada media PDA dengan beberapa tingkatan pH 12 3 Hasil uji Duncan bobot biomassa Fusarium sp. pada media

PDB dengan beberapa tingkatan pH 13

4 Hasil uji Duncan bobot biomassa Fusarium sp. pada media

PDB dengan beberapa tingkatan penggoyangan 15 5 Hasil uji Duncan pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp.

pada pengujian ekstrak daun sirih (EDS) 17

DAFTAR GAMBAR

1 Tanaman sirih (Piper betle Linn.) 4

2 Koloni Fusarium sp. setelah diinkubasi selama 7 hari pada

media PDA dengan beberapa tingkatan pH 12

3 Mikrograf Fusarium sp. 12

4 Biomassa Fusarium sp. setelah diinkubasi selama 7 hari

pada media PDB dengan tingkatan pH 14 5 Biomassa Fusarium sp. setelah disaring dan dioven

selama 24 jam 14

6 Biomassa Fusarium sp. setelah diinkubasi selama 7 hari

pada media PDB dengan tingkatan penggoyangan 15 7 Biomassa Fusarium sp. setelah disaring dan dioven

selama 24 jam kontrol 15

8 Koloni Fusarium sp. setelah diinkubasi selama 7 hari

dengan beberapa tingkatan konsentrasi daun sirih 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Komposisi media pertumbuhan Fusarium sp. 21 2 Pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp.

pada media PDA dan tingkatan pH 22

3 Bobot kering meselium Fusarium sp. dengan perlakuan pH

yang dibiakan pada media PDB 22 4 Bobot kering meselium Fusarium sp. dengan perlakuan

penggoyangan yang dibiakan pada media PDB 23 5 Pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. pada perlakuan

(15)

7 Hasil uji Duncan pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp.

dengan beberapa tingkatan pH 27 8 Hasil uji Duncan bobot biomassa Fusarium sp.

dengan beberapa tingkatan pH 28 9 Hasil uji Duncan bobot biomassa Fusarium sp.

dengan beberapa tingkatan penggoyangan 28 10 Hasil uji Duncan pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp.

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertambahan manusia yang terjadi setiap tahunnya dapat memberikan efek negatif bagi hutan. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan hasil hutan sehingga meningkat pula permintaan akan produk hasil hutan terutama kayu. Meningkatnya kebutuhan tersebut dapat mengakibatkan tekanan pada hutan alam ataupun hutan tanaman industri. Di sisi lain, hutan alam tidak mampu terus menerus mencukupi kebutuhan masyarakat yang semakin besar. Tekanan pada hutan alam dapat menurunkan kualitas bahkan menimbulkan kerusakan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1991 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman pasal 1, hutan tanaman dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Oleh karena itu, pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi masalah pasokan kayu. Tanaman yang umumnya digunakan untuk membangun HTI adalah tanaman yang berfungsi sebagai bahan baku pulp dan kertas, konstruksi dan energi. Dalam tujuan pembangunan HTI, tanaman yang diperlukan harus bersifat pionir sehingga mampu beradaptasi dengan cepat pada tempat hidupnya dan juga tergolong fast gowing species dengan tujuan agar dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat, dan salah satu contoh tanaman tersebut adalah jabon. Jabon merupakan jenis pionir asli Indonesia dan memiliki penyebaran alami yang luas dari Aceh sampai Papua. Jenis pohon ini banyak dijumpai di lahan terbuka bekas tebangan atau di kanan-kiri jalan logging. Jabon juga banyak dijumpai di lahan-lahan bekas tambang khususnya di Kalimantan, tumbuh alami di tempat-tempat terbuka maupun di sela-sela Acacia mangium yang telah ditanam terlebih dahulu sebagai upaya reklamasi lahan bekas tambang. Saat ini jabon merupakan salah satu tanaman komersial di Indonesia (Mansur dan Tuheteru 2010).

(18)

2

Appel. & Wollenw, F.oxysporum Schlect, F.equiseti (Corda Sacc., F.fusarioides (Frag.& Cif) Booth dan F.semitectum Bert. & Rav

Masalah ini semakin rumit karena pestisida sintesis yang menjadi andalan bagi masyarakat dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman menunjukkan ketidakefektifannya. Banyak jenis organisme pengganggu tanaman menjadi kebal terhadap pestisida sintesis. Dalam beberapa kasus serangan organisme pengganggu tanaman justru menunjukkan peningkatan setelah dilakukan penyemprotan pestisida sintesis. Kasus ini sering dikenal dengan istilah resurgensi (Soetikno 1992). Beberapa upaya pengendalian terhadap penyakit tersebut telah banyak diteliti dan dipraktikkan, mencakup pengendalian secara fisik, kimiawi maupun secara biologi (hayati). Salah satu pengendalian secara biologi adalah dengan menggunakan pestisida yang berasal dari ekstrak daun sirih. Daun sirih (Piper betle Linn.) merupakan jenis tanaman yang sangat populer di masayrakat dan lazim digunakan sebagai tanaman obat. Selain itu, sirih merupakan salah satu tumbuhan yang dapat difungsikan sebagai antimikroba alami (Darwis. 1991).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pH terhadap pertumbuhan diameter fungi Fusarium sp., pengaruh pemberian berbagai tingkatan pH dan pengaruh penggoyangan media terhadap pertumbuhan biomassa fungi Fusarium sp., serta pengaruh pemberian ekstrak daun sirih terhadap pertumbuhan diameter Fusarium sp.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai respon pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. serta bobot miselia terhadap pemberian pH media, penggoyangan serta ekstrak daun sirih, sehingga dapat dijadikan alternatif dan bahan rekomendasi untuk pengendalian serangan Fusarium sp. secara in vivo (di lapangan).

TINJAUAN PUSTAKA

Fusarium sp.

Menurut Agios (1988) dunia fungi dibagi sebagai berikut :

1. Oomycetes – mempunyai miselium membentuk zoospora dalam sporangium. Zoospora mempunyai dua flagel. Oospora dibentuk oleh bersatunya inti jantan dan betina oleh anteridium dan oogonium yang secara morfologi berbeda.

(19)

3 3. Ascomycetes – membentuk spora seksual yang disebut askospora. Mempunyai hifa bersekat dan mengadakan pembiakan seksual dengan membentuk askus.

4. Basidiomycetes – spora seksual disebut basidiospora atau sporidium, dibentuk eksternal pada struktur pembentuk spora yang disebut basidium, tidak bersekat atau bersekat menjadi bersel satu atau empat.

5. Deuteromycetes – meliputi fungi tidak sempurna. Fungi dengan hifa bersekat, hanya dikenal dengan cara pembiakan aseksual, atau stadium imperfect-nya (anamorf)

Karateristik koloni fungi ini awalnya berwarna putih kemudian berubah menjadi keungguan, miselium di udara seperti kapas dan percabangan konidiofornya pendek (Achmad 1997). Fusarium dalam sistem klasifikasi fungi memiliki penggolongan sebagai berikut :

Kingdom : Fungi Divisi : Eumycota Subdivisi : Deuteromycetes Kelas : Hyphomycetes Bangsa : Moniliales

Suku : Tuberculariaceae Marga : Fusarium

Fusarium mempunya berbagai macam spora. Pada umumnya memiliki dua jenis konidia yaitu makrononidia dan mikrokonidia Makrokonidia berbentuk sabit atau berbentuk kait. Mikrokonidia sendiri mempunyai bentuk yang sama atau berbeda dengan makrokonidia, yang bentuknya sama mempunyai ukuran yang lebih kecil dan mempunyai sekat yang lebih sedikit, dan yang berbentuk berbeda, dapat bulat, bulat telur, berbentuk ginjal, lanset dan sebagainya. Konidia dibentuk pada miselium yang lepas di atas pseudoparenkim atau pada sporodokium. Mikrokonidia kadang-kadang membentuk rantai. Konidia atau hifa berwarna kelabu, dapat biru, kuning, cokelat, lembayung atau merah. Fungi ini membentuk miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium agar. Mula-mula miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem (Semangun 2006). Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora. Fungi banyak membentuk mikrokonidia bersel satu, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2.5-4 μm, jarang terdapat makronidium, berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3.5-5.5 μm.

Kondisi yang cocok untuk hidup fungi Fusarium sp. yaitu pada tanah yang mempunyai kelembaban tinggi dan suhu tanah berkisar antara 5oC sampai 30oC. Suhu tanah optimum untuk berkembangnya adalah 28 oC dan kemasaman tanah bervariasi antar 4-7. Dalam biakan murni, fungi ini dapat berkembang dengan suhu optimum berkisar antar 25 oC sampai 30 oC dengan suhu maksimum 37 oC (Walker 1975). Pada medium agar, pH berkisar anatara 2.2-9.0 dengan pH optimum 7 (Soesanto 2008).

(20)

4

Rhizoctonia sp., R.solani, Fusarium sp., dan Phytium sp. Lebih lanjut Semangun (2006) menjelaskan bahwa tumbuhan yang baru tumbuh dan dalam keadaan lembab dapat diserang oleh beberapa macam fungi (misalnya Rhizoctonia, Sclerotium, Fusarium, Phytium, atau Phytopthora) yang menyebabkan pangkal batang busuk dan tumbuhan rebah. Gejala ini sering disebut sebagai rebah semai (damping-off). Beberapa spesies Fusarium yang telah diketahui menyebabkan penyakit lodoh adalah F.solani (Mart) Sacc., F.moniliforme Sheld., F.ventricosum Appel. & Wollenw, F.oxysporum Schlect., F.equiseti (Corda Sacc., F.fusarioides (Frag.& Cif) Booth dan F.semitectum Bert. & Rav (Huang dan Kuhlman 1990).

Menurut Alexopoulos (1961) Fusarium yang bersifat parasit biasanya menyerang pembuluh yang menyebabkan layu pada tanaman dengan cara menyumbat jaringan penyaluran makanan dan dapat juga dengan mengeluarkan toksin. Semangun (1996) menjelaskan bahwa Fusarium yang menjadi salah satu penyebab penyakit pembuluh dikelompokkan dalam jenis F.oxysporum.

Daun Sirih (Piper betle Linn.)

Menurut Heyne (1987), tumbuhan ini dibudidayakan oleh suku-suku di seluruh nusantara. Sering ditemukan beberapa tanaman yang ditanam di pekarangan. Tanaman yang dibudidayakan untuk dijual juga diusahakan di halaman rumah. Di Jawa, sirih paling baik tumbuh pada ketinggian 200-1000 kaki dpl. Tumbuhan ini akan hidup optimal jika berada pada tanah yang dapat meneruskan air (berpasir), tanah yang digarap sampai gembur, pemupukan dan pemeliharaan terus menerus.

Tanaman sirih merupakan tanaman merambat dan mempunyai akar yang dapat merekat pada pohon lain (Hernani dan Yuliani 1991). Dalam bahasa latin sirih disebut P.betle Linn. (Darwis 1991). Menurut Rosman dan Suhirman (2006), sirih dikenal dengan banyak nama, diantaranya suruh, sedah (Jawa); seuruh (Jawa Barat), sere (Madura); sedah (Bali); ranub (Aceh); burangir (Mandailing); demban (Toba); sirieh, cambia (Minang); manuf (Timor); ganjeng (Makasar); bido, tele (Tidore dan Ternate); cambai (Lampung). Leko, kowak, malo, malu; dontile, parigi (Sulawesi); gies, bido (Maluku) (Mahendra 2005).

Gambar 1 Tanaman Sirih (Piper betle Linn.)

Menurut Syamsuhidayat dan Putapea (1991), taksonomi sirih sebagai berikut :

(21)

5 Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone Ordo : Piperales Family : Piperaceae Genus : Piper

Spesie : Piper betle Linn.

Tanaman ini merupakan herba perenial yang memanjat, tinggi tanaman dapat mencapai 2-4 m. Batang berkayu lunak, bentuk bulat, beruas-ruas, beralur-alur, berwarna hijau abu-abu. Daun tunggal, letak daun bersilang, bentuk bervariasi dari bundar sampai oval, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung atau agak bundar simetris, tepi rata, permukaan rata, pertulangan menyirip,memiliki warna bervariasi dari kuning, hijau sampai hijau tua, berbau aromatis. Bunga majemuk bentuk bulir, warna kuning atau hijau (Syukur dan Hernani 1999).

Pada dasarnya sirih dapat tumbuh di berbagai jenis tipe tanah dengan struktur sedang, asalkan tanahnya subur. Ketinggian tempat berkisar 200-1.000 mdpl. Tanaman sirih akan menghasilkan daun segar apabila mendapat cahaya matahari penuh, tanaman sirih dapat tumbuh baik di daerah sengan iklim sedang sampai basah. Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah yang kaya humus dan subur (Mahendra 2005). Faktor ekologi yang mempengaruhi pertumbuhan daun sirih antara lain iklim, tinggi tempat tumbuh dan jenis tanah (Januwati dan Rosita 1991).

Manfaat dari daun sirih cukup beragam di antaranya sebagai obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, sariawan, keputihan, obat kumur, wasir, tetes mata dan mengurangi produk air susu. Kandungan kimia daun sirih antara lain adalah minyak atsiri 1-4.2%, hidroksikavicol, kavikol 7.2-16.7%, kavibetol 2.7-6.2%, allylpyrokatekol 0-9.6%, karvakrol 2.2-5.6%, eugenol 20.8-42.5%, eugenol methyl ether 4.2-15.8%, p-cymene 1,2-2.5%, cineole 2.4-4.8%, caryopHyllene 3.0-9.8%, cadinene 2.4-15.8%, estragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propana, tanin, diastase 0.8-1.8%, gula, pati (Wijayakusuma 1994). Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari berbagai senyawa seperti kavikol, karvarol, sineol, metil kavikol, eugenol, eugenol metil eter dan kavibetol. Selain itu juga daun sirih mengandung tanin, gula dan amilum (Syukur dan Hernani 1991). Daun sirih segar selain banyak air, juga mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin (Rosman dan Suhirman 2006). Menurut Darwis (1991) bahwa daun sirih mengandung asam amino esensial kecuali lisin, histidin dan arginin.

(22)

6

Antimikroba merupakan komposisi kimia yang berkemampuan dalam menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme (Volk dan Wheeler 1993). Menurut Prayogo dan Sutardi (1991) penggunaan daun sirih sebagai obat mempunyai dasar yang kuat karena adanya kandungan minyak atsiri yang mempunyai komponen fenol alam yang mempunyai daya antiseptik sangat kuat. Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar manfaatnya. Ia mengandung zat antiseptik pada seluruh bagiannya. Daunnya banyak digunakan untuk mengobati mimisan, mata merah, keputihan, membuat suara nyaring, dan banyak lagi, termasuk disfungsi ereksi (Marsoedi dan Saputri 2008).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Patologi Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Bioteknologi Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi IPB, Laboratorium Mikologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB dan Laboratrium Mikoriza Puslitbang Kehutanan Bogor yang berlangsung dari bulan Juni 2012 sampai dengan bulan Januari 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah erlenmeyer, blender, cawan petri, botol jam, bunsen, alumunium foil, becker glass, pH meter, pipet, otoklaf, timbangan analitik, laminar air flow, shaker, oven, kapas, kain kasa, bor gabus, sprayer, tissue, plastik wrap, korek api, kamera, kertas, label, penggaris dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah daun sirih yang diperoleh dari rumah pribadi, untuk isolat adalah media PDA yang terdiri dari agar, kentang, dextrose, chlorampenicol, NaOH, HCl, spirtus, alkohol 70%, media PDB, biakan murni Fusarium sp. yang diperoleh dari isolat Fusarium sp. yang merupakan hasil isolasi dari tanamamn jabon berumur 3 bulan yang terserang penyakit.

Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan, pelaksaan, pengambilan data, dan analisis data.

Tahap Persiapan

Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA)

(23)

7 Setelah itu dituang ke dalam erlenmeyer. Media kemudian disterilisasi menggunakan otoklaf pada suhu 121°C, tekanan 1 atm selama 15 menit.

Pembuatan Media Potato Dextrose Broth (PDB)

Satu liter media Potato Dextrose Broth (PDB) memerlukan kentang yang telah diiris sebesar potongan dadu direbus dengan 1000 ml aquades sampai kentang lunak. Air rebusan tersebut disaring dan dituangkan pada wadah yag telah ditambahkan gula/dextrose sebanyak 20 g, dan ditambahkan aquades sampai 1000 ml. Dipanaskan mendidih dan tambahkan chlorampenicol, aduk hingga merata. Setelah itu dituang ke dalam erlenmeyer. Media kemudian disterilisasi menggunakan otoklaf pada suhu 121oC, tekanan 1 atm selama 15 menit

Penyedian Isolat Fungi Patogen dan Pemurnian

Isolat yang digunakan adalah isolat murni Fusarium sp. yang diisolasi dari tanaman jabon berumur 3 bulan. Isolasi dilakukan dengan menanam miselium dari batang jabon yang terserang penyakit dan diperbanyak dengan menggunakan media PDA.

Sterilisasi

Sterilisasi bahan dilakukan pada waktu pembuatan media dengan menggunakan otoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC dan tekanan 1 atm. Alat-alat yang akan dipergunakan terlebih dulu disterilisasi. Sterilisasi Alat-alat-Alat-alat dilakukan seperti, pada cawan petri, erlenmeyer, bor gabus, sudip dengan cara memasukkan ke dalam oven selama 24 jam dalam suhu 60oC. Cawan petri dan erlenmeyer yang akan dipergunakan disterilisasi dengan autoklaf selama 20 menit pada suhu 121oC, tekanan 1 atm. Sedangkan bor gabus dan sudip disterilisasi pada saat akan, selama dan setelah pemakaian, dengan cara dipanaskan dengan menggunakn api bunsen hingga membara. Sterilisasi alat ini dilakukan untuk mencegah agar tidak ada mikroorganisme yang menempel pada alat-alat tersebut, sehingga dalam melakukan kegiatan inokulasi tidak terjadi kontaminasi.

Kebersihan lingkungan kerja dapat dijaga dengan membatasi orang-orang yang memasuki ruangan serta membersihkan ruangan dengan desifektan. Sebelum, selama dan setelah digunakan permukaan tempat kerja (laminar air flow) dibersihkan dengan Alkohol 70% menggunakan sprayer dan dibersihkan dengan menggunakan tissue. Blower atau peniup udara pada laminar air flow dinyalakan sebelum dan selama pemakaian untuk menghindari kontaminan yang air borne. Selain itu sebelum pemakaian laminar air flow dapat disterilisasi dengan menggunakan lampu UV yang dinyalakan selama beberapa menit.

Peremajaan Fusarium sp.

(24)

8

penanggulangannya dibuat isolat yang baru yang inokulumnya diambil dari stok ini. Pembuatan stok ini menggunakan media PDA yang ditaruh di tabung reaksi dan diletakkan miring sehingga menjadi agar miring yang akan dipergunakan untuk pembuatan stok fungi. Agar miring yang telah diinokulasi disimpan dalam lemari pendingin agar dapat bertahan lama.

Inokulasi

Inokulasi dilakukan dengan cara media PDA dituang ke dalam cawan petri berukuran 9 cm yang kemudian didinginkan, selanjutnya ditanam satu potongan inokulum Fusarium sp. berdiameter 8 mm pada bagian tengah media. Inokulum Fusarium sp. diambil dengan bor gabus berdiameter 8 mm. Setelah itu petri ditutup dan disegel menggunakan plastik wrap. Biakan kemudian diinkubasi sampai fungi memenuhi cawan petri. Setiap perlakuan dilakukan dengan 3 ulangan, dan tiap ulangan terdiri atas satu biakan dalam cawan petri.

Tahap Pelaksanaan

Pertumbuhan Diameter Koloni Fusarium sp. pada Media PDA dengan Beberapa tingkatan pH

Biakan murni Fusarium sp. dipotong dalam laminar air flow menggunakan cork borer Ø 8 mm. Kemudian ditanam tepat di tengah-tengah cawan petri berisi PDA yang diberi perlakuan pH kontrol (6.8), 2, 4, 6, dan 8. Media PDA yang berpH basa sebelumnya telah ditambahkan larutan NaOH dan untuk media PDA yg berpH masam ditambahkan latutan HCl. Setelah itu diinkubasi selama 7 hari. Pengamatan dilakukan tiap 24 jam dengan mengukur diameter koloni.

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 5 satuan percobaan dan 3 ulangan. Satuan percobaannya berupa media PDA dengan pH 2 (F2), pH 4 (F4), pH 6 (F6), pH 8 (F8). Sedangkan untuk kontrol (Fk) yaitu dengan pH normal 6,25.

Perhitungan pertumbuhan diameter miselia Fusarium sp. dilakukan dengan cara mengukur diameter arah radial. Rumus perhitungannya sebagai berikut : Diameter arah radial = Ø x + Ø y

Ø x : panjang miselia arah vertikal Ø y : panjang miselia arah horizontal

Pertumbuhan Biomassa Miselia Fusarium sp. pada media PDB dengan Beberapa Tingkatan pH

(25)

9 Pada hari ke 7 setelah tanam, biakan Fusarium sp. dipisahkan antara media PDB dengan miselianya. Pemisahan ini dilakukan dengan menyaring miselia Fusarium sp. dari media tumbuhnya dengan kertas saring yang telah diketahui berat keringnya (dioven 24 jam pada suhu 60°C). Miselia Fusarium sp. pada kertas saring kemudian dioven selama 24 jam pada suhu 60°C, sehingga akan didapatkan bobot kering miselia Fusarium sp. dan kertas saring. Sedangkan bobot kering miselianya didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut:

Bobot kering miselia = (Bobot kering kertas saring + Bobot kering miselia) – Bobot kering kertas saring

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 5 satuan percobaan dan 3 ulangan. Satuan percobaannya berupa media PDB dalam botol jam dengan pH 2 (F2), pH 4 (F4), pH 6 (F6), pH 8 (F8), sedangkan untuk kontrol (Fk) yaitu dengan pH normal 6,8.

Pertumbuhan Biomassa Miselia Fusarium sp. pada Media PDB dengan Beberapa Tingkatan Penggoyangan

Satu potong koloni Fusarium sp. (Ø 0,8 cm) ditanam pada media PDB dalam tabung erlenmeyer dengan 4 tingkatan penggoyangan, yaitu: 0 rpm, 50 rpm, 100 rpm, dan 150 rpm. Pada hari ke 7 setelah tanam, biakan Fusarium sp. dipisahkan antara media PDB dengan miselianya. Pemisahan ini dilakukan dengan menyaring miselia Fusarium sp. dari media tumbuhnya dengan kertas saring yang telah diketahui berat keringnya (dioven 24 jam pada suhu 60°C).

Miselia Fusarium sp. pada kertas saring kemudian dioven selama 24 jam pada suhu 60°C, sehingga akan didapatkan bobot kering miselia Fusarium sp.dan kertas saring. Sedangkan bobot kering miselianya didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut:

Bobot kering miselia = (Bobot kering kertas saring + Bobot kering miselia) – Bobot kering kertas saring

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 5 satuan percobaan dan 3 ulangan. Satuan percobaannya berupa media PDB dalam botol jam dengan tingkat penggoyangan 50 rpm (F50), 100 rpm (F100), 150 rpm (F150). Sedangkan untuk kontrol (Fk) tidak diberi perlakuan penggoyangan (0 rpm).

Pengujian Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (EDS) terhadap Pertumbuhan Diameter Koloni Fusarium sp.

Perlakuan yang diuji adalah tingkat konsentrasi ekstrak daun sirih yang ditambahkan ke media (Potato Dextrose Agar) PDA untuk menumbuhkan Fusarium sp. Tingkat konsentrasi ekstrak daun sirih yang diujikan adalah 0% (kontrol), 10% , 20%, 30%, dan 40% dengan 3 ulangan.

(26)

10

dengan air steril berdasarkan perbandingan volume hingga diperoleh volume akhir larutan 10 ml.

Tabel 1 Pembuatan konsentrasi ekstrak daun sirih (EDS) Konsentrasi EDS

Pengujian pengaruh ekstrak daun sirih terhadap pertumbuhan Fusarium sp. disiapkan dengan prosedur berikut. Ke dalam cawan petri diameter 9 cm dituangkan 2 ml ekstrak daun sirih sesuai konsentrasi yang diujikan, kemudian ditambahkan 10 ml media PDA. Untuk tingkat konsentrasi ekstrak daun sirih 0% (kontrol) maka yang ditambahkan adalah 2 ml air steril dan 10 ml media PDA. Cawan petri kemudian digoyang-goyang agar ekstrak dan media tercampur merata, selanjutnya didiamkan agar media membeku dan dingin.

Biakan murni Fusarium sp. dipotong dalam laminar air flow menggunakan cork borer Ø 8 mm. Kemudian ditanam tepat di tengah-tengah cawan petri berisi PDA yang diberi perlakuan konsentrasi ekstrak daun sirih 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%. Setelah itu diinkubasi selama 7 hari. Pengamatan dilakukan tiap 24 jam dengan mengukur diameter koloni.

Perlakuan terdiri atas satu faktor. Faktor konsentrasi ekstraksi daun sirih dengan satuan percobaannya sebanyak 3 ulangan, dimana F10 adalah konsentrasi 10%, F20 adalah konsentrasi 20%, F30 adalah konsentrasi 30%, dan f40 adalah konsentrasi 40%. Sedangkan untuk konsentrasi 0% (kontrol) adalah Fk, tidak diberi perlakuan konsentrasi ekstrak daun sirih .

Perhitungan pertumbuhan diameter miselia Fusarium sp. dilakukan dengan cara mengukur diameter arah radial. Rumus perhitungannya sebagai berikut : Diameter arah radial = Ø x + Ø y

2 Øx

Øy Keterangan :

Ø x : panjang miselia arah vertikal Ø y : panjang miselia arah horizontal

Rancangan Percobaan

(27)

11 untuk pemberian ekstrak daun sirih serta 4 satuan percobaan untuk penggoyangan media dengan masing satuan percobaan sebanyak 3 ulangan.

Analisis Data

Analisis statistik dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH media, penggoyangan dan pemberian ekstraksi daun sirih terhadap pertumbuhan Fusarium sp. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan masing-masing percobaan sebanyak 5 satuan percobaan untuk pH dan pemberian ekstraksi daun sirih serta 4 satuan percobaan untuk penggoyangan dengan masing-masing satuan oercobaan sebanyak 3 ulangan.

Model umum yang digunakan :

Yij : μ + αi+ εij, keterangan :

Yij : Nilai respon pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. Pada masing-masing percobaan (pH, penggoyangan dan konsentrasi EDS) ke-i dan ulangan ke-j

μ : Nilai rata-rata umum satuan percobaan

αi : Konsentrasi (pH media, penggoyangan media dan EDS) ke-i

εij : Galat percobaan perlakuan (pH media, penggoyangan media dan EDS) ke-i dan ulangan ke-j

Uji lanjutan :

Untuk mengetahui respon yang diberikan dari masing-masing perlakuan dilakukan uji lanjutan yang digunakan adalah uji jarak berganda Duncan, menggunakan progam SPSS versi 16.0 untuk sumber keragaman yang berpengaruh nyata. Jika :

a. Psig > 0.05, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter yang diamati

b. Psig ≤ 0. 05, maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter yang diamati. Jika terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan`s Multiple Range Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian macam pH media, penggoyangan serta pemberian ekstrak daun sirih berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Fusarium sp. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 2.

Pertumbuhan Diameter Koloni Fusarium sp. pada Media PDA dengan Beberapa Tingkatan pH

(28)

12

Tabel 2 Hasil uji Duncan pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. pada media PDA dengan beberapa tingkatan pH

Perlakuan pH media

Diameter koloni (cm) hari ke1

1 2 3 4 5 6 7

kontrol (6.8) 0.7667a 1.917a 2.9833a 4.02 a 5.27a 6.867a 8.00a

2 0.000d 0.000d 0.000d 0.00c 0.00c 0.000c 0.00c

4 0.5167b 1.433b 2.4667b 4.24a 5.30a 6.367a 7.30a

6 0.4333c 1.150c 1.9167c 2.6b 3.53b 3.537b 5.52b

8 0.7000a 1.833a 2.7500ab 3.42b 4.63ab 6.083a 7.50a 1) Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata pada

selang kepercayaan 95% berdasarkan uji jarak berganda Duncan

Pertumbuhan miselia pada media PDA terbaik terdapat pada media PDA kontrol (6.8) diikuti oleh pertumbuhan pada media PDA pH 8, pH 4 dan pH 6. Pengamatan terbaik untuk pertumbuhan miselia dilihat dari diameter isolat yang dapat memenuhi cawan petri terlebih dahulu. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselia Fusarium sp. pada media pH kontrol sampai memenuhi cawan petri adalah selama 7 hari. Koloni pada perlakuan pH 4, pH 6 dan pH 8 mengalami pertumbuhan yang lebih lambat. Pada ketiga perlakuan pH tersebut miselia tidak dapat memenuhi cawan petri. Pada perlakuan pH 2 diameter koloni Fusarium sp. tidak bertambah, tetapi Fusarium sp. tetap tumbuh, hal ini ditandai dengan adanya bintik-bintik berwarna pink dan berkelompok. Koloni Fusarium sp. pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 penampakan mikrograf dari Fusarium sp.

Gambar 2 Koloni Fusarium sp. setelah diinkubasi selama 7 hari pada media PDA dengan beberapa tingkatan pH

(29)

13 dapat bulat, bulat telur, berbentuk ginjal, lanset dan sebagainya. Konidia dibentuk pada miselium yang lepas, di atas pseudoparenkim atau pada sporodokium. Konidia atau hifa berwarna kelabu, dapat biru, kuning, cokelat, lembayung atau merah (Semangun 2006). Selain itu Menurut Semangun (2004), fungi ini membentuk miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium agar.

Pertumbuhan suatu fungi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain oksigen, karbondioksida dan pH (Stakman dan Harrar 1957). Menurut Sarles et al. (1956), semua mikroorganisme mempunyai pH optimum, dimana mereka dapat tumbuh baik, serta pH minimum dimana sebagian besar reaksinya asam yang membuat pertumbuhan mereka akan terhambat. Sebagian besar pH maksimum reaksinya adalah alkali atau basa yang memungkinkan mereka tumbuh.

Hasil pengukuran pH pada media PDA ini menunjukan Fusarium sp. tumbuh baik pada media PDA kontrol diikuti pada media PDA pH 8, pH 4, pH 6, dan pH 2. Hasil percobaan ini menunjukan Fusarium sp. tumbuh baik pada media dengan kisaran pH 4–8 sedangkan pada pH 2 diameter koloni Fusarium sp. tidak bertambah tetapi Fusarium sp. tetap tumbuh, hal ini terjadi karena kondisi pH pada medi PDA yang terlalu asam. Menurut Walker (1957), fungi F.oxysporum penyebab layu pada tanaman tomat tumbuh baik pada medium dengan kisaran pH 3.6-8.4. Booth (1971) menjelaskan bahwa pH yang digunakan dalam pembiakkan F.oxysporum adalah 6.5-7.0.

Hidayat (2005) menjelaskan bahwa pengaruh pH adalah pada aktivitas enzim. Pemecahan molekul kedalam ion-ion pada membran permeabel dipengaruhi juga oleh pH. Sebagai contoh ada beberapa kasus suatu spesies fungi dilaporkan tidak dapat memanfaatkan suatu zat tertentu, tetapi studi lebih lanjut menunjukkan bahwa pH optimum dapat membuat zat tersebut melewati membran kemudian dimanfaatkan oleh fungi. Selain itu pH mempunyai efek terhadap proses metabolik, sehingga fungi mampu menggunakan zat tertentu untuk mendapatkan kebutuhan nutrisinya.

Pertumbuhan Biomassa Miselia Fusarium sp. pada media PDB dengan Beberapa Tingkatan pH

Hasil penelitian menunjukan bahwa derajat kemasaman (pH) memberikan pengaruh nyata terhadap biomasaa Fusarium sp. Tabel 3 menyajikan bobot kering miselium yang telah diinkubasi selama 7 hari pada media PDB.

Tabel 3 Hasil uji Duncan bobot biomassa Fusarium sp. pada media PDB dengan beberapa tingkatan pH

Perlakuan pH media Bobot biomassa (g)1

kontrol (6.25) 0.12500b

2 0.0700d

4 0.14400a

6 0.12967b

8 0.10700c

(30)

14

Hasil penelitian menunjukan bahwa derajat kemasaman (pH) memberikan pengaruh nyata terhadap biomasaa Fusarium sp. Hasil pengamatan pertumbuhan biomassa diperoleh bahwa Fusarium sp. tumbuh optimum pada pH 4 diikuti pada pH 6, pH kontrol 6.25, pH 8 dan pH 2. Ramli (1997) menyatakan bahwa pH optimum untuk pertumbuhan F.proliferatum adalah 5.5 dan untuk F.moniliforme adalah pH 7. Hal ini sama dengan pada media padat, dimana pada media padat Fusarium sp. tumbuh baik pada kisaran pH 4-8. Biomassa Fusarium sp. pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 4 Biomassa Fusarium sp. setelah diinkubasi selama 7 hari pada media PDB dengan tingkatan pH

Gambar 5 Biomassa Fusarium sp. setelah disaring dan dioven selama 24 jam pada beberapa tingkatan pH

Menurut Moore (1972), pengaruh pH terhadap pertumbuhan ada dua. Pengaruh yang pertama adalah terdapatnya ion logam. Ion logam ini dapat berbentuk kompleks dan pada tingkat pH tertentu sulit dipecahkan/diuraikan. Pengaruh kedua adalah pada permeabilitas sel yang dapat berubah pada tingkat kemasaman atau kebasaan yang berbeda. Akibatnya yang terutama dapat terlihat pada senyawa-senyawa yang mengalami ionisasi. Penjelasan yang mungkin adalah pada pH rendah membran protoplasma menjadi dipenuhi dengan ion hidrogen, sehingga aliran kation-kation yang esensial terhambat, sebaliknya pada pH tinggi membran protoplasma dipenuhi dengan ion hidroksil dengan demikian akan menghambat aliran anion-anion yang esensial. Pada pH rendah asam ρ -aminobenzoik berada sebagai asam bebas, selain itu pH rendah merupakan kondisi yang baik untuk pengambilan vitamin. Pada pH 6 membutuhkan delapan kali lebih banyak asam ρ-aminobenzoik dibanding pada pH 4 untuk mendukung pertumbuhan fungi.

(31)

15 tidak menguntungkan dapat mengubah kemampuan normal dari sel. Giffin (1981) menjelaskan bahwa pH sebagian besar berpengaruh pada unsur-unsur medium. Pengaruh yang nyata yaitu pada aktivitas metabolisme pada bagian-bagian dinding sel dan bagian permukaan membran luar. Di samping itu pH medium biasanya berubah 0.2-0.4 ketika di otoklaf.

Pertumbuhan Biomassa Miselia Fusarium sp.

pada media PDB dengan Beberapa Tingkatan Penggoyangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan penggoyangan memberikan pengaruh nyata terhadap biomassa Fusarium sp.

Tabel 4 Hasil uji Duncan bobot biomassa Fusarium sp. pada Media PDB dengan beberapa tingkatan penggoyangan

Perlakuan penggoyangan Bobot biomassa (g)1

kontrol ( 0 rpm) 0.04333c

50 rpm 0.09400b

100 rpm 0.12233a

150 rpm 0.057c

1) Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% berdasarkan uji jarak berganda Duncan

Hasil pengamatan pertumbuhan biomassa diperoleh bahwa Fusarium sp. tumbuh lebih baik pada kecepatan penggoyangan sebesar 100 rpm, diikuti oleh kecepatan penggoyangan sebesar 50 rpm, 150 rpm dan terakhir kontrol (0 rpm). Biomassa Fusarium sp. pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.

Gambar 6 Biomassa Fusarium sp. setelah diinkubasi selama 7 hari pada media PDB dengan tingkatan penggoyangan (a) kontrol (0 rpm); (b) 50 rpm; (c) 100 rpm; (d) 150 rpm

Gambar 7 Biomassa Fusarium sp. setelah disaring dan dioven selama 24 jam (a) kontrol (0 rpm); (b) 50 rpm; (c) 100 rpm; (d) 150 rpm

(32)

16

lebih tinggi dibandingakan dengan media tanpa penggoyangan. Tingkat penggoyangan 100 rpm memberikan bobot biomassa Fusarium sp. tertinggi. Bobot biomassa tertinggi yaitu pada tingkat penggoyangan 50 rpm, selanjutnya 150 rpm, dan 0 rpm (tanpa penggoyangan). Menurut Booth (1971), untuk meningkatkan sporulasi F.oxysporum dapat digunakan shaker selama empat hari.

Pemberian penggoyangan pada media cair berhubungan dengan pemberian aerasi. Stakman dan Harrar (1957) menjelaskan bahwa sebagian besar patogen tanaman adalah aerob dan oleh karena itu persediaan oksigen yang cukup diperlukan agar pertumbuhannya maksimum. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada tingkat penggoyangan 100 rpm dan 50 rpm dihasilkan bobot biomssa yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Fusarium sp. tumbuh dengan baik, namun pada kecepatan penggoyangan 150 rpm dan 0 rpm (tanpa penggoyangan) bobot biomassa mengalami penurunan. Menurut Hidayat (2005), komponen udara yang paling banyak digunakan adalah oksigen dan karbondioksida. Fungi merupakan spesies aerobik dan oksigen cukup diperlukan untuk pertumbuhan miselia, namun tetap memiliki ambang batas untuk pertumbuhan yang optimal.

Pengujian Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (EDS) terhadap Pertumbuhan Diameter Koloni Fusarium sp.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirih memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. Meskipun demikian pertumbuhan diameter koloni yang terjadi dalam setiap unit percobaan cukup beragam, dimana beragam dalam hal ukuran diameter koloni maupun hari pertumbuhan.

Pada hari ke 1, diperoleh bahwa Fusarium sp. tumbuh baik dan tumbuh cepat pada perlakuan kontrol (konsentrasi 0%). Sama halnya pada pengamatan hari ke 1, pengamatan hari ke 2 sampai hari ke 7 Fusarium sp. dapat memenuhi cawan petri, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni Fusarium sp. lebih cepat pada perlakuan kontrol dibandingkan dengan ekstrak daun sirih konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40%. Pada hari pertama, pertumbuhan Fusarium sp. terjadi hanya pada perlakuan kontrol dan konsentrasi 10 %. Pertumbuhan Fusarium sp. pada ekstrak daun sirih konsentrasi 20% terjadi pada hari ke 3, sedangkan pada konsentrasi 30% dan 40% koloni baru tumbuh pada hari ke 4. Tabel 5 menyajikan pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. per hari.

Tabel 5 Hasil uji Duncan pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. pada pengujian ekstrak daun sirih (EDS)

Perlakuan Ekstrak EDS

Diameter koloni (cm) hari ke1

1 2 3 4 5 6 7 1) Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata pada

(33)

17 Hasil pengamatan menunjukan pertumbuhan miselia dengan pemberian ekstrak daun sirih terbaik adalah pada perlakuan kontrol, diikuti oleh pertumbuhan miselia pada perlakuan ekstrak daun sirih konsentrasi 10%, konsentrasi 20%, konsentrasi 30%, dan terakhir konsentrasi 40%. Dilihat dari pertumbuhan miselia Fusarium sp., pemberian ekstrak daun sirih berpengaruh nyata untuk menghambat pertumbuhan Fusarium sp. Semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirih, pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. semakin terhambat. Koloni Fusarium sp. pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Koloni Fusarium sp. setelah diinkubasi selama 7 hari dengan beberapa tingkatan konsentrasi ekstrak daun sirih

Pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. terjadi pada setiap unit percobaan dengan diameter koloni yang berbeda. Pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. pada perlakuan kontrol (konsentrasi 0%) menunjukkan pertumbuhan yang tercepat, sementara pemberian ekstrak daun sirih dengan berbagai konsentrasi menunjukan pertumbuhan yang lebih lambat, dan konsentrasi ekstrak daun sirih 40% menunjukkan kemampuan untuk menghambat pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. yang terbaik. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun sirih dapat menghambat pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp., dimana semakin tinggi konsentrasi daun sirih, semakin lambat pula pertumbuhan miselia Fusarium sp.

Daun sirih secara umum telah dikenal masyarakat sebagai bahan obat tradisional. Penggunaan daun sirih adalah sebagai pestisida. Kata pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama dan penyakit tanaman, termasuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Sudarmo 1991). Seperti halnya antibiotik, daun sirih juga mempunyai antibakteri. Kemampuan tersebut karena adanya berbagai zat yang terkandung di dalamnya. Daun sirih mengandung 4,2 % minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari kavikol parallyphenol turunan dari kavika betel. Isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol dan Caryophyllen, kavikol, karvakol, estagol, terpenin (Sastroamidjojo 1997). Menurut Prayogo dan Sutardi (1991) penggunaan daun sirih sebagai obat mempunyai dasar yang kuat karena adanya kandungan minyak atsiri yang mempunyai komponen fenol alam yang mempunyai daya antiseptik sangat kuat.

(34)

18

menimbulkan kerusakan. Kerusakan membran sel juga dapat mengganggu keluar masuknya zat-zat dari dan ke dalam sel seperti ion organik enzim dan asam amino yang berakibat pada penghambatan pertumbuhan dan kematian fungi.

Karvakol bersifat desinfektan dan anti fungi sehingga bisa digunakan sebagai aintiseptik, euganol dan methyl-euganol dapat digunakan untuk mengurangi sakit gigi (Syukur dan Hermani 1997). Selain itu didalam daun sirih juga terdapat flavanoid, saponin dan tanin yang bersifat antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka. Penggunaan ekstrak daun sirih sebagai salah satu cara penghambat pertumbuhan fungi diduga salah satunya adalah adanya senyawa fenol yang merupakan komponen utama minyak atsiri diduga berperan sebagai antimikroba dari daun sirih (Pelczar dan Reid 1979). Dimana semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirih yang diberikan diduga semakin banyak pula reaksi yang ditimbulkan dari kandungan fenol, karena semakin banyak fenol semakin tinggi pula aktivitas antioksidan (Andarwulan 2000). Selain itu menurut Pelczar dan Reid 1981, cara kerja fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel. Dengan terdenaturasinya protein sel, maka semua aktivitas metabolisme sel dikatalis oleh enzim merupakan suatu protein (Lawrence dan Block 1968).

Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia atau biologis yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Berdasarkan pengamatan pemberian konsentrasi ekstrak daun sirih memberikan pengaruh nyata menghambat pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Diameter koloni Fusarium sp. untuk perlakuan pH paling baik berada pada media PDA dengan pH kontrol (6.8), bobot biomassa Fusarium sp. dengan perlakuan pH terbaik berada pada media PDB dengan pH 4 dengan bobot kering miselium 0.144 g, dan bobot massa Fusarium sp. terbaik dengan pemberian perlakuan penggoyangan berada pada media PDB dengan kecepatan penggoyangan 100 rpm dengan bobot kering miselia 0.122 g. Pemberian ekstrak daun sirih (EDS) berpengaruh nyata untuk menghambat pertumbuhan Fusarium sp. dimana konsentrasi EDS paling baik untuk menghambat pertumbuhan Fusarium sp. adalah pada konsentrasi EDS 40%.

Saran

(35)

19

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. 1997. Mekanisme serangan patongen dan pertahanan inang serta pengendalian hayati penyakit lodoh pada Pinus merkusii [disertasi] Bogor: Fakultas Kehutanan, IPB, Pascarsarjana

Agios GN. 1998. Plant Pathology. 3d Ed. New York (US): Academic Press

Alexopoulos CJ. 1961. Introductory Mycology. New York (US): John Wiley & Sonsaa Inc.

Amami A. 1997. Sifat Antimikroba dari Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn) terhadap Bakteri Patogen Makanan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Andarwulan N. 2000. Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih (Piper betle L). Teknologi dan Industri Pangan. Hal 29-30.

Booth C. 1971. The Genus Fusarium. Key Surrey: Commonwealth Mycological Institute.

Darwis SN. 1991. Potensi Sirih (Piper betle Linn.) sebagai Tanaman Obat. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1(1) : 9-11

Giffin DH. 1981. Fungal Physiology. New York (US): John Wiley and Sonsaa Inc.

Hidayat AP. 2005. Studi Fisiologi Isolat Pleurotus sp. Secara Invitro [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Hernani, Yuliani S. 1991. Peranan Sirih sebagai obat tradisional. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1 (1); 13-14

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Vol II. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya

Huang JW, Khulman EG. 1990. Fungi associated with damping-off slash pine seddlings in Georgia. Plant Dis. 74:27-30

Januwati & Rosita. 1991. Pemakaian Sirih dalam Ramuan Obat Tradisional. Jakarta (ID) : Warta Tumbuhan Obat Tradisional. 1991: 18-20

Lawrence CA and Block S.S. 1968. Desinfection, Sterilization and Preservation. Philadelphia (US): Lea and Febiger.

Manion DM. 1981. Tree disease concept. New Jersey (US): Prentice-hall. Inc. Pelczar MJ and Reid RD. 1979. Microbiology. New York (US): McGraw Hill

Book Co.

Pelczar Jr. M.J. dan Chan ECS. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Alih bahasa: Ratna Sri Hadioetomo dkk. Jakarta (ID): UI Press.

Prayogo B, Sutaryadi. 1991. Pemanfaatan Sirih untuk Pelayanan Kesehatan Primer. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1(1): 19

Mahendra B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Mansur I, Tuheteru F D. 2010. Kayu Jabon. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Moore E, Landecker. 1972. The Fungi. Toronto (CA): Prentice-Hall of Canada,

Ltd.

(36)

20

Sarles WB, William CF, Joe WB, Stanley GK. Microbiology General and Applied 2nd ed. New York (US): Harper and Brother.

Sastrahidayat. 1994. Medium Buatan untuk Fungi dan Bakteri.Malang (ID): Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Sastroamidjojo S. 1997. Obat Asli Indonesia. Jakarta (ID): Dian Rakyat.

Semangun H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Soerinegara I, Lemmens RHMJ. 1993. Plant Resources of South-East Asia 5(1) : Timber trees: major commercial timbers. Belanda (NL): Pudoc scientific Publishers Wageningen.

Soesanto L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Jakarta (ID): Rajawali Press.

Soetikno. 1992. Dasar-Dasar Pestisida dan Dampak Penggunaanya. Jakarta (ID): Gamedia Pusat Utama

Stakman EC, JG Harrar. 1957. Principles of Plant Pathology. New York (US): The Ronald Press Company.

Sudarmo S. 1991. Pestisida. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Suharti M. 1972. Penyebab dan Pengaruh Lingkungan Terhadap Timbulnya Penyakit Damping-off pada Pembibitan Pinus merkusii Jungh et De Vriese.

Bogor (ID): Lembaga Penelitian Hutan.

Syamsuhidayat S, Putapea JR. 2001. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia (1). Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta.

Syukur C, Hernani. 1991. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Volk W.A and M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga

Walker JC. 1957. Plant Pathology 2nd ed. New York (US): McGaw Hill Book Company, Inc.

(37)

21 Lampiran 1 Komposisi media pertumbuhan Fusarium sp.

No. Komposisi Media Jumlah

1

Lampiran 2 Pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. pada media PDA dengan beberapa tingkatan pH

Perlakuan

pH media Ulangan

Diameter koloni (cm) hari ke -

(38)
(39)

23 Lampiran 5 Pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. pada pengujian ekstrak

daun sirih (EDS)

Perlakuan Konsentrasi

EDS

Ulangan

Diameter koloni (cm) hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

Lampiran 6 Hasil sidik ragam pertumbuhan Fusarium sp. a. Diameter koloni Fusarium sp. perlakuan tingkatan pH

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 1

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 1093.00 0.273 13667.00 0.00**

Sisa 10 0.020 0.20

Total 15 4618.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 2

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 7344.00 1836.0 100805.00 0.00**

Sisa 10 0.017 0.017

Total 15 4618.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 3

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 17254.00 4314.0 67400.00 0.00**

Sisa 10 0.640 0.640

Total 15 79302.00

(40)

24

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 4

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 0.00 0.00 0.00 1.00 tn

Sisa 10 10000.00 1000.00

Total 15 70000.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 5

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 58777.00 14694.00 40148.00 0.00**

Sisa 10 3660.00 0.366

Total 15 273000.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 6

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 98237.00 24559.00 99387.00 0.00**

Sisa 10 2471.00 0.247

Total 15 414073.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 7

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 130894.00 3272400 116374.00 0.00**

Sisa 10 2812.00 0.281

Total 15 414073.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

b. Bobot kering miselia Fusarium sp. perlakuan pH

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 0.010 0.002 14780.00 0.00**

Sisa 10 0.00 1647.00

Total 15 0.209

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

c. Bobot kering miselia Fusarium sp. perlakuan penggoyangan

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 3 0.012 0.004 75508.00 0.00**

Sisa 8 0.00 5150.00

Total 12 0.087

(41)

25 d. Diameter koloni Fusarium sp. perlakuan pemberian ekstrak daun sirih (EDS)

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 1

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 1548.00 0.387 165821.00 0.00**

Sisa 10 0.023 0.002

Total 15 2585.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 2

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 8161.00 2040.00 244830.00 0.00**

Sisa 10 0.083 0.008

Total 15 13525.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 3

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 18734.00 4684.00 305446.00 0.00**

Sisa 10 0.153 0.015

Total 15 33788.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 4

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 31979.00 7995.00 841561.00 0.00**

Sisa 10 0.095 0.009

Total 15 79423.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 5

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 42635.00 10659.00 477257.00 0.00**

Sisa 10 0.223 0.022

Total 15 145562.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 6

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 61318.00 15329.00 621463.00 0.00**

Sisa 10 0.247 0.025

Total 15 242.525

(42)

26

Diameter (cm) koloni Fusarium sp. hari ke 7

SK Db JK KT F hit P sig

Perlakuan 4 88086.00 22021.00 19443E3 0.00**

Sisa 10 0.113 0.11

Total 15 396013.00

**= perlakuan berpengaruh nyata pada satuan percobaan uji 95%. tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata

Lampiran 7 Hasil uji Duncan pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp. dengan beberapa tingkatan pH

Perlakuan pH media

Diameter koloni (cm) hari keI

1 2 3 4 5 6 7 1) Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata pada

selang kepercayaan 95% berdasarkan uji jarak berganda Duncan

Lampiran 8 Hasil uji Duncan bobot biomassa Fusarium sp. dengan beberapa tingkatan pH

Perlakuan pH media Bobot biomassa (g)1

kontrol (6.25) 0.12500b

2 0.7000d

4 0.14400a

6 0.12967b

8 0.10700c

1) Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% berdasarkan uji jarak berganda Duncan

Lampiran 9 Hasil uji Duncan bobot biomassa Fusarium sp. dengan beberapa tingkatan penggoyangan

Perlakuan penggoyangan Bobot biomassa (g)1

kontrol ( 0 rpm) 0.04333c

50 rpm 0.09400b

100 rpm 0.12233a

150 rpm 0.057c

(43)

27 Lampiran 10 Hasil uji Duncan pertumbuhan diameter koloni Fusarium sp.

pada pengujian ekstrak daun sirih (EDS)

Perlakuan Ekstrak EDS

Diameter koloni (cm) hari ke1

1 2 3 4 5 6 7

kontrol (0%) 0.717a 1.683a 2.667a 3.9333a 4.817a 6.4333a 8.00a 10% 0.583b 1.283b 2.000b 3.0000b 4.333b 5.2500b 6.45b 20% 0.000c 0.000c 3.17c 1.3333c 2.233c 2.6833c 4.30c 30% 0.000c 0.000c 0.000d 0.3500d 0.983d 1.7333d 2.32d 40% 0.000c 0.000c 0.000d 0.2667d 0.717d 1.2667e 1.58e 1) Angka yang diikuti huruf yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan

(44)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Mei 1990 merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Sudjarwo dan Ibu Endah Sumayni. Penulis memulai pendidikan formal di TK Budi Bakti (1195-1996), SDN Tebet Timur 013 Pagi (1996-2002), kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 165 Jakarta (2002-2005) dan SMA Negeri 55 Jakarta (2005-2008). Pada tahun 2008 penulis diterima di IPB

(Institut Pertanian Bogor) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima di Program Studi Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan dan kegiatan yakni sebagai anggota Divisi Humas dalam acara International Forestry Student Symposium (IFSS) 2009, anggota Project Division Tree Grower Community (Himpunan Mahasiswa Silvikutur) periode 2009-2010, dan 2011, anggota BEM Fakultas Kehutanan Divisi Infokom periode 2010-2011, anggota Divisi Humas pada acara BELANTARA pada tahun 2010.

Pada tahun 2012 penulis mengikuti Program Kreatifitas Mahasiwa bidang penelitian yang berjudul “Respon Pertumbuhan Duabanga (Duabanga moluccana Blume) terhadap Aplikasi Teknologi Sonic Bloom”. Penulis juga telah menyelesaikan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) tahun 2010 di Pangandaran-Gunung Sawal, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) tahun 2011 di Gunung Walat serta melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) tahun 2012 di PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan selama 2 bulan.

Gambar

Tabel 4  Hasil uji Duncan bobot biomassa Fusarium sp. pada Media PDB dengan

Referensi

Dokumen terkait

Langkah dalam metode Helgeson-Birnie adalah Menyusun precedence diagram,Menentukan posisi peringkat untuk setiap elemen kerja,Membuat urutan elemen kerja dari posisi peringkat

S036 Analisa Unjuk Kerja Algoritma Paralel Pencari Akar Polinomial S070 Implementasi Algoritme Fast Fourier Transform pada Komputer Paralel S021 Sistem Pengamanan

Pada saat komputer client akan menghubungkan diri dengan jaringan maka server Radius akan meminta identitas user (username dan password) untuk kemudian dicocokkan dengan data

Untuk meraih pangsa pasar yang besar, maka kualitas produk, harga, dan sikap konsumen merupakan strategi yang dapat digunakan, namun hal itu juga harus diikuti

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “An Analysis of the Flouting of the Gricean Maxims in Ini Talkshow ” ini tidak terdapat karya yang pernah

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai chi-square untuk indikator kesejahteraan rakyat di Indonesia tahun 2014 sebesar 157,14 dan p-value sebesar sebesar 0,000 yang

Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh dari sikap guru berdiskusi melalui supervise akademik adalah 79,38 kategori “cukup”,sedangkan pada siklus II nilai

Model ini merupakan persamaan kalibrasi dan validasi untuk pengukuran KPT buah salak secara tidak merusak ( nondestructive ) dengan jumlah peubah lebih