• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efek Repelan Nabati Ekstrak Air Biji Jengkol (Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen) terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efek Repelan Nabati Ekstrak Air Biji Jengkol (Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen) terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Lampiran 3. Bagan Penelitian

Biji jengkol segar

Dicuci, diitiriskan, dipotong-potong menjadi bagian kecil Ditimbang sesuai denga perlakuan yaitu: 100g, 200g, 400g, 800g, 1600g

Dimasukkan kedalam blender, ditambahkan akuades 1liter

Larutan biji jengkol

Disaring dengan kain flannel. Dicukupkan dengan akuades hingga 1liter melalui ampas biji jengkol

Ekstrak biji jengkol

Pemeriksaan Steroida/ Pemeriksaan

Pemeriksaan

Pemeriksaan

Pemeriksaan

Pemeriksaan glikosida Skrining Fitokimia

Aktivitas sebagai repelan nabati terhadap hewan coba/tikus

(4)

Lampiran 4.Hewan Uji Dalam Kandang Percobaan

Gambar Hewan uji dalam kandang percobaan

Gambar Hewan uji menjahui makanan

Keterangan: 1. Hewan Uji

2. Botol Minum Hewan Uji 3. Ekstrak Air Biji Jengkol 4. Pakan/Pellet Tikus

1

2

3

(5)

Gambar Tikus Mati

(6)
(7)

Lampiran 5.Jumlah Kematian Hewan Dalam 3 Waktu Pengulangan

Waktu Kelompok Jumlah Tikus yang mati

Pengulangan I Kontrol (-) 100 ppm

Pengulangan II Kontrol (-) 100 ppm Pengulangan III Kontrol (-)

(8)

Lampiran 6.Hasil Pengamatan Terhadap Jumlah Pakan Yang dikomsumsi Tikus

Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Akuades Terhadap Jumlah Pakan Yang Dimakan Tikus 3 Kali Pengulangan

Pengulangan

Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Ekstrak Biji Jengkol Konsentrasi 100 g/L Terhadap Jumlah Pakan Yang Dimakan Tikus 3 Kali Pengulangan

(9)

Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Ekstrak Biji Jengkol Konsentrasi 200 g/L Terhadap Jumlah Pakan Yang Dimakan Tikus 3 Kali Pengulangan

Pengulangan

Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Ekstrak Biji Jengkol Konsentrasi 400 g/L Terhadap Jumlah Pakan Yang Dimakan Tikus 3 Kali Pengulangan

Pengulangan

Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Ekstrak Biji Jengkol Konsentrasi 800 g/L Terhadap Jumlah Pakan Yang Dimakan Tikus 3 Kali Pengulangan

(10)

Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Ekstrak Biji Jengkol Konsentrasi 1600 g/L Terhadap Jumlah Pakan Yang Dimakan Tikus 3 Kali Pengulangan

Pengulangan

TabelHasil Uji Statistik ANOVA Dengan Metode Satu Arah

ANOVA

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound Akuades EABJj 100 1,81667 5,60679 ,999 -17,0161 20,6494

(11)

EABJ 400 16,72667 5,60679 ,093 -2,1061 35,5594 EABJ 800 56,07333* 5,60679 ,000 37,2406 74,9061 EABJ 1600 90,58000* 5,60679 ,000 71,7472 109,4128 EABJ 100 Akuades -1,81667 5,60679 ,999 -20,6494 17,0161

EABJ 200 6,43333 5,60679 ,852 -12,3994 25,2661 EABJ 400 14,91000 5,60679 ,156 -3,9228 33,7428 EABJ 800 54,25667* 5,60679 ,000 35,4239 73,0894 EABJ 1600 88,76333* 5,60679 ,000 69,9306 107,5961 EABJ 200 Akuades -8,25000 5,60679 ,687 -27,0828 10,5828

EABJ 100 -6,43333 5,60679 ,852 -25,2661 12,3994 EABJ 400 8,47667 5,60679 ,664 -10,3561 27,3094 EABJ 800 47,82333* 5,60679 ,000 28,9906 66,6561 EABJ 1600 82,33000* 5,60679 ,000 63,4972 101,1628 ebj 400 Akuades -16,72667 5,60679 ,093 -35,5594 2,1061

EABJ 100 -14,91000 5,60679 ,156 -33,7428 3,9228 EABJ 200 -8,47667 5,60679 ,664 -27,3094 10,3561 EABJ 800 39,34667* 5,60679 ,000 20,5139 58,1794 EABJ 1600 73,85333* 5,60679 ,000 55,0206 92,6861 EABJ 800 Akuades -56,07333* 5,60679 ,000 -74,9061 -37,2406

EABJ 100 -54,25667* 5,60679 ,000 -73,0894 -35,4239 EABJ 200 -47,82333* 5,60679 ,000 -66,6561 -28,9906 EABJ 400 -39,34667* 5,60679 ,000 -58,1794 -20,5139 EABJ 1600 34,50667* 5,60679 ,001 15,6739 53,3394 EABJ 1600 Akuades -90,58000* 5,60679 ,000 -109,4128 -71,7472

(12)

EABJ 800 -34,50667* 5,60679 ,001 -53,3394 -15,6739 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Konsentrasi

Tukey HSDa

formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

EABJ 1600 3 29,2967

EABJ 800 3 63,8033

EABJ 400 3 103,1500

EABJ 200 3 111,6267

EABJ 100 3 118,0600

Akuades 3 119,8767

Sig. 1,000 1,000 ,093

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(1984). Laporan Luas Serangan Tikus Di Indonesia. Ditjen Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta: Depertemen Pertanian.Halaman 32.

Afriyanto .(2008). Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe Di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro. Halaman 2.

Aryata, R.Y. (2006). Preferensi Makan Tikus Pohon Terhadap Umpan dan Rodentisida .Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 13.

Asmaliyah., Etik., Sri., Kusdi., Yudhistira., Fitri. (2010). Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Dan Pemanfaatannya Secara Tradisional.Palembang: Kementrian Kehutanan. Halaman 26.

Depkes, RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman68, 297-326, 333-340.

Ditjen, POM. (2014). Farmakope Indonesia, Edisi ke IV. Jakarta: Depkes RI. Halaman7.

Djunaedy, A. (2009). Biopestisida Sebagai Pengendali Organisme Penganggu Tanaman (OPT) Yang Ramah Lingkungan.Embryo Article. 6(1): 88.

Djojosumarto, P. (2000). Tekhnik Aplikasi Pestisida Pertanian. Jakarta: Kanisius. Halaman 52.

Farnsworth, N. R. (1966). Biologicaland Phytochemical Screeningof Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences. 55(3): 263-264.

Fikri., Setiani., Nurjazuli. (2012). Hubungan Paparan Pestisida Dengan

Kandungan Arsen (As) Dalam Urin dan Kejadian Anemia (Studi : Pada Petani Penyemprot Pestisida di Kabupaten Brebes).Jurnal Kesehatan

Lingkungan Indonesia 11(1): 4, 29.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Terbitan Kedua. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 147, 259.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan. Halaman 127.

(14)

Ivakdalm, L.M. (2014). Pengendalian Tikus Sawah (Rattus argentiventer) Menggunakan Pengujian Tiga Jenis Repelen. Maluku: Universitas Kristen Indonesia Maluku. Halaman 15.

Kartasapoetra, A.G. (1993). Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 9, 45-48, 66-70.

Kardinan, A. (2005). Tanaman Pengusir Dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman 5-8.

Malole, M. B. M., dan C. S. Pramono. (1989). Penggunaan Hewan-hewan Percobaan Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.Halaman 1.

Mangoendihardjo, S., dan Wagiman, F. X. (2003). Comercial Use Of Rats and The Use of Barn owl in Rats Management. Canberra. Australia: International Conference on Rodent Biology and Management.Halaman 3. Muchtadi, D. (1989). Evaluasi nilai gizi pangan. Bogor: Pusat antar universitas

pangan dan gizi, Institut Pertanian Bogor. Halaman25.

Nurussakinah. (2010). Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium Jiringa (Jack) Prain.) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli. Universitas Sumatera Utara. Halaman 5-13.

Nurhidayat, N., dan Riani,H. (2006).Pengaruh Pemberian Pakan Hiperkolesterolemia Terhadap Bobot Badan Tikus Putih Wistar Yang Diberi Bakteri Asam Laktat.Jurnal LIPI Bogor (VII) 2:128.

Pracaya. (1999). Hama Penyakit Tanaman.Jakarta:PT. Penebar Swadaya. Halaman 5.

Priyambodo, S. (2003).Pengendalian Hama Tikus Terpadu.Jakarta : Penebar Swadaya.Halaman 11.

Prijanto, T.B. (2009).Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Organofosfat Pada Keluarga Petani Hortikultura Di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Semarang: Universitas Diponegoro. Halaman 15.

Raini, M. (2007).Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida. JurnalMedia Litbang Kesehatan(XVII)3: 10.

(15)

Rusdy, A., dan Fatmal, I. (2008). Preferensi Tikus (Rattus Argentiventer)

Terhadap Jenis Umpan Pada Tanaman Padi Sawah. Aceh: Fakultas

Pertanian Unsyiah Kuala Banada Aceh. Halaman3.

Syakir, M. (2011).Status Penelitian Pestisida Nabati Pusat Penelitian Dan Perkembangan Tanaman Perkebunan. Bogor: Balit Litbang Pertanian Bogor. Halaman 2-5.

Tjitrosoepomo, G. (2000). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Halaman 56.

Wahyudi., Dewi., Hadi. (2011). Uji daya ekstrak etanol 70% daun dan batang tomat (Lycopersicon esculentum Mill) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Jakarta: Farmasi UHAMKA.Halaman 1.

Wiasih, V. (2014). Pemanfaatan Kulit Buah Jengkol Sebagai Larvasida Alami Pada Nyamuk Aedes Aegypty. Semarang: Universitas dian nuswantoro. Halaman 4.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan tahapan penelitian meliputi penyiapan alat dan bahan, pengumpulan dan pengolahan sampel (biji jengkol) menjadi ekstrak air biji jengkol, penyiapan hewan uji, pengujian konsentrasi repelan nabati ekstrak air biji jengkol yang terdiri dari pengamatan terhadap jumlah pakan yang dikomsumsi oleh hewan uji, kematian hewan uji dan penentuan konsentrasi efektif ekstrak air biji jengkol sebagai repelan nabati. Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20 dengan taraf kepercayaan 95%. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Wadah tempat cairan biji jengkol (berdiameter 7 cm dan tinggi 25 cm), blender, gelas ukur 1 liter, kertas label, lakban/doubletip, kain flanel, pisau, plastik kaca, neraca kasar (ohaus),kandang uji yang dibuat berdasarkan penelitian Aryata (2006), berukuran 50 cm x 50 cm x 40 cm (p x l x t). Pada masing-masing kandang uji dilengkapi dengan tempat minum dan tempat pakan.

3.1.2 Bahan

(17)

3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel Ekstrak Air Biji Jengkol

3.2.1 Pengumpulan Sampel

Pengambilan sampel (biji jengkol) dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang diambil yaitu biji jengkol yang masih segar dari daerah Pancur Batu Kecamatan Deli serdang.

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

3.2.3 Pengolahan Sampel

3.2.3.1 Proses Pembuatan Sampel Ekstrak Air Biji Jengkol

Berdasarkan penelitian Ivakdalm (2014), maka pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara membersihkan sampel (biji jengkol) dan dipotong-potong kemudian ditimbang biji jengkol sesuai dengan perlakuan (100 g , 200 g, 400 g, 600 g, 800 g dan 1600 g) kemudian masing-masing ditambahkan satu liter akuades lalu diblender, diserkai menggunakan kain flanel dan ditampung hasil penyerkain ke dalam wadah yang telah dikalibrasi hingga 1 liter, apabila volume kurang dicukupkan melalui ampas biji jengkol hingga 1 liter. Setelah itu ekstrak air biji jengkol siap untuk diaplikasikan.

3.2.3.2 Proses Pembuatan sampel untuk skrining

(18)

3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi

3.3.1 Pereaksi Mayer

Raksa (II) klorida sebanyak 1,4 g dilarutkan dalam air suling hingga 60 mL, 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10 mL air suling, kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 mL (Depkes, RI., 1995).

3.3.2 Pereaksi Dragendorff

Bismut (III) nitrat sebanyak 0,8 g, dilarutkan dalam 20 mL asam nitrat pekat, 27,2 g kalium iodida, dilarutkan dalam 50 mL air suling, kemudian kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan air suling hingga volume larutan 100 mL (Depkes, RI., 1995).

3.3.3 Pereaksi Bouchardat

Kalium iodida sebanyak 4 g, dilarutkan dalam air suling secukupnya, lalu ditambahkan 2 g iodium kemudian ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 mL (Depkes, RI., 1995).

3.3.4 Pereaksi Molish

α-naftol sebanyak 3 g, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga diperoleh larutan 100 mL (Depkes, RI., 1995).

3.3.5 Pereaksi Liebermann-Burchard

(19)

3.3.6 Pereaksi besi (III) Klorida 1%

Besi (III) klorida sebanyak 1 g, dilarutkan dalam air suling sebanyak 100 mL (Depkes, RI., 1995).

3.3.7 Pereaksi timbal (II) Asetat

Timbal (II) asetat sebanyak 15,17 g, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbon dioksida sebanyak 100 mL (Depkes, RI., 1995).

3.3.8 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N

Kristal natrium hidroksida sebanyak 8 g dilarutkan dengan air suling sebanyak 100 mL (Depkes, RI., 1995).

3.3.9 Pereaksi Asam Klorida 2 N

Larutan asam klorida pekat sebanyak 17 mLditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 mL (Depkes, RI., 1995).

3.3.10 Pereaksi Asam Sulfat 2 N

Larutan asam sulfat pekat sebanyak 5,5 mLditambahkan air suling sampai 100 mL (Depkes, RI., 1995).

3.4 Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia

3.4.1 Pemeriksaan Alkaloida

Ditimbang 0,5 g biji jengkol yang telah digerus halus, ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring, filtrat dipakai untuk uji alkaloida. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 0,5 mL filtrat.

(20)

Pada tabung II : ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk endapan berwarna coklat atau jingga kecoklatan.

Pada tabung III : ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai kehitaman.

Alkaloid disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua atau tiga dari percobaan di atas (Depkes, RI., 1995).

3.4.2 Pemeriksaan Flavonoida

Ditimbang 10 g biji jengkol yang telah digerus halus, ditambahkan 10 mL air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 mL filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 mL asam klorida pekat dan 2 mL amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).

3.4.3 Pemeriksaan Saponin

Ditimbang 0,5 g biji jengkol yang telah digerus halus, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air suling panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Saponin positif jika terbentuk busa yang stabil tidak kurang dari 10 menit setinggi 1 sampai 10 cm dan dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang (Depkes, RI., 1995).

3.4.4 Pemeriksaan Glikosida

(21)

(II) asetat 0,4 M dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 mL campuran isopropanol dan kloroform (2:3), perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan ditambahkan Na2SO4 anhidrat, disaring, kemudiaan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50oC, sisanya dilarutkan dalam 2 mL metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut, 0,1 mL larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 mL air dan 5 tetes larutan perekasi Molish, lalu ditambahkan dengan perlahan-lahan 2 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula (glikon) atau glikosida (Depkes, RI., 1995).

3.4.5 Pemeriksaan Glikosida Antrakuinon

Ditimbang 0,2 g biji jengkol yang telah digerus halus, ditambahkan 5 mL asam sulfat 2 N, dipanaskan sebentar, setelah dingin ditambahkan 10 mL benzen, dikocok dan didiamkan. Lapisan benzen dipisahkan dan disaring. Di kocok lapisan benzen dengan 2 mL NaOH 2 N, didiamkan. Lapisan air berwarna merah dan lapisan benzen tidak berwarna menunjukkan adanya antrakuinon (Depkes, RI., 1995).

3.4.6 Pemeriksaan Tanin

(22)

3.4.7 Pemeriksaan Steroida dan Triterpenoida

Ditimbang 1 g biji sengkol segar yang telah digerus halus, dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, disaring, lalu filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat pereaksi Lieberman-burchard), timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).

3.5 Hewan Uji

3.5.1 Etika Penanganan Hewan UJi

Etika penanganan hewan uji berdasarkan metode yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kode etik di “ Komite Etik Penelitian Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas Sumatera Utara” disetujui pelaksanaannya oleh Ketua Komite Etik Penelitian Hewan FMIPA USU, surat hasil etika penanganan hewan coba dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman32.

3.5.3 Jumlah Hewan Uji

Hewan percobaan yang akan digunakan adalah 50 ekor tikus jenis wistar, yang terdiri dari 20 ekor untuk uji pendahuluan dan 30 ekor untuk uji penelitian dengan berat 150 g - 200 g.

3.6 Uji Pendahuluan

(23)

ekor tikus putih jantan galur wistar. Berdasarkan penelitian Nurhidayat dan Hardiningsih (2006), hewan uji diadaptasikan selama kurang lebih dua minggu terhadap makanan dan lingkungannya (kandang uji), lalu dipuasakan satu hari sebelum diberi ekstrak air biji jengkol dengan dosis 200 g/L pada kelompok I, 400 g/L pada kelompok II, 600 g/L pada kelompok III, 800 g/L pada kelompok IV kedalam kandang uji, dimana dilakukan dua kali pengulangan ekstrak air biji jengkol dengan selang waktu 7 hari. Berdasarkan teori untuk satu ekor tikus setiap harinya membutuhkan pakan ± 10% dari bobot tubuhnya (Priyambodo, 2003).

Didalam kandang uji diletakkan pakan 150 gram dalam suatu wadah untuk memudahkan penimbangan pakan yang dikomsumsi tikus, waktu pengamatan perlakuan berlangsung selama 7 hari dengan pengulangan sebanyak 2 kali, jumlah pakan/pellet yang dikomsumsi tikus dicatat serta jumlah tikus yang mati.

Tabel 3.1 Uji pendahuluan konsentrasi repelan dari ekstrak air biji jengkol Konsentrasi Ekstrak

Air Biji Jengkol

Jumlah Hewan Uji (Tikus)

Pengamatan Pengaruh Ekstrak Air Biji Jengkol Terhadap Jumlah Pakan Yang

Dimakan Tikus (Hari)

konsentrasi 200 g/l 5 1-7

konsentrasi 400 g/l 5 1-7

konsentrasi 600 g/l 5 1-7

konsentrasi 800 g/l 5 1-7

Berdasarkan dari hasil uji pendahuluan maka diperoleh konsentrasi sebagai acuan yaitu 100 g/L, 200 g/L, 400 g/L, 800 g/L, 1600 g/L, penambahan konsentrasi dilakukan dengan cara dua kali lipat dari dosis terendah untuk melihat efek repelan yang dapat menyebabkan tikus lapar sampai mati.

3.7 Pengujian Dosis Repelan Nabati Ekstrak Air biji jengkol

(24)

Berdasarkan penelitian Nurhidayat dan Hardiningsih (2006), hewan uji diadaptasikan selama kurang lebih dua minggu terhadap makanan dan lingkungannya, lalu dipuasakan satu hari sebelum diberi ekstrak air biji jengkol kedalam kandang uji, konsentrasi bahan uji disesuaikan dengan hasil dari uji pendahuluan yaitu kelompok I menggunakan akuades sebagai kontrol negatif, kelompok II dosis 100 g/L, kelompok III 200 g/L, kelompok IV dosis 400 g/L, kelompok V dosis 800 g/L dan kelompok VI dosis 1600 g/L dimana dilakukan tiga kali pengulangan ekstrak air biji jengkol dengan selang waktu 7 hari.

Didalam kandang uji diletakkan 150 gram pakan/pellet, waktu pengamatan perlakuan berlangsung selama 7 hari dengan pengulangan sebanyak 3 kali, jumlah pakan/pellet yang dikomsumsi tikus dicatat serta jumlah tikus yang mati.

Tabel 3.2 Uji penentuan konsentrasi repelan dari ekstrak biji jengkol Kelompok Jumlah Hewan

Uji (Tikus)

Pengamatan Pengaruh Ekstrak Air Biji Jengkol Terhadap Jumlah Pakan Yang

Dimakan Tikus (Hari)

Kontrol (-)/ I 5 1-7

II 5 1-7

III 5 1-7

IV 5 1-7

V 5 1-7

VI 5 1-7

Keterangan :

Kelompok I /kontrol negatif (-): Akuades

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Tumbuhan yang digunakan telah diidentifikasi di “Herbarium Bogoriense” Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi–LIPI Bogor.Hasil identifikasi tumbuhan yang diteliti adalah biji jengkol (Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen), suku Leguminosae. Surat hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman31

4.2 Skrining Fitokimia Biji jengkol

Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan biji jengkol mengandung senyawa kimia yaitu alkaloid, flavonoida, saponin, tanin, glikosida, triterpenoid/steroida, dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan skrining fitokimia biji jengkol No Pemeriksaaan Biji Jengkol

Segar

Parameter

1 Alkaloida + Endapan putih atau kuning 2 Flavonoida + Warna merah/kuning/jingga

pada lapisan amil alkohol

3 Saponin + Terbentuk Busa stabil ± 10

menit

4 Tanin + Warna biru / hijau kehitaman

6 Glikosida + Terbentuk cincin ungu

6 Terpenoida/Steroida + Warna merah/merah/ungu Keterangan:

(+) = Positif (-) = Negatif

(26)

Tabel 4.2 Hasil jumlah rata-rata pakan /pellet yang dikomsumsi hewan uji Kelompok

Pengulangan Konsentrasi

Rata-rata Total

SD (Standar Deviasi)

1 2 3

I 119,48 g 120,08 g 120,07 g 119,87 g 0,417193 II 117,94 g 118,44 g 117,80 g 118,06 g 0,098995 III 111,50 g 105,88 g 115,50 g 111,63 g 0

IV 102,55 g 105,25 g 101,79 g 103,19 g 0,537401 V 78,34 g 78,85 g 66,11 g 74,43 g 8,647916 VI 66,82 g 67,10 g 19,90 g 51,27 g 33,17745 Keterangan :

Kelompok I(kontrol -): Akuades

kelompok II : Ekstrak Air Biji Jengkol 100 g/L kelompok III : Ekstrak Air Biji Jengkol 200 g/L kelompok IV : Ekstrak Air Biji Jengkol 400 g/L kelompok V : Ekstrak Air Biji Jengkol 800 g/L kelompok VI : Ekstrak Air Biji Jengkol 1600 g/L

(27)

Gambar 4.1 Grafik pengaruh konsentrasi Ekstrak Air Biji Jengkol dan akuades terhadap jumlah rata-rata pakan/pellet (gram) yang dikomsumsi hewan uji.

Dari grafik dapat dilihat jumlah komsumsi hewan uji terhadap pakan yang lebih banyak oleh hewan uji, sesuai dengan perlakuan pada percobaan ini adalah akuades> ekstrak air biji jengkol konsentrasi 100 g/L> ekstrak air biji jengkol konsentrasi 200 g/L > ekstrak air biji jengkol konsentrasi 400 g/L> ekstrak air biji jengkol konsentrasi 800 g/L> ekstrak air biji jengkol konsentrasi 1600 g/L. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak air biji jengkol maka semakin sedikit pakan yang dikomsumsi oleh hewan uji.

0

(28)

4.3Pembahasan

Dari data Tabel Anova, dapat dilihat bahwa nilai sig 0,000 yang menyimpulkan bahwa H0 ditolak, yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari enam kelompok uji yang dipergunakan (P < 0.05). Ke-6 kelompok uji terdiri dari kelompok I(kontrol -)diberi akuades, kelompok diberiekstrak air biji jengkol 100 g/L, kelompok II diberi ekstrak air biji jengkol 200 g/L,kelompok IV diberiekstrak air biji jengkol 400 g/L, kelompok V diberi ekstrak air biji jengkol 800 g/L, kelompok VI diberi ekstrak air biji jengkol 1600 g/L. Kemudian dilakukan uji beda rata-rata (Uji beda rata-rata Tukey).

Dari data Tabel Tukey HSD pada kolom subset 1 terdapat satu nilai dari ekstrak air biji jengkol konsentrasi 1600 g/L, hal ini menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelompok lain. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi 1600 g/Liter dapat memberikan efek repelan nabati terhadap hewan uji yang menyebabkan kematian pada hewan uji sebanyak 5 ekor. Pada kolom subset 2 terdapat satu nilai dari ekstrak air biji jengkol konsentrasi 800 g/L yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelompok lain dapat disimpulkan bahwa konsentrasi dosis 800 g/Liter menimbulkan efek repelan nabati pada hewan uji dan menyebabkan kematian pada hewan uji sebanyak satu ekor.

(29)
(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Ekstrak air biji jengkol dapat menghalau tikus dan pada konsentrasi 100 g/L, 200 g/L dan 400 g/L, tidak menyebabkan tikus mati

b. Nilai konsentrasi efektif ekstrak air biji jengkol sebagai repelan nabati adalah 800 g/L menyebabkan kematian tikus satu ekor dan 1600 g/L menyebabkan kematian tikus sebanyak 5 ekor dan hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan (P< 0,05) dengan ekstrak air biji jengkol konsentrasi 100 g/L, 200 g/L dan 400 g/L.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh saran yaitu:

a. kepada masyarakat, khususnya di bidang pertanian untuk menggunakan esktrak air biji jengkol sebagai repelan nabati yang ramah lingkungan, biodegradable (terdegradasi) tidak mencemari lingkungan serta aman digunakan.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Sistematika tumbuhan jengkol (Tjitrosoepomo, 1994): Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Rosales Suku : Fabaceae Genus : Pithecellobium

Spesies : Pithecellobium jiringa (Jack) Prain

2.1.2 Sinonim

Sinonim dari Pithecellobium jiringa (Jack) Prain : 1. Pithecollobium lobatum Benth

2. Zygia jiringa (Jack) Kosterm

2.1.3 Nama Daerah

Gayo: jering, Batak Karo dan Toba: joring, Minangkabau: jarieng, Lampung: jaring, Dayak: Jaring, Sunda: jengkol, Jawa: jingkol, Bali: blandingan, Sulawesi Utara: Lubi (Heyne, 1987).

2.1.4 Habitat dan Morfologi

(32)

Sumatera. Tumbuh subur di daerah dengan musim kemarau yang sedang dan tidak tahan terhadap musim kemarau yang terlalu panjang (Heyne, 1987).

Buah jengkol berupa polong berbentuk gepeng dan berbelit.Warna buahnya lembayung tua.Setelah tua, bentuk polong buahnya menjadi cembung dan di tempat yang mengandung biji ukurannya membesar. Bijinya berkulit ari tipis dan berwarna coklat (Nurrussakinah, 2010).

2.1.5 Kandungan Kimia dan Khasiat Tumbuhan

Buah jengkol mengandung karbohidrat dan minyak atsiri (Heyne, 1987). Hasil penelitian menujukkan bahwa tanaman jengkol banyak mengandung zat, antara lain adalah protein, kalsium, fosfor asam jengkolat vitamin A dan B1 karbohidrat, minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid, steroid, tanin, dan glikosida (Pitojo, 1994).

Dari hasil penelitian Rahayu dan Pukan (1998), menyatakan kandungan senyawa kimia dalam kulit jengkol adalah alkaloid, steroid/triterpenoid, saponin, flavonoid dan tanin.

(33)

Menurut penelitian, ekstrak air kulit buah jengkol dapat digunakan sebagai larvasida untuk mencegah penyakit demam berdarah (Wiasih, 2014). Selain itu juga dimanfaat sebagai bioherbisida, mengobati penyakit kudis (Nuraini, 2011).

Penelitian lain yang menyebutkan kulit jengkol efektif untuk membasmi siput murbei. Pada penelitan yang dilakukan menggunakan air sebagai tempat hidup siput murbei yang mengandung asam jengkolat dari kulit jengkol yang bersifat toksik sehingga siput murbei mati (Astuti, 2013).

Khasiat buah jengkol lainnya adalah sebagai antibakteri terhadap bakteri

Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Nurrussakinah,

2010).

Asam jengkolat atau jengkolic acid merupakan senyawa sejenis asam amino non-protein yang mengandung unsur sulfur. Adanya unsur sulfur ini menyebabkan asam jengkolat dapat menghasilkan bau yang kurang sedap.

Memakan biji jengkol terlalu banyak dapat menyebabkan keracunan, yaitu hyperaemia ginjal dan pendarahan ginjal.Selain itu dapat juga mengurangi atau menghentikan keluarnya urine serta kejang kandung kemih (Heyne, 1987).

2.2Pestisida

Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma yang dianggap hama (Djojosumarto, 2000).

(34)

akanmembahayakan kesehatan bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya (Djunaedy, 2009).

Pestisida nabati adalahpestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Pestisida nabati juga merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah hama. Menurut Ikhsanuddin (2012), salah satunya adalah repelan nabati, yang digunakan oleh masyarakat untuk mengusir serangga dengan memanfaatkan kandungan minyak atsiri dari tanaman.Penggunaaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan relatif aman bagi manusia dan ternak, harganya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan pestisida sintetik (Djunaedy, 2009).

2.3 Keracunan Pestisida

Pestisida telah digunakan secara luas untuk meningkatkan produksi

pertanian, perkebunan, dan memberantas vektor penyakit.Penggunaan pestisida

untuk keperluan tersebut, terutama berjenis sintetik telah menimbulkan

dilema.Pestisida sintetik di satu sisi sangat dibutuhkan dalam rangka

meningkatkan produksi pangan untuk menunjang kebutuhan yang semakin

meningkat.Namun penggunaan pestisida juga mengandung resiko karena sifat

toksiknya pada manusia serta dampaknya terhadap lingkungan dan

ekosistem(Fikri, 2012).

Penggunaan pestisida yang tidak terkendali akan berakibat pada kesehatan

petani itu sendiri dan lingkungan pada umumnya. Hingga tahun 2000 penelitian

terhadap para pekerja atau penduduk yang memiliki riwayat kontak pestisida, banyak

sekali dilakukan. Dari berbagai penelitian tersebut diperoleh gambaran prevalensi

(35)

demikian, dapat diperkirakan prevalensi angka keracunan tingkat sedang pada para

petani bisa mencapai angka puluhan juta pada musim penyemprotan (Prijanto, 2009).

Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida kadang-kadang menyalahi

aturan, selain dosis yang digunakan melebihi takaran, petani juga sering mencampur

beberapa jenis pestisida, dengan alasan untuk meningkatkan daya racunnya pada

hama tanaman. Tindakan yang demikian sebenarnya sangat merugikan, karena dapat

menyebabkan semakin tinggi tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida

(Afriyanto, 2008).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidak tepatan penggunaan pestisida antara lain tingkat pengetahuan, sikap/perilaku pengguna pestisida, penggunaan alat pelindung, serta kurangnya informasi yang berkaitan dengan resiko penggunaan pestisida. Selain itu petani lebih banyak mendapat informasi mengenai pestisida dari petugas pabrik pembuat pestisida dibanding petugas kesehatan (Raini, 2007).

2.4 Repelan

Repelan tidak berfungsi membunuh melainkan hanya mengusir hama (Djojosumarto, 2000).

(36)

ringan maupun berat terhadap kulit dan bahan DEET juga bisa melunakkan bahan-bahan yang berasal dari plastik (Kardinan, 2005).

Dalam berbagai penelitian repelan telah dikembangkan dalam bentuk sediaan farmasi seperti formulasi vanishing cream minyak atsiri rimpang jahe (Zingiber officinale Roxb) dan uji aktivitas repelan terhadap nyamuk Aedes

aegypti betina (Ikhsanuddin, 2012).

Penelitian yang lain dengan memanfaatkan ekstrak etanol 70% daun dan batang tomat yang ditambahkan bahan pensuspensi 10% tween 80 terhadap nyamuk Aedes aegypti (Wahyudi, 2011).

Repelan tidak hanya diteliti untuk mengusir nyamuk, tetapi diteliti juga

untuk mengusir/menolak tikus, seperti penelitian Ivakdalm (2014), yaitu

pengendalian tikus sawah (Rattus argentiventer) menggunakan aroma/bau dari wipol dan minyak tanah yang mengakibatkan tikus menjauhi pakan, dengan tingkat konsumsi 0,04 gram repelan wipol dan 0,19 gram repelan minyak tanah selama tiga hari, dari rata-rata konsumsi paling rendah dari tiap tikus, perhari berdasarkan bobot tubuh 12,5 gram. Di dalam penelitian ini ekstrak air biji jengkol dapat bertindak sebagai repelan dengan kadar 800 g/L dan 1600 g/L untuk mengusir tikus.

2.5 Hama

Yang dimaksud dengan hama ialah segala binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan manusia. Binatang ini diantaranya adalah

phylum Chordata, yaitu: kera,burung, kalong dan tikus (Pracaya, 1999).

(37)

tersebar diJawa, Sumatera Selatan, Lampung dan Kalimantan Selatan.Rata-rata luas serangan pertahun sebesar 327.000 Ha (Anonim, 1984).

Beberapa upaya pengendalian hama tikus yang banyak dilakukan oleh para petani adalah dengan mengatur waktu tanam, rotasi tanaman, sanitasi lingkungan, pengendalian secara fisik-mekanik, pengendalian secara biologis, dan pengendalian secara kimiawi. Dari sekian banyak metode pengendalian tersebut tampaknya pengendalian tikus dengan menggunakan umpan beracun (rodentisida sintetik) masih menjadi pilihan utama petani, karena relatif lebih praktis dan langsung memperlihatkan hasilnya.Disamping itu, rodentisida sintetik dapat mengakibatkan tikus menjadi mandul.Keefektifan penggunaan umpan beracun di lapangan ditentukan oleh jenis dan bentuk umpan yang digunakan (Rusdy dan Fatmal, 2008).

Lebih dari 50 tahun pengendalian tikus belum memberikan hasil yang memuaskan. Pengendalian tikus yang digunakan di Indonesia dengan mengandalkan rodentisida pada awalnya dapat menurunkan populasi, tetapi jangka panjang akan kurang menguntungkan karena akan ada jangka kompensasi populasi dan berdampak negatif pada lingkungan (Mangoendihardjo, 2003).

2.5.1 Tikus Putih

(38)

Memiliki sifat pemalu, gugup jika ada sesuatu yang baru, omnivora, dapat berenang dan memanjat(Malole dan Promono, 1989).

Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratoris (Malole dan Pramono, 1989).

Penelitian menggunakan tikus percobaan akan bermanfaat jika digunakan dalam demonstrasi fisiologi dan farmakologi. Anatomi dan fisiologis tikus mendukung suatu penelitian percobaan nutrisi dengan menggunakan metode ad libitum (Muchtadi, 1989).

Penelitian menggunakan tikus percobaan harus memenuhi aspek kenyamanan hewan percobaan selama masa penelitian, hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan bias lingkungan penelitian terhadap hewan percobaan. Kandang tikus harus berlokasi pada tempat yang bebas dari suara ribut dan terjaga dari asap industri atau polutan lainnya. Kandang harus cukup kuat, tidak mudah rusak, , mudah dibersihkan dan hewan harus tampak jelas dari luar. Alas kandang selalu kering dan tidak berbau untuk mencegah gangguan respirasi, serta alat-alat dalam kandang dibersihkan 1-2kali/minggu (Malole dan Pramono, 1989).

(39)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa kasus keracunan pestisida, petani dan para pekerja pertanian terpapar pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan

pestisida. Selain itu masyarakat di sekitar lokasi pertanian sangat beresiko

terpapar pestisida. Menurut WHO yang dikutip oleh LESKOFI (Lembaga Studi

dan Konsultasi Farmakologi) (2009), paling tidak ditemukan 20.000 orang

meninggal karena keracunan pestisida dan sekitar 5.000-10.000 mengalami

dampak yang sangat berbahaya seperti kanker, cacat, mandul, dan hepatitis setiap

tahunnya (Fikri, dkk., 2012).

Menurut Kalsoven (1950) dalam bukunya yang berjudul: “De Plagen Van de Cultuur Gewassen in Indonesie” tikus termaksuk binatang pengerat (Rodentie) dalam keluarga Muridae. Kerusakan yang disebabkan hama tikus terhadap tanaman padi, karena kebiasaan tikus menjadikan batang padi yang masih muda sebagai makanan yang mengandung hormon untuk pertumbuhan tubuh tikus, disamping memakan bulir-bulir padi yang masih muda (Kartasapoetra, 1993).

(40)

bahan dasarnya dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan secara konvensional. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pepstisida ini mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu (sisa-sisa zat) mudah hilang (Syakir, 2011).

Repelan nabati adalah suatu zat yang berasal dari tumbuhan yang dapat menolak kehadiran hama melalui baunya yang menyengat pada suatu area agar tidak berdampak negatif bagi manusia (Ivakdalm, 2014).

Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah biji jengkol yang berfungsi sebagai repelan (pengusir hama). Kulit buah/buah jengkol dapat mengusir tikus dengan cara ditebarkan di areal persawahan atau perkebunan sekaligus dapat menekan serangan walang sangit dan kulit buah/buah dapat juga berfungsi sebagai pengusir lintah (Asmaliyah, 2010).

Asam jengkolat atau jengkolic acid merupakan senyawa sejenis asam amino non-protein yang mengandung unsur sulfur. Adanya unsur sulfur ini menyebabkan asam jengkolat dapat menghasilkan bau yang kurang sedap, yang dapat dipergunakan sebagai repelan, berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian keefektifan biji jengkol sebagai repelan nabati.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. apakah ekstrak air biji jengkol berpengaruh dalam menghalau tikus?

(41)

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini diduga:

a. ekstrak air biji jengkol berpengaruh dalam menghalau tikus.

b. diduga dengan melakukan uji penentuan konsentrasiefektif ekstrak air biji jengkol dapat ditentukan sebagai repelan nabati.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

a. pengaruh ekstrak air biji jengkol dalam menghalau tikus.

b. konsentrasi efektif ekstrak air biji jengkol yang tepat sebagai repelan nabati.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi efek toksik repelan nabati dari ekstrak air biji jengkol terhadap tikus serta batasan keamanan repelan nabati dari ekstrak air biji jengkol.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

(42)

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian

Ekstrak air biji jengkol dengan nabati ekstrak air biji jengkol yang tepat

(43)

UJI EFEK REPELAN NABATI EKSTRAK AIR BIJI JENGKOL (Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen) TERHADAP TIKUS

PUTIH JANTAN GALUR WISTAR ABSTRAK

Latar Belakang: Repelan tidak berfungsi membunuh hama, melainkan hanya mengusir hama. Tumbuhan jengkol dapat dimanfaatkan sebagai repelan menggunakan bau yang terkandung pada biji jengkol, yaitu asam amino yang mengandung unsur sulfur (S) yang dapat membentuk gas H2S yang terkenal sangat bau.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh dari ekstrak air biji jengkol dalam menghalau tikus dan konsentrasi efektif sebagai repelan nabati terhadap tikus putih jantan galur wistar.

Metode: Penelitian ini meliputi penyiapan alat dan bahan, pengumpulan dan pengolahan sampel (biji jengkol) menjadi ekstrak air biji jengkol, penyiapan hewan uji, pengujian konsentrasi repelan nabati ekstrak air biji jengkol yang terdiri dari pengamatan terhadap jumlah pakan yang dikomsumsi oleh hewan uji, kematian hewan uji dan penentuan konsentrasi efektif ekstrak air biji jengkol sebagai repelan nabati. Pengujian menggunakan tikus putih sebanyak 30 ekor dibagi menjadi 6 kelompok. kelompok I, kontrol negatif (diberi akuades tanpa ekstrak air biji jengkol) 1 liter. Kelompok II, III, IV, V dan VI diberikan masing-masing ekstrak air biji jengkol dengan konsentrasi 100 g/L, 200 g/L, 400 g/L, 800 g/L dan 1600 g/L pada tikus. Pengamatan dilakukan terhadap masing-masing kelompok selama 7 hari dengan pengulangan sebanyak 3 kali.Data dianalisis dengan metode ANOVA (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey.Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20.

Hasil: Berdasarkan hasil pengamatan jumlah pakan yang dikomsumsi hewan uji pada konsentrasi 100 g/L, 200 g/L ekstrak air biji jengkol di hari ke-6 hampir sama pada kelompok I, akuades (kontrol negatif) dengan rata-rata komsumsi pakan yaitu 120,00 g. Konsentrasi 400 g/L sudah memberi efek repelan nabati, tapi tidak menyebabkan tikus mati. Konsentrasi 800 g/L dan 1600 g/L jumlah pakan yang dikomsumsi lebih sedikit dan sudah memberikan efek repelan nabati sampai menyebabkan hewan uji mati.

Kesimpulan:Nilai konsentrasi efektif ekstrak air biji jengkol sebagai repelan nabati adalah 800 g/L menyebabkan kematian tikus satu ekor dan 1600 g/L menyebabkan kematian tikus sebanyak 5 ekor dan hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan (P< 0,05) dengan ekstrak air biji jengkol konsentrasi 100, 200 dan 400 g/L.

(44)

EFFECTS TEST REPELAN VEGETABLE SEEDS EXTRACT JENGKOL (Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen) AGAINST WHITE RATS

WISTAR MALE

ABSTRACT

Background: The main source of contamination of agricultural products are the materials of synthetic pesticides. To reduce such contamination then one alternative is to improve the provision and use of environmentally friendly pesticides, either vegetable or biological pesticide. Jengkol plants can be used as a vegetable repelan. Parts of plants that can be used is a seed.

Objective: To determine the effective dose jengkol seed extract as vegetable repelan against white male rats wistar strain.

Methods: This study includes the preparation of a test enclosure, the preparation of animal experiments, sample preparation, manufacture jengkol seed extract, observations of the amount of feed consumed by the animal, the animal's death trial and determination of an effective dose as repelan jengkol seed extract vegetable. Tests using rats as many as 30 individuals divided into VI group, which group I or the negative control was applied to distilled water 1 liter, group II applied seed extract jengkol a dose of 100 g/L, group III was applied to seed extract jengkol at a dose of 200 g/L, group IV jengkol seed extract applied at a dose of 400 g/L, groupV applied jengkol seed extract at a dose of 800 g/L and the group VI applied jengkol seed extract at a dose of 1600 g/L in the test cage. Observations carried out for 21 days by the repeated 3 times. Metode Data were analyzed by ANOVA (analysis of variance) followed by Tukey Post Hoc test. Statistical analysis using SPSS (Statistical Product and Service Solution) version 20.

Results: Based on observations of a dose of 100 g/L, 200 g/L, 400 g/L amount of feed consumed at with distilled water on the 6th day while the dose of 800 g/L and 1600 g/L amount of feed that consumed by animals try less compared to the other doses in this trial.

Conclusion: The value of the effective concentration of water extract jengkol as repelan vegetable seeds is 800 g/L led to the death of the mice one tail and 1600 g/L led to the death of as many as 5 individuals mice and test results showed statistically significant differences (P <0.05) with seed water extract jengkol concentrations of 100, 200 and 400 g/L.

(45)

UJI EFEK REPELAN NABATI EKSTRAK AIR BIJIJENGKOL

(Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen)TERHADAP

TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

SKRIPSI

OLEH:

ROBINTANG N SILALAHI

NIM 131524055

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

UJI EFEK REPELAN NABATI EKSTRAK AIR BIJIJENGKOL

(Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen)TERHADAP

TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakuktas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ROBINTANG N SILALAHI

NIM 131524055

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(47)
(48)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Uji Efek Repelan Nabati Ekstrak Air Biji Jengkol (Archidendron jiringa (Jack) I.C.Nielsen) Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar”, yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

2. Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., dan Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung.

3.Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Ibu Dr. Anayanti Arianto., M.Si., Apt dan Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si, M.Si., Apt.selaku dosen penguji yang memberikan masukan, kritikan, arahan, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

(49)

5. Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

6. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada orang tua, Ayahanda Lirman Efendi Silalahi dan Ibunda Frederika Purba tercinta, atas doa dan dukungan baik moril maupun materil dan keluarga besar di Sidikalang yang selalu mendoakan, teman seperjuangan dari Poltekes Negeri Medan 2013 serta teman-teman Farmasi Ekstensi stambuk 2013 dan stambuk 2014 atas doa, dorongan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini, serta Veby Zebua S.Farm, Bapak Dadang, S.Farm., M.Si., Apt dan Efraim Purba S.St yang membantu dalam proses pengolahan data statistik dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini.Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.

Medan, Juni 2016 Penulis,

(50)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Robintang N Silalahi Nomor Induk Mahasiswa : 131524055

Program Studi : S-1 Ekstensi Farmasi

Judul Skripsi : Uji Efek Repelan Nabati Ekstrak Air Biji Jengkol (Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen)Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing. Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Juni 2016

Yang membuat pernyataan,

(51)

UJI EFEK REPELAN NABATI EKSTRAK AIR BIJI JENGKOL (Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen) TERHADAP TIKUS

PUTIH JANTAN GALUR WISTAR ABSTRAK

Latar Belakang: Repelan tidak berfungsi membunuh hama, melainkan hanya mengusir hama. Tumbuhan jengkol dapat dimanfaatkan sebagai repelan menggunakan bau yang terkandung pada biji jengkol, yaitu asam amino yang mengandung unsur sulfur (S) yang dapat membentuk gas H2S yang terkenal sangat bau.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh dari ekstrak air biji jengkol dalam menghalau tikus dan konsentrasi efektif sebagai repelan nabati terhadap tikus putih jantan galur wistar.

Metode: Penelitian ini meliputi penyiapan alat dan bahan, pengumpulan dan pengolahan sampel (biji jengkol) menjadi ekstrak air biji jengkol, penyiapan hewan uji, pengujian konsentrasi repelan nabati ekstrak air biji jengkol yang terdiri dari pengamatan terhadap jumlah pakan yang dikomsumsi oleh hewan uji, kematian hewan uji dan penentuan konsentrasi efektif ekstrak air biji jengkol sebagai repelan nabati. Pengujian menggunakan tikus putih sebanyak 30 ekor dibagi menjadi 6 kelompok. kelompok I, kontrol negatif (diberi akuades tanpa ekstrak air biji jengkol) 1 liter. Kelompok II, III, IV, V dan VI diberikan masing-masing ekstrak air biji jengkol dengan konsentrasi 100 g/L, 200 g/L, 400 g/L, 800 g/L dan 1600 g/L pada tikus. Pengamatan dilakukan terhadap masing-masing kelompok selama 7 hari dengan pengulangan sebanyak 3 kali.Data dianalisis dengan metode ANOVA (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey.Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20.

Hasil: Berdasarkan hasil pengamatan jumlah pakan yang dikomsumsi hewan uji pada konsentrasi 100 g/L, 200 g/L ekstrak air biji jengkol di hari ke-6 hampir sama pada kelompok I, akuades (kontrol negatif) dengan rata-rata komsumsi pakan yaitu 120,00 g. Konsentrasi 400 g/L sudah memberi efek repelan nabati, tapi tidak menyebabkan tikus mati. Konsentrasi 800 g/L dan 1600 g/L jumlah pakan yang dikomsumsi lebih sedikit dan sudah memberikan efek repelan nabati sampai menyebabkan hewan uji mati.

Kesimpulan:Nilai konsentrasi efektif ekstrak air biji jengkol sebagai repelan nabati adalah 800 g/L menyebabkan kematian tikus satu ekor dan 1600 g/L menyebabkan kematian tikus sebanyak 5 ekor dan hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan (P< 0,05) dengan ekstrak air biji jengkol konsentrasi 100, 200 dan 400 g/L.

(52)

EFFECTS TEST REPELAN VEGETABLE SEEDS EXTRACT JENGKOL (Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen) AGAINST WHITE RATS

WISTAR MALE

ABSTRACT

Background: The main source of contamination of agricultural products are the materials of synthetic pesticides. To reduce such contamination then one alternative is to improve the provision and use of environmentally friendly pesticides, either vegetable or biological pesticide. Jengkol plants can be used as a vegetable repelan. Parts of plants that can be used is a seed.

Objective: To determine the effective dose jengkol seed extract as vegetable repelan against white male rats wistar strain.

Methods: This study includes the preparation of a test enclosure, the preparation of animal experiments, sample preparation, manufacture jengkol seed extract, observations of the amount of feed consumed by the animal, the animal's death trial and determination of an effective dose as repelan jengkol seed extract vegetable. Tests using rats as many as 30 individuals divided into VI group, which group I or the negative control was applied to distilled water 1 liter, group II applied seed extract jengkol a dose of 100 g/L, group III was applied to seed extract jengkol at a dose of 200 g/L, group IV jengkol seed extract applied at a dose of 400 g/L, groupV applied jengkol seed extract at a dose of 800 g/L and the group VI applied jengkol seed extract at a dose of 1600 g/L in the test cage. Observations carried out for 21 days by the repeated 3 times. Metode Data were analyzed by ANOVA (analysis of variance) followed by Tukey Post Hoc test. Statistical analysis using SPSS (Statistical Product and Service Solution) version 20.

Results: Based on observations of a dose of 100 g/L, 200 g/L, 400 g/L amount of feed consumed at with distilled water on the 6th day while the dose of 800 g/L and 1600 g/L amount of feed that consumed by animals try less compared to the other doses in this trial.

Conclusion: The value of the effective concentration of water extract jengkol as repelan vegetable seeds is 800 g/L led to the death of the mice one tail and 1600 g/L led to the death of as many as 5 individuals mice and test results showed statistically significant differences (P <0.05) with seed water extract jengkol concentrations of 100, 200 and 400 g/L.

(53)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

SURAT PERNYATAAN... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tumbuhan ... 5

2.1.1 Sistematika Tumbuhan ... 5

2.1.2 Sinonim ... 5

(54)

2.1.4 Habitat dan Morfologi ... 5

2.1.5 Kandungan Kimia dan Khasiat Tumbuhan ... 6

2.2 Pestisida ... 7

2.3 Keracunan Pestisida ... 8

2.4 Repelan ... 9

2.5 Hama ... 10

2.5.1 Tikus Putih ... 11

BAB III METODE PENELITIAN... 13

3.1 Alat dan Bahan ... 13

3.1.1 Alat ... 13

3.1.2 Bahan ... 13

3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel Ekstrak Air Biji Jengkol ... 14

3.2.1 Pengumpulan Sampel ... 14

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan ... 14

3.2.3 Pengolahan Sampel ... 14

3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi ... 15

3.3.1 Pereaksi Mayer ... 15

3.3.2 Pereaksi Dragendorff ... 15

3.3.3 Pereaksi Bouchardat ... 15

3.3.4 Pereaksi Molish ... 15

3.3.5 Pereaksi Liebermann-Burchard ... 15

3.3.6 Pereaksi besi (III) Klorida 1% ... 16

3.3.7 Pereaksi timbal (II) Asetat ... 16

(55)

3.3.9 Pereaksi Asam Klorida 2N ... 16

3.3.10 Pereaksi Asam Sulfat 2N ... 16

3.4 Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia ... 16

3.4.1 Pemeriksaan Alkaloida ... 16

3.4.2 Pemeriksaan Flavonoida ... 17

3.4.3 Pemeriksaan Saponin ... 17

3.4.4 Pemeriksaan Glikosida ... 17

3.4.5 Pemeriksaan Glikosida Antrakuinon ... 18

3.4.6 Pemeriksaan Tanin ... 18

3.4.7 Pemeriksaan Steroida dan Triterpenoida ... 19

3.5 Hewan Uji ... 19

3.5.1 Etika Penanganan Hewan uji ... 19

3.5.2 Jumlah Hewan uji ... 19

3.6 Uji Pendahuluan ... 19

3.7 Pengujian Konsentrasi Repelan Nabati Ekstrak Air Biji Jengkol ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 22

4.2 Skrining Fitokimia Biji Jengkol ... 22

4.3 Pembahasan ... 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(56)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Uji Pendahuluan Konsentrasi Repelan Nabati Dari Ekstrak

Air Biji Jengkol ... 21 3.2 Uji Penentuan Konsentrasi Efektif Repelan Nabati Dari

Ekstrak Air Biji Jengkol ... 22 4.1 Hasil Pemeriksaan Skrining Fitokimia Biji Jengkol ... 24 4.2 HasilJumlah Rata-Rata Pakan /Pellet Yang Dikomsumsi

(57)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian ... ... 4 4.3 Grafikjumlah rata-rata pakan/pellet yang dikomsumsi hewan

(58)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasi Identifikasi/ Determinasi LIPI Bogor ... 31

2 Ethikal Klirens ... 32

3 Bagan Penelitian ... 33

4 Hewan Uji Dalam Kandang Uji ... 34

5 Jumlah Kematian Hewan Dalam 3 Waktu Pengulangan ... 37

Gambar

Gambar  Hewan uji dalam kandang percobaan
Gambar Tikus Mati
Gambar Ekstrak Air Biji Jengkol
Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Akuades Terhadap Jumlah Pakan Yang   Dimakan Tikus 3 Kali Pengulangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Galur F3 padi beras yang memiliki keragaman genetik yang luas yaitu jumlah anakan produktif dan non produktif, jumlah gabah berisi, jumlah gabah hampa dan berat gabah per rumpun

di desa Simpang Empat, Kecamatan Lengkiti, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan serta determinan kejadian Malaria di wilayah Sulawesi yang merupakan hasil Analisis

Penggunaan Macromedia Authorware 6 tidak terlepas dari kehandalannya dalam mengintegrasikan elemen-elemen multimedia (teks, suara ataupun video) menjadi suatu aplikasi yang

Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan kawasan subur dengan berbagai jenis tanah seperti Halosen, Pleistosen, Pliosen, Miosen, dan Kwarter yang

Untuk mewujudkan situs ini penulis menggunakan XML(Extensible Markup Language) sebagai bahasa markup yang dipadukan dengan CSS dan HTML untuk menampilkannya pada browser sehingga

Sumber: BPS Provinsi

Untuk membuat suatu film bertambah nilai jualnya diperlukan suatu efek yang harus dibuat semenarik mungkin, salah satu caranya dengan menggunakan efek-efek yang ada dalam visual

Sisetm yang akan dibangun adalah sistem pendukung keputusan penentuan siswa lulussan terbaik. Sistem ini akan menghasilkan output berupa informasi alternatif yang