• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr) Sebagai Pengendali Nyamuk Aedes spp Tahun 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr) Sebagai Pengendali Nyamuk Aedes spp Tahun 2010."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS EKSTRAK KULIT DURIAN ( Durio Zibethinus Murr) SEBAGAI PENGENDALI NYAMUK Aedes spp

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

LENY YOS SANTI NIM. 081000249

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EFEKTIFITAS EKSTRAK KULIT DURIAN ( Durio Zibethinus Murr) SEBAGAI PENGENDALI NYAMUK Aedes spp

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

LENY YOS SANTI NIM. 081000249

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

EFEKTIFITAS EKSTRAK KULIT DURIAN ( Durio zibethinus Murr) SEBAGAI PENGENDALI NYAMUK Aedes spp

TAHUN 2010

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : LENY YOS SANTI

NIM. 081000249

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 19 Agustus 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr.Devi Nuraini Santi, M.Kes Ir. Evi Naria, M.Kes

NIP.1970219 19982 2 001 NIP. 19680302 199303 2 001

Penguji II Penguji III

Ir.Indra Chahaya S, M.Si DR.Dra.Irnawati Marsaulina, MS NIP.19681101 199303 2 005 NIP.19650109 199403 2 002

Medan, 19 Agustus 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Jenis nyamuk demam berdarah dengue (DBD) mempunyai beberapa sppesies yaitu Aedes aegtpti dan Aedes albopictus yang hidup di daerah tropis dan merupakan vektor utama penyakit DBD. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. Penyakit ini menyebabkan penyakit endemik dengan kejadian luar biasa yang berlangsung pada periode-periode tertentu. Kasus DBD setiap tahun di Indonesia terus meningkat bahkan makin merajalela dengan pemanasan global.

Dalam upaya mengatasi penyakit Demam Berdarah Dengue ini perlu adanya pengendalian dengan memamfaatkan tanaman Durian yaitu pada kulit durian (Durio

zibethinus Murr ) yang mengandung bahan kimia aktif dalam bentuk tepung maupun

dalam bentuk minyak yang di kenal sebagai minyak atsiri, dapat di gunakan sebagai insektisida.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak kulit durian dalam membunuh nyamuk Aedes spp. Penelitian ini bersifat ekspperiment semu (Quasi ekspperiment) yaitu untuk melihat pengaruh beberapa kosentrasi dari ekstrak kulit durian terhadap kematian nyamuk Aedes spp.

Metode penelitian menggunakan Rancang acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan ( 0%, sebagai kontrol, 25%, 50% dan 75% dengan 3 kali pengulangan. Hasil penelitian pada masing-masing kosentrasi dengan tiga kali pengulangan selama 30 menit pengamatan dengan interval waktu setiap 5 menit pengamatan menunjukan hasil yang berbeda-beda pada kosentrasi 25% tingkat kematian nyamuk Aedes spp sebesar ; 60 %, Kosentrasi 50% : 86,67 %, kosentrasi 75% telah mencapai : 93,33 %, serta pada kontrol tidak terjadi kematian nyamuk

Aedes spp.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ekstrak kulit durian mengandung zat pestisida yang dapat digunakan dalam membunuh nyamuk Aedes spp. Dengan kosentrasi efektif pada kosentrasi 25% diharapkan tanaman durian dapat menjadi suatu alternatif untuk mengendalikan serangga seperti nyamuk.

Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu alternatif pengendalian vektor khususnya nyamuk Aedes spp sebagai insektisida nabati yang aman bagi lingkungan dan manusia.

(5)

ABSTRACT

The type of DBD (dengue) mosquitoes has some species; namely, Aedes aegipti and Aedes albopictus which live in the tropical area and constitute the main vector of dengue fever. Dengue is a contagious disease with specific symptoms and is cause by the bites of Aedes spp mosquitoes. This disease can be endemic with an extraordinary occurrence which occurs in specific periods. The case of DBD is increasing and is even uncontrollable in Indonesia each year, especially caused by the global warming. The dengue fever can be overcome by controlling it with the use of durian shell (Duio Zibethinus Murr) which contains active chemical substance in the form of powder or in the form of oil which is called essential oil which can be used as pesticide. The aim of this research was to know the effectiveness of the extract of durian shell in killing Aedes spp mosquitoes. This research was a quasi experiment; that is, to know the influences of some concentrations of the extract of durian shell on the death of Aedes spp mosquitoes.

The research used Group random plan method which consisted of four activities (0%, as controlling, 25%, 50%, and 75% by three times of repetition. The result of the research in each concentration with three times of repetition within 30 minutes of observation with the interval in every five minutes, showed in different result in concentration of 25% the death level of Aedes spp mosquitoes was 60%, in concentration of 50% was 86.67%, in concentration of 75% was increasing to 93.33%, whereas in the control there was no death of Aedes spp mosquitoes.

The conclusion of the research was that the extract of durian shell contains pesticides which can be used for killing Aedes spp mosquitoes. By using effective concentration of in 25%, it is expected that durian shell will be able to be used as an alternative to control insects, especially mosquitoes.

The recommendation of this research is expected to be an alternative vector controlling, especially the Aedes spp mosquitoes as a vegetable insecticide which is safe for environment and human beings.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Leny Yos Santi

Tempat/Tanggal Lahir : Nagaraja / 07 Mei 1974

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Binjai KM 11,2 Gg. Persatuan II Kecamatan Medan sunggal

Riwayat Pendidikan

1. 1980-1986 : SD Negeri 3 No.012128 Nagaraja 2.1986-1989 : SLTP Taman Siswa Nagaraja 3. 1989-1992 : SPK Kesdam Pematang siantar 4. 1992-1993 : DI Kebidanan SPK Flora Medan

5. 1999-2002 : DIII Kebidanan Akbid Politeknik Kesehatan Medan 6. 2008-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Pekerjaan

1. 1993-1994 : Bidan desa , kecamatan Sipispis 2. 1995-2003 : Bidan desa, kecamatan Kotarih 3. 2004-sekarang : Staf Puskesmas Muliorejo kecamatan :

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridhonya, salawat dan salam saya limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhamad SAW. Alhamdulillahirobbil alamin atas limpahan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “EFEKTIFITAS EKSTRAK KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr) SEBAGAI PENGENDALI NYAMUK Aedes spp TAHUN 2010” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan motivasi, bimbingan dan arahan, serta adanya kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

3. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen pembimbing I sekaligus Ketua Penguji atas bimbingan dan arahan nya selama mengerjakan penulisan skripsi ini. 4. Ibu Ir. Evi Naria M.Kes, selaku Dosen pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I

(8)

5. Ibu Indra Chahaya Msi, selaku Dosen penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan.

6. Ibu Dr.Dra.Irna Marsaulina,MS, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan waktu dan fikiran dalam membimbing kepada penulis sehingga skripsi ini dapat di selesaikan.

7. Ibu Ir.Kalsum M.Kes, selaku Dosen penasehat akademik.

8. Seluruh Dosen dan staff serta seluruh pegawai FKM USU yang telah membimbing dan membantu selama perkuliahan.

9. Ibu Norma Sinaga, Apt, selaku pembimbing Balai Laboratorium Kesehatan yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitian.

10.Ayahanda H. Wakijo dan Ibunda Hj. Rosnelly yang telah banyak memberikan didikan dan kasih sayang baik materi dan moril kepada penulis.

11.Suami tercinta Supaino, SE, Msi, serta anak-anak ku tersayang Vivi Yaumil Fadilla, Tasya Falya Anisa, Farhan Naufal Faris, Akmal Atha Saqif yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan motivasi serta pengertian yang besar untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Kakanda Irdawati, SP, Abangda sugeng yang telah banyak memberikan motivasi dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

(9)

banyak memberikan dukungan dan bantuan serta kritik untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermamfaat bagi kita semua khususnya di bidang kesehatan

masyarakat.

Medan, September 2011

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Tinjauan umum tentang nyamuk Aedes spp... 7

2.1.1. Klasifikasi nyamuk Aedes spp ... 8

2.1.2. Morfologi nyamuk Aedes spp ... 9

2.1.3. Siklus Hidup nyamuk Aedes spp ... 10

2.1.4 Pengendalian vektor nyamuk ... 11

2.1.4.1. Pengertian pengendalian vektor ... 11

2.1.4.2. Pengendalian lingkungan (environmental control) ... 13

2.1.4.3. Pengendalian vector secara kimia ... 13

2.1.4.4. Secara mekanis ... 14

2.1.4.5. Secara Biologi ... 15

2.1.5. Suhu (temperatur)... 15

2.1.6. Kelembaban ... 15

2.2.Tinjauan umum tentang Insektisida Nabati ... 16

2.2.1. Pengertian Insektisida Nabati ... 16

2.2.2. Pembuatan Insektisida Nabati ... 17

2.2.3. Keunggulan dan Kelemahan Insektisida Nabati ... 17

2.2.4. Cara masuk Insektisida Nabati ... 19

2.2.5. Toksisitas Insektisida ... 20

2.3. Tinjauan umum tentang durian (Durio zibethinus Murr) ... 22

2.3.1. Data Botani Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr) ... 24

2.3.2. Morfologi tanaman Durian ... 24

(11)

2.4. Tinjauan Umun tentang Minyak Atsiri ... 26

2.4.1. Pengertian Minyak Atsiri... 26

2.4.2. Ciri-ciri Minyak Atsiri... 26

2.4.3. Beberapa Minyak Atsiri penting... 27

2.5. Kerangka Konsep... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 30

3.2.2. Waktu Penelitian ... 30

3.3. Objek Penelitian ... 30

3.4. Subjek penelitian... 31

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5.1. Data Primer ... 31

3.5.2. Data Sekunder ... 31

3.6. Alat dan Bahan Penelitian ... 31

3.6.1. Alat Penelitian ... 31

3.6.2. Bahan penelitian ... 32

3.7. Prosedur penelitianl ... 33

3.7.1. Cara mendapatkan nyamuk Aedes spp Dewasa ... 33

3.7.2. Cara mendapatkan ekstrak kulit durian ... 34

3.7.3. Definisi Operasional... 34

3.7.4. Cara Melakukan Pengenceran Kosentrasi larutan durian 35 3.7.5. Cara melakukan percobaan... . 36

3.8. Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

4.1. Pengaruh perlakuan Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr) terhadap kematian nyamuk Aedes spp ... 37

4.1.1. Kematian nyamuk Aedes spp pada Kosentrasi 0% (Kontrol). ... 37

4.1.2. Kematian nyamuk Aedes spp pada Kosentrasi 25%. ... 38

4.1.3. Kematian nyamuk Aedes spp pada Kosentrasi 50% ... .... 39

4.1.4. Kematian nyamuk Aedes spp pada Kosentrasi 75% ... .... 39

4.1.5. Kematian nyamuk Aedes spp pada Empat Kosentrasi setiap 5 Menit Pengamatan selama 30 menit ... .... 40

4.1.6. Rata-rata dan Persentase Kematian nyamuk Aedes spp pada Empat Kosentrasi setiap 5 Menit Pengamatan selama 30 menit ... 41

4.1.7. Jumlah dan rata-rata Kematian nyamuk Aedes spp Pada saat Lethal Dose 50 tercapai setelah 15 menit Pengamatan .. 42

(12)

4.3. Kelembaban Udara Ruangan Penelitian………... 43

BAB V PEMBAHASAN ... 44

5.1. Pengaruh Ekstrak kulit Durian ( Durio Zibthinus Murr ) Terhadap kematian nyamuk Aedes spp ... 44

5.2 Penggunaan Ekstrak Kulit Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Kematian Nyamuk Aedes spp ... 47

5.3. Suhu Ruangan Penelitian ... 47

5.4. Kelembaban Udara Ruangan Penelitian... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1. Kesimpulan ... 49

6.2. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Daftar Istilah Toksisitas ... 21 Tabel 4.1 Hasil pengamatan Kematian nyamuk Aedes spp setiap 5 menit

Pengamatan Selama 30 Menit Pada Kosentrasi 0% ( Kontrol ) ... 37 Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 Menit

Pengamatan Selama 30 Menit Pada kosentrasi 25% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr) ... 38 Tabel 4.1.3 Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 menit

Pengamatan selama 30 Menit Pada Kosentrasi 50% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr ) ... 39 Tabel 4.1.4 Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 menit

Pengamatan selama 30 Menit Pada Kosentrasi 75% Ekstrak Kulit

Durian (Durio zibethinus Murr ) ... 39 Tabel 4.1.5 Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp pada Empat

Konsentrasi Setiap 5 menit Pengamatan selama 30 menit ... 40 Tabel 4.1.6 Rata-rata dan Persentase Kematian Nyamuk Aedes spp Pada

Empat Konsentrasi Setiap 5 Menit Pengamatan Selama 30 Menit ... 41 Tabel 4.1.7 Jumlah dan Rata-rata Kematian nyamuk Aedes spp Pada Empat

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Kotak Pemeliharaan dan Pengamatan Nyamuk Aedes spp Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

(15)

ABSTRAK

Jenis nyamuk demam berdarah dengue (DBD) mempunyai beberapa sppesies yaitu Aedes aegtpti dan Aedes albopictus yang hidup di daerah tropis dan merupakan vektor utama penyakit DBD. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. Penyakit ini menyebabkan penyakit endemik dengan kejadian luar biasa yang berlangsung pada periode-periode tertentu. Kasus DBD setiap tahun di Indonesia terus meningkat bahkan makin merajalela dengan pemanasan global.

Dalam upaya mengatasi penyakit Demam Berdarah Dengue ini perlu adanya pengendalian dengan memamfaatkan tanaman Durian yaitu pada kulit durian (Durio

zibethinus Murr ) yang mengandung bahan kimia aktif dalam bentuk tepung maupun

dalam bentuk minyak yang di kenal sebagai minyak atsiri, dapat di gunakan sebagai insektisida.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak kulit durian dalam membunuh nyamuk Aedes spp. Penelitian ini bersifat ekspperiment semu (Quasi ekspperiment) yaitu untuk melihat pengaruh beberapa kosentrasi dari ekstrak kulit durian terhadap kematian nyamuk Aedes spp.

Metode penelitian menggunakan Rancang acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan ( 0%, sebagai kontrol, 25%, 50% dan 75% dengan 3 kali pengulangan. Hasil penelitian pada masing-masing kosentrasi dengan tiga kali pengulangan selama 30 menit pengamatan dengan interval waktu setiap 5 menit pengamatan menunjukan hasil yang berbeda-beda pada kosentrasi 25% tingkat kematian nyamuk Aedes spp sebesar ; 60 %, Kosentrasi 50% : 86,67 %, kosentrasi 75% telah mencapai : 93,33 %, serta pada kontrol tidak terjadi kematian nyamuk

Aedes spp.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ekstrak kulit durian mengandung zat pestisida yang dapat digunakan dalam membunuh nyamuk Aedes spp. Dengan kosentrasi efektif pada kosentrasi 25% diharapkan tanaman durian dapat menjadi suatu alternatif untuk mengendalikan serangga seperti nyamuk.

Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu alternatif pengendalian vektor khususnya nyamuk Aedes spp sebagai insektisida nabati yang aman bagi lingkungan dan manusia.

(16)

ABSTRACT

The type of DBD (dengue) mosquitoes has some species; namely, Aedes aegipti and Aedes albopictus which live in the tropical area and constitute the main vector of dengue fever. Dengue is a contagious disease with specific symptoms and is cause by the bites of Aedes spp mosquitoes. This disease can be endemic with an extraordinary occurrence which occurs in specific periods. The case of DBD is increasing and is even uncontrollable in Indonesia each year, especially caused by the global warming. The dengue fever can be overcome by controlling it with the use of durian shell (Duio Zibethinus Murr) which contains active chemical substance in the form of powder or in the form of oil which is called essential oil which can be used as pesticide. The aim of this research was to know the effectiveness of the extract of durian shell in killing Aedes spp mosquitoes. This research was a quasi experiment; that is, to know the influences of some concentrations of the extract of durian shell on the death of Aedes spp mosquitoes.

The research used Group random plan method which consisted of four activities (0%, as controlling, 25%, 50%, and 75% by three times of repetition. The result of the research in each concentration with three times of repetition within 30 minutes of observation with the interval in every five minutes, showed in different result in concentration of 25% the death level of Aedes spp mosquitoes was 60%, in concentration of 50% was 86.67%, in concentration of 75% was increasing to 93.33%, whereas in the control there was no death of Aedes spp mosquitoes.

The conclusion of the research was that the extract of durian shell contains pesticides which can be used for killing Aedes spp mosquitoes. By using effective concentration of in 25%, it is expected that durian shell will be able to be used as an alternative to control insects, especially mosquitoes.

The recommendation of this research is expected to be an alternative vector controlling, especially the Aedes spp mosquitoes as a vegetable insecticide which is safe for environment and human beings.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. Kasus DBD setiap tahun di Indonesia terus meningkat dan bahkan makin merajalela dengan pemanasan global. Pusat Informasi Departemen Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD di Indonesia selama 2009 mencapai 77,489 kasus dengan 585 korban meninggal (Depkes RI, 2009).

WHO memperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar penduduk dunia berisiko terinfeksi virus dengue dan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta penduduk dunia terinfeksi virus dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan sebanyak 21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit terdapat satu orang anak yang meninggal (Depkes RI, 2008).

(18)

137.469 kasus DBD di Indonesia pada 2008. Sedangkan selama periode januari februari 2009 mengalami penurunan sebanyak 4.290 (Depkes RI, 2008).

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit akibat virus yang hidup bertahan di alam (arthropod-borne viral) melalui kontak biologis, yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, penyakit ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara tropik dan subtropik baik secara endemik maupun epidemik yang berkaitan dengan datangnya musim penghujan (Djunaedi, 2006).

Penyakit ini tidak saja ditemukan di daerah perkotaan namun juga terdapat di daerah pedesaan. Cara penularan penyakit DBD terjadi secara propagatif yaitu virus dengue berkembang biak dalam tubuh nyamuk Aedes spp (Gandahusada, dkk, 2000).

(19)

Dengan demikian pengendalian DBD tergantung pada pengendalian nyamuk Aedes

spp (Depkes RI, 2005).

Cara yang tepat dalam pemberantasan penyakit DBD adalah dengan pengendalian vektor nyamuk sebagai penular. Pengendalian vektor nyamuk Aedes

spp dapat dilakukan dengan cara menggunakan insektisida atau tanpa menggunakan

insektisida. Penggunaan insektisida yang berlebihan dan berulang dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan yaitu pencemaran lingkungan dan mungkin timbul keracunan pada manusia dan hewan. Untuk mengurangi efek samping dari bahan kimia maka perlu dikembangkan obat-obat penolak nyamuk dari bahan yang terdapat di alam yang lebih aman untuk manusia dan lingkungan, serta sumbernya tersedia dalam jumlah yang besar. Pemanfaatan insektisida alami dalam pemberantasan vektor diharapkan mampu menurunkan kasus DBD. Selain itu karena terbuat dari bahan alami, maka diharapkan insektisida jenis ini akan lebih mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang. Salah satu contoh tanaman adalah durian (Durio zibethinus Murr) (Kardinan, 2004).

(20)

Penelitian lainnya oleh ( Widarto,2008) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas ekstrak kulit durian ( Durio zibethinus Murr) terhadap kematian nyamuk Aedes spp. Ekstrak kulit durian diperoleh dengan cara penyulingan dan diujikan dengan konsentrasi 25% yang efektif untuk mematikan nyamuk.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui apakah ekstrak kulit durian mempunyai kemampuan sebagai anti nyamuk terhadap nyamuk Aedes spp agar dapat diperoleh suatu produk yang berguna bagi masyarakat yang dapat digunakan sebagai alternatif terbaik sebagai pengendalian penyebaran penyakit demam berdarah.

1.2. Perumusan Masalah .

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan penelitian adalah bagaimana pengaruh ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) dalam pengendalian nyamuk Aedes spp.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr ) terhadap nyamuk Aedes spp.

1.3.2. Tujuan Khusus .

(21)

zibethinus Murr ) pada kosentrasi 0% sebagai kontrol, diamati selama 30

menit dengan interval waktu setiap 5 menit.

2. Untuk mengetahui kematian nyamuk Aedes spp setelah diberi perlakuan disemprot dengan ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr ) pada kosentrasi 25% diamati selama 30 menit dengan interval waktu setiap

5 menit.

3. Untuk mengetahui kematian nyamuk Aedes spp setelah diberi perlakuan disemprot dengan ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr ) pada kosentrasi 50% diamati selama 30 menit dengan interval waktu setiap 5 menit.

4. Untuk mengetahui kematian nyamuk Aedes spp setelah diberi perlakuan disemprot dengan ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr ) pada kosentrasi 75% diamati selama 30 menit dengan interval waktu setiap 5 menit.

5. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kematian nyamuk Aedes spp dengan berbagai perlakuan kosentrasi ekstrak kulit durian (Durio zibethinusMurr) 6. Untuk mengetahui kosentrasi yang paling efektif mematikan nyamuk Aedes

(22)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat dalam memamfaatkan insektisida nabati yang aman dan mudah di dapat dalam upaya pengendali nyamuk

Aedes spp.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum tentang nyamuk Aedes spp

Aedes spp merupakan Spesies nyamuk yang terdiri dari Aedes aegypti dan

Aedes albopiktus yang hidup di daerah tropis dan merupakan vektor utama penyakit

demam berdarah yang hidup aktif di siang hari dan lebih senang mengisap darah manusia, biasanya ketahanan hidup Spesies ini tergantung pada ketinggian permukaan laut dan tidak di temukan di daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut (djunaedy, 2006).

Tempat perindukan Aedes spp adalah di dalam rumah dan diluar rumah, nyamuk Aedes aegypti biasa aktif di dalam rumah biasanya hinggap dibaju - baju yang bergantungan dan berada di tempat yang gelap seperti di bawah tempat tidur, dan mempunyai ciri pada tubuhnya tampak bercak hitam putih bila di lihat dengan kaca pembesar di sisi kanan kiri punggungnya tampak dua garis berwarna putih, suka bertelur di air yang bersih seperti di tempayan, bak mandi, vas bunga segar yang berisi air dan lain nya dan menetas di dinding bejana air, telur ( jentik ) nyamuk

Aedes aegypti bisa bertahan 2-3 bulan. Sedangkan nyamuk Aedes albopiktus biasanya

(24)

 

( mikroskop ) tampak di medium punggung nya ada garis putih, waktu menggigit nya juga sama pada pagi dan sore hari (Kesuma hadi, 2009).

Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari, aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktivitas antara pukul 08.00-13.00 dan antara jam 15.00-17.00. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk Aedes spp memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan, Jenis ini menyenangi area yang gelap dan lembab (Djunaedi, 2006).

2.1.1. Klasifikasi Nyamuk Aedes spp

Aedes spp pengebarannya sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di

seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes aegypti merupakan pembawa utama (primary vektor) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan di kota. Mengingat keganasan penyakit Demam Berdarah Dengue masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara – cara mengendalikan jenis nyamuk ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD) (Wikipedia, 2008).

Kedudukan nyamuk Aedes spp dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut:

(25)

 

Bangsa : Diptera Suku : Culicidae Marga : Aedes

Spesies : Aedes spp (Gandahusada, dkk, 2000).

2.1.2 Morfologi Nyamuk Aedes spp

Nyamuk Aedes spp biasanya berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus). Telur Aedes spp mempunyai dinding bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Sedangkan larva Aedes spp Nyamuk Aedes spp dewasa memiliki ukuran sedang, dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan seperti gambar dibawah ini (Gambar 1. Spesies Nyamuk Aedes

aegypti dan Gambar 2. Spesies Nyamuk Aedes albopictus).

Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti

(26)

 

Di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari Spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk ini sering kali berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari nyamuk betina dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, dkk, 2000).

2.1.3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes spp

Spesies ini mengalami metamorfosis yang sempurna. Nyamuk betina meletakkan telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada diding tempat permukaannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur, setelah kira-kira dua hari baru menetas menjadi larva, lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa dan untuk menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9-10 hari (Gandahusada, dkk, 2000).

Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.

(27)

 

1.Stadium telur

Telur Nyamuk Aedes spp berwarna gelap, berbentuk oval biasanya telur diletakkan diatas permukaan air satu- persatu dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama ditempat yang kering tanpa air dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 2 0 C-420C Namun bila air cukup tersedia, telur-telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan ( Sembel , 2009 ).

2. Stadium Larva

Stadium larva ini sering juga disebut jentik dan berlangsung 5-7 hari, perkembangan larva tergantung pada temperatur air, kepadatan larva, dan tersedianya makanan, larva nyamuk hidup dengan memakan organisme-organisme kecil. Larva akan mati pada suhu dibawah 100C dan diatas suhu 360C Larva Aedes spp memiliki kepala yang cukup besar serta torak dan abdomen yang cukup jelas. Untuk mendapatkan oksigen biasanya larva menggantungkan dirinya agak tegak lurus pada permukaan air. Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan fartikel-fartikel lainnya dalam air, biasanya larva melakukan pergantian kulit empat kali (Sembel, 2009).

3. Stadium Pupa

(28)

 

atau 3 hari berkisar 270C - 320C umum nya nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari nyamuk betina, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang (Sembel, 2009).

4. Stadium dewasa

Pada stadium dewasa nyamuk yang keluar dari pupa menjadi nyamuk jantan dan nyamuk betina dengan perbandingan 1 : 1. Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak diatas permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa akan segera kawin dan nyamuk betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24-36 jam kemudian. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk mematang kan telurnya. Umur nyamuk dewasa dipengaruhi aktifitas produksi dan jumlah makanan. Nyamuk Aedes spp dewasa rata-rata dapat hidup selama 10 hari sedangkan di laboratorium mencapai umur 2 bulan, Aedes spp mampu terbang sejauh 2 kilometer, walaupun umumnya jarak terbangnya pendek yaitu kurang lebih 40 meter dan maksimal 100 meter.

2.1.4. Pengendalian vektor nyamuk 2.1.4.1. Pengertian pengendalian vektor

(29)

 

2.1.4.2. Pengendalian lingkungan ( environmental control )

Pengendalian dilakukan dengan cara mengelola lingkungan (environmental

managemen),yaitu memodifikasi atau memanipulasi lingkungan, sehingga terbentuk

lingkungan yang tidak cocok (kurang baik) yang dapat mencegah atau membatasi perkembangan vektor.

a. Modifikasi lingkungan yaitu :

Cara ini paling aman dan tidak merusak keseimbangan alam dan tidak mencemari lingkungan, tetapi harus dilakukan terus menerus.misalnya : pengaturan sistem irigasi, penimbunan tempat-tempat yang dapat menampung air dan tempat-tempat pembuangan sampah, pengaliran air yang menggenang. b. Manipulasi lingkungan yaitu :

Cara ini berkaitan dengan pembersihan atau pemeliharaan sarana fisik yang sudah ada supaya tidak terbentuk tempat-tempat perindukan atau tempat istirahatan serangga. Misalnya : membuang atau mencabut tumbuhan air yang tumbuh di kolam atau rawa.

2.1.4.3. Pengendalian Vektor Secara Kimia

Insekstisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga pengganggu atau hanya untuk menghalau serangga saja

(30)

 

dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi dan mengakibatkan matinya beberapa pemangsa.

Selain itu yang perlu diperhatikan mengenai Spesies serangga yang akan dikendalikan, ukuran, susunan badannya, stadium sistem pernafasan, bentuk mulut, habitat dan perilaku serangga dewasa termasuk kebiasaan makannya.

2.1.4.4. Secara mekanis

Pengendalian secara mekanis yang bisa dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan pelengkap nyamuk baik menggunakan cahaya, lem atau raket pemukul. Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M+1T menguras, mengubur, dan telungkupkan (wikipedia, 2008).

yaitu :

1) Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.

2) Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.

(31)

 

2.1.4.5. Secara Biologi

Pengendalian biologis antara lain adalah dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi vektor atau hospes perantara. Beberapa jenis ikan sebagai pemangsa yang dapat mengendalikan nyamuk vektor stadium larva adalah ikan kepala timah, ikan gabus. Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue ini, antara lain mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk

Toxorhyncites spp. Predator larva Aedes spp ini ternyata kurang efektif dalam

mengurangi penyebaran virus dengue. Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik sehingga akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis (Gandahusada, 2000).

2.1.5. Suhu (temperatur)

Nyamuk Aedes spp dewasa hidup pada suhu 60C-360C. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi kelangsungan hidup serta populasi nyamuk di lingkungan. Suhu minimum adalah 150C, suhu optimum 250C, suhu maksimum 450C (Depkes RI, 2004).

2.1.6. Kelembaban

(32)

 

2.2. Tinjauan Umum Tentang Insektisida Nabati 2.2.1. Pengertian Insektisida Nabati

Secara umum insektisida nabati di artikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.Insektisida nabati relatif mudah di buat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas, oleh karena terbuat dari bahan alami nabati. Penggunaan insektisida nabati dimaksutkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan insektisida sintetis, hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung kepada insektisida sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan insektisida sintetis dapat di minimalkan sehingga lingkungan yang di akibatkannya pun diharapkan dapat di kurangi pula (Kardinan, 2004).

Insektisida nabati mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik, dan zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman dapat di mamfaatkan seperti layaknya insektisida sintetik. Perbedaannya adalah bahan aktif pada insektisida nabati disintesa dari tumbuhan dan jenisnya bisa lebih dari satu macam (campuran ).

(33)

 

2.2.2. Pembuatan Insektisida Nabati

Cara pembuatan insektisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan tidak dapat di jelaskan secara khusus atau distandarisasi karena memang sifatnya tidak berlaku secara umum. Pembuantan insektisida nabati dapat di lakukan secara sederhana atau secara laboratorium. Cara sederhana (jangka pendek) dapat di lakukan dengan penggunaan ekstrak sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak di lakukan. Cara laboratorium (jangka panjang) biasanya di lakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih hal tersebut menyebabkan produk insektisida nabati menjadi mahal. Hasil kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama.

Untuk menghasilkan bahan insektisida nabati dapat di lakukan teknik sebagai berikut:

1. Penggerusan, penumbukan atau pengepresan untuk mengahasilkan produk berupa tepung, abu atau pasta.

2. Rendaman untuk produk ekstrak.

3. Ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus. 2.2.3. Keunggulan dan Kelemahan Insektisida Nabati

(34)

 

I. Keunggulan

1. Insektisida nabati tidak atau hanya sedikit meninggalkan residu pada komponen lingkungan dan bahan makanan sehingga dianggap lebih aman dari pada insektisida sintetis/kimia.

2. Zat pestisidik dalam insektisida nabati lebih cepat terurai di alam sehingga tidak menimbulkan resistensi pada sasaran.

3. Dapat dibuat sendiri dengan cara yang sederhana.

4. Bahan membuat insektisida nabati dapat disediakan di sekitar rumah. 5. Secara ekonomi tentunya akan mengurangi biaya pembelian insektisida. II. Kelemahan

Selain keunggulan insektisida nabati, tentunya kita tidak dapat mengesampingkan beberapa kelemahan pemakaian insektisida nabati tersebut kelemahanya antara lain :

1. Frekuensi penggunaan inssektisida nabati lebih tinggi di banding kan dengan insektisida sintesis. Tingginya frekuensi penggunaan insektisida nabati adalah karena sifatnya yang mudah terurai di lingkungan sehingga harus lebih sering di aplikasikan.

2. Insektisida nabati memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple

activeingredient ) dan kadang kala tidak dapat di deteksi.

(35)

 

waktu panen yang berbeda mengakibatkan bahan aktifnya menjadi sangat bervariasi.

2.2.4. Cara masuk insektisida

Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga dapat dibagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut ( Gandahusada, 2000) :

1. Racun lambung (racun perut/stomach poison)

Racun lambung atau racun perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk melalui mulut ke organ pencernaan melalui makanan yang di makan serangga dan menggigit mengisap diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida misalkan manuju ke pusat syaraf serangga menuju ke organ-organ resppirasi meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Oleh, karena itu serangga harus memakan tanaman yang sudah di semprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh.

2. Racun kontak ( contact poisons )

(36)

 

3. Racun pernafasan ( fumigants )

Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui sistem pernafasan serangga sasaran akan mati bila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.

2.2.5. Toksisitas Insektisida

(37)
[image:37.595.105.516.164.723.2]

 

(38)

 

2.3. Tinjauan umum tentang durian (Durio zibethinus Murr)

Durian memiliki nama latin (Durio zibethinus Murr), tanaman Durian pada mulanya diperkirakan sebagai tumbuhan liar dan merupakan tanaman yang serbaguna, batang nya bisa jadi bahan bangunan dan kayu bakar, buahnya memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi, aroma buah durian sangat khas dan harum, rasanya sangat enak dan lezat. Watak pohon durian tidak mau mengalah dengan pohon-pohon di sekitarnya, pohon durian memiliki kemampuan mengejar matahari, karena tidak berhenti meninggi, ketinggian pohon durian bisa mencapai 50 meter, mempunyai bunga berbentuk mangkok bermahkota 5 helai, dan mempunyai benang sari berkisar 3-12 buah.

Pada dasar bunga terdapat bakal buah yang berbentuk oval yang terdiri dari 5 kelopak, bagian luarnya berbulu halus, rapat dan berwarna putih perak. Sedangkan buahnya ada yang berbentuk agak bulat, ada juga yang lonjong. Garis tengah tengah buah antara 10-25 cm. Kulit buahnya berduri, ada yang berduri runcing panjang dan rapat, ada pula yang runcing pendek renggang. Jika buah Durian di belah maka di dalamnya terdapat ruang-ruang atau rongga yang jumlahnya rata-rata 5, setiap ruangnya berisi daging buah yang berbiji jumlahnya beragam antara 2-5 buah. Warna daging buah durian bermacam-macam, tergantung jenisnya; ada yang putih, kuning mudah, krem, agak kemerahan, dan beberapa lagi lainnya,

(39)

 

1. Durian biasa ( Durio zibethinus murr ). 2. Durian Lai ( Durio Kutejensis )

3. Durian kerantongan ( Durio Exlevanus ). 4. Durian Tabelak ( Durio Graveolens ). 5. Durian Lahong ( Durio Duleis ). 6. Durian Monyet ( Durio Grandiflorus ).

Dari ke enam Durian itu yang paling banyak di budidayakan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan adalah Durian Biasa (Durio Zibethinus murr). Jenis ini juga menyebar di berbagai wilayah baik di Indonesia maupan luar negeri. (Suhaeni,2007).

Daun dan akar durian digunakan sebagai antipiretik dan daun durian yang dihancurkan dapat juga digunakan untuk pasien yang demam yaitu dengan cara diletakkan di atas dahi. Bagi orang yang mempunyai tekanan darah tinggi dianjurkan agar menghindari buah durian karena dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan kulit durian dapat digunakan sebagi penolak nyamuk (Widarto2007).

Di Indonesia tanaman Durian memiliki beberapa nama antara lain nama daerah durian yaitu :

Aceh : deureuyan

Batak : drotong

Sunda : kadu

Jawa : duren

(40)

 

Dayak : dahuyan

Bali : dure Gorontalo : duria

Makasar : durian (Anonimous, 2007).

2.3.1. Data botani Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr) Berdasarkan tanaman Durian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Malvales Suku : Bombacaceae Marga : Durio

Spesies : Durio zibethinus Murr (Widya, 2008). 2.3.2.Morfologi tanaman Durian

Durian merupakan pohon tahunan, hijau abadi (pengguguran daun tidak tergantung musim) tetapi pada saat tertentu untuk menumbuhkan daun-daun baru (periode flushing). Durian dapat tumbuh mencapai ketinggian 50 meter. Daun berbentuk lanset, berwarna hijau dengan sentuhan kuning, sisi bawah lebih pucat. Pohon durian mulai berbuah setelah 4-5 tahun, namun dalam budidaya dapat dipercepat karena menggunakan perbanyakan vegetatif.

(41)

 

memiliki daun tunggal. Daun durian berfungsi sebagai tempat fotosintesis, transppirasi, dan sebagai alat pernapasan (Widya, 2008).

Bunga durian muncul dari kuncup dorman, berkelompok, mekar pada sore hari dan bertahan beberapa hari. Bunganya menyebarkan aroma wangi untuk menarik perhatian kelelawar sebagai penyerbuk utamanya. Buah durian berkembang setelah pembuahan dan memerlukan waktu 4-6 bulan untuk pemasakan. Pada masa pemasakan terjadi persaingan antar buah pada satu kelompok, sehingga hanya satu atau beberapa buah yang akan mencapai kemasakan, sisanya gugur. Pada umumnya berat buah durian Durio zibethinus dapat mencapai 1,5 hingga 5 kg (Suhaeni,2007). 2.3.3.Komposisi kimia buah Durian

Daging buah durian mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi. Tiap 100 gram daging buah mengandung 65 gram air, 134 energi, 2,5 gram protein, 3 gram lemak, 28 gram karbohidrat, 7,4 mg kalsium, 44 mg fosfor, 1,3 mg besi, 175 mg vitamin A,dan 53 mg vitamin C, selain mempunyai kandungan gizi tinggi daging buah durian juga mengandung kadar alcohol yang tinggi (Suhaeni, 2007).

(42)

 

2.4.Tinjauan Umum Tentang Minyak Atsiri

Salah satu bentuk insektisida adalah berupa minyak atsiri yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan. Minyak atsiri yang terdapat dalam tumbuhan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar dan bila diteteskan pada kertas saring tidak meninggalkan bekas.

Indonesia memiliki sumber keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai bahan aktif untuk dikembangkan sebagai insektisida nabati. Ketersediaan ini merupakan potensi besar. Tentunya sangat diperlukan berbagai penelitian dan penggunaan teknologi sederhana untuk mengembangkan penggunaan insektisida nabati (Naria, 2005).

2.4.1. Pengertian Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujut cairan kental pada suhu ruang. Namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami.

Minyak atsiri dapat diproduksi melalui beberapa metode. Namun sebagian besar minyak atsiri diperoleh melalui metode penyulingan. Cara lain yang perlu diketahui yaitu metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Lutony, 2000).

2.4.2. Ciri-ciri Minyak Atsiri

(43)

 

hidung) sehingga, seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri dan campurannya dapat menghasilkan bau yang berbeda. Minyak atsiri bukan merupakan zat kimia murni. Secara kimiawi minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit dari berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas aroma tertentu (Wikipedia, 2008).

2.4.3. Beberapa Minyak Atsiri penting

Minyak atsiri terdapat pada bagian tertentu tanaman yang mengandung minyak atsiri. Bagian itu antara lain akar, biji, bunga, daun, kulit kayu, ranting, dan rimpang atau akar tinggal. Bahkan ada tanaman yang seluruh bagiannya mengandung minyak atsiri. Meskipun kandungan minyaknya tidak selalu sama antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya kandungan minyak atsiri yang terdapat pada kuntum bunga cengkih berbeda dengan pada bagian tangkai bunga maupun daun (lutony, 2000). Ada beberapa minyak atsiri yang penting untuk diketahui, yaitu :

1. Minyak adas atau fennel /foenicoli oil 2. Minyak cendana atau sandalwood oil 3. Minyak cengkih atau uganoel oil 4. Daun cengkih atau leaf clove oil 5. Minyak kayuputih

6. Minyak kenanga atau ylang-ylang oil 7. Minyak lawang

(44)

 

9. Minyak nilam 10. Minyak serai 11. Minyak jeringau

12. Minyak durian (Wikipedia, 2008).

(45)

 

2.5. Kerangka konsep

Jumlah Nyamuk

Aedes spp

Jumlah Nyamuk

Aedes spp yang mati

Konsentrasi ekstrak kulit Durian yaitu : 0 %, 25%, 50% dan 75 % diamati selama 30 menit dengan interval waktu selama 5 menit.

Suhu

(46)

 

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian

Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti efektifitas ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) dalam pengendalian nyamuk

Aedes spp, dan tidak mengabaikan faktor yang mempengaruhi kehidupan nyamuk

Aedes spp, yaitu suhu dan kelembaban udara. Metode yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dimana percobaan dilakukan dengan 3 macam perlakuan dan satu control, perlakuan penyemprotan dengan konsentrasi ekstrak kulit durian 0% , 25 %, 50% dan 75 % serta 3 kali pengulangan.

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di LKD (Laboratorium Kesehatan Daerah) UNIMED Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2011

3.3. Objek penelitian

Objek penelitian adalah ekstrak kulit durian sebagai pengendali nyamuk

Aedes spp stadium dewasa yang diambil dari kotak pemeliharaan, dan dimasukkan

(47)

 

kotak. Jumlah nyamuk Aedes spp pada masing-masing perlakuan dan kontrol sebanyak 15 ekor. Jumlah sampel diambil berdasarkan kebutuhan penelitian yaitu 180 ekor nyamuk Aedes spp dewasa.

3.4. Subjek Penelitian

Untuk menunjang proses penelitian ini diperlukan adanya subjek penelitian yaitu dengan menggunakan air gula.

3.5. MetodePengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di LKD (Laboratorium Kesehatan Daerah) UNIMED Medan

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku dan jurnal serta literatur-literatur yang mendukung sebagai bahan kepustakaan.

3.6. Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1. Alat Penelitian

1. Pisau

2. Timbangan

3. Blender

4. Saringan

(48)

 

6. Jam untuk mengukur

7. Alat penyemprot

8. Aspirator

9. Pipet

10. Alat destilasi

11. Erlenmeyer

12. Thermometer

13. Hygrometer

14. Wadah tempat kulit durian

15. Wadah tempat larva

16. Kotak pemeliharaan

17. Kotak pengamatan

3.6.2. Bahan penelitian 1. Air gula

2. Aquadest

(49)

 

5. Kulit durian (Durio zibethinus Murr) 6. Kloroform

3.7. Prosedur penelitian

3.7.1. Cara mendapatkan Nyamuk Aedes spp Dewasa

Untuk mendapatkan nyamuk Aedes spp dewasa dilakukan dengan memelihara larva nyamuk Aedes spp dengan cara sebagai berikut :

1. Siapkan kotak pemeliharaan nyamuk dengan ukuran 50 cm x 50cm x 50cm. 2. Sediakan wadah kecil yang berisi air bersih.

3. Kemudian masukkan larva nyamuk Aedes spp kedalam wadah kecil yang berisi air bersih dan letakkan didalam kotak pemeliharaan.

4. Atur suhu dan kelembaban yang cocok untuk pertumbuhan nyamuk di dalam kotak pemeliharaan.

5. Amati kotak pemeliharaan dan apabila jentik telah berubah menjadi kepompong lalu masukkan air gula/madu kedalam kotak pemeliharaan untuk makanan nyamuk setelah keluar dari kepompong.

6. Setelah nyamuk tersebut keluar dari kepompong nyamuk tersebut ditangkap dengan aspirator dan dipindahkan ke kotak perlakuan masing-masing sebanyak 15 ekor sebagai sampel penelitian.

7. Pada akhir penelitian nyamuk yang masih hidup dibunuh dengan menggunakan

kloroform.

(50)

 

Untuk mendapatkan ekstrak kulit durian dilakukan dengan cara sebagai berikut (Oktavianingrum, 2007) :

1. Siapkan kulit durian segar yang sudah di cincang dan diambil bagian kulit dalam nya yang berwarna putih menjadi potongan-potongan kecil sebanyak 1500 gram

2. Potongan-potongan kulit durian dihaluskan dengan blender ditambah dengan aquades sebagai pelarut sebanyak 300 ml

3. Larutan yang telah di blender diperas menggunakan saringan 4. Larutan yang telah diperas menjadi berwarna abu - abu kekeruhan

5. Kemudian dilakukan penyulingan sehingga menghasilkan warna putih bening seperti air

6. Hasil ekstrak kulit durian yang sudah di suling siap di gunakan pada objek penelitian terhadap Nyamuk Aedes spp dengan konsentrasi 0 % sebagai kontrol, 25%, 50 %, 75 % sebagai perlakuan

3.7.3. Definisi Operasional

1. Jumlah nyamuk Aedes spp adalah sebanyak 180 ekor yang belum disemprot dengan beberapa konsentrasi ekstrak kulit durian.

2. Ekstrak kulit durian adalah banyaknya hasil penyulingan dengan metode ekstrak yang akan disemprotkan terhadap nyamuk Aedes spp yaitu: 0 %, 25 %, 50 %, dan 75 %.

(51)

 

4. Kelembaban adalah : kelembaban udara di tempat penelitian yang diukur

dengan menggunakan alat hygrometer, dinyatakan dalam persen. 5. Jumlah nyamuk Aedes spp yang mati adalah : banyaknya nyamuk Aedes spp

yang mati setelah dilakukan perlakuan penyemprotan hasil beberapa ekstrak kulit durian yang diamati selama 30 menit dengan interval waktu setiap 5 menit yang ditandai dengan nyamuk tidak bergerak , dan tidak dapat terbang. 6. Keefektifan ekstrak kulit durian adalah : kosentrasi ekstrak kulit durian yang

paling rendah yang dapat membunuh nyamuk Aedes spp, sebanyak 50 % hewan percobaan (LD50).

3.7.4. Cara Melakukan Pengenceran Kosentrasi larutan durian Cara untuk mendapatkan masing-masing kosentrasi kulit durian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan kosentrasi 0 % maka yang digunakan aquadest sebanyak 100 ml tanpa penambahan larutan kulit durian.

2. Untuk mendapatkan kosentrasi 25% maka ditambahkan 100 ml aquadest dan larutan kulit durian sebanyak 25 ml

3. Untuk mendapatkan kosentrasi 50% maka ditambahkan 100 ml aquadest dan larutan kulit durian 50 ml

4. Untuk mendapatkan kosentrasi 75% maka ditambahkan 100 ml aquadest dan larutan kulit durian 75 ml

(52)

 

1. Masing-masing 15 ekor nyamuk Aedes spp dewasa diambil dari kotak pemeliharaan dengan menggunakan alat aspirator dan dimasukkan ke dalam kotak perlakuan yang telah di beri lebel A untuk perlakuan penyemprotan dengan konsentrasi 0% sebagai kontrol : kotak B untuk konsentrasi 25%, kotak C untuk konsentrasi 50%, kotak D untuk konsentrasi 75% .

2. Lakukan penggunaan penyemprotan sesuai dengan konsentrasi ekstrak kulit durian dengan Jarak 30 cm dari masing-masing kotak perlakuan .

3. Amati dan catat nyamuk Aedes spp yang mati setelah 30 menit dengan interval waktu setiap 5 menit .

4. Untuk kotak perlakuan dan kotak kontrol dilakukan pencucian dan di jemur setiap akan dilakukan pengulangan.

3.8. Analisis Data

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Pengaruh Perlakuan Ekstrak Kulit Durian ( Durio zibethinus Murr ) terhadap kematian nyamuk Aedes spp.

Hasil penelitian dengan menggunakan berbagai konsentrasi adalah 0%, 25%, 50% dan 75% dengan ekstrak kulit durian yang di semprot dalam membunuh nyamuk

Aedes spp yaitu dari 4 kosentrasi ( 3 perlakuan dan 1 kontrol ) dengan 3 kali

pengulangan selama 30 menit pengamatan menunjukan hasil seperti pada tabel-tabel berikut. Dalam penelitian ini menggunakan nyamuk Aedes spp sebanyak 180 nyamuk dewasa dengan masing-masing perlakuan 15 ekor nyamuk yang berada dalam kotak pengamatan. Tiap perlakuan dilakukan pengamatan setiap lima menit sebanyak 4 kali. Jadi pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 30 menit.

Hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

[image:53.595.111.507.547.724.2]

4.1.1. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Konsentrasi 0 % ( Kontrol ) Tabel 4.1

Hasil pengamatan Kematian nyamuk Aedes spp setiap 5 menit Pengamatan Selama 30 Menit Pada Kosentrasi 0% ( Kontrol ) Waktu

Pengamatan

Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah

Perlakuan pada Konsentrasi 0 % Rata - rata

Ulangan

I II III

5 menit 0 0 0 0

10 menit 0 0 0 0

15 menit 0 0 0 0

20 menit 0 0 0 0

25 menit 0 0 0 0

(54)

 

Pada Kosentrasi 0% ( Kontrol ) dengan waktu pengamatan setiap 5 menit selama 30 menit serta 3 kali pengulangan tidak ada nyamuk yang mati ( 0% ).

4.1.2. Kematian nyamuk Aedes spp pada kosentrasi 25%

[image:54.595.110.508.386.545.2]

Hasil pengamatan Kematian nyamuk setelah penyemprotan Ekstrak Kulit Durian ( Durio zibethinus Murr ) pada Kosentrasi 25% setiap lima menit selama 30 menit adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.2.

Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 Menit Pengamatan Selama 30 Menit Pada kosentrasi 25% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr ).

Waktu Pengamatan

Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah

Perlakuan pada Konsentrasi 25 % Rata - rata

Ulangan

I II III

5 menit 4 4 5 5

10 menit 5 5 6 5

15 menit 7 6 8 7

20 menit 8 7 11 9

25 menit 10 12 11 11

30 menit 11 12 13 12

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa kematian nyamuk Aedes spp untuk kosentrasi 25% sudah mencapai LD50 dimana rata-rata kematian nyamuk

Aedes spp 7 ekor setelah 15 menit. Kematian nyamuk Aedes spp tertinggi terjadi

(55)

 

4.1.3. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Kosentrasi 50% Tabel 4.1.3.

Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 menit Pengamatan selama 30 Menit Pada Kosentrasi 50% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr )

Waktu Pengamatan

Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah

Perlakuan pada Konsentrasi 50 % Rata - rata

Ulangan

I II III

5 menit 8 7 7 7

10 menit 8 9 10 9

15 menit 9 11 12 11

20 menit 12 14 13 13

25 menit 13 14 14 14

30 menit 14 15 15 15

Berdasarkan tabel 4.1.3. diatas menunjukan bahwa kematian nyamuk Aedes spp untuk kosentrasi 50% sudah mencapai LD50 yaitu rata-rata kematian 7 ekor terjadi pada pengamatan 5 menit pertama. Kematian seluruh nyamuk Aedes spp yaitu pada ulangan kedua setelah 30 menit pengamatan.

4.1.4. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Kosentrasi 75% Tabel 4.1.4.

Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 menit Pengamatan selama 30 Menit Pada Kosentrasi 75% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr )

Waktu Pengamatan

Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah

Perlakuan pada Konsentrasi 75 % Rata - rata

Ulangan

I II III

5 menit 10 11 11 11

10 menit 11 13 13 12

15 menit 14 13 14 14

20 menit 14 15 14 14

25 menit 15 15 15 15

(56)

 

Berdasarkan tabel 4.1.4. di atas menunjukan bahwa kematian nyamuk Aedes spp untuk kosentrasi 75% selama 5 menit pengamatan sudah mencapai LD50 dengan rata-rata 11 ekor nyamuk. Kematian seluruh nyamuk Aedes spp setelah 20 menit pengamatan dengan rata-rata 14.

[image:56.595.107.520.388.473.2]

4.1.5. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Empat Kosentrasi Setiap 5 Menit Pengamatan Selama 30 Menit

Tabel 4.1.5.

Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp pada Empat Konsentrasi Setiap 5 menit Pengamatan selama 30 menit

Konsentrasi Kematian nyamuk Aedes spp

5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit

A. 0 % 0 0 0 0 0 0

B. 25% 13 16 21 26 33 36

C. 50 % 22 27 32 39 41 44

D. 75% 32 37 41 43 45 45

Berdasarkan tabel 4.1.5. di atas dapat dilihat bahwa kematian nyamuk Aedes

spp menunjukan kosentrasi tertinggi dalam membunuh nyamuk Aedes spp adalah

(57)

 

4.1.6. Rata-rata dan Persentase Kematian Nyamuk Aedes spp pada Empat Konsentrasi setiap 5 menit Pengamatan selama 30 menit.

[image:57.595.104.564.357.477.2]

Dari seluruh perlakuan dan pengamatan pada semua kosentrasi dapat diketahui rata-rata dan persentase kematian nyamuk Aedes spp,seperti yang tercantum pada tabel di bawah :

Tabel 4.1.6.

Rata-rata dan Persentase Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Empat Konsentrasi Setiap 5 Menit Pengamatan Selama 30 Menit

Konsentrasi

Kematian Nyamuk Aedes spp

5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit

Rerata % Rerata % Rerata % Rerata % Rerata % Rerata %

A. 0% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

B. 25% 5 33,33 5 33,33 7 46,67 9 60,00 11 73,33 12 80.00

C. 50% 7 46,667 9 60,00 11 73,33 13 86,67 14 93,33 15 100

D. 75% 11 73,33 12 80,00 14 93,33 14 93,33 15 100 15 100

(58)

 

4.1.7. Jumlah dan rata-rata Kematian nyamuk Aedes spp Pada saat Lethal Dose 50 Tercapai setelah 15 Menit Pengamatan

Lethal Dose 50 (LD 50) dicapai setelah 15 menit pengamatan untuk semua

perlakuan, sehingga untuk melakukan perbandingan uji Deskriptip dapat menggunakan data kematian nyamuk Aedes spp seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.1.7.

Jumlah dan Rata-rata Kematian nyamuk Aedes spp Pada Empat Kosentrasi Dengan Tiga kali ulangan pada saat Lethal Dose 50 (LD 50) Tercapai Setelah 15 Menit

Pengamatan

Hasil penelitian tersebut dianalisa secara Deskriptip setelah terlebih dahulu jumlah kematian nyamuk Aedes spp pada setiap ulangan kosentrasi ditransformasi untuk menghilangkan angka nol dalam perhitungan. Transformasi data dilakukan dengan tujuan supaya data yang diolah telah memenuhi asumsi yang mendasari pemakaian suatu analisa data, sehingga hasil analisa data ini akan mampu mencerminkan kejadian yang sebenarnya terjadi dalam suatu percobaan. Karena terdapat jumlah kematian nyamuk Aedes spp dibawah 10 ekor maka digunakan transformasi data (Hanafiah, 2005 )

4.2. Suhu Ruangan Penelitian Kosentrasi

Kematian Nyamuk Aedes spp

Jumlah Rata-rata Ulangan

I II III

A. 0 % 0 0 0 0 0

B. 25 % 7 6 8 21 7

C. 50 % 9 11 12 32 11

(59)

 

Pada saat penelitian dilakukan, temperatur udara di ruangan penelitian diukur dengan menggunakan Thermometer dengan hasil pengukuran sekitar 28,60C – 30,20C 4.3. Kelembaban Udara Ruangan Penelitian

(60)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Ekstrak kulit Durian (Durio Zibthinus Murr ) Terhadap kematian

nyamuk Aedes spp Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan 4 macam

kosentrasi perlakuan yaitu 0% ( sebagai kontrol ), 25%, 50% dan 75% dengan tiga kali ulangan selama 30 menit pengamatan dengan interval waktu setiap 5 menit, diperoleh jumlah kematian nyamuk Aedes spp pada waktu pemaparan yang berbeda-beda dan kosentrasi yang berberbeda-beda pula. Pada tabel 4.1.6. terlihat bahwa pada kosentrasi 0% yang berisi Aquadest tanpa ekstrak kulit durian ( Durio Zibethinus

Murr ) ( sebagai kontrol) tidak dijumpai adanya nyamuk Aedes spp yang mati. Hal ini

membuktikan bahwa Aquadest yang disemprotkan pada nyamuk Aedes spp tidak menimbulkan kematian. Pada kosentrasi 25% tingkat kematian 50% lebih tercapai setelah 15 menit pengamatan untuk memenuhi Lethal Dose 50 ( LD50 ), sedangkan pada kosentrasi 50% dan kosentrasi 75% tingkat kematian yang memenuhi Lethal

Dose 50 (LD 50) tercapai setelah 5 menit pengamatan. Tingkat kematian 100%

terjadi pada kosentrasi 75% setelah 20 menit pengamatan.

Semakin tinggi kosentrasi perlakuan semakin banyak jumlah nyamuk Aedes

spp yang mati. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan kimia dalam ekstrak kulit

(61)

 

lamanya pemaparan bahwa semakin lama waktu paparannya, jumlah nyamuk Aedes

spp yang mati semakin berkurang.

Hal ini dapat di sebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor dari luar seperti pengaruh kecepatan angin, juga faktor dari dalam ataupun dari insektisida nabati sendiri, dimana minyak atsiri dalam ekstrak kulit durian (Durio Zibethinus Murr ) tersebut bersifat mudah menguap pada suhu kamar ( Wikipedia, 2008 ).

Pada 20 menit pengamatan, jumlah nyamuk Aedes spp yang mengalami kematian dijumpai pada kosentrasi 25% sebesar 60%, kosentrasi 50% sebesar 86,67%, kosentrasi 75% telah mencapai 93,33%.

Hasil tersebut menunjukan bahwa pada kosentrasi 25% telah cukup efektif karena telah memenuhi standar LD50 yaitu telah membunuh sebanyak 60%. Dimana

Lethal Dose 50 adalah kosentrasi tertentu suatu bahan yang mampu mematikan

sebanyak 50% hewan percobaan ( Siregar 2008 ). Sehingga dapat dinyatakan bahwa waktu 20 menit pemaparan dengan kosentrasi 25% adalah efektif dalam pengendalian nyamuk Aedes spp. Data analisa Deskriftif yang di gunakan adalah data kematian nyamuk selama 20 menit pengamatan.

Data hasil percobaan didapatkan data ada yang mengandung nilai nol, sehingga hasil yang diperoleh dapat mencerminkan hasil yang sebenarnya dan terdapat perbedaan antara perlakuan dengan jumlah kematian nyamuk Aedes spp pada masing – masing kosentrasi.

(62)

 

kulit durian (Durio zibethinus Murr) dapat diperoleh dalam bentuk tepung selain bentuk minyak atsiri (Kardinan, 2004).

Berdasarkan cara masuk insektisida dalam hal ini ekstrak kulit durian (Durio

zibethinus Murr) ke dalam tubuh nyamuk Aedes spp dapat dinyatakan sebagai racun

kontak, dan racun pernafasan. Sebagai racun kontak, ekstrak kulit durian (Durio

zibethinus Murr) yang disemprotkan dapat langsung mengenai bagian tubuh nyamuk

yang menyebabkan nyamuk jatuh dan akhirnya mati ditandai dengan tubuh nyamuk mengering karena dehidrasi. Dimana, dinyatakan sebagai racun kontak apabila insektisida dapat masuk kedalam tubuh nyamuk lewat kulit bersinggungan langsung (Djojosumarto, 2000).

Sebagai racun pernafasan, nyamuk menghirup ekstrak kulit durian (Durio

zibethinus Murr) yang menyebabkan nyamuk tergelepar sehingga akhirnya

mengalami kematian. Racun pernafasan bekerja lewat saluran pernafasan. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas (Djojosumarto, 2000).

(63)

 

5.2. Penggunaan Ekstrak Kulit Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Kematian Nyamuk Aedes spp

Pemanfaatan kulit durian sebagai pengendali nyamuk Aedes spp merupakan salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Berbagai macam tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati karena mengandung minyak Atsiri yang tidak di sukai nyamuk karena baunya yang sangat menyengat. Melalui proses penyulingan dengan metode destilasi, diantaranya yang sudah diteliti Ekstrak Rimpang Jeringo (Acorus calamus L) dengan ditambahkan etanol 70% dengan konsentrasi yang paling efektif 30% untuk membunuh nyamuk Aedes aegepty (Jayanti S, 2008).

Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb) dengan ditambahkan etanol 70% dengan konsentrasi yang paling efektif 40% untuk membunuh nyamuk Aedes spp (Hariana, 2008).

Ekstrak kulit durian (Durio Zibethinus Murr) dengan ditambahkan etanol 70% dengan konsentrasi yang paling efektif 25% untuk membunuh nyamuk Aedes aegepty dengan metode elektrik (Widarto, 2007). Peneliti meneruskan penelitian ekstrak kulit durian dengan konsentrasi yang berbeda tanpa menggunakan etanol 70% dengan metode penyemprotan dalam pengendalian nyamuk Aedes spp.

5.3 Suhu Ruangan Penelitian

(64)

 

penelitian karena menuntut Jumar (2000) suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi kelangsungan hidup nyamuk, dimana suhu minimum adalah 150C dan suhu maksimum pada 450C.

5.4. Kelembaban Udara Ruangan Penelitian

(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pada kontrol berisi aquadest dengan 3 kali ulangan selama 30 menit pengamatan tidak ditemukan kematian nyamuk Aedes spp.

2. Dari empat konsentrasi dengan 3 kali ulangan selama 30 menit pengamatan menunjukkan kematian nyamuk Aedes spp dengan Lethal dose 50 (LD50) tercapai setelah pemaparan 20 menit dengan rata-rata kematian pada konsentrasi 25% sebanyak 60% ; konsentrasi 50% sebanyak 86,67% ; konsentrasi 75% telah mencapai 93,33%.

3. Konsentrasi efektif ekstrak kulit durian yang dapat membunuh nyamuk Aedes

spp adalah konsentrasi 25% dengan waktu papar 20 menit dan tingkat

kematian nyamuk mencapai 60% (memenuhi LD50). 6.2. Saran

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu alternatif pengendalian vektor khususnya nyamuk Aedes spp sebagai insektisida nabati yang aman bagi lingkungan dan manusia.

(66)

 

DAFTAR PUSTAKA

Bina. Tim Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Buah Durian CV. Trama Widya. Bandung.

DjojoSumarto, Panut, 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Depkes RI, 2004. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik Gumantik. Ditjen PPM dan PL Jakarta. Depkes RI, 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Di Indonesia.

Ditjen PPMA & PL Jakarta.

Djunaedi, 2006, Demam Berdarah, MMM Press, Malang.

Depkes RI, 2009, Demam Berdarah Penyebab Kematian Terbesar di RI.

Depkes RI, 2009. DEPKES dan Telokmsal, Jalin Kerjasama Penanggul

Gambar

Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti
Gambar 3. Siklus hidup Nyamuk Aedes spp
Tabel 2.1. Daftar Istilah Toksisitas
Tabel 4.1 Hasil pengamatan Kematian nyamuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

gagasan Feminis yang diusung oleh Zainab ketika bergabung pada EFU ( Egyptian Feminist Unioin) di berupa upaya menyuarakan hak-hak wanita dengan segala norma

Puji Syukur saya haturkan kepada Tuhan YME karena atas berkat dan karunia- Nya, skripsi saya yang berjudul “ Strategi Militer Jepang Dan Cina Dalam Mempertahankan

[r]

Akta Pengangkutan Jalan, 1987 (Akta 333) dan Akta Pengangkutan Awam Darat, 2010 (Akta 715) tidak menyentuh keperluan-keperluan dari sudut kategori, lokasi dan jarak,

Rekomendasi yang dapat diberikan adalah kebijakan penyematan aspek vokasional secara hiden pada kurikulum program akademik perlu dipertahankan dan dikembangkan

Dewa Ketut Puspaka,

Yaitu gratifikasi yang diterima oleh Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang berhubungan dengan jabatannya dan tidak berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya

Biaya bahan bakar dan daya pembangkit tenaga listrik dari suatu sistem tenaga listrik dengan memperhitungkan susut daya pada saluran transmisi dapat