Keterangan :
K0 = Tanpa Perlakuan
A1 = Pupuk Kandang Ayam 5 ton/ha (setara dengan 12,5 g/pot) A2 = Pupuk Kandang Ayam 10 ton/ha (setara dengan 25 g/pot) A3 = Pupuk Kandang Ayam 15 ton/ha (setara dengan 37,5 g/pot) H1 = Pupuk Hijau 5 ton/ha (setara dengan 12,5 g/pot)
Lampiran 2. Kriteria Sifat Tanah
Sifat Tanah Satuan Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rendah Tinggi
Lampiran 3. Data Hasil Analisis Awal Contoh Tanah Ultisol Tambunan A Parameter Satuan Hasil Analisis Kriteria
pH H2O --- 5,25 Masam
pH KCl --- 4,1 Masam
C-Organik (Walkley&Black) % 0.62 Sangat Rendah
Aldd KCl 1 N me/100g 1.00 ---
KTK me/100g 14.00 Rendah
Kejenuhan Al (KCl) % 7.14 Sangat Rendah
Tekstur --- Lempung Liat
Berpasir (Llp) ---
Kadar Air % 26.60 ---
Kapasitas Lapang % 36,23 ---
Lampiran 4. Hasil Analisis Kotoran Ayam
Parameter Satuan Hasil Analisis Kriteria
pH H2O --- 7,54 Alkalis
C-Organik (Walkley&Black) % 5,37 (%) Sangat Tinggi
N Total % 3,16 (%) Sangat Tinggi
Kadar Air % 10,12 ---
Lampiran 5. Perhitungan AlddEkstraktan KCl 1 N
Metode Aldd KCl 1 N
No. Berat Contoh Tanah Volume KCl Volume Titrasi Aldd
(g) (mL) NaOH (mL) HCl (mL) (me/100g) Kebutuhan kapur untuk 5 Kg TKO
5x103g Kebutuhan kapur untuk 5 Kg TKO
5x103g Kebutuhan kapur untuk 5 Kg TKO
Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran C-Organik Tanah Setelah Inkubasi
Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Pengukuran C-Organik Tanah Setelah Inkubasi
Lampiran 8. Data Hasil Pengukuran pH H2O Tanah Setelah Inkubasi
Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam Pengukuran pH H2O Tanah Setelah
Inkubasi
Lampiran 10. Data Hasil Pengukuran pH KCl Tanah Setelah Inkubasi
Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Pengukuran pH KCl Tanah Setelah Inkubasi
Lampiran 12. Data Hasil Pengukuran P-Tersedia Metode Bray II (ppm)
Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Pengukuran P-Tersedia Metode Bray II
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F 0.01 F 0.05
Lampiran 14. Data Hasil Pengukuran Al-dd Tanah Ekstrak KCl
Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Al-dd Tanah Ekstrak KCl
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F 0.05 F 0.01
Lampiran 16. Data Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman (cm)
Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Tinggi Tanaman
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F 0.05 F 0.01
Lampiran 16. Data Hasil Pengukuran Berat Kering Tajuk (g)
Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Berat Kering Tajuk
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F 0.05 F 0.01
Lampiran 18. Data Hasil Pengukuran Berat Kering Akar (g)
Lampiran 19. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Berat Kering Akar
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F 0.01 F 0.05
Lampiran 20. Data Hasil Pengukuran Serapan P Tanaman (mg/tanaman)
Perlakuan Blok Blok Blok Total Rataan
I II III
Kontrol 3046.6292 2556.1798 2482.2674 8085.08 2695.03 A1 5393.3978 5664.7685 6315.9034 17374.07 5791.36 A2 7120.6989 8338.9663 11349.1011 26808.77 8936.26 A3 7829.7101 11721.5955 7362.9888 26914.29 8971.43 H1 5299.5034 7790.9528 2898.0000 15988.46 5329.49 H2 2279.5281 3386.4270 7084.1169 12750.07 4250.02 H3 2319.2180 8807.4000 4075.0652 15201.68 5067.23 C1 2790.9034 8629.6809 2136.9663 13557.55 4519.18 C2 4714.9753 3320.3730 3320.0045 11355.35 3785.12 C3 4679.7596 8298.2157 2513.7303 15491.71 5163.90 Total 45474.32 68514.56 49538.144 163527.03
Rataan 4547.43 6851.46 4953.81 5450.90
Lampiran 21. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Serapan P Tanaman
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F 0.01 F 0.05
Galat 18 82411697.997 4578428
Total 29 112745829.090
Lampiran 22. Data Hasil Pengukuran Umur Berbunga
Lampiran 23. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Umur Berbunga
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F 0.01 F 0.05
Lampiran 24.Prosedur Pengukuran Aldd Ekstraktan KCl 1 N
1. Gelas erlenmeyer 250 cc 2. Gelas ukur
1. Dimasukkan 5 g tanah ke dalam gelas erlenmeyer 250 cc 2. Ditambahkan 50 ml larutan KCl 1 N ke dalamnya dan
kemudian diguncang dengan mesin pengguncang selama 15 menit
3. Disaring dan ditampung hasil saringannya
4. Dipipet 25 ml hasil saringan ke dalam erlenmeyer 100 cc 5. Ditambahkan 5 tetes larutan indikator Phenopthalin
6. Dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai timbul warna merah muda yang permanen
7. Setelah itu, tambahkan beberapa tetes HCl 0.1 N sampai warna merah muda lenyap kembali
8. Ditambahkan 10 ml NaF 4%, dimana warna merah muda akan timbul kembali jika ada Al yang dapat dipertukarkan
9. Kemudian titrasi dengan HCl 0.1 N sampai warna merah muda hilang, dicatat volume HCl yang dipakai
10.Jumlah asam yang dipakai akan setara dengan jumlah Al yang dapat dipertukarkan
• Perhitungan
DAFTAR PUSTAKA
Barchia, M. F. 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Masam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Buckman H, O. dan Brady, N. C. 1974. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Budianta, D dan D. Tambas. Perubahan Ketersediaan Fosfat Pada Ultisol Sembawa yang Diberi Kotoran Ayam dan Batuan fosfat. J. Agrista 7(2):156-163.
Damanik, MMB., Bachtiar. E. H., Fauzi., Sarifuddin dan Hamidah. H. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Hartatik dan Widowati. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan Pertanian Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Havlin, J. L., J. D. Beaton, S. L. Tisdale, and W. L. Nelson. 1999. Soil Fertility and Fertilizers: An Introduction to Nutrient Management Sixth Edition. Prentice Hall, Inc. New Jersey.
Junedi, H. 2014. Pengaruh Ara Sungsang (Asystasia gangetica (L.) T. Anders.) Terhadap Kadar Air Tersedia dan Hasil kacang Tanah pada Tanah Ultisol. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014.
Kamprath, E. J. 1967. Soil Acidity and Response to Liming. International Soil Testing Series. Tech. Bull. 4. North Carolina State. Univ. Agric. Exp. Stn. Tan, K. H. 1991. Kimia Tanah. Diterjemahkan Oleh Didiek Hadjar Goenadi.
Gadjah Mada University Press.
Magdalena, F., Sudiarso dan T. Sumarni. 2013. Penggunaan Pupuk Kandang dan Pupuk Hijau Crotalaria juncea L. Untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Produksi Tanaman. 1(2):61-71.
Mukhlis., Sarifuddin., H. Hanum. 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. USU Press. Medan.
Putra A. D., MMB Damanik, dan H. Hanum. 2015. Aplikasi Pupuk Urea dan Pupuk kandang Kambing Untuk Meningkatkan N-Total Pada tanah Inceptisol Kwala Bekala dan kaitanya Terhadap Pertumbuhan tanaman jagung. J. Agroteknologi. 3(1):128-135.
Rover. 2009. Pemberian Campuran Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik Pada Tanah Untuk Pupuk Organik Pada Tanah Ultisol Untuk Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.). Progam Magister. Universitas Islam Riau. Pekan Baru.
Rachman, A., Ai Dariah, dan D. Santoso. 2006. Pupuk Hijau. Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan Pertanian Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sarno. 2009. Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang terhadap SifatTanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Caisim. J. Tanah Trop. 14(3):211-219.
Sumarwoto. 2004. Pengaruh Pemberian Kapur dan Ukuran Bulbil Terhadap Pertumbuhan Iles-iles (Amorphophallus muelleriBlume) Pada Tanah Ber-Al tinggi. 11(2):45-53.
Suriadikarta, D. A dan R. D. M. Simanungkalit, 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan Pertanian Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy Twelfth Edition. United states Departement of Agriculture. United States.
Stevenson, F. J. 1982. Humus Chemistry. John Wiley and Sons. New York.
Tufaila, M., Dewi. D. L., Syamsu. A. 2014. Aplikasi Kompos Kotoran Ayam Untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) di Tanah Masam. Jurnal Agroteknos. 4(2):119-126.
Wahjudin, U. M. 2006. Pengaruh Pemberian Kapur dan Kompos sisa Tanaman terhadap Alumunium Dapat Ditukar dan Produksi Tanaman Kedelai pada Tanah Vertic Hapludult dari Gajrug, Banten. Bul. Agron. 34(3):141-147. Wahyudi, I. 2009. Serapan N Tanaman Jagung (zea mays L.) Akibat Pemberian
Pupuk Guano dan Pupuk Hijau Lamtoro Pada Ultisol Wanga. J. Agroland 16(4):265-272.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kasa, Laboratorium Kimia Kesuburan
Tanah, dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan, dimulai pada November 2015 hingga Mei 2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Bahan Tanah Ultisol dari kebun percobaan USU Tambunan A sebagai
objek yang akan diteliti
2. Pupuk Kandang Ayam yang diambil dari peternakan rakyat.
3. Pupuk Hijau Lamtoro (Leucaena leucocephala) yang diambil dari
sekitaran lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Kapur CaCO3 sebagai bahan untuk mengatasi kemasaman tanah.
5. Air untuk menyiram tanaman
6. Polybegsebagai wadah untuk penanaman tanaman jagung
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Cangkul untuk mengambil tanah
2. Timbangan untuk menimbang bahan
3. Ayakan 10 mesh untuk menyortasi tanah
4. pH meter untuk mengukur pH tanah
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial
dengan 10 Perlakuan dan 3 ulangan, sehingga diperoleh unit percobaan sebanyak
30 unit percobaan. Masing – masing perlakuan percobaanya adalah sebagai
berikut :
Kode Perlakuan Dosis
---ton/ha--- ---g/5 kg tanah---
Untuk penetapan kebutuhan kapur akan digunakan metode titrimetri.
Selanjutnya data dianalisis dengan ANOVA (Analysis of Variance) pada setiap
parameter yang diukur.
Model linier Rancangan Acak Kelompok Faktorial :
Dimana :
Yij = µ + βi + τj + εij
Yij = nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan/blok ke-j
µ = rata-rata umum
βi = pengaruh kelompok/blok ke -i
εij = efek eror
Selanjutnya data yang diperoleh akan diuji secara statistk berdasarkan
analisis ragam pada taraf 5%, selanjutnya dilakukan uji beda rataan Polinomial
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengambilan contoh Tanah
Contoh tanah diambil secara komposit dari kedalaman 0 – 20 cm dengan
metode zig-zag. Tanah yang telah diambil kemudian dikering udarakan dan
diayak dengan menggunakan ayakan 10 mesh.
Persiapan Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3
Pupuk kandang ayam diambil dari peternakan ayam di sekitar kota Medan,
kemudian diukur rasio C/N dari pupuk kandang tersebut. Pupuk hijau diambil
dari tumbuh-tumbuhan sekulen yang berada disekitaran lahan percobaan Fakultas
pertanian Universitas Sumatera Utara, dan Kapur CaCO3berupa kapur pertanian.
Persiapan Media Tanam
Tanah yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh ditempatkan kedalam pot
setara 5 kg tanah kering mutlak atau tanah kering oven (TKO).
Pengaplikasian Pupuk Kandang, Pupuk Hijau, dan Kapur
Setelah tanah dimasukkan kedalam polybeg, lalu diberi perlakuan pupuk
kandang ayam, pupuk hijau, dan kapur CaCO3 sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan pada masing-masing pot.
Penanaman
Benih jagung sebagai tanaman indikator ditanam sebanyak 2 benih per pot.
Penjarangan dilakukan 1 minggu setelah tanam dengan meninggalkan 1 tanaman
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram tanaman setiap hari dan
membersihkan gulma dengan cara mencabuti rumput liar yang ada disekitar
tanaman indikator.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada akhir masa vegetatif dengan memotong
tanaman bagian atas (tajuk) dan memisahkan akar dari tanah. Kemudian
dikeringkan pada oven dengan temperatur 700 C.
Parameter Penelitian
Parameter yang diamati antara lain :
1. C-Organik dengan metode Walkley and Black
2. pH H2O dan pH KCl dengan metode Elektrometri
3. P-tersedia tanah dengan ekstrak Bray II
4. Kadar Aldd ekstrak KCl 1 N
5. Tinggi Tanaman (cm) pada akhir vegetatif
6. Berat Kering Tajuk (g) pada akhir vegetatif
7. Berat Kering Akar (g) pada akhir vegetatif
8. Serapan P Tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
pH H2O Tanah
Pemberian bahan amandemen berupa pupuk kandang ayam, pupuk hijau, dan kapur CaCO3mampu meningkatkan pH tanah Ultisol. pH tanah Ultisol pada perlakuan awal sebesar 5,47 meningkat menjadi 5,67 hingga 5,87 setelah pemberian pupuk kandang ayam, meningkat menjadi 5,63 hingga 5,77 setelah pemberian pupuk hijau, dan meningkat menjadi 5,80 hingga 6,04 setelah pemberian kapur CaCO3.
Tabel 3. pH H2O tanah Ultisol setelah inkubasi pupuk kandang ayam, pupuk hijau dan kapur CaCO3
A1,A2,A3 Vs H1,H2,H3,C1,C2,C3 tn
H1,H2,H3 Vs C1,C2,C3 **
Ket. : **=nyata pada taraf 1%; *=nyata pada taraf 5%; tn=tidak nyata 1)
Pada tabel 3dapat dilihat bahwa pemberian bahan amandemen berupa kapur CaCO3 lebih baik daripada pemberian pupuk hijau dan pupuk kandang ayam dalam meningkatkan pH H2O tanah Ultisol. Pemberian kapur CaCO3versus pemberian pupuk hijau berbeda nyata menurut uji statistik. Pemberian kapur CaCO3mampu meningkatkan pH dari 5,47 menjadi 5,80 hingga 6,04, sedangkan pemberian pupuk hijau hanya mampu meningkatkan pH dari 5,47 menjadi 5,63 hingga 5,77. Sedangkan untuk pemberian pupuk kandang ayam versus pemberian kapur CaCO3, ternyata pemberian kapur CaCO3 masih lebih baik daripada pemberian pupuk kandang ayam dalam meningkatkan pH H2O tanah Ultisol, namun tidak berbeda nyata menurut uji statistik. Pemberian pupuk kandang ayam mampu meningkatkan pH dari 5,47 menjadi 5,67 hingga 5,87.
Pemberian dari masing-masing bahan amandemen baik itu pupuk kandang ayam, pupuk hijau, maupun kapur CaCO3 mampu meningkatkan pH H2O tanah Ultisol secara nyata menurut uji statistik, namun peningkatan pH masih dalam kriteria agak masam. Sedangkan untuk pemberian dosis dengan tingkatan yang berbeda-beda dari masing-masing bahan amandemen ternyata tidak berbeda nyata dalam meningkatkan pH H2O tanah Ultisol menut uji statistik.
pH KCl Tanah
4,87 setelah pemberian kapur CaCO3.Peningkatan pH KCl tanah Ultisol dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. pH KCl tanah Ultisol setelah inkubasi pupuk kandang ayam, pupuk hijau dan kapur CaCO3.
Perlakuan Dosis pH KCl Kriteria
--ton/ha-- --g/5kg tanah--
A1,A2,A3 Vs H1,H2,H3,C1,C2,C3 tn
H1,H2,H3 Vs C1,C2,C3 **
Ket : **=nyata pada taraf 5%, tn=tidak nyata
1)
Kriteria menurut penilaian sifat-sifat tanah staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982)
pemberian pupuk hijau hanya mampu meningkatkan pH dari 4,40. Sedangkan untuk pemberian pupuk kandang ayam versus pemberian kapur CaCO3, ternyata pemberian kapur CaCO3 masih lebih baik daripada pemberian pupuk kandang ayam dalam meningkatkan pH H2O tanah Ultisol, namun tidak berbeda nyata menurut uji statistik. Pemberian pupuk kandang ayam mampu meningkatkan pH dari 4,39 menjadi 4,45 hingga 4,66.
Pemberian dari masing-masing bahan amandemen baik itu pupuk kandang ayam, pupuk hijau, maupun kapur CaCO3 mampu meningkatkan pH KCl tanah Ultisol secara nyata menurut uji statistik, namun peningkatan pH yang terjadi masih dalam kriteria agak masam. Sedangkan untuk pemberian dosis dengan tingkatan yang berbeda-beda pada masing-masing bahan amandemen, ternyata pemberian pupuk kandang ayam dosis 12,5 g/pot versus 25 g/pot dan 37,5 g/pot berbeda nyata dalam meningkatkan pH KCl menurut uji statistik. Namun, pemberian pupuk kandang ayam dosis 25 g/pot tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk kandang ayam dosis 37,5 g/pot menurut uji statistik. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dosis 25 g/pot merupakan dosis maksimal untuk meningkatkan pH tanah Ultisol. Sedangkan untuk pemberian pupuk hijau dan kapur CaCO3 dengan tingkatan dosis yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap pH KCl tanah Ultisol menurut uji statistik. P Tersedia Tanah
7,62 ppm hingga 8,1 ppm setelah pemberian pupuk hijau, dan meningkat menjadi 7,42 ppm hingga 7,43 ppm setelah pemberian kapur CaCO3. Meskipun pemberian dari masing-masing bahan amandemen mampu meningkatkan ketersediaan P pada tanah Ultisol, namun peningkatan akibat pemberian dari masing-masing bahan amandemen tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol menurut uji statistik. Peningkatan ketersediaan P akibat pemberian masing-masing bahan amandemen dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. P tersedia tanah Ultisol setelah inkubasi pupuk kandang ayam, pupuk hijau dan kapur CaCO3
Perlakuan Dosis P Bray II Kriteria
A1,A2,A3 Vs H1,H2,H3,C1,C2,C3 tn
H1,H2,H3 Vs C1,C2,C3 *
Ket. : **=nyata pada taraf 1%; *=nyata pada taraf 5%; tn=tidak nyata
1)
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian bahan amandemen berupa pupuk hijau versus kapur CaCO3menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau lebih baik dalam hal meningkatkan ketersediaan P di tanah Ultisol daripada pemberian kapur CaCO3.Pemberian pupuk hijau mampu meningkatkan ketersedian P tanah Ultisol dari 7,37 ppm menjadi 7,62 ppm hingga 8,1 ppm. Sedangkan untuk pemberian kapur CaCO3 mampu meningkatkan ketersediaan P tanah Ultisol dari 7,37 ppm menjadi 7,42 ppm hingga 7,43 ppm. Selain itu,pemberian pupuk hijau juga lebih baik dalam hal meningkatkan ketersediaan P di tanah Ultisol daripada pemberian pupuk kandang ayam, namun tidak berbeda nyata menurut uji statistik. Pemberian pupuk kandang ayam mampu meningkatkan ketersediaan P dari 7,37 ppm menjadi 7,62 ppm hingga 7,79 ppm.
Pemberian dari masing-masing bahan amandemen baik itu pupuk kandang ayam, pupuk hijau, maupun kapur CaCO3 mampu meningkatkan ketersediaan P tanah Ultisol secara nyata menurut uji statistik, namun peningkatan ketersediaan P masih dalam kriteria sangat rendah, kecuali pemberian pupuk hijau dosis 37,5 g/pot. Sedangkan untuk pemberian dosis dengan tingkatan yang berbeda-beda dari masing-masing bahan amandemen ternyata tidak berbeda nyata dalam meningkatkan ketersediaan P di tanah Ultisol menut uji statistik.
Al-dd Tanah
setelah pemberian pupuk kandang ayam, turun menjadi 0,93 me/100g hingga 0,80 me/100g setelah pemberian pupuk hijau, dan turun menjadi 0,93 me/100g hingga 0 me/100g setelah pemberian kapur CaCO3. Pemberian bahan amandemen berupa kapur CaCO3 juga lebih baik daripada pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk hijau dalam hal menurunkan Al-dd tanah Ultisol. Penurunan Al-dd tanah Ultisol dapat dilihatselengkapnya pada tabel 6.
Tabel 6. Al-dd tanah Ultisol setelah inkubasi pupuk kandang ayam, pupuk hijau dan kapur CaCO3.
Perlakuan Dosis Al-dd
--ton/ha-- --g/5kg tanah--
K Vs A1,A2,A3,H1,H2,H3,C1,C2,C3 **
A1,A2,A3 Vs H1,H2,H3,C1,C2,C3 *
H1,H2,H3 Vs C1,C2,C3 **
Ket. : **=nyata pada taraf 1%; *=nyata pada taraf 5%; tn=tidak nyata
bahan amandemen berupa kapur CaCO3 lebih baik dibandingkan pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk hijau dalam hal menurunkan Al-dd tanah Ultisol. Pemberian bahan amandemen berupa kapur CaCO3 mampu menurunkan Al-dd tanah dari 1,07 menjadi 0,53 hingga 0. Sedangkan pemberian pupuk kandang ayam mampu menurunkan Al-dd tanah dari 1,07 menjadi 0,93 hingga 0,67, dan pemberian pupuk hijau mampu menurunkan Al-dd tanah dari 1,07 menjadi 0,93 hingga 0,80.
Pemberian bahan amandemen berupa kapur CaCO3dosis 2,5 g/pot versus 3,75 g/pot dan 5 g/pot berbeda nyata terhadap penurunan Al-dd tanah Ultisol menurut uji satistik. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya dosis yang diberikan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya Al-dd tanah. Pemberian kapur CaCO3dengan dosis 2,5 g/pot mampu menurunkan Al-ddtanah sebesar 50%, sedangkan pemberian kapur CaCO3dengan dosis 3,75 g/pot mampu menurunkan Al-ddtanah sebesar 74%, dan pemberian kapur CaCO3dengan dosis 5 g/pot mampu menurunkan Al-ddtanah sebesar 99%. Sedangkan untuk pemberian bahan amandemen berupa pupuk kandang ayam dan pupuk hijau, pemberian dosis dengan tingkatan yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan nilai Al-dd tanah Ultisol.
C-Organik Tanah
meningkat dari 0,66 % menjadi 0,92 % hingga 0,95 % setelah pemberian kapur CaCO3. Peningkatan ini dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. C-Organik tanah Ultisol setelah inkubasi pupuk kandang ayam, pupuk hijau dan kapur CaCO3.
Perlakuan Dosis C-Organik Kriteria
--ton/ha-- --g/5kg tanah-- --%--
A1,A2,A3 Vs H1,H2,H3,C1,C2,C3 tn
H1,H2,H3 Vs C1,C2,C3 tn
Ket. : **=nyata pada taraf 1%; *=nyata pada taraf 5%; tn=tidak nyata
1)
Kriteria menurut penilaian sifat-sifat tanah staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982)
rendah menjadi rendah. Pemberian pupuk kandang ayam masih lebih baik
daripada pemberian pupuk hijau jika dilihat dari peningkatan yang terjadi pada C-organik tanah. Pemberian pupuk kandang ayam mampu meningkatkan C-organik tanah dari 0,66 % (sangat rendah) menjadi 1,22 (rendah), dan
pemberian pupuk hijau mampu meningkatkan C-organik tanah dari 0,66 % (sangat rendah) menjadi 1,09 (rendah).
Sedangkan untuk pemberian dosis dengan tingkatan yang berbeda-beda dari masing-masing bahan amandemen tidak berbeda nyata dalam meningkatkan C-organik tanah Ultisol menut uji statistik.
Tinggi Tanaman
Pemberian bahan amandemen berupa pupuk kandang ayam, pupuk hijau, dan kapur CaCO3mampu meningkatkan tinggi tanaman. Tinggi tanaman pada perlakuan awal sebesar 83,53 cm meningkat menjadi 148,8 cm hingga 157,2 cm setelah pemberian pupuk kandang ayam, dan meningkat dari 83,53 cm menjadi 110,77 cm hingga 133,63 cm setelah pemberian pupuk hijau, dan meningkat dari 83,53 cm menjadi 105,77 cm hingga 115,47 cm setelah pemberian kapur CaCO3.
Tabel 8. Tinggi tanaman pada akhir fase pertumbuhan vegetatif
Perlakuan Dosis Tinggi Tanaman
--ton/ha-- --g/5kg tanah-- --cm--
K Vs A1,A2,A3,H1,H2,H3,C1,C2,C3 **
A1,A2,A3 Vs H1,H2,H3,C1,C2,C3 **
H1,H2,H3 Vs C1,C2,C3 tn
Ket. : **=nyata pada taraf 1%; *=nyata pada taraf 5%; tn=tidak nyata
Pada tabel 8 juga dapat dilihat bahwapemberian dosis dengan tingkatan yang berbeda-beda dari masing-masing bahan amandemen tidak berbeda nyata dalam meningkatkan berat kering tajuk tanaman menut uji statistik.
Bobot Kering Tajuk Tanaman
pemberian pupuk hijau, dan meningkat dari 20,85 g menjadi 24,98 g hingga 32,49 g setelah pemberian kapur CaCO3.
Pemberian bahan amandemen pupuk kandang ayam versus pemberian pupuk hijau dan kapur CaCO3 berbeda nyata dalam meningkatkan berat kering tajuk tanaman menurut uji statistik. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam lebih baik daripada pemberian pupuk hijau dan kapur CaCO3 dalam meningkatkan berat kering tajuk tanaman. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini.
Tabel 9. Berat kering tajuk pada akhir fase pertumbuhan vegetatif
Perlakuan Dosis Berat Kering Tajuk
--ton/ha-- --g/5kg tanah-- --g--
K Vs A1,A2,A3,H1,H2,H3,C1,C2,C3 *
A1,A2,A3 Vs H1,H2,H3,C1,C2,C3 **
Pada tabel 9 juga dapat dilihat bahwapemberian dosis dengan tingkatan yang berbeda-beda dari masing-masing bahan amandemen tidak berbeda nyata dalam meningkatkan berat kering tajuk tanaman menut uji statistik.
Bobot Kering Akar
Tabel 10. Berat kering akar pada akhir fase pertumbuhan vegetatif
Perlakuan Dosis Bobot Kering Akar
--ton/ha-- --g/5kg tanah-- --g--
K Vs A1,A2,A3,H1,H2,H3,C1,C2,C3 tn
A1,A2,A3 Vs H1,H2,H3,C1,C2,C3 **
H1,H2,H3 Vs C1,C2,C3 tn
Ket. : **=nyata pada taraf 1%; *=nyata pada taraf 5%; tn=tidak nyata
Pada tabel 10 juga dapat dilihat bahwa pemberian dosis dengan tingkatan yang berbeda-beda dari masing-masing bahan amandemen tidak berbeda nyata dalam meningkatkan berat kering akar tanaman menurut uji statistik.
Serapan P
pemberian pupuk hijau mampu, dan meningkat dari 2695,03 mg/tanaman menjadi 3785,12 mg/tanaman hingga 5163,90 mg/tanaman setelah pemberian kapur CaCO3. Peningkatan serapan P dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.
Tabel 11. Serapan P Tanaman
Perlakuan Dosis Serapan P
K Vs A1,A2,A3,H1,H2,H3,C1,C2,C3 *
A1,A2,A3 Vs H1,H2,H3,C1,C2,C3 **
H1,H2,H3 Vs C1,C2,C3 tn
Ket. : **=nyata pada taraf 1%; *=nyata pada taraf 5%; tn=tidak nyata
ternyata tidak berbeda nyata menurut uji statistik. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk hijau dengan dosis 37,5 g/pot dan 25 g/pot tidak lebih baik daripada pemberian 12,5 g/pot. Sama halnya dengan pemberian pupuk kandang dan pupuk hijau, pemberian kapur CaCO3 dosis 5 g/pot dan 3,75 g/pot tidak lebih baik daripada pemberian dosis 2,5 g/pot.
Umur Berbunga
Pemberian bahan amandemen berupa pupuk kandang ayam, pupuk hijau, dan kapur CaCO3mampu mempersingkat umur berbunga tanaman. Lama berbunga tanaman pada perlakuan awal sebesar 62 hari menjadi 55 hari setelah pemberian pupuk kandang ayam, dan dari 62 hari menjadi 61 hari setelah pemberian pupuk hijau, dan dari 62 hari menjadi 61 hari setelah pemberian kapur CaCO3. Meskipun demikian, pemberian bahan amandemen versus perlakuan kontrol tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga tanaman menurut uji statistik.
Tabel 12. Umur Berbunga Tanaman
Perlakuan Dosis Umur Berbunga
--ton/ha-- --g/5kg tanah-- --hari--
K Vs A1,A2,A3,H1,H2,H3,C1,C2,C3 tn
A1,A2,A3 Vs H1,H2,H3,C1,C2,C3 **
H1,H2,H3 Vs C1,C2,C3 tn
Ket. : **=nyata pada taraf 1%; *=nyata pada taraf 5%; tn=tidak nyata
Pembahasan
Pemberian bahan amandemen berupa kapur CaCO3 sangat baik dalam meningkatkan pH tanah dan menurunkan Al-dd tanah Ultisol dibandingkan pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk hijau. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 sangat baik untuk digunakan sebagai bahan amandemen dalam mengatasi kemasaman pada tanah Ultisol. Meskipun demikian, pemberian kapur CaCO3 tidak lebih baik daripada pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk hijau dalam hal meningkatkan pertumbuhan tanaman di tanah Ultisol. Hal ini dikarenakan pemberian bahan amandemen berupa pupuk kandang ayam dan pupuk hijau lebih baik dalam meningkatkan C-organik, serapan P, tinggi tanaman, berat kering tajuk, dan berat kering akar tanaman di tanah Ultisol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini.
Tabel 13. Hasil pengamatan beberapa parameter setelah pemberian bahan amandemen berupa pupuk kandang ayam, pupuk hijau, dan kapur CaCO3.
Parameter Hasil
pH H2O Kapur CaCO3> Pupuk Kandang Ayam > Pupuk Hijau pH KCl Kapur CaCO3> Pupuk Kandang Ayam > Pupuk Hijau Al-dd Tanah Kapur CaCO3> Pupuk Kandang Ayam > Pupuk Hijau P Bray II Pupuk Hijau > Pupuk Kandang ayam > Kapur CaCO3 C-Organik Pupuk Kandang Ayam > Pupuk Hijau > Kapur CaCO3 Tinggi Tanaman Pupuk Kandang Ayam > Pupuk Hijau > Kapur CaCO3 Berat kering Tajuk Pupuk Kandang Ayam > Pupuk Hijau > Kapur CaCO3 Berat Kering Akar Pupuk Kandang Ayam > Pupuk Hijau > Kapur CaCO3 Serapan P Pupuk Kandang Ayam > Pupuk Hijau > Kapur CaCO3
mampu meningkatkan pH H2O tanah dari 5,47 menjadi 6.04, dan meningkatkan pH KCl dari 4,39 menjadi 4,87, serta menurunkan Al-dd tanah dari 1,07 me/100 mg menjadi 0,80 me/100 mg. Pemberian amandemen kapur CaCO3 sangat baik dalam mengatasi kemasaman pada tanah Ultisol dikarenakan pemberian kapur CaCO3 mampu mengendapkan Al3+ menjadi bentuk yang tidak aktif Al(OH)3. Havlin, dkk (1999) menyatakan bahwa sumber kemasaman tanah yang paling utama adalah aktivitas Al didalam tanah dan ion H+didalam larutan tanah. Hidrolisis Al akanmelepaskan H+, H+inilah yang kemudian akan mengasamkan pH tanah. Adapun rekasinya sebagai berikut :
Al3+ + H2O Al(OH)2+ + H+ Al(OH)2++ H2O Al(OH)2++ H+ Al(OH)2++ H2O Al(OH)30 + H+ Al(OH)30 + H2O Al(OH)4- + H+
Menurut Havlin,dkk (1999), Reaksi kapur terhadap tanah masam dimulai dengan netralisasi H+ di larutan tanah oleh OH- dan HCO3-. Adapun reaksinya : CaCO3 + H2O Ca2+ + HCO3- + OH-
Selanjutnya H+ akan hilang dari larutan tanah dan diubah menjadi bentuk Al(OH)3, sehingga pH tanah meningkat . Proses netralisasi H+ inilah yang menyebabkan Al3+ menjadi tidak aktif sehingga nilai Al-dd tanah semakin rendah. Adapun reaksinya sebagai berikut :
Al3+ K+
Ca2+ Ca2+
Mg2+ + 3CaCO3 + 3H2O Ca2+ + 2Al(OH)3 + 3CO2
Meskipun pemberian bahan amandemen berupa pupuk kandang dan pupuk hijau tidak lebih baik daripada pemberian kapur CaCO3, pemberian pupuk kandang dan pupuk hijau jugamampu meningkatkan pH H2O, pH KCl, dan menurunkan Al-dd tanah Ultisol. Pemberian pupuk kandang ayam pada tanah Ultisol mampu meningkatkan pH H2O tanahUltisol dari 5,47 menjadi 5.87, meningkatkan pH KCl dari 4,39 menjadi 4,66, dan menurunkan Al-dd tanah dari 1,07 me/100 mg menjadi 0,67 me/100 mg. Sedangkan pemberian pupuk hijau pada tanah Ultisol dapat meningkatkan pH H2O dari 5,47 menjadi 5,77, meningkatkan pH KCl dari 4,39 menjadi 4,40, dan menurunkan Al-dd tanah dari 1,07 me/100 mg menjadi 0,80 me/100 mg. Menurut Tan (1991), pemberian bahan organik akan menghasilkan sejumlah senyawa-senyawa organik termasuk asam-asam humat dan fulvat yang dapat membentuk kompleks dengan ion-ion logam yang akan menyebabkan terjadinya proses pengkelatan Al3+. Proses pengkelatan Al3+ akan mengubah kation Al3+ menjadi bentuk anion yang mobil didalam tanah, sehingga Al3+ tidak lagi memasamkan tanah. Proses pengkelatan inilah yang menyebabkan pH tanah meningkat dan merunkan nilai Al-dd tanah. Rahmawati (2011) menyatakan bahwa asam humat berperan penting dalam pengikatan kation logam melalui interaksi yang menghasilkan kompleks yang stabil yaitu membentuk ikatan koordinasi dan struktur cincin. Asam humat memiliki peran sebagai buffer pH, sehingga menjadikan asam humat memegang peranan penting dalam menjaga kondisi keasaman lingkungan tanah.
pemberian masing-masing bahan ke tanah Ultisol. Pemberian bahan organik berupa pupuk kandang ayam dan pupuk hijau menghasilkan reaksi pembentukan senyawa kompleks. Sedangkan untuk pemberian kapur CaCO3 akan menghasilkan proses netralisasi H+ dan Al3+, yang menyebakan H+ dan Al3+ menjadi bentuk Al(OH)3 sehingga tidak memasamkan tanah. Pembentukan senyawa kompleks atau proses khelasi tidak mengendapkan Al3+menjadi Al(OH)3, melainkan mengubah Al menjadi bentuk mobil, sehingga aktivitas Al3+ terdeteksi ketika dilakukan analisis penetapan Al yang dapat dipertukarkan (penetapan Al-dd). Hal inilah yang menyebabkan peningkatan pH dan penurunann Al-dd akibat pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk hijau tidak lebih baik daripada pemberian kapur CaCO3.
H3PO4 + OH- H2PO4-2 + H2O H2PO4-2 + OH- HPO4- + H2O
HPO4- + OH- PO4-3 + H2O
Barchia (2011) menyatakan bahwa tanah mineral masam banyak mengandung hidroksida Al dan Fe, sehingga pemberian P ke tanah tanah masam akan menyebabkan terjadinya pembentukan senyawa Al(OH)2H2PO4 dan Fe(OH)2H2PO4 yang sukar terlarut kembali. Pemberian kapur CaCO3akan mengubah Al3+ menjadi bentuk Al(OH)3, sehingga unsur P yang terikat akan berubah bentuk menjadi bentuk P yang tersedia untuk diserap oleh tanaman.
tanaman melalui aksi asam organik dan khelat organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi. Adapun reaksinya sebagai berikut :
CaOH.3Ca(PO4)2 + Khelat PO42- (tersedia) + Ca Khelat Kompleks
Al(Fe)(H2O)3(OH)2H2PO4 + Khelat PO42- (tersedia) + Al(Fe)-Khelat Kompleks
tanah. Hal inilah yang menyebabkan kenapa pemberian bahan amandemen pupuk kandang ayam dan pupuk hijau lebih baik dalam hal meningkatkan serapan P dan berat kering tajuk tanaman daripada pemberian kapur CaCO3. Tan (1991) menyatakan bahwa pemberian bahan organik menghasilkan asam-asam organik yang berperan penting dalam proses khelasi, sehingga mobilitas dan ketersediaan kation semakin meningkat. Asam humat dan asam fulvat akan meningkatkan pembebasan K yang terfiksasi dalam ruang antar misel dari liat. Selain itu, proses khelasi akan meningkatkan daya larut fosfat anorganik yang tidak larut. Kelarutan AlPO4, FePO4, atau Ca3(PO4)2 akan bertambah dengan adanya senyawa kompleks humat dengan asam organik lainya. Persenyawaan humik juga efektif mengikat unsur-unsur mikro Fe, Cu, Zn, dan Mn . Unsur mikro ini dapat menimbulkan masalah keracunan tanaman apabila terdapat dalam jumlah yang banyak didalam tanah. Pada saat tertentu, unsur mikro yang dikhelat dapat dilepaskan kembali ke dalam larutan tanah sehingga dapat diserap oleh akar. Hal inilah yang menyebabkan bahan organik memegang peranan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah. Semakin baik sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, akan semakin baik pula untuk pertumbuhan tanaman.
kapur CaCO3mampu meningkatkan berat kering akar tanaman dari 11,11 g menjadi 11,69 g. Hartatik dan Widowati (2006) pupuk kandang ayam mengandung hormon untuk mempercepat pertumbuhan ayam. Hormon yang dihasilkan oleh ayam broiler setelah melalui proses eksresi bisa menjadi salahsatu faktor yang menyebabkan kenapa pemberian pupuk kandang ayam sangat baik dalam merangsang pertumbuhan akar tanaman dibandingkan pemberian pupuk hijau dan kapur CaCO3. Hingga saat ini belum banyak dilakukan peneltian tentang kandungan hormon yang terdapat didalam pupuk kandang ayam. Sehingga tidak dapat diketahui apakah hormon yang dihasilkan dari proses eksresi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan perkembangan akar. Selain itu masih belum bisa diketahui hormon jenis apakah yang terkandung dipukan ayam broiler, apakah auksin, giberalin, sitokinin, maupun hormon yang lainya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian kapur CaCO3 merupakan pemberian bahan terbaik untuk mengatasi kemasaman tanah Ultisol
2. Pemberian pupuk kandang ayam merupakan pemberian bahan terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
Saran
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Ultisol
Tanah Ultisol adalah tanah yang memiliki horizon argilik atau kandik dengan kejenuhan basa < 35 % pada kedalaman 125 cm dibawah batas teratas dari horizon argilik (tapi tidak lebih dari 200 cm dibawah permukaan tanah mineral) atau 180 cm dibawah permukaan tanah mineral (Soil Survey Staff, 2014).
Proses pembentukan tanah Ultisol diawali oleh pencucian yang ekstensif dengan suhu yang cukup panas, yang terjadi dalam waktu yang cukup lama, sehingga menyebabkan terjadinya pelapukan yang kuat terhadap mineral mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan oksida-oksida. Mineral yang terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit dan gibsit. Pencucian liat akan menghasilkan horizon albik dilapisan atas, dan horizon argilik dilapisan bawah. Bersamaan dengan proses pencucian liat terjadi pula proses podzolisasi,
dimana besi akan dipindahkan dari horizon albik ke horizon argilik (Barchia, 2011)
Tanah Ultisol tersebar luas pada daerah-daerah beriklim humid. Penyebaran Ultisol di Indonesia hampir diseluruh tanah air kecuali beberapa pulau di Nusa Tenggara dan Maluku Selatan. Dari 51.000.000 ha Ultisol yang ada di Indonesia, sebagian besar diantaranya ditumbuhi oleh hutan tropika basah, semak belukar, dan hamparan padang alang-alang terlantar. Sebagian kecil saja atau sekitar 598.000 ha yang sudah dijadikan lahan-lahan produktif sebagai lahan tanaman padi lahan kering. Selebihnya dijadikan sasaran bukaan lahan transmigrasi dan perluasan tanaman perkebunan (Munir, 1996).
Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur. Pencucian dan pelapukan yang terjadi secara intensif menyebabkan tanah Utisol memiliki kandungan unsur hara yang rendah, kemasaman tanah yang tinggi, dan rendahnya kandungan bahan organik. Rendahnya kandungan bahan organik
disertai dengan kemasaman tanah yang tinggi akan menyebabkan ketersedian P
semakin rendah. Pada pH kurang dari 5,5 unsur P akan diikat oleh Fe dan Al.
Ketersediaan P yang rendah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena
unsur P merupakan unsur hara yang esensial bagi tanaman, yang berperan dalam
proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan
pembesaran sel serta proses-proses yang lainya (Sudaryono, 2009).
Tanah Masam
Sumber kemasaman tanah yang paling utama adalah aktivitas Al didalam tanah dan ion H+didalam larutan tanah. Hidrolisis Al akanmelepaskan H+, H+inilah yang kemudian akan mengasamkan pH tanah. Adapun rekasinya sebagai berikut :
Al3+ + H2O Al(OH)2+ + H+ Al(OH)2++ H2O Al(OH)2++ H+ Al(OH)2++ H2O Al(OH)30 + H+ Al(OH)30 + H2O Al(OH)4- + H+ (Havlin, dkk. 1999).
Curah hujan dan respirasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tanah menjadi masam. Air hujan murni sebenarnya adalah air destilasi, namun begitu turun melalui atmosfir dapat menjadi asam ber-pH 5,6 karena bereaksi dengan CO2. Air hujan murni bereaksi secara keseimbangan dengan CO2 atmosfir akan menghasilkan ion H+, akibatnya pH menjadi 5,6. Reaksinya :
H2O + CO2 H2CO3 H+ + HCO3- 2H+ + CO3
Tanaman dan mikroorganisme juga menghasilkan CO2 melalui proses respirasi. Selama periode pertumbuhan aktif akar tanamanan, organisme tanah menghasilkan CO2 tanah dan terlarut sehingga pH tanah menjadi lebih asam (Mukhlis, dkk. 2011).
dibanding pupuk amonium. Dibandingkan pupuk P, pupuk yang mengandung atau
membentuk NH4+ berpengaruh lebih besar terhadap pH tanah. (Damanik, dkk. 2011).
Bahan organik juga dapat menjadi penyebab kemasaman tanah. Beberapa tanaman mengandung sejumlah asam organik. Begitu residunya terdekomposisi, asam organik secara alami mempengaruhi kemasaman tanah. Beberapa tanaman mengasamkan secara sederhana, karena rendahnya kosentrasi basa untuk mencukupi keperluan mikrobia, dekomposisi jaringan tanaman tidak hanya mengeluarkan karbon dioksida tetapi juga akan mengambil hara basa, seperti kalsium dan magnesium dari dalam tanah (Mukhlis, dkk. 2011).
Permasalahan utama pada tanah masamadalah aktivitas Al yang dapat bersifat toksik bagi tanaman. Keberadaan Al didalam tanah akan menghambat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan kemasaman. Ligon dan Pierre mendemontrasikan keracunan Al melalui pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman jagung menjadi berkurang saat kosentrasi Al didalam tanah lebih besar daripada 1 ppm. Akar halus tanaman sorgum mati ketika kosentrasi Al didalam tanah mencapai 1 ppm, dan pertumbuhan akar tanaman akan terhambat dan tumbuh abnormal saat kosentrasi Al mencapai 0,5 ppm (Kamprath, 1967).
terfiksasi oleh kation – kation Al, Fe, Mn. Sedangkan apabila ketersediaan kation-kation basa yang sangat rendah pada kemasaman yang tinggi dan tinggi kelarutan kation asam di atas menyebabkan P lebih banyak terfiksasi oleh kation-kation asam tersebut, serta aktivitas kation-kation basa pada larutan tanah dan daerah perakaran tanaman akan berkompetisi dengan kation-kation asam dalam memanfaatkan tapak pertukaran (Barchia, 2011).
Kemasaman tanah juga menyebabkan masalah pada ketersedian hara seperti hara penting seperti Mg. Pada studi di Carolina Utara ditemukan bahwa defesiensi Mg ditemukan pada saat pH bernilai 5 atau lebih rendah pada tanah berpasir. Pada pH 5 atau lebih rendah akan terjadi pertukaran kation Mg oleh Al. Pada pH lebih rendah dari 4,8, Al akan bersifat antagonis pada penyerapan unsur hara Mg (Kamprath, 1967).
Kemasaman tanah juga berpengaruh pada ketersedian ion-ion basa. Tanah masam yang didominasi ion H+ dan Al3+ memiliki kekuatan affinitas yang sama kuat yang mampu menggantikan kation-kation basa seperti K+, Ca2+, Mg2+, Na+ dan NH4+ yang teradsorpsi dipermukaan koloid tanah. Kation-kation basa selanjutnya bebas di larutan tanah dan mudah tercuci dan hilang oleh air irigasi atau curah hujan (Mukhlis, 2011)
Pengelolaan Tanah Ultisol
pemberian kapur belum mampu memberikan bahan organik ke tanah, sedangkan tanah Ultisol merupakan tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Oleh sebab, pemberian bahan organik berupa pupuk kandang ayam atau pupuk hijau bisa menjadi bahan alternatif untuk melihat apakah pemberian bahan organik mampu mengatasi permasalahan yang terjadi pada tanah Ultisol.
Kapur CaCO3
Tanah di Indonesia merupakan tanah beriklim basah berkembang dengan
kondisi curah hujan tinggi sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan terjadi
penurunan kadar kation – kation basah tanah (seperti Ca, Mg dan K) dan
meningkatkan kemasaman tanah. Kemasaman tanah yang tinggi menyebabkan
rendahnya status hara fosfor dan tingginya potensial keracunan alumunium
(Damanik, dkk. 2011).
Tanah-tanah mineral masam pada pH kurang dari 5 umumnya
mengandung Al dan Mn dalam jumlah cukup banyak di larutan tanah, yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Pemberian kapur pada tanah masam dapat
menghilangkan pengaruh keracunan unsur Al, H, dan Mn. Pengaruh kapur
terhadap retensi kation adalah dengan menggantikan dan mengendapkan Al,
kemudian Al akan diikat menjadi bentuk yang tidak aktif
(Kamprath & Foy, 1985). Selain itu pemberian kapur juga dapat mereduksi
kemasaman, menurunkan kejenuhan Al hingga < 20%, dan dapat menaikan kadar
Ca dan Mg (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
diproduksi dari kulit kerang, tiram dan sejenisnya, sehingga harganya relatif
murah dan sering dipakai untuk mengapuri tanah pertanian. Baik buruknya suatu
bahan kapur untuk mengatasi tanah masam sangat dipengaruhi oleh kemampuan
kapur dalam menetralisasi tingkat kemasaman (Mukhlis, dkk. 2011).
Pemberian bahan kapurCaCO3 setara 1x Al-dd berpengaruh nyata dalam menurunkan Al-dd di dalam tanah. Pengapuran akan mengurangi daya larut Al, Fe, Mn dan Zn. Adapun reaksinya sebagai berikut :
CaCO3 Ca2+ + CO32-
CO32- + 2H2O H2CO3 + 2OH -X-Al + 3OH- X3- + Al(OH)3 (Wahjudin, 2006).
Menurut Havlin,dkk (1999), Reaksi kapur dimulai dengan netralisasi H+ di larutan tanah oleh OH- dan HCO3-. Adapun reaksinya sebagai beriut :
CaCO3 + H2O Ca2+ + HCO3- + OH-
Selanjutnya H+ akan hilang dari larutan tanah dan diubah menjadi bentuk Al(OH)3, sehingga tidak memasamkan tanah.
Al3+ K+
meningkatkan P-larut mulai dari 3 hingga 10 kali dibandingkan dengan kontrol (Winarso dkk, 2009)
Bahan Organik
Bahan organik adalah bahan yang tersusun dari senyawa organik yang berasal dari organisme hidup. Bahan organik dapat diperoleh dari beberapa sumber diantaranya kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami,
tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri
yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Bahan organik sangat
bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitasmaupun kuantitas,
mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
diikat oleh Ca, Fe, dan Al akan dilepaskan menjadi bentuk yang tersedia untuk tanaman melalui aksi asam organik dan khelat organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi. Adapun reaksinya sebagai berikut :
CaOH.3Ca(PO4)2 + Khelat PO42- (tersedia) + Ca Khelat Kompleks
Al(Fe)(H2O)3(OH)2H2PO4 + Khelat PO42- (tersedia) + Al(Fe)-Khelat Kompleks
Bahan organik berupa pupuk kandang saat ini banyak digunakan oleh
petani untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produksi
tanaman. Bahan organik berupa pupuk kandang merupakan bahan yang mudah
diperoleh. Bahan organik berupa pupuk kandang dapat diperoleh dari semua
produk buangan dari binatang peliharaan,baik itu kotoran ayam, sapi, kerbau,
kambing atau hewan ternak lainya. Selain mudah diperoleh, pupuk kandang juga
mengandung hara yang cukup lengkap untuk pertumbuhan tanaman
(Hartatik dan Widowati, 2006).
Tabel 1. Kandungan hara dari pukan padat/segar
Sumber
Putra dkk (2015) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang pada tanah dapat menaikan pH, menurunkan Al-dd tanah dan meningkatkan bobot kering akar dan tajuk tanaman. Pemberian pupuk kandang akan menghasilkan asam organik yang berfungsi mengikat Al didalam tanah, sehingga Al menjadi bentuk yang tidak aktif, danpH akan meningkat. Selain berpengaruh terhadap pH dan Al-dd, pepemberian pupuk kandang juga mempengaruhi bobot kering akar dan bobot kering tajuk semangkin meningkat. Bahan organik dari pupuk kandang akan memperbaiki aerasi tanah, sehingga kosentrasi oksigen semakin tinggi didalam tanah, dan perkembangan akar akan semakin baik didalam tanah. Bahan organik dari pupuk kandang juga dapat memberikan unsur hara N pada tanaman. Unsur N akan terakumulasi dengan sejumlah zat hasil fotosintesis yang dapat merangsang terbentuknya tunas daun sehingga dapat mempengaruhi bobot kering tanaman.
Hasil penelitian Tufaila, dkk (2014) menunjukan bahwa aplikasi pupuk
kandang ayam pada tanah masam mampu memberikan peningkatan kandungan C-organik tanah. Pada pengamatan pada parameter C-organik tanah sebelum
perlakuan yaitu sebesar 0,83% (sangat rendah) dan setelah perlakuan nilai C-organik bervariasi berkisar antara 1,30-2,26% (sedang). Selain itu pemberian
Hasil penelitian Sarno (2009) menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dapat menurukan jerapan P tanah. Asam humik dan asam fulvik yang terkandung pada pupuk kandang berfungsi dalam mengikat Fe dan Al, sehingga Al dan Fe menjadi bentuk yang tidak aktif, sehingga ketersediaan P tersedia ditanah semakin meningkat. Selain itu, pemberian pupuk kandang juga berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot akar pada tanaman Caisim. Peningkatan bobot akar pada tanaman ini disebabkan karena pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah.
Tabel 2. Total hara yang terkandung dalam sisa panen (kecuali akar)
Tanaman
Total hara dalam sisa tanaman kecuali akar
N P K Ca Mg S
Sumber : Rachman, et al (2006).
Penggunaan pupuk hijau dapat memperbaiki aerasi udara dalam tanah secara tidak langsung dan dapat menyuburkan tanah. Penggunaan pupuk hijau umumnya dibenamkan kedalam tanah atau dicampurkan saat pengolahan tanah.
Pupuk hijau yang umum digunakan adalah dari tanaman legum (kacang – kacangan), karena disamping sebagai sumber bahan organik juga dapat
tidak dapat meningkatkan kandungan C organik tanah. Kandungan C organik tanah tegalan di Indonesia umumnya < 0,03 %, sedangkan kandungan yang dianggap baik adalah >1%, serta ideal 2,5-4%. Peningkatan C organik akan berpengaruh pada peningkatan kandungan bahan organik tanah.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ultisol merupakan salah satu ordo tanah yang tersebar luas di Indonesia. Sebaran Ultisol di Indonesia mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia. Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Pemanfaatan lahan Ultisol hingga kini masih cukup terbatas. Hanya sebagian kecil
saja atau sekitar 598.000 ha yang sudah dijadikan sebagai lahan-lahan produktif.
Selebihnya dijadikan sasaran bukaan lahan transmigrasi dan perluasan tanaman
perkebunan (Munir, 1996; Prasetyo dan Suridikarta, 2006).
Pemanfaatan tanah Ultisol hingga saat ini masih mengalami kendala.
Permasalahan yang umumnyadijumpai pada tanah Ultisol adalah rendahnya
kandungan unsur hara dan kandungan bahan organik tanah (0,67-1,57 %), tanah
bereaksi masam hingga sangat masam (pH 3,1 – 5,5), serta kejenuhan alumunium
yang tinggi (37-60%) (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006; Sudaryono, 2009).
Selama ini kemasaman tanah Ultisol diatasi oleh pemberian kapur, bahan
organik, berupa pupuk kandang dan pupuk hijau. Pemberian kapur selama ini
bentuk yang tidak aktif (Budianta dan Tambas, 2003). Sedangkan pemberian pupuk hijau selama ini juga diketahui dapat meningkatkan pH tanah, karena
menghasilkan asam-asam organik yang berperan sangat penting dalam menekan
aktivitas aluminium dalam tanah, sehingga produksi ion H+ akan menurun (Wahyudi, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dikaji diantara ketiga bahan tersebut. Bahan apakah yang paling baik digunakah untuk mengatasi kemasaman pada tanah Ultisol, apakah pupuk kandang ayam, pupuk hijau, ataupun kapur CaCO3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan mencari bahan terbaik dari pemberian pupuk kandang ayam, pupuk hijau, atau CaCO3 dalam mengatasi kemasaman pada tanah Ultisol serta untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
Hipotesa Peneltian
Pemberian kapur CaCO3mampu mengatasi kemasaman tanah Ultisol lebih baik dibandingkan dengan pemberian pupuk kandang dan pupuk hijau.
Kegunaan Penelitian
ABSTRAK
Penelitian ini menguji ketiga bahan amandemen berupa pupuk kandang ayam, pupuk hijau, dan kapur CaCO3 pada tanah masam Ultisol terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Hasil pengukuran diterapkan pada tanah di rumah kasa dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 3 perlakuan dan 3 taraf, yaitu : pupuk kandang ayam dosis 12,5 g/pot, 25 g/pot, 37,5 g/pot; pupuk hijau dosis 12,5 g/pot, 25 g/pot, 37,5 g/pot; kapur CaCO3 dosis 2,5 g/pot, 3,75 g/pot, 5 g/pot. Ketiga bahan amandemen diinkubasi selama 14 hari dan senantiasa dalam keadaan kapasitas lapang. Tanaman indikator dipelihara hingga fase pertumbuhan vegetatif. Parameter yang diamati adalah pH H2O, pH KCl, P Bray II, Al-dd tanah, C-organik tanah, tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, serapan P dan umur berbunga tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan amandemen berupa kapur CaCO3 lebih baik dalam hal mengatasi kemasaman tanah Ultisol daripada pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk hijau karena mampu meningkatkan pH H2O, pH KCl, dan menurunkan Al-dd tanah secara nyata. Sedangkan untuk pertumbuhan tanaman, pemberian bahan amandemen pupuk kandang ayam lebih baik daripada pemberian pupuk hijau dan kapur CaCO3karena mampu meningkatkan serapan P, tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, dan memperpendek umur berbunga tanaman.
ABSTRACT
This research examined 3 (three) of soil amandements of chicken manure, green fertilizer and lime (CaCO3) on Ultisol acid soil and their effect on the
growth of corn. This study was conducted at the green house, College of Agriculture by using randomized block design (RBD) non factorial which consists of 3 (three) treatments and 3 (three) levels of each treatment.
First factor : chicken manure, consists of 3 levels (12,5 g/pot), (25 g/pot), and (37,5 g/pot), respectively.
Second faktor : green fertilizer, consist of 3 levels (12,5 g/pot, 25 g/pot, and 37,5 g/pot), respectively.
Third factor : lime (CaCO3), consists of 3 levels (2,5 g/pot, 3,75 g/pot, and 5
g/pot), respectively.
All amandements was incubated for 14 days under field capacity. Parameters measured in this study were soil H2O pH and KCl, Bray II
phosphorus, exchangeable Al, soil organic C, plant height, shoot dry weight, root dry weight, phosphorus absorbed by plants, and age of flowering.
The results of this study showed that the application of CaCO3 was much
better compared to the other two amandements in increasing soil pH, decrease exchangeable Al significantly. Chicken manure significantly increase plant growth, the absorbtion of P, plant height, shoot dry weight, root dry weight, and shortened the age of flowering, while the other two amandements not significantly affected the parameters measured.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM, PUPUK HIJAU, DAN KAPUR CaCO3 PADA TANAH ULTISOL TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
SKRIPSI OLEH :
TAUFIK ATMAJA 110301122
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM, PUPUK HIJAU, DAN KAPUR CaCO3 PADA TANAH ULTISOL TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
SKRIPSI OLEH :
TAUFIK ATMAJA 110301122
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Nama : Taufik Atmaja
NIM : 110301122
Progam Studi : Agroekoteknologi Minat : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. M. Madjid. B. Damanik, M.Sc)( Dr. Ir. Mukhlis, M. Si ) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
Mengetahui
ABSTRAK
Penelitian ini menguji ketiga bahan amandemen berupa pupuk kandang ayam, pupuk hijau, dan kapur CaCO3 pada tanah masam Ultisol terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Hasil pengukuran diterapkan pada tanah di rumah kasa dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 3 perlakuan dan 3 taraf, yaitu : pupuk kandang ayam dosis 12,5 g/pot, 25 g/pot, 37,5 g/pot; pupuk hijau dosis 12,5 g/pot, 25 g/pot, 37,5 g/pot; kapur CaCO3 dosis 2,5 g/pot, 3,75 g/pot, 5 g/pot. Ketiga bahan amandemen diinkubasi selama 14 hari dan senantiasa dalam keadaan kapasitas lapang. Tanaman indikator dipelihara hingga fase pertumbuhan vegetatif. Parameter yang diamati adalah pH H2O, pH KCl, P Bray II, Al-dd tanah, C-organik tanah, tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, serapan P dan umur berbunga tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan amandemen berupa kapur CaCO3 lebih baik dalam hal mengatasi kemasaman tanah Ultisol daripada pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk hijau karena mampu meningkatkan pH H2O, pH KCl, dan menurunkan Al-dd tanah secara nyata. Sedangkan untuk pertumbuhan tanaman, pemberian bahan amandemen pupuk kandang ayam lebih baik daripada pemberian pupuk hijau dan kapur CaCO3karena mampu meningkatkan serapan P, tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, dan memperpendek umur berbunga tanaman.
ABSTRACT
This research examined 3 (three) of soil amandements of chicken manure, green fertilizer and lime (CaCO3) on Ultisol acid soil and their effect on the
growth of corn. This study was conducted at the green house, College of Agriculture by using randomized block design (RBD) non factorial which consists of 3 (three) treatments and 3 (three) levels of each treatment.
First factor : chicken manure, consists of 3 levels (12,5 g/pot), (25 g/pot), and (37,5 g/pot), respectively.
Second faktor : green fertilizer, consist of 3 levels (12,5 g/pot, 25 g/pot, and 37,5 g/pot), respectively.
Third factor : lime (CaCO3), consists of 3 levels (2,5 g/pot, 3,75 g/pot, and 5
g/pot), respectively.
All amandements was incubated for 14 days under field capacity. Parameters measured in this study were soil H2O pH and KCl, Bray II
phosphorus, exchangeable Al, soil organic C, plant height, shoot dry weight, root dry weight, phosphorus absorbed by plants, and age of flowering.
The results of this study showed that the application of CaCO3 was much
better compared to the other two amandements in increasing soil pH, decrease exchangeable Al significantly. Chicken manure significantly increase plant growth, the absorbtion of P, plant height, shoot dry weight, root dry weight, and shortened the age of flowering, while the other two amandements not significantly affected the parameters measured.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aceh Tamiang pada tanggal 8 Mei 1993 dari AyahNgatiman dan ibu Trilasih. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Pada tahun 2005 penulis tamat dari SD Swasta Sekundur, tahun 2008 tamat dari SMPN 6Kejurun Muda, pada tahun 2011 lulus dari SMAN 2Kejuruan Muda, dantahun 2011 diterima di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih minat studi Ilmu Tanah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Jagung”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayah, bunda, serta kakakku yang selalu memberikan nasehat dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Ir. M. Madjid. B. Damanik, M.Sc dan Dr. Ir. Mukhlis, M. Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, kepada para sahabatFitri, Kiki, Dody, Lutfi, Anugerah,Chrismandan Agroekoteknologi 3 dan Ilmu Tanah 2011 yang telah membantu dan memberikan dukungan selama penelitian berlangsung, dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Hipotesis Penelitian ... 2
Kegunaan Penulisan ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol ... 3
Tanah Masam ... 5
Pengelolaan Tanah Ultisol ... 7
Kapur CaCO3... 8
Bahan Organik ... 9
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
Bahan dan Alat Penelitian ... 16
Metode Peneltian ... 17
PELAKSANAAN PENELITIAN Pengambilan Contoh Tanah ... 19
Persiapan Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Hijau, dan CaCO3 ... 19
Persiapan Media Tanam ... 19
Pengaplikasia pupuk kandang, pupuk hija dan CaCO3 ... 19
Pemeliharaan ... 20
Pemanenan ... 20
Parameter Penelitian ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... ... 21
pH H2O Tanah ... 21
pH KCl Tanah ... 22
P-Tersedia Tanah... 24
Al-dd Tanah ... 26
C-organik Tanah ... 28
Tinggi Tanaman ... 30
Berat Kering Tanaman ... 31
Berat Kering Akar ... 33
Serapan P ... 34
Umur Berbunga ... 36
Pembahasan ... 39
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 48
Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
1. Kandungan hara dari pukan padat/segar ... 11
2. Total hara yang terkandung dalam sisa panen (kecuali akar) ... 14
3. pH H2O tanah Ultisol setelah inkubasi pupuk kandang ayam, pupuk hijau dan kapur CaCO3 ... 21
4. pH KCl tanah Ultisol setelah inkubasi pupuk kandang ayam, pupuk hijau dan kapur CaCO3. ... 23
4. P tersedia tanah Ultisol setelah inkubasi pupuk kandang ayam, pupuk hijau dan kapur CaCO3. ... 25
6. Al-dd tanah Ultisol setelah inkubasi pupuk kandang ayam, pupuk hijau dan kapur CaCO3 ... 27
7. C-Organik tanah Ultisol setelah inkubasi pupuk kandang ayam, pupuk hijau dan kapur CaCO3 ... 29
8. Tinggi tanaman pada akhir fase pertumbuhan vegetatif ... 31
9. Berat kering tajuk pada akhir fase pertumbuhan vegetatif ... 32
10. Berat kering akar pada akhir fase pertumbuhan vegetatif ... 34
11. Serapan P Tanaman Jagung ... 35
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal
1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa ... 51
2. Kriteria Sifat Tanah ... 53
3. Data Hasil Analisis Awal Contoh Tanah Ultisol Tambunan A ... 54
4. Hasil Analisis Kotoran Ayam. ... 54
5. Perhitungan AlddEkstraktan KCl 1 N ... 55
6. Data Hasil Pengukuran C-Organik Tanah Setelah Inkubasi ... 56
7. Daftar Sidik Ragam Pengukuran C-Organik Tanah Setelah Inkubasi... 56
8. Data Hasil Pengukuran pH H2O Tanah Setelah Inkubasi ... 57
9. Daftar Sidik Ragam Pengukuran pH H2O Tanah Setelah Inkubasi ... 57
10. Data Hasil Pengukuran pH KCl Tanah Setelah Inkubasi ... 58
11. Daftar Sidik Ragam Pengukuran pH KCl Tanah Setelah Inkubasi ... 58
12. Data Hasil Pengukuran P-Tersedia Metode Bray II (ppm) ... 59
13. Daftar Sidik Ragam Pengukuran P-Tersedia Metode Bray II ... 59
14. Data Hasil Pengukuran Al-dd Tanah Ekstrak KCl ... 60
15. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Al-dd Tanah Ekstrak KCl ... 60
16. Data Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman ... 61
17. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Tinggi Tanaman ... 61
18. Data Hasil Pengukuran Berat Kering Tajuk (g) ... 62
19. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Berat Kering Tajuk ... 62
20. Data Hasil Pengukuran Berat Kering Akar (g) ... 63
21. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Berat Kering Akar ... 63
22. Data Hasil Pengukuran Serapan P Tanaman (mg/tanaman) ... 64
23. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Serapan P Tanaman ... 64
24. Data Hasil Pengukuran Umur Berbunga ... 65
25. Daftar Sidik Ragam Pengukuran Umur Berbunga ... 65