Lampiran I
KUESIONER PENELITIAN
Dengan Hormat,
Bersamaan ini saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi daftar
pertanyaan sebagai data agar dapat menyusun skripsi saya yang berjudul
“Dampak Relokasi Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum
Dan Sesudah Relokasi Ke Pasar Induk Di Kota Medan”. Saya mengharapkan
kesediaannya untuk menjawab dengan baik. Atas kerjasamanya, Saya ucapkan
terimakasih.
Identitas Responden
1. Nama Pengusaha :
2. Umur : ………tahun
3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Wanita
4. Pendidikan : a. SD c. SMA e. Sarjana
b. SMP d. Diploma
Mohon berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban sesuai pilihan
Bapak/Ibu.
Pertanyaan Modal
1. Apakah modal usaha pada awal berdagang berasal dari dana sendiri?
2. Bapak/Ibu memperoleh modal usaha dari pinjaman?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah jumlah modal yang bapak/ibu gunakan cukup untuk pengadaan
sarana dan prasarana lain (alat-alat yang digunakan untuk berdagang)?
a. Ya b. Tidak
Jam Berdagang
4. Berapa lama dalam sehari bapak/ibu/saudara/i berdagang di pasar Induk?
a. 5 jam c. 7 jam
b. 6 jam d. 8 jam
5. Dimulai dari jam berapa bapak/ibu mulai membuka kios di pasar Induk?
a. Jam 04.00 c. Jam 06.00
b. Jam 05.00 d. Lainnya Jam …….
6. Berapa hari dalam seminggu Bapak/ibu berjualan di pasar Induk?
a. 1 – 2 hari c. 5 – 6 hari
b. 3 – 4 hari d. Setiap hari
Hari apa saja bapak/ibu berjualan...
7. Apakah Bapak/ibu berjualan dalam sehari tersebut dilakukan pada
jam-jam tertentu saja ?
Lokasi
8. Apakah lokasi pasar sekarang strategis?
a. Sangat strategis c. Tidak Strategis
b. Strategis d. Sangat Tidak Strategis
Apa alasan lokasi pasar strategis…...
9. Bagaimana kondisi keamanan pasar ini menurut bapak/ibu/saudara/i, setelah
pasar di relokasi?
a. Sangat aman c. Tidak Aman
b. Aman d. Sangat Tidak Aman
10. Menurut bapak/ibu/saudara/i, bagaimana kondisi fasilitas-fasilitas di pasar
ini?
a. Sangat Baik c. Tidak Baik
b. Baik d. Sangat Tidak Baik
11. Menurut bapak/ibu/saudara/i, apakah letak pasar terjangkau oleh pembeli?
a. Sangat terjangkau c. Tidak terjangkau
b. Terjangkau d. Sangat tidak terjangkau
12. Apakah transportasi mudah diperoleh untuk pergi kepasar?
a. Sangat mudah c. Tidak mudah
Pendapatan
13. Apakah pedagang mudah memperoleh keuntungan dilokasi pasar yang baru?
a. Sangat mudah c. Tidak mudah
b. Mudah d. Sangat Tidak mudah
Berapa keuntungan yang diperoleh sebelum pasar relokasi... /hari Berapa keuntungan yang diperoleh sesudah pasar relokasi………... /hari 14. Apakah pendapatan bapak/ibu/saudara/i meningkat setelah pasar di relokasi?
a. Sangat meningkat c. Tetap
b. Meningkat d. Menurun
Berapa pendapatan yang diperoleh sebelum pasar relokasi... /hari Berapa pendapatan yang diperoleh sesudah pasar relokasi……... /hari 15. Apakah bapak/ibu/saudara/i mudah memperoleh pendapatan tambahan
setelahpasar di relokasi?
a. Sangat mudah c. Tidak mudah
41 Gabiel 55 L SMA
42 Desi 41 P SMP
43 Salvia 51 P SMP
44 Indah 50 P SMP
45 Mande 60 P SMP
46 Juna 52 L SD
47 Rosmita 41 P SMP
48 Bambang 39 L SMP
49 Sisi 36 P SMP
LAMPIRAN III
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Deleted
Keuntungan_Sebelum 288400.00 50 129651.967 18335.557
Keuntungan_Sesudah 151800.00 50 80195.934 11341.418
Pair 2
Pendapatan_Sebelum 891000.00 50 706001.243 99843.653
Pendapatan_Sesudah 505200.00 50 386487.268 54657.554
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Keuntungan_Sebelum & Keuntungan_Sesudah 50 .711 .000
Paired Samples Test
Paired Differences t d
f
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Laki-Laki 25 50.0 50.0 50.0
Perempuan 25 50.0 50.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 50 100.0 100.0 100.0
ModaUsahaPinjaman
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ya 18 36.0 36.0 36.0
Tidak 32 64.0 64.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
ModalCukupAtauTidak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ya 28 56.0 56.0 56.0
Tidak 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
LamaBerdagang
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 8 jam 50 100.0 100.0 100.0
JamJualan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
BerapaHari
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 50 100.0 100.0 100.0
LokasiStrategis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat Baik 16 32.0 32.0 32.0
Baik 34 68.0 68.0 100.0
LetakPasarTerjangkau
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Mdah 17 34.0 34.0 34.0
Tidak Mudah 32 64.0 64.0 98.0
Lampiran IV
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Sri, & Kadarusman, Y.B. 2003.Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Arikunto, Suharmi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan dan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bisnis, Sumatera. 2015. Direlokasi, Pedagang Minta Pemko Medan Konsisten, Blog: Sumatera Bisnis
Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Bielefeld: PT Raja Grafindo Persada.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fathoni, 2003.Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Rineka
Gilarso, T. 1998. Ekonomi Indonesia sebuah pengantar. Kanisius. Yogyakarta.
Laksono, Rudi. 2013. Analisis Relokasi Pedagang Pasar Ngarsopuro di Kota Surakarta. Skripsi: Universitas Sebelas Maret.
Pardede. 2015. Persepsi Pedagang terhadap Perencanaan Relokasi (PUSAT PASAR) Medan Tahun 2015/2016. Skripsi: Universitas Sumatera Utara.
Pratama, Aditya. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Setelah Relokasi di Pasar Purwoyoso. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Samuelson dan Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi Edisi Ketujuh Belas.
Jakarta: PT Media Global Edukasi.
Soeharno,TS. 2006. Teori Mikroekonomi. Yogyakarta : ANDI
Sugioyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta
Suharsini, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tarigan, S. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
metode kuantitatif. Menurut Nawawi dan Martini (1994) mendefinisikan
metode deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif
atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan
kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.Untuk
menguji data kuantitatif dari penelitian ini digunakan uji Validitas dan uji
Reliabilitas. Serta digunakan uji t berpasangan (paired t test).
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji mengenai dampak pendapatan
pedagang pasar sentral sebelum dan sesudah relokasi.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Sebagaimana judul penelitian ini “Dampak Relokasi Pasar
Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum dan Sesudah
Relokasi ke Pasar Induk di Kota Medan” maka penelitian ini dilakukan di
Pasar Induk Lau Cih. Tempo waktu penelitian direncanakan mulai
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang
ciri-cirinya akan diduga. (Masri Singarimbun, 1995). Adapun populasi
penelitian ini adalah para pedagang Pasar Sentral yang telah di relokasi ke
Pasar Induk Lau Cih. Namun, jumlahnya tidak diketahui secara pasti di
karenakan tidak terdapat data yang real.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah unit yang akan diteliti atau dianalisa (Masri
Singarimbun, 1995). Sampel penelitian diambil disebabkan berbagai
keterbatasan yang dihadapi peneliti. Dalam penelitian ini, sampel kajian
diambil sebanyak 50 orang pedagang Pasar Induk Lau Cih dengan cara
Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah metode pengambilan
sampel secara sengaja berdasarkan karakteristik, sifat, ciri tertentu dari
sampel yang dianggap dapat mewakili karakteristik dari populasi yang
ada. Purposive Sampling digunakan karena populasi pedagang Pasar
Sentral di Pasar Induk yang tidak diketahui secara real.
Adapun kriteria yang ditetapkan peneliti untuk menentukan
sample adalah:
1. Para pedagang yang sebelumnya di relokasi dari Pasar Sentral ke
Pasar Induk.
2. Mempunyai tempat dagang yang tetap (permanen) / tidak
3. Telah beroperasi dari sebelum di relokasi dari Pasar Sentral dan
masih aktif beroperasi sampai setelah di relokasi.
Dalam penelitian ini, tidak ada rumus tertentu untuk
mendapatkan angka 50 ini, sebab jumlah populasinya juga tidak diketahui.
Angka ini merupakan “judgement”peneliti saja dengan berbagai alasan.
Antara lain :
1. Menurut Roscoe dan Sugiono (2004) ukuran sampel yang layak
dalam penelitian adalah antara 30-500 orang. Dengan demikian
jumlah sampel penelitian ini telah sesuai bahkan sampel penelitian
ini lebih besar lagi.
2. Sampel sebanyak 50 orang diyakini sangat representif untuk
mewakili keseluruhan pedagang Pasar Induk. Dengan jumlah sampel
sebanyak 50 ini diyakini akan diperoleh data dan informasi yang
tepat dan objektif dan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya
tentang masalah atau fenomena yang diteliti.
3. Sekiranya sampelnya lebih banyak lagi maka peneliti diyakini akan
menghadapi berbagai kendala dan hambatan seperti keterbatasan
dana, waktu, dan sebagainya.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Sesuai dengan sifat dan kategori penelitian ini yakni
primer. Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei
lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data
original (Kuncoro, 2009 : 148). Data primer ini diperoleh dengan
cara memberikan kuisioner/angket kepada para pedagang Pasar
Induk di Lau Cih. Keseluruhan responden diminta mengisi angket
yang bersifat campuran antara angket langsung dan angket tidak
langsung. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan merupakan
kombinasi pertanyaan pilihan berganda (multiple choice), pertanyaan
dua pilihan (force choice) dan beberapa pertanyaan yang bersifat
terbuka (open question) yang kesemuanya disusun dengan teliti dan
hati-hati untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan. Selain itu,
diketengahkan juga pertanyaan yang bersifat counter checking
terhadap jawaban responden sehingga kebenaran informasi yang
diperoleh lebih akurat.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna
data Agar penelitian ini lebih sempurna maka data-data primer yang
diperoleh dari 50 responden akan dipadukan dengan data-data
sekunder yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan
terhadap bahan-bahan publikasi resmi seperti buku-buku, majalah,
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data secara teknik menunjukkan bagaimana
cara mendapatkan atau mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam
penelitian yang dimaksud. Metode pengumpulan data dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan terpercaya, adapun
metode yang digunakan adalah:
a. Metode Angket
Metode angket adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang responden ketahui (Arikunto,
Suharmi,2006:151). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data
atau keterangan dari responden dengan memberikan daftar
pertanyaan secara tertulis.
b. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan untuk melengkapi angket atau kusionner,
yaitu jika responden tidak dapat menjawab angket atau kuisioner
secara langsung karena keterbatasan kemampuan dalam memahami
angket atau kusioner, maka keadaan seperti ini wawancara perlu
digunakan dengan pedoman pada pernyataan yang terdapat dalam
kuisioner.
3.7 Definisi Variabel Penelitian dan Batasan Operasional
Menurut Suharmi Arikunto (2006:118), variabel adalah objek
dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka variabel dalam
penelitian ini adalah Pendapatan Sebelum relokasi dengan Pendapatan
Sesudah relokasi.
Variabel Penelitian saya adalah Pendapatan yang dihitung dengan
skala likert. Pendapatan Sebelum Pasar Direlokasi dengan Pendapatan
Sesudah Direlokasi di uji dengan uji t berpasanagan. Batasan Operasional
dari penelitian saya adalah pendapatan sebelum relokasi dan pendapatan
sesudah relokasi.
3.8 Instrumen Penelitian 3.8.1 Validitas
Pengujian Validitas bertujuan agar data yang diambil benar-benar
valid, yakni benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Kemudian,
instrumen itu harus reliable, artinya “konstan” dalam pengambilan data
(Syahri,2003;335).
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS
21.00 untuk menguji kestabilan butir. Kriteria yang digunakan untuk
menguji kestabilan butir yaitu sebagai berikut:
a. Jika rhitung > rtabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka
pertanyaan dikatakan valid
b. Jika rhitung < rtabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka
Tabel 3.1
Sumber : di olah dari data primer
Berdasarkan tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa seluruh
pertanyaan instrumen adalah valid. Hal ini dapat dilihat dari rhitung output
nilai korelasi antara tiap pertanyaan memiliki nilai lebih besar dari rtabel
sehingga memenuhi persyaratan untuk valid yaitu rhitung > rtabel dengan
taraf signifikansi 0,05.
3.8.2 Reliabilitas
Pengujian Reliablitas adalah berkaitan dengan masalah adanya
kepercayaan terhadap alat test (instrument). Suatu instrumen dapat
memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi jika hasil pengujian
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu
instrumen dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan uji
Alpha Cronback. Kriteria yang digunakan untuk mengetahuinya adalah :
a. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka pertanyaan reliabel.
b. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,6 maka pertanyaan tidak reliable
hal ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2
Uji Realibilitas Instrumen
Item Pertanyaan Cronbach’s Alpha Keterangan
X1 0,736 Reliable
Sumber : di olah dari data primer
Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat diketahui bahwa nilai
Cronbach’s Alpha dari seluruh instrumen yang diujikan nilainya sudah
diatas 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen dalam
3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Uji t Berpasangan
Untuk menguji hipotesis digunakan analisis Uji t berpasangan
(paired t test). Uji t berpasangan adalah salah satu metode pengujian
hipotesis dimanadata yang digunakan tidak bebas (berpasangan).
Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah
satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda
(Hutabarat, 2009). Uji t Berpasangan digunakan sebagai uji beda
terhadap data yang diteliti yang berasal dari sejumlah responden yang
sama pada suatu kelompok danberkaitan dengan periode waktu
pengamatan yang berbeda (sebelum dan sesudah relokasi pedagang Pasar
Sentral ke Pasar Induk). Uji t berpasangan dalam penelitian ini, akan
menguji apakah ada perbedaan nyata pada variabel-variabel yang
diamati pada waktu awal periode pengamatan dan pada akhir periode
waktu pengamatan. Dasar pengambilan keputusan adalah Jika level
signifikansi > 0,005, maka Ho diterima, jika signifikansi < 0,005 maka
Ha diterima, signifikansi dalam penelitian ini juga akan dilihat dengan
cara membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan kriteria uji
sebagai berikut:
t hitung ≤ t tabel H0 diterima (Ha ditolak)
-t hitung > - t tabel H0 diterima (Ha ditolak)
t hitung > t tabel H0 ditolak (Ha diterima)
Keterangan
1. (Ho): Diduga tidak ada dampak relokasi pasar terhadap
pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih.
2. (Ha): Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Kota Medan
Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia
setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di
wilayah dataran rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan
ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui
oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di
Selat Malaka.
Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan
98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan
timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di
sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini
menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan
perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional.
Kota Medan berdekatan dengan Kabupaten Deli Serdang dengan jarak 29
Km dengan waktu tempuh ±1 jam dan berdekatan dengan Kota Binjai
dengan jarak 22 Km dengan waktu tempuh ± 1 jm. Kota Medan beriklim
tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu
udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kota Medan
No Kecamatan Luas (Km²) Presentase(%)
1. Medan Tuntungan 20,68 7,80
Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan yang terluas
adalah Kecamatan Labuhan dengan luas sebesar 36,67 km². Berdasarkan
Tabel 4.1 juga dapat disimpulkan bahwa luas Kota Medan secara
keseluruhan adalah sebesar 265,10 km².
4.1.2 Pasar Induk Lau Cih Kota Medan
Operasional
Kecamatan Medan Tuntungan, seluas 12 hektare, yang telah dibangun
yang menelan biaya Rp 59 miliar tersebut juga belum dapat ditentukan
Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Daya tampung pasar induk tersebut
lebih kurang 1.208 pedagang. Artinya kurang 632 dari jumlah pedagang di
seputaran Pasar Sutomo yang menjadi target pemindahan pedagang ke
Pasar Induk di Lau Cih tersebut. Jumlah pedagang yang tercatat mencapai
1.840 orang. Dilihat kondisi bangunan dan luasnya areal Pasar Induk, 632
pedagang ini dapat kita tampung untuk sementara menunggu dibangunnya
tempat yang permanen. Dari hasil pendataan yang telah kita lakukan, 95%
pedagang Pasar Sutomo telah menyatakan kesediaan mereka pindah ke
Pasar Induk Tuntungan. 58 pegawai PD Pasar telah di pilih untuk
mengelola Pasar Induk tersebut Pasar Induk Lau Cih merupakan pasar
yang memiliki lahan seluas sekitar 12 hektar dan menjadi salah satu model
percontohan pasar induk tradisional modern terbaik di kota Medan dan
mampu menampung semua kebutuhan masyarakat akan sayur dan buah.
Pasar ini merupakan pasar yang memiliki 720 unit grosir, 320 unit sub
grosir serta 56 unit wisata buah. Selain sayur dan buah rencananya akan
menyediakan sembilan bahan pokok (sembako) agar pasar ini dapat
memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat kota Medan.
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1 Analisis Deskriptif Data
4.2.1.1 Umur Pedagang
Deskripsi pedagang sampel menurut umur dapat dilihat
Tabel 4.2 Umur Pedagang
No Rentang Umur Frekuensi Persentase
1 30-39 tahun 14 28%
2 40-49 tahun 20 40%
3 50-59 tahun 15 30%
4 > 60 tahun 1 2%
Jumlah 50 100%
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 4.2 di atas dapat disajikan dalam bentuk Histogram
sebagai berikut :
Gambar 4.1 Umur Pedagang
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 diketahui bahwa
umur pedagang sampel pada kelompok umur 30-39 tahun
berjumlah 14 pedagang atau sebesar 28%, pada kelompok umur
40-49 tahun berjumlah 20 pedagang atau sebesar 40%, pada
kelompok umur 50-59 tahun berjumlah 15 pedagang atau sebesar
30%, pada kelompok umur lebih dari 60 tahun berjumlah 1
pedagang atau sebesar 2%. Ini menunjukkan bahwa kebanyakan
pedagang sampel berada pada kelompok umur usia produktif.
4.2.1.2 Pendidikan Terakhir Pedagang
Deskripsi pedagang sampel menurut pendidikan terakhir
pedagang dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3
Pendidikan Terakhir Pedagang
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 SD 5 10%
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 4.3 di atas dapat di sajikan dalam bentuk Histogram
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 dapat diketahui
bahwa pendidikan pedagang yang lulus SD adalah berjumlah 5
pedagang atau sebesar 10%, pedagang yang lulus SMP adalah
berjumlah 24 pedagang atau sebesar 48%, pedagang yang lulus
SMA adalah berjumlah 16 pedagang atau sebesar 32%, pedagang
yang lulus Diploma adalah berjumlah 2 pedagang atau sebesar 4%,
pedagang yang lulus Sarjana adalah berjumlah 3 pedagang atau
sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
pedagang sampel sangat rendah. Rendahnya pendidikan inilah
yang mendorong seseorang untuk bekerja pada sektor perdagangan
,yang diperlukan hanya keterampilan dan pengalaman berdagang.
4.2.1.3 Jenis Kelamin Pedagang
Deskripsi pedagang sampel menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4
Jenis Kelamin Pedagang
No Jenis Kelamin F Persentase
1 Laki-Laki 25 50%
2 Perempuan 25 50%
Jumlah 50 100%
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 4.4 di atas dapat disajikan dalam bentuk Histogram
Gambar 4.3 Jenis Kelamin Pedagang
Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.3 di atas diketahui
bahwa pedagang yang berjenis laki-laki sebesar 25 orang atau 50%
sama dengan jenis kelamin perempuan sebesar 25 orang atau 50 %.
Hasil tersebut menimpulkan bahwa responden saya sama
banyaknya baik laki-laki maupun perempuan.
4.2.1.4Sumber Modal Awal
Deskripsi pedagang sampel menurut sumber modal awal
dapat dilihat dapat diketahui dari 50 orang diperoleh keterangan
tentang modal pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan sebagai
berikut bahwa 50 orang (100%) berpendapat bahwa sumber modal
awal berdagang pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan
berasal dari dari dana sendiri dan gunakan untuk pengadaan sarana
dan prasarana lain (alat – alat yang digunakan untuk berdagang).
Hal inilah yang cukup memberatkan bagi para pedagang di
karenakan seluruh pedagang menggunakan modal sendiri dan tidak
adanya pinjaman dari luar untuk mengembangkan usaha dagang
mereka.
4.2.1.5 Sumber Modal Usaha Tambahan (Pinjaman)
Deskripsi pedagang sampel menurut sumber modal usaha
tambahan apakah berasal dari dana sendiri atau dana pinjaman
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5
Sumber Modal Usaha Tambahan (Pinjaman)
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Ya 18 36%
2 Tidak 32 64%
Jumlah 50 100%
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui dari 50 orang
di peroleh keterangan tentang sumber modal usaha tambahan
(pinjaman) Pasar Induk Lau Cih Kota Medan sebagai berikut 18
orang (36%) berpendapat bahwa pedagang mendapatkan modal
tambahan dari pinjaman sedangkan 32 orang (64%) berpendapat
bahwa pedagang tidak mendapatkan modal tambahan dari
pinjaman melainkan dari modal sendiri.
4.2.1.6 Kecukupan Modal
Deskripsi pedagang sampel menurut kecukupan modal
Tabel 4.6
Sumber : di olah dari data primer
Tabel 4.6 di atas dapat di tampilkan dalam bentuk
Histogram sebagai berikut :
Gambar 4.4 Kecukupan Modal
Berdasarkan tabel 4.6 dan Gambar 4.4 dapat diketahui dari
50 orang diperoleh keterangan tentang modal cukup atau tidak
pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan sebagai berikut,
Sebanyak 28 orang (56%) berpendapat bahwa modal cukup untuk
berdagang di Pasar Induk Lau Cih Kota Medan sangat baik.
Sebanyak 22 orang (44%) berpendapat bahwa modal tidak cukup
untuk berdagang di Pasar Induk Lau Cih Kota Medan.
4.2.1.7Durasi Berdagang Dalam Sehari
Deskripsi pedagang sampel menurut durasi berdagang
dalam sehari yang diketahui dari 50 orang diperoleh keterangan
tentang durasi berdagang dalam sehari pedagang Pasar Induk Lau
Cih Kota Medan sebagai berikut yaitu sebanyak 50 orang (100%)
berpendapat bahwa pedagang pasar Induk Lau Cih Kota Medan
berjualan selama 8 jam dalam sehari.
4.2.1.8 Waktu Mulai Jam Berdagang
Deskripsi pedagang sampel menurut waktu mulai jam
berdagang yang diketahui dari 50 responden diperoleh keterangan
tentang waktu mulai jam berjualan di mulai pada jam yang tidak
ditentukan dan mayoritas mulai berjualan pada pukul 24.00 tengah
malam sampai pagi sebanyak 50 orang (100%). Dari data tersebut
dapat diperoleh bahwa mayoritas pedagang berjualan mulai tengah
malam.
4.2.1.9 Jumlah Hari Berdagang
Deskripsi pedagang sampel menurut berapa hari berdagang
para pedagang pasar Induk Lau Cih Kota Medan yang diperoleh
Tabel 4.7
Sumber : diolah dari data primer
Dari tabel 4.7 tentang jumlah hari berjualan dapat ditampilkan
dalam bentuk histogram sebagai berikut :
Gambar 4.5 Jumlah Hari Berjualan
Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.5 diketahui dari 50
responden diperoleh keterangan tentang berapa hari berjualan para
pedagang pasar induk Lau Cih Kota Medan. Dari data tersebut
dapat diperoleh bahwa para pedagang berjualan selama 5-6 hari
sebanyak 23 orang (46%). Kemudian sisanya sebanyak 27 orang
(54%) berjualan setiap hari yaitu hari senin sampai hari minggu.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa para pedagang
berjualan secara konsisten setiap minggunya terkecuali pada hari
hari besar.
4.2.1.10 Waktu Aktif Berdagang
Deskripsi pedagang sampel menurut waktu berjualan jam
tertentu saja dari data peneliti dapat diperoleh bahwa sebanyak 50
responden (100%) mayoritas pedagang berjualan pada jam jam
tertentu saja dikarenakan juga pasar induk Lau Cih Kota Medan
beroperasi pada jam jam tertentu saja yaitu pada tengah malam
sampai pagi sehingga para pedagang juga harus berjualan pada jam
jam tertentu saja.
4.2.1.11 Lokasi Pasar
Deskripsi pedagang sampel menurut lokasi pasar pedagang
Pasar Induk Lau Cih Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.8
berikut ini:
Tabel 4.8 Lokasi Pasar
No Kategori F Persentase
1 Sangat Strategis 0 0%
2 Strategis 29 58%
3 Tidak Strategis 21 42%
4 Sangat Tidak Strategis 0 0%
Jumlah 50 100%
Tabel 4.8 tentang deskripsi lokasi pasar dapat di sajikan
dalam bentuk chart sebagai berikut :
Gambar 4.6 Lokasi Pasar
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.6 diketahui dari 50
responden diperoleh keterangan tentang bagaimana lokasi
berjualan para pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan. Dari
data tersebut dapat diperoleh bahwa sebanyak 29 responden (58%)
pedagang mengatakan bahwa lokasi pasar induk Lau Cih Kota
Medan strategis, sebanyak 21 responden (42%) pedagang
mengatakan bahwa lokasi pasar Induk Lau Cih Kota Medan tidak
strategis. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
responden mengatakan lokasi Pasar Induk Lau Cih strategis
dikarenakan sebagian besar reponden berdomisili di dekat Pasar
Induk Lau Cih Kota Medan.
Sangat Strategis
Strategis
Tidak Strategis
4.2.1.12 Kondisi Keamanan Pasar
Deskripsi pedagang sampel menurut kondisi keamanan
Pasar Induk Lau Cih Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.9
berikut ini:
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 4.9 tentang deskripsi kondisi keamanan pasar dapat
disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut :
Gambar 4.7
Kondisi Keamanan Pasar
Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.7 diketahui dari 50
responden diperoleh keterangan tentang kondisi keamanan pasar.
Dari data tersebut dapat diperoleh sebanyak 10 responden (20%)
menyatakan bahwa kondisi keamanan pasar induk Lau Cih Kota
Medan sangat aman,sebanyak 34 responden (68%) menyatakan
bahwa kondisi kemanan pasar Induk Lau Cih Kota Medan aman,
dan sebanyak 6 responden (12%) menyatakan bahwa kondisi
keamanan Pasar Induk Lau Cih Kota Medan tidak aman. Dari data
tersebut dapat kita simpulkan bahwa sebagian besar responden
menyatakan bahwa kondisi keamanan pasar Induk Lau Cih Kota
Medan itu Aman dan mampu mendukung kegiatan jual beli di
pasar tersebut.
4.2.1.13 Kondisi Fasilitas Pasar
Deskripsi pedagang sampel menurut kondisi fasilitas Pasar
Induk Lau Cih Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut
ini:
Tabel 4.10
Deskripsi Kondisi Fasilitas Pasar
No Kategori F Persentase
1 Sangat Baik 16 32%
2 Baik 34 68%
3 Tidak Baik 0 0%
4 Sangat Tidak Baik 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 4.10 tentang deskripsi kondisi fasilitas pasar dapat
Gambar 4.8 Kondisi Fasilitas Pasar
Berdasarkan tabel 4.10 dan gambar 4.8 diketahui dari 50
responden diperoleh keterangan tentang kondisi fasilitas pasar
Induk Lau Cih Kota Medan. Dari data tersebut dapat diperoleh
bahwa sebanyak 16 responden (32%) pedagang menyatakan bahwa
kondisi fasilitas Pasar Induk Lau Cih Kota Medan itu sangat baik,
sebanyak 34 responden (68%) pedagang menyatakan bahwa
kondisi fasilitas Pasar Induk Lau Cih Kota Medan itu baik. Dari
data responden tersebut dapat kita simpulkan mayoritas pedagang
Pasar Induk Lau Cih Kota Medan itu menyatakan bahwa kondisi
fasilitas Pasar Induk Lau Cih Kota Medan termasuk dalam kategori
baik dan mendukung kegiatan jual beli di pasar tersebut.
4.2.1.14 Gambaran Letak Pasar Bagi Pembeli
Deskripsi pedagang sampel menurut gambaran letak pasar
bagi pembeli dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 4.11 tentang gambaran letak pasar bagi pembeli
dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
Gambar 4.9
Gambaran Letak Pasar Bagi Pembeli
Berdasarkan tabel 4.11 dan gambar 4.9 diketahui dari 50
responden diperoleh keterangan tentang gambaran letak pasar bagi
pembeli. Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa sebanyak 33
responden (66%) menyatakan bahwa letak pasar Induk Lau Cih
Kota Medan termasuk terjangkau bagi para pembeli, sebanyak 17
responden (34%) menyatakan bahwa letak pasar Induk Lau Cih
Kota Medan termasuk tidak terjangkau bagi para pembeli. Dari
data responden tersebut dapat kita seimpulkan bahwa mayoritas
pedagang menyatakan bahwa letas pesar Induk Lau Cih Kota
Medan termasuk terjangkau bagi para pembeli menurut para
responden.
4.2.1.15 Akses Transportasi
Deskripsi pedagang sampel menurut akses transportasi
dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:
Tabel 4.12
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 4.12 dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai
berikut :
Gambar 4.10 Akses Transportasi
Berdasarkan tabel 4.12 dan gambar 4.10 diketahui dari 50
responden diperoleh keterangan tentang bagaimana akses
transportasi di Pasar Induk Lau Cih Kota Medan. Dari data tersebut
dapat diperoleh bahwa sebanyak 29 responden (58%) pedagang
menyatakan bahwa transportasi mudah ke pasar Induk Lau Cih
Kota Medan, sebanyak 21 responden (42%) menyatakan bahwa
transportasi tidak mudah untuk ke Pasar Induk Lau Cih Kota
Medan. Dari data responden tersebut dapat disimpulkan bahwa
sebagian responden menyatakan mudah transpotasi menuju pasar
Induk Lau Cih Kota Medan, sebagian lagi menyatakan tidak
mudah dikarenakan kurangnya akses menuju pasar seperti
angkutan umum ataupun becak.
4.2.1.16 Gambaran Pedagang Memperoleh Keuntungan
Deskripsi pedagang sampel menurut gambaran memperoleh
keuntungan dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13
Gambaran Pedagang Memperoleh Keutungan
No Kategori F Persentase
1 Sangat Mudah 0 0%
2 Mudah 17 34%
3 Tidak Mudah 32 64%
4 Sangat Tidak Mudah 1 2%
Jumlah 50 100%
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 4.13 di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram
Gambar 4.11
Gambaran Pedagang Memperoleh Keuntungan
Berdasarkan tabel 4.13 dan Gambar 4.11 diketahui dari 50
responden diperoleh keterangan tentang gambaran pedagang
memperoleh keuntungan. Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa
sebanyak 17 responden (34%) pedagang menyatakan bahwa
mudah memperoleh keuntungan di pasar Induk Lau Cih Kota
Medan, sebanyak 32 responden (64%) pedagang menyatakan
bahwa tidak mudah memperoleh keuntungan di pasar Induk Lau
Cih Kota Medan,sebanyak 1 responden (2%) menyatakan bahwa
sangat tidak mudah memperoleh keuntungan di pasar Induk Lau
Cih Kota Medan. Dari data responden tersebut dapat disimpulkan
bahwa sulit memperoleh keuntungan di pasar Induk Lau Cih Kota
Medan.
4.2.1.17 Kondisi Pendapatan Pedagang
Deskripsi pedagang sampel menurut pendapatan dapat
dilihat pada tabel 4.14 berikut ini:
Tabel 4.14
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 4.14 di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram
sebagai berikut :
Gambar 4.12
Kondisi Pendapatan Pedagang
Berdasarkan tabel 4.14 dan gambar 4.12 Dari data tersebut
dapat diperoleh hasil bahwa sebanyak 1 responden (2%) pedagang
menyatakan bahwa pendapatan meningkat di pasar Induk Lau Cih
Kota Medan, sebanyak 49 responden (98%) pedagang menyatakan
bahwa pendapatan menurun ketika berjualan di pasar Induk Lau
Cih Kota Medan. Dari data responden tersebut dapat disimpulkan
bahwa para pedagang banyak mengalami penurunan pendapatan
ketika berjualan di pasar Induk Lau Cih Kota Medan.
4.2.1.18 Gambaran Pedagang Memperoleh Pendapatan
Deskripsi pedagang sampel menurut deskripsi bagaimana
memperoleh pendapatan dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini:
Tabel 4.15
Gambaran Pedagang Memperoleh Pendapatan
No Kategori F Persentase
1 Sangat Mudah 0 0%
2 Mudah 17 34%
3 Tidak Mudah 32 64%
4 Sangat Tidak Mudah 1 2%
Jumlah 50 100%
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 4.15 Gambaran Pedagang Memperoleh Pendapatan
dapat di sajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut :
Gambar 4.13
Gambaran Pedagang Memperoleh Pendapatan
Berdasarkan tabel 4.15 dan gambar 4.13 diketahui dari 50
responden diperoleh gambaran pedagang memperoleh pendapatan.
Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa sebanyak 17 responden
(34%) pedagang menyatakan bahwa mudah memperoleh
pendapatan di pasar Induk Lau Cih Kota Medan, sebanyak 32
responden (64%) pedagang menyatakan bahwa tidak mudah
memperoleh pendapatan di pasar Induk Lau Cih Kota
Medan,sebanyak 1 responden (2%) menyatakan bahwa sangat
tidak mudah memperoleh pendapatan di pasar Induk Lau Cih Kota
Medan. Dari data responden tersebut dapat disimpulkan bahwa
sulit memperoleh pendapatan di pasar Induk Lau Cih Kota Medan.
4.2.2 Teknik Analisis Data 4.2.2.1 Uji Paired Sample t Test
Uji perbedaan rata – rata dua sampel digunakan untuk
menguji ada tidaknya perbedaan mean untuk dua sampel bebas
(independen) yang berpasangan. Adapun yang dimaksud
berpasangan adalah data pada sampel kedua merupakan perubahan
atau perbedaan dari data sampel pertama atau dengan kata lain
sebuah sampel dengan subjek sama mengalami dua perlakuan.
Bagian ini diperoleh hasil korelasi antara kedua variabel,
yang menghasilkan angka 0,711 dengan nilai probabilitas (sig.)
0,000. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara keuntungan
sebelum dan keuntungan sesudah relokasi berhubungan secara
nyata, karena nilai probabilitas < 0,05. Bagian ini juga diperoleh
hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka
0,926 dengan nilai probabilitas (sig.) 0,000. Hal ini menyatakan
bahwa korelasi antara pendapatan sebelum dan pendapatan sesudah
relokasi berhubungan secara nyata, karena nilai probabilitas
<0,005.
Tabel 4.17
Uji Paired Sample t Test
Mean T Df Sig.
Sumber : diolah dari data primer
1. (Ho): Diduga tidak ada dampak relokasi pasar terhadap
pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih.
2. (Ha): Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan
Terlihat bahwa thitung adalah 10,509 dengan nilai
probabilitas 0,000. Oleh karena probabilitas 0,000 < 0,005, maka Ho
ditolak, dan Ha diterima yang berarti ada dampak relokasi pasar
terhadap keuntungan pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan.
Dalam output juga disertakan perbedaan mean sebesar 136.600 yaitu
selisih rata – rata keuntungan sebelum dan keuntungan sesudah
relokasi.
Terlihat bahwa thitung adalah 7,225 dengan nilai
probabilitas 0,000. Oleh karena probabilitas 0,000 < 0,005, maka Ho
ditolak, dan Ha diterima yang berarti adalah ada dampak relokasi
terhadap pendapatan pedagang. Dalam output juga disertakan
perbedaan mean sebesar 385.800 yaitu selisih rata – rata pendapatan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Terlihat bahwa t hitung adalah 7,225 dengan nilai probabilitas
0,000. Oleh karena probabilitas 0,000 < 0,005, maka Ho ditolak,
dan Ha diterima yang berarti ada dampak relokasi pasar terhadap
pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih kota Medan. Dalam
output juga disertakan perbedaan mean sebesar 385.800 yaitu
selisih rata – rata pendapatan sebelum dan pendapatan sesudah
relokasi.
2. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan terdapat berbagai
tanggapan pedagang tentang relokasi Pasar Induk Lau Cih kota
Medan yaitu beberapa pedagang mengeluh mengenai harga sewa
tempat berjualan di lokasi Pasar Induk Lau Cih yang terlampau
mahal sehingga memberatkan sebagian pedagang yang di relokasi.
Kondisi Pasar Induk Lau Cih juga belum kondusif di karenakan
masih ada beberapa pedagang yang belum di relokasi ke Pasar
Induk Lau Cih Kota Medan menyebabkan sebagian langganan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada
pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan maka dapat diberikan
saran – saran sebagai berikut :
1. Untuk pemerintah setempat penulis menyarankan untuk
melakukan sosialisasi dan konsolidasi secara lebih terperinci
mengenai harga dengan para pedagang tentang relokasi pasar
yang akan di lakukan sehingga para pedagang dapat
mengetahui bahwasannya relokasi akan di lakukan dan
mengantisipasi bagaimana apa yang akan di lakukan
selanjutnya sehingga tidak merugikan satu pihak saja, dalam
hal ini para pedagang yang merasa dirugikan dengan mahalnya
harga sewa lokasi.
2. Untuk para pedagang, hendaknya menambah modal dari
pinjaman bank atapun bantuan kredit dari pemerintah sehingga
kebutuhan untuk perdagangan dapat dipenuhi sehingga
pedagang akan semakin berkembang dengan baik dan akan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pasar
Pasar merupakan suatu daerah dimana pembeli dan penjual saling
berhubungan satu sama lainya, untuk melakukan pertukaran barang
maupun jasa pada waktu-waktu tertentu. Menurut Peraturan Presiden RI
No. 112 Tahun 2007, pasar adalah area tempat jual beli barang dengan
jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat
perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan
maupun sebutanlainnya. Dari definisi ini, ada empat poin penting yang
menonjol yang menandai terbentuknya pasar, yaitu:
1. Ada penjual dan pembeli
2. Mereka bertemu di sebuah tempat tertentu
3. Terjadi kesepakatan di antara penjual dan pembeli, sehingga terjadi
jual beli atau tukar menukar
4. Antara penjual dan pembeli kedudukannya sederajat.
Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar tradisional adalah pasar
yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta,
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk
kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan
tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Lebih lanjut
menurut Perpres tersebut, pasar tradisional boleh berlokasi pada setiap
sistem jaringan jalan, termasuksistem jaringan jalan lokal atau jalan
lingkungan pada kawasan pelayanan bagian kota/kabupaten atau lokal atau
lingkungan (perumahan) di dalam kota/kabupaten.
Di dalam Perpres tersebut juga disebutkan bahwa toko modern
adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis
barang secara eceran dengan bentuk minimarket, supermarket, atau
department store. Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik
pengelolaan pasar modern dan pasar tradisional nampak dari lembaga
pengelolanya. Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola umumnya
ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakan bagian dari sistem birokrasi.
Sementara pasar modern, umumnya dikelola oleh profesional dengan
pendekatan bisnis. Selain itu, sistem pengelolaan pasar tradisional
umumnya terdesentralisasi di mana setiap pedagang mengatur sistem
bisnisnya masing-masing. Pada pasar modern, sistem pengelolaan lebih
terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengatur standar
pengelolaan bisnisnya.
Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud
secara fisik mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas (barang
dan jasa). (Sugiarto, 2002). Interaksi yang terjadi antara penjual dan
pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa)
penjual dan pembeli melakukan interaksi dapat dibedakan menjadi pasar
komoditas dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi antara
penjual dan pembeli dari suatu komoditas dalam menentuan jumlah dan
harga barang atau jasa yang diperjualbelikan. Pasar faktor adalah interaksi
antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para
pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah
faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan
barang-barang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industri adalah
kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang
sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar(Sugiarto,
2002: 35 dalam Rudi Laksono: 2013)
2.2 Pedagang
Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual belikan
produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Dalam ekonomi pedagang dibedakan menurut jalur
distribusi yang dilakukan, yaitu: a. Pedagang distributor (tunggal) yaitu
pedagang yang memegang hak distribusi atau produk dari perusahaan
tertentu. b. Pedagang (partai) besar yaitu pedagang yang membeli suatu
produk dalam jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada
pedagang lain. c. Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk
2.3 Pendapatan
Menurut (Gilarso: 1998) pendapatan atau penghasilan adalah
sebagai balas karya. Pendapatan sebagai balas karya terbagi dalam enam
kategori, yaitu :
1. Upah atau gaji adalah balas jasa untuk pekerjaan yang
dilaksanakan dalam hubungan kerja dengan orang atau instansi lain
(sebagai karyawan yang dibayar).
2. Laba usaha sendiri adalah balas karya untuk pekerjaan yang
dilakukan sebagai pengusaha, yaitu mengorganisir produksi, mengambil
keputusan tentang kombinasi faktor produksi serta menanggung
resikonya sendiri entah sebagai petani, buruh, maupun pedagang dan
sebagainya.
3. Laba Perusahaan (Perseroan) adalah laba yang diterima atau
diperoleh perusahaan yang berbentuk atau badan hukum.
4. Sewa adalah jasa yang diterima oleh pemilik atas penggunaan
hartanya seperti tanah, rumah atau barang-barang tahan lama.
5. Penghasilan campuran (Mixed Income) adalah penghasilan yang
diperoleh dari usaha seperti : petani, tukang, warungan, pengusaha kecil,
dan sebagainya disebut bukan laba, melainkan terdiri dari berbagai
kombinasi unsur-unsur pendapatan :
a. Sebagian merupakan upah untuk tenaga kerja sendiri.
b. Sebagian berupa sewa untuk tanah/ alat produksi yang
c. Sebagian merupakan bunga atas modalnya sendiri.
d. Sisanya berupa laba untuk usaha sendiri.
6. Bunga adalah balas jasa untuk pemakaian faktor produksi uang.
Besarnya balas jasa ini biasanya dihitung sebagai persen ( % ) dari modal
dan disebut tingkat atau dasar bunga (rate off) (Gilarso, 1998: 380)
2.4 Relokasi Pasar Tradisional
Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia diterjemahkan adalah
membangun kembali tempat yang baru, harta kekayaan, termasuk tanah
produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi
adanya obyek dan subyek yang terkena pajak dalam perencaan dan
pembangunan lokasi. Secara harafiah relokasi adalah penataan ulang
dengan tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat
yang baru.
Persamaan fungsi yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern
dan pasar tradisional menimbulkan persaingan antara keduanya dan juga
menimbulkan modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan
modern. Preferensi prioritas faktor internal, faktor eksternal, faktor
bertahan, dan daya tarik pusat perbelanjaan modern menyebabkan pasar
tradisional mengalami kondisi bertahan, kehancuran, maupun modernisasi.
Ketiganya ini dapat menyebabkan sebuah pasar tradisional dapat tetap
mempertahankan konsep dan fisik bangunannya sebagai pasar,
menyebabkan suatu pasar tradisional ke arah kehancuran (Andreas Y.C
dan Marinus W, 2006 dalam Hendra Widi Utomo 2011).
Mudrajad Kuncoro 2008, isu utama yang berkaitan dengan
perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut :
1. Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling
berdekatan.
2. Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke
wilayah pemukiman.
3. Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern
yang memberatkan pemasok barang.
4. Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu
ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, dikembangkan
berbagai upaya untuk mengembangkan pasar tradisional, antara lain
dengan mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk
pemberdayaan, meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola,
memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang
pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi,
serta mengevaluasi pengelolaan.
2.5 Penelitian Terdahulu
1. Haryanto, Doddy (2011) dalam penelitiannya yang berjudul
“Dampak Relokasi Kampus Universitas Diponegoro Terhadap
Tembalang)” menggunakan metode analisis data meliputi uji
validitas, uji reliabilitas, dan uji t berpasangan (paired t test)
menyatakan bahwa analisisBerdasarkan uji t berpasangan untuk
variabel jumlah konsumen untuk usaha makanan di sekitar kampus
Pleburan terjadi penurunan jumlah konsumen sebesar 53 %, untuk
kawasan kampus Tembalang terjadi peningkatan jumlah konsumen
sebesar 26%. Perhitungan uji t berpasangan untuk jumlah produksi
usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi kampus terjadi
penurunan jumlah produksi di sekitar kampus Pleburan sebesar
52% dan terjadi kenaikan 21% untuk usaha makanan di sekitar
kampus Tembalang. Untuk variabel tenaga kerja usaha makanan
sebelum dan sesudah relokasi kampus terjadi penurunan tenaga
kerja di sekitar kampus Pleburan sebesar 50% dan terjadi
peningkatan 33% di sekitar kampus Tembalang. Untuk variabel
omset penjualan usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi
kampus terjadi penurunan omset penjualan sebesar 60% dan terjadi
peningkatan 21% di sekitar kampus Tembalang. Untuk variabel
keuntungan usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi kampus
di sekitar kampus Pleburan terjadi penurunan sebesar 67% dan
terjadi peningkatan 33% di sekitar kampus Tembalang.
2. Laksono, Rudi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Relokasi Pedagang Pasar Ngarsopuro di Kota Surakarta”
pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah. Hal ini terjadi
karena frekuensi penjualan yang terjadi di dalam pasar yang
sekarang dengan lokasi yang berbeda mengakibatkan penurunan
frekuensi jual beli di masing-masing toko yang berada pada pasar
tersebut. Faktor lain yang ditemukan dalam survey lapangan adalah
bentuk bangunan pasar yang berbentuk gedung dan tertutup dari
luar, sehingga lokasi sering tidak diketahui oleh orang dan
pengguna di sekitar Jalan Ronggowarsito. Kurang publikasi dari
pemerintah daerah tentang adanya lokasi pasar baru pasar tersebut
yang menimbulkan efek ketidaktahuan masyarakat tentang lokasi
baru pasar yang sering disebut dengan pasar elektronik oleh
masyarakat Solo dan sekitarnya.
3. Pratama, Aditya (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Pasar Setelah Relokasi di Pasar Purwoyoso” menyatakan
bahwa modal berpengaruh terhadap pendapatan pedagang Pasar
Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang. Selain itu jam dagang
tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang Pasar Purwoyoso
Kecamatan Ngaliyan Semarang, lokasi berpengaruh terhadap
pendapatan pedangang Pasar Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan
Semarang. Kemudian Pedagang hendaknya melakukan menambah
sehingga pedagang akan semakin berkembang dengan baik dan
akan mendapatkan keuntungan lebih banyak. Dan dalam
menentukan lokasi berdagang seharusnya pihak pedagang lebih
memperhatikan keadaan, letak yang dekat dengan konsumen dan
yang jauh dengan konsumen harus memberikan pelayanan yang
lebih baik.
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konspetual ini menjelaskan bagaimana dampak relokasi
terhadap pendapatan pedagang di Pasar Induk Lau Cih sebelum dan
sesudah adanya relokasi dari Pemerintah Daerah Kota Medan. Relokasi
yang dilakukan pemerintah pada tahun 2015 menimbulkan permasalahan
apakah dampaknya bagi pedagang di Pasar Induk.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan kerangka konseptual, dan hasil-hasil penelitian
terdahulu, maka hipotesis yang disusun adalah sebagai berikut: Relokasi
Pasar Induk LauCih
Pendapatan SesudahRelokasi Pendapatan Sebelum Relokasi
1. (Ho): Diduga tidak ada dampak relokasi pasar terhadap
pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih.
2. (Ha): Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan
pedagang Pasar Induk Lau Cih.
Hipotesis Penelitian penulis adalah (Ha) di terima yaitu
Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan pedagang
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar yang merupakan tempat dimana pedagang (penjual) dan
pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana
masyarakat bisa menjual barang, jasa, dan tenaga kerja dengan mendapatkan
imbalan uang. Menurut kualitas pelayanannya pasar dapat digolongkan
menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Menurut sifat
pendistribusiannya pasar dapat digolongkan menjadi dua yaitu pasar eceran
dan grosir. Pasar tradional yang pada umumnya dimiliki oleh pemerintah,
terjadi interaksi langsung antara penjual dan pembeli dengan proses tawar
menawar.
Kegiatan pasar juga merupakan kegiatan dari bagian perekonomian
yang dapat diukur dengan meraknya pembangunan perdagangan.
Keberadaan pasar ini merupakan indikator ekonomi yang paling nyata
kegiatan ekonomi masyarakat pada suatu daerah. Selain itu jika dilihat dari
sisi kepentingan ekonomi apabila semakin meningkatnya jumlah pasar
perdagangan baik yang tradisional maupun yang modern akan mondorong
terciptanya peluang kerja bagi banyak orang. Kegiatan pasar juga dapat ikut
serta dalam mengentaskan masalah pengangguran dan kemiskinan.
Perkembangan perekonomian kota sangat ditentukan oleh lajunya
yang sampai saat ini tetap eksis di lingkungan perdesaan maupun perkotaan
adalah pasar tradisional. Sifat khas pasar tradisional memiliki fungsi penting
yang keberadaannya tidak pernah bisa tergantikan oleh pasar modern.
Namun pasar tradisional juga memiliki kelemahan yang telah menjadi
karakter dasar yang sangat sulit diubah, mulai dari faktor desain, tata
ruang, tata letak, dan tampilan yang tidak sebaik pusat perbelanjaan
modern, alokasi waktu operasional yang relatif terbatas, kurangnya
teknologi yang digunakan, kualitas barang yang kurang baik, kurangnya
promosi penjualan, rendahnya tingkat keamanan, kesemerawutan parkir,
hingga berbagai isu yang merusak citra pasar tradisional seperti maraknya
informasi produk barang yang menggunakan zat kimia berbahaya, praktek
penjualan daging oplosan, serta kecurangan-kecurangan lain dalam
aktivitas penjualan dan perdagangan. Kompleksitas kelemahan pasar
tradisional tersebut menyebabkan konsumen beralih dari pasar tradisional ke
pusat perbelanjaan modern.
Pasar tradisional memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh
pusat perbelanjaan modern yaitu adanya sistem tawar menawar yang
menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli. Di pasar tradisional
terdapat suatu komunikasi yang tidak akan ditemui di pusat perbelanjaan
modern. Sistem tawar menawar dalam transaksi jual beli di pasar
tradisional membuat suatu hubungan tersendiri antar penjual dan
barang sudah ditetapkan dan tidak ada komunikasi antara penjual dan
pembeli.
Program relokasi ini diarahkan untuk menerapkan dan mengadopsi
manajemen pusat perbelanjaan modern, terutama berkaitan dengan
penanganan kebersihan. Program relokasi ini diharapkan mampu mengatasi
kelemahan utama pasar tradisional yang identik dengan masalah kotor,
becek, dan bau sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah
pengunjung pasar. Dengan bertambahnya jumlah pengunjung, maka
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pedagang.
Agar pasar tradisional tidak terkesan kumuh, maka Pemerintah Kota
Medan mengambil sebuah kebijakan untuk menata pasar tradisional menjadi
pasar semi modern. Tahun 2015, Pemerintah Kota Medan telah berhasil
menata pedagang Pasar Sentral yang di relokasi ke Pasar Induk kecamatan
Medan Tuntungan. Pasar Induk merupakan pasar tradisional, di bangun di
atas tanah seluas 12 hektare, terdapat 1.150 kios, tetapi pada pendataan yang
dilakukan pada tahun 2012 terdapat 1.975 pedagang, artinya ada 800
pedagang yang tidak tertampung di Pasar Induk, namun para pedagang yang
tidak mendapatkan kios kemudian membangun fisiknya secara swadaya. Di
Pasar Induk ini dapat menampung hampir 3.000 pedagang ( Sumatera
Bisnis, 19 Juni 2015).
Pemindahan pasar sentral ke pasar induk membuat para pedagang
mengeluh dikarenakan besarnya harga beli dan harga sewa kios serta
2015). Omset pedagang juga terus mengalami penurunan karena jumlah
pengunjung yang datang semakin berkurang, dikarenakan lokasi Pasar
Induk yang sangat jauh sehingga biaya pengeluaran untuk transportasi
cukup besar. Sebelum relokasi ke Pasar Induk pedagang mampu menjual
barang dagangannya sebanyak 7 ton, namun setelah reloaksi ke Pasar Induk
jumlah barang dagangan yang terjual merosot tajam dengan barang
dagangan yang dibawa sebanyak 4 ton hanya 2 ton saja yang dapat terjual
(Medan Bisnis, 25 April 2015).
Relokasi Pasar Induk merupakan upaya untuk memberikan kesan
bahwa meskipun bersifat tradisional, namun dirancang sebagai pasar semi
modern, agar tetap bersih, rapi, tidak kumuh, tertib, nyaman serta
dikatagorikan menurut jenis barang dagangannya. Kebijakan Pemerintah
Kota Medan untuk merelokasi pasar Induk, diharapkan akan berdampak
pada tingkat pendapatan pedagang Pasar Induk.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan
penelitian yang berjudul “ Dampak Relokasi Pasar Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum Dan Sesudah Relokasi Ke Pasar Induk Di Kota Medan ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada bagian latar belakang,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah dampak pendapatan pedagang Pasar Sentral sebelum dan
2. Bagaimana tanggapan pedagang terhadap relokasi Pasar Induk?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjawab
permasalahan yang ada pada rumusan masalah diatas :
1. Untuk mengetahui apakah dampak pendapatan pedagang Pasar
Sentral sebelum dan sesudah relokasi berbeda secara signifikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan pedagang terhadap
relokasi Pasar Induk Lau Cih di Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diyakini bermanfaat luas terutama bagi :
1. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah setempat dalam
pengambilan kebijakan, dalam hal ini pemerintah Kota Medan
dalam membuat berbagai kebijakan berkaitan dengan
pengembangan pasar tradisional.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
manfaat serta menjadi referensi untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang relokasi pasar.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
ABSTRAK
DAMPAK RELOKASI PASAR TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG PASAR SENTRAL SEBELUM DAN SESUDAH RELOKASI KE
PASAR INDUK DI KOTA MEDAN
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan relokasi pasar yang dilakukan pemerintah dari pasar sentral ke pasar induk Lau Cih Kota Medan yang memberikan banyak pro dan kontra terutama bagi para pedagang yang di relokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada dampak pendapatan yang signifikan dari relokasi pasar sentral ke pasar induk Lau Cih Kota Medan. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan penentuan jumlah responden menggunakan rumus Roscoe dan Sugiono. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuisioner. Teknik analisis data menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dampak pendapatan yang signifikan sebelum dan sesudah relokasi ke pasar Induk Lau Cih Kota Medan dalam hal ini penurunan pendapatan. Hal ini dikarenakan mahalnya harga sewa lokasi berdagang dan tidak adanya pinjaman bagi para pedagang yang semakin memberatkan para pedagang.
ABSTRACT
IMPACT ON RELOCATION MARKET OF CENTRAL MARKET TRADERS INCOME BEFORE AND AFTER THE RELOCATION TO INDUK MARKET
IN MEDAN
This research was motivated by problems of market relocation by the government from the central market to induk market Lau Cih Medan which provides many pros and cons, especially for traders who relocated. The purpose of this study was to determine whether there is a significant revenue impact of the relocation of the central market central market to Lau Cih Medan. The research method using descriptive quantitative research using purposive sampling techniques and determination of the number of respondents using the formula Roscoe and Sugiono. Methods of data collection is done by interviews and questionnaires. Data were analyzed using paired t test. The results showed that there were significant revenue impact before and after relocating to market the Master Lau Cih Medan in this drop in revenue. This is because the high price of the rental location and the absence of loan trading for traders increasingly burden some traders.
SKRIPSI
DAMPAK RELOKASI PASAR TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG
PASAR SENTRAL SEBELUM DAN SESUDAH RELOKASI KE PASAR INDUK
DI KOTA MEDAN
OLEH
ARYO AFIEF PALEGO
120501073
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN S1 EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
DAMPAK RELOKASI PASAR TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG PASAR SENTRAL SEBELUM DAN SESUDAH RELOKASI KE
PASAR INDUK DI KOTA MEDAN
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan relokasi pasar yang dilakukan pemerintah dari pasar sentral ke pasar induk Lau Cih Kota Medan yang memberikan banyak pro dan kontra terutama bagi para pedagang yang di relokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada dampak pendapatan yang signifikan dari relokasi pasar sentral ke pasar induk Lau Cih Kota Medan. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan penentuan jumlah responden menggunakan rumus Roscoe dan Sugiono. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuisioner. Teknik analisis data menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dampak pendapatan yang signifikan sebelum dan sesudah relokasi ke pasar Induk Lau Cih Kota Medan dalam hal ini penurunan pendapatan. Hal ini dikarenakan mahalnya harga sewa lokasi berdagang dan tidak adanya pinjaman bagi para pedagang yang semakin memberatkan para pedagang.