• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektivitas Jamur Metarhizium anisopliae (Metch.) dan Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) Terhadap Larva Penggerek Tongkol Jagung Helicoperva Armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) di Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efektivitas Jamur Metarhizium anisopliae (Metch.) dan Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) Terhadap Larva Penggerek Tongkol Jagung Helicoperva Armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) di Lapangan"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Populasi Larva

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(3)

Uji jarak Duncan

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

Transformasi Arcsin √persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(4)

Daftar Sidik Ragam

Lampiran 4. Persentase Intensitas Serangan H. armigera

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(5)

Daftar Sidik Ragam

Lampiran 5. Data Produksi Tongkol Jagung Pada Tanaman Sampel (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(6)

Transformasi

√x+0.5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

J0 14,72 15,87 15,13 15,65 61,37 15,34 J1 14,86 14,66 15,84 15,90 61,27 15,32 J2 16,88 16,27 14,86 15,52 63,54 15,88 J3 16,22 16,15 15,45 16,64 64,46 16,12 J4 14,31 16,33 15,90 15,90 62,45 15,61 J5 15,39 15,55 15,84 16,15 62,93 15,73 J6 15,23 16,21 16,40 16,82 64,65 16,16 Total 107,61 111,06 109,43 112,57 440,66 Rataan 15,37 15,87 15,63 16,08 15,74

Daftar Sidik Ragam

Sk db Jk KT

F

Hitung F.05 F.01 Ket

Blok 3 1,95

Perlakuan 6 2,78 0,463 1,15 3,66 4,01 tn

Galat 18 7,22 0,401

Total 27 11,94

FK 6935,19

KK 4%

(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan AM & Handayani. 2010. Kemampuan Memangsa Cecopet (Euborellia annulata Fabricus) terhadap Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera Hubner). Dalam Prosiding Pekan Serealia Nasional.

. 2010. Preferensi (Euborellia annulata Fabricus) terhadap Beberapa Stadia Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera Hubner). Dalam Prosiding Pekan Serealia Nasional.

Ahmad RZ. 2010. Cendawan Metarhizium anisopliae Sebagai Pengendali Hayati Ektoparasit Caplak dan Tungau Pada Ternak. Balai Penelitian Veteriner, Bogor.

Asri MT., Isnawati & M Thamrin. 2003. Konsentrasi Virus HaNPV Isolat Yogjakarta yang Efektif untuk Mengendalikan Ulat Helicoperva armigera. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. Edisi 3 Tahun VIII. Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman

Jagung Seluruh Provinsi. Diakses dari http://www.bps.go.id

Bedjo. 2012. Pengaruh Konsentrasi HaNPV Terhadap Penekanan Populasi Hama Pemakan Polong Kedelai Helicoverpa Armigera. Suara Perlindungan Tanaman. 2(2):6-10.

Bedjo., Sri W & Suharsono. 2011. Pengaruh Pestisida Nabati, Npv Dan Galur Tahan Terhadap Aspek Biologi Ulat Grayak. Semnas Pesnab IV, Jakarta.

Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan. 1993. Pedoman Pengembangan Beauveria bassiana. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, Jakarta.

Ditlinhorti. 2013. Kendalikan OPT dengan sistem PHT Ramah Lingkungan. Direktorat Perlindungan Hortikultura

Iriany RN., Yasin HG & Andi TM. 2008. Asal, sejarah, evolusi, dan taksonomi tanaman jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Khasanah, N. 2008. Pengendalian Hama Penggerek Tongkol Jagung Helicoverpa armigera Hubner. (Lepidoptera : Noctuidae) dengan Beauveria bassiana strain lokal Pada Pertanaman Jagung Manis Di Kabupaten Donggala. J. Agroland. 15(2): 106-111.

(9)

and Central Science Laboratory (UK) joint Pest Risk Analysis for Helicoverpa armigera.

Mia., Melanie & Budi. 2008. Patogenisitas Jamur Entomopatogen Metarhizium anisopliae Terhadap Crocidolomia pavonana Fab. Dalam Kegiatan Studi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kubis Dengan Menggunakan Agensia Hayati. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran. Bandung.

Purba RSD. 2005. Penggunaan Tanaman Jagung Sebagai Perangkap untuk Menekan Populasi Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera; Noctuidae) pada Tanaman Tomat. Skripsi. Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Purnamasari Y & Mia M. 2010. The Profile Of Middle Digestive Tract (Midgut) Tissue Damage On Spodoptera Litura Fabricius Larvae Due To The Infection Of Helicoverpa Armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV). Department Of Biology Mathematic And Natural Science Facultative University Of Padjadjaran.

Riyanto. 2008. Potensi Agen Hayati Spodoptera litura Nuclear Polyherosis Virus (SlNPV) untuk Pengendalian Spodoptera litura Fabricus. Forum MIPA 12(2):1-10.

Rubatzky VE & Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia 1. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Said Y., Soenartiningsih A., Tenrirawe., Adnan., W. Wakman., A. Haris., & Syafruddin. 2008. Petunjuk Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Simamora CJ., TH Ramadhan & I Hendarti. 2010. Persistensi Cendawan Metarhizium anisopliae (Metsch.) Fakultas Pertanian. Universitas Tanjungpura Pontianak. Pontianak.

Surtikanti. 2006. Potensi Parasitoid Telur sebagai Pengendali Hama Penggerek Batang dan Penggerek Tongkol Jagung. Balai penelitian tanaman serealia, Maros.

Tenrirawe., Achmad & Tandiabang. 2005. Dinamika Populasi Hama Utama Tanaman Jagung Pada Pola Tanam Berbasis Jagung. Dalam Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertanaman Tahunan PGJ dan PFJ XVJ Komda Sulawesi Selatan.

(10)

pada tanaman jagung. Dalam Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sulawesi Selatan. Hal 271-274. Tenrirawe. 2011. Efektivitas Virus Patogen HaNPV Terhadap Hama Penggerek

Tongkol Jagung. Seminar Nasional Serealia.

Trizelia., M. Syahrawati & A. Mardiah. Patogenisitas Beberapa Isolat Cendawan Entomopatogen Metarhizium spp. terhadap Telur Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae). J. Entomol. Indon. 8(1): 45-54 Zaidun. 2005. Pengendalian Hama Jagung Dengan Sistem Pengaturan Waktu

Tanam Di Lahan Kering Beriklim Basah. Dalam ProsidingTemu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.

(11)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Makmur Kecamatan Tandem Hulu 1 Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ± 40 mdpl. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juli 2014 sampai dengan Agustus 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur M. anisopliae, Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV), aquadest, tanaman

jagung varietas DK 85, pacak, dan bahan pendukung lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beaker glass, timbangan, batang pengaduk, handsprayer, alat tulis dan alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 7 perlakuan yaitu:

J0 = Kontrol

(12)

Keterangan :

Masing- masing perlakuan terdiri dari 4 ulangan, dengan rumus : (t-1) (r-1) ≥ 15

(7-1) (r-1) ≥ 15 6(r-1) ≥ 15 6r-6 ≥ 15 6r ≥ 21

r ≥ 3,5

Jumlah ulangan : 4 ulangan Jumlah perlakuan : 7 perlakuan Jumlah plot percobaan : 28 plot

Jumlah tanaman sampel : 5 tanaman/plot Jumlah sampel keseluruhan : 140 tanaman Pelaksanaan Penelitian

Survei Lahan

Survei dilakukan terhadap lahan yang sudah ditanami jagung berumur 45 hari. Survei ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lokasi penelitian yang akan dilakukan.

Penyediaan M. anisopliae dan HaNPV

(13)

Pembuatan Larutan M. anisopliae dan HaNPV

Jamur M. anisopliae ditimbang sebanyak 4g, 8g, dan 12g kemudian dilarutkan masing-masing ke dalam 1 liter air, kemudian larutan dituang ke dalam handsprayer. Untuk pembuatan larutan HaNPV ditimbang sebanyak 2g, 4g, dan 6g kemudian dilarutkan masing-masing ke dalam 1liter air, kemudian larutan dituang ke dalam handsprayer.

Pengaplikasian Larutan M. anisopliae dan HaNPV

Untuk pengaplikasian dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada selang waktu seminggu. Pengaplikasian dilakukan pada sore hari. Cara pengaplikasian kedua larutan sama yaitu dengan cara menyemprotkan larutan ke ujung rambut tongkol jagung masing-masing perlakuan sebanyak 50 ml pada setiap aplikasi.

Parameter yang diamati Populasi Larva

Pengamatan populasi larva dilakukan dengan menghitung jumlah larva pada setiap tanaman sampel yang telah ditentukan. Jumlah tanaman sampel 5 tanaman per plot. Pengamatan dilakukan hanya satu kali yaitu pada waktu panen. Populasi Pupa

Pengamatan populasi pupa dilakukan dengan menghitung jumlah pupa pada setiap tanaman sampel yang telah ditentukan. Jumlah tanaman sampel 5 tanaman per plot. Pengamatan dilakukan hanya satu kali yaitu pada waktu panen. Persentase Intensitas Serangan

(14)

sampel pada setiap plot. Menghitung intensitas serangan dengan menggunakan rumus (Natawigena, 1994) sebagai berikut :

P =Σn x v

Z x N � 100 %

Keterangan : P = persentase kerusakan

n = jumlah tanaman yang terserang pada setiap kategori serangan v = nilai skala pada setiap kategori serangan

Z = nilai skala tertinggi dari kategori serangan (4) N = jumlah seluruh tanaman yang diamati per plot

Nilai skala dari setiap kategori serangan menurut (Natawigena, 1994) sebagai berikut:

Tingkat Kerusakan Tanda kerusakan pada tanaman Nilai

Sehat kerusakan tongkol ≤ 5% 0

Ringan kerusakan tongkol antara 6% - 25% 1 Agak Berat kerusakan tongkol antara 26% - 50% 2 Berat kerusakan tongkol antara 51% - 75% 3 Sangat Berat Kerusakan tongkol antara > 75% 4

Data Produksi

(15)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Larva

Dari hasil analisis sidik ragam populasi larva H. armigera pada setiap perlakuan berbagai jenis konsentrasi menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata terhadap kontrol, sedangkan antar perlakuan berbagai jenis konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (lampiran 2). Pengaruh berbagai jenis konsentrasi terhadap populasi larva H. armigera dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh berbagai konsentrasi M. anisopliae dan HaNPV terhadap populasi larva H. armigera (ekor)

Perlakuan Rataan Populasi Larva

J0 1,35 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range test.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bahwa rataan populasi larva

tertinggi terdapat pada perlakuan J0 (Kontrol) yaitu sebesar 1,35 ekor dan terendah pada

perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) yaitu sebesar 0,1 ekor.

Pada tabel 1 menunjukkan perlakuan J0 berpengaruh sangat nyata terhadap

populasi larva H. armigera. Rataan populasi larva H. armigera pada pelakuan J0 (kontrol) sebesar 1,35 ekor. Pada perlakuan J0 tongkol jagung tidak

(16)

berpindah mencari makanan baru. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Purba (2005) yang menyatakan bahwa bila larva mulai menggerek buah, maka larva hanya sebentar untuk makan buah tersebut dan kemudian berpindah dan menyerang buah yang lain.

Berdasarkan pengamatan dan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) paling efektif dalam menekan populasi larva H. armigera dengan rataan populasi larva sebesar 0,1 ekor. Hal ini dikarenakan

larva H. armigera memakan tongkol jagung yang telah terinfeksi HaNPV yang mengganggu nafsu makan larva H. armigera. HaNPV memiliki korion yang mengandung NPV, apabila larva menelan korion membuat larva kehilangan nafsu makan sehingga larva lama kelamaan akan mati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riyanto (2008) yang menyatakan bahwa apabila korion yang mengandung NPV masuk ke dalam tubuh larva dan menginfeksi organ-organ tubuhnya maka kematian akan terjadi 1-2 hari kemudian.

Populasi larva H. armigera yang diberi perlakuan berbagai konsentrasi HaNPV lebih rendah dibandingkan perlakuan berbagai konsentrasi M. anisopliae.

(17)

serangga H. armigera adalah Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV).

Populasi Pupa

Dari hasil analisis sidik ragam populasi pupa H. armigera pada setiap perlakuan berbagai jenis konsentrasi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap kontrol (lampiran 3). Pengaruh berbagai jenis konsentrasi terhadap populasi pupa H. armigera dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh Berbagai Konsentrasi M. anisopliae dan HaNPV Terhadap /Populasi Pupa H. armigera (ekor)

Perlakuan Rataan Populasi Pupa

J0 0,35 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range test.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan populasi pupa pada tongkol tertinggi yaitu pada perlakuan J0 (kontrol) yaitu sebesar 0,35 ekor dan

terendah pada perlakuan J3 (M. anisopliae 12g/liter air) dan perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) yaitu sebesar 0.

(18)

tongkol jagung tidak diaplikasikan M. anisopliae dan HaNPV sehingga tidak ada yang mengganggu aktivitas larva H. armigera. Sementara pada perlakuan J3 diberi perlakuan dengan konsentrasi M. anisopliae 12g/l air dan pada J6 diberi perlakuan dengan konsentrasi HaNPV 6g/l air yang mengganggu aktivitas larva H. armigera. Pengendalian serangga dengan menggunakan jamur entomopatogen

dan virus entomopatogen seperti M. anisopliae dan HaNPV dapat menghambat perkembangan serangga dengan racun yang dimilikinya dengan merusak organ pencernaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Simamora dkk (2010) yang menyatakan bahwa toksin yang dikeluarkan oleh cendawan M. anisopliae menyerang jaringan lemak, syaraf, trakea dan pencernaan sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dalam tubuh serangga yang mengakibatkan terjadinya paralisis dan kematian pada serangga.

Rendahnya populasi pupa H. armigera pada tongkol jagung dipengaruhi oleh sifat larva yaitu apabila larva sudah mencapai instar terakhir, sebagian besar larva akan meninggalkan tongkol dan berpupa didalam tanah. Hal tersebut menyebabkan jumlah pupa yang terbentuk didalam tongkol sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zaidun (2005) yang menyatakan larva instar terakhir akan meninggalkan tongkol dan membentuk pupa dalam tanah.

Intensitas Serangan

(19)

berbagai jenis konsentrasi terhadap intensitas serangan H. armigera dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Pengaruh Berbagai Konsentrasi M. anisopliae dan virus HaNPV Terhadap Intensitas Serangan larva H. armigera (%)

Perlakuan Persentase Intensitas Serangan

J0 38,75 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range test.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh persentase intensitas

serangan tertinggi terdapat pada perlakuan J0 (Kontrol) sebesar 38,75% dan terendah

pada perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) sebesar 2,50%.

Pada pengamatan intensitas serangan, terlihat bahwa persentase intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan J0 (Kontrol) sebesar 38,75% dan terendah pada perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) sebesar 2,50%. Persentase intensitas

serangan pada tanaman jagung pada saat panen mengikuti perkembangan populasi larva H. armigera. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya persentase intensitas serangan berkaitan erat dengan populasi larva H. armigera, dimana jika populasi larva meningkat cenderung menimbulkan peningkatan persentase intensitas serangan.

Tabel 3 menunjukkan perlakuan J0 berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kerusakan tongkol. Larva biasanya meletakkan telurnya pada rambut

(20)

menyebabkan intensitas serangan tinggi, karena jarang ditemui terdapat 2 larva dalam satu tongkol sehingga semakin banyak tongkol yang terserang.

Berdasarkan pengamatan dan analisis sidik ragam persentase intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan J0 (kontrol) yaitu sebesar 38,75% dan

terendah terdapat pada perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) yaitu sebesar 2,50%. Rendahnya intensitas serangan H. armigera pada perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) dikarenakan entomopatogen HaNPV yang masuk ke dalam tubuh larva bersamaan dengan makanan akan menyerang sistem pencernaan sehingga menurunkan aktivitas memakan larva rendah. Tenrirawe (2011) menyatakan bahwa aktivitas NPV berlangsung di dalam abdomen, sehingga untuk menimbulkan kematian larva harus menelan NPV bersama-sama dengan makanannya.

Data Produksi Tongkol Jagung

(21)

Tabel 4. Rataan Data Produksi Tongkol Jagung (g)

Perlakuan Rataan Data Produksi

J0 235,07 a

J1 234,45 a

J2 252,39 a

J3 259,38 a

J4 243,84 a

J5 247,08 a

J6 261,09 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range test.

(22)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Rataan populasi larva tertinggi terdapat pada perlakuan J0 (Kontrol) sebesar 1,35 ekor dan terendah pada perlakuan J6 (virus HaNPV 6g/liter air) sebesar 0,1 ekor.

2. Rataan populasi pupa tertinggi terdapat pada perlakuan J0 (kontrol) sebesar 0,35 ekor dan terendah pada perlakuan J3 (M. anisopliae 12g/liter air) dan perlakuan J6 (virus HaNPV 6g/liter air) sebesar 0 ekor.

3. Persentase intensitas serangan H. armigera tertinggi terdapat pada perlakuan J0 (Kontrol) sebesar 38,75% dan terendah pada perlakuan J6 (virus HaNPV 6g/liter air) sebesar 2,50%.

4. Produksi tongkol jagung tertinggi terdapat pada perlakuan J6 (virus

HaNPV 6g/liter air) sebesar 261,09 g dan terendah pada perlakuan

J1 (M. anisopliae 4g/liter air) sebesar 234,45 g. Saran

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Penggerek Tongkol Jagung H. armigera Hubner

Adapun klasifikasi dari hama penggerek tongkol jagung menurut Lammers & MacLeod (2007) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Lepidoptera Famili : Noctuidae Genus : Helicoverpa

Spesies : Helicoverpa armigera Hubner.

Telur diletakkan ngengat betina secara tunggal pada seluruh bagian tanaman, daun dan batang. Paling banyak diletakkan pada waktu tanaman sudah keluar rambut (silk). Kurang lebih 1500 telur dapat diletakkan oleh ngengat betina selama 14 hari dengan puncak peletakkan telur selama 7 hari. Lama stadia larva 2- 3 minggu (Surtikanti, 2006).

(24)

Larva yang baru menetas biasanya akan memakan jambul tongkol, kemudian membuat lubang masuk ke dalam tongkol. Larva akan meninggalkan kotoran pada tongkol dan akan menciptakan iklim yang cocok untuk pertumbuhan jamur yang menghasilkan mikotoksin sehingga tongkol menjadi rusak. Larva muda berwarna putih kekuning-kuningan dengan kepala hitam, stadium larva berkisar antara 17-24 hari terdiri dari enam instar. Larva ini bersifat kanibal sehingga jarang dijumpai lebih dari 2 larva dalam satu tongkol. Larva instar terakhir akan meninggalkan tongkol dan membentuk pupa dalam tanah tetapi ada juga yang berpupa didalam tongkol (Zaidun, 2005).

Gambar 2. Larva H. armigera (Sumber : Foto Langsung)

Pupa pada umumnya terbentuk pada tanah kedalaman 2,5-17,5 cm. Ada kalanya serangga ini berpupa didalam tongkol dan pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotoran serangga yang terdapat di tanaman. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, fase pupa bervariasi dari 6 hari pada suhu 35ºC sampai 30 hari pada suhu 15ºC (Said dkk., 2008).

(25)

Ngengat betina muncul sehari lebih dahulu dari pada ngengat jantan. Ngengat jantan mudah dibedakan dari ngengat betina karena ngengat betina mempunyai pola bercak-bercak berwarna pirang tua, sedang ngengat jantan tidak mempunyai pola seperti itu (Ditlinhorti, 2013).

Gambar 4. Imago H. armigera (Sumber : Foto Langsung)

Gejala Serangan

Kehilangan hasil akibat serangan hama ini dapat mencapai 10%. Meskipun relatif rendah, serangannya mempengaruhi mutu tongkol jagung. Imago betina akan meletakkan telur pada silk (rambut) jagung. Sesaat setelah menetas, larva masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang berkembang. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung (Said dkk., 2008).

(26)

Gambar 5. Gejala Serangan (Sumber : Foto Langsung)

Pengendalian

Penelitian biologi atau siklus hidup musuh alami yang berupa parasitoid telur (Trichogramma spp.) diharapkan dapat menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai salah satu komponen penting dalam mendukung program nasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Perbanyakan massal Trichogramma di laboratorium, telah diaplikasikan guna membantu pengendalian hama penggerek tebu, seperti yang telah dilakukan oleh pabrik gula. Musuh alami sebagai agensia pengendali alami merupakan salah satu komponen penting PHT dan mempunyai peluang yang cukup baik untuk mengendalikan hama penggerek batang jagung (O. furnacalis) dan hama penggerek tongkol (H. armigera) (Surtikanti, 2006).

(27)

tertinggi terdapat pada telur dan larva dari O. furnacalis. Selanjutnya Nurindah dan Bindra (1988) melaporkan bahwa E. annulata juga dapat memangsa telur dan larva H. armigera pada pertanaman kapas (Adnan & Handayani, 2010).

Pengendalian yang dilakukan dengan penggunaan musuh alami yang cukup efektif mengendalikan penggerek tongkol. Musuh alami tersebut adalah parasitoid Trichogramma spp yang merupakan parasit telur dimana tingkat parasitasi pada tanaman inang H. armigera sangat bervariasi dengan angka maksimum 49% (Mustea, 1999). dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda. Pada kelembaban cukup, larva juga diinfeksi oleh cendawan M. anisopliae, agen pengendali yang juga berpotensi untuk mengendalikan serangga ini adalah Bakteri yaitu B. thuringensis. Patogen yang dapat digunakan sebagai bioinsektisida untuk pengendalian H. armigera, yaitu Virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV). Hasil dari beberapa tahap penelitian menunjukkan bahwa HaNPV berpotensi dikembangkan untuk mengendalikan penggerek tongkol, dan dapat diformulasikan dan diproduksi secara in vivo (Tenrirawe, 2007).

Jamur M. anisopliae

(28)

kelembaban di bawah 50% dapat melepas spora. Cendawan ini mempunyai ciri koloni berwarna hijau zaitun, konidiofor yang panjangnya dapat mencapai 75 µm, bertumpuk-tumpuk diselubungi oleh konidia yang berbentuk apikal berukuran antara 6-9,5 µm x 1,5-3,9 µm, bercabang-cabang, berkelompok membentuk massa yang padat dan longgar (Ahmad, 2010).

Tingkat konsentrasi spora jamur M. anisopliae, yaitu 105, 106, 107, 108, 109

spora/ml yang telah disiapkan, diinfeksikan pada larva Crocidolomia pavonana dengan cara diteteskan langsung ke atas tubuh larva.

Metode tetes langsung ini merupakan modifikasi dari metode yang digunakan Milner (1994). Suspensi spora diteteskan dengan menggunakaan volume pipet berukuran 1 ml (Mia dkk., 2008).

Mekanisme Infeksi dan Penyebaran M. anisopliae

Berdasarkan siklus hidupnya cendawan M. anisopliae menginfeksi serangga melalui kulit luar (integument) di antara ruas tubuh, selain itu juga dapat melalui midgut yaitu makanan, alat pernapasan (trakea) dan luka. Tahapan infeksi M. anisopliae pada tubuh inang, meliputi: 1) kejadian sebelum proses penetrasi

(29)

membentuk tabung kecambah (hifa penetran) yang selanjutnya menembus

integument untuk terus masuk ke dalam hemocell (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, 1993).

Proses penetrasi integument oleh hifa merupakan proses mekanis dan kimiawi. Secara mekanis yaitu dengan kekuatan hifa untuk menembus kulit tubuh serangga. Secara kimiawi yaitu mengeluarkan enzim seperti protease, lipase, esterase, dan kitinase yang membantu dalam menghancurkan kutikula serangga dan toksin seperti metarisin dan asam oksalat yang dalam mekanisme kerjanya menyebabkan terjadinya kenaikan pH darah, penggumpalan darah, dan terhentinya peredaran darah serangga. Proses selanjutnya, setelah masuk ke dalam hemocell, cendawan akan membentuk tubuh hifa dan blastopora yang kemudian

ikut beredar dalam hemolimfa dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan lain seperti jaringan lemak, sistem syaraf, trakea, dan saluran pencernaan. Adanya perubahan biokimia dalam hemolimfa terutama kandungan protein, terjadinya defisiensi nutrient, adanya toksin yang dikeluarkan oleh cendawan dan terjadinya kerusakan jaringan dalam tubuh serangga akan menyebabkan terjadinya paralisis dan kematian pada serangga (Simamora dkk, 2010).

Virus Helicoperva armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV)

(30)

Aktivitas NPV berlangsung di dalam abdomen, sehingga untuk menimbulkan kematian larva harus menelan NPV bersama-sama dengan makanannya (Tenrirawe, 2011).

Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) adalah virus yang dapat menginfeksi larva serangga dari ordo Lepidoptera, Diptera dan Coleoptera, sehingga virus ini memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai agen kehidupan. Secara khusus, NPV menyerang larva serangga H. armigera adalah Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV). Produksi virus serangga untuk digunakan secara komersial sebagai agen hidup dapat dilakukan melalui metode in vivo, yaitu menggunakan host alami media virus perkalian. Sampai saat ini, metode tersebut masih merupakan cara yang paling ekonomis tapi produksi HaNPV melalui metode ini sulit untuk melaksanakan. Itu karena H. armigera larva sebagai inang tidak dapat diperbanyak dalam kelompok. Larva ini adalah kanibalisme dan berukuran kecil, sehingga produksi virus kurang maksimal. Individu dapat

budidaya larva meningkatkan biaya produksi dan tenaga kerja (Purnamasari & Mia, 2010).

(31)

Mekanisme Infeksi dan Penyebaran HaNPV

Menurut Falcon (1975) dalam Mangoensihardjo dan Pollet (1991) proses infeksi HaNPV pada H. armigera adalah sebagai berikut :

1. Partikel virus termakan inang (0 jam)

2. Melepaskan partikel-partikel pertamanya ke dalam sitoplasma (6 jam) 3. Mengalami modifikasi pertama dalam nukleus sel yang terinfeksi (16 jam) 4. Pembentukan viroplasma (24 jam)

5. Replikasi nukleokapsid (36 jam) 6. Replikasi polyhedra (48 jam)

7. Pembentukan PIB yang lengkap (72 jam)

Efektifitas penggunaan HaNPV untuk memberantas ulat H. armigera tergantung pada beberapa faktor seperti konsentrasi virus, pengaruh radiasi, instar ulat yang diserang dan isolat virus (Asri dkk., 2003).

Menurut Bedjo (2006) dan Biogen Online (2007) bahwa NPV menginfeksi inang melalui dua tahap. Pada tahap pertama NPV menyerang usus tengah, kemudian pada tahap selanjutnya organ tubuh (hoemocoel) serta organ-organ tubuh yang lain. Pada infeksi selanjutnya NPV juga menyerang sel darah, trakea, hipodermis dan sel lemak. Polyhedra Inclusion Body dalam tubuh larva yang terserang ukurannya bervariasi tergantung pada perkembangan stadium larva, tetapi pada beberapa jenis NPV sebagian polyhedra memiliki ukuran dan stadium pematangan yang hampir sama (Riyanto, 2008).

Gejala infeksi HaNPV Pada Larva Helicoverpa armigera

(32)

kemampuan makan, gerakan yang lambat, dan tubuh membengkak akibat replikasi atau perbanyakan partikel-partikel virus NPV. Integumentum larva biasanya menjadi lunak, rapuh dan mudah sobek. Apabila tubuh larva tersebut pecah maka akan mengeluarkan cairan kental berwarna coklat susu yang merupakan cairan NPV dengan bau yang sangat menyengat atau dikenal wilting diseases.

(33)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung adalah tanaman purba sebagaimana ditunjukan dari sistem klobot yang terurut. Sekitar 5000 SM ditemukan di penggalian sejarah Tehuacan, Meksiko. Domestikasi tanaman ini diperkirakan telah dimulai pada kurun waktu tersebut. Jagung merupakan bahan pangan bijian yang sangat penting bagi manusia dan ternak, selain itu juga memiliki banyak kegunaan sebagai pangan dan nonpangan. Di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia tanaman ini umumnya disebut jagung. Di Inggris misalnya corn adalah istilah untuk gandum. Sedangkan di Irlandia dan Skodlandia untuk oat. Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa istilah corn digunakan untuk menamai spesies bijian baru yang ditemukan oleh penduduk di benua Amerika (Rubatzky & Yamaguchi, 1998).

Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai ditanam di wilayah bersuhu tinggi dan pematangan tongkol ditentukan oleh akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Luas pertanaman jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha menyebar di 70 negara termasuk 53 negara berkembang. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Iriany dkk., 2008).

(34)

industri berbasis agribisnis. Tahun 2009 Deptan melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melaporkan jagung mencapai 18 juta ton/tahun. Jagung dimanfaatkan untuk dikonsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakan dan bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan (Zulaiha dkk., 2012).

Produksi jagung nasional pada tahun 2012 mencapai 19.387.022 ton dengan luas panen 3.957.595 ha dan menjadi 18.510.435 ton dengan luas panen 3.857.359 ha pada tahun 2013 (data tahun 2012 adalah angka tetap ; data tahun 2013 adalah angka sementara) (Badan Pusat Statistik, 2014).

Pengendalian hama terpadu merupakan strategi pengendalian yang dianggap paling tepat dan efektif dalam menekan pertumbuhan serangga hama (Priyatno dkk., 2011). Strategi ini memerlukan beberapa komponen pengendalian yang kompatibel dan dapat diaplikasikan secara terpadu, disamping kemampuan petani dalam mengaplikasikannya. Selain itu komponen pengendalian yang digunakan dalam program pengendalian hama terpadu (PHT) juga harus selalu dikembangkan untuk meningkatkan efektivitasnya serta kemudahan dalam pengaplikasiannya oleh petani. Dalam program PHT, agensia pengendalian hayati, seperti M. anisopliae, Beauveria bassiana, dan Bacillus thuringiensis menjadi komponen utama pengendalian. Pemanfaatan agensia hayati mempunyai beberapa kelebihan terutama selektivitasnya, meski harus diakui tidak seefektif insektisida berbahan aktif kimia.

(35)

terhadap insektisida (Endo dkk., 1988). Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain dalam pengendaliannya. Bioinsektisida dapat mengendalikan serangga hama sasaran secara tepat karena bersifat spesifik, mempunyai kemampuan membunuh cukup tinggi, biaya relatif murah dan tidak mencemari lingkungan. Beberapa bioinsektisida yang sangat berpotensi dan dapat dikembangkan secara komersial maupun non komersial pada tingkat petani yaitu Nuclear polyhedrosis virus (NPV), B. thuringiensis, jamur M. anisopliae (Bedjo, 2012).

Hama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kehilangan hasil pada pertanaman jagung. Hama utama pada berbagai daerah penghasil jagung adalah lalat bibit, Atherigona sp., penggerek batang, Ostrinia furnacalis, penggerek tongkol H. armigera, ulat grayak (Mythimna sp., dan Spodoptera sp.), dan tikus. Hama utama yang menyerang jagung, kehadirannya dan tingkat serangannya banyak ditentukan oleh pola tanam setahun dan sistem pertanamannya baik monokultur maupun tumpang sari, serangan hama lebih rendah dibanding monokultur. Interaksi organisme di dalam pertanaman ganda berlangsung dalam bentuk fisik maupun interferensi biologis (Tenrirawe, 2005).

Hama yang selalu dijumpai pada pertanaman jagung manis adalah penggerek tongkol jagung H. armigera. Di Sulawesi Tengah hama ini menyerang lahan petani pada setiap musim tanam dengan intensitas serangan pada musim tanam tahun 2001 berkisar 15–69,3% (Khasanah, 2008).

(36)

dampak lingkungan yang sangat merugikan disamping harganya yang mahal. Untuk mengantisipasi dampak negatif insektisida terhadap lingkungan, maka perlu diusahakan pemanfaatan musuh alami serangga hama yang tersedia di alam (Adnan & Handayani, 2010).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas jamur M. anisopliae dan HaNPV terhadap hama penggerek tongkol H. armigera di

Lapangan

Hipotesa Penelitian

Diduga adanya pengaruh pemberian jamur M. anisopliae dan Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) terhadap hama

penggerek tongkol jagung H. armigera. Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara, Medan

(37)

ABSTRACT

Debi Sabrina Ompusunggu “Test Of The Efectivitas Fungus Metarhizium

anisopliae (Metch.) and Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) to The Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) in The Field”. Under the supervision of Syahrial Oemry and Lahmuddin Lubis. This research aims to know the efectivity of fungus M. anisopliae and HaNPV to the Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) in the field. This

research was done in Desa Tanjung Makmur Kec. Tandem Hulu 1

Kab Deli Serdang. This research used technique random sampling non factorial with 7 treatments and 4 tests.

The result of the test showed that the highest larvhe population was in the J0 treatment (Control), it was 1,35 and the lowest was in the J6 treatment (HaNPV Virus, 6g/liter of water), it was 0,1. The average of the crowd population was in J0 (Control), it was 0,35 and the lowest was in J3 treatment (M. anisopliae 12g/liter of water) and the J6 treatment (HaNPV 6g/liter of water), it was 0. The highest of intencity percentage was in the J0 (Control), it was 38,75% and the lowest was in the J6 (HaNPV 6g/liter of water), it was 2,50%. The highest production was in the J6 treatment (HaNPV 6g/liter of water), it was 261,09 g and the lowest was in J1 (M. anisopliae 4g/liter of water) it was 234,45 g.

(38)

ABSTRAK

Debi Sabrina Ompusunggu “Uji Efektivitas Jamur Metarhizium anisopliae (Metch.) dan Helicoverpa armigera Nuclear

Polyhedrosis Virus (HaNPV) Terhadap Larva Penggerek Tongkol Jagung Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) di Lapangan”. Di bawah bimbingan Syahrial Oemry dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas jamur M. anisopliae dan HaNPV terhadap hama penggerek tongkol H. armigera di Lapangan. Penelitian dilaksanakan di Desa Tanjung Makmur Kec. Tandem Hulu 1 Kab. Deli Serdang. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan populasi larva tertinggi terdapat

pada perlakuan J0 (Kontrol) sebesar 1,35 ekor dan terendah pada perlakuan J6 ( HaNPV 6g/liter air) yaitu sebesar 0,10 ekor. Rataan populasi pupa tertinggi

yaitu pada perlakuan J0 (kontrol) yaitu sebesar 0,35 ekor dan yang terendah pada perlakuan J3 (M. anisopliae 12g/liter air) dan perlakuan J6 (virus HaNPV 6g/liter air) yaitu sebesar 0. Persentase intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan J0 (Kontrol) yaitu sebesar 38,75% dan terendah pada perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) yaitu sebesar 2,50%. Rataan Produksi tertinggi yaitu pada perlakuan perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) yaitu 261,09 g dan yang terendah pada perlakuan J1 (M. anisopliae 4g/liter air) yaitu sebesar 234,45 g.

(39)

UJI EFEKTIVITAS JAMUR Metarhizium anisopliae (Metch.) DAN Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) TERHADAP LARVA PENGGEREK TONGKOL JAGUNG

Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) DI LAPANGAN

DEBI SABRINA OMPUSUNGGU 100301235

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(40)

UJI EFEKTIVITAS JAMUR Metarhizium anisopliae (Metch.) DAN Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) TERHADAP LARVA PENGGEREK TONGKOL JAGUNG

Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) DI LAPANGAN

SKRIPSI

Oleh :

DEBI SABRINA OMPUSUNGGU 100301235/AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(41)

UJI EFEKTIVITAS JAMUR Metarhizium anisopliae (Metch.) DAN Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) TERHADAP LARVA PENGGEREK TONGKOL JAGUNG

Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) DI LAPANGAN

SKRIPSI

OLEH :

DEBI SABRINA OMPUSUNGGU 100301235/AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(42)

Judul : Uji Efektivitas Jamur Metarhizium anisopliae (Metch.) dan

Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus

(HaNPV) Terhadap Larva Penggerek Tongkol Jagung Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) di

Lapangan

Nama : Debi Sabrina Ompusunggu NIM : 100301235

Prgram Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Syahrial Oemry, MS Ir. Lahmuddin Lubis, MP

Ketua Anggota

Mengetahui,

(43)

ABSTRACT

Debi Sabrina Ompusunggu “Test Of The Efectivitas Fungus Metarhizium

anisopliae (Metch.) and Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) to The Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) in The Field”. Under the supervision of Syahrial Oemry and Lahmuddin Lubis. This research aims to know the efectivity of fungus M. anisopliae and HaNPV to the Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) in the field. This

research was done in Desa Tanjung Makmur Kec. Tandem Hulu 1

Kab Deli Serdang. This research used technique random sampling non factorial with 7 treatments and 4 tests.

The result of the test showed that the highest larvhe population was in the J0 treatment (Control), it was 1,35 and the lowest was in the J6 treatment (HaNPV Virus, 6g/liter of water), it was 0,1. The average of the crowd population was in J0 (Control), it was 0,35 and the lowest was in J3 treatment (M. anisopliae 12g/liter of water) and the J6 treatment (HaNPV 6g/liter of water), it was 0. The highest of intencity percentage was in the J0 (Control), it was 38,75% and the lowest was in the J6 (HaNPV 6g/liter of water), it was 2,50%. The highest production was in the J6 treatment (HaNPV 6g/liter of water), it was 261,09 g and the lowest was in J1 (M. anisopliae 4g/liter of water) it was 234,45 g.

(44)

ABSTRAK

Debi Sabrina Ompusunggu “Uji Efektivitas Jamur Metarhizium anisopliae (Metch.) dan Helicoverpa armigera Nuclear

Polyhedrosis Virus (HaNPV) Terhadap Larva Penggerek Tongkol Jagung Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) di Lapangan”. Di bawah bimbingan Syahrial Oemry dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas jamur M. anisopliae dan HaNPV terhadap hama penggerek tongkol H. armigera di Lapangan. Penelitian dilaksanakan di Desa Tanjung Makmur Kec. Tandem Hulu 1 Kab. Deli Serdang. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan populasi larva tertinggi terdapat

pada perlakuan J0 (Kontrol) sebesar 1,35 ekor dan terendah pada perlakuan J6 ( HaNPV 6g/liter air) yaitu sebesar 0,10 ekor. Rataan populasi pupa tertinggi

yaitu pada perlakuan J0 (kontrol) yaitu sebesar 0,35 ekor dan yang terendah pada perlakuan J3 (M. anisopliae 12g/liter air) dan perlakuan J6 (virus HaNPV 6g/liter air) yaitu sebesar 0. Persentase intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan J0 (Kontrol) yaitu sebesar 38,75% dan terendah pada perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) yaitu sebesar 2,50%. Rataan Produksi tertinggi yaitu pada perlakuan perlakuan J6 (HaNPV 6g/liter air) yaitu 261,09 g dan yang terendah pada perlakuan J1 (M. anisopliae 4g/liter air) yaitu sebesar 234,45 g.

(45)

RIWAYAT HIDUP

Debi Sabrina Ompusunggu lahir pada tanggal 28 Januari 1992 di Bangun Putih Kec. Hutabayu Raja, Kab. Simalungun dari ayah Jupri Ompusunggu dan ibu Marta Siahaan. Penulis merupakan putri keempat dari delapan bersaudara.

Tahun 2010 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) RK Bintang Timur Pematangsiantar dan pada tahun yanga sama lulus ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di program studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Asisten Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Gulma, Anggota HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi).

(46)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Uji Efektivitas Jamur Metarhizium anisopliae (Metch.) dan

Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) Terhadap Larva

Penggerek Tongkol Jagung Helicoperva armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) di Lapangan”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara, mendidik, dan mendukung penulis selama ini baik materil maupun moril. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Syahrial Oemry, MS dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku Ketua dan Anggota komisi pembimbing yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi yang dilakukan penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Agustus 2014

(47)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penulisan ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penggerek Tongkol jagung H. armigera Hubner ... 6

Gejala Serangan ... 8

Pengendalian ... 9

Jamur M. anisopliae... 10

Mekanisme Infeksi dan Penyebaran M. anisopliae ... 11

Virus Helicoperva armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) ... 12

Mekanisme Infeksi dan Penyebaran HaNPV ... 13

Gejala Infeksi Pada Larva H. armigera ... 14

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat ... 16

Metode Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian Survei Lahan ... 17

Penyediaan M. anisopliae dan HaNPV ... 18

Pembuatan Larutan M. anisopliae dan HaNPV ... 18

Pengaplikasian Larutan M. anisopliae dan HaNPV ... 18

(48)

Populasi Pupa ... 18

Persentase Intensitas Serangan (%) ... 19

Data Produksi ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi Larva ... 20

Populasi Pupa ... 22

Persentase Intensitas Serangan ... 23

Data Produksi... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27

Saran ... 27 DAFTAR PUSTAKA

(49)

DAFTAR TABEL

No

Judul Hlm

1 Rataan populasi larva H. armigera pada setiap perlakuan 20 2 Rataan populasi pupa H. armigera pada setiap perlakuan 22 3 Intensitas serangan H. armigera pada setiap perlakuan 23

(50)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hlm

1. Telur H. armigera 6

2. Larva H. armigera 7

3. Pupa H. armigera 7

4. Imago H. armigera 8

(51)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hlm

1. Bagan Penelitian 31

2. Populasi larva 31

3. Populasi pupa 32

4. Persentase Intensitas Serangan 33

5. Data Produksi 35

Gambar

Tabel 1. Pengaruh berbagai konsentrasi M. anisopliae dan HaNPV terhadap populasi larva H
Tabel 3. Pengaruh Berbagai Konsentrasi M. anisopliae dan virus HaNPV Terhadap Intensitas Serangan larva H
Tabel 4. Rataan Data Produksi Tongkol Jagung (g)
Gambar 2. Larva H. armigera (Sumber : Foto Langsung)
+2

Referensi

Dokumen terkait

macroprudential policy under dual system, including increasing the share of Islamic finance, increasing holding of gold reserves by Central Bank, credit/financing

Penelitian ini menggunakan desain 2 x 3 dengan teknik analisis varian (ANAVA), yaitu suatu desain penelitian yang digunakan untuk meneliti pengaruh dari

Hasil uji secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel bebas pertumbuhan aktiva, struktur aktiva, return on assets da n current ratio secara bersama-sama

Menurut Hidayat (2010:2) website atau situs dapat diartikan “sebagai kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau

Judul penelitian : Perbandingan Mortalitas Kardiovaskular Di Rumah Sakit Antara Penderita Infark Miokard Akut Elevasi Segmen ST Anterior Dengan Dan Tanpa Blok Cabang

responden pria dan wanita pada satu sub tema menjawab dalam kategori yang hampir sma variasinya yaitu pertanyaan sikap terlladap peranan warga negara dalanl kehidupan

Allah telah menjelaskan dalam surah Yunus ayat 40-41 bahwa Allah memberikan peluang untuk melakukan peluang sesuai kehendak mereka dengan kata ْمُكُلَمَع ْمُكَلَو

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara penggunakan metode diskusi disertai media TTS dan metode diskusi