• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variability Analysis of Several Genotipes of Durian (Durio zibethinus Murr.) using Morphological and Molecular (ISSR) Markers

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Variability Analysis of Several Genotipes of Durian (Durio zibethinus Murr.) using Morphological and Molecular (ISSR) Markers"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KERAGAMAN BEBERAPA GENOTIPE DURIAN

(

Durio zibethinus

Murr.)

MENGGUNAKAN PENANDA

MORFOLOGI DAN MOLEKULER (ISSR)

KARLINA SYAHRUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASINYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Keragaman Beberapa Genotipe Durian (Durio zibethinus Murr.) menggunakan Penanda Morfologi dan Molekuler (ISSR) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2012

(3)

ABSTRACT

KARLINA SYAHRUDDIN. Variability Analysis of Several Genotipes of Durian (Duriozibethinus Murr.) using Morphological and Molecular (ISSR) Markers. Under guidance by SOBIR and NURUL KHUMAIDA.

Indonesia is one of the durian diversity center. Evaluation and characterization activities should be conducted to identify the genotipes in order to differentiate the individual plant in the spesies. Genetic variation of 21 collected genotipes of Indonesia Agency for Agricultural Research and Development (IAARD) Cipaku orchard, Bogor was evaluated using morphological and Inter Simple Sequence Repeat (ISSR) markers. Variability analysis based on 22 morphological characters gained 64 (100%) polymorphism. Molecular analysis using ten primers of ISSR amplified 48 locus. The 39 locus (81.25%) were polymorphic and the 9 locus (18.75%) were monomorphic, respectively. Both of the markers have different clustering, therefore they should be analysed using Joint Analysis. The result of the study showed genetic variability among 21 genotipes was grouped into 2 clusters on 0.51 similarity coefficient. The first group (A) consisted of the genotipe from Indonesia and the second group (B) consisted of Kanjau genotipe from Thailand with matrix correlation value was 0.83. Kanjau genotipe was suggested as a candidate in durian breeding programme, in order to increase Indonesian durian value in the future.

(4)

RINGKASAN

KARLINA SYAHRUDDIN. Analisis Keragaman Beberapa Genotipe Durian (Durio zibethinus Murr.) menggunakan Penanda Morfologi dan Molekuler (ISSR). Dibimbing oleh SOBIR dan NURUL KHUMAIDA.

Indonesia merupakan pusat keragaman tanaman durian dengan sejumlah besar sumber daya genetik yang belum banyak dimanfaatkan. Salah satu pemanfaatan tanaman durian adalah dengan program pemuliaan dalam rangka perbaikan genetik tanaman durian yang sangat bergantung pada sumber keragaman genetik durian itu sendiri. Oleh karena itu koleksi plasma nutfah durian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Kebun Percobaan Cipaku, perlu dievaluasi keragaman genetiknya untuk kegiatan manipulasi genetik ke arah perakitan kultivar unggul yang diinginkan. Kendala yang diperoleh dengan hanya mengandalkan keragaman morfologi adalah terbatasnya karakter yang diamati dan sangat bergantung pada lingkungan, oleh karena itu diperlukan alat bantu yang lain yaitu dengan metode molekuler. Metode analisis molekuler yang banyak digunakan saat ini adalah yang berbasis PCR. Salah satu penanda yang dapat digunakan dengan metode tersebut yaitu penanda ISSR. Diharapkan dengan kombinasi kedua penanda tersebut akan menghasilkan data yang lebih akurat dalam mencari besar nilai keragaman dan pola hubungan genetik diantara 21 genotipe durian.

Karakter morfologi yang dapat diamati pada 21 genotipe yang diuji adalah sebanyak 22 karakter. Berdasarkan karakter tersebut diperoleh 64 sub karakter polimorfik (100%). Hasil analisis pengelompokan diperoleh koefisien kemiripan genetik sebesar 0.34 hingga 0.83 dengan besar nilai keragaman berkisar 7 hingga 66%. Hasil penelitian ini mengelompokkan 21 genotipe durian dalam 2 kelompok pada koefisien kemiripan 0.34 yaitu kelompok A meliputi Lokal cipaku, Layung, Tambleg, Kendil, Hepe, Sikoclak, Manalagi, Pangkalan, Pingku, Pasirjati, Perwira, Mentega, Bulan, Tanjung mabah, Kuning garing, Hejo, Aseupan, Semeng, Sunan dan kelompok B meliputi Kim dan Kanjau. Pengelompokan terpisah berdasarkan perbedaan karakter bentuk ujung daun, keadaan pinggir daun, keadaan permukaan daun dan warna daun.

Hasil amplifikasi DNA 21 genotipe durian dengan menggunakan 10 primer menghasilkan 659 pita DNA, dengan 48 lokus yang terdiri dari pola pita polimorfik sebanyak 39 lokus dengan 470 pita atau sebesar 81.25 % dan pita monomorfik sebanyak 9 lokus dengan 189 pita atau sebesar 18.75 %. Koefisien kemiripan genetik 21 genotipe dari sepuluh primer ISSR berkisar antara 0.68-0.92, yang berarti keragaman genetik berkisar 8 sampai 32 %. Berdasarkan hasil analisis pengelompokan diperoleh 2 kelompok pada koefisien kemiripan 0.68, yaitu kelompok genotipe Indonesia dan genotipe Kanjau (Thailand).

(5)

kelompok A meliputi genotipe durian dari Indonesia meliputi Lokal cipaku, Layung, Tambleg, Kendil, Hepe, Sikoclak, Manalagi, Pangkalan, Pingku, Pasirjati, Perwira, Mentega, Bulan, Tanjung mabah, Kuning garing, Hejo, Aseupan, Semeng, Sunan, Kim dan kelompok B meliputi dan Kanjau dari Thailand. Durian genotipe Kanjau merupakan genotipe potensial untuk dijadikan tetua persilangan untuk menghasilkan durian dengan karakter yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

ANALISIS KERAGAMAN BEBERAPA GENOTIPE DURIAN

(

Durio zibethinus

Murr.)

MENGGUNAKAN PENANDA

MORFOLOGI DAN MOLEKULER (ISSR)

KARLINA SYAHRUDDIN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tesis : Analisis Keragaman Beberapa Genotipe Durian (Durio zibethinus Murr.) Menggunakan Penanda Morfologi dan Molekuler (ISSR).

Nama : Karlina Syahruddin

NIM : A.253090151

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sobir, MSi Dr. Ir. Nurul Khumaida, MSi

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana

Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman

Dr. Ir .Trikoesoemaningtyas, MSc Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian

adalah Analisis Keragaman Beberapa Genotipe Durian (Durio zibethinus

Murr.) menggunakan Penanda Morfologi dan Molekuler (ISSR). Penelitian

dilaksanakan sejak bulan Agustus 2011 sampai dengan Januari 2011.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Ir. Sobir, MSi dan Dr. Ir. Nurul Khumaida, MSi selaku komisi

pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan sejak

perencanaan, pelaksanaan sampai penyelesaian penyusunan tesis.

2. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc selaku ketua Mayor Pemuliaan dan

Bioteknologi Tanaman SPs IPB dan Dr. Ir. Darda Efendi, MSi selaku

Sekretaris Mayor Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman SPs IPB.

3. Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB, yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di Laboratorium Molekuler.

4. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor, Kebun

Percobaan Cipaku, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian morfologi.

5. Dr. Desta Wirnas, SP MSi selaku penguji luar komisi pembimbing.

6. Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc yang meluangkan waktu untuk berdiskusi.

7. Bapak dan Ibu, kakak (Rika Fitriani, Silvana, Soraya, Fatah,

Jamaluddin), Adik (Sadly, Dian, Rian, Sofyan, Bella dan Devi) serta

seluruh keluarga besar atas restu dan doanya.

8. Erni seminar SP MSi, Dr. Wierny, Dr. Sumadi yang telah mendukung

penulis untuk melanjutkan studi.

9. Sulassih SP MSi, Rahmah Badaruddin, Dede safitri setiawan, Siti

Halimah, Amin Nur, Yusra, Nur Arifin, Vina, Vitri, Erwin, Ernila, Ina

Rahmawati, Sofie, Kristiana, Sulaiman, Cory, Sri Imriani Pulungan, Ira

Bahari, Ipit, Devina, Dina, Putri, Reni, Deden, Selvy, Ade Andry atas

(11)

10.Dosen-dosen mayor Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman atas ilmu dan

dukungannya.

11.Teman-teman di Faperta IPB atas doa dan dukungannya.

12.Teman-teman Mayor AGH, PBT 2008, 2009 dan 2010 atas

kebersamaannya.

13.Teman-teman Pondok Rizky atas doa dan kebersamaannya.

14.Adeel Abdulkarim Fadhl Altuhish atas dorongan dan motivasinya

selama penulis menyelesaikan penulisan tesis.

15.Teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-satu.

Terimakasih atas dukungan dan cintanya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan ilmu pertanian masa depan.

Bogor, Juli 2012

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Makassar, 7 November 1983 dari pasangan

Alm. Bapak Syahruddin dan Ibu Nurmiaty Norma. Penulis adalah anak ke

empat dari sepuluh bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Negeri

1 Makassar dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi pada

program sarjana Agronomi, Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNPAD.

Penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan Program Magister Sains

pada Mayor Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman, Sekolah Pascasarjana

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Kerangka Pemikiran ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah penyebaran, taksonomi dan botani tanaman durian ... 7

Analisis keragaman genetik tanaman durian ... 9

Penanda Morfologi ... 10

Penanda Molekuler InterSimple Sequence Repeats (ISSR) ... 11

METODOLOGI Waktu dan Tempat ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode ... 14

Analisis Data ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Karakter Morfologi ... 23

Analisis Penanda Morfologi ... 23

Analisis Penanda Molekuler ... 37

Analisis Gabungan Penanda Morfologi dan Molekuler (ISSR)... 47

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 51

Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Nama genotipe tanaman durian koleksi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), kebun percobaan Cipaku dan daerah asalnya ... 13

2. Karakter pengamatan morfologi vegetatif sifat kualitatif pada 21

genotipe tanaman durian di BPTP kebun percobaan Cipaku ... 15

3. Karakter pengamatan morfologi vegetatif sifat kuantitatif pada 21

genotipe tanaman durian di BPTP kebun percobaan Cipaku ... 16

4. Nama dan susunan basa primer ISSR koleksi PKHT-IPB ... 19

5. Suhu dan waktu yang digunakan pada proses Polymerase Chain

Reaction ... 19

6. Keragaan primer dan lokus pada penanda molekuler ... 20

7. Karakter morfologi vegetatif sifat kualitatif dan proporsi subkarakternya yang ditunjukkan pada 21 genotipe tanaman durian koleksi BPTP kebun percobaan Cipaku ... 24

8. Proporsi karakter daun yang muncul pada 21 genotipe tanaman durian yang diamati di BPTP kebun percobaan Cipaku ... 27

9. Karakter morfologi vegetatif sifat kuantitatif dan proporsi subkarakter yang ditunjukkan pada 21 genotipe tanaman durian koleksi BPTP kebun percobaan Cipaku ... 31

10.Rekapitulasi karakter polimorfik penanda morfologi pada 21 genotipe tanaman durian ... 34

11.Hasil amplifikasi sepuluh primer ISSR pada 21 genotipe tanaman

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bagan alur penelitian analisis keragaman durian koleksi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, kebun Percobaan Cipaku

berdasarkan penanda morfologi dan molekuler (ISSR). ... 5

2. Wilayah amplifikasi Inter Simple Sequence Repeats (ISSR) ... 12

3. Skematik pengukuran karakter kuantitatif daun durian ... 16

4. Keragaan pinggir daun pada tanaman durian ... 26

5. Keragaan bentuk daun durian genotipe Kanjau ... 29

6. Dendogram koefisien kemiripan 21 genotipe tanaman durian berdasarkan karakter morfologi vegetatif sifat kualitatif. ... 32

7. Dendogram koefisien kemiripan 21 genotipe tanaman durian berdasarkan karakter morfologi vegetative sifat kuantitatif ... 33

8. Dendogram koefisien kemiripan 21 genotipe tanaman durian berdasarkan karakter morfologi vegetatif ... 35

9. Karakter daun pada genotipe durian Kim (A) dan Kanjau (B). ... 36

10.Profil pita DNA yang dibentuk pada primer PKBT 4. ... 41

11.Profil pita DNA yang dibentuk pada primer PKBT 10 ... 40

12.Profil pita DNA yang dibentuk pada primer PKBT 9 ... 40

13.Profil pita DNA yang dibentuk pada primer PKBT 12 ... 41

14.Perbedaan pola pita DNA genotipe kanjau dan genotipe Indonesia ... 43

15.Dendogram 21 genotipe tanaman durian berdasarkan profil pita DNA ... 46

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Koefisien kemiripan pada 21 genotipe tanaman durian berdasarkan

penanda morfologi vegetatif sifat kualitatif ... 57

2. Koefisien kemiripan pada 21 genotipe tanaman durian berdasarkan penanda morfologi vegetatif sifat kuantitatif ... 58

3. Koefisien kemiripan pada 21 genotipe tanaman durian berdasarkan penanda morfologi vegetatif ... 59

4. Koefisien kemiripan pada 21 genotipe tanaman durian berdasarkan penanda molekuler (ISSR) ... 60

5. Koefisien kemiripan pada 21 genotipe tanaman durian berdasarkan penanda gabungan ... 61

6. Deskripsi morfologi vegetatif durian Lokal cipaku ... 62

7. Deskripsi morfologi vegetatif durian Kendil ... 63

8. Deskripsi morfologi vegetatif durian Layung ... 64

9. Deskripsi morfologi vegetatif durian Pangkalan ... 65

10.Deskripsi morfologi vegetatif durian Bulan... 66

11.Deskripsi morfologi vegetatif durian Pingku ... 67

12.Deskripsi morfologi vegetatif durian Hepe ... 68

13.Deskripsi morfologi vegetatif durian Tanjung mabah ... 69

14.Deskripsi morfologi vegetatif durian Kuning garing ... 70

15.Deskripsi morfologi vegetatif durian Semeng ... 71

16.Deskripsi morfologi vegetatif durian Mentega ... 72

17.Deskripsi morfologi vegetatif durian Pasirjati ... 73

18.Deskripsi morfologi vegetatif durian Aseupan ... 74

19.Deskripsi morfologi vegetatif durian Kim ... 75

(17)

21.Deskripsi morfologi vegetatif durian Sunan ... 77

22.Deskripsi morfologi vegetatif durian Sikoclak ... 78

23.Deskripsi morfologi vegetatif durian Hejo ... 79

24.Deskripsi morfologi vegetatif durian Perwira ... 80

25.Deskripsi morfologi vegetatif durian Kanjau... 81

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati yang

tinggi di dunia. Salah satu kekayaan hayati tersebut adalah tanaman durian.

Indonesia merupakan pusat keragaman tanaman durian, dimana 19 spesies

ditemukan di Kalimantan, 14 spesies diantaranya adalah endemik Kalimantan dan

7 spesies ditemukan di Sumatra (Subhadrabandhu S & Ketsa 2001). Enam spesies

dari 26 spesies Durio tersebut, merupakan spesies yang dapat dikonsumsi, namun

hanya Durio zibethinus Murr. yang banyak dikembangkan karena memiliki aroma

dan rasa yang khas. D. zibethinus ini kemudian tersebar ke seluruh wilayah

Indonesia dan berkembang menjadi genotipe-genotipe spesifik wilayah.

Program pemuliaan tanaman dalam rangka menghasilkan varietas unggul

untuk memenuhi kebutuhan pasar bergantung pada besarnya keragaman genetik yang

tersedia. Program multivarietas yang dicanangkan oleh pemerintah merupakan suatu

kegiatan eksplorasi dengan mencari plasma nutfah dari wilayah dimana terdapat

keragaman genetik yang tinggi yaitu tempat asal berkembangnya spesies tanaman

tertentu (center of origin) atau dari wilayah di mana tanaman tersebut dibudidayakan

secara intensif (center of diversity). Upaya pengkayaan plasma nutfah kemudian

dengan melakukan kegiatan koleksi, domestikasi dan introduksi (Baihaki et al. 1999).

Kegiatan koleksi bertujuan untuk mengumpulkan plasma nutfah dengan

memanfaatkan variasi yang ada di alam. Koleksi plasma nutfah juga bertujuan untuk

mempelajari tingkat keragaman yang ada dengan kegiatan karakterisasi serta untuk

tujuan konservasi atau penyelamatan keragaman genetik (Syukur et al. 2009).

Menurut Seetharam & Prasad (1989), fungsi plasma nutfah tergantung pada

dua faktor : (1) evaluasi dan karakterisasi dan (2) identifikasi sumber gen yang

berguna. Oleh karena itu, koleksi plasma nutfah yang ada perlu dievaluasi keragaman

genetiknya untuk kegiatan pemuliaan yaitu mengidentifkasi karakter-karakter unggul

yang dimiliki tanaman.

Identifikasi keragaman dari tanaman durian yang dikoleksi penting untuk

dilaksanakan mengingat tanaman-tanaman tersebut membutuhkan identifikasi

yang tepat agar dapat membedakan individu dalam spesies. Data hasil identifikasi

(19)

informasi mengenai keragaman jenis atau sumber plasma nutfah akan

menjadikan program pemuliaan lebih terarah sehingga dapat menghasilkan

genotipe unggul yang diinginkan.

Pendekatan untuk mempelajari keragaman genetik pada tanaman dapat

dilakukan melalui penggunaan penanda (marker) tertentu seperti penanda

morfologi, kimiawi dan molekuler (DNA). Menurut Asiedu et al. (1989) penanda

adalah karakter yang dapat diturunkan dan berasosiasi dengan genotipe tertentu.

Penanda morfologi dikembangkan dari karakteristik tanaman yang dapat

dibedakan satu sama lain dan terlihat secara langsung seperti bentuk pohon,

batang, daun, bunga dan buah. Pengembangan metode karakterisasi tanaman

durian ini telah diatur oleh International Plant Genetic Resources Institute

(IPGRI) (Bioversity International 2007).

Penggunaan penanda morfologi terkadang sulit dilakukan untuk

beberapa tanaman yang memiliki kekerabatan dekat sehingga sangat sedikit

penanda yang bisa didapatkan dari sifat morfologi. Penanda morfologi juga

bersifat kompleks karena merupakan hasil interaksi antara genotipe dan

lingkungan. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam membedakan antara

karakter yang dibawa secara genetik atau hasil adaptasi terhadap lingkungan.

Di samping itu, pengamatan karakter bunga dan buah sering terkendala oleh

musim dan lingkungan. Kendala tersebut dapat diatasi dengan penggunaan

penanda molekuler yang berbasis DNA.

Penanda molekuler telah digunakan untuk menunjukkan bahwa gen-gen

dapat berkontribusi pada proses spesiasi organisme (Karp et al. 1997). Teknik

penanda molekuler telah banyak tersedia saat ini. Pendekatan berbasis Polymerase

Chain Reaction (PCR) banyak digunakan karena sederhana dan hanya

membutuhkan sedikit sampel DNA. Inter Simple Sequence Repeat (ISSR) adalah

salah satu penanda yang banyak digunakan saat ini. Penanda ISSR merupakan

penanda multilokus acak yang dihasilkan oleh amplifikasi PCR dengan primer

mikrosatelit (Zietkiewicz et al. 1994). Penanda ISSR dapat bersifat dominan dan

untuk beberapa kasus dapat bersifat kodominan (Reddy et all. 2001). ISSR

menguntungkan karena tidak memerlukan informasi genomik tanaman yang akan

(20)

3

rendah. Selain itu, ISSR relatif lebih mudah dan sama ekonomisnya dengan RAPD

(Bradford 2008). Penanda ISSR juga berguna dalam mempelajari hubungan

interspesifik dan intraspesifik pada tanaman berkerabat.

Karekterisasi merupakan tahap awal dan sangat penting dalam menunjang

keberhasilan program pemuliaan selanjutnya. Karakterisasi berdasarkan morfologi

dan DNA bertujuan menemukan karakter-karakter spesifik dan unggul dari

tanaman serta dapat berfungsi sebagai DNA fingerprinting. Penelitian ini penting

dilaksanakan karena masih terbatasnya informasi mengenai keragaman genetik

tanaman durian, terutama tanaman durian yang telah dikoleksi oleh BPTP di

kebun percobaan Cipaku.

Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

keragaman genetik tanaman durian koleksi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP) di kebun percobaan Cipaku Jawa Barat, Departemen Pertanian.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi keragaman 21 genotipe tanaman durian berdasarkan

penanda morfologi stadia vegetatif.

2. Mengidentifikasi keragaman 21 genotipe tanaman durian berdasarkan

penanda ISSR.

3. Mengidentifikasi keragaman 21 genotipe tanaman durian berdasarkan data

(21)

Kerangka Pemikiran

Indonesia memiliki sejumlah besar sumber daya genetik tanaman

durian, namun belum banyak dimanfaatkan. Salah satu pemanfaatan sumber

daya genetik tanaman durian adalah dengan program pemuliaan dalam rangka

perbaikan genetik tanaman durian yang sangat bergantung pada besarnya

sumber keragaman genetik durian itu sendiri. Oleh karena itu koleksi plasma

nutfah durian yang ada di Cipaku, perlu dievaluasi keragaman genetik nya

untuk kegiatan manipulasi genetik ke arah perakitan kultivar unggul yang

diinginkan. Kendala yang diperoleh dengan hanya mengandalkan keragaman

morfologi adalah terbatasnya karakter yang diamati dan sangat bergantung

pada lingkungan, oleh karena itu diperlukan alat bantu yang lain yaitu dengan

molekuler. Metode analisis molekuler yang banyak digunakan saat ini adalah

yang berbasis PCR. Salah satu penanda yang dapat digunakan dengan metode

tersebut yaitu penanda ISSR, yang merupakan penanda multilokus acak.

Kombinasi kedua penanda morfologi dan molekuler akan menghasilkan data

yang lebih akurat dalam mencari besar nilai keragaman dan pola hubungan

genetik di antara 21 genotipe durian. Berdasarkan latar belakang di atas,

maka disusun serangkaian percobaan identifikasi morfologi dan analisis

molekuler durian koleksi kebun Cipaku, Bogor. Hasil penelitian ditujukan

untuk mendapatkan karakter spesifik atau pembeda morfologi dan molekuler

pada durian lokal dan introduksi. Informasi mengenai tingkat keragaman

plasma nutfah durian di Cipaku dapat digunakan dalam pelestarian plasma

nutfah yang akan membantu program pemuliaan tanaman dan pengembangan

durian di wilayah Cipaku pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

(22)

5

Durian lokal dan introduksi

Koleksi Kebun Percobaan Cipaku

Karakterisasi

Morfologi vegetatif DNA

Program NTSYS

10 Primer ISSR

Skoring DATA Biner

Diperoleh Besar nilai keragaman Pola hubungan genetik Besar nilai kemiripan antar genotipe

Kesesuaian Goodness of fit 22 karakter

Informasi Kebenaran genotipe Seleksi genotipe unggul untuk kegiatan

pemuliaan yang terarah

(23)
(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Penyebaran, Taksonomi dan Botani Tanaman Durian

a. Asal-usul dan taxonomi durian

Nama durian (Durio Spp) diadopsi dari asal katanya “duri” (bahasa

Melayu). Genus durian diperkirakan berasal dari Asia Tenggara. Tanaman durian

tumbuh liar dan terpencar-pencar di hutan “Malesia” yang sekarang meliputi

daerah Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan. Saat ini penanaman durian telah

menyebar ke daerah yang meliputi wilayah Sri Lanka dan India Selatan hingga

New Guinea (Prosea 1992).

Durian termasuk ke dalam ordo Malvaceae, famili Bombacaceae dan

genus Durio. Genus ini terdiri atas sekitar 28 spesies. Di Indonesia 19 spesies

ditemukan di Kalimantan dengan 14 spesies merupakan indigenous Kalimantan

dan 7 spesies ditemukan di Sumatra, namun tidak satupun merupakan indigenous

Sumatra. Kalimantan dikenal sebagai pusat asal-usul dari spesies Durio dengan

ditemukannya tetua (ancestor) dari Durio spesies yaitu D. Wyath smithii.

Sunaryono (1990) menyatakan bahwa pusat keragaman genetik durian berada di

Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.Spesies durian yang dapat dikonsumsi

hanya D. zibethinus (Durian), D. dulcis (Lahong), D. graveolens (Tabelak), D.

grandiflorus (durian Monyet/Munjit), D. kutejensis (Lai) dan D. testudinarium

(durian Kura).

Spesies D. zibethinus merupakan spesies yang memiliki nilai ekonomi

penting dan banyak ditanam secara komersial. Spesies ini juga dikenal dengan

nama D. accunatissima. Beberapa klon-klon durian spesies D. zibethinus telah

banyak dikebunkan dan memiliki variasi bentuk morfologi pohon, daun, bunga

dan buah (Subhadrabandhu S & Ketsa 2001). Tanaman D. zibethinus bersifat

heterogenous, sehingga menunjukkan karakteristik sifat yang luas dalam bentuk

pohon, bentuk buah, kualitas aril, warna buah menyebar dari warna hijau hingga

kuning-krem, warna aril yang menyebar dari warna putih atau krem hingga

kuning emas, biji yang kecil hingga besar, biji yang kisut hingga bulat, perbedaan

waktu pembungaan dan pembentukan buah serta perbedaan dalam kemampuan

(25)

b. Morfologi tanaman durian

Durian tumbuh secara soliter sebagai tanaman tahunan. Durian sebagai

tanaman hutan hujan tropis, dapat tumbuh baik pada dataran rendah hingga

ketinggian 800 meter dpl dengan tinggi tanaman sekitar 30-40 meter dan

diameter batang 2-2.5 meter, tetapi untuk durian hasil grafting tumbuh tidak

lebih dari 12 meter (Brown 1997). Tanaman durian tumbuh optimal pada

daerah dengan curah hujan 1500 mm/tahun.

Tanaman durian memiliki arsitektur pohon Roux dengan bentuk batang

orthotropic monopodial dan cabang lateral plagiotropik. Kulit batang durian

berwarna coklat merah tua, dan mengelupas secara tidak teratur.

Daun durian tumbuh berselang-seling dan pertumbuhannya secara tunggal,

berbentuk jorong sampai lanset, berpangkal daun runcing atau tumpul, sementara

ujung daun melancip. Struktur daun agak tebal dengan permukaan daun atas

berwarna hijau mengkilap sedangkan bagian bawah berwarna coklat tembaga,

kuning keemasan hingga keperakan. Daun durian ditutupi bulu (trichoma) pada

bagian permukaan bawah daun (Widodo 1997).

Pohon durian mulai berbunga pada umur 6-7 tahun untuk tanaman asal

biji. Bakal bunga tumbuh pada titik-titik mata tertentu yang dari tahun ke tahun

akan keluar pada tempat titik yang sama. Bentuk bunga durian indah, beraroma

wangi yang muncul pada bagian batang dan cabang yang kokoh (cauliflorus).

Keluarnya bunga lebih banyak dibagian dekat pangkal dahan atau tengah-tengah

dahan dibandingkan dibagian ujungnya (Brown 1997). Lama pembentukan bunga

dari mulai muncul bakal bunga hingga mekar adalah berkisar antara 40-60 hari

bergantung pada intensitas hujan yang terjadi.

Bunga durian tersusun dalam tangkai dan bergerombol. Setiap kuntum

bunga bermahkota lima helai yang terlepas satu sama lain dan memiliki benang

sari yang menyatu. Bunga durian adalah bunga sempurna, namun untuk

memben-tuk buah, tanaman durian melakukan penyerbukan silang yang dibantu oleh angin

dan serangga dan hanya pada beberapa kultivar saja yang bisa menyerbuk sendiri

seperti Monthong dan Chanee. Bunga akan mekar mulai pada pukul 1600 sore dan

menyerbuk pada malam hari. Dengan tipe penyerbukan seperti ini menyebabkan

(26)

9

Bentuk buah durian bervariasi dari bulat hinga lonjong. Warna kulit buah

bermacam-macam dari hijau hingga kecoklatan. Tangkai buah berbentuk bulat

panjang dan terletak dipangkal buah dengan panjang berkisar 15 cm (Wiryanta

2002). Duri durian pun beragam dari mulai panjang meruncing berbentuk piramid

hingga tidak berduri. Setiap buah umumnya terdiri dari lima juring yang bersekat

kuat hingga tidak bersekat.

Warna daging buah bervariasi dari warna putih, kuning muda hingga

jingga (Verheij & Coronel 1991). Ketebalan, rasa dan tekstur daging buah sangat

bergantung pada jenis dan varietas durian. Jumlah biji durian dalam satu juring

bergantung juga pada jenis dan verietas durian. Bentuk dan ukuran biji bervariasi

dengan permukaan halus hingga mengkerut dan warna kulit biji coklat.

Analisis Keragaman Genetik Tanaman Durian

Durian memiliki jumlah kromosom sebanyak 2n=2x=56. Durian merupakan

tanaman dengan sistem penyerbukan silang (cross pollination). Oleh karena itu

progeny durian sangat heterozygous sehingga menghasilkan banyak rekombinasi baru

dan menghasilkan sifat yang beranekaragam (Brown 1997). Kebanyakan

perbanyakan tanaman durian di Indonesia dengan biji dari buah tanaman yang

tumbuh liar di hutan-hutan atau juga yang dilakukan oleh petani dengan cara

generatif atau dengan biji yang disemaikan (Sastrapradja 1979), sehingga banyak

tanaman durian Indonesia yang tidak teridentifikasi dan hanya beberapa diantaranya

yang baru dikarakterisasi secara sederhana dan dilepas menjadi varietas dan masih

terus dalam pengkajian lanjut.

Studi variasi genetik pada tumbuhan telah dilakukan selama beberapa

dekade berdasarkan karakter morfologi dan fisiologi. Karakter ini biasanya

produk dari ekspresi gen dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kondisi ini

sering membuat sulit untuk melakukan analisa dan menghasilkan kesimpulan

yang kurang jelas. Analisis berbasis DNA memberikan solusi untuk masalah ini,

karena tidak mengandalkan pada produk yang diekspresikan dari genom dan

independen dari pengaruh lingkungan atau tahap perkembangan. Oleh sebab itu

informasi tambahan secara genetik sangat diperlukan guna mendapatkan hasil

(27)

Marka molekuler adalah upaya yang dilakukan dalam membedakan

karakteristik tanaman pada tingkat DNA. Penggunaan penanda molekuler

utamanya dilakukan untuk meminitor variasi pada susunan DNA didalam satu

spesies dan pada sejumlah spesies. Teknologi pada tingkat genetik ini menjadi

penting terkait dengan potensi utamanaya bagi pengembangan program

pemuliaan, yaitu efektivitas pengorganisasian plasma nutfah, pengujian

kemurnian genotipe atau klon dan perlindungan hak kekayaaan intelektual. Para

pemulia bisa melindungi genotipe temuannya tidak hanya teridentifikasi secara

morfologi namun juga secara genetika (Karp et al.1997).

Analisis penanda molekuler menjadi penting karena karakter tanaman

pada dasarnya hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungannya,

sehingga tanaman yang pada dasarnya masih satu jenis menjadi berbeda secara

fisik karena perbedaan perlakuan atau lingkungan. Salah satu cara

mengidentifikasi persamaan atau perbedaan jenis dibalik keragaman karakteristik

fisik adalah melihat variasi pada tingkat gen (Henry 1997).

Penanda Morfologi

Karakter morfologi tanaman adalah salah satu penanda yang sering

digunakan dalam mengidentifikasi keragaman tanaman. Penampilan morfologi

merupakan hasil dari interaksi antara genotipe dan lingkungan. Pemunculan

suatu fenotipe merupakan hasil ekspresi banyak gen melalui rangkaian proses

pengaturan yang kompleks, itu sebabnya keragaman dapat terjadi karena adanya

perbedaan lingkungan adaptasi (Allard 1960). Deskripsi durian unggul

menggambarkan karakter-karakter buah durian yang beragam. Tiap genotipe

memiliki deskripsi morfologi buah yang berbeda-beda (Dirjen Hort. 2008).

Penggunaan marka morfologi (berdasarkan pengamatan visual) dalam

tataran aplikasi lapangan mempermudah dalam mengidentifikasi suatu

genotipe tanaman, namun kadang sulit dilakukan untuk beberapa tanaman

yang memiliki kekerabatan dekat karena perbedaan karakter pada spesies yang

berkerabat dekat sangat sedikit, dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan

sehingga mungkin akan menghasilkan informasi yang bias. Menurut

(28)

11

dan kuantitatif. Sifat kualitatif dapat dibedakan secara tegas karena

dikendalikan oleh gen sederhana. Sedangkan sifat kuantitatif tidak dapat

dibedakan secara sederhana karena dikendalikan oleh banyak gen dan memiliki

distribusi kontinu. Kedua sifat tersebut saling mendukung dalam proses adaptasi

dan spesiasi suatu tanaman pada lingkungan tertentu.

Penanda Molekuler Inter Simple Sequence Repeats (ISSR)

Perkembangan teknik-teknik molekuler berdasarkan DNA merupakan salah

satu alat untuk menganalisis genom tanaman. Teknik ini berkembang karena dapat

mengurangi keterbatasan sifat dari penanda morfologi yaitu rendahnya

polimorfisme, adanya pengaruh deleterious, pleiotropi dan epistasis (Weising et al.

2005). Sejak pertengahan 1980-an, identifikasi genom dan seleksi telah

berkembang pesat dengan bantuan teknologi PCR. Sejumlah besar protokol

penanda yang cepat dan membutuhkan hanya sedikit sampel DNA telah

dikembangkan. Tiga penanda berbasis PCR yang luas penggunaannya adalah

RAPD , SSR atau mikrosatelit, dan AFLP.

Setiap teknik penanda molekuler memiliki kekurangan dan kelebihan.

Penanda RAPD sangat cepat dan mudah dikembangkan karena sekuens primernya

bersifat acak, tetapi kurang reprodusibel (Virk et al. 1995). AFLP memiliki

reprodusibilitas yang sedang tetapi membutuhkan biaya operasional yang tinggi

(Karp et al. 1997). Mikrosatelit bersifat spesifik dan sangat polimorfik, namun

membutuhkan pengetahuan awal tentang sekuens genomik tanaman untuk

mendisain primer spesifiknya, sedangkan informasi sekuens genomik tanaman

terbatas hanya pada spesies yang bernilai ekonomi saja.

Pemilihan teknik penanda molekular bergantung pada reprodusibilitas dan

kesederhanaannya. Penanda terbaik untuk pemetaan genom, Marker Assisted

Selection (MAS), studi filogenik, dan konservasi tanaman harus menggunakan

biaya yang rendah dan tenaga kerja yang sedikit serta reliabilitasnya tinggi. Salah

satu penanda molekuler yang banyak digunakan sejak tahun 1994 (Zietkiewicz et

al. 1994) adalah ISSR, yang merupakan bagian mikrosatelite yang tidak mengkode

(29)

Daerah mikrosatelit merupakan segmen DNA yang berulang yang dimiliki

oleh semua organism baik eukariot maupun prokariot. DNA repetitif paling

banyak ditemukan pada genom organisme eukariotik. Sekuens DNA berulang ini

merupakan sumber variasi di DNA kloroplas, mitokondria dan inti. Daerah ini

terdiri dari pengulangan daerah secara berpasangan dari beberapa nukleotida,

umumnya 2-6 nukleotida dengan perulangan mencapai ukuran sampai dengan 106

bp yang terdistribusi disepanjang genom dan terdapat pada genom eukariot

(Wolfe & Liston 1998). ISSR merupakan daerah di dalam DNA yang panjangnya

sangat bervariasi dalam suatu spesies yang sama (Salimath et al. 1995).

Karakteristik mikrosatelit sama di dalam genom seluruh organism, memiliki level

variasi alelik yang tinggi, bersifat kodominan, dan potensial untuk analisis yang

dapat diautomasi menjadikan daerah ini sebagai penanda molekuler yang unggul

(Trojanwska & Balibok 2004).

ISSR merupakan penanda semi acak yang diamplifikasi oleh PCR dengan

adanya satu primer yang komplementer terhadap suatu target mikrosatelit (Gambar

2). Penanda ini dikembangkan dari daerah di antara lokus mikrosatelit atau yang

disebut juga Single Sequence Repeat (SSR). Amplikasi daerah tersebut tidak

membutuhkan informasi sekuens genom dan menghasilkan pola multilokus dan

sangat polimorfik (Nagaoka & Ogihara 1997). Setiap pita mewakili sekuens DNA

yang dibatasi oleh dua mikrosatelit yang berbeda. Seperti halnya RAPD, penanda

ISSR cepat dan mudah dilakukan, namun memiliki reprodusibilitas seperti penanda

SSR karena primernya yang lebih panjang.

(30)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2011 sampai Januari 2012

bertempat di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), kebun koleksi

Cipaku Bogor dan Laboratorium Molekuler Pusat Kajian Hortikultura Tropika

(PKHT), Institut Pertanian Bogor (IPB).

Bahan dan Alat

Dalam penelitian ini digunakan 21 genotipe tanaman durian dari berbagai

daerah yang menjadi koleksi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa

Barat di kebun Cipaku, Bogor (Tabel 1). Genotipe yang digunakan terdiri dari

varietas nasional (yang sudah dilepas) dan genotipe unggul daerah yang belum

dilepas.

Tabel 1. Nama genotipe tanaman durian koleksi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), kebun percobaan Cipaku dan daerah asalnya.

No Nama genotipe Daerah asal No Nama genotipe Daerah asal

1 Lokal cipaku Bogor, Jabar 12 Pasir jati Pasir jati, Jabar

2 Kendil Brongkol, Jateng 13 Aseupan Rancamaya, Jabar

3 Layung Pandeglang, Jabar 14 Kim Pandeglang, Jabar

4 Pangkalan Kalbar 15 Tambleg Ciapus, Jabar

5 Bulan Ciawi, Jabar 16 Sunan Boyolali, Jateng

6 Pingku Bogor, Jabar 17 Sikoclak Bogor, Jabar

7 Hepe Jonggol, Jabar 18 Hejo Bogor, Jabar

8 Tanjung mabah Mabah, Kalbar 19 Perwira Majalengka, Jabar

9 Kuning garing Pandeglang, Jabar 20 Kanjau Thailand

10 Semeng Semeng, Kalbar 21 Manalagi Malang, Jatim

(31)

Bahan yang digunakan dalam pengamatan molekuler antara lain: pasir kuarsa,

merkaptoetanol, PVPP (polyvinylpolypyrrolidone), CTAB, aquades steril, CIAA

(Chloroform isoamylalcohol) (CIAA 24:1), alkohol absolute 70%, isopropanol,

agarose, air bebas ion, buffer TAE 1x, loading dye, PCR mix, Primer ISSR (10 primer),

ethidium bromide, tube 1.5 ml, tube 0.2µl, tip putih, tip kuning, tip biru dan kb ladder.

Alat-alat yang digunakan adalah mortal, micropipette, vortex, shaker,

freezer, centrifuge, waterbath, mesin PCR (Applied Biosystem 2720 thermal

cycler), bak elektroforesis, UV transluminator dan kamera digital.

Metode

a. Pengamatan Morfologi

Percobaan ini terdiri atas dua tahapan, Tahap pertama pemilihan tanaman

untuk analisis morfologi tanaman. Tanaman durian yang dipilih adalah tanaman

durian yang ditanam pada tahun 1996 - 2001. Dari beberapa tanaman durian yang

mewakili kultivar durian tertentu tersebut kemudian dipilih yang memiliki vigor

tinggi. Tahap kedua, tanaman durian terpilih kemudian diamati berdasarkan

karakter morfologi yang digambarkan dalam deskriptor. Pengamatan dilakukan

pada bulan September sampai dengan Desember 2011.

Contoh daun untuk analisis keragaman morfologi diambil secara acak

dalam 1 pohon induk durian pada cabang 1, 2 dan 3. Cabang terpilih adalah

cabang yang tidak ternaungi dan tidak terdapat serangan hama dan penyakit. Daun

contoh kemudian dipilih dalam satu ranting terpilih dimulai dari daun ke-tiga dan

diskor berdasarkan panduan descriptors for durian (Bioversity Internasional 2007).

Karakter yang diamati sebanyak 22 karaker meliputi karakter kualitatif sebanyak

14 karakter (karakter pohon, batang, dan daun) (Tabel 2) dan karakter kuantitatif

meliputi 8 karakter pengukuran (Tabel 3). Karakter pengamatan karakter daun

dari setiap genotipe kemudian ditabulasi. Hasil tabulasi yang memiliki nilai

(32)

15

Tabel 2. Karakter pengamatan morfologi vegetatif sifat kualitatif pada 21 genotipe tanaman durian di BPTP kebun percobaan Cipaku.

No Penanda Morfologi Kualitatif Kategori Deskripsi

1. Bentuk tajuk 1. Piramidal

2. Oblong

2. Habitus pertumbuhan batang 1. Lurus

2. Melilit

6. Bentuk daun (BD) 1. Obovate-lanceolate

2. Oval-oblong

13. Keadaan pinggir daun 1. Lengkung keluar

2. Keatas (V)

3. Datar

4. Lengkung kedalam (U)

14. Keadaan permukaan daun 1. Rata

2. Bergelombang

(33)

Tabel 3. Karakter pengamatan morfologi vegetatif sifat kuantitatif pada 21 genotipe tanaman durian di BPTP kebun percobaan Cipaku.

No Penanda Morfologi Kuantitatif Kategori Deskripsi

1. Panjang daun (cm) 1. 14.06 ≤ PD < 14.85

Gambar 3. Skematik pengukuran karakter kuantitatif daun durian (RIRDC 2009).

(34)

17

b. Pengamatan Molekuler

Tahapan pengerjaan molekuler meliputi dua kegiatan utama yaitu isolasi

DNA dan analisis ISSR. Persiapan template DNA dilakukan dengan

mengekstraksi DNA dari daun tanaman durian dilakukan pada bulan September -

November 2011. Analisis ISSR dilakukan selama bulan November 2011 - Januari

2012 dengan mengamplifikasi template DNA melalui mesin PCR. Seluruh

kegiatan tersebut, termasuk kegiatan elektroforesis, visualisasi dan dokumentasi

dilaksanakan di laboratorium PKHT.

Isolasi DNA

Prosedur isolasi DNA durian mengikuti metode CTAB (Lian et al. 2006)

yang meliputi 4 tahapan utama yakni pengambilan sampel daun dan ekstraksi,

pemurnian, presipitasi pelet DNA, dan uji kualitas DNA.

a. Pengambilan sampel daun dan ekstraksi

Daun durian diketahui banyak mengandung fenolik, sehingga waktu

pengambilan dan pemilihan daun untuk analisis DNA harus diperhatikan. Untuk

menghindari DNA berwarna kekuningan, daun yang diambil dan waktu

pengambilan daun menjadi sangat penting. Daun yang diambil sebaiknya bukan

daun yang muda karena akan menghasilkan banyak lendir saat dilakukan isolasi

DNA, oleh karena itu daun tua lebih baik. Namun kendala yang sering muncul

pada daun tua banyak terjadi fenolik untuk itu waktu pengambilan daun dilakukan

diwaktu pagi hari sebelum matahari bersinar terik dan saat pengangkutan, daun

diusahakan tidak terpapar panas sehingga daun tidak mengalami pencoklatan.

Sampel daun yang belum digunakan kemudian disimpan di dalam deep freezer

agar tidak rusak.

Sampel daun dari masing-masing bahan tanaman digerus menggunakan

mortar dengan penambahan buffer ekstraksi (CTAB 10%; EDTA 0.5 M (pH

8.0); Tris-HCl 1 M (pH 8.0); NaCl 5 M; β-mercaptoetanol 1%), PVPP dan pasir kuarsa. Hasil gerusan dimasukkan dalam tabung steril ukuran 1.5 ml, Kemudian

ditutup rapat, diinkubasi dalam waterbath pada suhu 65oC selama 30 menit.

(35)

larutan chloroform : isoamyl-alcohol. Larutan chloroform : isoamyl-alcohol

digunakan untuk presipitasi protein yang telah didenaturasi. Tujuannya agar

protein terpisah dari larutan buffer yang mengandung DNA.

b. Pemurnian

Buffer pemurnian 1x volume berupa campuran chloroform : isoamylalcohol

(CIAA) dengan perbandingan 24:1 v/v ditambahkan ke dalam sampel setelah tube

diangkat dari waterbath dan suhunya telah turun, lalu divortex perlahan-lahan

(sekitar 6-8 rpm) selama 1 menit. Sampel kemudian disentrifugasi dengan

kecepatan 10 000 rpm selama 10 menit dengan tujuan memisahkan bagian DNA

dan bahan-bahan lainnya. Pemisahan fraksi di dalam campuran dilakukan dengan

mengambil supernatant dan memindahkannya ke dalam tube steril baru. Proses

pemurnian kemudian kembali dilakukan dengan penambahan CIAA 1x volume,

di vortex selama 1 menit dan disentrifugasi pada 10 000 rpm selama 10 menit.

c. Presipitasi

Supernatant dari hasil pemurnian dipindahkan ke tube steril baru ukuran 1.5

ml, ditambahkan isopropanol (dingin) 1x volume, kemudian dikocok perlahan dan

diinkubasi dalam 4oC selama 30 menit sehingga terbentuk gumpalan yang

berbentuk seperti lendir. Larutan DNA tersebut disentrifugasi kembali dan larutan

dibuang hingga pelet DNA tertinggal diujung tube. Pelet kemudian dicuci dengan

100 µl ethanol 70% dan disentrifugasi kembali, kemudian dikering anginkan selama

6 jam sampai pelet kering. Selanjutnya pelet dilarutkan dalam 100 µl TE (1 M

Tris-HCl (pH 8,0); 0,5 M EDTA (pH 8,0); air bebas ion).

d. Uji kualitas DNA

Kualitas DNA total diuji dengan menggunakan gel agarose 0.8% dan

dielektroforesis dalam larutan buffer TAE 1x yang dialirkan arus listrik dari muatan

negatif menuju muatan positif selama 47 menit pada tegangan 50 volt. Konsentrasi

5 µl DNA total kemudian dibandingkan dengan 1 µl lamda DNA (Promega) yang

dielektroforesis bersama dengan konsentrasi 254 µg/ml, sehingga untuk setiap 1 µl

(36)

19

perendaman gel agarose dalam larutan EtBr 1% selama 15 menit, kemudian

didokumentasikan menggunakan kamera digital canon power shoot A480 di bawah

penyinaran UV transulliminator.

Polymerase Chain Reaction (PCR)

Amplifikasi dilakukan dengan alat PCR merk Applied Biosystem 2720

thermal cycler. Primer yang digunakan adalah primer Inter Simple Sequence

Repeat (ISSR) koleksi Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB

sebanyak 10 primer (Tabel 4) yang telah dioptimalisasi.

Komposisi PCR yang digunakan dalam proses PCR meliputi DNA template,

primer ISSR, PCR mixgo tag green master Promega dan nuclease free water.

Kom-posisi PCR meliputi : DNA 10 ng/µl, primer 10 pmol/µl, PCR mix 12.5 μl, kemudian

ditambahkan air bebas ion hingga mencapai volume 25 μl. Tahapan PCR meliputi pre

heat, denaturation, annealing, extension, dan pendinginan (Tabel 5).

Tabel 4. Nama dan susunan basa primer ISSR koleksi PKHT-IPB.

No. Nama Primer Sekuens Suhu Annealing (oC)

Tabel 5. Suhu dan waktu yang digunakan pada proses Polymerase Chain Reaction.

Tahapan Suhu Waktu

Pendinginan 4oC Sampai tak terhingga

(37)

Pengamatan penanda molekuler

Peubah atau parameter yang diamati pada penanda molekuler adalah jenis

primer, sedangkan lokus yang diamati adalah pita. Terbentuknya lokus untuk

setiap primer berbeda-beda dalam ukuran basepair (bp). Pengamatan parameter

primer dan lokus pada penanda molekuler ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Keragaan primer dan lokus pada penanda molekuler.

No Nama Primer Lokus/pita (bp)

1 PKBT 2 250, 375, 500, 625, 750, 875, 1000

2 PKBT 3 250, 375, 500, 750, 1000, 1250

3 PKBT 4 562, 625, 1000

4 PKBT 5 250, 334, 418, 500

5 PKBT 6 250, 375, 500, 750

6 PKBT 7 250, 375, 500, 625, 1000

7 PKBT 8 250, 313, 376, 439, 500, 750, 1000

8 PKBT 9 250, 375, 500, 750

9 PKBT 10 500, 625, 750, 875

10 PKBT 12 500, 750, 875, 2000

Analisis Data

Data hasil pengamatan morfologi dan ISSR diolah menggunakan program

NTSYSpc (Numerical Taxonomy and Multivariate Analyses System) versi 2.02

(Rohlf 1998). Data hasil pengamatan karakter morfologi diskoring berdasarkan panduan deskriptor Durian, “Descriptors for durian” (Bioversity Internasional 2007), sedangkan untuk menentukan keragaman genetik, produk PCR-ISSR berupa

profil pita DNA diterjemahkan dalam data biner dengan skor nol (0) jika tidak ada

pita, dan satu (1) jika ada pita pada tingkat migrasi yang sama.

a. Analisis similaritas (kekerabatan)

.Koefisien kesamaan genetik antar genotipe durian berdasarkan penanda

morfologi, ISSR dan data gabungan keduanya diolah menggunakan prosedur

SIMQUAL (Similarity for Qualitative Data) pada program NTSYSpc versi 2.02

dan dihitung berdasarkan koefisien DICE dari Nei dan Lei (1979) dengan

(38)

21

S = 2 nab

(na + nb )

Keterangan :

S (DICE coefficient) adalah nilai kesamaan genetik antara individu.

a dan b adalah dua individu yang dibandingkan.

nab adalah jumlah pita yang sama posisinya pada individu a dan b.

na dan nb adalah jumlah pita pada masing-masing individu a dan b.

b. Analisis pengelompokan

Analisis Gerombol (Clustering) seluruh data, baik data morfologi, ISSR

maupun data gabungan masing-masing menggunakan Sequential, Agglomerative,

Hierarchical, and Nested (SAHN)-UPGMA (Unweighted pair-group method,

arithmetic average) pada program NTSYSpc versi 2.02. Hasil analisis disajikan

dalam bentuk dendrogram.

c. Analisis komparasi antara dua penanda

Untuk mengetahui tingkat keselarasan koefisien kesamaan antara penanda

morfologi dengan profil DNA, kedua data dibandingkan dan dianalisis tingkat

keselarasannya dengan menggunakan MXCOMP NTSYS-pc versi 2.02. tingkat

keselarasan pengelompokan ditentukan berdasarkan kriteria goodness of fit,

berdasarkan nilai korelasi menurut Rohlf (1993) yakni tingkat kesamaan nilai

(39)
(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman Karakter Morfologi

Hasil identifikasi dan analisis morfologi pada 21 genotipe tanaman durian

koleksi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di kebun percobaan Cipaku

menunjukkan adanya keragaman sifat-sifat morfologi. Karakter-karakter tersebut

dikelompokkan berdasarkan pengamatan langsung dan pengukuran. Proporsi

karakter hasil identifikasi morfologi vegetatif kualitatif disajikan pada Tabel 7,

Proporsi karakter daun yang muncul disajikan pada Tabel 8, sedangkan proporsi

karakter hasil identifikasi pengukuran morfologi (karakter kuantitatif) disajikan

pada Tabel 9 dan rekapitulasi karakter polimorfik penanda morfologi vegetatif

ditampilkan pada Tabel 10. Deskripsi lengkap morfologi 21 genotipe tanaman

durian yang diamati ditampilkan pada lampiran 6-26.

Analisis Penanda Morfologi

Keragaman morfologi pada tanaman durian dapat diamati pada tingkat

spesies yang sama. Parameter atau variabel peubah yang diamati pada penanda

morfologi sebanyak 22 karakter (Tabel 7 & Tabel 9). Variabel morfologi yang

diamati diasumsikan setara dengan jenis primer pada penanda molekuler,

sedangkan kategori dari subkarakter setara dengan lokus pita pada penanda

molekuler (kedua penanda dalam data biner).

Karakter morfologi vegetatif sifat kualitatif

Sifat yang nampak pada tanaman dapat dibedakan atas sifat kualitatif dan

sifat kuantitatif. Sifat kualitatif dapat dibedakan secara tegas atau deskret, karena

dikendalikan oleh gen sederhana. Sifat kualitatif adalah sifat yang secara kualitatif

berbeda sehingga mudah dikelompokkan dan biasanya dinyatakan dalam kategori.

Tabel 7 memperlihatkan bahwa karakter morfologi vegetatif sifat kualitatif

pada 21 genotipe yang diamati menunjukkan keragaman tinggi (proporsi

munculnya subkarakter ≤ 70%) yang terlihat pada karakter pola percabangan,

tekstur kulit batang, warna daun, bentuk daun (BD), bentuk ujung daun (BUD),

(41)

menunjukkan keragaman yang rendah terlihat pada kerebahan daun, tekstur daun,

habitus pertumbuhan batang, bentuk tajuk dan keragaan permukaan daun,

peruratan daun atas, peruratan daun bawah.

Tabel 7. Karakter morfologi vegetatif sifat kualitatif dan proporsi subkarakternya yang ditunjukkan pada 21 genotipe tanaman durian koleksi BPTP kebun

13. Keragaan pinggir daun 1. Lengkung keluar 14.29

2. Ke atas 57.14

3. Agak mendatar 14.29

4. Lengkung kedalam 14.29

14. Keragaan permukaan daun 1. Rata 85.71

2. Bergelombang 14.29

(42)

25

Lingkar batang 21 genotipe tanaman durian yang diamati mempunyai

ukuran yang bervariasi antara 24.5-131 cm. Genotipe durian yang memiliki lingkar

batang terbesar adalah durian Pasirjati (131 cm) dan lingkar batang yang terkecil

dimiliki oleh hejo dan kuning garing masing-masing 24.5 cm dan 26.5 cm

(Lampiran 4-25). Umur tanaman durian yang tertua adalah yang ditanam tahun

1996 yaitu genotipe durian bulan, aseupan, dan perwira, sedangkan umur tanaman

durian yang termuda ditanam tahun 2001 yaitu genotipe Lokalcipaku.

Bentuk kanopi durian yang diamati dapat dibedakan menjadi dua kategori

yaitu, 1) kategori Oblong dengan ciri pada ujung kanopi, ujung batang utama

bercabang atau tinggi cabang dibawah batang utama hampir mendekati tinggi

batang utama sehingga terlihat rompang dan membulat di ujung kanopi. Pola

percabangan yang dibentuk horizontal dan wide. Subkarakter tajuk oblong ini

ditunjukkan pada durian Manalagi dan Lokal cipaku; 2) kategori pyramidal

ditunjukkan dengan ciri batang utama tumbuh tinggi melebihi cabang dibawahnya

dengan pola percabangan dari erect, wide dan horizontal. Subkarakter tajuk

pyramidal ini ditunjukkan pada durian Sikoclak, Pasirjati, Sunan, Mentega, Kim,

Perwira, Bulan, Kendil, Tambleg, Semeng, Hejo, Pangkalan, Pingku, Hepe,

Layung, Aseupan, Tanjung mabah, Kuning garing, dan Kanjau.

Genotipe yang memiliki tajuk yang rimbun dimiliki oleh Sunan, Pasirjati,

Kim, Tambleg, Kanjau, Perwira, Kendil, Lokal cipaku, Hepe dan Bulan. Pada

durian dengan tajuk rimbun memiliki jumlah cabang primer berjumlah 16-30

cabang. Genotipe dengan tajuk yang tidak rimbun ditunjukkan oleh genotipe

Semeng, Sikoclak, Manalagi, Mentega, Pangkalan dan Hejo. Jumlah cabang

primer pada genotipe durian yang tidak rimbun berkisar 9-14 cabang. Genotipe

yang memiliki percabangan rendah (< 1 m) adalah Semeng, Tambleg, Kim,

Sikoclak dan Pangkalan.

Karakter kualitatif warna daun salah satu parameter pembeda yang jelas

terlihat pada daun durian. Ke-21 genotipe durian memiliki pola penyebaran warna

daun yang dikategorikan dalam 3 kelompok berdasarkan intensitas warna hijau yang

terlihat dilapang. Pengkategorian warna daun yaitu, 1) hijau muda dengan kriteria

warna daun terlihat lebih muda dipohon, dan daun menunjukkan ciri semburat warna

(43)

dan Mentega; 2) hijau merupakan keragaman warna yang paling luas pada daun

genotipe durian koleksi cipaku karena menyebar dari warna hijau agak gelap hingga

mendekati hijau tua. Kriteria warna ini ditunjukkan oleh Hepe, Sikoclak, Manalagi,

Pasirjati, Perwira, Hejo, Bulan, Kendil, Pangkalan, Kuninggaring, Tanjung mabah,

Pingku, Aseupan, dan Lokalcipaku; 3) hijau tua, kriteria warna hijau tua ditunjukkan

dengan warna yang lebih gelap dilapang (at a glance) subkarakter ini ditunjukkan

oleh genotipe Kanjau, Tambleg, Kim dan Layung.

Penanda morfologi keragaan pinggir daun durian dapat dibedakan dengan

melihat daun dari sisi tangkai daun dengan daun menghadap ke atas. Kategori

keragaan pinggir daun melengkung keluar ditandai dengan pinggir daun yang

menggulung ke arah luar dengan posisi daging daun yang mencembung keatas.

Subkarakter ini dimiliki oleh genotipe Kanjau, Hepe dan Kim. Subkarakter

keragaan pinggir daun menghadap ke atas membentuk huruf V, merupakan

subkarakter yang paling dominan dan diwakili oleh genotipe Layung, Bulan,

Pingku, Tanjung mabah, Kuning garing, Mentega, Pasirjati, Aseupan, Sikoclak,

Hejo, Perwira dan Manalagi. Subkarakter keragaan pinggir daun lurus ditandai

dengan daun membentuk huruf V yang melebar. Subkarakter ini ditunjukkan pada

Tambleg, Pangkalan dan Lokal cipaku. Subkarakter pinggir daun melengkung ke

dalam ditandai dengan daun membentuk cekungan, sehingga daun seolah-olah

menggulung. Subkarakter ini diwakili oleh Sunan, Semeng dan Kendil (Gambar 4).

Gambar 4. Keragaan pinggir daun pada tanaman durian. a) melengkung ke dalam (cekung); b) melengkung keluar, c) ke atas (bentuk V) dan d) agak datar.

Durian memiliki keragaman bentuk daun yang luas. Telah diketahui

bahwa karakter bentuk daun, bentuk ujung daun, dan bentuk pangkal daun

merupakan karakter yang kuat diwariskan atau dengan kata lain memiliki

heritabilitas yang tinggi pada tanaman durian (Hiranpradit et al 1992). Hasil

(44)

27

penelitian Suketi (1994) dan Novayadi (2004) menunjukkan bahwa ketiga

karakter daun tersebut menunjukkan keragaman dalam satu pohon induk durian.

Pada ketiga karakter morfologi daun, pengskoran karakter daun dalam satu pohon

induk dijadikan dasar untuk mengetahui bentuk daun yang dominan. Karakter

daun yang dominan kemudian akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan

karakter yang mewakili untuk setiap genotipe tanaman durian yang diamati.

Tabel 8. Proporsi karakter daun yang muncul pada 21 genotipe tanaman durian yang diamati di BPTP kebun percobaan Cipaku.

Durian

(45)

Penanda morfologi bentuk ujung daun (BUD) dikelompokkan dalam 5

kategori. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa BUD acuminate dan

cuspidate-acuminate merupakan BUD yang dominan muncul pada semua genotipe yang

dievaluasi. Berdasarkan kriteria pengelompokan BUD tersebut, genotipe durian

yang memiliki BUD acuminate-curve ditunjukkan oleh genotipe Kim dan Kanjau.

Genotipe durian yang memiliki BUD long-acuminate ditunjukkan oleh genotipe

Aseupan, Sikoclak dan Manalagi, sedangkan bentuk ujung daun

cuspidate-acuminate ditunjukkan pada genotipe Pangkalan dan Hejo. Genotipe denganBUD

acuminate-acute ditunjukkan pada genotipe Hepe, Semeng, Tambleg dan Sunan.

Subkararakter BUD acuminate ditunjukkan oleh Lokal cipaku, Kendil, Layung,

Bulan, Pingku, Tanjung mabah, Kuning garing, Mentega, Pasirjati dan Perwira.

Karakter bentuk pangkal daun (BPD) menyebar dalam 4 kategori

subkarakter. Tampak bahwa kategori 2 (obtuse), 3 (acute), 4 (cuneate-acute)

merupakan subkarakter yang dominan muncul pada karakter BPD. Berdasarkan

intensitas munculnya BPD, maka subkarakter BPD obtuse ditunjukkan pada

genotipe Kendil, Hepe, Mentega, Pasirjati, Kim, Sikoclak dan Manalagi.

Subkarakter BPD acute ditunjukkan pada genotipe Bulan, Pingku, Semeng,

Tambleg dan Sunan, sedangkan BPD kategori 4 (cuneate-acute) dimiliki oleh

genotipe Layung, Tanjung mabah, Aseupan, Hejo dan Kanjau.

Penanda morfologi bentuk daun (BD) dibagi dalam 5 kategori. Dari Tabel

8 terlihat bahwa genotipe yang memiliki keragaman daun yang tinggi terdapat

pada genotipe Semeng, Kim dan Kanjau. Genotipe Semeng memiliki BD yang

menyebar dalam 4 kategori bentuk daun yaitu kategori 1 (obovate-lanceolate),

2 (oval-oblong), 4 (elliptic) dan 5 (oblong). BD daun genotipe Kim menyebar

dalam 4 kategori bentuk daun yaitu kategori 1 (obovate-lanceolate), 2 (

oval-oblong), 3 (Ovate-lanceolate) dan 4 (elliptic). Pada genotipe Kanjau juga

menyebar dalam 4 kategori yang berbeda yaitu 1 (obovate-lanceolate), 2 (

oval-oblong), 3 (Ovate-lanceolate) dan 5 (oblong). Genotipe yang memiliki keragaman

bentuk daun yang rendah adalah pada genotipe Layung, Bulan, Hepe, Tanjung

mabah, Kuning garing, Mentega, Pasirjati, Tambleg, Sunan, Sikoclak dan

(46)

29

Berdasarkan intensitas kemunculan karakter bentuk daun maka keragaman

bentuk daun yang diamati dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu 1)

Oval-oblong ditunjukkanoleh genotipe durian Layung, Hepe, Mentega, Aseupan, Hejo,

dan Perwira, 2) Elliptic merupakan bentuk daun yang paling dominan muncul dan

ditunjukkan oleh durian Lokal cipaku, Kendil, Bulan, Kuning garing, Semeng,

Pasir Jati, Kim, Sunan, Sikoclak dan Manalagi serta 3) Obovate-lanceolate dimiliki

oleh durian Pangkalan, Pingku, Tanjung mabah, Tambleg dan Kanjau.

Hasil penelitian Hiranpradit et.al (1992) menyatakan bahwa grup durian

Kanyao (Kanjau) memiliki bentuk daun obovate-lanceolate, namun dari hasil

tersebut tidak didapatkan bentuk daun yang lain. Karakter BUD dan BPD pada daun

durian Kanjau juga terjadi variasi (Gambar 5). Hasil penelitian Suketi (1994) dan

Novayadi (2004) juga menemukan adanya keragaan yang terjadi pada genotipe

durian yang diteliti seperti yang ditunjukkan oleh seluruh genotipe durian Indonesia

dalam penelitian ini. Adanya keragaan pada bentuk daun menunjukkan bahwa

lingkungan dapat mempengaruhi kondisi keragaman dari bentuk daun pada

tanaman durian. Bentuk daun pada tanaman salah satunya dipengaruhi oleh

lingkungan. Bentuk daun dikontrol oleh sistem yang kompleks karena bentuk daun

merupakan faktor penting dalam optimasi pertumbuhan tanaman (Tsukaya 2005).

Gambar 5. Keragaan bentuk daun durian genotipe Kanjau.

Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa

bentuk daun (BD) yang dominan muncul pada durian adalah kategori 1 (

obovate-lanceolate), 2 (oval-oblong), 4(elliptic), dan 5(oblong).Pada karakterbentuk ujung

daun (BUD), subkarakter yang dominan adalah kategori 1 (acuminate), 2

(acuminate-acute) dan 3 (cuspidate). Pada karakter bentuk pangkal daun (BPD),

subkarakter yang dominan muncul adalah kategori 2 (obtuse), 3 (acute) dan 4

(47)

Variasi alami yang terjadi dalam klonal tanaman durian cukup besar

(Brown 1997; Suketi 1994). Menurut Jaenisch & Bird (2003), sel-sel dari

organisme multiseluler secara genetik homogen tetapi secara struktural dan

fungsional heterogen yang disebabkan oleh ekspresi gen yang berbeda, sehingga

menimbulkan berbagai variasi. Variasi dalam ekspresi gen muncul selama

perkembangan dan terpelihara melalui pembelahan mitosis. Perubahan stabil dari peristiwa ini disebut sebagai „epigenetik‟. Epigenetik merupakan variasi yang terbentuk dan dapat diwariskan dalam waktu yang singkat tetapi tidak melibatkan

mutasi pada DNA yang disebabkan oleh adanya metilasi DNA dan modifikasi

pada histone (Henderson & Steven 2007). Variasi terjadi pada tanaman salah

satunya disebabkan oleh adanya pengaruh rootstock pada scion yang menginduksi

perubahan fenotipik (Zhang et al. 2008). Variasi ini banyak terjadi pada

tanaman yang bersifat heterozigot seperti durian yang perbanyakannya dilakukan

secara vegetatif.

Karakter morfologi vegetatif sifat kuantitatif

Banyak sifat penting pada tanaman yang berkaitan dengan hasil seperti

produksi, kadar protein dan kualitas dikendalikan oleh sifat kuantitatif. Sifat

kuantitatif adalah sifat yang dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing

mempunyai pengaruh kecil pada sifat itu dan memiliki efek yang sama

(Poespodarsono 1988). Oleh karena itu sifat kuantitatif lebih banyak dipengaruhi

oleh lingkungan. Sifat kuantitatif tidak dapat dibedakan secara tegas karena

dikendalikan banyak gen sehingga kalau dibuat distribusinya akan menunjukkan

distribusi kontinu. Oleh karena itu pengelompokan dilakukan berdasarkan interval

tertentu.

Pengukuran sifat kuantitatif dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kategori

(subkarakter) dengan pembagian berdasarkan 3 interval kuartil. Sifat kuantitatif

yang diukur meliputi 8 karakter (Tabel 9). Karakter morfologi vegatatif sifat

kuantitatif seluruh pengamatan memiliki interval subkarakter yang disesuaikan

dengan distribusi data pada ke-21 genotipe durian, sehingga menunjukkan pola

(48)

31

Tabel 9. Karakter morfologi vegetatif sifat kuantitatif dan proporsi subkarakter yang ditunjukkan pada 21 genotipe tanaman durian koleksi BPTP kebun percobaan Cipaku.

Analisis keragaman berdasarkan karakter morfologi sifat kualitatif dan kuantitatif

Berdasarkan keragaman bentuk morfologi sifat kualitatif diperoleh

dendogram yang ditunjukkan pada Gambar 6. Nilai koefisien kemiripan yang

diperoleh adalah sebesar 0.40 – 0.93 dengan nilai keragaman berkisar 7 – 60%.

Keragaman terendah ditunjukkan oleh pasangan genotipe Kuning garing -

Pasirjati dan Semeng – Sunan dengan nilai keragaman 7%, sedangkan genotipe

yang memiliki keragaman tertinggi ditunjukkan oleh genotipe Semeng dan Sunan

Gambar

Gambar 1. Bagan alur penelitian analisis keragaman durian koleksi Balai Pengkajian
Tabel 1. Nama genotipe tanaman durian koleksi Balai Pengkajian Teknologi
Tabel 2. Karakter pengamatan morfologi vegetatif sifat kualitatif pada 21 genotipe
Tabel 3. Karakter pengamatan morfologi vegetatif sifat kuantitatif pada 21 genotipe tanaman durian di BPTP kebun percobaan Cipaku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan ujicoba penulis dapat mengetahui, pada saat input algoritma perhitungan metode Linear Congruent method (LCM) harus sesuai dengan persyaratan, jika

In data mining, model building consists of several tasks such as result visualization, model diagnostics, residual diagnostics, ROC curves, etc.. In this section,

Several machines learning algorithms (i.e. Multilayer Perceptron, Support Vector Machine, Naïve Bayes, Bayes Net, Random Forest, J48, and Random Tree) have been used for

Puji Syukur saya haturkan kepada Tuhan YME karena atas berkat dan karunia- Nya, skripsi saya yang berjudul “ Strategi Militer Jepang Dan Cina Dalam Mempertahankan

suatu negara yang tidak mengikuti instruksi dari petugas administrasi ADIZ nekat untuk terbang di wilayah tersebut, maka angkatan senjata dari negara „tuan rumah‟ berhak

Keperluan melaksanakan CQI ini adalah penting dan perlu sentiasa diberi perhatian khusus oleh semua warga dan diharapkan dapat menjadi sebagai satu asas yang dapat

Orisinalitas dari naskah tersebut apakah penulis bisa pertanggungjawabkan, karena jika kelak di kemudian hari terbukti naskah tersebut adalah Jiplakan atau ada

ada kondisi dimana korban mengalami masalah trauma dan terjadi pneumothoraks ataupun hemotoraks dan terjadi kondisi dimana nadi tidak teraba yang merupakan indikasi