• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Relokasi Pasar Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum dan Sesudah Relokasi ke Pasar Induk di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Relokasi Pasar Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum dan Sesudah Relokasi ke Pasar Induk di Kota Medan"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran I

KUESIONER PENELITIAN

Dengan Hormat,

Bersamaan ini saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi daftar

pertanyaan sebagai data agar dapat menyusun skripsi saya yang berjudul

Dampak Relokasi Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum

Dan Sesudah Relokasi Ke Pasar Induk Di Kota Medan”. Saya mengharapkan

kesediaannya untuk menjawab dengan baik. Atas kerjasamanya, Saya ucapkan

terimakasih.

Identitas Responden

1. Nama Pengusaha :

2. Umur : ………tahun

3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Wanita

4. Pendidikan : a. SD c. SMA e. Sarjana

b. SMP d. Diploma

Mohon berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban sesuai pilihan

Bapak/Ibu.

Pertanyaan Modal

1. Apakah modal usaha pada awal berdagang berasal dari dana sendiri?

(2)

2. Bapak/Ibu memperoleh modal usaha dari pinjaman?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah jumlah modal yang bapak/ibu gunakan cukup untuk pengadaan

sarana dan prasarana lain (alat-alat yang digunakan untuk berdagang)?

a. Ya b. Tidak

Jam Berdagang

4. Berapa lama dalam sehari bapak/ibu/saudara/i berdagang di pasar Induk?

a. 5 jam c. 7 jam

b. 6 jam d. 8 jam

5. Dimulai dari jam berapa bapak/ibu mulai membuka kios di pasar Induk?

a. Jam 04.00 c. Jam 06.00

b. Jam 05.00 d. Lainnya Jam …….

6. Berapa hari dalam seminggu Bapak/ibu berjualan di pasar Induk?

a. 1 – 2 hari c. 5 – 6 hari

b. 3 – 4 hari d. Setiap hari

Hari apa saja bapak/ibu berjualan...

7. Apakah Bapak/ibu berjualan dalam sehari tersebut dilakukan pada

jam-jam tertentu saja ?

(3)

Lokasi

8. Apakah lokasi pasar sekarang strategis?

a. Sangat strategis c. Tidak Strategis

b. Strategis d. Sangat Tidak Strategis

Apa alasan lokasi pasar strategis…...

9. Bagaimana kondisi keamanan pasar ini menurut bapak/ibu/saudara/i, setelah

pasar di relokasi?

a. Sangat aman c. Tidak Aman

b. Aman d. Sangat Tidak Aman

10. Menurut bapak/ibu/saudara/i, bagaimana kondisi fasilitas-fasilitas di pasar

ini?

a. Sangat Baik c. Tidak Baik

b. Baik d. Sangat Tidak Baik

11. Menurut bapak/ibu/saudara/i, apakah letak pasar terjangkau oleh pembeli?

a. Sangat terjangkau c. Tidak terjangkau

b. Terjangkau d. Sangat tidak terjangkau

12. Apakah transportasi mudah diperoleh untuk pergi kepasar?

a. Sangat mudah c. Tidak mudah

(4)

Pendapatan

13. Apakah pedagang mudah memperoleh keuntungan dilokasi pasar yang baru?

a. Sangat mudah c. Tidak mudah

b. Mudah d. Sangat Tidak mudah

Berapa keuntungan yang diperoleh sebelum pasar relokasi... /hari Berapa keuntungan yang diperoleh sesudah pasar relokasi………... /hari 14. Apakah pendapatan bapak/ibu/saudara/i meningkat setelah pasar di relokasi?

a. Sangat meningkat c. Tetap

b. Meningkat d. Menurun

Berapa pendapatan yang diperoleh sebelum pasar relokasi... /hari Berapa pendapatan yang diperoleh sesudah pasar relokasi……... /hari 15. Apakah bapak/ibu/saudara/i mudah memperoleh pendapatan tambahan

setelahpasar di relokasi?

a. Sangat mudah c. Tidak mudah

(5)
(6)

41 Gabiel 55 L SMA

42 Desi 41 P SMP

43 Salvia 51 P SMP

44 Indah 50 P SMP

45 Mande 60 P SMP

46 Juna 52 L SD

47 Rosmita 41 P SMP

48 Bambang 39 L SMP

49 Sisi 36 P SMP

(7)

LAMPIRAN III

Item-Total Statistics Scale Mean if Item

Deleted

Keuntungan_Sebelum 288400.00 50 129651.967 18335.557

Keuntungan_Sesudah 151800.00 50 80195.934 11341.418

Pair 2

Pendapatan_Sebelum 891000.00 50 706001.243 99843.653

Pendapatan_Sesudah 505200.00 50 386487.268 54657.554

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Keuntungan_Sebelum & Keuntungan_Sesudah 50 .711 .000

(8)

Paired Samples Test

Paired Differences t d

f

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-Laki 25 50.0 50.0 50.0

Perempuan 25 50.0 50.0 100.0

(9)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 50 100.0 100.0 100.0

ModaUsahaPinjaman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 18 36.0 36.0 36.0

Tidak 32 64.0 64.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

ModalCukupAtauTidak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 28 56.0 56.0 56.0

Tidak 22 44.0 44.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

LamaBerdagang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 8 jam 50 100.0 100.0 100.0

JamJualan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

(10)

BerapaHari

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 50 100.0 100.0 100.0

LokasiStrategis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Baik 16 32.0 32.0 32.0

Baik 34 68.0 68.0 100.0

(11)

LetakPasarTerjangkau

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Mdah 17 34.0 34.0 34.0

Tidak Mudah 32 64.0 64.0 98.0

(12)

Lampiran IV

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri, & Kadarusman, Y.B. 2003.Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Arikunto, Suharmi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan dan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Bisnis, Sumatera. 2015. Direlokasi, Pedagang Minta Pemko Medan Konsisten, Blog: Sumatera Bisnis

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Bielefeld: PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Fathoni, 2003.Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Rineka

Gilarso, T. 1998. Ekonomi Indonesia sebuah pengantar. Kanisius. Yogyakarta.

Laksono, Rudi. 2013. Analisis Relokasi Pedagang Pasar Ngarsopuro di Kota Surakarta. Skripsi: Universitas Sebelas Maret.

Pardede. 2015. Persepsi Pedagang terhadap Perencanaan Relokasi (PUSAT PASAR) Medan Tahun 2015/2016. Skripsi: Universitas Sumatera Utara.

Pratama, Aditya. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Setelah Relokasi di Pasar Purwoyoso. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Samuelson dan Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi Edisi Ketujuh Belas.

Jakarta: PT Media Global Edukasi.

Soeharno,TS. 2006. Teori Mikroekonomi. Yogyakarta : ANDI

Sugioyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta

(18)

Suharsini, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tarigan, S. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

metode kuantitatif. Menurut Nawawi dan Martini (1994) mendefinisikan

metode deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif

atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan

kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.Untuk

menguji data kuantitatif dari penelitian ini digunakan uji Validitas dan uji

Reliabilitas. Serta digunakan uji t berpasangan (paired t test).

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya mengkaji mengenai dampak pendapatan

pedagang pasar sentral sebelum dan sesudah relokasi.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Sebagaimana judul penelitian ini “Dampak Relokasi Pasar

Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum dan Sesudah

Relokasi ke Pasar Induk di Kota Medan” maka penelitian ini dilakukan di

Pasar Induk Lau Cih. Tempo waktu penelitian direncanakan mulai

(20)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang

ciri-cirinya akan diduga. (Masri Singarimbun, 1995). Adapun populasi

penelitian ini adalah para pedagang Pasar Sentral yang telah di relokasi ke

Pasar Induk Lau Cih. Namun, jumlahnya tidak diketahui secara pasti di

karenakan tidak terdapat data yang real.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah unit yang akan diteliti atau dianalisa (Masri

Singarimbun, 1995). Sampel penelitian diambil disebabkan berbagai

keterbatasan yang dihadapi peneliti. Dalam penelitian ini, sampel kajian

diambil sebanyak 50 orang pedagang Pasar Induk Lau Cih dengan cara

Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah metode pengambilan

sampel secara sengaja berdasarkan karakteristik, sifat, ciri tertentu dari

sampel yang dianggap dapat mewakili karakteristik dari populasi yang

ada. Purposive Sampling digunakan karena populasi pedagang Pasar

Sentral di Pasar Induk yang tidak diketahui secara real.

Adapun kriteria yang ditetapkan peneliti untuk menentukan

sample adalah:

1. Para pedagang yang sebelumnya di relokasi dari Pasar Sentral ke

Pasar Induk.

2. Mempunyai tempat dagang yang tetap (permanen) / tidak

(21)

3. Telah beroperasi dari sebelum di relokasi dari Pasar Sentral dan

masih aktif beroperasi sampai setelah di relokasi.

Dalam penelitian ini, tidak ada rumus tertentu untuk

mendapatkan angka 50 ini, sebab jumlah populasinya juga tidak diketahui.

Angka ini merupakan “judgement”peneliti saja dengan berbagai alasan.

Antara lain :

1. Menurut Roscoe dan Sugiono (2004) ukuran sampel yang layak

dalam penelitian adalah antara 30-500 orang. Dengan demikian

jumlah sampel penelitian ini telah sesuai bahkan sampel penelitian

ini lebih besar lagi.

2. Sampel sebanyak 50 orang diyakini sangat representif untuk

mewakili keseluruhan pedagang Pasar Induk. Dengan jumlah sampel

sebanyak 50 ini diyakini akan diperoleh data dan informasi yang

tepat dan objektif dan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya

tentang masalah atau fenomena yang diteliti.

3. Sekiranya sampelnya lebih banyak lagi maka peneliti diyakini akan

menghadapi berbagai kendala dan hambatan seperti keterbatasan

dana, waktu, dan sebagainya.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Sesuai dengan sifat dan kategori penelitian ini yakni

(22)

primer. Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei

lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data

original (Kuncoro, 2009 : 148). Data primer ini diperoleh dengan

cara memberikan kuisioner/angket kepada para pedagang Pasar

Induk di Lau Cih. Keseluruhan responden diminta mengisi angket

yang bersifat campuran antara angket langsung dan angket tidak

langsung. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan merupakan

kombinasi pertanyaan pilihan berganda (multiple choice), pertanyaan

dua pilihan (force choice) dan beberapa pertanyaan yang bersifat

terbuka (open question) yang kesemuanya disusun dengan teliti dan

hati-hati untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan. Selain itu,

diketengahkan juga pertanyaan yang bersifat counter checking

terhadap jawaban responden sehingga kebenaran informasi yang

diperoleh lebih akurat.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga

pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna

data Agar penelitian ini lebih sempurna maka data-data primer yang

diperoleh dari 50 responden akan dipadukan dengan data-data

sekunder yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan

terhadap bahan-bahan publikasi resmi seperti buku-buku, majalah,

(23)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data secara teknik menunjukkan bagaimana

cara mendapatkan atau mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam

penelitian yang dimaksud. Metode pengumpulan data dimaksudkan untuk

memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan terpercaya, adapun

metode yang digunakan adalah:

a. Metode Angket

Metode angket adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal yang responden ketahui (Arikunto,

Suharmi,2006:151). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data

atau keterangan dari responden dengan memberikan daftar

pertanyaan secara tertulis.

b. Metode Wawancara

Metode ini dilakukan untuk melengkapi angket atau kusionner,

yaitu jika responden tidak dapat menjawab angket atau kuisioner

secara langsung karena keterbatasan kemampuan dalam memahami

angket atau kusioner, maka keadaan seperti ini wawancara perlu

digunakan dengan pedoman pada pernyataan yang terdapat dalam

kuisioner.

3.7 Definisi Variabel Penelitian dan Batasan Operasional

Menurut Suharmi Arikunto (2006:118), variabel adalah objek

(24)

dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka variabel dalam

penelitian ini adalah Pendapatan Sebelum relokasi dengan Pendapatan

Sesudah relokasi.

Variabel Penelitian saya adalah Pendapatan yang dihitung dengan

skala likert. Pendapatan Sebelum Pasar Direlokasi dengan Pendapatan

Sesudah Direlokasi di uji dengan uji t berpasanagan. Batasan Operasional

dari penelitian saya adalah pendapatan sebelum relokasi dan pendapatan

sesudah relokasi.

3.8 Instrumen Penelitian 3.8.1 Validitas

Pengujian Validitas bertujuan agar data yang diambil benar-benar

valid, yakni benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Kemudian,

instrumen itu harus reliable, artinya “konstan” dalam pengambilan data

(Syahri,2003;335).

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS

21.00 untuk menguji kestabilan butir. Kriteria yang digunakan untuk

menguji kestabilan butir yaitu sebagai berikut:

a. Jika rhitung > rtabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka

pertanyaan dikatakan valid

b. Jika rhitung < rtabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka

(25)

Tabel 3.1

Sumber : di olah dari data primer

Berdasarkan tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa seluruh

pertanyaan instrumen adalah valid. Hal ini dapat dilihat dari rhitung output

nilai korelasi antara tiap pertanyaan memiliki nilai lebih besar dari rtabel

sehingga memenuhi persyaratan untuk valid yaitu rhitung > rtabel dengan

taraf signifikansi 0,05.

3.8.2 Reliabilitas

Pengujian Reliablitas adalah berkaitan dengan masalah adanya

kepercayaan terhadap alat test (instrument). Suatu instrumen dapat

memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi jika hasil pengujian

(26)

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu

instrumen dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan uji

Alpha Cronback. Kriteria yang digunakan untuk mengetahuinya adalah :

a. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka pertanyaan reliabel.

b. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,6 maka pertanyaan tidak reliable

hal ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2

Uji Realibilitas Instrumen

Item Pertanyaan Cronbach’s Alpha Keterangan

X1 0,736 Reliable

Sumber : di olah dari data primer

Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat diketahui bahwa nilai

Cronbach’s Alpha dari seluruh instrumen yang diujikan nilainya sudah

diatas 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen dalam

(27)

3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Uji t Berpasangan

Untuk menguji hipotesis digunakan analisis Uji t berpasangan

(paired t test). Uji t berpasangan adalah salah satu metode pengujian

hipotesis dimanadata yang digunakan tidak bebas (berpasangan).

Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah

satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda

(Hutabarat, 2009). Uji t Berpasangan digunakan sebagai uji beda

terhadap data yang diteliti yang berasal dari sejumlah responden yang

sama pada suatu kelompok danberkaitan dengan periode waktu

pengamatan yang berbeda (sebelum dan sesudah relokasi pedagang Pasar

Sentral ke Pasar Induk). Uji t berpasangan dalam penelitian ini, akan

menguji apakah ada perbedaan nyata pada variabel-variabel yang

diamati pada waktu awal periode pengamatan dan pada akhir periode

waktu pengamatan. Dasar pengambilan keputusan adalah Jika level

signifikansi > 0,005, maka Ho diterima, jika signifikansi < 0,005 maka

Ha diterima, signifikansi dalam penelitian ini juga akan dilihat dengan

cara membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan kriteria uji

sebagai berikut:

t hitung ≤ t tabel H0 diterima (Ha ditolak)

-t hitung > - t tabel H0 diterima (Ha ditolak)

t hitung > t tabel H0 ditolak (Ha diterima)

(28)

Keterangan

1. (Ho): Diduga tidak ada dampak relokasi pasar terhadap

pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih.

2. (Ha): Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan

(29)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Kota Medan

Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia

setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di

wilayah dataran rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan

ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui

oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di

Selat Malaka.

Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan

98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan

timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di

sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini

menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan

perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional.

Kota Medan berdekatan dengan Kabupaten Deli Serdang dengan jarak 29

Km dengan waktu tempuh ±1 jam dan berdekatan dengan Kota Binjai

dengan jarak 22 Km dengan waktu tempuh ± 1 jm. Kota Medan beriklim

tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu

udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C.

(30)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Medan

No Kecamatan Luas (Km²) Presentase(%)

1. Medan Tuntungan 20,68 7,80

Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan yang terluas

adalah Kecamatan Labuhan dengan luas sebesar 36,67 km². Berdasarkan

Tabel 4.1 juga dapat disimpulkan bahwa luas Kota Medan secara

keseluruhan adalah sebesar 265,10 km².

4.1.2 Pasar Induk Lau Cih Kota Medan

Operasional

Kecamatan Medan Tuntungan, seluas 12 hektare, yang telah dibangun

(31)

yang menelan biaya Rp 59 miliar tersebut juga belum dapat ditentukan

Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Daya tampung pasar induk tersebut

lebih kurang 1.208 pedagang. Artinya kurang 632 dari jumlah pedagang di

seputaran Pasar Sutomo yang menjadi target pemindahan pedagang ke

Pasar Induk di Lau Cih tersebut. Jumlah pedagang yang tercatat mencapai

1.840 orang. Dilihat kondisi bangunan dan luasnya areal Pasar Induk, 632

pedagang ini dapat kita tampung untuk sementara menunggu dibangunnya

tempat yang permanen. Dari hasil pendataan yang telah kita lakukan, 95%

pedagang Pasar Sutomo telah menyatakan kesediaan mereka pindah ke

Pasar Induk Tuntungan. 58 pegawai PD Pasar telah di pilih untuk

mengelola Pasar Induk tersebut Pasar Induk Lau Cih merupakan pasar

yang memiliki lahan seluas sekitar 12 hektar dan menjadi salah satu model

percontohan pasar induk tradisional modern terbaik di kota Medan dan

mampu menampung semua kebutuhan masyarakat akan sayur dan buah.

Pasar ini merupakan pasar yang memiliki 720 unit grosir, 320 unit sub

grosir serta 56 unit wisata buah. Selain sayur dan buah rencananya akan

menyediakan sembilan bahan pokok (sembako) agar pasar ini dapat

memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat kota Medan.

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1 Analisis Deskriptif Data

4.2.1.1 Umur Pedagang

Deskripsi pedagang sampel menurut umur dapat dilihat

(32)

Tabel 4.2 Umur Pedagang

No Rentang Umur Frekuensi Persentase

1 30-39 tahun 14 28%

2 40-49 tahun 20 40%

3 50-59 tahun 15 30%

4 > 60 tahun 1 2%

Jumlah 50 100%

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 4.2 di atas dapat disajikan dalam bentuk Histogram

sebagai berikut :

Gambar 4.1 Umur Pedagang

Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 diketahui bahwa

umur pedagang sampel pada kelompok umur 30-39 tahun

berjumlah 14 pedagang atau sebesar 28%, pada kelompok umur

40-49 tahun berjumlah 20 pedagang atau sebesar 40%, pada

kelompok umur 50-59 tahun berjumlah 15 pedagang atau sebesar

30%, pada kelompok umur lebih dari 60 tahun berjumlah 1

(33)

pedagang atau sebesar 2%. Ini menunjukkan bahwa kebanyakan

pedagang sampel berada pada kelompok umur usia produktif.

4.2.1.2 Pendidikan Terakhir Pedagang

Deskripsi pedagang sampel menurut pendidikan terakhir

pedagang dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3

Pendidikan Terakhir Pedagang

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD 5 10%

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 4.3 di atas dapat di sajikan dalam bentuk Histogram

(34)

Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 dapat diketahui

bahwa pendidikan pedagang yang lulus SD adalah berjumlah 5

pedagang atau sebesar 10%, pedagang yang lulus SMP adalah

berjumlah 24 pedagang atau sebesar 48%, pedagang yang lulus

SMA adalah berjumlah 16 pedagang atau sebesar 32%, pedagang

yang lulus Diploma adalah berjumlah 2 pedagang atau sebesar 4%,

pedagang yang lulus Sarjana adalah berjumlah 3 pedagang atau

sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

pedagang sampel sangat rendah. Rendahnya pendidikan inilah

yang mendorong seseorang untuk bekerja pada sektor perdagangan

,yang diperlukan hanya keterampilan dan pengalaman berdagang.

4.2.1.3 Jenis Kelamin Pedagang

Deskripsi pedagang sampel menurut jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4

Jenis Kelamin Pedagang

No Jenis Kelamin F Persentase

1 Laki-Laki 25 50%

2 Perempuan 25 50%

Jumlah 50 100%

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 4.4 di atas dapat disajikan dalam bentuk Histogram

(35)

Gambar 4.3 Jenis Kelamin Pedagang

Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.3 di atas diketahui

bahwa pedagang yang berjenis laki-laki sebesar 25 orang atau 50%

sama dengan jenis kelamin perempuan sebesar 25 orang atau 50 %.

Hasil tersebut menimpulkan bahwa responden saya sama

banyaknya baik laki-laki maupun perempuan.

4.2.1.4Sumber Modal Awal

Deskripsi pedagang sampel menurut sumber modal awal

dapat dilihat dapat diketahui dari 50 orang diperoleh keterangan

tentang modal pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan sebagai

berikut bahwa 50 orang (100%) berpendapat bahwa sumber modal

awal berdagang pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan

berasal dari dari dana sendiri dan gunakan untuk pengadaan sarana

dan prasarana lain (alat – alat yang digunakan untuk berdagang).

Hal inilah yang cukup memberatkan bagi para pedagang di

karenakan seluruh pedagang menggunakan modal sendiri dan tidak

(36)

adanya pinjaman dari luar untuk mengembangkan usaha dagang

mereka.

4.2.1.5 Sumber Modal Usaha Tambahan (Pinjaman)

Deskripsi pedagang sampel menurut sumber modal usaha

tambahan apakah berasal dari dana sendiri atau dana pinjaman

dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5

Sumber Modal Usaha Tambahan (Pinjaman)

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Ya 18 36%

2 Tidak 32 64%

Jumlah 50 100%

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui dari 50 orang

di peroleh keterangan tentang sumber modal usaha tambahan

(pinjaman) Pasar Induk Lau Cih Kota Medan sebagai berikut 18

orang (36%) berpendapat bahwa pedagang mendapatkan modal

tambahan dari pinjaman sedangkan 32 orang (64%) berpendapat

bahwa pedagang tidak mendapatkan modal tambahan dari

pinjaman melainkan dari modal sendiri.

4.2.1.6 Kecukupan Modal

Deskripsi pedagang sampel menurut kecukupan modal

(37)

Tabel 4.6

Sumber : di olah dari data primer

Tabel 4.6 di atas dapat di tampilkan dalam bentuk

Histogram sebagai berikut :

Gambar 4.4 Kecukupan Modal

Berdasarkan tabel 4.6 dan Gambar 4.4 dapat diketahui dari

50 orang diperoleh keterangan tentang modal cukup atau tidak

pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan sebagai berikut,

Sebanyak 28 orang (56%) berpendapat bahwa modal cukup untuk

berdagang di Pasar Induk Lau Cih Kota Medan sangat baik.

Sebanyak 22 orang (44%) berpendapat bahwa modal tidak cukup

untuk berdagang di Pasar Induk Lau Cih Kota Medan.

(38)

4.2.1.7Durasi Berdagang Dalam Sehari

Deskripsi pedagang sampel menurut durasi berdagang

dalam sehari yang diketahui dari 50 orang diperoleh keterangan

tentang durasi berdagang dalam sehari pedagang Pasar Induk Lau

Cih Kota Medan sebagai berikut yaitu sebanyak 50 orang (100%)

berpendapat bahwa pedagang pasar Induk Lau Cih Kota Medan

berjualan selama 8 jam dalam sehari.

4.2.1.8 Waktu Mulai Jam Berdagang

Deskripsi pedagang sampel menurut waktu mulai jam

berdagang yang diketahui dari 50 responden diperoleh keterangan

tentang waktu mulai jam berjualan di mulai pada jam yang tidak

ditentukan dan mayoritas mulai berjualan pada pukul 24.00 tengah

malam sampai pagi sebanyak 50 orang (100%). Dari data tersebut

dapat diperoleh bahwa mayoritas pedagang berjualan mulai tengah

malam.

4.2.1.9 Jumlah Hari Berdagang

Deskripsi pedagang sampel menurut berapa hari berdagang

para pedagang pasar Induk Lau Cih Kota Medan yang diperoleh

(39)

Tabel 4.7

Sumber : diolah dari data primer

Dari tabel 4.7 tentang jumlah hari berjualan dapat ditampilkan

dalam bentuk histogram sebagai berikut :

Gambar 4.5 Jumlah Hari Berjualan

Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.5 diketahui dari 50

responden diperoleh keterangan tentang berapa hari berjualan para

pedagang pasar induk Lau Cih Kota Medan. Dari data tersebut

dapat diperoleh bahwa para pedagang berjualan selama 5-6 hari

sebanyak 23 orang (46%). Kemudian sisanya sebanyak 27 orang

(54%) berjualan setiap hari yaitu hari senin sampai hari minggu.

(40)

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa para pedagang

berjualan secara konsisten setiap minggunya terkecuali pada hari

hari besar.

4.2.1.10 Waktu Aktif Berdagang

Deskripsi pedagang sampel menurut waktu berjualan jam

tertentu saja dari data peneliti dapat diperoleh bahwa sebanyak 50

responden (100%) mayoritas pedagang berjualan pada jam jam

tertentu saja dikarenakan juga pasar induk Lau Cih Kota Medan

beroperasi pada jam jam tertentu saja yaitu pada tengah malam

sampai pagi sehingga para pedagang juga harus berjualan pada jam

jam tertentu saja.

4.2.1.11 Lokasi Pasar

Deskripsi pedagang sampel menurut lokasi pasar pedagang

Pasar Induk Lau Cih Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.8

berikut ini:

Tabel 4.8 Lokasi Pasar

No Kategori F Persentase

1 Sangat Strategis 0 0%

2 Strategis 29 58%

3 Tidak Strategis 21 42%

4 Sangat Tidak Strategis 0 0%

Jumlah 50 100%

(41)

Tabel 4.8 tentang deskripsi lokasi pasar dapat di sajikan

dalam bentuk chart sebagai berikut :

Gambar 4.6 Lokasi Pasar

Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.6 diketahui dari 50

responden diperoleh keterangan tentang bagaimana lokasi

berjualan para pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan. Dari

data tersebut dapat diperoleh bahwa sebanyak 29 responden (58%)

pedagang mengatakan bahwa lokasi pasar induk Lau Cih Kota

Medan strategis, sebanyak 21 responden (42%) pedagang

mengatakan bahwa lokasi pasar Induk Lau Cih Kota Medan tidak

strategis. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian

responden mengatakan lokasi Pasar Induk Lau Cih strategis

dikarenakan sebagian besar reponden berdomisili di dekat Pasar

Induk Lau Cih Kota Medan.

Sangat Strategis

Strategis

Tidak Strategis

(42)

4.2.1.12 Kondisi Keamanan Pasar

Deskripsi pedagang sampel menurut kondisi keamanan

Pasar Induk Lau Cih Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.9

berikut ini:

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 4.9 tentang deskripsi kondisi keamanan pasar dapat

disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut :

Gambar 4.7

Kondisi Keamanan Pasar

Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.7 diketahui dari 50

responden diperoleh keterangan tentang kondisi keamanan pasar.

Dari data tersebut dapat diperoleh sebanyak 10 responden (20%)

menyatakan bahwa kondisi keamanan pasar induk Lau Cih Kota

(43)

Medan sangat aman,sebanyak 34 responden (68%) menyatakan

bahwa kondisi kemanan pasar Induk Lau Cih Kota Medan aman,

dan sebanyak 6 responden (12%) menyatakan bahwa kondisi

keamanan Pasar Induk Lau Cih Kota Medan tidak aman. Dari data

tersebut dapat kita simpulkan bahwa sebagian besar responden

menyatakan bahwa kondisi keamanan pasar Induk Lau Cih Kota

Medan itu Aman dan mampu mendukung kegiatan jual beli di

pasar tersebut.

4.2.1.13 Kondisi Fasilitas Pasar

Deskripsi pedagang sampel menurut kondisi fasilitas Pasar

Induk Lau Cih Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut

ini:

Tabel 4.10

Deskripsi Kondisi Fasilitas Pasar

No Kategori F Persentase

1 Sangat Baik 16 32%

2 Baik 34 68%

3 Tidak Baik 0 0%

4 Sangat Tidak Baik 0 0%

Jumlah 50 100%

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 4.10 tentang deskripsi kondisi fasilitas pasar dapat

(44)

Gambar 4.8 Kondisi Fasilitas Pasar

Berdasarkan tabel 4.10 dan gambar 4.8 diketahui dari 50

responden diperoleh keterangan tentang kondisi fasilitas pasar

Induk Lau Cih Kota Medan. Dari data tersebut dapat diperoleh

bahwa sebanyak 16 responden (32%) pedagang menyatakan bahwa

kondisi fasilitas Pasar Induk Lau Cih Kota Medan itu sangat baik,

sebanyak 34 responden (68%) pedagang menyatakan bahwa

kondisi fasilitas Pasar Induk Lau Cih Kota Medan itu baik. Dari

data responden tersebut dapat kita simpulkan mayoritas pedagang

Pasar Induk Lau Cih Kota Medan itu menyatakan bahwa kondisi

fasilitas Pasar Induk Lau Cih Kota Medan termasuk dalam kategori

baik dan mendukung kegiatan jual beli di pasar tersebut.

4.2.1.14 Gambaran Letak Pasar Bagi Pembeli

Deskripsi pedagang sampel menurut gambaran letak pasar

bagi pembeli dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:

(45)

Tabel 4.11

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 4.11 tentang gambaran letak pasar bagi pembeli

dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 4.9

Gambaran Letak Pasar Bagi Pembeli

Berdasarkan tabel 4.11 dan gambar 4.9 diketahui dari 50

responden diperoleh keterangan tentang gambaran letak pasar bagi

pembeli. Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa sebanyak 33

responden (66%) menyatakan bahwa letak pasar Induk Lau Cih

Kota Medan termasuk terjangkau bagi para pembeli, sebanyak 17

responden (34%) menyatakan bahwa letak pasar Induk Lau Cih

Kota Medan termasuk tidak terjangkau bagi para pembeli. Dari

data responden tersebut dapat kita seimpulkan bahwa mayoritas

(46)

pedagang menyatakan bahwa letas pesar Induk Lau Cih Kota

Medan termasuk terjangkau bagi para pembeli menurut para

responden.

4.2.1.15 Akses Transportasi

Deskripsi pedagang sampel menurut akses transportasi

dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:

Tabel 4.12

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 4.12 dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai

berikut :

Gambar 4.10 Akses Transportasi

Berdasarkan tabel 4.12 dan gambar 4.10 diketahui dari 50

responden diperoleh keterangan tentang bagaimana akses

(47)

transportasi di Pasar Induk Lau Cih Kota Medan. Dari data tersebut

dapat diperoleh bahwa sebanyak 29 responden (58%) pedagang

menyatakan bahwa transportasi mudah ke pasar Induk Lau Cih

Kota Medan, sebanyak 21 responden (42%) menyatakan bahwa

transportasi tidak mudah untuk ke Pasar Induk Lau Cih Kota

Medan. Dari data responden tersebut dapat disimpulkan bahwa

sebagian responden menyatakan mudah transpotasi menuju pasar

Induk Lau Cih Kota Medan, sebagian lagi menyatakan tidak

mudah dikarenakan kurangnya akses menuju pasar seperti

angkutan umum ataupun becak.

4.2.1.16 Gambaran Pedagang Memperoleh Keuntungan

Deskripsi pedagang sampel menurut gambaran memperoleh

keuntungan dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.13

Gambaran Pedagang Memperoleh Keutungan

No Kategori F Persentase

1 Sangat Mudah 0 0%

2 Mudah 17 34%

3 Tidak Mudah 32 64%

4 Sangat Tidak Mudah 1 2%

Jumlah 50 100%

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 4.13 di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram

(48)

Gambar 4.11

Gambaran Pedagang Memperoleh Keuntungan

Berdasarkan tabel 4.13 dan Gambar 4.11 diketahui dari 50

responden diperoleh keterangan tentang gambaran pedagang

memperoleh keuntungan. Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa

sebanyak 17 responden (34%) pedagang menyatakan bahwa

mudah memperoleh keuntungan di pasar Induk Lau Cih Kota

Medan, sebanyak 32 responden (64%) pedagang menyatakan

bahwa tidak mudah memperoleh keuntungan di pasar Induk Lau

Cih Kota Medan,sebanyak 1 responden (2%) menyatakan bahwa

sangat tidak mudah memperoleh keuntungan di pasar Induk Lau

Cih Kota Medan. Dari data responden tersebut dapat disimpulkan

bahwa sulit memperoleh keuntungan di pasar Induk Lau Cih Kota

Medan.

4.2.1.17 Kondisi Pendapatan Pedagang

Deskripsi pedagang sampel menurut pendapatan dapat

dilihat pada tabel 4.14 berikut ini:

(49)

Tabel 4.14

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 4.14 di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram

sebagai berikut :

Gambar 4.12

Kondisi Pendapatan Pedagang

Berdasarkan tabel 4.14 dan gambar 4.12 Dari data tersebut

dapat diperoleh hasil bahwa sebanyak 1 responden (2%) pedagang

menyatakan bahwa pendapatan meningkat di pasar Induk Lau Cih

Kota Medan, sebanyak 49 responden (98%) pedagang menyatakan

bahwa pendapatan menurun ketika berjualan di pasar Induk Lau

Cih Kota Medan. Dari data responden tersebut dapat disimpulkan

bahwa para pedagang banyak mengalami penurunan pendapatan

ketika berjualan di pasar Induk Lau Cih Kota Medan.

(50)

4.2.1.18 Gambaran Pedagang Memperoleh Pendapatan

Deskripsi pedagang sampel menurut deskripsi bagaimana

memperoleh pendapatan dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini:

Tabel 4.15

Gambaran Pedagang Memperoleh Pendapatan

No Kategori F Persentase

1 Sangat Mudah 0 0%

2 Mudah 17 34%

3 Tidak Mudah 32 64%

4 Sangat Tidak Mudah 1 2%

Jumlah 50 100%

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 4.15 Gambaran Pedagang Memperoleh Pendapatan

dapat di sajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut :

Gambar 4.13

Gambaran Pedagang Memperoleh Pendapatan

Berdasarkan tabel 4.15 dan gambar 4.13 diketahui dari 50

responden diperoleh gambaran pedagang memperoleh pendapatan.

Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa sebanyak 17 responden

(34%) pedagang menyatakan bahwa mudah memperoleh

(51)

pendapatan di pasar Induk Lau Cih Kota Medan, sebanyak 32

responden (64%) pedagang menyatakan bahwa tidak mudah

memperoleh pendapatan di pasar Induk Lau Cih Kota

Medan,sebanyak 1 responden (2%) menyatakan bahwa sangat

tidak mudah memperoleh pendapatan di pasar Induk Lau Cih Kota

Medan. Dari data responden tersebut dapat disimpulkan bahwa

sulit memperoleh pendapatan di pasar Induk Lau Cih Kota Medan.

4.2.2 Teknik Analisis Data 4.2.2.1 Uji Paired Sample t Test

Uji perbedaan rata – rata dua sampel digunakan untuk

menguji ada tidaknya perbedaan mean untuk dua sampel bebas

(independen) yang berpasangan. Adapun yang dimaksud

berpasangan adalah data pada sampel kedua merupakan perubahan

atau perbedaan dari data sampel pertama atau dengan kata lain

sebuah sampel dengan subjek sama mengalami dua perlakuan.

(52)

Bagian ini diperoleh hasil korelasi antara kedua variabel,

yang menghasilkan angka 0,711 dengan nilai probabilitas (sig.)

0,000. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara keuntungan

sebelum dan keuntungan sesudah relokasi berhubungan secara

nyata, karena nilai probabilitas < 0,05. Bagian ini juga diperoleh

hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka

0,926 dengan nilai probabilitas (sig.) 0,000. Hal ini menyatakan

bahwa korelasi antara pendapatan sebelum dan pendapatan sesudah

relokasi berhubungan secara nyata, karena nilai probabilitas

<0,005.

Tabel 4.17

Uji Paired Sample t Test

Mean T Df Sig.

Sumber : diolah dari data primer

1. (Ho): Diduga tidak ada dampak relokasi pasar terhadap

pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih.

2. (Ha): Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan

(53)

Terlihat bahwa thitung adalah 10,509 dengan nilai

probabilitas 0,000. Oleh karena probabilitas 0,000 < 0,005, maka Ho

ditolak, dan Ha diterima yang berarti ada dampak relokasi pasar

terhadap keuntungan pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan.

Dalam output juga disertakan perbedaan mean sebesar 136.600 yaitu

selisih rata – rata keuntungan sebelum dan keuntungan sesudah

relokasi.

Terlihat bahwa thitung adalah 7,225 dengan nilai

probabilitas 0,000. Oleh karena probabilitas 0,000 < 0,005, maka Ho

ditolak, dan Ha diterima yang berarti adalah ada dampak relokasi

terhadap pendapatan pedagang. Dalam output juga disertakan

perbedaan mean sebesar 385.800 yaitu selisih rata – rata pendapatan

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Terlihat bahwa t hitung adalah 7,225 dengan nilai probabilitas

0,000. Oleh karena probabilitas 0,000 < 0,005, maka Ho ditolak,

dan Ha diterima yang berarti ada dampak relokasi pasar terhadap

pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih kota Medan. Dalam

output juga disertakan perbedaan mean sebesar 385.800 yaitu

selisih rata – rata pendapatan sebelum dan pendapatan sesudah

relokasi.

2. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan terdapat berbagai

tanggapan pedagang tentang relokasi Pasar Induk Lau Cih kota

Medan yaitu beberapa pedagang mengeluh mengenai harga sewa

tempat berjualan di lokasi Pasar Induk Lau Cih yang terlampau

mahal sehingga memberatkan sebagian pedagang yang di relokasi.

Kondisi Pasar Induk Lau Cih juga belum kondusif di karenakan

masih ada beberapa pedagang yang belum di relokasi ke Pasar

Induk Lau Cih Kota Medan menyebabkan sebagian langganan

(55)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada

pedagang Pasar Induk Lau Cih Kota Medan maka dapat diberikan

saran – saran sebagai berikut :

1. Untuk pemerintah setempat penulis menyarankan untuk

melakukan sosialisasi dan konsolidasi secara lebih terperinci

mengenai harga dengan para pedagang tentang relokasi pasar

yang akan di lakukan sehingga para pedagang dapat

mengetahui bahwasannya relokasi akan di lakukan dan

mengantisipasi bagaimana apa yang akan di lakukan

selanjutnya sehingga tidak merugikan satu pihak saja, dalam

hal ini para pedagang yang merasa dirugikan dengan mahalnya

harga sewa lokasi.

2. Untuk para pedagang, hendaknya menambah modal dari

pinjaman bank atapun bantuan kredit dari pemerintah sehingga

kebutuhan untuk perdagangan dapat dipenuhi sehingga

pedagang akan semakin berkembang dengan baik dan akan

(56)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pasar

Pasar merupakan suatu daerah dimana pembeli dan penjual saling

berhubungan satu sama lainya, untuk melakukan pertukaran barang

maupun jasa pada waktu-waktu tertentu. Menurut Peraturan Presiden RI

No. 112 Tahun 2007, pasar adalah area tempat jual beli barang dengan

jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat

perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan

maupun sebutanlainnya. Dari definisi ini, ada empat poin penting yang

menonjol yang menandai terbentuknya pasar, yaitu:

1. Ada penjual dan pembeli

2. Mereka bertemu di sebuah tempat tertentu

3. Terjadi kesepakatan di antara penjual dan pembeli, sehingga terjadi

jual beli atau tukar menukar

4. Antara penjual dan pembeli kedudukannya sederajat.

Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar tradisional adalah pasar

yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta,

Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk

kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan

tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya

(57)

proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Lebih lanjut

menurut Perpres tersebut, pasar tradisional boleh berlokasi pada setiap

sistem jaringan jalan, termasuksistem jaringan jalan lokal atau jalan

lingkungan pada kawasan pelayanan bagian kota/kabupaten atau lokal atau

lingkungan (perumahan) di dalam kota/kabupaten.

Di dalam Perpres tersebut juga disebutkan bahwa toko modern

adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis

barang secara eceran dengan bentuk minimarket, supermarket, atau

department store. Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik

pengelolaan pasar modern dan pasar tradisional nampak dari lembaga

pengelolanya. Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola umumnya

ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakan bagian dari sistem birokrasi.

Sementara pasar modern, umumnya dikelola oleh profesional dengan

pendekatan bisnis. Selain itu, sistem pengelolaan pasar tradisional

umumnya terdesentralisasi di mana setiap pedagang mengatur sistem

bisnisnya masing-masing. Pada pasar modern, sistem pengelolaan lebih

terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengatur standar

pengelolaan bisnisnya.

Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud

secara fisik mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas (barang

dan jasa). (Sugiarto, 2002). Interaksi yang terjadi antara penjual dan

pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa)

(58)

penjual dan pembeli melakukan interaksi dapat dibedakan menjadi pasar

komoditas dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi antara

penjual dan pembeli dari suatu komoditas dalam menentuan jumlah dan

harga barang atau jasa yang diperjualbelikan. Pasar faktor adalah interaksi

antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para

pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah

faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan

barang-barang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industri adalah

kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang

sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar(Sugiarto,

2002: 35 dalam Rudi Laksono: 2013)

2.2 Pedagang

Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual belikan

produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Dalam ekonomi pedagang dibedakan menurut jalur

distribusi yang dilakukan, yaitu: a. Pedagang distributor (tunggal) yaitu

pedagang yang memegang hak distribusi atau produk dari perusahaan

tertentu. b. Pedagang (partai) besar yaitu pedagang yang membeli suatu

produk dalam jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada

pedagang lain. c. Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk

(59)

2.3 Pendapatan

Menurut (Gilarso: 1998) pendapatan atau penghasilan adalah

sebagai balas karya. Pendapatan sebagai balas karya terbagi dalam enam

kategori, yaitu :

1. Upah atau gaji adalah balas jasa untuk pekerjaan yang

dilaksanakan dalam hubungan kerja dengan orang atau instansi lain

(sebagai karyawan yang dibayar).

2. Laba usaha sendiri adalah balas karya untuk pekerjaan yang

dilakukan sebagai pengusaha, yaitu mengorganisir produksi, mengambil

keputusan tentang kombinasi faktor produksi serta menanggung

resikonya sendiri entah sebagai petani, buruh, maupun pedagang dan

sebagainya.

3. Laba Perusahaan (Perseroan) adalah laba yang diterima atau

diperoleh perusahaan yang berbentuk atau badan hukum.

4. Sewa adalah jasa yang diterima oleh pemilik atas penggunaan

hartanya seperti tanah, rumah atau barang-barang tahan lama.

5. Penghasilan campuran (Mixed Income) adalah penghasilan yang

diperoleh dari usaha seperti : petani, tukang, warungan, pengusaha kecil,

dan sebagainya disebut bukan laba, melainkan terdiri dari berbagai

kombinasi unsur-unsur pendapatan :

a. Sebagian merupakan upah untuk tenaga kerja sendiri.

b. Sebagian berupa sewa untuk tanah/ alat produksi yang

(60)

c. Sebagian merupakan bunga atas modalnya sendiri.

d. Sisanya berupa laba untuk usaha sendiri.

6. Bunga adalah balas jasa untuk pemakaian faktor produksi uang.

Besarnya balas jasa ini biasanya dihitung sebagai persen ( % ) dari modal

dan disebut tingkat atau dasar bunga (rate off) (Gilarso, 1998: 380)

2.4 Relokasi Pasar Tradisional

Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia diterjemahkan adalah

membangun kembali tempat yang baru, harta kekayaan, termasuk tanah

produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi

adanya obyek dan subyek yang terkena pajak dalam perencaan dan

pembangunan lokasi. Secara harafiah relokasi adalah penataan ulang

dengan tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat

yang baru.

Persamaan fungsi yang dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern

dan pasar tradisional menimbulkan persaingan antara keduanya dan juga

menimbulkan modernisasi dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan

modern. Preferensi prioritas faktor internal, faktor eksternal, faktor

bertahan, dan daya tarik pusat perbelanjaan modern menyebabkan pasar

tradisional mengalami kondisi bertahan, kehancuran, maupun modernisasi.

Ketiganya ini dapat menyebabkan sebuah pasar tradisional dapat tetap

mempertahankan konsep dan fisik bangunannya sebagai pasar,

(61)

menyebabkan suatu pasar tradisional ke arah kehancuran (Andreas Y.C

dan Marinus W, 2006 dalam Hendra Widi Utomo 2011).

Mudrajad Kuncoro 2008, isu utama yang berkaitan dengan

perkembangan pasar tradisional adalah sebagai berikut :

1. Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling

berdekatan.

2. Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke

wilayah pemukiman.

3. Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern

yang memberatkan pemasok barang.

4. Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal, maka perlu

ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, dikembangkan

berbagai upaya untuk mengembangkan pasar tradisional, antara lain

dengan mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk

pemberdayaan, meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola,

memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang

pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi,

serta mengevaluasi pengelolaan.

2.5 Penelitian Terdahulu

1. Haryanto, Doddy (2011) dalam penelitiannya yang berjudul

“Dampak Relokasi Kampus Universitas Diponegoro Terhadap

(62)

Tembalang)” menggunakan metode analisis data meliputi uji

validitas, uji reliabilitas, dan uji t berpasangan (paired t test)

menyatakan bahwa analisisBerdasarkan uji t berpasangan untuk

variabel jumlah konsumen untuk usaha makanan di sekitar kampus

Pleburan terjadi penurunan jumlah konsumen sebesar 53 %, untuk

kawasan kampus Tembalang terjadi peningkatan jumlah konsumen

sebesar 26%. Perhitungan uji t berpasangan untuk jumlah produksi

usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi kampus terjadi

penurunan jumlah produksi di sekitar kampus Pleburan sebesar

52% dan terjadi kenaikan 21% untuk usaha makanan di sekitar

kampus Tembalang. Untuk variabel tenaga kerja usaha makanan

sebelum dan sesudah relokasi kampus terjadi penurunan tenaga

kerja di sekitar kampus Pleburan sebesar 50% dan terjadi

peningkatan 33% di sekitar kampus Tembalang. Untuk variabel

omset penjualan usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi

kampus terjadi penurunan omset penjualan sebesar 60% dan terjadi

peningkatan 21% di sekitar kampus Tembalang. Untuk variabel

keuntungan usaha makanan sebelum dan sesudah relokasi kampus

di sekitar kampus Pleburan terjadi penurunan sebesar 67% dan

terjadi peningkatan 33% di sekitar kampus Tembalang.

2. Laksono, Rudi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Relokasi Pedagang Pasar Ngarsopuro di Kota Surakarta”

(63)

pedagang di Pasar Ngarsopuro menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan sebelum dan sesudah dipindah. Hal ini terjadi

karena frekuensi penjualan yang terjadi di dalam pasar yang

sekarang dengan lokasi yang berbeda mengakibatkan penurunan

frekuensi jual beli di masing-masing toko yang berada pada pasar

tersebut. Faktor lain yang ditemukan dalam survey lapangan adalah

bentuk bangunan pasar yang berbentuk gedung dan tertutup dari

luar, sehingga lokasi sering tidak diketahui oleh orang dan

pengguna di sekitar Jalan Ronggowarsito. Kurang publikasi dari

pemerintah daerah tentang adanya lokasi pasar baru pasar tersebut

yang menimbulkan efek ketidaktahuan masyarakat tentang lokasi

baru pasar yang sering disebut dengan pasar elektronik oleh

masyarakat Solo dan sekitarnya.

3. Pratama, Aditya (2013) dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Pedagang Pasar Setelah Relokasi di Pasar Purwoyoso” menyatakan

bahwa modal berpengaruh terhadap pendapatan pedagang Pasar

Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang. Selain itu jam dagang

tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang Pasar Purwoyoso

Kecamatan Ngaliyan Semarang, lokasi berpengaruh terhadap

pendapatan pedangang Pasar Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan

Semarang. Kemudian Pedagang hendaknya melakukan menambah

(64)

sehingga pedagang akan semakin berkembang dengan baik dan

akan mendapatkan keuntungan lebih banyak. Dan dalam

menentukan lokasi berdagang seharusnya pihak pedagang lebih

memperhatikan keadaan, letak yang dekat dengan konsumen dan

yang jauh dengan konsumen harus memberikan pelayanan yang

lebih baik.

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konspetual ini menjelaskan bagaimana dampak relokasi

terhadap pendapatan pedagang di Pasar Induk Lau Cih sebelum dan

sesudah adanya relokasi dari Pemerintah Daerah Kota Medan. Relokasi

yang dilakukan pemerintah pada tahun 2015 menimbulkan permasalahan

apakah dampaknya bagi pedagang di Pasar Induk.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan kerangka konseptual, dan hasil-hasil penelitian

terdahulu, maka hipotesis yang disusun adalah sebagai berikut: Relokasi

Pasar Induk LauCih

Pendapatan SesudahRelokasi Pendapatan Sebelum Relokasi

(65)

1. (Ho): Diduga tidak ada dampak relokasi pasar terhadap

pendapatan pedagang Pasar Induk Lau Cih.

2. (Ha): Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan

pedagang Pasar Induk Lau Cih.

Hipotesis Penelitian penulis adalah (Ha) di terima yaitu

Diduga ada dampak relokasi pasar terhadap pendapatan pedagang

(66)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar yang merupakan tempat dimana pedagang (penjual) dan

pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana

masyarakat bisa menjual barang, jasa, dan tenaga kerja dengan mendapatkan

imbalan uang. Menurut kualitas pelayanannya pasar dapat digolongkan

menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Menurut sifat

pendistribusiannya pasar dapat digolongkan menjadi dua yaitu pasar eceran

dan grosir. Pasar tradional yang pada umumnya dimiliki oleh pemerintah,

terjadi interaksi langsung antara penjual dan pembeli dengan proses tawar

menawar.

Kegiatan pasar juga merupakan kegiatan dari bagian perekonomian

yang dapat diukur dengan meraknya pembangunan perdagangan.

Keberadaan pasar ini merupakan indikator ekonomi yang paling nyata

kegiatan ekonomi masyarakat pada suatu daerah. Selain itu jika dilihat dari

sisi kepentingan ekonomi apabila semakin meningkatnya jumlah pasar

perdagangan baik yang tradisional maupun yang modern akan mondorong

terciptanya peluang kerja bagi banyak orang. Kegiatan pasar juga dapat ikut

serta dalam mengentaskan masalah pengangguran dan kemiskinan.

Perkembangan perekonomian kota sangat ditentukan oleh lajunya

(67)

yang sampai saat ini tetap eksis di lingkungan perdesaan maupun perkotaan

adalah pasar tradisional. Sifat khas pasar tradisional memiliki fungsi penting

yang keberadaannya tidak pernah bisa tergantikan oleh pasar modern.

Namun pasar tradisional juga memiliki kelemahan yang telah menjadi

karakter dasar yang sangat sulit diubah, mulai dari faktor desain, tata

ruang, tata letak, dan tampilan yang tidak sebaik pusat perbelanjaan

modern, alokasi waktu operasional yang relatif terbatas, kurangnya

teknologi yang digunakan, kualitas barang yang kurang baik, kurangnya

promosi penjualan, rendahnya tingkat keamanan, kesemerawutan parkir,

hingga berbagai isu yang merusak citra pasar tradisional seperti maraknya

informasi produk barang yang menggunakan zat kimia berbahaya, praktek

penjualan daging oplosan, serta kecurangan-kecurangan lain dalam

aktivitas penjualan dan perdagangan. Kompleksitas kelemahan pasar

tradisional tersebut menyebabkan konsumen beralih dari pasar tradisional ke

pusat perbelanjaan modern.

Pasar tradisional memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh

pusat perbelanjaan modern yaitu adanya sistem tawar menawar yang

menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli. Di pasar tradisional

terdapat suatu komunikasi yang tidak akan ditemui di pusat perbelanjaan

modern. Sistem tawar menawar dalam transaksi jual beli di pasar

tradisional membuat suatu hubungan tersendiri antar penjual dan

(68)

barang sudah ditetapkan dan tidak ada komunikasi antara penjual dan

pembeli.

Program relokasi ini diarahkan untuk menerapkan dan mengadopsi

manajemen pusat perbelanjaan modern, terutama berkaitan dengan

penanganan kebersihan. Program relokasi ini diharapkan mampu mengatasi

kelemahan utama pasar tradisional yang identik dengan masalah kotor,

becek, dan bau sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah

pengunjung pasar. Dengan bertambahnya jumlah pengunjung, maka

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pedagang.

Agar pasar tradisional tidak terkesan kumuh, maka Pemerintah Kota

Medan mengambil sebuah kebijakan untuk menata pasar tradisional menjadi

pasar semi modern. Tahun 2015, Pemerintah Kota Medan telah berhasil

menata pedagang Pasar Sentral yang di relokasi ke Pasar Induk kecamatan

Medan Tuntungan. Pasar Induk merupakan pasar tradisional, di bangun di

atas tanah seluas 12 hektare, terdapat 1.150 kios, tetapi pada pendataan yang

dilakukan pada tahun 2012 terdapat 1.975 pedagang, artinya ada 800

pedagang yang tidak tertampung di Pasar Induk, namun para pedagang yang

tidak mendapatkan kios kemudian membangun fisiknya secara swadaya. Di

Pasar Induk ini dapat menampung hampir 3.000 pedagang ( Sumatera

Bisnis, 19 Juni 2015).

Pemindahan pasar sentral ke pasar induk membuat para pedagang

mengeluh dikarenakan besarnya harga beli dan harga sewa kios serta

(69)

2015). Omset pedagang juga terus mengalami penurunan karena jumlah

pengunjung yang datang semakin berkurang, dikarenakan lokasi Pasar

Induk yang sangat jauh sehingga biaya pengeluaran untuk transportasi

cukup besar. Sebelum relokasi ke Pasar Induk pedagang mampu menjual

barang dagangannya sebanyak 7 ton, namun setelah reloaksi ke Pasar Induk

jumlah barang dagangan yang terjual merosot tajam dengan barang

dagangan yang dibawa sebanyak 4 ton hanya 2 ton saja yang dapat terjual

(Medan Bisnis, 25 April 2015).

Relokasi Pasar Induk merupakan upaya untuk memberikan kesan

bahwa meskipun bersifat tradisional, namun dirancang sebagai pasar semi

modern, agar tetap bersih, rapi, tidak kumuh, tertib, nyaman serta

dikatagorikan menurut jenis barang dagangannya. Kebijakan Pemerintah

Kota Medan untuk merelokasi pasar Induk, diharapkan akan berdampak

pada tingkat pendapatan pedagang Pasar Induk.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan

penelitian yang berjudul “ Dampak Relokasi Pasar Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum Dan Sesudah Relokasi Ke Pasar Induk Di Kota Medan ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada bagian latar belakang,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah dampak pendapatan pedagang Pasar Sentral sebelum dan

(70)

2. Bagaimana tanggapan pedagang terhadap relokasi Pasar Induk?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjawab

permasalahan yang ada pada rumusan masalah diatas :

1. Untuk mengetahui apakah dampak pendapatan pedagang Pasar

Sentral sebelum dan sesudah relokasi berbeda secara signifikan.

2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan pedagang terhadap

relokasi Pasar Induk Lau Cih di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diyakini bermanfaat luas terutama bagi :

1. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah setempat dalam

pengambilan kebijakan, dalam hal ini pemerintah Kota Medan

dalam membuat berbagai kebijakan berkaitan dengan

pengembangan pasar tradisional.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan

manfaat serta menjadi referensi untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang relokasi pasar.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta

(71)

ABSTRAK

DAMPAK RELOKASI PASAR TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG PASAR SENTRAL SEBELUM DAN SESUDAH RELOKASI KE

PASAR INDUK DI KOTA MEDAN

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan relokasi pasar yang dilakukan pemerintah dari pasar sentral ke pasar induk Lau Cih Kota Medan yang memberikan banyak pro dan kontra terutama bagi para pedagang yang di relokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada dampak pendapatan yang signifikan dari relokasi pasar sentral ke pasar induk Lau Cih Kota Medan. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan penentuan jumlah responden menggunakan rumus Roscoe dan Sugiono. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuisioner. Teknik analisis data menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dampak pendapatan yang signifikan sebelum dan sesudah relokasi ke pasar Induk Lau Cih Kota Medan dalam hal ini penurunan pendapatan. Hal ini dikarenakan mahalnya harga sewa lokasi berdagang dan tidak adanya pinjaman bagi para pedagang yang semakin memberatkan para pedagang.

(72)

ABSTRACT

IMPACT ON RELOCATION MARKET OF CENTRAL MARKET TRADERS INCOME BEFORE AND AFTER THE RELOCATION TO INDUK MARKET

IN MEDAN

This research was motivated by problems of market relocation by the government from the central market to induk market Lau Cih Medan which provides many pros and cons, especially for traders who relocated. The purpose of this study was to determine whether there is a significant revenue impact of the relocation of the central market central market to Lau Cih Medan. The research method using descriptive quantitative research using purposive sampling techniques and determination of the number of respondents using the formula Roscoe and Sugiono. Methods of data collection is done by interviews and questionnaires. Data were analyzed using paired t test. The results showed that there were significant revenue impact before and after relocating to market the Master Lau Cih Medan in this drop in revenue. This is because the high price of the rental location and the absence of loan trading for traders increasingly burden some traders.

(73)

SKRIPSI

DAMPAK RELOKASI PASAR TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG

PASAR SENTRAL SEBELUM DAN SESUDAH RELOKASI KE PASAR INDUK

DI KOTA MEDAN

OLEH

ARYO AFIEF PALEGO

120501073

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN S1 EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(74)

ABSTRAK

DAMPAK RELOKASI PASAR TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG PASAR SENTRAL SEBELUM DAN SESUDAH RELOKASI KE

PASAR INDUK DI KOTA MEDAN

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan relokasi pasar yang dilakukan pemerintah dari pasar sentral ke pasar induk Lau Cih Kota Medan yang memberikan banyak pro dan kontra terutama bagi para pedagang yang di relokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada dampak pendapatan yang signifikan dari relokasi pasar sentral ke pasar induk Lau Cih Kota Medan. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan penentuan jumlah responden menggunakan rumus Roscoe dan Sugiono. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuisioner. Teknik analisis data menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dampak pendapatan yang signifikan sebelum dan sesudah relokasi ke pasar Induk Lau Cih Kota Medan dalam hal ini penurunan pendapatan. Hal ini dikarenakan mahalnya harga sewa lokasi berdagang dan tidak adanya pinjaman bagi para pedagang yang semakin memberatkan para pedagang.

Gambar

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Medan
Tabel 4.2 Umur Pedagang
Gambar 4.2 Pendidikan Terakhir Pedagang
Tabel 4.4 Jenis Kelamin Pedagang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyak ikan yang berhasil dijual seorang pedagang dalam seminggu adalah sebagai berikut.. Perhatikan diagram

Based on the discussion of the Rural Javanese architecture in the District Donorojo, Pacitan, we achieve conclusions: that the Javanese architecture

[r]

The nature of a given local knowledge, livable urban space and its indicators, as well as its creation in the given local knowledge framework, thereby, should be appropriately

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan air tanah, selain menambah lahan terbuka hijau adalah membuat biopori.. Ide pokok paragraf pertama

So far five Task Forces have been formed: Energy Task Force, Water Management Task Force, Waste Minimization and Recycling Task Force, Built Environment Task

Untuk menggunakan fasilitas ini seorang programmer hanya diharuskan memasukkan kelas kelas yang merupakan komponen dari Package.Package ini merupakan fitur dari Java 2 SDK yang

Panitia Pengadaan Mesin Fogging pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan