• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat partisipasi perempuan terhadap simpan pinjam kelompok perempuan (SPP) program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM M) perdesaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat partisipasi perempuan terhadap simpan pinjam kelompok perempuan (SPP) program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM M) perdesaan"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM-M) PERDESAAN (Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat)

Oleh:

CAHYANTI NOVIKA MASRIL

I34070044

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRACT

The purpose of this research are knowing the level of women’s participation in the implementation of the Women’s Group Savings and Loans Program (SPP). Then analyzed the biggest factor that affect women’s participation on SPP in Dramaga Village related with refund loans.

This research used quantitative supported by qualitative methods with explanatory research type. This research conducted in the Dramaga Village, Dramaga Subdistrict, Bogor Regency. Respondent in this research were 37 people. The data analyzeds with quantitative and qualitative data analysis. Quantitative data processing used multiple linear regression test to measure the effect of driving factors on the level of participation of women members of the SPP.

The research showed that 89 percent of SPP member’s participation rate still at the low category. While the driving factors significantly affect the level of participation, with p value= 0,076<α 0,1. The driving factors consist of willingness, ability and opportunity. From these three factors the most influential factor the ability, where p value= 0,079<α 0,1.

(3)

RINGKASAN

CAHYANTI NOVIKA MASRIL. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM-M) PERDESAAN. Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Di bawah bimbingan Soeryo Adiwibowo dan Sofyan Sjaf.

Partisipasi adalah keterlibatan aktif seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil sampai pada tahap evaluasi. Partisipasi masyarakat berarti eksistensi manusia seutuhnya, termasuk perempuan. Perempuan juga berhak untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan pembangunan, serta berhak berpartisipasi dalam program-program pembangunan yang dicanangkan pemerintah. Salah satunya adalah program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP).

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui tingkat partisipasi perempuan dalam pelaksanaan program SPP, (2) menganalisis faktor mana yang paling berpengaruh terhadap tingkat partisipasi perempuan dalam program SPP di Desa Dramaga terkait dengan pengembalian dana pinjaman.

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan tipe explanatory research untuk menganalisis pengaruh faktor pendorong partisipasi, yaitu faktor kemauan, kemampuan, dan kesempatan terhadap tingkat partisipasi anggota SPP di Desa Dramaga.

(4)

penelitian. Analisa statistik menggunakan uji regresi linear berganda, dengan menggunakan software SPSS 16.0 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan 89 persen anggota SPP di Desa Dramaga memiliki tingkat partisipasi yang tergolong rendah. Hal ini terlihat dari kurang aktifnya anggota SPP dalam berbagai tahapan partisipasi. Pada tahap perencanaan partisipasi anggota masih sangat rendah, yakni sebesar 76 persen. Pada tahapan pelaksanaan keterlibatan anggota juga masih sangat rendah yakni sebesar 97 persen dan pada tahap monitoring evaluasi juga masih rendah. Ini terlihat dari angka persentasi partisipasi responden yang masuk kategori rendah, yakni sebesar 95 persen. Meski demikian hal yang berbeda terjadi pada tahap pemanfaatan hasil. Pada tahap ini, partisipasi anggota masuk kategori tinggi, yakni sebesar 100 persen. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa partisipasi anggota SPP cenderung lebih tinggi pada pemanfaatan hasil saja. Sedangkan pada tahapan lainnya masih sangat rendah. Rendahnya tingkat partisipasi anggota SPP ini juga disebabkan oleh rendahnya tingkat kemauan anggota SPP.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor kemampuan berpengaruh nyata terhadap tingkat partisipasi anggota SPP, dimana p value = 0,079 dan faktor kemauan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat partisipasi, dimana p value = 0,404.

(5)

TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM-M) PERDESAAN (Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat)

Oleh:

CAHYANTI NOVIKA MASRIL

I34070044

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh :

Nama : Cahyanti Novika Masril

NRP : I34070044

Program Studi : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Tingkat Partisipasi Perempuan Terhadap Simpan pinjam

Kelompok Perempuan (SPP) Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perdesaan

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS Sofyan Sjaf, S.Pt, Msi

NIP. 19550630 198103 1 003 NIP. 1978 1003 200912 1 003

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Ketua

Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP), PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM-M)

PERDESAAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN

TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Cahyanti Novika Masril merupakan mahasiswi asal Padang, Sumatera Barat, namun dilahirkan di Kota Bandung, Jawa Barat tepatnya pada tanggal 15 November 1988. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari ayah Masril dan Ibu Yasriati. Sebagai pelajar, penulis menempuh pendidikan di TK Perpeta Tj. Alam Bukittinggi, dilanjutkan dengan pendidikan di SDN 20 TJ. Alam selama lima tahun tiga bulan, kemudian penulis pindah ke kota Padang dan menamatkan pendidikan di SDN 02 Lubuk Buaya Kec.Koto Tangah-Padang. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 34 Padang selama tiga tahun, dan diteruskan ke SMAN 8 Padang selama tiga tahun. Akhirnya penulis menempuh pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor, tepatnya di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur hanya milik Allah SWT, Sang Penguasa alam semesta yang menggenggam segala makhluk dalam kuasa-Nya dan Maha Berkehendak. Atas KehendakNyalah akhirnya Skripsi dengan judul “Tingkat Partisipasi Perempuan terhadap Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perdesaan (Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi kewajiban dalam menempuh tugas belajar pada program Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu melalui bimbingan, saran, maupun dukungan semangat, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS dan Sofyan Sjaf S.Pt, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu sabar membimbing penulis. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan dan terhadap ilmu serta penerapan pembelajaran, khususnya bagi Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2011

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah segala puji syukur hanya milik Allah SWT, Sang Penguasa alam semesta yang menggenggam segala makhluk dalam kuasa-Nya dan Maha Berkehendak. Atas KehendakNyalah akhirnya Skripsi dengan judul “Tingkat Partisipasi Perempuan terhadap Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perdesaan (Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi kewajiban dalam menempuh tugas belajar pada program Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan Skripsi ini tidak akan berjalan lancar bila tidak ada bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada:

1. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS dan Sofyan Sjaf S.Pt, M.Si yang telah membimbing, memberi saran, nasehat, dan kritik yang membangun, serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dra.Winati Wigna, MDS dan Heru Purwandari, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan wakil departemen dalam ujian kelulusan. Terimakasih atas kesediaan Ibu untuk menguji skripsi ini.

3. Papa dan Mama di Padang, yang selalu mendoakan penulis, dan memberikan dukungan serta motivasi baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Adik-adikku di Padang, Mutia dan Satria yang telah memberikan semangat, agar penulis menyelesaikan Skripsi ini.

5. Nofrizal yang selalu memberikan motivasi dan perhatian kepada penulis. 6. Teman-teman satu bimbingan studi pustaka dan skripsi (Zessy, Litha,

Asih, Cristin dan Faris) yang selalu berbagi dan bekerjasama dengan penulis serta memberi semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini. 7. Teman-teman satu Departemen Sains KPM angkatan 44 yang memberi

(11)

8. Teman-teman kosan Ukhuwah, Masayu, Lisa, Eja, Rini, Ami, Irez, Rima, yang memberikan dukungan serta tempat berbagi cerita suka dan duka, sakit dan senang setiap harinya.

9. Teman-teman tim proyek P2WKSS yang banyak memberikan masukan mengenai topik dan dukungan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor,

Pak wen, Pak Dili, Pak Rega, Mbak Dini dan Pak Mori atas kesediaannya membantu penulis dalam penggalian informasi terkait dengan penelitian. 11. Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Desa Dramaga, Bu Nia, Bu Nyai dan Pak

Diding atas kesediaannya memberikan informasi dan data-data yang penulis perlukan terkait dengan penelitian.

12.Anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) Desa Dramaga atas kesediaan waktunya membantu penulis selama penelitian.

13.Aparatur Desa Dramaga atas segala kemudahan birokrasi dalam penelitian serta informasi yang telah diberikan kepada penulis mengenai Desa Dramaga.

14.Segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Juli 2011

(12)

DAFTAR ISI

1.4. Kegunaan Penelitian ……… 4

BAB II PENDEKATAN TEORITIS ……….. 5

2.1. Definisi Partisipasi………... 5

2.2. Bentuk-Bentuk Partisipasi……… 6

2.3. Prasyarat Partisipasi………. 7

2.4. Partisipasi Perempuan……….. 9

2.5. Status dan Peranan Perempuan dalam Pembangunan ……. 10

2.6. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ……… 11

2.6.1. Profil PNPM Mandiri Perdesaan ………... 11

2.6.2 Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan …... 15

2.8. Kerangka Pemikiran………. 16

2.9. Hipotesis Penelitian……….. 19

2.10. Definisi Operasional………... 19

BAB III METODE PENELITIAN ……… 25

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 25

3.2. Metode Penelitian………. 25

3.3. Teknik Pengumpulan Data………... 26

3.4. Teknik Penentuan Responden dan Informan………... 26

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………. 27

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN …………... 28

4.1. Keadaan Geografis Desa Dramaga ………. 28

4.2. Kondisi Demografi ……….. 29

4.2.1. Laju Pertumbuhan Penduduk ……… 29

4.2.2. Komposisi Penduduk ……… 30

4.3. Ekonomi Penduduk ………. 32

4.4. Tingkat Pendidikan dan Keagaman ………. 33

(13)

4.5.1. Gambaran Umum PNPM Mandiri Perdesaan di

Kecamatan Dramaga ………. 34

4.5.2. Gambaran Umum Program SPP Di Desa Dramaga ……… 35

4.6. Karakteristik Responden ………. 38

4.6.1. Tingkat Usia Anggota SPP ………... 39

4.6.2. Tingkat Pendidikan Anggota SPP ………. 40

4.6.3. Jenis Pekerjaan Anggota SPP ………... 40

4.6.4. Tingkat Pendapatan Anggota SPP ……… 41

4.6.5. Status Perkawinan Anggota SPP ……….. 41

4.6.6. Lamanya Usaha dan Jumlah Dana yang di Terima ……….. 42

4.6.7. Cicilan Anggota SPP ………. 42

BAB V ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN …… 45

5.1. Partisipasi Perempuan dalam Tahap Perencanaan ………... 45

5.2. Partisipasi Perempuan dalam Tahap Pelaksanaan ………... 47

5.3. Partisipasi Perempuan dalam Tahap Monitoring dan Evaluasi ………... 48

5.4. Partisipasi Perempuan dalam Tahap Pemanfaatan Hasil ……… 50

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN ……….. 53

6.1. Pengaruh Kesempatan Terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan ………... 53

6.2. Pengaruh Kemauan Terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan ………... 55

6.3. Pengaruh Kemampuan Terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan ………... 59

6.4. Analisis Pengaruh Faktor Pendorong Terhadap Tingkat Partisipasi Anggota SPP ……….. 63

BAB VII PENUTUP ………. 67

7.1. Kesimpulan ……….. 67

7.2. Saran ……… 68

DAFTAR PUSTAKA ……….. 70

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Luas Lahan Pertanian dan Persentasenya Menurut Penggunaan

Desa di Kecamatan Dramaga Tahun 2009 ……….. 29 Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Dramaga dan Laju Pertumbuhan

Penduduknya, menurut Desa di Kecamatan Dramaga, Tahun

2004 dan 2009 ………. 30

Tabel 3. Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan serta Persentasenya, Menurut Golongan Umur, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 ……….. 32 Tabel 4. Alokasi Dana PNPM Mandiri dan Persentasenya, menurut

Penggunaan, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 ………. 35 Tabel 5. Tabel Karakteristik Responden Anggota SPP dan Persentasenya Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 ………. 39 Tabel 6. Tingkat Partisipasi Anggota SPP dan Persentasenya, menurut

Kategori dalam Tahap Perencanaan, Desa Dramaga, Kecamatan

Dramaga, Tahun 2011………... 45

Tabel 7. Tingkat Partisipasi Anggota SPP dan Persentasenya, menurut

Kategori dalam Tahap Pelaksanaan, Desa Dramaga, Kecamatan

Dramaga, Tahun 2011………... 47

Tabel 8. Tingkat Partisipasi Anggota SPP dan Persentasenya, menurut Kategori dalam Tahap Monitoring dan Evaluasi, Desa Dramaga,

Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 ………... 49

Tabel 9. Tingkat Partisipasi Anggota SPP dan Persentasenya, menurut Kategori dalam Tahap Pemanfaatan Hasil, Desa Dramaga,

Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 ……….. 51 Tabel 10. Tingkat Partisipasi Anggota SPP dan Persentasenya, menurut

Kategori Partisipasi, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga,

Tahun 2011 ……….. 52

Tabel 11. Hubungan Tingkat Kemauan dengan Tingkat Partisipasi

Anggota SPP di Desa Dramaga, Tahun 2011 ………... 55

Tabel 12. Hubungan Motif dengan Tingkat Partisipasi Anggota SPP di

Desa Dramaga, Tahun 2011 ………. 56

Tabel 13. Hubungan Harapan dengan Tingkat Partisipasi Anggota SPP di Desa Dramaga, Tahun 2011 ………. 57 Tabel 14. Hubungan Kebutuhan dengan Tingkat Partisipasi Anggota SPP

di Desa Dramaga, Tahun 2011 ………. 58

Tabel 15. Hubungan Imbalan dengan Tingkat Partisipasi Anggota SPP di

(15)

Tabel 16. Hubungan Tingkat Kemampuan dengan Tingkat Partisipasi

Anggota SPP di Desa Dramaga, Tahun 2011 ………... 60

Tabel 17. Hubungan Tingkat Pengalaman dengan Tingkat Partisipasi

Anggota SPP di Desa Dramaga, Tahun 2011………... 61

Tabel 18. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi

Anggota SPP di Desa Dramaga, Tahun 2011 ……….. 62

Tabel 19. Hubungan Tingkat Kepemimpinan dengan Tingkat Partisipasi

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Keterkaitan Tahapan Partisipasi dengan Prasyarat Partisipasi 8

Gambar 2. Rangkuman Kajian Literatur ……… 9

Gambar 3. Alur Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan ………. 14

Gambar 4. Kerangka Pemikiran ……… 18

Gambar 5. Piramida Penduduk Desa Dramaga ………. 31

Gambar 6. Karakteristik Ekonomi Penduduk Desa Dramaga …………... 33

Gambar 7. Karakteristik Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Desa Dramaga ………... 34

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rancangan Jadwal Penelitian ………. 73 Lampiran 2. Teknik Pengumpulan Data ………. 74 Lampiran 3. Jumlah Kelompok Penerima Dana SPP Desa Dramaga …… 75 Lampiran 4. Kerangka Sampling ……… 76 Lampiran 5. Hasil Regresi Faktor Kemauan Terhadap Tingkat Partisipasi

Anggota SPP ……….. 84

Lampiran 6. Hasil Regresi Faktor Kemampuan Terhadap Tingkat

Partisipasi Anggota SPP ………. 85

Lampiran 7. Foto Kegiatan SPP Desa Dramaga ……… 86

(18)

DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BLM : Bantuan Langsung Tunai

DOK : Dana Operasional Kegiatan

KPMD -P : Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa- Perempuan MAD : Musyawarah Antar Desa

MKP : Musyawarah Khusus Perempuan MUSDES : Musyawarah Desa

PMD : Pemberdayaan Masyarakat Desa

PNPM-M : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PPK : Program Pengembangan Kecamatan

RTM : Rumah Tangga Miskin

SPP : Simpan Pinjam Kelompok Perempuan TPK : Tim Pelaksana Kegiatan

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada hakekatnya pembangunan adalah suatu upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan. Pembangunan merupakan proses pengembangan kemandirian. Pengembangan kemandirian akan dapat meningkatkan pendapatan, dan peningkatan pendapatan tentunya akan dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh semua masyarakat, dimana masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya seperti sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan dan terpenuhinya kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih dan nyaman, aman, damai, serta tersalurkannya hak berpartisipasi dalam proses pembangunan. Saat ini tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia berada pada kategori rendah, hal ini berdasarkan indikator dari Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Masyarakat yang meliputi: jumlah penduduk miskin yang masih tinggi, laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi, tingkat pendapatan masyarakat yang masih rendah, angka pengangguran yang masih tinggi, kualitas sumber daya manusia yang masih belum optimal, angka kematian bayi dan anak masih tinggi, angka kematian ibu melahirkan masih tinggi, dan partisipasi perempuan dalam pembangunan masih rendah.

(20)

sebelumnya. PNPM Mandiri digagas untuk menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program penanggulangan kemiskinan dari berbagai departemen yang ada, khususnya yang menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat

(community development) sebagai pendekatan operasionalnya.1

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-2007. Tujuan dari PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di pedesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Pada pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Dari tiga kegiatan tersebut yang menjadi fokus penelitian adalah kegiatan pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan yang disebut juga dengan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP). Tujuan dari program SPP adalah mendorong terjadinya pemberdayaan pada kaum perempuan. Hal ini juga sejalan dengan tujuan khusus dari PNPM Mandiri Perdesaan yaitu meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat khususnya masyarakat miskin atau kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. Untuk mencapai pemberdayaan tersebut, maka diperlukan partisipasi perempuan dalam berbagai tahapan tersebut.

Partisipasi perempuan merupakan bagian integral dari partisipasi masyarakat. Perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai subjek pembangunan. Dalam kedudukan sebagai subjek pembangunan, perempuan tentunya mempunyai peran yang sama untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Partisipasi mutlak diperlukan sehingga tercapai kesejahteraan masyarakat.

1

(21)

1.2. Rumusan Masalah

Partisipasi masyarakat berarti eksistensi manusia seutuhnya, termasuk perempuan. Perempuan juga berhak untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan pembangunan, serta berhak berpartisipasi dalam program-program pembangunan yang dicanangkan pemerintah. Salah satunya adalah program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP). SPP adalah kegiatan pemberian modal untuk kelompok perempuan dalam bentuk dana simpan pinjam, bagi mereka yang telah mempunyai usaha. Secara umum kegiatan SPP ini bertujuan untuk mengembangkan potensi usaha masyarakat Rumah Tangga Miskin (RTM) khususnya perempuan. Adanya kegiatan SPP ini diharapkan dapat mempercepat proses pemenuhan kebutuhan dana usaha, serta memberikan kesempatan bagi perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha.

Desa Dramaga merupakan salah satu desa yang kelompok SPP-nya terbaik menurut PNPM Mandiri yang ada di Kecamatan Dramaga. Hal ini terlihat dari tingkat pengembalian dananya yang tergolong baik dan tepat waktu sehingga menarik untuk diteliti.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat partisipasi perempuan dalam program SPP di Desa Dramaga?

2. Faktor pendorong manakah yang paling berpengaruh terhadap tingkat partisipasi perempuan dalam program SPP di Desa Dramaga?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat partisipasi perempuan dalam pelaksanaan program SPP.

(22)

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat berguna bagi berbagai lapisan dan pihak-pihak terkait, yaitu:

1. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memberikan pengetahuan mengenai peranan mereka dalam pembangunan, sehingga bisa ikut berpartisipasi dalam semua tahap pelaksanaan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pemanfaatan hasil.

2. Bagi Perguruan Tinggi, Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu penelitian dan peningkatan pengetahuan.

(23)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Definisi Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1979) bahwa partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pemanfaatan hasil.

Lebih lanjut menurut Adisasmita (2006) partisipasi adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan, pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program yang dilaksanakan. Lebih jauh partisipasi juga diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu (Ach. WazirWs, et al,

1999). Selanjutnya, Syahyuti (2006) mendefinisikan partisipasi sebagai proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisiatif pembangunan.

Merujuk berbagai pendapat tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil sampai pada tahap evaluasi.

Selanjutnya Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1979), membagi partisipasi dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

(24)

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek. 3. Tahap menikmati hasil, yang menjadi indikator keberhasilan partisipasi

masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek yang dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

2.2. Bentuk-Bentuk Partisipasi

Menurut Soelaiman (1980), ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program pembangunan, yaitu:

1. Partisipasi uang, adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

2. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

3. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

4. Partisipasi keterampilan adalah memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.

(25)

dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

6. Partisipasi sosial, merupakan partisipasi yang diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya serta dapat juga berupa sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. 7. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan yaitu masyarakat

terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.

8. Partisipasi representatif dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

Merujuk berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan di atas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu partisipasi dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga partisipasi dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi nyata berupa uang, harta benda, tenaga, dan keterampilan. Sedangkan partisipasi abstrak berupa buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif.

2.3. Prasyarat Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud apabila beberapa prasyarat telah terpenuhi, diantaranya:

1. Kesempatan, yaitu adanya suasana atau kondisi lingkungan yang disadari oleh orang tersebut bahwa dia berpeluang untuk berpartisipasi. 2. Kemauan, yaitu adanya sesuatu yang mendorong/menumbuhkan minat

dan sikap mereka untuk termotivasi berpartisipasi, misalnya berupa manfaat yang dapat dirasakan atas partisipasinya tersebut.

3. Kemampuan, yaitu adanya kesadaran atau keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuam untuk berpartisipasi, bisa berupa pikiran, tenaga, waktu, atau sarana dan material lainnya Slamet dalam

(26)

Kemauan ditentukan oleh faktor motif, harapan, kebutuhan, dan imbalan. Sementara kemampuan untuk berpartisipasi dipengaruhi faktor pendidikan, pengalaman dan kepemimpinan. Sedangkan untuk kesempatan dipengaruhi oleh aksesibilitas. Berangkat dari analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka hasil dari beberapa studi kasus, ditemukan bahwa terdapat keterkaitan dan keterhubungan antara prasyarat partisipasi dengan tahapan partisipasi. (lihat Gambar 1) di bawah ini.

Gambar 1. Keterkaitan Tahapan Partisipasi dengan Prasyarat Partisipasi. Prasyarat Perencanaan Pelaksanaan Monitoring

(27)

Merujuk Gambar 1 di atas, terdapat delapan keterkaitan prasyarat partisipasi dengan tahapan partisipasi, yang terdapat dalam analisis bacaan, yaitu: kemauan-perencanaan, kemauan-pelaksanaan, kemauan-pemanfaatan hasil, kemampuan-perencanaan, kemampuan-pelaksanaan, kesempatan-perencanaan, kesempatan-pelaksanaan, dan kesempatan-monitoring evaluasi.

2.4. Partisipasi Perempuan

Kata partisipasi mempunyai arti yang luas, menurut Khadiyanto dalam

Chusnah, 2008, partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan/pelibatan masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan, serta mampu untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijaksanaan, hingga pelaksanaan program. Selain itu juga terdapat beberapa teori partisipasi yang dikemukakan oleh berbagai ahli. Hal ini sebagian dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Rangkuman Kajian Literatur

No. Sumber Teori

1. Kamus Bahasa Inggris Pengambilan bagian atau pengikutsertaan.

2. Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1979)

Keterlibatan aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pemanfaatan hasil.

3. Adisasmita (2006)

Keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan, pelaksanaan program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal.

4. Ach. WazirWs, et al (1999) Keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu.

5. Syahyuti (2006) Proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisiatif pembangunan.

Sumber: Dikutip Dari berbagai sumber

(28)

secara sadar berkontribusi dalam program pembangunan, dan terlibat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pemanfaatan hasil. Dengan adanya kesempatan untuk berpartisipasi bagi perempuan, maka diharapkan perempuan bisa mengembangkan dirinya tidak hanya di rumah tangga saja, namun juga bisa ikut terlibat ditengah masyarakat.

Perempuan sebagai bagian integral dari masyarakat, pada kenyataannya masih mengalami kendala di berbagai bidang. Akses dan peluang perempuan untuk berpartisipasi secara optimal dalam proses pembangunan masih relatif lebih kecil daripada laki-laki. Ketertinggalan perempuan diberbagai sektor ini disebabkan perempuan dipandang hanya dari kodratnya semata. Padahal perempuan dan laki-laki memiliki persamaan hak dan kewajiban yang sama sebagai bagian dari subjek pembangunan. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, diperlukan partisipasi perempuan dalam setiap program pembangunan.

2.5. Status dan Peranan Perempuan dalam Pembangunan

Peranan wanita dalam pembangunan adalah hak dan kewajiban yang dijalankan oleh wanita pada status atau kedudukan tertentu dalam pembangunan, baik pembangunan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun pembangunan di bidang pertahanan keamanan, baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat.

Perempuan dan laki-laki mempunyai persamaan kedudukan, hak, kewajiban, dan kesempatan, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun dalam kegiatan pembangunan di segala bidang Kantor Mentri Negara Peranan Wanita dalam Sudarta, 2007. Dalam hal persamaan kedudukan, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama berkedudukan sebagai subjek atau pelaku pembangunan. Dalam kedudukan sebagai subjek pembangunan, perempuan dan laki-laki mempunyai peranan yang sama dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan menikmati hasil pembangunan.

(29)

seorang istri sama-sama berkewajiban untuk mencari nafkah dengan suaminya dalam upaya memenuhi beragam kebutuhan rumah tangga. Mencari nafkah tidak lagi hanya menjadi kewajiban suami (laki-laki), begitu juga kewajiban melakukan pekerjaan urusan rumah tangga tidak semata-mata tugas istri (perempuan).

Berdasarkan uraian di atas dengan jelas dapat ditangkap, bahwa kondisi normatif, laki-laki dan perempuan mempunyai status atau kedudukan dan peranan (hak dan kewajiban) yang sama, akan tetapi menurut kondisi objektif, perempuan mengalami ketertinggalan yang lebih besar dari pada laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Kondisi objektif ini tidak lain disebabkan oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang masih berlaku di masyarakat.

Norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut di satu pihak, menciptakan status dan peranan wanita disektor domestik yakni berstatus sebagai ibu rumah tangga, dan melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga. Sedangkan di lain pihak, menciptakan status dan peranan laki-laki di sektor publik sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah. Akibat masih berlakunya berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut di masyarakat, maka akses wanita terhadap sumberdaya di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan menjadi terbatas.

2.6. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

2.6.1. Profil PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM-Mandiri Perdesaan merupakan salah satu program pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan. Program ini berbasiskan pemberdayaan masyarakat, yang wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat desa khususnya Rumah Tangga Miskin (RTM). PNPM Mandiri perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur program pengembangan kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-20072. Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air, bahkan terbesar di dunia. Dalam pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok

2

(30)

perempuan, kegiatan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Program ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: a) dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) untuk kegiatan pembangunan, b) dana Operasional Kegiatan (DOK) untuk kegiatan perencanaan pembangunan partisipatif dan kegiatan pelatihan masyarakat, dan c) pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh para fasilitator pemberdayaan, fasilitator teknik, dan fasilitator keuangan.

PNPM-M Perdesaan ini, terdiri atas beberapa program utama, yaitu: Infrastruktur desa, UEP / SPP, pendidikan dan kesehatan. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen/Kementrian Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), partisipasi dari CSR (Corporate Social Responcibility) dan dana hibah serta pinjaman dari sejumlah lembaga dan Negara pemberi bantuan di bawah koordinasi Bank Dunia.

Pada pelaksanaannya seluruh anggota masyarakat di dorong untuk terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. Salah satu wujud partisipasi tersebut adalah diberikannya kesempatan bagi perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan PNPM-M Peredesaan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik serta mengakses aset produktif. PNPM-M Perdesaan mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku pada pada semua tahap alur kegiatan PNPM.

(31)

terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara. Selain itu juga dipilih Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan Kader Teknik yang akan menfasilitasi masyarakat dalam menyelenggarakan proses PNPM-M Perdesaan. Setelah TPK dan KPMD terpilih, tahap berikutnya adalah melakukan pelatihan terhadap KPMD tersebut.

Tahapan berikutnya adalah penggalian gagasan yang dilakukan secara partisipatif bersama-sama dengan masyarakat desa. Hal ini dilakukan untuk menemukan gagasan-gagasan kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa dengan mengembangkan potensi desa yang ada. Gagasan yang telah ada tersebut diharapkan mampu mengatasi permasalahan dan penyebab kemiskinan.

Setelah melakukan penggalian gagasan, diadakan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP) . Kegiatan ini dihadiri oleh perempuan dan dilakukan dalam rangka membahas gagasan dari kelompok perempuan. Usulan hasil MKP ini selanjutnya dilaporkan ke Musyawarah Desa Perencanaan untuk disahkan sebagai bagian dari usulan desa.

Usulan-usulan yang telah disepakati kemudian di bahas dalam tahapan Musyawarah Desa Perencanaan. Usulan-usulan yang telah terpilih kemudian di buat secara tertulis dan diajukan pada MAD. Lebih lanjut, semua usulan tersebut akan diverifikasi kelayakannya oleh Tim verifikasi Kecamatan. Setelah diverifikasi, usulan tersebut akan dirangking berdasarkan prioritas kebutuhan paling mendesak yang harus segera direalisasikan di desa tersebut. Kemudian usulan terpilih akan dibawa ke Musyawarah Antar Desa (MAD) penetapan usulan yang akan di danai oleh PNPM Mandiri Perdesaan. Usulan yang mendapatkan dana dari PNPM kemudian hasilnya disebarluaskan melalui tahapan Musyawarah Desa Informasi hasil MAD.

(32)

Setelah tahap pelaksanaan selesai, tahap terakhir adalah tahap pelestarian kegiatan. Tahap ini berfungsi, agar masyarakat melestarikan dan memelihara hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan serta mendorong tumbuhnya rasa kepemilikan terhadap hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan alur kegiatan PNPM, dapat dilihat pada Gambar 3. 3

Gambar 3. Alur Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan

3

(33)

2.6.2. Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP)

Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) adalah kegiatan yang dilakukan oleh kaum perempuan dengan aktivitas pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman. Secara umum alokasi dana untuk kegiatan ini maksimal 25 persen dari dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) di kecamatan. Kelancaran pengembalian atau peningkatan persentase pengembalian pinjaman sebelumnya harus dipertimbangkan dalam mengalokasikan dana simpan pinjam bagi kelompok perempuan ini.

Secara umum tujuan dari kegiatan SPP ini adalah untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan. Sementara itu, tujuan khusus dari kegiatan SPP ini adalah mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar, memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan peluang usaha, dan mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan.

(34)

Pelaksanaan kegiatan SPP ini harus melewati beberapa alur tahapan. Tahap pertama yaitu tahap perencanaan. Tahap ini dimulai dengan sosialisasi kepada masyarakat tentang ruang lingkup kegiatan SPP, persyaratan kelompok, dan kelayakan kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan penggalian gagasan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan kelompok simpan pinjam dalam setiap dusun yang layak untuk mengajukan usulan ke UPK. Hasil dari penggalian gagasan tersebut, kemudian dibawa ke Musyawarah Khusus Perempuan (MKP). Fungsi dari MKP adalah memutuskan dan mengusulkan kelompok yang dianggap memenuhi persyaratan sebagai usulan desa dan dikompetisikan dalam MAD. Setelah diputuskan kelompok yang berhak ikut kegiatan SPP, maka dilanjutkan dengan penulisan usulan yang berisi gambaran umum kelompok, serta rencana usaha yang dijalankan dalam satu tahun yang akan datang. Terakhir, verifikasi usulan yang dilakukan oleh tim verifikasi usulan.

Tahap kedua, merupakan tahap pelaksanaan kegiatan. Tahap ini berupa penyaluran dana kepada kelompok SPP. Masing-masing anggota kelompok, harus wajib datang sendiri untuk mengambil dana, dan tidak boleh diwakilkan, bahkan oleh pihak keluarga sekalipun. Jika berhalangan hadir, maka dari UPK sendiri yang akan mengantarkan ke rumah yang bersangkutan. Tahap ketiga yaitu tahap pelestarian kegiatan, dimana dana kegiatan SPP harus bertambah jumlahnya untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat miskin, serta pengembangan usaha terutama layanan kepada masyarakat dan permodalan.

2.8. Kerangka Pemikiran

(35)

oleh faktor-faktor pendidikan, pengalaman, dan kepemimpinan. Sementara itu faktor kesempatan dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas yang terdiri atas jarak dan biaya transportasi.

Selain itu, terdapat keterkaitan antara faktor pendorong partisipasi dengan tingkatan partisipasi. Tingkat partisipasi ini dapat dilihat dari empat tahapan. Pertama, tahap perencanaan ini dapat diukur dari tingkat kehadiran, keaktifan dan pengambilan keputusan. Tahap pelaksanaan diukur dari sumbangan pemikiran, sumbangan materi, dan kerjasama. Sedangkan untuk tahap monitoring-evaluasi diukur dari kritik dan saran yang diberikan terkait pelaksanaan program, dan pemanfaatan hasil dapat diukur berdasarkan tingkat manfaat yang dirasakan.

(36)

Tulisandicetak miring diukur secara kualitatif

(37)

2.9. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Tingkat partisipasi anggota SPP yang lokasi rumahnya jauh dari kantor UPK PNPM lebih rendah dari anggota SPPP yang lokasi rumahnya dekat dari kantor UPK PNPM.

2. Tingkat partisipasi anggota SPP lebih banyak ditentukan atau didorong oleh faktor kemauan (motif, harapan, kebutuhan dan imbalan) ketimbang oleh faktor kemampuan (pendidikan, pengalaman dan kepemimpinan).

2.10. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang digunakan. Diantaranya adalah tahapan partisipasi yang terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta tahap pemanfaatan hasil dan faktor pendorong partisipasi yang terdiri atas kemauan, kemampuan, dan kesempatan. Semua variabel ini kemudian didefinisikan secara operasional agar memudahkan untuk melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut. Lebih lanjut semua variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

I. Tingkat partisipasi perempuan terhadap program pembangunan adalah keikutsertaan perempuan terhadap program pembangunan secara aktif dalam berbagai tahapan. Tingkat partisipasi ini diukur berdasarkan tingkat perencanaan, tingkat pelaksanaan, tingkat monitoring dan evaluasi serta tingkat pemanfaatan hasil.

a. Tingkat perencanaan, dinyatakan sebagai keikutsertaan anggota SPP dalam menyusun, merancang penyelenggaraan kegiatan SPP, hal ini dapat diukur melalui akumulasi skor dari aspek kehadiran dalam rapat penyusunan rencana program kegiatan, keaktifan anggota, dan pengambilan keputusan.

(38)

2. Tingkat keaktifan dalam rapat adalah responden memberikan ide, kritik, dan saran.

3. Tingkat Pengambilan keputusan adalah responden mendapatkan kesempatan untuk mengambil keputusan terkait perencanaan program kegiatan.

Tingkat kehadiran, keaktifan dan pengambilan keputusan dapat diukur dengan menggunakan skala likert yang mencakup pilihan:

1. Tidak Pernah (TP) = skor 1 2. Jarang (JR) = skor 2 3. Kadang-kadang (KD) = skor 3 4. Sering (SR) = skor 4 5. Selalu (SL) = skor 5

Penilaian terhadap tingkat Perencanaan yaitu dengan mengakumulasikan jumlah skor dari tingkat kehadiran, keaktifan dan pengambilan keputusan.

1. Rendah jika skor 9 ≤ X < 21 2. Sedang jika skor 21 ≤ X < 33 3. Tinggi jika skor 33 ≤ X < 46

b. Tingkat Pelaksanaan adalah keikutsertaan anggota SPP dalam tahapan pelaksanaan kegiatan diukur melalui sumbangan pemikiran, sumbangan materi, dan kerjasama.

1. Tingkat sumbangan pemikiran adalah responden memberikan sumbangan berupa ide-ide atau gagasan yang di kemukakan

2. Tingkat sumbangan materi adalah responden memberikan sumbangan berupa uang/ barang.

3. Tingkat kerjasama adalah responden menjalin suatu hubungan kerja dengan sesama anggota kelompok maupun antar anggota kelompok dengan ketua kelompok.

(39)

Tingkat sumbangan pemikiran, sumbangan materi dan kerjasama diukur dengan menggunakan skala likert yang mencakup pilihan:

1. Tidak pernah (TP) = skor 1 2. Jarang (JR) = skor 2 3. Kadang-Kadang(KD) = skor 3 4. Sering (SR) = skor 4 5. Selalu (SL) = skor 5

Penilaian terhadap tingkat pelaksanaan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari tingkat sumbangan pemikiran, tingkat sumbangan materi, dan tingkat kerjasama. Tingkat pelaksanaan dapat dikategorikan menjadi:

1. Rendah yaitu skor 9 ≤ X < 21 2. Sedang yaitu skor 21≤ X <33 3. Tinggi yaitu skor 33 ≤ X < 46

c. Tingkat Monitoring dan Evaluasi adalah keterlibatan anggota SPP dalam menilai kinerja kegiatan dari seluruh rangkaian kegiatan program SPP. Hal ini dapat diukur melalui keikutsertaan anggota dalam memberikan kritik dan saran.

1. Tingkat kritik adalah responden memberikan tanggapan terhadap kelebihan ataupun kekurangan terhadap pelaksanaan program yang telah dijalankan.

2. Tingkat saran adalah responden memberikan masukan terhadap program agar nantinya program menjadi lebih baik.

Tingkat kritik dan tingkat saran dapat diukur dengan menggunakan skala likert yang mencakup pilihan:

(40)

Penilaian terhadap tingkat monitoring dan evaluasi dengan mengakumulasi jumlah skor dari tingkat kritik dan tingkat saran, sehingga tingkat monitoring dan evaluasi dapat dikategorikan menjadi:

1. Rendah yaitu skor 6 ≤ X < 14 2. Sedang yaitu skor 14 ≤ X < 22 3. Tinggi yaitu skor 22 ≤ X < 31

d. Tingkat Pemanfaatan hasil adalah tingkat manfaat yang diperoleh responden, dapat dikur melalui manfaat yang dirasakan oleh responden.

1. Tingkat manfaat yang dirasakan oleh responden yaitu, responden merasakan manfaat dari adanya kegiatan tersebut.

Tingkat manfaat yang dirasakan ini dapat diukur dengan menggunakan skala likert yang mencakup:

1. Tidak Pernah (TP) = skor 1 2. Jarang (JR) = skor 2 3. Kadang-kadang (KD) = skor 3 4. Sering (SR) = skor 4 5. Selalu (SL) = skor 5

Penilaian terhadap tingkat pemanfaatan hasil diukur dengan mengakumulasi jumlah skor tingkat manfaat yang dirasakan, sehingga dapat dikategorikan menjadi:

1. Rendah yaitu skor 3 ≤ X < 7 2. Sedang yaitu skor 7 ≤ X < 11 3. Tinggi yaitu skor 11 ≤ X < 16

Tingkat partisipasi secara keseluruhan mulai dari tingkat perencanaan, tingkat pelaksanaan, tingkat monitoring dan evaluasi serta tingkat pemanfaatan hasil diperoleh dari jumlah akumulasi skor pertanyaan partisipasi keseluruhan dan dapat dikategorikan menjadi:

(41)

II. Faktor pendorong partisipasi adalah hal yang bisa mendorong terjadinya partisipasi dalam kegiatan SPP.

a. Tingkat kemauan yaitu, adanya keinginan anggota SPP yang mendorong/menumbuhkan minat dan sikap anggota SPP untuk termotivasi berpartisipasi, hal ini dapat diukur melalui tingkat motif, tingkat harapan, tingkat kebutuhan dan tingkat imbalan.

1. Tingkat motif adalah keinginan yang mendorong responden untuk berpartisipasi dalam program.

2. Tingkat harapan adalah sesuatu yang ingin diwujudkan responden sehingga responden mau berpartisipasi.

3. Tingkat kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi responden sehingga mendorong responden untuk berpartisipasi.

4. Tingkat imbalan adalah penghargaan yang diharapkan responden karena ikut terlibat dalam kegiatan SPP.

Tingkat kemauan dapat diukur dengan menggunakan skala likert yang mencakup pilihan :

1. Tidak Pernah (TP) = skor 1 2. Jarang (JR) = skor 2 3. Kadang-kadang (KD) = skor 3 4. Sering (SR) = skor 4 5. Selalu (SL) = skor 5

Penilaian terhadap tingkat kemauan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari tingkat motif, tingkat harapan, tingkat kebutuhan dan tingkat imbalan, sehingga dapat dikategorikan menjadi:

1. Rendah yaitu skor 12 ≤ X < 28 2. Sedang yaitu skor 28 ≤ X < 44 3. Tinggi yaitu skor 44 ≤ X < 61

(42)

1. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden.

2. Tingkat pengalaman adalah segala sesuatu yang pernah dialami responden pada masa lalu seperti mengikuti organisasi atau program pembangunan dari pemerintah.

3. Tingkat kepemimpinan adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain, kelompok atau pengikutnya agar ikut serta dalam berbagai tahapan partisipasi. Dalam hal ini kepemimpinan yang dilihat adalah kepemimpinan ketua kelompok SPP.

Tingkat kemampuan dapat diukur dengan menggunakan skala likert yang mencakup pilihan:

1. Tidak Pernah (TP) = skor 1 2. Jarang (JR) = skor 2 3. Kadang-kadang (KD) = skor 3 4. Sering (SR) = skor 4 5. Selalu (SL) = skor 5

Penilaian terhadap tingkat kemampuan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari tingkat pendidikan, tingkat pengalaman dan tingkat kepemimpinan, sehingga dapat dikategorikan menjadi:

1. Rendah yaitu skor 9 ≤ X < 21 2. Sedang yaitu skor 21 ≤ X < 33 3. Tinggi yaitu skor 33 ≤ X < 46

c. Tingkat kesempatan adalah adanya kondisi lingkungan yang memberikan peluang kepada responden untuk berpartisipasi.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada bulan Maret- Juni 2011. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kecamatan Dramaga merupakan salah satu kecamatan yang Unit Pelaksana Kegiatannya (UPK) terbaik se-Kabupaten Bogor. Desa Dramaga sendiri dipilih menjadi lokasi penelitian karena desa ini merupakan desa yang mendapatkan program PNPM Mandiri Perdesaan dan program SPP-nya juga berjalan dengan baik.

Pengumpulan data sekunder dan data primer dilakukan pada bulan April 2011. Pengolahan data dan penulisan laporan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2011. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan didukung oleh data kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei, yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen untuk meminta tanggapan responden (Gulo, 2002). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berfungsi sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian survei ini dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh antara beberapa variabel dan pengujian hipotesis sehingga dikategorikan dalam penelitian penjelasan atau explanatory research, (Singarimbun, 1989). Pengaruh yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah pengaruh prasyarat partisipasi yang disebut juga sebagai faktor pendorong partisipasi mencakup faktor kemauan, kemampuan, dan faktor kesempatan dengan tingkat partisipasi anggota SPP dalam pelaksanaan program SPP.

(44)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden, dan data pendukung berupa wawancara mendalam terhadap responden. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, arsip, dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu juga dilakukan studi literatur terhadap jurnal, skripsi, tesis, disertasi, makalah, informasi dari internet dan karya ilmiah lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.4. Teknik Penentuan Responden dan Informan.

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kelompok SPP di Desa Dramaga yang berjumlah 16 kelompok. Sedangkan unit analisisnya adalah individu perempuan yang menjadi anggota kelompok SPP. Untuk lebih jelasnya berikut adalah langkah-langkah dalam pengambilan sampel:

1. Dalam pemilihan sampel, kelompok akan dipilih dengan teknik cluster random sampling.

2. Kelompok tersebut akan dibagi menjadi dua cluster. Pertama cluster kelompok SPP yang jaraknya dekat dengan jalan utama Desa Dramaga dan dekat dengan kantor PNPM. Kedua, cluster kelompok SPP yang jaraknya jauh dari jalan utama Desa Dramaga dan jauh dari kantor PNPM.

3. Selanjutnya dari kelompok yang telah dicluster, dipilih secara

unproposional empat kelompok. Dua kelompok dipilih berdasarkan cluster yang dekat dengan jalan utama dan dekat kantor PNPM. Dua kelompok dipilih berdasarkan cluster yang jauh dari jalan utama dan jauh dari kantor PNPM.

(45)

Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap akan dipilih beberapa informan. Dalam hal ini informan dipilih dari KPMD-P, TPK, dan Fasilitator Kecamatan.

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis data

Teknik anlisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang diperoleh akan dianalisis dengan cara menghimpun keseluruhan data hasil wawancara mendalam dengan informan dan responden. Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan pemisahan data-data penting dan kemudian disimpulkan. Selanjutnya data tersebut digunakan sebagai data pendukung bagi data kuantitatif, serta ditambah data sekunder yang telah didapatkan sebelumnya.

Sementara itu data kuantitatif yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengkodean data yang bertujuan untuk menyeragamkan data, kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Selanjutnya data tersebut diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan Software SPSS for Windows versi 16.0. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan uji regresi linear berganda untuk mengukur pengaruh faktor pendorong partisipasi terhadap tingkat partisipasi perempuan anggota SPP. Adapun rumus yang digunakan untuk uji regresi linear berganda ini adalah:

Y= a+b1(X1)+b2(X2)

Ket: Y = Tingkat Partisipasi Anggota SPP

a = Konstanta

b1 = Koefisien linear

b2 = koefisien Linear

X1= Kemauan

(46)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Keadaan Geografis Desa Dramaga

Desa Dramaga adalah salah satu dari sepuluh desa yang berada di dalam wilayah administratif Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Desa Dramaga memiliki luas wilayah 120,5 ha, terdiri atas 3 dusun, 22 RT, dan 6 RW. Secara administratif batas-batas wilayah Desa Dramaga adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Babakan Sebelah selatan : Desa Sinarsari

Sebelah barat : Sinarsari dan Cihideung Hilir Sebelah timur : Ciherang dan Kel. Margajaya

Desa Dramaga dapat dijangkau dengan angkutan umum seperti angkutan kota dan ojeg. Jarak tempuh dari Desa Dramaga ke Ibu Kota Kecamatan Dramaga sekitar 0,2 km, jarak ke Ibu Kota Kabupaten Bogor sekitar 33 km, jarak ke Ibu Kota Propinsi Jawa Barat sekitar 128 km, dan jarak ke ibukota Negara sekitar 68 km.

Desa Dramaga merupakan desa dengan lahan pertanian sawah yang minim jika dibandingkan dengan desa-desa lain di kawasan Kecamatan Dramaga, yakni 2,5 hektar dari luas total lahan pertanian sebesar 934 hektar. Sedangkan lahan pertanian bukan sawah 5,4 hektar dari luas total sebesar 130 hektar (lihat Tabel 1). Kondisi lahan pertanian di Desa Dramaga ini, dipengaruhi beberapa faktor, yaitu keadaan geografis yang berada pada ketinggian 500 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 24°C. Kondisi alamnya berupa dataran rendah, dengan curah hujan pertahunnya 38 mm/hm dan dominasi lahan pemukiman dengan luas sekitar 112,6 hektar.

(47)

Tabel 1. Luas Lahan Pertanian dan Persentasenya Menurut Penggunaan Desa di

Sumber: Hasil Pengolahan Data Potensi Desa tahun 2009 Ket: *(ladang, tambak, kebun, peternakan)

** (Industri, perumahan, pertokoan)

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Dramaga, Desa Dramaga merupakan desa yang memiliki luas lahan paling rendah dibandingkan dengan desa-desa lainnya yakni seluas 120,5 hektar (0,5 persen). Adapun desa yang memiliki lahan paling luas adalah Desa Petir, yaitu 449,8 hektar (1,9 persen).

Fasilitas umum yang terdapat di Desa Dramaga (sarana dan prasarana olahraga) terdiri dari satu lapangan sepak bola, tiga lapangan volley, enam lapangan bulu tangkis, empat unit tenis meja, dan dua tempat fitness/ sanggar senam. Sarana kesehatan hanya satu Puskesmas. Sarana ibadah di Desa Dramaga ada 10 Masjid dan 19 Mushola. Selain itu untuk penerangan di desa ini sudah terdapat jaringan listrik dari PLN.

4.2. Kondisi Demografi

4.2.1. Laju Pertumbuhan Penduduk

(48)

pada tahun 2009 sebesar lima persen. Untuk lebih jelasnya mengenai laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Dramaga, dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Dramaga dan Laju Pertumbuhan

Penduduknya, menurut Desa di Kecamatan Dramaga, Tahun 2004 dan 2009

Sumber: Pengolahan Data Potensi Desa Tahun 2004 dan 2009

Bila ditinjau dari Tabel 2, laju pertumbuhan penduduk di Desa Dramaga ini dikategorikan tinggi, yakni lima persen pertahun. Laju pertumbuhan Desa Dramaga sama dengan laju pertumbuhan Kecamatan Dramaga.

4.2.2. Komposisi Penduduk

(49)

Sumber : Hasil Olahan Data Monografi Desa, Bulan April Tahun 2011

Gambar 5. Piramida Penduduk Desa Dramaga

Berdasarkan gambar piramida di atas juga dapat ditarik kesimpulan bahwa Rasio Jenis Kelamin (RJK) penduduk Desa Dramaga mempunyai nilai 108, yang artinya dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 108 penduduk laki-laki. Hal ini juga terlihat dari kelompok umur 16-20 tahun yang menduduki peringkat paling tinggi untuk jenis kelamin laki-laki. Jika dilihat persentasenya jumlah penduduk laki-laki Desa Dramaga lebih banyak (52,29 persen) dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan (47,70 persen).

(50)

Tabel 3. Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan serta Persentasenya, Menurut Golongan Umur, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011

Umur tahun

Laki-Laki % Perempuan % Jumlah %

0-5 833 14,3 581 11,0 1.414 12,7

6-10 508 8,7 613 11,6 1.121 10,1

11-15 813 14,0 669 12,6 1.482 13,3

16-20 867 14,9 681 12,8 1.548 13,9

21-25 647 11,1 587 11,1 1.234 11,1

26-30 681 11,7 630 11,9 1.311 11,8

31-35 451 7,7 584 11,1 1.035 9,3

36-40 331 5,7 320 6,1 651 5,8

41-45 203 3,5 197 3,7 400 3,6

46-50 125 2,1 173 3,2 298 2,6

51-55 122 2,1 88 1,6 210 1,8

56-60 52 0,8 50 0,9 102 0,9

61-65 61 1,1 62 1,1 123 1,1

66-70 96 1,6 46 0,8 142 1,2

Total 5.790 100,0 5.281 100,0 11.071 100,0

Sumber: Data diolah berdasarkan Data Monografi Desa Dramaga, April 2011

4.3. Ekonomi Penduduk

(51)

Sumber: Hasil Olahan Data Monografi Desa Dramaga tahun 2009

Gambar 6. Karakteristik Ekonomi Penduduk Desa Dramaga

Tingkat kesejahteraan masyarakat terdiri atas empat golongan, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera sebanyak 27, 44 persen, Keluarga Sejahtera I sebanyak 20,85 persen, Keluarga Sejahtera II 30,41 persen, Keluarga Sejahtera III sebesar 13,46 persen dan keluarga sejahtera III plus sebanyak 7,81 persen. Adapun sejumlah (30, 41 persen) berada pada kategori kesejahteraan sedang4.

4.4. Tingkat Pendidikan dan Keagamaan

Sebagian besar tingkat pendidikan kepala keluarga Desa Dramaga adalah SD dan SMP (52 persen). Kepala keluarga yang tidak tamat SD (14 persen). Kepala keluarga yang menamatkan jenjang pendidikan hingga SLTA (28 persen), Kepala keluarga yang menamatkan pendidikan tinggi hanya enam persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan kepala keluarga di Desa Dramaga masih tergolong rendah. Data selengkapnya disajikan pada Gambar 7 di bawah ini.

4

(52)

Sumber: Hasil Olahan Data Monografi Desa

Gambar 7. Karakteristik Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Desa Dramaga

Mayoritas penduduk Desa Dramaga beragama Islam, yaitu sebanyak 99, 64 persen. Sisanya beragama Protestan 0,02 persen, beragama Khatolik 0,3 persen, beragaman Hindu 0,01 persen. Meski mayoritas penduduk beragama Islam namun tidak ada perselisihan antar umat beragama.

4.5. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Dramaga

(53)

Pada tahun 2010 Kecamatan Dramaga memperoleh bantuan sebesar 2,5 milyar rupiah. Dana ini dialokasikan untuk tiga sisa usulan sarana fisik tahun 2009 yang belum mendapatkan dana. Selain itu dana juga digunakan umtuk membiayai 65 kelompok SPP di 10 desa Kecamatan Dramaga. Untuk kegiatan fisik pada tahun 2010 ini hanya 9 usulan yang didanai dari 14 usulan yang diajukan. Sekitar lima persen dari dana digunakan untuk membiayai operasional UPK dan TPK Kecamatan Dramaga. Untuk lebih lengkapnya dipaparkan pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Alokasi Dana PNPM Mandiri dan Persentasenya, menurut Penggunaan, Kecamatan Dramaga, Tahun 2009-2010.

Alokasi Dana Tahun 2009

(Rp) %

Tahun 2010

(Rp) %

Prasarana 1.706.842.800 85 2.024.210.500 81

SPP 278.500.000 10 452.000.000 14

Operasional TPK dan UPK 100.000.000 5 125.000.000 5

Total 2.000.000.000 100 2.500.000.000 100

Sumber: Data PNPM Mandiri Kecamatan Dramaga Tahun 2009-2010.

Pada penghujung tahun 2010, Kecamatan Dramaga juga mendapatkan alokasi bantuan khusus pasca krisis ekonomi tahun 2008-2009 sebesar Rp. 389.713.600. Dana ini digunakan untuk membiayai usulan pelatihan menjahit dan pembangunan jembatan gantung.

4.5.2. Gambaran Umum Program SPP di Desa Dramaga

(54)

Pada awalnya kelompok SPP Desa Dramaga berjumlah enam kelompok SPP dengan dana yang diterima sebanyak Rp. 49.500.000. Pada tahun berikutnya jumlah kelompok SPP di Desa Dramaga semakin bertambah jumlahnya. Kelompok tersebut berasal dari kelompok lama yang masih bertahan dan kelompok baru yang mengajukan diri ke UPK Kecamatan Dramaga, kelompok-kelompok tersebut bisa saja berbeda. Disetiap perguliran dana SPP kelompok-kelompok lama yang dapat menyelesaikan tanggungjawab cicilannyan sesuai jumlah yang ditentukan maka kelompok tersebut berhak untuk mengikuti kegiatan SPP di perguliran berikutnya. Namun jika kelompok tersebut tidak bisa menyelesaikan pembayaran cicilan atau masih ada hutang dan belum bisa melunasinya, maka kelompok tersebut akan mendapatkan sanksi yang tegas dari UPK Kecamatan Dramaga. Sanksinya kelompok tersebut tidak boleh mengikuti perguliran dana SPP berikutnya. Sedangkan kelompok baru bisa mengikuti kegiatan SPP sesuai dengan persyaratan yang ada dan telah lulus seleksi dari tim verifikasi UPK Kecamatan Dramaga.

Merujuk Lampiran 3 terlihat bahwa antar waktu perguliran yang satu dengan waktu perguliran yang lain, kelompok yang ikut berbeda-beda bahkan ada yang tidak ikut kegiatan SPP lagi. Sebagai contoh pada tanggal 13 Oktober 2009 terdapat enam kelompok SPP namun pada waktu perguliran selanjutnya, yakni pada tanggal 16 September 2010 hanya lima kelompok yang dilibatkan dalam kegiatan SPP. Kelompok yang tidak ikut lagi adalah kelompok Teratai. Kelompok Teratai tidak mampu memenuhi kewajiban membayar cicilan dana SPP. Sementara itu ada empat kelompok yang masih bertahan hingga perguliran pada tanggal 11 April 2011 yaitu, kelompok Anggrek, Sedap Malam, Rose dan Yulia. Kelompok-kelompok ini adalah kelompok yang berhasil memenuhi tanggung jawabnya untuk menyelesaikan cicilan dana SPP sesuai waktu yang telah ditentukan. Kelompok ini juga mendapatkan peningkatan dana pinjaman dari UPK Kecamatan Dramaga. Misalnya, kelompok Anggrek pada tanggal 1 Juni 2010 memperoleh dana sebesar Rp. 5.000.000 dan pada tanggal 11 April 2011 meningkat menjadi Rp. 15.000.000.

Gambar

Gambar 1.  Keterkaitan Tahapan Partisipasi dengan Prasyarat Partisipasi.  Prasyarat  Perencanaan  Pelaksanaan  Monitoring
Gambar 3 . Alur Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan
Gambar 4. Kerangka Pemikiran   Kemauan -  Motif -  Harapan -  Kebutuhan -  Imbalan   Kemampuan -  Pendidikan -  Pengalaman -  Kepemimpinan ketua kelompok  Tingkatan Partisipasi Perempuan Dalam Program SPP   Perencanaan -  Kehadiran -  Keaktifan -  Pengambi
Tabel 1.   Luas Lahan Pertanian dan Persentasenya Menurut Penggunaan Desa di  Kecamatan Dramaga, Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek konteks dalam PNPM Mandiri Pedesaan bidang simpan pinjam layak dilaksanakan di Desa Tanjungrejo karena sudah selaras dengan

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan partisipasi masyarakat di Desa

Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di desa Sooka Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan sejak tahun 2007 yang dimulai dengan

Ditingkat desa selain kelembagan SPP PNPM Mandiri Perdesaan selain Pemerintahan Desa juga melibatkan masyarakat yang tergabung dalam Tim Pengelola Kegiatan. Tugas

(PNPM) Mandiri Perkotaan Provinsi Jawa Tengah, Staff Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat, Fasilitator / Unit Pelaksana Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan telah terlaksana di Kecamatan Siantan Kabupaten

Pembuatan Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Simpan Pinjam pada UPK PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Nawangan dapat memberikan gambaran kepada pihak pengurus

(PNPM) Mandiri Perkotaan Provinsi Jawa Tengah, Staff Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat, Fasilitator / Unit Pelaksana Kegiatan