• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Galeri Terbuka pada Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Galeri Terbuka pada Taman Mini Indonesia Indah (TMII)"

Copied!
220
0
0

Teks penuh

(1)

JIHAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

Open Gallery Design of Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jihan1, Dewi Rezalini Anwar2

1

Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, IPB

2

Staf Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, IPB

Abstract

The monotonous of galleries in Indonesia led to the lack of special space for outdoor art works exhibition. This study is required to create new work in the field of landscape architecture in the form of gallery design with a different concept. The purpose of this study was to identify and analyze the kind of art that can be displayed in the open gallery requirements then develop the design concept of open gallery as an example of the new show room by designing open gallery at Taman Mini Indonesia Indah (TMII). The methods used in this study through two approaches including social approaches such as interview and questionnaire then biophysical approaches such as observation, spatial analysis, analysis of the carrying capacity and climate analysis. Open gallery is a form of show room that can accommodate a variety of art activities in open spaces such as exhibition of the installation art works, sculpture, street art, and other various works of art that can not be exhibited in the indoor gallery. Open gallery also has support spaces for exhibition such as art performance space, workshop and discussion space, art shops, cafeteria as well as warehouse.

(3)

RINGKASAN

JIHAN. Perancangan Galeri Terbuka pada Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dibimbing oleh DEWI REZALINI ANWAR.

Ruang pamer atau galeri terbuka (outdoor) belum begitu dikenal di Indonesia. Hampir seluruh galeri yang ada di Indonesia merupakan galeri ruang dalam bangunan (indoor). Karena itu perlu adanya konsep ruang pamer yang berbeda. Rencana pembangunan kawasan seni pada TMII perlu didukung dengan perancangan fungsional yang atraktif dengan penggunaan elemen-elemen perancangan yang estetis. Salah satunya dengan mengaplikasikan konsep galeri terbuka pada area tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis jenis seni yang dapat ditampilkan dalam galeri terbuka dan kebutuhan ruangnya berdasarkan jenis seni tersebut, menyusun konsep perancangan galeri terbuka sebagai contoh ruang pamer yang baru, dan merancang galeri terbuka pada Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Metode penelitian yang digunakan dibagi dalam dua pendekatan yaitu pendekatan sosial dan pendekatan biofisik. Pendekatan sosial berlangsung pada tahap pengumpulan data (inventarisasi) dengan melakukan wawancara langsung terhadap beberapa narasumber seperti seniman perwakilan komunitas seni di Jakarta dan Bandung, arsitek, arsitek lanskap serta pengelola kawasan TMII. Selain itu, penyebaran kuisioner juga dilakukan terhadap masyarakat umum dan mahasiswa seni di ITB, IKJ, dan UNJ. Pendekatan biofisik berlangsung pada tahap analisis hingga sintesis dengan melakukan pengamatan langsung terhadap tapak (observasi), analisis spasial, analisis daya dukung tapak dan analisis iklim.

Dari hasil analisis spasial kemiringan lahan, vegetasi dan hidrologi didapat hasil bahwa tapak cukup baik untuk digunakan sebagai galeri terbuka karena tidak terdapat bagian tapak yang masuk kategori buruk, sehingga perancangan galeri terbuka dapat dilakukan pada seluruh bagian tapak ini. Perhitungan THI (Termal

Humidity Index) dan penggolongan kecepatan angin di tapak dengan skala

Beaufort pada analisis iklim juga menghasilkan kesimpulan bahwa tapak ini memiliki mikro klimat yang tergolong nyaman untuk calon pengguna galeri terbuka. Untuk keamanan karya seni yang dipamerkan di galeri terbuka, analisis iklim menjelaskan bahwa jumlah cahaya (lux) pada tapak tidak aman untuk karya-karya seni dengan material yang sensitif terhadap cahaya.

Perhitungan pada analisis daya dukung tapak menjelaskan bahwa dengan aktivitas berkesenian yang akan berlangsung di dalam tapak galeri terbuka, maka tapak memiliki daya dukung pengguna sebanyak 843 orang. Pada analisis sosial disimpulkan bahwa belum banyak masyarakat yang mengetahui istilah galeri terbuka, maka perancangan kawasan seni dengan konsep galeri terbuka ini dapat membuat masyarakat umum lebih mengetahuinya.

(4)

dipamerkan di ruang dalam dapat pula dipamerkan di ruang luar selama materialnya tidak sensitif terhadap cuaca di sekitarnya. Selain karya-karya seni rupa dan arsitektur, seni pertunjukkan juga dapat ditampilkan pada galeri terbuka, maka dibutuhkan juga ruang seperti amphiteatre ataupun ruang dengan perbedaan ketinggian pada area tertentu untuk mengakomodasi kegiatan seni tersebut. Ruang diskusi dan workshop juga dibutuhkan untuk mengakomodasi kegiatan berkesenian yang terkait edukasi.

Perancangan galeri terbuka pada TMII ini dilakukan pada tapak seluas 5461 m² dengan konsep dasar yang terinspirasi pada Holt (1967) yang mendefinisikan kesenian Indonesia sebagai the spheres of art in Indonesia. Pada penelitian ini proses perancangan mengacu pada Booth (1990), yaitu Research and Analysis,

Design dan Construction Drawings dengan mengaplikasikan elemen-elemen

dasar perancangan lanskap seperti landform, plant material, building, pavement,

site structure dan water (Booth, 1990). Hasil akhir produk perancangan lanskap

ini yaitu site plan, perspektif keseluruhan, perspektif spot, gambar potongan tampak, gambar detail, serta penjelasan mengenai gambar-gambar tersebut.

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Perancangan Galeri Terbuka pada Taman Mini Indonesia Indah (TMII) adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

(6)

PERANCANGAN GALERI TERBUKA PADA TAMAN MINI

INDONESIA INDAH (TMII) JAKARTA TIMUR

JIHAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(7)

Judul : Perancangan Galeri Terbuka pada Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Nama : Jihan NRP : A44080078

Departemen : Arsitektur Lanskap

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dewi Rezalini Anwar SP, M.A.Des NIP. 19800318 200812 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perancangan Galeri Terbuka pada Taman Mini Indonesia Indah. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat lulus dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan arahan, saran, dan kritik,

2. Dr. Ir. Setia Hadi MS selaku dosen pembimbing akademik untuk segala

5. narasumber perwakilan seniman Indonesia: Abdul Djalil Pirous, Ade Darmawan, Agung Hujatnikajennong, David Tarigan, Dolorosa Sinaga, Hermawan Tanzil, MG Pringgotono, Ricky Virgana, Riyan Riyadi (Popo), Rio Farabi, Suyadi,

6. narasumber perwakilan Arsitek Indonesia Ridwan Kamil dan Arsitek Lanskap Indonesia Nirwono Joga,

7. seluruh responden kuisioner khususnya mahasiswa seni ITB, IKJ, dan UNJ

8. rekan-rekan seperjuangan Arsitektur Lanskap 45 untuk kebersamaannya selama ini,

9. keluarga besar Departemen Arsitektur Lanskap, seluruh dosen dan juga staf Arsitektur Lanskap, kakak kelas ARL 40, 41, 42, 43, 44 yang telah bersedia untuk berbagi ilmu dan pengalaman serta adik kelas ARL 46, 47 yang telah memberikan dukungan untuk penulis selama kuliah,

(9)

Siregar, Ali Sunanta, Andre Sutjipto, Grace Mutiara Lauren, Mukhlis Pribadi, Muhammad Firdaus Lubis,

11.pihak pengelola Taman Mini Indonesia Indah, 12.rekan-rekan Asrama Putri Aceh Pocut Baren, dan

13.keluarga besar IMTR (Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong) khususnya angkatan 45.

Terimakasih atas doa dan dukungannya selama skripsi ini bisa selesai pada waktunya. Terimakasih juga pada pihak-pihak lain yang terkait, yang telah memberikan dukungannya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1990 di Jakarta sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hasby Abdul Djalil dan Ibu Rukiah. Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negri (SDN) Cipinang Melayu 03 Pagi, Jakarta Timur pada tahun 2002. Pendidikan dilanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negri (SMPN) 109, Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 71 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis sempat melaksanakan kegiatan Magang Profesi Arsitektur Lanskap di Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta pada bulan Februari 2011. Penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) selama dua periode yaitu pada tahun 2009-2010 dan 2009-2010-2011 sebagai pengurus pada divisi Informasi dan Sosial (INFOS) serta menjadi manajer tim Oryza Baseball-Softball IPB pada tahun 2009 hingga 2011. Penulis aktif pada beberapa kegiatan dan komunitas luar kampus yang berkaitan dengan lingkungan seperti Indonesia Berkebun. Disamping itu, penulis juga sempat menjadi asisten mata kuliah Desain Lanskap pada tahun 2012. Penulis juga mengikuti beberapa sayembara di bidang Arsitektur Lanskap dan seminar, pelatihan, atau diskusi terkait Arsitektur Lanskap.

(11)

DAFTAR ISI

3.4 Tahapan Kegiatan Penelitian ... 18

3.5 Batasan Studi ... 19

3.6 Alat dan Bahan ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum ... 21

4.1.1 Aspek Fisik dan Biofisik ... 21

4.1.1.1 Lokasi dan Batas Tapak ... 21

4.1.1.2 Topografi dan Tanah ... 21

4.1.1.3 Vegetasi dan Satwa ... 22

4.1.1.4 Aksesibilitas dan Sirkulasi ... 25

4.1.1.5 Hidrologi ... 26

(12)

4.1.1.7 Fasilitas dan Utilitas ... 28

4.1.3.1 Hasil Wawancara Arsitek dan Seniman ... 35

4.1.3.2 Hasil Kuisioner Mahasiswa Seni ... 41

4.2 Analisis dan Sintesis ... 42

4.2.1 Aspek Fisik dan Biofisik ... 42

4.2.1.1 Kesesuaian Lahan ... 43

4.3.2 Konsep Perancangan ... 53

4.3.3 Konsep Pengembangan ... 53

4.3.3.1 Konsep Ruang dan Aktifitas ... 54

(13)

4.5.1.2 Plant Material (Material Tanaman) ... 62

4.5.1.3 Building (Bangunan) ... 65

4.5.1.4 Pavement (Jalur Perkerasan) ... 65

4.5.1.5 Site Structure (Struktur Tapak) ... 66

4.5.1.6 Water (Elemen Air) ... 67

4.5.2 Ruang Dalam Galeri Terbuka... 67

4.5.2.1 Ruang Penerimaan ... 67

4.5.2.2 Ruang Transisi ... 73

4.5.2.3 Ruang Diskusi dan Workshop ... 75

4.5.2.4 Ruang Pertunjukkan ... 77

4.5.2.5 Ruang Pameran ... 79

4.5.2.6 Ruang Pelayanan ... 81

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 89

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Waktu Penelitian ... 16

Tabel 2 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data Penelitian ... 18

Tabel 3 Data Iklim Bulanan Tahun 2011 ... 28

Tabel 4 Data Sampel Jumlah Cahaya (lux) pada Tapak ... 28

Tabel 5 Daya Dukung Tapak ... 49

Tabel 6 Konsep Ruang dan Aktifitas ... 56

Tabel 7 Konsep Vegetasi ... 57

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6 Seni Musik dan Area Pertunjukan Ruang Luar ... 12

Gambar 7 Seni Tari ... 13

Gambar 8 Seni Drama ... 14

Gambar 9 Lokasi Penelitian ... 15

Gambar 10 Vegetasi pada Tapak ... 22

Gambar 11 Peta Inventarisasi ... 22

Gambar 12 Peta Kontur ... 23

Gambar 13 Sirkulasi Tapak ... 25

Gambar 14 Drainase ... 26

Gambar 15 Peta Hidrologi ... 26

Gambar 16 Fasilitas dan Utilitas ... 29

Gambar 17 Peta Visual ... 29

Gambar 18 a. Diagram Minat Seni, b. Diagram Minat Seni Spesifik ... 31

Gambar 19 Diagram Jumlah Kunjungan Responden pada Acara Seni ... 31

Gambar 20 a. Diagram Ketersediaan Anggaran Kegiatan Seni, b. Diagram Ketersediaan Anggaran Karya Seni ... 32

Gambar 21 a. Diagram Kesenangan Pergi ke Galeri, b. Diagram Jumlah Galeri yang Telah dikunjungi ... 32

Gambar 22 Diagram Waktu Kunjungan Responden terhadap Galeri ... 33

Gambar 23 Diagram Persepsi Responden terhadap Galeri ... 33

Gambar 24 Diagram Pendapat Responden terhadap Area Seni pada TMII ... 33

Gambar 25 Diagram Persepsi Responden Terhadap Istilah Galeri Terbuka ... 34

Gambar 26 Diagram Jumlah Kunjungan Acara Seni dalam Satu Tahun ... 34

(16)

Gambar 29 Workshop di Ruang Terbuka ... 40

Gambar 30 Diagram Jumlah Pameran yang Dilakukan Responden (Seniman) dalam Satu Tahun 41 Gambar 31 Diagram Persepsi terhadap Kondisi Galeri di Indonesia ... 42

Gambar 32 Diagram Persepsi Responden terhadap Sarana dan Prasarana pada Galeri di Indonesia ... 42

Gambar 33 Peta Analisis Kemiringan Lahan ... 44

Gambar 34 Peta Analisis Hidrologi ... 45

Gambar 35 Peta Analisis Vegetasi ... 46

Gambar 36 Peta Kesesuaian Lahan ... 46

Gambar 37 Konsep Perancangan ... 54

Gambar 38 Diagram Persentase Ruang ... 55

Gambar 39 Konsep Ruang ... 55

Gambar 40 Konsep Sirkulasi ... 56

Gambar 41 Pembagian Warna Panas dan Dingin ... 58

Gambar 42 Ilustrasi Pengaruh Warna terhadap Suasana Ruang ... 58

Gambar 43 Landform Cembung ... 61

Gambar 44 Block Plan ... 59

Gambar 45 Landform Cekung ... 62

Gambar 46 Landform Datar ... 62

Gambar 47 Fungsi Arsitektural Vegetasi yang diaplikasikan pada Tapak ... 63

Gambar 48 Fungsi Estetika Vegetasi yang diaplikasikan pada Tapak ... 64

Gambar 49 Aplikasi Bangunan pada Tapak ... 65

Gambar 50 Pola-pola Sirkulasi ... 66

Gambar 51 Aplikasi Struktur Tapak ... 66

Gambar 52 Aplikasi Elemen Air pada Tapak ... 67

Gambar 53 Gambar Tampak Atas Ruang Penerimaan ... 73

Gambar 54 Perspektif Ruang Penerimaan ... 73

Gambar 55 Site Plan ... 67

Gambar 56 Perspektif Keseluruhan 1 ... 67

Gambar 57 Perspektif Keseluruhan 2 ... 68

(17)

Gambar 59 Planting Plan ... 70

Gambar 60 Detail Konstruksi Main Sign ... 72

Gambar 61 Tampak Atas Ruang Pamer Semi Indoor (Ruang Transisi) ... 75

Gambar 62 Perspektif Ruang Transisi ... 75

Gambar 63 Detail Konstruksi Ruang Pamer Semi Indoor ... 72

Gambar 64 Tampak Atas Ruang Diskusi dan Workshop ... 77

Gambar 65 Perspektif Ruang Diskusi dan Workshop ... 77

Gambar 66 Detail Konstruksi Bangku Ruang Diskusi ... 77

Gambar 67 Tampak Atas Ruang Pertunjukkan ... 79

Gambar 68 Perspektif Ruang Pertunjukan ... 79

Gambar 69 Detail Konstruksi Amphiteater ... 76

Gambar 70 Tampak Atas Ruang Pameran ... 81

Gambar 71 Ruang Pameran ... 81

Gambar 72 Detail Konstruksi Signage ... 79

Gambar 73 Tampak Atas Ruang Pelayanan 1 ... 83

Gambar 74 Perspektif Ruang Pelayanan 1 ... 83

Gambar 75 Detail Konstruksi Ruang Pelayanan 1 ... 81

Gambar 76 Tampak Atas Ruang Pelayanan 2 ... 85

Gambar 77 Perspektif Ruang Pelayanan 2 ... 85

Gambar 78 Detail Konstruksi Musholla dan Toilet (Ruang Pelayanan 2) ... 83

Gambar 79 Detail Konstruksi Jembatan ... 84

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni merupakan pengungkapan rasa melalui suatu karya baik berupa karya seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni drama. Ragam seni di setiap jenisnya pun begitu banyak, begitu juga di setiap negara termasuk Indonesia yang terdiri atas beribu suku memiliki budaya yang berbeda-beda dan memberikan pengaruh pada karya seni yang tercipta. Melalui seni disampaikan pesan-pesan yang dapat mempengaruhi penikmatnya, sehingga seni sangat berpotensi menjadi media yang dapat mempengaruhi masyarakat agar berperilaku positif. Terkaitnya seni dengan budaya merupakan suatu nilai dasar di dalam masyarakat yang berperan penting dalam penyelesaian berbagai masalah manusia. Baik dalam hal kepercayaan, bahasa, mata pencaharian ataupun kesenian.

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata budaya di Jakarta. Kawasan wisata ini merupakan miniatur yang menampilkan berbagai obyek seni dan budaya Indonesia. Pengelola TMII merencanakan pembangunan kawasan seni pada salah satu areanya, karena itu dibutuhkan perancangan kawasan seni tersebut dengan konsep yang baru sehingga dapat menjadi prototype suatu area khusus seni sebagai wadah penyampaian pesan-pesan positif dengan media kreatif (seni) yang sedang berkembang di masyarakat.

Rencana pembangunan kawasan seni pada TMII perlu didukung dengan perancangan fungsional yang atraktif dengan penggunaan elemen-elemen perancangan yang estetis. Selain itu, diperlukan juga konsep yang unik untuk menambah daya tarik kawasan wisata TMII. Salah satu caranya dengan mengaplikasikan konsep galeri terbuka pada area tersebut.

(20)

bangunan khususnya di kota besar seperti Jakarta yang masih membutuhkan ruang terbuka lebih banyak lagi.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu:

1. mengidentifikasi dan menganalisis jenis dan karya seni yang dapat ditampilkan dalam galeri terbuka dan kebutuhan ruangnya berdasarkan jenis seni,

2. menyusun konsep perancangan galeri terbuka sebagai contoh ruang pamer yang baru, dan

3. merancang galeri terbuka pada Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. menambah karya baru pada bidang arsitektur lanskap di Indonesia, 2. menjadi bahan masukan bagi pengelola Taman Mini Indonesia Indah

(TMII) untuk menciptakan kawasan seni yang atraktif dan estetik, dan 3. menjadi bahan referensi galeri terbuka pada tempat lain di Indonesia.

1.4 Kerangka Pikir Penelitian

Galeri atau ruang pamer sudah cukup banyak di Indonesia, namun tidak banyak yang memiliki konsep khusus dan berbeda, sehingga dibutuhkan konsep baru dalam perancangan sebuah galeri. Pada perancangan galeri ini dibutuhkan persyaratan ruang dari berbagai aspek diantaranya aspek seni, aspek ekologi dan aspek sosial. Ketiga aspek tersebut menjadi bahan analisis hingga akhirnya akan didapat blok-blok ruang yang sesuai dengan kondisi tapak dan menghasilkan konsep ruang pamer yang berbeda yaitu galeri terbuka.

(21)

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Kemonotonan Bentuk Ruang Pamer (Galeri)

Konsep Baru Ruang

Persyaratan

Aspek Seni Aspek Ekologi Aspek Sosial

 Persepsi seniman Indonesia

 Fasilitas ruang pamer karya seni

 Kondisi visual ruang berekspresi

 Fisik

 Biofisik

 Calon pengguna

 Pengelola

Analisis-Sintesis

Konsep Galeri Terbuka

Perancangan Galeri Terbuka pada TMII

(Site plan, Perspektif, Gambar

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan

Perancangan sebagai proses pemberi bentuk adalah kegiatan mencipta tempat, ruang, atau benda-benda untuk menetapkan maksud (kegunaan) dari ciptaan bentuk tersebut (Simonds dan Starke 2006). Menurut Christensen (2005), Perancangan adalah suatu proses mengambil ide dan menghasilkan sebuah karya seni, sedangkan menurut Bell (1997), Perancangan merupakan tahap yang memiliki daya cipta dimana terdapat sasaran dan hasil yang dipengaruhi oleh tahap analisis.

Proses perancangan memerlukan daya khayal, pemikiran kreatif untuk mencapai sebuah kesatuan, dan berhasil memecahkan persoalan. Aspek penting dari tahap perancangan adalah mengkomunikasikan perihal rancangan pembangunan kepada masyarakat setempat. Ketika lingkungan yang sudah terancang tidak sesuai dengan tingkah laku pengguna, maka perkiraan dalam perancangan telah gagal (Rutledge 1981). Menurut Ingels (2003), ada enam prinsip Perancangan yang digunakan dalam seni murni maupun seni aplikasi pada abad ini, keenam prinsip tersebut adalah:

1. Balance (keseimbangan)

Keseimbangan adalah sesuatu yang baik untuk dilihat. Ada tiga tipe keseimbangan yaitu simetrik, asimetrik dan proksimal. Keseimbangan simetrik adalah keseimbangan yang ada pada taman formal, satu sisi merupakan pencerminan dari sisi lainnya. Keseimbangan asimetrik adalah keseimbangan yang informal, komposisi sisi satu dengan sisi lainnya sama, hanya saja berbeda dalam penggunaan materialnya. Keseimbangan proksimal memiliki kesamaan dengan keseimbangan asimetrik, hanya saja pendistribusiannya lebih jauh dan dalam.

2. Focal point (aksen)

Focal point adalah prinsip perancangan yang memiliki posisi penglihatan

(23)

tanaman, perkerasan, elemen arsitektural, warna, tekstur, atau kombinasi dari semuanya.

3. Simplicity (kesederhanaan)

Sama halnya dengan prinsip keseimbangan, simplicity atau kesederhanaan akan membuat perasaan yang lebih nyaman dalam suatu lanskap. Kompleksitas tidak selalu menjadi lawan dari kesederhaan, tergantung bagaimana perancangan lanskap itu difokuskan.

4. Rhytm (ritme)

Saat sesuatu mengalami pengulangan dengan standar interval yang berpola tertentu maka rhytm akan terbentuk. Pada perancangan lanskap, interval biasanya terukur dalam suatu ruang.

5. Proportion (proporsi)

Proportion difokuskan dengan hubungan ukuran antara pola-pola dalam

suatu lanskap. Proporsi termasuk bentuk hubungan vertikal dan horizontal yang ada dalam spasial.

6. Unity (kesatuan)

Unity adalah penyatuan dari bagian-bagian yang terpisah yang berperan

untuk mengkreasikan keseluruhan dari perancangan.

Menurut Booth (1983), terdapat beberapa elemen dasar dalam perancangan arsitektur lanskap, diantaranya landform (bentukan lahan), plant material (material tanaman), building (bangunan), pavement (perkerasan), site structure (struktur tapak), dan water (elemen air). Elemen-elemen tersebut diaplikasikan pada perancangan galeri terbuka ini.

2.2 Galeri

Menurut Dictionary of Architecture and Construction, galeri adalah sebuah ruang yang digunakan untuk menampilkan dan terkadang juga untuk menjual hasil karya seni, sebuah area memanjang untuk aktifitas publik, area publik yang kadangkala digunakan untuk keperluan khusus.

(24)

Galeri merupakan manifestasi fisik citra dan esensi seni yang harus menampung aspirasi fungsi dan gejolak estetis (Suryani, 2011).

Kini galeri tidak hanya menjadi tempat menjual atau memamerkan lukisan, tapi menjadi tempat berkegiatan untuk masyarakat secara umum dan komunitas seni secara khusus (Meiliana, 2010). Karena itu dibutuhkan fasilitas ataupun ruang khusus yang mengakomodasi kenyamanan berinteraksi antar pengguna.

Menurut Meiliana (2010), karya-karya seni dalam galeri umumnya memiliki kepekaan tertentu terhadap cahaya. Maka pencahayaan dalam galeri perlu diatur sedemikian rupa agar dapat menciptakan wujud visual yang baik untuk manusia yang melihat, tanpa merusak karya seni tersebut.

2.3 Galeri Terbuka

Galeri terbuka adalah galeri seni yang berada di area terbuka. Fungsi dari galeri terbuka sama seperti galeri pada umumnya, yaitu sebagai ruang pamer atau tempat yang menghubungkan para seniman dengan para penikmat seni melalui karya-karyanya, namun galeri terbuka dikhususkan untuk karya-karya yang kurang dapat dinikmati pada galeri indoor. Misalnya karya-karya seni instalasi,

sculpture, ataupun karya-karya seni lukis yang dibuat pada material tertentu. Hal

yang berbeda dari galeri terbuka adalah lokasinya yang berada di ruang luar menyatu dengan alam. Menurut Bell (1997), manusia akan merasa bebas berada di ruang luar karena tidak ada ruang tertutup yang membatasi.

Indonesia belum memiliki tempat yang dirancang secara khusus sebagai galeri terbuka, namun ada beberapa galeri semi-terbuka yang dibangun oleh seniman dan komunitas seni. Hal ini dapat terlihat dari profil-profil galeri atau tempat pameran di Indonesia yang belum sepenuhnya terbuka.

2.4 Seni

(25)

tetap bisa dinikmati. Oleh karena itu seni dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Seni menghilangkan batasan geografis dan historis serta hambatan bahasa untuk berbicara dengan cara yang umum kepada semua orang karena bentuk visual yang bersifat universal (Schinneller, 1961).

Seni adalah suatu kegiatan yang bervariasi, tidak mungkin untuk menjabarkannya dalam beberapa kata. Seni adalah tentang bagaimana dan mengapa seniman bekerja. Secara umum dapat dinyatakan bahwa dibalik setiap karya seni terdapat pengalaman dan imajinasi seniman yang dikerjakan dengan kombinasi perencanaan dan improvisasi (Barry, 1965).

Menurut Encyclopedia of World Art (1959), pameran seni muncul dari transformasi bertahap hubungan antara seniman dan pendukungnya (pecinta seni/komunitas seni). Oleh karena itu dalam sebuah ruang pamer atau galeri sebaiknya terdapat juga ruang-ruang yang mengakomodasi kegiatan komunitas seni tersebut baik ruang untuk menikmati karya ataupun sekedar ruang untuk berkumpul.

Seni dapat pindah ke luar ruangan dan mendatangkan solusi yang efektif untuk bermain, untuk kenyamanan, untuk ibadah (penyembahan). Seni juga dapat menstimulasi indra, mengaktifkan pikiran, dan menghangatkan hati. Melalui seni manusia menciptakan ide-ide yang menghasilkan mulai dari sampul buku kecil hingga membuat perubahan luar biasa pada pola tanah atau bentukan lahan (Schinneller, 1961)

Terdapat berbagai jenis seni yang dapat ditampilkan pada ruang pamer, namun pada galeri terbuka, karya seni yang ditampilkan disesuaikan dengan ruang terbuka. Karya seni tersebut dibagi menjadi dua, yaitu karya seni tangible yang dapat ditampilkan (dipamerkan) terpisah dengan senimannya, dan karya seni

intangible yang ditampilkan bersama dengan senimannya yang juga berlaku

sebagai obyek karya.

Karya seni yang dapat ditampilkan terpisah dengan senimannya yaitu karya-karya seni rupa. Proses pembuatan karya-karya ini biasanya berlangsung sebelum karya-karya ini dipamerkan, seperti karya seni lukis, seni kriya, seni instalasi, seni patung

(26)

karya-karya seni rupa dengan material yang dapat disesuaikan dengan kondisi ruang luar seperti cuaca yang dapat berubah-ubah.

• Seni Instalasi

Seni instalasi merupakan suatu cara berbahasa dalam pengolahan media untuk meghasilkan suatu karya, yaitu dengan berkolaborasi terhadap bentuk, ruang, warna, tekstur, cahaya, terang-bayang, bau, bunyi dan gerak. Pemilihan materi apapun dapat berfungsi sebagai seni instalasi, tidak harus luwes dan berharga, asalkan dapat mengkonsepsikannya sebagai bentuk yang artistik. Pengolahan materi yang kedudukannya dalam ruang bersifat temporer, menyebar dalam ruang yang spesifik, tidak monolit, sehingga hasilnya berupa tontonan ruang atau ilusi ruang (Agusnani, 1999).

Gambar 2 Seni Instalasi

(Sumber: www.indonesiakreatif.net , www.antarafoto.com ,www.kotakitaku.blogspot.com )

(27)

pameran yang ditempatinya, sehingga setiap perupa instalasi adalah kurator dari karya seni mereka sendiri dan setiap ruangan pameran menjadi subjek dari persyaratan yang dibutuhkan instalasi tersebut. Jadi karya seni instalasi tidak hanya dilihat dari hasil akhirnya saja melainkan gagasan yang dikandungnya. • Seni Patung (Sculpture)

Patung dan arsitektur memiliki kesamaan, keduanya berbentuk tiga dimensi. Pada kenyataannya, selama ribuan tahun patung sering diukir dari batu yang membentuk permukaan bangunan (Barry, 1965). Patung diciptakan memiliki berbagai tujuan diantaranya menyampaikan cerita atau pesan tertentu, elemen dekorasi arsitektural, ataupun pemujaan. Patung tidak selalu berbentuk makhluk hidup seperti patung tubuh manusia ataupun patung hewan tetapi juga dapat berbentuk relief pada bidang datar, simbol-simbol geometris atau ilustrasi pergerakan (Gambar 3).

Gambar 3 Seni Patung (Sculpture)

(Sumber: www.wirednewyork.com , nyclovesnyc.blogspot.com)

• Grafiti dan Mural (Street art)

(28)

dinding untuk digambari. Grafiti disebut sebagai community art, karena memang memiliki tujuan yang lebih bersifat dekoratif, diakui keberadaannya dan pembuatannya diprakarsai oleh komunitas atau masyarakat setempat (Anggraeni, 1999).

Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya. Berbeda dengan grafiti yang lebih menekankan hanya pada isi tulisan dan kebanyakan dibuat dengan cat semprot maka mural tidak demikian. Mural lebih bebas dan dapat menggunakan media cat tembok atau cat kayu bahkan cat atau pewarna apapun juga seperti kapur tulis atau alat lain yang dapat menghasilkan gambar (Gambar 4).

Gambar 4 Street Art: Mural dan Grafiti

(Sumber: www.graffart.eu , www.fuerzamundo.org , www.viewfromaloft.org)

• Sinematografi

(29)

satu bentuk pertunjukkan sinematografi yang dapat dilakukan di ruang luar adalh

video mapping (Gambar 5).

Gambar 5 Sinematografi: Video Mapping (Sumber: www.publicdomainpictures.net , www.thecoolist.com )

Karya seni yang ditampilkan bersamaan dengan senimannya sebagai objek diantaranya karya-karya seni musik, seni tari dan seni drama. Hampir seluruh karya seni ini dapat ditampilkan di ruang luar. Pada sebuah auditorium terbuka ataupun sekedar ruang yang memiliki level sedikit lebih tinggi di sisi tertentu untuk tempat penampilan karya.

• Seni Musik

Seni musik merupakan karya seni berbentuk bunyi atau kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengar. Wujud karya dalam bentuk nada dan memiliki tempo yang dapat diikuti oleh penikmatnya.

(30)

Menurut Barry et al. (1965), selama hampir dua ribu tahun, musisi telah menyempurnakan unsur musik, mengembangkan dan mengorganisirnya ke dalam struktur suara yang kompleks dengan kekuatan untuk mendramatisir dan komentar dengan cara yang halus membantah kata-kata emosi yang saling bertentangan dan kerumitan hidup. Ilustrasi mengenai pertunjukkan musik yang dilakukan di ruang luar dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Seni Musik dan Area Pertunjukan Ruang Luar

(Sumber: www.skyscraperpage.com , www.waapa.ecu.edu.au , www.discovertuscany.com)

• Seni Tari

Seni tari adalah ungkapan jiwa yang mengandung unsur keindahan dalam bentuk gerakan yang teratur sesuai dengan irama yang mengiringinya. Tari adalah keindahan gerak anggota-anggota tubuh yang bergerak, berirama, dan berjiwa yang harmonis (Widyaningsih, 2011).

(31)

dimanfaatkan untuk ritme, pertama kali diberikan oleh injakan kaki dan kemudian oleh drum dan alat musik lainnya.

Tarian berkembang menjadi tiga jenis yang berbeda: religius, sosial, dan teater. Ketiganya diperoleh melalui ketrampilan tingkat tinggi dan kesenian yang mereka miliki saat ini (Barry et al., 1965). Ilustrasi mengenai pertunjukkan seni tari yang dilakukan di ruang luar dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Seni Tari

(Sumber: www.jacobspillow.org , www.24carrotpromotions.co.uk)

• Seni Drama

(32)

Gambar 8 Seni Drama

( Sumber: www.telegraph.co.uk , www.fireemsfoundation.org)

2.5 Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata budaya di Jakarta. Proyek miniatur Indonesia ini dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita dan mulai dibangun tahun 1972 hingga akhirnya diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 150 hektar.

(33)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan pada tapak Taman Kaktus yang terletak di bagian utara Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang berlokasi di Jalan Taman Mini Raya, Jakarta Timur. TMII berada dibawah daerah administrasi 4 Kelurahan dan 3 Kecamatan, yaitu Kelurahan Bambu Apus dan Ceger di Kecamatan Cipayung, Kelurahan Kampung Dukuh di Kecamatan Kramat Jati dan Kelurahan Pinang Ranti di Kecamatan Kampung Makasar, Jakarta Timur (Gambar 9).

Gambar9 Lokasi Penelitian

(Sumber: Pengelola Taman Mini Indonesia Indah)

3.2 Waktu

(34)

Tabel 1 Tabel Waktu Penelitian

Metode yang digunakan selama kegiatan penelitian perancangan galeri terbuka ini melalui dua jenis pendekatan, diantaranya:

1. Pendekatan Sosial

Pendekatan ini dilakukan pada tahap pengumpulan data (inventarisasi). Pendekatan ini dibutuhkan untuk mengetahui pandangan serta kebutuhan pengguna tapak ataupun pengguna sekitar tapak.

In-depth Interview dengan pengelola TMII, perwakilan komunitas seni

(seniman) di Jakarta dan Bandung, arsitek dan arsitek lanskap terkait dengan kegiatan perancangan galeri terbuka sehingga didapat pandangan mengenai kondisi ideal galeri terbuka yang diinginkan.

Wawancara dan kuesioner ditujukan kepada para pengunjung, penikmat seni dan seniman muda untuk mendata pandangan dan pendapat mengenai perancangan galeri terbuka dari sudut pandang pengguna. Seniman muda merupakan mahasiswa seni dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Kuisioner dibagi menjadi dua, yaitu kuisioner umum yang ditujukan pada penikmat seni (masyarakat umum) dan pengunjung tapak serta kuisioner khusus yang ditujukan untuk mahasiswa seni. Kuisioner umum bertujuan untuk mendapatkan pandangan terhadap galeri terbuka dari sisi calon pengunjung (penikmat seni). Kuisioner khusus bertujuan untuk mengetahui kebutuhan para seniman dalam melakukan pameran atau

perform di galeri terbuka. Kuisioner khusus nantinya akan dibagi ke dalam

(35)

jumlah sampel terkecil adalah sebanyak 30 orang. Pada penelitian ini jumlah responden kuisioner umum mencapai 92 orang, sedangkan responden kuisioner khusus mencapai 73 orang.

2. Pendekatan Biofisik

Pendekatan ini dilakukan pada tahap analisis hingga sintesis.

Observasi atau pengamatan secara langsung terhadap tapak bertujuan untuk mendapatkan data fisik dan biofisik seperti bentukan-bentukan elemen lanskap dan intensitas cahaya matahari pada bagian tertentu di dalam tapak.

Analisis deskriptif kuantitatif

Analisis yang dilakukan pada tapak dalam bentuk perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan sebelum melakukan perancangan pada tapak tersebut, analisis yang dilakukan pada analisis deskriptif kuantitatif adalah:

o Analisis Spasial

Analisis ini dilakukan dengan dua cara namun keduanya dipresentasikan dalam bentuk spasial. Cara pertama berupa perhitungan yang dilakukan dengan memberikan penilaian (scoring) pada tapak. Beberapa aspek yang dapat diberi penilaian pada analisis ini seperti analisis vegetasi, analisis kemiringan lahan serta analisis hidrologi. Beberapa peta kondisi tapak tersebut dikomposit sehingga didapat peta komposit kesesuaian lahan, sedangkan analisis spasial yang kedua berupa penilaian kondisi visual sehingga diketahui area

good view dan bad view pada tapak.

o Analisis Daya Dukung

(36)

DD = A / S

Perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi iklim pada tapak sudah nyaman dan sesuai untuk pengguna serta aman untuk karya yang dipamerkan atau masih perlu dilakukan rekayasa pada tapak. Analisis iklim untuk pengguna dihitung berdasarkan rumus THI (Termal Humidity Index): THI = 0,8T + (RH x T / 500), sedangkan analisis iklim untuk karya dihitung berdasarkan standar museologis menurut Kelly (2002).

Tabel 2 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data Penelitian

Jenis Data

Vegetasi √ √ Wawancara dan Inventarisasi

Topografi √ Inventarisasi

Hidrologi √ √ Wawancara dan Inventarisasi

Kondisi Sosial

Sejarah Kawasan √ Studi Pustaka

Sosial Budaya √ √ Studi Pustaka dan Wawancara

3.4 Tahapan Kegiatan Penelitian

Tahapan yang dilakukan selama kegiatan penelitian untuk perancangan galeri terbuka pada Taman Mini Indonesia Indah (TMII) diantaranya, yaitu:

1. Persiapan

(37)

2. Inventarisasi

Tahap ini merupakan tahap dimana pengumpulan data (primer dan sekunder) yang diperlukan mengenai tapak dilakukan sebelum kegiatan analisis dilakukan.

3. Analisis

Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh potensi, kendala serta kondisi kesesuaian tapak terhadap perancangan yang akan dilakukan. Selain itu preferensi calon pengguna juga diperlukan untuk mengetahui kondisi atau perancangan yang diinginkan. Analisis dilakukan setelah seluruh data diperoleh baik data dalam bentuk sketsa, foto ataupun hasil wawancara. 4. Sintesis

Tahap ini merupakan tahapan yang menjawab analisis. Tahap sintesis akan menghasilkan konsep untuk akhirnya dikembangkan melalui kegiatan perancangan.

5. Perancangan

Pada penelitian ini proses perancangan mengacu pada Booth (1990), yaitu

Research and Analysis, Design dan Construction Drawings dengan

mengaplikasikan elemen-elemen dasar perancangan lanskap seperti

landform, plant material, building, pavement, site structure dan water

(Booth, 1990). Pada tahap perancangan dihasilkan gambar-gambar perancangan berupa site plan, perspektif keseluruhan, perspektif spot, gambar potongan serta gambar detail konstruksi.

3.5 Batasan Studi

Batasan lokasi penelitian ini adalah area pembangunan kawasan seni Taman Mini Indonesia Indah. Hasil akhir produk perancangan lanskap ini yaitu site plan, gambar potongan tampak, gambar detail, perspektif keseluruhan dan perspektif spot tertentu, serta penjelasan mengenai gambar-gambar tersebut.

3.6 Alat dan Bahan

(38)

AutoCAD 2010, Sketch Up 8, Photoshop CS3, Microsoft Office Word 2010,

Microsoft Office Excel 2007, dan SPSS 17 digunakan untuk kegiatan studio,

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum

4.1.1 Aspek Fisik dan Biofisik

Beberapa aspek fisik dan biofisik yang diinventarisasi terkait perancangan galeri terbuka pada tapak diantaranya;

4.1.1.1 Lokasi dan Batas Tapak

Kawasan seni yang direncanakan akan dibangun pada tapak, sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan Taman Kaktus. Tapak ini memiliki luas 5461 m² dalamnya. Pengelola ingin mempertahankan keberadaan kubah kaktus ini meskipun dilakukan pembangunan desa seni pada tapak. Kubah kaktus berada di bagian tengah tapak dengan diameter 20,62 m. Di sekeliling kubah kaktus sudah terdapat jalur pejalan kaki yang cukup baik. Tapak ini hanya memiliki sedikit perkerasan, penutupan lahan didominasi oleh tanah dan rumput.

4.1.1.2 Topografi dan Tanah

Secara umum, sebagian besar Wilayah Jakarta Timur merupakan dataran rendah dan memiliki topografi yang relatif datar. Kategori Wilayah Jakarta Timur terdiri 95 % daratan dan selebihnya rawa atau persawahan dengan ketinggian rata- rata 50 m dari permukaan air laut serta dilewati oleh beberapa sungai kanal antara lain: Cakung Drain, Kali Ciliwung, Kali Malang, Kali Sunter, Kali Cipinang. Letak geografis berada diantara 106' 49' 35'' Bujur Timur dan 06' 10' 37'' Lintang Selatan. (Situs Resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur, 2011).

(40)

dan titik terendah 200,5 mdpl berada pada bagian timur laut tapak. Peta kontur dapat dilihat pada Gambar 12.

Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah (1982), secara keseluruhan kawasan TMII memiliki jenis tanah latosol coklat hingga kemerahan dengan bahan induk tufa vulkan intermediet. Struktur remah sampai menggumpal, tergantung kadar airnya dengan permeabilitas agak dalam. Kesuburan relatif agak dalam, tetapi dengan pengolahan tanah, pengairan dan pemupukan yang tepat cukup baik untuk tanaman.

4.1.1.3 Vegetasi dan Satwa

Vegetasi pada tapak kurang beragam, namun pada bagian tengah tapak terdapat kubah berisi ratusan jenis kaktus, sedangkan di luar kubah kaktus terdapat beberapa vegetasi seperti pohon rambutan (Nephelium lappaceum), pohon mangga (Mangifera indica), pohon asem (Tamarindus indica) dan pohon kelapa (Cocos nucifera). Vegetasi pada tapak tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.

Vegetasi pada tapak masih belum memadai, sehingga perlu dilakukan penanaman vegetasi baru dengan beberapa fungsi yang akan diaplikasikan pada tapak seperti fungsi arsitektural, fungsi estetik, fungsi pengendali mikroklimat dan fungsi engineering. Pada tapak, satwa yang terlihat hanya kupu-kupu.

(41)

Gambar 11 Peta Inventarisa

0 4 400 800 8m 0

(42)

Gambar12Peta Kontur

400

(43)

4.1.1.4 Aksesibilitas dan Sirkulasi

Area studi ini terdapat di sebelah utara TMII. TMII merupakan kawasan wisata yang cukup strategis lokasinya yang hanya kurang lebih 25 km dari Tugu Monas pusat Kota Jakarta. Berjarak 5 km dari Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma dan 200 meter dari gerbang Tol Jagorawi. Letaknya yang cukup strategis ini memudahkan masyarakat menempuh perjalanan menuju TMII dalam waktu yang relatif singkat dan cepat.

Sirkulasi menuju tapak memiliki perkerasan yang cukup baik dengan lebar jalan dari gerbang utama (Gambar 13.A) 11,3 meter dan lebar jalan di depan tapak (Gambar 13.B) 5,9 meter. Sirkulasi menuju tapak dapat dilalui kendaraan besar seperti bis ataupun kendaraan kecil seperti sepeda, namun sirkulasi di dalam tapak (Gambar 13.C) belum sebaik sirkulasi di luar tapak. Beberapa sirkulasi di dalam tapak terdiri atas tangga dan ramp (Gambar 13.D) dengan lebar 1,87 meter. Sirkulasi di dalam tapak hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki, motor ataupun sepeda. Hanya terdapat satu pintu masuk menuju tapak yaitu dari arah selatan.

(44)

4.1.1.5 Hidrologi

Pada tapak tidak terdapat selokan, namun terdapat sebuah reservoir bak penampungan air (Gambar 14.C) untuk penyiraman tanaman di dekat kubah kaktus dan beberapa bak kontrol (Gambar 14.B) dalam jarak tertentu untuk menampung air hujan, sehingga tidak terdapat genangan air yang merusak perkerasan. Selokan hanya terdapat diluar tapak (Gambar 14.A) dengan jarak 3 meter dari batas tapak bagian selatan. Peta Hidrologi dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 14 Drainase

4.1.1.6 Iklim

(45)

Gambar 15 Peta Hidrologi

400

(46)

Tabel 3 Data Iklim Bulanan Tahun 2011

Sumber: Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta timur

Pada galeri terbuka, cahaya yang perlu dikondisikan adalah cahaya matahari. Karena sinar Ultra Violet (UV) sangat berpengaruh terhadap ketahanan kualitas karya khususnya karya seni lukis, maka perlu diukur jumlah cahaya (lux) pada tapak untuk mengetahui apakah kondisi ruang luar pada tapak cukup layak untuk dijadikan tempat pameran karya-karya seni tersebut (Tabel 4).

Tabel 4 Data Sampel Jumlah Cahaya (lux) pada Tapak

Waktu Pengukuran Jumlah Cahaya (Lux)

Tanpa Naungan Dibawah Naungan

07.00 3279 1283

12.00 8615,13 7848

16.00 14550 5913

*Pengukuran cahaya ini dilakukan dalam satu hari dengan kondisi siang agak mendung.

4.1.1.7 Fasilitas dan Utilitas

Hanya beberapa fasilitas yang terdapat pada tapak seperti kubah kaktus (Gambar 16.A), bangku taman (Gambar 16.B), tempat sampah (Gambar 16.C) dan jalur pejalan kaki (Gambar 16.D). Untuk utilitas kabel dan pipa tidak terlihat karena tertanam di dalam tanah, namun terdapat pompa (mesin) air dan sumber listrik di dekat kubah kaktus (Gambar 16.E). Kondisi fasilitas dan utilitas tersebut pun dapat dikatakan kurang baik dari segi keamanan ataupun keindahan visual.

4.1.1.8 Visual

(47)

site furniture dan tembok pembatas yang tidak terawat menimbulkan bad view pada tapak. Peta visual dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 16 Fasilitas dan Utilitas

4.1.2 Aspek Sosial 4.1.2.1 Pengelola TMII

Pengelola TMII akan membangun kawasan khusus seni pada tapak bekas Taman Kaktus. Pengelola juga mengharapkan agar kubah kaktus tetap dipertahankan pada tapak. Keinginan pengelola pada kawasan seni ini nantinya terdapat fasilitas-fasilitas yang mengakomodasi pameran, jual beli karya seni dan kegiatan seni interaktif yang mengisi ruang-ruang aktivitas pada tapak, sedangkan untuk waktu berlangsungnya aktivitas pada tapak diutamakan pada pagi hingga siang hari.

4.1.2.2 Pengunjung Tapak

(48)

Gambar 17Peta Visual

400

(49)

4.1.2.3 Penikmat seni

Seluruh data hasil kuisioner ini dijadikan dasar pertimbangan dalam perancangan tapak. Kuisioner umum ditujukan pada masyarakat umum untuk mengetahui pandangan mengenai galeri terbuka dari sisi calon pengunjung (penikmat seni). Dari 92 responden kuisioner umum yang disebar acak, 87 diantaranya memiliki minat terhadap seni sehingga dapat dikatakan sebagai penikmat seni (Gambar 18a). Sebanyak 38 responden memiliki minat lebih terhadap seni musik, 30 responden menikmati seni rupa, 16 responden seni terapan dan sisanya menyukai seni drama dan tari (Gambar 18b).

Sebanyak 67 responden mengunjungi acara seni 1 s/d 6 kali dalam setahun, sedangkan 19 responden tidak mengunjungi acara seni setiap tahun dan hanya 6 responden yang mengunjungi acara seni lebih dari 6 kali dalam setahun. Diagram jumlah kunjungan responden pada acara seni dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 18 a. Diagram Minat Seni, b. Diagram Minat Seni Spesifik

Gambar 19 Diagram Jumlah Kunjungan Responden pada Acara Seni

(50)

Anggaran untuk kegiatan seni dipersiapkan oleh 28 responden (Gambar 20a). Sebanyak 64 responden tidak memiliki anggaran untuk berkegiatan seni, sedangkan untuk membeli produk seni, anggaran disiapkan oleh 41 responden, 51 responden lainnya tidak memiliki anggaran untuk membeli produk seni (Gambar 20b).

Gambar 20 a. Diagram Ketersediaan Anggaran Kegiatan Seni, b. Diagram Ketersediaan Anggaran Karya Seni

Galeri seni merupakan tempat yang menyenangkan bagi 72 responden, sedangkan 20 responden menyatakan sebaliknya (Gambar 21a). Sebanyak 66 responden pernah mengunjungi 1 s/d 3 galeri seni, 14 responden sudah mengunjungi lebih dari 3 galeri dan 12 responden lainnya belum pernah mengunjungi galeri seni (Gambar 21b).

(51)

Waktu yang paling tepat mengunjungi sebuah galeri menurut 27 responden adalah malam hari sedangkan 26 responden memilih sore, siang hari oleh 20 responden dan 19 responden memilih pagi hari sebagai waktu yang tepat untuk mengunjungi galeri (Gambar 22).

Gambar 22 Diagram Waktu Kunjungan Responden terhadap Galeri

Sebanyak 51 responden merasakan galeri yang telah dikunjungi merupakan tempat yang atraktif dan menyenangkan. Responden yang menjawab bahwa galeri merupakan tempat yang monoton dan membosankan mencapai 41 orang (Gambar 23).

Gambar 23 Diagram Persepsi Responden terhadap Galeri

Sebanyak 84 responden merasa bahwa TMII cocok untuk dibangun kawasan seni, sedangkan 8 responden merasa sebaliknya (Gambar 24). Hanya 17 responden yang sudah mengenal galeri terbuka dari 92 responden, 66 responden diantaranya memiliki persepsi yang berbeda terhadap istilah galeri terbuka. Sisanya sebanyak 9 responden tidak tahu mengenai galeri terbuka (Gambar 25).

Gambar 24 Diagram Pendapat Responden terhadap Area Seni pada TMII

(52)

Gambar 25 Diagram Persepsi Responden Terhadap Istilah Galeri Terbuka

4.1.2.4 Seniman Indonesia

Terdapat 73 responden untuk kuisioner yang dikhususkan untuk mahasiswa seni di ITB, IKJ dan UNJ serta para seniman muda ataupun profesi seni terapan seperti arsitek. Kuisioner khusus ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan seniman dalam melakukan pameran atau perform khususnya di galeri terbuka. Kuisioner khusus ini dianalisis ke dalam aspek sosial.

Dari 73 responden, sebanyak 60,3% mengunjungi pameran atau acara seni sebanyak 1 s/d 6 kali dalam setahun, sedangkan 32,9% lebih dari 6 kali mengunjungi pameran atau acara seni dalam setahun dan hanya 6,8% yang tidak mengunjungi pameran atau acara seni secara rutin dalam setahun (Gambar 26).

Gambar 26 Diagram Jumlah Kunjungan Acara Seni dalam Satu Tahun

(53)

ada 16,4 % responden yang tidak senang mengunjungi TMII, 5,5% abstain (Gambar 28b). Kuisioner khusus ini akan dianalisis ke dalam analisis sosial.

Gambar 27 Diagram Jumlah Galeri yang Sudah Dikunjungi Responden

Gambar 28 a. Diagram Kunjungan TMII, b. Kesenangan Mengunjungi TMII

4.1.3 Aspek Seni

4.1.3.1 Hasil Wawancara Arsitek dan Seniman

Persepsi terhadap perancangan galeri terbuka didapat dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 seniman, 1 kurator, 1 arsitek dan 1 arsitek lanskap. Melalui wawancara ini dapat diketahui mengenai pameran seni yang sudah pernah dilakukan, persepsi terhadap istilah dan konsep galeri terbuka, hingga karya-karya seni yang layak dipamerkan di ruang terbuka.

4.1.3.1.1 Pameran di Ruang Terbuka

Abdul Djalil Pirous1 mengkategorikan pameran ruang luar di Indonesia pernah dilakukan pada tahun 1960 di Bandung oleh sanggar seniman. Pameran di ruang luar ini terjadi karena memang pada saat itu sanggar seniman belum memiliki ruang pamer.

1

Seniman Grafis, Pelukis, Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB tahun 1984

(54)

Kemudian pameran dilakukan pada lahan kosong yang membentang di sekitar persawahan dengan membuat konstruksi bambu sederhana dan dengan sprei yang dibawa masing-masing seniman untuk atap yang dapat melindungi karya seni lukis dari sinar matahari, sehingga menjadi pameran pertama secara terbuka yang dilakukan di Kota Bandung. Pameran terpaksa digelar hanya dalam satu hari karena tidak bersifat permanen.

Menurut Pirous, pameran di ruang luar memiliki sifat aktual, merakyat dan murah. Murah men-set-up pameran dan murah menjual karya-karya di dalamnya. Langkah paling jauh yang pernah dilakukan dalam kaitan pameran di ruang luar adalah membuat persiapan atau proteksi yang lebih baik untuk hujan dengan tenda diatasnya. Tenda tersebut bersifat terbuka sehingga matahari masuk dengan cahaya cukup. Kegiatan pameran itu mempertemukan pencipta karya dengan penggemarnya.

4.1.3.1.2 Persepsi Terhadap Galeri Terbuka

Menurut Dolorosa Sinaga2, galeri terbuka adalah outdoor space

arrangement yang hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan pameran ruang luar

dengan sejumlah media-media terbatas yang berkaitan dengan banyak hal seperti cuaca dan keamanan yang berakibat pada bagaimana kemasan ekspresi harus dipikirkan. Kemasan presentasi atau display juga harus dipikirkan, karena terdapat perbedaan antara indoor display dan outdoor. Belum ada rancangan khusus untuk ruang seni yang berbentuk galeri terbuka di Indonesia, namun masih banyak ruang terbuka yang digunakan untuk para seniman memamerkan karya.

Galeri terbuka bukan merupakan hal yang baru menurut Agung Hujatnikajennong3. Sebelum masuk ruangan atau lembaga yang disebut galeri, karya seni pada dasarnya untuk sebuah pemujaan atau upacara yang dilakukan di ruang luar. Setelah ada kehidupan modern, lalu mulai dilembagakan, dan orang-orang mulai membutuhkan ruangan khusus, untuk memajang juga untuk merawat karya seni (preservasi), maka kemudian tercetuslah konsep galeri. Selain itu, karya-karya monumen atau public sculpture itu prinsipnya juga di ruang terbuka. Nu Art sculpture park merupakan galeri di Bandung yang agak menyerupai galeri

2

Pematung, Dekan Fakultas Seni Rupa IKJ 1992

3

(55)

terbuka. Terdapat kegiatan pameran setiap tiga tahun (triennale) di Jepang,

echigo-tsumari. Para seniman benar-benar berkarya di ruang luar seperti gunung

atau di suatu perkampungan. Echigo-tsumari memang memiliki konsep seperti galeri. Karyanya dibiarkan dipajang hingga rusak dengan alam atau interaksi manusia.

Menurut Agung, museum merupakan suatu yang berbeda dengan galeri. Museum lebih merawat benda yg dipajang (preservasi). Jika dibuat museum terbuka barulah perlu penjagaan khusus, sedangkan galeri terbuka tidak sekhusus museum dalam hal penjagaan. Outdoor merupakan bentuk lain dari indoor yang terbatasi. Pada outdoor pandangan dibebaskan, maka kelebihan-kelebihan ruang terbuka yang tidak ada di indoor harus dapat dimanfaatkan. Seniman justru harus menyesuaikan karyanya dengan kondisi tapak, sesuai dengan sifat-sifat alam yang ada.

Menurut Ade Darmawan4, galeri terbuka harus ditujukan untuk karya-karya tertentu, kebanyakan karya tiga dimensi yang materialnya juga disiapkan untuk bisa bertahan di ruang luar. Galeri terbuka nantinya akan membatasi karya-karya yang memang mempunyai ketahanan outdoor, kecuali jika pada galeri ini memiliki ruang semi outdoor. Ignatius Hermawan Tanzil5 berpendapat bahwa galeri terbuka adalah ruang terbuka dimana di dalamnya terdapat karya seni yang berinteraksi dengan orang-orang yang datang ke tempat tersebut.

MG Pringgotono6 menyatakan bahwa setiap pameran seharusnya memiliki alasan mengapa karya-karyanya dipamerkan di outdoor ataupun indoor. Jika memang karya tersebut cocok berada di luar ruang, pameran itu bisa menjadi baik, tapi jika banyak karya yang memiliki kesadaran ruang tertutup kemudian dipaksa untuk pameran di luar nantinya juga akan tidak baik.

Setiap karya memiliki cara sendiri untuk berdialog dengan penontonnya. Sang senimannya pun pasti berpikir bagaimana karya ini harus dipamerkan. Mungkin dengan pencahayaan khusus, luas ruang tertentu, tembok yang putih atau hitam atau justru membutuhkan lanskap sebagai latar belakang. Pada saat pameran, seniman bertemu banyak orang dan berbincang mengenai karyanya

4

Seniman Grafis, Direktur Ruang Rupa, Jakarta

5

Desainer Grafis, Pemilik leboye design dan dia.lo.gue artspace Jakarta

6

(56)

mengenai konsep, teknik, dan tentu saja menjadi ajang bertemunya seniman dengan calon kolektor karyanya serta mengadakan diskusi mengenai tema yang diangkat oleh pameran tersebut, maka ruang-ruang yang dibutuhkan dalam sebuah galeri diantaranya ruang pamer untuk memajang karya, ruang untuk berdiskusi, gudang penyimpanan dan saat ini juga dibutuhkan "ruang lain" untuk publikasi di dunia maya. TMII merupakan tempat rekreasi pengetahuan begitu pula fungsi pameran juga memproduksi pengetahuan, jadi bisa saja dibuat ruang pamer dalam TMII. Riyan Riyadi7 menyatakan galeri terbuka merupakan pilihan baru di ruang-ruang galeri yang ada. Sekarang ini galeri memang lebih terkesan

indoor. Galeri terbuka lebih berkesan menyatu dengan alam. Berbagai jenis seni

sangat mungkin disatukan dalam suatu galeri. Galeri terbuka akan membuat batasan itu semakin tipis.

Menurut David Tarigan8 ada pertimbangan fungsi dalam membangun sebuah galeri terbuka. Jika secara fungsional sebuah galeri terbuka dapat mengakomodasi kebutuhan pameran layaknya galeri indoor maka galeri terbuka akan menjadi lebih menarik. Terkadang seniman ingin karya-karyanya keluar, jadi tidak selalu orang yang masuk ke galeri.

Rio Farabi9 menyatakan bahwa setiap kota membutuhkan ruang-ruang publik seperti galeri terbuka. Jadi selain berfungsi sebagai galeri juga berfungsi sebagai taman atau ruang terbuka hijau. Pada galeri terbuka, ruangan akan terasa lebih cair dengan lingkungan sekitar. Jadi ruangan tersebut sebaiknya sedikit merespon site yang ada disekitarnya, sehingga bisa merepresentasikan ruangan yang ada di sekitarnya.

Menurut Nirwono Joga10 galeri terbuka tetap merupakan ranah arsitektur lanskap, hanya saja pendekatannya sedikit berbeda yaitu dengan seni. Sebaiknya memang taman-taman tesebut diisi dengan karya-karya seni. Arsitek lanskap menyediakan tempatnya dan para seniman mengisi dengan karyanya. Seharusnya ruang terbuka untuk seni itu bersifat permanen bukan hanya taman yang diisi karya seni secara temporer.

7

Street artist, perupa "jalanan" yang dikenal aktif menuangkan gagasannya di ruang-ruang publik

8

Perupa, Produser Musik, Founder Aksara Records

9

Perupa, Musisi (White Shoes and the Couples Company)

10Arsitek Lanskap, Penulis Buku “RTH 30%!”, aktivis

(57)

Menurut Ridwan Kamil11, ruang luar memiliki masalah cuaca dan sebagainya, maka yang dipamerkan harus karya-karya yang tahan cuaca selain itu juga masalah keamanan, jadi lebih banyak mengenai pengelolaan ruang untuk menjamin karya-karya yang dipamerkan tidak banyak masalah. Galeri terbuka adalah bagaimana mengaktifkan ruang kosong dengan manajemen outdoor galerinya, dengan pertimbangan apa saja yang bisa masuk kesana, serta faktor keamanan dan kenyamanan. Sebuah galeri biasanya memiliki ruang tetap dan ruang temporer.

4.1.3.1.3 Karya-karya Seni pada Galeri Terbuka

Menurut Dolorosa Sinaga, karya-karya seni rupa yang mau dipamerkan dalam kurun waktu tertentu dengan penjagaan dan iluminasi yang sudah diperkirakan bisa dilaksanakan dalam ruang yang sudah dirancang dengan bahan yang tahan cuaca seperti fiber glass, perunggu, batu dan kayu. Hal ini akan sulit untuk karya-karya eksperimental yang tidak memikirkan material yang tahan cuaca, kecuali jika konsepnya memang seperti itu, sudah dipikirkan bahwa dalam satu hari saja karya tersebut akan berubah karena ada angin, hujan dan sebagainya karena cuaca menjadi elemen dalam pameran.

Pada galeri terbuka, hanya karya-karya tiga dimensi yang dipamerkan, atau karya yang memerlukan space besar. Jadi galeri terbuka berfungsi untuk memfasilitasi karya-karya besar yang tidak akan mungkin masuk ke dalam ruangan indoor, untuk karya-karya patung dengan keterbatasan media, memfasilitasi karya-karya interaktif atau karya yang berinteraksi langsung dengan penonton.

Agung Hujatnikajennong berpendapat bahwa salah satu yang dapat dipajang pada galeri terbuka adalah karya seni instalasi. Pada seni instalasi, pengunjung tidak hanya menonton atau berjarak dengan karya, pengunjung menjadi satu atau bagian dari karya tersebut.

Menurut Ade Darmawan, karya-karya konvensional memang harus dipamerkan di dalam ruangan. Lukisan tidak mungkin dipajang di ruang luar karena merupakan karya yang sangat sensitif, tidak boleh kena sinar matahari

11

(58)

langsung, embun, binatang, serangga dan sebagainya. Beberapa contoh karya seni rupa yang bisa ditampilkan di ruang luar yaitu sculpture, instalasi, atau mural dan grafiti. Sama halnya dengan pernyataan Riyan Riyadi, seniman grafiti atau mural seringkali melakukan live drawing. Karya-karya seni grafiti dan mural memang lebih sering dipamerkan di ruang luar.

Ricky Virgana12 berpendapat bahwa perform di galeri terbuka akan lebih menyenangkan jika dengan jumlah audience besar. Hanya dibutuhkan stage kecil atau untuk perform di sebuah galeri terbuka sehingga tetap dapat menyatu dengan penonton.

Menurut Hermawan Tanzil, untuk karya seni grafis jarang sekali dipamerkan di ruang terbuka. Karya-karya tiga dimensi lebih sering dipamerkan pada ruang terbuka namun berkarya di ruang terbuka memang berpengaruh terhadap perasaan bebas berekspresi. Karena ruang luar memiliki sifat yang lebih menyatu dengan lingkungan, interaksinya lebih baik dan lebih hangat. Workshop di ruang terbuka juga bisa dilakukan, seperti demo melukis secara langsung.

Gambar 29Workshop di Ruang Terbuka (Sumber: image.google.com)

12

(59)

4.1.3.1.4 Penyatuan Beragam Jenis Seni pada Galeri Terbuka

Menurut Pirous, berbagai jenis seni bisa saja disatukan dalam satu area, karena disitulah dinamika kehidupan berkesenian ditampakkan. TMII tentu saja dapat menjadi suatu spot yang sangat cultural dan sangat atraktif mencerminkan upaya manusia dalam menciptakan kebudayaan yang baik dengan arsitektur dan dengan berkesenian. Tetapi tempat yang menyenangkan bisa menjadi tidak menyenangkan dengan pemeliharaan yang kurang baik.

Menurut Dolorosa, berbagai jenis seni dapat disatukan dalam satu area, misalnya terdapat pertunjukkan musik dalam pameran seni rupa ataupun sebaliknya, sehingga area tersebut menjadi galeri terbuka dalam arti terbuka pada banyak hal (ragam jenis seni). Selain itu, ruang-ruang komunitas juga diperlukan pada sebuah galeri. Karya seni lukis dapat dipamerkan di ruang luar dengan waktu pamer yang disesuaikan terhadap kondisi cuaca, hanya saja operasionalnya memang butuh pengelolaan yang sangat ketat.

4.1.3.2 Hasil Kuisioner Mahasiswa Seni

Terdapat 73 responden untuk kuisioner yang dikhususkan pada orang-orang berlatar belakang seni, diantaranya para mahasiswa seni di ITB, IKJ dan UNJ serta para seniman muda ataupun profesi seni terapan seperti arsitek. Data ini akan dianalisis kedalam aspek seni yang merupakan salah satu aspek penting dalam perancangan galeri terbuka.

Dari 73 responden tersebut, sebanyak 52 responden melakukan pameran atau pertunjukkan 1 s/d 3 kali dalam setahun, sedangkan 15 responden melakukan pameran atau pertunjukkan sebanyak 3 s/d 9 kali dalam setahun dan 6 responden melakukan pameran hingga lebih dari 9 kali dalam setahun (Gambar 30).

Gambar 30Diagram Jumlah Pameran yang Dilakukan Responden (Seniman) dalam Satu Tahun

1 s/d 3

3 s/d 9

(60)

Kondisi galeri yang ada di Indonesia menurut 44 responden sudah baik, sedangkan 26 responden berpendapat bahwa kondisi galeri di Indonesia masih kurang baik. Sisanya 30 responden menyatakan bahwa kondisi galeri di Indonesia buruk (Gambar 31).

Gambar 31 Diagram Persepsi Responden terhadap Kondisi Galeri di Indonesia

Sebanyak 45 responden merasa bahwa sarana dan prasarana yang ada pada galeri yang pernah mereka kunjungi belum mengakomodasi kebutuhan seniman dalam melakukan pameran atau pagelaran. Sebaliknya dengan 28 responden sudah merasa terakomodasi kebutuhannya sebagai seniman jika melakukan pameran atau pertunjukkan di galeri tersebut (Gambar 32).

Gambar 32 Diagram Persepsi Responden terhadap Sarana dan Prasarana pada Galeri di Indonesia

4.2 Analisis dan Sintesis 4.2.1 Aspek Fisik dan Biofisik

(61)

4.2.1.1 Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan dibutuhkan untuk mendapatkan pembagian ruang-ruang aktivitas yang sesuai dengan kondisi tapak. Pada analisis ini dilakukan komposit blok-blok analisis dari tiga peta yaitu kemiringan lahan, hidrologi dan vegetasi, sehingga akan diperoleh peta blok-blok kesesuaian lahan dari hasil komposit tiga peta tersebut.

4.2.1.1.1 Kemiringan Lahan (Topografi)

Pada permukaan tapak, topografi mungkin merupakan faktor yang paling penting yang harus dinilai. Dari segi visual, topografi dan permukaan lahan penting pada kualitas lahan. Analisis terhadap aspek topografi dapat mengungkapkan daerah-daerah yang berdrainase buruk dan saluran-saluran berdrainase alamiah. Selain itu, dengan analisis topografi juga dapat mengetahui pemandangan terbaik dan bagian-bagian tapak yang terlihat ataupun tersembunyi bila dilihat dari suatu tempat tertentu baik di dalam ataupun di luar tapak (Laurie, 1990).

Menurut Laurie (1990), kemiringan lahan juga berpengaruh terhadap biaya pembangunan di atasnya. Secara umum, biaya pembangunan akan meningkat apabila kelandaian permukaan tanahnya semakin curam. Pada tapak, bagian yang curam kurang aman untuk dilakukan pembangunan dan aktivitas di atasnya sehingga perlu dilakukan grading.

Kegiatan berkesenian merupakan salah satu bentuk alternatif rekreasi yang dapat dilakukan, karena itu galeri terbuka dapat dikategorikan sebagai area rekreasi. Menurut Hardjowigeno (dalam Nurisyah, Pramukanto, dan Wibowo, 2004), kemiringan lahan untuk area rekreasi yang baik adalah antara 0-8%, sedangkan untuk kemiringan 8-15% dikategorikan sedang, dan buruk untuk untuk kemiringan diatas 15%. Karena itu skor tertinggi yaitu 3 ditujukan pada tapak yang memiliki kemiringan 0-8%, skor 2 untuk kemiringan 8-15% dan skor 1 untuk kemiringan diatas 15% (Gambar 33).

(62)

ruang pamer, seperti ruang penerimaan (welcome area), ruang seni pertunjukkan, dan ruang diskusi.

Gambar 33 Peta Analisis Kemiringan Lahan

Titik tertinggi pada tapak ini merupakan potensi untuk dijadikan viewing

point terhadap bagian tapak yang lebih rendah. Posisi titik tertinggi yang berada

pada entrance memungkinkan setiap pengguna yang masuk untuk melihat kondisi sekeliling galeri terlebih dahulu untuk kemudian langsung menuju ke area tujuan atau meeting point melewati sirkulasi yang disediakan.

4.2.1.1.2 Hidrologi

Menurut Booth (1990), curah hujan yang jatuh sebagian besar mencapai permukaan bumi dan apa yang tidak meresap ke dalam tanah atau menguap akan menjadi limpasan permukaan (runoff). Pada tapak, analisis hidrologi yang dilakukan berdasarkan kemiringan lahan. Semakin datar kondisi kemiringan lahan, maka semakin mudah tergenang air. Jumlah limpasan, arah aliran, dan laju aliran semuanya berhubungan dengan bentuk lahan tersebut (Booth, 1990). Secara umum (tanpa mengacu pada jenis tanah tertentu), lahan dengan kemiringan terlalu sedikit (cenderung datar) akan tergenang jika tidak didukung dengan drainase yang memadai, sehingga skor pada analisis hidrologi berbanding terbalik dengan skor pada analisis kemiringan lahan. Pada analisis hidrologi, bagian tapak dengan

Gambar

Gambar 6  Seni Musik dan Area Pertunjukan Ruang Luar
Gambar 7  Seni Tari
Gambar 8  Seni Drama
Gambar 9  Lokasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Guru mengimplementasikan RKH dengan menggunakan alat dan bahan yang telah disiapkan.. 2) Anak melakukan setiap kegiatan dengan pengawasan guru. 3) Guru memperhatikan

Dengan diberlakukannya UU ITE maka terdapat suatu pengaturan yang baru mengenai alat-alat bukti dokumen elektronik. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat 1 UU ITE ditentukan

Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method.. All reques ted variables

Fanta dkk 1 mendemonstrasikan bahwa kortikosteroid infus (hydrocortison, bolus 2 mg/kg bb dilanjutkan drip 0,5 mg/kg jam infus) bersama dengan penggunaan bolus aminofilin

Bila film balutan primer untuk luka bakar yang terbuat dari kolagen yang diisolasi dari ikan gabus (Channa striata) dapat mempengaruhi kadar TGF-β dalam darah

[r]

Narator : Akhirnya pengumuman bahwa Siti Nurbaya telah meninggal di sebarkan, dan sampai lagi ke telinga Syamsul Bahri yang sekarang namanya menjadi Letnan Mas. Semakin menjadi

Pada perkembangannya kelompok acuan tidak lagi hanya berupa kelompok secara langsung dapat mempengaruhi individu, namun ada kelompok acuan yang bersifat tidak langsung,